Iklim Perburuhan Bukan Faktor Utama yang Memengaruhi Investasi UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) memiliki banyak pakar dari segala bidang. Salah satunya, ahli hukum kepailitan dan tenaga kerja Dr. M. Hadi Subhan, S.H., M.H., C.N. Pria kelahiran Tegal ini dikenal berdedikasi dan peduli pada perjuangan hak-hak buruh. Tak ayal, banyak penelitian maupun pemikiran yang dicetuskannya, berkutat tentang perburuhan maupun ketenagakerjaan secara umum. iklim Jamak dipahami, selama ini, para buruh kerap melakukan aksi demontrasi. Baik pada momen tertentu, seperti saat Hari Buruh 1 Mei, menjelang penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota maupun Provinsi tahunan, dan di waktu lainnya. Bersamaan dengan itu, tak jarang terlontar isu, iklim perburuhan di Indonesia yang seperti ini dapat mengganggu atmosfer investasi dalam negeri. Tudingan itu, menurut lelaki yang saat ini menjabat sebagai Direktur Kemahasiswaan, jelas tidak berdasar. Dia menuturkan, banyak riset menyebutkan, Iklim Perburuhan di Indonesia bukanlah faktor utama yang memengaruhi investasi. Bahkan, kondisi perburuhan menempati urutan ketujuh. “Faktor pertama yang memengaruhi investasi di Indonesia adalah ketersediaan infrastruktur,” ungkap dosen yang menyelesaikan kuliah di level sarjana hingga doktor di UNAIR ini. Sementara faktor kedua adalah kepastian hukum, disusul faktor ketiga yakni kepastian nilai pajak. Kesimpulannya, kalau ada persoalan investasi yang mengkkuatirkan, tiga faktor teratas itulah yang mestinya dievaluasi. Apalagi, selama ini, aksi buruh yang terjadi bukan tanpa alasan. Bahkan, yang menjadi pangkal mereka turun ke jalan tergolong masuk akal. “Kan sangat wajar kalau ada buruh menuntut upah yang layak. Apa yang mereka lakukan dilindungi undang-undang,” papar dia. Berdasarkan fakta di atas, sudah selayaknya pemerintah memberi perhatian pada problem infrastruktur, kepastian hukum, dan nilai pajak. Jalan atau akses distribusi yang baik adalah kebutuhan mutlak. Kepastian dan penegakkan hukum juga masuk elemen penting. Seperti diketahui, regulasi di Indonesia umumnya sudah baik. Namun, pengawasan dan penegakkannya sering kali tidak memuaskan. Lihatlah fenomena tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia secara ilegal. Khususnya, mereka yang masuk tidak dengan keahlian khusus, alias sekadar jadi tenaga kerja kasar. Nilai pajak juga harus jelas, karena para pebisnis harus sudah dapat menghitung kebutuhan itu sedari awal. “Intinya, Iklim Perburuhan ini masih di track yang benar,” paparnya. (*) Editor: Nuri Hermawan Seimbangkan Pengabdian di Bidang Hukum Kepailitan dan Tenaga Kerja UNAIR NEWS – Universitas Airlangga memiliki pakar yang memiliki sederet kiprah di bidang hukum kepailitan dan tenaga kerja. Kepakarannya itu ia manfaatkan untuk mengatasi permasalahan hukum yang biasa muncul di antara buruh, pengusaha, dan pemerintah. Pakar hukum itu adalah Dr. M. Hadi Subhan, S.H., M.H., C.N., yang kini menjabat Direktur Kemahasiswaan UNAIR. Dosen Fakultas Hukum UNAIR itu menyelesaikan pendidikan sarjana, master, hingga doktoralnya pada bidang ilmu hukum di universitas yang sama. Lelaki kelahiran Tegal tersebut mengaku, saat menempuh program sarjana ia sangat tertarik dengan bidang hukum kepailitan dan tenaga kerja, sehingga ia memilih meneruskan studi pada bidang yang sama pada jenjang master dan doktoral. “Awalnya, hukum kepailitan tidak begitu diminati. Namun, setelah terjadi krisis moneter pada tahun 1998 hingga hari ini, bidang hukum kepailitan sangat menarik,” terangnya. Berkat kepakarannya pada bidang tersebut, ia merupakan salah satu doktor hukum kepailitan dan hukum tenaga kerja di Indonesia yang bisa dijadikan rujukan. Dari kepakarannya, pada kedua bidang hukum tersebut, Hadi kerap dijadikan saksi ahli dalam beberapa kasus. Hadi pernah menjadi saksi ahli di Pengadilan Negeri Denpasar dalam perkara pidana kepailitan. Ia pernah menjadi saksi ahli Polrestabes Surabaya dalam perkara tindak pidana penipuan dan penggelapan. Selain itu, Hadi juga pernah menjadi saksi ahli perkara dugaan tindak pidana ketenagakerjaan seperti pengusaha yang tidak memberi gaji kepada pekerja yang sudah melaksanakan kewajiban pekerjaannya. “Tidak hanya menjadi saksi ahli, saya juga sudah menerbitkan buku yang berjudul “Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan” yang terbit pada tahun 2009,” imbuh dosen kelahiran 6 April 1973. Hadi juga menegaskan bahwa buku tersebut juga dijadikan rujukan perkuliahan nasional dan pedoman hakim dalam persidangan. Hal lainnya yang membanggakan adalah dirinya pernah diundang untuk menjadi penguji tamu kandidat doktor salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia, Universitas Leiden, Belanda. “Alhamdulillah, saya juga sempat diundang ke Leiden University untuk menjadi penguji kandidat doktor yang disertasinya membahas mengenai ketenagakerjaan,” terang Direktur Kemahasiswaan UNAIR. Bagi Hadi, kepakaran yang ia miliki digunakan untuk menolong semua lapisan. Kepakarannya di bidang hukum kepailitan mengantarkan kontribusinya untuk menyelesaikan persoalan pengusaha dan perusahaan. Sedangkan, pada bidang hukum tenaga kerja, Hadi fokus membantu nasib buruh. “Kalau begini kan jadi seimbang. Ini juga bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat,” pungkasnya. Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S