PROSES DAN KENDALA PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI KALANGAN PEDESAAN Oleh : Moh. Zainal PENDAHULUAN Di samping Nelayan dan sebagian Buruh, masyarakat Pedsaan yang sebagian besar adalah petani lahan sempit dan petani tanpa lahan atau buruh tani. Dengan matapencaharian tersebut, tentu saja para Petani ini memiliki penghasilan yang serba minim, terlebih- lebih lagi pada kurun waktu Februari hingga April 2011, di mana banyak petani yang tidak memperoleh penghasilan atau menderita kerugian, karena banyaknya tanaman padi yang rusak. Banyak tanah pertanian yang sebelumnya merupakan tanah kelas satu dengan hasil yang cukup berlimpah pada awal tahun 2011 ini hasil panennya menurun, bahkan banyak yang tidak memperoleh apa- apa. Pemerintah bukannya tidak memberikan perhatian pada warga masyarakat yang masih serba kurang ini, beragam program- program pengentasan kemiskinan telah digulirkan, akan tetapi hasilnya masih saja belum nampak. Program Nasional tersebut antara lain PNPM Mandiri, Beras bagi keluarga miskin (RASKIN), Program Keluarga Bahagia (PKH), Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diikuti dengan Program Kompor Gas dan masih banyak lagi lainnya. Salah satnya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang juga menjadi program Nasional pengentasan kemiskinan rakyat. Di dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) dinyatakan, bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnyadikuasai negara dan dipergunakan sebesar- besar kemakmuran rakyat”1 dan ketentuan ini yang menjadi dasar pelaksanaan program- program Pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan.. Dalam hal mendasarkan diri pada pernyataan Pemerintah seringkali dikatakan, bahwa warga masyarakat yang miskin jumlahnya menurun, akan tetapi pada kenyataannya jumlahnya justru meningkat, karena di samping keadaan yang semakin tidak memihak rakyat kecil, juga kondisi alam yang tidak bersahabat. Menurut Levy, Kredit adalah : “Memberikaan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kradit. Penerima Kredit berhak menggunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan sejumlah pinjaman itu di belakang hari”2 Dengan demikian, pihak Kreditur atau yang memiliki uang mempunyai ketakinan atau percaya bahwa debitur akan mampu mengembalikan uang yang dipinjamnya. Di kalangan Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam meminjam, melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan3 1 Undang Undang Dasar 1945 Setelah Amandemen ke empat Tahun 2002, Pustaka Setia, Bandung, 2004, h. 29 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit, Alumni, Bandung, 2000, h. 21 3 Heroe Soepraptomo, Pokok dan Praktek Perbankan, Liberty, Jogyakarta, 2001, h. 56 2 Pihak Perbankan seringkali tidak mau memberikan kredit tanpa jaminnan, dan perjanjian yang berkaitan dengan jaminan ini merupakan perjanjian Acessoire dalam perjanjian hutang uang.4 Digulirkannya Kredit Usaha Rakyat (KUR), Pemerintah berharap akan dapat dijadikan modal kalangan ekonomi lemah, termasuk masyarakat di pedesaan, akan tetapi KUR ini diberikan tanpa jaminan dengan jumlah yang tidak begitu besar, akan tetapi seringkali warga masyarakat pedesaan menggunakannya untuk keperluan Konsumtif bukan Produktif, sehingga semua Program Pemerintah yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan, sebagian besar tidak membuahkan hasil. Kalangan masyarakat pedesaan yang serba kekurangan memang sangat membutuhkan Kredit ini, akan tetapi penggunaannya seringkali tidak sesuai dengan yang digariskan oleh Pemerintah. Pengontroaln memang tidak dilakukan, akan tetapi apabila pengontrolan dilakukan, tetapi saja tidak akan dapat berbuat apa- apa. Warga masyarakat pedesaan, dengan kebutuhannya yang besar, sertingkali sudah terlibat hutang, sehingga begitu kredit diperoleh habis untuk pelunasan hutang. Pengertian Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pengertian kredit berasal dari bahasa Romawi Credere, yang artinya percaya. Dengan demikian, maka seseorang yang memperoleh kredit , baik berupa uang, barang dan jasa pada dasarnya telah memperoleh kepercayaan, dengan syarat akan mengembalikan atau memberikan pengganti dalam suatu jangka waktu yang telah ditentukan. Pada perkembangannya kepercayaan yang dimaksud dapat muncul pada seseorang yang memperoleh kredit tanpa jaminan, akan tetapi bisa pula baru muncul apabila yang memperoleh kredit telah memberikan jaminan atau agunan. Dalam kaitannya dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), maka pengertian kredit pada umumnya, adalah : 1. Pengertian Kredit Pada Umumnya 2. