ANALISIS STRATEGI KOMPETITIF UNTUK MEMPERTAHANKAN

advertisement
TUGAS AKHIR
ANALISIS STRATEGI KOMPETITIF UNTUK
MEMPERTAHANKAN KEUNGGULAN BERSAING
(Studi kasus PT.Bogasari Flour Mills)
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat
Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh :
Nama
NIM
Program Studi
: Puji Sudaryanto
: 41606110082
: Teknik Industri
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
i
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama
: Puji Sudaryanto
NIM
: 41606110082
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknik Industri
Judul Skripsi : Analisis Strategi Kompetitif Untuk
Mempertahankan Keunggulan Bersaing
(Studi Kasus PT. Bogasari Flour Mills)
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan Skrisi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Mercu Buana.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis,
(Puji Sudaryanto)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS STRATEGI KOMPETITIF UNTUK
MEMPERTAHANKAN KEUNGGULAN BERSAING
(Studi Kasus PT. Bogasari Flour Mills)
Disusun Oleh :
Nama
NIM
Program Studi
: Puji Sudaryanto
: 41606110082
: Teknik Industri
Mengetahui
Koordinator TA / KaProdi
Pembimbing
( Ir. Herry Agung Prabowo M.Sc.)
( Ir. Muhammad Kholil, MT )
iii
ABSTRAK
ANALISIS STRATEGI KOMPETITIF UNTUK
MEMPERTAHANKAN KEUNGGULAN BERSAING
Penulisan tugas akhir ini dilatar belakangi penghapusan tata niaga tepung
terigu yang menjadi akhir monopoli Bulog dalam industri ini. Implikasi lebih
lanjut dari keputusan pemerintah tersebut adalah pembebasan impor terigu dan
gandum bagi Importir Umum, penghapusan subsidi pembelian gandum serta
meningkatnya persaingan didalam industri.
Perubahan dalam lingkungan industri tersebut tentunya berpengaruh
terhadap strategi yang diterapkan oleh para pelaku usaha. Dan studi kasus yang
dipilih dalam pembahasan tugas akhir ini difokuskan pada strategi pemasaran
yang diterapkan oleh PT. ISM Bogasari Flour Mills.
Melalui analisa lingkungan internal dan eksternal, serta lingkungan
industri, disusun matriks TOWS untuk memunculkan strategi yang sesuai,
memberikan hasil bahwa ancaman yang dihadapi mencakup foreign currency
impact & raw material supply, peluang yang dimiliki adalah captive market,
degrees of concentration,types of competitors, barrier to entry/exit,consumer
protection, kelemahan utama pada price competitiveness, kekuatan bersumber dari
size of plant, number of equipment owned, number of specialists, market share,
company image, planning & control systems.
Kombinasi strategi yang dihasilkan berupa strategi TOWS yaitu strategi
SO (memperbesar market share, dan meningkatkan sales melalui ekspor),strategi
WO (meningkatkan efisiensi, dan memberi nilai tambah produk), strategi ST
(mencari alternative bahan baku selain gandum), strategi WT(mendorong
teknologi budidaya gandum).Selain itu hasil analisa menunjukan bahwa posisi
Bogasari dalam matriks Industry Attractiveness & Business Strength adalah pada
kwadran “Selective Growth”(high businees strengths dan medium industry
attractiveness). Implikasi strategi yang ditimbulkan adalah : investasi pada
segmen yang atraktif untuk dikembangkan, membangun kemampuan untuk
menghadapi persaingan dan mengutamakan profitabilitas.
Target market yang disarankan adalah segmen mie (noodle) yang
menyerap konsumsi tepung terigu nasional hingga 50% dari total konsumsi.
Positioning produk-produknya adalah pembedaan jenis terigu berdasarkan
fungsinya, terutama pada produk-produk barunya.
Menimbang kondisi tersebut disarankan agar Bogasari menerapkan
marketing relationship strategy, untuk mendekatkan hubungan dengan konsumen
melalui pelayanan dan informasi produk yang dihasilkan. Pengembangan produk
baru melalui new product strategy dimana pengembangan produk baru diarahkan
pada segmen yang dipilih, mengutamakan pengembangan produk untuk industri
mie dan perbaikan positioning produk.
Kata kunci : Keunggulan bersaing
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir
ini sebagai syarat kelulusan dari Program Studi Teknik Industri, Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana.
Setelah melakukan penelitian dan telaah lebih dalam, maka penulis
menentukan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul :
”ANALISIS STRATEGI KOMPETITIF UNTUK MEMPERTAHANKAN
KEUNGGULAN BERSAING” (Studi Kasus PT. Bogasari Flour Mills)
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
teramat sangat atas bantuan, bimbingan, dan masukan, serta dorongan moril yang
diberikan baik langsung maupan tidak langsung kepada :
1) Bapak Ir. Muhammad kholil, MT selaku koordinator Tugas Akhir dan
Kaprodi Teknik Industri.
2) Bapak Ir. Herry Agung Prabowo M.Sc. selaku pembimbing Tugas Akhir
yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, serta semangat
kepada penulis.
3) Segenap para dosen Teknik Industri, terima kasih atas ilmu dan
pengetahuannya.
4) Keluargaku tercinta terutama istriku Nita serta anak-anakku Raini, Tari,
Audi yang telah memberikan dorongan semangat yang luar biasa kepada
penulis.
v
5) Teman-teman di PT. Bogasari Flour Mills yang telah berkenan
meluangkan waktunya untuk bantuannya selama penyusunan Tugas Akhir
ini.
6) Dan semua pihak yang tidak dapat satu persatu disebutkan namanya, yang
telah membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Dalam menyusun Tugas Akhir ini, penulis berusaha untuk melakukan
yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis mengharapkan
tugas akhir ini dapat menjadi langkah awal untuk penelusuran lebih lanjut dari
industri tepung terigu nasional. Saran dan kritik yang dapat memperkaya
khasanah berfikir kita semua, khususnya untuk topik ini sangat penulis harapkan
Jakarta, 01 Juli 2008
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
ABSTRAK.......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
DAFTAR ISI..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................. 1
1.1.1
UMUM.............................................................................
1
1.1.2
INDUSTRI TEPUNG TERIGU........................................ 4
1.2
POKOK PERMASALAHAN........................................................ 7
1.3
TUJUAN PENELITIAN................................................................ 9
1.4
METODE PENELITIAN............................................................ 10
1.5
SISTIMATIKA PENULISAN..................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 13
2.1
2.2
STRATEGI.................................................................................. 15
2.1.1
DEFINISI STRATEGI.................................................... 15
2.1.2
KOMPONEN STRATEGI.............................................. 15
2.1.3
HIRARKI STRATEGI.................................................... 16
STRATEGI PEMASARAN........................................................ 17
vii
2.2.1
INPUT BAGI PERENCANAAN STRATEGI............... 19
2.2.2
PROFIL PERUSAHAAN............................................... 19
2.2.3
LINGKUNGAN EKSTERNAL : PELUANG DAN
ANCAMAN.................................................................... 19
2.2.4
LINGKUNGAN INTERNAL : KEKUATAN DAN
KELEMAHAN............................................................... 22
2.3
2.2.5
ALTERNATIF STRATEGI............................................ 23
2.2.6
EVALUASI DAN PILIHAN STRATEGI...................... 25
2.2.7
UJI KONSISTENSI......................................................... 26
2.2.8
RENCANA CADANGAN.............................................. 26
LINGKUNGAN INDUSTRI....................................................... 26
2.3.1
PERSAINGAN DALAM INDUSTRI YANG SAMA... 27
2.3.2
ANCAMAN MASUKNYA PENDATANG BARU....... 28
2.3.3
ANCAMAN PRODUK SUBTITUSI.............................. 29
2.3.4
DAYA TAWAR PEMBELI / KONSUMEN.................. 29
2.3.5
KEKUATAN PENAWARAN PEMASOK.................... 30
2.4
MATRIKS TOWS....................................................................... 31
2.5
MATRIKS DAYA TARIK INDUSTRI DAN KEKUATAN
USAHA........................................................................................ 32
2.6
STRATEGI BERSAING DALAM INDUSTRI......................... 35
2.6.1
MENETAPKAN CARA BERSAING............................. 35
2.6.2
STRATEGI BERSAING PERUSAHAAN..................... 40
2.6.3
MENDISAIN STRATEGI PEMASARAN..................... 41
viii
2.6.4
2.7
KARAKTERISTIK PASAR PRODUK INDUSTRIAL............ 56
2.8
GAP ANALYSIS........................................................................ 58
2.8.1
BAB III
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMASARAN........ 44
PERTUMBUHAN INTENSIF........................................ 60
METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 62
3.1
RISET LAPANGAN................................................................... 62
3.2
STUDI PUSTAKA...................................................................... 62
3.3
IDENTIFIKASI MASALAH...................................................... 63
3.4
MENETAPKAN TUJUAN PENELITIAN................................. 63
3.5
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA..................... 63
3.6
3.5.1
PENGUMPULAN DATA............................................... 63
3.5.2
PENGOLAHAN DATA................................................. 64
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 65
3.6.1
ANALISA LINGKUNGAN EKSTERNAL
PERUSAHAAN.............................................................. 65
3.7
BAB IV
3.6.2
ANALISA LINGKUNGAN INDUSTRI......................... 66
3.6.3
ANALISA INTERNAL PERUSAHAAN....................... 66
3.6.4
DESAIN STRATEGI PEMASARAN............................. 66
3.6.5
STRATEGI PEMASARAN............................................ 66
3.6.6
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMASARAN......... 67
KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 67
PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA............................. 70
4.1
GAMBARAN UMUM INDUSTRI TERIGU NASIONAL....... 70
ix
4.2
BAB V
4.1.1
PRODUSEN TERIGU NASIONAL............................... 71
4.1.2
KONSUMEN TERIGU NASIONAL............................. 73
4.1.3
TREND PENJUALAN TERIGU NASIONAL.............. 75
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN................................... 76
4.2.1
SEJARAH PT.BOGASARI FLOUR MILLS................. 76
4.2.2
VISI DAN MISI PERUSAHAAN.................................. 77
4.2.3
FASILITAS..................................................................... 78
4.2.4
STRUKTUR ORGANISASI........................................... 80
4.2.5
PRODUK......................................................................... 81
4.2.6
KONSUMEN................................................................... 86
4.2.7
CAKUPAN GEOGRAFIS............................................... 87
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 89
5.1
LINGKUNGAN EKSTERNAL.................................................. 90
5.1.1
5.2
LINGKUNGAN UMUM................................................. 90
ANALISA LINGKUNGAN INDUSTRI.................................... 94
5.2.1
ANCAMAN PENDATANG BARU............................... 94
5.2.2
PRODUK SUBTITUSI.................................................... 95
5.2.3
DAYA TAWAR PEMBELI............................................ 95
5.2.4
DAYA TAWAR PEMASOK.......................................... 97
5.3
LINGKUNGAN INTERNAL...................................................... 98
5.4
PEMETAAN DAYA TARIK INDUSTRI DAN KEKUATAN
BISNIS....................................................................................... 101
5.5
ANALISA PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
x
(Gap Analysis)................................................................................... 113
5.6
5.7
5.8
BAB VI
5.5.1
PERTUMBUHAN INTEGRATIF................................ 114
5.5.2
PERTUMBUHAN DIVERSIFIKASI........................... 115
DISAIN STRATEGI PEMASARAN........................................ 116
5.6.1
TARGET MARKET...................................................... 116
5.6.2
POSITIONING.............................................................. 118
5.6.3
MARKETING RELATIONSHIP STRATEGI.............. 120
5.6.4
NEW PRODUCT STRATEGIES.................................. 121
STRATEGI BAURAN PEMASARAN.................................... 122
5.7.1
PRODUK....................................................................... 122
5.7.2
DISTRIBUSI................................................................. 124
5.7.3
HARGA......................................................................... 129
5.7.4
PROMOSI...................................................................... 138
PENGEMBANGAN PROGRAM PEMASARAN................... 140
5.8.1
STRATEGI PRODUK................................................... 141
5.8.2
STRATEGI HARGA..................................................... 145
5.8.3
STRATEGI DISTRIBUSI............................................. 147
5.8.4
STRATEGI PROMOSI................................................. 149
KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 151
6.1
KESIMPULAN.......................................................................... 151
6.2
SARAN...................................................................................... 153
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 156
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1
Presentase Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Per Bulan Untuk
Sub Kelompok Makanan Indonesia 2002, 2005, 2007.................... 2
Tabel 1-2
Konsumsi Padi-Padian (Cereal) Indonesia 2006, 2007................... 3
Tabel 1-3
Data Perkembangan Impor Terigu dan Gandum 2002-2007........... 6
Tabel 1-4
Volume, Pertumbuhan dan Nilai Impor Tepung Terigu
Tahun 2002 – Nopember 2007........................................................ 8
Tabel 4-1
Kapasitas dan Fasilitas Pabrikan.................................................... 72
Tabel 4-2
Spesifikasi Teknis Beberapa Terigu Produk Bogasari................... 83
Tabel 5-1
Peningkatan Konsumsi Terigu Berdasarkan Sektor Pengguna
Tahun 2003-2006........................................................................... 97
Tabel 5-2
Posisi Finansial Bogasari Tahun 2003-2006................................ 100
Tabel 5-3
Identifikasi Faktor Eksternal........................................................ 102
Tabel 5-4
Identifikasi Faktor Internal........................................................... 103
Tabel 5-5
Rangkuman Identifikasi Ancaman, Peluang, Kekuatan dan
Kelemahan Bogasari..................................................................... 107
Tabel 5-6
Matriks TOWS............................................................................. 108
Tabel 5-7
Rangkuman Penilaian Faktor Eksternal Sebagai Indikator
Industry Attractiveness................................................................. 110
Tabel 5-8
Daftar Pesaing Utama Bogasari.................................................... 110
Tabel 5-9
Rangkuman Penilaian Faktor Internal Sebagai Indikator
Business Strength.......................................................................... 111
xii
Tabel 5-10 Perkembangan Konsumsi Mie Instan Dalam Negeri
2001-2006................................................................................... 117
Tabel 5-11 Perubahan Komposisi Produk Bogasari 1996-2007..................... 123
Tabel 5-12 Pergerakan Harga Produk Utama Bogasari 2004-2007................ 137
Tabel 5-13 Harga Jual Produk-Produk 25 kg Bogasari per Oktober 2007
(termasuk PPN 10%) di Tingkat Distributor................................ 138
Tabel 5-14 Perbandingan Produk Bogasari Terhadap Produk Kompetitor.... 142
Tabel 5-15 Perbandingan Harga Produk 25 kg Bogasari Terhadap
Produk Kompetitor per Oktober 2007......................................... 145
Tabel 5-16 Petunjuk Umum Penentuan Harga............................................... 146
Tabel 6-1
Struktur Industri Tepung Terigu Sebelum dan Sesudah
Restrukturisasi Bogasari.............................................................. 154
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Proses Manajemen Stratejik............................................................ 14
Gambar 2-2 Elemen Kunci Strategi Pemasaran................................................... 18
Gambar 2-3 Five Forces Porter............................................................................ 28
Gambar 2-4 Matriks Daya Tarik Industri dan Kekuatan Bisnis.......................... 34
Gambar 2-5 Empat Elemen Marketing Mix......................................................... 45
Gambar 2-6 Integrated Marketing Strategi 13P................................................... 46
Gambar 2-7 Strategi Pertumbuhan Perusahaan.................................................... 58
Gambar 2-8 Kisi Ekspansi Produk/Pasar dari ANSOFF..................................... 60
Gambar 3-1 Metodologi Penelitian...................................................................... 69
Gambar 4-1 Lokasi Produsen Terigu Nasional.................................................... 71
Gambar 4-2 Komposisi Konsumsi Terigu Indonesia........................................... 74
Gambar 4-3 Struktur Pengguna Terigu................................................................ 75
Gambar 4-4 Trend Penjualan Terigu Nasional.................................................... 76
Gambar 4-5 Pangsa Pasar Industri Tepung Terigu Indonesia.............................. 76
Gambar 4-6 Struktur Organisasi PT.ISM Bogasari Flour Mills.......................... 80
Gambar 4-7 Contoh Produk Bogasari Kemasan Consumer Pack 1 kg................ 82
Gambar 5-1 Langkah Analisa Permasalahan....................................................... 89
Gambar 5-2 Peta Posisi Kekuatan Organisasi.................................................... 108
Gambar 5-3 Matriks Daya Tarik Industri dan Kekuatan Perusahaan
Untuk Bogasari............................................................................... 112
xiv
Gambar 5-4 Pertumbuhan Laba Perusahaan...................................................... 113
Gambar 5-5 Pola Distribusi Tepung Terigu....................................................... 127
Gambar 5-6 Jalur Distribusi Sebelum dan Sesudah Pemotongan
Rantai Distribusi............................................................................ 128
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
1.1.1
LATAR BELAKANG MASALAH
UMUM
Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan primer yang
menempati peranan utama disamping pakaian dan perumahan. Berdasarkan hasil
Survey Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh BPS, diperoleh hasil bahwa
pengeluaran rata-rata perkapita per bulan masyarakat Indonesia untuk konsumsi
makanan berada diatas 55 persen. Walaupun dari tahun 2002 terjadi penurunan
presentase pengeluaran untuk konsumsi bahan pangan dari 58,47 persen pada
tahun 2002 menjadi 49,24 persen pada tahun 2007. Penurunan tingkat pendapatan
mengakibatkan pengeluaran untuk konsumsi bahan non-pangan dikurangi,
sedangkan pengeluaran untuk konsumsi bahan pangan cenderung tetap.
Pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia umumnya lebih banyak
digunakan untuk konsumsi padi-padian (cereals) daripada makanan lainnya. Hal
tersebut disebabkan karena padi-padian (terutama beras) merupakan bahan
makanan pokok di Indonesia. Pada Tabel 1-1 diperlihatkan konsumsi makanan
masyarakat yang terdiri atas kelompok padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging,
telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan dan buah-buahan, konsumsi makanan
lainnya, makanan dan minuman jadi, minuman mengandung alkohol, serta
tembakau dan sirih. Pada tabel tersebut diperlihatkan konsumsi terbesar pada
2
kelompok padi-padian, yaitu sebesar 24,00 persen pada tahun 2002, 18,62 persen
pada tahun 2005 dan 22,95 persen pada tahun 2007.
Tabel 1-1 : Persentase Pengeluaran Rata-rata Perkapita per Bulan Untuk Sub
Kelompok Makanan Indonesia 2002, 2005, 2007
Kelompok Makanan
2002
Padi-padian
2005
2007
24,00
18,62
22,95
1,23
1,26
1,27
Ikan, daging, telur dan susu
21,77
22,28
19,96
Sayuran, Kacang-kacangan dan Buah-buahan
18,46
17,24
17,86
2,64
2,92
3,03
Makanan dan minuman jadi
18,82
24,20
23,69
Tembakau dan sirih
13,09
13,47
11,24
100,00
100,00
100,00
Umbi-umbian
Konsumsi lainnya
Jumlah
Sumber : Survey Sosial Ekonomi Nasional 2002, 2005 dan 2007
Kelompok
padi-padian
terdiri
atas
beras,
jagung
dan
gandum.
Sebagaimana terlihat pada Tabel 1-2 di bawah ini, konsumsi terbesar diduduki
oleh beras (30.337.000 ton pada 2006 dan 30.489.000 ton pada 2007), kemudian
jagung (7.268.000 ton pada 2006 dan 7.270.000 pada tahun 2007), tepung gandum
(8.134.000 ton pada tahun 2006 dan 9.434.000 ton pada tahun 2007).
Tabel 1-2 : Konsumsi Padi-padian (Cereals) Indonesia Tahun 2006 - 2007
3
(ribu ton)
Komoditas
Tepung gandum
Gabah / beras
Jagung/beras jagung
Total
2006
2007
8.134
9.434
30.337
30.489
7.268
7.270
45.739
47.194
Sumber : BPS 2006 – 2007
Tepung gandum merupakan salah satu bahan makanan pokok bagi
masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu produk subtitusi utama dari beras, hasil
olahan gandum ini merupakan bahan baku berbagai macam makanan seperti roti,
mie, biscuit, kue kering, cake dan sebagainya. Berbeda dengan bahan pokok
lainnya yang dapat diproduksi di dalam negeri, bahan baku tepung gandum
merupakan komoditas pertanian subtropik yang harus diimpor, walaupun kini
telah mulai dilakukan penelitian budidaya gandum di Indonesia. Gandum
umumnya diimpor dari Australia, Canada, Amerika Serikat, Saudi Arabia dan
Argentina dengan presentase impor terbesar dari Australia, yaitu sebesar
2.343.808 ton pada tahun 2007.
Terdapat beberapa perusahaan domestik/lokal yang memproduksi tepung
terigu di Indonesia, antara lain PT. Bogasari Flour Mills, PT. Berdikari Sari Utama
Flour Mills, PT. Sriboga Flour Mills dan PT. Panganmas Inti Persada. Dari
perusahaan-perusahaan tersebut, PT. Bogasari Flour Mills merupakan produsen
dan peraih pangsa terbesar.
4
Pada tahun 2007, dari keseluruhan produksi sebesar 3.774.139 ton tepung
terigu, PT. Bogasari Flour Mills memproduksi sebesar 2.314.802 ton. Sementara
dari segi pasar industri tepung terigu nasional, PT. Bogasari Flour Mills memiliki
pangsa terbesar dengan presentase 64,6 persen.
1.1.2
INDUSTRI TEPUNG TERIGU
Terigu masuk ke Indonesia dijaman penjajahan Belanda, tetapi belum
dikonsumsi secara luas sampai tahun 1950-an saat terjadi krisis beras. Tahun
1960-an terigu secara rutin melengkapi beras, namu ada dua kendala : Indonesia
tidak menanam gandum dan saat itu belum memiliki pabrik penggilingan terigu.
Letak Indonesia di khatulistiwa dan iklim tropisnya menyebabkan gandum tidak
cocok dibudidayakan disini, sedangkan bantuan makanan dalam bentuk terigu
yang diimpor dari Amerika dan Eropa sering tiba dalam kondisi yang tidak
memuaskan akibat lamanya perjalanan laut. Dengan meningkatnya kebutuhan
masyarakat, timbul pertanyaan bagaimana menyediakan terigu secara teratur
dalam kondisi baik.
Mempertimbangkan kendala penanaman gandum dan impor terigu,
Pemerintah mencari alternative lain. Devisa yang dialokasikan untuk mengimpor
terigu dialihkan untuk membeli biji gandum yang tentunya jauh lebih murah.
Pemerintah
menyadari
bahwa
mengimpor
biji
gandum
dan
kemudian
menggilingnya didalam negeri adalah jalan keluar yang baik. Gagasan ini sejalan
dengan rencana pembangunan nasional tahun 1969 yang menekankan industri
padat karya. Ditengah sulitnya perekonomian saat itu, PT. Bogasari Flour Mills
mulai didirikan pada tanggal 19 Mei 1969.
5
Sebelum masa deregulasi, perdagangan tepung terigu merupakan monopoli
dari Bulog (Badan Urusan Logistik). Dengan sistim monopoli tersebut maka impor
tepung terigu maupun impor dalam bentuk gandum untuk diolah didalam negeri
hanya dapat dilakukan oleh Bulog. Untuk menjamin pasokan terigu untuk
kebutuhan masyarakat maka pemerintah memberikan subsidi bagi industri ini.
Bersama dengan Bulog yang merupakan badan usaha milik pemerintah, Bogasari
merupakan perusahaan manufaktur lokal pertama yang menggiling gandum milik
Bulog untuk kemudian dipasarkan ke masyarakat dalam bentuk terigu. Distribusi
bahan baku dan produk akhir dilakukan melalui jalur pemerintah (Bulog), dimana
hanya distributor tertentu yang terdaftar dalam Prinlog (Perintah Logistik) yang
memiliki ijin untuk melakukan pembelian terigu. Bogasari selaku produsen
mendapat keuntungan dalam bentuk “fee” penggilingan. Kontrol terhadap kegiatan
operasional dilakukan melalui penetapan batas ekstraksi dari gandum yang diolah
menjadi terigu. Sedangkan produk sampingan atau yang dikenal sebagai byproduk dapat diolah lebih lanjut oleh Bogasari dan dijual sebagai produk pakan
ternak.
Dalam masa berlakunya monopoli Bulog tersebut (1972 – 1997), tingkat
persaingan dalam industri terigu di Indonesia relative tidak tinggi. Hanya terdapat
beberapa produsen terigu lokal dimana Bogasari sebagai produsen terbesar mampu
mereguk keuntungan terbesar dengan menguasai pangsa pasar nasional. Barrier of
entry yang diciptakan oleh regulasi pemerintah untuk produk terigu menyebabkan
produk impor tidak dapat masuk ke industri ini. Tidak adanya produk subtitusi
tepung terigu membuat konsumen sangat bergantung kepada produsen. Namun
6
kelemahan yang ada dari usaha yang dijalankan terdapat pada bahan baku dasar
(gandum) yang masih harus diimpor, menyebabkan produsen sangat tergantung
kepada pemasok gandum dari luar negeri.
Dapat dilihat pada Tabel 1-3 bahwa terdapat kecenderungan kenaikan
impor tepung terigu pada periode 2002 – 2007. Impor gandum selaku bahan baku
terigu cenderung meningkat dari tahun 2002 hingga tahun 2007.
Tabel 1-3 : Data Perkembangan Impor Terigu dan Gandum Pada Tahun
2002-2007
TAHUN
TERIGU
(ton)
(US$ 000)
GANDUM
(ton)
(US$ 000)
2002
343,392
69,170
4,216,918
609,503
2003
343,144
75,324
4,232,839
611,804
2004
307,383
79,410
4,544,217
838,545
2005
477,931
127,995
4,428,007
798,875
2006
536,961
143,072
4,444,726
809,447
2007*
550,815
169,518
4,190,409
1,050,755
*) Nopember 2007
Sumber : Biro Pusat Statistik (BPS)
Faktor penting yang menjadi penentu keberhasilan pengembangan industri
tepung terigu di Indonesia adalah perubahan pola pangan masyarakat. Hal ini
cukup sulit dilakukan, karena masyarakat Indonesia telah terbiasa dengan bahan
makanan utama dari beras. Untuk menunjang keberadaan industri, maka
pemerintah mendorong masyarakat untuk merobah pola makan melalui program
7
penganeka-ragaman makanan non beras, dimana terigu menjadi salah satu
alternative yang paling berpeluang untuk menunjang keberhasilan program
pemerintah tersebut. Selain itu, program penganeka-ragaman pangan juga
ditujukan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras. Terbukti
saat terjadinya krisis beras ditahun 1950-an, terigu mulai dikonsumsi secara luas
oleh masyarakat. Padahal produk ini telah mulai masuk ke Indonesia sejak jaman
penjajahan Belanda. Sejak tahun 1960-an, terigu secara rutin melengkapi beras.
1.2 POKOK PERMASALAHAN
Sesuai dengan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
No.406/MPP/Kep/11/1997 (Paket Kebijaksanaan 3 Nopember 1997) maka
perdagangan tepung terigu bukan lagi menjadi monopoli Bulog. Dengan
dikeluarkannya kebijakan tersebut maka impor tepung terigu telah dibebaskan
untuk semua importir umum (IU) dan dengan dibukanya kran impor secara bebas
tersebut telah mendorong impor tepung terigu yang nilainya cenderung meningkat
setiap tahunnya.
Impor tepung terigu yang pada tahun 2005 baru mencapai 477.931 ton
dengan nilai US$ 127.995 ribu telah meningkat menjadi 536.961 ton dengan nilai
US$ 143.072 ribu pada tahun 2006. Impor tepung terigu tersebut kelihatannya
akan terus meningkat, terlihat dari pencapaian pada bulan Nopember tahun 2007
sebesar 550.815 ton dengan nilai US$ 169.518 ribu. Kecenderungan peningkatan
impor pertahun tersebut disebabkan karena produk impor berani bersaing dengan
harga produk dalam negeri.
8
Tabel 1-4 : Volume, Pertumbuhan dan Nilai Impor Tepung Terigu Tahun
2002 – Nopember 2007
Tahun
Volume
Pertumbuhan
Nilai
Pertumbuhan
(ton)
(%)
(US$000)
(%)
2002
343,392
69,170
2003
343,144
- 0,07
75,324
0,089
2004
307,383
- 10,42
79,410
0,054
2005
477,931
55
127,995
61,18
2006
536,961
12,5
143,072
11,78
2007*
550,815
0,026
169,518
18,48
*) Nopember 2007
Sumber : BiroPusat Statistik (BPS)
Pesatnya perkembangan impor tersebut belakangan telah mengancam
industri terigu dalam negeri. Karena persaingan terigu dalam negeri yang semakin
ketat telah menjurus kepada persaingan harga. Terigu-terigu impor mematok harga
yang cukup bersaing dengan produk lokal. Akibatnya timbul gejala menurunnya
harga terigu lokal. Produsen terigu nasional semakin merasa terancam menyusul
derasnya arus terigu yang diimpor. Akibat dari makin banyaknya produk impor
tersebut maka kapasitas produksi produsen tepung terigu nasional menurun lebih
dari 50%.
