BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapat simpulan sebagai berikut : 1. Unsur-unsur yang membangun struktur novel seperti tema, alur, penokohan, latar, amanat, dan sudut pandang dapat ditemukan dalam novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata. Pertama, novel Cintrong Paju-Pat mengangkat masalah perilaku kehidupan wanita jaman sekarang dalam hal mengarungi samudera kehidupan, dengan cara benar maupun tidak benar . 2. Kedua, novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata adanya keterkaitan antara unsur-unsur yang membangun dalam struktur novel Cintrong Paju-Pat dengan nilai pendidikan budi pekerti seperti berikut ini: nilai kegigihan hidup dalam hal kerja keras, kreatif, mandiri, cinta damai, peduli sosial, tanggung jawab, dan percintaan. 3. Ketiga, novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata mengungkapkan relevansi nilai kegigihan hidup seorang wanita dalam novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata dengan pendidikan budi pekerti di sekolah. B. Implikasi Implikasi dari temuan penelitian mencangkup pada dua hal, yakni implikasi teoretis dan praktis. Implikasi teoretis berhubungan dengan kontribusinya bagi perkembangan teori-teori, pendekatan dan kajian tentang penelitian sastra (psikologi sastra) dan implikasi praktis berkaitan dengan kontribusinya temuan penelitian terhadap pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa terutama bidang sastra di sekolah. Rumusan implikasi hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 104 105 1. Implikasi Teoretis a. Memberikan sumbangan bagi kajian isi Hasil penelitian ini berimplikasi terhadap perkembangan teori strukturalisme karena penelitian ini mengulas lebih mendalam tentang tema, alur, penokohan, latar, amanat, dan sudut pandang, faktor unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau unsur-unsur intrinsik karya sastra. Kajian strukturalisme digunakan untuk mengkaji novel Cintrong Paju-Pat ini, dengan kajian strukturalisme sebenarnya hanya merupakan jalan pembuka untuk mengkaji novel Cintrong Paju-Pat secara lebih mendalam. Melalui kajian ini bisa memahami lebih dalam tentang isi dari novel Cintrong Paju-Pat karya Suparto Brata. Memahami isi secara mendalam tentang novel Cintrong Paju-Pat penting sekali kebermanfaatannya, karena dengan pemahaman itu seorang pembaca karya sastra bisa menyelami tentang segala sesuatu yang dialami atau dirasakan oleh seorang pengarang dalam karya sastranya. Hal ini sangat penting sekali khususnya bagi seorang pembaca karya sastra, karena pembaca bisa menilai dan mendalami seberapa jauh pengarang memaparkan karyanya melalui tokoh-tokoh yang ada dalam novel yang ditulisnya berkaitan dengan terapan kehidupan sekarang ini. b. Menambah khazanah Pustaka Penelitian ini membahas lebih mendalam tentang psikologi sastra yang dapat berimplikasi pada pendalaman materi psikologi pada karya sastra. Pengembangan teori-teori psikologi sastra dengan mendalami kejiwaan para tokoh yang terdapat dalam karya sastra tersebut, secara luas dapat menambah pemahaman teori psikologi sastra itu sendiri lebih lengkap. Melalui pengembangan teori psikologi sastra dapat dipahami karakteristik masing-masing tokoh dalam perannya di dalam karya sastra itu sendiri. Tokoh-tokoh yang ada dalam karya sastra mampu memberikan gambaran kehidupan yang dialami setiap manusia, khususnya bagi para pembaca karya 106 sastra itu sendiri. Pembaca atau penikmat karya sastra bisa memahami berbagai gejolak yang dialami para tokoh dalam karya sastra tersebut. Disamping itu apa yang dituangkan oleh pengarang dapat dimengerti oleh penikmat sastra sebagai suatu gambaran permasalahan atau gejolak hidup yang melatarbelakangi karya tersebut tercipta. Penelitian ini juga menambah khazanah bagi perkembangan dunia pustaka utamanya dibidang sastra. Sedikit banyak pembahasan karya sastra dikaitkan dengan psikologi sastra menambah pencerahan atau memperkaya dunia pustaka, karena penelitian ini jelas memperbaharui daya pikir dan karya sesorang terhadap sebuah teori yang baru yaitu psikologi sastra. c. Pembentukan karakter Nilai pendidikan budi pekerti juga merupakan hasil analisis dalam penelitian ini. Hal ini sangat bermanfaat bagi pembaca, karena banyak pesan-pesan hidup yang tertuang dalam novel yang di analisis. Nilai pendidikan budi pekerti bisa memberikan implikasi kepada pembaca untuk dapat membentuk karakter yang