dan terjadi setelah seseorang mengalami penginderaan

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’ dan terjadi setelah seseorang mengalami
penginderaan terhadap suatu objek tertentu, baik indera pengelihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan dapat
diperoleh secara alami maupun terencana yaitu melalui proses pendidikan.5,6
Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu:5
1. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau terhadap suatu rangsangan tertentu. Oleh karena itu, ‘tahu’
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa seseorang ‘tahu’ tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.5
2. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.5
3. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini diartikan
sebagai penggunaan hukum-hukum , rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi lain.5
4. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
Universitas Sumatera Utara
tersebut dan masih berkaitan satu dengan lainnya. Kemampuan analisis
ditandai dengan penggunaan kata kerja diantaranya dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.5
5. Sintesis yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada,
misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori yang telah ada.5
6. Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada, misalnya
dapat membandingkan, menanggapi, menafsirkan,dan sebagainya.5
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penilitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau
diukur, dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.5,6,7
2.2 Pencabutan Gigi
Menurut Pedlar dan Frame, pencabutan gigi merupakan suatu prosedur bedah
yang dapat dilakukan dengan menggunakan tang dan elevator.2 Pencabutan gigi
adalah pengambilan gigi dari soketnya. Pencabutan gigi dilakukan jika gigi terlihat
jelas dan tampak mudah dicabut, untuk kasus pada gigi terpendam dapat dilakukan
pembedahan2,4
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus,
dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan
gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan lunak dari rongga
mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi. Pencabutan gigi merupakan tindakan
yang melibatkan struktur tulang, jaringan lunak dalam rongga mulut. Pada tindakan
pencabutan gigi diperlukan tindakan-tindakan asepsis.8,9,10
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Pencabutan gigi8
Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila pencabutan
biasa tidak mungkin dilakukan, atau apabila gigi tersebut impaksi (terpendam).
Pembedahan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar terhindar dari efek
samping/komplikasi yang tidak diinginkan seperti perdarahan, edema, trismus, dry
socket
dan masih banyak lagi. Dokter gigi harus mengusahakan agar setiap
pencabutan gigiyang dilakukan merupakan suatu tindakan yang ideal dan untuk
mencapai tujuan itu dokter gigi harus menyesuaikan tekniknya agar dapat
menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi yang mungkin timbul akibat
pencabutan dari tiap gigi.11,12,13,14
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi
2.2.1.1 Indikasi
Pencabutan dapat dilakukan pada gigi dengan karies yang besar atau gigi
patah yang sudah tidak dapat direstorasi lagi. Pada beberapa pasien lebih memilih
pencabutan gigi sebagai alternatif yang lebih murah daripada dilakukan perawatan
dengan penambalan atau pembuatan mahkota pada gigi dengan karies yang besar.11,13
Berikut adalah beberapa contoh indikasi pencabutan gigi:
a. Persistensi gigi sulung dan gigi berlebih
Persistensi gigi sulung dan gigi berlebih harus segera dicabut karena keadaan
tersebut dapat menyebabkan maloklusi pada gigi permanen. Juga merupakan
predisposisi terjadinya penyakit periodontal yang prematur pada gigi geligi
permanen karena adanya akumulasi dental plak dan kalkulus serta akan
menyebabkan trauma pada jaringan lunak.11,13
b. Penyakit periodontal yang parah
Alasan umum untuk pencabutan gigi adalah adanya penyakit periodontal
yang parah. Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa
waktu, maka akan terlihat kehilangan tulang yang akan berlebihan dan
