Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Konsep Diri

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terelakkan dalam kehidupan
sehari-hari. Komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia.
Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan melalui komunikasi.
Komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan
pribadi untuk kontak sosial. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar,
menemukan pribadi diri sendiri dan orang lain, kita bergaul, bersahabat,
bermusuhan, mencintai atau mengasihi orang lain, membenci orang lain dan
sebagainya.
Ada beberapa bentuk komunikasi yang saat ini kita kenal, salah satunya
adalah komunikasi antarpribadi. Sebagian besar komunikasi yang kita lakukan
berlangsung
dalam
situasi
komunikasi
antarpribadi.
Situasi
komunikasi
antarpribadi ini bisa kita temui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga,
kelompok maupun organisasi.
Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan
interaktif antara seorang individu dan individu lain di mana lambang-lambang
pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Penggunaan
lambang-lambang bahasa verbal, terutama yang bersifat lisan di dalam kenyataan
kerapkali disertai dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh (body
language), seperti senyuman tertawa, dan menggeleng atau menganggukan
Universitas Sumatera Utara
kepala. Komunikasi antara pribadi umumnya dipahami lebih bersifat pribadi
(private) dan berlangsung secara tatap muka (face to face).
Komunikasi antarpribadi mempunyai berbagai macam manfaat. Melalui
komunikasi antarpribadi kita bisa mengenal diri sendiri dan orang lain,
mengetahui dunia luar dan dapat menjalin hubungan yang lebih bermakna.
Melalui komunikasi antarpribadi kita bisa melepaskan ketegangan, memperoleh
hiburan dan menghibur orang lain. Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan
untuk mengubah nilai-nilai dan sikap seseorang. Singkatnya komunikasi
antarpribadi mempunyai berbagai macam kegunaan.
Dalam kaitannya untuk mengenali diri sendiri dan orang lain, komunikasi
antarpribadi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang.
Terkait dengan pembentukannya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi
dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri.
Konsep diri individu terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang
diberikan oleh orang lain melalui proses komunikasi.
Diri pribadi adalah suatu ukuran kualitas yang memungkinkan seseorang
untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu
lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki kekhasan sendiri sebagai
manusia
ini,
tumbuh dan
berkembang
melalui
interaksi
sosial,
yaitu
berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa
kepribadian. Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap
manusia, tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa
yang telah terjadi pada diri pribadinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada
Universitas Sumatera Utara
dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri yang
kemudian kita sebut sebagai konsep diri.
Konsep diri sangat erat kaitannya dengan diri individu. Kehidupan yang
sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang
baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran,
kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang
dirinya. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina
hubungan interpersonal. Meski konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di
lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan
individu,
konsep
diri
akan
terbentuk
karena
pengaruh
ligkungannya. Selain itu konsep diri juga akan dipelajari oleh individu melalui
kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui
individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya
sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu.
Di era yang modern ini sangatlah penting bagi setiap individu untuk
memahami maupun mengenal konsep diri, terutama bagi kaum remaja yang
belum begitu stabil keadaan psikologisnya. Di tengah kehidupan sosial dan
kepungan media yang senantiasa menawarkan berbagai nilai, remaja harus dapat
memahami dengan baik konsep dirinya, karena melalui pemahaman terhadap
konsep diri, seorang remaja dapat mengenal siapa dirinya yang sebernarnya,
seperti apakah dia, dan bagaimana cara dia menjaga diri serta memperbaiki diri
menjadi lebih baik lagi. Masa remaja memang masa yang menyenangkan
sekaligus masa yang tersulit dalam hidup seseorang. Di masa ini seorang anak
mulai mencari jati diri mereka.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya anak terutama dalam fase usia remaja mulai mengalami
kesulitan dalam proses menemukan jati diri dan penyesuaian diri terhadap
lingkungannya. Tidak jarang berbagai masalah dapat timbul, seperti kenakalan
remaja, kekerasan, penggunaan obat terlarang dan dan perilaku menyimpang
lainnya. Dengan keluarga yang lengkap sekalipun, seringkali juga seorang anak
masih terganggu proses pembentukan konsep diri positifnya, terlebih jika anak
tersebut berasal dari latar belakang keluarga yang kurang beruntung seperti anakanak broken home, anak-anak dari keluarga yatim dan/atau piatu dan yang berasal
dari ekonomi yang tidak mampu. Rasa minder atau kurang percaya diri kerap kali
menjadi hambatan utama dalam cara menilai dirinya sendiri, belum lagi jika
remaja tersebut tinggal dalam lingkungan sosial yang kurang baik, seperti jalanan
misalnya. Akan sangat mudah bagi mereka terpengaruh dengan lingkungannya.
