ANALISIS HUBUNGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA

advertisement
ANALISIS HUBUNGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DENGAN MARKET VALUE
ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR BARANG
KONSUMSI DAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR
DALAM LQ-45
Siti Badriah
Toto Sugiharto,Ir.,M.Sc., Ph.D
Email: [email protected]
Undergreduated Program, Economy Faculty, 2011
Gunadarma University
ABSTRACT
The development of increasingly rapid and complex economy from time to time. It can be
seen from the increasing trade in almost all commodities. The development of the technology
used to strengthen the economic competitiveness and faster information to make a firm can
continue to compete to maintain their existence. Under these conditions requires the companies
to make corrections in all fields. One is the area of financial management. Analysis tool used is
the Economic Value Added (EVA) and Market Value Addad (MVA). EVA analysis is a tool that
can be used as a measure of the success of the management role in the company. MVA analysis
is used to measure the management in creating wealth owners (shareholders)
The data used are secondary data from company financial statements Manufacturing
Sectors Consumer goods and Telecommunications in 2006 until 2010. Analyze the correlation of
Economic Value Added (EVA) and Market Cvalue Added (MVA).
The results showed that there was in the Manufacturing Sector Consumer Goods
companies and telecoms that are listed in the LQ-45, no significant correlation between the
Economic Value Adde (EVA) and Market Value Added (MVA).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan perekonomian semakin cepat dan kompleks dari waktu ke waktu.
Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perdagangan hampir di semua komoditi.
Perkembangan teknologi yang digunakan untuk memperkuat daya saing ekonomi dan
informasi yang semakin cepat menjadikan suatu perusahaan untuk dapat terus bersaing
mempertahankan eksistensinya. Dengan kondisi tersebut menuntut perusahaan-perusahaan
untuk melakukan pembenahan disegala bidang. Salah satunya adalah bidang manajemen
keuangan.
Kesuksesan suatu perusahaan dalam mempertahankan eksistensinya tidak luput
dari peran manajer keuangan dan pengaruh keputusan keuangan yang telah dilakukan. Para
manajer keuangan memiliki tugas utama merencanakan pengadaan dan penggunaan dana
untuk mamaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan keputusan keuangan yang dilakukan
adalah meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan terdapat banyak teknis
yang dapat digunakan. Objek yang dianalisis dalam melakukan penilaian terhadap kinerja
keuangan perusahaan adalah laporan keuangan. Pada penelitian ini dua alat analisis yang
digunakan yaitu analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA).
Analisis EVA dan MVA merupakan konsep yang dikembangkan oleh Joel M. Stern dan G.
Benner Stewart III pemilik perusahaan konsultan Stern Stewart Management Service
(Hamonangan, 2009). Kedua alat analisis ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur
kinerja manajemen. Analisis EVA merupakan alat yang dapat digunakan sebagai pengukur
keberhasilan manajemen dalam perusahaan. Analisis MVA digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan manajemen dalam memaksimalkan kekayaan pemegang
saham. Hal ini terwujud dengan terjadinya peningkatan nilai pasar saham.
Memaksimumkan nilai perusahaan tidak identik dengan memaksimumkan laba,
apabila laba tersebut diartikan sebagai laba akuntansi. Sebaiknya memaksimumkan nilai
perusahaan akan identik dengan memaksimumkan laba dalam pengertian ekonomi. Hal ini
disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan yang biasa
dikonsumsikan tanpa mengurangi modal pemilik perusahaan (Prakasa, 2007).
Penilaian kinerja sangat bermafaat bagi investor dalam mengambil keputusan
untuk berinvestasi maka perlu dilakukan penelitian tentang pengukuran kinerja dengan
menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) di
perusahaan-perusahaan yang go public di Indonesia. Untuk itu perusahaan yang go public
dituntut untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Selama ini, pengukuran kinerja
keuangan jarang menggunakan perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang
ditanamkan. Pengukuran kinerja keuangan umumnya dilakukan dengan menganalisa
laporan keuangan seperti rasio profitabilitas. Pengukuran yang hanya menganalisa laporan
keuangan memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal, sehingga
sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau
tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut telah dikembangkan konsep baru yaitu EVA
(Economic Value Added) dan MVA (Market Value Adde ). EVA dan MVA merupakan
indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA dan MVA dianggap
paling memiliki korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham di perusahaan.
