BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Abnormal Return Return adalah pengembalian dari kepemilikan suatu investasi dalam waktu tertentu (Horne, 2007).Sedangkanabnormalreturnatau excess return adalah kelebihan dari returnyang sesungguhnyaterjadi terhadap return normal (Jogiyanto, 2003).Return normalmerupakan returnexpektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikan yang dimaksud dari return tidak normal(abnormalreturn) adalahselisihantara returnsesungguhnyayangterjadi dengan returnekspektasi. Returnsesungguhnyamerupakan returnyang terjadipadawaktuketyang merupakanselisih hargasekarang relative tehadaphargasebelumnya (Jogiyanto, 2003). MenurutBrown (dalam Jogiyanto, 2003)Returnekspektasi dapat dihitung menggunakan 3model estimasi yakni mean adjusted model, market model dan marketadjusted model. 1. Mean adjusted Model(Model DisesuaikanRata-rata) Model ini beranggapan bahwareturnekspektasi bernilai konstanyang sama returnrealisasisebelumnyaselama period). Periode denganrata-rata periodeestimasi (estimation estimasi umumnya merupakan periode sebelumperiodeperistiwa. Periodeperistiwa (eventperiod) 23 disebutjuga denganperiode pengamatanataujendela peristiwa (eventwindow). Menggunakanmodel ini,returnekspektasisuatusekuritaspadaperiode tertentudiperolehmelaluipembagian return realisasisekuritastersebut denganlamanyaperiodeestimasi.Lamanyajendelatergantung darijenis peristiwanya.Jikaperistiwanya merupakan peristiwa yang nilai ekonomisnya (misalnya dapatditentukandenganmudaholehinvestor pengumumanlabadanpembagiandividen),periode jendela dapatpendek, disebabkan investordapat bereaksi dengan cepat (Jogiyanto, 2003) 2. Market model(ModelPasar) Perhitunganreturnekspektasidenganmodelpasar (marketmodel) ini dilakukan dengan duatahap,yaitu: a) Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi. b) Menggunakan modelekspektasiuntuk mengestimasireturnekspektasi diperiode jendela.Modelekspektasidapatdibentukmenggunakan regresi OLS(OrdinaryLeast Square). 3. Market Adjusted Model (Model DisesuaikanPasar) Model disesuaikan pasarberanggapan bahwapendugaterbaik untuk mengestimasireturn satu sekuritasadalah return indekspasar 24 pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, makatidak perlu menggunakan periode estimasiuntukmembentukmodelestimasi,karena returnsekuritas yangdiestimasi adalahsana denganreturnindekspasar (Jogiyanto, 2003) Misalnya padaharipengumumanpersitiwa,returnindekspasar adalah sebesar18%, dengan menggunakan metodedisesuaikan pasar inimaka returnekspektasisemuasekuritasdihariyangsama tersebutadalahsama dengan returnindeks pasarnya, yaitu sebesar 18%. Jika return haripengumumanadalah35%,maka suatu sekuritaspada besarnyaabnormal returnyangterjadi(35%-18%)yaitu 17%(Jogiyanto, 2003). Model ini menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasireturnsuatusekuritasadalahreturnindekspasar padasaat tersebut. Dengan menggunakan model ini, makatidak perlu menggunakan periodeestimasiuntukmembentukmodelestimasikarena returnsekuritas yang samadenganindekspasar.Indekspasaryang diestimasiadalah dapat dipilih untuk pasarBEJmisalnyaIHSG(indekshargasahamgabungan).Pengukuran abnormal return dengan metodemarket adjusted model sebagai berikut : Arit=Rit– E(Rit) 25 dimana: Arit=Abnormal return saham i pada periodet Rit=Actual return saham i pada periodet E(Rit)=Expectedreturn saham i padaperiodet Return realisasi (sesungguhnya) yang digunakan dalam metode market adjusted modeladalahcapitalgain / lossyangseringjugadisebutactualreturn.Besarnyaactualreturn(Ri)d apat dihitungdengan rumus sebagai berikut: (Pi −P ) Rit= it it−1 Pit−1 dimana : Rit =Actual return saham i padawaktu t Pit =Closing pricepada periode t Pit-1 =Closing pricepada periode t-1 Expected return atau return yang diestimasidalam metode market adjusted modelsama denganreturnindekspasarnya.Sehinggadalampenelitianini expectedreturn dapat dihitungdengan rumus : IHSGt −IHSGt−1 Rmt= IHSGt−1 dimana : Rmt =Return indeks pasar(market return)pada periode estimasi t IHSGt =Indeks HargaSaham Gabunganperiode estimasi t 26 IHSGt-1 =Indeks Harga Saham Gabungansebelum