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ad. 1. Pengertian Kredit Pada Umumnya Berbagai sarjana yang memahami tentang Kredit ini, memberikan definisi yang berbeda- beda. Seorang sarjana yang bernama Levy sebagaimana yang dikutip oleh mariam Darus Badrulzaman (vide halaman 2) dengan unsur- unsur : a. Memberikaan secara sukarela b. sejumlah uang c. untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kradit. Penerima Kredit berhak menggunakan pinjaman itu untuk keuntungannya d. dengan kewajiban mengembalikan sejumlah pinjaman itu di belakang hari Sebenarnya pemberian secara sukarela tersebut atas dasar kepercayaan saja, akan tetapi pada perkembangannya baru ada kepercayaan apabila ada jaminan atau agunan. 4 R. Soewandi Prodjodikoro, Lembaga Jaminan Kredit Verband, Bali Agung, Jakarta, 2001, h. 44 Dalam perkembangannya, kredit menyangkut pihak Kreditur, biasanya Bank, atau Pemilik Uang lainnya dan debitur atau peminjam uang. Jelasnya, kreditur memberikan pinjaman uang atau lainnya, dan debitur wajib mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan. Pengertian Kredit menurut Undang Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, pasal 1 huruf c, diartikan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam meminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan (Vide halaman 3). Dalam Undang Undang Bank Syari’ah, walaupun tidak secara tegas, akan tetapi pengertian kredit yang diberikan, adalah “Menyalurkan pembiyaan berdasarkan akad Qardh5 atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari’ah, utamanya yang tidak mengharuskan adanya bunga pinjaman.6 Di kalangan Perbankan, Kredit adalah kemampuan potensial dari seseorang atau suatu badan usaha untuk menggunakan uang, barang dan jasa yang berasal dari Bank, sebanyak mungkin dihubungkan dengan kemampuan yang optimal untuk mengembalikan apa yang telah diterimanya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Pemberian Kredit dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, yaitu pemberian pinjaman berupa barang atau berupa jasa. Berupa barang misalnya Pupuk, Obatobatan tanaman, Bibit tanaman, peralatan pengolahan sawah dan sebagainya, sedangkan yang berupa jasa bisa berupa pinjaman berupa uang. Secara umum, unsur- unsur dari pengertian Kredit, adalah : a. Adanya prestasi yang berupa uang atau tagihan- tagihan yang dapat diartikan dengan uang. b. Adanya perjanjian pinjam meminjam. a. Adanya kontra prestasi berupa bunga yang ditambahkan pada jumlah uang (kecuali Bank Syari’ah), atau tagihan yang dikembalikan. Pada asal mula terjadinya kredit, hanya kepercayaan yang menjadi jaminan, karena sifat dan watak manusia pada waktu dahulu. Manusia jaman dahulu yang mendapat kepercayaan dari orang lain akan menjunjung tinggi kepercayaan itu selama hidupnya. Pemberian kepercayaan yang dilanggar akan menyebabkan aib atau celaan bagi diri orang yang bersangkutan. Hal ini juga disebabkan karena pada jaman dahulu hubungan antar kelompok atau kekeluargaan masih erat. Perkembangan jaman yang semakin pesat, mempengaruhi perkembangan sifat dan watak manusia. Sifat dan watak manusia memang dipengaruhi oleh lingkungannya. Perubahan tersebut menyebabkan lunturnya faktor kepercayaan dalam hubungannya dengan pemberian kredit. 