Lingkup Kajian Psikologi Sosial

advertisement
Sowanya Ardi Prahara, MA.
Fakultas Psikologi UMBY
2015
A. Periode Awal

Tahun 1908, William Mc Dougall pertama kali menggunakan istilah Social
Psychology dalam bukunya, yang mengemukakan Instic Theory: Perilaku
bersumber dari insting.
Misal: lapar  makan,
mengantuk  tidur,
tidak suka  marah

Tahun 1924, buku kedua ditulis oleh Floyd Allport, perilaku sosial disebabkan oleh
beberapa faktor seperti kehadiran orang lain dan tindakan-tindakan spesifik.


Isi bukunya merupakan diskusi hasil penelitian mengenai konformitas (pengaruh
dlm kelompok), kemampuan untuk mengenali emosi orang lain dari ekspresi
wajah, dan dampak dari kinerja.
Dua dekade kemudian Psikologi Sosial semakin pesat perkembangannya, ditandai
dengan:
- Penelitian Muzafer Sherif, ttg pengaruh kelompok (konformitas)
- Lewin tentang kepemimpinan dan proses-proses kelompok.

Lewin punya pengaruh yang kuat di bidang psikologi sosial, banyak muridnya yang
kemudian menjadi kontributor penting dalam perkembangan psikologi sosial,
seperti: Leon Festinger, Harold Kelley, Morton Deutsch, Stanley Schachter, John
Thibaut.
B. Psikologi Sosial Usia Muda (1940-1960)

Setelah PD II, Psikologi Sosial berkembang pesat.

Topik-topik penelitian psikologi sosial semakin berkembang luas.

Para ahli yang meneliti:
-
-
-
Forsyth: Fokus perhatian Psikologi sosial adalah pengaruh kelompok
terhadap perilaku individual, juga menguji hubungan antara sifat
kepribadian dengan perilaku sosial.
Adorno mengemukakan konsep authoritarian personality (kepribadian
keras dan kaku, juga patuh akan aturan)
Festinger: teori kognitif cognitive dissonance (pada dasarnya perilaku
manusia cenderung menghindar dalam situasi inkonsistensi dan berusaha
untuk menguranginya.

Tahun 1960an jumlah psikolog sosial meningkat secara dramatis, dan bidang
psikologi sosial semakin luas meliputi:
a.
daya tarik interpersonal,
b.
pembentukan kesan,
c.
Atribusi (pembentukan keputusan/ kesimpulan tentang seseorang)
d.
berbagai aspek persepsi sosial,
e.
berbagai aspek pengaruh sosial seperti konformitas, kepatuhan, compliance,
f.
efek lingkungan fisik terhadap perilaku sosial
C. Psikologi Sosial Usia matang/ Dewasa (1970-1980)


Topik-topik penting yang semakin berkembang: atribusi, perbedaan jender dan
diskriminasi jender, psikologi lingkungan
Tahun 1980an berkembang dua trend:
•
pengaruh perspektif kognitif mulai terasa: banyak psikolog sosial
meningkatkan atensi terhadap pengaruh aspek kognitif terhadap perilaku
sosial
•
penekanan pada aplikasi psikologi sosial (menerapkan temuan dan prinsip
psikologi soial untuk menyelesaikan permasalahan di berbagai bidang): pada
bidang kesehatan, proses hukum seting kerja
D. Psikologi Sosial di Era 1990


Pengaruh pendekatan kognitif (sisi kognitif semakin dianggap penting:
bagaimana orang bertindak dalam situasi sosial dipengaruhi oleh pikiran
mereka ttg situasi tsb)
Berkembangnya penekanan pada aplikasi: isu lingkungan, kesehatan, proses
hukum

Penggunaan perspektif keragaman budaya

Meningkatnya perhatian pada pentingnya peran faktor biologis
1.
Observasi
Adalah kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.


Dalam Psikologi Sosial observasi yang digunakan adalah observasi sistemik, yaitu
perilaku secara otomatis diobservasi dan dicatat.
Macam:
a. Observasi naturalistik: observasi di seting alamiah.
b. Survey: peneliti meminta sejumlah besar partisipan merespon pertanyaan ttg
sikap atau perilaku mereka.