periodeestimasi t 2.1.2 IHSG Indeks Harga Saham Gabungan Menurut Anoraga (2001), Indeks Harga Saham Gabungan adalah indeks yang menunjukan pergerakan harga secara umum yang tercatat di bursa efek yang menjadi acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. Indeks hargasaham menjadi yangmenunjukkanpergerakanharga sahammembandingkanperubahanharga apakah suatu indikator utama saham.Indeksharga sahamdariwaktu hargasahammengalamikenaikan atau kewaktu, penurunan dibandingkansuatu waktu tertentu. Penentuan indeks hargasaham dibedakanmenjadidua,yaituindeksharga dan sahamindividu(indeksindicidu) IndeksHarga Saham Gabungan(IHSG).Indeksindividualmerupakanindeks masing- masingsahamterhadaphargadasarnya(Darmaji,2001),indeksini tidakdapatmengukurharga darisuatusahamperusahaantertentuapakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan. IndeksHarga SahamGabungan(IHSG) disebutjugaIndeks Pasar (market index),yaitualatukurkinerjasekuritaskhususnyasahamyanglistingdibursa yangdigunakanolehbursa-bursadidunia.Indeksdipasarmodalmempunyai fungsiantara lainsebagaibenchmark kinerja portofolio,indikator 27 trendpasar, indikator tingkatkeuntungan,dan sebagaifasilitasperkembangan produkderivatif. IHSGjugamenunjukkanpergerakanhargasahamsecara umumyangtercatatdi bursa efek(Anoraga,2001).Indeksinimelibatkanseluruhharga sahamyang terdaftar di bursa dan paling banyak digunakan sebagai acuan tentang perkembangankegiatandipasar modal.IHSG dapatdigunakanuntukmenilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. Secara khusus,dapatdiamatibahwa kebanyakansahamcenderung mengalamikenaikanharga,jika indeks hargasahamnaik. Sebaliknyajikaindeks hargasahamturun,kebanyakansahamcenderungmengalamipenurunanharga . Halinimenggambarkanbahwareturn- returndarisekuritas,mungkinberkorelasi karenaadanyareaksiumumterhadapperubahanperubahannilaipasar(Jogiyanto,2003). IHSGdiIndonesia,merupakansalah satuindeksyang merangkum perkembangan harga-harga sebagaigambaran sahamdiBEI.IHSGdapatdibaca ekonominasionalIndonesia,jikaIHSG menunjukkanpeningkatanmenjelaskan dalamsiklus membaik bahwakeadaanekonomisedang dan sebaliknyajikaIHSG menurun,menjelaskanbahwakeadaanekonomiIndonesiasedang 28 mengalami kesulitan. IndeksHargaSahamGabunganberubahsetiapharikarenaperubahanharga pasaryangterjadi setiaphari dan adanyasaham tambahan.Pertambahanjumlah sahamberedarberasaldariemisibaru,yaitumasuknyaemitenbaruyangtercata t di BursaEfek,atauterjadi tindakancorporateactionberupasplit,right,waran, dividen saham,sahambonus,dan sahamkonversi. Selainindeksharga sahamindividudanIHSG, ada dua jenisindeksharga sahamyang digunakan dalamkegiatandiBEIyaituindeks LQ45danindekshargasaham sektoral.IndeksLQ45 adalah indeks yang dihitung atas dasar 45 saham terlikuid (Sawidji, 2004). Indeks LQ 45menggunakan45saham yang terpilihberdasarkanlikuiditasperdagangansahamdandisesuaikansetiap enambulan,dengan demikiansahamyang terdapatdalamindekstersebutakan selalu berubah. Indeksharga sahamsektoralmenggunakansemua sahamyang termasukdalammasingmasingsektor. Indeks harga saham sektoral terdiridarisembilan sektorindustriyaitu: 1. Indeks sektorpertanian 2. Indekssektor pertambangan 3. Indeks sektorindustridasardankimia 29 4. Indekssektor anekaindustri 5. Indeks sektorindustribarangkonsumsi 6. Indekssektor propertidanrealestate 7. Indeks sektorinfrastruktur, utilitas dantransportasi 8. Indeks sektorkeuangan 9. Indekssektor perdagangan,jasa,dantransportasi 2.1.3 Analisis Variabel Fundamental Analasis fundamental adalah salah satu analisis yang dipakai dalam menentukan harga saham selain analisis teknikal Menurut Husnan (2005), analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasayangakandatangdengan;mengestimasinilaifaktorfaktorfundamentalyang mempengaruhihargasaham dimasayangakandatang,danmenerapkanhubunganvariabelvariabeltersebutsehinggadiperoleh taksiran hargasaham.Pendapat lain mengenai analisis fundamental disampaikan oleh Jogiyanto (2003) yang menyatakan bahwa analisis fundamental mencoba menghitung nilai instrinsiksuatu saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan, sehingga disebut juga dengan analisis perusahaan.Sedangkan menurut Wild(2010) analisis fundamental merupakan proses menetukan nilai perusahaan dengan menganalisis dan menginterpretasikan faktor-faktor kunci untuk ekonomi, industri dan perusahaan. Bagian paling utama dalam analisis ini adalah evaluasi atas posisi kinerja dan keuanga perusahaan. 