EVA dan MVA adalah pengukuran dengan memperhatikan secara tepat semua
faktor–faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai (value). EVA mengukur nilai
tambah (value creation ) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya
modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. MVA
merupakan ukuran kumulatif kinerja keuangan yang menunjukkan seberapa besar nilai
tambah terhadap modal yang ditanamkan investor selama perusahaan berdiri, atau secara
jelas MVA merupakan selisih antara nilai pasar ekuitas ( market value of equity ) dan nilai
buku ekuitas (book value of equity), seperti yang didefinisikan oleh Stewart (Fajar, 2008).
Penggunaan EVA sebagai pengukur kinerja (performance measurement) telah
begitu luas digunakan di Amerika Serikat, seperti perusahaan Coca Cola, AT&T, Quaker
Oats, Elilily dan Tenneco. EVA menurut beberapa ahli dianggap mempunyai kemampuan
yang lebih baik daripada pengukur kinerja lainnya, karena EVA memperhitungkan biaya
modal ekuitas sehingga membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada
penciptaan nilai perusahaan. EVA tergantung dari dua hal, yaitu manajemen operasi dan
manajemen neraca. Laba operasi akan rendah, jika perusahaan beroperasi secara tidak
efisien, misalnya terlalu banyak asset lancar dan terlalu banyak modal ekuitas atau terlalu
banyak modal hutang, maka tentunya biaya modal akan relatif tinggi.
Semakin meluasnya penggunaan EVA sangat terkait dengan semakin meningkatnya
kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan
serta meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan bukannya untuk mencapai laba
maksimal. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan
perhatian manajer sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer
akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi
yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal
sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan (Utama, 1997).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami hubungan EVA
(Economic Value Added) dengan MVA (Market Value Added) pada perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi dan Telekomunikasi yang terdaftar dalam LQ-45.
TELAAH PUSTAKA
Pengertian Manajemen Keuangan
Keuangan merupakan seni dalam mengelola uang yang baik untuk individu, kelompok,
organisasi, perusahaan, dan pemerintah. Manajemen Keuangan merupakan bagaimana cara untuk
memperoleh sumber dana dan mengalokasikan dana tersebut secara optimal dengan tujuan
memaksimalkan nilai perusahaan, dalam hal ini memakmurkan para pemegang saham.
Manajemen Keuangan adalah keseluruhan tugas yang dilakukan oleh manajer keuangan
yang mencakup keputusan investasi, pembiayaan, dan dividen baik dalam hal merencanakan,
mengalokasikan, memperoleh dan menggunakan dana seefisien dan seefektif mungkin. Tujuan
perusahaan dahulu adalah memaksimumkan profit namum dalam perkembangannya tidak hanya
profit oriented.
Menurut Rasyid (2002) tujuan perusahaan dewasa ini adalah memaksimumkan nilai
perusahaan, dan nilai perusahaan tersebut direduksi menjadi memaksimukan nilai saham.
Oleh karena itu perusahaan berusaha unutk memaksimumkan nilai perusahaan melalui
memaksimumkan selisih antara nilai pasar saham (market value equity) dengan jumlah yang
ditaman oleh investor di perusahaan. Tujuan lain yang ingin dicapai perusahaan adalah
meningkatkan kepuasan manajer, kesejahteraan karyawan dan masyarakat pada umumnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, manajer keuangan secara aktif mengatur masalah keuangan dari
berbagai tipe bisnis, baik keuangan maupun non keuangan, sawasta atau umum, besar atau kecil.
Tujuan Manejemen Keuangan
Tujuan Manajemen Keuangan menurut Weston (2005) dan Brigham (2006) dalam Prakasa
(2007) adalah memaksimalkan nilai perusahaan terutama memaksimalkan nilai pemegang
saham. Tetapi dibalik itu ada konflik potensial antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana
sebagai kreditur terhadap total investasi.