mobilitas gigi yang sangat tinggi. Dalam situasi seperti ini, gigi yang
mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut. Penyakit periodontal yang
parah, misalnya apabila terdapat abses periapikal, poket periodontal yang
meluas ke apeks gigi ataupun yang menyebabkan gigi goyang, maka harus
dilakukan pencabutan gigi.11,13
c. Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal
Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal yang perlu
dilakukan pencabutan adalah apabila sudah tidak dapat dilakukan perawatan
endodontik atau bila pasien menolak perawatan endodontik.11,13
d. Karies yang parah
Universitas Sumatera Utara
Gigi dengan kerusakan enamel dan dentin yang parah atau disebut juga karies
dentin apabila sudah tidak dapat direstorasi maka perlu dilakukan
pencabutan. Alasan paling umum yang dapat diterima secara luas untuk
pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini gigi
yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk
dilakukan tindakan pencabutan.11,13
e. Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa yang tidak diindikasikan untuk perawatan endodontik,
dikarenakan perawatan saluran akar yang berliku-liku dan tidak dapat diobati
dengan teknik endodontik standar. Dengan kondisi seperti ini, perawatan
endodontik yang telah dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa
sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan.11
f. Gigi impaksi
Gigi impaksi harus dicabut jika menyebabkan gangguan-gangguan pada
masalah ortodontik atau rasa sakit. Dentigerous cyst dapat juga terjadi akibat
gigi impaksi. Kista ini dapat ekspansi hingga mengakibatkan asimetri wajah,
pergeseran gigi yang ekstrim dan resorbsi akar yang berdekatan. Dentigerous
cyst dapat juga menjadi ameloblastoma. Jika terdapat sebagian gigi yang
impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak
memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut.
Namun jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat kontraindikasi
seperti pada kasus kompromis medis atau pada pasien dengan usia lanjut,
maka gigi impaksi tersebut dapat dibiarkan.11,13
g. Alasan ortodontik
asien yang menjalani perawatan ortodontik biasanya melakukan pencabutan
gigi untuk memberikan ruang. Gigi yang biasanya dicabut adalah gigi
premolar satu rahang atas atau rahang bawah.11
h. Gigi yang mengalami malposisi
Gigi yang mengalami malposisi dapat diindikasikan untuk pencabutan dalam
situasi yang parah. Jika gigi mengalami trauma jaringan lunak dan tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
ditangani oleh perawatan ortodontik, gigi tersebut harus diekstraksi. Contoh
umum kasus ini adalah molar ketiga rahang atas yang keluar kearah bukal
dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan lunak dipipi. Dalam situasi
gigi yang mengalami malposisi ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
pencabutan.11,13
i.
Pra-prostetik ekstraksi
Gigi yang mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari peralatan
prostetik seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi
tiruan cekat. Ketika hal ini terjadi pencabutan sangat diperlukan.11,13
j.
Estetik
Pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik, contoh kondisi
seperti ini adalah gigi yang berwarna karena tetrasiklin atau fluorosis, atau
mungkin malposisi yang berlebihan dan sangat menonjol. Meskipun ada
teknik lain seperti bonding yang dapat meringankan masalah pewarnaan dan
prosedur ortodontik atau osteotomi dapat digunakan untuk memperbaiki
tonjolan yang parah, namun pasien lebih memilih untuk rekonstruksi
ekstraksi dan prostetik.11,13
k. Ekonomis
Indikasi terakhir untuk pencabutan gigi adalah faktor ekonomi. Semua
indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan diatas dapat menjadi kuat jika
pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk mendukung
keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidak mampuan pasien
untuk membayar perawatan lain memungkinkan untuk dilakukan pencabutan
gigi.11,13
2.2.1.2 Kontraindikasi Pencabutan Gigi
Kontraindikasi pencabutan gigi atau tindakan bedah lainnya disebabkan oleh
faktor lokal atau sistemik.
