BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Sel Surya ( Solar Cell

advertisement
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Sel Surya (Solar Cell)
Seorang ahli fisika dari Perancis, Edmund Bequerel pertama kali
menemukan efek photovoltaic (PV) pada tahun 1839. Ia menemukan
beberapa material menghasilkan listrik dalam jumlah kecil bila
dipaparkan ke sinar. Pada tahun 1870an, Heinrich Hertz pertama kali
meneliti penemuan Bequerel pada material padat, seperti selenium.
Kemudian Selenium PV cell diciptakan untuk mengubah sinar menjadi
listrik dengan efisiensi 1% sampai 2%. Material ini digunakan selama
beberapa tahun pada light meter, yang hanya dibutuhkan tenaga dalam
jumlah kecil. Pada tahun 1905, Albert Einstein menerangkan bahwa
sinar alami dan fotoelektrik menimbulkan efek pada teknologi PV, yang
kemudian dia memenangkan hadiah Nobel dalam bidang fisika.
Pada tahun 1940an dan awal 1950an, proses Czochralski
dikembangkan dan digunakan untuk menghasilkan kristal silikon dengan
kemurnian tinggi. Kemudian pada tahun 1954 berdasarkan pada proses
Czochralski, kristal silicon photovoltaic cell pertama dikembangkan oleh
Chapin, Fuller dan Pearson di Bell Laboratories dengan efisiensi 6%.
Selama krisis energi tahun 1970an, teknologi photovoltaic mendapatkan
pengakuan sebagai sumber tenaga untuk pemakaian selain untuk angkasa
luar. Photovoltaic dapat diakui dan memiliki efisiensi sekitar 18% pada
tiga puluh tahun yang lalu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
2.2 Sel Surya
Sel surya yang biasa disebut juga fotovoltaik adalah sebuah alat
yang tersusun dari material semikonduktor yang dapat mengubah sinar
matahari menjadi tenaga listrik secara langsung. Sel surya pada dasarnya
terdiri atas sambungan p-n yang sama fungsinya dengan sebuah dioda.
Sederhananya, ketika sinar matahari mengenai permukaan sel surya,
energi yang dibawa oleh sinar matahari ini akan diserap oleh elektron
pada sambungan p-n untuk berpindah dari bagian dioda p ke n dan untuk
selanjutnya mengalir ke luar melalui kabel yang terpasang ke sel. Ketika
disinari, umumnya satu sel surya komersil menghasilkan tegangan DC
sebesar 0.5 sampai 1 volt dan arus short circuit dalam skala milliampere
per cm2. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai
aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri
membentuk modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36
sel surya dan total menghasilkan tegangan DC sebesar 12V dalam
kondisi penyinaran standar.
Sel surya hanya merupakan satu komponen penyerap cahaya yang
langsung mengkonversi cahaya menjadi listrik. Agar listrik dari sel surya
ini dapat dimanfaatkan, maka sel surya membutuhkan apa yang disebut
dengan Balance Of System (BOS) yang paling minim terdiri atas baterai
(untuk menyimpan kelebihan muatan listrik guna pemakaian darurat atau
malam hari), serta controller untuk mengatur secara optimal daya
keluaran sel surya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
2.2.1
Konstruksi Sel Surya
Sel surya terbuat dari beberapa bahan jenis semi konduktor. Bahan
semikonduktor sendiri merupakan bahan yang dapat menghantarkan arus
listrik saat disuplai dengan cahaya atau panas, tetapi pada suhu rendah
akan beroperasi sebagai insulator. Pada saat ini 95 persen dari sel surya
di dunia dibuat dengan menggunakan Sillikon (Si). Selain sebagai bahan
terbanyak kedua di bumi, dalam proses pengolahannya silikon tidak akan
merugikan lingkungan. Dengan "hanya" mendopingnya dengan bahan
material lain (bahan bermuatan positif atau negatif), silikon dapat
digunakan untuk memproduksi sel surya. Dua layer silikon yang telah di
doping berbeda akan digabungkan dan menghasilkan p-n junction.
Gambar 2.1 Konstruksi sel surya
2.2.2
Susunan Sel Surya
Sel surya tersusun dari potongan silikon yang sangat kecil dengan
dilapisi bahan kimia khusus untuk membuat dasar dari sel surya. sel
surya pada umumnya memiliki ketebalan minimum 0,3 mm yang terbuat
dari irisan bahan semikonduktor dengan kutub positif dan negatif. Tiap
sel surya biasanya menghasilkan tegangan 0,5 Volt. Sel surya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
merupakan elemen aktif (Semikonduktor) yang memanfaatkan efek
