BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Setiap perushaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja ataupun untuk pembelian aktiva tetap untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling murah. Kedua hal tersebut harus bisa diupayakan oleh manajer keuangan agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting di samping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen operasi, manajemen sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Dewasa ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Seiring dengan perkembangannya tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan dan mencari dana. Akan tetapi, manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting disamping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen operasi dan lain sebagainya. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah. Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memperlancar kegiatan operasinya. Menurut Gitman (2006:4) pengertian manajemen keuangan adalah : Management finance is concerned with the duties of the financial manager in the business firm. Financial managers actively manage the financial affairs of any type of business-financial and non financial, private and public, large and small, profit-seeking and not-for-profit. They perform such varied financial tasks as planning, extending credit to costumers, evaluating poposed large expenditures, and raising money to fund the firm s operation. Menurut Keown, Martin, Petty, dan Scott (2005:4), adalah : Financial management is corcerned with maintenance and creation of economic value or wealth Yang Artinya manajemen keuangan adalah mengenai pemeliharaan dan penciptaan dari nilai ekonomi atau kekayaan. 2.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan Tujuan manajemen keuangan menurut Susan Irawati (2006:4) adalah untuk memksimalkan profit atau keuntungan dan menimalkan biaya (expens atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum, dalam menjalankan perusahaan ke arah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau survive dan expantion. Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Husnan, 2004;6). 2.1.3 Prinsip Manajemen Keuangan Prinsip manajemen keuangan perusahaan menuntut agar baik dalam memperoleh maupun dalam menggunakan dana harus didasarkan pada perkembangan efisiensi dan efektivitas. Dengan demikian manajemen keuangan tidak lain adalah menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian yang baik dalam menggunakan maupun dalam pemenuhan kebutuhan dana dapat di gunakan dalam membuat keputusan bisnis dan investasi. 2.2 Laporan Keuangan Informasi mengenai perusahaan merupakan unsur yang penting bagi investor untuk membuat keputusan investasi, karena informasi tersebut memberikan gambaran suatu perusahaan baik mengenai kondisi performa dan prospek dimasa yang akan datang. Informasi yang berasal dari perusahaan emiten yang umum tersedia bagi para pelaku pasar dan dipublikasikan adalah laporan keuangan. 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan, diikhtisarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Dimana dalam laporan keuangan tersebut akan terlihat data kuantitatif dari harta, hutang,modal, pendapatan dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan. Menurut Agnes Sawir,( 2005:2) Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi yaitu media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;51): Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Sedangkan menurut Irma Nilasari dan Sri Wilujeng (2006:164) menjelaskan jenisjenis laporan keuangan antara lain: 1. Neraca (Balance Sheets) Merupakan ikhtisar kondisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, yang menunjukkan jumlah kekayaan/ asset perusahaan, jumlah hutang dan jumlah modal dari perusahaan. 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Merupakan laporan keuangan yang menunjukan hasil operasi pada periode tertentu dan mencerminkan status laba atau rugi, serta merupakan ringkasan penghasilan dan biaya biaya perusahaan dalam periode tertentu. 3. Laporan Arus Kas Laporan keuangan yang menggabungkan informasi dari neraca dan laporan laba- rugi, untuk menggambarkan sumber dan penggunaan kas selama periode tertentu. 4. Laporan Perubahan Posisi Keuangan Merupakan laporan tentang sumber dan penggunaan dana perusahaan, yang menunjukan hasil perbandingan antara neraca pada periode yang sedang berjalan dengan periode yang lampau. Sedangkan Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 ; 105): Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. 2.2.