Selain membanjirnya produk impor, didalam negeri Bogasari juga harus
bersaing dengan produsen terigu lokal. Produsen lokal tersebut diantaranya :
Berdikari Sari Utama Makassar (kapasitas produksi 0,3 juta ton per tahun),
Panganmas Persada-Cilacap (0,25 juta ton per tahun) dan Sriboga RaturayaSemarang (0,3 juta ton per tahun). Deregulasi pemerintah menyebabkan tingkat
persaingan di dalam industri terigu meningkat dengan masuknya pesaing-pesaing
9
dari produk impor. Terjadi pergeseran dalam penguasaan pangsa pasar dalam
industri. Bogasari sendiri harus merelakan 15% pasarnya terambil oleh pesaingpesaing baru. Pangsa tersebut diperebutkan oleh PT. Sriboga, PT. Panganmas dan
PT. Berdikari Sari Utama. Sedangkan sekitar 10% pangsa yang tersisa
diperebutkan oleh produk impor.
Dengan terjadinya berbagai perubahan akibat deregulasi pemerintah maka
Bogasari harus melakukan penyesuaian terhadap strategi yang dijalankannya.
Keterlambatan untuk berubah akan berakibat fatal dan hal ini sudah dibuktikan
dengan hilangnya sebagian pangsa pasar yang dimiliki Bogasari.
1.3 TUJUAN PENELITIAN.
1. Melakukan analisa lingkungan internal dan eksternal Bogasari untuk
mengindentifikasi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki.
2. Gap Analysis atau gambaran posisi Bogasari didalam Matriks Industry
Attractiveness Business Strengths yang akan berpengaruh terhadap
penentuan strategi yang digunakan.
3. Strategi yang ditetapkan mencakup penetapan target market dan
positioning perusahaan serta implementasinya yang dijabarkan didalam
strategi bauran pemasaran. Penjelasan strategi bauran pemasaran yang
telah diterapkan oleh Bogasari setelah dihapuskannya tata niaga tepung
terigu.
10
Berdasarkan hasil analisa tersebut, diharapkan dapat ditemukan suatu
strategi alternative untuk dapat tetap bertahan dengan keunggulan bersaing yang
selama ini sudah dimiliki Bogasari dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang
yang dimiliki sehingga mampu bersaing dengan kompetitor didalam maupun
diluar negeri. Terutama untuk menghadapi pesaing-pesaing baru yang berusaha
mencuri perhatian konsumen dengan menawarkan produk yanglebih inovatif dan
unik dengan harga yang sesuai (at the right price)
1.4 METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penulisan yang digunakan meliputi beberapa metode berikut.
•
Pengumpulan data yang terdiri dari :
1. Studi kepustakaan dengan mengumpulkan berbagai literature yang
berhubungan dengan permasalahan yang diambil berupa buku-buku,
majalah, jurnal, tulisan, bahan dari internet dan lainnya.
2. Studi lapangan dengan melakukan wawancara berupa tanya jawab
langsung dengan pihak terkait yaitu Bogasari Flour Mills, terutama dengan
bagian pemasaran (Marketing Department) dan juga dengan perwakilan
dari pihak manajemen.
•
Analisa Data
Melakukan pendekatan secara teoritikal berdasarkan teori-teori yang berkaitan
dengan permasalahan dan ditunjang oleh data yang dikumpulkan dari hasil
wawancara ataupun data kuantitatif/data sekunder yang diperoleh. Hasil analisa
11
akan dijadikan sebagai landasan dalam pengambilan kesimpulan dan pembuatan
rekomendasi.
1.5 SISTIMATIKA PENULISAN
Pembahasan dalam Tugas Akhir ini disusun dalam sistimatika sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan gambaran umum industri tepung terigu di
Indonesia, permasalahan yang dihadapi dan maksud serta tujuan
penulisan, metode penelitian yang dipakai.
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori dan pendekatan yang akan digunakan yang
berhubungan dengan topik penulisan karya akhir. Pemahaman strategi
dan penjelasan strategi bauran pemasaran mencakup product, price,
place, promotion serta langkah-langkah penyusunan strategi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat kerangka pemikiran peneliti serta langkah langkah
yang dilakukan dalam penelitian.
BAB IV
PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA
Bab ini memuat antara lain tentang data umum perusahaan, serta
gambaran umum industri tepung terigu dan perusahaan PT. Bogasari
Flour Mills selaku perusahaan manufaktur terigu pertama dan
terbesar di Indonesia.
12
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisa terhadap data yang diperoleh (data primer dan
data sekunder) dikaitkan dengan teori yang telah dikemukakan di
BAB II.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari Tugas Akhir ini dan merupakan
rangkuman kesimpulan yang dapat diambil dari tema/permasalahan
yang dipilih dan ringkasan beberapa rekomendasi/saran yang
diberikan penulis.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
Langkah-langkah di dalam penetapan strategi dapat sangat bervariasi,
namun secara konseptual sebenarnya hampir serupa. Dalam karya tulis ini,
kerangka berpikir yang digunakan dapat dijabarkan dalam langkah berikut :
1. Identifikasi berbagai macam input yang dimiliki oleh organisasi
2. Profil perusahaan
3. Identifikasi lingkungan eksternal yang dihadapi pada saat ini
4. Perkiraan/prediksi kondisi lingkungan di masa depan
5. Penilaian sumber daya yang dimiliki dengan penekanan pada kelemahan
dan kekuatan internal
6. Pengembangan alternative strategi, taktik dan tindakan lainnya
7. Evaluasi dan pilihan strategi
8. Pengujian konsistensi
9. Persiapan rencana cadangan
Langkah-langkah yang disebutkan diatas didasarkan pada asumsi bahwa
tujuan yang dimiliki oleh perusahaan telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu,
dalam analisa yang dilakukan di dalam pembahasan masalah, perhatian lebih
ditekankan pada situasi yang dihadapi perusahaan pada saat ini. Implementasi
perencanaan strategik yang diperoleh selanjutnya dijabarkan di dalam penjelasan
14
strategi targeting, positioning dan bauran pemasaran yang mencakup 4P (product,
price, place and promotion).
Analisis Lingkungan
Eksternal
Analisis Lingkungan
Internal
Visi, Misi, Tujuan
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGI
FORMULASI STRATEGI
IMPLEMENTASI STRATEGI
Strategi
Bisnis
Corporate
Governance
Strategi
Internasional
Strategi
Korporat
Struk &
Desain
Organisasi
Kepemimpinan
Stratejik
Pengendalian
Stratejik
Aliansi
Startejik
EVALUASI KINERJA
Gambar 2 – 1 : Proses Manajemen Stratejik
Sumber : Mudrajad Kuncoro Ph.D, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan
Kompetitif, Erlangga Jakarta 2006.
15
Kerangka berpikir diatas merupakan gambaran garis besar langkah/tahapan
yang akan digunakan dan teori-teori yang dijabarkan dalam bagian selanjutnya
merupakan teori pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan analisa.
2.1 STRATEGI
2.1.1 DEFINISI STRATEGI
Strategi adalah pola dasar dari sasaran perusahaan (masa kini dan masa
depan), pemanfaatan sumber daya dan interaksi suatu organisasi dengan pasar,
pesaing serta faktor-faktor lingkungan lainnya.
Berdasarkan definisi tersebut maka strategi harus mencakup (1) what
(sasaran yang harus dicapai), (2) where (dimana fokus industri dan pasar-produk),
serta (3) how (bagaimana sumberdaya dan aktifitas harus dialokasikan di tiap
pasar-produk agar sesuai dengan peluang dan ancaman yang dihadapi dan dapat
meningkatkan keunggulan kompetitif).
2.1.2 KOMPONEN STRATEGI
Terdapat lima komponen utama yang menyusun suatu strategi :
1. Cakupan. Ruang lingkup (cakupan) suatu organisasi mengacu pada
kedalaman strategi utamanya – jumlah dan tipe industri, lini produk, dan
segmen pasar dimana organisasi tersebut berkompetisi atau berencana
untuk masuk.
2. Tujuan dan sasaran. Strategi menjelaskan secara detail tingkat
pencapaian satu atau lebih dimensi performa – misalkan peningkatan
16
volume, kontribusi profit, atau ROI (return of investment) – dalam jangka
waktu yang spesifik.
3. Pengembangan sumberdaya. Setiap organisasi memiliki sumberdaya
manusia dan finansial yang terbatas. Formulasi suatu strategi termasuk
memutuskan bagaimana sumberdaya tersebut dapat diperoleh dan
dialokasikan
diantara
berbagai
bisnis,
pasar-produk,
departemen
fungsional, dan aktivitas dalam tiap bisnis ataupun pasar-produk.
4. Identifikasi keunggulan kompetitif. Bagian terpenting dari suatu strategi
adalah spesifikasi bagaimana organisasi akan berkompetisi dalam tiap
bisnis dan pasar-produknya.
5. Sinergi. Sinergi akan terjadi apabila bisnis perusahaan, pasar-produk,
pemanfaatan
sumberdaya
dan
kompetisi
saling
melengkapi
dan
memperkuat satu dengan lainnya.
2.1.3. HIRARKI STRATEGI
Umumnya organisasi memiliki hirarki strategi yang saling terkait satu
dengan lainnya, masing-masing diformulasikan pada tingkat organisasi yang
berbeda. Terdapat tiga tingkatan utama suatu strategi :
•
Strategi korporasi (corporate strategies)
•
Strategi tingkat bisnis (business-level strategies)
•
Strategi fungsional (functional strategies)
Pada tingkat fungsional, strategi disusun untuk masing-masing fungsi organisasi
seperti R & D, produksi, ataupun pemasaran. Pembahasan akan lebih difokuskan
pada strategi pemasaran.
17
Fokus utama strategi pemasaran terletak pada pengalokasian dan
koordinasi sumberdaya dan aktivitas secara efektif untuk mencapai sasaran
perusahaan di dalam pasar-produk yang spesifik. Dengan demikian, masalah
utama dalam cakupan strategi pemasaran adalah menspesifikasi target pasar untuk
suatu produk atau lini produk tertentu. Selanjutnya, perusahaan mencari
keunggulan kompetitif dan sinergi melalui program elemen-elemen bauran
pemasaran (product, price, place and promotion) yang terintegrasi satu dengan
yang lainnya. Program tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan
konsumen didalam target pasar.
2.2 STRATEGI PEMASARAN
Strategi pemasaran terutama terkait dengan pengaruh tiga kekuatan yang
dikenal sebagai 3C strategic yaitu konsumen (customer), persaingan (competition)
dan perusahaan/korporat (corporation). Strategi pemasaran terfokus pada
bagaimana perusahaan dapat membedakan dirinya secara efektif terhadap
competitor, memanfaatkan kekuatannya untuk memberikan nilai yang lebih baik
kepada konsumennya. Strategi pemasaran yang baik memiliki karakter yang
ditunjukan oleh :
a. Definisi pasar yang jelas
b. Kesesuaian antara kekuatan perusahaan dengan kebutuhan pasar
c. Performa yang superior relative terhadap kompetitor untuk faktor kunci
keberhasilan (key success factors) dalam bisnis.(Jain; Marketing Planning
and Strategy, Erlangga 2001)
18
Political/Legal
Environment
Technological
Environment
Customer
Corporation
Marketing
Strategy :
Achieving
Maximum positive
Differentiation over
Competition in
Meeting customer
Needs
Competition
Social
Environment
Economoic
Environment
Gambar 2-2 : Elemen Kunci Formulasi Strategi Pemasaran
Sumber : Subash C. Jain, Marketing Planning & Strategy, Erlangga 2001.
Secara bersama, komponen strategi 3C menyusun segitiga strategi
pemasaran (Gambar 2.2). Konsumen, Korporat dan Kompetisi – adalah komponen
yang dinamis, masing-masing memiliki sasaran tersendiri. Kesesuaian antara
sasaran dan kebutuhan konsumen serta korporat sangat dibutuhkan agar konsumen
mampu melihat perbedaan positif korporat/perusahaan dibandingkan terhadap
kompetitor.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan perancanaan strategik
meliputi tujuh langkah utama (seperti telah dijelaskan pada bagian awal bab ini).
Penjabaran untuk setiap langkah dapat dijelaskan sebagai berikut :
19
2.2.1 INPUT BAGI PERENCANAAN STRATEGIS
Agar perencanaan strategis dapat berfungsi secara efektif maka rencana
tersebut harus memperhitungkan input yang digunakan. Input yang dimaksud
mencakup karyawan, modal yang dimiliki, kemampuan manajerial, keterampilan
dan pengetahuan teknis. Sebagai tambahan, banyak pihak yang memiliki tuntutan
terhadap perusahaan (stakeholders), dan sering kali tuntutan yang dimiliki tidak
sejalan satu dengan yang lainnya. Merupakan tugas bagi manajer untuk
mengintegrasikan berbagai tujuan dan kebutuhan yang beragam tersebut.
2.2.2 PROFIL PERUSAHAAN
Bagaimana perusahaan dijalankan dimasa lalu seringkali merupakan titik
awal untuk menentukan kemana usaha tersebut berjalan dan kemana seharusnya
usaha tersebut dijalankan. Pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh
manajemen puncak mencakup :
-
Apa bisnis yang dijalankan perusahaan ?
-
Siapakah konsumen yang dilayani ?
-
Apa yang diinginkan oleh konsumen ?
-
Apa seharusnya bisnis yang dijalankan ?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan bisnis dasar
perusahaan, produk dan jasa yang dihasilkan, daerah geografis, posisi kompetitif
perusahaan dan orientasi serta nilai yang dianut oleh manajemen puncak.
2.2.3 LINGKUNGAN EKSTERNAL : PELUANG DAN ANCAMAN
Dalam melakukan analisa lingkungan eksternal, banyak faktor yang harus
dipertimbangkan. Pada masa kini ancaman dari lingkungan eksternal dapat
20
mencakup masalah energi, perubahan teknologi dan tindakan pemerintah.
Beragam faktor – baik itu ancaman ataupun peluang – dapat dikelompokan
kedalam kategori : faktor ekonomi sosial dan politik; produk dan teknologi; faktor
demografi; pasar & persaingan; dan lainnya.
1. Faktor Ekonomi
Kondisi umum perekonomian akan mempengaruhi formulasi strategi
dimana faktor-faktor yang termasuk dalam kelompok ini adalah siklus bisnis,
tingkat penyerapan tenaga kerja, ketersediaan kredit dan tingkat harga. Selain itu,
perusahaan secara individu terkena pengaruh yang berbeda dari faktor-faktor
ekonomi. Faktor yang menjadi ancaman bagi satu perusahaan dapat saja menjadi
peluang bagi perusahaan lainnya.
2. Faktor Sosial Politik
Perkembangan sosial juga mempunyai pengaruh terhadap strategi bisnis
misalkan, pergerakan perlindungan konsumen menuntut perhatian perusahaan
untuk keamanan produk. Selain itu terdapat tuntutan publik terhadap udara, air dan
lingkungan yang bersih dan sering kali dianggap suatu ancaman bagi
kelangsungan bisnis. Pada saat yang sama, faktor-faktor tersebut dapat menjadi
peluang, seperti yang ditunjukan oleh kebutuhan tes emisi kendaraan dibanyak
negara yang membuka peluang usaha untuk mengembangkan, memproduksi atau
mengoperasikan peralatan tes yang dibutuhkan.
3. Produk dan Teknologi
Produk perlu disesuaikan terhadap perubahan teknologi. Tuntutan-tuntutan
baru dari konsumen untuk kemudahan, keamanan, dan timbulnya persaingan,
21
sejalan dengan teknologi baru, memberikan dorongan untuk munculnya produk
baru.
4. Faktor Demografi
Perubahan demografi dapat mempengaruhi bisnis secara signifikan. Faktor
demografi ini mencakup pergeseran geografis ataupun perubahan komposisi umur.
Penyusun strategi harus mempertimbangkan faktor-faktor ini karena pengaruhnya
terhadap preferensi produk dan jasa yang diinginkan oleh konsumen.
5. Pasar dan Persaingan
Kemampuan untuk mengatasi persaingan akan sangat menentukan
kelangsungan hidup perusahaan. Karena itu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
berikut merupakan hal penting dalam melakukan formulasi strategi :
-
Siapa saja pesaing kita ?
-
Bagaimana perusahaan kita dibandingkan dengan pesaing ?
-
Apa saja kekuatan dan kelemahan pesaing ?
-
Apa strategi yang mereka gunakan ?
-
Bagaimana perusahaan dapat bersaing ?
6. Faktor Lainnya
Banyak sekali faktor lain yang perlu dipertimbangkan seperti ketersediaan
bahan baku, pemasok serta sistem transportasi. Lingkungan yang selalu
mengalami perubahan menuntut adanya pengawasan secara kontinu akan
munculnya peluang dan ancaman. Suatu perusahaan yang dapat mendeteksi
kebutuhan dan menyediakan produk serta jasa yang diinginkan konsumen, akan
22
memiliki peluang yang lebih besar untuk mengecap sukses dibanding perusahaan
yang mengacuhkan perubahan tersebut.
2.2.4 LINGKUNGAN INTERNAL : KEKUATAN DAN KELEMAHAN
Tuntutan lingkungan internal suatu organisasi harus diselaraskan dengan
sumberdaya yang dimiliki. Kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki
perusahaan-perusahaan sangat berbeda satu dengan yang lainnya, namun secara
umum dapat dikelompokan kedalam :
1. Manajemen dan organisasi
2. Operasional
3. Keuangan atau finansial
4. Faktor lainya yang penting bagi suatu perusahaan.
1. Manajemen dan Organisasi
Kategori ini menyangkut tidak hanya kemampuan manajerial tetapi juga
tenaga kerja secara keseluruhan. Kelompok ini juga terkait dengan hubungan antar
tenaga kerja; kebijakan personalia; penilaian, seleksi, pelatihan,dan pengembangan
tenaga kerja; serta sistem reward. Sistem perencanaan dan kontrol seperti halnya
iklim dan struktur organisasi merupakan hal yang sama pentingnya bagi
kesuksesan suatu organisasi.
2. Operasional
Operasi usaha harus dianalisa secara hati-hati dalam kaitannya dengan
kemampuan penelitian dan pengembangan, Kecukupan serta produktivitas
produksi untuk memenuhi pertumbuhan yang diharapkan dan tujuan lainnya.
Selain itu, bagian pemasaran juga perlu dinilai dalam hal saluran distribusi produk,
23
perlindungan merk, harga yang kompetitif, identifikasi konsumen, pelayanan dan
image perusahaan.
3. Keuangan dan Finansial
Evaluasi yang menyeluruh terhadap kekuatan dan kelemahan perusahaan
juga harus dilakukan dalam area struktur kapital, pendanaan (financing),
provitabilitas, situasi perpajakan, perencanaan finansial dan sistem akutansi.
Banyak rasio finansial yang dapat digunakan untuk melakukan analisa tersebut.
4. Faktor Lainnya
Fokus pada faktor ini adalah hal-hal lain yang dapat menjadi sumber
kekuatan dan kelemahan suatu organisasi yang harus dievaluasi. Faktor lainnya
seperti paten, penemuan baru dan image perusahaan dapat menjadi hal yang
istimewa atau khusus bagi suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
2.2.5 ALTERNATIF STRATEGI
Analisa lingkungan menyangkut peluang dan ancaman serta kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan mendorong terjadinya proses kreatif
penyusunan alternatif strategi. Berikut adalah beberapa tindakan alternatif yang
dapat dijalankan :
•
Spesialisasi/konsentrasi
Perusahaan menggunakan seluruh energi dan kekuatannya untuk mencapai tujuan
tunggal atau membatasi usahanya pada beberapa sasaran.
•
Forward/backward integration
Pada pelaksanaan integrasi kebelakang (backward integration) maka perusahaan
mengakuisisi pemasok untuk menjamin arus bahan baku. Sedangkan pada
24
integrasi kedepan (forward integration) maka perusahaan berusaha untuk
melindungi arus keluar produk dan jasa yang dihasilkannya dan berusaha
mencapai pengguna akhir dari produknya.
•
Diversivikasi
Perusahaan bergerak kearah pasar yang baru dan lebih menguntungkan. Strategi
ini dapat menghasilkan pertumbuhan yang lebih besar, yang tidak akan mungkin
dicapai tanpa melakukan diversifikasi.
•
Inovasi – produk dan jasa baru
Suatu perusahaan, yang bersifat rentan terhadap perubahan/kemajuan jaman, dapat
mencari ide baru yang sesuai dengan perubahan waktu.
•
Menghindari perubahan dan tidak melakukan apa-apa
Tanpa melakukan inovasi ataupun ekspansi, perusahaan dapat terus mengikuti alur
yang telah ada dan telah terbukti keberhasilannya, mempertahankan produk dan
jasa yang telah ada dan membiarkan perusahaan lain melakukan kesalahan dalam
inovasinya.
•
Strategi Internasional
Mengulangi kesuksesan dinegara asalnya dan memperluas operasi usahanya ke
bagian dunia lainnya. Beberapa perusahaan yang menggunakan strategi ini adalah
Unilever, Colgate-Palmolive, Singer, Nestle.
•
Likuidasi, yang mungkin saja memerlukan penghapusan lini produk atau jasa
yang tidak menguntungkan. Apabila suatu perusahaan hanya memproduksi
satu jenis produk, hal ini dapat berarti meleburkan perusahaan tersebut – suatu
keputusan yang sangat sulit.
25
•
Alternatif terakhir adalah melaksanakan kerja sama (joint venture), yang dapat
mengambil berbagai bentuk.
Dari berbagai alternatif yang telah disebutkan, sebenarnya banyak variasi
yang dapat dilakukan. Dalam praktek/pelaksanaannya, banyak perusahaan yang
melakukan kombinasi dari beberapa strategi diatas.
2.2.6 EVALUASI DAN PILIHAN STRATEGI
Seorang manajer harus membuat pilihan diantara berbagai alternatif
strategi yang ada. Dalam melakukan hal tersebut, seorang manajer harus
mempertimbangkan realitas eksternal dan kemampuan internal perusahaan.
Sayangnya, lingkungan tidak bersifat statis namun selalu dinamis dan merupakan
subyek dari perubahan. Oleh karena itu, pembuat strategi harus membuat prediksi
mengenai kondisi di masa depan.
Dalam menentukan pilihan strategi, peluang harus dipertimbangkan dari
sisi resiko. Terdapat peluang untuk memperoleh keuntungan dari suatu produk,
tetapi mungkin saja perusahaan tidak mampu menanggung resiko yang muncul.
Tetapi disaat lainnya, perusahaan juga tidak dapat menghindar untuk menghadapi
resiko yang telah diperhitungkan. Penentuan waktu (timing) merupakan elemen
penting dalam pengambilan keputusan strategis. Walaupun tindakan awal/segera
sangat diinginkan (menjadi yang pertama dipasar), namun perusahaan mungkin
saja tidak mampu menanggung resiko dibalik tindakan tersebut. Di sisi lain, suatu
perusahaan harus memasuki daerah/pasar baru karena kelangsungan hidupnya
tergantung dari tindakan itu. Perusahaan tentu saja tidak beroperasi sendirian, dan
26
suatu tindakan strategis pasti akan diikuti serangkaian reaksi dari pesaing dimana
hal tersebut membutuhkan tidakan balasan.
2.2.7 UJI KONSISTENSI
Pada tahapan formulasi strategi, setiap langkah harus melalui uji
konsistensi yang sesuai dengan profil perusahaan, kondisi lingkungan disaat ini
dan masa depan, serta sumberdaya yang dimiliki. Sebagai tambahan, tujuan dan
tuntutan terhadap perusahaan perlu dipertimbangkan,karena pilihan strategi tidak
hanya didasarkan pada perhitungan rasional tetapi juga pada nilai dan tujuan
personal, terutama dari pihak CEO.
Alternatif strategi harus melalui uji kesesuaian dengan rencana jangka
pendek dan menengah yang mungkin membutuhkan penyesuaian pada rencana
utama. Selain itu, kemungkinan untuk mengimplementasi strategi juga harus
dievaluasi.
2.2.8 RENCANA CADANGAN
Rencana cadangan harus selalu disiapkan. Karena masa depan tidak dapat
diprediksi dengan tepat maka rencana harus dibuat dan didasarkan pada berbagai
asumsi. Agar lebih pasti, maka hanya rencana tertentu yang sangat menentukan
bagi kelangsungan hidup dan kesuksesan perusahaan yang perlu dijadikan dasar
sebagai rencana alternatif.
2.3 LINGKUNGAN INDUSTRI
Sebenarnya, faktor-faktor yang tergabung didalam kategori “faktor
lainnya” menurut identifikasi faktor eksternal metode Dyson dapat diperjelas
27
dengan menggunakan metode lima kelompok kekuatan utama didalam lingkungan
industri yang terkenal sebagai Metode Five Forces Porter.
Kekuatan Industri dibagi kedalam lima kelompok kekuatan utama (five
forces) yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman dari produk subtitusi,
kekuatan pembeli, kekuatan penawaran pemasok dan persaingan dengan
kompetitor yang telah ada dalam industri (Hitt,Ireland & Hoskisson; Strategic
Management 3rd ed.1999). Kelima kekuatan tersebut secara keseluruhan
menentukan intensitas persaingan dalam industri dan perumusan strategi
perusahaan.
2.3.1 PERSAINGAN DALAM INDUSTRI YANG SAMA
Perusahaan-perusahaan didalam suatu industri akan selalu bersaing secara
aktif, menurut Porter faktor persaingan antar pesaing dalam industri yang sama
inilah yang menjadi sentral kekuatan persaingan. Misalnya, dalam industri
minuman, Coca-cola bersaing dengan Pepsi, The Botol Sosro, dan limun. Dalam
industri telepon seluler, Nokia bersaing dengan Motorola, Hewlett-Packard, SonyErricson dan Samsung.
Intensitas persaingan ini tergantung pada beberapa faktor berikut ini :
•
•
Pertumbuhan industri
•
Biaya tetap/nilai tambah
keseimbangan
•
Differensiasi produk
persaingan
•
Identitas merek
•
Kompleksitas informasi
•
Biaya
•
Keragaman pesaing
pengalihan/Switching cost
•
Hambatan keluar
Konsentrasi dan
28
Pendatang Baru
Ancaman
Pendatang Baru
Daya Tawar
Pemasok
Persaingan
Industri
Pemasok
Daya Tawar
Pembeli
Pembeli
Ancaman Barang
Subtitusi
Barang Subtitusi
Gambar 2-3 : Five Forces Porter
Sumber : Mudrajad Kuncoro Ph.D, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan
Kompetitif, Erlangga Jakarta 2006.
2.3.2 ANCAMAN MASUKNYA PENDATANG BARU
Apabila suatu industri tampak menarik karena memberikan keuntungan
bagi pelaku bisnis dalam industri tersebut maka otomatis hal ini akan menarik
masuknya pendatang baru. Dan pada dasarnya, perusahaan/pelaku bisnis yang
telah ada akan berusaha membuat rintangan bagi pendatang baru. Rintangan bagi
pendatang baru tersebut dapat berupa :
•
Skala ekonomis (economies of scale)
•
Diferensiasi produk (proprietary product differences)
29
•
Identitas merek (brand identity)
•
Biaya pengalihan (switching cost)
•
Kebutuhan modal (capital requirements)
•
Akses terhadap distribusi (access to distribution)
•
Keuntungan biaya absolute (absolute cost advantage)
•
Kebijakan pemerintah (government policy)
•
Reaksi pesaing (expected retaliation)
2.3.3 ANCAMAN PRODUK SUBTITUSI
Ancaman dari produk pengganti yang mempunyai fungsi dan layanan yang
hampir sama merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kondisi
persaingan suatu industri. Faktor-faktor yang mempengaruhi ancaman produk
subtitusi adalah :
•
Performa harga produk subtitusi secara relative
•
Biaya pengalihan (switching cost)
•
Kerentanan pembeli terhadap produk subtitusi
2.3.4 DAYA TAWAR PEMBELI/KONSUMEN
Umumnya pembeli menginginkan produk atau jasa dengan harga yang
serendah mungkin tetapi memiliki kualitas yang tinggi dan menawarkan pelayanan
yang lebih baik. Keinginan tersebut dapat dicapai dengan mendorong terjadinya
persaingan didalam industri hingga pelaku bisnis hanya bisa mendapatkan
keuntungan minimum. Faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan penawaran
pembeli adalah :
30
Kekuatan Penawaran
Sensitifitas Harga
•
Konsentrasi pembeli
•
Harga/total pembelian
dibandingkan terhadap
•
Diferensiasi produk
konsentrasi perusahaan
•
Identitas merek
•
Volume pembelian
•
Pengaruh
•
Switching cost pembeli
kualitas/performa
relative terhadap switching
•
Profit pembeli
cost perusahaan
•
Motivasi/insentif
•
Informasi yang dimiliki
•
Kemampuan untuk
pembuat keputusan
melakukan integrasi ke
belakang
•
Produk subtitusi
2.3.5 KEKUATAN PENAWARAN PEMASOK
Pemasok akan berusaha untuk meningkatkan harga dan mengurangi
produk atau jasa yang ditawarkannya. Bila perusahaan tidak mampu menutup
peningkatan biaya yang terjadi karena tindakan peningkatan harga dari pemasok
maka keuntungan yang diperoleh akan berkurang. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kekuatan penawaran pemasok adalah :
•
Industri pemasok didominasi hanya oleh sedikit perusahaan
•
Produk pemasok hanya memiliki sedikit pengganti barang subtitusi
•
Pembeli bukan merupakan pelanggan yang penting bagi pemasok
31
•
Produk pemasok merupakan produk yang penting bagi pembeli
•
Produk pemasok didiferensiasikan
•
Produk pemasok memiliki biaya pengalihan yang tinggi
•
Pemasok memiliki ancaman integrasi ke depan yang kuat
2.4 MATRIKS TOWS
Merupakan suatu konsep untuk melakukan analisis sistematik dan
membantu untuk melihat kombinasi yang dihasilkan dari ancaman, peluang,
kelemahan, dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. (Dyson, Robert G. Strategic
Planning : Models & Analitycal Techniques. John Wiley & Sons. 1990). Terdapat
empat kombinasi Strategi yang dihasilkan yaitu :
•
Strategi WT
Bertujuan untuk meminimumkan kelemahan dan ancaman. Perusahaan yang
menghadapi
kedua
memprihatinkan.
kondisi
Bahkan
tersebut
mungkin,
berada
Perusahaan
dalam
akan
situasi
yang
memilih
untuk
melakukan likuidasi. Tetapi tentunya terdapat pilihan lain yang dapat
diterapkan. Apapun strategi yang dipilih, situasi WT merupakan kondisi yang
ingin dihindari oleh semua perusahaan.