fotovoltaik untuk merubah energi matahari menjadi energi listrik.
Gambar 2.2 Susunan Semikonduktor Tipe-N
Gambar 2.3 Susunan semikonduktor tipe-P
Pada sel surya terdapat sambungan (junction) antara dua lapisan
tipis yang terbuat dari bahan semikonduktor yang masing-masing
diketahui sebagai semikonduktor jenis “P” (positif) dan semikonduktor
jenis “N” (negatif). Semikonduktor jenis-N dibuat dari kristal silikon dan
terdapat juga sejumlah material lain (umumnya fosfor) dalam batasan
bahwa material tersebut dapat memberikan suatu kelebihan elektron.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Gambar 2.4 Sambungan Semikonduktor Tipe-N dan Tipe-P
Elektron adalah partikel sub atom yang bermuatan negatif,
sehingga silikon paduan dalam hal ini disebut sebagai semikonduktor
jenis-N (negatif). Semikonduktor jenis-P juga terbuat dari kristal silikon
yang didalamnya terdapat sejumlah kecil materi lain (umumnya boron)
yang menyebabkan material tersebut kekurangan satu elektron bebas.
Kekurangan atau hilangnya elektron ini disebut lubang (hole). Karena
tidak ada atau kurangnya elektron yang bermuatan listrik negatif maka
silikon paduan dalam hal ini sebagai semikonduktor jenis-P (positif).
2.2.3
Prinsip Kerja Sel Surya
Sel
surya
merupakan
suatu
semikonduktor
yang
dapat
menghasilkan listrik jika diberikan sejumlah energi cahaya. Proses
penghasilan energi listrik itu diawali dengan proses pemutusan ikatan
elektron pada atom-atom yang tersusun dalam kristal semikonduktor
ketika diberikan sejumlah energi (hf). Salah satu bahan semikonduktor
yang biasa digunakan sebagai sel surya adalah kristal silikon.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Gambar 2.5 Penampang dan Dimensi dari Kristal Silikon
Ketika suatu kristal silikon di-doping dengan unsur golongan
kelima, misalnya arsen, maka atom-atom arsen itu akan menempati
ruang diantara atom-atom silikon yang mengakibatkan munculnya
elektron bebas pada material campuran tersebut. Elektron bebas tersebut
berasal dari kelebihan elektron yang dimiliki oleh arsen terhadap
lingkungan sekitarnya, dalam hal ini adalah silikon. Semikonduktor jenis
ini kemudian diberi nama semikonduktor tipe-n. Hal yang sebaliknya
terjadi jika kristal silikon di-doping oleh unsur golongan ketiga,
misalnya boron, maka kurangnya elektron valensi boron dibandingkan
dengan silikon mengakibatkan munculnya hole yang bermuatan positif
pada
semikonduktor
tersebut.
Semikonduktor
ini
dinamakan
semikonduktor tipe-p. Adanya tambahan pembawa muatan tersebut
mengakibatkan semikonduktor ini akan lebih banyak menghasilkan
pembawa muatan ketika diberikan sejumlah energi tertentu, baik pada
semikonduktor tipe-n maupun tipe-p.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Gambar 2.6 Semikonduktor Tipe-P (kiri) dan Tipe-N (kanan)
Gambar 2.7 Diagram Pita Energi Semikonduktor Tipe-P (kiri) dan Tipe-N
(kanan) Sambungan P-N
Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n disambungkan maka akan
terjadi difusi hole dari tipe-p menuju tipe-n dan difusi elektron dari tipen menuju tipe-p. Difusi tersebut akan meninggalkan daerah yang lebih
positif pada batas tipe-n dan daerah lebih negatif pada batas tipe-p. Batas
tempat terjadinya perbedaan muatan pada sambungan p-n disebut dengan
daerah deplesi. Adanya perbedaan muatan pada daerah deplesi akan
mengakibatkan munculnya medan listrik yang mampu menghentikan
laju difusi selanjutnya. Medan listrik tersebut mengakibatkan munculnya
arus drift. Namun arus ini terimbangi oleh arus difusi sehingga secara
keseluruhan tidak ada arus listrik yang mengalir pada semikonduktor
sambungan p-n tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Gambar 2.8 Medan Listrik Internal
Elektron-elektron
yang
terlepas
dari
atom-atom
kristal
semikonduktor dapat mengalir sehingga menimbulkan energi listrik
karena elektron merupakan partikel bermuatan yang mampu dipengaruhi
oleh medan listrik. Kehadiran medan listrik pada elektron dapat
mengakibatkan elektron bergerak. Hal inilah yang dilakukan pada sel
surya sambungan p-n, yaitu dengan menghasilkan medan listrik pada
sambungan p-n agar elektron dapat mengalir akibat kehadiran medan
listrik tersebut.