Masalah kenakalan remaja dan anak jalanan telah menjadi polemik
tersendiri bagi bangsa Indonesia. Pemerintah dan berbagai pihak lembaga sosial
independen telah mengupayakan berbagai cara untuk mengatasinya, baik melalui
pendirian berbagai sarana dan prasarana bagi mereka, seperti rumah singgah atau
panti asuhan, fasilitas pendidikan dan pelatihan juga disiapkan untuk menciptakan
suasana dan lingkungan yang baik, produktif serta kondusif bagi anak dan remaja
yang kurang beruntung. Salah satu yayasan sosial independen yang peduli dan
concern terhadap masalah anak di Indonesia adalah Yayasan SOS Desa Taruna.
SOS Desa Taruna adalah sebuah yayasan sosial independen non-politik
yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pengasuhan anak jangka panjang
berbasis keluarga. konsep SOS Desa Taruna membantu mengasuh dan memberi
masa depan yang cerah bagi anak-anak yatim piatu dan kurang beruntung yang
Universitas Sumatera Utara
berasal dari latar belakang suku, agama dan ras yang berbeda. Yayasan ini
memberi kembali kasih sayang melalui rumah tinggal, keluarga, dan kehidupan
yang memadai agar kelak mereka memiliki kehidupan yang mandiri.
Tahun 1972, SOS didirikan pertama di kota Lembang, Jawa Barat, yang
lebih dikenal dengan nama SOS Desa Taruna. Pendiri yayasan tersebut adalah Dr.
Agus Prawoto. Hingga saat ini Indonesia memiliki delapan buah SOS Desa
Taruna, yaitu di Lembang, Jakarta (Cibubur), Semarang, Bali (Tabanan), Flores
(Maumere), Medan, Melaboh dan Banda Aceh. Ketiga desa terakhir dibangun
sebagai hasil uluran kasih SOS Kinderdorf International beserta sejumlah
organisasi/perusahaan swasta, baik luar negeri maupun dalam negeri, sebagai
donatur bagi pembangunannya. Yayasan ini berkarya bagi anak-anak yatim piatu,
terlantar atau yang keluarganya tidak mampu mengasuh mereka. Mereka
memberikan kesempatan kepada anak-anak ini untuk membangun hubungan yang
langgeng dalam sebuah keluarga. Pendekatan melalui sebuah keluarga di SOS
Desa taruna ini didasarkan pada empat prinsip yaitu : setiap anak membutuhkan
seorang Ibu, tumbuh secara alamiah dengan kakak dan adik, di dalam rumah
mereka sendiri, dan di dalam lingkungan desa yang mendukungnya. Setiap desa
terdiri dari 12-15 rumah dan tiap-tiap rumah ditinggali oleh seorang Ibu Pengasuh,
dengan 8-10 anak dengan rentang usia berjenjang, mulai dari bayi hingga SMA.
Situasi dan keadaan di tempat ini diciptakan semirip mungkin dengan
keadaan keluarga pada umumnya, berbagai fasilitas dan sarana juga disiapkan
guna menunjang bakat dan prestasi setiap anak, namun tetap saja dapat ditemui
berbagai masalah komunikasi, interaksi sosial, dan masalah pembentukan konsep
Universitas Sumatera Utara
diri. Beberapa diantara mereka masih sulit untuk terbuka dalam berkomunikasi
dan masih kurang percaya diri.
Berdasarkan latar belakang masalah inilah, maka peneliti merasa tertarik
untuk
meneliti
sejauhmana
pengaruh
komunikasi
antarpribadi
terhadap
pembentukan konsep diri remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan
konsep diri remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan?”
3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga
dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut
1. Yang dimaksud dengan komunikasi antarpribadi dibatasi pada faktorfaktor komunikasi yang mempengaruhi hubungan antarpribadi seperti
sikap percaya, sikap suportif dan sikap terbuka.