5 Akad Qardh adalah akad peminjaman dana kepada Nasabah dengan ketentuan bahwa Nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati. 6 Zubairi Hasan, Undang Undang Perbankan Syari’ah, Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional, CV Rajawali, Jakarta, 2009, h. 80 Apabila jaman dahulu orang yang dipercaya dan diberikan pinjaman akan menjaganya dengan sekuat tenaga, dewasa ini sebaliknya, berusaha mencari pinjaman untuk tidak dikembalikan. Untuk mengimbangi keadaan yang ada dewasa ini, maka adanya harta yang dimiliki manusia mulai dipikirkan untuk dijadikan jaminan kredit atau pinjam uang ke pihak lain. Pada Pasal 24 ayat (1) Undang Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dinyatakan, bahwa “Bank Umum tidak memberikan krediit tanpa jaminan”7 Pengertian Kredit yang berhubungan dengan hak- hak jaminan menjadi berubah, yaitu “Kredit adalah menjamin uang dari Bank dengan memberikan hak- hak jaminan, jaminan mana bersifat accessoire”8 Bersifat accaessoire (menempel) berarti mengikuti perjanjian pokoknya, kalau hutang sudah dibayar, maka jaminan juga sudah bisa diambil. Kredit diminta oleh seseorang kepada Bank atau Pemilik Uang lainnya, dikarenakan Ia membutuhkan Bank atau Pemilik Uang lainnya itu, biasanya guna memperlancar usahanya karena kekurangan modal. Pihak Bank atau Pemilik Uang tidak dengan begitu saja memberikan pinjamannya, akan tetapi pada umumnya dipertimbangkan adanya Lima C yang berkaitan dengan Calon Debitur atau keadaan waktu pemberian kredit dilakukan. Lima C ini adalah :9 a. Character, atau watak dari nasabah b. Capasity, atau kemampuan dari nasabah c. Capital, atau modal dari nasabah d. Collateral, atau harta kekayaan atau jaminan dari nasabah e. Condition of Economic, atau kondisi ekonomi saat pinjaman diberikan. Pihak bank atau Pemilik uang harus mempercayai Debitur atas dasar sifat, modal, jaminan dan kemampuannya, walaupun tetap mempertimbangkan kondisi ekonomi saat itu. Berbagai Macam kredit yang ada, antara lain :10 a. Kredit Jangka Pendek b. Kredit Jangka Menengah c. Kredit Jangka Panjang 7 Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Rineka Cipta Karya, 2005, h. 12 R. Soewandi Prodjodikoro, Lembaga Jaminan Kredit Verband, PT. Bali Agung, Jakarta, 2001, h. 15 9 R. Heroe Soeparptomo, Perjanjian Kredit Bank, Liberty, Jogyakarta, 2005, h. 21 10 Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 , Op. Cit., h. 2 8 Kredit Jangka Pendek, adalah kredit yang diberikan untuk jangka waktu 1 tahun, pada umumnya untuk sektor perdagangan, eksport, import, distribusi dan jasa. Kredit Jangka Menengah, adalah kredit yang diberikan untuk jangka waktu 1 hingga 3 tahun, pada umumnya untuk sektor pertanian, pertambangan dan perindustrian. Kredit Jangka Panjang, adalah kredit yang diberikan untuk jangka waktu lebih dari 3 tahun, pada umumnya diberikan Bank untuk sektor Investasi. Kredit yang telah dilakukan guna menunjang kehidupan Para Petani, antara lain adalah : a. Kredit Bimas, yaitu kredit yang diberikan kepada Petani untuk meningkatkan produksi pangan dan produksi petani itu sendiri. b. Kredit Candak Kulak, adalah kredit yang diberikan kepada Pengusaha kecil, dananya berasal dari Pemerintah (Kementerian Keuangan) yang disalurkan lewat Bank Indonesia, kemudian disalurkan melalui Koperasi Unit Desa dan Badan Usaha Desa. c. Kredit Umum Pedesaan, merupakan kredit yang disalurkan lewat Bank Rakyat Indonesia (BRI), untuk diberikan kepada Petani atau Nelayan, untuk usaha penanaman padi, pengawetan ikan, pembibitan ternak sapi dan sebagainya. d. Kredit Inpres Pasar, merupakan kredit yang berasal dari Pemerintah Kabupaten untuk membiayai pembangunan Pasar Inpres. e. Kredit Mini, adalah kredit yang meliputi kredit investasi dan kredit eksploitasi yang diberikan kepada Pengusaha kecil untuk membiayai kebutuhan modal tetap atau modal lancar. f. Kredit Investasi Kecil, yang diberikan kepada Pengusaha ekonomi lemah, untuk rehabilitasi dan expansi dari usahanya yang diharapkan akan dapat menaikkan pendapatan para pengusaha kecil dan sekaligus untuk memberikan kesempatan usaha bagi masyarakat. Dan yang terbaru sejak Tahun 2010 adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit Usaha Rakyat ini lebih luas lagi dan dapat dikatakan mencakup seluruh macam kredit di atas, yaitu : a. Diberikan kepada siapa saja yang mempunyai usaha dan ijin usaha, baik petani, nelayan maupun pedagang. Surat ijin usaha ini sekaligus dapat dijadikan jaminan. b. Dana pinjaman maksimal Rp 20 juta c. Jangka waktunya dapat dirundingkan, dan d. Suku bunganya tidak tinggi Ad. 2. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Latar belakang diberikannya Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini, diawali dengan pemberian kredit- kredit sebelumnya, yaitu dengan Undang Undang Perbankan Tahun 1967 tertanggal 31 Desember 1967, kemudian Undang Undang Nomor 21 Tahun 1968 juga mengenai Perbankan, selanjutnya dikeluarkan Surat Keterangan Direksi Bank Rakyat Indonesia NOKEP : 8-34-31/9/ 1969 tertanggal 8 September 1969 yang menyatakan telah didirikan pilot proyek Bank Rakyat Unit Desa di Jogyakarta. Bank Unit Desa ini bertugas menjalankan praktek- praktek perbankan di desa, yang pada waktu itu penyaluran kredit Bimas baru dapat diberikan apabila sudah ada Bank Raskyat Unit Desa. Untuk menguatkan kedudukan Bank Rakyat Indonesia Unit Desa tersebut, maka pada Tanggal 3 Mei 1973 dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1973 tentang Pedoman Peraturan Pembinaan Bank Unit Desa, khususnya pasal 8, menyatakan sebagai berikut : Bank Rakyat Indonesia Unit Desa adalah merupakan organisasi dari Bank rakyat Indonesia yang berada secara organisatoris termasuk struktur organisasi Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia. Wilayah kerja Bank Rakyat Indonesia Unit desa meliputi seluruh wilayah Unit Desa.11 Adapun yang dimaksudkan dengan Unit Desa terdapat pada Pedoman Kerja Bank Rakyat Indonesia Tahun 1976, adalah : Unit Desa adalah kesatuan organisasi ekonomi dari masyarakat dalam satu wilayah yang memiliki fungsi- fungsi penyuluhan pertanian, penyaluran sarana produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang dibentuk dalam rangka program peningkatan produksi pertanian, khususnya produksi pangan melalui usaha- usaha intensifikasi serta pengembangan perekonomian masyarakat desa yang diorganisir oleh Koperasi guna meningkatkan taraf hidup para petani produsen khususnya serta masyarakat desa pada umumnya.12 Dengan demikian fungsi pokok dari Bank rakyat Unit Desa ini adalah memberikan pelayanan perbankan di wilayah kerjanya, dengan melaksanakan pelayanan kredit- kredit masyarakat. Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini yang juga didasarkan pada Aline ke empat Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 ini diluncurkan kembali oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2010, bahkan sebagian masyarakat menyebutnya sebagai Kredit SBY.13 Pada sebelumnya, Kredit Usaha Rakyat yang dicairkan sudah mencapai 6,8 Trilyun dengan 672.000 debitur. Dengan demikian saat ini Pemerintah sedang giat- giatnya menggalakkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini dan Bank Rakyat Indonesia bertugas menyalurkannya14 Pada tahun 2011, yaitu hingga tanggal 4 April 2011 penyaluran Kredit Usaha Rakyat sudah dilakukan oleh 6 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perbankan dan 16 lembaga perbankan. 11 Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1973 tentang Pedoman Peraturan Pembinaan Bank Unit Desa, h. 3 Pedoman Bank Rakyat Indonesia Unit Desa Tahun 1976, h. 5 13 Muchdarsyah Sinungan, Dasar- dasar dan Teknis Manajemen Kredit, Bina Aksara, Jakarta, 2010, h. 24 14 Internet, fatah.web.ugm.ac.id 12 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat ini dipercepat, sehingga serapan Kredit Usaha Rakyat di Bali yang rendah mengakibatkan Gubernur Bali ditegur Presiden.15 Kredit Usaha Rakyat adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan modal kepada rakyat yang memiliki usaha guna meningkatkan usahanya itu. Dengan demikian dasar berlakunya didasarkan pada Nota Kesepahaman Bersama (Memorie of Understanding/ MOU) paling tidak oleh 6 lembaga atau Instansi terkait, yaitu keuangan, daerah, perbankan, perdagangan, pertanian, perikanan dan sebagainya. Semua kegiatan yang diawali dengan Instruksi Presiden dan dilaksanakan antara lain dengan Peraturan Menteri (PERMEN) Keuangan Nomor 22/ PMK 05/ 2010 tentang perubahan PERMEN Keuangan Nomor 135/ PMK 05/ 2008 tentang Kredit Usaha Rakyat.16 Kredit Usaha Rakyat harus sejauh mungkin dihindarkan dari Ranah Politik dan diberikan kepada Perorangan, Badan Hukum atau Kelompok Koperasi yang melakukan usaha produktif.17 Persyaratan Yang Harus Dipenuhi Bagi Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) Di dalam usaha pemberian kredit, terlebih dahulu diusahakan