Menurut Sartono (1998) dalam Prakasa (2007) menyatakan bahwa tujuan yang harus
dicapai oleh manejer keuangan adalah bukan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham
atau maximization wealth of stockholders melalui mekanisme nilai perusahaan.
Tugas manajer keuangan yang paling utama adalah merencanakan keadaan dan
penggunaan dana guna memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut Brigham (2006) dan Gapenski (2002) dalam Prakasa (2007) tujuan utama
manajemen adalah maksimilisasi kekayaan pemegang saham, dengan memaksimalkan harga dari
saham biasa perusahaan.
Definisi di atas mengarah pada tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan bagi para
pemiliknya. Nilai perusahaan tercermin dalam harga sahamnya di pasar modal. Jika harga saham
meningkat bearti kemakmuran pemegang saham akan menignkat, sebaliknya jika harga saham
menurun berarti kesejahteraan pemegang saham juga menurun, dengan demikian harga saham
juga mencerminkan keefektifan pengambilan keputusan oleh manajer keuangan perusahaan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan memahami fungsi dan tujuan
pokok manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham melalui
memaksimalkan nilai perusahaan maka manajer keuangan harus mampu mengambil ketiga
keputusan dari fungsi manajemen keuangan tersebut secara efektif dan efisien. Efektif dalam
pembiayaan investasi tercermin dalam perolehan dana dengan biaya minimum. Sedangkan
dengan kebijakan dividen yang optimal akan tercermin adanya peningkatan kemakmuran pemilik
perusahaan.
Pengertian Ekonomic Value Added
EVA (Economic Value Edded) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan.
EVA merupakan indikator tentang adanya pertambahan nilai dari suatu inverstasi.
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang EVA dengan definisi yang berbedabeda. Berikut adalah beberapa definisi EVA menurut beberapa ahli:
 EVA adalah suatu tolak ukur yang menggambarkan jumlah absolute dari nilai
pemegang saham (Shareholder value) yang diciptakan (Created) atau dirusak
(destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun (Tunggal, 2001)
 EVA adalah alat ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara
pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal. (O’Byrne et al, 2001)
 EVA adalah laba di atas (melebihi) biaya kewajiban/hutang dan biaya modal (cost of
capital) perusahaan. Secara lebih rici didefinisikan sebagai laba usaha dikurangi dengan
pajak dan biaya bunga atas hutang serta dikurangi cadangan biaya modal (Rahardjo,
2005).
Hal tersebut diatas serupa dengan pengukuran keuntungan konvensional, tetapi
dengan suatu perbedaan penting, EVA mengukur biaya seluruh modal.
Angka nilai bersih dalam Laporan Laba Rugi hanya mempertimbangkan jenis biaya
modal yang mudah dilihat bunga sementara mengabaikan biaya ekuitas. Meskipun
menaksir biaya ekuitas merupakan proses subyektif, pengukuran kinerja yang mengabaikan
biaya seperti itu tidak dapat mengungkapkan bagaimana perusahaan yang sukses telah
menciptakan nilai bagi pemiliknya. Perbedaan lain antara EVA dengan keuntunga
konvensional adalah EVA tidak dipaksakan oleh prinsip akuntansi yang diterima umum
(generally accepted accounting principles/GAAP).
Keunggulan EVA (Economic Value Added)
EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau aktivitas
manajemen selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik
untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah
perusahaan. Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai
tambah, tetapi pada prisipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal
berikut ini (Lisa, 1999) adalah :
1. meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal;
2. menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatkan return lebih besar dari
pada biaya modal yang ada;
3. menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat
menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.
Keunggulan EVA sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi empat hal
berikut.
1. Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan investasi yang
sama.
2. Dengan meningkatnya EVA maka investai-investasi akan menghasilkan laba diatas biaya
modal sehingga akan lebih menarik para manajernya untuk berinvestasi dalam perusahaan
tersebut.
3. Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset yang berbeda
pula.
4. EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar
perusahaan.
Keunggulan EVA menurut Mirza (1997) yaitu EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai
tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. Dengan
diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui apakah perusahaan dapat menciptakan
nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA adalah dapat digunakan secara mandiri tanpa
memerlukan data pembanding.
