olahraga sebagai piranti pembentuk karakter generasi muda

advertisement
Seminar Nasional
OLAHRAGA SEBAGAI
PIRANTI PEMBENTUK
KARAKTER GENERASI MUDA
INDONESIA YANG
BERMARTABAT
Prof.Dr.Djoko Pekik Irianto, M.Kes., AIFO
Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga
Kementerian Pemuda dan Olahraga RI
Djoko Pekik I-Juni 2012
EROSI NILAI-NILAI
PERADABAN , BUDAYA DAN MORAL
 Santun ?
 Ramah tamah ?
 Suka menolong ?
 Suka mendahulukan orang ?
 Budaya hormat ?
 Suka damai ?
 Patuh pada adab ?
MASIH
ADAKAH
???
 Lemah lembut ?
 Asih-Asah-Asuh ?
 Biasa ucapkan mohon maaf- terima kasih ?
Djoko Pekik I-Juni 2012
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 1
Seminar Nasional
PROFILE PEMUDA
Surplus Energi
Idealisme
Butuh
Pengakuan
Ego
Cari
Jati Diri
POSITIF
ATLET
NEGATIF
•Kerja Keras
• Berjuang
•Sabar
•Ulet
• Narkoba
•Gangster
• Kekerasan
• dll
Djoko Pekik I-Juni 2012
PEMUDA TANGGUH
TEGAS
Punya Prinsip
TEGES
Pandaikompeten
TeGeS
Kuat-mandiri
Beri aku 10 pemuda akan aku guncang dunia
(Soekarno)
Djoko Pekik I-Juni 2012
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 2
Seminar Nasional
CHAIN IMAGE
OLAH
RAGA
MAJOR
EFEK
FISIK
MOTORIK
NURTURA
EFEK
VALUE
KARAK
TER
AKTUA
LISASI
Djoko Pekik I-Juni 2012
MAKNA KARAKTER
1. Karakter adalah gambaran kualitas sistem
nilai yang dianut seseorang yang dapat
diamati melalui perbuatan atau perilaku.
2. Karakter adalah tabiat, watak, sifat kejiwaan,
ahlak yang membedakan seseorang.
3. Karakter ibarat huruf dalam alfabet, tidak
pernah sama satu dengan lainnya
4. Karakter cenderung sebagai aspek etis (aspek
susila dan Moral)
Djoko Pekik I-Juni 2012
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 3
Seminar Nasional
MORAL - KARAKTER
 Karakter Kharassein (latin)
mengukir/memahat.
 Mendidik karakter = mengukir jiwa
 Pendidikan karakter memiliki makna lebih
tinggi dari pendidikan moral.
 Moral adalah pengetahuan seseorang
terhadap hal baik atau buruk.
 Karakter adalah tabiat seseorang yang
langsung di- drive oleh otak
Djoko Pekik I-Juni 2012
MORAL - KARAKTER
 Pendidikan moral mengajarkan hal
yang benar dan hal yang salah.
 Pendidikan karakter bukan saja
mengajarkan hal yang benar dan hal
yang salah, namun sekaligus
menanamkan kebiasaan (habituation)
yang baik agar individu menjadi
paham, mampu merasakan dan mau
melakukan hal-hal yang baik
Djoko Pekik I-Juni 2012
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 4
Seminar Nasional
TIGA UNSUR KARAKTER
( Ryan and Bohlin)
 Knowing the good ( mengetahui
kebaikan)
 Loving The good ( mencintai Kebaikan)
 Doing The good ( melakukan kebaikan)
Djoko Pekik I-Juni 2012
APAKAH KARAKTER BISA DIBENTUK ?
 Konon katanya: Koala
hidup di atas pohon, dalam
sehari tidur selama 22 jam.
 Kalau mau makan dia
hanya bergeser sedikit
untuk mengambil makanan
 Koala bergerak paling
banyak pada saat aktivitas
seksual
 KARAKTER KOALA
Djoko Pekik I-Juni 2012
BINATANG TERMALAS
DI DUNIA
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 5
Seminar Nasional
APAKAH KARAKTER BISA DIRUBAH –
DIBENTUK ?
 Karakter sebagian ditentukan oleh sifat-
sifat hereditas dan sebagian ditentukan
oleh milieu ( Shields and Bredemeier)
 Karakter masih mungkin untuk dibentuk,
meskipun sifat dan ciri jasmani yang
dimiliki seseorang tetap memberi ciri unik
pada setiap individu
Djoko Pekik I-Juni 2012
PADA DASARNYA KARAKTER DAPAT
DIRUBAH
 Perubahan bergantung kepada kemauan
untuk berubah
 Perubahan memerlukan perjuangan untuk
berubah
 Sedikit- demi sedikit, setapak- demi setapak,
selangkah - demi selangkah
Djoko Pekik I-Juni 2012
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 6
Seminar Nasional
OLAHRAGA SEBAGAI PIRANTI
PEMBENTUK KARAKTER
 Olahraga berorientasi pada pengembangan
fisik, merupakan proses penyiapan tubuh
yang baik bagi bersemayamnya jiwa dan
pikiran yang baik.
 Olahraga sebagai sarana yang ampuh untuk
“ nation and character Building “ ( Soekarno)
Djoko Pekik I-Juni 2012
 Olah raga dalam konteks aktivitas jasmani
paling signifikan untuk perkembangan
karakter moral ( Shields and Bredemeier),
karena 2 alasan:
1. Melalui aktivitas olahraga terbuka ruang
sangat luas untuk mengatur lingkungan
yang optimal dan membantu individu
mengakses berbagai dimensi dari moral
karakter.
2. Dalam berolahraga terbuka kesempatan
untuk menghargai nilai-nilai intrinsik dan
kesenangan yang ditimbulkan ketika
berekspresi
Djoko Pekik I-Juni 2012
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 7
Seminar Nasional
Nilai –Nilai Universal Olahraga
1. Cooperation
2. Communication
3. Respect for the rules
4. Problem Solving ( masalah dlm aktivitas Or rangsang
berfikir kritis Pecahkan masalah)
5. Understanding
6. Connection with others
7. Laedership
8. Respect to other
9. Value of effort
10. How to Win ( Menang buah kerja keras)
11. How to lose ( Olahrga mengajarkan untuk menerima
kekalahan tanpa harus kehilangan martabat )
Djoko Pekik I-Juni 2012
12. How to manage competition
13. Fair Play
14. Sharing
15. Self esteem (hargai diri)
16. Trust (percaya pd orang)
17. Honesty (jujur)
18. Self Respect
19. Tolerance
20. Confidence
21. Teamwork
22. Dicipline
23. Resilience (Gigih)
Djoko Pekik I-Juni 2012
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 8
Seminar Nasional
SUDAH -KAH NILAI-NILAI OLAHRAGA MAMPU
MEMBENTUK KARAKTER ?
 Belum maksimal----- Mengapa ?
1. Struktur program olahraga yang diajarkan
umumnya berfokus hanya pada pengembangan
keterampilan fisik dan teknik dasar, dan ekspektasi
di lapangan pun masih tertuju pada skill
development.
2. Pemilihan Program yang berorientasi pada
pengembangan moral, sosial, dan psikologis masih
terabaikan.
3. Diperlukan Kurikulum yang bermuara pada
pengembangan anak secara menyeluruh.
4. Keterbatasan sarana pendukung diperlukan
Djoko Pekik I-Juni 2012
kreatifitas pengajar.
APA YANG PERLU DILAKUKAN
 Pemahaman: Pendidikan karakter melibatkan
aspek: Cognitive- feeling- action.
 Penjas-olahraga bukan sekedar fisik and skill
oritented
 Setiap program Penjas-Olahraga , termasuk
pemilihan metode mempertimbangkan
pencapaian tujuan yang kompleks (fisik-skillmotivasi-moral-emosi )
 Pendidikan dilaksanakan secara
berkelanjutan, pada selutuh sektor ( Formalnon formal-informal)
Djoko Pekik I-Juni 2012
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 9
Seminar Nasional
SIAPA PEMBENTUK KARAKTER
 Seluruh mahluk--. Manusia contoh binatang,




tumbuhan ( ayat-ayat kauniah)
Educator ( Guru, pelatih, penda’wah )
Parent ( Orang tua)
Media ( sentral)  media banyak ekspose
kekerasan masyarakat karakter keras
Pola makan– Vegetarian ( lebih Cool)
Banyak makan garam watak keras
Djoko Pekik I-Juni 2012
CURICULUM VITAE
Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes..,AIFO
( Guru Besar: Nutrisi Olahraga)
Pendidikan :
•
S1: Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan
( FKIK ) IKIP Yogyakarta
•
S2: Program studi Ilmu Kesehatan Olaharaga Universitas Air langga Surabaya
•
S3: Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya.
Course :Level I Srength & Canditioning ( Pelatih Fisik) ASCA ( Australia ), Sport Nutrition
( UGM-Jogjakarta)
Pekerjaan : Dosen Pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga , FIK Universitas Negeri
Yogyakarta.
Jabatan : DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA - RI
Bidang Keahlian : Sport Coaching , Sport Nutrition, and Fitness.
Tugas Yang pernah diemban Al: Instruktur (1) Strength and Conditioning (2) Pelatihan Gizi Atlet untuk
pelatih, Penyedia jasa boga bagi atlet. Pernah menjadi Pelatih Fisik Sepakbola, Konsultan Gizi klub
Sepakbola.
Tugas tambahan : Sekretaris Dewan Pelaksana PRIMA ( Program Indonesia Emas) KEMENPORA.
Organisasi : Bidang Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat ISORI ( Ikatan Sarjana Olahraga
Republik Indonesia) DIY. Di bidang Olahraga Prestasi : Bidang pembinaan Prestasi KONI DIY,
Bidang Litbang KONI DIY Bidang Litbang PERSANI (Persatuan Senam Indonesia) DIY , Sekretaris
Umum PBVSI (Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia) DIY., Ketua Umum PP BAPOPSI
Djoko Pekik I-Juni 2012
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 10
Seminar Nasional
MEMBANGUN BANGSA BERKARAKTER DAN
KOMPETITIF MELALUI PENINGKATAN KOMPOSISI
MASYARAKAT YANG TERDIDIK SECARA
PENJASOR (MELEK PENJASOR)
Oleh:
Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.
Kaprodi Magister (S2) Ilmu Keolahragaan
Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
DISAJIKAN PADA SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA DIES
NATALIS XXXII UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN (UTP)
SURAKARTA, 29 JUNI 2012
RASIONAL (1)
• Sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025 bahwa misi Pembangunan Nasional
2005-2025 yaitu untuk “mewujudkan bangsa yang
berdaya saing”.
• Terdapat banyak argumentasi yang dapat
dikemukakan untuk memperkuat keterkaitan dan
peran olahraga (pilar olahraga prestasi, olahraga
pendidikan, dan olahraga rekreasi) dengan
persoalan pembangunan, khususnya
pembangunan karakter masyarakat dan daya saing
bangsa.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 11
Seminar Nasional
RASIONAL (2)
• Peran olahraga sebagai sebuah instrumen
untuk nation and character building telah
teruji, karena olahraga memiliki fungsi
membangun spirit kebangsaan. Olahraga
menjadi alat mempersatukan bangsa,
membentuk karakter individu dan kolektif,
serta memiliki potensi untuk
mendinamisasikan sektor-sektor
pembangunan yang lain.
RASIONAL (3)
• Terdapat banyak alternatif yang dapat dilakukan
bangsa kita untuk lebih mengkondisikan kesiapan
masyarakat menuju terwujudnya bangsa
berkarakter dan berdaya saing tinggi.
• Kesiapan kolektif masyarakat yang dimaksudkan
adalah menyangkut perbaikan aset pembangunan
yang terkait dengan persoalan keterdidikan.
• “Keterdidikan” itu merupakan hal yang sangat
vital karena menjadi prasarat dasar untuk
akselerasi pembangunan, tanpa terkecuali dalam
sektor pembangunan olahraga.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 12
Seminar Nasional
PERMASALAHAN FAKTUAL
 Keterdidikan dalam penjasor (melek penjasor)
merupakan persoalan tersendiri yang kurang
mendapat perhatian masyarakat dan pemerintah.
Kecilnya perhatian tersebut menjadikan penjasor
selama ini hanya dikenal publik sebagai “mata
pelajaran olahraga” yang diajarkan di sekolah.
 Penjasor belum memiliki resonansi yang kuat dan
kurang mengembang secara meluas sebagai
instrumen penting pembentukan karakter dan
daya saing peserta didik, masyarakat dan bangsa.
PERTANYAAN BESAR DAN OPSI UTAMA
 Kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh
komunitas olahraga/ profesional olahraga/
akademisi olahraga agar ke depan penjasor benarbenar memiliki resonansi yang kuat dan
mengembang secara meluas sebagai instrumen
penting pembentukan karakter dan daya saing
peserta didik, masyarakat dan bangsa ?
 Jawaban / Opsi utama:
Kita bekerja keras untuk meningkatkan
komposisi masyarakat yang terdidik
penjasor (masyarakat melek penjasor)
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 13
Seminar Nasional
Mentalitas budaya yang memerosotkan nilai karakter dan daya
saing bangsa:
 Budaya permisif, membuka peluang pelanggaran disiplin dan
menjadi prakondisi tumbuhnya KKN;
 Budaya submisif, pemberian toleransi tanpa batas oleh rakyat
kepada pihak penguasa;
 Budaya semua dapat diatur, mengarah sikap kolektif
masyarakat untuk menjadi pemalas, apatis, dan tidak
menyukai bekerja keras dan berkompetisi untuk meraih
prestasi;
 Budaya materialisitis, semua diukur dengan standar materi
 Budaya formalistis, sekedar memenuhi wujud.
 Budaya fragmentasi, memenuhi kepentingan sempit dan
sesaat.
 Budaya individualisasi, memenuhi selera pribadi dan
kelompok tertentu.

Bagian integral dari proses pembangunan
nasional, khususnya pada upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang
mengarah pada : (1) peningkatan kesehatan
jasmani masyarakat, (2) kualitas mental
ruhani masyarakat, (3) pembentukan watak
dan kepribadian bangsa, (4) disiplin dan
sportivitas, serta (5) peningkatan prestasi
yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan
nasional.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 14
Seminar Nasional
ASET (MODAL) PEMBANGUNAN
BANGSA
?
A tangible
asset
?
ASET PEMBANGUNAN
?
Intangible
asset
?
Keterdidikan
Masyarakat
KETERDIDIKAN SEBAGAI MODAL
PEMBANGUNAN
Melek
Hukum
Melek
Dll.....
Relasi
Sosial
Keterdidikan
masyarakat
Kolektif
Melek
Melek
IPTEK
Penjasor
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 15
Seminar Nasional
KETERDIDIKAN PENJASOR
• Keterdidikan penjasor (melek penjasor) sebenarnya
•
dapat dipahami secara sederhana sebagai suatu
keadaan di mana masyarakat telah dinyatakan “bebas
buta akan nilai-nilai penjasor”.
Persoalannya adalah bahwa melek penjasor belum
secara optimal mewujud sebagai sebuah kondisi yang
tercipta secara faktual. Faktor kendala yang ada sangat
variatif, mulai dari keterbatasan jumlah guru,
kekurangan sarana dan prasarana, hingga persoalan
mind set atau cara pandang guru dan masyarakat luas
tentang produk atau outcome pembelajaran penjasor.
KARAKTERISTIK MELEK PENJASOR
1
2
3
• Telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang
diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmani
• Segar atau bugar secara jasmaniah
• Berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani
4
• Mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya
dalam aktivitas jasmani
5
• Menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya
kepada gaya hidup yang sehat
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 16
Seminar Nasional
FAKTA 1 TENTANG MELEK PENJASOR
• Karakteristik 1:
• Outcome: Peserta didik telah mempelajari berbagai
macam keterampilan yang diperlukan untuk
•
melakukan berbagai aktivitas jasmani
(Ordik/Orpres/Orkeb)
Tantangan: masih banyak warga masyarakat yang
belum melek untuk karakteristik 1 ini.

Masih banyak remaja kita yang tidak mampu memanjat,
 Masih banyak orang dewasa yang belum mampu
berenang,
 masih banyak warga yang memiliki kemampuan melempar
yang jelek sehingga kemampuannya dimanifestasikan
dalam perilaku-perilaku destruktif, dan sebagainya.
FAKTA 2 TENTANG MELEK PENJASOR
• Karakteristik 2:
• Outcome: Peserta didik telah Segar atau bugar
secara jasmaniah (Ordik/Orpres/Orkeb)
• Tantangan: masih banyak warga masyarakat
yang belum melek untuk karakteristik 2 ini
lebih dari 63% masyarakat memiliki tingkat
kebugaran jasmani yang sangat kurang
(Penelitian Depkes RI, 2002).
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 17
Seminar Nasional
FAKTA 3 TENTANG MELEK PENJASOR
• Karakteristik 3:
• Outcome: Peserta didik telah berpartisipasi
secara teratur dalam aktivitas jasmani
(Ordik/Orpres/Orkeb)
• Tantangan: Dari sisi partisipasi ini, indeks
partisipasi masyarakat Indonesia dalam
berolahraga juga belum menunjukkan kondisi
yang baik. Hal ini berarti tingkat keterdidikan
penjasor karakteristik 3 juga dapat dikatakan
masih rendah.
FAKTA 4 TENTANG MELEK PENJASOR
• Karakteristik 4:
• Outcome: Peserta didik telah Mengetahui
implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam
aktivitas jasmani (Ordik/Orpres/Orkeb)
• Tantangan: akses masyarakat untuk
pembentukan mind set tentang manfaat aktivitas
fisik belum memadai. Sumber-sumber belajar
masih terbatas dan mengarah pada belum
optimalnya daya apresiasi masyarakat, baik
dalam ranah formal, informal, maupun non
formal.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 18
Seminar Nasional
FAKTA 5 TENTANG MELEK PENJASOR
• Karakteristik 5:
• Outcome: Peserta didik telah menghargai
aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada
gaya hidup yang sehat (Ordik/Orpres/Orkeb)
• Tantangan: Gaya hidup sehat melalui aktivitas
jasmani belum menunjukkan keterkaitan dengan
persoalan ketertiban, kebersihan, kedisiplinan,
sportivitas. Program penjasor belum menjadi
leading sector usaha-usaha preventif untuk
menjauhkan dari kemungkinan menderita
penyakit secara fisik, moral, dan sosial.



Menuju terwujudnya hasil pembangunan
bangsa berkarakter dan berdaya saing tinggi
artinya mengkondisikan kesiapan masyarakat
secara kolektif, permanen, dan jangka panjang.
Kesiapan kolektif masyarakat yang
dimaksudkan adalah menyangkut perbaikan
aset pembangunan yang terkait dengan
persoalan keterdidikan.
“Keterdidikan” itu merupakan hal yang sangat
vital karena menjadi prasarat dasar untuk
akselerasi pembangunan, tanpa terkecuali
dalam sektor pembangunan olahraga.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 19
Seminar Nasional



Keterdidikan penjasor (melek penjasor) berkonotasi
sebagai suatu keadaan di mana masyarakat dapat
dianggap telah dinyatakan “bebas buta akan nilainilai penjasor”.
Eforia keterdidikan penjasor merupakan sebuah
prakondisi agar masyarakat terbebaskan dari
keterbelakangan karena rendahnya mutu penjasor.
Program keterdidikan penjasor adalah program untuk
menjauhkan masyarakat dari keterbelakangan secara
penjasor.
Pencerdasan dan wujud keterdidikan penjasor itu
menjadi penting karena merupakan intangible asset
pembangunan menuju bangsa yang kuat dan berdaya
saing tinggi.
REKOMENDASI (1)
 Usaha sistematis dan sistemik harus terus
dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga
Keolahragaan (LPTO) sebagai lembaga yang
memproduk guru penjasor, bahwa relevansi hasil
pendidikan sebaiknya lebih difokuskan pada
pembentukan guru yang kompeten untuk
menjalankan tugas mengemban misi keterdidikan
penjasor.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 20
Seminar Nasional
REKOMENDASI (2)
 Guru penjasor harus selalu proaktif untuk memanfaatkan
pengalaman pribadinya dan pengalaman orang lain
untuk lebih berperan dalam tugas membentuk peserta
didik yang melek penjasor.
 Meningkatkan kualifikasi akademik (menempuh
kualifikasi S1/S2 bahkan S3) merupakan sebuah saran
yang tepat agar guru penjasor memiliki wawasan yang
luas dan lebih akomodatif menuju masyarakat terdidik
secara penjasor (melek penjasor).
 Idealnya, sebelum mengolah proses keterdidikan
penjasor terhadap orang lain, guru mengolah dirinya
untuk menjadi pribadi profesional dan kompeten dan
lebih terdidik secara penjasor.
REKOMENDASI (3)
 Mencermati betapa pentingnya persoalan
keterdidikan penjasor (melek penjasor)
tampaknya sangat perlu untuk memikirkan
kampanye lokal/nasional gerakan keterdidikan
penjasor di masa depan. Sebuah gerakan PKK,
yakni Produktif –Konstruktif- Kolektif yang
menjadi bagian tidak terpisahkan dengan usaha
untuk mewujudkan bangsa yang bugar,
berkarakter dan berdaya saing tinggi.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 21
Seminar Nasional
REKOMENDASI (4)
 Perguruan Tingggi, dalam hal ini adalah
Lembaga Pendidikan Tinggi Keolahragaan,
menjadi inisiator atau ujung tombak secara
institusional untuk melaksanakan rintisan aksi
nasional gerakan bebas buta penjasor.
 Para guru penjasor dan para calon guru penjasor
menjadi inspirator ujung tombak kelompok
profesi yang akan berperan sebagai “kelompok
penekan” (presure group) merealisasikan
gerakan bebas buta penjasor.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 22
Seminar Nasional
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
DAPAT MEMBANGUN KARAKTER
MENJADI INSAN YANG CERDAS
KOMPREHENSIF DAN
KOMPETITIF
DISAJIKAN DALAM SEMINAR NASIONAL
OLEH: DRS HM. YUSUF, MPd
TGL 29 JUNI 2012
UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2012
A. Landasan
UU Sisdiknas. No: 20 tahun 2003
UU.Siskornas. No:3 tahun 2005 Pasal 1 Ayat 11.
Visi Pendidikan Nasional
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut,
Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan:
INSAN INDONESIA CERDAS KOMPREHENSIF DAN KOMPETITIF
(Insan Kamil / Insan Paripurna)
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 23
Seminar Nasional
B. PENGERTIAN
YANG DIMAKSUD DENGAN OLAHRAGA
PENDIDIKAN ADALAH PENDIDIKAN JASMANI DAN
OLAHRAGA YANG DILAKSANAKAN SEBAGAI
BAGIAN DARI PROSES PENDIDIKAN YANG TERATUR
DAN BERKELANJUTAN UNTUK MEMPEROLEH:
PENGETAHUAN, KEPRIBADIAN DAN KETRAMPILAN,
KESEHATAN DAN KEBUGARAN JASMANI.
