BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Harga Pasar Obligasi
Sebelum seorang investor memutuskan untuk membeli atau menjual sebuah
obligasi, hal utama yang dilihat terlebih dahulu adalah harga pasar obligasi tersebut.
Harga suatu sekuritas, termasuk obligasi akan ditentukan oleh nilai intrinsik dari
sekuritas tersebut. Nilai intrinsik suatu obligasi sama dengan nilai sekarang dari aliran
kas yang diharapkan dari obligasi tersebut, dengan demikian nilai intrinsik obligasi
dapat diketahui dengan mendiskontokan semua aliran kas yang berasal dari
pembayaran kupon obligasi ditambah pelunasan obligasi sebesar nilai par yang akan
diterima pada saat jatuh tempo (Tandelilin, 2010 : 271). Berdasarkan teori, harga dari
obligasi merupakan hasil jumlah present value dari arus kas yang diharapkan selama
periode hingga jatuh tempo obligasi tersebut. Maka dari itu, dalam menentukan harga
pasar obligasi perlu ditentukan atau diestimasikan nilai dari arus kas selama periode
dan estimasi dari yield yang diharapkan
Penentuan harga pasar obligasi relatif lebih mudah karena waktu dan besarnya
aliran kas obligasi sudah dapat diketahui sebelumnya. Pada saat membeli obligasi
investor akan mengetahui kapan waktu dan berapa besar pembayaran bunga selama
umur obligasi, serta besarnya pembayaran nilai prinsipal pada saat obligasi tersebut
jatuh tempo. Atau dengan kata lain, investor sudah mengetahui aliran kas masuk yang
13
akan diterima hingga obligasi tersebut jatuh tempo pada saat membeli obligasi. Harga
pasar obligasi penting diketahui oleh investor untuk mengetahui kapan waktu yang
tepat untuk membeli atau menjual obligasi.
Harga pasar obligasi selalu berfluktuasi karena adanya aktivitas permintaan
dan penawaran. Fabozzi (2000 : 545) menyatakan penyebab perubahan harga obligasi
antara lain :
1. Terdapat perubahan harga obligasi diskonto dan obligasi premi, tanpa
adanya perubahan hasil diinginkan, semata-mata karena obligasi semakin
mendekati waktu jatuh tempo.
2. Terdapat perubahan dalam hasil yang diinginkan yang disebabkan oleh
perubahan hasil pada obligasi-obligasi pembanding. Ini berarti terjadi
perubahan suku bunga pasar.
2.1.2
Suku Bunga
Boediono (2000 : 76) mendefinisikan pengertian suku bunga adalah harga dari
penggunaan dana investasi. Sunariyah (2006 : 80) menyatakan suku bunga
merupakan harga dari pinjaman. Suku bunga merupakan salah satu indikator dalam
menentukan apakah seseorang akan memilih untuk berinvestasi atau menyimpan
dananya di bank atau lembaga keuangan lainnya. Semakin tinggi suku bunga, akan
semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung. Tetapi jika suku bunga
menurun masyarakat akan cenderung berinvestasi pada sekuritas keuangan.
14
Suku bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh
debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur. Adapun fungsi suku bunga menurut
Sunariyah (2006 : 81) yaitu :
1. Sebagai daya tarik bagi para nasabah yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan.
2. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan
penawaran dana permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.
3. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang yang
beredar.
2.1.2.1 Suku Bunga SBI
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan tingkat suku bunga
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai acuan bagi suku bunga pinjaman
maupun
simpanan
bagi
bank
dan
atau
lembaga
keuangan
di
seluruh
Indonesia.Rismawati (2010) mendefinisikan suku bunga SBI sebagai instrumen suku
bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol peredaran uang di
masyarakat. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan
sistem diskonto/bunga.
Sabar Warsini (2009) menyatakan harga pasar suatu obligasi ditentukan oleh
tingkat suku bunga dipasar uang. Jadi apabila terjadi perubahan tingkat suku bunga
dipasar uang, maka harga pasar obligasi akan terkoreksi. Apabila tingkat suku bunga
15
naik maka harga pasar obligasi akanmenurun, dan sebaliknya apabila tingkat suku
bunga turun maka harga pasar obligasi akan meningkat. Dalam berinvestasi obligasi
biasanya investor akan membandingkan suku bunga yang berlaku umum di pasaran
sebelum melakukan investasi obligasi sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk
berinvestasi.