baik, pembentukan karakter yang baik dimaksud sesuai dengan ketentuanketentuan yang sudah mapan di tengah kehidupan masyarakat. Nilai pendidikan budi pekerti tidak hanya berhenti sampai pada poin itu saja, nilai pendidikan budi pekerti juga dapat bermanfaat dalam kehidupan setiap insan manusia yang mampu menerapkannya dengan baik. Manfaat yang dapat dipetik dari nilai pendidikan budi pekerti adalah bagaimana penerapan yang baik dan benar seseorang dalam bertingkah laku. Pola tingkah laku yang baik bagi seseorang mestinya tidak melanggar norma-norma kehidupan yang sudah ada dan mapan serta diterapkan di tengah masyarakat. Pendidikan budi pekerti diarahkan untuk membentuk karakter atau watak luhur. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, 107 berpikir, bersikap, dan bertindak. Sementara pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. 2. Implikasi Praktis a. Proses pembelajaran apresiasi sastra seharusnya tidak dilakukan dengan memberikan teori saja. Namun kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus mampu mendorong peserta didik agar lebih bisa mengapresiasi, mencintai, dan berkreasi terhadap karya sastra novel. Penerapan pembelajaran apresiasi sastra tidak hanya terpaku pada teori yang ada pada teks, akan tetapi harus dikembangkan agar pembelajaran apresiasi sastra dapat dipahami dan disenangi oleh peserta didik. Seiring dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama yaitu guru merupakan pusat kegiatan belajar (teacher centered). Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dilaksanakannya. Hal dan ini kualitas menuntut suatu pengajaraan yang perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karateristik guru dalam proses belajar-mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajarmengajar, bertidak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pembelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus dicapai. Guru dalam hal ini harus mampu memotivasi peserta didik sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu mengembangkan 108 pemikiran dan daya khayalnya secara individu terhadap karya sastra terutama novel. b. Pembelajaran apresiasi sastra (telaah novel) secara umum dapat memberikan sumbangan dalam aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik peserta didik. Aspek kognitif yang dapat diperoleh dari pembelajaran telaah sastra berupa pengetahuan siswa terhadap sastra meningkat sehingga dapat mengatasi permasalahan yang selama ini dihadapinya, disamping itu peserta didik juga dapat mencari solusi yang terbaik ketika menghadapi berbagai permasalahan yang ada . Aspek afektif, melalui belajar telaah sastra dapat meningkatkan emotif atau perasaan siswa terhadap sastra. Meningkatkan emotif atau perasaan pada peserta didik itu sangat berguna untuk perkembangan kecintaan terhadap karya sastra. Peserta bisa memahami tentang isi atau pesan dari pengarang Aspek psikomotorik, melalui belajar sastra siswa bisa mencipta karya sastra dengan mengimajinasi karya sastra yang dibaca. Para peserta didik diajak untuk menghasilkan sesuatu yang sudah didapat dengan membaca, memahami, menyelami mengenai karya sastra. Apapun hasilnya atau bentuknya kalaupun itu hasil imajinasi dari pemahaman secara mandiri, menjadikan peserta didik menjadi senang dan ingin berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan sebuah karya sastra hasil ciptaannya sendiri. c. Novel yang dianalisis didalam penelitian ini mengangkat berbagai gejolak kehidupan yang mengarahkan seseorang pada kegigihan dan kemandirian dalam hidupnya, terutama dalam menghadapi permasalah-permasalahan yang ada. Seorang wanita diuji seberapa besarnya menyelesaikan masalah yang bergelanyut dalam hidupnya. Kegigihan, keuletan dalam meraih cita dan cinta dalam novel ini sangat jelas dipaparkan oleh pengarang, terutama dalam kehidupan seorang wanita. 