•
Strategi WO
Bertujuan untuk meminimumkan kelemahan dan memaksimumkan peluang
yang dimiliki perusahaan. Suatu perusahaan dapat saja mengidentifikasi suatu
peluang namun kelemahan internal yang dimiliki menghalanginya untuk
meraih peluang tersebut.
32
•
Strategi ST
Strategi ini disusun berdasarkan kekuatan yang dimiliki perusahaan yang
bertujuan untuk menghadapi ancaman yang datang dari lingkungan eksternal.
Tujuannya adalah memaksimumkan kekuatan dan meminimumkan ancaman.
Namun hal ini tidak berarti bahwa perusahaan yang memiliki kekuatan yang
besar dapat menghadapi ancaman secara langsung (head-on).
•
Strategi SO
Setiap perusahaan ingin berada pada posisi dimana ia dapat memaksimumkan
kekuatan dan peluang yang dimiliki. Pada posisi ini, perusahaan dapat
memanfaatkan kekuatannya, menggunakan sumberdaya yang dimiliki untuk
mengambil keuntungan dari pasar produk dan jasa yang dihasilkannya.
2.5 MATRIK DAYA TARIK INDUSTRI DAN KEKUATAN USAHA
Untuk memperoleh gambaran posisi perusahaan dan bantuan dalam
mengarahkan pilihan strategi digunakan metode analisa matriks daya tarik industri
dan kekuatan usaha. Metode ini dikembangkan dan dirintis oleh GE yang
menggabungkan antara dua dimensi : daya tarik industri dimana bisnis dijalankan
dan kekuatan dari bisnis itu sendiri. GE menggunakan alat analisis ini guna
mengarahkan prioritas berbagai bisnisnya dan membuat alokasi investasi dan
sumber daya yang rasional.
Elemen utama untuk menggunakan metode ini adalah identifikasi dan
penilaian faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor eksternal yang penting
33
bagi usaha, yang tidak dapat dikendalikan oleh organisasi, digunakan untuk
menentukan seberapa besar daya tarik industri dimana bisnis dijalankan. Faktorfaktor eksternal yang telah terbukti cukup berpengaruh adalah, market size, market
growth rate, cyclicality, struktur kompetitif, barriers to entry, profitabilitas,
teknologi, tingkat inflasi, peraturan pemerintah, ketersediaan tenaga kerja, masalah
sosial, masalah lingkungan, permasalahan politik dan hukum.
Dengan cara yang sama dilakukan identifikasi terhadap faktor internal
yang cukup berpengaruh, yang dapat dikendalikan oleh organisasi/perusahaan
seperti : market share, tenaga sales, pemasaran, pelayanan konsumen, R&D,
manufacturing, distribusi, sumber daya finansial, image, kedalaman lini produk,
kualitas dan kompetensi manajerial. Posisi yang dimiliki oleh suatu bisnis
dibandingkan
terhadap
pesaing
utamanya,
merupakan
parameter
untuk
memperkirakan kekuatan yang dimiliki organisasi/perusahaan.
Setelah faktor eksternal dan internal diidentifikasi dan dinilai, maka
bisnis/organisasi yang dianalisa dapat diposisikan pada salah satu dari sembilan
kuadran yang dimiliki matriks daya tarik industri – kekuatan bisnis. Tiga katagori
digunakan untuk mengklasifikasikan daya tarik industri dan kekuatan bisnis : kuat,
rata-rata, dan lemah.
34
Medium
Low
Investment
And
Growth
Selective
Growth
Selectivity
Medium
Selective
Growth
Selectivity
Harvest/Divest
Selectivity
Harvest/Divest
Harvest/Divest
High
High
Low
Business Strength
Industry Atractiveness
Gambar 2-4 : Matriks Daya Tarik Industri dan Kekuatan Bisnis
Sumber: Robert G. Dyson, Strategic Planning: Models & Analitycal Techniques.
John Wiley & Sons. 1990
Kemungkinan strategi yang dijalankan dan dipilih berdasarkan posisi pada
matriks adalah :
•
Investasi untuk pertumbuhan (invest to grow)
•
Pertumbuhan selektif (selectivity to grow)
•
Selektif
•
Harvest or divest
Langkah-langkah yang dapat ditempuh sebagai acuan untuk menerapkan metode
analisis ini adalah :
1. Mendefinisikan faktor kritis internal dan eksternal
2. Penilaian terhadap faktor eksternal
35
3. Penilaian terhadap faktor internal
4. Memposisikan bisnis yang dianalisa pada matriks
5. Estimasi trend dimasa depan untuk tiap faktor eksternal
6. Mengembangkan posisi yang diinginkan untuk faktor internal
7. Menentukan posisi yang diinginkan untuk tiap bisnis yang dianalisa
pada matriks daya tarik industri-kekuatan bisnis
8. Formulasi strategi yang sesuai
2.6 STRATEGI BERSAING DALAM INDUSTRI
Dari berbagai pengertian yang diungkapkan oleh berbagai ahli manajemen,
maka dapat disimpulkan bahwa manajemen strategis adalah kumpulan dari
instrumen keputusan dan tindakan, sebagai hasil dari penyusunan dan pelaksanaan
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi. Instrumeninstrumen yang dimaksud diatas, mencakup beberapa hal berikut.
2.6.1 MENETAPKAN CARA BERSAING
Perusahaan harus dapat menetapkan cara bersaing yang tepat dalam
industrinya untuk mendapatkan keunggulan dalam bersaing, berikut beberapa
penjelasan cara bersaing menurut Craven :
1. Visi Strategi
Visi strategis mencakup pengambilan keputusan mengenai dimana, kapan
dan bagaimana bersaing, termasuk juga keputusan untuk tidak bersaing. Hal-hal
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan mencakup :
Pengetahuan tentang perkembangan pasar
36
Pengetahuan tentang kecenderungan perkembangan pasar
Pengetahuan tentang persaingan dan keunggulan bersaing
organisasi
Dalam hal ini, sangat penting untuk melihat kinerja yang dicapai
perusahaan, melakukan penilaian lingkungan, memutuskan nasib produk dimasa
datang dan arah pasar yang dituju. Perusahaan juga harus melakukan antisipasi
dan bereaksi secara proaktif terhadap hambatan dan peluang dimasa datang. Selain
itu juga harus melakukan seleksi pada produk dan pasar dimana perusahaan
tersebut dapat bersaing dengan baik hingga dapat mengembangkan strategi yang
berorientasi pada pasar guna mendapatkan keunggulan bersaing. Dan yang perlu
diperhatikan adalah kegagalan dalam menanggapi lingkungan bisnis secara
strategis, yang dapat menimbulkan dampak negative terhadap kinerja suatu
organisasi bisnis.
2. Menciptakan Keunggulan Bersaing
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing dengan memberikan
nilai nilai lebih kepada konsumennya melalui harga yang lebih rendah dari harga
pesaingnya untuk manfaat yang sama atau dengan memberikan keunikan manfaat
dari harga yang lebih tinggi. Beberapa pertimbangan penting agar dapat
memberikan kepuasan kepada konsumen serta memperoleh keunggulan bersaing
adalah :
Proses harus terfokus kepada konsumen
37
Analisa kebutuhan/keinginan hendaknya dilakukan dengan melihat
kepada kelompok pembeli yang memiliki kebutuhan dan keinginan
yang sama
Peluang untuk memperoleh manfaat dimana terdapat gap antara apa
yang diinginkan oleh konsumen dengan usaha para pesaing untuk
memuaskan mereka
Peluang dapat diketahui dengan mencari atribut dari produk atau
jasa yang khusus dimana permintaan pembeli ada yang tidak
terpuaskan
Analisa kepuasan konsumen untuk mengidentifikasikan peluang
terbaik bagi organisasi dalam menciptakan keunggulan
Pada umumnya strategi bersaing didalam industri menerapkan cara yang
berbeda-beda. Untuk lebih memahami beberapa cara bersaing, berikut adalah
dimensi strategis yang pada umumnya dapat menangkap perbedaan-perbedaan
yang mungkin ada diantara pilihan-pilihan strategis suatu perusahaan dalam
industri tertentu.(Michael E. Porter, Competitive Strategy; New York; The Free
Press, 1980)
Specialization
Fokus dalam bentuk keleluasaan lini produk, segmen pelanggan dan pasar
geografis yang dilayaninya.
38
Brand Identification
Tingkat identifikasi merek, bukan persaingan uang namun lebih didasarkan pada
harga atau variabel lainnya. Pengidentifikasian merek dapat dicapai melalui iklan,
tenaga penjualan dan lain-lain.
Push vs Pull
Upaya untuk mengembangkan identifikasi merek secara langsung pada konsumen
terakhir versus dukungan saluran distribusi dalam menjual produknya.
Channel Selection
Pemilihan saluran distribusi yang terdiri atas saluran milik perusahaan sampai ke
penyalur khusus termasuk penyalur besar.
Product Quality
Tingkat mutu produk dalam hubungannya dengan bahan baku, spesifikasi,
toleransi, fitur dan sebagainya.
Technological Leadership
Usaha untuk mencapai leadership dalam teknologi versus imitasi. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa perusahaan dapat menjadi pemimpin dalam teknologi
walaupun dengan sengaja tidak memproduksi produk dengan mutu tertinggi di
pasar. Hal ini terjadi karena kualitas dan leadership dalam bidang teknologi tidak
perlu berjalan secara bersamaan.
Vertical Integration
Adanya peningkatan nilai tambah yang tercermin dalam integrasi kedepan ataupun
kebelakang yang diterapkan.
39
Cost Position
Upaya dalam mencapai biaya yang rendah dalam proses produksi dan saluran
distribusi melalui investasi dalam fasilitas dan peralatan yang dapat memperkecil
biaya.
Service
Tingkat pemberian pelayanan sampingan atas lini produk seperti bantuan teknik,
jaringan pelayanan langsung, kredit dan lainnya. Aspek strategi ini dapat
dipandang sebagai bagian dari integrasi vertikal tetapi perlu dipisahkan didalam
analisa.
Price Policy
Posisi harga relatif dalam pasar. Posisi harga ini biasanya dikaitkan dengan
variabel lainnya seperti posisi biaya dan mutu produk.
Leverage
Merupakan jumlah kekuatan finansial dan sumber daya operasi yang dimiliki.
Relationship with parent company
Persyaratan mengenai perilaku yang didasarkan pada hubungan antara unit usaha
dan perusahaan induk. Perusahaan mungkin merupakan sebuah unit usaha yang
beragam, satu mata rantai usaha vertikal, bagian dari sebuah kelompok usaha yang
berkaitan dalam sektor umum, anak perusahaan asing dan lain sebagainya. Sifat
hubungan dengan perusahaan induk akan mempengaruhi tujuan dari perusahaan
yang dikelola, tercapainya persediaan yang diperlukan dan menentukan berapa
operasi dan fungsi untuk berbagi dengan unit lainnya.
40
Relationship to Home and Host Government
Dalam lingkungan industri internasional, hubungan telah dikembangkan oleh
perusahaan atau oleh yang diharuskan oleh pemerintahannya sendiri termasuk
pemerintahan asing diluar negeri dimana perusahaan tersebut beroperasi.
Pemerintahan sendiri dapat menyediakan sumber daya atau bantuan lainnya
kepada perusahaan dan sebaliknya dapat mengatur perusahaan atau dengan cara
lain yang mempengaruhi tujuannya.
2.6.2 STRATEGI BERSAING PERUSAHAAN
Strategi bersaing merupakan strategi yang diterapkan pada tingkat unit
usaha untuk memberikan arah bagi suatu perusahaan sehingga mampu
mengembangkan serta mempertahankan keunggulan kompetitif dalam suatu
industri. Menurut Porter, terdapat tiga pendekatan strategi generik yang secara
tepat mampu membuat perusahaan memiliki keunggulan terhadap perusahaan lain
dalam industrinya. Ketiga strategi generik ini dapat digunakan salah satu atau
dengan mengkombinasikan ketiganya, adapun ketiga strategi generik yang
dimaksud adalah : (Michael E. Porter, Competitive Strategy, New York, The Free
Press, 1980)
Overall Cost Leadership
Strategi ini merupakan strategi yang menekankan pada efisiensi dan
efektifitas dari keseluruhan kegiatan operasional perusahaan dalam upaya
menurunkan biaya produksi sehingga perusahaan memiliki biaya produksi yang
relatif rendah dibandingkan dengan pesaingnya.
41
Differentiation
Strategi ini melakukan diferensiasi produk dan jasa perusahaan melalui
penciptaan produk baru yang merupakan inovasi bagi industri. Strategi ini
memungkinkan perusahaan menetapkan margin keuntungan yang lebih tinggi
dalam bentuk harga premium sebagai target pasarnya.
Fokus
Strategi ini merupakan strategi yang memusatkan perhatian pada segmen
pembeli tertentu, seperti segmen lini produk atau geografis tertentu. Strategi ini
digunakan untuk memenuhi kebutuhan target tertentu secara optimal berdasarkan
pemikiran bahwa target yang sempit memungkinkan perusahaan dapat
memberikan pelayanan yang lebih efisien dan efektif.
Dalam penerapannya, keefektifan implementasi dari ketiga strategi generik
ini biasanya menuntut dukungan serta komitmen secara total dari
manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.6.3 MENDISAIN STRATEGI PEMASARAN
Dengan analisa situasi dan lingkungan industri yang mengidentifikasikan
peluang pasar, segmen pasar, pesaing serta kekuatan dan kelemahan perusahaan
adalah merupakan sumber yang berguna untuk mendisain strategi pemasaran.
Selain hal tersebut, strategi pemasaran juga meliputi analisa positioning dan
targeting didalam pasar, membangun hubungan pemasaran serta mengembangkan
dan memperkenalkan produk. Menurut Carven (David W. Carven, Strategic
Marketing, Erlangga Jakarta 2002) disain strategi pemasaran meliputi :
42
1. Market Targeting and Positioning Strategy
Beberapa faktor situasi seperti ciri-ciri industri, jenis perusahaan,
diferensiasi kebutuhan pembeli dan keunggulan persaingan perusahaan yang
spesifik dalam merancang strategi pemasaran adalah merupakan hal yang sangat
mempengaruhi keunggulan pemasaran perusahaan. Selain itu, ada hal terpenting
yang harus diperhatikan seperti menentukan bagaimana, kapan, dan dimana
perusahaan akan bersaing serta memberikan gambaran lingkungan perusahaan.
•
Market Target Strategy
Target market biasanya terdiri atas satu atau lebih segmen pasar produk
dimana kebutuhan dan keinginan konsumen antar segmen tidak sama. Perusahaan
dapat memilih strategi targeting jika pasar produk telah diidentifikasikan dan
ditentukan dengan mempertimbangkan keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan.
Keputusan ini merupakan inti dari strategi pemasaran karena penetapan sasaran
akan menjadi pedoman penentuan tujuan dan pengembangan penentuan posisi
pasar. Hal-hal yang mempengaruhi strategi targeting antara lain kematangan pasar,
keragaman, kebutuhan dan preferensi pembeli, ukuran perusahaan dibandingkan
dengan pesaing, sumber daya dan prioritas perusahaan setara besarnya pasar yang
diperlukan untuk mencapai kondisi keuangan yang menguntungkan bagi
perusahaan.
•
Positioning Strategy
Strategi yang banyak berhubungan dengan marketing mix atau marketing
program adalah strategi positioning. Sedangkan strategi positioning dalam
program pemasaran merupakan hasil kombinasi antara strategi produk. Distribusi,
43
harga dan promosi yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan posisinya
terhadap pesaing utama dalam usaha memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar
sasaran. Strategi positioning ini memberikan konsep yang dapat digunakan untuk
memutuskan peranan dan strategi dari setiap komponen baru.
2. Market Relationship Strategy
Strategi ini bertujuan untuk mencapai kepuasan konsumen pada tingkat
yang tinggi melalui kolaborasi dari bagian-bagian yang terlibat dalam pemasaran.
Partner dari marketing relationship mencakup end user, anggota channel
distribution, pemasok, aliansi pesaing dan tim internal. Kekuatan yang mendorong
adanya relationship ini adalah keinginan untuk meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk memuaskan pelanggan dan untuk mengatasi berubahnya
lingkungan bisnis yang cepat.
3. New Product Strategy
Bila suatu kondisi penjualan dan profit dari suatu produk menurun secara
signifikan biasanya suatu produk baru dibutuhkan untuk menggantikan produk
lama yang ada di pasar. Hal ini tentunya akan melibatkan semua fungsi bisnis
untuk strategi pengembangan dan penentuan posisi produk untuk memasuki pasar
baru. Diharapkan dengan proses perencanaan produk baru yang terkoordinasi,
perusahaan dapat memproduksi produk yang bermutu tinggi dengan harga
bersaing sehingga dapat memuaskan keinginan konsumen.
Memperhatikan apa yang diinginkan konsumen merupakan hal penting
dalam mengidentifikasikan penampilan produk dan mempengaruhi kepuasan
konsumen. Perbedaan antara atribut produk yang sudah ada dan keinginan dari
44
konsumen adalah merupakan peluang untuk memperbaharui dan meningkatkan
produk.
2.6.4 PENGEMBANGAN PROGRAM PEMASARAN
Strategi targeting dan positioning untuk produk baru dan yang sudah ada
menjadi petunjuk bagi rancangan strategi setiap marketing mix. Strategi produk,
distribusi, harga dan promosi digabungkan untuk membuat strategi positioning
untuk setiap pasar sasaran. Pengambilan keputusan marketing mix pada tingkat
operasional pada dasarnya mengimplikasikan strategi bisnis yang bertujuan untuk
mengalokasikan dana, sumber daya manusia, produksi, konsumen dan produk
secara efektif dan efisien. Sedangkan dimensi inti dari strategi fungsional adalah
menanggapi kebutuhan konsumen dan membina hubungan dengan konsumen
dalam jangka panjang.
45
•
•
•
•
•
•
•
•
Product
Kualitas
Features
Style
Pilihan
Merek
Kemasan
Jaminan
Service/spare part
Place
• Jumlah dan tipe
perantara
• Lokasi/availability
• Tingkat persediaan
• Transportasi
Target pasar
•
•
•
•
•
•
Price
Daftar harga
Diskon
Allowance
Jangka waktu kredit
Periode pembayaran
Rental/sewa
Promotion
• Iklan/advertising
• Personal selling
• Sales promo
• Point of purchase
materials
• Publikasi
Gambar 2-5 : Empat Elemen Marketing Mix
Sumber : Boyd et. Al, Marketing Management, Irwin McGraw-Hill, 2000
Definisi bauran pemasaran (marketing mix) adalah kombinasi peubahpeubah pemasaran yang dapat dikontrol yang digunakan oleh manajer untuk
melaksanakan strategi pemasaran untuk mencapai sasaran perusahaan dalam target
pasar yang telah ditentukan. (Boyd, Walker & Larreche; Marketing Management,
2000).
Strategi bauran pemasaran lebih bersifat taktis dimana keputusan yang dibuat
mencakup peubah pemasaran yang dikenal dengan 4P (product, price, promotion,
place).
Tetapi dalam perkembangannya 4P telah berkembang menjadi :
46
Strategi Pemasaran Terintegrasi 13 P
PUBLIC RELATION
G
PR
SS
E
IC
OP
OC
E
PE
PR
LE
ER
UC
OD
PR
PHYSICAL EVIDENCE
PR
OD
UC
T
IC
PL
AC
E
IN
PO
LI
T
N
AN
PL
PROMOTION
PATTERNED THINKING
Gambar 2-6 : Integrated Marketing Strategy 13P
Sumber : Arif Isnaini, Model Dan Strategi Pemasaran, Nusa Tenggara Pratama
Press, Mataram 2005
Dalam Pemasaran Modern harus digunakan strategi pemasaran yang terintegrasi,
hal ini mengingat sudah pesatnya perkembangan didunia pemasaran dengan
semakin banyaknya inovasi yang dilakukan oleh para profesional dibidang
marketing.
Dalam perkembangan berikutnya industri jasa maupun non jasa memerlukan
perhatian yang khusus sehingga pelayanan kepada konsumen nyaris tidak bisa
dipisahkan dalam hal ini.
47
1. Profit
Menjadi tujuan dari para pelaku dalam proses bisnis yang berjalan. Dalam
hal ini banyak yang berpeluang bisa memperoleh profit, tentunya dengan porsi dan
kemampuan masing-masing.
Perusahaan yang hebat saat ini bekerja berdasarkan pola pemasaran
positive-sum. Perusahaan seperti ini menjalin kontrak dengan pemasok-pemasok,
pegawai-pegawai, distributor, dan agen-agen yang hebat. Mereka bekerja bekerja
keras sebagai sebuah tim yang mencari hasil yang menguntungkan semua pihak
yang akhirnya perusahaan menjadi lebih kokoh dan kuat. Banyak perusahaan yang
hanya memikirkan keuntungan jangka pendek dengan cara mengurangi biayabiaya. Ini adalah hal yang sangat mustahil bagaimana keinginan menjadi besar
justru diikuti dengan penyusutan. Kesimpulannya bahwa apabila ingin menjadi
besar maka tidak semata-mata dilihat dari tingkat profitabilitasnya melainkan juga
dari tingkat atau angka pertumbuhannya juga.
2. Producer
Memproduksi barang atau jasa dengan pengelolaan produksi sendiri atau
pihak lain. Khusus untuk produk non jasa yang biasanya dilakukan dipabrik
sendiri kemudian berkembang dengan menggunakan jasa pabrik lain untuk
memproduksi barang yang dipesan dengan merek yang dimiliki pemesan. Hal ini
biasanya untuk menghindari biaya operasional produksi yang terlalu besar.
48
3. Product
Untuk produk baru harus dikembangkan rencana pemasaran strategis
dengan tujuan memperkenalkan produk ke pasaran. Strategi pemasaran ini akan
mengalami beberapa perbaikan dalam tahap-tahap selanjutnya.
Strategi pemasaran ini bisa melampaui beberapa tahapan rencana yang terdiri dari
3 tahapan :
- Tahap Pertama menjelaskan ukuran struktur, dan perilaku pasar sasaran,
posisi produk yang direncanakan, serta penjualan, pangsa pasar, dan laba yang
diharapkan dalam jangka waktu tertentu (misalnya 5 tahun).
- Tahap Kedua strategi pemasaran menggambarkan harga, strategi
distribusi, dan anggaran pemasaran yang direncanakan untuk produk tersebut
dalam jangka waktu tertentu (misalnya 1 tahun).
- Tahap Ketiga rencana strategi pemasaran menjelaskan penjualan jangka
panjang dan sasaran laba serta strategi pemasaran selanjutnya.
Setelah manajemen mengembangkan konsep produk dan strategi pemasaran,
mereka dapat mengevaluasi daya tarik proposal bisnis kemudian mempersiapkan
proyeksi penjualan, biaya, dan laba untuk menentukan apakah dapat memenuhi
tujuan perusahaan. Jika hasilnya memuaskan maka konsep produk tersebut
dilanjutkan ketahap pengembangan produk.
4. Patterned Thinking
Selama ini masih banyak perusahaan yang menetapkan strategi
pemasarannya hanya pada pola pikir penjual tanpa memperhatikan pola pikir
pembeli, maka dari itu perlu diperhatikan keduanya baik itu pola pikir penjual
49
maupun pembeli. Dengan demikian perlu juga difikirkan terlebih dahulu pola pikir
pembeli sebelum ditetapkan strategi lebih lanjut. Dalam hal ini penjual harus
bekerja dengan memperhatikan nilai pelanggan dan bukan produknya semata,
perlu dipikirkan juga biaya pelanggan dan bukan harganya semata, lebih dari itu
tidak boleh diabaikan juga faktor kenyamanan dan komunikasi bukan promosi
semata.
Proses strategi berikutnya perlu diperhatikan proses penerimaan pembeli
(konsumen) yang menjelaskan bagaimana pelanggan potensial mengetahui adanya
produk baru, mencobanya, dan memakai atau menolaknya. Manajemen harus
memahami proses ini agar dapat membuat strategi yang efektif untuk penetrasi
pasar awal. Proses penerimaan pembeli (konsumen) ini kemudian diikuti dengan
proses kesetiaan konsumen, yang merupakan hal terpenting bagi setiap produsen.
Dibutuhkan semacam inovasi baik untuk produk barang atau jasa meskipun
inovasi membutuhkan waktu untuk menyebar kesistem sosial. Proses Penyebaran
sebagai penyebaran ide baru dari sumber penemuan atau penciptanya kepemakai
akhir, sedangkan proses adopsi memusatkan pada proses mental yang dilalui
seseorang mulai dari pertama mendengar tentang inovasi tersebut sampai
pemakainya. Adopsi merupakan keputusan seseorang untuk menjadi pemakai tetap
suatu produk.
Dalam proses adopsi pemakai produk baru melalui lima tahapan :
o Kesadaran : konsumen menyadari adanya inovasi tapi masih kurang informasi
o Minat : Konsumen tertarik untuk mencari informasi mengenai hal tersebut
o Evaluasi : Konsumen mempertimbangkan untuk mencoba inovasi tersebut
50
o Percobaan : Konsumen mencoba inovasi tersebut untuk memperbaiki
perkiraan atas nilai inovasi tersebut
o Adopsi : Konsumen memutuskan untuk menggunakannya secara penuh dan
teratur.
Dalam hal ini pemasar produk baru sebaiknya memusatkan untuk
mendorong konsumen melalui tahapan diatas.
Khusus dalam industri jasa perlu adanya perhatian khusus terhadap pelanggan baik
itu pelanggan internal (internal customer), pelanggan antara (intermediate
customer), maupun pelanggan eksternal (exsternal customer) karena focus dari
dinamika
perbaikan
kualitas
terletak
pada
kepuasan
pelanggan.
Untuk
menempatkan pelayanan yang istimewa kepada pelanggan perlu menempatkan
pelanggan sebagai pusat perhatian perusahaan seperti yang pernah diterapkan oleh
perusahaan seperti L.L. Bean, Freeport, Maine, yang memberikan definisi tentang
pelanggan sebagai berikut :
o Pelanggan adalah orang yang tidak tergantung pada kita, tetapi kita yang
tergantung pada dia.
o Pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada keinginannya.
o Tidak ada seorangpun yang pernah menang beradu argumentasi dengan
pelanggan.
o Pelanggan adalah orang yang teramat penting yang harus dipuaskan.
Sistem kualitas modern selalu memperhatikan pelanggan dengan baik
untuk tetap mendapatkan perhatian yang baik pula dari pelanggan. Perhatian
kepada pembeli harus mendapat porsi yang cukup dalam proses menuju strategi
51
bauran pemasaran yang terintegrasi, sehingga perhatian daripola pikir pembeli
berupa customer value (nilai pelanggan), customer cost (biaya pelanggan),
convenience (kenyamanan) dan communication (komunikasi) bisa mempermudah
untuk memulai melakukan strategi ini.
5. Planning
Perencanaan dalam pemasaran memegang peranan penting khususnya
dalam memenangkan pertempuran dalam perebutan pangsa pasar dengan
memperkenalkan sesuatu yang lebih baik, lebih baru, lebih cepat bahkan lebih
murah.
Sebuah perencanaan pemasaran yang baik terdiri dari 6 langkah, yaitu : analisis
situasional, tujuan-tujuan, strategi, taktik, anggaran, dan pengawasan.
1. Analisis Situasional : Perusahaan mempelajari faktor-faktor makro dan
pihak-pihak yang terlibat dalam lingkungan perusahaan yang kemudian dilakukan
analisa SWOT.
2. Tujuan-tujuan : Berdasarkan atas hasil pengidentifikasian peluang-peluang
terbaik yang dilakukan melalui analisis situasional, perusahaan kemudian
membuat peringkat atas peluang-peluang tersebut dan menetapkan sasaran-sasaran
serta menyusun jadwal untuk mencapainya.
3. Strategi : Menentukan serangkaian tindakan yang paling efektif dalam
pencapaian tujuan.
4. Taktik : Strategi mendetail berdasar 4P dan tindakan-tindakan apa yang
akan diambil sesuai dengan jadwal kalender oleh orang-orang yang sudah
ditentukan yang akan melaksanakan perencanaan tersebut.
52
5. Anggaran : Berbagai tindakan dan aktivitas perusahaan yang sudah
terencana berkaitan dengan biaya-biaya yang ditambahkan kedalam anggaran yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan.
