Gambaran Pengetahuan Tentang Senam Diabetes Mellitus Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan Karanganyar Warsito1), AtiekMurharyati,2)GalihSetia Adi3) 1) Mahasiswa Program Studi S 1 Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta 2) Staf pengajar Program Studi S 1 Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta 3) Staf pengajar Program Studi S 1 Keperawatan STKes Kusuma Husada Surakarta Abstrak Diabetes Mellitus (DM) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan menurunkan mutu sumber daya manusia.Senam DM secara umum bermanfaat bagi penatalaksanaan DM, yaitu: mengontrol gula darah, terutama pada DM tipe 2, menghambat dan memperbaiki faktor resiko penyakit kardiovaskuler, menurunkan berat badan, memperbaiki gejala-gejala muculkeletal. Jenispenelitianinimenggunakandeskriptifkuantitatif.Dalampenelitianinisampel yang digunakansebanyak 33responden dan dilaksanakan padabulanOktober 2015. Variabel penelitian yaitu variabel tunggalyaitu tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus. Instrumendalampenelitianyaitukuesioner.Carapenelitimengumpulkan data yang akandilakukandalampenelitianinidiperolehdari primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Tingkatpengetahuantentangsenam diabetes mellitus padapasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di PuskesmasKarangpandanKaranganyar pengetahuan baik sebanyak 2 responden (6,1%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak21responden (63,6%), tingkat pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (30,3%). Mayoritas tingkatpengetahuantentangsenam diabetes mellitus padapasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di PuskesmasKarangpandanKaranganyadiketahui tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 21 responden (63,6%). Kata Kunci : pengetahuan, senam DM DaftaPustaka : 18literatur (2005-2013) 1 Overview of Knowledge of Diabetes Mellitus Calisthenics of Type 2 Diabetes Mellitus Clients at the Community Health Center of Karangpandan, Karanganyar Warsito ABSTRACT Diabetes mellitus currently is one of the health problems which have impacts on productivity and decrease the quality of human resources. Diabetes mellitus calisthenics in general is useful for the diabetes mellitus management, namely: to control blood glucose particularly in those with Type-2 diabetes mellitus, to inhibit and improve the risk factors of cardiovascular diseases, to lose weight, and to improve musculoskeletal symptoms. The objective of this research is to investigate the overview of diabetes mellitus calisthenics of Type-2 Diabetes Mellitus clients at Community Health Center of Karangpandan, Karanganyar. This research used the descriptive quantitative method and was conducted in October 2015. Its samples consisted of 33 respondents. The variable of research used the single variable, namely: the level of knowledge of diabetes mellitus calisthenics . The data of research were collected through questionnaire. They consisted of primary and secondary ones, and were analyzed by using the univariate analysis. 2 respondents (6.1%) had a good level of knowledge of diabetes mellitus calisthenics, 21 respondents (63.6%) had a fairly good level of knowledge of diabetes mellitus calisthenics, and 10 respondents (30.3%) had less good level of knowledge of diabetes mellitus calisthenics. Thus, in majority 21 Type-2 diabetes mellitus clients (63.6%) at Community Health Center of Karangpandan, Karanganyar had a fairly good level of knowledge of diabetes mellitus calisthenics. Keywords : Knowledge, diabetes mellitus calisthenics 2 berdasarkandoagnosisataugejalamenurutpr Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) pada saat ini ovinsitahun 2012.Berdasarkan diagnosis merupakan salah satu