Yang dimaksud dengan insan Indonesia cerdas adalah insan
yang cerdas secara komprehensif, yang meliputi cerdas spiritual,
cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas
kinestetis.
Tabel deskripsi insan cerdas komprehensif dan kompetitif
Insan Cerdas Komprehensif
Kompetitif
Cerdas spiritual
Beraktualisasi diri melalui
olah hati/kalbu untuk
menumbuhkan dan
memperkuat keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia
termasuk budi pekerti luhur
dan kepribadian unggul.
Insan Kompetitif
Berkepribadian unggul dan gandrung
akan keunggulan. Bersemangat juang
tinggi. Mandiri Pantang menyerah.
Pembangun dan pembina jejaring
Bersahabat dengan perubahan inovatif
dan menjadi agen perubahan. Produktif.
Sadar mutu. Berorientasi global
Pembelajar sepanjang hayat
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 24
Seminar Nasional
Insan Cerdas Komprehensif
Cerdas
intelektual
• Beraktualisasi diri melalui olah pikir
untuk memperoleh kompetensi dan
kemandirian dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi. Aktualisasi insan
intelektual yang kritis, kreatif dan
imajinatif.
Cerdas
kinestetis
• Beraktualisasi diri melalui olah raga
untuk mewujudkan insan yang sehat,
bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil,
dan trengginas.
• Aktualisasi insan adiraga.
C. PENDIDIKAN KOMPREHENSIF
Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti (Akhlak, Karakter), Kreativitas, Inovatif
“…pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak.
Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup anak-anak kita..” (Ki Hajar Dewantoro)
PT
Pendidikan
AKADEMIK
DSB
SMA
SMP
SD
Pendidikan
KARAKTER
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 25
Seminar Nasional
KI HAJAR DEWANTARA
PENDIDIKAN ADALAH DAYA UPAYA UNTUK
MEMAJUKAN BERTUMBUHNYA BUDI PEKERTI
(KEKUATAN BATIN, KARAKTER), PIKIRAN (INTELLECT)
DAN TUBUH ANAK. BAGIAN-BAGIAN ITU TIDAK BOLEH
DIPISAHKAN AGAR KITA DAPAT MEMAJUKAN
KESEMPURNAAN HIDUP ANAK-ANAK KITA.
PENDIDIKAN KARAKTER MERUPAKAN BAGIAN
INTEGRAL YG SANGAT PENTING DARI PENDIDIKAN
KITA
D. GRAND DESIGN PENDIDIKAN
KARAKTER
Agama, Pancasila,
UUD 1945,
UU No. 20/2003 ttg
Sisdiknas
Teori
Pendidikan,
Psikologi,
Nilai, Sosial
Budaya
Nilai-nilai
Luhur
Pengalaman terbaik
(best practices)dan
praktik nyata
PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN
INTERVENSI
SATUAN
KELUARGA
MASYARAKAT
PENDIDIKAN
Perilaku
Berkarakter
HABITUASI
PERANGKAT PENDUKUNG
Kebijakan, Pedoman, Sumber Daya,
Lingkungan, Sarana dan Prasarana,
Kebersamaan, Komitmen pemangku
kepentingan.
8
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 26
Seminar Nasional
E. STRATEGI PENERAPAN KARAKTER
MELALUI PENJASORKES DI SEKOLAH
Integrasi PENJASKES
dalam pembelajaran
DISIPLIN, JUJUR,
KREATIF PERCAYA
DIIRI, KSATRIA
BERTANGGUNG
JAWAB, SPORTIF.
KERJASAMA. DLL
Pembiasaan dalam kehidupan
keseharian di satuan pendidikan
KEGIATAN
EKSTRA
KURIKULER
Integrasi ke dalam kegiatan
Ektrakurikuler Pramuka,
Olahraga, Karya Tulis, Dsb.
3RANAH
DIBANGUN
MELALUI
PENJAS
ORKES
KEGIATAN
KESEHARIAN
DI RUMAH
Penerapan pembiasaan
kehidupan keseharian di
rumah yang sama dengan
9
di satuan pendidikan
AFEKTIF
Yang tercermin pada
kualitas keimanan, ketakwaan,
akhlak mulia termasuk budi
pekerti luhur serta kepribadian
unggul dan kompetensi estetis
KOQNITIF
kapasitas pikir dan daya
intelektualitas untuk menggali
dan mengembangkan serta
menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi
INSAN
KAMIL
PSIKOMOTORIK
kemampuan mengembangkan
keterampilan teknis, kecakapan
praktis, dan kompetensi
kinestetis.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 27
Seminar Nasional
VISI OLAHRAGA 2020
OLAHRAGA ADALAH UNSUR PENTING DALAM KERANGKA
PEMBENTUKAN KEKUATAN DAN KEBANGAAN NASIONAL
MISI OLAHRAGA 2020
1.UNTUK MEWUJUDKAN UPAYA PEMBENTUKAN MANUSIA INDONESIA
SEUTUHNYA DAN MASYARAKAT INDONESIA SELURUHNYA
YANG BERKUALITAS
2.UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS NASIONAL YANG MEMILIKI
KEUNGGULAN DAYA SAING
3.UNTUK MEWUJUDKAN PRESTASI OLAHRAGA YANG
MEMBANGGAKAN DAN MENINGKATKAN HARKAT
MARTABAT
BANGSA INDONESIA.
UUD `45
PENDIDIKAN ( PASAL 31 AYAT 1&2 )
AYAT 1 : TIAP-TIAP WARGA NEGARA BERHAK MENDAPAT PENGAJARAN.
AYAT 2 : PEMERINTAH MENGUSAHAKAN DAN MENYELENGGARAKAN SATU SYSTEM
PENGAJARAN NASIONAL YANG DIATUR DENGAN UNDANG-UNDANG
WARGA NEGARA ( 26 AYAT 2 )
TIAP-TIAP WARGA NEGARA BERHAK ATAS PEKERJAAN DAN
PENGHIDUPAN YANG LAYAK BAGI KEMANUSIA
UNDANG-UNDANG
KESEHATAN
UNDANG-UNDANG
OLAHRAGA
UNDANG-UNDANG
PENDIDIKAN
DENGAN MEMELIHARA DAN MEMBANGUN KEKUATAN FISIK, INTELEKTUAL, DAN MORAL ,
MAKA KUALITAS HIDUP PADA TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL
AKAN DAPAT DIPERBAIKI.
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DAPAT MEMBERIKAN SUMBANGAN YANG LEBIH EFEKTIF
KEPADA PENANAMAN NILAI-NILAI HAKIKI MANUSIA YANG MENDASARI
PEMBANGUNAN MANUSIA SEUTUHNYA
INTERNATIONAL CHARTER OF PHISICAL EDUCATION AND SPORT (UNESCO)
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 28
Seminar Nasional
SASARAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN OLAHRAGA
MENINGKATNYA APRESIASI DAN PARTISIPASI SELURUH MASYARAKAT
TERHADAP OLAHRAGA SEBAGAI SALAH SATU KEKUATAN PEMBANGUNAN
YANG UNGGUL DAN DIANDALKAN
MENINGKATNYA KUALITAS KESEHATAN DAN KESEGARAN JASMANI BANGSA
INDONESIA YANG DIBUTHKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS
NASIONAL
MENINGKATNYA KEMAMPUAN DAN PRESTASI OLAHRAGA YANG MENJADI
KEBANGGAAN NASIONAL DAN MAMPU MENGANGKAT HARKAT MARTABAT
BANGSA INDONESIA DIFORUM OLAHRAGA INTERNASIONAL
F. CHARACTER AND NATION BUILDING
BUDAYA
Sikap hidup
Kompetitif
POLITIK
Prestasi
OLAHRAGA
Pendidikan
Rekreasi
Prestasi
SOSIAL
Kesejahteraan
Fisik, mental &
sosial
EKONOMI
Produktivitas
Kerja
14
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 29
Seminar Nasional
G. PELUANG MEMBANGUN KARAKTER MELALUI
PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN
KESEHATAN DI SEKOLAH:
1. JUMLAH PELAJAR YANG TERUS ADA DAN
BERKESINAMBUNGAN
2. TERSEDIANYA JENJANG YANG LEBIH BAIK
UNTUK MENGEMBANGKAN PRESTASI
OLAHRAGA MAUPUN JAMINAN PENDIDIKAN
3. BANYAKNYA GURU PENJASKES BAIK SD, SMP,
SMA YANG TELAH MENGIKUTI PELATIHAN
BERBAGAI CABANG OLAHRAGA
4. JENJANG KOMPETISI TERBUKA BAGI PELAJAR
BERPRESTASI.
5. TERSEDIANYA BIBIT ATLET PELAJAR POTENSIAL
TERGABUNG PADA PPLP ATLETIK, BALAP
SEPEDA, PANAHAN, PENCAK SILAT, SEPAK
DAN SEPAK TAKRAW, SERTA PPOP RENANG
& TAE KWON DO.
6. TERBENTUKNYA KLUB-KLUB OLAHRAGA
PELAJAR BAIK DI SD, SMP, MAUPUN SMA/
SEDERAJAT DENGAN BIAYA APBD/ DARI
APBN
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 30
Seminar Nasional
H. PERANAN PENJAS ORKES DALAM MEMBANGUN
KARAKTER PESERTA DIDIK
SELAIN MEMANDU BAKAT DAN MENCIPTAKAN ATLET
PELAJAR BERPRESTASI MELALUI KLUB OLAHRAGA DI
SEKOLAH SECARA UMUM PERAN PENJASORKES DAPAT
DIDESKREPSIKAN SBB:
1.MENGEMBANGKAN DAN PEMELIHARAAN KEBUGARAN
JASMANI SERTA POLA HIDUP SEHAT MELALUI BERBAGAI
AKTIVITAS JASMANI DAN OLAHRAGA YANG TERPILIH.
2.MENINGKATKAN PERTUMBUHAN FISIK DAN
PENGEMBANGAN PSIKIS YANG LEBIH BAIK.
3. MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN
GERAK DASAR.
4. MELETAKKAN LANDASAN KARAKTER MORAL YANG
KUAT MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI YANG
TERKANDUNG DI DALAM PENDIDIKAN JASMANI,
OLAHRAGA DAN KESEHATAN.
5. MENGEMBANGKAN SIKAP SPORTIF, JUJUR,DISIPLIN,
BERTANGGUNG JAWAB, KERJASAMA, PERCAYA
DIRI DAN DEMOKRATIS.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 31
Seminar Nasional
6. MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN UNTUK
MENJAGA KESELAMATAN DIRI SENDIRI, ORANG
LAIN DAN LINGKUNGAN
7. MENGEMBANGKAN KONSEP AKTIVITAS JASMANI
DAN OLAHRAGA DI LINGKUNGAN YANG BERSIH
SEBAGAI INFORMASI UNTUK MENCAPAI
PERTUMBUHAN FISIK YANG SEMPURNA, POLA
HIDUP SEHAT DAN KEBUGARAN, TERAMPIL, SERTA
MEMILIKI SIKAP YANG POSITIF
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 32
Seminar Nasional
OLAHRAGA, KOMPETISI, DAN MORAL
Oleh :
DR. Shodiq Hutomono, M.Kes
PKOR FKIP UTP Surakarta
Olahraga merupakan aktivitas global yang disukai masyarakat di muka
bumi. Dari daratan Afrika, Asia, Australia, Amerika dan Eropa hampir mengenal
dan melakukan aktivitas olahraga. Hal itu seperti yang dinyatakan oleh seorang
filsuf bernama Huizinga (dalam Hanurawan dan Diponegoro, 2005: 79), bahwa
manusia pada hakikatnya adalah mahkluk bermain (homo luden).
Hampir seluruh negara di dunia ini menggunakan olahraga sebagai media
pembelajaran dan pelatihan rakyatnya untuk menjadi sehat sejahtera paripurna dan
dapat berprestasi tinggi di kancah dunia internasional. Namun demikian, faktanya
olahraga bisa dijadikan piranti untuk multi tujuan, sudah bukan berita yang
mengagetkan atau bahkan sudah menjadi rahasia umum. Olahraga sebagai alat
politik, perang gangster, komersialisasi konflik agama, kebencian pada suku
bangsa, alat korupsi, perjuangan gender dan sebagai alat untuk perang budaya di
negara adikuasa.
Di Serbia, olahraga dijadikan sarana untuk adu kekuatan para gangster
dengan mengatas namakan wadah supporter. Di Britania ada dua tim yang selalu
menampakkan perseteruan hebat dintara para supporternya yang ujung-ujungnya
mengarah ke keyakinan mereka yang berbeda yakni agama Protestan dan Katolik,
juga melibatkan unsur ras dimana ada ras tertentu yang dijadikan obyek olokolok. Di Brazil yang terkenal sebagai negeri sepakbola, olahraga dijadikan alat
untuk korupsi. Di negara Islam, para wanita berani menyuarakan mengenai
persamaan hak antara laki-perempuan dalam mendapatkan kesempatan untuk
berolahraga. Di AS terjadi prokontra seputar sepakbola dengan melibatkan
pemikiran ke arah globalisasi (Foer, 2004).
Di dalam negeri, seperti yang diungkapkan oleh Lutan (2001), daerah
merasa malu karena rangking dalam PON merosot karena hal tersebut dipakai
sebagai parameter keberhasilan dalam pembinaan. Sehingga kasus perpindahan
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 33
Seminar Nasional
atlet dari satu daerah ke daerah lain yang mampu menyediakan bonus atau
imbalan setiap menjelang PON banyak terjadi sebagai sebuah keniscayaan yang
sering terjadi.
Indikasi tersebut juga dapat ditafsirkan dari isu global; sport adalah sebuah
komoditi dan keterlibatan seorang atlet dalam olahraga didorong oleh perhitungan
untung rugi. Ukuran serba material dianggap layak (Lutan, 1999/2000).
Ekses yang lain semakin mudahnya para pemain atau penonton (supporter)
melakukan tindakan yang tidak sportif bahkan menjurus anarkis, seperti
pemukulan wasit, perkelahian antar supporter, perusakan infrastruktur, bahkan
yang menyedihkan sampai ada supporter yang meninggal karena dianiaya oleh
supporter yang lain.
Fenomena semacam inilah pada kesempatan yang berbahagia ini coba saya
ulas untuk menjadi renungan kita bersama, dengan harapan ke depan akan
semakin cerah wajah keolahragaan nasional kita. Apakah olahraga yang begitu
digandrungi manusia sejagat ini, begitu dikompetisikan untuk mengetahui siapa
yang lebih baik atau terbaik akan selalu bergesekan dengan masalah moral secara
keseluruhan (pembina, pelatih, atlet, dan penonton).
Kita awali dengan mencermati tujuan keolahragan nasional kita yang
tertuang dalam UU RI No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
yang menyatakan bahwa “Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan
nilai moral dan ahlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina
persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta
mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa”. Dari pernyataan tersebut
sangat jelas bahwa nilai moral dan ahlak mulia sebagai salah satu tujuan
penyelenggaran olahraga. Hal ini sejalan dengan pernyataan Baron Piere de
Coubertin, selaku penggagas bangkitnya kembali Olympiade, yakni “tujuan akhir
olahraga terletak dalam peranannya yang unik sebagai wadah penyempurnaan
moral, dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian yang
kuat, karakter yang baik dan sifat-sifat yang mulia; hanya orang-orang dengan
kebajikan moral seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 34
Seminar Nasional
berguna”. Dan hal itu selaras dengan apa yang disampaikan oleh Hagele (dalam
Lutan, 2001) dengan menggunakan pendekatan Sosiologi Verstehende dan
hermeneutic mengungkapkan bahwa masih dapat diidentifikasi karakteristik
umum (common denominator) istilah olahraga, yang diterjemahkan oleh KDIKeolahragaan (2000) yang salah satunya menyatakan bahwa “olahraga
berlangsung dalam suasana hubungan sosial dan bersifat kemanusiaan, bukan
membangkitkan naluri rendah, dan bahkan justru membangun solidaritas”.
Berpijak dari pernyataan-pernyatan tersebut di atas, secara teoritis
tentunya manusia yang berolahraga akan menjadi manusia yang mempunyai jiwa
solidaritas, berahlak mulia yang pada gilirannya menjadi warga masyarakat yang
berguna. Tetapi pada tataran praktiknya bagaimana? Ternyata jauh berbeda antara
harapan dan kenyataannya.
Pertama-tama saya ingin menjabarkan dulu pengertian olahraga yang
mana
oleh pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang, membagi
olahraga menjadi 3 macam yaitu olahraga rekreasi/masyarakat, olahraga
pendidikan dan olahraga prestasi. Dari sini saja kita bisa mengetahui bahwa
olahraga dapat digunakan sebagai piranti atau alat untuk rekreasi, pendidikan, dan
prestasi yang kalau boleh diurutkan sesuai dengan perkembangan manusia dimulai
dari olahraga sebagai alat pendidikan, kemudian mengerucut ke prestasi dan pada
akhirnya bermuara ke masyarakat/rekreasi. Dengan demikian sudah semestinya di
bangku sekolah yang diajarkan adalah olahraga untuk tujuan pendidikan, sehingga
yang berperan besar dalam menghantarkan anak didiknya menjadi manusiamanusia terdidik yang pada akhirnya mempunyai moral yang baik dan ahlak
mulia adalah para guru olahraga yang kemudian bisa disebut sebagai guru
pendidikan jasmani karena tugasnya memang mentransfer pengetahuan kepada
siswa melalui aktivitas jasmani. Banyak pakar olahraga yang menyatakan bahwa
pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan.Jadi sebenarnya sangat keliru apabila di sekolah para guru penjas
kemudian melatih anak didiknya menjadi berprestasi di salah satu cabang
olahraga.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 35
Seminar Nasional
Kemudian kalau mau berbicara tentang prestasi olahraga lantas
bagaimana? Tentu sudah ada wadahnya sendiri yaitu di perkumpulanperkumpulan olahraga yang memang bertujuan agar klubnya mempunyai prestasi
yang tinggi.
Yang sering menimbulkan gesekan-gesekan yang pada akhirnya
memunculkan berbagai permasalahan sebenarnya dapat diurai dari sini. Di
sekolah para guru penjas memposisikan dirinya sebagai pelatih, anak didik yang
punya potensi dalam olahraga dilatih sendiri agar dapat berprestasi sedangkan
anak didik yang tidak berpotensi tidak „diberi sentuhan‟ pendidikan. Pada saat
memberikan evaluasi anak didik yang berprestasi di bidang olahraga diberi nilai
tinggi, padahal yang harus dinilai adalah bukan prestasi olahraganya tetapi
aktivitas jasmani pada saat mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. Perlu
diingatkan disini bahwa dalam pendidikan jasmani tidak diperlukan kompetisi,
kompetisi digunakan olahraga prestasi untuk mengetahui atau mengukur prestasi
para atlet.
Pemerintah selaku pembina olahraga dalam upaya memberi motivasi
kepada atlet agar dapat berprestasi maksimal memberikan rangsangan/bonus
berupa uang. Juara PON sekian juta, Sea Games sekian juta dan seterusnya
sampai juara Olympiade yang bonusnya sampai 1 milyar per keping emas. Sekilas
memang baik pemberian bonus uang tersebut, tetapi bila dikaji lebih mendalam
ternyata memunculkan dampak yang sangat merugikan dunia keolahragaan itu
sendiri. Atlet menjadi materialistis! Serba materi yang mereka pikirkan, bonus
menjadi peringkat pertama dalam pikiran mereka. Apabila bonusnya cocok
semangatlah mereka untuk berprestasi, tetapi apabila kurang jangan harap mereka
bersungguh-sungguh dalam berupaya untuk berprestasi, atau lebih parahnya
mereka akan pergi ke daerah lain yang menjanjikan bonus yang lebih besar.
Sehingga tanpa disadari, dari iklim keolahragan yang diciptakan oleh
pemerintah ini, nilai-nilai moral yang semestinya bisa didapatkan dari olahraga
(pendidikan) dirusak sedemikian hebatnya oleh olahraga (prestasi).
Dari awal kita membicarakan moral, sebenarnya seperti apakah moral itu?
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 36
Seminar Nasional
Menurut Bertens (dalam Santosa, 2007), kata moral berasal dari bahasa
Latin mos (jamak: mores) yang berarti kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris,
kata moral pengertiannya sama dengan kata etika, karena keduanya berasal dari
kata yang berarti „adat kebiasaan‟. Perbedaannya, kata moral berasal dari bahasa
Latin sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani.
Ditegaskan oleh Hadiwardoyo (1990), bahwa moral menyangkut kebaikan,
orang yang tidak baik disebut sebagai orang yang tidak bermoral atau kurang
bermoral. Sedangkan menurut Durkheim (1994), moral itu merupakan fakta sosial
yang khas. Moral dapat hidup dalam konteks sosial. Moral memiliki tiga unsur,
yaitu disiplin, keterikatan pada kelompok, dan otonomi kehendak manusia. Jika
direnungkan ketiga unsur ini sering tarik-menarik, sehingga ada yang dominan,
dan ada yang harus kalah. Dalam kaitan tarik-menarik kepentingan ini, moral
dapat memenuhi keseimbangan apabila manusia mampu mencapai budi pekerti
luhur. Keluhuran budi akan menjadi cermin moral yang mulia.
Pembinaan moral dan budi pekerti, tak lain merupakan peletakan dasar
kesadaran hidup. Kesadaran hidup untuk menjadi insan kamil merupakan tonggak
penting (Endraswara, 2006).
Moralitas dipelajari melalui proses sosialisasi adalah pendapat para
teoritikus pembelajaran sosial. Perkembangan moral adalah suatu proses, dan
melalui proses itu seseorang mengadopsi nilai-nilai dan perilaku yang diterima
oleh masyarakat (Bandura, 1977; McGuire dan Thomas, 1976).
Seseorang yang secara konsisten menginternalisasi norma dipandang
sebagai seseorang yang bermoral. Para teoritikus ini menerapkan apa yang disebut
pendekatan “kantong kebajikan” (Kohlberg, 1981). Teori ini percaya bahwa
seseorang mencontoh perilaku orang lain sebagai model atau teladan yang ia nilai
memiliki sifat-sifat tertentu atau yang menunjukkan perilaku berlandaskan nilai
yang diharapkan.
Pendidikan moral, menurut kerangka teori tersebut berlangsung melalui
proses pemodelan dan penerapan unsur pengukuh, termasuk penerapan operant
conditioning. Yang dimaksud dengan operant conditioning adalah pemberian
unsur pengukuh menyusul terjadinya respon yang diinginkan terhadap stimulus
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 37
Seminar Nasional
yang disampaikan. Proses itu dilakukan berulang-ulang, sehingga makin erat
hubungan antara perilaku sebagai respon dengan stimulus.
