BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penyakit paru obstruksi kronik merupakan suatu istilah yang sering di gunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan di tandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Irman, 2008). Ekserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Definsi eksaserbasi akut pada PPOK adalah kejadian akut dalam perjalanan alami penyakit dengan karakteristik adanya perubahan misal sesak nafas, batuk, atau sputum yang di luar batas normal dalam variasi hari ke hari (Gold, 2009). Penyakit obstruksi kronik merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar paru. Gangguan yng penting adalah bronkhitis obstruktif, emfisema dan asma bronkhial (Muttaqin, 2008). Dengan demikian dapat disimpulkan penyakit paru obtruksi kronik adalah suatu penyakit yang dapat dicegah dan dapat diobati yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan yang menimbulkan obtruksi saluran nafas, termasuk didalamnya ialah asma, bronchitis kronik dan emphysema. 8 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 B. Etiologi Menurut Muttaqin Arif (2008), penyebab dari penyakit paru obtruksi kronik adalah : a. Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis dan emfisema. b. Adanya infeksi : Haemophilus influenza dan streptococcus pneumonia. c. polusi oleh zat-zat pereduksi d. faktor keturunan e. faktor sosial-ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk 9 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 C. Anatomi Fisiologi 1. Anatomi Gambar 2.1 Anatomi paru Sumber : Pearce (2002) Bagian-bagian saluran pernafasan menurut Pearce (2002) adalah sebagai berikut : A. Paru-paru Paru dibagi dalam lobus, dimana paru sebelah kiri mempunyai dua lobus (atas dan bawah), dan paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus (atas,bawah dan tengah). Setiap paru dibentuk oleh segmental dan bronkus. Sedangkan venanya menerima aliran segmen di dekatnya yang sering beranastomosus sebelum mencapai hilus. Setiap lobus pau tersusun atas lobula, sebuah pipa bronchial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin ia bercabang, semakin menjadi tipis akhirnya berakhir menjadi kantong-kantong kecil yang merupakan kantong-kantong udara paru-paru. 10 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Jaringan paru-paru adalah elastic, berpori dan seperti spons. Di dalam air paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya. B. Fisiologis Neres anterior adalah saluran-saluran di lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) hidung. Rongga hiding dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungan esofagus pada ketinggian tulang rawan terikoid. Maka letaknya di belakang hidung, di belakang mulut dan di belakang laring. Laring (tengkorak) terletak di depan bagian terendah faring yang memisahkan dari kolumna verterbra. Laring terdiri dari lapisan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya adalah tulang rawan tiroid dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu didepan leher. Trakhea atau batang tenggorokan kira-kira sembilan sentimeter panjangnya. Trakhea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa. Trakhea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri dari epithelium bersilia dan sel cangkir. Trakhea servikalis yang berjalan melalui leher, disilang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu berlahan dari kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakhea. Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis 11 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 sel yang sama. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut brinchus lobus atas cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat dibawah arteri disebut bronchus lobus bawah (Pearce, 2002) D. Patofisiologis Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan konstraksi otot pernafasan dapat berkurang sehingga sulit bernafas. Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh, konsumsi oksigen sngat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Faktor-faktor resiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obtruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk kedalam alveoli pada saat inspirasi. Pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segala akibatnya. Adanya obtruksi pada awalekspirasi akan menimbulkan kesulitn ekspirasi dan 12 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru : ventilasi, distribusi gas maupun perfusi darah akan mengalami gangguan. 