6. Pengawasan : Perusahaan harus melakukan review atas periode dan
membuat tolok ukur yang akan melihat apakah perusahaan membuat kemajuan
atau tidak, jika tidak perusahaan harus segera merubah tujuan dan strategi atau
tindakan untuk memperbaiki keadaan.
6. Politics
Bagaimanapun juga politik tetap saja memiliki pengaruh terhadap
kemampuan menjual yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini faktornya
banyak sekali bisa berasal dari keadaan atau situasi politik maupun keputusan
politik yang ada pada saat itu. Jadi kalaupun banyak perusahaan yang diuntungkan
karena politik tentu banyak juga yang dirugikan akibat dari politik.
7. Publict Relations
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan dari sekedar pemborosan
untuk periklanan, yaitu dengan memindahkan dana iklan tersebut untuk public
relations. Kita telah melihat semakin padatnya iklan dimedia massa terutama
televisi. Bahkan terlampau padatnya iklan sehingga pesan pendek yang
disampaikan sudah tidak efektif bahkan semakin banyaknya produk-produk yang
serupa dalam iklan berakibat pada tingkat membingungkan. Konsumen sudah pada
tahapan memahami iklan sebagai rekayasa membesar-besarkan sebuah produk
sehingga konsumen bosan dan berusaha memindahkan chanel TV pada saat jeda
iklan, bahkan lebih buruk lagi iklan dianggap tidak jujur dan mengganggu.
53
Banyak perusahaan yang mengeluarkan biaya besar untuk belanja iklan
sementara tidak untuk public relations. Belanja iklan memang lebih mudah
dikontrol dan diawasi seperti misalnya beberapa kali pemuatan atau durasi jam
tayang di TV sementara public relations lebih sulit dikontrol. Selain dari itu
membangun perusahaan atau membangun merek melalui public relations
membutuhkan waktu yang lama disamping juga membutuhkan kreativitas yang
tinggi.
Dalam mengelola public relations yang baik akan bisa menekan biaya,
dimana membangun sebuah perusahaan atau merek bisa terlabih dahulu dengan
melempar isu atau “desas-desus” atas merek tersebut dengan menggunakan public
relations sebagai alat kampanye produk.
8. Promotion
Promosi penjualan meliputi berbagai alat untuk merangsang minat pembeli
dan mencoba produk. Untuk meningkatkan efisiensi promosi penjualan,
manajemen harus mencatat biaya dan pengaruh penjualan dari tiap promosi
penjualan. Manajemen harus mengawasi statistik-statistik dari presentase
penjualan dalam transaksi, biaya tampilan, presentase kupon yang ditebus, dan
jumlah pertanyaan yang dihasilkan dari demonstrasi.
Jika ditunjuk seorang manajer promosi penjualan, manajer tersebut dapat
menganalisis hasil dari berbagi promosi penjualan dan menasehati manajer produk
mengenai promosi yang paling efektif biaya untuk digunakan.
Sedangkan untuk mengukur apa yang diperoleh dari iklan perlu dimonitor
statistik-statistik berikut :
54
- Biaya iklan per seribu pembeli sasaran yang dijangkau media, Presentase
audiens, Pendapat konsumen atas isi dan efektifitas iklan, Ukuran sebelum-setelah
atas sikap terhadap produk, Jumlah pertanyaan yang ditimbulkan iklan tersebut,
dan Biaya per pertanyaan.
- Manajemen dapat melakukan beberapa langkah untuk meningkatkan efisiensi
periklanan, termasuk melakukan penempatan produk yang lebih baik, menentukan
tujuan periklanan, menguji awal pesan, menggunakan computer untuk
membimbing pemilihan media iklan, mencari pembelian media yang lebih baik,
dan melakukan pengujian akhir iklan.
9. Price
Bagaimana sebaiknya memberikan harga ?
Memberi harga terlalu murah akan mendapat banyak penjualan, namun
membuat keuntungan menjadi lebih sedikit. Perlakuan ini akan menarik pelanggan
yang salah, yaitu mereka yang akan dengan mudah hanya ingin menghemat
sepeser uang mereka. Hal ini akan menimbulkan anggapan bahwa produk yang
dijual adalah produk murahan. Memberi harga terlalu mahal akan menyebabkan
perusahaan kehilangan penjualan maupun pelanggan.
Pendekatan yang standar untuk menetapkan harga adalah dengan
menentukan biaya pokok dan ditambah dengan sejumlah mark-up. Namun biaya
pokok produk sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pandangan pelanggan
tentang nilai produk tersebut.
10. Place
55
Manajemen perlu mencari penghematan distribusi.Terdapat beberapa cara
untuk meningkatkan pengendalian persediaan, lokasi gudang, dan alat
pengangkutan. Satu masalah yang seringkali timbul adalah efisiensi distribusi
mungkin menurun ketika perusahaan mengalami peningkatan penjualan yang
besar. Apabila perusahaan gagal memenuhi jadwal pengiriman yang ditentukan
hanya karena mengalami peningkatan penjualan yang besar maka pelanggan akan
memberikan kesan buruk terhadap perusahaan dan akhirnya berdampak pada
menurunnya penjualan.
Manajemen perlu mempercayai keterbatasan sumber dayanya dan
melakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi dan distribusi.
11. People
Sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam aktifitas
komunikasi pemasaran baik untuk industri barang maupun jasa. Dalam hal ini
tentu perlu ada dukungan dari berbagai aspek seperti product, price, place
promotion dll.
Untuk menunjang kemampuan yang memadai perlu adanya pelatihan tentang
keterampilan berinteraksi dan resolusi masalah pelanggan.
12. Process
Standar operasi prosedur yang terperinci, manual serta deskripsi
pekerjaan,prosedur pelatihan,serta standar performansi untuk fasilitas, proses,
peralatan, dan pekerjaan yang menciptakan pelayanan kepada pelanggan.
13. Physical Evidence
56
Dalam industri jasa sering disebut dengan physical evidence yang meliputi
seluruh dari penampilan tata letak interior dan eksterior, tema, dekorasi,
penerangan, service counter, kebersihan, dll.
Kenyamanan, kecocokan, serta kredibilitas professional. Lebih penting
juga diperhatikan penampilan dan kesehatan karyawan tentunya.
2.7 KARAKTERISTIK PASAR PRODUK INDUSTRIAL
Pasar industri terdiri atas organisasi yang membeli barang atau jasa untuk
digunakan didalam produksi barang atau jasa lain, dijual bahkan disewakan
kepada pihak lain. Komponen utama yang membentuk industri ini adalah produk
pertanian, kehutanan dan perikanan, pertambangan, manufaktur, konstruksi,
transportasi, komunikasi, sarana umum, perbankan, keuangan dan asuransi. Terigu
dapat digolongkan sebagai barang industri (industrial goods) dan termasuk dalam
intermediate product yaitu produk yang dibeli untuk kemudian diproses dan
digunakan untuk menghasilkan produk lainnya.
Pada dasarnya pasar untuk barang industri berbeda dengan pasar untuk
consumer goods. Pasar untuk barang industri memiliki karakteristik sebagai
berikut (Philip Kotler, Marketing Management 12th ed : Pearson education Inc,
2006) : jumlah pembeli yang sedikit dan terkonsentrasi, penjual dari pasar industri
melakukan transaksi lebih sedikit dibandingkan daripada pasar consumer goods.
•
Membeli dalam jumlah besar ; kebanyakan pasar industri ditandai dengan rasio
konsentrasi pembeli yang tinggi dimana pembeli yang jumlahnya sedikit
melakukan pembelian sebagian besar dari produk tersebut.
57
•
Hubungan pemasok dan pelanggan yang dekat ; karena jumlah pelanggan yang
sedikit dan berpengaruh besar maka terjadi hubungan yang erat antara penjual
dan pembelinya. Sehingga penjual sering kali melakukan promosinya secara
individu.
•
Permintaan inelastis ; permintaan terhadap barang industri tidak banyak
dipengaruhi oleh perubahan harga. Sehingga pembeli tidak akan membeli lebih
banyak bila harganya turun dan sebaliknya tidak akan membeli dalam jumlah
sedikit bila harganya naik.
•
Pembeli yang profesional ; barang-barang industri pada umumnya dibeli oleh
pembeli-pembeli profesional dan terlatih, yang menghabiskan waktunya untuk
mempelajari tentang produk yang baik dan bagaimana membelinya dengan
baik. Oleh karena itu, penjual barang industri harus menyediakan data teknis
yang lebih banyak tentang produknya.
•
Pengaruh beberapa pembeli ; umumnya lebih banyak orang yang
mempengaruhi keputusan pembelian bisnis daripada keputusan pembelian
konsumen. Pembelian biasanya dilakukan oleh suatu panitia/komite yang
terdiri dari ahli teknis dan pejabat senior yang akrab dengan pembelian
sebagian besar barang. Sebagai akibatnya penjual harus mengirimkan tenagatenaga penjualnya yang terlatih, baik dalam aspek teknis ataupun pemasaran,
untuk berunding dengan pembeli.
2.8 GAP ANALYSIS
58
Perencanaan cabang-cabang usaha dari perusahan untuk kegiatan bisnis yang
sekarang ada pasti memperhitungkan sejumlah penjualan tertentu dan laba yang
diharapkan. Namun sering terjadi penjualan dan laba yang diproyeksikan/
ditargetkan itu jumlahnya di bawah apa yang diinginkan oleh manajemen
perusahaan. Jadi terdapat senjang (gap) antara penjualan di masa yang akan datang
dengan penjualan yang telah diproyeksikan.
Untuk mengatasi hal ini, manajemen perusahaan harus memikirkan suatu cara
yang kreatif untuk menutupi gap tersebut. Gambar.1 dibawah ini melukiskan
situasi diatas.
Penjualan /laba
2
Pertumbuhan
diversifikasi
Pertumbuhan
terpadu
Pertumbuhan
intensif
1
0
5
Tingkat penjualan yang
diinginkan
GAP / SENJANG
PERENCANAAN
STRATEGIC
Proyeksi penjualan
terigu
10 Tahun
Gambar 2-7 : Strategi Pertumbuhan Perusahaan
Sumber : Ir. Herry Agung Prabowo M.Sc, Modul Manajemen Pemasaran
2006, Fakultas Teknik Industri, Universitas Mercu Buana
™ Kurva paling bawah merupakan proyeksi penjualan yang diharapkan
selama 10 tahun yang akan datang untuk unit bisnis terigu.
™ Kurva paling atas menggambarkan tingkat penjualan yang diharapkan
oleh perusahaan.
59
Dari ilustrasi di atas terlihat bahwa perusahaan ingin tumbuh lebih cepat
dari perkembangan usahanya yang ada sekarang . Untuk mengatasi ‘gap’ atau
kesenjangan tersebut ada 3 cara :
Pertama
:
Mengidentifikasi berbagai peluang lebih lanjut untuk mencapai
pertumbuhan dalam bisnis perusahaan yang ada sekarang disebut
“Pertumbuhan Intensif “.
Kedua
:
Mengidentifikasikan berbagai peluang untuk membangun atau
mengambil alih bisnis yang ada kaitannya dengan bisnis
perusahaan yang ada sekarang disebut “Pertumbuhan Terpadu”.
Ketiga
:
Mengidentifikasikan peluang untuk membangun/mengambil alih
perusahaan yang tak ada kaitannya dengan bisnis perusahaan yang
ada sekarang disebut “Pertumbuhan Diversifikasi ”.
2.8.1 PERTUMBUHAN INTENSIF
ANSOFF telah membuat sebuah kerangka yang bermanfaat untuk
mendeteksi peluang pertumbuhan intensif, melalui kisi perluasan produk/pasar.
PRODUK SAAT INI
PRODUK BARU
60
PASAR
SAAT
INI
PASAR
BARU
1.STRATEGI
PENEROBOSAN
PASAR
3.STRATEGI
PENGEMBANGAN
PRODUK
2.STRATEGI
4.STRATEGI
PENGEMBANGAN
DIVERSIFIKASI
PASAR
Gambar 2-8 : KISI
EKSPANSI PRODUK/PASAR DARI ANSOFF
1. Strategi Penerobosan Pasar
Strategi ini berupaya meningkatkan penjualan dalam segmen pasar yang
sama untuk produk yang juga sama, melalui usaha promosi yang lebih gencar.
Bogasari melakukannya melalui potongan harga/discount, pemberian hadiah baik
langsung maupun diundi, atau melalui pemasaran langsung/direct selling. Strategi
ini terutama bertujuan untuk meraih/merebut pasar dari pesaing. Strategi ini dapat
berhasil jika kita mampu menemukan kelemahan produk atau program pemasaran
dari pesaing dan ternyata produk kita mampu memenuhinya.
2. Strategi Pengembangan Pasar
Inti dari strategi ini adalah mencari pasar-pasar baru untuk produk yang ada saat
ini. Cara ini dapat dimulai dengan melakukan riset pasar untuk mengetahui ada
tidaknya pasar potensial di tempat lain. Misalkan para pelanggan saat ini adalah
61
dari kalangan rumah tangga, perusahaan bisa mulai menawarkan produknya untuk
perkantoran, pabrik/industri. Selanjutnya perusahaan bisa menggunakan saluran
distribusi yang lain untuk menjangkau pelanggan/calon konsumen lainnya.
Bogasari telah berhasil mengembangkan jalur distribusinya melalui bertambahnya
depot/distributor di seluruh Indonesia.
3. Strategi Pengembangan Produk
Strategi ini memperhatikan kemungkinan dilaksanakannya pengembangan
produk baru. Perusahaan dapat mengembangkan terigu dengan spesifikasi khusus.
Dengan menguji semua strategi pertumbuhan intensif tsb, penetrasi pasar yang
lebih dalam, pengembangan pasar, dan pengembangan produk manajemen dapat
mengharapkan untuk menemukan jalan guna mencapai pertumbuhan penjualan
yang lebih tinggi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
62
3.1 RISET LAPANGAN
Merupakan langkah awal dari penelitian. Tujuan dilakukannya riset
lapangan ini ialah untuk mengenal kondisi perusahaan dimana penelitian akan
dilakukan, yaitu dengan cara :
a. Mengamati secara langsung seluruh aktivitas kerja yang berlangsung
diperusahaan.
b. Mengamati proses produksi dari produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
c. Mengenal lingkungan kerja perusahaan.
d. Melakukan wawancara dengan para manajer
dan beberapa supervisor
mengenai permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan saat ini.
Data-data yang didapat dari riset lapangan ini dapat berfungsi sebagai input untuk
mengetahui pokok permasalahan yang ada di perusahaan saat ini.
3.2 STUDI PUSTAKA
Studi pustaka merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan dengan
membaca, mengumpulkan dan mencatat literatur-literatur, diktat-diktat, dan teoriteori dari berbagai sumber pustaka yang ada. Semua informasi yang didapat
nantinya akan digunakan sebagai landasan bagi identifikasi masalah, pengumpulan
dan pengolahan data serta analisa dari masalah yang sedang diteliti.
3.3 IDENTIFIKASI MASALAH
63
Berdasarkan hasil riset lapangan ditemukan bahwa masalah yang dihadapi
oleh perusahaan saat ini ialah : Semakin ketatnya persaingan saat ini, selain
bersaing dengan produsen lokal juga harus bersaing dengan produk impor yang
berani menjual dengan harga murah. Sementara disatu sisi bahan baku tepung
terigu, juga sepenuhnya tergantung kepada bahan baku impor,yang transaksinya
menggunakan mata uang asing yaitu dollar, yang hingga saat ini nilainya masih
sangat fluktuatif terhadap mata uang rupiah.
3.4 MENETAPKAN TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan masalah diatas maka ditetapkan tujuan yang hendak dicapai
dari perusahaan.
3.5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.5.1 PENGUMPULAN DATA
Untuk menunjang penelitian yang dilakukan, maka data-data yang
dikumpulkan haruslah dapat memberikan informasi yang lengkap dan dapat
dipercaya sehingga hasil yang didapat akan akurat. Data-data yang terkumpul
merupakan hasil dari :
a. Wawancara (interview)
Wawancara adalah salah satu cara untuk mendapatkan data atau informasi
dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada orang-orang yang
mengetahui secara persis tentang obyek penelitian. Pada kesempatan ini,
64
dilakukan tanya jawab dengan beberapa manajer, supervisor serta pihakpihak yang terlibat langsung dengan masalah yang sedang diteliti.
b. Pengamatan (observasi)
Pengamatan adalah suatu cara untukmendapatkan data atau informasi
dengan cara langsung mengadakan pengamatan ke lokasi obyek penelitian.
Kegiatan yang dilakukan ialah melakukan pengamatan dan pencatatan
dilokasi obyek penelitian.
c. Data historis perusahaan
Yang dimaksud dengan data historis perusahaan ialah data-data yang
disimpan oleh perusahaan yang ditujukan sebagai arsip dari perusahaan.
Adapun data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari :
•
Struktur organisasi perusahaan
•
Data umum perusahaan, termasuk didalamnya : lokasi perusahaan, luas
area perusahaan, jumlah staff perusahaan, serta pangsa pasar yang dituju,
dan lain-lain.
•
Jenis dan macam produksi yang dihasilkan.
•
Bahan baku, dan bahan tambahan yang digunakan.
3.5.2 PENGOLAHAN DATA
Tahap selanjutnya setelah pengumpulan data ialah pengolahan data :
a. Gambaran umum industri terigu nasional
b. Produsen terigu nasional
c. Konsumen terigu nasional
d. Trend penjualan terigu nasional
65
e. Gambaran umum perusahaan antara lain berupa :
-
Sejarah PT.Bogasari Flour Mills
-
Visi dan misi perusahaan
-
Fasilitas perusahaan
-
Struktur organisasi perusahaan
-
Keuangan / finansial
-
Produk serta spesifikasi teknisnya
-
Konsumen
-
Cakupan geografis serta pemetaan daya tarik industri dan kekuatan
bisnis
Setelah semua data selesai diolah, maka semua hasil data olahan tersebut
akan dianalisa secara lebih terperinci dan jelas sehingga untuk selanjutnya
memudahkan untuk mengambil tindakan perbaikan yang tepat.
3.6 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.6.1 ANALISA LINGKUNGAN EKSTERNAL PERUSAHAAN
Antara lain analisa lingkungan umum yang berupa, faktor Geodemografi,
faktor Ekonomi, faktor Politik dan Hukum, faktor Sosial dan Budaya serta faktor
Teknologi.
3.6.2 ANALISA LINGKUNGAN INDUSTRI
Berisi analisa terhadap ancaman Pendatang Baru, kemudian adanya Produk
Subtitusi serta analisa terhadap Daya Tawar Pembeli dan Daya Tawar Pemasok.
66
3.6.3 ANALISA INTERNAL PERUSAHAAN
Analisa lingkungan internal perusahaan ini meliputi, Sumber daya,Kemampuan
serta Kompetensi Inti yang dimiliki seperti :
-
Manajemen dan Organisasi
-
Operasional Perusahaan
3.6.4 DESAIN STRATEGI PEMASARAN
Meliputi penentuan target dan positioning produk, hubungan dengan pelanggan
serta pengenalan produk. Antara lain berupa :
-
Target Market
-
Positioning
-
Marketing Relationship Strategy
-
New Product Strategy
3.6.5 STRATEGI PEMASARAN
Strategi pemasaran dari sisi :
-
Produk
-
Distribusi
-
Harga serta
-
Promosi
3.6.6 PENGEMBANGAN PROGRAM PEMASARAN
67
Strategi Targeting dan Positioning dijadikan sebagai acuan untuk
mengembangkan
Program
Pemasaran
yang
dituangkan
kedalam
bauran
pemasarana (marketing mix).
Starategi ini mencakup :
-
Strategi Produk
-
Strategi Harga
-
Strategi Distribusi dan
-
Strategi Promosi
3.7 KESIMPULAN DAN SARAN
Langkah terakhir dari penelitian ini ialah menarik kesimpulan dari hasil
yang didapat dari penelitian selama ini dan memberikan saran-saran yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
RISET LAPANGAN
68
STUDI PUSTAKA
IDENTIFIKASI MASALAH
MENETAPKAN TUJUAN PENELITIAN
PENGUMPULAN DATA
WAWANCARA
OBSERVASI
DATA UMUM PERUSAHAAN
GAMBARAN UMUM INDUSTRI TERIGU
NASIONAL
PENGOLAHAN DATA
PRODUSEN TERIGU NASIONAL
KONSUMEN TERIGU NASIONAL
TREND PENJUALAN TERIGU NASIONAL
A
A
69
ANALISA LINGKUNGAN
EKTERNALPERUSAHAAN
ANALISA LINGKUNGAN INDUSTRI
ANALISA DATA
ANALISA LINGKUNGAN INTERNAL
PERUSAHAAN
ANALISA GAP DALAM PERUSAHAAN
DESAIN STRATEGI PEMASARAN
STRATEGI PEMASARAN
PENGEMBANGAN PROGRAM
PEMASARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 3-1 : Metodologi Penelitian
70
BAB IV
PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA
4.1 GAMBARAN UMUM INDUSTRI TERIGU NASIONAL
Proses penggilingan gandum menjadi tepung dikenal sebagai salah satu
industri tertua didunia dan hingga saat ini telah dikembangkan secara independen
dibeberapa lokasi didunia. Tepung terigu atau yang dahulu sering disebut tepung
terigu putih diproduksi untuk pertama kali di Hongaria dan Jerman pada abad ke
18. Produksi pertama tersebut dilaksanakan menggunakan “stone mill” dan telah
berkembang hingga saat ini telah digunakan teknologi mutahir “mill rollers”.
Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, pasta, roti, biscuit, cake,
pastry, dan tidak ketinggalan produk sampingannya yaitu dedak gandum. Dedak
gandum adalah bahan baku berkualitas tinggi untuk makanan ternak.
Industri tepung terigu di Indonesia dimulai dari pendirian perusahaan
penggilingan tepung terigu yang pertama yaitu PT. Bogasari Flour Mills pada
tahun 1971. Sebelum Bogasari didirikan, Indonesia mengimpor seluruh kebutuhan
terigunya.
Namun karena pengaruh lamanya perjalanan terhadap kualitas terigu yang
diterima kurang begitu baik, maka pemerintah memutuskan untuk melaksanakan
produksi terigu didalam negeri.
Perkembangan industri terigu di Indonesia sendiri dipicu oleh beberapa
faktor yaitu :
71
•
Peningkatan kesadaran bahwa tepung terigu adalah makanan yang sehat dan
bergizi
•
Peningkatan konsumsi makanan berbasis terigu
•
Alternatif diversifikasi pangan
•
Kesadaran bahwa lebih baik memproduksi sendiri tepung terigu di Indonesia
untuk menjaga kualitas dan kandungan gizi tepung terigunya.
Hingga saat ini telah beroperasi empat perusahaan terigu nasional yang di
Indonesia. Walaupun demikian konsumsi tepung terigu per kapita di Indonesia
baru mencapai ± 15 kg / kapita (2002); masih sangat kecil dibandingkan dengan
negara lain seperti misalnya Singapura yang mencapai ± 71 kg / kapita atau
Malaysia ± 40 kg / kapita. Walaupun demikian pertumbuhan yang berkelanjutan
masih sangat memungkinkan bagi perkembangan industri terigu di Indonesia.
4.1.1 PRODUSEN TERIGU NASIONAL
Gambar 4 – 1 : Lokasi Produsen Terigu Nasional
Sumber : APTINDO 2007
72
Empat produsen terbesar terigu nasional yang saat ini beroperasi adalah
PT. ISM Bogasari Flour Mills, PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills, PT. Sriboga
Raturaya dan PT. Panganmas Inti Persada.
Seperti tampak pada Gambar 4 -1 maka lokasi keempat pabrik terigu
tersebut terpusat di Pulau Jawa, kecuali untuk PT. Berdikari. Bogasari memiliki
dua pabrik yang berlokasi di Jakarta dan Surabaya, PT. Panganmas Persada
berlokasi di wilayah Cilacap-Jawa Barat, PT. Sriboga Raturaya berlokasi di
Semarang-Jawa Tengah. Hanya PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills yang
memiliki lokasi pabrik di Makasar-Sulawesi Selatan.
Kapasitas dan fasilitas produksi yang dimiliki oleh masing-masing produsen dapat
dilihat pada Tabel 4 -1 di bawah ini.
Tabel 4 -1 : Kapasitas dan Fasilitas Pabrikan
BS-Jkt
BS-Sby
Total BS
BSU
SBR
PM
Didirikan (th)
Luas Tanah (ha)
1971
29
1972
13
42
1982
4
1994
2,6
1997
6
Panjang Dermaga
(m)
185+200
187
385+187
150
180
120
Bongkar Gandum
(unit)
3+2
3
5+3
3
1
1
Kapasitas Bongkar 1800+2000
(mt/jam)
1800
3800+1800
500
300
400
Kapasitas Giling
(mt/hari)
10.000
5.900
15.900
2.900
1.500
1.000
Kapasitas Silo (mt)
404.000
216.000
620.000
118.000
66.000
75.000
Keterangan : BS=Bogasari, BSU= Berdikari Sari Utama, SBR= Sri Boga
Raturaya, PM= Panganmas
Sumber : APTINDO 2007
73
4.1.2 KONSUMEN TERIGU NASIONAL
Berdasarkan data, konsumen terigu nasional seluruhnya merupakan
industri pangan yang dibedakan atas industri besar modern, industri tradisional dan
konsumen rumah tangga. Industri tradisional sendiri dibedakan atas UKM (Usaha
Kecil Menengah) dan industri rumah tangga. Untuk seluruh tipe industri tersebut,
konsumsi terigu dibagi lagi atas kelompok jenis Noodle (instant noodle, dry
noodle dan wet noodle), Biscuit (cookies, wafer & crakers, marie dan snack),
Bakery (roti tawar/manis, cake & pastry dan lain-lain). Selain itu, ditambahkan
kelompok penggunaan untuk keperluan rumah tangga.
Konsumsi tertinggi pada tahun 2003 diserap oleh kelompok industri tradisional
UKM (65%), disusul oleh industri besar modern (30%). Sedangkan untuk jenis
penggunaannya, konsumsi terigu sebagian besar digunakan untuk konsumsi
noodle (50%). Dan kurang lebih 60% konsumsi noodle tersebut ditunjukan untuk
wet noodle. Data yang lebih terinci untuk konsumsi terigu nasional berdasarkan
industri pengguna dapat dilihat lebih lanjut pada (Lampiran 1).
74
Gambar 4 -2 : Komposisi Konsumsi Terigu Indonesia
Sumber : APTINDO 2003
Lebih lanjut, estimasi yang diperoleh berdasarkan data Asosiasi Produsen
Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) menunjukan bahwa konsumsi terigu industri
modern secara rata-rata adalah >75 MT / bulan, rata-rata konsumsi industri rumah
tangga diestimasikan sebesar <1,5 MT / bulan. Untuk UKM, dilakukan
penggolongan lebih lanjut menjadi UKM Besar, UKM Menengah, dan UKM
Kecil. Penggolongan tersebut didasarkan atas estimasi rata-rata konsumsi per
bulan yaitu 43,33 MT/bulan untuk UKM Besar; 11,34 MT/bulan untuk UKM
Menengahdan 1,5 MT/bulan untuk UKM Kecil.
Data konsumsi terigu pada tahun 2003 menunjukan bahwa untuk UKM,
penyerapan konsumsi terigu terbesar dilakukan oleh UKM Kecil. Konsumsi
kelompok ini mencapai 85.497 MT (57,32%) dari total 149.154 MT terigu yang
dikonsumsi oleh seluruh UKM (Lampiran 2).
75
Gambar 4 -3 : Struktur Pengguna Terigu
Sumber : APTINDO 2007
4.1.3 TREND PENJUALAN TERIGU NASIONAL
Terlihat pada Gambar 4-4 bahwa trend penjualan terigu nasional memiliki
kecenderungan meningkat dimulai dari tahun 1999. sempat menurun pada tahun
1998-1999 sebagai dampak terjadinya krisis ekonomi, pemulihan penjualan yang
terjadi berlangsung cukup cepat, bahkan estimasi penjualan dari tahun ke tahun
diperkirakan akan terus meningkat dibandingkan dari tahun sebelumnya.
Sayangnya, sebagian peningkatan tersebut lebih banyak dinikmati oleh produk
terigu impor.
‘000 MT
76
5000
Import
PIP
SRR
BSU
BS
4000
3000
2000
1000
0
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Tahun
Gambar 4-4 : Trend Penjualan Terigu Nasional
Sumber : APTINDO 2004
Gambar 4-5 : Pangsa Pasar Industri Tepung Terigu Indonesia
Sumber : APTINDO 2004
4.2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.2.1 SEJARAH PT. BOGASARI FLOUR MILLS
Mempertimbangkan kendala penanaman gandum dan impor terigu,
Pemerintah mencari alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan terigu masyarakat.
Jalan keluar yang ditempuh adalah dengan mengimpor gandum dan memproduksi
77
terigu didalam negeri. Berdasarkan keputusan tersebut, Bogasari Flour Mills mulai
didirikan pada tanggal 19 Mei 1969.
Setelah konstruksi selama 2 tahun, pada tanggal 29 Nopember 1971
Bogasari Flour Mills diresmikan oleh Presiden Repulik Indonesia. Fasilitas
produksi terigu pertama tersebut dibangun di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Guna
meningkatkan cakupan operasionalnya dan kapasitas produksi yang dimiliki,
fasilitas produksi kedua dibuka pada tahun 1972 di Tanjung Perak, Surabaya.