Teori pembelajaran sosial percaya bahwa perilaku bermoral merupakan
hasil dari lingkungan sosial, pemodelan perilaku yang bajik, dan pemberlakuan
standar.
Aliran konstruktivis percaya bahwa perkembangan kognitif berkaitan
dengan perkembangan moral. Perkembangan moral kognitif berlandaskan pada (i)
apa yang dipandang baik dan fair, (ii) apa alasan untuk berbuat baik; dan (iii) apa
perspektif budaya yang melandasi perbuatan baik itu.
Dari berbagai uraian mengenai moral tersebut kiranya yang perlu
digarisbawahi adalah keluhuran budi akan menjadi cermin moral yang mulia yang
peletakan dasar kesadaran hidup. Kesadaran hidup untuk menjadi insan kamil
merupakan tonggak penting dan hal itu dapat diperoleh melalui olahraga
(pendidikan), yang mana dengan aktivitas jasmani yang dilakukan secara terus
menerus akan menghasilkan suatu adat kebiasaan yang suka bergerak dalam ranah
sportivitas dan kedisiplinan..
Maka dari itu pada forum yang mulia ini, saya mengusulkan kepada
pemerintah agar mengganti cara memotivasi atlet, bukan dengan bonus uang
tetapi dengan penghargaan lain yang lebih mendidik, misalnya memberi
pendidikan gratis yang telah dilakukan atau dirintis oleh Mendiknas dengan
program bidik misinya, memberikan jaminan hari tua agar tidak susah
memikirkan nafkah hidup apabila sudah pensiun menjadi atlet. Kalau hal ini bisa
diterima oleh pemerintah, paling tidak dampak sosial yang mengarah pada
kemerosotan moral dapat diminimalisir.
Selain daripada itu, seperti telah dilansir banyak media bahwa kita
kekurangan tenaga guru tentu termasuk guru penjas, dan apabila nanti guru penjas
sudah dipenuhi, saya mengingatkan pentingnya pengadaan sarana prasarana untuk
pembelajaran anak didik. Sehingga jangan sampai guru penjasnya terpenuhi,
tetapi mereka bingung akan mendidik siswanya karena kekurangan sarana
prasarana dalam mentransfer pengetahuannya. Memang benar, setiap guru penjas
dituntut untuk kreatif inovatif dalam menjalankan tugasnya, tetapi akan lebih baik
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 38
Seminar Nasional
dan makin sempurna apabila hal itu dibarengi dengan pemenuhan sarana
prasarana yang memadai. Bila olahraga sebagai alat pendidikan dapat diupayakan
secara optimal akan menumbuhkan rasa optimis bahwa via olahraga akan
dihasilkan manusia-manusia yang bermoral dan berahlak mulia.
Kiranya sumbang saran yang dapat saya sampaikan pada forum yang
sangat mulia ini, walaupun sepertinya hanya kecil tetapi apabila kita sebagai
bangsa Indonesia mampu menterjemahkan dan kemudian dapat melaksanakan
dengan sebaik-baik sesuai dengan peran dan posisi kita masing-masing, saya
berharap kiprah olahraga didalam mewujudkan moral yang tinggi melalui
kompetisi yang sehat akan dapat terwujud. Tentu saja atas ridho dari Tuhan Yang
Maha Kuasa. Insya Allah.
Dan akhirnya kepada para generasi muda penerus bangsa hendaknya
menjadi orang yang berdedikasi dan berkualitas serta mempunyai tanggung jawab
moral untuk memajukan bangsa kita menjadi bangsa yang lebih baik, semakin
dewasa dan arif dalam mensikapi setiap kejadian yang muncul di permukaan.
Menjadi bangsa yang bermoral dan tidak mudah diombang-ambingkan kepada
isu-isu yang merusak yang pada akhirnya merugikan kita semua sebagai bangsa
Indonesia.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 39
Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA
KDI – Keolahragaan. 2000. Ilmu Keolahragaan dan Rencana Pengembangannya.
Jakarta: Dirjendikti, Depdiknas.
Endraswara, S. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta; Pustaka Widyatama.
Foer, F. 2006. Memahami Dunia Lewat Sepak Bola Kajian Tak Lazim Tentang
Sosial-Politik Globalisasi. Jakarta: Margin Kiri.
Hadiwardoyo, A.P. 1990. Moral dan Masalahnya. Yogyakarta: Kanisius.
Hanurawan , F. dan Diponegoro, A.M. 2005. Psikologi Sosial Terapan dan
Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: UAD Press.
Lutan, R dan Ma‟mun, A. 1999/2000. Sosiologi OLahraga. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikdasmen.
Mutohir, T. C. dan Lutan, R. 2001. “Olahraga dan transformasi Nilai”. Jakarta:
Dirjen Olahraga Depdiknas.
Lutan, R (Ed). Olahraga dan Etika Fairplay. Jakarta: Dirjen Olahraga Depdiknas.
Santosa, H. 2007. Etika dan Teknologi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 40
Seminar Nasional
PERAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM PEMBENTUKAN
GENERASI MUDA YANG BERKARAKTER,
PROFESIONAL DAN KOMPETITIF
Oleh :
Drs. Nuruddin Priya BS, M.Or
PKOR FKIP UTP Surakarta
Abstract
Pendidikan jasmani (penjas) sebagai bagian integral dari proses
pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan
melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional. ada tiga
tujuan pokok yang harus dicapai, yaitu: a) psikomotor, b) kognitif, c) afektif.
Tujuan dari pendidikan adalah untuk menyiapkan generasi muda menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, sikap serta keterampilan. Oleh karena itu pendidikan
jasmani harus memberikan peran dalam menyiapkan generasi muda yang
berkarakter, cerdas, kreatif, produktif dan kompetitif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Karakter bersifat memancar dari dalam keluar. Artinya kebiasaan baik
tersebut dilakukan bukan atas permintaan atau tekanan dari orang lain melainkan
atas kesadaran dan kemauan sendiri. Generasi muda Indonesia yang profesional
akan mampu mengimplementasikan pengetahuan, keterampilan dan kepribadian
yang dimiliki, sehingga menjadi generasi emas yang produktif, kreatif dan
inovatif. Generasi muda yang kompetitif akan mencapai keunggulan, memiliki
daya saing dengan bangsa lain dan akan menjunjung tinggi harkat dan martabat
bangsa Indonesia. Sehingga bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar,
bangsa yang kuat dan bangsa yang disegani dan dihormati keberadaannya di dunia
internasional.
Melalui pendidikan jasmani akan dapat mewujudkan generasi muda
Indonesia yang berkarakter kuat, profesional dan kompetitf.
Kata kunci ; Penjas, generasi muda berkarakter, profesional dan kompetitif
A. Pendahuluan
Tulisan ini disampaikan pada seminar nasional yang diselenggarakan oleh
Universitas Tunas Pembangunan Surakarta bekerja sama dengan Kemenpora dan
Universitas Sebelas maret Surakarta. Tulisan ini mengambil judul Peran
Pendidikan Jasmani Dalam Rangka membentuk Generasi muda yang berkarakter,
profesional dan kompetitif. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
tahun 1996 Bab II pasal 2 disebutkan bahwa, pendidikan jasmani (penjas) sebagai
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 41
Seminar Nasional
bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Adapun tujuan
pendidikan nasional, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
(UUSPN/1996 Bab II pasal 2).
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses
pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik
yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik,
neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional (Bucher, 1979). Sedangkan
Melograno (1996) menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah proses
pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan
jasmani yang diikutinya.
Tujuan dari pendidikan adalah untuk menyiapkan generasi muda yang
akan dating dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap serta
keterampilan dalam kehidupan mendatang. Oleh karena itu pendidikan jasmani
harus memberikan peran dalam menyiapkan generasi muda yang berkarakter,
cerdas, kreatif, produktif dan kompetitif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Menghadapi perubahan abad 21 generasi muda Indonesia dibawa pada
suatu kesadaran global, yaitu bahwa dunia sekarang ini merupakan suatu dunia
terbuka yang tanpa batas. Sehingga terjadi kompetisi di suluruh kehidupan umat
manusia, persaingan satu sama lain, kehidupan yang penuh resiko, kehidupan
dalam pilihan yang sangat ketat. Oleh karena itu generasi muda Indonesia
mempunyai peranan penting dan sangat strategis dalam kehidupan pribadi,
keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam menghadapi perubahanperubahan tersebut. Hanya generasi muda Indonesia yang berkarakter kuat,
profesional dan kompetitif yang akan mampu menghadapi derasnya perubahanperubahan zaman tersebut.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 42
Seminar Nasional
Yang menjadi pertanyaan adalah “generasi muda bagaimanakah yang
mampu dalam menghadapi era Indonesia emas mendatang” ?
B. Pembahasan
1. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses
pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan
fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional (Bucher, 1979).
Melograno (1996) menyatakan bahwa penjas adalah proses pemenuhan
kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani
yang diikutinya.
Pendidikan jasmani (penjas) sebagai bagian integral dari proses
pendidikan secara keseluruhan, dinama tujuan pendidikan nasional adalah
mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
(UUSPN/1996 Bab II pasal 2).
Pendidikan jasmani menurut Gabbar (1975:5) ada tiga tujuan pokok
yang harus dicapai, yaitu: a) psikomotor, b) kognitif, c) afektif. Aspek
psikomotor meliputi pertumbuhan biologis, kebugaran yang berhubungan
dengan kesehatan dan keterampilan, efisiensi di dalam gerakan, dan
sekumpulan dari keterampilan gerak. Aspek kognitif merupakan kemampuan
untuk berpikir (penelitan, kreativitas, dan hubungan) kemampuan perseptual,
kesadaran gerak, dan dukungan atau dorongan akademik. Aspek afektif
meliputi kegembiraan, konsep diri, sosialisasi (hubungan kelompok), sikap
dan apresiasi untuk aktivitas fisik.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 43
Seminar Nasional
Menurut Bucher (1979:45), ada 5 tujuan yang hendak dicapai melalui
pendidikan jasmani, yaitu:
1). Organik, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa
mengembangkan kekuatan otot, daya tahan kardiosvaskular, dan kelentukan.
2). Neuromuskuler, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan
siswa dalam mengem-bangkan keterampilan lokomotor, keterampilan
nonlokomotor, dan bentuk-bentuk keterampilan dasar permainan, faktor-faktor
gerak, keterampilan olahraga, dan keterampilan rekreasi.
3). Interperatif, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa
untuk menyelidiki, menemukan, memperoleh pengetahuan dan membuat
penilaian. Memahami peraturan permainan, mengukur keamanan, dan tata
cara atau sopan santun. Menggunakan strategi dan teknik yang termasuk di
dalam kegiatan organisasi. Mengetahui fungsi-fungsi tubuh dan hubungan
dengan aktivitas fisik. Mengembangkan apreasiasi untuk penampilan individu.
Menggunakan penilaian yang dihubungkan
dengan jarak, waktu, ruang,
tenaga, kecepatan, dan aturan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan,
bola
dan
diri
sendiri.
Memahami
faktor-faktor
pertumbuhan
dan
perkembangan yang berhubungan dengan gerak. Berkemampuan memecahkan
permasalahan dan berkembangan melalui permainan.
4). Sosial, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa
melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain dengan
menghubungkan individu untuk masyarakat dan lingkungannya. Kemampuan
dalam
membuat
penilaian
dalam
suatu
situasi
kelompok.
Belajar
berkomunikasi dengan orang lain. Berkemampuan untuk merubah dan menilai
ide-ide dalam kelompok. Pengembangan dari fase-fase sosial dari kepribadian,
sikap, dan nilai-nilai agar menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Mengembangkan
sifat-sifat
kepribadian
yang
positif.
Belajar
untuk
membangun waktu senggang yang bermanfaat. Mengembangkan sikap yang
menggambarkan karakter moral yang baik.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 44
Seminar Nasional
5). Emosional, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa
melakukan respon yang sehat terhadap kegiatan fisik melalui pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan
dasar. Mengembangkan tindakan-tindakan positif
dalam menonton dan keikutsertaan baik pada saat berhasil maupun kalah.
Menyalurkan tekanan melalui kegiatan-kegiatan fisik yang bermanfaat.
Mencari jalan keluar untuk ekspresi dan kreativitas
untuk diri sendiri.
Mewujudkan suatu pengalaman seni yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang
terkait. Berkemampuan untuk memiliki kegembiraan atau kesengsaraan.
2. Karakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak”. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues)
yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan
norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada
orang lain. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Individu yang perilakunya sesuai
dengan kaidah-kaidah etika dan moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi
dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri,
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,
bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu
berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih,
teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner,
bersahaja,
bersemangat,
dinamis,
hemat/efisien,
menghargai
waktu,
pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan
(estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran
untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 45
Seminar Nasional
sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Itulah karakter individu yang mulia
yang dapat ditandai dengan nilai-nilai ketiga aspek tersebut sehingga
dikatakan
sebagai
karakteristiknya.
Karakteristik
adalah
realisasi
perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika,
dan perilaku).
Karakter adalah totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat
diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, yaitu membedakan
individu yang satu dengan yang lainnya. Karena cirri-ciri karakter tersebut
dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, maka karakter
sangat dekat dengan kepribadian individu. Meskipun karakter setiap individu,
karakteristik umum yang menjadi stereotif dari kelompok masyarakat dan
bangsa dapat diidentifikasi sebagai karakter suatu komunitas tertentu atau
bahkan dapat pula dipandang sebagai karakter suatu bangsa. Dengan demikian
karakter berkaitan dengan kepribadian seseorang, sehingga dapat disebut
orang berkarakter (a person of character) jika perilakunya sesuai dengan etika
atau kaidah moral.
3. Profesional
Kata profesional berati pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang meneruskan
keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Sudarwan Danim dan Khairil.
2010). Pengertian profesional adalah predikat penyandang profesi tertentu.
Sedangkan profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan
intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang
bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau
memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam
jumlah tertentu (Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills. 1966). Selanjutnya
dikatakan pula bahwa profesi berarti suatu kompetensi khusus yang
memerlukan kemampuan intelektual tinggi, yang mencakup penguasaan atau
didasari pengetahuan tertentu.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 46
Seminar Nasional
Sedangkanj menurut Seidel dan Resick, mengatakan , bahwa profesi
adalah praktek dari suatu disiplin dalam suatu konteks yang didefinisikan,
misalnya suatu kode etik. pendapat Zeigler, yang menyatakan : Suatu profesi
dapat didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang mensyaratkan pengetahuan
khusus dari beberapa aspek pembelajaran sebelum seseorang diterima sebagai
seorang yang professional.
Menurutnya terdapat tiga sifat yang diperlukan untuk suatu pekerjaan yang
dapat dikatakan sebagai profesi, ialah :
a. Perlunya latihan yang intensif.
b. Suatu komponen intelektual yang signifikan yang perlu di kuasai.
c. Suatu pengakuan oleh masyarakat bahwa individu yang telah dilatih
dapat memberikan pelayanan dasar yang penting.
d. Organisasi professional , selain juga pemerintah, dapat memberikan
lisensi. (di Indonesia misalnya yang member izin praktek dokter adalah
I.D.I.)
e.
Pembentukan masyarakat professional.
f. Memiliki otonomi dalam pelaksanaan pekerjaan.
g. Memiliki suatu kode etik.
Menurut Seidel dan Resick , suatu profesi perlu memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Suatu profesi melibatkan kegiatan yang esensial yaitu intelektual.
b. Suatu profesi memimpin suatu “body of specialized knowledge.
c. Suatu profesi mensyaratkan professional yang diperluas.
d. Suatu profesi menuntut pertumbuhan in-service yang kontinus.
e. Suatu profesi menghasilkan karir sepanjang hayat dan keanggotaan
tetap.
f. Suatu profesi menyusun standarnya sendiri.
g. Suatu profesi mengagungkan pelayanan (service) diatas keuntungan
diri.
h. Suatu profesi memiliki suatu organisasi profesi yang kuat, dan
kompak.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 47
Seminar Nasional
i. Suatu profesi memberikan kenyamanan kepada pelanggannya. (Seidel
and Resick, 1978)
Persoalannya untuk menjadi professional, insan olahraga tidak hanya
mendapat pembinaan dari kampus saja. Sebagaimana diketahui bahwa ciriciri professional telah diuraikan diatas. Menurut pendapat penulis, untuk
menjadi professional yang berbobot, seseorang perlu melalui tiga tahap.
Tahap pertama adalah pembinaan dalam rangka disiplin akademik yang
diadakan di Kampus. Tahap kedua setelah mahasiswa menamatkan studi di
universitasnya, yang bersangkutan masih perlu mengikuti pelatihan, on the job
training atau mungkin professional preparation. Dan pada tahap ketiga dia
menjadi anggota aktif dari organisasi profesi, atau bergiat diarena asosiasi
alumni dan organisasi yang lain.
Di Amerika Serikat Asosiasi Profesional adalah American Alliance for
Health, Physical Education, Recreation, and Dance (AAHPER&D). Selain itu
masih ada kegiatan AAHPER&D tingkat Negara bagian, seperti AAHPER&D
State Convention. Sedangkan ditingkat international yang masuk kubu atau
pengaruhnya Amerika adalah ICHPER&D (International Council for Health.
Physical
Education,
Recreation,
and
Dance).
ICHPER
pernah
menelenggarakan kongres internasional di Denpasar, Bali, pada tahun 1973.
Sedangkan organisasi profesi internasional di Eropa yang besar yaitu
FIEP (Menggunakan bahasa Perancis yang artinya International Federation of
Physical Education). Organisasi profesi yang lain adalah
ICSSPE
(International Council on Sport Science and Physical Education) ; sebelum
tahun 1983 organisasi tersebut bernama International Council of Sport and
Physical Education. Sedangkan organisasi profesi internasional yang khusus
untuk wanita bernama I.A.P.E.S.G.W. (International Association of Physical
Education and Sport for Girls and Women.
Sedangkan di Indonesia organisasi profesi olahraga yang ada ialah
Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia (ISORI) yang didirikan pada tahun 1969.
Disamping ISORI tenaga kependidikan olahraga ( guru dan dosen ) tergabung
dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesian (PGRI) dan tenaga
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 48
Seminar Nasional
admininstrasi kependidikan masuk dalam wadah Korp Pegawai Republik
Indonesia (KORPRI).
Didalam Undang-undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional
USKN), maka dapat disebutkan adanya 14 macam tenaga keolahragaan, ialah:
1). Pelatih , 2). Guru / Dosen, 3). Wasit, 4). Juri, 5). Manajer, 6). Promotor,
7). Administrator, 8). Pemandu, 9). Penyuluh, 10). Instruktur, 11). Tenaga
Medis / Para medis,
12). Ahli gizi,
13). Ahli biomekanika,
dan 14).
Psikolog. (UU RI. No. 3 Tahun 2005 Pasal 63)
Tenaga keolahragaan yang bertugas dalam setiap organisasi olahraga
dan/atau lembaga olahraga tersebut wajib memiliki kualifikasi dan sertifikat
kompetensi yang didapat melalui penataran dan / atau pelatihan oleh lembaga
khusus untuk itu. Menurut pendapat Harsuki ke 14 macam tenaga
keolahragaan tersebut belum semua dapat dianggap sebagai suatu tenaga
profesi, kecuali beberapa saja, selebihnya baru merupakan suatu okupansi
saja.
4. Kompetitif
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang dikaruniai oleh Tuhan Yang
Maha Esa sebagai bangsa yang besar. Pada era tahun 2020 sampai 2045
bangsa Indonesia memliliki potensi sumber daya manusia berupa populasi
usia prodruktif. Pada saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (1564 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (0-14 tahun dan orang tua
berusia 65 tahun keatas). Jumlah usia produktif ini mencapai puncaknya pada
tahun 2020-2045 pada saat angkanya mencapai 75%. Ini berarti bahwa pada
tahun 2020-2035 SDM Indonesia usia produktif akan melimpah. SDM yang
melimpah ini harus memilki kompetensi dan keterampilan. Sebab apabila
generasi muda Indonesia memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi
modal dasar pembangunan yang luar biasa. Namun sebaliknya apabila
generasi muda Indonesia tidak memiliki kompetensi dan keterampilan akan
menjadi beban pembangunan.
Tantangan yang dihadapi generasi muda Indonesia kedepan adalah
arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan lingkungan hidup,
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 49
Seminar Nasional
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya
dan perkembangan pendidikan ditingkat internasional. Di era globalisasi ini
generasi muda dihadapkan oleh perubahan-perubahan yang cepat. Hubungan
komunikasi, informasi, transformasi menjadikan satu sama lain memiliki
kerapatan yang sangat tipis sehingga menjadi dekat, sebagai akibat dari
revolusi industri dan hasil pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Generasi muda
Indonesia kedepan harus mampu berkompetitf/
memiliki berdaya saing yang kuat dalam menghadapi arus globalisasi yang
berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi, kemampuan berfikir jernih dan
kritis, kemampuan mempertimbangkan, segi moral suatu permasalahan,
kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan
mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan
kemampuan hidup yang dalam masyarakat yang mengglobal. Disamping itu
generasi muda Indonesia juga harus memiliki minat yang luas dalam
kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai
dengan bakat dan minatnya, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
lingkungan. Oleh karena itu pendidikan jasmani harus memberikan peran
dalam menyiapkan generasi muda yang berkarakter, cerdas, kreatif, produktif
dan kompetitif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Generasi muda yang berkarakter, profesional dan kompetitif
Generasi muda yang berkarakter akan terbentuk dari tiga macam
bagian yang saling berkaitan, yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan
perilaku moral. Generasi muda yang berkarakter baik yaitu generasi muda
yang mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan dan melakukan kebaikan
(kebiasaan pikiran, kebiasaan hati dan kebiasaan perbuatan). Ketiganya
penting untuk menjalankan hidup yang bermoral, ketiganya adalah factor
pembentuk kematangan moral. Karakter selalu berkaitan dengan moral. Moral
adalah adat istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, tabiat, watak, akhlak, cara
hidup (Lorens Bagus, 1996 : 672).
Karakter bersifat memancar dari dalam keluar. Artinya kebiasaan baik
tersebut dilakukan bukan atas permintaan atau tekanan dari orang lain
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 50
Seminar Nasional
melainkan atas kesadaran dan kemauan sendiri. Melalui pendidikan jasmani
akan dapat mewujudkan generasi muda yang berkarakter, profesional dan
kompetitf.
Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa. Pada usia yang
produktif tersebut sangat berharga dan bernilai, sehingga perlu dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik, agar berkualitas menjadi insan yang berkarakter,
insan yang profesional, cerdas, insan yang berkompeten dan insan yang
kompetitif, serta menjadi bonus demografi.
Generasi muda yang berkarakter akan menetukan kualitas moral dan
arah setiap generasi muda dalam mengambil keputusan dan berperilaku.