109 3. Implikasi Pedagogis Novel ini dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi dalam pembelajaran bahasa Jawa pada jenjang Sekolah Menengah Atas jika melihat dari isi dan penggunaan bahasa pada novel ini. Isi dari novel Cintrong Paju-Pat adalah novel yang banyak mengandung nilai pendidikan budi pekerti seperti: a. Nilai kegigihan hidup seorang wanita dalam hal kerja keras, yaitu seorang wanita yang mampu menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diembannya dengan baik. b. Nilai kegigihan hidup seorang wanita dalam hal kreatif, seperti misal berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hal yang baru, yang selama ini belum dimiliki oleh orang lain. c. Nilai kegigihan hidup seorang wanita dalam hal mandiri, seorang wanita yang dapat hidup secara mandiri dimana ia berada, mampu bertahan hidup dengan berbekal kemauan, keuletan dan keterampilan yang dimilikinya. Bersikap dan berperilaku yang tidak bergantung pada orang lain dalam menyesaikan tugas atau masalah yang dihadapi dalam kehidupan. d. Nilai kegigihan hidup seorang wanita dalam hal cinta damai, dapat mengungkapkan sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya. e. Nilai kegigihan hidup seorang wanita dalam hal peduli sosial seperti misal mempunyai sikap dan tindakan ingin selalu memberi kepada orang lain. f. Nilai kegigihan seorang wanita dalam hal bertanggungjawab seperti sikap dan perilaku seseorang untuk tugas dan kewajibannya. Semua yang sudah diuraikan sangat bermanfaat bagi siswa terutama dalam dunia pendidikan dan pergaulan terhadap sesamanya. 110 C. Saran Beberapa saran berikut dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait antara lain. 1. Saran kepada siswa Dalam berperilaku lingkungan sekolah hendaknya peserta didik atau siswa dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan budi pekerti sebagai terapan nilai positif. Sedangkan nilai negatif dapat menjadi pengontrol dalam bertidak dan peserta didik atau siswa selalu dapat mengambil hikmahnya 2. Saran kepada guru a. Guru hendaknya dapat memaksimalkan penggunaan bahan pembelajaran sastra sebagai media atau bahan ajar. Disamping guru mampu memaparkan karakteristik dari masing-masing tokoh kepada peserta didik yang dapat diambil hikmatnya oleh peserta didik. b. Novel tersebut memberikan mengandung pandangan nilai kepada psikologi guru dalam yang dapat memberikan pencerahan kepada peserta didik. Nilai pendidikan budi pekerti yang terkandung yaitu perjuangan dalam meraih cita-cita, nilai moral, dan nilai sosial. 3. Saran kepada pembaca karya sastra Pembaca novel ini hendaknya dapat menerapkan nilai-nilai positif dalam kehidupan di masyarakat, selain itu novel ini juga dapat memberi pencerahan dalam memperjuangkan segala sesuatu yang menjadi cita-citanya. 4. Saran kepada peneliti lain Para peneliti sastra diharapkan dapat mengkaji karya sastra dengan pendekatan yang lainnya, sehingga dapat mengulas sebuah karya sastra dari berbagai sudut pandang dan dapat memperkaya serta memperdalam penelitian di bidang sastra. 111 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. dan Uhbiyati, N. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Al-Ma’ruf, A.I. 2010. “Nilai Pendidikan Multikultural dalam Novel Burungburung Rantau: Kajian Semiotik”. Surakarta: Perpustakaan UMS. Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Algesindo. ________. 2010. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algesindo. Cahyoto. 2001. Budi Pekerti Dalam Perspektif Pendidikan. Malang: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah-Pusat Penataran Guru IPS dan PMP Malang. Daulay, H. P. 2004. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Dewantara, K.H. 1962. Karya Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Taman Siswa. Duckworth, A.L., Peterson, C., Matthews, M.D., Kelly, D.R. (2007). Grit: Perseverance and Passion for Long-Term Goals. Journal of Personality and Social Psychology, 92 (6), 1087-1101. Endraswara, S. 2003. Budi Pekerti dalam Budaya Jawa, Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widya. ______. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasinya. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Grisworld, W. 2003. “American Character and the American Novel: An Expeansion of Reflection Theory of the Psichology.” American Jurnal of Psichology. Vol. 86. No. 4 Pp 640-664. Hartoko, D. & B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Hidayati, P.P. 2009. Teori Apresiasi Prosa Fiksi. Bandung: Prisma Press. Hoffman, A.G. .2006. dalam penelitian yang berjudul Is Psychoanalysis a Poetic of Body? 112 Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. _______. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter BangsaPedoman Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. Kosasih. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Penerbit Yrama Widya. Lickona, T. 1991. Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Book. _______. 