mempertimbangkan segala sesuatunya yang dapat memperkecil terjadinya resiko. Resiko terbesar dalam pemberian kredit adalah apabila terjadi kemacetan. Jenis usaha yang dapat memperoleh Kredit Usaha Rakyat sesuai dengan Surat Edaran Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : S-18- INV/ 8/2010 adalah “Setiap usaha penduduk di wilayah pedesaan, usaha dimaksud meliputi usaha di bidang pertanian, industri, bangunan, kerajinan tangan dan lain sebagainya”18 Mengenai usaha yang dipilih, tergantung kepada pemohon Kredit (Debitur), Bank Rakyat Indonesia bersedia memberikan pinjaman modal kepada semua jenis usaha dari si Debitur, sepanjang usaha tersebut dinilai layak dan menjamin pengembalian pinjaman tepat pada waktunya. Usaha- usaha yang ada dibedakan dalam 2 jenis, yaitu : a. Industri dan Usaha perorangan yang terorganisir. Dalam usaha ini, Pemilik atau Pengelola bekerja secara penuh tidak mengubahubah kegiatannya dari satu bidang ke bidang lainnya, selama 1 tahun penuh, tidak tergantung pada perubahan musim dan dimungkinkan mempekerjakan karyawan dari lingkungan keluarganya. Dalam hal ini misalnya usaha pertukangan/ meubel. b. Usaha- usaha Keluarga Sebagian besar usaha penduduk pedesaan adalah usaha keluarga. Usaha jenis ini, tenaga kerja dan modal tersedia 15 Harian Kompas, Serapan KUR rendah, Gubernur Bali ditegur, Tanggal 4 Maret 2011, h. 5 kol 2 Handi Prasetyo, Tugas BRI Dalam Mengatur dan Mengawasi Pelaksanaan KUR, UI Press, Jakarta, 2010, h. 26 17 Rahmadi Usman, Aspek- aspek Perbankan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, h. 55 18 Surat Edaran Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : S-18- INV/ 8/2010, h. 3 16 berasal dari anggota keluarga, kegiatannya berubah- ubah dari kegiatan yang satu ke kegiatan lainnya, yang bersifat musiman dan sesuai dengan peluang yang ada. Misalnya usaha penjualan kelapa, penjualan buah- buahan dan sebagainya. Bagi keluarga yang usahanya musiman ini disyaratkan adanya Surat Keterangan dari Kepala Desa yang mengetahui usaha dan karakter keluarga yang bersangkutan. Kredit Usaha Rakyat diberikan dalam rangka investasi atau untuk modal kerja dalam rangka meningkatkan penghasilan sector ekonomi masyarakat. Dengan memperhatikan Surat Edaran Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE. : 41/DIR/KPK/2010 tentang Kredit Usaha Rakyat dan Penyempurnaan dari ketentuan Kredit Usaha Rakyat, serta syarat- syarat untuk memperoleh Kredit Usaha Rakyat (KUR), antara lain sebagai berikut : a. Orang, Badan Usaha, Badan Hukum juga golongan berpenghasilan tetap berdasarkan Surat Edaran Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : 225-KTK/ 11/2010. b. Tidak mempunyai hutang kepada pihak ketiga dalam arti lembaga keuangan dan bukan hutang dagang. c. Mempunyai usaha yang masih berjalan, dengan bukti surat ijin usaha, kalau belum ada menggunakan Surat Keterangan dari Kepala Desa yang dikuatkan oleh Camat setempat. d. Tidak mempunyai tunggakan kredit yang lain, yang disebabkan adanya unsur kesengajaan. Di samping syarat- syarat tersebut di atas, dalam Kredit Usaha Rakyat, terdapat ketentuan- ketentuan lain sebagai berikut : a. Pemberian kredit didasarkan atas kelayakan usaha nasabah. b. Besarnya kredit yang diberikan maksimal Rp 20.000.000,00 (Dua Puluh Juta Rupiah). c. Kredit dipergunakan untuk investasi dan modal kerja. d. Jangka waktu kredit bisa bervariasi, mulai dari 1 hingga 3 tahun untuk investasi dan antara 3 bulan hingga 3 tahun untuk modal kerja. e. Suku bunga kredit investasi sebesar 1% per bulan dari jumlah yang dipinjam, dan 1,5% per bulan untuk Modal Kerja Para peminjam yang tidak membayar semua cicilan tepat waktu dikenakan 0,5% per bulan. f. Pengikatan jaminan tetap berdasarkan cara sebelumnya, yaitu bisa credit verband atau fiducia untuk benda- benda bergerak yang dipergunakan sebagai jaminan tambahan. Syarat lain tetapi atas dasar syarat The Five C’S of Credit, yaitu Character, Capital, Capasity, Collateral dan Condition of Economic, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, utamanya ikhtikad baik pemohon kredit untuk merngembalikan kreditnya. Proses Pencairan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada dasarnya