Karakter merupakan merupakan bagian integral yang harus dibangun, agar
generasi muda sebagai penerus dan harapan bangsa akan menentukan masa
depan harus memiliki sikap dan pola piker yang berlandaskan moral yang
kokoh dan benar dalam upaya membangun bangsa.
Generasi
muda
Indonesia
yang
profesional
akan
mampu
mengimplementasikan pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang
dimiliki, sehingga menjadi generasi emas yang produktif, kreatif dan inovatif.
Generasi muda yang kompetitif akan mencapai keunggulan, memiliki
daya saing dengan bangsa lain dan akan menjunjung tinggi harkat dan
martabat bangsa Indonesia. Sehingga bangsa Indonesia akan menjadi bangsa
yang besar, bangsa yang kuat dan bangsa yang disegani dan dihormati
keberadaannya di dunia internasional.
C. Penutup
Tugas Pendidikan adalah menyiapkan generasi muda agar dapat menjawab
tantangan yang dihadapi kedepan. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan
fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik,
neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional, dimana ada tiga tujuan pokok
yang harus dicapai, yaitu: a) aspek kognitif, b) aspek afektif, dan c) aspek
psikomotorik. Tujuan dari pendidikan adalah untuk menyiapkan generasi muda
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 51
Seminar Nasional
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap serta keterampilan. Oleh karena
itu pendidikan jasmani harus memberikan peran dalam menyiapkan generasi
muda yang berkarakter, cerdas, kreatif, produktif dan kompetitif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karakter bersifat memancar dari dalam
keluar. Artinya kebiasaan baik tersebut dilakukan bukan atas permintaan atau
tekanan dari orang lain melainkan atas kesadaran dan kemauan sendiri. Melalui
pendidikan jasmani akan dapat mewujudkan generasi muda yang berkarakter
kuat, profesional dan kompetitf.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 52
Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Arma Abdullah, Agus Manaji. 1994. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta.
Proyek pembinaan dan peningkatan mutu Tenaga Kependidikan. Dikti.
Atmadi. A. dan Setyaningsih.Y (editor). 2000. Tranformasi Pendidikan
Memasuki Millinium Ketiga. Yogyakarta. Kanisius.
Bucher, C.A. 1983. Foundations of Physical Education & Sport. St. Louis: The
C.V. Mosby Company.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas.
Depdiknas. 2010. Rencana Strategis Kementrian Pendidikan Nasional 20102014. Jakarta. Kenendiknas.
Harsuki. 2002. Perkembangan Olahraga Terkini. Kajian Para Pakar. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Harsuki. 2011. F.I.K. U.N.Y Membangun Insan Olahraga Yang Sportif,
Inovatif, Adaptif Dan Profesional . Pidato Dies Natalis Ke-60 Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas negeri Yogyakarta.
Undang-Undang No.3 2005. Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional.
Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Zeigler , Earle F. 2009..International and Comparative Physical Education and
Sport . Victoria : Trafford Publishing.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 53
Seminar Nasional
KAJIAN LANDASAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
SEBAGAI IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH
Oleh :
Drs. Mamin Suparmin, M.Kes
JPOK FKIP UTP Surakarta
ABSTRAK
Sistem pendidikan di Indonesia tentu sudah diatur oleh Pemerintah melalui
Undang-Undang Pendidikan dan Peraturan pemerintah, namun yang perlu
dipikirkan adalah apakah aturan pemerintah yang sudah didiskripsikan secara
teoritis dan legitimate itu sesuai dengan penerapan di lapangan. Memang dalam
operasional yang dijalankan oleh guru belum sepenuhnya memenuhi harapan
pemerintah, akan tetapi setidak-tidaknya guru sudah berusaha maksimal untuk
mewujudkan visi dan misi pendidikan yang terkandung dalam sistem perundangundangan pendidikan tersebut.
Ditempatkan Pendidikan jasmani sebagai salah satu komponen pendidikan
yang wajib diajarkan di sekolah, pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjaskes)
memiliki peran yang sangat sentral dalam pembentukanfisik anak, melainkan juga
perkembangan mental, intelektual, emosional dan sosiolnya. Rendahnya mutu dan
jumlah guru pendidikan jasmani di sekolah melahirkan ketikmampuan dalam
melaksanakan tugasnya secara proposional.
Kondisi yang kurang menguntungkan tersebut menyebabkan posisi
pendidikan jasmani cukup delematis, sehingga memunculkan permasalahan yang
lebih krusial. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah
terbatasntasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan sumber-sumber yang
digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Beberapa kenyataan tersebut,
diperlukan langkah-langkah tertentu sebagai upaya untuk memperbaiki model
pembelajaran penjaskes di sekolah dasar.
Pendidikan jasmani merupakan wahana untuk menumbuh-kembangkan
anak secara wajar dan efektif. Selain itu, pendidikan jasmani juga merupakan
bagian integral dari pendidikan secara menyeluruh. Oleh karena, sedah selayaknya
bila pendidikan jasmani diberikan perhatian yang proposional dan dilaksanakan
secara efisien, efektif serta sesuai dengan kondisi fisik dan psikis anak. Apa yang
terjadi di lapangan ternyata tidak sesuai dengan yang dikonsepsikan, karena misi
pendidikan jasmani belum sepenuhnya dipahami oleh banyak orang, sekalipun itu
pendidik.
Tulisan ini ingin memaparkan proses Dikjasor menjadi bidang studi
pengalaman dalam menangani pendidikan jasmani, khususnya ungkapan yang
menyatakan bahwa pendidikan jasmani di sekolah hanya sebagai pelengkap.
Anggapan yang demikian tidaklah bijaksana. Bila dicermati, pengajaran yang baik
dalam pendidikan jasmani lebih dari sekedar mengembangkan ketrampilan
berolahraga. Pelajaran yang baik, melibatkan aspek-aspek yang berhubungan
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 54
Seminar Nasional
dengan apa yang sebenarnya dipelajari siswa melalui partisipatinya, apakah itu
neuromuskuler, intelektual, emosional, sosial dan bukan aktivitas olahraga
semata.
Kata kunci. Sistem pendidikan nasional, pendidikan jasmani dan kesehatan
A. LATAR BELAKANG
Disadari bahwa pembangunan bangsa pada dasarnya mengarah pada
peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia. Olahraga (termasuk
pendidikan jasmani) merupakan salah satu unsur penting dalam konteks
peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan masyarakat Indonesia.
Olahraga diarahkan pada peningkatan kehetan jasmani, mental dan rokhani
masyarakat, serta ditunjukan untuk pembentukan watak dan kepribadian, disiplin
dan sportivitas yang tinggi serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan
rasa kebanggaan nasionla.
Sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 ayat 1
disebutkan bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Menyikapi
konsep
pendidikan
tersebut
nampaknya
ada
unsur
pembentukan watak dan karakter bangsa Indonesia yang memiliki jatidiri secara
utuh baik secara fisik, mental, sosial, spiritual maupun kepribadian yang mulia.
Selanjutnya dalam upaya pembentukan pribadi anak/siswa tentu diperlukan satu
konsep strategi pembelajaran yang profesional dan proporsional, sebagaimana
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab IV Standar Proses Pasal 19
Ayat 1, bahwa ”Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartiisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fiisik serta psikologis
peserta didik”.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 55
Seminar Nasional
Berangkat dari ketetapan peraturan pemerintah tersebut, maka perlu upaya
mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya
pada genarasi penerus bangsa melalui peserta didik di sekolah-sekolah
Ada tiga isu utama yang muncul dalam pembaharuan pendidikan di
Indonesia, yakni: Pembaharuan Kurikulum, Peningkatan Kualitas Pembelajaran,
dan Efektivitas Metode Pembelajaran. Pembaharuan kurikulum senantiasa akan
terus dilakukan dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan pangsa pasar
masyarakat seiring dengan perkembangan global dalam dunia pendidikan, artinya
kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika
sosial, relevan, tidak overload dan mampu mengakomodasikan keberagaman
keperluan dan kemajuan teknologi.
Hal ini tentunya akan menuntut adanya kualitas pembelajaran yang harus
ditingkatkan demi peningkatan kualitas hasil pendidikan. Sedangkan untuk
memenuhi kualitas tersebut tentu dalam penerapan model pembelajarannya harus
memenuhi kriteria efektif, dimana selama proses pembelajaran berlangsung, siswa
dapat memberdayakan potensinya secara maksimal. Konsep ini didukung oleh
pendapat Degeng, 2005a:34, bahwa proses belajar menjadi efektif dan efisien
maka usaha–usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
adalah dengan merancang (desain) pembelajaran (Instructional Science).
Ini semua diperlukan adanya keterlibatan pendidik dalam menumbuhkan
situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar meliputi upaya
menciptakan iklim belajar yang partisipatif. Knowles mengemukakan ada tujuh
langkah pendidik yang dapat membantu peserta didik untuk belajar partisipatif.
Ketujuh langkah tersebut adalah membantu peserta didik untuk:
(1) menumbuhkan keakraban yang mendorong untuk belajar,
(2) menjadi anggota kelompok dan belajar dalam kelompok,
(3) mendiagnosis kebutuhan belajar,
(4) merumuskan tujuan belajar,
(5) menyusun pengalaman belajar,
(6) melaksanakan kegiatan belajar, dan
(7) melakukan penilaian terhadap proses, hasil, dan pengaruh belajar.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 56
Seminar Nasional
Kalau menyikapi tentang pendapat tersebut nampaknya produk dari suatu
proses pembelajaran baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah
adalah perubahan tingkah laku peserta didik selama dan setelah mengikuti proses
pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut mencakup ranah afektif, kognitif, dan
psiko-motorik serta konatif. Ranah afektif adalah sikap dan aspirasi peserta didik
dalam lingkungannya melalui tahapan penerimaan stimulus, respons, penilaian,
pengorganisasian, dan karakterisasi diri dalam menghadapi stimulus dari
lingkungan. Ranah Kognitif adalah kecakapan peserta didik yang diperoleh
melalui pengetahuan, pemahaman, penggunaan, analisis, sintesis, dan evaluasi
terhadap sesuatu berdasarkan asas-asas dan fungsi kelimuan. Asas keilmuan tentu
harus mencerminkan pada objektivitas, observabilitas, dapat diukur, dan bernilai
guna, sedangkan fungsi keilmuan adalah menggambarkan, menjelaskan,
memprediksi, dan mengandalkan. Psiko-motorik atau skills adalah penguasaan
dan penggunaan sesuatu keterampilan melalui tahapan rangsangan, kesiapan
merespons, bimbingan dalam melakukan respons, gerakan mekanik, respons yang
lebih kompleks, adaptasi, dan melakukan sendiri. Tegasnya perubahan tingkah
laku peserta didik dalam ranah afektif, kognitif, psiko-motorik, dan konatif
merupakan produk pembelajaran.
Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi pendidikan saat ini
adalah berkenaan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dengan
model pembelajarannya yang dipandang masih bervariatif dan belum maksimal.
Artinya selama proses pembelajaran berlangsung belum tercipta situasi dan
kondisi yang menarik dan termotivasi untuk belajar lebih bersemangat. Indikasi
ini tampak dengan adanya guru yang masih terjebak dalam praktek kegiatan
belajar mengajar yang cenderung membuat siswa bosan/ jenuh bahkan siswa
merasa tertekan.
Fenomena di lapangan masih ada kasus-kasus yang muncul misalnya
dalam berinteraksi dengan siswa, posisi guru terasa masih sangat dominan,
sementara siswa cenderung berada dalam posisi yang tidak berdaya. Pendekatan
dan metode yang digunakan tampak kurang bervariasi, sehingga membuat siswa
menjadi malah kurang respeks terhadap materi yang diajarkan.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 57
Seminar Nasional
Konsep kegiatan belajar mengajar seperti itu tampaknya sudah mulai
ditinggalkan bahkan sudah tidak relevan lagi dengan tuntutan dan tantangan
pendidikan saat ini. Oleh karena itu kami tertarik dengan munculnya kesenjangan
penerapan model pembelajaran ini untuk dikaji sebagai bentuk penelitian.
Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah terkait dengan
keefektifan model pembelajaran quantum teaching dengan menggunakan metode
grafik, eliminasi dan metode substitusi pada persamaan linear dua variabel bidang
studi matematika yang selama ini dianggap sebagai bidang studi yang sulit dan
cenderung membosankan bagi siswa.
Sebagai dasar pertimbangan penarikan topik permasalahan ini adalah
bahwa quantum teaching merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang
humanis dan komprehensif yakni Belajar melibatkan semua aspek kehidupan
manusia yaitu fikiran, perasaan, bahasa tubuh, pengetahuan, sikap, keyakinan dan
persepsi masa depan, disamping akan dapat menggabungkan keistimewaankeistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan
meningkatkan minat belajar dan hasil Belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
Mempehatikan beberapa pendekatan pengajaran, walaupun masih suatu
kajian-kajian empirik yang mendalah. Sebagai altrnatif utama bagi guru
pendidikan jasmani. Masalah yang dihadapi: Bagaimana merubah wawasan dan
perilaku guru agar siap dan mampu melaksanakan pendekatan pengajaran yang
efektif di sekolah?
C. TUJUAN
Penyusunan artikel akademik bertujuan.
1. Memberikan pemahaman dan penghayatan yang dapat dijadikan sebagai
peningkatan kualitas guru pendidikan jasmani di sekolah.
2. Memberikan wawasan pengetahuan
dan memilki kemampuan untuk
mengidentifikasi dalam proses pembelajaran yang mencakup penguasaan
metode pencapaian serta penilaiannya.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 58
Seminar Nasional
D. KERANGKA BERPIKIR.
Konsepsual dalam mendukung dalam kajian yakni;
1. Kajian dokumen
2. Perspektif Pendidikan jasmani
3. Model Pembelajaran Dikjasor
4. Penjelasan Dikjasor sebagai bidang studi
E. PERSPEKTIF PENDIDIKAN JASMANI
Kualitas guru pendidikan jasmani yang ada pada sekolah dasar dan
lanjutan pada umumnya perlu ditingkatkan. Mereka kurang mampu melaksanakan
profesinya secara kompeten, antara lain rendahnya tingkat kebugaran jasmani
peserta didik pada sekolah dari semua tingkat satuan pendidikan di Indonesia
dapat dijadikan satu petunjuk umum bahwa mutu program pendidikan jasmani di
Indonesia masih rendah. Rendahnya mutu hasil pembelajaran pendidikan jasmani
dapat disimpulkan dari keluhan masyarakat olahraga yang mengindikasikan
bahwa mutu bibit olahragawan usia dini dari sekolah-sekolah kita sangat rendah.
Dari survey yang dilakukan oleh Pusat Kesegaran jasmani Depdiknas terdahulu,
diperoleh informasi bahwa hasil pembelajaran Penjas di sekolah secara umum
hanya mampu memberikan efek kebugaran jasmani terhadap kurang lebih 15
persen dari keseluruhan populasi peserta didik (Cholik Mutohir, T. 2002).
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Ia
merupakan bagian salah satu dari subsistem-sistem pendidikan. Pendidkan
jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolilasi,
akan tetapi harus berada dalam konteks pendidkan secara umum (general
education). Sudah barang tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan
melibatkan interaksi sitemik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Apabila anda bertanya kepada guru Penjas tentang apa tujuan yang
dicapai? Jawabnya mungkin bervariasi. Secara ideal, jawaban tersebut terjabar
seperti butir-butir berikut.
1. Perkembangan Pribadi
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 59
Seminar Nasional
a. Pertumbuhan fisik
b. Sehat fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Kesegaran jasmani
d. Cerdas
e. Kreatif dan inofatif
f. Tampil dalam gerak dan memecahkan masalah.
g. Jujur, disiplin, percaya diri dan tanggung jawab.
2. Hubungan antara pribadi dan Lingkungan.
a. Salin menghirmati
b. Gotong royong
c. Luwes (mudah menyesuaikan diri)
d. Melestarikan lingkungan
3. Ketahana Nasional.
a. Politik (cinta tanah air, demokarasi, dan loyah pada Pancasila)
b. Ekonomi (Etos kerja dan penguasaan informasi dan teknologi)
c. Sosial (tertib hukum, kesetiakawan)
d. Budaya (menghagai karya orang lain, berpikir kritis dan telenransi)
e. Hankam (kesiapan bela negara dan partisipasi dalam hamkamrata)
Salah satu utama dalam pendidkan jasmani di Indonesia, hingga dewasa
ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah.
Kondisi kualitas pengajaran pendidikan jasmani yang perlu adanya evaluasi dan
pembenahan, baik tingkat pendidikan dasar sampai pendidik tinggi telah
dikemukakan dalam telaah dalam berbagai forum oleh beberapa pengamat
pendidikan jasmani dan olahraga.
Pendidikan jasmani belum berhasil mengembangan kemampuan dan
ketrampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental maupun intelektual
(Kantor Mempora, 1983). Hal ini benar mengingat bahwa kebanyakan guru
pendidikan jasmani di sekolah kadang ada guru khusus yang secara normal
mempunyai kompetensi dan pengalaman yang terbatas dalam bidang pendidikan
jasmani. Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek mengajar
cenderung tradisional, model-model mengajar dipusatkan oleh guru (teacher
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 60
Seminar Nasional
centered) dimana para siswa melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang
ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh
anak didik sesuai dengan inisiatif sendiri (student cetered).
Guru pendidikan jasmani tradisional cenderung menekankan pada
penguasaan ketrampilan cabang olahraga. Dalam penedekatan tersebut, guru
menentukan tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya
seperti melatih suatu cabang olahraga. Di tinjau dari segi konteks kurikulum,
pembelajaran yang dilakukan oleh guru penjas secara praktis tidak nampak
adanya kesinambungan. Demikian pula, ketidakjelasan dalam tata urutan dan
tingkat kesukaran tugas-tugas ajar tersebut,
Keefektifan pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani di sekolah pada
beberapa tahun terakhir telah menjadi isu nasional yang menarik. Isus tersebut
sering dibicarakan secara serius dalam forum diskusi atau seminar tingkat
nasional oleh berbagai kalangan termasuk para pakar dan praktisi pendidikan
jasmani. Berbagai saran dan rekomendasi sering diajukan dalam upaya
meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah-sekolah termasuk
perbaikan kurikulum, peningkatan kemampuan guru dan penyediaan lapangan dan
fasilitasnya.
Penguasaan
bidang studi
atau
disciplinary
mastery
menekankan
penguasaan isi dari bidang studinya, sehingga prioritas ditekankan pada isi bidang
studi. Karena itu penganut aliran ini percaya bahwa penguasaan isi bidang studi
merupakan indicator keberhasilan suatu sekolah. Pendidikan jasmani kita
nampaknya berorientasi pada perspektif ini, sehingga banyak guru yang tidak
percaya bahwa Penjas mampu menumbuhkan nilai-nilai dan karakter positif selain
sebagai menjadi pendadaran olahragawan dari anak-anak yang berbakat.
Dari perspektif aktualisasi diri (self actualization), kurikulum diarahkan
kepada peserta didik dan pencapaian otonomi individu dan pengarahan diri.
Peserta didik bertanggung jawab untuk menentukan sendiri arah tujuannya,
mengembangkan keunikan pribadi, dan untuk memandu sendiri kegiatan
belajarnya. Kurikulumnya disusun untuk menyediakan tantangan bagi setiap
orang untuk melampaui limit kemampuan sebelumnya, untuk melintasi batasPeranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 61
Seminar Nasional
batas pribadi agar tercapai persepsi baru mengenai diri. Pendidikan tidak lain
merupakan sebuah proses yang memungkinkan dan menyediakan kesempatan
bagi pembebasan dan pengembangan pribadi.
Perspektif rekonstruksi sosial (social reconstruction) menekankan prioritas
tertinggi sumber kurikulum yaitu masyarakat yang memberikan arah bagi
pendidikan generasi muda. Kebutuhan masyarakat mendahului kebutuhan
individu. Karena itu, penganut aliran ini percaya bahwa sekolah bertanggung
jawab untuk membentuk masa depan generasi muda yang lebih baik.
Kemudian perspektif proses belajar (learning process) menekankan
pentingnya bagaimana keterjadian balajar itu berlangsung. Kurikulumnya
dirancang untuk membina keterampilan peserta didik dalam memecahkan
masalah, keterampilan untuk mengembangkan kemampuan kreatif, keterampilan
menggunakan teknologi .Komputer, dan keterampilan kritis dalam merespons dan
mengambil keputusan secara cepat. Proses pembangkitan pengetahuan dalam
lingkup setiap bidang studi merupakan fokus kurikulum. Proses belajar
keterampilan
dalam
pendidikan
jasmani
memasukkan
proses
perolehan/penguasaan keterampilan (persepsi, pemolaan, penghalusan, dan
adaptasi) dan sekaligus proses gerak kreatif melalui pengembangan variasi,
improvisasi, dan komposisi.
Sedangkan perspektif integrasi lingkungan (ekologis) melandaskan
asumsinya bahwa setiap individu itu unik, mahluk holistik, dan secara berlanjut
mengalami proses penyempurnaan sehingga terjalin keterpaduan secara utuh
antara pribadi dan lingkungannya, Pendekatan ini menekankan keseimbangan
antara individu dan kepedulian masyarakat gobal.
F. MODEL PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
Dalam literatur diperoleh gambaran tentang model pengajaran pendidikan
jasmani. Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan berbagai model diterapkan
dengan hasil di lapangan. Beberapa model pengajaran tersebut dikemukakan oleh
Siedentop, Mand, dan Taggart (1986) sebagai berikut.
a) Pengajaran langsung/perintah (Direct Instruction)
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 62
Seminar Nasional
b) Pengajaran tugas/pos (Taks/station Teaching)
c) Pengajaran
berpasangan
berpasangan/kelompok
(Reciprocal.Group
teaching)
d) Pengajaran sistem kontrak (personalyzed system of Teaching)
e) Manajemen Kontingensi (Conngensi Management)
Salah satu model spektrum model pengajaran lain juga dikemukakan
Mosston (1966). Model Mosston ini didasarkan atas asumsi bahwa keputusan
terhadap proses dan produk pengajaran hendaknya bergeser dari pengajaran
terpusat pada guru ke pusat pada anak didik, dari siswa terikat menjasi siswa
bebas (aktif). Mosston mengklasifikasi model pengajaran berdasarkan hasil
analisa siap yang membuat keputusan. Klasifikasi model pengajaran tersebut
adalah sebagai berikut.
a) Model Komando (command Styles)
b) Pengajaran Tugas (Task Teaching)
c) Pengajaran berpasangan (Reciprokal Teaching)
d) Pengajaran Kelompok Kecil (Smal group Teaching)
e) Program Individual (Individual Programs)
f) Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)
g) Pemecahan Masalah (problem Solving)
Pembagian model-model pengajaran tersebut di atas pada hakikatnya
bukan merupakan klasifikasi yang bersifat diskrit. Pengajaran yang didasarkan
atas model komando pada suatu ketika memilki kesamaan atau terjadi pada
bentuk-bentuk pengontrolan guru pada saat pengejaran penemuan terbimbing atau
memecahan masalah.