1. Kontraindikasi sistemik11,13
o Kelainan jantung
Universitas Sumatera Utara
o Kelainan darah. Pasien yang mengidap kelainan darah seperti leukimia,
haemoragik purpura, hemophilia dan anemia.
o Diabetes mellitus tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
o Pasien dengan penyakit ginjal (nephritis) pada kasus ini bila dilakukan
ekstraksi gigi akan menyebabkan keadaan akut.
o Penyakit hepar (hepatitis)
o Pasien dengan penyakit sifilis, karena pada saat itu daya tahan terutama tubuh
sangat rendah sehingga mudah terjadi infeksi dan penyembuhan akan
memakan waktu yang lama.
o Alergi pada anstesi lokal.
o Rahang yang baru saja diradiasi, pada keadaan ini suplai darah menurun
sehingga dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat dan bisa fatal.
o Kehamilan. Pada trimester ke-dua karena obat-obatan pada saat ini mempunyai
efek terhadap janin.
o Psikosis dan neurosis pasien yang mempunyai mental yang tidak stabil karena
dapat berpengaruh pada saat dilakukan ekstraksi gigi.
o Terapi dengan antikoagulan.
2. Kontraindikasi lokal11,13
o Radang akut, keradangan akut dengan sellulitis, terlebih dahulu keradangannya
harus dikontrol untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Jadi tidak boleh
langsung dicabut.
o Infeksi akut. Perikoronitis akut, penyakit ini sering terjadi pada saat gigi molar
ketiga rahang bawah erupsi terlebih dahulu.
o Malignancy oral. Adanya keganasan tumor dikhawatirkan pencabutan akan
menyebabkan pertumbuhan lebih cepat dari keganasan itu. Sehingga luka
bekas ekstraksi gigi sulit sembuh. Jadi keganasanya harus diatasi terlebih
dahulu.
Universitas Sumatera Utara
o Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan konservasi,
endodontik.
2.3 Perawatan Pasca Pencabutan
Berdasarkan prosedur setelah dilakukan pencabutan gigi, ada beberapa hal yang
harus di instruksikan kepada pasien, sebagai berikut:1,2,3
1. Pasien dianjurkan beristirahat setelah pencabutan gigi.
2. Untuk mengontrol perdarahan, gigit tampon, kasa atau kapas 30 menit – 1
jam setelah pencabutan.
3. Untuk menghilangkan rasa sakit resepkan analgesik.
4. Resepkan antibiotik bila dibutuhkan.
5. Anjurkan makan makanan yang lunak, tidak panas dan tidak pedas.
6. Jangan sering meludah dijam-jam pertama pasca pencabutan.
7. Jangan menghisap darah bekas pencabutan.
8. Jangan sikat gigi disekitar bekas pencabutan.
9. Jika terjadi pembengkakan lakukan kompres dingin.
10. Jika dilakukan penjahitan instruksikan pasien untuk kembali lagi setelah satu
minggu untuk membuka jahitan.
2.4 Luka
2.4.1 Pengertian
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat proses
patalogis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ tertentu. Luka
adalah kerusakan kontiniuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh
yang lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul seperti hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, perdarahan dan pembekuan darah,
kontaminasi bakteri dan kematian sel.14
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Jenis Luka
Berdasarkan lama waktu penyembuhannya, luka dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Luka Akut14
Luka akut adalah luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan
biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria luka akut
adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang
diperkirakan. Contohnya adalah luka sayat, luka bakar, luka tusuk.
b. Luka Kronik14
Luka akut adalah luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali
(rekuren) atau terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan
oleh masalah multi faktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada
waktu yang diperkirakan, tidak merespon baik terhadap pengobatan dan dapat timbul
kembali. Contohnya adalah ulkus tungkai, ulkus vena, ulkus arteri (iskemi), penyakit
vaskular perifer ulkus dekubitus, neuropati perifer ulkus dekubitus.
2.5 Proses Penyembuhan Luka
Berdasarkan klasifikasinya, penyembuhan luka dapat dibedakan menjadi
penyembuhan
primer,
penyembuhan
sekunder
dan
penyembuhan
tersier.
Penyembuhan primer terjadi bila kehilangan jaringan minimal pada susunan anatomi
disekitar tepi luka, luka bersih dan tidak terinfeksi dan luka diusahakan segera
melekat biasanya dengan penjahitan, plester, skin graft atau flap. Reepitelisasi
sempurna dalam 10-14 hari, menyisakan jaringan parut tipis. Penyembuhan sekunder
terjadi apabila luka yang terjadi meninggalkan celah cukup luas diantara tepi luka.