Suku bunga dapat mempengaruhi pasar modal, salah satunya melalui
peningkatan suku bunga SBI yang diikuti dengan suku bunga tabungan. Dengan
peningkatan suku bunga tabungan, maka investor cenderung akan mengalihkan
dananya dari obligasi ke tabungan atau deposito, karena bunga yang tinggi dan risiko
yang lebih kecil. Dengan demikian, banyak investor menjual obligasinya dan
mengalihkan dananya ke pasar uang dengan asumsi permintaan obligasi tetap dan
penawaran obligasi meningkat, sehingga menyebabkan turunnya harga pasar obligasi.
2.1.3
Nilai Tukar
Nilai tukar mata uang adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata
uang domestik atau dapat dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang
asing.Nilai tukar merupakan perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang
lainnya.Perubahan nilai mata uang dipengaruhi oleh permintan dan penawaran mata
uang tersebut (Simorangkir, 2005).
Nilai tukar mata uang asing atau kurs menyatakan hubungan nilai diantara
mata uang yang berbeda dan diperdagangkan satu sama lain (Lipsey et al. 1995).
16
Sedangkan menurut Salvatore (1996) kurs didefinisikan sebagai harga mata uang luar
negeri dalam satuan mata uang dalam negeri.Kurs mata uang asing mengalami
perubahan nilai yang terus menerus dan relatif tidak stabil. Hukum ini juga berlaku
untuk rupiah, jika permintaan akan rupiah lebih banyak dari pada penawaran maka
rupiah akan terapresiasi dan apabila penawaran rupiah lebih sedikit dari pada
permintaan maka rupiah akan terdepresiasi.
Bagi investor depresiasi rupiah terhadap dolar menandakan bahwa prospek
perekonomian Indonesia suram.Depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor
fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat (Sunariyah, 2006). Dampak
perubahan kurs terhadap perekonomian akan tergantung pada sebagian besar tingkat
perdagangan internasional dan neraca perdagangan. Karenanya besarnya dampak
akan ditentukan oleh dominasi relatif dari ekspor dan impor sektor ekonomi (Cooper,
dkk : 2004). Menurut (Simorangkir : 2005) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
permintaan valuta asing yaitu :
1. Pembayaran import
Semakin tinggi import barang dan jasa maka semakin besar permintaan terhadap
valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah dan sebaliknya.
2. Aliran modal keluar
Semakin besar aliran modal keluar maka semakin besar permintaan valuta asing
dan akibatnya dapat melemahkan nilai tukar.
3. Kegiatan spekulasi
17
Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulan
(orang di pasar valas yang bertujuan mendapatkan keuntungan dari melemahnya
nilai tukar) maka makin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga
melemahkan nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing.
Dari sisi penawaran valuta asing juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Penerimaan hasil eksport
Semakin besar hasil penerimaan eksport maka permintaan terhadap mata uang
suatu negara akan meningkat yang akan meningkatkan nilai tukar.
2. Aliran modal masuk
Semakin besar aliran modal yang masuk kedalam negeri maka permintaan uang
dalam negeri akan meningkat dan meningkatkan nilai tukarnya.
2.1.4
Coupon Rate
Perusahaan dalam menerbitkan surat hutang (obligasi) akan menentukan
tingkat bunga (kupon) sebagai imbal hasil atas obligasi tersebut. Seorang emiten
dalam menarik calon investor, salah satu caranya adalah kupon obligasi yang
diterbitkan mempunyai tingkat kupon yang relatif menguntungkan bagi calon
pembeli obligasi tersebut.Hal ini dikarenakan karena bunga obligasi atau lebih
dikenal dengan kupon obligasi merupakan salah satu pertimbangan utama investor
dalam melakukan investasi (Achmad dan Greace, 2007).
18
Kupon adalah tingkat bunga yang dibayarkan oleh perusahaan emiten setiap
periode hingga waktu jatuh tempo obligasi kepada investor sebagai balas jasa atas
investasi yang ditanamkannya.Kupon adalah berupa pendapatan suku bunga yang
diterima oleh pemegang obligasi atas perjanjian dengan penerbit obligasi
tersebut.Pembayaran kupon biasanya dilakukan secara periode tertentu bisa berjangka
waktu triwulan, semester atau tahunan(Rahardjo, 2003).
