Seminar Nasional OLAHRAGA SEBAGAI PIRANTI PEMBENTUK KARAKTER GENERASI MUDA INDONESIA YANG BERMARTABAT Prof.Dr.Djoko Pekik Irianto, M.Kes., AIFO Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga RI Djoko Pekik I-Juni 2012 EROSI NILAI-NILAI PERADABAN , BUDAYA DAN MORAL Santun ? Ramah tamah ? Suka menolong ? Suka mendahulukan orang ? Budaya hormat ? Suka damai ? Patuh pada adab ? MASIH ADAKAH ??? Lemah lembut ? Asih-Asah-Asuh ? Biasa ucapkan mohon maaf- terima kasih ? Djoko Pekik I-Juni 2012 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 1 Seminar Nasional PROFILE PEMUDA Surplus Energi Idealisme Butuh Pengakuan Ego Cari Jati Diri POSITIF ATLET NEGATIF •Kerja Keras • Berjuang •Sabar •Ulet • Narkoba •Gangster • Kekerasan • dll Djoko Pekik I-Juni 2012 PEMUDA TANGGUH TEGAS Punya Prinsip TEGES Pandaikompeten TeGeS Kuat-mandiri Beri aku 10 pemuda akan aku guncang dunia (Soekarno) Djoko Pekik I-Juni 2012 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 2 Seminar Nasional CHAIN IMAGE OLAH RAGA MAJOR EFEK FISIK MOTORIK NURTURA EFEK VALUE KARAK TER AKTUA LISASI Djoko Pekik I-Juni 2012 MAKNA KARAKTER 1. Karakter adalah gambaran kualitas sistem nilai yang dianut seseorang yang dapat diamati melalui perbuatan atau perilaku. 2. Karakter adalah tabiat, watak, sifat kejiwaan, ahlak yang membedakan seseorang. 3. Karakter ibarat huruf dalam alfabet, tidak pernah sama satu dengan lainnya 4. Karakter cenderung sebagai aspek etis (aspek susila dan Moral) Djoko Pekik I-Juni 2012 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 3 Seminar Nasional MORAL - KARAKTER Karakter Kharassein (latin) mengukir/memahat. Mendidik karakter = mengukir jiwa Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral. Moral adalah pengetahuan seseorang terhadap hal baik atau buruk. Karakter adalah tabiat seseorang yang langsung di- drive oleh otak Djoko Pekik I-Juni 2012 MORAL - KARAKTER Pendidikan moral mengajarkan hal yang benar dan hal yang salah. Pendidikan karakter bukan saja mengajarkan hal yang benar dan hal yang salah, namun sekaligus menanamkan kebiasaan (habituation) yang baik agar individu menjadi paham, mampu merasakan dan mau melakukan hal-hal yang baik Djoko Pekik I-Juni 2012 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 4 Seminar Nasional TIGA UNSUR KARAKTER ( Ryan and Bohlin) Knowing the good ( mengetahui kebaikan) Loving The good ( mencintai Kebaikan) Doing The good ( melakukan kebaikan) Djoko Pekik I-Juni 2012 APAKAH KARAKTER BISA DIBENTUK ? Konon katanya: Koala hidup di atas pohon, dalam sehari tidur selama 22 jam. Kalau mau makan dia hanya bergeser sedikit untuk mengambil makanan Koala bergerak paling banyak pada saat aktivitas seksual KARAKTER KOALA Djoko Pekik I-Juni 2012 BINATANG TERMALAS DI DUNIA Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 5 Seminar Nasional APAKAH KARAKTER BISA DIRUBAH – DIBENTUK ? Karakter sebagian ditentukan oleh sifat- sifat hereditas dan sebagian ditentukan oleh milieu ( Shields and Bredemeier) Karakter masih mungkin untuk dibentuk, meskipun sifat dan ciri jasmani yang dimiliki seseorang tetap memberi ciri unik pada setiap individu Djoko Pekik I-Juni 2012 PADA DASARNYA KARAKTER DAPAT DIRUBAH Perubahan bergantung kepada kemauan untuk berubah Perubahan memerlukan perjuangan untuk berubah Sedikit- demi sedikit, setapak- demi setapak, selangkah - demi selangkah Djoko Pekik I-Juni 2012 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 6 Seminar Nasional OLAHRAGA SEBAGAI PIRANTI PEMBENTUK KARAKTER Olahraga berorientasi pada pengembangan fisik, merupakan proses penyiapan tubuh yang baik bagi bersemayamnya jiwa dan pikiran yang baik. Olahraga sebagai sarana yang ampuh untuk “ nation and character Building “ ( Soekarno) Djoko Pekik I-Juni 2012 Olah raga dalam konteks aktivitas jasmani paling signifikan untuk perkembangan karakter moral ( Shields and Bredemeier), karena 2 alasan: 1. Melalui aktivitas olahraga terbuka ruang sangat luas untuk mengatur lingkungan yang optimal dan membantu individu mengakses berbagai dimensi dari moral karakter. 2. Dalam berolahraga terbuka kesempatan untuk menghargai nilai-nilai intrinsik dan kesenangan yang ditimbulkan ketika berekspresi Djoko Pekik I-Juni 2012 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 7 Seminar Nasional Nilai –Nilai Universal Olahraga 1. Cooperation 2. Communication 3. Respect for the rules 4. Problem Solving ( masalah dlm aktivitas Or rangsang berfikir kritis Pecahkan masalah) 5. Understanding 6. Connection with others 7. Laedership 8. Respect to other 9. Value of effort 10. How to Win ( Menang buah kerja keras) 11. How to lose ( Olahrga mengajarkan untuk menerima kekalahan tanpa harus kehilangan martabat ) Djoko Pekik I-Juni 2012 12. How to manage competition 13. Fair Play 14. Sharing 15. Self esteem (hargai diri) 16. Trust (percaya pd orang) 17. Honesty (jujur) 18. Self Respect 19. Tolerance 20. Confidence 21. Teamwork 22. Dicipline 23. Resilience (Gigih) Djoko Pekik I-Juni 2012 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 8 Seminar Nasional SUDAH -KAH NILAI-NILAI OLAHRAGA MAMPU MEMBENTUK KARAKTER ? Belum maksimal----- Mengapa ? 1. Struktur program olahraga yang diajarkan umumnya berfokus hanya pada pengembangan keterampilan fisik dan teknik dasar, dan ekspektasi di lapangan pun masih tertuju pada skill development. 2. Pemilihan Program yang berorientasi pada pengembangan moral, sosial, dan psikologis masih terabaikan. 3. Diperlukan Kurikulum yang bermuara pada pengembangan anak secara menyeluruh. 4. Keterbatasan sarana pendukung diperlukan Djoko Pekik I-Juni 2012 kreatifitas pengajar. APA YANG PERLU DILAKUKAN Pemahaman: Pendidikan karakter melibatkan aspek: Cognitive- feeling- action. Penjas-olahraga bukan sekedar fisik and skill oritented Setiap program Penjas-Olahraga , termasuk pemilihan metode mempertimbangkan pencapaian tujuan yang kompleks (fisik-skillmotivasi-moral-emosi ) Pendidikan dilaksanakan secara berkelanjutan, pada selutuh sektor ( Formalnon formal-informal) Djoko Pekik I-Juni 2012 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 9 Seminar Nasional SIAPA PEMBENTUK KARAKTER Seluruh mahluk--. Manusia contoh binatang, tumbuhan ( ayat-ayat kauniah) Educator ( Guru, pelatih, penda’wah ) Parent ( Orang tua) Media ( sentral) media banyak ekspose kekerasan masyarakat karakter keras Pola makan– Vegetarian ( lebih Cool) Banyak makan garam watak keras Djoko Pekik I-Juni 2012 CURICULUM VITAE Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes..,AIFO ( Guru Besar: Nutrisi Olahraga) Pendidikan : • S1: Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan ( FKIK ) IKIP Yogyakarta • S2: Program studi Ilmu Kesehatan Olaharaga Universitas Air langga Surabaya • S3: Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya. Course :Level I Srength & Canditioning ( Pelatih Fisik) ASCA ( Australia ), Sport Nutrition ( UGM-Jogjakarta) Pekerjaan : Dosen Pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga , FIK Universitas Negeri Yogyakarta. Jabatan : DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA - RI Bidang Keahlian : Sport Coaching , Sport Nutrition, and Fitness. Tugas Yang pernah diemban Al: Instruktur (1) Strength and Conditioning (2) Pelatihan Gizi Atlet untuk pelatih, Penyedia jasa boga bagi atlet. Pernah menjadi Pelatih Fisik Sepakbola, Konsultan Gizi klub Sepakbola. Tugas tambahan : Sekretaris Dewan Pelaksana PRIMA ( Program Indonesia Emas) KEMENPORA. Organisasi : Bidang Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat ISORI ( Ikatan Sarjana Olahraga Republik Indonesia) DIY. Di bidang Olahraga Prestasi : Bidang pembinaan Prestasi KONI DIY, Bidang Litbang KONI DIY Bidang Litbang PERSANI (Persatuan Senam Indonesia) DIY , Sekretaris Umum PBVSI (Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia) DIY., Ketua Umum PP BAPOPSI Djoko Pekik I-Juni 2012 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 10 Seminar Nasional MEMBANGUN BANGSA BERKARAKTER DAN KOMPETITIF MELALUI PENINGKATAN KOMPOSISI MASYARAKAT YANG TERDIDIK SECARA PENJASOR (MELEK PENJASOR) Oleh: Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Kaprodi Magister (S2) Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta DISAJIKAN PADA SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA DIES NATALIS XXXII UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN (UTP) SURAKARTA, 29 JUNI 2012 RASIONAL (1) • Sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 bahwa misi Pembangunan Nasional 2005-2025 yaitu untuk “mewujudkan bangsa yang berdaya saing”. • Terdapat banyak argumentasi yang dapat dikemukakan untuk memperkuat keterkaitan dan peran olahraga (pilar olahraga prestasi, olahraga pendidikan, dan olahraga rekreasi) dengan persoalan pembangunan, khususnya pembangunan karakter masyarakat dan daya saing bangsa. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 11 Seminar Nasional RASIONAL (2) • Peran olahraga sebagai sebuah instrumen untuk nation and character building telah teruji, karena olahraga memiliki fungsi membangun spirit kebangsaan. Olahraga menjadi alat mempersatukan bangsa, membentuk karakter individu dan kolektif, serta memiliki potensi untuk mendinamisasikan sektor-sektor pembangunan yang lain. RASIONAL (3) • Terdapat banyak alternatif yang dapat dilakukan bangsa kita untuk lebih mengkondisikan kesiapan masyarakat menuju terwujudnya bangsa berkarakter dan berdaya saing tinggi. • Kesiapan kolektif masyarakat yang dimaksudkan adalah menyangkut perbaikan aset pembangunan yang terkait dengan persoalan keterdidikan. • “Keterdidikan” itu merupakan hal yang sangat vital karena menjadi prasarat dasar untuk akselerasi pembangunan, tanpa terkecuali dalam sektor pembangunan olahraga. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 12 Seminar Nasional PERMASALAHAN FAKTUAL Keterdidikan dalam penjasor (melek penjasor) merupakan persoalan tersendiri yang kurang mendapat perhatian masyarakat dan pemerintah. Kecilnya perhatian tersebut menjadikan penjasor selama ini hanya dikenal publik sebagai “mata pelajaran olahraga” yang diajarkan di sekolah. Penjasor belum memiliki resonansi yang kuat dan kurang mengembang secara meluas sebagai instrumen penting pembentukan karakter dan daya saing peserta didik, masyarakat dan bangsa. PERTANYAAN BESAR DAN OPSI UTAMA Kontribusi apa yang dapat disumbangkan oleh komunitas olahraga/ profesional olahraga/ akademisi olahraga agar ke depan penjasor benarbenar memiliki resonansi yang kuat dan mengembang secara meluas sebagai instrumen penting pembentukan karakter dan daya saing peserta didik, masyarakat dan bangsa ? Jawaban / Opsi utama: Kita bekerja keras untuk meningkatkan komposisi masyarakat yang terdidik penjasor (masyarakat melek penjasor) Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 13 Seminar Nasional Mentalitas budaya yang memerosotkan nilai karakter dan daya saing bangsa: Budaya permisif, membuka peluang pelanggaran disiplin dan menjadi prakondisi tumbuhnya KKN; Budaya submisif, pemberian toleransi tanpa batas oleh rakyat kepada pihak penguasa; Budaya semua dapat diatur, mengarah sikap kolektif masyarakat untuk menjadi pemalas, apatis, dan tidak menyukai bekerja keras dan berkompetisi untuk meraih prestasi; Budaya materialisitis, semua diukur dengan standar materi Budaya formalistis, sekedar memenuhi wujud. Budaya fragmentasi, memenuhi kepentingan sempit dan sesaat. Budaya individualisasi, memenuhi selera pribadi dan kelompok tertentu. Bagian integral dari proses pembangunan nasional, khususnya pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mengarah pada : (1) peningkatan kesehatan jasmani masyarakat, (2) kualitas mental ruhani masyarakat, (3) pembentukan watak dan kepribadian bangsa, (4) disiplin dan sportivitas, serta (5) peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasional. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 14 Seminar Nasional ASET (MODAL) PEMBANGUNAN BANGSA ? A tangible asset ? ASET PEMBANGUNAN ? Intangible asset ? Keterdidikan Masyarakat KETERDIDIKAN SEBAGAI MODAL PEMBANGUNAN Melek Hukum Melek Dll..... Relasi Sosial Keterdidikan masyarakat Kolektif Melek Melek IPTEK Penjasor Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 15 Seminar Nasional KETERDIDIKAN PENJASOR • Keterdidikan penjasor (melek penjasor) sebenarnya • dapat dipahami secara sederhana sebagai suatu keadaan di mana masyarakat telah dinyatakan “bebas buta akan nilai-nilai penjasor”. Persoalannya adalah bahwa melek penjasor belum secara optimal mewujud sebagai sebuah kondisi yang tercipta secara faktual. Faktor kendala yang ada sangat variatif, mulai dari keterbatasan jumlah guru, kekurangan sarana dan prasarana, hingga persoalan mind set atau cara pandang guru dan masyarakat luas tentang produk atau outcome pembelajaran penjasor. KARAKTERISTIK MELEK PENJASOR 1 2 3 • Telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas jasmani • Segar atau bugar secara jasmaniah • Berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani 4 • Mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani 5 • Menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 16 Seminar Nasional FAKTA 1 TENTANG MELEK PENJASOR • Karakteristik 1: • Outcome: Peserta didik telah mempelajari berbagai macam keterampilan yang diperlukan untuk • melakukan berbagai aktivitas jasmani (Ordik/Orpres/Orkeb) Tantangan: masih banyak warga masyarakat yang belum melek untuk karakteristik 1 ini. Masih banyak remaja kita yang tidak mampu memanjat, Masih banyak orang dewasa yang belum mampu berenang, masih banyak warga yang memiliki kemampuan melempar yang jelek sehingga kemampuannya dimanifestasikan dalam perilaku-perilaku destruktif, dan sebagainya. FAKTA 2 TENTANG MELEK PENJASOR • Karakteristik 2: • Outcome: Peserta didik telah Segar atau bugar secara jasmaniah (Ordik/Orpres/Orkeb) • Tantangan: masih banyak warga masyarakat yang belum melek untuk karakteristik 2 ini lebih dari 63% masyarakat memiliki tingkat kebugaran jasmani yang sangat kurang (Penelitian Depkes RI, 2002). Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 17 Seminar Nasional FAKTA 3 TENTANG MELEK PENJASOR • Karakteristik 3: • Outcome: Peserta didik telah berpartisipasi secara teratur dalam aktivitas jasmani (Ordik/Orpres/Orkeb) • Tantangan: Dari sisi partisipasi ini, indeks partisipasi masyarakat Indonesia dalam berolahraga juga belum menunjukkan kondisi yang baik. Hal ini berarti tingkat keterdidikan penjasor karakteristik 3 juga dapat dikatakan masih rendah. FAKTA 4 TENTANG MELEK PENJASOR • Karakteristik 4: • Outcome: Peserta didik telah Mengetahui implikasi dan manfaat dari keterlibatannya dalam aktivitas jasmani (Ordik/Orpres/Orkeb) • Tantangan: akses masyarakat untuk pembentukan mind set tentang manfaat aktivitas fisik belum memadai. Sumber-sumber belajar masih terbatas dan mengarah pada belum optimalnya daya apresiasi masyarakat, baik dalam ranah formal, informal, maupun non formal. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 18 Seminar Nasional FAKTA 5 TENTANG MELEK PENJASOR • Karakteristik 5: • Outcome: Peserta didik telah menghargai aktivitas jasmani dan sumbangannya kepada gaya hidup yang sehat (Ordik/Orpres/Orkeb) • Tantangan: Gaya hidup sehat melalui aktivitas jasmani belum menunjukkan keterkaitan dengan persoalan ketertiban, kebersihan, kedisiplinan, sportivitas. Program penjasor belum menjadi leading sector usaha-usaha preventif untuk menjauhkan dari kemungkinan menderita penyakit secara fisik, moral, dan sosial. Menuju terwujudnya hasil pembangunan bangsa berkarakter dan berdaya saing tinggi artinya mengkondisikan kesiapan masyarakat secara kolektif, permanen, dan jangka panjang. Kesiapan kolektif masyarakat yang dimaksudkan adalah menyangkut perbaikan aset pembangunan yang terkait dengan persoalan keterdidikan. “Keterdidikan” itu merupakan hal yang sangat vital karena menjadi prasarat dasar untuk akselerasi pembangunan, tanpa terkecuali dalam sektor pembangunan olahraga. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 19 Seminar Nasional Keterdidikan penjasor (melek penjasor) berkonotasi sebagai suatu keadaan di mana masyarakat dapat dianggap telah dinyatakan “bebas buta akan nilainilai penjasor”. Eforia keterdidikan penjasor merupakan sebuah prakondisi agar masyarakat terbebaskan dari keterbelakangan karena rendahnya mutu penjasor. Program keterdidikan penjasor adalah program untuk menjauhkan masyarakat dari keterbelakangan secara penjasor. Pencerdasan dan wujud keterdidikan penjasor itu menjadi penting karena merupakan intangible asset pembangunan menuju bangsa yang kuat dan berdaya saing tinggi. REKOMENDASI (1) Usaha sistematis dan sistemik harus terus dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Keolahragaan (LPTO) sebagai lembaga yang memproduk guru penjasor, bahwa relevansi hasil pendidikan sebaiknya lebih difokuskan pada pembentukan guru yang kompeten untuk menjalankan tugas mengemban misi keterdidikan penjasor. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 20 Seminar Nasional REKOMENDASI (2) Guru penjasor harus selalu proaktif untuk memanfaatkan pengalaman pribadinya dan pengalaman orang lain untuk lebih berperan dalam tugas membentuk peserta didik yang melek penjasor. Meningkatkan kualifikasi akademik (menempuh kualifikasi S1/S2 bahkan S3) merupakan sebuah saran yang tepat agar guru penjasor memiliki wawasan yang luas dan lebih akomodatif menuju masyarakat terdidik secara penjasor (melek penjasor). Idealnya, sebelum mengolah proses keterdidikan penjasor terhadap orang lain, guru mengolah dirinya untuk menjadi pribadi profesional dan kompeten dan lebih terdidik secara penjasor. REKOMENDASI (3) Mencermati betapa pentingnya persoalan keterdidikan penjasor (melek penjasor) tampaknya sangat perlu untuk memikirkan kampanye lokal/nasional gerakan keterdidikan penjasor di masa depan. Sebuah gerakan PKK, yakni Produktif –Konstruktif- Kolektif yang menjadi bagian tidak terpisahkan dengan usaha untuk mewujudkan bangsa yang bugar, berkarakter dan berdaya saing tinggi. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 21 Seminar Nasional REKOMENDASI (4) Perguruan Tingggi, dalam hal ini adalah Lembaga Pendidikan Tinggi Keolahragaan, menjadi inisiator atau ujung tombak secara institusional untuk melaksanakan rintisan aksi nasional gerakan bebas buta penjasor. Para guru penjasor dan para calon guru penjasor menjadi inspirator ujung tombak kelompok profesi yang akan berperan sebagai “kelompok penekan” (presure group) merealisasikan gerakan bebas buta penjasor. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 22 Seminar Nasional PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DAPAT MEMBANGUN KARAKTER MENJADI INSAN YANG CERDAS KOMPREHENSIF DAN KOMPETITIF DISAJIKAN DALAM SEMINAR NASIONAL OLEH: DRS HM. YUSUF, MPd TGL 29 JUNI 2012 UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN SURAKARTA 2012 A. Landasan UU Sisdiknas. No: 20 tahun 2003 UU.Siskornas. No:3 tahun 2005 Pasal 1 Ayat 11. Visi Pendidikan Nasional Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan: INSAN INDONESIA CERDAS KOMPREHENSIF DAN KOMPETITIF (Insan Kamil / Insan Paripurna) Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 23 Seminar Nasional B. PENGERTIAN YANG DIMAKSUD DENGAN OLAHRAGA PENDIDIKAN ADALAH PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA YANG DILAKSANAKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PROSES PENDIDIKAN YANG TERATUR DAN BERKELANJUTAN UNTUK MEMPEROLEH: PENGETAHUAN, KEPRIBADIAN DAN KETRAMPILAN, KESEHATAN DAN KEBUGARAN JASMANI. Yang dimaksud dengan insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas secara komprehensif, yang meliputi cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis. Tabel deskripsi insan cerdas komprehensif dan kompetitif Insan Cerdas Komprehensif Kompetitif Cerdas spiritual Beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Insan Kompetitif Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan. Bersemangat juang tinggi. Mandiri Pantang menyerah. Pembangun dan pembina jejaring Bersahabat dengan perubahan inovatif dan menjadi agen perubahan. Produktif. Sadar mutu. Berorientasi global Pembelajar sepanjang hayat Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 24 Seminar Nasional Insan Cerdas Komprehensif Cerdas intelektual • Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif. Cerdas kinestetis • Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan trengginas. • Aktualisasi insan adiraga. C. PENDIDIKAN KOMPREHENSIF Ilmu Pengetahuan, Budi Pekerti (Akhlak, Karakter), Kreativitas, Inovatif “…pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita..” (Ki Hajar Dewantoro) PT Pendidikan AKADEMIK DSB SMA SMP SD Pendidikan KARAKTER Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 25 Seminar Nasional KI HAJAR DEWANTARA PENDIDIKAN ADALAH DAYA UPAYA UNTUK MEMAJUKAN BERTUMBUHNYA BUDI PEKERTI (KEKUATAN BATIN, KARAKTER), PIKIRAN (INTELLECT) DAN TUBUH ANAK. BAGIAN-BAGIAN ITU TIDAK BOLEH DIPISAHKAN AGAR KITA DAPAT MEMAJUKAN KESEMPURNAAN HIDUP ANAK-ANAK KITA. PENDIDIKAN KARAKTER MERUPAKAN BAGIAN INTEGRAL YG SANGAT PENTING DARI PENDIDIKAN KITA D. GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTER Agama, Pancasila, UUD 1945, UU No. 20/2003 ttg Sisdiknas Teori Pendidikan, Psikologi, Nilai, Sosial Budaya Nilai-nilai Luhur Pengalaman terbaik (best practices)dan praktik nyata PROSES PEMBUDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN INTERVENSI SATUAN KELUARGA MASYARAKAT PENDIDIKAN Perilaku Berkarakter HABITUASI PERANGKAT PENDUKUNG Kebijakan, Pedoman, Sumber Daya, Lingkungan, Sarana dan Prasarana, Kebersamaan, Komitmen pemangku kepentingan. 