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan di antaranya adalah laporan keuangan. Laporan keuangan ini merupakan pencerminan dari prestasi manajemen perusahaan pada satu periode tertentu. Pada dasarnya laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi keuangan untuk digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Menurut Standar Akuntasi Keuangan (Agnes Sawir, 2005:2) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi 2. Laporan keuangan disusun untuk mengetahui kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan dalam Prinsip Akuntansi Indonesia Dari definisi diatas dapat dilihat bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemakainya dalam hal pengambilan keputusan tentang perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan atau pihak manajemen perusahaan tersebut. Manfaat dari laporan keuangan itu sendiri terletak pada interpretasi masing-masing pemakai laporan keuangan tersebut. Menurut Sofyan Syafri Harahap, (2006:132) tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan di dalam menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. Manfaat intern dari hasil interpetasi laporan keuangan dapat berupa tingkat kinerja keuangan perusahaan, kondisi keuangan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan saingan, efektifitas manajemen dalam pengoperasian perusahaan dan sebagainya. Sedangkan manfaat ektern dari hasil interpretasi laporan bagi investor dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan untuk menanamkan dana atau menaik modalnya pada perusahaan, bagi kreditur yaitu untuk membantu pengambilan keputusan dalam pemberian pinjaman kepada perusahaan. Secara luas manfaat pokok yang diberikan oleh laporan keuangan adalah informasi mengenai tingkat kinerja keuangan perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan tersebut. Tingkat kinerja perusahaan dapat dapat diketahui dengan melakukan analisis dan interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari analisis tersebut, dapat diketahui potensi-potensi dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat mengguanakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2.2.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Kuangan Walaupun laporan keuangan merupakan informasi yang sangat berguna bagi berbagai pihak untuk pengambilan keputusan, tapi haruslah disadari bahwa laporan keuangan masih mempunyai sifat dan keterbatasan, dan keduanya haruslah menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dari hasil analisis laporan keuangan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 ; 16) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini. 2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari pengunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadapkelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahas teknis akuntansi dan sifat informasi yang dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. 2.3 Analisis Laporan Keuangan Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan keuangan maka terlebih dahulu ia perlu memahami mengenai kondisi suatu perusahaan. Untuk memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang paling penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi apabila dengan informasi keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan, evaluasi dan analisis trend akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Disinilah arti penting suatu analisis laporan keuangan. 2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan adalah penelaahan dengan mempelajari hubungan- hubungan atau tendensi-tendensi untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasional serta perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan yang bersangkutan. Menurut Aliminsyah dan Padji MA (2005;166), analisis laporan keuangan adalah: Mencari hubungan yang ada antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan. Menurut Sofyan Syafri Harahap,(2006:190) Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Bernstein, analisis keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analasis data laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan . Jadi analisis laporan keuangan adalah metoda dan teknik analisis atas laporan keuangan yang berfungsi untuk mengkonversikan data yang berasal dari laporan keuangan sebagai bahan mentahnya menjadi informasi yang lebih berguna, lebih mendalam, dan lebih tajam, dengan teknik tertentu. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah membedah dan menguraikan pos-pos laporan keuangan untuk mencari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut 2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan analisis laporan keuangan adalah menggunakan data historis akuntansi untuk membantu memprediksi bagaimana kinerja perusahaan di masa mendatang. Hal ini merupakan hal terpenting dari suatu analisis laporan keuangan. Investor pada prinsipnya sangat memperhatikan tingkat profitabilitas perusahaan yang akan dapat menjamin tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Sedangkan dari sudut manajemen, analisa laporan keuangan berguna sebagai cara untuk mengantisipasi keadaan dimasa mendatang. Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005 ; 57) : Tujuan dari analisis laporan keuangan adalah mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi. Mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akanpenggunaan pertimbangan-pertimbangan melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Tujuan analisis laporan keuangan (Sofyan Syafri Harahap, 2006:195) adalah sebagai berikut : 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan (implicit) 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teoriteori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating) 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan peride sebelumnya 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya 10. Bisa juga memprediksi petensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang Dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan maka akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan perusahaan dan hasilhasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dari semua tujuan tersebut, tujuan yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi serta mengurangi dan mempersempit lingkup ketidak pastian pada setiap proses pengambilan keputusan. 2.3.3 Teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Sofyan Sayfri Harahap (2004 ; 216), mengemukakan teknik dalam analisis laporan keuangan sebagai berikut : 1. Metode Komperatif Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan keuangan dan membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan lainnya. Perbandingan ini dapat dilakukan melalui : a. Perbandingan dalam beberapa tahun (horizontal). b. Perbandingan satu tahun buku (vertikal), yang dibandingkan adalah unsurunsur yang terdapat dalm laporan keuangan. c. Perbandingan dengan perusahaan yang terbaik. d. Perbandingan dengan angka-angka standar Industri yang berlaku (Industrial Norm). e. Perbandingan dengan budget (anggaran perusahaan). 2. Trend Analysis Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan beberepa tahun dan dari sini digambarkan trendnya. Trend analisis ini biasanya dibuat melalui grafik. 3. Common size Financial Statement (Laporan Bentuk Awam) Metode ini adalah merupakan metode analisis yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk persentasi. Persentasi itu biasanya dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilai penting misalnya asset untuk neraca, penjualan untuk laba rugi. 4. Metode Indeks time series Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk mengkoversikan angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100. Beranjak dari tahun dasar ini maka dibuat indeks tahun-tahun lainnya sehingga dapat dibaca dengan mudah perkembangan angka-angka laporan keuangan tersebut pada periode lain. 5. Rasio Laporan Keuangan Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Adapun rasio keuangan yang populer adalah : a. Rasio Likuiditas Menggambarkan kemampuan perusahaan menyelesaikan kebutuhan jangka pendek b. Solvabilitas Kemampuan perusahaan memenuhi atau menyelesaikan kebutuhan jangka panjang. c. Rentabilitas/ Profitabilitas Kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua resorsis yang ada, penjualan, kas, asset, modal. d. Leverage Mengetahui posisi utang perusahaan terhadap modal maupun asset. e. Activity Mengetahui aktivitas perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam penjualan dan kegiatan lainnya. f. Produktivitas Mengetahui produktivitas unit yang dinilai. 6. Analisis sumber dan penggunaan Kas dan Dana Analisis sumber dan penggunaan dana dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan dua periode. Laporan ini dibandingkan dan dilihat mutasinya. Teknik analisis apapun yang digunakan kesemuanya itu adalah merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap teknik analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 2.4 Analisis Rasio Keuangan 2.4.1 Rasio Sebagai Analisis Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang analis memerlukan adanya yardstick atau ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio. Sedangkan menurut Lyn M Fraser dan Aileen Ormiston, (2008:346) Rasio keuangan adalah perhitungan yang dilakukan untuk menstandarisasikan, menganalisis, dan membandingkan data keuangan yang dinyatakan hubungan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 ; 297) menyatakan : Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Sedangkan menurut M. Faisal Abdullah (2004 ; 41): Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laba rugi baik secara individu maupun secara simultan. Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik dalam manajemen keuangan yaitu dengan membandingkan dua buah variabel yang dapat diambil dari neraca ataupun dari laporan rugi-laba. 2.4.2 Jenis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja perusahaan karena penggunaannya yang relatif mudah. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2007;70), pengelompokkan rasio keuangan menurut tujuan pengukuran, yaitu: 1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. 2. Rasio Leverage, yaitu rasio yang mengukur sejauhmana perusahaan dibiayai oleh hutang. 3. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur tingkat efektifitas pemanfaatan sumber daya perusahaan. 4. Rasio Profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan ukuran tingkat efektifitas manajemen seperti ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi. 5. Rasio Pertumbuhan, yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonomi di tengah pertumbuhan ekonomi dan sektor usaha. 6. Rasio Penilaian, yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usaha di atas biaya investasi. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On Investment (ROI) dan Net Pofit Margin (NPM) yang apabila dikelompokkan berdasarkan tujuannya termasuk kedalam kelompok Rasio Profitabilitas, karena digunakan untuk mengukur dan menghitung tingkat kemampuan perusahaan dalam melakukan operasinya. 2.4.3 Manfaat Analisis Rasio Menurut R. Agus Sartono (2001 ; 113), Analisis keuangan mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan dibidang financial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya dimasa datang. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya hutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga ujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai. Dari sudut investor, memperkirakan masa mendatang merupakan hal yang terpenting dari menganalisis laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan bagi investor dapat bermanfaat dalam menentukan kebijaksanaannya dalam melakukan antisipasi terhadap kemungkinan situasi yang buruk dimasa yang akan datang. Dengan menganalisis laporan keuangan tersebut akan diketahui kelebihan dan kekurangan perusahaan serta perkembangan perusahaan dimasa sekarang yang dapat dijadikan sebagai pedoman bagi perencanaan perusahaan dimasa yang akan datang. 2.5 Kinerja (Performance) Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan didalam melaksanakan tanggung jawabnya. 2.5.1 Pengertian Penilaian Kinerja Performance diterjemahkan menjadi kinerja, yang juga berarti prestasi kerja, pencapaian kerja atau penampilan kerja. Menurut Kamus Manajemen (2005 ; 288) performance atau kinerja diartikan sebagai kegiatan menunaikan. Dan menurut Tendi Haruman, Maya Ariyanti dan Diana Sari (2004 ; 96): Kinerja dinyatakan dengan rentabilitas yang dipengaruhi oleh jumlah laba dan aktiva serta modal yang dimiliki. Kinerja dapat dipergunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai efektifitas suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Rudianto (2006:293), Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Prestasi manajer pusat pendapatan diukur atas dasar pendapatan yang dicapai oleh unit organisasi yang dipimpinnya. Penilaian prestasi manajer tersebut dilakukan dengan cara membandingkan anggaran pendapatan dengan realisasinya. Selisih antara anggaran dengan realisasinya dapat dibagi kedalam selisih yang menguntungkan atau favorable variance dan selisih tidak menguntungkan atau unfavorable variance. Selisih antara anggaran dengan realisasinya dianalisis untuk mengetahui penyebab timbulnya selisih tersebut. Penilaian kinerja ini juga dilakukan untuk menyediakan umpan balik bagi karyawan dengan memberikan penghargaan khusus (reward) terhadap hasil kerja yang baik, dan memberikan hukuman (punishment) bagi yang lalai. 2.5.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan prilaku yang tidak semestinya terjadi melalui umpan balik kinerja hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan. Menurut Mulyadi (2001 ; 416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan. 3. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka dalam menilai kinerja bawahannya. 4. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 5. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kinerja seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 2.5.3 Pengukuran Dalam Penilaian Kinerja Menurut Mulyadi (2001 ; 434) terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu ukuran kriteria tunggal (single criteria), ukuran kriteria beragam (multiple criteria), dan ukuran kriteria gabungan (composite criteria). 