Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ruang Lingkup Manajemen Keuangan
Setiap perushaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi
sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal
kerja ataupun untuk pembelian aktiva tetap untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut,
perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban
biaya paling murah. Kedua hal tersebut harus bisa diupayakan oleh manajer keuangan agar
perusahaan dapat berjalan dengan baik.
2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat
penting di samping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen
operasi, manajemen sumber daya manusia, dan lain sebagainya.
Dewasa ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Seiring dengan
perkembangannya tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan,
mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan dan mencari dana. Akan tetapi, manajer
keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang
optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai
perusahaan.
Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat
penting disamping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen operasi
dan lain sebagainya. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada
dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah.
Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memperlancar kegiatan operasinya.
Menurut Gitman (2006:4) pengertian manajemen keuangan adalah :
Management finance is concerned with the duties of the financial manager in
the business firm. Financial managers actively manage the financial affairs of any
type of business-financial and non financial, private and public, large and small,
profit-seeking and not-for-profit. They perform such varied financial tasks as
planning, extending credit to costumers, evaluating poposed large expenditures, and
raising money to fund the firm s operation.
Menurut Keown, Martin, Petty, dan Scott (2005:4), adalah :
Financial management is corcerned with maintenance and creation of
economic value or wealth
Yang Artinya manajemen keuangan adalah mengenai pemeliharaan dan penciptaan dari
nilai ekonomi atau kekayaan.
2.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan manajemen keuangan menurut Susan Irawati (2006:4) adalah untuk
memksimalkan profit atau keuntungan dan menimalkan biaya (expens atau cost) guna
mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum, dalam menjalankan perusahaan ke
arah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau survive dan expantion.
Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan
perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan
membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk
memaksimumkan nilai perusahaan (Husnan, 2004;6).
2.1.3 Prinsip Manajemen Keuangan
Prinsip manajemen keuangan perusahaan menuntut agar baik dalam memperoleh maupun
dalam menggunakan dana harus didasarkan pada perkembangan efisiensi dan efektivitas.
Dengan demikian manajemen keuangan tidak lain adalah menyangkut kegiatan perencanaan,
analisis dan pengendalian yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan
dana dapat di gunakan dalam membuat keputusan bisnis dan investasi.
2.2 Laporan Keuangan
Informasi mengenai perusahaan merupakan unsur yang penting bagi investor untuk
membuat keputusan investasi, karena informasi tersebut memberikan gambaran suatu
perusahaan baik mengenai kondisi performa dan prospek dimasa yang akan datang. Informasi
yang berasal dari perusahaan emiten yang umum tersedia bagi para
pelaku pasar dan
dipublikasikan adalah laporan keuangan.
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses
tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan, diikhtisarkan untuk
kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Dimana dalam laporan keuangan tersebut
akan terlihat data kuantitatif dari harta, hutang,modal, pendapatan dan biaya-biaya dari
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Agnes Sawir,( 2005:2)
Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi yaitu media yang dapat
dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan
laba-rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;51):
Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu.
Sedangkan menurut Irma Nilasari dan Sri Wilujeng (2006:164) menjelaskan jenisjenis laporan keuangan antara lain:
1. Neraca (Balance Sheets)
Merupakan ikhtisar kondisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, yang
menunjukkan jumlah kekayaan/ asset perusahaan, jumlah hutang dan jumlah modal dari
perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Merupakan laporan keuangan yang menunjukan hasil operasi pada periode tertentu dan
mencerminkan status laba atau rugi, serta merupakan ringkasan penghasilan dan biaya biaya perusahaan dalam periode tertentu.
3. Laporan Arus Kas
Laporan keuangan yang menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba- rugi, untuk
menggambarkan sumber dan penggunaan kas selama periode tertentu.
4. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Merupakan laporan tentang sumber dan penggunaan dana perusahaan, yang menunjukan
hasil perbandingan antara neraca pada periode yang sedang berjalan dengan periode yang
lampau.
Sedangkan Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 ; 105):
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan di antaranya adalah laporan
keuangan.
Laporan
keuangan
ini
merupakan
pencerminan
dari
prestasi manajemen
perusahaan pada satu periode tertentu. Pada dasarnya laporan keuangan dimaksudkan untuk
menyediakan
informasi keuangan untuk digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan.
Menurut Standar Akuntasi Keuangan (Agnes Sawir, 2005:2) tujuan laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi
2. Laporan keuangan disusun untuk mengetahui kebutuhan bersama oleh sebagian besar
pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa
lalu.