Ketika semikonduktor sambungan p-n disinari maka akan terjadi
pelepasan elektron dan hole pada semikonduktor tersebut. Lepasnya
pambawa muatan tersebut mengakibatkan penambahan kuat medan
listrik di daerah deplesi. Adanya kelebihan muatan ini akan
mengakibatkan muatan ini bergerak karena adanya medan listrik pada
daerah deplesi. Pada keadaan ini, arus drift lebih besar daripada arus
difusi sehingga secara keseluruhan dihasilkan arus berupa arus drift,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
yaitu arus yang dihasilkan karena kemunculan medan listrik. Arus inilah
yang kemudian dimanfaatkan oleh sel surya sambungan p-n sebagai arus
listrik.
Jenis-jenis Sel Surya
2.2.4
A. Monokristal (Mono-crystalline)
Merupakan panel yang paling efisien yang dihasilkan dengan
teknologi terkini dan menghasilkan daya listrik persatuan luas yang
paling
tinggi.
Monokristal
dirancang
untuk
penggunaan
yang
memerlukan konsumsi listrik besar pada tempat-tempat yang beriklim
ekstrim dan dengan kondisi alam yang ganas. Memiliki efisiensi sampai
dengan 15% - 20% . Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan
berfungsi baik ditempat yang cahaya mataharinya kurang (teduh),
efisiensinya akan turun drastis dalam cuaca berawan.
B. Polikristal (Poly-crystalline)
Merupakan sel surya yang memiliki susunan kristal acak karena
dipabrikasi dengan proses pengecoran. Tipe ini memerlukan luas
permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan jenis monokristal
untuk menghasilkan daya listrik yang sama. Sel surya jenis ini memiliki
efisiensi lebih rendah dibandingkan dengan tipe monokristal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
C. Amorphous
Silikon amosphous (a-Si) digunakan sebagai bahan baku panel sel
surya untuk kalkulator pada waktu tertentu. Meskipun kinerjanya rendah
daripada sel surya c-Si (crystaline) tradisional, hal ini tidak terlalu
penting dalam kalkulator, yang menggunakan tenaga yang sangat minim.
Saat ini, perkembangan pada teknik a-Si membuat mereka menjadi lebih
efektif untuk area yang luas yang digunakan sel suryas panel. Efisiensi
tinggi dapat dicapai dengan penyusunan beberapa layar sel a-Si yang
tipis di bagian atas satu sama lain, setiap rangkaian diatur untuk bekerja
dengan pada frekuensi cahaya tertentu. Keuntungan dasar dari a-Si
dalam skala produksi yang besar bukan pada efisiensi, tetapi pada biaya.
Sel a-Si menggunakan sekitar 1% silikon daripada sell c-Si, dan biaya
untuk silikon adalah faktor terbesar dalam biaya sel.
D. Thin Film Photovoltaic
Merupakan sel surya (dua lapisan) dengan struktur lapisan tipis
mikrokristal-silikon dan amorphous dengan efisiensi modul hingga 8,5%
sehingga untuk luas permukaan yang diperlukan per watt daya yang
dihasilkan lebih besar daripada monokristal dan polikristal.
2.3 Alat Pengatur Pengisian Baterai (Battery Charger Regulator)
Battery Charger Regulator (BCR) adalah peralatan elektronik yang
digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan diambil
dari baterai ke beban. BCR mengatur overcharging dan kelebihan
tegangan dari sel surya. Kelebihan tegangan dan pengisian akan
mengurangi umur baterai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Sel surya 12 V umumnya mempunyai tegangan output 16-21 V.
Jadi, tanpa BCR, baterai akan rusak oleh overcharging dan
ketidakstabilan tegangan. BCR yang baik biasanya mempunyai
kemampuan mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah terisi penuh
maka secara otomatis pengisian arus dari sel surya berhenti. BCR akan
mengisi baterai sampai level tegangan tertentu, kemudian apabila level
tegangan drop, maka akan diisi kembali.
BCR terdiri dari 1 input (2 terminal), yang terhubung dengan
output sel surya, 1 output (2 terminal) yang terhubung dengan baterai
dan 1 output (2 terminal) yang terhubung dengan beban.
1
2
3
Gambar 2.9 BCR (1) Terminal Solar Cell, (2) Terminal Baterai,
(3) Terminal Beban
Ada beberapa fungsi yang dimiliki oleh alat BCR ini, yaitu :
Pertama, untuk mengatur proses transfer energi dari sel surya yang akan
disimpan pada baterai secara efisien dan semaksimal mungkin serta
membatasi dan menghentikan arus yang mengalir ke baterai apabila
kondisi baterai tersebut dalam keadaan penuh sekaligus melakukan