pemberian atau penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dilakukan dan diawasi oleh Bank Rakyat Indonesia dijalankan dalam 4 Tahap, yaitu : 1. Pengajuan Permintaan Kredit 2. Persiapan permohonan kredit 3. Pemutusan Kredit, dan 4. Tata laksana, pengawasan kredit dan pembinaan nasabah19 Di dalam praktek, pelaksanaan pemberian kredit Usaha Rakyat yang dilakukan pada Bank Rakyat Indonesia Unit Situbondo, prosedur pemberian kredit dapat dibagi menjadi : 1. Pra Pengajuan permintaan Kredit 2. Pengajuan permintaan Kredit 3. Persiapan permintaan Kredit 4. Pemutusan Kredit 5. Realisasi Kredit 6. Pembayaran kembali dan pengembalian kredit. 1. Pra Pengajuan permintaan Kredit Sebelum mengajukan permohonan kredit secara formil, terlebih dahulu diadakan pembicaraan dengan pihak Bank (bersifat wawancaraq), utamanya mengenai identitas pemohon, tujuan permohonan kredit, besarnya kredit yang dibutuhkan, keadaan usaha berkaitan dengan kemampuan membayar kembali, dengan maksud agar Bank dengan segera dapat memutuskan apakah yang bersangkutan layak diberi kredit ataukah tidak. Apabila Pemohon dinilai baik oleh pihak Bank, maka kepada yang bersangkutan diberikan Formulir permohonan kredit untuk diisi selengkapnya. Apabila pihak Pemohon kredit tidak dapat menulis sendiri akan diisikan oleh pihak Bank, berdasarkan Tanya jawab dengan pihak Pemohon Kredit, yang kemudian isinya dibacakan oleh petugas Bank agar didengar oleh Pemohon Kredit yang bersangkutan. Di samping mengisi formulir tersebut juga diberitahukan suarat- suarat atau dokumen- dokumen yang harus dilampirkan untuk dipergunakan sebagai pertimbangan penilaian oleh pihak Bank. Surat- surat atau dokumen- dokumen dimaksud, adalah : a. Identitas diri Pemohon Kredit. b. Surat Ijin Usaha, apabila belum ada dilakukan dengan Surat Keterangan Kepala Desa yang dikuatkan oleh Camat. c. Jaminan yang digunakan untuk meminjam kredit adalah Usaha, akan tetqapi jaminan tambahan bisa berupa Sertipikat Hak Atas Tanah, BPKB dan sebagainya, baik verband maupun fiducia. 2. Pengajuan permintaan Kredit Dalam tahap ini Pemohon menyerahkan formulir permohonan kredit yang telah diisi, beserta lampiran dokumen- dokumen yang disyaratkan oleh pihak Bank. Formulir permintaan pinjaman/ kredit dimaksud, pada umumnya berisikan pertanyaan- pertanyaan yang jawabannya sangat berguna untuk mempertimbangkan permohonan kredit yang diminta. 19 Bank Rakyat Indonesia, Buku Perkrediatan, Jakarta, 2010, h. 12 Misalnya : Pertanyaan yang berupa jenis usaha yang akan dibiayai, jangka waktu yang diminta, jumlah kredit yang diminta dan sebagainya. 3. Persiapan permintaan Kredit Formulir permintaan kredit yang telah diisi oleh Pemohon beserta dokumendokumen yang dilampirkan yang diajukan oleh Pemohon tidak begitu saja diterima oleh Pihak Bank, akan tetapi masih diteliti sedemikian rupa, karena harus diketahik apakah segala sesuatu yang telah dikemukakan dapat ditemukan kesimpulan sebagai berikut : a. Identitas diri dari calon Pemohon Kredit dan jenis usahanya, b. Tingkah laku dan kemampuan Pemohon sebagai pengusaha. c. Bagaimana hubungan Pemohon kredit dengan Bank lain, utamanya dalam perkreditan. d. Keterangan Ijin Usaha yang diberikan. Pemeriksaan tersebut biasanya dilakukan oleh Mantri BRI Unit, baik dengan pemeriksaan berkas pemohon maupun dengan pemeriksaan lapangan. Misalnya Mantri ini menggunakan Formulir 71A untuk jaminan tanah yang ada bangunannya atau Formulir 78A untuk jaminan tanah yang tidak ada bangunannya. Apabila Pemohon dianggap layak memperoleh Kredit Usaha Rakyat, maka berkasnya akan dikirim ke Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia untuk memperoleh keputusan. 4. Pemutusan Kredit Setelah berkas Permohonan Kredit sampai di Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia, maka selanjutnya akan dikembalikan ke Kantor Unit BRI untuk diadakan pemeriksaan ulang, dan untuk kedua kalinya akan disampaikan ke Kantor Cabang BRI untuk pembuatan keputusan. Pada SE Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : S.18- INV/8/ 2010 dinyatakan, bahwa Kepala Bank Rakyat Indonesia Unit, mempunyai kewenangan memutus permohonan Kredit, yang mana kewenangan tersebut ditentukan oleh Pimpinan Kantor Cabang BRI setempat. 