G. LANDASAN & IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
JASMANI DAN OLAHRAGA .
Setelah menelaah beberapa literatur, muncul pertanyaan; Apakah Dokjasor
dapat diterima dan dikembangkan sebagai bidang studi?
Untuk memperoleh
implementasi tentang wawasan konsep dasar, dan prinsip-prinsip Dikjasor yang
mantap, pengkajian perlu berlandasan pada pola pikir Williams (1959), bahwa
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 63
Seminar Nasional
prinsip Disjasor akan mantap apabila didukung oleh landasan falsafah dan
landasan ilmiah.
Landasan falsafah, adalah cara suatu bangsa memandang dan menghayati
suatu fenomena dengan mempertimbangkan keyakinan faksafah tersebut.
Tentunya, bidang studi Dikjasor yang dikembangkan di Indonesia, harus
berlandaskan pada falsafah Pncasila dan UUD 1945, yang secara operasional
mengacu pada GBHN. Sedangkan tujuan Dikjasor mengacu pada UU No. 2 tahun
2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Selain didukung oleh implementasi faksafah , konsep dasar bidang studi
Dikjasor, harus didukung oleh landasan
ilmiah, yaitu konsep umum yang
berlandaskan pada fakta yang terkait, yang merupakan kebenaran yang bersifat
sementara/empirik. Dari fakta ilmiah ilmiah yang universal-movement education,
sport sciences, kinesiology, dan physical education, dapat digunakan sebagai
landasan ilmiah dalam merumuskan konsep dasar bidang studi Dikjasor.
Sintesis antara landasan falsah yang bersifat unik dan landasan ilmiah
yang bersifat universal akan mendukung konsep dasar bidang studi Dikjasor yang
mantap, yang secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 2003
Bidang Studi
Dikjasor
Landasan Falsafah
Pancasila
UUD 1945
GBHN
UU No.2 Th 2003
Landasan Ilmiah
Movement Education
Sport Sciences
Konesiology
Physical education
Bagan; SikDikNas pendukung Bidang Studi Penjasor dengan
Landasan Falsafat dan Ilmiah
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 64
Seminar Nasional
H.
PENUTUP
Dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah, bebagai upaya penelitian dan pengembangan perlu dilakukan
terus dengan cara melakukan uji coba pendekatan konsep-konsep atau modelmodel pembelajaran. Pendidikan tidak seharusnya didasarkan pada kebutuhan
yang sifat sesaat, tetapi perlu memperhatikan perspektif masa depan yang
berkelanjutan. Bahwa format pendidikan menjelang era-globalisasi harus disain
sedemikian rupa.
Rendahnya mutu pendidikan dalam proses pembelajaran terutama
Dikjasor, semakin menyadarkan pada kita bahwa model pembelajaran perlu
ditingkatkan, diharapkan akan melahirkan anak-anak yang sehat baik jasmani dan
rokhani. Pendikan jasmani dan olahraga, menjadikan sportivitas dan semangat
hidup(pluralisme dan perdamaian), yang mana hubungan tersebut menjadikan
”napas” pendidikan di masa depan.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 65
Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Cholok Mutohir, T., (20020, Gagasan-Gagasan tentang Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, Surabaya, ISBN: 979-643-930. Unesa University Pres. Anggota
IKAPI No. 072/JTI.
Lutan, Rusli. (2005). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Sekolah: Penguasaan
Kompetensi Dalam Konteks Budaya Gerak. Makalah. Disampaikan pada
Lokakarya Penyusunan Standar Kompetensi Guru Penjas. Cipayung.
Direktorat Tenaga Kependidikan. Diknas. 2005.
Mahendra, Agus, dkk. (2006). Implementasi Movement-Problem-Based Learning
Sebagai Pengembangan Paradigma Reflective Teaching Dalam
Pendidikan Jasmani: Sebuah ommunity-Based Action Research Di
Sekolah Menengah Di Kota Bandung. Laporan Penelitian. UPI. Bandung.
Mosston, M., (1996), Teaching Physical Education, Columbus, Ohio: Merill.
Pusat Kesegaran jasmani Depdiknas tahun 2003. Survey Nasional Kebugaran
Jasmani Siswa Sekolah Menengah. Depdiknas. Jakarta.
Siedentop, daryl; Herkowitz, J. & Rink, Judith (1984), Elementery Physical
Methods, New Jersey: Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs.
_____________ (1986), Physical education: Teaching and Curriculum Strategies
for grades 5-12. California: Mayfield Publishing Company.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 66
Seminar Nasional
PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA SEBAGAI UNSUR
PENDUKUNG PEMBANGUNAN MANUSIA SEUTUHNYA
Oleh :
Drs. Dwi Gunadi, M.Or
PKOR FKIP UTP Surakarta
ABSTRACK
Human development is an important part than the whole purpose of education and
goal attainment in the state in addition to other sectors. Human development is
needed in the whole life of the nation, especially on the part of the nation should
have a set of state mental and good character. Whole human development is
influenced by several factors, one of the important factor is through physical
education and sport. In physical education and sport in the end produce a fit
physical condition and good mental shape, so it is clear that the whole
human development, physical Education and sport is a major supporting factor.
Keywords: Physical education and sport, Personality, Development of human
beings.
A. PENDAHULUAN
Tercapainya tujuan pendidikan nasional merupakan salah satu kulminasi
bangsa Indonesia. Menurut undang – undang nomor 20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklhak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif , mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung
jawab.
Sejalan dengan hal tersebut, pada periode 2010 – 2014, Kementrian
Pendidikan Nasional menetapkan visi terselenggaranya layanan prima Pendidikan
Nasional untuk membentuk insan Indonesia yang cerdas komperehensif. Insan
Indonesia yang komperehensif adalah insan yang cerdas spiritual, cerdas
emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.
Kecerdasan intelektual harus diimplementasikan dengan tindakan–
tindakan yang riil untuk mewujudkan harapan yang akan dicapai, untuk itu
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 67
Seminar Nasional
diperlukan kerja keras tanpa mengenal lelah bagi setiap komponen bangsa .
Dalam melaksanakan tugas tersebut mau tidak mau harus memiliki tingkat
kesegaran jasmani yang memadai, maka diperlukan adanya pendidikan jasmani
dan olahraga yang memadahi pula. Sehingga jelas bahwa untuk mencapai tujuan
pendidikan perlu adanya keselarasan antara jasmani dan rohani. Hal tersebut bisa
dijabarkan dan diperkaya dalam pendidikan jasmani dan rohani dengan segala halhal yang terkait. Karena cakupan pendidikan jasmani menyangkut gerak fisik atau
olahraga maka pendidikan jasmani dan olahraga merupakan dua hal yang sulit di
pisahkan. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan
secara keseluruhan. Dengan melihat hal yang demikan pelaksanaan pendidikan
jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut, karena
tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk
mengembangkan potensi individu melalui aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani
merupakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang
bertujuan untuk
meningkatkan individu
secara organik,
neuromuskuler,
perceptual, kognitif, dan emosional dalam rangka system pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani yang dirancang dan dilaksanakan dengan strategi dan proses
pembelajaran yang benar, akan mampu berperan dan memberikan kontribusi yang
bermakna dalam pembentukan watak dan kepribadian seseorang.
UU pendidikan nomer 2 tahun 1954 pasal 4 menyebutkan bahwa
Pendidikan
nasional
bertujuan
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya , yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tiuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur memiliki
pengetahuan dan ketrampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan ilmu terapan yang berarti di
dukung oleh disiplin – disiplin ilmu yang lain, seperti ilmu biologi, psikologi,
anatomi, fisiologi, filsafat, pedagogi, mekanik, sosiologi, ilmu gizi, estetika, etika
dan moral, sehingga jelas sesuai dengan tujuan negara dan tujuan pendidikan
dimungkinkan
bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan unsur
pendukung dalam membangun manusia seutuhnya.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 68
Seminar Nasional
B. PEMBAHASAN
I. Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Dalam suatu kegiatan olahraga baik yang bersifat individu maupun
kelompok, selalu dihadapkan adanya aturan-aturan yang harus di patuhi, sehingga
seseorang akan terbiasa taat pada aturan yang otomatis berimplikasi pada rasa
hati-hati dan berdisiplin tinggi. Hal tersebut akan menjadi kebiasaan yang positif
untuk membentuk mental yang baik . Begitu yang diharapkan dalam kehidupan
berbangsa yakni menjadi individu yang sehat jasmani dan rohani serta berkarakter
mulia.
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang melibatkan
aktifitas fisik atau jasmani dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan
individu secara organik, kognitif, neuromuscular, perceptual dan emosi. Dalam
pelaksanaanya pendidikan jasmani hendaknya dilakukan pada tercapainya tujuan
pendidikan itu sendiri karena pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian
yang menyatu atau integral dari suatu sistem pendidikan. Disamping aktifitas
jamani tujuan pendidikan jasmani untuk mengembangkan potensi anak didik
melalui aktifitas jasmani, potensi dibidang organisasi sosial dan juga budaya.
Proses dan strategi yang dirancang dalam pendidikan jasmani secara baik, akan
mampu berperan dalam memberikan kontribusi yang bermakna dalam
pembentukan kepribadian seseorang, yang pada muaranya secara komprehensif
akan membentuk mental bangsa yang baik.
Pada dasarnya pendidikan jasmani dan olahraga mempunyai tujuan yang
sama yaitu sama -sama ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Cakupan pendidikan jasmani lebih luas dari pada olahraga, aktifitas pada
pendidikan olahraga terbatas pada aktifitas dalam bentuk olahraga, pada
pendidikan jasmani lebih luas lagi bisa berupa olahraga dan aktifitas jasmani
lainya seperti petualangan, rekreasi, aktifitas sosial termasuk SAR dan lain-lain.
Ciri hakiki olahraga adalah aktifitas fisik, permainan dan pertandingan. UNESCO
dalam Declaration On Sport menyatakan bahwa olahraga harus dilakukan dengan
semangat fair play, karena fair play selain memurnikan olahraga juga menjadikan
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 69
Seminar Nasional
olahraga sebagai alat pendidikan yang nyata, sedang pendidikan jasmani yang
dirancang dan dilaksanakan dengan strategi dan proses pembelajaran yang benar
akan mampu berperan dan memberikan kontribusi yang bermakna dalam
pembentukan watak dan kepribadian. Pribadi atau karakter yang terbentuk pada
individu dari hasil pendidiakn jasmani dan olahraga menjadikan mental yang kuat
dan berdisiplin tinggi.
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian dari ilmu mendidik
yang merupakn bagian dari pendidikan ( Richard C. Melson, Ph.D 1978-P11).
Unsur-unsur pendukung termasuk sarana dan prasarana merupakan hal pokok
dalam mencapai tujuan tersebut. Hal ini tidak bisa di abaikan karena akan
mempengaruhi hasil dari proses yang dilakukan, begitu juga dampak pada psikis
atau mental. Dengan sarana prasarana seadanya kadang hasilnya juga kurang
maksimal dan kurang membawa keyakinan bagi si atlet bila olahraga tersebut
dalam jenjang prestasi, dan bila di tarik benang merah ada hubungan yang erat
antara sarana prasarana terhadap pencapaian prestasi dan kesiapan mental bagi
atlet. Hal yang demikian kurang selaras bila di interpretasikan dalam
pembangunan manusia seutuhnya pada jalur prestasi di bidang olahraga, maka
perlunya penanganan yang komprehensif untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
II. Olahraga Sebagai Disiplin Akademik.
Perkembangan ilmu olahraga di Indonesia dalam kenyataanya banyak
berkiblat pada perkembangan yang telah terjadi di Amerika Serikat dan negara
negara Eropa. Pakar pakar keolahragaan yang berperan dalam mengembangkan
olahraga di Indonesia pada umumya berlatar belakang pendidikan Amerika dan
Eropa. Demikian juga literatur yang digunakan diperguruan tinggi olahraga di
Indonesia banyak yang merupakan terbitan Amerika dan Eropa, sehingga arah
perkembangan ilmu olahraga di Indonesia diwarnai oleh perkembangan yang
terjadi di Amerika dan Eropa. Di Amerika kebanyakan generasi senior yang
berkecimpung dibidang pendidikan jasmani atau olahraga, berlatar belakang
kesarjanaan pendidikan. Oleh karena itu bisa dimengerti bila perkembangan
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 70
Seminar Nasional
selanjutnya lebih mengarah pada profesi kependidikan daripada mengarah kepada
bidang subyek keilmuanya. Pendidikan tinggi keolahragaan masuk kedalam
lembaga pendidikan tenaga kependidikan. Mahasiswa yang masuk perguruan
tinggi olahraga cenderung disiapkan dan berorientasi pada apa yang akan
diajarkan di sekolah dimana mereka akan bekerja. Kenyataan itu menunjukan
bahwa pendidikan tinggi keolahragaan cenderung mengarah pada pendidikan
profesi daripada pendidikan akademik. Namun demikian pendidikan akademik
bisa dikombinasikan dengan pendidikan profesi, karena pada dasarnya keduanya
tidak bisa dipisahkan.
Disiplin akademik adalah suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge)
yang terorganisasi dan secara kolektif terpadu dalam materi studi formal. Isinya
bersifat teoritis dan arahnya berbeda dengan keteknikan dan keprofesian.
Olahraga memiliki bidang pengetahuan yang mendasarinya, yaitu tersusun dri
porsi tertentu dari beberapa bidang ilmu yakni : anatomi, fisika, fisiologi,
antropologi, budaya, sejarah, sosiologi, psikologi, dan sebagainya. Titik pusat
perhatianya adalah pada studi tentang manusia sebagai individu, berusaha
menguasahi kemampuan gerak yang dituntut untuk kepentingan hidup sehari hari.
Dan dalam kemampuan gerak lain yang mengandung nilai seni atau berfungsi
mengekspresikan diri secara fisik dan sifat kompetisi, menghadapi tantangan
melawan lingkungan, dan berpartisipasi dalam aktivitas pada waktu luang yang
dirasa makin penting didalam perkembangan budaya.
Sebagai disiplin akademik, bidang studi ini tidak merupakan aplikasi
secara bulat yang mewakili disiplin-disiplin ilmu dari antropologi, fisiologi,
psikologi, dan sebagainya dalam studi mengenai aktifitas fisik melainkan hanya
mengambil aspek-aspek ertentu dari bidang-bidang disiplin tersebut yang relevan.
Ilmuwan olahraga menguasai sebagian-sebagian dari disiplin-disiplin ilmu lain
yang relevan dengan fenomena keolahragaan. Misalnya mengenai masalah
meningkatnya kekuatan otot. Pertanyaan mengenai mengapa otot menjadi lebih
kuat bila dilatih, jawaban atas pertanyaan tersebut yang berkenaan dengan
mekanisme penyebab fenomena tersebut masih tetap masuk dalam lingkup
fisiologi, sedangkan bila yang dipertanyakan hubungan kwantitatif antara
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 71
Seminar Nasional
peningkatan kekuatan dengan lamanya dan frekwensi dilatihnya otot, ini
cenderung merupakan masalah olahraga.
III. Pembangunan manusia seutuhnya
Pembangunan manusia seutuhnya merupakan bagian yang penting dari
tujuan pendidikan yang telah di uraikan diatas, bahwa secara eksplisit
pembangunan manusia seutuhnya meliputi pembangunan lahir (fisik) dan batin
(mental). Terbentuknya mental yang baik tentu di pengaruhi dan didukung oleh
banyak hal.
1. Tinjauan Philosophy
Cara berpikir sekarang akan sangat menentukan realitas langkah yang
akan dilakukan. Cara berpikir seseorang akn dipengaruhi banyak hal, tingkat
pendidikan, usia, status sosial, tingkat kematangan dan lain-lain.
Philosophy adalah kata lain dari filsafat Luis Kattsof menjelaskan
bahwa tidak setiap berfikir itu berfilsafat tapi hanya berpikir yang memiliki
ciri-ciri tertentu yang dapat disebut berfikir filosofis.Ciri cirri berfikir filosofis
yang dimaksud adalah : Logis dan Rasional
1. Sistematis
2. Coherent
3. Adequate
4. Conceptual
5. Radikal
6. Comprehensive
Sedangkan Dr. Fuad Hasan menambahkan bahwa berpikir filosofis
adalah berpikir yang bertanggung jawab, sedangkan Drs. Sunaryo W
menambahkan berfikir dengan menggunakan disiplin berfikir yang tinggi.
Dari Sembilan cirri cirri berfikir tersebut yang paling fundamental adalah cara
berfikir radikal dan komprehensif. Prof. Dr. RF. Berling mengatakan bahwa
radikal berasal dari kata radix yang artinya akar, sehingga berfikir radikal
berarti berfikir sampai ke akar akarnya atau sedalam dalamnya. Prof. Dr. N.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 72
Seminar Nasional
Drijarkoro SJ, mengatakan bahwa berfikir secara radikal berarti berfikir
sampai pada hal yang mutlak, artinya tidak boleh tidak. Berfikir secara radikal
berfikir sampai menemukan essensi atau hakekat atau intisari dari suatu hal.
Prof. Dr. Natanegara, SH, menyatakan bahwa berfikir secara filosofis sampai
menemukan essensi dari suatu hal ibarat air adalah H2O.
Berfikir secara komprehensif adalah berfikir secara menyeluruh.
Berfikir secara menyeluruh berarti berfikir sampai kepada kenyataan terakhir
yang secara mutlak tidak meninggalkan ciri-ciri halnya yang mendukung
essensinya dari halnya itu secara mutlak. Sebagai contoh essensi air adalah
H2O. Kalau unsur H dikurangi, atau unsur O ditiadakan maka tidak akan
terjadi keseluruhan dan akhirnya akan mengaburkan hakekat dari air itu. Oleh
karena itu hakekat dari air sudah berubah lagi. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa
(1). Berfikir filsafat memiliki ciri-ciri umum, juga memiliki ciri-ciri
khusus. Ciri-ciri khusus tersebut adalah berfikir secara radikal dan
komprehensif.
(2). Filsafat dapat berarti cara dan hasil berfikir yang radikal dan
Komprehensif.
Menurut Sugiyanto, berfikir yang dikategorikan sebagai berfilsafat
atau berfikir filsafati
adalah berfikir dalam tingkat kesadaran yang tinggi
mengenai obyek yang difikirkan, dan dilakukan secara teliti mengenai
berbagai aspek yang ada. Ada tiga sifat berfikir secara filsafati, yaitu :
(1). Menyeluruh
(2). Mendasar
(3). Spekulatif
Berfikir yang bersifat menyeluruh berarti bahwa segala sesuatu yang
menjadi obyek pemikiran selalu dikaji dalam konstalasinya dengan berbagai
hal yang melingkupinya. Hal ini dilandaskan pada suatu kesadaran dan
keyakinan bahwa tidak ada sesuatu dialam semesta yang bisa terlepas sama
sekali dari sesuatu yang lain.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 73
Seminar Nasional
Bersifat mendasar berarti bahwa segala sesuatu yang menjadi obyek
pemikiran dikaji mulain dari suatu titik yang paling azasi, atau suatu titik yang
bisa dianggap sebaqgai awal pemikiran menuju pencapaian kebenaran akan
hakekat kenyataan yang dikaji.
Sifat spekulatif dalam berfikir filsafati berkaitan dengan menentukan
anggapan tentang titik awal untuk mencapai kebenaran. Hal ini sesuai dengan
hakekat tentang anggapan. Suatu anggapan bisa benar tetapi juga bisa salah,
karena ketidak pastian bahwa titik awal pemikiran itu benar atau salah, berarti
disitu mengandung makna spekulatif. Namun demikian bukan berarti sifat
spekulatif dalam berfikir filsafati itu bersifat acak acakan atau sembarangan.
Spekulasi tetap dilakukan dengan cermat, dan menurut akar berfikir yang
diandalkan.
2. Tinjauan Personality.
Personality bisa diartikan kepribadian, yang bermakna bahwa
kepribadian terbentuk dari berbagai unsur atau pengaruh, Kepribadian
merupakan karakter yang terbentuk dari sikap dan tingkah laku. Kepribadian
merupakan campuran cirri-ciri dan karakter dari seseorang, yang membuat hal
tersebut berbeda antara orang satu dengan orang yang lain. Performa dalam
olahraga akan mencerminkan kepribadian yang lebih variasi dan bernilai
sama, tetapi akan berbeda bila sudah masuk pada kehidupan yang lain diluar
olahraga. Dalam hal ini orang / Atlet cenderung agresif dalam lapangan,
belum tentu agresif diluar lapangan. Hal tersebut menunjukkan suatu bukti
yang konkret, tetapi ada suatu kecenderungan bahwa mentalitas saat di dalam
kancah olahraga cukup berpengaruh dalam implementasi kehidupan lapangan.
Yang menjadi substansinya bahwa kepribadian yang luhur/baik, yang
terbentuk dari pendidikan jasmani dan olahraga merupakan syarat bagi
pembangunan manusia seutuhnya, terutama bagi bangsa Indonesia yakni suatu
negara yang sedang berkembang yang penuh dengan problematika dan
tantangan. Dari aspek kepribadian ini ada beberapa teori yang mendasari
untuk diketahui, sehingga kita sadar betapa pelik hal hal yang berkaitan
dengan kepribadian yang harus selalu kita gali.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 74
Seminar Nasional
Teori Psikodinamik
Teori ini ada didalam lingkungan klinik, para peneliti terdahulu
menjadi ahli fisik dengan fokus pada perilaku yang tidak normal atau
menyimpang, meskipun Sigmund Freud telah mengembangkan psikoanalisis
dan sangat berdekatan dengan pendekatan psikodinamik dalam kepribadian,
namun ada juga tokoh lain yang turut andil diantaranya Carl Jung, Alfred
Adler, Erich Fromm. Ajaran utama dari Sigmund Freud adalah Id, ego dan
super ego. Id menunjukkan naluri ketidaksadaran dan menampilkan dua
konflik yang abadi antara dua dimensi yaitu hasrat hidup dan dorongan
seksual.
Ego menunjukkan adanya aspek kesadaran, logika dan orientasi real
dari manusia super ego merupakan kesadaran murni dan berkaitan dengan
norma, susila, nilai, sikap dan moral. Dari sini Freud sebenarnya berbicara
tentang konflik kepribadian utamanya adalah konflik antara seksualitas tanpa
sadar dengan insting agresif. Fromm dan Ericson mengajukan interpretasi
interpersonal tentang perilaku yang menyatakan bahwa kekuatan instingtual
berasal dari Id, ego dan super ego. Modifikasi pendekatan psikodinamik
memerlukan observasi informal, intuisi klinis, dan kepercayaan pada
dinamisasi intra fisik.