pemindahan hubungan dari baterai yang sudah penuh tersebut untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
mencatu beban baik beban DC maupun AC, apabila untuk mencatu
beban AC terlebih dahulu melalui alat bantu inverter sebagai
pengkonversi tegangan DC ke AC terlebih dahulu, dengan kata lain
berfungsi sebagai indikator proses pengisian maupun pengosongan
baterai.
Kedua, alat BCR ini juga dapat berfungsi sebagai proteksi
baterai dari bahaya over charge maupun over discharge.
Yang dimaksud dengan Over Charge adalah suatu kondisi di mana
terjadi proses pemutusan pengisisan (charging) baterai pada tegangan
batas atas dengan tujuan untuk menghindari gassing yang dapat
menyebabkan penguapan air baterai dan korosi pada grid baterai
sehingga dapat mengurangi life time dari baterai.
Sedangkan Over Discharge ialah suatu kondisi di mana proses
pemutusan pengosongan (discharging) baterai pada tegangan batas
bawah
untuk
menghindari
pembebanan
berlebih
yang
dapat
menyebabkan sulfasi baterai.
Fungsi BCR yang lainnya adalah :
1. Membatasi daerah tegangan kerja baterai.
2. Menjaga atau memperpanjang umur baterai.
3. Mencegah beban berlebih terjadinya hubung singkat.
4. Sebagai pusat dari pengkabelan dan kontrol pemindahan
(change over) otomatis antara sel surya, baterai dan juga
beban.
5. Memberikan informasi kondisi sistem pada pemakaian
(indikator).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2.4 Baterai Sistem
Efisiensi dari sebuah baterai adalah merupakan sekaleng penuh
cairan kimia yang dapat menghasilkan elektron-elektron tertentu yang
dapat saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya dan
nantinya elektron tersebutlah yang menimbulkan suatu peristiwa reaksi
kimia serta mampu menciptakan arus listrik searah yang juga merupakan
sumber arus DC yang akan menyuplai tegangan pada beban yang
terpasang atau dihubungkan pada alat tersebut.
Reaksi
kimia
yang
membentuk
elektron
disebut
reaksi
elektrokimia. Atau dengan kata lain baterai ialah kumpulan sel-sel listrik
yang dihubungkan baik secara seri maupun paralel sesuai dengan
karakteristik (arus dan tegangan) beban.
Kapasitas baterai adalah jumlah dari muatan yang disimpan dalam
baterai. Unit atau satuan dari yang umum digunakan di pasaran dalam
menentukan kapasitas baterai adalah Ampere-hour (Ah). Semakin besar
nilai rating kapasitas Ah yang tertera pada baterai tersebut, maka
semakin besar pula kapasitas jumlah amper yang dapat disalurkan untuk
pemakaian berbagai jenis beban dan semakin lama waktu yang
dipergunakan untuk mengisi atau menyetrum baterai tersebut apabila
sudah habis dipakai.
Penentuan kapasitas dari sebuah baterai didasarkan pada rata-rata
waktu discharge. Sebagai contoh seebuah baterai dengan kapasitas 65
Ah dengan tegangan kerja 12 V, di mana apabila kita membutuhkan arus
untuk mencatu beban sebesar 65 Ah, maka baterai ini akan mampu
memback-up beban selama 1 jam saja. Untuk penggunaan selanjutnya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
haruslah discharge atau disestrum terlebih dahulu agar penuh kembali
seperti semula.
Ditinjau dari pemakaiannya baterai dibagi menjadi dua macam,
yaitu :
1. Sel primer (primary cell)
Sel listrik primer merupakan sel listrik yang kapasitasnya sudah
berkurang atau sudah habis masa/umurnya pakainya, maka material
aktifnya tidak bisa dinormalkan kembali seperti semula dan
biasanya sel seperti ini disebut juga dengan sel listrik habis/sekali
pakai.
2. Sel sekunder (secondary cell)
Sel listrik sekunder merupakan sel listrik yang apabila kapasitas
pemakaiannya sudah berkurang, maka material aktifnya dapat
dinormalkan kembali (diisi ulang) dan biasanya sel listrik seperti itu
disebut juga sebagai sistem sel listrik discharge
2.4.1 Tegangan Baterai
Agar sebuah baterai atau sel dapat mengalirkan arus listrik, antara
anoda dan katoda harus terdapat beda potensial. Beda potensial ini dapat
disebut sebagai tegangan baterai. Tegangan baterai adalah karakteristik
dasar dari baterai, yang ditentukan oleh reaksi kimia dalam baterai,
konsentrasi komponen baterai, dan polarisasi baterai. Potensial listrik
dari kebanyakan reaksi kimia adalah 2 volt, sedangkan kebanyakan
beban memerlukan tegangan sebesar 12 V, maka beberapa sel baterai