Kelemahan EVA (Economic Value Added)
Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki kelemahan yaitu EVA hanya
menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Padahal nilai perusahaan
merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu perusahaan mempunyai
nilai EVA pada periode tertentu positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena nilai EVA
dimasa lalunya negatif (Dewi, 2002).
Kelemahan
EVA
menurut
Mirza
(1997)
dalam
Mulya
(2007)
yaitu sebagai berikut.
1. EVA hanya mengukur hasil akhir. Konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu
seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan
fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli
saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang lebih dominan.
Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Langkah-langkah untuk menghitung EVA (Rokhayati, 2003) :
1. Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax).
Laba bersih sebelum pajak adalah laba operasi perusahaan dari suatu current operating
yang merupakan laba usaha setelah dikurangi beban bunga. Pajak yang digunakan dalam
perhitungan EVA adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam penciptaan
nilai tersebut.
Rumus : NOPAT = EAT + Biaya Bunga
2. Menghitung Invested Capital.
Total hutang dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga merupakan pinjaman
yang digunakan perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan dalam
jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha,
hutang pajak, dan lain-lain.
Rumus : Invested capital = Kas + Modal Kerja + Aktiva Tetap
3
Biaya Modal rata-rata tertimbang dengan pendekatan weighted
average Cost of capital (WACC)
Rumus : WACC = {D x rd (1 –Tax)} + (E x re)
Keterangan:
Tingkat Modal dari Hutang (D ) =
TotaL Hutang
Total Hutang dan ekuitas
Biaya Hutang (rd) = Biaya Bunga
Total Hutang
Tingkat Pajak (T) =
Beban Pajak
Laba sebelum pajak
PER =
Harga saham
EPS
Tingkat Modal dari Ekuitas (E) =
Total Ekuitas
Total Hutang dan Ekuitas
Biaya Ekuitas (re) = 1
PER
4 Perhitungan Capital Charges
Rumus : Capital Charges = Invested capital x WACC
5 Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Rumus : EVA = NOPAT – Capital Charges
Market Value Added (MVA)
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham yang
dilakukan dengan memaksimalkan selisih antara market value of equity dan jumlah modal yang
ditanamkan investor kedalam perusahaan. Selisih tersebut disebut sebagai Market Value Added
(MVA). MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan
berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan oleh kinerja manajerial sepanjang umur
perusahaan yang di-present value-kan (Mirza & Imbuh, 1999).
MVA diperoleh dengan mengalikan selisih antara harga pasar saham dan nilai buku
perlembar saham dengan jumlah saham yang dikeluarkan. Nilai pasar saham perusahaan
dicerminkan oleh harga saham yang tercantum pada akhir periode selama tahun tersebut
berlangsung (umumnya per 31 Desember). Nilai buku per lembar saham diperoleh dengan
membagi keuntungan perlembar saham atau earning per share (EPS) dengan tingkat
pengembalian atas modal sendiri atau return on equity (ROE) atau dengan membagi total eqiuty
denga jumlah lembar saham yang beredar.
Rasyid (2009) dalam Prakasa (2007) menyatakan Market Value Added (MVA) adalah
perbedaan antara modal yang ditanamkan di perusahaaan sepanjang waktu dari investasi modal,
pinjaman dan laba ditahan dan uang yang bisa diambil sekarang, atau sama dengan selisih
anatara nilai buku dan nilai pasar saham plus obligasi.
Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh dari kinerja
manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. Analisis ini didasarkan pada pemikiran
kaum fundamentalis yang menyatakan bahwa Value of Equity yang mewakili Value of the Firm
yang ditentukan oleh faktor-faktor fundamental perusahaan.
Menurut Steward (Prakasa, 2007) menyakini dan mempopulerkan Market Value Added
(MVA) sebagai ukuran yang paling tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam
menciptakan kekayaan bagi permlik. Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan
(pemegang saham) akan bertambah bila Market Value Added (MVA) bertambah.