30 Analisisfundamentalselalu berpedoman bahwanilaisuatusahamsangat dipengaruhiolehkinerjaperusahaanyang menerbitkansaham tersebut. Menurut Ang (dalam Nugroho, 2009), jikakinerjaperusahanpubliktersebutberadadalam kondisibaik makahargasaham perusahaandapatdiperkirakanakanmerefleksikankekuatantersebut dengan ditandai dengan meningkatnya harga saham Untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, analisis fundamental bertumpu pada informasi fundamental.Informasi fundamental adalah informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang pada umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan yang merupakan salah satu ukuran kinerja perusahaan. Dari laporan keuangan dapat diketahui beberapa faktor fundamental, antara lain: (1) rasiorasio keuangan, (2) arus kas, (3) serta ukuran-ukuran kinerja lainnya yang dihubungkan dengan return saham (Elton, 1995). Melalui analisis fundamental yang mendalam dan menyeluruh atas kinerja keuangan suatu perusahaan, maka investor dapat menentukan mana saham yang dinilai terlalu rendah dan mana saham yang dinilai terlalu tinggi. Faktor-faktor fundamental yang mencerminkan kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dianalisis dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik yang tercermin melalui rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Rasio berperan sebagai alat yang membantu dalam menyediakan pandangan kondisi keuangan 31 perusahaan.Bila dinterpretasikan dengan tepat rasio keuangan dapat mengidentifikasi area yang membutuhkan investigasi lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar dalam menemukan kondisi tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio Wild (2010) Rasio keuangan dapat menggambarkan kinerja keuangan dan dapat menjelaskan beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Terdapat perbandingan yang berarti dalam dua hal yang dapat dibuat melalui rasio keuangan (Purnomo, 1998). Pertama, dapat dibandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu untuk mengamati kecenderungan (trend) yang sedang terjadi. Kedua, dapat dibandingkan rasio keuangan sebuah perusahaan dengan perusahaan lain yang masih bergerak pada industri yang relatif sama pada periode tertentu. Penilaian keunggulandan kelemahan pengelolaan keuangan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam industri tertentu atau antara perusahaan dengan rata-rata perusahaan dalam industri yang sama dapat diketahui dengan cara yang kedua ini. Ang (1997) menyatakan bahwa, analisis faktor fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan yang terdiri dari lima rasio, yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Rentabilitas (profitabilitas), Rasio Solvabilitas (solvency), Rasio Pasar, dan Rasio Aktivitas. 1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios) 32 Menurut Fred Weston (dalam Sugiyono, 2009), rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas ini terdiri dari: current ratio (rasio lancar), quick ratio, dan networking capital. 2) Rasio Aktivitas (Activity Ratios) Rasio ini menggambarkan tingkat pendayagunaan harta atau sarana modal yang dimilki perusahaan (Sugiyono, 2009). Rasio aktivitas ini terdiri dari : total asset turnover, fixed asset turnover,accounts receivable turnover, inventory turnover, averagecollection period (day’s sales inaccounts receivable) dan day’ssales in inventory. 3) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios) Rasio ini bertujuan untuk menugkur efektifitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan (Sugiyono,2009).Rasio rentabilitas ini terdiri dari: grossprofit margin, net profit margin, operating return on assets, returnon assets, return on equity, dan operating ratio. 4) Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Wild,2005). Rasio ini juga disebut leverageratios, karena merupakan rasio pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman 33 (debt) untuk memperoleh keuntungan. Rasio leverage ini terdiri dari: debt ratio, debt to equity ratio, long-termdebt to equity ratio, long-term debt to capitalization ratio, timesinterest earned, cash flow interest coverage, cash flow to netincome, dan cash return on sales. 5) Rasio Pasar (Market Ratios) Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar ini terdiri dari: dividend yield, dividend per share, earning per share, dividendpayout ratio, price earning ratio, book value per share, dan priceto book value. 2.1.3.1 Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana. Hal itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar (Walsh, 2004). Perhitungan rasio ini menggunakan rumus: π ππΈ = NIAT πππππ π ππππππ 34 2.1.3.2 Price Earning Ratio (PER) Rasio ini diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba per saham sehingga semakin tinggi rasio ini akan mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan akan semakin membaik (Sugiyono, 2009). Makin besarP/ERatiosuatusaham,makasaham tersebutakansemakinmahalterhadappendapatan bersihperlembarsahamnya.JikadikatakansahammempunyaiP/ERatio10kal i,berarti hargasaham nya(pendapatanbersihperlembarsaham). tersebut10kalilipatterhadapEPSSaham yangmempunyaiP/ERatiosemakinkecilakansemakinbagus,yangberartisah am tersebutsemakinmurah.Perhatikanbahwa P/ERatioinimerupakansalah satusegi memandangkinerjareturnsaham.Biasanya,P/E Ratiosuatusaham dibandingkandenganP/E Rasioindustrinya,untukmelihatkinerjasaham tersebutterhadapkinerjasaham rata-ratapada industri tersebut(Ang, 1997). Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price earning ratio yang rendah pula. Semakin rendah price earning ratio suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. Price earning ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi semakin kecil nilai 35 price earning ratio maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut. Rumus yang digunakan untuk mengukur price earning ratio adalah sebagai berikut (Arifin, 2002) : ππΈπ = PER = Price Earning Ratio ππ‘πππ ππππππ πΈππ EPS = Earning per Share (Pendapatan bersih per lembar saham) Stock Prices = Harga saham 2.1.3.3 Price to Book Value Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan 2009)Nilaibuku(bookvalueper (Sugiyono, lembarsaham) menunjukanaktivabersih(net asset)yangdimilikioleh pemegangsaham dengan memiliki satulembar saham. Karena sama aktivabersih adalah dengantotalequitaspemegangsaham,makanilai bukuperlembarsaham adalahtotalekuitasdibagidenganjumlahsahamberedar. Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentuyang ditentukanoleh pelakupasar.Nilai pasarditentukanoleh 36 permintaandanpenawaransahambersangkutandi pasarbursa.Perusahaan yang berjalanbaik,umumnyarasioPBV- nyamencapaidiatassatu yang menunjukanbahwanilaipasarsahamlebihbesardarinilaibukunya. PBV adalah indikator lain yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, semakin tinggiPBV-nyamaka semakintinggipula perusahaan dinilai oleh para pemodal (investor) relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan diperusahaan.ntuk PBV adalah: PBVn = PBVn = Price to Book Value Pn BVn Pn = Harga per lembar saham pada tahun ke –n BVn = Nilai buku per lembar saham pada tahun ke –n 2.1.3.4 Total Asset Menurut Rossje (dalam Rosauli, 2007), Total Asset atau disebut juga dengan Asset Sizemerupakan skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan pada akhir tahunSemakin menunjukkan semakin besarpula besar aktiva kemampuan perusahaanuntukmelakukanaktivitasoperasionalnyasehingga perusahaanmakinbaik.Denganmeningkatnyakinerja kinerja perusahaanmaka harga sahamperusahaandipasar modalcenderungnaik/meningkatdanhal ituberdampakpada meningkatnya returnsaham.Dengandemikianassets berpengaruh positifterhadap return saham. 