Teori Fenomenologis
Teori ini dikembangkan oleh Maslow (1943) dengan memunculkan
konsep yang menekankan pada holistic daripada atomistic, fungsional
daripada taksonomi, dinamis daripada statis, purposif dari simple mekanis.
Pendekatan dari teori Maslow memunculkan lima tingkatan kebutuhan
yang ada pada diri manusia, yaitu : kebutuhan psikologis (kebutuhan dasar
seperti lapar, haus, tidur dan seks), keamanan (baik emosi maupun fisik), cinta
(kasih sayang dan afiliasi), penghargaan ( prestasi, kekuasaan dan status), dan
aktualisasi diri (refleksi dari kepuasan diri). Secara fenomenologis teori
kepribadian itu beragam. Keberagaman ini disesuaikan pada penekanan
konsep perubahan, pertumbuhan dan kematangan yang diarahkan pada
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 75
Seminar Nasional
pemenuhan kebutuhan diri. Rogers (1964) mengatakan bahwa perubahan itu
didasarkan dengan orientasi nilai dari anak-anak menuju dewasa dari dewasa
menuju kematangan psikologis.
Teori konstitusional (jenis tubuh)
Teori konstitusional atau teori jenis tubuh selalu dikaitkan dengan
dengan Stanley Kretschmer dan William Sheldon. Dengan teori ini
menunjukan bahwa setiap orang mempunyai fisik-fisik khusus atau jenis-jenis
tubuh,
yang
secara
genetik
menentukan
faktor
yang
memberikan
kecenderungan pada konsistensi perilaku.
Sheldon memberikan skema yang sudah sangat popular. Dalam skema
ini ada tiga dimensi yang struktur tubuhnya dianggap aneh, yaitu mesomorphy
(berotot), endomorphy (bulat, gemuk), dan ectomorphy (lurus, kurus). Setiap
dimensi ini dihubungan dengan jenis kepribadian tertentu atau temperamen.
Teori Kejanggalan
Pendekatan teoritis yang memiliki pengaruh terkuat dalam penelitian
kepribadian pada psikologi adalah pandangan tentang pembawaan yang
janggal. Pembawaan kepribadian sendiri telah disampaikan dengan berbagai
cara. Contohnya Allport (1964) memberikan masukan mengenai struktur
neurofisik yang memiliki kapasitas untuk memberikan stimuli fungsional yang
seimbang dan memberikan tanda-tanda khusus yang berkaitan dengan bentukbentuk perilaku yang ekspresif.
Dalam
pendekatan
Cettel,
kepribadian
ditampilkan
sebagai
pembanding di antara struktur sifat-sifat pembawaan yang hirarkis. Secara
khusus, melalui analisis faktor, terdapat 171 pembawaan asli yang dapat
diidentifikasi. Pembawaan-pembawaan asli ini secara total dianggap sebagai
penyebab keunikan perilaku siswa-siswa. Dengan demikian setiap siswa
memiliki pembawaan asli yang berbeda, karena masing-masing siswa pada
dasarnya memiliki keunikan yang tidak sama dengan lainnya. Dari 171
pembawaan asli ini dapat dibagi menjadi 16 kategori, faktor-faktor atau
klusternya disebut dengan sifat-sifat pembawaan yang mengemuka.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 76
Seminar Nasional
Dalam lagu kebangsaan kita Indonesia Raya ada syair yang berbunyi
“Bangunlah Jiawanya Bangunlah Badanya” memberikan apresiasi pada kita
bahwa dalam pembangunan manusia seutuhnya harus secara simultan antara
pembangunan fisik dan pembangunan mental. Bukan berarti pembangunan
fisik dan mental dipengaruhi oleh suatu lagu, akan tetapi secara filosofi bahwa
komponisnya cukup paham akan makna pembangunan manusia seutuhnya,
khususnya di Indonesia yang dilakukan secara beriringan.
C. PENUTUP.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan mengenai hal hal sebagai berikut :
Pendidikan jasmani merupakan unsur yang penting dalam membentuk karakter
dan kepribadian. Olahaga merupakan sarana yang tepat untuk menuju kondisi
yang bugar. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dalam membentuk karakter yang
kuat bagi seseorang, karakter yang kuat akan menjadikan pribadi yang baik.
Sebagai salah satu indicator bahwa hal itu bisa dimaknai seseorang akan berpikir
positif dan progresif.
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan
sesuatu kearah positif dan melihat segi baiknya. Dengan membiasakan diri
berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa
percaya diri, untuk meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan
berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki
mental yang tangguh.
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan ilmu terapan yang banyak
didukung oleh disiplin ilmu yang lain, sehingga disamping menghasilkan fisik
yang bugar juga membentuk mental dan kepribadian yang luhur.
Konsep pembangunan manusia seutuhnya adalah membangun manusia
seutuhnya yang sehat jasmani dan rokhani yang berguna bagi bangsa dan negara,
sehingga bila dicermati pendidikan jasmani dan olahraga merupakan komponen
yang utama.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 77
Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Allport, G.W. 1964. Pattern and Growth and Personality. Holt. Rinehart and
Winston.
Anton Soekarno, ----. Pengantar Filsafat manusia. FKIP UNS.
Frieda Furdham. 1988. Pengantar Psikologi C.G. Jung. Bhratara Karya Aksara.
Jakarta.
Linda L Davidoff. 1988. Psikologi Suatu Pengantar.Erlangga Jakarta.
Muska Mosston and Sara Ashworth. 1994. Teaching Physical Education.
Maxwell Macmillan International New York, Oxford Singapore Sydney.
Rusli Lutan dan Sumardianto, 2000. Filsafat Olahraga. Depdiknas Jakarta
Sugiyanto. 1993. Filsafat Ilmu dan Ilmu Olahraga. Depdikbud RI. UNS.
Va Peursen, C.A., 1985. Susunan Ilmu Pengetahuan, alih bahasa : J. Drost,
Gramedia, Jakarta.
W.S. Winkel. 1987. Psikologi Pengajaran. Gramedia Jakarta.
William H Freeman. 2000. Physical Education and Sport In a Changing Sociaty.
USA.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 78
Seminar Nasional
SKENARIO PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA MASA DEPAN
DALAM MENGHASILKAN KADER PEMBANGUNAN BANGSA YANG
BERMORAL, PROFESIONAL DAN KOMPETITIF
Oleh :
Agus Supriyoko, S.Pd, M.Or
PKOR FKIP UTP Surakarta
Abstrak
Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia, hingga
dewasa ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di sekolahsekolah. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah
terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani, kebijakan pemerintah dalam
menetapkan kurikulum pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang
digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani Pengajaran
pendidikan jasmani yang efektif dalam kenyataan lebih dari sekedar
mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran tersebut pada hakikatnya
merupakan proses sistematis yang diarahkan pada pengembangan pribadi anak
seutuhnya.
Kurikulum 2004/SI (Standar Isi) Serba perilaku motorik, tidak
memasukkan unsur kognitif-reflektif, socio-motor dan afektif dalam ruang
lingkupnya, seolah-olah semua materi memungkinkan untuk diimplementasikan
di sekolah tanpa memperhatikan kondisi dan kemampuan sekolah. Berorientasi
pada model kurikulum yang menekankan penguasaan teknik dasar dan
keterampilan olahraga. Dari segi pelaksanaan dapat ditemukan beberapa hal
sebagai berikut: Tidak terlihat adanya pengayaan pendekatan, gaya, metode,
model serta strategi pembelajaran pendidikan jasmani terperangkap oleh
paradigma dan orientasi tunggal. Proses belajar tidak lagi bersifat pengasuhan dan
tugas ajar tidak lagi berasas DAP (developmentally appropriate practice = praktik
pengembangan yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik). Kurkulum pendidikan jasmani bersifat dinamis, dalam
perkembangannya memungkinkan untuk disempurnakan dengan memperhatikan
faktor pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Internet sangat mugkin untuk dimanfaatkan dalam pendidikan jasmani.
Penyedia informasi seperti internet dimungkinkan untuk memberikan segala
informasi tentang pembelajaran, penelitian, ide dan gagasan terbaru mengenai
pendidikan jasmani. Arus informasi di internet dalam web site pendidikan jasmani
yang dapat diakses oleh seluruh pelosok tanah air, dan belahan dunia. Web site
pendidikan jasmani menyediakan akses informasi tentang pendidikan jasmani
yang mudah, cepat, dan up to date.
Kata kunci : Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Kurikulum, Tehnologi Informasi
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 79
Seminar Nasional
PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan.
Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program
sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, tetapi penjas adalah bagian
penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak
akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu
senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup
sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan
mentalnya. Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira,
tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan sematamata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolaholah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak
berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik.
Pada tingkatan kurikulum, kelemahan program pendidikan jasmani masih
berkutat di seputar struktur kurikulum nasional yang masih diwarnai oleh
kesalahan orientasi dalam berbagai aspeknya. Pada tingkat ini, masalah yang
dapat diidentifikasi adalah masih sangat sentralistisnya tujuan kurikuler dan tujuan
instruksional (Kurikulum 1994), dan terlalu mendetil serta tendensiusnya standard
kompetensi serta kompetensi dasar yang ditetapkan (Kurikulum 2004,2006),
sehingga oleh beberapa pihak dianggap sangat membelenggu guru. Saking
tendensiusnya, bahkan perumus kurikulumnya sendiripun nampaknya menjadi
bingung manakala harus membedakan di antara materi untuk kelas dan jenjang
yang berbeda. Lebih lanjut, kelemahan pun masih terasa dalam hal orientasi
kurikulum yang sangat menekankan pada pencapaian atau penguasaan
keterampilan-keterampilan formal dari berbagai cabang olahraga (oleh beberapa
ahli disebut serba-perilaku). Key Learning Areas dalam Penjas hanya
memasukkan
wilayah-wilayah
keterampilan
gerak
didasarkan
pada
pengelompokkan kecabangan plus aktivitas ritmik dan aktivitas luar kelas.
Pendidikan yang berbasis web menawarkan akses jarak jauh baik di
manapun dan kapanpun. Karena setiap guru dapat menempatkan materi
pengajarannya di web setiap siswa di belahan dunia manapun, tidak hanya mereka
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 80
Seminar Nasional
yang dekat dengan guru, mampu mendapatkan akses terhadap informasi tersebut.
Konsekuensinya, siapapun yang memiliki koneksi internet dapat mengambil
manfaat pengetahuan dari para pakar dalam disiplin apapun. Namun demikian,
bagi mereka yang mengembangkan pembelajaran dengan web nampaknya sering
mengalami kebingungan tentang perbedaan antara menyampaikan informasi dan
menyampaikan pembelajaran. Hanya menyediakan informasi bagi siswa tidaklah
mencukupi sebagai pembelajaran. Sebab materi pembelajaran yang baik menurut
Anido, et al (2004) harus memperhatikan, misalnya, problem solving, intuisi,
imajinasi, dan kreativitas sebagai komponen pembelajaran.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan diungkap dalam kajian ini adalah skenario
membentuk SDM (Sumber Daya Manusia) melalui pendidikan jasmani dan
olahraga di sekolah dalam menghasilkan kader pembangunan bangsa yang
bermoral, professional dan kompetitif yang berbasis riset dan tehnologi.
PEMBAHASAN
Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,
daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya.
Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh
menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita.
Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di
lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau
nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak
seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka
lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 81
Seminar Nasional
praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang
pendidikan jasmani kita.
Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas yaitu
memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang
membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental,
sosial, emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk
mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya. Dalam bentuk bagan,
secara sederhana tujuan penjas meliputi tiga ranah (domain) sebagai satu
kesatuan, sebagai berikut:
Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan
tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang
direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan
demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus
menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau
pengatur kegiatan.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada
siswa untuk:
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam
aneka aktivitas jasmani.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 82
Seminar Nasional
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang
optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas
jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif
dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan olahraga.
7. Mengembangkan
pengembangan
keterampilan
pengelolaan
diri
dalam
upaya
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup
sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih
8. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih
baik
9. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
10. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilainilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan
11. Mengembangkan
sikap
sportif,
jujur,
disiplin,
bertanggungjawab,
kerjasama, percaya diri dan demokratis
12. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
13. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang
bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang
sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap
yang positif.
Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
Berdasarkan pola pertumbuhan dan perkembangan anak serta berbagai
karakteristiknya, maka dapat ditentukan program di tingkat sekolah sebagai
berikut:
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 83
Seminar Nasional
1. Kemampuan pengelolaan tubuh.
Kemampuan pengelolaan tubuh merupakan kemampuan paling dasar
yang dikuasai anak bersamaan dengan berkembangnya pengetahuan tentang
tubuhnya. Termasuk di dalamnya adalah kesadaran tubuh dan geraknya. Ke
dalam bagian ini dapat dirinci hal-hal khusus seperti:
a. Kesadaran tubuh
Kesadaran tubuh menunjuk pada kemampuan untuk mengenal namanama bagian tubuh yang bermacam-macam serta kemampuan untuk
mengontrol setiap bagian tersebut secara terpisah.
b. Kesadaran ruang
Kemampuan kesadaran ruang menunjuk pada posisi tubuh dikaitkan
dengan ruang sekelilingnya. Ini merupakan dasar dalam perkembangan
kemampuan gerak-perseptual anak. Yang dimaksud gerak perseptual adalah
gerak yang dihasilkan oleh kemampuan siswa untuk mengindera rangsangan
dan menentukan gerak yang sesuai untuk menjawab rangsang itu. Dalam hal
ini anak akan mengenal ruangnya sendiri, ruang secara umum, arah gerak,
jalur gerak, tingkatan, serta jarak.
c. Kualitas gerak
Anak mengembangkan kemampuan geraknya dikaitkan dengan
kualitas kesadarannya tentang geraknya sendiri. Ini sebenarnya menunjuk
pada tingkat penguasaan anak terhadap dirinya sendiri dikaitkan dengan
ruang di luar dirinya. Dalam wilayah ini anak akan berhubungan dengan
kemampuan untuk menciptakan daya (force), menyerap tenaga, mengatur
keseimbangan, mengatur jarak, kecepatan, serta aliran gerak.
2. Keterampilan-keterampilan Dasar
Keterampilan dasar adalah bentuk keterampilan yang bermanfaat dan
dibutuhkan anak dalam kehidupannya sehari-hari. Keterampilan ini merupakan
ciri pelengkap yang penting untuk anak-anak untuk berfungsi dalam
lingkungannya, sehingga disebut sebagai keterampilan fungsional. Untuk
kemudahan pembahasannya, dalam modul ini, keterampilan dasar di bagi ke
dalam tiga bagian:
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 84
Seminar Nasional
a.
Keterampilan lokomotor, yaitu keterampilan yang digunakan untuk
menggerakkan atau memindahkan posisi tubuh dari satu tempat ke tempat
lainnya. Termasuk ke dalam keterampilan ini adalah berjalan, berlari,
melompat, hop (jingkat), berderap, skip, slide, dan lain-lain.
b.
Keterampilan non-lokomotor, yaitu keterampilan di tempat yang dilakukan
tanpa memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini meliputi
membengkok, merentang, memilin, memutar, mengayun, menggoyang,
mengangkat, mendorong, menarik, memantulkan, merendahkan tubuh, dan
lain-lain.
c.
Keterampilan
manipulatif,
yaitu
keterampilan
yang
melibatkan
kemampuan anak untuk menggunakan bagian-bagian tubuhnya seperti
tangan dan kaki untuk memanipulasi benda di luar dirinya. Dalam
pelaksanaannya keterampilan ini melibatkan koordinasi mata-tangan serta
mata-kaki. Ke dalamnya termasuk keterampilan seperti melempar,
menangkap, memukul bola, memukul dengan raket atau pemukul,
menggiring bola (baik tangan atau kaki), dsb.
3. Keterampilan-keterampilan khusus yang terspesialisasi
Keterampilan yang terspesialisasi adalah keterampilan yang digunakan
dalam berbagai cabang olahraga dan wilayah pendidikan jasmani lainnya.
Keterampilan ini meliputi :
a) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan.
eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif,
atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis
meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya
b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
c) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,
ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
d) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic
serta aktivitas lainnya
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 85
Seminar Nasional
e) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan
bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya
f) Pendidikan
luar
kelas,
meliputi:
piknik/karyawisata,
pengenalan
lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
g) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap
sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman
yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang
tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan
merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua
aspek.
Skenario Untuk Kurikulum Pendidikan Jasmani Masa Depan
Guru penjas terutama di tingkat sekolah dasar, umumnya tidak menguasai
kompetensi seperti metode mengajar, gaya mengajar, keterampilan meningkatkan
kualitas proses pembelajaran, serta tak kalah pentingnya dalam hal evaluasi. Di
samping itu, para guru pun tidak mengetahui secara pasti wilayah tugas dari mata
pelajaran pendidikan jasmani pada satuan pendidikan di mana ia bertugas. Mereka
umumnya tidak mampu merumuskan, ke arah manakah tujuan program penjas
yang mereka berikan pada peserta didik. Ancaman mal-praktek program
pendidikan jasmani di sekolah nampaknya semakin potensial dalam masa-masa
pengimplementasian kurikulum Penjas 2004, yang konon juga disebut sebagai
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mayoritas guru Penjas hingga kini masih belum
mengetahui secara komprehensif tentang pengertian dan implementasi KBK
dalam prakteknya. Mereka pun dapat dipastikan belum mengetahui secara jelas
makna wilayah pembelajaran (Key Learning Area/KLA) dalam kurikulum 2004,
yang dikelompokan menjadi enam (6) kelompok aktivitas, yaitu Aktivitas
Permainan dan Olahraga, Aktivitas Pengembangan, Aktivitas Uji Diri, Aktivitas
Ritmik, Aktivitas Akuatik, dan Aktivitas Luar Kelas.
Demikian dengan kasus Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal sebagai
Standard Isi. Di samping hanya memasukkan materi kesehatan ke dalam ruang
lingkupnya, standar isi inipun tak ubahnya sebagai kurikulum imitasi dari KBK.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 86
Seminar Nasional
Tidak ada pembaharuan apapun di dalamnya, di samping lebih memperlebar
kemungkinan kebingungan di antara guru-guru.
Kurikulum yang bagaimanakah yang ingin dihasilkan di masa depan?
Atau, tepatnya, kurikulum Penjas yang bagaimanakah yang harus dipersiapkan
untuk anak-anak kita di masa depan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada
baiknya kita berandai-andai tentang peranan apa yang harus dimainkan Penjas
sebagai mata pembelajaran, dengan membuat sebuah skenario tentang bentuk
masyarakat dunia dan Indonesia di masa mendatang. Skenario tersebut diperlukan
untuk mencoba-coba merumuskan Kurikulum Penjas secara umum untuk
memecahkan persoalan yang akan dihadapi di masa depan.
Kurikulum Pendidikan Jasmani di masa depan selayaknya sudah mulai
dirancang dengan memperhitungkan sebuah hasil ekstrapolasi tentang kondisi dan
kebutuhan masyarakat di masa depan, agar mampu memainkan peranan yang
strategis dalam upaya merekonstruksi masyarakat Indonesia di masa depan.
Kurikulum tersebut perlu memperhitungkan berbagai nilai acuan yang berlaku,
serta tidak didominasi oleh nilai acuan yang tunggal. Model kurikulum yang
berkembang pun perlu dimasukkan ke dalam substansi kurikulum, sehingga
memicu guru untuk memilih dan menetapkan salah satu atau beberapa model yang
tepat bagi kondisi lingkungan sekolah dan budaya serta keunikan masyarakat
setempat. Kurikulum itupun hendaknya terbebas dari pengaruh paradigma lama
yang mengungkung keberanian serta kesiapan untuk melakukan pembaharuan
dalam bidang pendidikan secara umum. Lingkup pengembangan kurikulum
pendidikan jasmani ke depan meliputi :
 Tingkat usia 0 – 5 tahun sesuai dengan karakter peserta didik penekannya
pada pengembangan keterampilan motorik dasar melalui bentuk-bentuk
permainan imajinasi
 Tingkat SD menekankan pada keterampilan motorik dasar dalam konteks
permainan sederhana
 Tingkat menengah pertama menekankan pada konsep kebugaran komponen
kesehatan yaitu; menetapkan dan mencapai tujuan pribadi untuk tingkat
kebugaran yang sehat, memodifikasi pembelajaran dalam bentuk permainan
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 87
Seminar Nasional
 Tingkat menengah atas menekankan pada pengembangan kompetensi yang
dipilih oleh peserta didik termasuk keterampilan mengikuti program luar
sekolah yang tersedia di sekolah dan masyarakat yang berpotensi untuk
melibatkan diri dan berpartisipasi aktif sepanjang hayat
Tehnologi Informasi dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Penurunan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani dimungkinkan
karena kurang campur tangannya teknologi dalam pengembangan sumber
pembelajaran. Guru cenderung menggunakan metode-metode pembelajaran yang
klasik dan tidak mau tahu terhadap perkembangan kemajuan teknologi yang dapat
meningkatkan kemajuan pembelajaran. Kenyataan-kenyataan itu merupakan titik
balik pentingnya informasi perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani
terbaru yang dapat di akses secara cepat dan tepat. Web pendidikan jasmani
memungkinkan untuk dapat dijadikan sumber dan bahan proses pembelajaran
pendidikan jasmani yang dapat diakses oleh guru pendidikan jasmani, siswa dan
calon guru pendidikan jasmani. Di Indonesia saat ini web yang menyediakan
informasi dan diskusi dalam pendidikan jasmani belum ada dan hal sangat
dibutuhkan oleh para guru pendidikan jasmani dalam usaha untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani saat ini mengalami penurunan kualitas pembelajaran.
Selain adanya dampak salah kebijakan pendidikan yang dilakukan pemerintah
juga hal-hal lain yang bersifat teknis. Pendidikan jasmani sekarang ini yang paling
fatal adalah kurangnya informasi bagi guru, siswa dan calon guru dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani. Perkembangan terbaru mengenai pembelajaran
pendidikan jasmani sangat sulit untuk disosialisasikan karena kebutuhan dana
yang cukup banyak. Kemampuan para guru, siswa dan calon guru yang terbatas
dalam mencari sumber perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani
mengakibatkan kualitas pembelajaran stagnan bahakan menurun. Sehingga
diperlukan suatu sistem infromasi yang jelas dan mudah di dapat para guru, siswa
dan calon guru.