2. Yang dimaksud dengan konsep diri dibatasi pada dua dimensi yaitu :
-
dimensi internal yang terdiri atas tiga bentuk yaitu ; diri
identitas, diri pelaku, dan diri penerimaan.
-
dimensi eksternal yang terdiri atas lima bentuk yaitu ; diri fisik,
diri etik moral, diri pribadi, diri keluarga dan diri sosial.
Universitas Sumatera Utara
3. Objek penelitian ini adalah terbatas pada remaja di Yayasan SOS
Medan, yang berusia 11 s/d 17 tahun (SMP s/d SMA).
4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2009.
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kecakapan komunikasi antarpribadi remaja di
Yayasan SOS Desa Taruna Medan.
2. Untuk mengetahui konsep diri yang dimiliki oleh remaja di Yayasan
SOS Desa Taruna Medan.
3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi antarpribadi terhadap
pembentukan konsep diri remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan.
Manfaat Penelitian
1. Secara
teoritis,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan pemikiran dalam Ilmu Komunikasi khususnya yang
berkaitan dengan Komunikasi Antarpribadi.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.
3. Secara
praktis,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
masukan/kontribusi yang positif bagi pihak Yayasan SOS Desa Taruna
Medan.
Universitas Sumatera Utara
5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana
masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995:39).
Kerlinger menyatakan teori merupakan himpunan konstruk (konsep),
defenisi, dan proposisi yang menemukakan pandangan sistematis tentang gejala
dengan menggambarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan
meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6). Adapun teori-teori yang dianggap
relevan dalam penelitian ini adalah :
5.1 Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari
bahasa Latin : Communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2003 : 9).
Rumusan komunikasi yang sangat dikenal orang adalah rumusan yang
dibuat oleh Harold Laswell. Menurut Laswell (Mulyana, 2002 : 62) komunikasi
adalah : “who says what in which chanell to whom with what effect”. Jadi, jika
dipilah-pilahkan akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi,
yaitu :

Siapa yang mengatakan
komunikator (communicator)

Apa yang dikatakan
pesan (message)

Media apa yang digunakan
media (channel)

Kepada siapa pesan disampaikan
komunikan (communicant/receiver)
Universitas Sumatera Utara

Akibat yang terjadi
efek (effect)
Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu.
5.2 Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses sosial dimana orangorang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh DeVito (1976) bahwa, komunikasi antarpribadi merupakan
pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek
dan umpan balik yang langsung.
Menurut Evert M. Rogers (Liliweri, 1991:13) ada beberapa ciri
komunikasi antarpribadi, yaitu:
1. Arus pesan dua arah.
2. Konteks komunikasi adalah tatap muka.
3. Tingkat umpan balik yang tinggi.
4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi.
5. Kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban.
6. Efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.
Asumsi dasar komunikasi antarpribadi adalah bahwa setiap orang yang
berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek atau
perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan
memberikan reaksinya. Jika menurut persepsi komunikator reaksi komunikan
menyenangkan maka ia akan merasa bahwa komunikasinya telah berhasil.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Jalaluddin Rakhmat (Rakhmat, 2005:129) dalam bukunya
Psikologi Komunikasi menjelaskan bahwa, pola-pola komunikasi antarpribadi
(interpersonal) mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi.
Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan komunikasi
antarpribadi dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Bila diantara
komunikator dan komunikan berkembang sikap curiga, maka makin sering
mereka berkomunikasi makin jauh jarak yang timbul. Yang menjadi soal bukanlah
berapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan.
Ada beberapa faktor yang dapat menumbuhkan hubungan antarpribadi yang baik,
yaitu : sikap percaya, sikap suportif dan terbuka.
Percaya (trust), menentukan efektivitas komunikasi. Secara ilmiah
percaya didefenisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang
penuh resiko (Griffin, 1967:224-234). Menurut Johnson (1981), mempercayai
meliputi membuka diri dan rela menunjukkan penerimaan dan dukungan kepada
orang lain. Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau
mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, yaitu ;
menerima, empati dan kejujuran.
Sikap Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam
komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak
empatis. Sudah jelas dengan sikap defensif, komunikasi interpersonal akan gagal ;
karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang
ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.