masalah kesehatan ataugejala, yang berdampak pada produktivitas dan merupakanprovinsidenganprevalensi menurunkan mutu sumber daya manusia. tertinggiyaitusebesar Penderita DM diseluruh dunia pada tahun Aceh 2015 berkisar 333 juta orang. Peningkatan Sedangkanprovinsidenganprevalensiterend terjadi populasi ahyaitu Lampung sebesar 0,4% serta penduduk dan perubahan gaya hidup, Sumatera, Bengkulu, dan Maluku yang mulai dari makan atau jenis makanan yang masing-masingmemilikiprevalensi dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan sebesar 0,5%. jasmani. Hal ini terutama pada kelompok terdapat 5 usia dewasa ke atas pada seluruh status denganprevalensilebihdari 1,5%, sebanyak ekonomi, selain itu peningkatan jumlah 15 provinsi (45,5%) denganprevalensi 1%- kasus DM terjadi karena kurangnya tenaga 1,5%, dansebanyak 13 provinsi (39,4%) kesehatan, peralatan pemantauan obat- denganprevalensikurangdari 1%. Diabetes obatan mellitus karena bertambahnya tertentu, serta belum ada DKI Jakarta 2,6%, DM diikutioleh sebesar 1,7%. DM Berdasarkankategori, provinsi (15,2%) keseragaman dalam mengelola pasien DM sangatberkaitandenganobesitas.Prevalensio oleh dokter di lini depan (Zahtamal, dkk, besitaspenduduk> 18 tahun di Indonesia 2007). Diabetes melitus merupakan suatu sebesar 11,7%, sebesar 7,8% padalaki- penyakit kronik yang kompleks yang lakidan 15,5% padaperempuan (Depkes melibatkan RI, 2014). kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta Senam DM secara umum berkembangnya komplikasi makrovaskuler bermanfaat bagi penatalaksanaan DM, dan neurologis (Riyadi dan Sukarmin, yaitu: mengontrol gula darah, terutama 2008). pada Menurutrisetprevalensi Indonesia padatahun di memperbaiki tipe 2, faktor menghambat dan resiko penyakit sebesar kardiovaskuler, menurunkan berat badan, dansebesar memperbaiki gejala-gejala muculkeletal. 1,1% berdasarkan diagnosis ataugejala. Pada DM tipe 2 olah raga sangat berkaitan Prevalensi pengontrolan gula darah penderita, tentu 0,7%berdasarkan 3 2012 DM DM diagnosis diabetes mellitus saja haru didahului dengan diet terlebih ar,jumlah dahulu. Pada kelompok penderita DMTD jalanpada bulan Mei 2015 sebanyak 34 obesitas dengan insulin resitensi dapat pasien. meningkat kepekaan insulin, oleh sebab itu Setelahdilakukanwawancaraterhadap apa bila intensitas latihan diperberat makan orang, menimbulkan pasientidakdapatmenjawabtentangpengerti hipoglikemia (Santoso, 2010). pasien (2011), dengan rawat 10 6 ansenam Penelitian yang dilakukanSinaga DM diabetes dan 4 pasiendapatmenjawabpertanyaantentangse nam diabetes melitus.Sedangkandari 10 hasilujistatistikdenganmenggunakanuji t pasien yang aktifsebanyak dependentdidapatkan p = 0,000 dengan pasienmelakukansenam rata-rata seminggudan penurunankadarglukosadarahsebesar 18.03 pasienmelakukansenamkurangdari 3 kali mg/dl seminggu. yang 3 4 kali 6 Berdasarkanlatarbelakang di artinyamenunjukkanbahwasenam Diabetes ataspenulistertarikmengadakanpenelitiante Melitusdapatmenurunkankadarglukosadara ntang hsecarasignifikanpadapenderita tingkatpengetahuantentangsenam diabetes melitustipe 2. harusmelakukan karenadengan diabetes “Gambaran Penderita DM mellitus monitoring diri, (DM) diri, PuskesmasKarangpandanKaranganyar”. monitoring padapasien diabetes tipe mellitus 2 di penderitadapatlebihmengetahuitentangkead aandirinyasepertikeadaanguladalamdarahy a, beratbadan, danapapun yang dirasakan. Pengelolaandiri (self managment) yaitubagaimanapasiendiarahkan agar METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan deskriptifkuantitatif. mendeskripsikan Penelitian gambaran pengetahuan atkkanperilakukepatuhan. mellitus pada pasien diabetes mellitus hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di tempatPuskesmasKarangpandanKarangany senam tingkat dapatmengeloladirinyadalamusahameningk Berdasarkan tentang ini diabetes (DM) tipe 2 di Puskesmas Karangpandan Karanganyar. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 33penderita DM di Puskesmas Karangpandan Karanganyar.Sampel dalam Berdasarkan tabel 4.1 di penelitian ini adalah pasien di Puskesmas atasdapatdiketahuiumur 33 – 45 sebanyak Kecamatan Karangpandan Karanganyar 6 responden (18,2%), umur 46 – 58 tahun berjumlah 33 penderita DM. Arikunto sebanyak 16 responden (48,5%) dan umur (2010) 59 – 71 sebanyak 11 responden (33,3%), menyatakan bahwa apabilasubjeknyakurangdari 100, sehingga dapat diketahui lebihbaikdiambilsemuasehinggapenelitiann umurrespondenmayoritasberumur46 - 58 yamerupakanpenelitianpopulasi. tahun Dalam yaitu penelitian ini sampel yang digunakan (48,5%). sebanyak 33 responden. Penelitian ini Jenis kelamin menggunakan Tabel total sampling. sebanyak 16 responden 5 4.2 Totalsampling. Lokasi penelitian dilakukan Karakteristikdemografirespondenberdasark di Puskesmas Kecamatan Karangpandan anjenis kelamin Karanganyar pada bulan Oktober 2015. Untuk mendapatkan distribusi No 1 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total frekuensi tingkat pengetahuan tentang senam diabetes mellitus pada pasien diabetes Puskesmas mellitus (DM) Karangpandan tipe 2 di Karanganyar digunakan rumus prosentase. % 39,4 60,6 33 100 Berdasarkan 4.2dapatdiketahuijenis tabel kelaminlaki-laki sebanyak 13 responden (39,4%) dan jenis kelamin responden HASIL PENELITIAN F 13 20 perempuan sebanyak (60,6%), 20 sehingga respondenmayoritasjenis kelamin AnalisisUnivariat perempuan yaitusebanyak 20 responden Umurresponden (60,6%). Tabel Karakteristikdemografirespondenberdasark anumur Pendidikanresponden No 1 2 3 Umur 33 - 45 tahun 46 – 58 tahun 59 - 71 tahun Total f 6 16 11 33 % 18,2 48,5 33,3 100 Tabel Karakteristikdemografirespondenberdasark anpendidikan No 1 2 3 Pendidikan Pendidikan Dasar (SD+SMP) Pendidikan Menengah (SMA dan Sederajat f 20 12 1 % 60,6 36,4 3,0 pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di Pendidikan Sarjana Puskesmas Total 33 Karangpandan Karanganyar, pembahasan dalam penelitian ini sebagai 100 berikut: Sumber: Data primer (2015) Berdasarkan Berdasarkantabel 4.3pendidikan dasar karakteristik umur responden responden dapat diketahui umur 33 – 45 (60,6%), pendidikan menengah (SMA dan sebanyak 6 responden (18,2%), umur 46 – 58 (SD, SMP) sebanyak 20 Sederajat) sebanyak 12 responden (36,4%) dan pendidikan sarjana sebanyak 1 responden (3%). tahun sebanyak 16 responden (48,5%) dan umur 59 – 71 sebanyak 11 responden, sehingga dapat diketahui umur responden mayoritas berumur 46 - 58 tahun yaitu sebanyak 16 responden (48,5%). Kejadian pada lansia penderita DM meningkat, prevalensi 40% pada usia 45 tahun meningkat menjadi 60% pada usia 75 tahun. Umur ≥ 60 tahun berkaitan dengan terjadinya diabetes Tingkat pengetahuan tentang senam DM karena pada usia tua, fungsi tubuh secara Tabel Tingkat Pengetahuan tentang Senam DM Tingkat Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total No 1 2 3 fisiologis menurun karena terjadi penurunan f % 2 21 10 33 6,1 63,6 30,3 100 sekresi Sumber: Data primer (2015) Berdasarkantingkat responden tentang pengetahuan senam DM dapatdiketahuitingkat pengetahuan cukup yaitusebanyak21responden pengetahuan kurang (63,6%), sebanyak atau kemampuan resistensi insulin sehingga fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Menurut Riyadi & Sukarmin (2008), penyebab resistensi pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan. Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis 10 menurun dengan cepat pada usia setelah 40 responden (30,3%) dan pengetahuan baik tahun. Penurunan ini yang akan berisiko pada sebanyak 2 responden (6,1%). penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. Pembahasan Berdasarkan jenis kelamin laki-laki Penelitian tentang gambaran tingkat sebanyak 13 responden (39,4%) dan jenis pengetahuan tentang senam diabetes mellitus kelamin perempuan sebanyak 20 responden (60,6%), sehingga responden mayoritas jenis cukup yaitu sebanyak 21 responden (63,6%), kelamin 20 pengetahuan kurang sebanyak 10 responden penelitian (30,3%) dan pengetahuan baik sebanyak 2 responden perempuan yaitu (60,6%). sebanyak Menurut Jelantik Haryati (2014), penyakit Diabetes responden Mellitus ini sebagian besar dapat dijumpai (2010), pada dasarnya pengetahuan merupakan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau ini segala perbuatan manusia untuk memahami disebabkan karena pada perempuan (6,1%). suatu trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan berwujud barang-barang baik lewat indera dengan laki – laki, dan juga terdapat perbedaan maupun lewat akal, dapat pula objek yang dalam melakukan semua aktivitas dan gaya dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau hidup sehari-hari yang sangat mempengaruhi yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan. kejadian suatu penyakit, dan hal tersebut Sedangkan menurut Nasir (2011), pengetahuan merupakan salah satu factor risiko terjadinya adalah gambaran subjektif tentang sesuatu penyakit Diabetes Mellitus yang ada dalam alam menurut pendapat atau responden dapat diketahui pendidikan dasar (SD, SMP) sebanyak 20 responden (60,6%), penglihatan tertentu. Notoatmodjo memiliki LDL atau kolesterol jahat tingkat Berdasarkan karakteristik pendidikan objek Menurut orang Pengetahuan yang mengalami dapat dan mengetahuinya. Menurut Wawan dan Dewi (2011), pendidikan menengah (SMA dan Sederajat) faktor-faktor sebanyak dan pengetahuan, yaitu faktor internal, pendidikan pendidikan sarjana sebanyak 1 responden berarti bimbingan yang diberikan seseorang (3%). kepada orang lain agar dapat memahami hal. 12 responden (36,4%) yang mempengaruhi Menurut Wawan dan Dewi (2011), Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, pendidikan seseorang, semakin mudah pula semakin menerima mereka menerima informasi dan pada akhirnya informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang pengetahuan yang dimilikinya akan semakin dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki jika seseorang memiliki tingkat pendidikan tingkat pendidikan yang rendah, maka akan yang menghambat mudah rendah, pula maka mereka akan menghambat perkembangan sikap orang perkembangan sikap orang tersebut terhadap tersebut terhadap penerimaan informasi dan penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru nilai-nilai yang baru diperkenalkan. diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk pengetahuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan responden dapat diketahui tingkat pengetahuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung Berdasarkan tingkat seumur hidup. Berdasarkan hasil penelitian dari segi kepercayaan masayarakat seseorang mayoritas yaitu yang dewasa dipercaya dari orang yang belum pendidikan dasar (SD, SMP) sebanyak 20 tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagaian responden (60,6%). dari pendidkan responden pengalaman dan kematangan jiwa. Hasil penelitian menunjukkan tingkat Berdasarkan tingkat pengetahuan responden pengetahuan berdasarkan pendidikan dapat dapat diketahui tingkat pengetahuan cukup diketahui tingkat pengetahuan baik terdapat 2 yaitu responden dengan tingkat pendidikan SMA pengetahuan kurang sebanyak 10 responden dan sederajat, pengetahuan kurang dengan (30,3%) dan pengetahuan baik sebanyak 2 pendidikan terdapat 10 responden dengan responden (6,1%). tingkat pendidikan SD sebanyak 7 responden sebanyak 21 responden (63,6%), Berdasarkan hasil penelitian tingkat tingkat pengetahuan kurang terdapat 10 responden pendidikan SMA terdapat 3 responden dengan pada responden dengan umur 33 – 45 sebanyak pengetahuan kurang. 