Laporan
keuangan
juga
menunjukkan
apa
yang
dilakukan
manajemen
atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan
dalam Prinsip Akuntansi Indonesia
Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemakainya dalam hal pengambilan keputusan
tentang perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan atau pihak manajemen perusahaan
tersebut. Manfaat dari laporan keuangan itu sendiri terletak pada interpretasi masing-masing
pemakai laporan keuangan tersebut.
Menurut Sofyan Syafri Harahap, (2006:132) tujuan laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan
kewajiban serta modal suatu perusahaan
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto
(aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka
memperoleh laba
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan di
dalam menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan
kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan
keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai
kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Manfaat intern dari hasil interpetasi laporan keuangan dapat berupa tingkat kinerja
keuangan perusahaan, kondisi keuangan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan saingan,
efektifitas manajemen dalam pengoperasian perusahaan dan sebagainya.
Sedangkan manfaat ektern dari hasil interpretasi laporan bagi investor dapat digunakan
untuk membantu dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan dana atau menaik modalnya
pada perusahaan, bagi kreditur yaitu untuk membantu pengambilan keputusan dalam pemberian
pinjaman kepada perusahaan.
Secara luas manfaat pokok yang diberikan oleh laporan keuangan adalah informasi
mengenai tingkat kinerja keuangan perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan tersebut.
Tingkat kinerja perusahaan dapat dapat diketahui dengan melakukan analisis dan interpretasi
terhadap laporan keuangan. Dari analisis tersebut, dapat diketahui potensi-potensi dan
kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan dapat mengguanakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
2.2.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Kuangan
Walaupun laporan keuangan merupakan informasi yang sangat berguna bagi berbagai
pihak untuk pengambilan keputusan, tapi haruslah disadari bahwa laporan keuangan masih
mempunyai sifat dan keterbatasan, dan keduanya haruslah menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dari hasil analisis laporan keuangan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 ; 16) sifat dan keterbatasan laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah
lewat bukan masa kini.
2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan
membeli perusahaan.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari pengunaan taksiran dan
berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan
prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan
jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadapkelayakan laporan
keuangan.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi
daripada bentuk hukumnya (formalitas).
7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai
laporan diasumsikan memahami bahas teknis akuntansi dan sifat informasi yang
dilaporkan.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan
variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar
perusahaan.
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
2.3 Analisis Laporan Keuangan
Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan keuangan maka terlebih dahulu ia
perlu memahami mengenai kondisi suatu perusahaan. Untuk memahami kondisi keuangan
perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang paling penting bagi
para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi apabila
dengan informasi keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan,
evaluasi dan analisis trend akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di
masa yang akan datang. Disinilah arti penting suatu analisis laporan keuangan.
2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis
laporan
keuangan
adalah
penelaahan
dengan
mempelajari hubungan-
hubungan atau tendensi-tendensi untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasional
serta perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
yang bersangkutan.
Menurut Aliminsyah dan Padji MA (2005;166), analisis laporan keuangan adalah:
Mencari hubungan yang ada antara suatu angka dalam laporan
keuangan dengan angka lain agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan.
Menurut
Sofyan
Syafri
Harahap,(2006:190)
Analisis
laporan
keuangan
adalah
menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat
hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain
baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Bernstein,
analisis keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analasis data laporan keuangan dan
data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat
berguna dalam proses pengambilan keputusan .
Jadi analisis laporan keuangan adalah metoda dan teknik analisis atas laporan keuangan
yang berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan
mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam, dengan
teknik tertentu.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan
adalah membedah dan menguraikan pos-pos laporan keuangan untuk mencari hubungan
antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut
2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan analisis laporan keuangan adalah menggunakan data historis akuntansi untuk
membantu memprediksi bagaimana kinerja perusahaan di masa mendatang. Hal ini merupakan
hal terpenting dari suatu analisis laporan keuangan. Investor pada prinsipnya sangat
memperhatikan tingkat profitabilitas perusahaan yang akan dapat menjamin tingkat keuntungan
yang akan diperoleh. Sedangkan dari sudut manajemen, analisa laporan keuangan berguna
sebagai cara untuk mengantisipasi keadaan dimasa mendatang.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005 ; 57) :
Tujuan dari analisis laporan keuangan adalah mengurangi ketergantungan
para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi. Mengurangi
dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap
proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti
mengurangi kebutuhan akanpenggunaan pertimbangan-pertimbangan melainkan
hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan
pertimbangan-pertimbangan tersebut.