Nilai kupon yang tinggi akan menarik minat investor. Jika kupon obligasi
tinggi maka harga pasar obligasi akan cenderung semakin meningkat. Sebaliknya,
jika tingkat kupon obligasi yang diberikan kecil, maka harga pasar obligasi tersebut
akan cenderung turun karena daya tarik investor atau calon pembeli untuk membeli
obligasi berkurang (Ekak, 2013).
Tingkat bunga kupon obligasi yang berlaku di Indonesia, bisa berupa tingkat
bunga tetap yang berarti tidak berubah sampai dengan jatuh tempo, tingkat bunga
mengambang yaitu tingkat bunga yang ditentukan menjelang pembayaran kupon
dengan menggunakan rata-rata bunga deposito tiga bulan pada beberapa bank yang
ditentukan ditambah dengan beberapa persen sebagai premium, dan tingkat bunga
campuran misalnya dengan menggunakan tingkat bunga tetap untuk masa satu atau
dua tahun kemudian menggunakan tingkat bunga mengambang untuk tahun-tahun
berikutnya sampai dengan jatuh tempo.
Penggunaan
jenis
kupon
sangat
tergantung
pada
prospek
kondisi
perekonomian negara di masa datang.Secara umum emiten menetapkan tingkat bunga
kupon yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang berlaku di
19
pasar agar obligasi yang diterbitkan dapat menarik investor. Livingston (1987)
menyatakan jika obligasi memiliki kupon yang rendah, akan memiliki pelepasan
harga yang murah dalam jatuh tempo yang tetap.
2.1.5
Likuiditas Obligasi
Likuiditas obligasi adalah tingginya volume dan frekuensi transaksi
perdagangan obligasi di pasar obligasi.Semakin tinggi volume dan frekuensi transaksi
perdagangan obligasi, maka pasar obligasi dapat dikatakan semakin likuid. Menurut
Yuan (2001) Likuiditas obligasi yang tinggi akan menyebabkan obligasi lebih
menarik karena tersedianya pembeli dan penjual yang lebih banyak sehingga pihak
yang memiliki obligasi dapat menjual obligasinya kapan saja.
Obligasi yang likuid adalah obligasi yang banyak beredar di kalangan
pemegang
obligasi
serta
sering
diperdagangkan
oleh
investor
di
pasar
obligasi.Apabila obligasi yang dibeli mempunyai likuiditas cukup tinggi maka harga
pasar obligasi tersebut cenderung stabil dan meningkat.Tetapi apabila likuiditas
obligasi tersebut rendah, harga pasar obligasi cenderung melemah. Oleh karena itu
pada saat membeli obligasi hendaknya memilih obligasi yang likuid yaitu yang selalu
diperdagangkan di pasar obligasi serta diminati oleh investor (Sarigdan
Arthur,
1989). Amihud dan Mendelson (1991) menyatakan bahwa likuiditas mempengaruhi
harga aset (obligasi) karena investor membutuhkan kompensasi untuk biaya
20
transaksi.Sementara itu Yuan (2001) menyatakan bahwa likuiditas obligasi sangat
penting dalam mempengaruhi harga obligasi.
Menurut Damena (2013) likuiditas obligasi adalah tingginya volume dan
frekuensi transaksi perdagangan obligasi di pasar obligasi. Semakin tinggi volume
dan frekuensi transaksi perdagangan obligasi, maka pasar obligasi dapat dikatakan
semakin likuid, karena obligasi yang likuiditasnya tinggi itu mencerminkan obligasi
yang stabil dan meningkat, sebaliknya obligasi akan melemah jika likuiditasnya
rendah.
2.2
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah biasanya disusun menggunakan kalimat tanya (Sugiyono,
2012 : 93). Berdasarkan atas rumusan masalah serta penelitian-penelitian terdahulu,
maka dirumuskanlah hipotesis sebagai berikut :
2.2.1 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Harga Pasar Obligasi
Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pasar
modal (Erawati : 2002). Suku bunga SBI merupakan instrumen keuangan yang
diterbitkan Bank Indonesia untuk mengontrol peredaran uang di masyarakat dengan
menggunakan acuan suku bunga BI (Rismawati : 2010). Suku bunga SBI merupakan
tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh BI sebagai patokan bagi suku bunga
21
pinjaman maupun simpanan bagi bank ataupun lembaga keuangan lainnya di
Indonesia.