5. Realisasi Kredit Dalam tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan Pemohon Kredit, yaitu : a. Mengisi Surat Pengakuan Hutang, b. Surat Kuasa Pemasangan Credit Verband (untuk benda tak bergerak) dan Fiducia ( untuk benda- benda bergerak), dan yang berpenghasilan tetap memasang pemotongan gaji. c. Selanjutnya Pemohon diminta untuk membaca formulir yang telah diisi tadi, dan kemudian diminta buntuk menandatanganinya atau menggunakan Cap Jari. d. Apabila jaminan berupa Petok D (dahulu) atau Buku C Desa, maka Pemohon diminta untuk melegalisir Surat Kuasa Pemasangan kepada Camat selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). e. Apabila Pemohon termasuk orang yang berpenghasilan tetap, maka sesuai surat edaran Kantor Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : 225-KTN/11/ 2010, maka syarat- syarat yang dilampirkan adalah : 1) Identitas Calon Pemohon 2) Foto Copy Surat pengangkatan menjadi Pegawai tetap yang dilegalisir oleh Kepala Kantor/ Unit kerja Instansi yang bersangkutan. 3) Rekomendasi dari Kepala Kantor yang bersangkutan 4) Daftar perincian gaji pegawai yang bersangkutan yang disahkan oleh Kepala Kantor 5) Surat- surat Bukti Kepemilikan Barang jaminan. Untuk selanjutnya Calon Pemohon berubah menjadi Penerima Kredit (Nasabah), dan pada saat itu pula Petugas Bank Rakyat Indonesia memberitahukan kepada Nasabah yang bersangkutan cara- cara yang berkaitan dengan pembayaran kembali kreditnya. 6. Pembayaran kembali dan pengembalian kredit. Walaupun pencairan kredit telah dilakukan, pihak Bank masih tetap melakukan pengawasan, utamanya dengan me;lihat secara langsung kegiatan nasabah, dalam hal ini terhadap usaha yang diperoleh dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR).. Apabila usaha yang dilakukan nasabah berjalan kurang baik, maka pihak Petugas BRI akan menanyakan kepada Nasabah bagaimana cara memutar modal atau menjalankan usahanya sehingga terjadi penunrunan. Dan dalam hal ini Pihak Bank akan memberikan pembinaan untuk memajukan usaha nasabah kembali. Berbagai Usaha Rakyat atas dasar Modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa usaha yang harus dimohonkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak dibatasi. Dalam uraian yang telah disampaikan ada dua, yaitu : 1. Usaha yang telah ada, dan kemudian dimohonkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), atau 2. Usaha yang masih akan dipilih (vide halaman 20), tergantung kepada pemohon Kredit (Debitur), Bank Rakyat Indonesia bersedia memberikan pinjaman modal kepada semua jenis usaha dari si Debitur, sepanjang usaha tersebut dinilai layak dan menjamin pengembalian pinjaman tepat pada waktunya. Sebagaimana dikemukakan, jenis usaha yang akan diberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak dibatasi, sepanjang itu merupakan usaha penduduk di wilayah pedesaan, baik yang berkaitan dengan bidang pertanian, industri, bangunan, kerajinan tangan, maupun yang lainnya. Kredit Usaha rakyat (KUR) bertujuan untuk meningkatkan usaha rakyat Kecil, sehingga apabila pihak Bank Rakyat Indonesia (BRI) memandang bahwa dengan usaha tersebut, Pemohon akan mampu mengembalikan kreditnya, maka Kredit Usaha Rakyat (KUR) akan diberikan. Yang penting ada dua hal yang mendasar, yaitu : 1. Bank Rakyat Indonesia (BRI) memandang layak Pemohon yang bersangkutan dengan usahanya untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat, kemudian 2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) akan memantau dan mengawasi penggunaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dipergunakan oleh Pemohon/ Nasabah dan akan memberitahu apabila terjadi penutunan usaha atau kemungkinan lain yang akan mengganggu pengembalian kredit yang diberikan. Pada dasarnya tidak ada penolakan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR), apabila seorang Pemohon memang memiliki usaha dan usaha tersebut memang layak diberikan kredit, di samping ada kemampuan dari Pemohon untuk mengembalikan kreditnya. Kendala yang berkaitan dengan Persyaratan Untuk Memperoleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab II, bahwa persyaratan bagi Pemohon Kredit Usaha Rakyat (KUR) meliputi :20 1. Identitas diri Pemohon Kredit. Yang menjadi kendala pada persyaratan yang berkaitan dengan identitas Pemohon Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini antara lain tentang kepastian nama, misalnya : P. Esu, Pak Eso, Pak Niti dan sebagainya, yang tidak jarang tidak 2. 