11 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat ortodontik adalah alat yang menyalurkan tekanan ringan terhadap gigi atau kelompok gigi dan jaringan pendukungnya sehingga menghasilkan perubahan pada tulang untuk menggerakkan gigi atau memodifikasi pertumbuhan rahang. Secara umum alat ortodontik dapat dikelompokkan menjadi alat lepasan dan alat cekat. Komponen yang digunakan dalam perawatan alat cekat antara lain adalah braket, kawat busur, dan tube molar (Bhalajhi, 2004). Perawatan ortodontik cekat didasarkan pada aplikasi gaya spesifik pada gigi melalui perlekatan braket ke gigi (Tamizharasi dan Kumar, 2010). Pergerakan gigi diarahkan sepanjang kawat busur dengan metode sliding mekanik melalui pelekatan braket ke gigi (Bednar dkk., 1991). Sliding akan menimbulkan terjadinya friksi sebagai gaya yang berlawanan dengan gerak meluncur gigi (Redlich dkk., 2003). Friksi didefinisikan sebagai hambatan terhadap gerakan ketika suatu objek bergerak bersinggungan dengan objek lain (Loftus dkk., 1999). Friksi dihasilkan antara permukaan braket dan kawat busur selama leveling dan aligning serta penutupan ruang (Drescher dkk., 1989). Gaya friksi dipengaruhi oleh faktor biologi seperti saliva dan kesehatan jaringan periodontal, dan faktor fisik seperti penggunaan braket, kawat busur, dan ligasi (VandeBerg, 2008). Faktor-faktor biologi tidak dapat dikendalikan oleh ortodontis. Pengaruh ortodontis secara lebih 12 langsung dapat dilakukan dengan memodifikasi faktor fisik seperti pemilihan braket, kawat busur, dan jenis ligasi (Scott dkk., 2008). Berbagai macam teknik perawatan ortodontik cekat terus dikembangkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan teknik sebelumnya. Teknik perawatan ortodontik cekat yang sampai saat ini masih digunakan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada adalah teknik Begg dan Edgewise preadjusted. Teknik Begg menggunakan braket dengan slot vertikal, kawat busur berpenampang bulat, dan pin sebagai pengunci sehingga memungkinkan terjadi gerak bebas gigi secara tipping. Teknik Edgewise preadjusted menggunakan braket dengan slot horizontal yang lebih lebar sehingga pada penggunaan kawat rektanguler dapat memberikan pengaturan yang baik pada akar, namun tekanan yang disalurkan terlalu besar sehingga dapat menghambat pergerakan gigi (Begg dan Kesling, 1977). Perbedaan utama antara braket Begg dan Edgewise terletak pada titik kontrol yang terjadi karena ligasi kawat busur ke slot braket (Fletcher 1981). Braket juga dapat dibedakan menjadi braket lebar dan braket sempit (narrow). Menurut Tamizharasi dan Kumar (2010), dikatakan bahwa braket Begg termasuk braket sempit, sedangkan braket Edgewise termasuk braket lebar. Kawat busur merupakan komponen aktif alat ortodontik cekat yang dapat menghasilkan berbagai gerakan gigi melalui braket dan buccal tube sebagai perantara ke gigi (Bhalajhi, 2004). Salah satu jenis kawat yang umum digunakan adalah kawat stainless steel karena memiliki beberapa keunggulan (Kapila dan Sachdeva, 1989). Kawat stainless steel mempunyai variasi ukuran dan penampang melintang. Kawat stainless steel dengan penampang bulat yang banyak digunakan 13 adalah kawat dengan diameter 0,016 inci, sedangkan kawat berpenampang bulat terbesar adalah kawat dengan diameter 0,020 inci. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kawat busur dengan diameter lebih kecil pada braket yang sama menghasilkan friksi yang lebih kecil (Kusy dan Whitley, 1997), namun penggunaan kawat busur dengan diameter lebih kecil pada braket yang berbeda dapat menunjukkan hasil yang berbeda. Friksi yang timbul antara permukaan braket dan kawat busur selama proses alignment dan penutupan ruang mempengaruhi kecepatan pergerakan gigi, namun juga dapat menimbulkan resiko hilangnya penjangkaran (Southard dkk., 2007). Berbagai upaya dilakukan untuk memperkecil friksi selama aplikasi gaya ortodontik. Salah satu upaya memperkecil friksi adalah memodifikasi teknik dan bahan ligasi braket dan kawat busur (Henao dkk., 2004 dan Reznikov dkk., 2010). Ligasi merupakan proses pengikatan kawat busur ke slot braket (Bhalajhi, 2004). Teknik Begg menggunakan ligasi berupa pin. Beberapa jenis pin seperti safety lock pin dan regular lock pin menghasilkan kontak yang berbeda antara pin dan kawat busur. Safety-lock pin mempunyai pundak pada kepala pin sehingga masih terdapat ruang antara pin dan kawat busur untuk gerak tipping bebas sedangkan regular-lock pin tidak berpundak sehingga menghasilkan kontak penuh antara pin dan kawat busur (Begg dan Kesling, 1971). Braket Edgewise pada awalnya menggunakan ligasi dengan kawat ligatur namun karena dirasa kurang praktis maka diperkenalkan bahan elastomerik yang secara luas menggantikan penggunaan kawat ligatur (Proffit dkk., 2007). Beberapa penelitian menyatakan bahwa friksi yang dihasilkan pada penggunaan ligasi