Kualitas proses belajar mengajar di bidang Pendidikan Jasmani dan belajar
gerak olahraga khususnya akan meningkat jika didukung oleh teknologi informasi
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 88
Seminar Nasional
dan komunikasi yang mutakhir. Pendekatan pembelajaran gerak yang berkembang
dewasa ini telah menggunakan multimedia sebagai media pembelajaran dan multi
metode sebagai metode pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dan
perkembangan teknologi olahraga di masyarakat Pada dasarnya pemanfaatan
teknologi informasi dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani berguna
dalam :
 Membangun proefisiensi pembelajaran pendidikan jasmani
 Meningkatkan keefektifan manajemen pembalajaran pendidikan jasmani
 Membangun jaringan komunikasi profesional guru pendidikan jasmani.
Sedangkan, bentuk pemanfaatan situs pendidikan jasmani adalah untuk :
 Media informasi proses belajar mengajar,
 Media pengajaran mandiri/klasikal,
 Media penyedia bahan ajar, dan
 Sarana komunikasi pakar pendidikan jasmani dan profesional guru
pendidikan jasmani, atau calon guru pendidikan jasmani.
Ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui Internet yang layak
dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan
mendayagunakan internet (Siahaan, 2001) yaitu:
1. Web Course, ialah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana
seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian
sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah,
namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa
dilakukan
setiap
saat.
Komunikasi
lebih
banyak
dilakukan
secara
ansynchronous daripada secara synchronous. Bentuk web course ini tidak
memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran
maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses belajar mengajar sepenuhnya
dilakukan melalui penggunaan fasilitas internet seperti e-mail, chat rooms,
bulletin board dan online conference.
2. Web Centric Course, di mana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi,
penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan
sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 89
Seminar Nasional
Walaupun dalam proses belajarnya sebagian dilakukan dengan tatap muka
yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil
dibandingkan dengan prosentase proses belajar melalui internet.
3. Web Enhanced Course, yaitu pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk
menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk ini
juga dikenal dengan nama Web lite course, karena kegiatan pembelajaran
utama adalah tatap muka di kelas. Pada bentuk Web Enhanced Course ini
prosentase pembelajaran melalui internet justru lebih sedikit dibandingkan
dengan prosentase pembelajaran secara tatap muka, karena penggunaan
internet adalah hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap
muka. Bentuk ini bisa pula dikatakan sebagai langkah awal bagi institusi
pendidikan yang akan menyelenggarakan pembelajaran berbasis internet,
sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih
kompleks, seperti Web Centric Course ataupun Web course.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Guru pendidikan jasmani perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari
situasi kelas sama dan bahkan lebih penting daripada tujuan-tujuan substantif
pendidikan jasmani. Di samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap
tinggi, guru perlu memiliki cara-cara yang kreatif dalam pengajaran. Guru
pendidikan jasmani harus menanamkan pada dirinya sendiri tujuan dan keinginan
untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra diri positif, mengembangkan
hubungan interpersonal yang efektif, memahami dan menghargai kelebihan dan
keterbatasan fisiknya, mengoreksi kondisi fisik khusus yang masih mungkin
diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan, dan menjadikan anakanaknya bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya.
Pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan yang sangat bermakna
kepada para siswa. Agar sumbangan tersebut dapat diwujudkan, itu berarti bahwa
kurikulum harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan individual siswa. Guru
pendidikan jasmani perlu menguasai informasi atau pengetahuan yang berkaitan
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 90
Seminar Nasional
dengan persoalan medis yang berlaku pada siswa. Programnya harus spesifik dan
keterampilan gerak harus diajarkan dalam pola-pola perkembangan yang baik,
yang bermula dari gerak yang paling sederhana dan bertahap maju ke
keterampilan yang lebih kompleks.
Peranan teknologi informasi dapat memberikan konstribusi yang besar
bagi dunia pendidikan jasmani. Oleh karena itu, pemanfaatan hasil kemajuan
teknologi informasi ini harus disegerakan untuk mengimbangi perkembangan
pendidikan jasmani. Berbagai upaya harus segera dipikirkan dan dirumuskan
untuk mendukung percepatan perkembangan pendidikan jasmani. Berbagai
langkah pun harus disinergikan dalam konteks perencanaan yang strategis agar
menghasilkan hasil yang maksimal. Di sinilah pentingnya peran Asosiasi
Pendidikan Jasmani Indonesia yang dapat penyajian berbagai hasil penelitian
pakar dan ahli kita, dan sekaligus yang menjadi pendorong bagi dilakukannya
penelitian-penelitian untuk pengembangan pendidikan jasmani.
Saran
Pengembangan dan peningkatan SDM ( sumber daya manusia ) guru
pendidikan jasmani merupakan prioritas dalam peningkatan kualitas pendidikan
jasmani disekolah. Peran pemerintah dalam kebijakan kurikulum pendidikan
jasmani yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
memungkinkan untuk sebuah perubahan yang sangat mendasar dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan jasmani. Dalam kaitannya dengan rencana
penyelenggaraan pembelajaran melalui internet, disarankan agar berbagai
lembaga yang telah memiliki keahlian dan fasilitas di bidang pengembangan
bahan belajar elektronik dapat saling bekerjasama. Kerjasama ini juga disarankan
untuk dijalin dengan berbagai lembaga pendidikan yang akan memanfaatkan
internet.
Berbagai persiapan lain yang perlu dilakukan antara lain adalah
pelatihan para guru dan tenaga yang terkait di bidang pengembangan materi
pembelajaran elektronik dan pengelolaannya, penyediaan fasilitas yang masih
belum dimiliki sekolah, seperti LAN dan sambungan internet.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 91
Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Annarino, Anathony A., Charles, C. Cowell and Helen, W. Hozelton. 1980.
Curriculum Theory and Design in Physical Education. St. Louis, Miss :
The C.V. Mosby Company.
Agus Mahendra. 2003. Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta. Departemen
Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Anido, L, et al. 2001. Internet-based Learning by Doing. Available online at
www.ece,msstate.edu/~hagler/May2001/17/Begin.htm. diakses pada 2 mei
2012
Clarke, P.A. dan Cronje, J.C. 2002. Teaching on the Internet.
www.jjponline.com/linkbrary/teaching_internet.html. diakses pada 2 mei
2012
Caly Setiawan dan Soni Nopembri. 2011. Pengembangan Web Sites Pendidikan
Jasmani Sebagai Sumber Informasi Terkini Pembelajaran Pendidikan
Jasmani www. Staff.uny.ac.id. diakses pada 4 mei 2012
Diah Harianti. 2007. Naskah akademik Pendidikan jasmani Olahraga dan
Kesehatan www. Puskurbuk.net.ac.id. diakses pada 4 mei 2012
Muska Mosston and Sara Ashworth. 1994. Teaching Physical Education.
Maxwell Macmillan International New York, Oxford Singapore Sydney.
Mutohir, T.C. (2002). The Future of Physical Education in Indonesia. Dalam
Gagasan-gagasan tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Surabaya:
Unesa University Press.
UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
William H Freeman. 2000. Physical Education and Sport In a Changing Sociaty.
USA.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 92
Seminar Nasional
TEORI KEPRIBADIAN
CONSTITUTIONAL AND GENETIC VIEWS: WILLIAM SHELDON
AND OTHERS
(Chapter Report : Hall, Calvin S., dan Lindzey, Garder. (1985). Introduction to
Theories of Personality. New Jersey: John Wiley and Sons.)
Oleh :
Dra.Samisih, M.Pd & Siti Hajar, S.Pd., M.Pd
A. PENDAHULUAN
Potensi fisik yang berbeda akan mengarah pada kemampuan olahraga
yang berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap daerah tentu akan
memiliki olahraga unggulannya.masing-masing. UU SKN (UU Nomor 3 Tahun
2005) pasal 34 ayat 1 yang masing-masing menyatakan: “Pemerintah
kabupaten/kota
melaksanakan
perencanaan,
pembinaan,
pengembangan,
penerapan standardisasi, dan penggalangan sumber daya keolahragaan yang
berbasis keunggulan lokal”. Kemudian pasal 34 ayat 2 disebutkan “Pemerintah
kabupaten/kota wajib mengelola sekurang-kurangnya satu cabang „olahraga
unggulan‟ yang bertaraf nasional dan/atau internasional”
Konstitusi dan tinjauan dari keturunan. Sheldon mengartikan bahwa
konstitusi adalah aspek-aspek individu yang relatif tetap dan tidak berubah,
morfologi, fisiologi, fungsi endokrin dan dapat dipertentangkan dengan aspekaspek individu yang relatif lebih labil dan mudah berubah karena tekanan-tekanan
lingkungan, seperti kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap sosial, pendidikan, dan
sebagainya.
Konstitusi memberikan penekanan dalam struktur jasmaniah dan fungsi
biologis. Psikologi konstitusi adalah orang yang memandang substratum biologis
individu sebagai faktor-faktor penting untuk menjelaskan tingkah laku manusia.
Dalam teori Sheldon, kita menemukan uraian yang jelas dan meyakinkan tentang
begitu pentingnya struktur fisik tubuh sebagai faktor utama tingkah laku.
Sheldon mendasari tekanan pada jasmani dan pengukurannya melalui
keyakinan kuat bahwa faktor-faktor biologis keturunan sangat penting dalam
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 93
Seminar Nasional
menentukan tingkah laku dan pengertian bahwa teka-teki organism manusia akan
terungkap hanya dengan memahami faktor ini. Sheldon menyatakan psikologi
yang utuh tidak mungkin melepaskan diri dari faktor-faktor biologisnya.
Dari sinilah kajian teori kepribadian yang mendasari kepribadian
individu khususnya individu yang berkecimpung dalam dunia olah raga. Untuk itu
chapter report dari buku Introduction to Theories of Personality by Hall, Calvin
S., dan Lindzey, Garder penting sebagai penambah wawasan kita.
B. PEMBAHASAN
Sheldon dalam konstitusi dan tinjauan dari keturunan. Salah satu
hal yang menarik dari teori kepribadian menurut Sheldon adalah kesederhanaan
dan kekhasannya, yaitu jasmani dan tempramen sebagai hal penting untuk
menggambarkan tingkah laku manusia. Sheldon beranggapan bahwa faktor-faktor
genetic dan faktor-faktor biologis memainkan peranan yang menentukan dalam
perkembangan individu.
Pandangan Sheldon ada sejenis struktur biologis hipotesis (morfogenotipe)
yang mendasari jasmani luar yang bisa diamati (fenotipe) dan yang memainkan
peranan penting tidak hanya dalam menentukan perkembangan jasmani, tetapi
juga dalam membentuk tingkah laku. Somatotype. Teori kepribadian Sheldon
secara singkat membagi manusia menurut bentuk tubuh dalam tiga tipe, antara
lain :
 manusia ectomorfis (kurus, bertulang panjang, kurang berisi dan halus, ciri
psikologis yang sensitif dan suka menyendiri).
 manusia mesomorfis ( orang yang punya otot berisi dan atletis dengan ciri
psikologis terus terang, berani, independen).
 manusia endomorfis (orang yang berat dan gemuk, dengan ciri psikologis
rileks, sabar, suka mencari dukungan).
Definisi somatotipe adalah prediksi tentang suksesi fenotipe-fenotipe di
masa mendatang yang akan ditampilkan oleh seseorang yang hidup, apabila
makanan tetap merupakan faktor konstan, ataupun kalaupun akan berubah masih
dalam batasan-batasan normal. Komponen primer dan sekunder dalam jasmani.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 94
Seminar Nasional
Komponen primer merupakan unsur pokok jasmani dan memungkinkan adanya
komponen klasifikasi yang harus diperhatikan oleh peneliti, yang ingin
menjelaskan jasmani secara lebih sempurna. Komponen sekunder yang terpenting
yaitu dysplasia. Dysplasia adalah ukuran ketidakharmonisan antara berbagai
daerah jasmani. Dysplasia dalam penemuan terdahulu menunjukan ada lebih
banyak dysplasia
yang berhubungan dengan komponen ektomorfik daripada
dengan masing-masing dari dua komponen lain, jasmani wanita lebih banyak
mengalami.
Komponen
sekunder
lain
disebut
ginandromorfi.
Komponen
ini
menunjukan sejauh manakah jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat
pada lawan jenis, Contoh seorang pria dengan ginandromorfi tinggi akan
memiliki tubuh yang lembut, pelvis lebar, panggul besar dan sifat-sifat feminism
lain, seperti bulu mata yang panjang dan raut wajah yang ramping.
Dari struktur jasmani kita lanjutkan dalam analisis tingkah laku
(kepribadian). Meskipun dalam teori Sheldon ada cara yang mantap untuk menilai
aspek-aspek jasmaniah tubuh manusia, psikolog konstitusi masih harus
mengembangkan dan meminjam suatu metode penilaian tingkah laku untuk
menyelidiki hubungan antara jasmani dan kepribadian.
Sheldon dalam hasil
analisis korelasi menunjukan adanya tiga kelompok sifat utama yang mencakup
22 dari 50 sifat asli. 3 kelompok tersebut, yaitu:
1) sifat pertama meliputi sifat santai (relaxation), suka kenyamanan, gemar
makan-makan, tergantung pada penerimaan orang lain, tidur nyenyak,
membuuhkan orang lain bila menghadapi kesukaran.
2) sifat kedua meliputi sifat tegas (assertive), perkasa, kebutuhan untuk aktif,
suka berterus terang, suara lantang, sifat tampak lebih tua dibanding dengan
usia yang sebenarnya, kebutuhan untuk bertindak bila menghadapi kesukaran.
3) sifat ketiga meliputi sifat serba terhambat, reaksi cepat, kurang berani
bergaul, kurang berani berbicara di depan orang banyak, kebiasaan tetap, suar
kurang lantang/ bebas, sulit tidur, bersemangat muda, kebutuhan untuk
menyendiri bila menghadapi kesukaran.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 95
Seminar Nasional
Ada 3 komponen tempramen, menurut Sheldon, yaitu:
1) Komponen pertama, temperamen dinamakan viskerotonia, memiliki ciri-ciri
cinta atau suka akan kenyamanan, pergaulan, makanan, orang-orang, dan
kasih sayang, sikap tubuhnya santai, berreaksi pelan, berwatak tenang,
bersikap terbuka dalam pergaulan dengan orang lain.
2) Komponen
kedua
dinamakan
somatotonia,
memiliki
ciri-ciri,
suka
berpetualangan fisik, suka mengambil resiko, sangat membutuhkan kegiatan
otot dan kegiatan fisik yang berat, bersikap agresif, tidak peka terhadap
perasaan orang lain, berpenampilan lebih matang dari usia sebenarnya, suka
rebut, pemberani, takut berada dalam ruangan sempit dan tertutup, tindakan,
kekuatan, kekuasaan sangat penting.
3) Komponen ketiga dinamakan serebrotonia, memiliki ciri-ciri, mampu
mengendalikan diri, menahan diri, suka menyembunyikan diri, tertutup,
pemalu, kelihatan muda, takut pada orang, paling suka berada diruang sempit
dan tertutup.
3 komponen tempramen dan 20 sifat masing-masing komponen, merupakan,
Scale for Temperament yaitu suatu cara penilaian terinci untuk mendapatkan
masing-masing komponen primer. Teori konstitusi lebih bersifat induktif dan
kurang bernilai teori. Psikologi konstitusi sebagai bagian dari psikologi umum
bukan sebagai pengantinya.
Adanya hubungan antara aspek jasmani dengan tempramen atau aspek
tingkah laku. Keberhasilan yang menyertai suatu cara bertingkah laku tertentu
tidak hanya ditentukan oleh lingkungan tempat tingkah laku itu berlangsung,
tetapi juga oleh macam pribadi (tipe jasmani) orang yang melakukannya.
Hubungan antara jasmani dan tempramen ditentukan oleh stereotip-stereotip yang
diterima umum atau nilai stimulus sosial dalam masyarakat setempat tentang jenis
tingkah laku. Pengaruh lingkungan cenderung menghasilkan tipe-tipe jasmani
tertentu dan sekaligus menimbulkan kecenderunan tingkah laku tertentu.
Berbagai penelitian khas dan metode penelitian yang dilakukan Sheldon,
antara lain :
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 96
Seminar Nasional
1) Jasmani dan gangguan jiwa, psikologi konstitusi selain membahas
pemahaman baru dalam penelitian tentang tingkah laku normal, juga
memungkinkan untuk mengurangi atau mencegah berbagai ketidaknormalan
psikologis dan sosial. Adanya 3 komponen yang mencerminkan kekurangan
dalam komponen tempramen serebrotonia, viskerotonia, somatotonia yaitu
komponen psikiatrik atau gangguan jiwa (a) afektif yaitu psikosis manicdepresif ekstrem antara ekstrem gembira dan ekstrem sedih, (b) paranoid,
yaitu delusi yang kuat dengan ciri dihantui pikiran bahwa dirinya terkutuk
dan gagasan-gagasan yang seba merujuk dirinya sendiri, (c) heboid,
mengejala dalam bentuk hebefrenik psikosis skizofrenik (menarik diri secara
ekstrem).
2) Jasmani dan kenakalan/ kejahatan, laporan dalam penelitian ini adalah suatu
rangkaian dari apa yang dinamakan biografi psikologis, berupa skema-skema
pendek tentang sejarah hidup individu dilengkapi dengan foto somatotipe.
terdapat perbedaan-perbedaan penting dalam hal tingkah laku dan konstitusi
tidak hanya antara orang delinkuen dan orang-orang normal, tetapi juga
antara subvaritas delinkuen yang satu dengan yang lain.
I Made D Budhiarta (2010:74) menyatakan bahwa pembinaan dan
peningkatan kondisi fisik dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) terdapat setidaknya 5 unsur kondisi fisik yang berkaitan dengan kekuatan atlet ,
diantaranya kekuatan, kecepatan, kelincahan, power, dan stamina, prioritas latihan
kondisi fisik yang akan diberikan pada seorang pemain tergantung pada cabang
olahraga yang ditekuni; 2) untuk meningkatkan kondisi fisik pemain serta untuk
mencapai kondisi yang prima diperlukan suatu usaha yang sungguh-sungguh
melalui pelatihan kondisi bfisik yang teratur, sistematik serta berkesinambungan,
pelatihan tersebut harus terencana dengan program pelatihan yang akan disusun
berdasarkan prinsip-prinsip latihan, frekuensi dan lama latihan serta melakukan
pelatihan otot yang aktif digunakan dalam cabang olahraga tertentu; 3) setelah
melalui pelatihan yang teratur, sistematik dan berkesinambungan , dilanjutkan
dengan evaluasi program pelatihan untuk mengetahui kemajuan dan kelemahan
kondisi fisik seorang pemain untuk menentukan tindakan selanjutnya.”
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 97
Seminar Nasional
Namun yang perlu kita pahami bahwa kesiapan fisik bukan satu-satunya,
faktor yang membawa keberhasilan bagi mahasiswa/ atlet dalam meraih
kemenangan dalam bertanding. Pelatihan olah raga tidak hanya difokuskan dalam
pelatihan fisik semata akan tetapi yang berkaitan dengan psikologis juga
diperhatikan. Hal ini berarti bahwa keadaan psikologis seorang atlet akan
membawa pengaruh terhadap kondisi fisik atlet dalam bertanding.
C. PENUTUP.
Sheldon dalam teori konstitusi dan tinjauan dari keturunan mengartikan
bahwa konstitusi adalah aspek-aspek individu yang relatif tetap dan tidak berubah,
morfologi, fisiologi, fungsi endokrin dan dapat dipertentangkan dengan aspekaspek individu yang relatif lebih labil dan mudah berubah karena tekanan-tekanan
lingkungan, seperti kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap sosial, pendidikan, dan
sebagainya.Konstitusi memberikan penekanan dalam struktur jasmaniah dan
fungsi biologis.
Temperamen sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor biologis atau
fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam
perkembangan. Kepribadian lebih dipengaruhi dengan faktor segi kepribadian
yang lain. Definisi tempramen menurut beberapa tokoh, yaitu :
1.
Menurut Alport temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi
individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan
serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara
daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada
faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.
2. Menurut G. Edwald mengartikan temperamen adalah konstitusi psikis yang
berhubungan dengan konstitusi jasmani. Di sini peranan keturunan
memainkan peranan penting, sedangkan pengaruh pendidikan dan lingkungan
tidak ada. Dalam kaitan dengan watak, G. Ewald lebih melihat temperamen
sebagai yang tetap seumur hidup, yang tak mengalami perkembangan, karena
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 98
Seminar Nasional
temperamen bergantung pada konstelasi hormon-hormon, sedangkan
konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup.
3. Fauzi
(2004)
mendefinisikan
temperamen
sebagai
sifat-sifat
yang
berhubungan dengan emosi (perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang,
pemurung, introvert, ekstrovert, dan sebagainya.
http://oncy09.wordpress.com/2010/03/20/kepribadian-koleris/
Dari definisi tokoh di atas dapat kita simpulkan tempramen sebagai gejala
karakteristik yang memiliki hubungan dengan emosi atau perasaan, seperti
pemarah, penyabar yang dipengaruhi oleh faktor keturunan. Tempramen memang
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan akan tetapi sisi kepribadian
seorang manusia juga tidak bisa diabaikan.
Pandangan Sheldon banyak memberikan implikasi terhadap konseling.
Kajian konstitusi tubuh yang didasarkan bahwa karakteristik fisik berhubungan
dengan kepribadian, memberikan pertimbangan pada
konselor
bahwa klien
dengan kepribadian tertentu dapat diidentifikasi berdasarkan postur tubuhnya.
Seperti adanya gangguan jiwa, kejahatan dan kenakalan yang dilakukan oleh
seseorang terkait dengan ketidaknormalan psikologis dan normal dipandang dari
tipe jasmaninya. Menurut Yusuf Syamsyu dan Juntika, N (2011:25) tabel tipe
tempramen dengan tipe postur tubuh menurut Sheldon yaitu :
No
1
Sometotipe
Endomorp = piknis,
Temperamen
Viscerotonia
pendek, gemuk
Sifat-Sifat
Tenang, pandai
bergaul, senang
bercinta, gemar
makan, tidur nyenyak
2
Mesomorp = atletis,
Somatotonia
tubuhnya harmonis
Aktif, asertif,
kompetitif, teguh dan
agresif
3
Ectomorp = asthenis,
tinggi, kurus
Cerebrotonia
Introvert (senang
menyendiri), menahan
diri, peragu, kurang
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 99
Seminar Nasional
berani bergaul dengan
orang banyak
(sociophobia), kurang
berani berbicara di
depan orang banyak
Evans (1976) dalam Singgih D.G dkk (1996:39) mendefinisikan
kekawatiran (anxiety) sebagai suatu keadaan stres tanpa penyebab yang jelas dan
hampir selalu disertai gangguan pada susunan saraf otonom dan gangguan pada
pencernaan. Sedangkan Greist et.al (1986) dalam Singgih D.G dkk (1996:39)
merumuskan kekawatiran (anxiety) sebagai suatu ketegangan mental yang
biasanya disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan individu yang
bersangkutan merasa tidak berdaya dan mengalami kelelahan karena senantiasa
harus berada dalam keadaan waspada terhadap bahaya yang tidak jelas.