Keuntungan survey:
Informasi dapat diperoleh dg mudah

Persyaratan:
a. orang-orang yg berpartisipasi harus mewakili populasi shg hasil dapat
digeneralisir ke populasi
b. Cara menyusun pertanyaan harus diperhatikan supaya mendapat data yang
sesuai dengan tujuan survey. Misal:
“Apakah Anda setuju orang yg sudah membunuh berkali-kali diberi hukuman
mati?”
“Apakah Anda setuju dengan hukuman mati?”
2. Korelasi


Mengobservasi secara sistematis dua variabel/lebih utk menentukan apakah
perubahan yg terjadi pd satu variabel diikuti dg perubahan pd variabel lain.
Saat korelasi terjadi, kita dapat meramalkan satu variabel berdasarkan variabel yg
lain.
misalkan: gaya hidup hedonis  perilaku konsumerisme pada remaja
kecennderungan saling mengkritik tajam pd pasangan 
kecenderungan melakukan perceraian


Terdapat Hipotesis (sebuah prediksi yang belum diverifikasi kebenarannya) yang
diuji.
Metode ini lebih alami, namun tidak dpt disimpulkan sebagai sebab-akibat.
Keakuratan Dalam Peramalan

Rentang korelasi antara 0 sampai -1,0 atau +1,0

Semakin besar jarak dari Nol, semakin kuat korelasinya.

Nilai positif menunjukkan bila satu var meningakat, var lainnya juga meningkat.
misal : ada korelasi positif antara kepemimpinan otoriter dengan stres kerja, jadi
semakin tinggi tingkat otoritas pemimpinan, maka semakin tinggi stres kerjanya.

Nilai negatif menunjukkan bila satu var meningkat, var lain menurun, sebaliknya.
misal : ada korelasi negatif antara usia dg jumlah rambut pd pria, jadi semakin tua
pria, semakin sedikit jumlah rambutnya.
3. Eksperimen



Adalah metode penelitian di mana satu variabel (var bebas) atau lebih diubah
secara sistematis utk menentukan apakah suatu variabel mempengaruhi variabel
lainnya (var tergantung).
Fungsinya: Untuk memberikan penjelasan (sebab-akibat) hubungan antar variabel.
Strateginya: satu variabel diubah secara sistematis dan perubahan pd variabel lain
juga diukur secara hati2.
Ciri dasar metode Eksperimen:


Ada variabel bebas (independent variable) yg diubah-ubah secara sistematis &
dipercaya mempengaruhi perilaku lain (variabel tergantung).
Ada variabel tergantung (dependent variable) yang diukur perubahannya dengan
teliti.
Syarat agar metode eksperimen berhasil:


Randomisasi: penggunaan subjek secara acak dlm kondisi eksperimen, shg memiliki
kesempatan yg sama sebagai partisipan/ subjek.
Pengontrolan: semua faktor kecuali VB yg mungkin berpengaruh thd VT dikontrol.
Dalam metode eksperimen terdapat:

Efek peneliti (experimenter effect): efek yang tidak dikehendaki pada perilaku
partisipan yang disebabkan oleh peneliti.
misal: peneliti memberitahukan tujuan penelitian, shg subjek mengubah perilakunya
sesuai atau menghindari tujuan penelitian.


Dilakukan double-blind procedur: partisipan tidak mengetahui hipotesis & tujuan
penelitian.
Kelemahan eksperimen sosial terletak pada validitas eksternal  generalisasi
dari laboratorium ke situasi sosial nyata.

Teori : bertujuan untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Prosedur pembangunan teori:
1.
Mengajukan teori berdasar bukti-bukti yang telah ada.
2.
Teori terdiri dari konsep konsep yang saling berhubungan
3.
Pengajuan hipotesis untuk diuji dengan penelitian
4.
5.
Jika hasil terbukit  derajat kepercayaan meningkat, jika tidak  perlu
dimodifikasi ulang dan diuji kembali teorinya.
Teori bersifat terbuka untuk diuji kembali.

Pengecohan (deception): peneliti berusaha menyembunyikan informasi mengenai
tujuan dan hipotesis penelitian untuk sementara waktu agar diperoleh hasil yang
lebih objektif.

Dilema: tidak etis, dianggap menipu.

Solusi:
1.
Informed consent: Persetujuan dengan partisipan berdasar informasi yang
diberikan
2.
Debrifing: menjelaskan segera kepada partisipan tujuan & hipotesis penelitian
serta alasan mengapa informasi tsb tidak disampaikan di awal.
Download