3. 4. 5. 20 diingat lagi nama daging atau nama yang sebenarnya. Hal tersebut juga ditulis dalam Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga Pemohon. Hal ini jelas akan menjadi ketidakpastian hukum bagi pertanggungjawaban Pemohon Kredit. Surat Ijin Usaha, apabila belum ada dilakukan dengan Surat Keterangan Kepala Desa yang dikuatkan oleh Camat. Yang disebutkan terakhir ini, juga tidak memberikan kepastian tentang jenis usaha yang tetap, padahal hal ini akan menjadi penilaian pihak Bank tentang kemampuan pemohon untuk pengembalian kreditnya. Di kalangan masyarakat yang dipentingkan adalah usaha, usaha ini bisa berupa apa saja dan berganti- ganti, sehingga menyulitkan penilaian bank terhadap kemampuan pengembalian kredit. Selain jaminan yang berupa Surat Ijin Usaha, kadangkala juga terdapat jaminan tambahan, yang bisa berupa Sertipikat Hak Atas Tanah, BPKB dan sebagainya, baik verband untuk berang tetap maupun fiducia untuk barang tidak tetap. Yang menjadi kendala dalam hal ini adalah bahwa tidak jarang barang jaminan tersebut bukan atas nama pemohon sendiri, atau tanah yang belum dibagi waris, sehingga kepastian hukumnya juga masih sulit diperoleh. Tingkah laku dan kemampuan Pemohon sebagai pengusaha, yang pada umumnya tidak nampak saat pengajuan permohonan kredit, sehingga banyak kredit macet karena ketidakcermatan pihak Bank dalam memperhatikan hal ini. Hubungan Pemohon kredit dengan Bank lain, utamanya dalam perkreditan, juga sulit diketahui, karena sering terjadi Pemohon kredit kepada Bank lain dengan nama lain atau dengan atas nama keluarga lain, sehingga sulit dideteksi apakah Pemohon yang bersangkutan sudah memiliki pinjaman kepada Bank lain atau tidak. Apabila terjadi kredit macet, maka banyaknya Bank lain yang telah memberikan kredit pada Pemohon baru diketahui. Wawancara dengan Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Tanggal 10 Juni 2011 6. Dalam hal Pemohon berpenghasilan tetap, diminta diminta Foto Copy Surat pengangkatan menjadi Pegawai tetap yang dilegalisir oleh Kepala Kantor/ Unit kerja Instansi yang bersangkutan, akan tetapi banyak terjadi ternyata Pegawai yang bersangkutan juga telah memiliki hubungan kredit dengan Bank- bank lain, baik Bank Pemerintah maupun Bank swasta yang jumlah kreditnya juga tidak kecil. 7. Rekomendasi dari Kepala Kantor yang bersangkutan juga diberikan, akan tetapi ternyata Pemohon juga memiliki kredit pada Bank lain yang juga memperoleh Rekomendasi. Keadaan ini yang menyulitkan Bank Rakyat Indonesia dalam memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR). 8. Daftar perincian gaji pegawai yang bersangkutan yang disahkan oleh Kepala Kantor 9. Surat- surat Bukti Kepemilikan Barang jaminan. 10. Petugas Bank Rakyat Indonesia memberitahukan kepada Nasabah yang bersangkutan cara- cara yang berkaitan dengan pembayaran kembali kreditnya. Syarat The Five C’s of Credit DAFTAR BACAAN Bank Rakyat Indonesia, Buku Perkrediatan, Jakarta, 2010 Handi Prasetyo, Tugas BRI Dalam Mengatur dan Mengawasi Pelaksanaan KUR, UI Press, Jakarta, 2010 Harian Kompas, Serapan KUR rendah, Gubernur Bali ditegur, Tanggal 4 Maret 2011 Heroe Soepraptomo, Pokok dan Praktek Perbankan, Liberty, Jogyakarta, 2001 Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1973 tentang Pedoman Peraturan Pembinaan Bank Unit Desa Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit, Alumni, Bandung, 2000 Muchdarsyah Sinungan, Dasar- dasar dan Teknis Manajemen Kredit, Bina Aksara, Jakarta, 2010 Pedoman Bank Rakyat Indonesia Unit Desa Tahun 1976 Rahmadi Usman, Aspek- aspek Perbankan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2010 R. Heroe Soeparptomo, Perjanjian Kredit Bank, Liberty, Jogyakarta, 2005 R. Soewandi Prodjodikoro, Lembaga Jaminan Kredit Verband, Bali Agung, Jakarta, 2001 Surat Edaran Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : S-18- INV/ 8/2010