Suku bunga merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi harga pasar
obligasi. Jika suku bunga SBI lebih tinggi dari pada tingkat kupon yang diterima
investor maka investor akan lebih tertarik menanamkan dananya dalam bentuk
deposito dengan pendapatan atau return yang lebih tinggi dan risiko yang lebih
rendah dibanding berinvestasi pada obligasi, hal tersebut akan berdampak pada
banyaknya penawaran obligasi oleh investor dengan asumsi permintaan tetap maka
akan berdampak pada penurunan harga pasar obligasi.
Sebagai bahan pertimbangan dalam berinvestasi pada obligasi, sebelumnya
investor akan membandingkan suku bunga yang berlaku di pasaran, karena harga
pasar obligasi mempunyai sifat yang bertolak belakang dengan suku bunga yang
berlaku umum di pasaran (Haryanto, 2013), dimana :
1) Apabila tingkat bunga yang berlaku umum di pasaran (SBI) menurun di bawah
tingkat bunga obligasi, maka investor akan beralih kepada obligasi, sehingga
harga obligasi meningkat dan memungkinkan investor memperoleh capital gain.
2) Apabila tingkat bunga yang berlaku umum (SBI) meningkat di atas tingkat bunga
obligasi, maka investor akan memilih berinvestasi selain obligasi, sehingga harga
obligasi akan menurun dan investor tidak memperoleh capital gain.
3) Apabila tingkat bunga yang berlaku umum (SBI) sama dengan tingkat bunga
obligasi maka harga obligasi akan sama dengan nilai nominalnya.
22
Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti pengaruh suku bunga terhadap
harga obligasi, Hadian (2013) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif
secara signifikan terhadap harga obligasi. Pendapatan yang sama dikemukakan oleh
Sukanto (2009) yang menyatakan bahwa suku bunga secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap harga obligasi. Widajati (2009) dalam penelitiannya juga
menyatakan bahwa tingkat sertifikat Bank Indonesia secara signifikan berpengaruh
negatif terhadap harga obligasi.Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya
mengenai hubungan suku bunga dan harga pasar obligasi, menjadi dasar
pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu :
H1: Suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap harga pasar obligasi.
2.2.2 Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Harga Pasar Obligasi
Nilai tukar dapat mengalami kenaikan (apresiasi) atau mengalami penurunan
(depresiasi) sesuai kondisi perekonomian. Dalam sistem perekonomian makro bila
terjadi kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar berarti terdapat supply dolar dalam
jumlah yang lebih besar dari periode sebelumnya. Hal ini terjadi karena nilai ekspor
import barang dan jasa, cadangan devisa, aliran investasi (baik dalam bentuk foreign
direct investment atau financial asset/sekuritas) mengalami peningkatan.
Nilai tukar rupiah yang menguat dan relatif stabil telah menarik kepercayaan
pemodal asing untuk menanamkan modalnya di pasar modal Indonesia, sebaliknya
23
jika nilai dolar meningkat terhadap rupiah (dolar terapresiasi) maka investor akan
cenderung beralih pada derivatif valas sehingga harga obligasi menurun.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menghasilkan beberapa pendapat
antara lain, Sukanto (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kurs berpengaruh
negatif signifikan terhadap harga obligasi. Hadian (2013) dalam penelitiannya
menyatakan nilai tukar menunjukkan hubungan yang negatif dengan harga
obligasi.Nurdin (1999) juga menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar
berpengaruh negatif signifikan terhadap harga obligasi.Berdasarkan teori dan
penelitian sebelumnya mengenai hubungan nilai tukar dan harga obligasi, menjadi
dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu:
H2 : Nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap harga pasar obligasi
2.2.3 Pengaruh Coupon Rate Terhadap Harga Pasar Obligasi
Obligasi yang mempunyai kupon tinggi di atas rata-rata suku bunga dan
kupon obligasi lainnya bisa sangat diminati oleh banyak investor.Oleh karena itu, bila
kupon obligasi tersebut cukup tinggi maka harga pasar obligasi cenderung semakin
meningkat.Begitu juga sebaliknya, apabila tingkat kupon obligasi yang diberikan
relatif kecil, harga obligasi tersebut cenderung turun karena daya tarik untuk investor
atau bagi calon pembeli obligasi tersebut sangat sedikit.