Secara hukum, pada tanggal 28 Juli 1992 Bogasari diakuisisi oleh PT.
Indosemen Tunggal Prakarsa. Selanjutnya pada tanggal 30 Juni 1995, Bogasari
Flour Mills diakuisisi PT. Indofood Sukses Makmur, Perusahaan publik yang
terafiliasi dengan PT. Indosemen Tunggal Prakarsa. Sinergi dengan pabrik
makanan besar ini diharapkan akan mendorong perkembangan Bogasari.
4.2.2 VISI & MISI PERUSAHAAN
Visi yang dimiliki perusahaan, adalah menjadi industri pangan berbasis
produk pertanian dan jasa terkait bertaraf dunia..
Sedangkan misi yang dijalankan adalah memproduksi, mendistribusikan
dan menjual bahan pangan serta pakan yang bermutu dan bernilai tambah berbasis
produk pertanian, guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran pelanggan,
mitra usaha, masyarakat, karyawan dan para pemegang saham.
Selain itu, menyediakan, menjual produk dan jasa terkait, antara lain :
kemasan, angkutan curah serta penyimpanan dan pengemasan biji-bijian (grain
terminal). Memperkuat daya saing dengan cara menerapkan teknologi yang tepat,
78
melakukan diversivikasi produk dan jasa serta mengembangkan sumberdaya
manusia seutuhnya.
Seluruh visi dan misi perusahaan dituangkan dan diwujudkan ke dalam nilai-nilai
dan indikator perilaku yang digunakan didalam kegiatan operasional sehari-hari di
perusahaan. Nilai-nilai dan indikator yang digunakan tersebut mencakup
intregitas, keunggulan, kepedulian, kebersamaan dan keterbukaan.
4.2.3 FASILITAS
Bogasari memiliki dua pabrik penggilingan terigu di Jakarta dan Surabaya,
masing-masing dibangun diareal seluas 33 ha dan 13 ha. Dengan kapasitas
penggilingan gandum mencapai 10.000 MT per hari di Jakarta dan 5.900 MT per
hari di Surabaya, Bogasari menjadi produsen terigu terbesar di Indonesia bahkan
di dunia. Bandingkan kapasitas tersebut dengan rata-rata pabrik terigu di dunia
yang memiliki kapasitas 500 ton gandum per hari.
Guna mendukung kapasitas produksi yang demikian besar, Bogasari
dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan gandum yang memiliki kapasitas total
sebesar 617.000 ton untuk Jakarta dan Surabaya. Selain itu, untuk penyimpanan
produk sampingan berupa pellet, Bogasari juga dilengkapi dengan 69 silo pellet
(69.000 MT) di Jakarta dan 60 silo (60.000 MT) di Surabaya. Guna melakukan
pengemasan produk, fasilitas produksi dilengkapi pula dengan silo tepung terigu
dan mesin carousel. Seluruh terigu yang telah dikemas disimpan didalam gudanggudang yang luasnya mencapai 39.000 m2 (Jakarta) dan 24.000 m2 (Surabaya).
Untuk memastikan pasokan gandum yang kontinu maka Bogasari
diperlengkapi pula dengan tiga kapal pengangkut gandum dan fasilitas pelabuhan
79
milik sendiri. Pabrik Jakarta mengoperasikan dua buah dermaga yang dilengkapi
dengan fasilitas penyedotan gandum mencapai 3.800 MT/jam. Surabaya memiliki
satu dermaga dengan fasilitas penyedotan gandum sebesar 1.800 MT/jam. Fasilitas
pabrik tersebut ditunjang dengan pembangkit listrik PLN masing-masing 55 MW
untuk Jakarta dan 32 MW untuk Surabaya. Beberapa fasilitas penunjang lainnya
yang dimiliki adalah bengkel elektrik dan mekanik, poliklinik, kantin karyawan
dan mesjid.
Melengkapi investasi besar dalam infrastrukturnya, Bogasari mendirikan
pusat penelitian dan pelatihan di Jakarta. Fasilitas ini serupa dengan pabrik
sesungguhnya namun berskala lebih kecil 50 ton per hari. Dengan laboratorium
canggih berkapasitas 70 siswa, pusat pelatihan memberikan pengalaman praktek
dan dengan demikian mendukung dan melengkapi kegiatan penelitian yang
bertujuan untuk memajukan teknologi penggilingan gandum di Indonesia.
Selain pabrik penggilingan gandum, Bogasari juga memiliki pabrik
pembuatan pasta (Jakarta) dan pabrik polypropylene (Citeureup) untuk suplai
kemasan. Kemasan yang dihasilkan menggunakan bahan baku dari polypropylene
(PP). Sekitar 40% kebutuhan kemasan Bogasari disuplai dari pabrik ini dan 60%
sisanya dipercayakan kepada pengusaha kecil sebagai komitmen Bogasari
terhadap Mitra Usaha.
80
4.2.4 STRUKTUR ORGANISASI
ISM
Board of Directors
Director
Kuasa Direksi
Chief Executive Assistant
Business Development
Corporate Planing
Research & Development
Management Represent
Management Committe
Chairman
Vice Chairman
Members
Corporate Secretary
Chief Corporate Affairs
Community Relations
PR & Communication
Legal Affairs
Internal Audit
GM Operations
Vice GM Manufacturing
Vice GM Sales
GM Fin & Adm
Vice GM
SUP Staff
Jkt Fact. Mgr.
Vice FM Flour
Vice FM Pasta
O & HRSD
Sby. Fact.
Mgr.
Vice FM
COMM Div
Head
Vice Div
Head
SHP Div
Head
Vice Div
Head
General Manager
Textile
SUP
Staff
OSD
HR Div Head
Vice Div
Head
Fin Div
Head
Vice Div
Head
Gambar 4-6 : Struktur Organisasi PT. ISM Bogasari Flour Mills
Sumber : Company Profile PT. Bogasari Flour Mills
Pada tahun 2007, Bogasari telah memiliki 3.060 orang karyawan yang
terbagi ke dalam beberapa divisi yang tersebar didua daerah yaitu Jakarta, dan
CTR Fact
Mgr
Vice FM
81
Surabaya. Namun sejalan dengan rencana PT. Indofood Sukses Makmur untuk
melakukan “spin-off” operasi pengolahan gandum, maka struktur organisasi yang
yang digunakan saat itu masih akan mengalami perubahan. Divisi Bogasari saat ini
telah dibagi menjadi 4 perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Indofood.
Keempat perusahaan tersebut bergerak dipengolahan gandum di Jakarta dan
Surabaya, kemasan kantung terigu di Citeureup, serta jasa maritim.
4.2.5 PRODUK
Tiga produk utama Bogasari yang diproduksi sejak awal berdirinya usaha
ini adalah Cakra Kembar, Segitiga Biru, Kunci Biru. Baru pada awal tahun 2000,
Bogasari mulai melakukan diversivikasi produk-produknya hingga mencapai 10
jenis produk terigu. Produk-produk baru tersebut diantaranya adalah Cakra
Kembar Emas, Lencana Merah, Piramida dan Segitiga Merah. Pembuatan produk
baru tersebut disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang sangat beragam. Pada
pertengahan tahun 2000, Bogasari kembali mengeluarkan beberapa jenis produk
baru, untuk menambah jenis-jenis produk yang sudah ada. Produk-produk baru
tersebut adalah : Kunci Emas (untuk pembuatan kue kering) dan tepung Atta Taj
Mahal (untuk pembuatan roti capati).
Produk terigu Bogasari umumnya dikemas dengan menggunakan kantong
calico dan plastic (Ppbag) dengan berat 25 kg. Pada tahun 1998, Bogasari mulai
memproduksi kemasan terigu baru yaitu kemasan 1 kg dan ½ kg (consumer pack)
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (households). Guna
menambah pilihan kemasan produk terigunya, Dengan demikian, Bogasari
memiliki 3 pilihan kemasan terigu yaitu 25 kg, 1 kg dan ½ kg. Meski demikian,
82
tidak semua produk dikemas menggunakan kemasan 1 kg dan ½ kg, melainkan
hanya untuk produk-produk utama seperti Cakra Kembar, Segitiga Biru, Kunci
Biru, Koki dan Atta Taj Mahal.
Gambar 4-7 : Contoh Produk Bogasari Kemasan Consumer Pack 1 Kg
Selain terigu, produk sampingan (by-product) yang dihasilkan antara lain
berupa industrial flour, bran, pollard dan pellet. Industrial flour digunakan sebagai
bahan baku untuk membuat lem industri (diantaranya sebagai bahan baku lem
plywood). Sedangkan bran, pollard dan pellet merupakan bahan pakan ternak.
Spesifikasi Teknis Terigu Bogasari
Tiga produk utama Bogasari yang diproduksi sejak awal berdirinya pada
tahun 1971 adalah Cakra Kembar, Segitiga Biru dan Kunci Biru dimana perbedaan
diantara ketiga merek tersebut terletak pada kandungan protein dan penggunaan
jenis bahan baku :
83
•
Tepung terigu protein tinggi merek Cakra Kembar yang terbuat dari
gandum jenis hard wheat.
•
Tepung terigu protein sedang merek Segitiga Biru yang terbuat dari
campuran gandum hard wheat dan soft wheat.
•
Tepung terigu protein rendah merek Kunci Biru yang terbuat dari gandum
jenis soft wheat.
Untuk memenuhi keaneka ragaman kebutuhan pelanggan sehingga tepung
terigu yang digunakan betul-betul sesuai untuk jenis makanan yang dibuat,
Bogasari kini telah memproduksi beberapa jenis tepung lainnya seperti merek
Cakra Kembar Emas, Piramida dan Lencana Merah. Spesifikasi teknis produk
tersebut dipertajam dengan mempergunakan beberapa parameter ukur sebagai
pembeda.
Tabel 4-2 : Spesifikasi Teknis Beberapa Terigu Produksi Bogasari
CKE
CK
SB
PIR
KB
LM
Max 14,5
Max 14,5
Max 14
Max 14
Max 13,5
Max 13,5
Min 14
Min 13
10,5-11,5
Min 10
8-9
Min 9
Max 0,55
Max 0,6
Max 0,6
Max 0,6
Max 0,6
Max 0,7
% Gluten Wet
Min 32
Min 31
Min 25
24-25
20-22
Min 24
% Water Abpsorption
62-64
60-62
58-60
58-60
58-60
54-56
% Moisture
% Protein
% Ash
% Moisture adalah jumlah kadar air pada tepung terigu, dimana moisture
ini berpengaruh besar sekali terhadap kualitas tepung. Jika nilai moisture melebihi
standar maksimum, maka tepung akan cepat berjamur, berbau apek, dan
penambahan air pada adonan berkurang.
Moisture rendah = Harga lebih mahal
Moisture tinggi = Harga lebih murah
84
% Protein dalam tepung terigu sangat menentukan dalam :
‰
Jenis produk makanan yang akan dibuat
‰
Jenis peralatan yang digunakan
‰
Jenis proses pembuatan yang akan dilakukan
Protein rendah = Harga lebih murah
Protein tinggi = Harga lebih mahal
% Protein sangat menentukan kualitas akhir dari makanan yang dibuat
seperti : roti, mie, pastry,cracker, wafers, cookies, atau cake. Protein sangat erat
hubungannya dengan gluten, dimana gluten sendiri adalah suatu zat pada tepung
terigu yang bersifat elastis dan kenyal. Semakin tinggi kadar protein semakin
banyak gluten yang dikandungnya, begitu pula sebaliknya.
% Ash merupakan kadar abu yang ada pada tepung terigu, dimana kadar abu ini
sangat mempengaruhi proses dan hasil akhir produk, seperti :
‰
Warna produk akan lebih gelap
‰
Tingkat kestabilan adonan pada kelebihan waktu aduk berkurang
‰
Tingkat kestabilan adonan pada kelebihan waktu fermentasi berkurang
Kadar Ash tinggi = Harga lebih murah
Kadar Ash rendah = Harga lebih mahal
Untuk beberapa jenis produk tertentu jumlah kandungan ash tidak
bermasalah, tetapi pada beberapa jenis produk tertentu sangat memperhatikan
jumlah kandungan ashnya, yang mana dapat menyebabkan kurang bersihnya
warna pada tepung terigu, misalkan pada produk pasta dan mie (noodle).
85
% Gluten merupakan satu-satunya zat yang hanya ada pada tepung terigu,
tidak terdapat pada jenis tepung lainnya. Sifat dari zat ini adalah kenyal dan
elastis, yang mana sangat diperlukan dalam :
•
Pembuatan roti agar dapat mengembang dengan baik
•
Pembuatan mie agar kenyal
•
Pembuatan kulit martabak agar tidak mudah robek
Gluten akan terbentuk lebih sempurna jika waktu umur tepung minimal 7 hari
setelah digiling/produksi dan diberikan energi melalui proses pengadukan.
Banyak sedikitnya gluten yang didapat tergantung dari berapa banyak jumlah
protein dalam tepung itu sendiri. Semakin tinggi proteinnya, maka semakin
banyak jumlah gluten yang didapat, dan begitu pula sebaliknya. Penambahan
energi selama pengadukan sangat mempengaruhi jumlah gluten yang didapat,dan
begitu pula sebaliknya. Penambahan energi selama pengadukan sangat
mempengaruhi jumlah gluten yang didapat. Gluten akan rusak, jika :
‰
Jumlah kandungan ash terlalu tinggi
‰
Waktu aduk adonan kurang
‰
Waktu aduk adonan berlebih
Gluten akan lunak dan lembut, jika :
‰
Diberikan gula
‰
Diberikan lemak
‰
Diberikan asam (proses fermentasi)
% Water Absorption adalah kemampuan tepung terigu untuk menyerap
jumlah air secara maksimal dalam adonan. Kemampuan serap air akan berkurang
86
jika kadar air dalam tepung (moisture) terlalu tinggi dan tempat penyimpanan
tepung terlalu lembab. Semakin tinggi kandungan protein, maka daya serap air
akan semakin besar, dan begitu pula sebaliknya.
•
Water absorption tinggi = Kualitas tepung lebih bagus = Hasil lebih banyak
•
Water absorption rendah = kualitas tepung lebih jelek = Hasil lebih sedikit
4.2.6 KONSUMEN
Sekitar 35% dari total produksi terigu Bogasari diserap oleh pengrajin mie,
dan 20% diserap oleh pengrajin roti, sisanya sebanyak 45% diserap industri besar.
Hampir sekitar 70% dari konsumennya berasal dari pengusaha kecil menengah.
Sedangkan akuisisi dengan perusahaan pangan terbesar di Indonesia yakni
Indofood memberikan kepastian penyerapan produk terigu untuk keperluan mie
instant sebesar 17% dari total produksi Bogasari.
Diluar perusahaan makanan, konsumen Bogasari juga terdiri atas.
Perusahaan pakan ternak, koperasi, peternakan (farm), perusahaan kayu lapis dan
perusahaan trading. Umumnya perusahaan pakan ternak, koperasi dan peternakan
mengkonsumsi bran, pollard dan pellet untuk makanan ternak. Perusahaan kayu
lapis mengkonsumsi Industrial Flour yang digunakan sebagai bahan perekat (lem)
kayu lapis. Dan untuk melebarkan pasar ekspor, Bogasari juga telah melakukan
penjualan tepung dan by-product melalui berbagai perusahaan trading.
Bagi konsumen industri, Bogasari menjual produk terigunya dalam
kemasan 25 kg, sementara untuk konsumen ritel rumah tangga sejak tahun 2000
disediakan kemasan 1 kg serta ½ kg. Untuk konsumen besar, Bogasari bahkan
menyediakan produk khusus sesuai dengan spesifikasi yang mereka minta
87
(customized product). Produk tersebut dijual dengan harga premium karena tidak
hanya spesifikasi terigunya yang disesuaikan dengan permintaan konsumen,
namun kemasan/kantong yang digunakan pun dapat dibuat sesuai dengan
keinginan konsumen. Konsumen yang memiliki permintaan khusus tersebut
diantaranya adalah Pizza Hut (tepung special Pizza).
Untuk menjangkau pasar ekspor, Bogasari juga telah melakukan penjualan
produk-produknya kepada konsumen di luar Indonesia diantaranya Singapura,
Brunei, Malaysia dan Thailand. Penjualan produk terigu tersebut dilakukan
melalui distributor besar di luar negeri seperti Syarikat Sahrima (Brunei), Welico
(Singapura) dan Temasek Bhd (Malaysia).
4.2.7 CAKUPAN GEOGRAFIS
Melalui jaringan distribusi yang tersebar diberbagai kota besar di Indonesia
dan terdiri atas 40 depot, maka distribusi terigu Bogasari telah mencakup sebagian
besar daerah di Indonesia. Dari total 40 depot maka sebanyak 7 depot merupakan
milik Bogasari sedang sisanya sebanyak 33 depot merupakan kepemilikan
bersama / joint operation (Lampiran 3). Ketujuh depot yang merupakan milik
Bogasari terletak di wilayah Medan, Padang, Palembang, Banjarmasin, Pontianak,
Balikpapan dan Menado. Selain melalui depot, jaringan distribusi juga mencakup
distributor-distributor yang tersebar di 8 wilayah di seluruh Indonesia.
Seluruh jaringan distribusi tersebut dibagi menjadi empat region utama
untuk memudahkan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian. Sumatra,
Jawa Barat, DKI Jakarta dan Kalimantan Barat memperoleh suplai produksi dari
88
Bogasari Jakarta. Sedangkan wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian
besar Indonesia bagian Timur mendapat suplai terigu dari Bogasari Surabaya.
Tepung semolina dan tepung khusus (seperti Fsa dan Atta) dijual diwilayah
DKI Jakarta dan Jawa Barat. Tepung Atta dikhususkan untuk komunitas India
yang tersebar di DKI Jakarta.
Untuk hasil produksi sampingan (by-product), penjualan tidak hanya
dilakukan bagi konsumen didalam negeri namun telah menjangkau konsumen
diluar negeri. Tepung industri dan pollard masih dijual untuk konsumsi dalam
negeri. Bran telah menjangkau pasar di Timur Tengah, sedangkan pellet telah
menjangkau ke konsumen di Korea Selatan, Jepang, Taiwan dan Thailand.
Penjualan terigu ke pasar ekspor baru dimulai pada tahun 1998 dengan membuka
jalur awal ke pasar Singapura.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
89
Analisa dilakukan berpedoman pada tahapan yang telah dijelaskan pada
Bab II sebelumnya. Untuk memperjelas langkah-langkah analisa yang akan
dijabarkan pada bagian ini, maka diberikan gambaran skematis untuk
mempermudah pemahaman tahapan analisa yang dilakukan.
Lingkungan
Umum
Lingkungan
Industri
Lingkungan
Internal
Identifikasi lingkungan
eksternal dan internal
perusahaan
Penilaian
kondisi masa depan
Penilaian
kondisi saat ini
Gap Analisys
Penentuan posisi
Perusahaan (matriks
daya tarik industri &
kekuatan perusahaan)
Alternatif Strategi
penentuan target market
Dan positioning
Bauran Pemasaran
yang telah
dijalankan
perusahaan
Usulan bauran
pemasaran yang
ingin
ditambahkan
Gambar 5-1 : Langkah Analisa Permasalahan
Sumber : Diolah oleh penulis
Proses perencanaan strategik yang digunakan sebagai acuan sebenarnya
diawali dengan identifikasi input yang dimiliki perusahaan dan penentuan profil
perusahaan. Langkah ini telah dilakukan didalam Bab II. Dengan demikian
90
pembahasan pada Bab ini langsung diawali dengan analisa lingkungan eksternal
dan internal perusahaan.
5.1 LINGKUNGAN EKSTERNAL
5.1.1 LINGKUNGAN UMUM
Faktor Geodemografi
Industri terigu sangat dipengaruhi oleh besarnya populasi penduduk, tetapi
dari sisi struktur usia, komposisi etnis dan distribusi pendapatan tidak terlalu
berpengaruh terhadap produk ini. Sedangkan kondisi geografis suatu daerah sangat
berpengaruh dalam hal distribusi produk.
Semakin tinggi tingkat populasi penduduk turut berpengaruh terhadap total
konsumsi terigu secara tidak langsung.. Dan dibantu pula dengan meningkatnya
konsumsi mie instant dan perubahan pola makan maka diharapkan konsumsi
terigu pun akan turut meningkat. Hal ini terlihat dari estimasi konsumsi terigu
yang dibuat oleh CIC bahwa diperkirakan akan terjadi peningkatan sebesar 12%
setiap tahunnya
Faktor Ekonomi
Hal yang sangat berpengaruh dalam faktor ekonomi adalah tingkat inflasi
dan nilai tukar rupiah terhadap dollar. Pengaruh ini terutama disebabkan karena
bahan baku industri tepung terigu masih harus diimpor dari luar negeri dan
pembayaran dilakukan dalam mata uang asing. Dan biaya bahan baku
mempengaruhi 80% dari total biaya produksi terigu. Tentu saja dengan semakin
91
lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, produsen terigu terpaksa menaikan
harga terigunya karena biaya produksi yang semakin mahal.
Karena tepung terigu dipandang sebagai produk yang relatif homogen
(masih dianggap sebagai komoditi) maka harga memiliki peran penting dalam
menunjang keberhasilan dalam penjualan produk. Persaingan harga yang terjadi,
didorong karena meningkatnya persaingan dan semakin membanjirnya produk
impor, diperburuk dengan adanya isu dumping dari produk-produk terigu impor.
Dilihat dari tingkat pendapatan yang diperoleh untuk tenaga kerja maka
dibandingkan terhadap industri yang berbeda, pendapatan yang diperoleh bagi
pekerja dibidang terigu cukup bersaing. Namun, tenaga kerja yang berpengalaman
dibidang ini masih sulit dicari, hal ini disebabkan untuk tenaga Miller (pekerja
dibagian produksi) dibutuhkan pengalaman untuk memahami proses produksi
yang dijalankan. Dan untuk melakukan suksesi bagi pekerja dibidang ini
diperlukan pelatihan dan praktek kerja yang cukup lama. Oleh karena itu, untuk
mulai merintis pengembangan kader baru, Bogasari mengembangkan Milling
Training Center.
Faktor Politik dan Hukum
Dampak negatif dari proses demokrasi yang sedang berjalan adalah sering
terjadinya pertikaian antara pihak legislatif dan eksekutif. Pertikaian ini secara
tidak langsung tentunya berpengaruh terhadap stabilitas politik di tanah air. Dan
hal ini juga memperburuk kondisi perekonomian yang belum juga bertambah baik
sejak terjadinya krisis. Masalah yang berlarut-larut ini kemudian berpengaruh
92
terhadap tidak stabilnya nilai rupiah terhadap dollar, dan cenderung melemahnya
nilai rupiah terhadap dollar AS.
Disisi kebijakan hukum dan perundang-undangan terjadi perubahan yang
sangat besar pada industri terigu di Indonesia, dengan dikeluarkannya keputusan
Mentri Perindustrian dan Perdagangan No.406/MPP/Kep/11/1997 atau dikenal
juga dengan Paket Kebijaksanaan 3 Nopember 1997 yang melepas monopoli
Bulog dalam industri ini. Dan dengan berlakunya keputusan tersebut maka impor
gandum dan tepung terigu dibebaskan untuk semua importir umum (IU).
Faktor Sosial Budaya
Sejalan dengan perkembangan diberbagai bidang seperti ekonomi,
teknologi, informasi dan lain sebagainya, perilaku sosial dan budaya masyarakat
mengalami perubahan juga. Peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat diiringi
pula dengan terjadinya perubahan pola makan masyarakat. Kesadaran akan
kesehatan dan pentingnya makanan bergizi mendorong masyarakat untuk mencari
alternatif makanan lain selain beras diantaranya roti. Selain itu, perubahan gaya
hidup yang menuntut penggunaan waktu yang lebih efisien juga menyebabkan
meningkatnya konsumsi mie instant yang merupakan makanan berbasis terigu.
Namun, disamping itu semakin ketatnya perlindungan hak-hak konsumen dimasa
depan, menyangkut keamanan pangan, masalah kandungan zat gizi dan juga
sertifikasi halal, menuntut perusahaan untuk berhati-hati.
Berkaitan dengan dampak industri terhadap lingkungan maka untuk
industri terigu tidak banyak masalah yang ditimbulkan. Hal ini disebabkan karena
dalam proses produksi, tidak ada penambahan zat-zat kimiawi yang berbahaya
93
bagi lingkungan. Proses produksi hanya menggunakan bahan baku berupa gandum
dan air. Selain itu, produk sampingan yang dihasilkan dari penggilingan gandum,
seluruhnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Dari 102% gandum yang
ditambahkan air, maka 76% diekstrak sebagai tepung terigu dan sisanya sebanyak
1,5%
diekstrak
untuk
tepung
industri
dan
24,5%
diekstrak
sebagai
bran/pollard/pellet.
Faktor Teknologi
Perkembangan teknologi dapat menciptakan peluang usaha baru dan dilain
pihak dapat pula mengancam kelangsungan produk-produk yang ada karena
menjadi usang dan tidak dibutuhkan lagi.
Namun, berbeda dengan produk-produk seperti telepon genggam,
computer, radio ataupun produk teknologi canggih lainnya maka industri terigu
tidak terpengaruh dengan terjadinya perubahan teknologi. Teknologi yang
digunakan pun sederhana/tidak kompleks dan hanya diterapkan didalam proses
produksi untuk mengekstrak tepung dari gandum. Kemajuan teknologi hanya akan
berpengaruh terhadap teknis proses produksi yang dapat mendorong efisiensi dan
menekan biaya.
Perkembangan teknologi yang mungkin akan sangat berpengaruh adalah
kemungkinan penanaman gandum di dalam negeri dan pengembangan budi daya
tanaman gandum yang sesuai dengan iklim tropis. Mengingat industri terigu di
Indonesia masih sangat tergantung pada impor bahan baku dari luar negeri maka
kemajuan teknologi budidaya gandum tersebut akan sangat menguntungkan,
dengan menghemat devisa negara. Namun, karena masih dalam tahap percobaan
94
dan pelaksanaan dalam ukuran yang lebih besar (komersial) masih memakan
waktu yang cukup lama maka sementara ini industri terigu nasional masih harus
bergantung dari bahan baku impor.
5.2 ANALISA LINGKUNGAN INDUSTRI
5.2.1 ANCAMAN PENDATANG BARU
Pendatang baru dalam industri ini lebih banyak berperan sebagai penyalur
terigu impor. Sedangkan pendatang baru yang benar-benar memiliki pabrik
penggilingan terigu sendiri tampaknya tidak begitu banyak. Penyebab utama
adalah karena untuk mendirikan pabrik baru tentunya dibutuhkan investasi yang
sangat besar. Selain itu, masih bergantungnya industri terigu pada gandum impor
yang menyebabkan produsen masih harus mengimpor bahan baku dari luar negeri
mengurangi ketertarikan investor untuk masuk dalam industri ini. Oleh karena itu,
barrier to entry bagi industri terigu cukup tinggi dengan mempertimbangkan
kedua faktor tersebut.
Ancaman utama dari pendatang baru yang perlu diwaspadai Bogasari
adalah masuknya produsen terigu dari luar negeri seperti Pacific Flour Mills
(Thailand), Federal Flour Mills (Malaysia) dan produsen terigu lainnya di Asia.
Walaupun banyak pertimbangan yang perlu dilakukan bagi produsen asing untuk
membuka pabrik baru di Indonesia, Terutama dari sisi situasi ekonomi yang
belum menentu, namun Bogasari perlu tetap waspada terhadap kemungkinan ini.
95
5.2.2 PRODUK SUBTITUSI
Belum ada kajian yang komperhensif mengenai prospek bisnis tepung non
gandum di Indonesia. Namun jika dilihat dari angka impor tepung non gandum,
dari tahun ke tahun cenderung naik.
Sejauh ini, tepung non gandum tersebut masih berfungsi sebagai bahan
pencampuran karena karakter tepung terigu yang bersifat gluten (mengikat) tidak
terdapat pada tepung lain (non terigu). Selain itu, pengembangan tepung nongandum juga masih perlu dikaitkan dengan faktor ketersediaan bahan baku lokal
dan aspek komersial produk itu sendiri. Saat ini, bahan baku non-gandum seperti
jagung dan kedelai, sebagian besar masih diimpor. Bahan baku tepung tapioka,
yakni singkong, kontinuitasnya terjamin. Namun karena kapasitas industri masih
kecil, harganya jatuh.
Walaupun hingga saat ini, belum ada produk tepung yang mampu
menggantikan tepung terigu namun potensinya perlu diwaspadai. Penggunaan
tepung garut misalnya, produk ini dapat menggantikan fungsi terigu hingga 20%
pada produk mie. Bahkan, pada produk roti tawar atau roti manis bisa mencapai
40%.
5.2.3 DAYA TAWAR PEMBELI
Karakteristik pasar terigu yang merupakan salah satu dari sembilan bahan
pokok sebenarnya mendekati pasar oligopoly, dimana pasar diperebutkan oleh
beberapa pemain besar seperti Bogasari, Sriboga, Panganmas Inti Persada dan
Berdikari Flour Mills.
96
Walaupun bagi konsumen rumah tangga terdapat kemudahan untuk
berpindah dari produk satu keproduk lainnya, baik itu produk impor ataupun lokal,
namun tidak semudah itu bagi konsumen industri. Bagi konsumen industri,
kepastian pasokan bahan baku terigu dan konsistensi kualitas produk menjadi
pertimbangan penting disamping harga. Selain itu, perubahan kualitas bahan baku
(terigu) yang digunakan dapat berpengaruh pada resep produk yang digunakan.