elastomerik lebih besar 14 dibandingkan pada penggunaan kawat ligatur sehingga dilakukan modifikasi braket Edgewise preadjusted konvensional dan diperkenalkan braket self-ligating. Braket self-ligating adalah sistem braket dengan alat mekanis berupa klip yang melekat menjadi satu kesatuan dalam braket untuk menutup slot Edgewise (Cacciafesta dkk., 2003 dan Proffit dkk., 2007). Penelitian mengenai friksi braket self-ligating dibandingkan dengan braket lain banyak dilakukan dan masih terdapat hasil yang kontroversial. Krishnan dkk. (2009) melaporkan bahwa friksi statik dan kinetik pada penggunaan braket selfligating pasif maupun braket self-ligating aktif lebih rendah dibandingkan pada braket konvensional. Eric-Rahardjo (2012) dalam tesisnya tentang perbandingan besar friksi antara braket Begg dan braket self-ligating aktif dan pasif menggunakan kawat busur stainless steel 0,016 inci melaporkan bahwa terdapat perbedaan friksi yang bermakna diantara ketiga jenis braket, friksi terbesar pada braket Begg dan friksi terkecil pada braket self-ligating pasif. Penelitian tersebut digunakan metode pengikatan dengan pin yang menghasilkan pengikatan penuh antara kawat busur dan braket Begg sehingga memungkinkan friksi braket Begg jauh lebih besar daripada friksi braket self-ligating. Reznikov dkk. (2010) melaporkan bahwa pada kondisi adanya defleksi arah bukolingual, klip braket self-ligating pasif memberikan pengaruh negatif berupa peningkatan friksi jika dibandingkan penggunaan braket self-ligating aktif maupun braket konvensional. Kesenjangan desain penelitian dalam penelitian Eric-Rahardjo (2012) dan penelitian ini karena bawaan dari braket yang diteliti. Idealnya, hal ini diatasi dengan meneliti semua ukuran busur stainless steel, namun dalam penelitian ini 15 difokuskan terlebih dahulu pada busur stainless steel 0,016 inci dan 0,020 inci, ligasi berbahan logam, dan braket self-ligating pasif. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka timbul permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perbandingan gaya friksi kawat busur stainless steel pada braket Begg, Edgewise preadjusted konvensional, dan self-ligating? 2. Bagaimanakah perbandingan gaya friksi yang dihasilkan oleh penggunaan kawat busur stainless steel 0,016 inci dan 0,020 inci pada braket Begg, Edgewise preadjusted konvensional, dan self-ligating? 3. Apakah terdapat perbedaan gaya friksi yang dihasilkan akibat interaksi antara penggunaan kawat busur stainless steel 0,016 inci dan 0,020 inci pada braket Begg, Edgewise preadjusted konvensional, dan self-ligating? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1. Perbandingan gaya friksi kawat busur stainless steel pada braket Begg, Edgewise preadjusted konvensional, dan self-ligating. 2. Perbandingan gaya friksi yang dihasilkan oleh penggunaan kawat busur stainless steel 0,016 inci dan 0,020 inci pada braket Begg, braket Edgewise preadjusted konvensional, dan braket self-ligating. 16 3. Perbedaan gaya friksi yang dihasilkan akibat interaksi antara penggunaan kawat busur stainless steel 0,016 inci dan 0,020 inci pada braket Begg, Edgewise preadjusted konvensional, dan self-ligating. D. Manfaat penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Meningkatkan pemahaman mengenai friksi, karakteristik braket, dan kawat sebagai komponen utama dalam perawatan ortodontik. 2. Memberikan tambahan informasi dan pertimbangan dalam pemilihan jenis braket untuk keperluan perawatan ortodontik. E. Keaslian Penelitian Eric-Rahardjo (2012) meneliti perbandingan besarnya friksi antara braket Begg, braket self-ligating aktif dan pasif menggunakan kawat busur stainless steel 0,016 inci dengan metode pengikatan maksimal pada braket Begg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan friksi yang bermakna diantara ketiga jenis braket, friksi terbesar pada braket Begg dan friksi terkecil pada braket self-ligating pasif. Krishnan dkk. (2009) meneliti perbandingan besar friksi pada braket konvensional terhadap braket self-ligating aktif dan pasif dengan kawat stainless steel, nikel-titanium, dan beta-titanium 0,019x0,025 inci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa friksi statik dan kinetik yang timbul pada penggunaan braket kovensional lebih besar daripada kedua jenis braket self-ligating. Frank dan Nikolai (1980) meneliti resistensi friksional pada penggunaan braket ortodontik 17 Begg, Edgelok, Lewis, Narrow-single, Medium-twin, dan Wide-twin dengan beberapa jenis dan ukuran kawat busur yang berbeda. Penelitian mengenai gaya friksi kawat busur stainless steel 0,016 inci dan 0,020 inci pada braket Begg dengan ligasi safety-lock pin dan regular lock pin dibandingkan gaya friksi pada braket Edgewise preadjusted konvensional dengan ligasi kawat ligatur, dan braket self-ligating sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan.