I. Pendahuluan Meningkatnya persaingan bisnis dewasa ini, mengharuskan perusahaan agar dapat selalu tumbuh berkembang selayaknya sebuah organisasi yang hidup tumbuh dan berkembang untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam menghadapi persaingan bisnis tersebut perusahaan memerlukan suatu strategi yang tepat dan jitu untuk dapat bertahan, dan bahkan memenangkannya. Oleh karena itu, perusahaan terus berupaya untuk merumuskan dan menyempurnakan strategi-strategi bisnisnya dalam rangka memenangkan persaingan. Untuk mengetahui sampai sejauh mana efektifitas dari penerapan strategi tersebut, perusahaan perlu memiliki apa yang disebut dengan sistem pengukuran kinerja. PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha penyediaan layanan jasa dan solusi di bidang teknologi informasi (TI). Didirikan pada tahun 1986. Kantor pusat PT. XYZ sebagai perusahaan distributor berkedudukan di Perkantoran Taman Kebun Jeruk Blok A4/5-7, Jl. Meruya Ilir Raya, Jak-Bar. 11620. Hingga saat ini, bisa dikatakan bahwa kinerja perusahaan yang telah berjalan hanya dinilai melalui perspektif keuangan saja. Untuk sebuah sistem pengukuran kinerja bisnis yang menyeluruh, pengukuran dengan hanya melihat aspek keuangan semata tidak akan cukup memadai karena pengukuran dengan menggunakan tolak ukur tersebut hanya akan menunjukkan seberapa baik organisasi telah melakukan sesuatu pada masa lalu. Untuk dapat menuntun dan mengevaluasi perjalanan perusahaan dalam menciptakan nilai masa depan apakah itu melalui investasi yang ditanamkan pada pelanggan, pemasok, pekerja, proses, teknologi, dan investasi diperlukan sebuah sistem pengukuran kinerja yang menggunakan tolak ukur keuangan dan non keuangan. Contoh tolak ukur non keuangan misalnya modal intelektual seperti pengetahuan proses dan kemampuan inovasi, nilai hubungan seperti hubungan dengan pelanggan dan kepuasan karyawan terhadap perusahaan. Mengingat keterbatasan-keterbatasan hasil yang didapat dari hanya mengukur kinerja bisnis dengan menggunakan aspek keuangan saja, maka diperlukan suatu sistem pengukuran dan manajemen yang bisa mencakup aspek non keuangan, yang dikenal dengan nama Balanced Scorecard (BSC). BSC sebagai metodologi penilaian kinerja yang berorientasi pada pandangan strategis ke masa depan pertama kali dipublikasikan dalam artikel Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review pada tahun 1992. BSC merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang kinerja bisnis perusahaan. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta proses pembelajaran dan pertumbuhan. BSC lebih dari sekedar suatu pengukuran operasional atau taktis. Manfaat yang sebenarnya dari BSC muncul ketika scorecard tersebut ditransformasikan dari sebuah sistem pengukuran menjadi sebuah sistem manajemen. Perusahaan dapat menggunakannya sebagai sebuah sistem manajemen strategis yang dapat mengelola strategi perusahaan sepanjang waktu.