Tidak ada tindakan aktif untuk menutup luka, luka sembuh secara alamiah. Pada
keadaan ini terjadi remodelling selama perbaikan jaringan, penyembuhan berjalan
lambat dan terdapat bekas luka bila dibandingkan dengan bekas luka penyembuhan
primer. Penyembuhan tersier adalah penyembuhan yang terjadi pada luka dengan
penyembuhan primer yang tertunda. Terjadi pada luka yang terkontaminasi. Luka
Universitas Sumatera Utara
dibiarkan terbuka selama 3-5 hari untuk penanganan kontaminasi dan infeksi. Bila
tepi luka telah sehat dilakukan penutupan dengan penjahitan. 15
Gambar 2: Tahap penyembuhan luka primer,sekunder16
Proses perbaikan jaringan setelah terjadi luka secara fisiologi terdiri dari tiga fase
yaitu: 11,13,16
1. Fase inflamasi/fase reaktif
Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-lima dan
terdiri atas fase vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler, pembuluh darah
yang ruptur pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan
mencoba menghentikannya melalui vasokonstriksi, pengerutan ujung
pembuluh darah yang putus dan reaksi homeostasis. Pada fase ini terjadi
aktivitas seluler yaitu dengan pergerakan leukosit menembus dinding
Universitas Sumatera Utara
pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis.11 Leukosit
mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan debris
pada luka. Beberapa jam setelah luka, terjadi invasi sel inflamasi pada
jaringan luka. Sel polimorfonuklear (PMN) bermigrasi menuju daerah luka
dan setelah 24-48 jam terjadi transisi sel PMN menjadi sel mononuklear atau
makrofag yang merupakan sel paling dominan pada fase ini selama lima hari
dengan jumlah paling tinggi pada hari ke-dua sampai hari ke-tiga. Pada fase
ini, luka hanya dibentuk oleh jalinan fibrin yang sangat lemah. Setelah proses
inflamasi selesai, maka akan dimulai fase proliferasi pada proses
penyembuhan luka.15
Gambar 3. Fase inflamasi15
2. Fase proliferasi
Fase ini disebut juga fase fibroplasia, karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai
kira-kira akhir minggu ketiga yang ditandai dengan deposisi matriks
ekstraselular, angiogenesis dan epitelisasi. Fibroblas memproduksi matriks
ekstraselular, kolagen primer dan fibronektin untuk migrasi dan proliferasi
Universitas Sumatera Utara
sel.11 Fibroblas berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi,
menghasilkan mukopolisakarida, asam amino-glisin dan prolin yang
merupakan bahan dasar serat kolagen yang akan mempertautkan tepi luka.16
Proses angiogenesis juga terjadi pada fase ini yang ditandai dengan
terbentuknya formasi pembuluh darah baru dan dimulainya pertumbuhan
saraf pada ujung luka. Pada saat ini, keratinosit berproliferasi dan bermigrasi
dari tepi luka untuk melakukan epitelisasi menutup permukaan luka,
menyediakan barier pertahanan alami terhadap kontaminan dan infeksi dari
luar. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal, terlepas dari dasarnya dan
berpindah mengisi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru
yang terbentuk dari proses mitosis. Proses ini baru terhenti ketika sel epitel
saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya
permukaan luka dan dengan pembentukan jaringan granulasi, maka proses
fibroplasia akan berhenti dan dimulailah proses pematangan dalam fase
remodeling.15
Gambar 4. Fase proliferasi15
3. Fase remodelling/fase pematangan
Fase ini merupakan fase terakhir dari proses penyembuhan luka pada jaringan
lunak dan kadang-kadang disebut fase pematangan luka. Pada fase ini terjadi
Universitas Sumatera Utara