tersebut diserikan sebanyak enam buah, sehingga membentuk baterai
yang mempunyai tegangan 12 V. Ada dua jenis tegangan pada baterai,
yaitu tegangan sel terbuka (OCV) dan tegangan sel tertutup (CCV).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Tegangan rangkaian terbuka adalah tegangan baterai saat tidak diberi
beban, sedangkan tegangan rangkaian tertutup adalah pada saat baterai
diberi beban.
2.4.2 Kapasitas Baterai
Kapasitas sebuah baterai atau sel adalah banyak muatan yang
tersedia dan diungkapkan dalam Ampere-hour (Ah). Ampere adalah unit
satuan untuk arus listrik yang didefinisikan sebagai banyak muatan yang
melalui sebuah konduktor dalam satu detik. Besarnya kapasitas baterai
ini dipengaruhi oleh banyaknya material aktif, elektrolit, dan luas plat.
Kapasitas baterai diukur dengan cara melepaskan muatan dengan arus
konstan hingga mencapai tegangan terminalnya. Besarnya kapasitas
baterai dihitung dengan perkalian arus pelepasan muatan dengan waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai tegangan terminalnya.
C=I.t
Dimana :
C = Kapasitas Baterai
I = Besarnya arus yang mengalir
T = Waktu (jam)
Istilah umum lain yang sering digunakan untuk menggambarkan
kemampuan baterai untuk mengirimkan arus adalah tingkat kapasitas
(rated capacity)
.
2.4.3 Parameter Charging dan Discharging Baterai
Karena baterai berfungsi untuk menyimpan energi, maka baterai
tersebut akan mengalami siklus charging atau pemberian muatan, dari sel
surya / charger lain mengalirkan arus kebaterai, dan siklus discharging
atau pelepasan muatan, dari baterai tersebut mengalirkan arus kebeban.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Nilai charging, dalam ampere, adalah sejumlah muatan yang diberikan
pada baterai persatuan waktu. Sedangkan discharging, dalam ampere,
adalah sejumlah muatan yang digunakan kerangkaian luar (beban), yang
diambil dari baterai. Nilai charging/discharging ini dinyatakan dalam
arus. Dan besarnya bergantung pada kapasitas dari baterai dan lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk proses tersebut. Nilai discharge ditentukan
dengan membagi kapasitas baterai (Ah) dengan jam yang dibutuhkan
untuk charging/discharging baterai. contohnya, kapasitas baterai 500 Ah
secara teori dapat didischarge untuk tegangan cut off selama 20 jam
dengan nilai dischargenya 500 Ah/ 20 h = 25 A. lalu, jika tegangan
baterai 12 V, maka daya yang diberikan kebeban adalah 25 A x 12 V =
300 W. Nilai charging dan discharging berpengaruh terhadap nilai
kapasitas baterai. Jika baterai didischarge sangat cepat (arus discharge
tinggi), maka sejumlah energi yang dapat digunakan oleh baterai
menjadi berkurang sehingga kapasitas baterai menjadi lebih rendah. Hal
ini dikarenakan kebutuhan suatu materi/komponen untuk reaksi yang
terjadi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk bergerak ke posisi
yang seharusnya. Hanya sejumlah reaktan yang diubah kebentuk lain,
sehingga energi yang tersedia menjadi berkurang. Baterai sendiri
mempunyai karakteristik, sebagai berikut :
1. Self Discharge
Pelepasan muatan sendiri merupakan hilangnya muatan sedikit
demi sedikit pada elektroda positif atau/dan negatif saat baterai tidak
digunakan (rangkaian terbuka). Salah satu penyebab pelepasan muatan
sendiri adalah penurunan sedikit demi sedikit kondisi oksidasi pada
elektroda positif.
a. Potensial campuran (mixed potential)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Reaksi sekunder juga dapat menyebabkan pelepasan muatan
sendiri ketika elektroda memungkinkan saat kesetimbangan potensial.
Selanjutnya, reaksi sekunder dan reaksi pelepasan muatan akan
membentuk “potensial campuran” seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.10 Potensial Campuran antara Pelepasan Muatan Elektroda dan
Evolusi Hidrogen yang Menghasilkan Pelepasan Muatan Sendiri.
Kedua reaksi elektrokimia saling mengimbangi sehingga
mengakibatkan pelepasan muatan sedikt demi sedikit. Kurva
arus/tegangan yang curam menunjukkan pelepasan muatan pada
elektroda. Naiknya kurva dengan cepat menunjukkan reaksi tersebut
memiliki karakteristik tegangan lebih yang rendah, artinya untuk
tingkat pelepasan muatan yang tinggi dapat dicapai dengan tegangan