13 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 E. Pathway Faktor predisposisi MK Edema, Spasme bronkus, Peningkatan secret bronkiolus : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi Udara terperangkap dalam alveolus Suplai O2 Jaringan rendah Hipoksemia Sesak nafas Nafas pendek PaO2rendah PaCO2tinggi MK : Ganggauan Pertukaran Gas Gangguan metabolisme jaringan MK : Pola Nafas Tidak efektif MK : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Metabolisme anaerob Produksi ATP menurun Defisit Energi Lelah, Lemah MK : Defisit Perawatan Diri MK : Inteleransi Aktivitas MK : Gangguan Pola Tidur Sumber : Smaltzer & Bare (2002), Soemantri (2009) , dan Ikawati (2011) 14 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 F. Tanda dan Gejala 1. Bronkitis Kronik Batuk produktif setiap hari disertai dengan sputum, sekurang-kurangnya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturutturut, terjadi peningkatan ukuran dan jumlah kenjar mukosa, mukus lebih kental, sesak nafas, inspirasi tonki kasar (Crakcle) dan mengi, kerusakan fungsi ciliary ( Mansjoer, 2001 ). 2. Emfisema Gejala umum emfisema adalah dispne dan mempunyai awitan yang membahayakan pasien biasanya mempunyai riwayat merokok dan batuk kronik yang lama, mengi. Peningkatan nafas pendek dan cepat. Gejala oleh infeksi pernafasan (Smeltzer & Bare, 2002). 3. Asma Batuk (mungkin produktif atau non produktif) dan perasaan dada seprti terikat. Mengi saat inspirasi dan ekspirasi yang sering terdengar tanpa stetoskop. Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada di sertai pernafasan lambat, mengi dan laborius. Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat dan gejala-gejala retensi karbondioksida, termasuk berkeringat, takikardi, dan pelebaran tekanan nadi ( Brunner & Suddarth, 2002 ). 4. Bronkiektasis Gejala tersering adalah batuk kronik dengan banyak sputum yang yang banyak di keluarkan pada pagi hari. Gejala pada bronkiektasis ringan atau 15 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 yang hanya mengenai satu lobus saja jarang terjadi, biasanya batuk bersputum yang menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu. Batuk terus menerus dengan banyak sputum (200-300 ml) merupakan Gejala pada bronkiektasis berat, dan akan bertambah berat bila disertai infeksi saluran napas atas. Gejala diikuti dengan demam, nafsu makan hilang, penurunan BB, anemia, nyeri pleura dan lemah badan. Sesak napas dan sianosis dapat terjadi pada kelainan yang luas. Ronki basah sedang sampai kasar ditemukan saat pemeriksaan fisik. Kadang juga ditemukan ronki kering dan mengi, serta perkusi yang redup dan suara napas melemah bila terdapat komplikasi emfisema ( Mansjoer dkk, 2001 ). G. Komplikasi Menurut Arif Muttaqin (2008) komlikasi dari penyakit dari penyakit paru obstruksi kronik adalah : 1. Gagal pernafasan 2. Atelektasis 3. Pneumonia (proses peradangan pada jaringan paru) 4. Pneumotorax 5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan oksaserbasi akut dirumah sakit dapat dilakukan secara rwat inap atau rawat jalan dan dilakukn di poli klinik rawat jalan, ruang rawat inap, unit gawat darurat atau ruang icu (PDPI, 2009). 16 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 1. Bronkodilator : Albuaterol (proventil, ventolin) Isoetarin (bronkometer). 2. Kortikosteroid : metilprenisolon, doksametson. 3. Antibiotik. 4. Terapi oksigen : sesuai indikasi hasil AGD dan torleransi klien. 5. Ventilasi mekanik. 6. Bantu pengobatan pernafasan (fisioterapi dada). 7. Berikan vitamin atau mneral atau elektrolit sesuai indikasi H. Pemeriksaan Penunjang PPOK Menurut Soemantri (2008) dan Doengoes (2000) : 1. Chest x – ray Dapat menunjukan hiperinflasi paru – paru, diagfragma mendatar, peningkatan ruangan udara retrosternal, penurunan tanda vascular / bullae (emfisema), peningkatan bentuk bronkovaskular (bronchitis) dan normal ditemukan saat periode remisi ( Asma ). 2. Pemeriksaan fungsi paru – paru Dilakukan untuk menentukan penyebab dari dispnea , menentukan abnormalitas fungsi apakah akibat obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat disfungsi, dan untuk mengevaluasi efek dari terapy missal: Bronkodilatory 3. TLC Meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asma , menurun pada emfisema. 17 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 4. Kapasitas inspirasi: Menurun pada emfisema 5. FEV / FVC Untuk mengetahui rasio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital (FVC), rasio menjadi menurun pada bronchitis dan asma. 6. ABGs Menunjukan proses penyakit kronis , sering kali PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) sering kali menurun pada asma dengan PH normal atau asidosis, alkalosisn respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi ( emfisema sedang atau asma ). 7. Bronkogram Dapat menunjukan dilatasi dari bronchus saat inspirasi, kolaps bronchial pada tekanan ekspirasi (emfisema) dan pembesaran kelenjar mucus (Bronchitis). 8. Darah Komplit Dapat menggambarkan adanya peningkatan hemoglobin (emfisema berat) dan peningkatan eosinofil Asma. 9. Kimia darah Menganalisis keadaan alpha 1–antitrypsin yang kemungkinannya berkurang pada emfisema primer. 18 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 10. Sputum Kultur Untuk menentukan adanya infeksi , mengidentifikasi pathogen, dan pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganasan atau alergi. 