Peningkatan Market Value Added (MVA) dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
Economic Value Added (EVA) yang merupakan pengukuran internal kinerja operasional
tahunan, dengan demikian Economic Value Added (EVA) mempunyai hubungan yang kuat
dengan Market Value Added (MVA).
Perhitungan Market Value Added (MVA)
MVA = (Harga Saham x Jumlah Saham Beredar) * Total Ekuitas
Hubungan Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA)
Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja
manajenal sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. EVA adalah Economic Value Added yang
dihasilkan kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan yang di-present value-kan (Mirza dan
Imbuh,1999).
Market Value Added (MVA) merupakan pengukur kinerja eksternal, dan hanya dapat
diukur jika perusahaan telah go public, di mana Market Value Added cenderung memberikan
penilaian yang lebih besar dari tambahan kekayaan investasi yang sesungguhnya. Akan terdapat
banyak hal yang perlu dijelaskan tentang MVA maupun EVA (Ermawati, 2006).
Pertama terdapat suatu hubungan antara MVA dan EVA, tetapi hubungan tersebut
bukanlah merupakan suatu hubungan langsung. Jika sebuah perusahaan memiliki sejarah nilainilai EVA yang negatif maka nilai MVAnya kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula
sebaliknya jika terdapat sejarah akan nilai-nilai positif. Namun begitu harga saham yang
merupakan unsur utama dari perhitungan MVA, lebih bergantung kepada ekspektasi kinerja di
masa yang akan datang dari pada kinerja suatu historis. Oleh sebab itu,sebuah perusahaan
dengan sejarah nilai EVA yang negatif dapat saja memiliki nilai MVA yang positif, asalkan para
investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan arah dimasa mendatang (Ermawati,
2006).
Pengamatan yang kedua adalah bahwa ketika EVA dan MVA digunakan untuk
mengevaluasi kinerja manajerial sebagai bagian dari program kompensasi insentif. EVA adalah
ukuran umum yang digunakan. Alasannya adalah (1) EVA menunjukkan nilai tambah yang
terjadi selama suatu tahun tertentu sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang
hidupnya bahkan mungkin termasuk masa-masa sebelum manajer yang ada sekarang dilahirkan
dan (2) EVA dapat diterapkan pada masing-masing divisi atau unit-unit yang lain dari sebuah
perusahaan besar sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan.
Karena alasan-alasan diatas, MVA terutama hanya digunakan untuk mengevaluasi pejabatpejabat tinggi perusahaan selama jangka waktu lima tahun hingga sepuluh tahun, atau bahkan
lebih lama (Ermawati, 2006).
METODE PENELITIAN
Obejek Penelitian
Objek yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor barang konsumsi dan
telekomunikasi yang terdaftar dalam LQ-45. Periode waktu penelitian adalah dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling,
yaitu suatu metode pengambilan sampel yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu, yaitu:
1. perusahaan tersebut bergerak dalam sektor barang konsumsi dan Telekomunikasi yang
terdaftar dalam LQ-45;
2. mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun selama periode 2006 sampai 2010 dengan
tahun fiskal yang berakhir 31 Desember.
Tabel 3.1 Seleksi Sample
Jumlah Sample Awal
45
Perusahaan yang tidak terdaftar dalam sektor barang konsumsi dan
telekomunikasi yang terdaftar dalam LQ-45
38
Jumlah Sample Akhir
7
Sumber: Data sekunder, diolah 2011
Nama-nama yang termasuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
No Kode Perusahaan
Nama Perusahaan
1
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
2
KLBF
Kalbe Farma Tbk
3
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
4
FREN
Mobile-8 Telecom Tbk
5
ISAT
Indosat Tbk
6
TLKM
Telekomunikasi Tbk
7
BTEL
Bakrie Telecom Tbk
Sumber : idx.co.id
Jenis dan teknik Pengumpulan Data
Jenis Data
Data yang dibutuhkan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan tahunan (Annual
Report) yang diterbitkan oleh perusahaan, Laporan Bursa Efek Jakarta, Jurnal-jurnal, dan
Literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti.