1 orang, umur 46 – 58 tahun dengan dengan pengetahuan kurang dan Menurut Wawan dan Dewi (2011), pengetahuan kurang sebanyak 7 orang dan proses belajar, umur 59 – 71 tahun terdapat 2 responden. makin tinggi pendidikan seeorang makin Sejalan pendapat Notoatmodjo (2007), usia mudah menerima lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya merupakan tahap perkembangan normal yang dengan diharapkan akan dialami oleh setiap individu yang seseorang dengan pendidikan tinggi, maka mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan orang tersebut yang tidak dapat dihindari. Sehingga tidak pendidikan mempengaruhi orang tersebut pendidikan untuk dimana akan semakin luas pula pengetahuan dapat mengajarkan kepandaian baru kepada tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, orang yang sudah tua karena mengalami akan kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat pengetahuannya. tetapi Peningkatan juga dapat diperoleh pada diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan pendidikan non formal. Berdasarkan karakteristik umur dengan bertambahnya usia, khususnya pada responden mayoritas umur 46 – 58 tahun beberapa kemampuan sebanyak 16 responden (48,5%). Menurut misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Wawan dan Dewi (2011), usia adalah umur Beberapa individu yang terhitung mulai saat dilahirkan seseorang akan menurun cukup cepat sejalan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur dengan bertambahnya usia. teori tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, Kesimpulan yang berpendapat lain seperti ternyata IQ Mayoritas tingkatpengetahuantentangsenam diabetes mellitus padapasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di PuskesmasKarangpandanKaranganya diketahui tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 21 responden (63,6%). Nursalam.(2008). KonsepdanPenerapanMetodologiPenelit ianIlmuKeperawatan. Jakarta: SalembaMedika Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Variabelvariabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Riwidikdo, Handoko. (2013). Statistik Kesehatan. Yoyakarta: Mitra Cendikia Press DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Depkes RI. (2014). ProfilKesehatanProvinsiJawa Tengah tahun 2012.KementerianKesehatanRepublik 8 Indonesia.http://www.kemkes.go.id. Diaksestanggal 20 Mei 2015 Herlambang.(2013). Menakhlukkan hipertensi dan diabetes melitus. Mendeteksi, mencegah dan mengobatti dengan cara medis dan herbal. Yogyakarta: Tugu Riyadi dan Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu Santoso, Mardi. (2010). Senam Diabetes Indonesia Seri 5 Persatuan Diabetes Indonesia. Jakarta: Yayasan Diabetes Indonesia (YADINA) Sari, R. N, (2012). Diabetes Melitus (Dilengkapi Dengan Senam DM). Yogyakarta: Medika Book. Silalahi, Ulber. (2012). MetodePenelitianSosial. Bandung: PT. RefikaAditama Hidayat, Alimul Aziz. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medik Sinaga, J, (2011). PengaruhSenam Diabetes MelitusTerhadap Kadar GlukosaDarahPadaPenderita DiabetesMelitusTipe 2 Di Wilayah KerjaPuskesmasDarusalamMedan. Mubarak, Wahid Iqbal. (2012). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Sugiyono.(2010). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Nasir. Abd, (2011). Buka Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Medikal Book. Wawan dan Dewi (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Medical Book Nototatmodjo, Soekidjo. MetodologiPenelitian Jakarta : Rineka Cipta (2010). Kesehatan. Nototatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta 9