Tujuan analisis laporan keuangan (Sofyan Syafri Harahap, 2006:195) adalah sebagai
berikut :
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari
laporan keuangan biasa
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan
keuangan atau yang berada di balik laporan (implicit)
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu
laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun
kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teoriteori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating)
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah
dikenal dalam dunia bisnis
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan peride sebelumnya
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi
keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya
10. Bisa juga memprediksi petensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan
datang
Dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan maka akan diperoleh
semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan perusahaan dan hasilhasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dari semua tujuan tersebut, tujuan
yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengurangi ketergantungan para
pengambil keputusan pada dugaan murni,
terkaan,
dan
intuisi
serta
mengurangi
dan
mempersempit lingkup ketidak pastian pada setiap proses pengambilan keputusan.
2.3.3 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Sayfri Harahap (2004 ; 216), mengemukakan teknik dalam analisis
laporan keuangan sebagai berikut :
1. Metode Komperatif
Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan keuangan dan
membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan lainnya. Perbandingan ini
dapat dilakukan melalui :
a. Perbandingan dalam beberapa tahun (horizontal).
b. Perbandingan satu tahun buku (vertikal), yang dibandingkan adalah unsurunsur yang terdapat dalm laporan keuangan.
c. Perbandingan dengan perusahaan yang terbaik.
d. Perbandingan dengan angka-angka standar Industri yang berlaku (Industrial
Norm).
e. Perbandingan dengan budget (anggaran perusahaan).
2. Trend Analysis
Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan beberepa
tahun dan dari sini digambarkan trendnya. Trend analisis ini biasanya dibuat melalui
grafik.
3. Common size Financial Statement (Laporan Bentuk Awam)
Metode ini adalah merupakan metode analisis yang menyajikan laporan keuangan
dalam bentuk persentasi. Persentasi itu biasanya dikaitkan dengan suatu jumlah yang
dinilai penting misalnya asset untuk neraca, penjualan untuk laba rugi.
4. Metode Indeks time series
Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk mengkoversikan angka-angka
laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100. Beranjak
dari tahun dasar ini maka dibuat indeks tahun-tahun lainnya sehingga dapat dibaca
dengan mudah perkembangan angka-angka laporan keuangan tersebut pada periode
lain.
5. Rasio Laporan Keuangan
Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain
yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Adapun rasio keuangan yang populer
adalah :
a. Rasio Likuiditas
Menggambarkan kemampuan perusahaan menyelesaikan kebutuhan jangka
pendek
b. Solvabilitas
Kemampuan perusahaan memenuhi atau menyelesaikan kebutuhan jangka
panjang.
c. Rentabilitas/ Profitabilitas
Kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua resorsis yang ada,
penjualan, kas, asset, modal.
d. Leverage
Mengetahui posisi utang perusahaan terhadap modal maupun asset.
e. Activity
Mengetahui aktivitas perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam
penjualan dan kegiatan lainnya.
f. Produktivitas
Mengetahui produktivitas unit yang dinilai.
6. Analisis sumber dan penggunaan Kas dan Dana
Analisis sumber dan penggunaan dana dilakukan dengan menggunakan laporan
keuangan dua periode. Laporan ini dibandingkan dan dilihat mutasinya.
Teknik analisis apapun yang digunakan kesemuanya itu adalah merupakan permulaan
dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap teknik
analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
2.4 Analisis Rasio Keuangan
2.4.1 Rasio Sebagai Analisis
Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang
analis memerlukan adanya yardstick atau ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam
analisis keuangan adalah rasio.
Sedangkan menurut Lyn M Fraser dan Aileen Ormiston, (2008:346)
Rasio
keuangan
adalah
perhitungan
yang
dilakukan
untuk
menstandarisasikan, menganalisis, dan membandingkan data keuangan yang
dinyatakan hubungan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 ; 297) menyatakan :
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan (berarti).
Sedangkan menurut M. Faisal Abdullah (2004 ; 41):
Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laba rugi baik
secara individu maupun secara simultan.
Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan
merupakan suatu teknik dalam manajemen keuangan yaitu dengan membandingkan dua
buah variabel yang dapat diambil dari neraca ataupun dari laporan rugi-laba.
2.4.2 Jenis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa laporan
keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja perusahaan karena penggunaannya
yang relatif mudah.
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;70), pengelompokkan rasio
keuangan menurut tujuan pengukuran, yaitu:
1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
2. Rasio Leverage, yaitu rasio yang mengukur sejauhmana perusahaan dibiayai oleh
hutang.
3. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur tingkat efektifitas
pemanfaatan sumber daya perusahaan.
4. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan ukuran tingkat efektifitas
manajemen seperti ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari
pendapatan investasi.
5. Rasio Pertumbuhan, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisi ekonomi di tengah pertumbuhan ekonomi dan sektor usaha.
6. Rasio Penilaian, yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam
menciptakan nilai pasar usaha di atas biaya investasi.
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On Investment (ROI) dan Net
Pofit Margin (NPM) yang apabila dikelompokkan berdasarkan tujuannya termasuk kedalam
kelompok Rasio Profitabilitas, karena digunakan untuk mengukur dan menghitung tingkat
kemampuan perusahaan dalam melakukan operasinya.
2.4.3 Manfaat Analisis Rasio
Menurut R. Agus Sartono (2001 ; 113), Analisis keuangan mencakup analisis rasio
keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan dibidang financial akan sangat membantu dalam
menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya dimasa datang. Rasio tersebut dapat
memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban
finansialnya, besarnya hutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan
pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga ujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.
Dari sudut investor, memperkirakan masa mendatang merupakan hal yang terpenting dari
menganalisis laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan bagi investor dapat
bermanfaat dalam menentukan kebijaksanaannya dalam melakukan antisipasi terhadap
kemungkinan situasi yang buruk dimasa yang akan datang. Dengan menganalisis laporan
keuangan tersebut akan diketahui kelebihan dan kekurangan perusahaan serta perkembangan
perusahaan dimasa sekarang yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi perencanaan
perusahaan dimasa yang akan datang.
2.5 Kinerja (Performance)
Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhan
masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan didalam
melaksanakan tanggung jawabnya.
2.5.1 Pengertian Penilaian Kinerja
Performance diterjemahkan menjadi kinerja, yang juga berarti prestasi kerja, pencapaian
kerja atau penampilan kerja.
Menurut Kamus Manajemen (2005 ; 288) performance atau kinerja diartikan sebagai
kegiatan menunaikan.
Dan menurut Tendi Haruman, Maya Ariyanti dan Diana Sari (2004 ; 96):
Kinerja dinyatakan dengan rentabilitas yang dipengaruhi oleh jumlah laba
dan aktiva serta modal yang dimiliki.
Kinerja dapat dipergunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara periodik
mengenai efektifitas suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Rudianto (2006:293), Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik
efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan
sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Prestasi manajer pusat pendapatan diukur atas dasar pendapatan yang dicapai oleh unit
organisasi yang dipimpinnya. Penilaian prestasi manajer tersebut dilakukan dengan cara
membandingkan anggaran pendapatan dengan realisasinya. Selisih antara anggaran dengan
realisasinya dapat dibagi kedalam selisih yang menguntungkan atau favorable variance dan
selisih tidak menguntungkan atau unfavorable variance. Selisih antara anggaran dengan
realisasinya dianalisis untuk mengetahui penyebab timbulnya selisih tersebut. Penilaian kinerja
ini juga dilakukan untuk menyediakan umpan balik bagi karyawan dengan memberikan
penghargaan khusus (reward) terhadap hasil kerja yang baik, dan memberikan hukuman
(punishment) bagi yang lalai.
2.5.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai
sasaran perusahaan dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan prilaku yang tidak semestinya terjadi melalui umpan
balik kinerja hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan.
Menurut Mulyadi (2001 ; 416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.
3. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka dalam
menilai kinerja bawahannya.
4. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
5. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kinerja seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
2.5.3 Pengukuran Dalam Penilaian Kinerja
Menurut Mulyadi (2001 ; 434) terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu ukuran kriteria tunggal (single criteria), ukuran
kriteria beragam (multiple criteria), dan ukuran kriteria gabungan (composite criteria).
1. Kriteria Tunggal (Singel Criteria)
Mengukur kinerja karyawan dimana orang akan cenderung memusatkan usahanya
kepada
kriteria
tersebut
dengan
akibat
diabaikannya
kriteria
lain,
yang
memungkinkan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu
perusahaan atau bagiannya.
2. Kriteria Beragam (Multiple Criteria)
Aspek kinerja manajer dicari ukurannya, sehingga seorang manajer diukur kriterianya
dengan beragam kriteria. Tujuannya agar manajer yang diukur kinerjanya
mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja.
3. Kriteria Gabungan (Composite Criteria)
Pembobotan angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk mendapatkan
ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria
kinerja masing-masing.
2.5.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja Perusahaan
Penilaian kinerja dikembangkan untuk memberikan beberapa petunjuk bagi para manajer
untuk mengevaluasi kinerja. Perkembangan alat ukur penilaian kinerja dan spesifikasi struktur
penghargaan merupakan hal utama dalam organisasi atau perusahaan, karena alat ukur dan
penilaian kinerja dapat mempengaruhi prilaku para manajer. Penilaian kinerja dapat mendukung
tingkat keserasian tujuan. Dengan kata lain, penilaian kinerja mempunyai pengaruh dalam
mewujudkan tujuan perusahaan.
Menurut Hansen dan Mowen (2001 ; 822) , ada beberapa alat ukur kinerja perusahaan,
yaitu :
1. Laba Atas Investasi (ROI)
Merupakan alat ukur kinerja yang paling umum bagi pusat investasi, yaitu alat ukur
kinerja yang mengaitkan laba operasi dengan aktiva. Yang akan dipakai adalah
menghitung laba yang dihasilkan per-rupiah investasi.
2. Laba Residual (Residual Income)
Merupakan perbedaan antara laba operasi dan minimum pengembalian rupiah yang
diperlukan aktiva operasi perusahaan.
3. Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added)
Adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Jika economic
value added positif, berarti perusahaan menghasilkan kekayaan. Jika negatif, maka
perusahaan tidak bisa menghasilkan kekayaan.
2.6 Rasio Profitabilitas
2.6.1 Pengertian Rasio Profitabilitas
Laba merupakam tujuan utama dari semua perusahaan yang berorietasi bisnis. Namun
perhitungan laba untuk jangka waktu tertentu hanya dapat diramalkan saja, karena perhitungan
yang tepat baru dapat terjadi jika perusahaan mengakhiri kegiatan operasionalnya dan menjual
semua produk yang ada. Dengan kata lain biaya produksi harus lebih kecil dari angka jual suatu
produk.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;59)
Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan laba
dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba dalam
hubungannya dengan investasi.
Rasio profitabilitas menurut Gitman (2006:65) :
Profitability ratio enable the analysis to evaluate the firm profits with respect
to a given level of sales, a certain level of assets, or the owner investment .
Artinya bahwa rasio profitabilitas adalah suatu analisis yang memungkinkan untuk
mengevaluasai laba perusahaan dengan memperhatikan nilai penjualan, beberapa nilai
aset, atau penanam modal.
Sedangkan menurut Dewi Astuti (2004;36):
Profitabilitas adalah suatu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih.
Para
investor
dan
kreditur
sangat berkepentingan
dalam
mengevaluasi
kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang.
Dengan demikian bagi investor sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas
ini, karena memuat informasi mengenai tingkat keuntungan yang akan diterimanya.
2.6.2 Ukuran Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan tolak ukur menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan.
Menurut Susan Irawati (2006;58), untuk mengukur rasio profitabilitas digunakan
rasio-rasio sebagai berikut:
1. Net Profit Margin (NPM)
2. Gross Profit Margin (GPM)
3. Operating Profit Margin (OPM)
4. Operating Ratio (OR)
5. Return on Assets (ROA)
6. Return on Equity (ROE)
7. Earning per Share (EPS)
8. Return on Investment (ROI)
2.7 Return On Investment (ROI)
2.7.1 Pengertian Return On Investment (ROI)
Analisis ROI dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting karena
merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh ( comprehensive). Analisis ROI
merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas dari
keseluruhan operasi perusahaan.
ROI merupakan salah satu Rasio Profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan.
Pengertian Return On Investment menurut Helfert (2000 ; 449) adalah :
The relationship of anual after tax earning to the recorded shareholders equity
used as a measure of the effectiveness with which shareholders funds have been
invested.
Menurut Bergevin (2002 ; 274) ROI diartikan sebagai :
Measures of wealth creation from a given level and type of capital.
Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001 ; 336) arti ROI adalah :
Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan netto.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi kerja yang diraih oleh suatu
perusahaan, oleh karena itu pengukuran kinerja keuangan perusahaan juga memerlukan suatu
analisis yang mampu menganalisis kemampuan perusahaan secara menyeluruh. Berdasarkan
alasan tersebut, analisis tingkat pengembalian investasi dengan teknik analisisnya yang bersifat
komprehensif jadi seringkali dijadikan sebagai acuan untuk menilai kinerja keuangan
perusahaan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 ; 305) ROI dapat diperoleh dengan rumus :
ROI =
Laba Bersih
Rata - Rata Modal
Rasio ini juga dapat ditulis dalam rumus sebagai berikut :
Menurut Martono (2002 ; 60)
ROI =
Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
2.7.2 Kegunaan Return On Investment (ROI)
Return On Investment (ROI) digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari keseluruhan investor yang ditanamkan dengan menggunakan aktiva yang
ada. Adapun beberapa kegunaan dari ROI menurut Munawir (2001 ; 91-92) sebagai berikut :
1. Analisis ROI bersifat menyeluruh, artinya apabila perusahaan telah menjalankan
praktek akuntansi dengan baik, maka manajemen dapat menggunakan teknik analisis
ROI untuk mengukur efisiensi dan evektivitas penggunaan asset-asset operasi,
produksi dan penjualan.