lebih yang rendah. Tingginya tegangan lebih, menandai reaksi evolusi
hidrogen, dinyatakan oleh kenaikan bertahap kurva arus. Saat
rangkaian terbuka, reaksi pelepasan muatan dan evolusi hidrogen
harus seimbang satu sama lain karena tidak ada arus yang melewati
kedua elektroda. Hasil dari keseimbangan ini adalah potensial
campuran UM pada gambar 2.10. Potensial campuran tidak dalam
kesetimbangan potensial, karena terjadi dua reaksi yang yang berbeda
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
sehingga akibatnya terjadi pelepasan muatan bertahap pada elektroda
negatif.
b. Mekanisme pelepasan muatan lebih lanjut
Pelepasan muatan sendiri juga dapat disebabkan oleh zat yang
dapat beroksidasi atau mereduksi di elektrolit saat mencapai elektroda
positif atau negatif. Efek ini disebut juga “shuttle”.
c. Pelepasan muatan sendiri nyata (apparent self-discharge)
Setelah sel primer disimpan cukup lama, kenaikan resistansi
internal sering disalahartikan sebagai pelepasan muatan sendiri.
Kapasitas yang dikirimkan selanjutnya akan berkurang seiring
bertambahnya tegangan jatuh, meskipun elektroda masih terisi penuh.
d. Rugi kapasitas selama penyimpanan
Karena penyebab-penyebab yang telah disebutkan di atas,
kapasitas baterai akan berkurang selama penyimpanan. Banyaknya
rugi kapasitas baterai ini ditentukan oleh sistem, konstruksi, dan
kondisi penyimpanan, seperti temperatur.
2. Depth Of Discharge
Pada kebanyakan baterai, energi yang disimpan baterai tidak dapat
dikeluarkan semuanya, karena akan memiliki dampak negatif berupa
kerusakan dari baterai. Depth of discharge (DOD) ini menentukan daya
maksimum yang dapat digunakan dari baterai. Jadi dari kapasitas yang
tersedi dari spesifikasinya, tidak semuanya dapat digunakan. Hal ini
terjadi karena pengambilan seluruh kapasitas baterai dapat mengurangi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
lifetime dari baterai. jadi DOD dapat dikatakan energi yang dapat
digunakan dari baterai dan ditetapkan oleh manufaktur.
2.5
Arduino UNO
Arduino adalah sebuah board mikrokontroller yang berbasis
ATmega328. Arduino memiliki 14 pin input/output yang mana 6 pin
dapat digunakan sebagai output PWM, 6 analog input, crystal osilator 16
MHz, koneksi USB, jack power, kepala ICSP, dan tombol reset. Arduino
mampu men-support mikrokontroller agar dapat dikoneksikan dengan
komputer menggunakan kabel USB.
Gambar 2.11 Board Arduino UNO
Arduino
memiliki
kelebihan
tersendiri
dibanding
board
mikrokontroller yang lain selain bersifat open source, arduino juga
mempunyai bahasa pemrogramannya sendiri yang berupa bahasa C.
Selain itu dalam board arduino sendiri sudah terdapat loader yang
berupa
USB
sehingga
memudahkan
ketika
kita
memrogram
mikrokontroller didalam arduino. Sedangkan pada kebanyakan board
mikrokontroller yang lain yang masih membutuhkan rangkaian loader
terpisah untuk memasukkan program ketika kita memprogram
mikrokontroller. Port USB tersebut selain untuk loader ketika
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
memrogram, bisa juga difungsikan sebagai port komunikasi serial.
Arduino menyediakan 20 pin I/O, yang terdiri dari 6 pin input analog
dan 14 pin digital input/output. Untuk 6 pin analog sendiri bisa juga
difungsikan sebagai output digital jika diperlukan output digital
tambahan selain 14 pin yang sudah tersedia. Untuk mengubah pin analog
menjadi digital cukup mengubah konfigurasi pin pada program. Dalam
board kita bisa lihat pin digital diberi keterangan 0-13, jadi untuk
menggunakan pin analog menjadi output digital, pin analog yang pada
keterangan board 0-5 kita ubah menjadi pin 14-19. dengan kata lain pin
analog 0-5 berfungsi juga sebagi pin output digital 14-16.
Sifat open source arduino juga banyak memberikan keuntungan
tersendiri untuk kita dalam menggunakan board ini, karena dengan sifat
open source komponen yang kita pakai tidak hanya tergantung pada satu
merk, namun memungkinkan kita bisa memakai semua komponen yang
ada dipasaran.
Bahasa pemrograman arduino merupakan bahasa C yang sudah
disederhanakan bahasa pemrogramannya sehingga mempermudah kita
dalam mempelajari dan mendalami mikrokontroller. Berikut ini adalah
konfigurasi dari arduino UNO :