Oleh karena itu, tidak mudah bagi mereka untuk berpindah dari satu produsen ke
produsen lainnya.
Dengan kurang lebih 25% dari konsumsi terigu teralokasi di industri besar,
serta 64,8% teralokasi pada UKM yang melakukan pembelian melalui paguyuban
ataupun asosiasi maka umumnya pembelian dilakukan dalam jumlah besar untuk
setiap kali pembelian. Umumnya pembelian yang dilakukan harus dilengkapi
dengan spesifikasi teknis produk, sehingga konsumen biasanya memiliki prosedur
inspeksi untuk setiap produk yang mereka terima (quality control). Biasanya
perjanjian pembelian selain dilengkapi dengan spesifikasi teknis produk, juga
termasuk jumlah insect/serangga (termasuk kutu) yang dapat ditolerir.
Yang perlu diperhatikan oleh produsen adalah karena industri terigu dalam
negeri masih sangat bergantung pada pasokan gandum impor dan mutu bahan
baku sangat berpengaruh terhadap kualitas produk akhir, maka dukungan R&D
yang kuat akan sangat berpengaruh terhadap konsistensi kualitas produk yang
dihasilkan. Selain itu, semakin beragamnya kebutuhan konsumen untuk
pengembangan produk berbahan dasar terigu menuntut produsen untuk
mengembangkan produk terigunya lebih lanjut.
97
Tabel 5-1 : Peningkatan Konsumsi Terigu Berdasarkan Sektor Pengguna,
2003-2006
Sektor Industri Sektor Rumah
Sektor Lainnya
Total
TAHUN
Makanan
Tangga
(Ton)
(Ton)
(Ton)
(Ton)
2003
2004
2005
2006
3.561.311
4.102.998
4.727.077
5.446.081
484.554
508.780
534.218
560.928
1.860.396
2.009.227
2.169.964
2.343.561
5.906.261
6.621.005
7.431.259
8.350.570
Sumber: CIC (Capricorn Indonesia Consult Inc)
5.2.4 DAYA TAWAR PEMASOK
Bahan baku utama tepung terigu adalah gandum dimana pengadaannya
masih diperoleh 100% dari gandum impor dimana transaksi pembeliannya
menggunakan mata uang asing (dollar) yang nilainya sangat dipengaruhi oleh nilai
tukarnya terhadap rupiah.
Hampir 80% dari total biaya produksi digunakan untuk pembelian bahan
baku gandum yang harus diimpor dari luar negeri. Karena itu, secara umum harga
produk terigu mencerminkan biaya yang dikeluarkan untuk impor bahan baku
(cost-based pricing). Harga bahan baku ini sangat dipengaruhi oleh nilai tukar
mata uang asing (terutama dollar) terhadap rupiah. Sejak krisis moneter pada
tahun 1997, nilai tukar dollar terhadap rupiah masih tidak menentu dan hal ini
tentu saja sangat berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan produsen dalam
melakukan pembelian bahan bakunya. Selain permasalahan tersebut, gandum yang
masih dipandang sebagai komoditas memiliki karakteristik khusus. Harga gandum
98
sangat tidak menentu karena bergantung kepada hasil panen dunia dan kondisi
permintaan pasar.
Salah satu jalan yang ditempuh oleh Bogasari untuk meredam fluktuasi
harga akibat melonjaknya nilai tukar mata uang asing dan tidak menentunya harga
pasar tersebut adalah dengan menerapkan pembelian gandum berdasarkan kontrak
dan mempergunakan lindung nilai (hedging) untuk mengurangi resiko perubahan
harga gandum dunia. Umumnya kontrak tersebut berlaku untuk jangka waktu 3
bulan.
5.3 LINGKUNGAN INTERNAL
Lingkungan internal perusahaan meliputi sumber daya, kemampuan serta
kompetensi inti yang dimiliki yang menjadi input bagi perusahaan untuk
menyusun strategi bersaingnya.
Manajemen dan Organisasi
Tenaga kerja dan jajaran manajemen yang berpengalaman dalam industri
terigu, serta kerja sama erat dengan OCRIM selaku pemasok mesin dan teknologi
yang digunakan dalam proses produksi menjadi input yang sangat berperan. Tidak
cukup dengan mengandalkan tenaga kerja yang ada, Bogasaripun telah mulai
menjalankan proses suksesi dengan menyaring calon tenaga kerja baru dari
universitas-universitas terkemuka.
Selain itu, untuk menambah pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja
yang telah ada, Bogasari secara rutin menyelenggarakan pelatihan baik secara
internal ataupun badan pelatihan eksternal, didalam dan diluar negeri.
99
Namun dari sisi perencanaan dan kontrol bahan baku, Bogasari perlu
memperkuat sistem yang telah berjalan saat ini. Terutama karena pengaruh
fluktuasi nilai tukar rupiah maka manajemen terdorong untuk melakukan
pembelian gandum secara besar-besaran pada saat harga murah. Padahal, hal ini
akan berdampak serius terhadap kondisi inventory bahan baku dan perencanaan
produksi.
Operasional
Sebagai pionir dalam industri terigu, Bogasari memiliki kapasitas produksi
yang sangat besar (mencapai 10.500 MT gandum per hari dihitung dari kapasitas
terpasang) dan infrastruktur yang sangat lengkap. Selain itu, lokasi pabrik yang
strategis dan menyatu
dengan pelabuhan mempermudah kelancaran pasokan
bahan baku yang didatangkan dengan kapal laut.
Dan menghadapi persaingan yang ketat setelah deregulasi terigu yang
diterapkan pemerintah, Bogasari memperkuat jaringan distribusinya dengan
membangun depot sebagai gudang cabang di luar Jakarta. Hingga sejauh ini,
Bogasari telah memiliki 40 depot yang tersebar dikota-kota besar di Indonesia.
Namun, jaringan distribusi yang luas tentunya juga memerlukan pengawasan yang
lebih ketat. Oleh karena itu, Bogasari sedang membangun sistem informasi yang
terintegrasi antara depot dan kantor pusat.
Masalah lain yang perlu diperhatikan oleh Bogasari adalah mutu produk,
pengembangan R&D internal, serta pelayanan purna jual kepada konsumen.
Sejauh ini, mutu produk Bogasari sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan baku
yang digunakan. Namun, karena masih bergantung kepada bahan baku impor,
100
dimana kualitas produk sangat sulit untuk dipastikan maka pengembangan
laboratorium R&D (penelitian dan pengembangan) sangat diperlukan untuk
mengatasi hal tersebut. Dengan bantuan R&D yang kuat, Bogasari dapat
memberikan penambahan aditif bila diperlukan agar mutu produk dapat sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan. Atau dilain pihak, atas saran R&D, Bogasari
dapat memberikan masukan yang berguna untuk aplikasi produknya kepada
konsumen.
Keuangan/Finansial
Dengan
dilakukannya
forward
integration
yang
pelaksanaannya
diwujudkan melalui akuisisi PT. Indofood Sukses Makmur, maka kondisi finansial
Bogasari mendapat dukungan dari perusahaan induknya tersebut. Selain itu,
Bogasari yang memiliki 65% pangsa pasar setelah berlakunya deregulasi terigu
tentunya memiliki kondisi finansial yang cukup baik. Sebagai gambaran, berikut
diberikan sedikit gambaran finansial Bogasari.
Tabel 5-2 : Posisi Finansial Bogasari tahun 2003-2006
(in million Rp.)
Sales
Net Profit
(after tax)
2003
12.991.815
2004
15.106.762
2005
18.650.324
2006
21.941.558
317.063
391.436
489.295
661.210
Sumber : Data Perusahaan
5.4 PEMETAAN DAYA TARIK INDUSTRI DAN KEKUATAN BISNIS
Berdasarkan
wawancara yang dilakukan terhadap beberapa orang perwakilan
manajemen Bogasari, maka dilakukan evaluasi dan penilaian terhadap faktorfaktor eksternal. Faktor-faktor eksternal yang telah di identifikasi akan digunakan
sebagai indikator Industry Attractiveness. Analisa lingkungan eksternal yang
101
mewakili daya tarik industri dilakukan mencakup faktor pasar, faktor persaingan,
faktor finansial & ekonomi, faktor teknologi serta faktor sosial politik.(Tabel 5-3)
Tabel 5-3 : Identifikasi Faktor Eksternal
Faktor Eksternal
Market Factors
Market size
Market growth rates
Price sensitivity
Seasonality/Cliclicality
=
-
E
+
*@
*@
*@
*@
++
102
Captive markets
Competitive Factors
Degress of concentration
Degree of integration
Functional Subtitution
Type of competitors
Financial & Economic Factors
Inflation
Foreign currency impact
Barrier to entry/exit
Profitability
Capacity utilization
Raw material supply
Wage level
Technological Factors
Maturity & Volatility
Complexity
Patents
R&D requirements
Socio-Political Factors
Regulation
Ecological impact
Consumer Protection
Demographic changes
Social attitude & trends
*@
@
*
*
@
*@
@
*
*@
*@
*
*@
@
*@
*@
*@
*@
*@
*
*
*@
*
@
*@
*@
Keterangan: = extremely unattractive; - midly unattractive; E even or neutral;
+ midly attractive; ++ extremely attractive
* Posisi sekarang @ Posisi akan datang
Sumber: Data diolah penulis dari hasil wawancara
Analisa faktor-faktor internal dilakukan melalui perbandingan kondisi saat ini dan
masa depan antara Bogasari dengan Panganmas Inti Persada yang ditunjukan
dalam bentuk tabel profil berikut.
Tabel 5-4 : Identifikasi Faktor Internal
Faktor Internal
=
-
E
+
++
103
Operation
Location & number of branches
*@
Size of Plants
*@
Age of Plants
*@
Number of Equipment Owned
*@
Automation
*@
Number of Specialist
*@
Logistic Management
*@
Quality
*@
Procurement
*@
Productivity
@
*
Capacity Utilization
@
*
Business Development
Location/No. of sales offices
*@
Market share
*@
Human resources
*
@
*
Market intelligence
*
@
Price competitiveness
*
@
Customer loyalty
*@
Company image
*@
Engineering Technologies
R&D facility
*@
Dev. Of propietary tech.
*@
R&D Funding
*@
Management
Competencies
*@
Planning & Control System
*@
Reward
*@
Corporate Culture
*
@
Financial Strength
*@
Keterangan : = highly disadvantage; - mild disadvantage; E even or neutral;
++ high advantage
+ mild advantage;
* Posisi sekarang @ Posisi akan datang
Sumber: Data diolah penulis dari hasil wawancara
Tampak bahwa berdasarkan perbandingan posisi Bogasari terhadap
Panganmas Inti Persada, maka dapat disimpulkan bahwa posisi Bogasari masih
lebih unggul. Analisa terhadap faktor internal diatas mencakup lima kelompok
104
utama yaitu operasional, business development, engineering technologies dan
kemampuan manajemen.
Agar perusahaan dapat membangun kemampuan untuk menghadapi
persaingan yang semakin tinggi di masa depan maka identifikasi kekuatan &
kelemahan yang dimiliki serta peluang & ancaman yang dihadapi harus dilakukan.
Identifikasi SWOT yang dimiliki oleh Bogasari ditentukan berdasarkan hasil
analisa faktor internal dan eksternal. Ancaman dan kelemahan di identifikasi
melalui faktor eksternal dan internal yang dianggap very unattractive/highly
disadvantage (untuk posisi saat ini). Demikian pula dengan peluang dan kekuatan
diidentifikasi melalui faktor eksternal dan internal yang dianggap extremely
attractive/high advantage (juga untuk posisi saat ini). Berikut adalah hasil analisa
eksternal organisasi yang digolongkan sebagai peluang (opportunities):
•
Captive markets, segmen pasar yang telah dikuasai. Saat ini, Bogasari
menjual produk-produknya baik untuk konsumen industri maupun
konsumen retail (households)
•
Degress of concentration, permintaan konsumen cenderung terkonsentrasi
dibeberapa pelaku industri. Seperti telah disebutkan sebelumnya maka
kompetitor/pesaing Bogasari sementara ini adalah beberapa produsen
terigu lokal dan produk terigu impor.
•
Degress of integration, tidak banyak pesaing yang mampu melakukan
integrasi baik vertikal maupun horisontal. Posisi Bogasari yang telah
terintegrasi
vertikal
dengan
Indofood
menguntungkan di dalam persaingan.
membuat
posisinya
lebih
105
•
Types of competitors, jumlah dan ragam pesaing yang ada tidak begitu
banyak sehingga lebih memudahkan bagi Bogasari untuk mengatur strategi
bersaing.
•
Barrier to entry/exit, besarnya investasi yang dibutuhkan dan pengalaman
yang dimiliki sebagai prasyarat untuk menjalankan usaha di industri ini
menjadi penghalang bagi pemain baru untuk masuk dan menjadi
pertimbangan yang berat bagi pemain lama untuk keluar.
•
Ecological impacts, kesadaran akan lingkungan memberikan nilai positif
bagi usaha tepung terigu karena sifat produksinya yang tidak menghasilkan
limbah ataupun menggunakan zat-zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan.
•
Consumer protection, kuatnya proteksi yang diberikan kepada konsumen
sekaligus membuka peluang bagi Bogasari untuk memberi nilai tambah
pada produk-produknya dan mencegah terjadinya pemalsuan merek produk
(oplosan).
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang dinilai sebagai ancaman (threats) :
•
Foreign currency impact, pengaruh kurs valuta asing terutama menjadi
beban bagi biaya produksi karena bahan baku yang digunakan masih harus
diimpor.
•
Raw material supply, dengan alasan yang sama maka pasokan bahan baku
yang masih harus diimpor menciptakan kesulitan tersendiri untuk
pelaksanaan kontrol dan monitoring kualitas, serta perencanaan dan
kesesuaian dengan strategi pemasaran produk.
106
Untuk faktor-faktor internal, dengan cara yang sama diperoleh identifikasi
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Bogasari.
Kelemahan (weaknesses) :
•
Price competitiveness, kurang kompetitifnya harga jual produk Bogasari
dibandingkan pesaing terbesarnya.
Kekuatan (strength) yang dimiliki oleh Bogasari terletak pada :
•
Size of plants, kecanggihan dan besarnya pabrik yang dimiliki. Bogasari
memiliki pabrik yang telah berusia lebih dari 35 tahun di Jakarta dan
Surabaya. Keduanya dibangun sejak tahun 1971-an dan dibangun didaerah
tepi laut.
•
Number of equipment owned, asset berupa mesin dan peralatan yang
dimiliki.
•
Number of specialists, jumlah tenaga ahli dibidang penggilingan tepung
yang dipekerjakan.
•
Procurement, kontinuitas pengadaan bahan baku.
•
Capacity utilization, penggunaan kapasitas produksi yang dimiliki
dibandingkan terhadap pesaing.
•
Market share, pangsa pasar atau besarnya segmen yang dikuasai.
•
Company image, citra perusahaan. Saat ini, perusahaan telah berhasil
mengatasi citra/image perusahaan yang buruk sebagai bekas masa
monopoli Bulog. Perusahaan telah berhasil membangun kembali citranya
107
sebagai perusahaan yang turut membangun gizi bangsa dan menghasilkan
produk yang bermutu.
•
Planning & control systems, sistim perencanaan dan pengawasan produksi
yang dimiliki.
Tabel 5-5 : Rangkuman Identifikasi Ancaman, Peluang, Kekuatan dan
Kelemahan Bogasari
Faktor Eksternal
Opportunities (O)
Captive market
Threats (T)
Foreign Currency
impact
Faktor Internal
Weaknesses (W)
Strengths (S)
Price competitiveness Size of plants
Degrees of
Raw material supply
concentration
Degrees of integration
Number of equipment
owned
Number of specialists
Types of competitors
Procurement
Barrier to entry/exit
Capacity utilization
Ecological impacts
Market share
Consumer protection
Company image
Planning & control
systems
Sumber : Data diolah penulis
Strategi pemasaran yang digunakan sebaiknya disusun berdasarkan faktorfaktor yang telah diidentifikasi diatas yaitu untuk memaksimalkan peluang dan
memanfaatkan kekuatan organisasi yang dimiliki. Disaat yang sama, Bogasari
harus mengatasi ancaman dan memperbaiki kelemahannya.
Dari identifikasi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan Bogasari
yang telah diperoleh maka disusun matriks TOWS.
Penggunaan matriks
dimanfaatkan untuk mengarahkan strategi yang tepat bagi perusahaan.
108
Gambar 5-2 : Peta Posisi Kekuatan Organisasi
Dalam gambar diatas, Bogasari berada pada kwadran I. Artinya dalam bisnis
organisasi yang berada dalam kwadran I sering disebut memiliki keunggulan
kompetitif atau keunggulan daya saing.
Tabel 5-6 : Matriks TOWS
WEAKNESSES (W)
STRENGTHS (S)
- Size of plants
- Price competitiveness
- Number of equipment
owned
- Number of specialists
- Procurement
- Capacity utilization
- Market share
- Company image
- Planning & control
FAKTOR
systems
EKSTERNAL
OPPORTUNITIES (O)
- Optimalisasi kapasitas - Memanfaatkan
- Captive market
- Memperbesar market
economies of scale
- Degrees of
share
- Meningkatkan
concentration
- Meningkatkan sales
efisiensi
- Degrees of integration
melalui ekspor
- Memberi nilai tambah
- Type of competitors
pada produk
- Barrier to entry/exit
FAKTOR
INTERNAL
109
- Ecological impacts
- Consumer protection
THREATS (T)
- Foreign currency
impact
- Raw material supply
-
-
Mencari alternative
bahan baku selain
gandum
Memanfaatkan
kapasitas untuk
produk tepungtepungan lainnya
-
Mendorong
pengembangan
teknologi budidaya
gandum didalam
negeri
Sumber : Diolah penulis
Namun untuk mempertajam analisa matriks TOWS diatas maka dilakukan
pula analisa lebih lanjut menggunakan data kuantitatif dengan memanfaatkan
Matriks Business Strength & Industri Attractiveness. Berdasarkan analisa atas
seluruh faktor-faktor eksternal yang telah disebutkan sebelumnya, maka responden
diminta untuk merangkum penilaian mereka atas kelompok faktor yang lebih besar
yaitu pasar, persaingan, ekonomi & pemerintah, teknologi, sosial-politik serta
penilaian faktor eksternal secara menyeluruh. Rangkuman penilaian tersebut
berdasarkan konsensus bersama dan lebih bersifat judgemental.
Tabel 5-7 : Rangkuman Penilaian Faktor Eksternal Sebagai Indikator
Industry Attractiveness
Low
Market Factors
Competitive Factors
Econ. & Governmt.
Factors
Technological Factors
Societal Factors
Overall Assesment
Current
Medium High
Low
0,86
Future
Medium
High
0,43
-0,21
1,93
-1,33
-1,00
1,50
0,30
1,20
0,40
1,20
0,57
110
Sumber : Data diolah berdasarkan hasil wawancara
Dengan cara yang sama dilakukan penilaian terhadap faktor-faktor internal
perusahaan, dimana untuk konsistensi penilaian maka penilaian tersebut dilakukan
dengan membandingkan terhadap kompetitor terkuat & terdekat Bogasari yaitu
Panganmas Inti Persada.
Identifikasi kompetitor terkuat tersebut dilakukan dari gambaran/perkiraan
mengenai kemampuan produksi yang dimiliki kompetitor pada tahun 2007
berdasarkan hasil wawancara diperoleh, baik kompetitor didalam negeri ataupun
kompetitor luar negeri yang memiliki peluang besar menjadi pesaing kuat bagi
Bogasari.
Tabel 5-8 : Daftar Pesaing Utama Bogasari
Company Name
Panganmas Inti Persada
Sri Boga Ratu Raya
General Milling
Federal Flour Mills
United Flour Mills
Sumber : Data Perusahaan
Sales/Market Share
450,000 MT/Year (5,8%)
270,000 MT/Year (3,48%)
450,000 MT/Year (5,8%)
270,000 MT/Year (3,48%)
234,000 MT/Year (3,13%)
Owner/Group
Citra Group
Arifin Group
Tan Group
Kuok Brother
United Group
Tabel 5-9 : Rangkuman Penilaian Faktor Internal Sebagai Indikator Business
Strength
Current
Low Medium
High
Operation
1,99
Business Developt.
0,60
Engineering Tech.
0,13
Management
0,20
Overall Assesment
0,73
Sumber : Data diolah berdasarkan hasil wawancara
Low
Future
Medium
High
1,75
1,50
1,13
1,50
1,47
111
Dengan menggunakan hasil penilaian faktor eksternal yang mewakili
industry attractiveness dan penilaian faktor internal yang mewakili business
strengths maka dilakukan pemetaan kedua komponen tersebut. Untuk kondisi saat
ini diperoleh pasangan nilai (0,40; 0,73) dan untuk kondisi masa depan diperoleh
(0,57; 1,47).
Posisi perusahaan pada matriks attractiveness-strengths akan berimplikasi
pada strategi yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan responden dan analisa yang dilakukan, ternyata posisi Bogasari
jatuh pada Kuadran II. Pada posisi ini, Bogasari memiliki business strengths yang
tergolong pada kategori kuat dan industry attractiveness yang berada pada
kategori medium/rata-rata.
Industry Atractiveness
Besar
1,0
Rata-rata
-1,0
Lemah
-3,0
Business Strengths
112
3,0
Kuat
1,0
Rata-rata
-1,0
Lemah
-3,0
Keterangan :
= Posisi saat ini;
= Posisi masa depan
Gambar 5-3 : Matriks Daya Tarik Industri dan Kekuatan Perusahaan Untuk
Bogasari
Sumber : Data diolah penulis
Implikasi strategi yang sebaiknya diterapkan adalah melakukan investigasi/growth
dengan menerapkan selective growth, dengan cara :
1. Melakukan investasi pada segmen yang mengalami pertumbuhan yang
tinggi (atraktif untuk dikembangkan)
2. Membangun kemampuan untuk menghadapi persaingan
3. Mengutamakan
pencapaian
profitabilitas
dengan
meningkatkan
produktifitas
Sedangkan dikaitkan dengan estimasi posisi perusahaan dimasa depan yang
berada pada kuadran yang sama, maka pilihan strategi yang diterapkan adalah
melaksanakan investasi untuk mempertahankan posisi (invest to maintain).
5.5 ANALISA PERTUMBUHAN PERUSAHAAN (Gap Analysis)
113
LABA
(Juta)
2.000.000
1.800.000
1.600.000
1.400.000
1.200.000
1.000.000
800.000
980.357
661.210
600.000
502.519
400.000
200.000
000.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
TAHUN
AKTUAL PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN
PROYEKSI PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN
Gambar 5-4 : Pertumbuhan Laba Perusahaan
5.5.1 PERTUMBUHAN INTEGRATIF
Sering kali penjualan dan laba perusahaan dapat ditingkatkan dengan
melakukan integrasi, kehulu, kehilir atau horizontal dalam industrinya. Bogasari
telah melakukan penelitian untuk menciptakan lahan pertanian gandum sendiri
agar tidak terlalu tergantung pada impor bahan baku (integrasi ke hulu).
•
INTEGRASI KEHULU
114
Proyek gandum 2000 disponsori oleh PT ISM Bogasari Flour Mills
merupakan penelitian yang mempelajari kemungkinan pengembangan gandum di
Indonesia sebagai bagian dari strategi pengembangan gandum (pewilayahan
gandum). Berdasarkan penelitian ini akan dipetakan wilayah-wilayah yang
potensial untuk penanaman gandum jika tanaman ini memang layak untuk
dikembangkan di Indonesia. Percobaan lapang dilakukan pada lima lokasi yang
mempunyai perbedaan iklim khusus-nya unsur suhu udara, yaitu di Mojosari
(+10m), Bogor (+300m), Malang (+450m), Nongkojajar (+800m), dan Cangar
(+1650 m).
Cangar
1 ha – Proyek Gandum Bogasari, Deptan, IPB, &
Univ.Brawijaya
Nongkojajar
1 ha – Proyek Gandum Bogasari, Deptan, IPB, &
Univ.Brawijaya
Lawang, Malang
1 ha – Proyek Gandum Bogasari, Deptan, IPB, &
Univ.Brawijaya
Bogor
1 ha – Proyek Gandum Bogasari, Deptan, IPB, &
SEAMEO Biotrop
Mojosari
1 ha – Proyek Gandum Bogasari, Deptan, IPB
Boyolali
3000 m2 – Proyek Gandum Bogasari, UKSW
Salatiga & Unisri Solo
Salatiga
3000 m2 – Proyek Gandum Bogasari, UKSW
Salatiga & Unisri Solo
115
•
INTEGRASI KEHILIR
Selain itu dalam upaya integrasi kehilir dan horizontal telah sama-sama
kita ketahui bahwa Bogasari telah membeli perusahan-perusahaan produk jadi dari
terigu misalnya produsen mie instant diantaranya SM dan AM telah berganti
kepemilikannya oleh Bogasari.
5.5.2 PERTUMBUHAN DIVERSIFIKASI
•
Pertumbuhan diversifikasi yang telah dilakukan oleh Bogasari adalah,
Bogasari telah memulai bisnis tepung diluar tepung dari gandum,
berdasarkan pengetahuannya dalam memproduksi tepung terigu.
Bogasari pada tahun 2002 telah mendirikan pabrik tiwul instan
yang berlokasi di Desa Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta. Berdiri diatas
lahan seluas 3000 m2, dengan 24 jam produksi pabrik ini mampu
memproduksi 3 ton tiwul dan menyerap 3,34 ton singkong per satu shift
atau 10,38 ton per hari.
•
Disamping itu Bogasari juga telah berlaku sebagai distributor bekerja sama
dengan produsen Baking Machinery Tools yang memproduksi Dough
Divider, Mixer, Oven serta Showcase dengan merek Flomix serta Foodeco
sebagai produsen Equipment dan Baking Tools.
Dari sektor jasanya Bogasari juga telah mengadakan :
116
•
Grain Terminal Services : yaitu berupa jasa pelayanan penyandaran dan
bongkar muat khusus kapal kargo curah kering, seperti kacang kedelai,
jagung dan lain-lain di dermaga khusus Bogasari
•
Bulk Delivery Services : yaitu pelayanan pengiriman tepung terigu secara
curah dengan sarana Bulkcarrier. Transfer tepung terigu dari bulkcarrier
ke silo tempat tujuan dilakukan dengan pneumatic system
5.6 DISAIN STRATEGI PEMASARAN
Disain strategi pemasaran meliputi penentuan target dan positioning
produk, membangun hubungan dengan pelanggan serta memperkenalkan produk
yang dihasilkan. Acuan utama yang digunakan dalam penyusunan strategi adalah
visi dan misi yang telah ditetapkan oleh manajemen Bogasari.
5.6.1 TARGET MARKET
Dikaitkan dengan hasil analisa yang diperoleh dari matriks daya tarik pasar
dan kekuatan bisnis maka Bogasari sebaiknya fokus pada segmen yang
atraktif/memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi. Hal ini tidak berarti bahwa
konsumen sektor lainnya dilupakan, melainkan effort/usaha yang dilakukan lebih
dipusatkan pada segmen ini. Jika dilihat dari kecenderungan pasar di Indonesia
dan bahkan di Asia maka konsumsi terigu lebih banyak digunakan dalam
pembuatan mie (baik itu instant noodle ataupun wet/dry noodle). Hal ini didukung
pula dengan komposisi konsumsi terigu nasional berdasarkan data Aptindo, bahwa
50% dari total konsumsi terigu diserap untuk pembuatan noodle.
117
Trend meningkatnya konsumsi terigu untuk pembuatan mie didukung
dengan meningkatnya konsumsi mie instant di Indonesia, seperti yang ditunjukan
pada Tabel 5-10.
Salah satu keuntungan yang sudah berada di tangan Bogasari adalah adanya
integrasi dengan perusahaan mie instant terbesar di Indonesia (Indofood Sukses
Makmur) yang menguasai pangsa pasar di Indonesia hingga 90%. Namun diluar
itu, Bogasari harus tetap berusaha meningkatkan proporsi penjualannya diluar
Indofood. Terutama untuk industri mie basah/kering yang sebagian besar terdiri
atas pedagang tradisional/pengusaha kecil (UKM).
Tabel 5-10 : Perkembangan Konsumsi Mie Instant Dalam Negeri 2001-2006
TAHUN
Permintaan (juta bungkus)
2001
10.170
2002
11.085
2003
12.080
2004
12.925
2005
14.080
2006
15.340
Sumber : International Ramen Manufactures Association (IRMA)
Namun sebelum membuat keputusan, Bogasari perlu melakukan analisa
lebih jauh terhadap segmen yang ditargetkan. Analisa tersebut mencakup ukuran
dan pertumbuhan segmen, daya tarik struktural, tujuan yang ingin dicapai serta
118
sumber daya yang dimiliki perusahaan. (P.Kotler,Philip and Keller, Kevin Lane,
2006, Marketing Management, 12th ed, New Jersey: Pearson Education)
Guna mewujudkan visi sebagai pemain dunia maka Bogasari juga perlu
menganalisa pasar yang lebih besar, yaitu pasar ekspor. Tujuan untuk menjadi
pemain dunia dapat dicapai secara bertahap misalkan dimulai dengan memperluas
cakupan ke wilayah ASEAN, setelah itu diperluas menjadi Asia Pasifik dan
terakhir mewujudkannya ditingkat dunia
5.6.2 POSITIONING
Saat ini, dari sisi korporasi, Bogasari diposisikan sebagai perusahaan yang
memperhatikan
kesejahteraan
masyarakat
Indonesia
diantaranya
dengan
penggunaan slogan “Turut Membangun Gizi Bangsa”. Penekanan dari positioning
korporasi ini dilakukan melalui iklan non-produk, untuk mengembangkan image
yang diinginkan. Sedangkan untuk produk terigu Bogasari diterapkan positioning
sebagai produk berkualitas dengan mencantumkan kalimat “ Terigu Istimewa
Hasil Sempurna” pada setiap kemasan produknya.