2012. Character Matters. Jakarta: Bumi Aksara. Linda & Eyre, R. 1997. Mengajarkan nilai-nilai kepada anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Litrev. 2011. Writing a psychology literature Review. University of Washington Psychology of Writing center. 1 (1). 168-178. Martinah. 2013. Perjuangan Perempuan dan Nilai Pendidikan Novel Dalam Air Mata Terakhir Bunda Karya Kirana Kejora Dengan Pendekatan Feminisme. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Sebelas Maret Surakarta. ISSN: 1693-623X Vol 1, No 2, 2013 (hal 155-169). Maslow, A.H. 1984. Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi Dengan Ancangan Hirarki Kebutuhan Manusia. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Megawangi, R. 2007. Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bogor:Indonesia Heritage Foundation. Milles, M. B., & Huberman, A.M. 1984. Qualitatif data analysis. Sage Publication In. Minderop, A. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. _______ . 2011. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Moloeng, L.J. 2007. Analisis Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mubarok, Z. E. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. 113 Mu’in, F. 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Madia. Noor, R. 2007. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo. Nurgiyantoro, B. 2011. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Peterson, C., & Seligman, M. E. P. 2004. Character strengths and virtues: A classification and handbook. New York: Oxford University Press/Washington, DC: American Psychological Association. Pulido, D. H. 2011. Saving the Savior: A Deconstruction of the Novel Viajero by F. Sioni Jose. Eng. J. Lang. 17(1): 79-92. Ratna, N. K. 2012. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rence N. E., Caruso, J.A., and Vonderheide, A.P. 2010. Journal of Language Teaching.(493-502). Roekhan. 1990. Kajian Tekstual dalam Psikologi Sastra; Persoalan Teori dan Terapan, Dalam Aminuddin (ED). Sekitar Masalah Sastra. Malang: YA3. Saputra, K. 2005. Bahasa dan Sastra Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Sedyawati, E. 1999. Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur. Jakarta: Balai Pustaka. Semi, M. A. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. ______. 2012. Metodologi Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Gramedia Press. Soedjarwo, W. 2009. Pepadhang: Sarining Piwulang lan Kawaskithan Jawa, Semarang: Lengkongcilik Press. Stanton, R. 2007. Teori Fiksi. (Diterjemahkan Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Subandi. 2011. Dalam penelitiannya yang berjudul Sabar: Sebuah Konsep Psikologi . Sudjiman, P. 1988. Memahami Cerita Rakyat. Jakarta: Gramedia. 114 Sukmadinata, N.S. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sumarjono, J. dan K.M. Saini. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Suriansyah, A. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Sistem Pendidikan Nasional. Paradigma, Jurnal Ilmu Pendidikan, 6 (11). pp. 117-130. ISSN 0853-7585 Suseno, F.M. 2001. Etika Jawa: Sebuah Analisis Kebijaksanaan Hidup Jawa, Jakarta: Gramedia. Filsafati tentang Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Tenerapannya Dalam Penelitian . Surakarta: Sebelas Maret University Press. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Tilman, D. & Diane, S. 2004. Living values activities for children 3-7 year. (Terjemahan Adi Respati). Jakarta: Grasindo Gramedia Widya Sarana Indonesia. Triastuti, R. 2013. Kajian Feminisme dan Nilai Pendidikan Novel Maruti Jerit Hati Seorang Penari Karya Achmad Munif. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, ISSN: 1693-623X Vol 11, No 1, 2013 (hal 41-61). Winataputra, U.S. 2010. Implementasi Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Karakter (Konsep, Kebijakan, dan Kerangka Programatik). Waluyo, H. J. 2002. Drama, Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita. Waluyo, H. J. dan Nugraheni E.W. 2009. Pengkajian Prosa Fiksi. Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Wellek, W. 1989. Teori Kesusastraan, Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia. Wibowo, A. 2012. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Jaya. Winataputra, U.S. 2010. Implementasi Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Karakter (Konsep, Kebijakan, dan Kerangka Programatik). Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka. 115 LAMPIRAN