2. Apabila data industri yang sejenis tersedia, maka perusahaan dapat membedakan
perbandingan tingkat ROI dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Hal ini
dapat memperlihatkan tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan masalah
perusahaan dengan menganalisis kekuatan atau kelemahan dibandingkan dengan
perusahaan lain yang sejenis.
Analisis ROI selain berguna untuk keperluan pengendalian, juga berguna untuk
keperluan perencanaan. Menurut Gibson (2001 ; 29) adalah :
This ratio measures the ability of thr firm to reward those who provide long
term funds and attract provides of future funds
Artinya, bahwa kemampuan ukuran-ukuran rasio pada perusahaan untuk memberikan
penghargaan kepada siapa saja yang memberikan modal jangka panjang dan untuk
menyediakan modal untuk masa mendatang.
Rasio ini memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
2.8 Net Profit Margin (NPM)
2.8.1 Pengertian Net Profit Margin
Menurut Van Horne dan Wachowitz (2000 ; 150), NPM mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba dari penjualan. NPM dapat diperoleh dengan membagi laba bersih
setelah pajak dengan penjualan bersih. NPM sering disebut juga dengan Net Profit.
Pengertian Net Perofit Margin menurut Helfert (2000 ; 446) adalah :
The difference between periodic revenues and matching cost and expences,
after applicable income taxes.
Rasio ini dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut :
Menurut Martono (2002 ; 60)
NPM =
Laba Bersih Setelah Pajak
Penjualan Bersih
2.8.2 Kegunaan Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih setelah pajak yang
diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. Disamping itu rasio ini juga bermanfaat untuk
mengukur tingkat efisiensi total pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efisien
suatu perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biayanya, semakin besar pula keuntungan yang
didapat oleh perusahaan tersebut.
2.9 Pengaruh Kinerja Keuangan Yang Diukur Dengan Rasio Profitabilitas (ROI
dan NPM) Terhadap Dividend Payout Ratio
2.9.1 Pengaruh Return On Investment terhadap Dividen Payout Ratio
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bisnis yang berhasil diperoleh perusahaan dalam
menjalankan operasionalnya. Dividen merupakan sebagian dari keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu, dividen akan dibagikan jika perusahaan mempunyai
keuntungan. Keuntungan yang layak akan dibagikan kepada pemegang saham adalah
keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak.
Dalam penelitian ini, profitabilitas perusahaan diukur dengan Return On Investment (ROI).
Analisis ROI merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas yang lazim digunakan
pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Adapun
kegunaan dari rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan. Semakin tinggi retrun atau penghasilan yang diperoleh perusahaan dari hasil
operasinya akan membesarkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Dari uraian
diatas diharapkan besarnya keuntungan bersih mempengaruhi Dividen Payout Ratio secara
positif.
Dividen Payout Ratio merupakan persentase dari laba yang akan dibayarkan kepada
pemegang saham sebagai dividen tunai.
Keown, Martin, Pretty dan scott, Jr (2001:607) mengatakan bahwa :
Dividen payout ratio indicates the amounts of dividends paid relative to the
company earning
2.9.2 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Dividen Patout Ratio
Salah satu faktor kerja yang dilihat dalam pengukuran kinerja perusahaan adalah laba
perusahaan. Indikator yang dapat dijadikan ukuran kinerja perusahaan untuk mengukur
kemampuan perusahaan mendapatkan keuntungan bagi para pemegang saham adalah Net Profit
Margin. Rasio Net Profit Margin juga termasuk didalam salah satu rasio profitabilitas. Rasio ini
dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat diperoleh dari setiap
rupiah penjualan perusahaan, disamping itu rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur tingkat
efesiensi total penjualan biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efisien suatu perusahaan maka
semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan tersebut.