Mikronkontroler ATmega328

Beroperasi pada tegangan 5V

Tegangan input (rekomendasi) 7 - 12V

Batas tegangan input 6 - 20V

Pin digital input/output 14 (6 mendukung output PWM)

Pin analog input 6

Arus pin per input/output 40 mA

Arus untuk pin 3.3V adalah 50 mA
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26

Flash Memory 32 KB (ATmega328) yang mana 2 KB
digunakan oleh bootloader

SRAM 2 KB (ATmega328)

EEPROM 1KB (ATmega328)

Kecepatan clock 16 MHz
Arduino dapat diberikan power melalui koneksi USB atau power
supply. Power-nya dipilih secara otomatis. Power supply dapat
menggunakan adaptor DC atau baterai. Adaptor dapat dikoneksikan
dengan menghubungkan jack adaptor pada koneksi port input supply.
Board arduino dapat dioperasikan menggunakan supply dari luar sebesar
6 - 20 volt. Jika supply kurang dari 7V, kadangkala pin 5V akan
menyuplai kurang dari 5 volt dan board bisa menjadi tidak stabil. Jika
menggunakan lebih dari 12 V, tegangan di regulator bisa menjadi sangat
panas dan menyebabkan kerusakan pada board. Rekomendasi tegangan
ada pada 7 sampai 12 volt. Penjelasan pada pin power adalah sebagai
berikut :

Vin
Tegangan input ke board arduino ketika menggunakan
tegangan dari luar (seperti yang disebutkan 5 volt dari
koneksi
USB
atau
tegangan
yang
diregulasikan).
Pengguna dapat memberikan tegangan melalui pin ini,
atau jika tegangan suplai menggunakan power jack,
aksesnya menggunakan pin ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27

5V
Regulasi
power
supply
digunakan
untuk
power
mikrokontroller dan komponen lainnya pada board. 5V
dapat melalui Vin menggunakan regulator pada board,
atau supply oleh USB atau supply regulasi 5V lainnya.

3V3
Suplai 3.3 volt didapat oleh FTDI chip yang ada di board.
Arus maximumnya adalah 50mA. Pin Ground berfungsi
sebagai jalur pentanahan pada arduino.
Memori ATmega328 memiliki 32 KB flash memori untuk
menyimpan kode, juga 2 KB yang digunakan untuk bootloader.
ATmega328 memiliki 2 KB untuk SRAM dan 1 KB untuk EEPROM.
Input dan Output Setiap 14 pin digital pada arduino dapat digunakan
sebagai
input
atau
output,
menggunakan
fungsi
pinMode(),
digitalWrite(), dan digitalRead(). Input/output dioperasikan pada 5 volt.
Setiap pin dapat menghasilkan atau menerima maximum 40 mA dan
memiliki internal pull-up resistor (disconnected oleh default) 20-50
KOhms. Beberapa pin memiliki fungsi sebagai berikut :

Serial : 0 (RX) dan 1 (TX) : Digunakan untuk menerima
(RX) dan mengirim (TX) TTL data serial. Pin ini
terhubung pada pin yang koresponding dari USB FTDI ke
TTL chip serial.

Interupt eksternal : 2 dan 3. Pin ini dapat dikonfigurasikan
untuk trigger sebuah interap pada low value, rising atau
falling edge, atau perubahan nilai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28

PWM : 3, 5, 6, 9, 10, dan 11. Mendukung 8-bit output
PWM dengan fungsi analogWrite().

SPI : 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin ini
mensuport komunikasi SPI, yang mana masih mendukung
hardware, yang tidak termasuk pada bahasa arduino.