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website www.idx.co.id dan Bursa
Efek Indonesia yaitu data sekunder berupa laporan keuangan tahunan (Annual Report) yang
diterbitkan oleh perusahaan, jurnal-jurnal serta literatur-literatur yang berhubungan dengan objek
penelitian.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. sampel perusahaan yang termasuk dalam sektor barang konsumsi dan telekomunikasi yang
terdaftar dalam LQ-45 selama lima tahun pengamatan yaitu tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010;
2. laporan keuangan tahunan (annual report) yang diterbitkan oleh perusahaan yang menjadi
objek penelitian;
3. laporan harga saham penutupan untuk periode 2006 sampai 2010;
4. laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan untuk periode 2006 samapi 2010 .
Metode Analisis Data
EVA merupakan hasil pengurangan total biaya modal terhadap laba operasi setelah pajak.
Biaya modal sendiri dapat berupa cost of debt dan cost of equity.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Economic Value Added (EVA)
Hasil perhitungan EVA dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 EVA Tahun 2006 - 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
KODE
INDF
KLBF
UNVR
BTEL
FREN
ISAT
TLKM
µ
2006
811,832,77
550,727,615
1,675,988.17
16,399,222.84
47,259,765.32
985,197
10,458,479.34
101,241,363.5
2007
807,529.01
351,833,703
1,855,167.13
117,390,715
-252,941,091
1,302,514.52
10,312,967.28
32,937,357.85
EVA (Rp)
2008
169,719,63
-441,290,067,8
2,293,324.74
-271,686,671,76
362,003,783,577
932,734.30
1,030,713.38
-399,1471,612
2009
2010
1,584,448.38
203,673.29
362.358.934.28
113,024,974
2,904,737.38
3,190,509.41
158,335,638,98
389,910,548,098
-222,638,359
-1,291,754,43
1,150,985.77
1,139,305.74
5,649,708.39
5,649,708.38
44,192,299.03
54,849,039.4
Sumber : data sekunder, diolah 2011
Dari perhitungan secara keseluruhan pada tebel diatas untuk semua perusahaan dari tahun
2006 – 2010, perusahaan menghasilkan nilai EVA positif maupun negatif. EVA yang positif
menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan melebihi biaya modal
atau tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor. Keadaan ini menunjukkan bahwa
perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal. Hal ini sejalan dengan
memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya, EVA yang negatif menandakan bahwa nilai
perusahaan berkurang sebagai akibat pengembalian yang dituntut oleh investor. Adapun EVA
negatif disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan modal yang terukur dengan
Capital Charges lebih besar dibandingkan dengan NOPAT yang diperoleh perusahaan.
Sebaliknya, jika nilai Capital Charges lebih kecil daripada nilai NOPAT, maka akan
menghsilkan nilai EVA yang positif. Hal ini menandakan bahwa tingkat pengembalian yang
dihasilkan melebihi tingkat biaya modal. Langkah-langkah menghitung EVA dapat dilihat pada
lampiran.
Market Vakue Added (MVA)
Hasil perhitungan MVA dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7 MVA Tahun 2006 - 2010
NO
1
2
3
4
5
6
7
KODE
INDF
KLBF
UNVR
BTEL
FREN
ISAT
TLKM
2006
10,363,548.
1,203,875,0
4,831,452,7
3,114,526,7
4,676,201,5
35,863,946
203,615,96
µ
29,264,235.57
MVA
2008
9,607,766,978
1,121,466,693
1,919,613,252
-3,629,469,763
284,481,768
31,245,482,590
120,959,965,685
2007
3,381,980,98
3,778,293,95
1,913,068,44
6,085,471,400
3,465,173,759
47,004,083,45
204,623,966,2
2,457,803,929
7,520,762,584
2009
306,917,585
3,062,983,478
2,276,954,396
-1,438,076,861)
859,167,605,34
25,675,632,042
190,511,961,347
19,264,623,924
2010
1,569,289,026
2,190,412,443
1,439,082,083
1,498,537,812
1,891,622,460
29,343,582,149
160,271,955,581
28,314,925,936 Sumber: data
sekunder, diolah 2011
Dari perhitungan secara keseluruhan pada tebel diatas untuk semua perusahaan dari tahun
2006 - 2010, perusahaan menghasilkan nilai MVA positif maupun MVA negatif. MVA yang
positif menandakan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan
sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Sebaliknya,
jika MVA perusahaan negatif menandakan nilai pasar perusahaan tersebut lebih rendah daripada
nilai buku perusahaan sehingga, investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Langkah-langkah menghitung MVA dapat dilihat pada lampiran.
Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis
Tabel 4.10 Correlations
Correlations
Spearman's rho
EVA
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
EVA
1.000
.
35
MVA
.065
.710
35
MVA
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
.065
.710
35
1.000
.
35
Sampel yang diperoleh melalui metode purposive sampling sebanyak 7 perusahaan untuk
setiap tahun selama periode 2006 - 2010, sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 35
perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah EVA dan MVA.
Uji Normalitas Data
Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
mempunyai distribusi normal atau tidak normal.
Tabel 4.8 Normalitas
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
EVA
.357
35
.000
.712
35
.000
MVA
.366
35
.000
.552
35
.000
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa angka probabilitas 0,000 yang berarti lebih kecil
dari 0,05, maka Ho ditolak, atau distribusi datanya tidak normal. Oleh karena itui berdasarkan uji
normalitas yang menghasilkan bahwa data tersebut tidak normal, maka peneliti mengunaka
analisis Rank Sperman sedangkan jikalau datanya normal peneliti menggunakan analisis korelasi
Analisis Rank Spearman
Analisis dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Rank Spearman (rs) untuk
mengetahui hubungan variabel EVA dan MVA berdasarkan ranking antara dua variabel data.
Dari tabel 4.9 uji signifikansi korelasi antara variabel EVA dan MVA dengan
menggunakan SPSS 18. Ringkasan hasil analisis korelasi dapat dilihat dalam tabel 4.10 sebagai
berikut:
Oleh karena probabilitas lebih besar dari 0,05 berarti dalam hal ini menerina hipotesis
artenatif (Ha) dan menerima hipotesis nol (Ho). Sehingga dapat disimpulkan dari tabel di atas
bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel EVA dengan Variabel MVA pada
perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi dan Telekomunikasi yang terdaftardalam LQ45.
Hasi Penelitain ini sama dengan hasi penelitian sebelumya yang dilakukan pleh Prakasa
(2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa EVA dan MVA pada perusahaan Manufaktur
tang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tidak menunjukkan korelasi yang signifikan. Namun
penelitian ini tidak sama dengan yang dilakukan oleh Janiah (2007). Janiah menyimpulkan pada
penelitiannnya EVA berkorelasi kuat dan positif dengan MVA pada perusahaan yang tedaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2003 - 2006. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan
atau penurunan EVA ada hubungannya dengan kenaikan atau penurunan MVA.
Menurut Ermawati (2006) EVA menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama satu tahun
tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sejak perusahaan berdiri sampai
sekarang. Maka dengan pernyataan tersebut tidak ada ketentuan EVA harus berkorelasi dengan
MVA.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis statistik non parametrik dengan menggunakan metode korelasi
Rank Spearman dan pengujian hipotesis terhadap seluruh data maka, dapat disimpulkan bahwa
EVA tidak berkorelasi dengan MVA. Hal ini berarti jika kinerja manajemen suatu perusahaan
meningkat, yang dicerminkan oleh variabel EVA, maka nilai pasar perusahaan tersebut belum
tentu juga akan meningkat, yang dicerminkan oleh variabel MVA, begitu juga sebaliknya jika
kinerja manajemen suatu perusahaan menurun, maka nilai pasar perusahaan tersebut juga akan
menurun.
Implikasi
Dari kesimpulam di atas, tidak selamanya kenaikkan nilai peusahaan diikuti dengan
meningkatnya kesejahteraan pemegang saham. Maka dengan itu disarankan untuk penelitian
selanjutnya :
1. Menggunakan Periode waktu yang lebih lama dari penelitian ini;
2. jumlah sample yang digunakan dapat ditambahkan dan dapat diperluas ke beberapa sektor
perusahaan, sehingga dapat mewakili ukuran seluruh sample perusahaan yang terdaftar
dalam LQ-45.
