57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan secara keseluruhan pola penggunaan obat mengalami peningkatan dan pada biaya obat pada pasien hipertensi mengalami penurunan biaya atau telah berhasil melakukan penghematan biaya obat setelah penerapan sistem kartu obat rawat inap pada ODDD : 1. Pola penggunaan obat menggunakan indikator peresepan yaitu a. Persentase obat generik yang diresepkan sebelum sistem 81,75% menjadi 91,14%, setelah sistem meningkat 9,39% sedangkan persentase obat branded yang diresepkan sebelum sistem 18,25%, setelah sistem 8,86 mengalami penurunan 9,39% setelah penerapan sistem kartu obat rawat inap pada ODDD. b. Persentase obat DOEN yang diresepkan 39,75%,setelah sistem 48,48%, terjadi sebelum sistem peningkatan 8,75%, sedangkan persentase obat yang tidak masuk DOEN 2011 (Non DOEN) sebelum sistem 60,25%,setelah sistem 51,52% mengalami penurunan 8,73% ini menunjukan adanya peningkatan setelah penerapan sistem kartu obat rawat inap pada ODDD. c. Rata – rata obat tiap lembar resep setelah penerapan sistem kartu obat rawat inap pada ODDD mengalami penurunan dari 6,45 menjadi 6,08 atau menurun 0,4item obat. Secara keseluruhan pola penggunaan obat mengalami peningkatan setelah penerapan sistem kartu obat rawat inap pada ODDD 2. Biaya Obat a. Pemakaian obat antihipertensi pada pasien hipertensi sebelum sistem 35,6%,setelah sistem 36,2% mengalami peningkatan 0,6%, dari 11 item obat antihipertensi terdapat 9 obat tunggal dan 2 obat kombinasi, 5 item Obat antihipertensi yang mengalami peningkatan 57 58 yaitu golongan furosemide, hidroklortiazid, kaptopril, losartan dan spironolakton. b. Biaya obat pasien hipertensi secara garis besar mengalami penurunan biaya obat, obat antihipertensi rata-rata dan total biaya obat menurun Rp 4.939,4 dan Rp 1.120.249 dan obat non antihipertensi juga mengalami penurunan biaya obat yaitu rata-rata dan total biaya obat Rp3.160,7 dan Rp1.235.079. Biaya obat generik mengalami penurunan Rp 603.815, biaya obat branded juga mengalami penurunan Rp 1.751.513 setelah penerapan sistem kartu obat rawat inap pada ODDD. Biaya obat DOEN meningkat Rp 369.084 sedangkan biaya obat non DOEN menurun Rp 2.724.412 setelah penerapan sistem kartu obat dan biaya obat pasien hipertensi berdasarkan jenis pembiayaan khususnya pada pasien Jamkesmas dan PKMG juga mengalami penurunan yaitu Rp 496.471 dan Rp 955.341. Pada pasien hipertensi rata-rata biaya obat perpasien Rp 417.524,2 sebelum sistem kartu obat rawat inap pada ODDD, menjadi Rp339.013,3menurun Rp 78.510,9 setelah penerapan sistem kartu obat rawat inap pada ODDD c. Pada penggunaan obat dan biaya obat generik, branded,DOEN dan non DOEN menunjukan aksesibilitas obat generik tinggi sedangkan aksesibilitas obat branded, DOEN,non DOEN rendah 3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan obat yaitu adanya subtitusi generik, masih aktifnya faktor pendukung sistem kartu obat yaitu petugas pengantar kartu,obat dan pengendali obat diruangan serta adanya intervensi lain yang secara komplementer baik yang mempengaruhi penerapan sistem kartu obat rawat inap pada ODDD dari manajemen rumah sakit berupa regulasi tentang kewajiban peresepan menggunakan obat generik dirawat inap. 58 59 B. Saran Dari hasil yang diperoleh maka diharapkan manajemen RSUD Liwa dalam upaya perbaikan sistem pendistribusian obat disarankan agar dapat : 1. RSUD Liwa untuk terus menerapkan sistem kartu obat rawat inap pada ODDD beserta faktor pendukungnya dan pelaksanaan diskusi maupun dialog antar tim farmasi, dokter dan perawat dalam hal pemilihan obat yang digunakan di RS serta pelaksananaan supervisi pada sistem kartu obat secara kontinyu. 2. Mengaktifkan kembali faktor pendukung sistem yaitu petugas pengantar kartu obat, pengendali obat, pengantar obat keruangan sehingga tujuan rumah sakit untuk menekan biaya obat menjadi maksimal serta kartu obat dibuat menjadi satu rangkap sehingga bila terjadi kehilangan kartu obat masih ada arsip. 3. RSUD Liwa dapat mengaktifkan kembali Komite Farmasi Terapi guna keberhasilan dalam pembuatan formularium rumah sakit dan menerapkan kebijakan subtitusi generik pada peresepan. 4. Catatan pemakaian obat pasien diruangan dibuat formulir tersendiri tidak menyatu dengan laporan perawatan harian pasien. 5. Obat yang diresepkan keluar karena tidak ada di rumah sakit hendaknya disimpan bersamaan diloker obat pasien sehingga memudahkan pemantauan pemakaian obat pasien 6. Untuk peneliti selanjutnya dapat menganalisis biaya penyakit hipertensi di RSUD Liwa berdasarkan jenis pembiayaan. 59