LED : 13. Ini adalah dibuat untuk koneksi LED ke digital
pin 13.Ketika pin bernilai HIGH, LED hidup, ketika pin
LOW, LED mati.
2.6
Driver Motor DC
Modul ini memunginkan arduino untuk mendrive 2 buah motor
DC. Modul ini menggunakan IC L298 yang dapat digunakan sebagai
driver motor DC. IC ini meggunakan prinsip kerja H-Bridge. Tiap HBridge dikontrol menggunakan level tegangan TTL yang berasal dari
output mikrokontroller. Tegangan yang dapat digunakan untuk
mengendalikan motor bisa mencapai 48VDC dan arus 2A untuk setiap
kanalnya.
Untuk pengaturan kecepatan putaran motor pada modul ini
dilakukan dengan cara pengontrolan PWM yang dikirimkan ke
rangkaian driver oleh arduino.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2.7 Motor (aktuator)
Gambar 2.12 Motor (Aktuator)
Motor aktuator sering juga disebut rotator atau protator yang
intinya adalah sebagai penggerak, digunakan untuk tracking pengarah
suatu objek. Berikut adalah bagian-bagian dari motor aktuator :
a. Motor (dinamo)
Motor ini merupakan motor DC jenis brushed 36V, yang
terdiri dari magnet, kumparan dan brush.
Gambar 2.13 Magnet (kiri), Rotor Kumparan (kiri) dan Brush (kanan)
b. Gearbox
Sistem gearbox terdapat 2 arah, yaitu gerakan dari motor
menuju final gear dan dari motor menuju ke limit switch.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Final gear berfungsi untuk memanjangkan stik aktuator
dan limit switch berfungsi untuk memutuskan arus pada
dinamo apabila aktuator sudah sampai batas atas maupun
batas bawah.
Gambar 2.14 Final Gear Penghubung Drat Stik Aktuator
c. Stik aktuator
Pada stik aktuator ini terdapat 2 buah ball join yang
berfungsi sebagai dudukan yang fleksibel pada mounting.
Bagian dalam stik aktuator ini terdapat drat panjang yang
berfungsi
memanjangkan
dan
memendekkan
stik.
Dudukan drat ini di-mounting oleh laker yang sudah paten
dengan housing stik aktuator.
Gambar 2.15 Ball join Bawah (kiri) dan Atas (kanan)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
d. Sistem sensor
Hanya terdapat reet switch sensor dan magnet saja pada
sistem ini. Magnet berfungsi dipasangkan pada final gear
agar mengikuti pergerakan putaran final gear. Reet switch
sendiri berfungsi menyensor perpindahan putaran magnet.
Gambar 2.16 Magnet (kiri), Reet Switch (kiri) dan Sensor (kanan)
e. Limit switch
Limit switch merupakan saklar pemutus arus listrik yang
menuju ke dinamo. Bagian penekan limit switch berupa
tonjolan yang turut berputar seiring motor berputar,
karena bagian ini terhubung dengan gearbox juga. Pada
limit switch juga terdapat dioda yang berfungsi sebagai
katup penyearah arus listrik (supaya ketika limit switch
aktif motor masih bisa berputar balik, namun tidak bisa
berputar maju.
Gambar 2.17 Limit switch sensor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
2.8 LDR (Light Dependent Resistor)
LDR terbuat dari Cadmium Sulphide (CdS). LDR merupakan salah
satu jenis dari non-linear resistor yang berfungsi mengubah intensitas
cahaya menjadi nilai tahanan. Nilai tahanan LDR berubah sesuai dengan
intensitas cahaya yang diterima oleh LDR. Bila LDR menerima
intensitas cahaya yang besar maka nilai resistansinya akan turun,
sehingga
LDR
seolah-olah
merupakan
saklar
yang
terhubung.
Sedangkan bila LDR menerima intensitas cahaya yang rendah maka nilai
resistansinya akan naik, sehingga LDR seolah-olah merupakan saklar
yang terputus.
Gambar 2.18 Struktur LDR
2.9 Literatur Review
Dalam subbab ini akan dibahas review terhadap literatur – literatur
terdahulu yang telah membahas tentang solar tracker.
2.9.1 Solar Tracking System
Dalam proyek ini Wasana [5] menggunakan 2 buah LDR dan 4
buah Op-Amp sebagai komparator, pertama untuk drive West, kedua
untuk drive East, ketiga untuk pembatas dan keempat untuk berhenti.
Kekurangan dari proyek ini dibandingkan dengan yang penulis buat
adalah menggunakan rangkaian elektronik untuk kontrol pergerakan
solar cell yang terlalu rumit, hanya dapat digunakan untuk solar cell
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
berukutan kecil dan tidak adanya sistem penyimpanan daya
yang
dihasilkan solar cell.
2.9.2 Simple Dual Axis Solar Tracker
Dalam proyek ini Joshua [6] menggunakan arduino dan 4 buah
LDR yang membuat pembacaan cahaya matahari lebih presisi sehingga
solar cell dapat menyerap cahaya matahari lebih optimal lagi, akan tetapi
motor yang digunakan adalah motor servo yang hanya bisa digunakan
untuk solar cell berukuran kecil dan tidak adanya sistem penyimpanan
daya.
2.9.3 Kesimpulan
Dari kedua literatur diatas dapat dilihat ada kelebihan dan
kekurangan dibandingkan dengan solar tracker yang penulis buat. Untuk
lebih jelasnya perbandingan antara ketiga proyek dapat dilihat pada tabel
2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan solar tracker
Solar Tracker
Simple Dual Axis
Solar Tracking
Berbasis Arduino
Solar Tracker
System
Tipe Kontrol
Arduino
Arduino
Rangkaian Op-Amp
Total Sensor
2 sensor
4 sensor
2 sensor
Tipe Sirkuit
mudah
Mudah
Rumit
Ya
Tidak
Tidak
Deskripsi
Penyimpanan
Energi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download