Dari penjabaran di atas dapat kita pahami bahwa pengaruh tempramen
seorang atlet dan kecemasaan sebelum bertanding ternyata dapat mendukung dan
menggangu kinerja atlet dalam meraih kemenangan dalam bertanding. Kecemasan
berbeda dengan ketakutan sebab dalam gejala ketakutan seseorang memiliki objek
yang pasti, sedangkan pada kecemasan objek yang dikawatirkan tidak pasti dan
tidak memiliki dasar yang rasional.
Tempramen dan kecemasan yang berlebihan justru akan menimbulkan
hambatan bagi atlet untuk berprestasi. Hal yang demikianlah yang harus
ditanggani dan perlu segera diatasi agar tidak menggangu kinerja atlet dalam
berprestasi. Layanan bimbingan bakat dengan landasan teori kepribadian
diperlukan dalam membantu atlet mengatasi tempramen dan kecemasaan agar
kinerja atlet ke arah positif. Kepribadian manusia terbentuk dari banyak sekali
komponen (sifat), dan setiap komponen merupakan variabel. Setiap orang
memiliki kepribadian yang susunan komponennya berbeda dengan orang lain.
Kepribadian seorang atlet dengan non atlet tentu berbeda. Seorang atlet biasa
dihadapkan pada situasi dimana mereka harus menunjukan kemampuan untuk
berprestasi meraih kemenangan.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 100
Seminar Nasional
Kepribadian sebagai faktor yang mempengaruhi atlet dalam meraih
kemenangan antara lain : tempramen, kecemasan dari sinilah dampak kepribadian
yang dimiliki atlet akan berpengaruh terhadap kinerja atlet. Temperamen sangat
erat hubungannya dengan faktor-faktor biologis atau fisiologis dan karenanya
sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam perkembangan. Kepribadian lebih
dipengaruhi dengan faktor segi kepribadian yang lain.
Setelah tempramen yang mempengaruhi kinerja atlet dalam meraih
kemenangan dalam bertanding adalah anxiety atau kecemasan. Kecemasan atlet
sebelum bertanding berpengaruh juga terhadap kesiapan atlet dalam menghadapi
lawan. Kecemasan membawa dampak atlet mengalami gangguan seperti perasaan
yang kurang menyenangkan sehingga secara psikologis dan psikofisik atlet berada
dalam situasi tidak seimbang. Hal ini menbuat atlet konsentrasinya terpecah-pecah
sehingga terpaksa membagi antara kondisi bertanding dengan kondisi kesiapan
sebelum bertanding. Dari sinilah konsentrasi atlet untuk menghadapi lawan
menjadi berkurang. Kecemasan juga menguras energi atlet dimana atlet akan
cepat mengalami kelelahan sehingga kondisinya akan semakin cepat menurun.
Penyebab kecemasan seperti tuntutan sosial yang berlebihan dan tidak atau
belum dapat dipenuhi oleh individu atlet yang bertanding antara lain : keinginan
meraih kemenangan namun memiliki lawan di atas dia, standar prestasi individu
yang dimiliki seperti kecenderungan perfeksionis, perasaan rendah diri pada
individu yang bersangkutan, kurangnya kesiapan individu dalam menghadapi
situasi yang ada ataupun terhadap diri sendiri. Pelatih olah raga perlu memberikan
perhatian dalam mengatasi kecemasan. Menurut Martens, 1987; Walton, 1989;
Leonard 1990; Han, 1993) dalam
Singgih D.G dkk (1996:44)”…, 5.
Menggunakan pendekatan kognitif melalui konseling. Dari sinilah atlet dibantu
untuk lebih menyadari akan kemampuan dirinya, perlunya untuk belajar berpikir
positif, memiliki tujuan yang jelas, mengerti makna dari usahanya, dan belajar
menerima keadaan yang dihadapi
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 101
Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Bompa, TO. (1994). The Theory and Methodology of Training 3nd.ed The Key to
Athletic Performance. IOWA, Dubuque: Kendall/ Hunt Publishing
Company
Doug, H.Han, et.al. (2006). Journal of Sports and Medicine: Influence of
temperament and anxiety on athletic performance. Shouth Korea
Hall, Calvin S., dan Lindzey, Garder. (1985). Introduction to Theories of
Personality. New Jersey: John Wiley and Sons.
I Made Danu Budhiarta. (2010). Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik
Atlet(Proseding Seminar Nasional Olahraga dalam rangka LPTK Cup
IV: Paradigma Baru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Menuju Prestasi Nasional. Gorontalo : FIKK, Universitas Negeri
Gorontalo
Jess Feist and Gregory J. Feist. (2006). Theories of Personality. New York:
McGraw Hill
Singgih D.G dkk. (1996). Psikologi Olahraga Teori dan Praktek. Jakarta : BPK
Gunung Mulia
Syamsu Yusuf L.N., A. Juntika Nurihsan. (2011). Teori Kepribadian, Bandung:
Remaja Rosdakarya
UU SKN (UU Nomor 3 Tahun 2005)
Http://katamotivasicinta.blogspot.com/2009/07/4-temperamen-manusia-sebagaitolak-ukur.html
Http://oncy09.wordpress.com/2010/03/20/kepribadian-koleris/
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 102
Seminar Nasional
IMPLEMENTASI KOMPETENSI GURU DALAM PENGEMBANGAN
KARAKTER SISWA YANG CERDAS DAN BERMARTABAT
Oleh :
Drs. HMF. Donosuko, M.Pd
Abstrak
Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk
anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga
membentuk mereka menjadi pelaku bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang
pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial
kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik dan manusiawi. Pembinaan
profesionalisme guru menjadi hal yang sangat urgen dan mendesak untuk
dikembangkan dengan mengintegrasikan pendidikan nilai sebagai pondasi arah
pembinaan, dalam upaya membentuk karakter bangsa yang memiliki jati diri dan
bermartabat.
A. Latar Belakang
Pembangunan yang bertata nilai merupakan esensi dari suatu
pemahaman pembangunan yang sepenuhnya berorientasi pada manusia sebagai
subyek pembangunan atau lazim dikenal dengan human oriented development.
Tanpa adanya orientasi demikian, maka pembangunan hanya akan mencakup
tataran fisik dan tanpa disertai adanya pembangunan budaya serta peningkatan
standar nilai kehidupan manusianya. Hal yang mendominasi terhadap
performance manusia sebagai subyek pembangunan yang bertata nilai tiada lain
adalah Pendidikan.
Dengan pendidikan, karakter manusia sebagai individu dan sebagai
masyarakat dapat dibentuk dan diarahkan sesuai dengan tuntutan ideal bagi
proses pembangunan. Karakter manusia secara individu ini akan memberikan
sumbangan besar terhadap pembentukan karakter bangsa yang bermartabat dan
menjadi faktor pendukung bagi proses percepatan pembangunan suatu bangsa.
Dalam konteks pendidikan nasional, dinamika perkembangan dunia
pendidikan sebagaimana Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, UU ini
merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan
berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
menuju masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 103
Seminar Nasional
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, dalam rangka menjamin
perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata
pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehiudpan lokal,
nasional dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu
guru dan dosen secara terencana, terarah dan berkesinambungan.
Guru mempunyai peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam
pembangunan nasional khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam UU
tersebut guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik. Dengan ditegaskannya sebagai pekerjaan
professional, otomotis menuntut adanya prinsip profesionalitas yang
selayaknya dijungjung tinggi dan dipraktekan oleh para guru, seorang guru
hendaknya memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi yang jelas.
Faktor kompetensi sebagai seorang pendidik sangatlah penting, terlebih
objek yang menjadi
sasaran
pekerjaanya
adalah
peserta
didik
yang
diibaratkan kertas putih, gurulah yang akan menentukan apa yang hendak
dituangkan dalam kertas tersebut, berkualitas tidaknya tergantung kepada
sejauhmana guru bisa menempatkan dirinya sebagai pendidik yang memiliki
kapasitas dan kompetensi professional dalam mengarahkan individu-individu
menjadi sosok yang memiliki karakter dan mentalitas yang bisa diandalkan
dalam proses pembangunan bangsa.
Dalam tataran normatif betapa mulia dan strategisnya kedudukan
guru. Namun, dalam realitas dilapangan tidak sedikit guru yang tidak
mencerminkan peran strategisnya sebagai guru, bahkan ia jauh dari garis jati diri
keguruannya, penyimpangan-penyimpangan moral, tampilan kepribadian yang
tidak sewajarnya, landasan penguasaan norma-norma agama yang lemah dan
sejumlah patologi sosial lainya tidak jarang kita temukan, banyak faktor
tentunya yang memengaruhi hal tersebut terjadi, yang jelas jika dibiarkan hal ini
dapat memberikan ekses buruk bagi dunia pendidikan, khususnya terhadap
kualitas lulusan dan output pendidikan serta karakter masyarakat sebagai
objek pendidikan yang dimotori para guru. Proses pendidikan akan jauh dari
tujuannya, sehingga menjadi sangat urgen untuk dilakukan sebuah upaya
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 104
Seminar Nasional
strategis dalam mempersiapkan sosok guru yang mampu menjadi panutan dan
melaksanakan profesinya secara professional sehingga ia bisa diandalkan
untuk memberikan peran
optimalnya dalam upaya membentuk karakter
manusia Indonesia khususnya dan karakater bangsa pada umumnya.
Berangkat dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa guru sebagai
esensitas strategis dalam upaya membentuk karakter bangsa yang memiliki jati
diri dan bermartabat ditengah-tengah bangsa lainnya sangat diperlukan
paranannya. Disisi lain pembinaan profesionalisme guru menjadi hal yang
sangat urgen dan mendesak untuk dikembangkan dengan mengintegrasikan
pendidikan nilai sebagai pondasi arah pembinaan.
B. Pendidikan Karakter
Istilah pendidikan karakter adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pembelajaran kepada siswa dengan mengembangkan beragam
perilaku seperti moral, sopan santun, berperilaku baik, sehat, kritis, sukses, sesuai
dan / atau diterima secara makhluk-sosial. Konsep pendidikan karakter yang
sekarang dan di masa lalu mencakup istilah sosial dan emosional belajar,
penalaran moral / pengembangan kognitif, pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan kesehatan, pencegahan kekerasan, berpikir kritis, penalaran etis, dan
resolusi konflik dan mediasi. Sekarang, program pendidikan karakter dianggap
gagal, terbukti dengan meningkatnya kenakalan remaja.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
karakter tidak akan efektif. Menurut Suyanto (2010) pembentukan karakter
merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun
2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian
dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar
pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga
berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 105
Seminar Nasional
yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa
serta agama. Schwartz (2005) mengemukakan bahwa pendidikan karakter sering
digunakan untuk merujuk bagaimana seseorang menjadi “baik” yaitu orang yang
menunjukkan kualitas pribadi yang sesuai dengan yang diinginkan masyarakat.
Berdasarkan tujuan pendidikan bahwa pendidikan menjadikan warga Negara
memiliki karakter yang baik dan mengembangkan kualitas pribadi. Sedangkan
menurut Thomas Lickona, yang dimaksud pendidikan karakter adalah usaha
sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-nilai
etika inti. Dalam buku monumentalnya “Mendidik untuk Karakter “, Lickona
menegaskan bahwa:
“When we think about the kind of character we want for our children,
it’s clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about
what is right, and then do what they believe to be right—even in the face of
pressure from without and temptation from within.”
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa proses perkembangan yang
melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan, dengan demikian akan
menyediakan landasan yang terpadu. Sehingga kita harus terlibat dengan anakanak dalam aktivitas yang membuat mereka berpikir kritis, tentang moral dan
etika, mengilhami mereka untuk menjadi berkomitmen, untuk tindakan moral dan
etika, dan memberi mereka banyak kesempatan untuk berlatih perilaku moral dan
etika.
C. Peran Strategis Guru Profesional dalam Membangun Karakter
Sebagai pekerjaan profesional, guru memiliki ragam tugas, baik yang
terkait dengan tugas
kedinasan
maupun
di
luar
dinas,
dalam
bentuk
pengabdian. Jika dikelompokan, terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas
dalam
bentuk
profesi,
tugas
kemanusiaan,
dan tugas
dalam
bidang
kemasyarakatan. Guru merupakan profesi yang memerlukan keahilian khusus
sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di
luar bidang kependidikan, walaupun kenyataanya tidak sedikit dilakukan oleh
orang
diluar kependidikan, sehingga oleh karenanya jenis profesi ini paling
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 106
Seminar Nasional
mudah terkena pencemaran. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik,
mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup serta mengembangkan karakter individu. Mengajar berarti
meneruskan
dan
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
individu yang menjadi peserta didik. Adapun tugas guru dalam bidang
kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.
Ia harus mampu menarik simpati
sehingga
menjadi
idola
para
peserta
didiknya. Pelajaran apa pun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi
motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar. Bila dalam penampilanya
sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat
menanamkan benih pengajaranya itu kepada para peserta didiknya, mereka
akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Guru pada hakikatnya
merupakan komponen strategis yang memiliki peran penting dalam proses
pembangunan suatu bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor
condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen
manapun
dalam kehidupan
bangsa
sejak
dulu,
terlebih
pada
era
kontemporer ini. Keberadaan guru bagi suatu bangsa sangatlah penting,
terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan
perjalanan zaman dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian
mutakhir dan mendorong perubahan di segala ranah kehidupan, termasuk
perubahan tata nilai yang menjadi pondasi karakter bangsa.
Hipotesisnya adalah semakin optimal guru melaksanakan fungsinya, maka
semakin terjamin dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai
manusia yang diandalkan dalam pembangunan bangsa. Dengan kata lain, potret
dan wajah diri bangsa di masa depan tercermin dari potret diri para guru
masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus
dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat dewasa ini.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, berdasarkan UU No 14
tahun 2005 pasal 20, maka guru berkewajiban untuk:
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 107
Seminar Nasional
a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetauan,
teknologi dan seni
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang
keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran
d. Menjungjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik
guru serta nilai-nilai agama dan etika
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa
Sedangkan peranan dan kompetensi guru dalam proses belajarmengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams &
Decey dalam Basic Principles of Student Teaching, antara lain guru sebagai
pengajar,
pemimpin
kelas,
pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan,
ekspeditor, perencana, superpisor, motivator, dan konselor. Yang
akan
dikemukakan di sini adalah peranan yang dianggap paling dominan
sebagaimana dikemukakan oleh Usman (2001:9-11) sebagai berikut.
1. Guru Sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilkinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri
adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan
cara
demikian
ia
akan memperkaya
dirinya
dengan
berbagai
ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnnya sebagai pengajar
dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya
secara didaktis. Maksudnya apa yang disampaiknnya itu betul-betul dimiliki
oleh anak didik.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 108
Seminar Nasional
Seorang guru juga hendaknya mampu memahami kurikulum, dan dia
sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada
kelas. Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan anak didik
untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk
itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam
berbagai kesempatan.
2. Guru Sebagai Pengelola Kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu
mengelola
merupakan
dari lingkungan
aspek
Lingkungan ini
kelas
sebagai
sekolah
lingkungan
yang
belajar
perlu
serta
diorganisasi.
diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah
kepada tujuan pendidikan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam
kelas tergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan
pribadi antara siswa di dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di dalam
kelas.Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan
menggunakan
fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar
mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khusunya ialah mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan
kondisi-kondisi
yang
memungkinkan
siswa
bekerja
dan
belajar,
serta
membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Sebagai manager guru
bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar
senantiasa
menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan proses-proses intelektual dan
sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan
siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar
secara efektif di kalangan siswa.Tanggung jawab yang lain sebagai manager
yang penting bagi guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa seharihari ke arah Self Directerd Behavior. Salah satu menagemen kelas yang baik
adalah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit
mengurangi
ketergantungannya
para
guru
sehingga mereka
mampu
membimbing kegiatannya sendiri. Siswa harus belajar melakukan self control
dan self activity melalui proses bertahap. Sebagai manager guru hendaknya
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 109
Seminar Nasional
mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif serta efisien dengan hasil
optimal. Sebagai
manager lingkungan
belajar,
guru
hendaknya
mampu
mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar dan teori perkembnagan
sehingga kemungkinan untuk menciptakan
situasi
belajar-mengajar
yang
menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan
sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.
3. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai
mediator
guru
hendaknya
memiliki
pengetahuan
dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajarmengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakn dasar yang sangat
diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai mediator
guru pun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk keperluan
itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana yang
berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat menciptakan
secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga
macam
kjegiatan
yang
berlangsungnya tingkah
dapat
laku
dilakukan
sosial
yang
oleh
guru,
baik,
yaitu
mendorong
mengembangkan
gaya
interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan para siswa.
Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan
dan proses belajar
mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, internet, atau pun
surat kabar.
4. Guru Sebagai Evaluator
Dalam proses
menjadi
belajar-mengajar yang dilakukan, guru hendaknya
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan
apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan
dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru
dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 110
Seminar Nasional
pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode belajar. Tujuan lain dari
penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam
kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah
seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup
baik di kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-temannya. Dengan menelaah
pencapaian tujuan pelajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar
yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan,
atau sebaliknya. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil
melaksanakan penilaian karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi
yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Dalam fungsinya
sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil
belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang
diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap
proses belajar-mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan
demikian proses belajar mengajar akan terus-menerus ditingkatkan untuk
memperoleh hasil yang optimal.
5. Peran Guru dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan pengadministrasian, seorang guru dapat
berperan sebagai berikut.
a. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan.
Hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang
direncanakan serta nilainya.
b. Wakil masyarakat yang berarti dalam lingkungan sekolah, guru menjadi
anggota suatu
masyarakat.
Guru
harus
mencerminkan
suasana
dan
kemauan masyarakat dalam arti yang baik.
c. Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk
mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.
d. Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 111
Seminar Nasional
e. Pelaksana administrasi pendidikan, di samping menjadi pengajar, guru
pun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus
mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi.
f. Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru.
Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri
untuk anggota masyarakat yang dewasa.
g. Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk menyampaikan
segala perkembangan
kemajuan
dunia
sekitar
kepada
masyarakat,
khususnya masalah-masalah pendidikan.
6. Peran Guru Secara Pribadi
Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriental), seorang guru harus
berperan sebagai berikut.
a. Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan
masyarakat. Dalam
merupakan
kegiatan-kegiatan
masyarakat
guru
senantiasa
petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di
dalamnya.
b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu
pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar
untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan
anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga
dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru
berperan sebagai orang
tua bagi siswa-siswanya.
d. Teladan, yaitu senantiasa menjadi teladan yang baik untuk siswa. Guru
menjadi ukuran norma-norma tingkah laku dimata siswa.
e. Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi
siswa.
Guru menjadi
tempat
berlindung
bagi
siswa-siswa
untuk
memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.
7. Peran Guru Secara Psikologis
Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut :
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 112
Seminar Nasional
a. Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi pendidikan, yang
melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
b. Seniman dalam hubungan antarmanusia (artist in human relation), yaitu orang
yang mampu membuat hubungan antarmanusia untuk tujuan tertentu,
dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.
c. Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
d. Catalytic agent,
yaitu
orang
yang
mempunyai
pengaruh
dalam
menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai inovator
(pembaharu).
e. Petugas kesehatan mental
bertanggung
(mental
hygiene
worker)
yang
jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya
kesehatan mental siswa
Dalam konteks pembangunan karakter bangsa, maka guru dengan segala
tugas dan peranannya, memiliki peranan strategis dan sangat menentukan
terpeliharanya karakter
bangsa
sebagai
pondasi
jati
diri
bangsa
yang
bermartabat. Sosok manusia yang berkarakter sebagai modal terbentuknya
karakter bangsa, akan dilahirkan oleh sosok guru yang menjungjung tinggi
profesionalisemnya dan berpegang teguh kepada sistem nilai yang menjadi
pegangan bangsanya. Generasi muda usia sekolah sebagai harapan masa
depan
bangsa,
termasuk harapan terjaganya karakter bangsa, sikap dan
prilakunya diantaranya akan ditentukan oleh
sejauhmana
guru
memegang
peranannya dalam proses pendidikan. Pendidikan nasional yang mencitacitakan terlahirnya generasi yang berkarakter sebagaimana tercantum dalam
UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 sebagai
berikut: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 113
Seminar Nasional
Sosok manusia yang memiliki karakter beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
dalam tujuan pendidikan nasional di atas dalam operasionalisasinya akan sangat
ditentukan oleh peran serta dari seorang guru. Oleh karenya,
guru memiliki
peranan yang strategis dalam upaya membangun dan memelihara karakter
bangsa.
D. PENUTUP
Guru memiliki peran strategis untuk menjadi bagian penting dalam
upaya membangun karakter bangsa. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui
peran serta guru secara optimal dalam proses penyiapan peserta didik yang
memiliki karakter sebagaimana disebutkan dalam UU No 20 Tahun 2003 Bab
II Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Karakter dan
mentalitas sumber daya manusia suatu bangsa akan menjadi pondasi dari
tata nilai bangsa tersebut. Dalam tataran operasional, upaya-upaya nyata
dalam membentuk dan memelihara karakter dan mentalitas tersebut bisa
dilakukan oleh sosok guru professional. Mengingat betapa startegisnya peran serta
guru dalam upaya membangun karakter bangsa,
maka
pembinaan
profesionalisme guru yang terfokus kepada empat kompetensi utama yakni
kompetensi
pedagogik,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
sosial
dan
kompetensi professional harus dilandasi oleh konsepsi dan pendekatanpendekatan dalam pendidikan nilai. Sehingga guru mampu menjadi model
terbaik,
dan
tampil
sebagai
pribadi yang
utuh/kaffah
ditengah-tengah
upayanya dalam melaksanakn tugas-tugas formal keguruan.
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 114
Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Art-Ong Jumsai Na-Ayudha, B.A., M.A., D.I.C. 2008. Model
Pembelajaran Nilai-nilai Kemanusian Terpadu. Yayasan Pendidikan
Sathya Sai Indonesia
Mulyana, Rohmat, 2004, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung,
Alfabeta.
Kock Heinz, 1979, Saya Guru Yang Baik,Yogyakarta ; Yayasan Kanisius
Rajasa Hatta. 2007. Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa (Makalah)
Schwartz, M.J, Beatty, D & Dachnowicz, E. (21 Desember 2005). Character
Education: What Is It, How Does It Work, and How Effective Is
It?Diambil 25 Nopember 2010
Suyanto. (2 Juni 2010). Urgensi Pendidikan Karakter.
http://waskitamandiribk.wordpress.com/2010/06/02/urgensipendidikankarakter/ Diambil 25 Nopember 2010
Usman Moh Uzer.2001, Menjadi Guru Profesional, Bandung ; Rosda Karya
UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader
Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif
Page 115
Download