Menurut Martono dan Agus Harjito (2001:317), bahwa :
Ketiga keputusan keuangan (Keputusan investasi, pendanaan dan dividen) di
implementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang
diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada
makin tingginya pembagian dividen. Sehingga kemakmuran pemegang saham dengan
sendirinya semakin bertambah
Semakin tinggi perusahaan yang menghasilkan Net Profit Margin maka akan semakin
banyak para investor ingin menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena dengan laba
tinggi tersebut secara teoritis akan mampu membagikan dividen yang makin besar pula.
2.9.3 Pengaruh Kinerja Keuangan Yang Diukur Dengan Rasio Profitabilitas (ROI
dan NPM) Terhadap Dividend Payout Ratio
Kinerja keuangan perusahaan sangatlah berpengaruh terhadap pembagian dividen. Ini
dilihat dari kebijakan dividen yang sangat bergantung terhadap kinerja keuangan, khususnya
dilihat dari rasio profitabilitas.
Menurut pernyataan Sundjaja dan Inge Berlian (2002 ; 340) yang mengemukakan :
Tingkat pengembalian atas asset menentukan besarnya pembagian laba
dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh para pemegang saham baik
ditanamkan kembali kedalam perusahaan maupun di tempat lain.
Hal serupa didukung oleh Bapepam (2002 ; 1), yang menyatakan :
Dalam rangka menyajikan laporan keuangan Emiten atau Perusahaan
Publik, salah satu pihak yang harus dipertimbangkan adalah investor. Investor dan
manajer investasi berkepentingan dengan kemampuan perusahaan dalam menghadapi
resiko yang melekat dan hasil pengembangan investasi. Pihak-pihak tersebut
membutuhkan informasi dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menahan
atau menjual investasi serta untuk menilai kemampuan Emiten atau Perusahaan
Publik untuk membayar dividen.
Jadi sebenarnya kebijakan dividen merupakan informasi bagi pemegang saham untuk
menilai kinerja keuangan. Dari dua pernyataan diatas dapat dilihat bahwa adanya pengaruh
antara kinerja keuangan yang diukur dengan rasio profitabilitas (ROI dan NPM) terhadap
Dividend Payout Ratio
2.9.4 Pengaruh Perputaran Aktiva tetap, Piutang dan Persediaan Terhadap
Profitabilitas Perusahaan
Pada dasarnya modal kerja suatu perusahaan selalu dalam keadaan berputar selama
perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan beroperasi atau berusaha. Bila ditelaah secara
mendalam ternyata modal kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam penentuan tinggi
rendahnya tingkat profitabilitas perusahaan karena baik laba bersih operasi atau laba usaha,
penjualan, maupun aktiva operasional sebenarnya ditentukan oleh besarnya modal kerja.
Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002;155), bahwa:
Modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang
berputar dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya dalam melaksanakan suatu usaha,
atau modal kerja adalah kas/bank, surat berharga, yang mudah dituangkan missalnya
cek, giro, (deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak
melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur
unsur modal kerja perusahaan
terdiri dari kas, sekuritas, piutang, dan persediaan. Apabila proses produksi atau operasi
perusahaan meningkat maka jelas sekali perusahaan memerlukan modal kerja yang lebih besar
sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Dengan peningkatan pendapatan diharapkan
profitabilitas perusahaan akan meningkat pula.
Menurut Agus Sartono (2001;122):
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
memperoleh
laba
dalamhubungannyadengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Sedangkan ada beberapa para ahli yang berpendapat bahwa modal kerja akan
berpengaruh terhadap profitabilitas antara lain, menurut Gitman (2003;616), menyatakan:
Too much investment in current assets reduced profitability, whereas too little
investment increase the risk of not being able to pay debt at they come due.
Disamping itu juga Susan Irawati (2006;96), menyatakan bahwa:
Tingkat profitabilitas perusahaan akan dipengaruhi oleh investasi modal
kerja.
Berdasarkan keterangan
keterangan diatas, dapat terlihat bahwa modal kerja yang
terdiri dari kas, sekuritas, piutang dan persediaan suatu perusahaan pada umumnya akan
mempengaruhi tingkat profitabilitas yang tercermin pada peningkatan biaya operasional
perusahaan yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Tingkat profitabilitas akan
semakin maksimal apabila proses produksi suatu barang meningkat, sehingga perusahaan dapat
memaksimalkan nilai perusahaan.