37 2.2 Review Penelitian Terdahulu Andinova (2006)melakukanpengujianpengaruhtotalassets,totalliability, NPM,danROEterhadapabnormalreturndiBursaEfekIndonesia(BEI)periode200 2-2004. Pengujian dilakukan dengan menggunakananalisis regresi berganda. Hasilpenelitiannyamenunjukkantotalassets, NPM danROEsecaraparsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap abnormal return, sedangkan total liability tidak berpengaruh signifikan. Secara simultan, Total Assets, NPM, ROE, dan Total Liability berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Setyowati(2002) menelitimengenaipengaruhkandunganinformasi keuangan (Assets, Liabilities, Equity, NetSales, NetIncome) terhadap abnormal returnpada sahamdi BEI.Hasilpenelitiannyamenunjukkanbahwasecara parsial, hanyaEquity yang memiliki pengaruh merupakanvariabel sedangkan signifikan yang terhadap dominan abnormal Assets, dan untuk memprediksiabnormalreturn, variabelAssets, Liabilites, NetSales,danNetIncometidakberpengaruhsignifikan. simultan, return, Liabilities, Equity, Net Sedangkansecara Sales, dan Net Incometidakmenunjukkanpengaruhsignifikanterhadap abnormal return. Payamta& Setiawan(2004),menganalisispengaruhmergerdan akuisisiterhadapkinerjaperusahaanyang diproksikandenganrasiokeuangandanreturnsahamterhadap53 perusahaandan yangmasukdalam sampeladalah16 perusahaan.Hasilpenelitianinimenunjukan 38 bahwa pengujiansecara serentakterhadapsemuarasio keuangan(likuiditas, solvabilitas,aktivitas,danprofitabilitas) perusahaan manufaktursetelah melakukanmergerdan akuisisiternyatatidakmengalamiperbaikandibandingkan dengan sebelum melaksanakan merger danakuisisi. Abnormal return sesudah merger dan akusisi adalah negatif dengan periode jendela 45 hari ( 22 hari sebelumdan22sesudah mergerdanakuisisi) Djaman (2010) meneliti pengaruh informasi keuangan yang terdiri dari arus kas, informasi laba , ukuran perusahaan terhadap abnormal return. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa arus kas pendanaan memiliki pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap abnormal return, sedangkan arus kas investasi dan operasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap abnormal return. Informasi laba berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return. Informasi size perusahaan juga berpengaruh positif signifikan terhadap abnormal return. Peneliti lain, Silalahi (2010) meneliti pengaruh Total Assets, NPM, dan ROE terhadap abnormal return pada Sektor Telekomunikasi menyimpulkan bahwa secara parsial Total Assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return saham. Sedangkan variabel NPM dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return saham pada sektor telekomunikasi. 39 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1 Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Setyowati (2002) Judul Analisis Pengaruh KandunganInformasi Keuangan terhadap Abnormal Return Saham Variabel Penelitian Variabel independen : Assets, Liabilities, Equity, Net Sales, Net Income Variabel dependen: Anormal Return Saham Variabel independen : Total Asset, total liabilities, NPM, ROE Variabel dependen: Abnormal return 2. Andinova (2006) AnalisisPengaruh Total Asset, Total Liabilities, NPM, ROE terhadap Abnormal Return 3. Djaman (2010) Pengaruh informasi Laporan Arus Kas, Laba dan Size perusahaan terhadap Abnormal Return Saham Perusahaan sector Manufaktur di BEI Variabel Independen: Arus Kas, Laba, Asset Size Variabel Dependen: Abnormal Return 3. Payamta Setiawan (2004) AnalisisPengaruh Mergerdan AkuisisiTerhadap KinerjaPerusahaa nPublikdi Indonesia Silalahi (2009) Analisis Pengaruh Laporan Keuangan terhadap Abnormal Return saham pada sector Telekomunikasi Variabel independen : Rasio Likuiditas, Aktivitas, Solvabilitas dan Profabilitas Variabel Dependen: Abnormal Return Variabel independen : ROE, NPM, Total Liabilities Variabel dependen:Abnor mal Return 4. Hasil Penelitian Secara simultan kelima variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return Sedangkan secara parsial hanya variabel Equity yang berpengaruh signifikan terhadap abnormal return, sedangkan variabel lainnya tidak. Secara simultan semua variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return , sedangkan secara parsial hanya variabel Total Asset, NPM, dan ROE yang berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return, sedangkan