Pengertian kupon yaitu berupa pendapatan suku bunga yang akan diterima
oleh pemegang obligasi sesuai perjanjian dengan penerbit obligasi tersebut. Biasanya
24
pembayaran kupon tersebut dilakukan secara periode tertentu (Rahardjo, 2003).Bisa
berjangka waktu kuartal, semester, atau tahunan.Pembayaran kupon ini ditentukan
sebelumnya sampai masa jatuh tempo obligasi tersebut.
Beberapa penelitian yang meneliti hubungan antara coupon rate dengan harga
obligasi menghasilkan beberapa pendapat antara lain, penelitian yang dilakukan
Nurfauziah dan Adistien (2004) menyatakan bahwa kupon yang tinggi akan
menyebabkan investor memperoleh manfaat yang lebih besar. Pendapat yang sama
dikemukakan oleh Idris (2009) yaitu tingkat kupon yang tinggi membuat investor
cenderung untuk membeli obligasi karena dianggap memberikan manfaat dan
keuntungan. Mardika (2008) juga menyatakan hal senada yaitu untuk menarik
investor membeli obligasi maka diberikan insentif yang berupa bunga yang menarik
(kupon).Suherman (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kupon obligasi
merupakan faktor kuat yang mempengaruhi harga obligasi. Berdasarkan teori dan
penelitian sebelumnya mengenai hubungan coupon rate dan harga obligasi, menjadi
dasar pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu:
H3 :Coupon Rate berpengaruh positif signifikan terhadap harga pasar obligasi
2.2.4 Pengaruh Likuiditas Obligasi Terhadap Harga Pasar Obligasi
Likuiditas atau yang sering disebut dengan kemudahan pemasaran merupakan
kemampuan investor untuk menjual obligasi dengan cepat tanpa harus mengubah
harga secara substansial (Sharpe, 1999 : 439). Jogiyanto (2009 : 160) mendefinisikan
25
likuiditas (liquidity) atau disebut juga dengan marketability dari suatu obligasi
menunjukkan seberapa cepat investor dapat menjual obligasinya tanpa harus
mengorbankan harga obligasinya.
Obligasi yang likuid adalah obligasi yang banyak beredar di kalangan
pemegang obligasi serta sering diperdagangkan oleh investor di pasar obligasi
(Indarsih, 2013).Apabila obligasi yang dibeli mempunyai likuiditas cukup tinggi
maka harga pasar obligasi tersebut cenderung stabil dan meningkat.Tetapi apabila
likuiditas obligasi tersebut rendah, harga pasar obligasi cenderung melemah. Oleh
karena itu pada saat membeli obligasi, investor akan cenderung memilih obligasi
yang likuid yaitu obligasi yang sering diperdagangkan di pasar obligasi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Favero et al. (2008) dan menyatakan
bahwa semakin tinggi likuiditas maka semakin mudah obligasi diperjualbelikan, oleh
karena itu investor akan merasakan manfaat lebih dari obligasi yang memiliki
likuiditas tinggi. Banyaknya investor yang memilih obligasi yang likuid maka
menyebabkan terjadinya penawaran dan permintaan sehingga semakin tinggi
likuiditas obligasi maka harga obligasi akan semakin meningkat (Chen et al., 2007).
Sementara itu Yuan (2001) menyatakan bahwa likuiditas obligasi sangat penting
dalam mempengaruhi harga obligasi.
Krisnilasari (2007) dalam penelitiannya menyatakan likuiditas obligasi
memiliki hubungan yang searah dengan harga obligasi, dimana likuiditas obligasi
yang tinggi akan meningkatkan harga obligasi, sebaliknya jika likuiditas obligasi
rendah, maka harga obligasi akan cenderung menurun. Bao dan Wang (2009) dalam
26
penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara
likuiditas obligasi terhadap harga obligasi. Berdasarkan teori dan penelitian
sebelumnya mengenai hubungan likuiditas obligasi dan harga obligasi, menjadi dasar
pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu :
H4 : Likuiditas obligasi berpengaruh positif signifikan terhadap harga pasar obligasi
27
Download