1. Kriteria Tunggal (Singel Criteria) Mengukur kinerja karyawan dimana orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria lain, yang memungkinkan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu perusahaan atau bagiannya. 2. Kriteria Beragam (Multiple Criteria) Aspek kinerja manajer dicari ukurannya, sehingga seorang manajer diukur kriterianya dengan beragam kriteria. Tujuannya agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja. 3. Kriteria Gabungan (Composite Criteria) Pembobotan angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing. 2.5.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja Perusahaan Penilaian kinerja dikembangkan untuk memberikan beberapa petunjuk bagi para manajer untuk mengevaluasi kinerja. Perkembangan alat ukur penilaian kinerja dan spesifikasi struktur penghargaan merupakan hal utama dalam organisasi atau perusahaan, karena alat ukur dan penilaian kinerja dapat mempengaruhi prilaku para manajer. Penilaian kinerja dapat mendukung tingkat keserasian tujuan. Dengan kata lain, penilaian kinerja mempunyai pengaruh dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2001 ; 822) , ada beberapa alat ukur kinerja perusahaan, yaitu : 1. Laba Atas Investasi (ROI) Merupakan alat ukur kinerja yang paling umum bagi pusat investasi, yaitu alat ukur kinerja yang mengaitkan laba operasi dengan aktiva. Yang akan dipakai adalah menghitung laba yang dihasilkan per-rupiah investasi. 2. Laba Residual (Residual Income) Merupakan perbedaan antara laba operasi dan minimum pengembalian rupiah yang diperlukan aktiva operasi perusahaan. 3. Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added) Adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Jika economic value added positif, berarti perusahaan menghasilkan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan tidak bisa menghasilkan kekayaan. 2.6 Rasio Profitabilitas 2.6.1 Pengertian Rasio Profitabilitas Laba merupakam tujuan utama dari semua perusahaan yang berorietasi bisnis. Namun perhitungan laba untuk jangka waktu tertentu hanya dapat diramalkan saja, karena perhitungan yang tepat baru dapat terjadi jika perusahaan mengakhiri kegiatan operasionalnya dan menjual semua produk yang ada. Dengan kata lain biaya produksi harus lebih kecil dari angka jual suatu produk. Menurut Martono dan Agus Harjito (2007;59) Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan investasi. Rasio profitabilitas menurut Gitman (2006:65) : Profitability ratio enable the analysis to evaluate the firm profits with respect to a given level of sales, a certain level of assets, or the owner investment . Artinya bahwa rasio profitabilitas adalah suatu analisis yang memungkinkan untuk mengevaluasai laba perusahaan dengan memperhatikan nilai penjualan, beberapa nilai aset, atau penanam modal. Sedangkan menurut Dewi Astuti (2004;36): Profitabilitas adalah suatu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditur sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang. Dengan demikian bagi investor sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini, karena memuat informasi mengenai tingkat keuntungan yang akan diterimanya. 2.6.2 Ukuran Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan tolak ukur menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Menurut Susan Irawati (2006;58), untuk mengukur rasio profitabilitas digunakan rasio-rasio sebagai berikut: 1. Net Profit Margin (NPM) 2. Gross Profit Margin (GPM) 3. Operating Profit Margin (OPM) 4. Operating Ratio (OR) 5. Return on Assets (ROA) 6. Return on Equity (ROE) 7. Earning per Share (EPS) 8. Return on Investment (ROI) 2.7 Return On Investment (ROI) 2.7.1 Pengertian Return On Investment (ROI) Analisis ROI dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting karena merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh ( comprehensive). Analisis ROI merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI merupakan salah satu Rasio Profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Pengertian Return On Investment menurut Helfert (2000 ; 449) adalah : The relationship of anual after tax earning to the recorded shareholders equity used as a measure of the effectiveness with which shareholders funds have been invested. Menurut Bergevin (2002 ; 274) ROI diartikan sebagai : Measures of wealth creation from a given level and type of capital. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001 ; 336) arti ROI adalah : Kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi kerja yang diraih oleh suatu perusahaan, oleh karena itu pengukuran kinerja keuangan perusahaan juga memerlukan suatu analisis yang mampu menganalisis kemampuan perusahaan secara menyeluruh. Berdasarkan alasan tersebut, analisis tingkat pengembalian investasi dengan teknik analisisnya yang bersifat komprehensif jadi seringkali dijadikan sebagai acuan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 ; 305) ROI dapat diperoleh dengan rumus : ROI = Laba Bersih Rata - Rata Modal Rasio ini juga dapat ditulis dalam rumus sebagai berikut : Menurut Martono (2002 ; 60) ROI = Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva 2.7.2 Kegunaan Return On Investment (ROI) Return On Investment (ROI) digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari keseluruhan investor yang ditanamkan dengan menggunakan aktiva yang ada. Adapun beberapa kegunaan dari ROI menurut Munawir (2001 ; 91-92) sebagai berikut : 1. Analisis ROI bersifat menyeluruh, artinya apabila perusahaan telah menjalankan praktek akuntansi dengan baik, maka manajemen dapat menggunakan teknik analisis ROI untuk mengukur efisiensi dan evektivitas penggunaan asset-asset operasi, produksi dan penjualan. 2. Apabila data industri yang sejenis tersedia, maka perusahaan dapat membedakan perbandingan tingkat ROI dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Hal ini dapat memperlihatkan tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan masalah perusahaan dengan menganalisis kekuatan atau kelemahan dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. Analisis ROI selain berguna untuk keperluan pengendalian, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Menurut Gibson (2001 ; 29) adalah : This ratio measures the ability of thr firm to reward those who provide long term funds and attract provides of future funds Artinya, bahwa kemampuan ukuran-ukuran rasio pada perusahaan untuk memberikan penghargaan kepada siapa saja yang memberikan modal jangka panjang dan untuk menyediakan modal untuk masa mendatang. Rasio ini memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. 2.8 Net Profit Margin (NPM) 2.8.1 Pengertian Net Profit Margin Menurut Van Horne dan Wachowitz (2000 ; 150), NPM mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dari penjualan. NPM dapat diperoleh dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. NPM sering disebut juga dengan Net Profit. Pengertian Net Perofit Margin menurut Helfert (2000 ; 446) adalah : The difference between periodic revenues and matching cost and expences, after applicable income taxes. Rasio ini dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut : Menurut Martono (2002 ; 60) NPM = Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan Bersih 2.8.2 Kegunaan Net Profit Margin (NPM) Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih setelah pajak yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. Disamping itu rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur tingkat efisiensi total pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efisien suatu perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biayanya, semakin besar pula keuntungan yang didapat oleh perusahaan tersebut. 2.9 Pengaruh Kinerja Keuangan Yang Diukur Dengan Rasio Profitabilitas (ROI dan NPM) Terhadap Dividend Payout Ratio 2.9.1 Pengaruh Return On Investment terhadap Dividen Payout Ratio Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bisnis yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dividen merupakan sebagian dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu, dividen akan dibagikan jika perusahaan mempunyai keuntungan. Keuntungan yang layak akan dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Dalam penelitian ini, profitabilitas perusahaan diukur dengan Return On Investment (ROI). Analisis ROI merupakan salah satu bentuk rasio profitabilitas yang lazim digunakan pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Adapun kegunaan dari rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi retrun atau penghasilan yang diperoleh perusahaan dari hasil operasinya akan membesarkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Dari uraian diatas diharapkan besarnya keuntungan bersih mempengaruhi Dividen Payout Ratio secara positif. Dividen Payout Ratio merupakan persentase dari laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen tunai. Keown, Martin, Pretty dan scott, Jr (2001:607) mengatakan bahwa : Dividen payout ratio indicates the amounts of dividends paid relative to the company earning 2.9.2 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Dividen Patout Ratio Salah satu faktor kerja yang dilihat dalam pengukuran kinerja perusahaan adalah laba perusahaan. Indikator yang dapat dijadikan ukuran kinerja perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan mendapatkan keuntungan bagi para pemegang saham adalah Net Profit Margin. Rasio Net Profit Margin juga termasuk didalam salah satu rasio profitabilitas. Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan, disamping itu rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur tingkat efesiensi total penjualan biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efisien suatu perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan tersebut. Menurut Martono dan Agus Harjito (2001:317), bahwa : Ketiga keputusan keuangan (Keputusan investasi, pendanaan dan dividen) di implementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya pembagian dividen. Sehingga kemakmuran pemegang saham dengan sendirinya semakin bertambah Semakin tinggi perusahaan yang menghasilkan Net Profit Margin maka akan semakin banyak para investor ingin menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena dengan laba tinggi tersebut secara teoritis akan mampu membagikan dividen yang makin besar pula. 2.9.3 Pengaruh Kinerja Keuangan Yang Diukur Dengan Rasio Profitabilitas (ROI dan NPM) Terhadap Dividend Payout Ratio Kinerja keuangan perusahaan sangatlah berpengaruh terhadap pembagian dividen. Ini dilihat dari kebijakan dividen yang sangat bergantung terhadap kinerja keuangan, khususnya dilihat dari rasio profitabilitas. Menurut pernyataan Sundjaja dan Inge Berlian (2002 ; 340) yang mengemukakan : Tingkat pengembalian atas asset menentukan besarnya pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh para pemegang saham baik ditanamkan kembali kedalam perusahaan maupun di tempat lain. Hal serupa didukung oleh Bapepam (2002 ; 1), yang menyatakan : Dalam rangka menyajikan laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik, salah satu pihak yang harus dipertimbangkan adalah investor. Investor dan manajer investasi berkepentingan dengan kemampuan perusahaan dalam menghadapi resiko yang melekat dan hasil pengembangan investasi. Pihak-pihak tersebut membutuhkan informasi dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menahan atau menjual investasi serta untuk menilai kemampuan Emiten atau Perusahaan Publik untuk membayar dividen. Jadi sebenarnya kebijakan dividen merupakan informasi bagi pemegang saham untuk menilai kinerja keuangan. Dari dua pernyataan diatas dapat dilihat bahwa adanya pengaruh antara kinerja keuangan yang diukur dengan rasio profitabilitas (ROI dan NPM) terhadap Dividend Payout Ratio 2.9.4 Pengaruh Perputaran Aktiva tetap, Piutang dan Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada dasarnya modal kerja suatu perusahaan selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan beroperasi atau berusaha. Bila ditelaah secara mendalam ternyata modal kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam penentuan tinggi rendahnya tingkat profitabilitas perusahaan karena baik laba bersih operasi atau laba usaha, penjualan, maupun aktiva operasional sebenarnya ditentukan oleh besarnya modal kerja. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002;155), bahwa: Modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau modal kerja adalah kas/bank, surat berharga, yang mudah dituangkan missalnya cek, giro, (deposito), piutang dagang dan persediaan yang tingkat perputarannya tidak melebihi satu tahun atau jangka waktu operasi normal perusahaan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa unsur unsur modal kerja perusahaan terdiri dari kas, sekuritas, piutang, dan persediaan. Apabila proses produksi atau operasi perusahaan meningkat maka jelas sekali perusahaan memerlukan modal kerja yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Dengan peningkatan pendapatan diharapkan profitabilitas perusahaan akan meningkat pula. Menurut Agus Sartono (2001;122): Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalamhubungannyadengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan ada beberapa para ahli yang berpendapat bahwa modal kerja akan berpengaruh terhadap profitabilitas antara lain, menurut Gitman (2003;616), menyatakan: Too much investment in current assets reduced profitability, whereas too little investment increase the risk of not being able to pay debt at they come due. Disamping itu juga Susan Irawati (2006;96), menyatakan bahwa: Tingkat profitabilitas perusahaan akan dipengaruhi oleh investasi modal kerja. Berdasarkan keterangan keterangan diatas, dapat terlihat bahwa modal kerja yang terdiri dari kas, sekuritas, piutang dan persediaan suatu perusahaan pada umumnya akan mempengaruhi tingkat profitabilitas yang tercermin pada peningkatan biaya operasional perusahaan yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Tingkat profitabilitas akan semakin maksimal apabila proses produksi suatu barang meningkat, sehingga perusahaan dapat memaksimalkan nilai perusahaan. 