2.9.5 Pengaruh Perputaran Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas
Aktiva tetap dapat berpengaruh terhadap profitabilitas seperti yang dikemukakan oleh
Ikatan Akuntansi, Standar Akuntansi Keuangan (2004;17) yang menyatakan bahwa:
Aktiva yang dapat disusutkan sering kali merupakan bagian signifikan aktiva
perusahaan dimana penyusutan karenanya dapat pengaruh secara signifikan dalam
menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil atau laba usaha perusahaan.
Perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva tetap adalah dengan harapan dapat
memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap tersebut. Perputaran dana yang
tertanam pada aktiva tetap akan diterima kembali keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu
beberapa tahun, dan kembalinya secara berangsur
terikat dalam aktiva tetap akan berangsur
angsur melalui depresiasi. Jumlah dana yang
angsur berkurang sesuai dengan metode yang
digunakan.
Menurut Mulyadi (2001;283-284) mengemukakan bahwa:
Investasi atau penanaman modal (capital expenditure) pengkaitan sumber
sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang,
misalnya penambahan mesin dan peralatan untuk peningkatan (kapasitas) produksi
dalam rangka memenuhi permintaan terhadap produk perusahaan.
Dari beberapa penjelasan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu perusahaan
dimana manajer keuangan dituntut harus dapat memprediksi dan melakukan investasi aktiva
tetap agar dapat menghasilkan suatu pendapatan pada perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari asset
asset tahan lama yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa. Dengan
demikian, agar dapat berproduksi, suatu perusahaan harus memiliki alat
dominan yang terdiri dari asset asset yang tahan lama.
2.9.6 Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas
alat produksi yang
Piutang yang diberikan kepada pelanggan tentunya harus bisa mendatangkan manfaat
bagi perusahaan. Untuk itu perlu diketahui efesiensi piutang. Untuk mengukur efesiensi piutang
bisa menggunakan dua ukuran yakni tingkat perusahaan piutang atau rata-rata terkumpulnya
piutang. Semakin efesien piutang tersebut atau semakin cepat piutang semakin efesien. (Sutrisno
(2003;63)
Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat
penjualan secara kredit .
Pada dasarnya, makin besar jumlah piutang dalam suatu perusahaan berarti makin besar
pula risikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitasnya.
Pengaruh besarnya piutang terhadap profitabilitas menurut Suad Husnan dan Enny
Pudjiastuti (2004;117), bahwa:
piutang merupakan proses penjualan barang hasil produksi secara kredit.
Penjulalan secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan (atau
untuk mencegah penurunan) penjualan. Dengan penjualan yang makin meningkat,
diharapkan laba juga akan meningkat.
Artinya, bahwa piutang suatu perusahaan mengalami kenaikan atau meningkat maka
profitabilitas yang diperoleh akan meningkat pula.
2.9.7 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap profitabilitas
Persediaan dalam hal ini merupakan persediaan perusahaan dalam menopang operasinal
perusahaan supaya kontinuitas operasi perusahaan bisa terus berjalan dengan baik, dalam
perputaran nya persediaan ini yaitu untuk mengganti perlengkapan atau hal
hal yang
diperlukan oleh perusahan untuk menjalankan operasinya.
Menurut Suyadi Prawirosentono (2000;65):
Persediaan (inventory) adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan
manufaktur yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi
barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi.
Persediaan yang terlalu besar apabila dibandingkan dengan kebutuhan perusahaan akan
mengakibatkan besarnya beban bunga, besarnya biaya penyimpanan, besarnya pemeliharaan
gudang, dan besarnya kemungkinan kerugian, sehingga semuanya ini akan memperkecil
profitabilitas perusahaan.
Menurut Iwan Triyuwono dan Moh. As udi (2001;1), bahwa:
Profitabiliatas merupakan suatu pos dasar dan penting dalam L/K yang
memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang
sebagai suatu dasar bagi perpajakan, penentuan kebijakan pembayaran dividen,
pedoman investasi, pengambilan keputusan dan unsure prediksi kinerja perusahaan .
Sedangkan pengaruh besarnya persediaan terhadap profitabilitas menurut Agus Sartono
(2001;444):
Bagi suatu perusahaan persediaan menjadi begitu penting karena kesalahan
dalam investasi persediaan akan mengganggu kelancaran operasi perusahaan.
Dengan persediaan yang cukup, perusahaan akan memenuhi pesanan dengan cepat,
namun demikian apabila persediaan terlalu besar maka akan mengakibatkan
perputaran persediaan yang rendah sehingga profitabilitas perusahaan menurun.
Dengan kata lain, jika persediaan perusahaan semakin meningkat maka tingkat profitabilitas
perusahaan akan menurun.
Download