perubahan bentuk, kepadatan dan kekuatan luka. Selama proses ini,
dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas dan mudah digerakkan dari
dasarnya. Terlihat pengerutan maksimal dari luka, terjadi peningkatan
kekuatan luka dan berkurangnya jumlah makrofag dan fibroblas yang
berakibat terhadap penurunan jumlah kolagen. Secara mikroskopis terjadi
perubahan dalam susunan serat kolagen menjadi lebih terorganisasi. Fase ini
dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir apabila semua
tanda radang sudah hilang. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua
yang abnormal karena adanya proses penyembuhan.15,19
Gambar 5. Fase remodelling15
2.6 Proses Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi
Penyembuhan pada soket pencabutan hampir sama dengan penyembuhan
secara umum, hanya saja ada sedikit karakteristik khusus karena melibatkan tulang
dan jaringan lunak. Tahap penyembuhan dari soket setelah pencabutan adalah
:16,17,18,20
a. Terjadi proses epitelisasi pada hari ke-4
b. Pergantian pembentukan bekuan darah oleh jaringan granulasi pada
hari ke-7
Universitas Sumatera Utara
c. Pembentukan osteoid pada dasar soket gigi pada hari ke-14
d. Penggantian jaringan granulasi oleh jaringan ikat pada hari ke-20
e. Pengisian 2/3 soket gigi oleh trabekula pada hari ke-28
Berikut urutan proses berlangsungya penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi:
1. Sesaat setelah dilakukan pencabutan akan terjadi pembentukan bekuan darah
pada soket alveolar. Selama 24-48 jam setelah pencabutan terjadi dilatasi
pembuluh darah, migrasi leukemik dan pembentukan lapisan fibrin.16,19
2. Minggu pertama setelah pencabutan bekuan darah akan membentuk tahanan
sementara, dimana pada saat yang sama sel-sel inflamasi melakukan migrasi.
Epitel dipinggir luka mulai tumbuh, osteoklas menumpuk pada puncak tulang
alveolar yang akan menyebabkan resopsi tulang serta terjadi angiogenesis
pada sisa ligamen periodontal.17
3. Pada minggu kedua setelah pencabutan, pembuluh darah yang baru mulai
masuk kedalam bekuan darah, trabekula osteoid meluas dari alveolar ke
bekuan darah, serta resorbsi margin kortikal soket alveolar terlihat lebih
jelas.16,17
4. Minggu ketiga setelah pencabutan, soket telah terisi jaingan granulasi, epitel
permukaan telah terbentuk sempurna dan remodelling tulang terus berlanjut
sampai beberapa minggu berikutnya. Berdasarkan beberapa penelitian yang
telah dilakukan penyembuhan tulang secara total akan selesai 4-6 bulan
setelah pencabutan.16,17
Kriteria tercapainya proses penyembuhan luka pada soket bekas pencabutan
gigi diawali dengan pembentukan bekuan darah pada soket tersebut, karena kualitas
dan kuantitas bentuk bekuan darah mempengaruhi kelanjutan proses penyembuhan
seperti reepitelisasi, angiogenesis, deposisi matriks dan remodelling, yang
mendukung proses penyembuhan luka pada soket bekas pencabutan gigi. Kualitas
dan kuantitas bekuan darah yang terbentuk pada soket bekas pencabutan gigi
dipengaruhi faktor lokal maupun faktor sistemik.20,21
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Penyembuhan soket pasca pencabutan20,21
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA TEORI
Pencabutan
gigi
Indikasi dan
Kontraindikasi
Proses Penyembuhan
Luka Pasca Ekstraksi
Gigi
Fase Inflamasi
Fase Proliferasi
Fase Remodelling
Universitas Sumatera Utara
KERANGKA KONSEP
Pengetahuan Mahasiswa
Kepaniteraan Klinik
Departemen Bedah Mulut
FKG USU
Proses Penyembuhan Luka
Pasca Ekstraksi Gigi
•
•
•
Fase Inflamasi
Fase Proliferasi
Fase Remodelling
Universitas Sumatera Utara
Download