Perilaku yang menimbulkan iklim suportif adalah ;
Universitas Sumatera Utara
deskripsi,
orientasi
masalah,
spontanitas,
empati,
persamaan,
dan
provisionalisme.
Sikap Terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam
menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Karakteristik sikap terbuka
adalah sebagai berikut ;
-
Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika
-
Membedakan suasana dengan mudah, melihat nuansa.
-
Mencari informasi dari berbagai sumber
-
Lebih bersifat provisionalisme dan bersedia mengubah kepercayaannya
-
Mencari
pengertian
pesan
yang
tidak
sesuai
dengan
rangkaian
kepercayaannya.
Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka
mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai dan yang paling
penting dapat saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal melalui
komunikasi yang dilakukan.
5.3 Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya,
yang dibentuk melalui pegalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi
dengan lingkungannya. Fitts (1971) membagi konsep diri dalam dua dimensi,
yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Dimensi Internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of
reference) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri
berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk :
1. Diri Identitas (Identity self)
Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri
dan mengacu pada pertanyaan, “Siapakah saya?” dalam pertanyaan
tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri
(self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan
dirinya dan membangun identitasnya.
2. Diri Pelaku (Behavioral self)
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya yang
berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”.
3. Diri Penerimaan/Penilai (Judging self)
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator.
Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri dan
identitas pelaku.
b. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas
sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Dimensi
eksternal terbagi atas lima bentuk yaitu :
1. Diri Fisik (physical self)
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara
fisik.
Universitas Sumatera Utara
(cantik, jelek, menarik, tidak menarik, tinggi, pendek, gemuk, kurus dan
sebagainya).
2. Diri Etik-moral (moral-ethical self)
Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari
pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi
seseorang mengenai hubungannya dengan Tuhan, kepuasan seseorang
akan kehidupan agamanya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang
meliputi batasan baik dan buruk.
3. Diri Pribadi (personal self)
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan
pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan
dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauhmana ia merasa dirinya
sebagai pribadi yang tepat.
4. Diri Keluarga (family self)
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam
kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan
seberapa jauh seseorang merasa dekat terhadap dirinya sebagai anggota
dari suatu keluarga.
5. Diri Sosial (social self)
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan
orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.
Seluruh bagian diri ini, baik internal maupun eksternal, saling berinteraksi dan
membentuk suatu kesatuan yang utuh.
Universitas Sumatera Utara
5.4 Remaja
Secara sederhana remaja didefenisikan sebagai periode transisi antara
masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika
seseorang sudah menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah
tersinggung perasaannya dan sebagainya.
Pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja yang lebih
bersifat konseptual. Dalam defenisi tersebut dikemukakan 3 kriteria, yaitu
biologik, psikologik dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap defenisi tersebut
berbunyi sebagai berikut :
1. individu berkembang dari saat ia pertama kali menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan
seksual (biologik).
2. individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa (psikologik).
3. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (sosial-ekonomi).
Pada tahun-tahun berikutnya, defenisi ini makin berkembang ke arah yang
lebih kongkret operasional. WHO kemudian menetapkan batas usia 10-20 tahun
sebagai batasan usia remaja (Sarwono, 2004: 9).
5.5 Teori S-O-R
S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori
ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Maksudnya adalah keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respon
tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu pula.
Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003 : 253), dalam bukunya “Sikap Manusia,
Perubahan, serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelly
yang mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru, ada tiga variabel
penting, yaitu
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerima
Dari uraian diatas, maka proses komunikasi S-O-R dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Stimulus
Organisme :
 Perhatian
 Pengertian
 Penerima
Respon
(Effendy, 2003 : 253)
Jika substansi teori diatas dihubungkan dengan penelitian mengenai
komunikasi antarpribadi dan pembetikan konsep diri remaja di Yayasan SOS
Desa Taruna Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, maka
hubungannya dengan teori S-O-R dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Stimulus (pesan) yang dimaksud adalah komunikasi antarpribadi
2. Organisme (komunikan) yang menjadi sasaran adalah remaja di Yayasan SOS
Desa Taruna Medan.
Universitas Sumatera Utara
3. Respon (efek) yang dimaksud adalah pembentukan konsep diri remaja di
Yayasan Save Our Soul (SOS) Desa Taruna, Kelurahan Tanjung Selamat,
Kecamatan Medan Tuntungan, Medan.
6. Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan
dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995 : 40 ).
Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti
yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu
sosial (Singarimbun, 1995 : 57).
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam
menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah
yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka
harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan
atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain
(Nawawi, 2001: 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan.
Universitas Sumatera Utara
b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah suatu variabel yang merupakan akibat atau yang
dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2004 : 12). Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah pembentukkan konsep diri remaja di Yayasan
SOS Desa Taruna Medan.
c. Variabel Antara (Z)
Variabel antara yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, berfungsi
sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
tersebut. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.
7. Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan
dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :
Variabel Bebas (X)
Komunikasi Antarpribadi
+
Variabel Terikat (Y)
Konsep Diri Remaja
Variabel Antara (Z)
Karakteristik Responden
8. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas,
maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian
penelitian ini, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Operasional Variabel
Variabel Teoritis
Komunikasi Antarpribadi (X)
Konsep diri (Y)
Karakteristik Responden (Z)
Variabel Operasional
1. Sikap Percaya
a. Menerima
b. Empati
c. Kejujuran
2. Sikap Suportif
a. Deskripsi
b. Orientasi Masalah
c. Spontanitas
d. Empati
e. Persamaan
f. Provisionalisme
3. Sikap Tebuka
a. Menilai pesan secara objektif
b. Membedakan suasana dengan
mudah
c. Berorientasi pada isi
d. Mencari informasi dari berbagai
sumber
e. Bersifat provisonalisme
f. Mencari pengertian pesan yang
tidak sesuai dengan rangkaian
kepercayaannya
1. Dimensi Internal
a. Diri Identitas (Identity Self)
b. Diri Pelaku (Behavioral Self)
c. Diri Penilai (Judging self)
2. Dimensi eksternal
a. Diri Fisik (Physical Self)
b. Diri Etik-Moral (Moral-Ethical
Self)
c. Diri Pribadi (Personal Self)
d. Diri keluarga (Family Self)
e. Diri Sosial (Social Self)
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Pendidikan
d. Lama waktu tinggal di Yayasan
9. Defenisi Variabel Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep
yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah
Universitas Sumatera Utara
suatu petunjuk pelaksanaan menganai cara-cara untuk mengukur variabelvariabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang amat
membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama
(Singarimbun, 1995 : 46).
Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Bebas (Komunikasi Antarpribadi) terdiri dari :
1. Percaya
: sikap remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam
membuka diri dan menunjukkan penerimaan dan
dukungan kepada orang lain.
a. Menerima
: adalah kemampuan remaja di Yayasan SOS Desa Taruna
Medan dalam berhubungan dengan orang lain yang
menerima orang lain apa adanya, dan memandang orang
lain secara realistis.
b. Empati
: sikap remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam
memahami perasaan orang lain
c. Kejujuran
: sikap pengungkapan yang dilakukan secara benar, apa
adanya dan tidak pura-pura oleh remaja di Yayasan SOS
Desa Taruna Medan.
2. Sikap Suportif
: sikap remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan yang
tidak defensif dalam berkomunikasi, dapat menerima,
jujur dan empatis.
a. Deskripsi
: penyampaian perasaan dan persepsi yang dilakukan oleh
remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan secara
terbuka dengan tetap menghargai perasaan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Orientasi Masalah : sikap remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam
mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama
mencari pemecahan masalah.
c. Spontanitas
: sikap remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan jujur
dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam.
d. Empati
: sikap remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam
memahami perasaan orang lain
e. Persamaan
: sikap remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam
memperlakukan remaja lain secara horizontal dan
demokratis.
f. Provisionalisme
: kesediaan remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan
untuk meninjau kembali pendapat, untuk mengakui
bahwa pendapatnya itu mungkin salah.