3. Bagi penelitian akan datang sebaiknya menggunakan variabel-variabel lain yang
diperkirakan mampu mempengaruhi Market Value Adde (MVA)
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, 2009, Pengantar Statistika, Alfabeta, Bandung.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi 6, Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Brigham, Eugene F dan Joel F, Houston, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi 10,
Jakarta : Salemba Empat.
Ermawati, Iffarida. 2006. “Analisis Hubungan Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan EVA
dan MVA Pada perusahaan Manufaktur Sektor Food and Beverage yang Go Publik di
BEJ”. Undergraduate Thesis. Universitas Muhammadiyah Malang.
Govindarajan. 2002. “Sistem Pengendalian Manajemen”. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2004.”Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta: Salemba
Empat.
Kanti, A.R. 2004. “Analisis Hubungan EVA dan MVA Pada Perusahaan Yang Terdaftar di
BEJ”. Skipsi S-1. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia.
Lisa, L.U. 1999.”EVA sebagai ukuran keberhasilan kinerja manajemen”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan”. Vol 1, No.1 Mei.
Lehn, K dan Makhij, A.. 1996. “EVA and MVA as Performance Measures and Signals
Strategic Change”. Jurnal Akuntansi. Strategy and Leadership 24.
for
Mirza, T dan Imbuh. 1999. “Konsep Economic Value Added : Pendekatan Untuk Menentukan
Nilai Riil Manajemen”. Jurnal Akuntansi. Usahawan No. 10 Tahun XXVIII. Januari.
hal 37 – 40.
Mulya, Yoga Prakasa, 2007, Analisis Hubungan Economic Value Added (EVA) dengan Market
Value Added (MVA) pada perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta”. Skipsi S-1. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Napitupulu. 2007. “Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode EVA dan MVA
Pada tiga Emiten Terbaik 2006”. Skipsi Sarjana. Fakultas Ekonomi. Universitas
Sumatera Utara.
Nur, Sofiyani, 2005, Analisis Hubungan EVA Terhadap MVA pada Perusahaan yang Tergabung
dalam Indeks LQ-45”. Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
O’Byrne, S. F. 1996. “EVA and Market Value”. Journal of Applied Corporate Finance. Vol. 9.
No. 1.
Rasyid, Rosyeni. 2002, Pengukuran Nilai Riil Perusahaan Dengan Menggunakan Konsep
Economic Value Added”. Jurnal Akutansi. Vol. 1 No. 2, Hal 67-77.
Rausana. 1999. “Memanfaatkan EVA Untuk MenilaiPerusahaan di Pasar Modal Indonesia”.
Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi. Usahawan. No.4. Apil. p18-21
Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan. penerjemah F.X. Kurniawan Tjakrawala, M.Si.Ak,
“Sistem Pengendalian Manajemen”, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Rokhayati Eliyah, “Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman
Yang Go Publik di BEJ dengan Metode EVA dan ROA”. Skripsi S-1, Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia, 2003.
Sartono, R. A. Agus. 1998, Manajemen Keuangan, Edisi Ke-3, BPFE, Yogyakarta.
Sarwono. 2006. “Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 13”. Yogyakarta: ANDI.
Sawir. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sidharta, Utama. Economic Value Added : Pengukuran Penciptaan Nilai Perusahaan, Usahawan
No. 4 th XXII, hal. 10-13.
Tunggal, Amin Widjajaja. 2001 , Memahami Economic Value Added(EVA)”. Jakarta:
Harvarindo.
Tsamratul, Janiah, 2007, Analisis hubungan Economic Value Added dengan Market Value
Added dan faktor-faktor yang mempengaruhi Economic Value Added pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2006”. Skipsi Sarjana. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Utama. 1997. “EVA: Pengukuran dan Penciptaan Nilai Perusahaan”. Jurnal Ilmiah Ilmu
Ekonomi. Usahawan. No. 4 April. p10 – 13.
Weston, J. Fres dan Thomas, E. Copeland. 2005, Manajemen Keuangan, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Young S. David dan Stephen F. O’Byrne, 2001, EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai
(Panduan Praktis Untuk Implementasi), Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Download