2.9.5 Pengaruh Perputaran Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas Aktiva tetap dapat berpengaruh terhadap profitabilitas seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntansi, Standar Akuntansi Keuangan (2004;17) yang menyatakan bahwa: Aktiva yang dapat disusutkan sering kali merupakan bagian signifikan aktiva perusahaan dimana penyusutan karenanya dapat pengaruh secara signifikan dalam menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil atau laba usaha perusahaan. Perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva tetap adalah dengan harapan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap tersebut. Perputaran dana yang tertanam pada aktiva tetap akan diterima kembali keseluruhannya oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun, dan kembalinya secara berangsur terikat dalam aktiva tetap akan berangsur angsur melalui depresiasi. Jumlah dana yang angsur berkurang sesuai dengan metode yang digunakan. Menurut Mulyadi (2001;283-284) mengemukakan bahwa: Investasi atau penanaman modal (capital expenditure) pengkaitan sumber sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang, misalnya penambahan mesin dan peralatan untuk peningkatan (kapasitas) produksi dalam rangka memenuhi permintaan terhadap produk perusahaan. Dari beberapa penjelasan dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu perusahaan dimana manajer keuangan dituntut harus dapat memprediksi dan melakukan investasi aktiva tetap agar dapat menghasilkan suatu pendapatan pada perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari asset asset tahan lama yang digunakan oleh perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa. Dengan demikian, agar dapat berproduksi, suatu perusahaan harus memiliki alat dominan yang terdiri dari asset asset yang tahan lama. 2.9.6 Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas alat produksi yang Piutang yang diberikan kepada pelanggan tentunya harus bisa mendatangkan manfaat bagi perusahaan. Untuk itu perlu diketahui efesiensi piutang. Untuk mengukur efesiensi piutang bisa menggunakan dua ukuran yakni tingkat perusahaan piutang atau rata-rata terkumpulnya piutang. Semakin efesien piutang tersebut atau semakin cepat piutang semakin efesien. (Sutrisno (2003;63) Piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat penjualan secara kredit . Pada dasarnya, makin besar jumlah piutang dalam suatu perusahaan berarti makin besar pula risikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitasnya. Pengaruh besarnya piutang terhadap profitabilitas menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004;117), bahwa: piutang merupakan proses penjualan barang hasil produksi secara kredit. Penjulalan secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan (atau untuk mencegah penurunan) penjualan. Dengan penjualan yang makin meningkat, diharapkan laba juga akan meningkat. Artinya, bahwa piutang suatu perusahaan mengalami kenaikan atau meningkat maka profitabilitas yang diperoleh akan meningkat pula. 2.9.7 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap profitabilitas Persediaan dalam hal ini merupakan persediaan perusahaan dalam menopang operasinal perusahaan supaya kontinuitas operasi perusahaan bisa terus berjalan dengan baik, dalam perputaran nya persediaan ini yaitu untuk mengganti perlengkapan atau hal hal yang diperlukan oleh perusahan untuk menjalankan operasinya. Menurut Suyadi Prawirosentono (2000;65): Persediaan (inventory) adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan manufaktur yang digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi. Persediaan yang terlalu besar apabila dibandingkan dengan kebutuhan perusahaan akan mengakibatkan besarnya beban bunga, besarnya biaya penyimpanan, besarnya pemeliharaan gudang, dan besarnya kemungkinan kerugian, sehingga semuanya ini akan memperkecil profitabilitas perusahaan. Menurut Iwan Triyuwono dan Moh. As udi (2001;1), bahwa: Profitabiliatas merupakan suatu pos dasar dan penting dalam L/K yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, penentuan kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, pengambilan keputusan dan unsure prediksi kinerja perusahaan . Sedangkan pengaruh besarnya persediaan terhadap profitabilitas menurut Agus Sartono (2001;444): Bagi suatu perusahaan persediaan menjadi begitu penting karena kesalahan dalam investasi persediaan akan mengganggu kelancaran operasi perusahaan. Dengan persediaan yang cukup, perusahaan akan memenuhi pesanan dengan cepat, namun demikian apabila persediaan terlalu besar maka akan mengakibatkan perputaran persediaan yang rendah sehingga profitabilitas perusahaan menurun. Dengan kata lain, jika persediaan perusahaan semakin meningkat maka tingkat profitabilitas perusahaan akan menurun.