11. Elektro cardio graph ( ECG ) Deviasi aksis kanan; gelombang P tinggi (pada pasien dengan asma berat dan atrial disritmia / bronchitis); gelombang P pada leads II, III, AVF panjang dan tinggi (Bronkhitis dan emfisema); dan axis QRS vertical (Emfisema) 12. Pemeriksaan ECG setelah olahraga dan strees test Membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi pernapasan, mengevaluasi keefektifan obat bronkodilator dan merencanakan/evaluasi program. 19 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 I. Fokus Intervensi Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas NOC status respirasi : a. jalan nafas paten b. status respiratori : ventilasi efektif, c. status respiratori : pertukaran gas efektif tidak terjadi aspirasi. Kriteria hasil : a. Klien mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang menghambat jalan nafas, jalan nafas paten. b. Klien tidak merasa tercekik, tidak terjadi aspirasi, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal, mampu mengeluarkan sputum dari jalan nafas. c. Menunjukan pertukaran gas efektif tidak ada dyspneu dan sianosis mampu bernafas dengan mudah. d. Menunjukan ventilasi adekuat, ekspansi dinding dada dimetri, tidak ada penggunaan otot-otot nafas tumbuhan, retraksi dinding dada, nafas cuping hidung, dyspneu, taktil fremitus. 20 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 Rencana keperawatan NIC a. Manajemen jalan nafas 1. jaga kepatenan jalan nafas, buka jalan nafas, suction, fisioterapi dada sesuai indikasi, 2. identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan, monitoring pemberian oksigen, 3. monitor status respirasi : adanya suara tambahan, identifikasi sumber alergi : obat, mokanan, dll dan reaksi yang bisa terjadi, 4. monitoring reaksi alergi selama 24 jam, ajarkan dengan klien/keluarga untuk menghindari alergen, 5. ajarkan nafas dalam dan batuk efektif, pertahankan status hidrasi : untuk menurunkan viskositas secret, 6. kolaborasi dengan tim medis : pemberian O2, obat bronkodilator, obat anti alergi, terapi nebulezer, insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laboratorium : AGD (pemeriksaan untuk mengetahui PH darah, CO2 dan O2). 2. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan aktivitas pasien meningkat dengan KH : a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD ; N dan R. b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLS) secara mandiri. 21 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 NIC : Activity Therapy : 1) Menentukan penyebab intoleransi aktivitas 2) Berikan periode istirahat selama aktivitas 3) Berikan posisi dari tidur ke posisi setengah duduk 4) Pastikan perubahan posisi secara perlahan 5) Kolaborasi dengan diberikan terapi fisik untuk membantu peningkatan level aktivitas dan kekuatan. Energi Management : a. Observasi adanya pembatansan dalam aktivitas b. Kaji faktor yang menyebabkan kelelahan c. Monitor sumber nutrisi dan sumber energi yang adekuat d. Monitor pola tidur dan lamanya tidur istirahat klien 3. Gangguan pola tidur b.d kelemahan NOC : Tidak ada gangguan pola tidur Kriteria hasil : a. Pasien dapat tidur 4-5 jam b. Pasien tidak lemas c. Konjunctiva tidak anemis NIC : a. Kaji kebutuhan istirahat b. Beri suasana tenang dan nyaman c. Batasi masukan pada malam hari d. Beri posisi tidur yang nyaman untuk istirahat 22 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 e. Anjurkan keluarga untuk memberi waktu istirahat pasien 4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan NOC : Perawatan diri terpenuhi Kriteria hasil : a. Pasien dapat melakukan ADL secara mandiri b. Pasien bersih NIC : Self Care Assistence a. Pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri b. Pantau kebutuhan klien untuk penyesuaian penggunaan alat untuk personal hygiene, tolleting dan makan. c. Sediakan bantuan hingga klien dapat melakukan perawatan pribadi secara penuh d. Bantu klien dalam penerimaan ketergantungan terhadap orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. 5. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intrake makanan yang tidak adekuat. NOC : Intake makanan adekuat Kriteria hasil : a. BB ideal sesuai dengan tinggi badan b. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi c. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti NIC : -Nutrition Management a. Kaji adanya alergi makanan 23 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014 b. Berikan makanan yang terpilih c. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori d. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi - Nutrition monitoring a. Monitor adanya penurunan BB b. Monitor turgor kulit c. Monitor mual dan muntah d. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang dilakukan 24 Asuhan Keperawatan Pada..., YOGI PRIANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014