variabel lain tidak. Secara parsial, Arus Kas pendanaan memiliki pengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap abnormal return. Sedangkan Arus Kas investasi dan operasi, informasi laba dan size perusahaan punya pengaruh positif pada abnormal return Hasil penelitian ini menunjukkan pengujian serentak terhadap semua rasio keuangan setelah melakukan merger dan akuisisi tidak mengalami perbaikan dibandingkan sebelum melaksanakan merger dan akuisisi Secara parsial, variable Total Liabilities dan NPM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham di pasar sedangkan variabel ROE tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Secara simultan semua variabel penelitian berpengaruh signifikan terhadap harga saham 40 2.3 Kerangka Konseptual Kerangkakonseptualadalahsuatumodelyangmenerangkanbagaimanahubunga nsuatuteoridenganfaktorfaktoryangpentingyangtelahdiketahuidalamsuatumasalahtertentu.Kerangkakonsep tualakanmenghubungkansecarateoritisantaravaribelvariabelpenelitianyaituvaribelbebasdenganvariabelterikat.MenurutIndriantorodanS upomo(2000),kerangkakonseptualmerupakandasarpemikiranpenelitiuntukdikomu nikasikandenganoranglainsehinggahasilnyadapatdimengertiolehoranglaindanmem ungkinkanuntukdireplikasiataudiekstensiolehpenelitiyanglain. Berdasarkanlatarbelakangmasalah,tinjauanpustakadanhasilpenelitianterdah ulu,makakerangkakonseptualdalampenelitianinidapatdigambarkansebagaiberikut: Ha2 Ha3 Ha4 Ha5 ROE (X1) PER (X2) ABNORMAL RETURN(Y) PBV (X3) Total Asset (X4) 41 Ha1 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Darikerangkakonseptualdiatas,dapatdiketahuibahwadalam penelitianini,yangmerupakanvariabelindependenadalahReturn Equity(ROE),PriceEarningRatio(PER),Price To On Bookvalue(PBV),Total Asset;sedangkanvariabeldependennyaadalahAbnormal Return. Return on Equity (ROE) mencerminkan kemampuan ekuitas perusahaan dalam menghasilkan laba. Price Earning Ratio (PER) menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima saham tersebut. Price to Book Value (PBV) merupakan perbedaan nilai buku asset dengan nilai buku kewajiban. Total Assets merupakan ukuran perusahaan yang tercermin dari jumlah seluruh harta perusahaan. Abnormal Return merupakan selisih return aktual dengan return ekspektasi. Semua rasio-rasio yang telah disebutkan di atas sebagai variabel independen merupakan rasio yang secara teori mempengaruhi investor dalam menetapkan keputusan investasi pada saham suatu perusahaan. Semakin baik kinerja perusahaan, yang dicerminkan dengan meningkatnya rasio maka semakin tinggi minat investor terhadap saham perusahaan, akan berpengaruh terhadap return saham, yang pada akhirnya juga memiliki potensi untuk mempengaruhi abnormal return saham. Begitu juga dengan Total Assets yang 42 semakin besar berarti sumber daya perusahaan yang besar, yang secara teori, pendayagunaan assets yang maksimal memungkinkan pengembalian atau return yang semakin besar, yang pada akhirnya return ini dapat mempengaruhi abnormal return saham. 2.4HIPOTESIS Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori. Hipotesis mengemukakan pernyataan tentang harapan peneliti mengenai hubungan-hubungan antara variabel-variabel di dalam persoalan (Donald, 1982). Hipotesis nol (nully hypothesis) merupakan hipotesis tentang tidak adanya perbedaan. Hipotesis ini pada umumnya diformulasikan untuk ditolak. Hipotesis pengganti (Ha) merupakan hipotesis penelitian yang berupa penyataan sementara atau dugaan yang dinyatakan secara operasional. Hipotesis penelitian adalah prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji. Berdasarkanteoriyangtelahdijelaskan,makadapatdisusunhipotesissebagaibe rikut: Ha 1 :AdapengaruhReturnon Equity(ROE),PriceEarningRatio(PER),PricetoBookValue(PBV), dan Total AssetterhadapAbnormal Return saham Ha 2 :Returnon Equity(ROE)berpengaruh signifikan terhadapAbnormal Return saham 43 Ha 3 :Price Earning Ratio(PER)berpengaruh signifikan terhadapAbnormal Return saham Ha 4 :Price to Bookvalue (PBV)berpengaruh signifikan terhadap Abnormal Returnsaham Ha 5 :Total Assetberpengaruh signifikan terhadapAbnormal Returnsaham 44