3. Sikap Tebuka
: sikap remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam
menerima dan memberi informasi kepada orang lain.
a. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika
yaitu : sikap remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam menerima
pesan secara objektif, dan mengevaluasinya berdasarkan logika bukan
berdasarkan perasaannya terhadap sumber pesan (komunikator).
b. Membedakan suasana dengan mudah
yaitu : kemampuan remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan untuk dapat
berpikir dan membedakan antara benar dan salah serta mampu berdiri
pada posisi netral untuk mengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
c. Berorientasi pada isi
yaitu : sikap remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam mengkaji dan
menerima pesan yang diterimanya berdasarkan isi dari pesan tersebut
bukan berdasarkan siapa yang menyampaikan pesan tersebut.
d. Mencari informasi dari berbagai sumber
yaitu : kesediaan remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam mencari
informasi dan mengembangkan kerangka berpikirnya dari berbagai
sumber baru, bukan hanya dari pihak-pihak yang terdekat saja.
e. Bersifat provisional
yaitu : kesediaan remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam menerima
saran dan kritik dari orang lain seta mau mengubah pendapat atau
keyakinannya bila terdapat bukti dan fakta yang cukup.
f. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya
yaitu : kesediaan remaja di Yayasan SOS Desa Taruna Medan dalam menerima
pandangan dan mencoba mengerti orang lain dalam menghadapi
benturan gagasan/pendapat dengan orang lain.
b. Variabel Terikat (Konsep Diri) terdiri dari :
1. Dimensi Internal
: penilaian yang dilakukan oleh remaja di Yayasan SOS
Desa Taruna Medan terhadap dirinya sendiri berdasarkan
dunia di dalam dirinya
a. Diri Identitas (Identity Self) : label-label dan simbol-simbol yang diberikan
pada diri (self) oleh remaja di Yayasan SOS
Desa Taruna Medan untuk menggambarkan
dirinya dan membangun identitasnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Diri Pelaku (Behavioral Self) : persepsi remaja di Yayasan SOS Desa Taruna
Medan, tentang tingkah lakunya yang
berisikan segala kesadaran mengenai apa yang
dilakukan oleh diri sendiri, menyangkut peran
dan tanggung jawabnya.
c. Diri Penilai (Judging self)
: diri penilai berfungsi sebagai pengamat,
penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya
adalah sebagai perantara (mediator) antara diri
remaja dan identitasnya sebagai pelaku di
Yayasan SOS Desa Taruna Medan.
2. Dimensi eksternal : dimensi dimana remaja Yayasan SOS Desa Taruna
Medan menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas
sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di
luar dirinya.
a. Diri Fisik (Physical Self)
: persepsi remaja di Yayasan SOS Desa
Taruna Medan, terhadap keadaan diri
secara fisik.
b. Diri Etik-Moral (Moral-Ethical Self) : persepsi remaja di Yayasan SOS Desa
Taruna Medan terhadap dirinya dilihat
dari pertimbangan nilai moral dan
etika.
c. Diri Pribadi (Personal Self)
: persepsi remaja Yayasan SOS Desa
Taruna Medan tentang keadaan
pribadinya.
Universitas Sumatera Utara
d. Diri keluarga (Family Self)
: perasaan dan harga diri remaja di Yayasan
SOS Desa Taruna Medan dalam
kedudukannya sebagai anggota keluarga.
e. Diri Sosial (Social Self)
: penilaian remaja di Yayasan SOS Desa
Taruna Medan, terhadap interaksi dirinya
dengan orang lain maupun lingkungan di
sekitarnya.
c. Variabel Antara (Karakteristik Responden)
Karakteristik responden merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap
individu yang berbeda satu dengan individu lain.
a. Usia
: Umur responden saat mengisi kuesioner, digolongkan
atas remaja awal (11-14 tahun) dan remaja
pertengahan (15-18 tahun)
b. Jenis Kelamin
: Penggolongan sex responden, yakni laki-laki dan
perempuan
c. Tingkat Pendidikan
: Latar belakang pendidikan responden, SMP dan SMA
10. Hipotesis
Secara etimologis hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis.
Hypo berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Jadi hipotesis merupakan
kesimpulan yang belum sempurna, sehingga disempurnakan dengan membuktikan
kebenaran hipotesis yaitu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan
(Burhan Bungin, 2001 : 90).
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho
: tidak terdapat pengaruh komunikasi antarpribadi terhadap
pembentukan konsep diri remaja di Yayasan SOS Desa Taruna
Medan.
Ha
: terdapat pengaruh komunikasi antarpribadi terhadap
pembentukan konsep diri remaja di Yayasan SOS Desa Taruna
Medan.
Universitas Sumatera Utara
Download