Bogasari telah mengembangkan berbagai produk terigu hingga saat ini
jenis produk yang dihasilkan telah mencapai sekitar 10 jenis produk utama terigu.
Oleh karena itu, maka agar tidak terjadi overlaping antar produk diperlukan
positioning yang jelas bagi tiap produk yang dihasilkan. Berikut adalah positioning
beberapa jenis produk yang dihasilkan oleh Bogasari untuk memberikan gambaran
kondisi yang dihadapi :
119
Produk
Positioning
1. Cakra Kembar Emas
spesial untuk roti
2. Cakra Kembar
untuk roti dan mie
3. Segitiga Biru
untuk aneka makanan
4. Piramida
untuk mie basah dan kue
5.Segitiga Hijau
untuk mie basah dan aneka makanan
6. Kunci Biru
untuk kue, cake dan biskuit
7. Kunci Emas
untuk biskuit
8. Lencana Merah
untuk kue dan goreng-gorengan
9. Spc. Flour Pizza Hut
khusus untuk pembuatan pizza
10. Atta Flour
untuk pembuatan capati, poori, pratha & halwa
Tampak positioning yang digunakan oleh Bogasari cenderung kepada
fungsi produk terigu tersebut bagi konsumen. Dan terdapat ketidak jelasan
positioning untuk beberapa jenis produknya seperti yang tampak pada produk
Segitiga Biru, Segitiga Hijau, Kunci Biru dan Lencana Merah. Dengan positioning
seperti itu maka konsumen akan cenderung memilih produk yang harganya lebih
murah dan mempunyai fungsi yang hampir sama. Akibatnya terjadi kanibalisme
antar produk Bogasari sendiri.
Selain terdapat positioning yang tumpang tindih antara beberapa produk,
maka perlu diperhatikan pula pemahaman konsumen akan penggunaan fungsi
produk untuk melakukan positioning. Strategi yang diterapkan akan berhasil
apabila konsumen dapat mengidentifikasi perbedaan fungsi yang diinginkan oleh
120
produsen. Namun akan kacau apabila ternyata konsumen tidak memahami
perbedaan fungsi dari produk-produk tersebut.
Oleh karena itu, sangat penting bagi Bogasari untuk melengkapi tenaga
penjualnya dengan pemahaman akan spesifikasi teknis produk. Hal ini diperlukan
agar saat menawarkan produk pun, tenaga penjual mampu menjelaskan perbedaan
satu produk dari produk lainnya, keistimewaan dan keunggulan yang dimiliki oleh
produk tersebut serta kesesuaiannya dengan kebutuhan konsumen. Penekanan
pada pengkomunikasian positioning produk yang diinginkan oleh produsen kepada
konsumen merupakan faktor yang sangat penting. Positioning bukanlah strategi
produk tetapi lebih merupakan strategi komunikasi dan terkait dengan bagaimana
konsumen memposisikan produk di dalam benaknya.(R.Kasali, Membidik Pasar
Indonesia: Segmentasi, Targeting, Positioning, Gramedia, 2005)
5.6.3 MARKETING RELATIONSHIP STRATEGY
Strategi ini berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan kepuasan
konsumen akan produk ataupun jasa yang ditawarkan. Usaha yang dilakukan dapat
ditempuh dengan jalan menjaga konsistensi kualitas, kuantitas dan ketepatan
waktu pengiriman.
Strategi ini sebenarnya telah ditetapkan oleh Bogasari dengan melibatkan
para distributornya dan juga konsumen dalam pertemuan rutin dengan pihak
Bogasari. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan mengenai perkembangan terakhir
produk-produk yang ditawarkan Bogasari, masalah ataupun kesulitan yang ditemui
oleh konsumen berkaitan dengan penggunaan ataupun kualitas produk. Pertemuan
rutin ini dimaksudkan sebagai ajang diskusi antara produsen dan konsumen.
121
Dalam pertemuan ini tidak hanya pihak marketing yang terlibat, namun pihak
operasional produksi dan laboratorium pun dilibatkan untuk memberikan
penjelasan teknis yang diperlukan.
Sebenarnya strategi ini dapat dikembangkan dengan adanya pelayanan
purna jual yang diberikan kepada konsumen terutama konsumen yang memiliki
kuantitas penjualan yang cukup besar. Aplikasinya dapat dilakukan dengan
kunjungan rutin ke lokasi konsumen (dengan pemberitahuan terlebih dahulu
tentunya). Selain hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan dari konsumen,
produsen
pun
dapat
secara
tidak
langsung
mengamati
tempat
penyimpanan/pemrosesan produk yang dimiliki konsumen. Dan hal ini dapat
memberikan informasi bagi Bogasari untuk memberikan masukan teknis bagi
konsumennya.
5.6.4 NEW PRODUCT STRATEGIES
Pengembangan produk baru tentunya perlu diarahkan pada tujuan utama
untuk meningkatkan profit perusahaan. Orientasi yang jelas juga diperlukan
sehingga hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan aplikasi yang diinginkan.
Orientasi tersebut dapat didasarkan pada target market yang telah ditetapkan,
kebutuhan konsumen dan informasi lain yang dikumpulkan dari dalam dan luar
perusahaan. Sebaiknya pengembangan produk baru juga mempertimbangkan
kemungkinan produksi dan juga biaya yang ditimbulkan. Lebih jauh lagi, karena
terigu di Indonesia masih tergantung pada impor gandum dari luar negeri, maka
perlu dipertimbangkan kemungkinan penyediaan bahan baku. Apabila diperlukan
penyediaan jenis gandum khusus maka perlu dipikirkan kemungkinan penyediaan
122
dimasa depan. Pertimbangan lain yang perlu dipikirkan adalah apakah fungsi yang
ingin dipenuhi oleh produk baru tersebut tidak dapat dipenuhi oleh produk yang
sudah ada (existing product).
Tidak jelasnya orientasi pengembangan produk yang dilakukan oleh
Bogasari tampak dari tumpang tindihnya fungsi produk yang telah dikembangkan.
Hal ini tampak jelas pada positioning produk Segitiga Hijau dan Lencana Merah
yang relatif merupakan produk baru bagi Bogasari.
5.7 STRATEGI BAURAN PEMASARAN
5.7.1 PRODUK
Menyadari tingginya tingkat persaingan, Bogasari mulai melakukan
perubahan. Agar pasarnya yang sempat terambil oleh pesaing dan produk impor
dapat ditarik kembali, Bogasari memperbaiki produknya. Selain tiga merek yang
telah lama beredar, Bogasari melempar beberapa merek andalan barunya : Segitiga
Hijau, Cakra Kembar Emas dan Lencana Merah. Produk yang telah ada dan
produk barunya diposisikan sesuai dengan kegunaannya masing-masing. Misalkan
Cakra Kembar untuk membuat roti dan mie, Segitiga Biru untuk membuat aneka
masakan dan gorengan, Kunci Biru digunakan untuk pembuatan kue cake dan
biskuit.
Semua merek tidak lagi dibungkus dalam volume besar saja (per sak, 25
kg) tetapi juga dibuat dalam bungkus ukuran kecil (1 kg dan ½ kg) yang ditujukan
khusus untuk konsumen ritel agar lebih praktis. Jika pada awalnya seluruh produk
yang dihasilkan dikemas menggunakan bahan calico, maka untuk menekan harga
123
produk kemasan tersebut diganti dengan bahan plastik, yang biayanya hanya
separuh dari dari kantung katun/calico. Saat ini hampir seluruh produk Bogasari
dikemas menggunakan plastik (± 80% dari total produk) kecuali untuk produk
Segitiga Biru. Selain itu, dilakukan juga pengiriman terigu kepada konsumen
institusional dengan menggunakan truk-truk curah. Faktor kecepatan, kemudahan
dan keuntungan dari efisiensi biaya yang diperoleh dengan pengiriman dalam
partai besar mendorong Bogasari untuk mengembangkan bentuk pelayanan ini
sebagai bagian untuk memperkuat keunggulan kompetitifnya.
Banyaknya merek yang dilempar Bogasari selain untuk mengacaukan
konsentrasi importir juga sebagai bukti bahwa terigu produksinya telah
didiversifikasi berdasarkan spesifikasi fungsi terigu sesuai kebutuhan konsumen.
Tabel 5-11 : Perubahan Komposisi Produk Bogasari 1996-2007
KOMPOSISI PRODUK UTAMA
1996 S/D
1998
Cakra
Kembar
1999
2000 S/D 2003
2004 S/D 2007
Cakra Kembar
Emas
Cakra Kembar
Emas
Cakra Kembar
Emas
Cakra Kembar
Cakra Kembar
Cakra Kembar
Kastil
Segitiga
Biru
Segitiga Biru
Segitiga Merah
Segitiga Biru
Segitiga Biru
Piramida
Piramida
Segitiga Merah
Segitiga Hijau
Kunci Biru
Kunci Biru
Kunci Emas
Kunci Emas
Kunci Biru
Kunci Biru
124
Lencana Merah
Lencana Merah
Lencana Merah
Sumber : Data Perusahaan
Selain
perbaikan dari sisi ragam produk dan kemasan, Bogasari juga telah
melakukan perbaikan mutu produknya. Saat ini, produk-produk Bogasari telah
memiliki standar ISO9002. Bogasari menerima sertifikat standarisasi tersebut dari
PT. Sucofindo ICS dan Societe Generale de Surveillance (SGS) yang telah
terdaftar sebagai badan sertifikasi internasional.
Perbaikan lainnya yang dilakukan berkaitan dengan produk yang
dihasilkan adalah penambahan zat besi pada terigu yang diproduksi. Hal ini
dilakukan guna memberi nilai tambah pada produknya dan menjalankan program
perbaikan gizi bangsa bertema “Turut Membangun Gizi Bangsa”.
5.7.2 DISTRIBUSI
Kepemimpinan
Bogasari
selama
kurang
lebih
35
tahun
telah
menjadikannya sebagai perusahaan dengan jaringan pemasaran atau distribusi
yang kuat. Hal ini tercermin dari banyaknya distributor resmi (60 distributor) yaitu
distributor yang ditunjuk oleh Bogasari yang telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan antara lain :
1. Memiliki nama baik sebagai distributor
2. Memiliki pengalaman usaha, khususnya untuk penyaluran produk terigu
125
3. Memiliki fasilitas serta infrastruktur yang memadai seperti kendaraan,
armada penjualan dan lain sebagainya sehingga memudahkan dalam
pendistribusian produk
4. Memiliki jaringan pemasaran yang luas sehingga dapat memperluas
cakupan pasar Bogasari
5. Memiliki kemampuan atau permodalan yang kuat sehingga dapat
menjamin kelancaran dan kelangsungan hidup usaha
Pola distribusi yang diterapkan oleh para produsen terigu berbeda-beda sesuai
dengan strategi distribusi yang dipilih berdasarkan pada tujuan perusahaan,
sumber daya yang dimiliki, karakteristik pasar, perilaku konsumen dan lingkungan
usaha.
Pola distribusi yang saat ini dijalankan oleh Bogasari adalah dengan melakukan
penjualan terigu secara langsung atau direct selling (40%) dan tidak langsung
yaitu menggunakan DO/Delivery Order (60%). Penjualan secara langsung
dilaksanakan dipabrik Bogasari dengan batas minimum pembelian adalah 250-300
bal (minimal 1 truk) untuk setiap pembelian. Sedangkan untuk penjualan dengan
menggunakan DO, sebagian besar dilakukan oleh distributor resmi Bogasari,
distributor besar dan para konsumen industri berskala besar dengan kapasitas
pembelian minimum adalah 500 bal untuk setiap pembelian.
Prosedur pembelian dengan menggunakan sistem DO diterapkan dengan
melakukan pesanan melalui telpon dan pembayaran melalui rekening Bogasari
pada bank yang telah ditunjuk. Setelah itu para distributor atau konsumen akan
memperoleh surat DO yang kemudian digunakan untuk pengambilan barang dan
126
memperoleh jasa pengantar dari bagian ekspedisi Bogasari. Untuk konsumen
dengan kapasitas pembelian dibawah 250 bal, dapat membeli pada para distributor
resmi Bogasari, distributor kecil ataupun distributor lain seperti grosir dan
pengecer. Secara lengkap pola distribusi tepung terigu Bogasari dapat dilihat pada
(Gambar 5-5).
Untuk mempertahankan loyalitas distributornya terutama untuk distributor
resmi, Bogasari menetapkan strategi distribusi ekslusif yang meliputi perjanjian
yang tidak memperbolehkan distributor tersebut untuk menjual merek-merek
pesaing. Strategi ini sangat tepat untuk digunakan mengingat banyaknya pesaing
lokal dan gempuran terigu impor yang dapat menggoyahkan loyalitas distributor.
Bogasari Flour Mills
Importir Gandum dan
Produsen Terigu
127
Distributor Resmi
Distributor Besar
Industri Makanan
Distributor Kecil
Grosir
Pengecer
Konsumen Akhir
Gambar 5-5 : Pola Distribusi Tepung Terigu
Sumber : Bogasari Flour Mills & Distributors
Dari strategi harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk membuat
tepung terigu, maka Bogasari melakukan strategi dengan menekan biaya
transportasi dan distribusinya. Dengan melakukan pengiriman dalam partai besar
dengan menggunakan truk-truk curah besar, Bogasari dapat mengefisienkan biaya
pengiriman sehingga dapat memperkuat daya saingnya di pasar tepung terigu
Indonesia. Sejak akhir tahun 1999 telah dilakukan pengiriman tepung terigu
kepada konsumen institusional dengan menggunakan truk-truk curah. Sekitar 40%
dari total volume penjualan ditujukan kepada konsumen institusional besar yang
berlokasi tidak jauh dari pabrik Bogasari. Faktor kecepatan, kemudahan dan
128
keuntungan dari efisiensi biaya yang diperoleh dari pengiriman partai besar
mendorong Bogasari untuk mengembangkan bentuk pelayanan ini sebagai bagian
dari upaya untuk memperkuat keunggulan kompetitif.
SESUDAH
SEBELUM
BOGASARI
BOGASARI
Rp.163.200,-
DISTRIBUTOR
1%
DISTRIBUTOR
Rp.164.832,-
GROSIR INTI
WHOLESALER
RETAILER
10%
Rp.164.832,-
Rp.168.953,-
2,5%
RETAILER
Rp.171.488,-
2,5%
1%
WHOLESALER
Rp.167.305,-
1,5%
Rp.163.200,-
10%
Rp.185.848,-
CONSUMER
Rp.188.637,-
CONSUMER
Gambar 5-6 : Jalur Distribusi Sebelum dan Sesudah Pemotongan Rantai
Distribusi
Sumber : Data Perusahaan (berdasarkan asumsi harga terigu SB per sak tahun
2007)
Disamping
tetap
mempertahankan
jaringan
distribusi
lama
yang
merupakan peninggalan jaman Bulog, Bogasari juga membangun depo-depo baru
129
untuk memperluas jaringan distribusinya di Indonesia yang pada tahun 2006 telah
mencapai 40 buah di kota-kota besar Indonesia. Penambahan jaringan distribusi
berupa depo-depo didaerah dilakukan dengan pertimbangan bahwa distributor eks
Bulog hanya berfokus untuk daerah pemasaran di Jakarta dan Surabaya
Untuk memicu kinerja distributornya, Bogasari memberikan insentif dan
promosi penjualan serta biaya pengangkutan gratis sampai kegudang distributor,
melakukan pertemuan rutin bulanan dengan berbagai distributor dari berbagai
daerah (Jawa Tengah, Jawa Barat, Jabotabek, Sumatra dan Kalimantan), ikut
melibatkan distributor dalam strategi pemasaran yang akan diambil. Selain
membangun jaringan distribusi dalam negeri, Bogasari juga telah membuka jalur
distribusi untuk pasar ekspor ke Singapore, Thailand, Vietnam, Korea dan Jepang
serta pernah pula ke Libya.
Selain itu, guna mendukung penerapan strategi harga dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat dengan masuknya terigu impor dan adanya isu
dumping maka Bogasari melakukan pemotongan jalur distribusi produknya.
5.7.3 HARGA
Beralihnya kendali harga yang sepenuhnya ditangan Bogasari, diikuti oleh
persaingan ketat dengan terigu impor dan terigu produksi perusahaan lain, dijawab
Bogasari dengan membentuk Pricing Committee yang berwenang menetapkan
strategi harga produk terigu yang dihasilkan. Duduk dikomite ini adalah jajaran
direksi dari bidang-bidang keuangan, Operasional/Produksi,dan Marketing yang
bertugas menyesuaikan harga produk dengan kondisi eksternal. Beberapa kondisi
130
yang membutuhkan penyesuaian harga antara lain pada saat terjadi lonjakan nilai
tukar mata uang melebihi range yang ditetapkan,tingginya tingkat persaingan dan
ancaman kompetitor.
Dalam menetapkan harga, Bogasari mempertimbangkan berbagai faktor baik pada
saat ini maupun prediksi masa depan, yaitu :
•
Harga gandum dunia (berdasarkan report dari analis gandum)
•
Nilai tukar rupiah
•
Gross Domestic Product (GDP)
•
Kondisi industri makanan berbasis terigu
•
Pemasok gandum
Selain itu dilakukan pula survei rutin setiap bulan untuk mengawasi pergerakan
harga pasar.
Strategi harga utama yang dipakai Bogasari adalah Price Customization.
Sesuai dengan teori, customization ini diterapkan Bogasari untuk produk-produk
standarnya yang berbeda level kualitas (Product Line Pricing), untuk special
product yang memenuhi spesifikasi tertentu yang diminta customer (Special
Customization), dan quantity level tertentu (Non-linier Pricing). Strategi-strategi
harga yang dipakai Bogasari ini akan dijelaskan di bawah ini.
1. Product Line Pricing
Product Line Pricing merupakan salah satu strategi penyesuaian harga
(price
customization)
yang
didasarkan
perbedaan
level
kualitas.
Price
customization sendiri dilakukan dengan melihat konsep bahwa setiap konsumen
131
mempunyai perceived value yang berbeda-beda baik terhadap nilai atau fungsi
suatu produk. Penyesuaian harga yang dilakukan dapat dilakukan berdasarkan :
1. Geografis dengan International Pricing
2. Kuantitas dengan Nonlinear Pricing
3. Level kualitas produk dengan Product Line Pricing
4. Penjualan dengan produk lain Price Bundling
5. Waktu penjualan atau Time Customization
Strategi pertama yang dilakukan Bogasari adalah penerapan product-line pricing
yaitu dengan mengandalkan 3 jenis produk utamanya Cakra Kembar (pembuatan
roti), Segitiga Biru (pembuatan aneka masakan dan gorengan), dan Kunci Biru
(pembuatan kue kering), masing-masing memiliki kualitas berbeda oleh karena
karakteristik dan kandungan protein yang berbeda. Line produk adalah grup
produk yang saling berhubungan, umumnya produk-produk tersebut dapat dipakai
bersama, berfungsi sama atau dipasarkan bersama. Strategi ini dipakai berdasarkan
konsep bahwa pasar terdiri dari beberapa segmen yang memiliki preferensi harga
yang berbeda-beda. Sehingga dibutuhkan produk yang berbeda dengan strategi
marketing yang berbeda pula untuk melayani pasar secara keseluruhan. Pada tahun
2000 sampai dengan 2004 Bogasari memperluas line produknya di semua kategori
melalui peluncuran produk-produk baru seperti Cakra Kembar Emas (premium),
Piramida (mid-priced), maupun Lencana Merah (low-priced), sehingga total
produknya mencapai 10 jenis terigu.
Produk-produk baru ini selain memperkaya katagori produk Bogasari, juga
berfungsi sebagai pagar yang menciptakan barrier to entry bagi pesaing yang
132
price-aggressive baik pesaing domestik maupun dari pasar impor. Hal ini pula
yang membuat Bogasari tetap sebagai market leader pasar terigu Indonesia dengan
75% pangsa pasar. Produk-produk mid-priced dan low-priced ini dipersepsikan
sebagai second brand yang merupakan alternatif lebih murah daripada produk
unggulannya (fighting brand). Misalnya Piramida adalah alternatif dari Segitiga
Biru, sedangkan Lencana Merah adalah alternatif Kunci Biru.
Umumnya produk-produk dengan harga terendah dan tertinggi adalah yang
paling diingat oleh konsumen sesuai fungsinya masing-masing. The lowest-priced
product berfungsi sebagai traffic builder, yaitu memberi pengaruh pada marginal
buyer (pembeli yang masih ragu tapi serius akan membeli). Tidak jarang
perusahaan sengaja menjual rugi (loss leader purpose) untuk meningkatkan
kontribusi keseluruhan. Konsumen pun akan tertarik oleh harga rendah yang
ditawarkan, seperti produk Lencana Merah dari Bogasari yang terbukti paling
sukses merebut sebagian besar pasar terigu Indonesia. Sedangkan the highestpriced product dipersepsikan konsumen sebagai produk berkualitas yang
diharapkan juga akan menstimulasi demand, seperti Cakra Kembar maupun yang
belakangan hadir yang lebih premium yaitu Cakra Kembar Emas. Target produksi
ini adalah industri pembuatan roti dan bakery.
Hubungan antar produk-produk Bogasari bersifat saling mensubtitusi dan
demand interrelated, artinya produk yang satu berfungsi sama dan dapat
menggantikan produk lainnya, serta penetapan harga suatu produk akan
mempengaruhi demand produk lainnya. Dengan kata lain, untuk produk-produk
subtitusi, cross-price elasticity menjadi positif karena kenaikan harga produk A
133
membuat kenaikan demand produk B. Strategi ini memerlukan perhatian khusus
karena dapat menimbulkan kesulitan hubungan antar demand dan cost pada
beberapa segmen (kanibalisasi). Seperti halnya Lencana Merah yang memiliki
harga terendah dan kualitas terendah, ternyata amat laku dipasaran dan bahkan
memakan sebagian pasar Segitiga Biru dan Kunci Biru yang memiliki kualitas
setingkat diatasnya. Namun demikian, manajemen Bogasari tidak menganggapnya
sebagai masalah besar selama kontribusi profit keseluruhan dapat dipertahankan
bahkan dimaksimalkan. Lencana Merah tetap dipasarkan sebagai traffic builder
yang diharapkan dapat meningkatkan demand bagi produk-produk Bogasari
lainnya.
Dilain pihak, perusahaan dituntut untuk mengurangi dampak kanibalisme
ini. Untuk itu perlu diperhatikan agar harga dan positioning suatu produk dalam
line tidak terlalu dekat dengan produk lainnya. Misalnya kenaikan harga A harus
diikuti dengan kenaikan harga B, kecuali jika diterapkan strategi trading-up
pricing. Ada 2 strategi pricing yang masing-masing tergantung dari tujuan/objektif
perusahaan yaitu trading-up pricing dan segmentation pricing. Untuk produk
terigu Bogasari, trading-up pricing dilakukan jika harga Kunci Biru dibuat relatif
dekat dalam persepsi konsumen dengan Lencana Merah. Hal ini membuat
konsumen dapat melihat additional value pada Kunci Biru dengan harga sedikit
lebih tinggi, dan diharapkan kemudian beralih (trading-up) pada Kunci Biru.
Sedangkan segmentation pricing dilakukan dengan memberikan harga yang
berbeda pada setiap produk, sehingga konsumen akan menilai masing-masing
produk berbeda. Strategi ini diterapkan pada ketiga produk utama Bogasari yaitu
134
Cakra Kembar, Segitiga Biru dan Kunci Biru dengan harga berbeda dan
ditargetkan untuk konsumen yang berbeda pula.
2. Trade Discount
Disebut juga functional discount, umumnya diberikan sebagai insentif bagi
saluran distribusi. Dasar pemberian diskon ini adalah karena tingkat distribusi
yang berbeda di dalam saluran distribusi memberikan service/pelayanan yang
berbeda dalam penjualan produk. Misalkan saja beberapa wholesaler menyediakan
gudang, memberikan jasa bantuan kepada retailer dalam membuat display, atau
memberikan jangka waktu yang lebih longgar untuk pembayaran. Besarnya diskon
yang diberikan didasarkan pada tingkatan distributor didalam rantai distribusi dan
mencerminkan pembayaran atas performance distributor tersebut.
Bogasari memberikan trade discount bagi para distributornya yang
memiliki performance yang baik. Trade discount yang diberikan sekitar 10%.
Besarnya diskon tergantung kepada tingkat persaingan yang dihadapi oleh
distributor tersebut. Daerah-daerah yang dianggap memiliki tingkat persaingan
cukup tinggi adalah daerah Medan dan Jawa terutama daerah Jabotabek (Jakarta,
Bogor, Tangerang, Bekasi). Kesulitan yang dihadapi dalam penerapan trade
discount ini adalah bagaimana supplier membedakan fungsi yang dijalankan oleh
distributornya. Sering kali didalam saluran distribusi, distributor menjalankan
peranan ganda sebagai retailer.
3. Cost Base Pricing
Hampir 80% dari total biaya produksi Bogasari digunakan untuk
pembelian bahan baku gandum yang harus diimpor dari Australia, Amerika
135
Serikat, dan Canada. Karena itu, secara umum harga produk Bogasari
mencerminkan biaya yang dikeluarkan untuk impor bahan baku (cost base
pricing). Harga bahan baku ini sangat dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang asing
(terutama dollar) terhadap rupiah. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap biaya
yang dikeluarkan oleh Bogasari dalam melakukan pembelian bahan bakunya.
Selain permasalahan tersebut, gandum yang masih dipandang sebagai komoditas
memiliki karakteristik khusus. Harga gandum sangat tidak menentu karena
bergantung kepada hasil panen dunia dan kondisi permintaan pasar. Salah satu
jalan yang ditempuh oleh Bogasari untuk meredam fluktuasi harga akibat
melonjaknya nilai tukar mata uang asing dan tidak menentunya harga pasar
tersebut adalah dengan menerapkan pembelian gandum berdasarkan kontrak.
Umumnya kontrak tersebut berlaku untuk jangka waktu 3 bulan.
Dalam waktu belakangan ini Bogasari mulai mengkombinasikan penerapan
cost based pricing dengan value pricing melalui pengembangan brand equitynya.
Melalui berbagai promosi produk-produknya, pengembangan produk-produk
berkualitas premium dan produk baru lainnya, Bogasari berusaha membangun
brand equity untuk meningkatkan value produknya dibenak konsumen. Dengan
tingginya perception value produk Bogasari maka diharapkan harga produk yang
lebih tinggi dari kompetitor dapat dijadikan sebagai acuan kualitas yang lebih
tinggi.
Keberhasilan Bogasari dalam melakukan usaha tersebut dibuktikan dengan
ditemukannya tepung terigu oplosan dibeberapa daerah pemasaran. Terigu oplosan
adalah terigu produksi dari produsen lain yang kemudian dikemas dengan
136
menggunakan brand Bogasari dan dijual pada tingkat harga yang tinggi.
Umumnya terigu oplosan dibuat dari terigu-terigu impor, yang memang memiliki
banyak sekali merek yang tidak dikenal dan memiliki kualitas yang lebih rendah
dari terigu Bogasari. Pelaku oplosan mendapat keuntungan dari selisih harga terigu
impor yang digunakan terhadap harga terigu Bogasari.
4. Non Linear Pricing
Konsumen yang membeli dalam jumlah besar umumnya lebih price
sensitive. Mereka merasa perlu mengerti keadaan pasar dan penjualan skala besar
kepada mereka akan menggerakan kompetisi lebih cepat. Biaya penjualan dan
pelayanan kepada konsumen skala besar ini tidak meningkat secara proporsional
dengan volume penjualan. Dalam hal ini strategi Non-Linear Pricing berguna
untuk mengambil peluang tersebut.
Penerapan non-linear pricing pada produk Bogasari tampak dari penetapan
harga untuk produk dengan kemasan 25 kg dan produk dalam kemasan 1 kg.
Untuk kemasan 1 kg yang dikhususkan untuk konsumen rumah tangga
(household), Bogasari memberikan harga yang lebih tinggi dibandingkan bila
membeli produk dalam kemasan 25 kg. Dapat dibandingkan antara harga Cakra
Kembar (kemasan 25 kg) sebesar Rp.169.250,- maka produk yang sama dijual
pada harga Rp. 11.975,- untuk kemasan 1 kg.
Harga jual produk yang jauh tersebut didasarkan pada bentuk kemasan
yang lebih exlusive untuk kemasan consumer pack 1 kg. Kemasan dibuat lebih
praktis, produk langsung dikemas menggunakan mesin sehingga lebih higienis dan
terjamin kebersihannya. Selain itu, produk kemasan 1 kg pun tidak perlu diayak
137
bila hendak digunakan. Produk-produk ini pun hanya disediakan di minimarket,
supermarket dan hypermarket, disesuaikan dengan target konsumennya yang
menengah keatas. Untuk nilai tambah (value added) tersebut Bogasari menentukan
harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga produk dalam kemasan yang
lebih besar.