8 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 26 Seminar Nasional E. STRATEGI PENERAPAN KARAKTER MELALUI PENJASORKES DI SEKOLAH Integrasi PENJASKES dalam pembelajaran DISIPLIN, JUJUR, KREATIF PERCAYA DIIRI, KSATRIA BERTANGGUNG JAWAB, SPORTIF. KERJASAMA. DLL Pembiasaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan KEGIATAN EKSTRA KURIKULER Integrasi ke dalam kegiatan Ektrakurikuler Pramuka, Olahraga, Karya Tulis, Dsb. 3RANAH DIBANGUN MELALUI PENJAS ORKES KEGIATAN KESEHARIAN DI RUMAH Penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah yang sama dengan 9 di satuan pendidikan AFEKTIF Yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul dan kompetensi estetis KOQNITIF kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi INSAN KAMIL PSIKOMOTORIK kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 27 Seminar Nasional VISI OLAHRAGA 2020 OLAHRAGA ADALAH UNSUR PENTING DALAM KERANGKA PEMBENTUKAN KEKUATAN DAN KEBANGAAN NASIONAL MISI OLAHRAGA 2020 1.UNTUK MEWUJUDKAN UPAYA PEMBENTUKAN MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA DAN MASYARAKAT INDONESIA SELURUHNYA YANG BERKUALITAS 2.UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS NASIONAL YANG MEMILIKI KEUNGGULAN DAYA SAING 3.UNTUK MEWUJUDKAN PRESTASI OLAHRAGA YANG MEMBANGGAKAN DAN MENINGKATKAN HARKAT MARTABAT BANGSA INDONESIA. UUD `45 PENDIDIKAN ( PASAL 31 AYAT 1&2 ) AYAT 1 : TIAP-TIAP WARGA NEGARA BERHAK MENDAPAT PENGAJARAN. AYAT 2 : PEMERINTAH MENGUSAHAKAN DAN MENYELENGGARAKAN SATU SYSTEM PENGAJARAN NASIONAL YANG DIATUR DENGAN UNDANG-UNDANG WARGA NEGARA ( 26 AYAT 2 ) TIAP-TIAP WARGA NEGARA BERHAK ATAS PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK BAGI KEMANUSIA UNDANG-UNDANG KESEHATAN UNDANG-UNDANG OLAHRAGA UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN DENGAN MEMELIHARA DAN MEMBANGUN KEKUATAN FISIK, INTELEKTUAL, DAN MORAL , MAKA KUALITAS HIDUP PADA TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL AKAN DAPAT DIPERBAIKI. PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DAPAT MEMBERIKAN SUMBANGAN YANG LEBIH EFEKTIF KEPADA PENANAMAN NILAI-NILAI HAKIKI MANUSIA YANG MENDASARI PEMBANGUNAN MANUSIA SEUTUHNYA INTERNATIONAL CHARTER OF PHISICAL EDUCATION AND SPORT (UNESCO) Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 28 Seminar Nasional SASARAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN OLAHRAGA MENINGKATNYA APRESIASI DAN PARTISIPASI SELURUH MASYARAKAT TERHADAP OLAHRAGA SEBAGAI SALAH SATU KEKUATAN PEMBANGUNAN YANG UNGGUL DAN DIANDALKAN MENINGKATNYA KUALITAS KESEHATAN DAN KESEGARAN JASMANI BANGSA INDONESIA YANG DIBUTHKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS NASIONAL MENINGKATNYA KEMAMPUAN DAN PRESTASI OLAHRAGA YANG MENJADI KEBANGGAAN NASIONAL DAN MAMPU MENGANGKAT HARKAT MARTABAT BANGSA INDONESIA DIFORUM OLAHRAGA INTERNASIONAL F. CHARACTER AND NATION BUILDING BUDAYA Sikap hidup Kompetitif POLITIK Prestasi OLAHRAGA Pendidikan Rekreasi Prestasi SOSIAL Kesejahteraan Fisik, mental & sosial EKONOMI Produktivitas Kerja 14 Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 29 Seminar Nasional G. PELUANG MEMBANGUN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SEKOLAH: 1. JUMLAH PELAJAR YANG TERUS ADA DAN BERKESINAMBUNGAN 2. TERSEDIANYA JENJANG YANG LEBIH BAIK UNTUK MENGEMBANGKAN PRESTASI OLAHRAGA MAUPUN JAMINAN PENDIDIKAN 3. BANYAKNYA GURU PENJASKES BAIK SD, SMP, SMA YANG TELAH MENGIKUTI PELATIHAN BERBAGAI CABANG OLAHRAGA 4. JENJANG KOMPETISI TERBUKA BAGI PELAJAR BERPRESTASI. 5. TERSEDIANYA BIBIT ATLET PELAJAR POTENSIAL TERGABUNG PADA PPLP ATLETIK, BALAP SEPEDA, PANAHAN, PENCAK SILAT, SEPAK DAN SEPAK TAKRAW, SERTA PPOP RENANG & TAE KWON DO. 6. TERBENTUKNYA KLUB-KLUB OLAHRAGA PELAJAR BAIK DI SD, SMP, MAUPUN SMA/ SEDERAJAT DENGAN BIAYA APBD/ DARI APBN Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 30 Seminar Nasional H. PERANAN PENJAS ORKES DALAM MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK SELAIN MEMANDU BAKAT DAN MENCIPTAKAN ATLET PELAJAR BERPRESTASI MELALUI KLUB OLAHRAGA DI SEKOLAH SECARA UMUM PERAN PENJASORKES DAPAT DIDESKREPSIKAN SBB: 1.MENGEMBANGKAN DAN PEMELIHARAAN KEBUGARAN JASMANI SERTA POLA HIDUP SEHAT MELALUI BERBAGAI AKTIVITAS JASMANI DAN OLAHRAGA YANG TERPILIH. 2.MENINGKATKAN PERTUMBUHAN FISIK DAN PENGEMBANGAN PSIKIS YANG LEBIH BAIK. 3. MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN GERAK DASAR. 4. MELETAKKAN LANDASAN KARAKTER MORAL YANG KUAT MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DI DALAM PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN. 5. MENGEMBANGKAN SIKAP SPORTIF, JUJUR,DISIPLIN, BERTANGGUNG JAWAB, KERJASAMA, PERCAYA DIRI DAN DEMOKRATIS. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 31 Seminar Nasional 6. MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN UNTUK MENJAGA KESELAMATAN DIRI SENDIRI, ORANG LAIN DAN LINGKUNGAN 7. MENGEMBANGKAN KONSEP AKTIVITAS JASMANI DAN OLAHRAGA DI LINGKUNGAN YANG BERSIH SEBAGAI INFORMASI UNTUK MENCAPAI PERTUMBUHAN FISIK YANG SEMPURNA, POLA HIDUP SEHAT DAN KEBUGARAN, TERAMPIL, SERTA MEMILIKI SIKAP YANG POSITIF Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 32 Seminar Nasional OLAHRAGA, KOMPETISI, DAN MORAL Oleh : DR. Shodiq Hutomono, M.Kes PKOR FKIP UTP Surakarta Olahraga merupakan aktivitas global yang disukai masyarakat di muka bumi. Dari daratan Afrika, Asia, Australia, Amerika dan Eropa hampir mengenal dan melakukan aktivitas olahraga. Hal itu seperti yang dinyatakan oleh seorang filsuf bernama Huizinga (dalam Hanurawan dan Diponegoro, 2005: 79), bahwa manusia pada hakikatnya adalah mahkluk bermain (homo luden). Hampir seluruh negara di dunia ini menggunakan olahraga sebagai media pembelajaran dan pelatihan rakyatnya untuk menjadi sehat sejahtera paripurna dan dapat berprestasi tinggi di kancah dunia internasional. Namun demikian, faktanya olahraga bisa dijadikan piranti untuk multi tujuan, sudah bukan berita yang mengagetkan atau bahkan sudah menjadi rahasia umum. Olahraga sebagai alat politik, perang gangster, komersialisasi konflik agama, kebencian pada suku bangsa, alat korupsi, perjuangan gender dan sebagai alat untuk perang budaya di negara adikuasa. Di Serbia, olahraga dijadikan sarana untuk adu kekuatan para gangster dengan mengatas namakan wadah supporter. Di Britania ada dua tim yang selalu menampakkan perseteruan hebat dintara para supporternya yang ujung-ujungnya mengarah ke keyakinan mereka yang berbeda yakni agama Protestan dan Katolik, juga melibatkan unsur ras dimana ada ras tertentu yang dijadikan obyek olokolok. Di Brazil yang terkenal sebagai negeri sepakbola, olahraga dijadikan alat untuk korupsi. Di negara Islam, para wanita berani menyuarakan mengenai persamaan hak antara laki-perempuan dalam mendapatkan kesempatan untuk berolahraga. Di AS terjadi prokontra seputar sepakbola dengan melibatkan pemikiran ke arah globalisasi (Foer, 2004). Di dalam negeri, seperti yang diungkapkan oleh Lutan (2001), daerah merasa malu karena rangking dalam PON merosot karena hal tersebut dipakai sebagai parameter keberhasilan dalam pembinaan. Sehingga kasus perpindahan Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 33 Seminar Nasional atlet dari satu daerah ke daerah lain yang mampu menyediakan bonus atau imbalan setiap menjelang PON banyak terjadi sebagai sebuah keniscayaan yang sering terjadi. Indikasi tersebut juga dapat ditafsirkan dari isu global; sport adalah sebuah komoditi dan keterlibatan seorang atlet dalam olahraga didorong oleh perhitungan untung rugi. Ukuran serba material dianggap layak (Lutan, 1999/2000). Ekses yang lain semakin mudahnya para pemain atau penonton (supporter) melakukan tindakan yang tidak sportif bahkan menjurus anarkis, seperti pemukulan wasit, perkelahian antar supporter, perusakan infrastruktur, bahkan yang menyedihkan sampai ada supporter yang meninggal karena dianiaya oleh supporter yang lain. Fenomena semacam inilah pada kesempatan yang berbahagia ini coba saya ulas untuk menjadi renungan kita bersama, dengan harapan ke depan akan semakin cerah wajah keolahragaan nasional kita. Apakah olahraga yang begitu digandrungi manusia sejagat ini, begitu dikompetisikan untuk mengetahui siapa yang lebih baik atau terbaik akan selalu bergesekan dengan masalah moral secara keseluruhan (pembina, pelatih, atlet, dan penonton). Kita awali dengan mencermati tujuan keolahragan nasional kita yang tertuang dalam UU RI No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang menyatakan bahwa “Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan ahlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa”. Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa nilai moral dan ahlak mulia sebagai salah satu tujuan penyelenggaran olahraga. Hal ini sejalan dengan pernyataan Baron Piere de Coubertin, selaku penggagas bangkitnya kembali Olympiade, yakni “tujuan akhir olahraga terletak dalam peranannya yang unik sebagai wadah penyempurnaan moral, dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, karakter yang baik dan sifat-sifat yang mulia; hanya orang-orang dengan kebajikan moral seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 34 Seminar Nasional berguna”. Dan hal itu selaras dengan apa yang disampaikan oleh Hagele (dalam Lutan, 2001) dengan menggunakan pendekatan Sosiologi Verstehende dan hermeneutic mengungkapkan bahwa masih dapat diidentifikasi karakteristik umum (common denominator) istilah olahraga, yang diterjemahkan oleh KDIKeolahragaan (2000) yang salah satunya menyatakan bahwa “olahraga berlangsung dalam suasana hubungan sosial dan bersifat kemanusiaan, bukan membangkitkan naluri rendah, dan bahkan justru membangun solidaritas”. Berpijak dari pernyataan-pernyatan tersebut di atas, secara teoritis tentunya manusia yang berolahraga akan menjadi manusia yang mempunyai jiwa solidaritas, berahlak mulia yang pada gilirannya menjadi warga masyarakat yang berguna. Tetapi pada tataran praktiknya bagaimana? Ternyata jauh berbeda antara harapan dan kenyataannya. Pertama-tama saya ingin menjabarkan dulu pengertian olahraga yang mana oleh pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang, membagi olahraga menjadi 3 macam yaitu olahraga rekreasi/masyarakat, olahraga pendidikan dan olahraga prestasi. Dari sini saja kita bisa mengetahui bahwa olahraga dapat digunakan sebagai piranti atau alat untuk rekreasi, pendidikan, dan prestasi yang kalau boleh diurutkan sesuai dengan perkembangan manusia dimulai dari olahraga sebagai alat pendidikan, kemudian mengerucut ke prestasi dan pada akhirnya bermuara ke masyarakat/rekreasi. Dengan demikian sudah semestinya di bangku sekolah yang diajarkan adalah olahraga untuk tujuan pendidikan, sehingga yang berperan besar dalam menghantarkan anak didiknya menjadi manusiamanusia terdidik yang pada akhirnya mempunyai moral yang baik dan ahlak mulia adalah para guru olahraga yang kemudian bisa disebut sebagai guru pendidikan jasmani karena tugasnya memang mentransfer pengetahuan kepada siswa melalui aktivitas jasmani. Banyak pakar olahraga yang menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan.Jadi sebenarnya sangat keliru apabila di sekolah para guru penjas kemudian melatih anak didiknya menjadi berprestasi di salah satu cabang olahraga. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 35 Seminar Nasional Kemudian kalau mau berbicara tentang prestasi olahraga lantas bagaimana? Tentu sudah ada wadahnya sendiri yaitu di perkumpulanperkumpulan olahraga yang memang bertujuan agar klubnya mempunyai prestasi yang tinggi. Yang sering menimbulkan gesekan-gesekan yang pada akhirnya memunculkan berbagai permasalahan sebenarnya dapat diurai dari sini. Di sekolah para guru penjas memposisikan dirinya sebagai pelatih, anak didik yang punya potensi dalam olahraga dilatih sendiri agar dapat berprestasi sedangkan anak didik yang tidak berpotensi tidak „diberi sentuhan‟ pendidikan. Pada saat memberikan evaluasi anak didik yang berprestasi di bidang olahraga diberi nilai tinggi, padahal yang harus dinilai adalah bukan prestasi olahraganya tetapi aktivitas jasmani pada saat mengikuti pelajaran pendidikan jasmani. Perlu diingatkan disini bahwa dalam pendidikan jasmani tidak diperlukan kompetisi, kompetisi digunakan olahraga prestasi untuk mengetahui atau mengukur prestasi para atlet. Pemerintah selaku pembina olahraga dalam upaya memberi motivasi kepada atlet agar dapat berprestasi maksimal memberikan rangsangan/bonus berupa uang. Juara PON sekian juta, Sea Games sekian juta dan seterusnya sampai juara Olympiade yang bonusnya sampai 1 milyar per keping emas. Sekilas memang baik pemberian bonus uang tersebut, tetapi bila dikaji lebih mendalam ternyata memunculkan dampak yang sangat merugikan dunia keolahragaan itu sendiri. Atlet menjadi materialistis! Serba materi yang mereka pikirkan, bonus menjadi peringkat pertama dalam pikiran mereka. Apabila bonusnya cocok semangatlah mereka untuk berprestasi, tetapi apabila kurang jangan harap mereka bersungguh-sungguh dalam berupaya untuk berprestasi, atau lebih parahnya mereka akan pergi ke daerah lain yang menjanjikan bonus yang lebih besar. Sehingga tanpa disadari, dari iklim keolahragan yang diciptakan oleh pemerintah ini, nilai-nilai moral yang semestinya bisa didapatkan dari olahraga (pendidikan) dirusak sedemikian hebatnya oleh olahraga (prestasi). Dari awal kita membicarakan moral, sebenarnya seperti apakah moral itu? Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 36 Seminar Nasional Menurut Bertens (dalam Santosa, 2007), kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak: mores) yang berarti kebiasaan, adat. Dalam bahasa Inggris, kata moral pengertiannya sama dengan kata etika, karena keduanya berasal dari kata yang berarti „adat kebiasaan‟. Perbedaannya, kata moral berasal dari bahasa Latin sedangkan etika berasal dari bahasa Yunani. Ditegaskan oleh Hadiwardoyo (1990), bahwa moral menyangkut kebaikan, orang yang tidak baik disebut sebagai orang yang tidak bermoral atau kurang bermoral. Sedangkan menurut Durkheim (1994), moral itu merupakan fakta sosial yang khas. Moral dapat hidup dalam konteks sosial. Moral memiliki tiga unsur, yaitu disiplin, keterikatan pada kelompok, dan otonomi kehendak manusia. Jika direnungkan ketiga unsur ini sering tarik-menarik, sehingga ada yang dominan, dan ada yang harus kalah. Dalam kaitan tarik-menarik kepentingan ini, moral dapat memenuhi keseimbangan apabila manusia mampu mencapai budi pekerti luhur. Keluhuran budi akan menjadi cermin moral yang mulia. Pembinaan moral dan budi pekerti, tak lain merupakan peletakan dasar kesadaran hidup. Kesadaran hidup untuk menjadi insan kamil merupakan tonggak penting (Endraswara, 2006). Moralitas dipelajari melalui proses sosialisasi adalah pendapat para teoritikus pembelajaran sosial. Perkembangan moral adalah suatu proses, dan melalui proses itu seseorang mengadopsi nilai-nilai dan perilaku yang diterima oleh masyarakat (Bandura, 1977; McGuire dan Thomas, 1976). Seseorang yang secara konsisten menginternalisasi norma dipandang sebagai seseorang yang bermoral. Para teoritikus ini menerapkan apa yang disebut pendekatan “kantong kebajikan” (Kohlberg, 1981). Teori ini percaya bahwa seseorang mencontoh perilaku orang lain sebagai model atau teladan yang ia nilai memiliki sifat-sifat tertentu atau yang menunjukkan perilaku berlandaskan nilai yang diharapkan. Pendidikan moral, menurut kerangka teori tersebut berlangsung melalui proses pemodelan dan penerapan unsur pengukuh, termasuk penerapan operant conditioning. Yang dimaksud dengan operant conditioning adalah pemberian unsur pengukuh menyusul terjadinya respon yang diinginkan terhadap stimulus Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 37 Seminar Nasional yang disampaikan. Proses itu dilakukan berulang-ulang, sehingga makin erat hubungan antara perilaku sebagai respon dengan stimulus. Teori pembelajaran sosial percaya bahwa perilaku bermoral merupakan hasil dari lingkungan sosial, pemodelan perilaku yang bajik, dan pemberlakuan standar. Aliran konstruktivis percaya bahwa perkembangan kognitif berkaitan dengan perkembangan moral. Perkembangan moral kognitif berlandaskan pada (i) apa yang dipandang baik dan fair, (ii) apa alasan untuk berbuat baik; dan (iii) apa perspektif budaya yang melandasi perbuatan baik itu. Dari berbagai uraian mengenai moral tersebut kiranya yang perlu digarisbawahi adalah keluhuran budi akan menjadi cermin moral yang mulia yang peletakan dasar kesadaran hidup. Kesadaran hidup untuk menjadi insan kamil merupakan tonggak penting dan hal itu dapat diperoleh melalui olahraga (pendidikan), yang mana dengan aktivitas jasmani yang dilakukan secara terus menerus akan menghasilkan suatu adat kebiasaan yang suka bergerak dalam ranah sportivitas dan kedisiplinan.. Maka dari itu pada forum yang mulia ini, saya mengusulkan kepada pemerintah agar mengganti cara memotivasi atlet, bukan dengan bonus uang tetapi dengan penghargaan lain yang lebih mendidik, misalnya memberi pendidikan gratis yang telah dilakukan atau dirintis oleh Mendiknas dengan program bidik misinya, memberikan jaminan hari tua agar tidak susah memikirkan nafkah hidup apabila sudah pensiun menjadi atlet. Kalau hal ini bisa diterima oleh pemerintah, paling tidak dampak sosial yang mengarah pada kemerosotan moral dapat diminimalisir. Selain daripada itu, seperti telah dilansir banyak media bahwa kita kekurangan tenaga guru tentu termasuk guru penjas, dan apabila nanti guru penjas sudah dipenuhi, saya mengingatkan pentingnya pengadaan sarana prasarana untuk pembelajaran anak didik. Sehingga jangan sampai guru penjasnya terpenuhi, tetapi mereka bingung akan mendidik siswanya karena kekurangan sarana prasarana dalam mentransfer pengetahuannya. Memang benar, setiap guru penjas dituntut untuk kreatif inovatif dalam menjalankan tugasnya, tetapi akan lebih baik Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 38 Seminar Nasional dan makin sempurna apabila hal itu dibarengi dengan pemenuhan sarana prasarana yang memadai. Bila olahraga sebagai alat pendidikan dapat diupayakan secara optimal akan menumbuhkan rasa optimis bahwa via olahraga akan dihasilkan manusia-manusia yang bermoral dan berahlak mulia. Kiranya sumbang saran yang dapat saya sampaikan pada forum yang sangat mulia ini, walaupun sepertinya hanya kecil tetapi apabila kita sebagai bangsa Indonesia mampu menterjemahkan dan kemudian dapat melaksanakan dengan sebaik-baik sesuai dengan peran dan posisi kita masing-masing, saya berharap kiprah olahraga didalam mewujudkan moral yang tinggi melalui kompetisi yang sehat akan dapat terwujud. Tentu saja atas ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Insya Allah. Dan akhirnya kepada para generasi muda penerus bangsa hendaknya menjadi orang yang berdedikasi dan berkualitas serta mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan bangsa kita menjadi bangsa yang lebih baik, semakin dewasa dan arif dalam mensikapi setiap kejadian yang muncul di permukaan. Menjadi bangsa yang bermoral dan tidak mudah diombang-ambingkan kepada isu-isu yang merusak yang pada akhirnya merugikan kita semua sebagai bangsa Indonesia. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 39 Seminar Nasional DAFTAR PUSTAKA KDI – Keolahragaan. 2000. Ilmu Keolahragaan dan Rencana Pengembangannya. Jakarta: Dirjendikti, Depdiknas. Endraswara, S. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta; Pustaka Widyatama. Foer, F. 2006. Memahami Dunia Lewat Sepak Bola Kajian Tak Lazim Tentang Sosial-Politik Globalisasi. Jakarta: Margin Kiri. Hadiwardoyo, A.P. 1990. Moral dan Masalahnya. Yogyakarta: Kanisius. Hanurawan , F. dan Diponegoro, A.M. 2005. Psikologi Sosial Terapan dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: UAD Press. Lutan, R dan Ma‟mun, A. 1999/2000. Sosiologi OLahraga. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikdasmen. Mutohir, T. C. dan Lutan, R. 2001. “Olahraga dan transformasi Nilai”. Jakarta: Dirjen Olahraga Depdiknas. Lutan, R (Ed). Olahraga dan Etika Fairplay. Jakarta: Dirjen Olahraga Depdiknas. Santosa, H. 2007. Etika dan Teknologi. Yogyakarta: Tiara Wacana. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 40 Seminar Nasional PERAN PENDIDIKAN JASMANI DALAM PEMBENTUKAN GENERASI MUDA YANG BERKARAKTER, PROFESIONAL DAN KOMPETITIF Oleh : Drs. Nuruddin Priya BS, M.Or PKOR FKIP UTP Surakarta Abstract Pendidikan jasmani (penjas) sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional. ada tiga tujuan pokok yang harus dicapai, yaitu: a) psikomotor, b) kognitif, c) afektif. Tujuan dari pendidikan adalah untuk menyiapkan generasi muda menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap serta keterampilan. Oleh karena itu pendidikan jasmani harus memberikan peran dalam menyiapkan generasi muda yang berkarakter, cerdas, kreatif, produktif dan kompetitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karakter bersifat memancar dari dalam keluar. Artinya kebiasaan baik tersebut dilakukan bukan atas permintaan atau tekanan dari orang lain melainkan atas kesadaran dan kemauan sendiri. Generasi muda Indonesia yang profesional akan mampu mengimplementasikan pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang dimiliki, sehingga menjadi generasi emas yang produktif, kreatif dan inovatif. Generasi muda yang kompetitif akan mencapai keunggulan, memiliki daya saing dengan bangsa lain dan akan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia. Sehingga bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang kuat dan bangsa yang disegani dan dihormati keberadaannya di dunia internasional. Melalui pendidikan jasmani akan dapat mewujudkan generasi muda Indonesia yang berkarakter kuat, profesional dan kompetitf. Kata kunci ; Penjas, generasi muda berkarakter, profesional dan kompetitif A. Pendahuluan Tulisan ini disampaikan pada seminar nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Tunas Pembangunan Surakarta bekerja sama dengan Kemenpora dan Universitas Sebelas maret Surakarta. Tulisan ini mengambil judul Peran Pendidikan Jasmani Dalam Rangka membentuk Generasi muda yang berkarakter, profesional dan kompetitif. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 1996 Bab II pasal 2 disebutkan bahwa, pendidikan jasmani (penjas) sebagai Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 41 Seminar Nasional bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Adapun tujuan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN/1996 Bab II pasal 2). Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional (Bucher, 1979). Sedangkan Melograno (1996) menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani yang diikutinya. Tujuan dari pendidikan adalah untuk menyiapkan generasi muda yang akan dating dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap serta keterampilan dalam kehidupan mendatang. Oleh karena itu pendidikan jasmani harus memberikan peran dalam menyiapkan generasi muda yang berkarakter, cerdas, kreatif, produktif dan kompetitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menghadapi perubahan abad 21 generasi muda Indonesia dibawa pada suatu kesadaran global, yaitu bahwa dunia sekarang ini merupakan suatu dunia terbuka yang tanpa batas. Sehingga terjadi kompetisi di suluruh kehidupan umat manusia, persaingan satu sama lain, kehidupan yang penuh resiko, kehidupan dalam pilihan yang sangat ketat. Oleh karena itu generasi muda Indonesia mempunyai peranan penting dan sangat strategis dalam kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam menghadapi perubahanperubahan tersebut. Hanya generasi muda Indonesia yang berkarakter kuat, profesional dan kompetitif yang akan mampu menghadapi derasnya perubahanperubahan zaman tersebut. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 42 Seminar Nasional Yang menjadi pertanyaan adalah “generasi muda bagaimanakah yang mampu dalam menghadapi era Indonesia emas mendatang” ? B. Pembahasan 1. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional (Bucher, 1979). Melograno (1996) menyatakan bahwa penjas adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani yang diikutinya. Pendidikan jasmani (penjas) sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan, dinama tujuan pendidikan nasional adalah mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN/1996 Bab II pasal 2). Pendidikan jasmani menurut Gabbar (1975:5) ada tiga tujuan pokok yang harus dicapai, yaitu: a) psikomotor, b) kognitif, c) afektif. Aspek psikomotor meliputi pertumbuhan biologis, kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dan keterampilan, efisiensi di dalam gerakan, dan sekumpulan dari keterampilan gerak. Aspek kognitif merupakan kemampuan untuk berpikir (penelitan, kreativitas, dan hubungan) kemampuan perseptual, kesadaran gerak, dan dukungan atau dorongan akademik. Aspek afektif meliputi kegembiraan, konsep diri, sosialisasi (hubungan kelompok), sikap dan apresiasi untuk aktivitas fisik. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 43 Seminar Nasional Menurut Bucher (1979:45), ada 5 tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan jasmani, yaitu: 1). Organik, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa mengembangkan kekuatan otot, daya tahan kardiosvaskular, dan kelentukan. 2). Neuromuskuler, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa dalam mengem-bangkan keterampilan lokomotor, keterampilan nonlokomotor, dan bentuk-bentuk keterampilan dasar permainan, faktor-faktor gerak, keterampilan olahraga, dan keterampilan rekreasi. 3). Interperatif, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa untuk menyelidiki, menemukan, memperoleh pengetahuan dan membuat penilaian. Memahami peraturan permainan, mengukur keamanan, dan tata cara atau sopan santun. Menggunakan strategi dan teknik yang termasuk di dalam kegiatan organisasi. Mengetahui fungsi-fungsi tubuh dan hubungan dengan aktivitas fisik. Mengembangkan apreasiasi untuk penampilan individu. Menggunakan penilaian yang dihubungkan dengan jarak, waktu, ruang, tenaga, kecepatan, dan aturan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan, bola dan diri sendiri. Memahami faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan gerak. Berkemampuan memecahkan permasalahan dan berkembangan melalui permainan. 4). Sosial, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain dengan menghubungkan individu untuk masyarakat dan lingkungannya. Kemampuan dalam membuat penilaian dalam suatu situasi kelompok. Belajar berkomunikasi dengan orang lain. Berkemampuan untuk merubah dan menilai ide-ide dalam kelompok. Pengembangan dari fase-fase sosial dari kepribadian, sikap, dan nilai-nilai agar menjadi anggota masyarakat yang berguna. Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif. Belajar untuk membangun waktu senggang yang bermanfaat. Mengembangkan sikap yang menggambarkan karakter moral yang baik. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 44 Seminar Nasional 5). Emosional, aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa melakukan respon yang sehat terhadap kegiatan fisik melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Mengembangkan tindakan-tindakan positif dalam menonton dan keikutsertaan baik pada saat berhasil maupun kalah. Menyalurkan tekanan melalui kegiatan-kegiatan fisik yang bermanfaat. Mencari jalan keluar untuk ekspresi dan kreativitas untuk diri sendiri. Mewujudkan suatu pengalaman seni yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang terkait. Berkemampuan untuk memiliki kegembiraan atau kesengsaraan. 2. Karakter Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Individu yang perilakunya sesuai dengan kaidah-kaidah etika dan moral disebut dengan berkarakter mulia. Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 45 Seminar Nasional sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Itulah karakter individu yang mulia yang dapat ditandai dengan nilai-nilai ketiga aspek tersebut sehingga dikatakan sebagai karakteristiknya. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku). Karakter adalah totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, yaitu membedakan individu yang satu dengan yang lainnya. Karena cirri-ciri karakter tersebut dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian individu. Meskipun karakter setiap individu, karakteristik umum yang menjadi stereotif dari kelompok masyarakat dan bangsa dapat diidentifikasi sebagai karakter suatu komunitas tertentu atau bahkan dapat pula dipandang sebagai karakter suatu bangsa. Dengan demikian karakter berkaitan dengan kepribadian seseorang, sehingga dapat disebut orang berkarakter (a person of character) jika perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral. 3. Profesional Kata profesional berati pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang meneruskan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Sudarwan Danim dan Khairil. 2010). Pengertian profesional adalah predikat penyandang profesi tertentu. Sedangkan profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu (Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills. 1966). Selanjutnya dikatakan pula bahwa profesi berarti suatu kompetensi khusus yang memerlukan kemampuan intelektual tinggi, yang mencakup penguasaan atau didasari pengetahuan tertentu. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 46 Seminar Nasional Sedangkanj menurut Seidel dan Resick, mengatakan , bahwa profesi adalah praktek dari suatu disiplin dalam suatu konteks yang didefinisikan, misalnya suatu kode etik. pendapat Zeigler, yang menyatakan : Suatu profesi dapat didefinisikan sebagai suatu pekerjaan yang mensyaratkan pengetahuan khusus dari beberapa aspek pembelajaran sebelum seseorang diterima sebagai seorang yang professional. Menurutnya terdapat tiga sifat yang diperlukan untuk suatu pekerjaan yang dapat dikatakan sebagai profesi, ialah : a. Perlunya latihan yang intensif. b. Suatu komponen intelektual yang signifikan yang perlu di kuasai. c. Suatu pengakuan oleh masyarakat bahwa individu yang telah dilatih dapat memberikan pelayanan dasar yang penting. d. Organisasi professional , selain juga pemerintah, dapat memberikan lisensi. (di Indonesia misalnya yang member izin praktek dokter adalah I.D.I.) e. Pembentukan masyarakat professional. f. Memiliki otonomi dalam pelaksanaan pekerjaan. g. Memiliki suatu kode etik. Menurut Seidel dan Resick , suatu profesi perlu memenuhi syarat sebagai berikut : a. Suatu profesi melibatkan kegiatan yang esensial yaitu intelektual. b. Suatu profesi memimpin suatu “body of specialized knowledge. c. Suatu profesi mensyaratkan professional yang diperluas. d. Suatu profesi menuntut pertumbuhan in-service yang kontinus. e. Suatu profesi menghasilkan karir sepanjang hayat dan keanggotaan tetap. f. Suatu profesi menyusun standarnya sendiri. g. Suatu profesi mengagungkan pelayanan (service) diatas keuntungan diri. h. Suatu profesi memiliki suatu organisasi profesi yang kuat, dan kompak. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 47 Seminar Nasional i. Suatu profesi memberikan kenyamanan kepada pelanggannya. (Seidel and Resick, 1978) Persoalannya untuk menjadi professional, insan olahraga tidak hanya mendapat pembinaan dari kampus saja. Sebagaimana diketahui bahwa ciriciri professional telah diuraikan diatas. Menurut pendapat penulis, untuk menjadi professional yang berbobot, seseorang perlu melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah pembinaan dalam rangka disiplin akademik yang diadakan di Kampus. Tahap kedua setelah mahasiswa menamatkan studi di universitasnya, yang bersangkutan masih perlu mengikuti pelatihan, on the job training atau mungkin professional preparation. Dan pada tahap ketiga dia menjadi anggota aktif dari organisasi profesi, atau bergiat diarena asosiasi alumni dan organisasi yang lain. Di Amerika Serikat Asosiasi Profesional adalah American Alliance for Health, Physical Education, Recreation, and Dance (AAHPER&D). Selain itu masih ada kegiatan AAHPER&D tingkat Negara bagian, seperti AAHPER&D State Convention. Sedangkan ditingkat international yang masuk kubu atau pengaruhnya Amerika adalah ICHPER&D (International Council for Health. Physical Education, Recreation, and Dance). ICHPER pernah menelenggarakan kongres internasional di Denpasar, Bali, pada tahun 1973. Sedangkan organisasi profesi internasional di Eropa yang besar yaitu FIEP (Menggunakan bahasa Perancis yang artinya International Federation of Physical Education). Organisasi profesi yang lain adalah ICSSPE (International Council on Sport Science and Physical Education) ; sebelum tahun 1983 organisasi tersebut bernama International Council of Sport and Physical Education. Sedangkan organisasi profesi internasional yang khusus untuk wanita bernama I.A.P.E.S.G.W. (International Association of Physical Education and Sport for Girls and Women. Sedangkan di Indonesia organisasi profesi olahraga yang ada ialah Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia (ISORI) yang didirikan pada tahun 1969. Disamping ISORI tenaga kependidikan olahraga ( guru dan dosen ) tergabung dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesian (PGRI) dan tenaga Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 48 Seminar Nasional admininstrasi kependidikan masuk dalam wadah Korp Pegawai Republik Indonesia (KORPRI). Didalam Undang-undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional USKN), maka dapat disebutkan adanya 14 macam tenaga keolahragaan, ialah: 1). Pelatih , 2). Guru / Dosen, 3). Wasit, 4). Juri, 5). Manajer, 6). Promotor, 7). Administrator, 8). Pemandu, 9). Penyuluh, 10). Instruktur, 11). Tenaga Medis / Para medis, 12). Ahli gizi, 13). Ahli biomekanika, dan 14). Psikolog. (UU RI. No. 3 Tahun 2005 Pasal 63) Tenaga keolahragaan yang bertugas dalam setiap organisasi olahraga dan/atau lembaga olahraga tersebut wajib memiliki kualifikasi dan sertifikat kompetensi yang didapat melalui penataran dan / atau pelatihan oleh lembaga khusus untuk itu. Menurut pendapat Harsuki ke 14 macam tenaga keolahragaan tersebut belum semua dapat dianggap sebagai suatu tenaga profesi, kecuali beberapa saja, selebihnya baru merupakan suatu okupansi saja. 4. Kompetitif Bangsa Indonesia adalah bangsa yang dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa yang besar. Pada era tahun 2020 sampai 2045 bangsa Indonesia memliliki potensi sumber daya manusia berupa populasi usia prodruktif. Pada saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (1564 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun keatas). Jumlah usia produktif ini mencapai puncaknya pada tahun 2020-2045 pada saat angkanya mencapai 75%. Ini berarti bahwa pada tahun 2020-2035 SDM Indonesia usia produktif akan melimpah. SDM yang melimpah ini harus memilki kompetensi dan keterampilan. Sebab apabila generasi muda Indonesia memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal dasar pembangunan yang luar biasa. Namun sebaliknya apabila generasi muda Indonesia tidak memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi beban pembangunan. Tantangan yang dihadapi generasi muda Indonesia kedepan adalah arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan lingkungan hidup, Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 49 Seminar Nasional kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya dan perkembangan pendidikan ditingkat internasional. Di era globalisasi ini generasi muda dihadapkan oleh perubahan-perubahan yang cepat. Hubungan komunikasi, informasi, transformasi menjadikan satu sama lain memiliki kerapatan yang sangat tipis sehingga menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi industri dan hasil pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Generasi muda Indonesia kedepan harus mampu berkompetitf/ memiliki berdaya saing yang kuat dalam menghadapi arus globalisasi yang berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi, kemampuan berfikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan, segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan kemampuan hidup yang dalam masyarakat yang mengglobal. Disamping itu generasi muda Indonesia juga harus memiliki minat yang luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat dan minatnya, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Oleh karena itu pendidikan jasmani harus memberikan peran dalam menyiapkan generasi muda yang berkarakter, cerdas, kreatif, produktif dan kompetitif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 5. Generasi muda yang berkarakter, profesional dan kompetitif Generasi muda yang berkarakter akan terbentuk dari tiga macam bagian yang saling berkaitan, yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku moral. Generasi muda yang berkarakter baik yaitu generasi muda yang mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan dan melakukan kebaikan (kebiasaan pikiran, kebiasaan hati dan kebiasaan perbuatan). Ketiganya penting untuk menjalankan hidup yang bermoral, ketiganya adalah factor pembentuk kematangan moral. Karakter selalu berkaitan dengan moral. Moral adalah adat istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, tabiat, watak, akhlak, cara hidup (Lorens Bagus, 1996 : 672). Karakter bersifat memancar dari dalam keluar. Artinya kebiasaan baik tersebut dilakukan bukan atas permintaan atau tekanan dari orang lain Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 50 Seminar Nasional melainkan atas kesadaran dan kemauan sendiri. Melalui pendidikan jasmani akan dapat mewujudkan generasi muda yang berkarakter, profesional dan kompetitf. Generasi muda merupakan generasi penerus bangsa. Pada usia yang produktif tersebut sangat berharga dan bernilai, sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, agar berkualitas menjadi insan yang berkarakter, insan yang profesional, cerdas, insan yang berkompeten dan insan yang kompetitif, serta menjadi bonus demografi. Generasi muda yang berkarakter akan menetukan kualitas moral dan arah setiap generasi muda dalam mengambil keputusan dan berperilaku. Karakter merupakan merupakan bagian integral yang harus dibangun, agar generasi muda sebagai penerus dan harapan bangsa akan menentukan masa depan harus memiliki sikap dan pola piker yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar dalam upaya membangun bangsa. Generasi muda Indonesia yang profesional akan mampu mengimplementasikan pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang dimiliki, sehingga menjadi generasi emas yang produktif, kreatif dan inovatif. Generasi muda yang kompetitif akan mencapai keunggulan, memiliki daya saing dengan bangsa lain dan akan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia. Sehingga bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang kuat dan bangsa yang disegani dan dihormati keberadaannya di dunia internasional. C. Penutup Tugas Pendidikan adalah menyiapkan generasi muda agar dapat menjawab tantangan yang dihadapi kedepan. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional, dimana ada tiga tujuan pokok yang harus dicapai, yaitu: a) aspek kognitif, b) aspek afektif, dan c) aspek psikomotorik. Tujuan dari pendidikan adalah untuk menyiapkan generasi muda Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 51 Seminar Nasional menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap serta keterampilan. Oleh karena itu pendidikan jasmani harus memberikan peran dalam menyiapkan generasi muda yang berkarakter, cerdas, kreatif, produktif dan kompetitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karakter bersifat memancar dari dalam keluar. Artinya kebiasaan baik tersebut dilakukan bukan atas permintaan atau tekanan dari orang lain melainkan atas kesadaran dan kemauan sendiri. Melalui pendidikan jasmani akan dapat mewujudkan generasi muda yang berkarakter kuat, profesional dan kompetitf. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 52 Seminar Nasional DAFTAR PUSTAKA Arma Abdullah, Agus Manaji. 1994. Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta. Proyek pembinaan dan peningkatan mutu Tenaga Kependidikan. Dikti. Atmadi. A. dan Setyaningsih.Y (editor). 2000. Tranformasi Pendidikan Memasuki Millinium Ketiga. Yogyakarta. Kanisius. Bucher, C.A. 1983. Foundations of Physical Education & Sport. St. Louis: The C.V. Mosby Company. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Depdiknas. Depdiknas. 2010. Rencana Strategis Kementrian Pendidikan Nasional 20102014. Jakarta. Kenendiknas. Harsuki. 2002. Perkembangan Olahraga Terkini. Kajian Para Pakar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Harsuki. 2011. F.I.K. U.N.Y Membangun Insan Olahraga Yang Sportif, Inovatif, Adaptif Dan Profesional . Pidato Dies Natalis Ke-60 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas negeri Yogyakarta. Undang-Undang No.3 2005. Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Zeigler , Earle F. 2009..International and Comparative Physical Education and Sport . Victoria : Trafford Publishing. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 53 Seminar Nasional KAJIAN LANDASAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL SEBAGAI IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH Oleh : Drs. Mamin Suparmin, M.Kes JPOK FKIP UTP Surakarta ABSTRAK Sistem pendidikan di Indonesia tentu sudah diatur oleh Pemerintah melalui Undang-Undang Pendidikan dan Peraturan pemerintah, namun yang perlu dipikirkan adalah apakah aturan pemerintah yang sudah didiskripsikan secara teoritis dan legitimate itu sesuai dengan penerapan di lapangan. Memang dalam operasional yang dijalankan oleh guru belum sepenuhnya memenuhi harapan pemerintah, akan tetapi setidak-tidaknya guru sudah berusaha maksimal untuk mewujudkan visi dan misi pendidikan yang terkandung dalam sistem perundangundangan pendidikan tersebut. Ditempatkan Pendidikan jasmani sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah, pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjaskes) memiliki peran yang sangat sentral dalam pembentukanfisik anak, melainkan juga perkembangan mental, intelektual, emosional dan sosiolnya. Rendahnya mutu dan jumlah guru pendidikan jasmani di sekolah melahirkan ketikmampuan dalam melaksanakan tugasnya secara proposional. Kondisi yang kurang menguntungkan tersebut menyebabkan posisi pendidikan jasmani cukup delematis, sehingga memunculkan permasalahan yang lebih krusial. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah terbatasntasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Beberapa kenyataan tersebut, diperlukan langkah-langkah tertentu sebagai upaya untuk memperbaiki model pembelajaran penjaskes di sekolah dasar. Pendidikan jasmani merupakan wahana untuk menumbuh-kembangkan anak secara wajar dan efektif. Selain itu, pendidikan jasmani juga merupakan bagian integral dari pendidikan secara menyeluruh. Oleh karena, sedah selayaknya bila pendidikan jasmani diberikan perhatian yang proposional dan dilaksanakan secara efisien, efektif serta sesuai dengan kondisi fisik dan psikis anak. Apa yang terjadi di lapangan ternyata tidak sesuai dengan yang dikonsepsikan, karena misi pendidikan jasmani belum sepenuhnya dipahami oleh banyak orang, sekalipun itu pendidik. Tulisan ini ingin memaparkan proses Dikjasor menjadi bidang studi pengalaman dalam menangani pendidikan jasmani, khususnya ungkapan yang menyatakan bahwa pendidikan jasmani di sekolah hanya sebagai pelengkap. Anggapan yang demikian tidaklah bijaksana. Bila dicermati, pengajaran yang baik dalam pendidikan jasmani lebih dari sekedar mengembangkan ketrampilan berolahraga. Pelajaran yang baik, melibatkan aspek-aspek yang berhubungan Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 54 Seminar Nasional dengan apa yang sebenarnya dipelajari siswa melalui partisipatinya, apakah itu neuromuskuler, intelektual, emosional, sosial dan bukan aktivitas olahraga semata. Kata kunci. Sistem pendidikan nasional, pendidikan jasmani dan kesehatan A. LATAR BELAKANG Disadari bahwa pembangunan bangsa pada dasarnya mengarah pada peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia. Olahraga (termasuk pendidikan jasmani) merupakan salah satu unsur penting dalam konteks peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan masyarakat Indonesia. Olahraga diarahkan pada peningkatan kehetan jasmani, mental dan rokhani masyarakat, serta ditunjukan untuk pembentukan watak dan kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan rasa kebanggaan nasionla. Sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab 1 ayat 1 disebutkan bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Menyikapi konsep pendidikan tersebut nampaknya ada unsur pembentukan watak dan karakter bangsa Indonesia yang memiliki jatidiri secara utuh baik secara fisik, mental, sosial, spiritual maupun kepribadian yang mulia. Selanjutnya dalam upaya pembentukan pribadi anak/siswa tentu diperlukan satu konsep strategi pembelajaran yang profesional dan proporsional, sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab IV Standar Proses Pasal 19 Ayat 1, bahwa ”Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartiisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fiisik serta psikologis peserta didik”. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 55 Seminar Nasional Berangkat dari ketetapan peraturan pemerintah tersebut, maka perlu upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya pada genarasi penerus bangsa melalui peserta didik di sekolah-sekolah Ada tiga isu utama yang muncul dalam pembaharuan pendidikan di Indonesia, yakni: Pembaharuan Kurikulum, Peningkatan Kualitas Pembelajaran, dan Efektivitas Metode Pembelajaran. Pembaharuan kurikulum senantiasa akan terus dilakukan dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan pangsa pasar masyarakat seiring dengan perkembangan global dalam dunia pendidikan, artinya kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Hal ini tentunya akan menuntut adanya kualitas pembelajaran yang harus ditingkatkan demi peningkatan kualitas hasil pendidikan. Sedangkan untuk memenuhi kualitas tersebut tentu dalam penerapan model pembelajarannya harus memenuhi kriteria efektif, dimana selama proses pembelajaran berlangsung, siswa dapat memberdayakan potensinya secara maksimal. Konsep ini didukung oleh pendapat Degeng, 2005a:34, bahwa proses belajar menjadi efektif dan efisien maka usaha–usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan merancang (desain) pembelajaran (Instructional Science). Ini semua diperlukan adanya keterlibatan pendidik dalam menumbuhkan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar meliputi upaya menciptakan iklim belajar yang partisipatif. Knowles mengemukakan ada tujuh langkah pendidik yang dapat membantu peserta didik untuk belajar partisipatif. Ketujuh langkah tersebut adalah membantu peserta didik untuk: (1) menumbuhkan keakraban yang mendorong untuk belajar, (2) menjadi anggota kelompok dan belajar dalam kelompok, (3) mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) merumuskan tujuan belajar, (5) menyusun pengalaman belajar, (6) melaksanakan kegiatan belajar, dan (7) melakukan penilaian terhadap proses, hasil, dan pengaruh belajar. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 56 Seminar Nasional Kalau menyikapi tentang pendapat tersebut nampaknya produk dari suatu proses pembelajaran baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah adalah perubahan tingkah laku peserta didik selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut mencakup ranah afektif, kognitif, dan psiko-motorik serta konatif. Ranah afektif adalah sikap dan aspirasi peserta didik dalam lingkungannya melalui tahapan penerimaan stimulus, respons, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi diri dalam menghadapi stimulus dari lingkungan. Ranah Kognitif adalah kecakapan peserta didik yang diperoleh melalui pengetahuan, pemahaman, penggunaan, analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap sesuatu berdasarkan asas-asas dan fungsi kelimuan. Asas keilmuan tentu harus mencerminkan pada objektivitas, observabilitas, dapat diukur, dan bernilai guna, sedangkan fungsi keilmuan adalah menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengandalkan. Psiko-motorik atau skills adalah penguasaan dan penggunaan sesuatu keterampilan melalui tahapan rangsangan, kesiapan merespons, bimbingan dalam melakukan respons, gerakan mekanik, respons yang lebih kompleks, adaptasi, dan melakukan sendiri. Tegasnya perubahan tingkah laku peserta didik dalam ranah afektif, kognitif, psiko-motorik, dan konatif merupakan produk pembelajaran. Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi pendidikan saat ini adalah berkenaan dengan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajarannya yang dipandang masih bervariatif dan belum maksimal. Artinya selama proses pembelajaran berlangsung belum tercipta situasi dan kondisi yang menarik dan termotivasi untuk belajar lebih bersemangat. Indikasi ini tampak dengan adanya guru yang masih terjebak dalam praktek kegiatan belajar mengajar yang cenderung membuat siswa bosan/ jenuh bahkan siswa merasa tertekan. Fenomena di lapangan masih ada kasus-kasus yang muncul misalnya dalam berinteraksi dengan siswa, posisi guru terasa masih sangat dominan, sementara siswa cenderung berada dalam posisi yang tidak berdaya. Pendekatan dan metode yang digunakan tampak kurang bervariasi, sehingga membuat siswa menjadi malah kurang respeks terhadap materi yang diajarkan. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 57 Seminar Nasional Konsep kegiatan belajar mengajar seperti itu tampaknya sudah mulai ditinggalkan bahkan sudah tidak relevan lagi dengan tuntutan dan tantangan pendidikan saat ini. Oleh karena itu kami tertarik dengan munculnya kesenjangan penerapan model pembelajaran ini untuk dikaji sebagai bentuk penelitian. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah terkait dengan keefektifan model pembelajaran quantum teaching dengan menggunakan metode grafik, eliminasi dan metode substitusi pada persamaan linear dua variabel bidang studi matematika yang selama ini dianggap sebagai bidang studi yang sulit dan cenderung membosankan bagi siswa. Sebagai dasar pertimbangan penarikan topik permasalahan ini adalah bahwa quantum teaching merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang humanis dan komprehensif yakni Belajar melibatkan semua aspek kehidupan manusia yaitu fikiran, perasaan, bahasa tubuh, pengetahuan, sikap, keyakinan dan persepsi masa depan, disamping akan dapat menggabungkan keistimewaankeistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan meningkatkan minat belajar dan hasil Belajar. B. RUMUSAN MASALAH Mempehatikan beberapa pendekatan pengajaran, walaupun masih suatu kajian-kajian empirik yang mendalah. Sebagai altrnatif utama bagi guru pendidikan jasmani. Masalah yang dihadapi: Bagaimana merubah wawasan dan perilaku guru agar siap dan mampu melaksanakan pendekatan pengajaran yang efektif di sekolah? C. TUJUAN Penyusunan artikel akademik bertujuan. 1. Memberikan pemahaman dan penghayatan yang dapat dijadikan sebagai peningkatan kualitas guru pendidikan jasmani di sekolah. 2. Memberikan wawasan pengetahuan dan memilki kemampuan untuk mengidentifikasi dalam proses pembelajaran yang mencakup penguasaan metode pencapaian serta penilaiannya. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 58 Seminar Nasional D. KERANGKA BERPIKIR. Konsepsual dalam mendukung dalam kajian yakni; 1. Kajian dokumen 2. Perspektif Pendidikan jasmani 3. Model Pembelajaran Dikjasor 4. Penjelasan Dikjasor sebagai bidang studi E. PERSPEKTIF PENDIDIKAN JASMANI Kualitas guru pendidikan jasmani yang ada pada sekolah dasar dan lanjutan pada umumnya perlu ditingkatkan. Mereka kurang mampu melaksanakan profesinya secara kompeten, antara lain rendahnya tingkat kebugaran jasmani peserta didik pada sekolah dari semua tingkat satuan pendidikan di Indonesia dapat dijadikan satu petunjuk umum bahwa mutu program pendidikan jasmani di Indonesia masih rendah. Rendahnya mutu hasil pembelajaran pendidikan jasmani dapat disimpulkan dari keluhan masyarakat olahraga yang mengindikasikan bahwa mutu bibit olahragawan usia dini dari sekolah-sekolah kita sangat rendah. Dari survey yang dilakukan oleh Pusat Kesegaran jasmani Depdiknas terdahulu, diperoleh informasi bahwa hasil pembelajaran Penjas di sekolah secara umum hanya mampu memberikan efek kebugaran jasmani terhadap kurang lebih 15 persen dari keseluruhan populasi peserta didik (Cholik Mutohir, T. 2002). Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Ia merupakan bagian salah satu dari subsistem-sistem pendidikan. Pendidkan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolilasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidkan secara umum (general education). Sudah barang tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sitemik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Apabila anda bertanya kepada guru Penjas tentang apa tujuan yang dicapai? Jawabnya mungkin bervariasi. Secara ideal, jawaban tersebut terjabar seperti butir-butir berikut. 1. Perkembangan Pribadi Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 59 Seminar Nasional a. Pertumbuhan fisik b. Sehat fisik, mental, sosial dan spiritual. c. Kesegaran jasmani d. Cerdas e. Kreatif dan inofatif f. Tampil dalam gerak dan memecahkan masalah. g. Jujur, disiplin, percaya diri dan tanggung jawab. 2. Hubungan antara pribadi dan Lingkungan. a. Salin menghirmati b. Gotong royong c. Luwes (mudah menyesuaikan diri) d. Melestarikan lingkungan 3. Ketahana Nasional. a. Politik (cinta tanah air, demokarasi, dan loyah pada Pancasila) b. Ekonomi (Etos kerja dan penguasaan informasi dan teknologi) c. Sosial (tertib hukum, kesetiakawan) d. Budaya (menghagai karya orang lain, berpikir kritis dan telenransi) e. Hankam (kesiapan bela negara dan partisipasi dalam hamkamrata) Salah satu utama dalam pendidkan jasmani di Indonesia, hingga dewasa ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Kondisi kualitas pengajaran pendidikan jasmani yang perlu adanya evaluasi dan pembenahan, baik tingkat pendidikan dasar sampai pendidik tinggi telah dikemukakan dalam telaah dalam berbagai forum oleh beberapa pengamat pendidikan jasmani dan olahraga. Pendidikan jasmani belum berhasil mengembangan kemampuan dan ketrampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental maupun intelektual (Kantor Mempora, 1983). Hal ini benar mengingat bahwa kebanyakan guru pendidikan jasmani di sekolah kadang ada guru khusus yang secara normal mempunyai kompetensi dan pengalaman yang terbatas dalam bidang pendidikan jasmani. Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek mengajar cenderung tradisional, model-model mengajar dipusatkan oleh guru (teacher Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 60 Seminar Nasional centered) dimana para siswa melakukan latihan fisik berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh anak didik sesuai dengan inisiatif sendiri (student cetered). Guru pendidikan jasmani tradisional cenderung menekankan pada penguasaan ketrampilan cabang olahraga. Dalam penedekatan tersebut, guru menentukan tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya seperti melatih suatu cabang olahraga. Di tinjau dari segi konteks kurikulum, pembelajaran yang dilakukan oleh guru penjas secara praktis tidak nampak adanya kesinambungan. Demikian pula, ketidakjelasan dalam tata urutan dan tingkat kesukaran tugas-tugas ajar tersebut, Keefektifan pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani di sekolah pada beberapa tahun terakhir telah menjadi isu nasional yang menarik. Isus tersebut sering dibicarakan secara serius dalam forum diskusi atau seminar tingkat nasional oleh berbagai kalangan termasuk para pakar dan praktisi pendidikan jasmani. Berbagai saran dan rekomendasi sering diajukan dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah-sekolah termasuk perbaikan kurikulum, peningkatan kemampuan guru dan penyediaan lapangan dan fasilitasnya. Penguasaan bidang studi atau disciplinary mastery menekankan penguasaan isi dari bidang studinya, sehingga prioritas ditekankan pada isi bidang studi. Karena itu penganut aliran ini percaya bahwa penguasaan isi bidang studi merupakan indicator keberhasilan suatu sekolah. Pendidikan jasmani kita nampaknya berorientasi pada perspektif ini, sehingga banyak guru yang tidak percaya bahwa Penjas mampu menumbuhkan nilai-nilai dan karakter positif selain sebagai menjadi pendadaran olahragawan dari anak-anak yang berbakat. Dari perspektif aktualisasi diri (self actualization), kurikulum diarahkan kepada peserta didik dan pencapaian otonomi individu dan pengarahan diri. Peserta didik bertanggung jawab untuk menentukan sendiri arah tujuannya, mengembangkan keunikan pribadi, dan untuk memandu sendiri kegiatan belajarnya. Kurikulumnya disusun untuk menyediakan tantangan bagi setiap orang untuk melampaui limit kemampuan sebelumnya, untuk melintasi batasPeranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 61 Seminar Nasional batas pribadi agar tercapai persepsi baru mengenai diri. Pendidikan tidak lain merupakan sebuah proses yang memungkinkan dan menyediakan kesempatan bagi pembebasan dan pengembangan pribadi. Perspektif rekonstruksi sosial (social reconstruction) menekankan prioritas tertinggi sumber kurikulum yaitu masyarakat yang memberikan arah bagi pendidikan generasi muda. Kebutuhan masyarakat mendahului kebutuhan individu. Karena itu, penganut aliran ini percaya bahwa sekolah bertanggung jawab untuk membentuk masa depan generasi muda yang lebih baik. Kemudian perspektif proses belajar (learning process) menekankan pentingnya bagaimana keterjadian balajar itu berlangsung. Kurikulumnya dirancang untuk membina keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah, keterampilan untuk mengembangkan kemampuan kreatif, keterampilan menggunakan teknologi .Komputer, dan keterampilan kritis dalam merespons dan mengambil keputusan secara cepat. Proses pembangkitan pengetahuan dalam lingkup setiap bidang studi merupakan fokus kurikulum. Proses belajar keterampilan dalam pendidikan jasmani memasukkan proses perolehan/penguasaan keterampilan (persepsi, pemolaan, penghalusan, dan adaptasi) dan sekaligus proses gerak kreatif melalui pengembangan variasi, improvisasi, dan komposisi. Sedangkan perspektif integrasi lingkungan (ekologis) melandaskan asumsinya bahwa setiap individu itu unik, mahluk holistik, dan secara berlanjut mengalami proses penyempurnaan sehingga terjalin keterpaduan secara utuh antara pribadi dan lingkungannya, Pendekatan ini menekankan keseimbangan antara individu dan kepedulian masyarakat gobal. F. MODEL PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Dalam literatur diperoleh gambaran tentang model pengajaran pendidikan jasmani. Beberapa tahun terakhir ini dikembangkan berbagai model diterapkan dengan hasil di lapangan. Beberapa model pengajaran tersebut dikemukakan oleh Siedentop, Mand, dan Taggart (1986) sebagai berikut. a) Pengajaran langsung/perintah (Direct Instruction) Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 62 Seminar Nasional b) Pengajaran tugas/pos (Taks/station Teaching) c) Pengajaran berpasangan berpasangan/kelompok (Reciprocal.Group teaching) d) Pengajaran sistem kontrak (personalyzed system of Teaching) e) Manajemen Kontingensi (Conngensi Management) Salah satu model spektrum model pengajaran lain juga dikemukakan Mosston (1966). Model Mosston ini didasarkan atas asumsi bahwa keputusan terhadap proses dan produk pengajaran hendaknya bergeser dari pengajaran terpusat pada guru ke pusat pada anak didik, dari siswa terikat menjasi siswa bebas (aktif). Mosston mengklasifikasi model pengajaran berdasarkan hasil analisa siap yang membuat keputusan. Klasifikasi model pengajaran tersebut adalah sebagai berikut. a) Model Komando (command Styles) b) Pengajaran Tugas (Task Teaching) c) Pengajaran berpasangan (Reciprokal Teaching) d) Pengajaran Kelompok Kecil (Smal group Teaching) e) Program Individual (Individual Programs) f) Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) g) Pemecahan Masalah (problem Solving) Pembagian model-model pengajaran tersebut di atas pada hakikatnya bukan merupakan klasifikasi yang bersifat diskrit. Pengajaran yang didasarkan atas model komando pada suatu ketika memilki kesamaan atau terjadi pada bentuk-bentuk pengontrolan guru pada saat pengejaran penemuan terbimbing atau memecahan masalah. G. LANDASAN & IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA . Setelah menelaah beberapa literatur, muncul pertanyaan; Apakah Dokjasor dapat diterima dan dikembangkan sebagai bidang studi? Untuk memperoleh implementasi tentang wawasan konsep dasar, dan prinsip-prinsip Dikjasor yang mantap, pengkajian perlu berlandasan pada pola pikir Williams (1959), bahwa Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 63 Seminar Nasional prinsip Disjasor akan mantap apabila didukung oleh landasan falsafah dan landasan ilmiah. Landasan falsafah, adalah cara suatu bangsa memandang dan menghayati suatu fenomena dengan mempertimbangkan keyakinan faksafah tersebut. Tentunya, bidang studi Dikjasor yang dikembangkan di Indonesia, harus berlandaskan pada falsafah Pncasila dan UUD 1945, yang secara operasional mengacu pada GBHN. Sedangkan tujuan Dikjasor mengacu pada UU No. 2 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain didukung oleh implementasi faksafah , konsep dasar bidang studi Dikjasor, harus didukung oleh landasan ilmiah, yaitu konsep umum yang berlandaskan pada fakta yang terkait, yang merupakan kebenaran yang bersifat sementara/empirik. Dari fakta ilmiah ilmiah yang universal-movement education, sport sciences, kinesiology, dan physical education, dapat digunakan sebagai landasan ilmiah dalam merumuskan konsep dasar bidang studi Dikjasor. Sintesis antara landasan falsah yang bersifat unik dan landasan ilmiah yang bersifat universal akan mendukung konsep dasar bidang studi Dikjasor yang mantap, yang secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut: Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Bidang Studi Dikjasor Landasan Falsafah Pancasila UUD 1945 GBHN UU No.2 Th 2003 Landasan Ilmiah Movement Education Sport Sciences Konesiology Physical education Bagan; SikDikNas pendukung Bidang Studi Penjasor dengan Landasan Falsafat dan Ilmiah Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 64 Seminar Nasional H. PENUTUP Dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah, bebagai upaya penelitian dan pengembangan perlu dilakukan terus dengan cara melakukan uji coba pendekatan konsep-konsep atau modelmodel pembelajaran. Pendidikan tidak seharusnya didasarkan pada kebutuhan yang sifat sesaat, tetapi perlu memperhatikan perspektif masa depan yang berkelanjutan. Bahwa format pendidikan menjelang era-globalisasi harus disain sedemikian rupa. Rendahnya mutu pendidikan dalam proses pembelajaran terutama Dikjasor, semakin menyadarkan pada kita bahwa model pembelajaran perlu ditingkatkan, diharapkan akan melahirkan anak-anak yang sehat baik jasmani dan rokhani. Pendikan jasmani dan olahraga, menjadikan sportivitas dan semangat hidup(pluralisme dan perdamaian), yang mana hubungan tersebut menjadikan ”napas” pendidikan di masa depan. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 65 Seminar Nasional DAFTAR PUSTAKA Cholok Mutohir, T., (20020, Gagasan-Gagasan tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Surabaya, ISBN: 979-643-930. Unesa University Pres. Anggota IKAPI No. 072/JTI. Lutan, Rusli. (2005). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Sekolah: Penguasaan Kompetensi Dalam Konteks Budaya Gerak. Makalah. Disampaikan pada Lokakarya Penyusunan Standar Kompetensi Guru Penjas. Cipayung. Direktorat Tenaga Kependidikan. Diknas. 2005. Mahendra, Agus, dkk. (2006). Implementasi Movement-Problem-Based Learning Sebagai Pengembangan Paradigma Reflective Teaching Dalam Pendidikan Jasmani: Sebuah ommunity-Based Action Research Di Sekolah Menengah Di Kota Bandung. Laporan Penelitian. UPI. Bandung. Mosston, M., (1996), Teaching Physical Education, Columbus, Ohio: Merill. Pusat Kesegaran jasmani Depdiknas tahun 2003. Survey Nasional Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Menengah. Depdiknas. Jakarta. Siedentop, daryl; Herkowitz, J. & Rink, Judith (1984), Elementery Physical Methods, New Jersey: Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs. _____________ (1986), Physical education: Teaching and Curriculum Strategies for grades 5-12. California: Mayfield Publishing Company. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 66 Seminar Nasional PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA SEBAGAI UNSUR PENDUKUNG PEMBANGUNAN MANUSIA SEUTUHNYA Oleh : Drs. Dwi Gunadi, M.Or PKOR FKIP UTP Surakarta ABSTRACK Human development is an important part than the whole purpose of education and goal attainment in the state in addition to other sectors. Human development is needed in the whole life of the nation, especially on the part of the nation should have a set of state mental and good character. Whole human development is influenced by several factors, one of the important factor is through physical education and sport. In physical education and sport in the end produce a fit physical condition and good mental shape, so it is clear that the whole human development, physical Education and sport is a major supporting factor. Keywords: Physical education and sport, Personality, Development of human beings. A. PENDAHULUAN Tercapainya tujuan pendidikan nasional merupakan salah satu kulminasi bangsa Indonesia. Menurut undang – undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif , mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan hal tersebut, pada periode 2010 – 2014, Kementrian Pendidikan Nasional menetapkan visi terselenggaranya layanan prima Pendidikan Nasional untuk membentuk insan Indonesia yang cerdas komperehensif. Insan Indonesia yang komperehensif adalah insan yang cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis. Kecerdasan intelektual harus diimplementasikan dengan tindakan– tindakan yang riil untuk mewujudkan harapan yang akan dicapai, untuk itu Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 67 Seminar Nasional diperlukan kerja keras tanpa mengenal lelah bagi setiap komponen bangsa . Dalam melaksanakan tugas tersebut mau tidak mau harus memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai, maka diperlukan adanya pendidikan jasmani dan olahraga yang memadahi pula. Sehingga jelas bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan perlu adanya keselarasan antara jasmani dan rohani. Hal tersebut bisa dijabarkan dan diperkaya dalam pendidikan jasmani dan rohani dengan segala halhal yang terkait. Karena cakupan pendidikan jasmani menyangkut gerak fisik atau olahraga maka pendidikan jasmani dan olahraga merupakan dua hal yang sulit di pisahkan. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari system pendidikan secara keseluruhan. Dengan melihat hal yang demikan pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut, karena tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi individu melalui aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perceptual, kognitif, dan emosional dalam rangka system pendidikan nasional. Pendidikan jasmani yang dirancang dan dilaksanakan dengan strategi dan proses pembelajaran yang benar, akan mampu berperan dan memberikan kontribusi yang bermakna dalam pembentukan watak dan kepribadian seseorang. UU pendidikan nomer 2 tahun 1954 pasal 4 menyebutkan bahwa Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya , yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tiuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan ilmu terapan yang berarti di dukung oleh disiplin – disiplin ilmu yang lain, seperti ilmu biologi, psikologi, anatomi, fisiologi, filsafat, pedagogi, mekanik, sosiologi, ilmu gizi, estetika, etika dan moral, sehingga jelas sesuai dengan tujuan negara dan tujuan pendidikan dimungkinkan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan unsur pendukung dalam membangun manusia seutuhnya. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 68 Seminar Nasional B. PEMBAHASAN I. Pendidikan Jasmani dan Olahraga Dalam suatu kegiatan olahraga baik yang bersifat individu maupun kelompok, selalu dihadapkan adanya aturan-aturan yang harus di patuhi, sehingga seseorang akan terbiasa taat pada aturan yang otomatis berimplikasi pada rasa hati-hati dan berdisiplin tinggi. Hal tersebut akan menjadi kebiasaan yang positif untuk membentuk mental yang baik . Begitu yang diharapkan dalam kehidupan berbangsa yakni menjadi individu yang sehat jasmani dan rohani serta berkarakter mulia. Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan yang melibatkan aktifitas fisik atau jasmani dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan individu secara organik, kognitif, neuromuscular, perceptual dan emosi. Dalam pelaksanaanya pendidikan jasmani hendaknya dilakukan pada tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri karena pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian yang menyatu atau integral dari suatu sistem pendidikan. Disamping aktifitas jamani tujuan pendidikan jasmani untuk mengembangkan potensi anak didik melalui aktifitas jasmani, potensi dibidang organisasi sosial dan juga budaya. Proses dan strategi yang dirancang dalam pendidikan jasmani secara baik, akan mampu berperan dalam memberikan kontribusi yang bermakna dalam pembentukan kepribadian seseorang, yang pada muaranya secara komprehensif akan membentuk mental bangsa yang baik. Pada dasarnya pendidikan jasmani dan olahraga mempunyai tujuan yang sama yaitu sama -sama ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Cakupan pendidikan jasmani lebih luas dari pada olahraga, aktifitas pada pendidikan olahraga terbatas pada aktifitas dalam bentuk olahraga, pada pendidikan jasmani lebih luas lagi bisa berupa olahraga dan aktifitas jasmani lainya seperti petualangan, rekreasi, aktifitas sosial termasuk SAR dan lain-lain. Ciri hakiki olahraga adalah aktifitas fisik, permainan dan pertandingan. UNESCO dalam Declaration On Sport menyatakan bahwa olahraga harus dilakukan dengan semangat fair play, karena fair play selain memurnikan olahraga juga menjadikan Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 69 Seminar Nasional olahraga sebagai alat pendidikan yang nyata, sedang pendidikan jasmani yang dirancang dan dilaksanakan dengan strategi dan proses pembelajaran yang benar akan mampu berperan dan memberikan kontribusi yang bermakna dalam pembentukan watak dan kepribadian. Pribadi atau karakter yang terbentuk pada individu dari hasil pendidiakn jasmani dan olahraga menjadikan mental yang kuat dan berdisiplin tinggi. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian dari ilmu mendidik yang merupakn bagian dari pendidikan ( Richard C. Melson, Ph.D 1978-P11). Unsur-unsur pendukung termasuk sarana dan prasarana merupakan hal pokok dalam mencapai tujuan tersebut. Hal ini tidak bisa di abaikan karena akan mempengaruhi hasil dari proses yang dilakukan, begitu juga dampak pada psikis atau mental. Dengan sarana prasarana seadanya kadang hasilnya juga kurang maksimal dan kurang membawa keyakinan bagi si atlet bila olahraga tersebut dalam jenjang prestasi, dan bila di tarik benang merah ada hubungan yang erat antara sarana prasarana terhadap pencapaian prestasi dan kesiapan mental bagi atlet. Hal yang demikian kurang selaras bila di interpretasikan dalam pembangunan manusia seutuhnya pada jalur prestasi di bidang olahraga, maka perlunya penanganan yang komprehensif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. II. Olahraga Sebagai Disiplin Akademik. Perkembangan ilmu olahraga di Indonesia dalam kenyataanya banyak berkiblat pada perkembangan yang telah terjadi di Amerika Serikat dan negara negara Eropa. Pakar pakar keolahragaan yang berperan dalam mengembangkan olahraga di Indonesia pada umumya berlatar belakang pendidikan Amerika dan Eropa. Demikian juga literatur yang digunakan diperguruan tinggi olahraga di Indonesia banyak yang merupakan terbitan Amerika dan Eropa, sehingga arah perkembangan ilmu olahraga di Indonesia diwarnai oleh perkembangan yang terjadi di Amerika dan Eropa. Di Amerika kebanyakan generasi senior yang berkecimpung dibidang pendidikan jasmani atau olahraga, berlatar belakang kesarjanaan pendidikan. Oleh karena itu bisa dimengerti bila perkembangan Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 70 Seminar Nasional selanjutnya lebih mengarah pada profesi kependidikan daripada mengarah kepada bidang subyek keilmuanya. Pendidikan tinggi keolahragaan masuk kedalam lembaga pendidikan tenaga kependidikan. Mahasiswa yang masuk perguruan tinggi olahraga cenderung disiapkan dan berorientasi pada apa yang akan diajarkan di sekolah dimana mereka akan bekerja. Kenyataan itu menunjukan bahwa pendidikan tinggi keolahragaan cenderung mengarah pada pendidikan profesi daripada pendidikan akademik. Namun demikian pendidikan akademik bisa dikombinasikan dengan pendidikan profesi, karena pada dasarnya keduanya tidak bisa dipisahkan. Disiplin akademik adalah suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) yang terorganisasi dan secara kolektif terpadu dalam materi studi formal. Isinya bersifat teoritis dan arahnya berbeda dengan keteknikan dan keprofesian. Olahraga memiliki bidang pengetahuan yang mendasarinya, yaitu tersusun dri porsi tertentu dari beberapa bidang ilmu yakni : anatomi, fisika, fisiologi, antropologi, budaya, sejarah, sosiologi, psikologi, dan sebagainya. Titik pusat perhatianya adalah pada studi tentang manusia sebagai individu, berusaha menguasahi kemampuan gerak yang dituntut untuk kepentingan hidup sehari hari. Dan dalam kemampuan gerak lain yang mengandung nilai seni atau berfungsi mengekspresikan diri secara fisik dan sifat kompetisi, menghadapi tantangan melawan lingkungan, dan berpartisipasi dalam aktivitas pada waktu luang yang dirasa makin penting didalam perkembangan budaya. Sebagai disiplin akademik, bidang studi ini tidak merupakan aplikasi secara bulat yang mewakili disiplin-disiplin ilmu dari antropologi, fisiologi, psikologi, dan sebagainya dalam studi mengenai aktifitas fisik melainkan hanya mengambil aspek-aspek ertentu dari bidang-bidang disiplin tersebut yang relevan. Ilmuwan olahraga menguasai sebagian-sebagian dari disiplin-disiplin ilmu lain yang relevan dengan fenomena keolahragaan. Misalnya mengenai masalah meningkatnya kekuatan otot. Pertanyaan mengenai mengapa otot menjadi lebih kuat bila dilatih, jawaban atas pertanyaan tersebut yang berkenaan dengan mekanisme penyebab fenomena tersebut masih tetap masuk dalam lingkup fisiologi, sedangkan bila yang dipertanyakan hubungan kwantitatif antara Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 71 Seminar Nasional peningkatan kekuatan dengan lamanya dan frekwensi dilatihnya otot, ini cenderung merupakan masalah olahraga. III. Pembangunan manusia seutuhnya Pembangunan manusia seutuhnya merupakan bagian yang penting dari tujuan pendidikan yang telah di uraikan diatas, bahwa secara eksplisit pembangunan manusia seutuhnya meliputi pembangunan lahir (fisik) dan batin (mental). Terbentuknya mental yang baik tentu di pengaruhi dan didukung oleh banyak hal. 1. Tinjauan Philosophy Cara berpikir sekarang akan sangat menentukan realitas langkah yang akan dilakukan. Cara berpikir seseorang akn dipengaruhi banyak hal, tingkat pendidikan, usia, status sosial, tingkat kematangan dan lain-lain. Philosophy adalah kata lain dari filsafat Luis Kattsof menjelaskan bahwa tidak setiap berfikir itu berfilsafat tapi hanya berpikir yang memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat disebut berfikir filosofis.Ciri cirri berfikir filosofis yang dimaksud adalah : Logis dan Rasional 1. Sistematis 2. Coherent 3. Adequate 4. Conceptual 5. Radikal 6. Comprehensive Sedangkan Dr. Fuad Hasan menambahkan bahwa berpikir filosofis adalah berpikir yang bertanggung jawab, sedangkan Drs. Sunaryo W menambahkan berfikir dengan menggunakan disiplin berfikir yang tinggi. Dari Sembilan cirri cirri berfikir tersebut yang paling fundamental adalah cara berfikir radikal dan komprehensif. Prof. Dr. RF. Berling mengatakan bahwa radikal berasal dari kata radix yang artinya akar, sehingga berfikir radikal berarti berfikir sampai ke akar akarnya atau sedalam dalamnya. Prof. Dr. N. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 72 Seminar Nasional Drijarkoro SJ, mengatakan bahwa berfikir secara radikal berarti berfikir sampai pada hal yang mutlak, artinya tidak boleh tidak. Berfikir secara radikal berfikir sampai menemukan essensi atau hakekat atau intisari dari suatu hal. Prof. Dr. Natanegara, SH, menyatakan bahwa berfikir secara filosofis sampai menemukan essensi dari suatu hal ibarat air adalah H2O. Berfikir secara komprehensif adalah berfikir secara menyeluruh. Berfikir secara menyeluruh berarti berfikir sampai kepada kenyataan terakhir yang secara mutlak tidak meninggalkan ciri-ciri halnya yang mendukung essensinya dari halnya itu secara mutlak. Sebagai contoh essensi air adalah H2O. Kalau unsur H dikurangi, atau unsur O ditiadakan maka tidak akan terjadi keseluruhan dan akhirnya akan mengaburkan hakekat dari air itu. Oleh karena itu hakekat dari air sudah berubah lagi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa (1). Berfikir filsafat memiliki ciri-ciri umum, juga memiliki ciri-ciri khusus. Ciri-ciri khusus tersebut adalah berfikir secara radikal dan komprehensif. (2). Filsafat dapat berarti cara dan hasil berfikir yang radikal dan Komprehensif. Menurut Sugiyanto, berfikir yang dikategorikan sebagai berfilsafat atau berfikir filsafati adalah berfikir dalam tingkat kesadaran yang tinggi mengenai obyek yang difikirkan, dan dilakukan secara teliti mengenai berbagai aspek yang ada. Ada tiga sifat berfikir secara filsafati, yaitu : (1). Menyeluruh (2). Mendasar (3). Spekulatif Berfikir yang bersifat menyeluruh berarti bahwa segala sesuatu yang menjadi obyek pemikiran selalu dikaji dalam konstalasinya dengan berbagai hal yang melingkupinya. Hal ini dilandaskan pada suatu kesadaran dan keyakinan bahwa tidak ada sesuatu dialam semesta yang bisa terlepas sama sekali dari sesuatu yang lain. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 73 Seminar Nasional Bersifat mendasar berarti bahwa segala sesuatu yang menjadi obyek pemikiran dikaji mulain dari suatu titik yang paling azasi, atau suatu titik yang bisa dianggap sebaqgai awal pemikiran menuju pencapaian kebenaran akan hakekat kenyataan yang dikaji. Sifat spekulatif dalam berfikir filsafati berkaitan dengan menentukan anggapan tentang titik awal untuk mencapai kebenaran. Hal ini sesuai dengan hakekat tentang anggapan. Suatu anggapan bisa benar tetapi juga bisa salah, karena ketidak pastian bahwa titik awal pemikiran itu benar atau salah, berarti disitu mengandung makna spekulatif. Namun demikian bukan berarti sifat spekulatif dalam berfikir filsafati itu bersifat acak acakan atau sembarangan. Spekulasi tetap dilakukan dengan cermat, dan menurut akar berfikir yang diandalkan. 2. Tinjauan Personality. Personality bisa diartikan kepribadian, yang bermakna bahwa kepribadian terbentuk dari berbagai unsur atau pengaruh, Kepribadian merupakan karakter yang terbentuk dari sikap dan tingkah laku. Kepribadian merupakan campuran cirri-ciri dan karakter dari seseorang, yang membuat hal tersebut berbeda antara orang satu dengan orang yang lain. Performa dalam olahraga akan mencerminkan kepribadian yang lebih variasi dan bernilai sama, tetapi akan berbeda bila sudah masuk pada kehidupan yang lain diluar olahraga. Dalam hal ini orang / Atlet cenderung agresif dalam lapangan, belum tentu agresif diluar lapangan. Hal tersebut menunjukkan suatu bukti yang konkret, tetapi ada suatu kecenderungan bahwa mentalitas saat di dalam kancah olahraga cukup berpengaruh dalam implementasi kehidupan lapangan. Yang menjadi substansinya bahwa kepribadian yang luhur/baik, yang terbentuk dari pendidikan jasmani dan olahraga merupakan syarat bagi pembangunan manusia seutuhnya, terutama bagi bangsa Indonesia yakni suatu negara yang sedang berkembang yang penuh dengan problematika dan tantangan. Dari aspek kepribadian ini ada beberapa teori yang mendasari untuk diketahui, sehingga kita sadar betapa pelik hal hal yang berkaitan dengan kepribadian yang harus selalu kita gali. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 74 Seminar Nasional Teori Psikodinamik Teori ini ada didalam lingkungan klinik, para peneliti terdahulu menjadi ahli fisik dengan fokus pada perilaku yang tidak normal atau menyimpang, meskipun Sigmund Freud telah mengembangkan psikoanalisis dan sangat berdekatan dengan pendekatan psikodinamik dalam kepribadian, namun ada juga tokoh lain yang turut andil diantaranya Carl Jung, Alfred Adler, Erich Fromm. Ajaran utama dari Sigmund Freud adalah Id, ego dan super ego. Id menunjukkan naluri ketidaksadaran dan menampilkan dua konflik yang abadi antara dua dimensi yaitu hasrat hidup dan dorongan seksual. Ego menunjukkan adanya aspek kesadaran, logika dan orientasi real dari manusia super ego merupakan kesadaran murni dan berkaitan dengan norma, susila, nilai, sikap dan moral. Dari sini Freud sebenarnya berbicara tentang konflik kepribadian utamanya adalah konflik antara seksualitas tanpa sadar dengan insting agresif. Fromm dan Ericson mengajukan interpretasi interpersonal tentang perilaku yang menyatakan bahwa kekuatan instingtual berasal dari Id, ego dan super ego. Modifikasi pendekatan psikodinamik memerlukan observasi informal, intuisi klinis, dan kepercayaan pada dinamisasi intra fisik. Teori Fenomenologis Teori ini dikembangkan oleh Maslow (1943) dengan memunculkan konsep yang menekankan pada holistic daripada atomistic, fungsional daripada taksonomi, dinamis daripada statis, purposif dari simple mekanis. Pendekatan dari teori Maslow memunculkan lima tingkatan kebutuhan yang ada pada diri manusia, yaitu : kebutuhan psikologis (kebutuhan dasar seperti lapar, haus, tidur dan seks), keamanan (baik emosi maupun fisik), cinta (kasih sayang dan afiliasi), penghargaan ( prestasi, kekuasaan dan status), dan aktualisasi diri (refleksi dari kepuasan diri). Secara fenomenologis teori kepribadian itu beragam. Keberagaman ini disesuaikan pada penekanan konsep perubahan, pertumbuhan dan kematangan yang diarahkan pada Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 75 Seminar Nasional pemenuhan kebutuhan diri. Rogers (1964) mengatakan bahwa perubahan itu didasarkan dengan orientasi nilai dari anak-anak menuju dewasa dari dewasa menuju kematangan psikologis. Teori konstitusional (jenis tubuh) Teori konstitusional atau teori jenis tubuh selalu dikaitkan dengan dengan Stanley Kretschmer dan William Sheldon. Dengan teori ini menunjukan bahwa setiap orang mempunyai fisik-fisik khusus atau jenis-jenis tubuh, yang secara genetik menentukan faktor yang memberikan kecenderungan pada konsistensi perilaku. Sheldon memberikan skema yang sudah sangat popular. Dalam skema ini ada tiga dimensi yang struktur tubuhnya dianggap aneh, yaitu mesomorphy (berotot), endomorphy (bulat, gemuk), dan ectomorphy (lurus, kurus). Setiap dimensi ini dihubungan dengan jenis kepribadian tertentu atau temperamen. Teori Kejanggalan Pendekatan teoritis yang memiliki pengaruh terkuat dalam penelitian kepribadian pada psikologi adalah pandangan tentang pembawaan yang janggal. Pembawaan kepribadian sendiri telah disampaikan dengan berbagai cara. Contohnya Allport (1964) memberikan masukan mengenai struktur neurofisik yang memiliki kapasitas untuk memberikan stimuli fungsional yang seimbang dan memberikan tanda-tanda khusus yang berkaitan dengan bentukbentuk perilaku yang ekspresif. Dalam pendekatan Cettel, kepribadian ditampilkan sebagai pembanding di antara struktur sifat-sifat pembawaan yang hirarkis. Secara khusus, melalui analisis faktor, terdapat 171 pembawaan asli yang dapat diidentifikasi. Pembawaan-pembawaan asli ini secara total dianggap sebagai penyebab keunikan perilaku siswa-siswa. Dengan demikian setiap siswa memiliki pembawaan asli yang berbeda, karena masing-masing siswa pada dasarnya memiliki keunikan yang tidak sama dengan lainnya. Dari 171 pembawaan asli ini dapat dibagi menjadi 16 kategori, faktor-faktor atau klusternya disebut dengan sifat-sifat pembawaan yang mengemuka. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 76 Seminar Nasional Dalam lagu kebangsaan kita Indonesia Raya ada syair yang berbunyi “Bangunlah Jiawanya Bangunlah Badanya” memberikan apresiasi pada kita bahwa dalam pembangunan manusia seutuhnya harus secara simultan antara pembangunan fisik dan pembangunan mental. Bukan berarti pembangunan fisik dan mental dipengaruhi oleh suatu lagu, akan tetapi secara filosofi bahwa komponisnya cukup paham akan makna pembangunan manusia seutuhnya, khususnya di Indonesia yang dilakukan secara beriringan. C. PENUTUP. Dari paparan diatas dapat disimpulkan mengenai hal hal sebagai berikut : Pendidikan jasmani merupakan unsur yang penting dalam membentuk karakter dan kepribadian. Olahaga merupakan sarana yang tepat untuk menuju kondisi yang bugar. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan dalam membentuk karakter yang kuat bagi seseorang, karakter yang kuat akan menjadikan pribadi yang baik. Sebagai salah satu indicator bahwa hal itu bisa dimaknai seseorang akan berpikir positif dan progresif. Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu kearah positif dan melihat segi baiknya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, untuk meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki mental yang tangguh. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan ilmu terapan yang banyak didukung oleh disiplin ilmu yang lain, sehingga disamping menghasilkan fisik yang bugar juga membentuk mental dan kepribadian yang luhur. Konsep pembangunan manusia seutuhnya adalah membangun manusia seutuhnya yang sehat jasmani dan rokhani yang berguna bagi bangsa dan negara, sehingga bila dicermati pendidikan jasmani dan olahraga merupakan komponen yang utama. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 77 Seminar Nasional DAFTAR PUSTAKA Allport, G.W. 1964. Pattern and Growth and Personality. Holt. Rinehart and Winston. Anton Soekarno, ----. Pengantar Filsafat manusia. FKIP UNS. Frieda Furdham. 1988. Pengantar Psikologi C.G. Jung. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Linda L Davidoff. 1988. Psikologi Suatu Pengantar.Erlangga Jakarta. Muska Mosston and Sara Ashworth. 1994. Teaching Physical Education. Maxwell Macmillan International New York, Oxford Singapore Sydney. Rusli Lutan dan Sumardianto, 2000. Filsafat Olahraga. Depdiknas Jakarta Sugiyanto. 1993. Filsafat Ilmu dan Ilmu Olahraga. Depdikbud RI. UNS. Va Peursen, C.A., 1985. Susunan Ilmu Pengetahuan, alih bahasa : J. Drost, Gramedia, Jakarta. W.S. Winkel. 1987. Psikologi Pengajaran. Gramedia Jakarta. William H Freeman. 2000. Physical Education and Sport In a Changing Sociaty. USA. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 78 Seminar Nasional SKENARIO PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA MASA DEPAN DALAM MENGHASILKAN KADER PEMBANGUNAN BANGSA YANG BERMORAL, PROFESIONAL DAN KOMPETITIF Oleh : Agus Supriyoko, S.Pd, M.Or PKOR FKIP UTP Surakarta Abstrak Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia, hingga dewasa ini, ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di sekolahsekolah. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani, kebijakan pemerintah dalam menetapkan kurikulum pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani Pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dalam kenyataan lebih dari sekedar mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran tersebut pada hakikatnya merupakan proses sistematis yang diarahkan pada pengembangan pribadi anak seutuhnya. Kurikulum 2004/SI (Standar Isi) Serba perilaku motorik, tidak memasukkan unsur kognitif-reflektif, socio-motor dan afektif dalam ruang lingkupnya, seolah-olah semua materi memungkinkan untuk diimplementasikan di sekolah tanpa memperhatikan kondisi dan kemampuan sekolah. Berorientasi pada model kurikulum yang menekankan penguasaan teknik dasar dan keterampilan olahraga. Dari segi pelaksanaan dapat ditemukan beberapa hal sebagai berikut: Tidak terlihat adanya pengayaan pendekatan, gaya, metode, model serta strategi pembelajaran pendidikan jasmani terperangkap oleh paradigma dan orientasi tunggal. Proses belajar tidak lagi bersifat pengasuhan dan tugas ajar tidak lagi berasas DAP (developmentally appropriate practice = praktik pengembangan yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik). Kurkulum pendidikan jasmani bersifat dinamis, dalam perkembangannya memungkinkan untuk disempurnakan dengan memperhatikan faktor pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Internet sangat mugkin untuk dimanfaatkan dalam pendidikan jasmani. Penyedia informasi seperti internet dimungkinkan untuk memberikan segala informasi tentang pembelajaran, penelitian, ide dan gagasan terbaru mengenai pendidikan jasmani. Arus informasi di internet dalam web site pendidikan jasmani yang dapat diakses oleh seluruh pelosok tanah air, dan belahan dunia. Web site pendidikan jasmani menyediakan akses informasi tentang pendidikan jasmani yang mudah, cepat, dan up to date. Kata kunci : Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Kurikulum, Tehnologi Informasi Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 79 Seminar Nasional PENDAHULUAN Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk, tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan sematamata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolaholah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pada tingkatan kurikulum, kelemahan program pendidikan jasmani masih berkutat di seputar struktur kurikulum nasional yang masih diwarnai oleh kesalahan orientasi dalam berbagai aspeknya. Pada tingkat ini, masalah yang dapat diidentifikasi adalah masih sangat sentralistisnya tujuan kurikuler dan tujuan instruksional (Kurikulum 1994), dan terlalu mendetil serta tendensiusnya standard kompetensi serta kompetensi dasar yang ditetapkan (Kurikulum 2004,2006), sehingga oleh beberapa pihak dianggap sangat membelenggu guru. Saking tendensiusnya, bahkan perumus kurikulumnya sendiripun nampaknya menjadi bingung manakala harus membedakan di antara materi untuk kelas dan jenjang yang berbeda. Lebih lanjut, kelemahan pun masih terasa dalam hal orientasi kurikulum yang sangat menekankan pada pencapaian atau penguasaan keterampilan-keterampilan formal dari berbagai cabang olahraga (oleh beberapa ahli disebut serba-perilaku). Key Learning Areas dalam Penjas hanya memasukkan wilayah-wilayah keterampilan gerak didasarkan pada pengelompokkan kecabangan plus aktivitas ritmik dan aktivitas luar kelas. Pendidikan yang berbasis web menawarkan akses jarak jauh baik di manapun dan kapanpun. Karena setiap guru dapat menempatkan materi pengajarannya di web setiap siswa di belahan dunia manapun, tidak hanya mereka Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 80 Seminar Nasional yang dekat dengan guru, mampu mendapatkan akses terhadap informasi tersebut. Konsekuensinya, siapapun yang memiliki koneksi internet dapat mengambil manfaat pengetahuan dari para pakar dalam disiplin apapun. Namun demikian, bagi mereka yang mengembangkan pembelajaran dengan web nampaknya sering mengalami kebingungan tentang perbedaan antara menyampaikan informasi dan menyampaikan pembelajaran. Hanya menyediakan informasi bagi siswa tidaklah mencukupi sebagai pembelajaran. Sebab materi pembelajaran yang baik menurut Anido, et al (2004) harus memperhatikan, misalnya, problem solving, intuisi, imajinasi, dan kreativitas sebagai komponen pembelajaran. PERMASALAHAN Permasalahan yang akan diungkap dalam kajian ini adalah skenario membentuk SDM (Sumber Daya Manusia) melalui pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah dalam menghasilkan kader pembangunan bangsa yang bermoral, professional dan kompetitif yang berbasis riset dan tehnologi. PEMBAHASAN Pendidikan Jasmani dan Olahraga Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 81 Seminar Nasional praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita. Tujuan Pendidikan Jasmani Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya. Dalam bentuk bagan, secara sederhana tujuan penjas meliputi tiga ranah (domain) sebagai satu kesatuan, sebagai berikut: Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan. Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk: 1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. 2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 82 Seminar Nasional 3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. 4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan. 5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang. 6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga. 7. Mengembangkan pengembangan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih 8. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik 9. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar 10. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilainilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan 11. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis 12. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan 13. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Berdasarkan pola pertumbuhan dan perkembangan anak serta berbagai karakteristiknya, maka dapat ditentukan program di tingkat sekolah sebagai berikut: Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 83 Seminar Nasional 1. Kemampuan pengelolaan tubuh. Kemampuan pengelolaan tubuh merupakan kemampuan paling dasar yang dikuasai anak bersamaan dengan berkembangnya pengetahuan tentang tubuhnya. Termasuk di dalamnya adalah kesadaran tubuh dan geraknya. Ke dalam bagian ini dapat dirinci hal-hal khusus seperti: a. Kesadaran tubuh Kesadaran tubuh menunjuk pada kemampuan untuk mengenal namanama bagian tubuh yang bermacam-macam serta kemampuan untuk mengontrol setiap bagian tersebut secara terpisah. b. Kesadaran ruang Kemampuan kesadaran ruang menunjuk pada posisi tubuh dikaitkan dengan ruang sekelilingnya. Ini merupakan dasar dalam perkembangan kemampuan gerak-perseptual anak. Yang dimaksud gerak perseptual adalah gerak yang dihasilkan oleh kemampuan siswa untuk mengindera rangsangan dan menentukan gerak yang sesuai untuk menjawab rangsang itu. Dalam hal ini anak akan mengenal ruangnya sendiri, ruang secara umum, arah gerak, jalur gerak, tingkatan, serta jarak. c. Kualitas gerak Anak mengembangkan kemampuan geraknya dikaitkan dengan kualitas kesadarannya tentang geraknya sendiri. Ini sebenarnya menunjuk pada tingkat penguasaan anak terhadap dirinya sendiri dikaitkan dengan ruang di luar dirinya. Dalam wilayah ini anak akan berhubungan dengan kemampuan untuk menciptakan daya (force), menyerap tenaga, mengatur keseimbangan, mengatur jarak, kecepatan, serta aliran gerak. 2. Keterampilan-keterampilan Dasar Keterampilan dasar adalah bentuk keterampilan yang bermanfaat dan dibutuhkan anak dalam kehidupannya sehari-hari. Keterampilan ini merupakan ciri pelengkap yang penting untuk anak-anak untuk berfungsi dalam lingkungannya, sehingga disebut sebagai keterampilan fungsional. Untuk kemudahan pembahasannya, dalam modul ini, keterampilan dasar di bagi ke dalam tiga bagian: Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 84 Seminar Nasional a. Keterampilan lokomotor, yaitu keterampilan yang digunakan untuk menggerakkan atau memindahkan posisi tubuh dari satu tempat ke tempat lainnya. Termasuk ke dalam keterampilan ini adalah berjalan, berlari, melompat, hop (jingkat), berderap, skip, slide, dan lain-lain. b. Keterampilan non-lokomotor, yaitu keterampilan di tempat yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini meliputi membengkok, merentang, memilin, memutar, mengayun, menggoyang, mengangkat, mendorong, menarik, memantulkan, merendahkan tubuh, dan lain-lain. c. Keterampilan manipulatif, yaitu keterampilan yang melibatkan kemampuan anak untuk menggunakan bagian-bagian tubuhnya seperti tangan dan kaki untuk memanipulasi benda di luar dirinya. Dalam pelaksanaannya keterampilan ini melibatkan koordinasi mata-tangan serta mata-kaki. Ke dalamnya termasuk keterampilan seperti melempar, menangkap, memukul bola, memukul dengan raket atau pemukul, menggiring bola (baik tangan atau kaki), dsb. 3. Keterampilan-keterampilan khusus yang terspesialisasi Keterampilan yang terspesialisasi adalah keterampilan yang digunakan dalam berbagai cabang olahraga dan wilayah pendidikan jasmani lainnya. Keterampilan ini meliputi : a) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya b) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya c) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya d) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 85 Seminar Nasional e) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya f) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung g) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. Skenario Untuk Kurikulum Pendidikan Jasmani Masa Depan Guru penjas terutama di tingkat sekolah dasar, umumnya tidak menguasai kompetensi seperti metode mengajar, gaya mengajar, keterampilan meningkatkan kualitas proses pembelajaran, serta tak kalah pentingnya dalam hal evaluasi. Di samping itu, para guru pun tidak mengetahui secara pasti wilayah tugas dari mata pelajaran pendidikan jasmani pada satuan pendidikan di mana ia bertugas. Mereka umumnya tidak mampu merumuskan, ke arah manakah tujuan program penjas yang mereka berikan pada peserta didik. Ancaman mal-praktek program pendidikan jasmani di sekolah nampaknya semakin potensial dalam masa-masa pengimplementasian kurikulum Penjas 2004, yang konon juga disebut sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mayoritas guru Penjas hingga kini masih belum mengetahui secara komprehensif tentang pengertian dan implementasi KBK dalam prakteknya. Mereka pun dapat dipastikan belum mengetahui secara jelas makna wilayah pembelajaran (Key Learning Area/KLA) dalam kurikulum 2004, yang dikelompokan menjadi enam (6) kelompok aktivitas, yaitu Aktivitas Permainan dan Olahraga, Aktivitas Pengembangan, Aktivitas Uji Diri, Aktivitas Ritmik, Aktivitas Akuatik, dan Aktivitas Luar Kelas. Demikian dengan kasus Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal sebagai Standard Isi. Di samping hanya memasukkan materi kesehatan ke dalam ruang lingkupnya, standar isi inipun tak ubahnya sebagai kurikulum imitasi dari KBK. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 86 Seminar Nasional Tidak ada pembaharuan apapun di dalamnya, di samping lebih memperlebar kemungkinan kebingungan di antara guru-guru. Kurikulum yang bagaimanakah yang ingin dihasilkan di masa depan? Atau, tepatnya, kurikulum Penjas yang bagaimanakah yang harus dipersiapkan untuk anak-anak kita di masa depan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita berandai-andai tentang peranan apa yang harus dimainkan Penjas sebagai mata pembelajaran, dengan membuat sebuah skenario tentang bentuk masyarakat dunia dan Indonesia di masa mendatang. Skenario tersebut diperlukan untuk mencoba-coba merumuskan Kurikulum Penjas secara umum untuk memecahkan persoalan yang akan dihadapi di masa depan. Kurikulum Pendidikan Jasmani di masa depan selayaknya sudah mulai dirancang dengan memperhitungkan sebuah hasil ekstrapolasi tentang kondisi dan kebutuhan masyarakat di masa depan, agar mampu memainkan peranan yang strategis dalam upaya merekonstruksi masyarakat Indonesia di masa depan. Kurikulum tersebut perlu memperhitungkan berbagai nilai acuan yang berlaku, serta tidak didominasi oleh nilai acuan yang tunggal. Model kurikulum yang berkembang pun perlu dimasukkan ke dalam substansi kurikulum, sehingga memicu guru untuk memilih dan menetapkan salah satu atau beberapa model yang tepat bagi kondisi lingkungan sekolah dan budaya serta keunikan masyarakat setempat. Kurikulum itupun hendaknya terbebas dari pengaruh paradigma lama yang mengungkung keberanian serta kesiapan untuk melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan secara umum. Lingkup pengembangan kurikulum pendidikan jasmani ke depan meliputi : Tingkat usia 0 – 5 tahun sesuai dengan karakter peserta didik penekannya pada pengembangan keterampilan motorik dasar melalui bentuk-bentuk permainan imajinasi Tingkat SD menekankan pada keterampilan motorik dasar dalam konteks permainan sederhana Tingkat menengah pertama menekankan pada konsep kebugaran komponen kesehatan yaitu; menetapkan dan mencapai tujuan pribadi untuk tingkat kebugaran yang sehat, memodifikasi pembelajaran dalam bentuk permainan Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 87 Seminar Nasional Tingkat menengah atas menekankan pada pengembangan kompetensi yang dipilih oleh peserta didik termasuk keterampilan mengikuti program luar sekolah yang tersedia di sekolah dan masyarakat yang berpotensi untuk melibatkan diri dan berpartisipasi aktif sepanjang hayat Tehnologi Informasi dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga Penurunan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani dimungkinkan karena kurang campur tangannya teknologi dalam pengembangan sumber pembelajaran. Guru cenderung menggunakan metode-metode pembelajaran yang klasik dan tidak mau tahu terhadap perkembangan kemajuan teknologi yang dapat meningkatkan kemajuan pembelajaran. Kenyataan-kenyataan itu merupakan titik balik pentingnya informasi perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani terbaru yang dapat di akses secara cepat dan tepat. Web pendidikan jasmani memungkinkan untuk dapat dijadikan sumber dan bahan proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dapat diakses oleh guru pendidikan jasmani, siswa dan calon guru pendidikan jasmani. Di Indonesia saat ini web yang menyediakan informasi dan diskusi dalam pendidikan jasmani belum ada dan hal sangat dibutuhkan oleh para guru pendidikan jasmani dalam usaha untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani saat ini mengalami penurunan kualitas pembelajaran. Selain adanya dampak salah kebijakan pendidikan yang dilakukan pemerintah juga hal-hal lain yang bersifat teknis. Pendidikan jasmani sekarang ini yang paling fatal adalah kurangnya informasi bagi guru, siswa dan calon guru dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Perkembangan terbaru mengenai pembelajaran pendidikan jasmani sangat sulit untuk disosialisasikan karena kebutuhan dana yang cukup banyak. Kemampuan para guru, siswa dan calon guru yang terbatas dalam mencari sumber perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani mengakibatkan kualitas pembelajaran stagnan bahakan menurun. Sehingga diperlukan suatu sistem infromasi yang jelas dan mudah di dapat para guru, siswa dan calon guru. Kualitas proses belajar mengajar di bidang Pendidikan Jasmani dan belajar gerak olahraga khususnya akan meningkat jika didukung oleh teknologi informasi Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 88 Seminar Nasional dan komunikasi yang mutakhir. Pendekatan pembelajaran gerak yang berkembang dewasa ini telah menggunakan multimedia sebagai media pembelajaran dan multi metode sebagai metode pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi olahraga di masyarakat Pada dasarnya pemanfaatan teknologi informasi dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani berguna dalam : Membangun proefisiensi pembelajaran pendidikan jasmani Meningkatkan keefektifan manajemen pembalajaran pendidikan jasmani Membangun jaringan komunikasi profesional guru pendidikan jasmani. Sedangkan, bentuk pemanfaatan situs pendidikan jasmani adalah untuk : Media informasi proses belajar mengajar, Media pengajaran mandiri/klasikal, Media penyedia bahan ajar, dan Sarana komunikasi pakar pendidikan jasmani dan profesional guru pendidikan jasmani, atau calon guru pendidikan jasmani. Ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui Internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet (Siahaan, 2001) yaitu: 1. Web Course, ialah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi lebih banyak dilakukan secara ansynchronous daripada secara synchronous. Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses belajar mengajar sepenuhnya dilakukan melalui penggunaan fasilitas internet seperti e-mail, chat rooms, bulletin board dan online conference. 2. Web Centric Course, di mana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 89 Seminar Nasional Walaupun dalam proses belajarnya sebagian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses belajar melalui internet. 3. Web Enhanced Course, yaitu pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama Web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas. Pada bentuk Web Enhanced Course ini prosentase pembelajaran melalui internet justru lebih sedikit dibandingkan dengan prosentase pembelajaran secara tatap muka, karena penggunaan internet adalah hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap muka. Bentuk ini bisa pula dikatakan sebagai langkah awal bagi institusi pendidikan yang akan menyelenggarakan pembelajaran berbasis internet, sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks, seperti Web Centric Course ataupun Web course. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Guru pendidikan jasmani perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama dan bahkan lebih penting daripada tujuan-tujuan substantif pendidikan jasmani. Di samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap tinggi, guru perlu memiliki cara-cara yang kreatif dalam pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus menanamkan pada dirinya sendiri tujuan dan keinginan untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra diri positif, mengembangkan hubungan interpersonal yang efektif, memahami dan menghargai kelebihan dan keterbatasan fisiknya, mengoreksi kondisi fisik khusus yang masih mungkin diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan, dan menjadikan anakanaknya bugar secara fisik sesuai dengan kapasitasnya. Pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan yang sangat bermakna kepada para siswa. Agar sumbangan tersebut dapat diwujudkan, itu berarti bahwa kurikulum harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan individual siswa. Guru pendidikan jasmani perlu menguasai informasi atau pengetahuan yang berkaitan Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 90 Seminar Nasional dengan persoalan medis yang berlaku pada siswa. Programnya harus spesifik dan keterampilan gerak harus diajarkan dalam pola-pola perkembangan yang baik, yang bermula dari gerak yang paling sederhana dan bertahap maju ke keterampilan yang lebih kompleks. Peranan teknologi informasi dapat memberikan konstribusi yang besar bagi dunia pendidikan jasmani. Oleh karena itu, pemanfaatan hasil kemajuan teknologi informasi ini harus disegerakan untuk mengimbangi perkembangan pendidikan jasmani. Berbagai upaya harus segera dipikirkan dan dirumuskan untuk mendukung percepatan perkembangan pendidikan jasmani. Berbagai langkah pun harus disinergikan dalam konteks perencanaan yang strategis agar menghasilkan hasil yang maksimal. Di sinilah pentingnya peran Asosiasi Pendidikan Jasmani Indonesia yang dapat penyajian berbagai hasil penelitian pakar dan ahli kita, dan sekaligus yang menjadi pendorong bagi dilakukannya penelitian-penelitian untuk pengembangan pendidikan jasmani. Saran Pengembangan dan peningkatan SDM ( sumber daya manusia ) guru pendidikan jasmani merupakan prioritas dalam peningkatan kualitas pendidikan jasmani disekolah. Peran pemerintah dalam kebijakan kurikulum pendidikan jasmani yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik memungkinkan untuk sebuah perubahan yang sangat mendasar dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan jasmani. Dalam kaitannya dengan rencana penyelenggaraan pembelajaran melalui internet, disarankan agar berbagai lembaga yang telah memiliki keahlian dan fasilitas di bidang pengembangan bahan belajar elektronik dapat saling bekerjasama. Kerjasama ini juga disarankan untuk dijalin dengan berbagai lembaga pendidikan yang akan memanfaatkan internet. Berbagai persiapan lain yang perlu dilakukan antara lain adalah pelatihan para guru dan tenaga yang terkait di bidang pengembangan materi pembelajaran elektronik dan pengelolaannya, penyediaan fasilitas yang masih belum dimiliki sekolah, seperti LAN dan sambungan internet. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 91 Seminar Nasional DAFTAR PUSTAKA Annarino, Anathony A., Charles, C. Cowell and Helen, W. Hozelton. 1980. Curriculum Theory and Design in Physical Education. St. Louis, Miss : The C.V. Mosby Company. Agus Mahendra. 2003. Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Anido, L, et al. 2001. Internet-based Learning by Doing. Available online at www.ece,msstate.edu/~hagler/May2001/17/Begin.htm. diakses pada 2 mei 2012 Clarke, P.A. dan Cronje, J.C. 2002. Teaching on the Internet. www.jjponline.com/linkbrary/teaching_internet.html. diakses pada 2 mei 2012 Caly Setiawan dan Soni Nopembri. 2011. Pengembangan Web Sites Pendidikan Jasmani Sebagai Sumber Informasi Terkini Pembelajaran Pendidikan Jasmani www. Staff.uny.ac.id. diakses pada 4 mei 2012 Diah Harianti. 2007. Naskah akademik Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan www. Puskurbuk.net.ac.id. diakses pada 4 mei 2012 Muska Mosston and Sara Ashworth. 1994. Teaching Physical Education. Maxwell Macmillan International New York, Oxford Singapore Sydney. Mutohir, T.C. (2002). The Future of Physical Education in Indonesia. Dalam Gagasan-gagasan tentang Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Surabaya: Unesa University Press. UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional William H Freeman. 2000. Physical Education and Sport In a Changing Sociaty. USA. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 92 Seminar Nasional TEORI KEPRIBADIAN CONSTITUTIONAL AND GENETIC VIEWS: WILLIAM SHELDON AND OTHERS (Chapter Report : Hall, Calvin S., dan Lindzey, Garder. (1985). Introduction to Theories of Personality. New Jersey: John Wiley and Sons.) Oleh : Dra.Samisih, M.Pd & Siti Hajar, S.Pd., M.Pd A. PENDAHULUAN Potensi fisik yang berbeda akan mengarah pada kemampuan olahraga yang berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap daerah tentu akan memiliki olahraga unggulannya.masing-masing. UU SKN (UU Nomor 3 Tahun 2005) pasal 34 ayat 1 yang masing-masing menyatakan: “Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan perencanaan, pembinaan, pengembangan, penerapan standardisasi, dan penggalangan sumber daya keolahragaan yang berbasis keunggulan lokal”. Kemudian pasal 34 ayat 2 disebutkan “Pemerintah kabupaten/kota wajib mengelola sekurang-kurangnya satu cabang „olahraga unggulan‟ yang bertaraf nasional dan/atau internasional” Konstitusi dan tinjauan dari keturunan. Sheldon mengartikan bahwa konstitusi adalah aspek-aspek individu yang relatif tetap dan tidak berubah, morfologi, fisiologi, fungsi endokrin dan dapat dipertentangkan dengan aspekaspek individu yang relatif lebih labil dan mudah berubah karena tekanan-tekanan lingkungan, seperti kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap sosial, pendidikan, dan sebagainya. Konstitusi memberikan penekanan dalam struktur jasmaniah dan fungsi biologis. Psikologi konstitusi adalah orang yang memandang substratum biologis individu sebagai faktor-faktor penting untuk menjelaskan tingkah laku manusia. Dalam teori Sheldon, kita menemukan uraian yang jelas dan meyakinkan tentang begitu pentingnya struktur fisik tubuh sebagai faktor utama tingkah laku. Sheldon mendasari tekanan pada jasmani dan pengukurannya melalui keyakinan kuat bahwa faktor-faktor biologis keturunan sangat penting dalam Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 93 Seminar Nasional menentukan tingkah laku dan pengertian bahwa teka-teki organism manusia akan terungkap hanya dengan memahami faktor ini. Sheldon menyatakan psikologi yang utuh tidak mungkin melepaskan diri dari faktor-faktor biologisnya. Dari sinilah kajian teori kepribadian yang mendasari kepribadian individu khususnya individu yang berkecimpung dalam dunia olah raga. Untuk itu chapter report dari buku Introduction to Theories of Personality by Hall, Calvin S., dan Lindzey, Garder penting sebagai penambah wawasan kita. B. PEMBAHASAN Sheldon dalam konstitusi dan tinjauan dari keturunan. Salah satu hal yang menarik dari teori kepribadian menurut Sheldon adalah kesederhanaan dan kekhasannya, yaitu jasmani dan tempramen sebagai hal penting untuk menggambarkan tingkah laku manusia. Sheldon beranggapan bahwa faktor-faktor genetic dan faktor-faktor biologis memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan individu. Pandangan Sheldon ada sejenis struktur biologis hipotesis (morfogenotipe) yang mendasari jasmani luar yang bisa diamati (fenotipe) dan yang memainkan peranan penting tidak hanya dalam menentukan perkembangan jasmani, tetapi juga dalam membentuk tingkah laku. Somatotype. Teori kepribadian Sheldon secara singkat membagi manusia menurut bentuk tubuh dalam tiga tipe, antara lain : manusia ectomorfis (kurus, bertulang panjang, kurang berisi dan halus, ciri psikologis yang sensitif dan suka menyendiri). manusia mesomorfis ( orang yang punya otot berisi dan atletis dengan ciri psikologis terus terang, berani, independen). manusia endomorfis (orang yang berat dan gemuk, dengan ciri psikologis rileks, sabar, suka mencari dukungan). Definisi somatotipe adalah prediksi tentang suksesi fenotipe-fenotipe di masa mendatang yang akan ditampilkan oleh seseorang yang hidup, apabila makanan tetap merupakan faktor konstan, ataupun kalaupun akan berubah masih dalam batasan-batasan normal. Komponen primer dan sekunder dalam jasmani. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 94 Seminar Nasional Komponen primer merupakan unsur pokok jasmani dan memungkinkan adanya komponen klasifikasi yang harus diperhatikan oleh peneliti, yang ingin menjelaskan jasmani secara lebih sempurna. Komponen sekunder yang terpenting yaitu dysplasia. Dysplasia adalah ukuran ketidakharmonisan antara berbagai daerah jasmani. Dysplasia dalam penemuan terdahulu menunjukan ada lebih banyak dysplasia yang berhubungan dengan komponen ektomorfik daripada dengan masing-masing dari dua komponen lain, jasmani wanita lebih banyak mengalami. Komponen sekunder lain disebut ginandromorfi. Komponen ini menunjukan sejauh manakah jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada lawan jenis, Contoh seorang pria dengan ginandromorfi tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, pelvis lebar, panggul besar dan sifat-sifat feminism lain, seperti bulu mata yang panjang dan raut wajah yang ramping. Dari struktur jasmani kita lanjutkan dalam analisis tingkah laku (kepribadian). Meskipun dalam teori Sheldon ada cara yang mantap untuk menilai aspek-aspek jasmaniah tubuh manusia, psikolog konstitusi masih harus mengembangkan dan meminjam suatu metode penilaian tingkah laku untuk menyelidiki hubungan antara jasmani dan kepribadian. Sheldon dalam hasil analisis korelasi menunjukan adanya tiga kelompok sifat utama yang mencakup 22 dari 50 sifat asli. 3 kelompok tersebut, yaitu: 1) sifat pertama meliputi sifat santai (relaxation), suka kenyamanan, gemar makan-makan, tergantung pada penerimaan orang lain, tidur nyenyak, membuuhkan orang lain bila menghadapi kesukaran. 2) sifat kedua meliputi sifat tegas (assertive), perkasa, kebutuhan untuk aktif, suka berterus terang, suara lantang, sifat tampak lebih tua dibanding dengan usia yang sebenarnya, kebutuhan untuk bertindak bila menghadapi kesukaran. 3) sifat ketiga meliputi sifat serba terhambat, reaksi cepat, kurang berani bergaul, kurang berani berbicara di depan orang banyak, kebiasaan tetap, suar kurang lantang/ bebas, sulit tidur, bersemangat muda, kebutuhan untuk menyendiri bila menghadapi kesukaran. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 95 Seminar Nasional Ada 3 komponen tempramen, menurut Sheldon, yaitu: 1) Komponen pertama, temperamen dinamakan viskerotonia, memiliki ciri-ciri cinta atau suka akan kenyamanan, pergaulan, makanan, orang-orang, dan kasih sayang, sikap tubuhnya santai, berreaksi pelan, berwatak tenang, bersikap terbuka dalam pergaulan dengan orang lain. 2) Komponen kedua dinamakan somatotonia, memiliki ciri-ciri, suka berpetualangan fisik, suka mengambil resiko, sangat membutuhkan kegiatan otot dan kegiatan fisik yang berat, bersikap agresif, tidak peka terhadap perasaan orang lain, berpenampilan lebih matang dari usia sebenarnya, suka rebut, pemberani, takut berada dalam ruangan sempit dan tertutup, tindakan, kekuatan, kekuasaan sangat penting. 3) Komponen ketiga dinamakan serebrotonia, memiliki ciri-ciri, mampu mengendalikan diri, menahan diri, suka menyembunyikan diri, tertutup, pemalu, kelihatan muda, takut pada orang, paling suka berada diruang sempit dan tertutup. 3 komponen tempramen dan 20 sifat masing-masing komponen, merupakan, Scale for Temperament yaitu suatu cara penilaian terinci untuk mendapatkan masing-masing komponen primer. Teori konstitusi lebih bersifat induktif dan kurang bernilai teori. Psikologi konstitusi sebagai bagian dari psikologi umum bukan sebagai pengantinya. Adanya hubungan antara aspek jasmani dengan tempramen atau aspek tingkah laku. Keberhasilan yang menyertai suatu cara bertingkah laku tertentu tidak hanya ditentukan oleh lingkungan tempat tingkah laku itu berlangsung, tetapi juga oleh macam pribadi (tipe jasmani) orang yang melakukannya. Hubungan antara jasmani dan tempramen ditentukan oleh stereotip-stereotip yang diterima umum atau nilai stimulus sosial dalam masyarakat setempat tentang jenis tingkah laku. Pengaruh lingkungan cenderung menghasilkan tipe-tipe jasmani tertentu dan sekaligus menimbulkan kecenderunan tingkah laku tertentu. Berbagai penelitian khas dan metode penelitian yang dilakukan Sheldon, antara lain : Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 96 Seminar Nasional 1) Jasmani dan gangguan jiwa, psikologi konstitusi selain membahas pemahaman baru dalam penelitian tentang tingkah laku normal, juga memungkinkan untuk mengurangi atau mencegah berbagai ketidaknormalan psikologis dan sosial. Adanya 3 komponen yang mencerminkan kekurangan dalam komponen tempramen serebrotonia, viskerotonia, somatotonia yaitu komponen psikiatrik atau gangguan jiwa (a) afektif yaitu psikosis manicdepresif ekstrem antara ekstrem gembira dan ekstrem sedih, (b) paranoid, yaitu delusi yang kuat dengan ciri dihantui pikiran bahwa dirinya terkutuk dan gagasan-gagasan yang seba merujuk dirinya sendiri, (c) heboid, mengejala dalam bentuk hebefrenik psikosis skizofrenik (menarik diri secara ekstrem). 2) Jasmani dan kenakalan/ kejahatan, laporan dalam penelitian ini adalah suatu rangkaian dari apa yang dinamakan biografi psikologis, berupa skema-skema pendek tentang sejarah hidup individu dilengkapi dengan foto somatotipe. terdapat perbedaan-perbedaan penting dalam hal tingkah laku dan konstitusi tidak hanya antara orang delinkuen dan orang-orang normal, tetapi juga antara subvaritas delinkuen yang satu dengan yang lain. I Made D Budhiarta (2010:74) menyatakan bahwa pembinaan dan peningkatan kondisi fisik dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) terdapat setidaknya 5 unsur kondisi fisik yang berkaitan dengan kekuatan atlet , diantaranya kekuatan, kecepatan, kelincahan, power, dan stamina, prioritas latihan kondisi fisik yang akan diberikan pada seorang pemain tergantung pada cabang olahraga yang ditekuni; 2) untuk meningkatkan kondisi fisik pemain serta untuk mencapai kondisi yang prima diperlukan suatu usaha yang sungguh-sungguh melalui pelatihan kondisi bfisik yang teratur, sistematik serta berkesinambungan, pelatihan tersebut harus terencana dengan program pelatihan yang akan disusun berdasarkan prinsip-prinsip latihan, frekuensi dan lama latihan serta melakukan pelatihan otot yang aktif digunakan dalam cabang olahraga tertentu; 3) setelah melalui pelatihan yang teratur, sistematik dan berkesinambungan , dilanjutkan dengan evaluasi program pelatihan untuk mengetahui kemajuan dan kelemahan kondisi fisik seorang pemain untuk menentukan tindakan selanjutnya.” Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 97 Seminar Nasional Namun yang perlu kita pahami bahwa kesiapan fisik bukan satu-satunya, faktor yang membawa keberhasilan bagi mahasiswa/ atlet dalam meraih kemenangan dalam bertanding. Pelatihan olah raga tidak hanya difokuskan dalam pelatihan fisik semata akan tetapi yang berkaitan dengan psikologis juga diperhatikan. Hal ini berarti bahwa keadaan psikologis seorang atlet akan membawa pengaruh terhadap kondisi fisik atlet dalam bertanding. C. PENUTUP. Sheldon dalam teori konstitusi dan tinjauan dari keturunan mengartikan bahwa konstitusi adalah aspek-aspek individu yang relatif tetap dan tidak berubah, morfologi, fisiologi, fungsi endokrin dan dapat dipertentangkan dengan aspekaspek individu yang relatif lebih labil dan mudah berubah karena tekanan-tekanan lingkungan, seperti kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap sosial, pendidikan, dan sebagainya.Konstitusi memberikan penekanan dalam struktur jasmaniah dan fungsi biologis. Temperamen sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor biologis atau fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam perkembangan. Kepribadian lebih dipengaruhi dengan faktor segi kepribadian yang lain. Definisi tempramen menurut beberapa tokoh, yaitu : 1. Menurut Alport temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan. 2. Menurut G. Edwald mengartikan temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Di sini peranan keturunan memainkan peranan penting, sedangkan pengaruh pendidikan dan lingkungan tidak ada. Dalam kaitan dengan watak, G. Ewald lebih melihat temperamen sebagai yang tetap seumur hidup, yang tak mengalami perkembangan, karena Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 98 Seminar Nasional temperamen bergantung pada konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup. 3. Fauzi (2004) mendefinisikan temperamen sebagai sifat-sifat yang berhubungan dengan emosi (perasaan), misalnya pemarah, penyabar, periang, pemurung, introvert, ekstrovert, dan sebagainya. http://oncy09.wordpress.com/2010/03/20/kepribadian-koleris/ Dari definisi tokoh di atas dapat kita simpulkan tempramen sebagai gejala karakteristik yang memiliki hubungan dengan emosi atau perasaan, seperti pemarah, penyabar yang dipengaruhi oleh faktor keturunan. Tempramen memang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor keturunan akan tetapi sisi kepribadian seorang manusia juga tidak bisa diabaikan. Pandangan Sheldon banyak memberikan implikasi terhadap konseling. Kajian konstitusi tubuh yang didasarkan bahwa karakteristik fisik berhubungan dengan kepribadian, memberikan pertimbangan pada konselor bahwa klien dengan kepribadian tertentu dapat diidentifikasi berdasarkan postur tubuhnya. Seperti adanya gangguan jiwa, kejahatan dan kenakalan yang dilakukan oleh seseorang terkait dengan ketidaknormalan psikologis dan normal dipandang dari tipe jasmaninya. Menurut Yusuf Syamsyu dan Juntika, N (2011:25) tabel tipe tempramen dengan tipe postur tubuh menurut Sheldon yaitu : No 1 Sometotipe Endomorp = piknis, Temperamen Viscerotonia pendek, gemuk Sifat-Sifat Tenang, pandai bergaul, senang bercinta, gemar makan, tidur nyenyak 2 Mesomorp = atletis, Somatotonia tubuhnya harmonis Aktif, asertif, kompetitif, teguh dan agresif 3 Ectomorp = asthenis, tinggi, kurus Cerebrotonia Introvert (senang menyendiri), menahan diri, peragu, kurang Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 99 Seminar Nasional berani bergaul dengan orang banyak (sociophobia), kurang berani berbicara di depan orang banyak Evans (1976) dalam Singgih D.G dkk (1996:39) mendefinisikan kekawatiran (anxiety) sebagai suatu keadaan stres tanpa penyebab yang jelas dan hampir selalu disertai gangguan pada susunan saraf otonom dan gangguan pada pencernaan. Sedangkan Greist et.al (1986) dalam Singgih D.G dkk (1996:39) merumuskan kekawatiran (anxiety) sebagai suatu ketegangan mental yang biasanya disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan individu yang bersangkutan merasa tidak berdaya dan mengalami kelelahan karena senantiasa harus berada dalam keadaan waspada terhadap bahaya yang tidak jelas. Dari penjabaran di atas dapat kita pahami bahwa pengaruh tempramen seorang atlet dan kecemasaan sebelum bertanding ternyata dapat mendukung dan menggangu kinerja atlet dalam meraih kemenangan dalam bertanding. Kecemasan berbeda dengan ketakutan sebab dalam gejala ketakutan seseorang memiliki objek yang pasti, sedangkan pada kecemasan objek yang dikawatirkan tidak pasti dan tidak memiliki dasar yang rasional. Tempramen dan kecemasan yang berlebihan justru akan menimbulkan hambatan bagi atlet untuk berprestasi. Hal yang demikianlah yang harus ditanggani dan perlu segera diatasi agar tidak menggangu kinerja atlet dalam berprestasi. Layanan bimbingan bakat dengan landasan teori kepribadian diperlukan dalam membantu atlet mengatasi tempramen dan kecemasaan agar kinerja atlet ke arah positif. Kepribadian manusia terbentuk dari banyak sekali komponen (sifat), dan setiap komponen merupakan variabel. Setiap orang memiliki kepribadian yang susunan komponennya berbeda dengan orang lain. Kepribadian seorang atlet dengan non atlet tentu berbeda. Seorang atlet biasa dihadapkan pada situasi dimana mereka harus menunjukan kemampuan untuk berprestasi meraih kemenangan. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 100 Seminar Nasional Kepribadian sebagai faktor yang mempengaruhi atlet dalam meraih kemenangan antara lain : tempramen, kecemasan dari sinilah dampak kepribadian yang dimiliki atlet akan berpengaruh terhadap kinerja atlet. Temperamen sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor biologis atau fisiologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi di dalam perkembangan. Kepribadian lebih dipengaruhi dengan faktor segi kepribadian yang lain. Setelah tempramen yang mempengaruhi kinerja atlet dalam meraih kemenangan dalam bertanding adalah anxiety atau kecemasan. Kecemasan atlet sebelum bertanding berpengaruh juga terhadap kesiapan atlet dalam menghadapi lawan. Kecemasan membawa dampak atlet mengalami gangguan seperti perasaan yang kurang menyenangkan sehingga secara psikologis dan psikofisik atlet berada dalam situasi tidak seimbang. Hal ini menbuat atlet konsentrasinya terpecah-pecah sehingga terpaksa membagi antara kondisi bertanding dengan kondisi kesiapan sebelum bertanding. Dari sinilah konsentrasi atlet untuk menghadapi lawan menjadi berkurang. Kecemasan juga menguras energi atlet dimana atlet akan cepat mengalami kelelahan sehingga kondisinya akan semakin cepat menurun. Penyebab kecemasan seperti tuntutan sosial yang berlebihan dan tidak atau belum dapat dipenuhi oleh individu atlet yang bertanding antara lain : keinginan meraih kemenangan namun memiliki lawan di atas dia, standar prestasi individu yang dimiliki seperti kecenderungan perfeksionis, perasaan rendah diri pada individu yang bersangkutan, kurangnya kesiapan individu dalam menghadapi situasi yang ada ataupun terhadap diri sendiri. Pelatih olah raga perlu memberikan perhatian dalam mengatasi kecemasan. Menurut Martens, 1987; Walton, 1989; Leonard 1990; Han, 1993) dalam Singgih D.G dkk (1996:44)”…, 5. Menggunakan pendekatan kognitif melalui konseling. Dari sinilah atlet dibantu untuk lebih menyadari akan kemampuan dirinya, perlunya untuk belajar berpikir positif, memiliki tujuan yang jelas, mengerti makna dari usahanya, dan belajar menerima keadaan yang dihadapi Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 101 Seminar Nasional DAFTAR PUSTAKA Bompa, TO. (1994). The Theory and Methodology of Training 3nd.ed The Key to Athletic Performance. IOWA, Dubuque: Kendall/ Hunt Publishing Company Doug, H.Han, et.al. (2006). Journal of Sports and Medicine: Influence of temperament and anxiety on athletic performance. Shouth Korea Hall, Calvin S., dan Lindzey, Garder. (1985). Introduction to Theories of Personality. New Jersey: John Wiley and Sons. I Made Danu Budhiarta. (2010). Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik Atlet(Proseding Seminar Nasional Olahraga dalam rangka LPTK Cup IV: Paradigma Baru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Menuju Prestasi Nasional. Gorontalo : FIKK, Universitas Negeri Gorontalo Jess Feist and Gregory J. Feist. (2006). Theories of Personality. New York: McGraw Hill Singgih D.G dkk. (1996). Psikologi Olahraga Teori dan Praktek. Jakarta : BPK Gunung Mulia Syamsu Yusuf L.N., A. Juntika Nurihsan. (2011). Teori Kepribadian, Bandung: Remaja Rosdakarya UU SKN (UU Nomor 3 Tahun 2005) Http://katamotivasicinta.blogspot.com/2009/07/4-temperamen-manusia-sebagaitolak-ukur.html Http://oncy09.wordpress.com/2010/03/20/kepribadian-koleris/ Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 102 Seminar Nasional IMPLEMENTASI KOMPETENSI GURU DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA YANG CERDAS DAN BERMARTABAT Oleh : Drs. HMF. Donosuko, M.Pd Abstrak Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi pelaku bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik dan manusiawi. Pembinaan profesionalisme guru menjadi hal yang sangat urgen dan mendesak untuk dikembangkan dengan mengintegrasikan pendidikan nilai sebagai pondasi arah pembinaan, dalam upaya membentuk karakter bangsa yang memiliki jati diri dan bermartabat. A. Latar Belakang Pembangunan yang bertata nilai merupakan esensi dari suatu pemahaman pembangunan yang sepenuhnya berorientasi pada manusia sebagai subyek pembangunan atau lazim dikenal dengan human oriented development. Tanpa adanya orientasi demikian, maka pembangunan hanya akan mencakup tataran fisik dan tanpa disertai adanya pembangunan budaya serta peningkatan standar nilai kehidupan manusianya. Hal yang mendominasi terhadap performance manusia sebagai subyek pembangunan yang bertata nilai tiada lain adalah Pendidikan. Dengan pendidikan, karakter manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat dapat dibentuk dan diarahkan sesuai dengan tuntutan ideal bagi proses pembangunan. Karakter manusia secara individu ini akan memberikan sumbangan besar terhadap pembentukan karakter bangsa yang bermartabat dan menjadi faktor pendukung bagi proses percepatan pembangunan suatu bangsa. Dalam konteks pendidikan nasional, dinamika perkembangan dunia pendidikan sebagaimana Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, UU ini merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam menuju masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 103 Seminar Nasional Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, dalam rangka menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehiudpan lokal, nasional dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah dan berkesinambungan. Guru mempunyai peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam UU tersebut guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Dengan ditegaskannya sebagai pekerjaan professional, otomotis menuntut adanya prinsip profesionalitas yang selayaknya dijungjung tinggi dan dipraktekan oleh para guru, seorang guru hendaknya memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi yang jelas. Faktor kompetensi sebagai seorang pendidik sangatlah penting, terlebih objek yang menjadi sasaran pekerjaanya adalah peserta didik yang diibaratkan kertas putih, gurulah yang akan menentukan apa yang hendak dituangkan dalam kertas tersebut, berkualitas tidaknya tergantung kepada sejauhmana guru bisa menempatkan dirinya sebagai pendidik yang memiliki kapasitas dan kompetensi professional dalam mengarahkan individu-individu menjadi sosok yang memiliki karakter dan mentalitas yang bisa diandalkan dalam proses pembangunan bangsa. Dalam tataran normatif betapa mulia dan strategisnya kedudukan guru. Namun, dalam realitas dilapangan tidak sedikit guru yang tidak mencerminkan peran strategisnya sebagai guru, bahkan ia jauh dari garis jati diri keguruannya, penyimpangan-penyimpangan moral, tampilan kepribadian yang tidak sewajarnya, landasan penguasaan norma-norma agama yang lemah dan sejumlah patologi sosial lainya tidak jarang kita temukan, banyak faktor tentunya yang memengaruhi hal tersebut terjadi, yang jelas jika dibiarkan hal ini dapat memberikan ekses buruk bagi dunia pendidikan, khususnya terhadap kualitas lulusan dan output pendidikan serta karakter masyarakat sebagai objek pendidikan yang dimotori para guru. Proses pendidikan akan jauh dari tujuannya, sehingga menjadi sangat urgen untuk dilakukan sebuah upaya Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 104 Seminar Nasional strategis dalam mempersiapkan sosok guru yang mampu menjadi panutan dan melaksanakan profesinya secara professional sehingga ia bisa diandalkan untuk memberikan peran optimalnya dalam upaya membentuk karakter manusia Indonesia khususnya dan karakater bangsa pada umumnya. Berangkat dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa guru sebagai esensitas strategis dalam upaya membentuk karakter bangsa yang memiliki jati diri dan bermartabat ditengah-tengah bangsa lainnya sangat diperlukan paranannya. Disisi lain pembinaan profesionalisme guru menjadi hal yang sangat urgen dan mendesak untuk dikembangkan dengan mengintegrasikan pendidikan nilai sebagai pondasi arah pembinaan. B. Pendidikan Karakter Istilah pendidikan karakter adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembelajaran kepada siswa dengan mengembangkan beragam perilaku seperti moral, sopan santun, berperilaku baik, sehat, kritis, sukses, sesuai dan / atau diterima secara makhluk-sosial. Konsep pendidikan karakter yang sekarang dan di masa lalu mencakup istilah sosial dan emosional belajar, penalaran moral / pengembangan kognitif, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kesehatan, pencegahan kekerasan, berpikir kritis, penalaran etis, dan resolusi konflik dan mediasi. Sekarang, program pendidikan karakter dianggap gagal, terbukti dengan meningkatnya kenakalan remaja. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Menurut Suyanto (2010) pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 105 Seminar Nasional yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Schwartz (2005) mengemukakan bahwa pendidikan karakter sering digunakan untuk merujuk bagaimana seseorang menjadi “baik” yaitu orang yang menunjukkan kualitas pribadi yang sesuai dengan yang diinginkan masyarakat. Berdasarkan tujuan pendidikan bahwa pendidikan menjadikan warga Negara memiliki karakter yang baik dan mengembangkan kualitas pribadi. Sedangkan menurut Thomas Lickona, yang dimaksud pendidikan karakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-nilai etika inti. Dalam buku monumentalnya “Mendidik untuk Karakter “, Lickona menegaskan bahwa: “When we think about the kind of character we want for our children, it’s clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right—even in the face of pressure from without and temptation from within.” Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa proses perkembangan yang melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan, dengan demikian akan menyediakan landasan yang terpadu. Sehingga kita harus terlibat dengan anakanak dalam aktivitas yang membuat mereka berpikir kritis, tentang moral dan etika, mengilhami mereka untuk menjadi berkomitmen, untuk tindakan moral dan etika, dan memberi mereka banyak kesempatan untuk berlatih perilaku moral dan etika. C. Peran Strategis Guru Profesional dalam Membangun Karakter Sebagai pekerjaan profesional, guru memiliki ragam tugas, baik yang terkait dengan tugas kedinasan maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Jika dikelompokan, terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bentuk profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru merupakan profesi yang memerlukan keahilian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan, walaupun kenyataanya tidak sedikit dilakukan oleh orang diluar kependidikan, sehingga oleh karenanya jenis profesi ini paling Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 106 Seminar Nasional mudah terkena pencemaran. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup serta mengembangkan karakter individu. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada individu yang menjadi peserta didik. Adapun tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga menjadi idola para peserta didiknya. Pelajaran apa pun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar. Bila dalam penampilanya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajaranya itu kepada para peserta didiknya, mereka akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih pada era kontemporer ini. Keberadaan guru bagi suatu bangsa sangatlah penting, terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian mutakhir dan mendorong perubahan di segala ranah kehidupan, termasuk perubahan tata nilai yang menjadi pondasi karakter bangsa. Hipotesisnya adalah semakin optimal guru melaksanakan fungsinya, maka semakin terjamin dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia yang diandalkan dalam pembangunan bangsa. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat dewasa ini. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, berdasarkan UU No 14 tahun 2005 pasal 20, maka guru berkewajiban untuk: Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 107 Seminar Nasional a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetauan, teknologi dan seni c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran d. Menjungjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa Sedangkan peranan dan kompetensi guru dalam proses belajarmengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams & Decey dalam Basic Principles of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, superpisor, motivator, dan konselor. Yang akan dikemukakan di sini adalah peranan yang dianggap paling dominan sebagaimana dikemukakan oleh Usman (2001:9-11) sebagai berikut. 1. Guru Sebagai Demonstrator Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilkinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya apa yang disampaiknnya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 108 Seminar Nasional Seorang guru juga hendaknya mampu memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. 2. Guru Sebagai Pengelola Kelas Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola merupakan dari lingkungan aspek Lingkungan ini kelas sebagai sekolah lingkungan yang belajar perlu serta diorganisasi. diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas tergantung pada banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas.Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khusunya ialah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Sebagai manager guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di kalangan siswa.Tanggung jawab yang lain sebagai manager yang penting bagi guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa seharihari ke arah Self Directerd Behavior. Salah satu menagemen kelas yang baik adalah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya para guru sehingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri. Siswa harus belajar melakukan self control dan self activity melalui proses bertahap. Sebagai manager guru hendaknya Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 109 Seminar Nasional mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif serta efisien dengan hasil optimal. Sebagai manager lingkungan belajar, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar dan teori perkembnagan sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar-mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan. 3. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajarmengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakn dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana yang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kjegiatan yang berlangsungnya tingkah dapat laku dilakukan sosial yang oleh guru, baik, yaitu mendorong mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan para siswa. Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, internet, atau pun surat kabar. 4. Guru Sebagai Evaluator Dalam proses menjadi belajar-mengajar yang dilakukan, guru hendaknya seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 110 Seminar Nasional pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode belajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-temannya. Dengan menelaah pencapaian tujuan pelajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar-mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus-menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. 5. Peran Guru dalam Pengadministrasian Dalam hubungannya dengan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai berikut. a. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya. b. Wakil masyarakat yang berarti dalam lingkungan sekolah, guru menjadi anggota suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik. c. Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan. d. Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 111 Seminar Nasional e. Pelaksana administrasi pendidikan, di samping menjadi pengajar, guru pun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi. f. Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang dewasa. g. Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan. 6. Peran Guru Secara Pribadi Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriental), seorang guru harus berperan sebagai berikut. a. Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam merupakan kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya. b. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. c. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi siswa-siswanya. d. Teladan, yaitu senantiasa menjadi teladan yang baik untuk siswa. Guru menjadi ukuran norma-norma tingkah laku dimata siswa. e. Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya. 7. Peran Guru Secara Psikologis Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut : Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 112 Seminar Nasional a. Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi. b. Seniman dalam hubungan antarmanusia (artist in human relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan antarmanusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan. c. Pembentuk kelompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan. d. Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai inovator (pembaharu). e. Petugas kesehatan mental bertanggung (mental hygiene worker) yang jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa Dalam konteks pembangunan karakter bangsa, maka guru dengan segala tugas dan peranannya, memiliki peranan strategis dan sangat menentukan terpeliharanya karakter bangsa sebagai pondasi jati diri bangsa yang bermartabat. Sosok manusia yang berkarakter sebagai modal terbentuknya karakter bangsa, akan dilahirkan oleh sosok guru yang menjungjung tinggi profesionalisemnya dan berpegang teguh kepada sistem nilai yang menjadi pegangan bangsanya. Generasi muda usia sekolah sebagai harapan masa depan bangsa, termasuk harapan terjaganya karakter bangsa, sikap dan prilakunya diantaranya akan ditentukan oleh sejauhmana guru memegang peranannya dalam proses pendidikan. Pendidikan nasional yang mencitacitakan terlahirnya generasi yang berkarakter sebagaimana tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 sebagai berikut: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 113 Seminar Nasional Sosok manusia yang memiliki karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam tujuan pendidikan nasional di atas dalam operasionalisasinya akan sangat ditentukan oleh peran serta dari seorang guru. Oleh karenya, guru memiliki peranan yang strategis dalam upaya membangun dan memelihara karakter bangsa. D. PENUTUP Guru memiliki peran strategis untuk menjadi bagian penting dalam upaya membangun karakter bangsa. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui peran serta guru secara optimal dalam proses penyiapan peserta didik yang memiliki karakter sebagaimana disebutkan dalam UU No 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Karakter dan mentalitas sumber daya manusia suatu bangsa akan menjadi pondasi dari tata nilai bangsa tersebut. Dalam tataran operasional, upaya-upaya nyata dalam membentuk dan memelihara karakter dan mentalitas tersebut bisa dilakukan oleh sosok guru professional. Mengingat betapa startegisnya peran serta guru dalam upaya membangun karakter bangsa, maka pembinaan profesionalisme guru yang terfokus kepada empat kompetensi utama yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional harus dilandasi oleh konsepsi dan pendekatanpendekatan dalam pendidikan nilai. Sehingga guru mampu menjadi model terbaik, dan tampil sebagai pribadi yang utuh/kaffah ditengah-tengah upayanya dalam melaksanakn tugas-tugas formal keguruan. Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 114 Seminar Nasional DAFTAR PUSTAKA Dr. Art-Ong Jumsai Na-Ayudha, B.A., M.A., D.I.C. 2008. Model Pembelajaran Nilai-nilai Kemanusian Terpadu. Yayasan Pendidikan Sathya Sai Indonesia Mulyana, Rohmat, 2004, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta. Kock Heinz, 1979, Saya Guru Yang Baik,Yogyakarta ; Yayasan Kanisius Rajasa Hatta. 2007. Membangun Karakter dan Kemandirian Bangsa (Makalah) Schwartz, M.J, Beatty, D & Dachnowicz, E. (21 Desember 2005). Character Education: What Is It, How Does It Work, and How Effective Is It?Diambil 25 Nopember 2010 Suyanto. (2 Juni 2010). Urgensi Pendidikan Karakter. http://waskitamandiribk.wordpress.com/2010/06/02/urgensipendidikankarakter/ Diambil 25 Nopember 2010 Usman Moh Uzer.2001, Menjadi Guru Profesional, Bandung ; Rosda Karya UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peranan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dalam Menghasilkan Kader Pembangunan Bangsa yang Bermoral, Profesional dan Kompetitif Page 115