Penerapan non-linear pricing berhubungan dengan harga dari produk atau
jasa yang turun dengan bertambahnya kuantitas dari produk atau jasa yang dibeli
oleh konsumen. Metode ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan profit
dan untuk mengurangi biaya inventory & logistik dengan memberikan quantity
discount.
Tabel 5-12 : Pergerakan Harga Produk Utama Bogasari 2004-2007
Harga per 25 kg
(sebelum PPn)
2004
Cakra Kembar
Rp.143.825,Segitiga biru
Rp.138.637,5
Kunci Biru
Rp.142.645,Sumber : Data Perusahaan
2005
2006
2007
Rp.151.394,Rp.145.935,Rp.150.153,5
Rp.159.362,5
Rp.153.615,Rp.158.057,-
Rp.169.250,Rp.163.200,Rp.167.875,-
Selain adanya penyesuaian harga, Bogasari juga melakukan penyesuaian terhadap
kurs dollar dengan fluktuasinya nilai dollar terhadap rupiah. Pada Tabel 5-12 dapat
dilihat pergerakan harga terigu dari tahun ke tahun.
Strategi lain yang diterapkan untuk menekan harga produk agar tetap
mampu bersaing dengan kompetitor adalah dengan memotong rantai distribusi
produk. Dibandingkan terhadap kompetitornya, Bogasari menetapkan harga yang
138
cukup tinggi untuk produk-produknya. Namun dengan melihat strategi yang
diterapkan oleh Bogasari dan juga dengan usaha untuk meningkatkan perceived
value produk-produknya, Bogasari mengharapkan konsumen melihat nilai tambah
yang akan mereka peroleh dengan membeli produknya. Berikut adalah harga
produk-produk Bogasari termasuk PPn 10%) ditingkat distributor per Oktober
2007 untuk kemasan 25 kg.
Tabel 5-13 : Harga Jual Produk-produk 25 kg Bogasari per Oktober 2007
(termasuk PPn 10%) di Tingkat Distributor
JENIS PRODUK
Cakra Kembar Emas
Cakra Kembar
Lencana Merah
Segitiga Biru
Kunci Biru
HARGA
Rp.176.675, - Rp.177.675,Rp.169.250, - Rp.170.250,Rp.158.800, - Rp.159.800,Rp.163.200, - Rp.164.200,Rp.167.875, - Rp.168.875,-
Sumber Data Perusahaan
5.7.4 PROMOSI
Bogasari selalu melakukan program promosi untuk produk-produknya
melalui berbagai media (televisi, media cetak dan juga radio). Bekerja sama
dengan biro advertising Indo-Ad, Bogasari melakukan analisisis mengenai
persepsi konsumen dan publik mengenai produk tepung terigu. Latar belakang
yang mendorong dilakukannya analisis tersebut adalah :
•
Meningkatnya kompetisi didalam negeri (domestik) dan luar negeri
(tepung impor)
139
•
Masih rendahnya awareness dan pengetahuan mengenai penggunaan
produk-produk Bogasari
•
Rendahnya konsumsi tepung terigu per kapita
•
Buruknya image perusahaan (praktek monopoli tepung terigu)
Berdasarkan analisa tersebut diketahui bahwa ternyata persepsi konsumen rumah
tangga terhadap produk tepung terigu adalah :
Mereka tidak perduli merek produk yang digunakan, yang penting bagi mereka
adalah produk tepung yang putih, kering, fresh/segar dan mudah didapat.
Sedangkan Bogasari sebagai produsen menginginkan agar konsumennya
memiliki awareness yang tinggi untuk produk tepung terigu Bogasari. Diinginkan
agar konsumen menyadari keistimewaan produk tepung terigu Bogasari. Selain
itu, diinginkan agar konsumen mengetahui adanya perbedaan penggunaan diantara
3 merek tepung terigu yang diproduksi oleh Bogasari (Cakra Kembar, Segitiga
Biru dan Kunci Biru). Oleh karena itu, Bogasari melakukan berbagai kegiatan
promosi untuk memperbaiki citranya dimata konsumen, meningkatnya awareness
masyarakat tentang produk-produk Bogasari dan sekaligus memberikan edukasi
tentang penggunaan tepung sesuai dengan jenisnya.
Strategi promosi yang dilakukan oleh Bogasari dalam mempromosikan
tepung terigu dengan menggunakan periklanan, promosi penjualan dan publisitas.
Sedangkan penjualan personal tidak
dilakukan
oleh
perusahaan
dalam
mempromosikan produknya kepada konsumen. Upaya penjualan personal hanya
dilakukan kepada konsumen industri besar saja.
140
Salah satu bentuk promosi yang diterapkan oleh Bogasari adalah dengan
menyebar luaskan penggunaan tepung terigu sebagai bahan dasar untuk
pembuatan roti dan kue kepada ibu-ibu rumah tangga. Jalur yang digunakan
dalam menyebar luaskan informasi tersebut adalah melalui pendidikan informal
yang dilakukan di “Baking School” milik Bogasari. Hingga saat ini, peserta yang
mengikuti pelatihan tidak hanya terdiri atas ibu rumah tangga saja namun telah
berkembang ke pengusaha bakery, toko kue dan wiraswastawan. Jika pada
mulanya Baking School hanya berlokasi di Tanjung Priok, Jakarta maka hingga
saat ini Bogasari telah membuka banyak lembaga pelatihan sejenis. Selain di
Jakarta Bogasari Baking School juga didirikan di seputar Jabotabek, selain di
Jakarta dan sekitarnya Baking School juga didirikan diluar kota diantaranya di
Bandung, kemudian Medan , Cirebon, Palembang dan juga Pontianak. Baking
School ini telah berhasil diikuti oleh ribuan siswa.
5.8 PENGEMBANGAN PROGRAM PEMASARAN
Strategi targeting dan positioning yang telah dijelaskan sebelumnya
dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan program pemasaran yang
dituangkan kedalam bauran pemasaran (marketing mix). Strategi ini mencakup
strategi produk, harga, distribusi dan promosi.
5.8.1 STRATEGI PRODUK
Berdasarkan penjelasan mengenai perubahan strategi produk yang
diterapkan oleh Bogasari, diantaranya dilakukan dengan menerapkan :
141
1. Mengganti penggunaan kemasan dari calico bag menjadi plastic bag
sehingga biaya kemasan dapat lebih ditekan karena harga kemasan plastik
lebih murah daripada kemasan kain.
2. Berusaha menjangkau segmen rumah tangga/retail dengan memproduksi
kemasan 1 kg dan ½ kg.
3. Memperkuat pengakuan atas kualitas produk dengan memiliki sertifikasi
ISO 9002 yang disusul dengan penerapan HACCP.
4. Penambahan zat gizi pada produk terigunya
5. Pemberian sertifikasi Halal pada seluruh produk terigu yang diproduksinya
6. Pengembangan produk secara berkelanjutan, dari hanya tiga merek (Cakra
Kembar, Segitiga Biru dan Kunci Biru), Bogasari mengembangkan
produknya hingga mencapai lebih dari 10 jenis terigu.
Namun, perlu diperhatikan bahwa sejalan dengan hasil analisa yang dilakukan
maka Bogasari perlu menekankan dan mengarahkan strategi produknya pada
segmen yang memiliki pertumbuhan yang potensial, yaitu yang telah diidentifikasi
sebagai segmen mie (konsumsinya meliputi 50% dari total konsumsi terigu).
Untuk itu, maka produk Bogasari untuk segmen industri terutama yang berfungsi
untuk pembuatan mie perlu dikembangkan lebih lanjut. Perbandingan produk
Bogasari dengan produk-produk pesaingnya dengan pengelompokan produk pada
kelas yang sebanding dapat dilihat pada Tabel 5-14 berikut :
Tabel 5-14 : Perbandingan Produk Bogasari Terhadap Produk Kompetitor
Bogasari
Sriboga
Pangan Mas
Impor
142
High protein
Cakra Kembar
Medium protein Segitiga Biru
Low protein
Kunci Biru
Tali Emas
Kantil
Beruang Biru
Pita Merah
Melati
Raflesia
Mama Best
Saba,Kapal,
Kuda, Pinguin,
Ubemi
Sumber : Data perusahaan (diolah)
Tampak bahwa tantangan/persaingan dari produk impor cenderung terkonsentrasi
pada tepung dengan kadar protein rendah. Sedangkan pelaku lokal cenderung
membuat produk untuk menyaingi tiap kelas produk Bogasari (high, medium dan
low protein).
Karena serangan terigu impor yang semakin gencar, Bogasari kemudian
meluncurkan Lencana merah sebagai fighting brand, dimana kualitas tidak jauh
berbeda dari Kunci Biru namun dijual pada tingkat harga yang bersaing dengan
produk kompetitor. Tindakan Bogasari ini diikuti oleh pemain lokal lainnya
dengan membuat produk sejenis seperti Naga Merah (Sriboga) dan Soba (Pangan
Mas).
Tindakan tersebut perlu didukung dengan pengembangan kelas produk
yang tidak dapat disaingi oleh produk impor. Tampak bahwa untuk kelas high dan
medium protein, Bogasari masih memiliki peluang untuk mengembangkan pasar.
Selain tingkat persaingan produk dari lokal dan produk impor relatif lemah, jenis
produk yang diproduksi untuk kelas tersebut masih dapat dikembangkan.
Mengacu pada target market yang ditetapkan sebelumnya, maka
pengembangan kelas produk yang sesuai difokuskan pada kelas medium protein.
Hal ini disebabkan karena karakteristik produk terigu ini sangat sesuai untuk
penggunaan/pembuatan mie. Sedangkan karakteristik terigu high protein lebih
143
sesuai untuk penggunaan roti dan low protein lebih cocok digunakan untuk
pembuatan kue.
Strategi yang dapat digunakan oleh Bogasari untuk diterapkan dalam
pengembangan produknya adalah :
•
Product-design strategy : pilihan strategi ini diterapkan dengan melakukan
modifikasi pada produk standar. Infrastruktur Bogasari yang didesain
untuk melakukan produksi dalam kapasitas besar dan hal ini dapat menjadi
penghambat untuk menghasilkan jenis produk yang costumized. Karena
itu, dengan penerapan strategi ini, perusahaan masih dapat mendapatkan
nilai positif dari :
•
Economies of scale
-
Menawarkan modifikasi, dimana produk dapat dibuat untuk memenuhi
spesifikasi yang diinginkan konsumen
-
Tetap terhubung dengan keinginan pasar melalui pengembangan dan
spesifikasi produk
-
Penekanan reputasi perusahaan dalam fleksibilitas produksi untuk
memenuhi permintaan konsumen
•
New product strategy : sejalan dengan strategi diatas maka pembuatan
produk baru dilakukan melalui improvement/modification dari produk yang
telah ada. Strategi ini tidak hanya ditujukan untuk memperbaharui produk
yang lemah/kurang menguntungkan/mature tetapi juga untuk membantu
membedakan produk kita dari produk pesaing.
144
•
Value marketing strategy : dilakukan dengan menerapkan customer
service-strategy yaitu penekanan pada pelayanan yang diberikan kepada
konsumen. Hal ini sangat penting untuk membantu positioning produk
yang dituju dan membangun loyalitas konsumen, selain itu kecenderungan
konsumen dalam beberapa hal berikut perlu menjadi pertimbangan
perusahaan dalam membangun system pelayanan yang baik :
-
Konsumen tidak membaca, oleh karena itu spesifikasi produk yang dijual
perlu dijelaskan kelebihannya dan kesesuaiannya untuk kebutuhan
konsumen.
-
Konsumen memiliki tingkat kepercayaan dan ekspetasi yang rendah
terhadap produk/jasa, karena itu pelayanan yang baik akan memberikan
dampak yang besar terhadap tingkat kepercayaan konsumen.
-
Konsumen selalu berpendapat pengeluaran mereka tidak sebanding dengan
produk yang diperoleh
-
Kecenderungan konsumen untuk mempercayai publisitas yang negatif
5.8.2 STRATEGI HARGA
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perbandingan terhadap produk
kompetitor maka tampak bahwa harga produk Bogasari masih kurang kompetitif
bila dibandingkan terhadap Pangan Mas dan produk impor (Tabel 5-15). Hal ini
juga sesuai dengan hasil identifikasi kelemahan/weaknesses (analisa SWOT
sebelumnya), bahwa kelemahan utama Bogasari adalah harga produk yang kurang
kompetitif dibandingkan terhadap pesaing terkuatnya.
145
Tabel 5-15 : Perbandingan Harga Produk 25 kg Bogasari Terhadap Produk
Kompetitor Per Oktober 2007
High protein
Medium protein
Bogasari
Sriboga
Cakra Kembar Tali Emas
Rp.184.500,- Rp.187.500,-
Pangan Mas
Kantil
Rp.168.250,-
Segitiga Biru
Rp.177.800,Kunci Biru
Rp.183.000,-
Melati
Rp.165.500,Raflesia
Rp.169.000,-
Low protein
Beruang Biru
Rp.183.900,Pita Merah
Rp.193.500,-
Impor
Mama Best
Rp.173.000,Saba, Kapal,
Kuda, Penguin,
Ubemi
Rp.156.500,-s/d
Rp.165.000,-
Sumber : Data Perusahaan
Walaupun berdasarkan penelitian sebelumnya disimpulkan bahwa harga
tidak berpengaruh nyata terhadap perpindahan merek, namun dengan penawaran
kualitas produk yang hampir setara maka konsumen akan mempertimbangkan
perbedaan harga dalam keputusan pembeliannya. Oleh karena itu, Bogasari perlu
menerapkan strategi harga produk yang tepat. Salah satu pedoman yang dapat
digunakan ditunjukan pada Tabel 5-16 dimana informasi dari berbagai faktor
dikombinasikan untuk membantu dalam pengambilan keputusan mengenai strategi
harga. Informasi yang digabungkan adalah sensitifitas harga, kekuatan hubungan
produsen dengan konsumen dan kemungkinan pengaruh harga terhadap
persaingan.
Dengan menggunakan petunjuk umum penentuan harga, Bogasari dapat
menetapkan strategi harga yang berbeda disesuaikan dengan karakteristik
146
konsumen yang dihadapi sehingga dapat mencapai target profit, market share dan
komunikasi yang efektif.
Tabel 5-16 : Petunjuk Umum Penentuan Harga
Company
Relationship With
Customer
(Leverage)
Visibility of
Price to
Competition
(Knowledge)
Strong
High
Weak
Customer's Price Sensitivity
Low
High
Low
To gain profit and
To maintain share and
communicate high price communicate
willingness to fight
To gain profit
High
To Communicate high price
Low
To gain share
Sumber : Subbash C. Jain, Marketing Planning & Strategy, Erlangga Jakarta 2001
Selain itu, terdapat beberapa pilihan strategi harga yang dapat digunakan
oleh Bogasari seperti penetapan strategi harga untuk produk yang telah ada
(pricing strategies for established product) dan strategi harga fleksibel (priceflexibility strategy). Berikut penjelasan strategi yang dimaksud :
-
Pricing strategies for established product : maintaining/increasing the
price
Terdapat dua pilihan yaitu tetap mempertahankan tingkat harga yang ditetapkan
saat ini untuk mempertahankan posisi Bogasari di pasar (pangsa pasar,
profitabilitas) dan penekanan terhadap image perusahaan di mata publik. Namun
pengaruh pembelian bahan baku dalam dollar dan tingkat inflasi yang tinggi,
perusahaan mungkin akan terdesak untuk melakukan peningkatan harga.
147
Peningkatan harga ini dapat dilakukan dengan penekanan pada faktor bauran
pemasaran lain seperti peningkatan kualitas, pemberian nilai tambah pada produk,
peningkatan pelayanan, dll.
-
Price-flexibility strategy : dengan menerapkan flexible pricing strategy
yaitu
menetapkan harga yang berbeda kepada konsumen untuk produk dan kuantitas
yang sama. Perbedaan dapat dilakukan berdasarkan beberapa faktor seperti : (a)
timing ; (b) teknologi ; (c) pasar/market dan (d) produk. Untuk penerapannya
Bogasari perlu mengevaluasi : (a) analisis customer-value ; dan (b) reaksi
konsumen terhadap perubahan harga berdasar data histories.
5.8.3 STRATEGI DISTRIBUSI
Guna menjangkau konsumen yang berada di luar Jawa, maka Bogasari
sudah mengembangkan jaringan produknya ke Sumatra, Kalimantan serta daerah
lainnya. Pasar dibagi atas region-region untuk mempermudah melakukan kontrol.
Tampaknya strategi ini cukup efektif untuk menjangkau konsumen yang terletak
jauh dari lokasi pabrik dan juga untuk menjaga kesinambungan suplai produk ke
daerah.
Namun hal lain yang perlu diperhatikan Bogasari adalah bagaimana melakukan
bukan sekedar kontrol ketersediaan produk tetapi juga konsistensi kualitas mulai
dari pabrik hingga sampai ketangan konsumen. Selain itu, perlu juga diperhatikan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen.
Untuk melaksanakan hal tersebut maka jaringan yang tersebar diberbagai
daerah perlu dilengkapi dengan system komunikasi yang terintegrasi untuk
148
mempermudah pertukaran informasi dan juga mempercepat penerimaan berita.
Dukungan yang tidak mampu diberikan oleh cabang dapat diinformasikan kepusat
untuk segera memperoleh tanggapan. Kecepatan dan kualitas pelayanan dalam hal
ini akan sangat terbantu.
Strategi distribusi yang diterapkan Bogasari dengan Channel-Structure
strategy tampaknya sudah cukup sesuai. Hanya saja perlu diperhatikan beberapa
faktor yang mungkin berpengaruh terhadap saluran distribusi seperti :
-
Adaptabilitas
-
Perubahan teknologi
-
Nilai-nilai sosial/budaya (seperti sertifikat halal)
Selain itu Bogasari perlu memperhatikan karakteristik produknya mencakup
replacement rate (berkaitan dengan usia produk, untuk terigu saat ini berlaku
kurang lebih 2-3 minggu, tergantung kondisi lingkungan), gross margin yang
ditetapkan, kebutuhan penyediaan pelayanan, dan juga faktor lain seperti ukuran
geografis; dan pola populasi.
5.8.4 STRATEGI PROMOSI
Promosi yang dilakukan oleh Bogasari umumnya dilakukan dalam bentuk
sponsorship yaitu melalui perlombaan, acara televisi, pameran yang terkait dengan
dunia masak-memasak.
Selain itu, karena sifat penjualannya yang musiman/seasonal, umumnya
menjelang hari raya ataupun hari besar dilakukan penayangan iklan. Iklan tersebut
disiarkan baik melalui media televisi, media cetak ataupun radio. Diharapkan
dengan pemasangan iklan tersebut akan mengingatkan calon konsumen akan
149
merek produk terigu Bogasari. Umumnya iklan iklan produk tersebut memberikan
penjelasan dan penekanan pada fungsi produk sesuai dengan merek produk yang
diiklankan.
Promosi yang diiklankan dapat mengikuti promotion-mix strategy yaitu
menggabungkan efektifitas tiga media promosi : advertising, personnal selling dan
sales promotion. Penerapannya perlu dilakukan dengan hati-hati dengan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti :
-
Produk (nature of product, resiko, durable/non-durable, tipikal jumlah
pembelian)
-
Pasar (pangsa pasar, konsentrasi industri, tingkat persaingan, perspektif
permintaan)
-
Konsumen (konsumen bisnis atau rumah tangga, jumlah konsumen,
konsentrasi konsumen)
-
Dana/budget (sumber daya finansial yang dimiliki)
-
Marketing mix/bauran pemasaran (harga/kualitas relatif, strategi distribusi
yang digunakan, brand life cycle, cakupan geografis)
Strategi ini dapat digabungkan dengan menerapkan Media selection strategy
sehingga Bogasari dapat menerapkan promosinya pada media yang tepat
disesuaikan dengan target audien yang menjadi target konsumennya yaitu para
pengguna tepung terigu. Dengan menggabungkan kedua strategi tersebut
diharapkan Bogasari akan dapat mencapai tujuan untuk :
150
-
Menggabungkan tiga teknik komunikasi untuk menjalankan komunikasi
terbaik kepada konsumen untuk menyampaikan informasi mengenai
produk yang ditawarkan
-
Menggerakan konsumen dari tidak tahu mengenai produk/jasa kearah
awareness, comprehension, conviction dan buying action (secara
bertahap).
Penjelasan keterkaitan antara strategi yang diperoleh dari analisa Matriks
TOWS, analisa Matriks Industry Atractiveness & Business Strength serta bauran
pemasaran dapat dilihat pada rangkuman tujuan dan arahan strategi pada
(Lampiran 5).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Diahirinya monopoli Bulog, disusul dengan pelaksanaan pencabutan
subsidi terhadap terigu yang mengakibatkan naiknya harga produk, dan kebebasan
bagi importir umum untuk melakukan impor terigu & gandum, harus dijawab
151
dengan strategi pemasaran yang tepat agar Bogasari mampu bertahan menghadapi
meningkatnya kompetisi dari pesaing dalam negeri maupun luar negeri.
Guna memperoleh gambaran strategi yang tepat bagi Bogasari maka
dilakukan analisa terhadap lingkungan eksternal dan internal, dan penentuan posisi
perusahaan berdasarkan evaluasi terhadap faktor lingkungan yang telah
diidentifikasi memiliki pengaruh terhadap kelangsungan usaha. Analisa diterapkan
mengikuti alur yang dijelaskan pada awal Bab V (Gambar 5-1).
Identifikasi terhadap peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan Bogasari
menunjukan hasil seperti yang ditunjukan pada Tabel 5-5. Tampak bahwa
kelemahan utama Bogasari dibandingkan terhadap pesaingnya terletak pada harga
produk yang kurang kompetitif, sedangkan kekuatan utamanya bersumber dari
ukuran pabrik, fasilitas infrastruktur dan sumber daya manusia yang dimiliki serta
pangsa pasar yang dikuasai. Ancaman yang dihadapi Bogasari berasal dari
pengaruh nilai tukar mata uang asing dan bahan baku yang masih harus diimpor.
Sedangkan peluang yang ada dan bisa dimanfaatkan diantaranya tingkat integrasi
serta konsentrasi yang tinggi, kemudian perlindungan terhadap konsumen serta
barrier to entry/exit yang mengakibatkan tidak mudahnya kompetitor untuk masuk
ke bisnis tersebut.
Disisi lain dengan demikian besarnya pangsa pasar yang dikuasai yaitu 64,6%
sampai 70%, maka Bogasari bisa dianggap melakukan monopoli.
6.2 SARAN
152
Untuk mengatasi salah satu kelemahan Bogasari yaitu harga produk yang
kurang kompetitif dibanding dengan pesaingnya, bisa ditempuh dengan melalui
pricing strategies for established product serta price flexibility strategy, potongan
harga/discount, pemberian hadiah baik langsung maupun diundi, atau melalui
pemasaran langsung/direct selling. Strategi ini terutama bertujuan untuk
meraih/merebut pasar dari pesaing. Strategi ini dapat berhasil jika kita mampu
menemukan kelemahan produk atau program pemasaran dari pesaing dan ternyata
produk kita mampu memenuhinya.
Sering kali penjualan dan laba perusahaan dapat ditingkatkan dengan
melakukan integrasi, kehulu, kehilir atau horizontal dalam industrinya. Bogasari
dapat menciptakan lahan pertanian gandum sendiri agar tidak terlalu tergantung
pada impor bahan baku (integrasi ke hulu). Bogasari dapat membeli beberapa
usaha pedagang besar atau eceran, terutama jika usaha tersebut sangat
menguntungkan (integrasi ke hilir). Atau Bogasari dapat juga membeli satu atau
lebih pesaingnya jika tidak dilarang oleh pemerintah (integrasi horizontal).
Target market yang disarankan adalah segmen mie (noodle) yang
menyerap konsumsi tepung terigu nasional hingga 50% dari total konsumsi. Selain
itu, pergeseran pola makan masyarakat juga berdampak pada meningkatnya
konsumsi mie instant yang rata-rata mencapai 12% per tahun. Bogasari telah
memiliki keuntungan tersendiri dengan memilih segmen ini karena integrasi
dengan produsen mie instant terbesar di Indonesia yaitu PT. Indofood Sukses
Makmur telah menjamin penyerapan sebesar 17% total produksi Bogasari.
153
Pelaku usaha dianggap melakukan monopoli apabila tidak ada produk
subtitusi atau mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk kedalam
persaingan usaha yang sama atau satu pelaku usaha atau sekelompok pelaku usaha
menguasai lebih dari 50% pangsa pasar satu jenis barang/jasa tertentu.
Untuk itu, Indofood telah melakukan restrukturisasi Bogasari menjadi empat anak
perusahaan baru. Menurut manajemen Bogasari, restrukturisasi ini bertujuan
menciptakan iklim persaingan dan strategi multibrand dalam mengepung pasar.
Dalam rencana ini Bogasari telah dipecah menjadi :
1. PT. Bogasari Sentra Flour (Jakarta) dengan kapasitas produksi 2,3 juta ton
terigu pertahun
2. PT. Intisari Flour Mills (Surabaya) dengan kapasitas produksi 1,3 juta ton
terigu pertahun
3. PT. Inti Abadi Kemasindo (Citeureup, Jawa Barat) memproduksi kantong
kemasan tepung
4. PT. Indobahtera Era Sejahtera membidangi angkutan laut
Dengan demikian, struktur industri tepung terigu di Indonesia, sebelum dan
sesudah restrukturisasi Bogasari akan berubah.
Dengan menguasai pangsa pasar sebesar 64,5% maka sebelum
restrukturisasi jelas telah terjadi monopoli, karena pangsa pasar Bogasari lebih dari
50% . Sesudah restrukturisasi, Bogasari tidak lagi dianggapmelakukan praktek
monopoli karena pangsa pasar anak perusahaan baru tidak ada yang melebihi 50%.
154
Tabel 6-1 : Struktur Industri Tepung Terigu Sebelum dan Sesudah
Restrukturisasi Bogasari
STRUKTUR INDUSTRI TEPUNG TERIGU SEBELUM
RESTRUKTURISASI BOGASARI
Pemasok
Produsen
Konsumen
Impor Gandum
PT.Bogasari Flour Mills
Industri mie instant 60%
(pangsa pasar 67%-70%)
Industri biscuit dan
makanan ringan 20%
Sekitar 40 pemain lain
Perhotelan 15%
(pangsa pasar 30%-33%)
Rumah Tangga 5%
STRUKTUR INDUSTRI TEPUNG TERIGU SESUDAH
RESTRUKTURISASI BOGASARI
Pemasok
Produsen
Konsumen
Impor Gandum
PT.Bogasari Flour Mills
Industri mie instant 60%
(pangsa pasar 42%-45%)
Industri biscuit dan
makanan ringan 20%
PT.Intisari Flour Mills
(pangsa pasar 22%-25%)
Perhotelan 15%
Sekitar 40 pemain lain
(pangsa pasar 30%-33%)
Rumah Tangga 5%
Dengan rencana restrukturisasi ini maka strategi usaha Bogasari perlu
disesuaikan lebih lanjut, terutama berkaitan dengan target market, profit dan
indikator lainnya yang digunakan sebagai target. Strategi yang dijalankan perlu
diarahkan untuk menghadapi perubahan didalam organisasi dimana operasional
dan manajemen usaha akan terpecah menjadi empat bagian yang terpisah.
Walaupun pelaksanaan dan penyelesaian restrukturisasi belum ditetapkan namun
perencanaan strategi dalam jangka panjang perlu mempertimbangkan hal ini.
155
DAFTAR PUSTAKA
Arif Isnaini. Model dan Strategi Pemasaran, Nusa Tenggara Pratama Press,
Mataram 2005.
Boyd, Walker, Larreche, Marketing Management, Irwin McGraw-Hill. 2002.
Boyd, Walker, Larreche, Manajemen Pemasaran, SuatuPendekatan Strategis
dengan Orientasi Global, ed 2, Erlangga, Jakarta. 2002.
David W Carven, Strategic Marketing, Erlangga, Jakarta. 2002
156
Dyson, Robert G. Strategic Planning : Models and Analitycal Techniques.
England : John Wiley & Sons Ltd. 1990.
Freddy Rangkuti. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta 2005.
Herry Agung Prabowo. Modul Manajemen Pemasaran, Fakultas Teknik Industri,
Universitas Mercu Buana. Jakarta 2006.
Hitt, Ireland & Hoskisson, Strategic Management 3rd ed, 1999
Jain, Subbash C. Marketing Planning & Strategy. Erlangga, Jakarta, 2001
J.P.G. Sianipar dan, Entang. Teknik-Teknik Analisis Manajemen, Lembaga
Administrasi Negara, Republik Indonesia, 2003.
Mudrajad Kuncoro, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.
Erlangga, Jakarta. 2006.
Panduan Layanan Pelanggan Bogasar, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 2005.
Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Marketing Management 12th ed, Pearson
Education Inc. New Jersey. 2006
Porter, Michael E. Competitive Advantage, Creating and Sustaining Superior
Performance. New York : The Free Press. 1985.
Rhenald Kasali, Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting, Positioning.
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005.
www.bogasariflour.com
Download