proses dan kendala penyaluran kredit usaha rakyat

advertisement
PROSES DAN KENDALA PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI KALANGAN
PEDESAAN
Oleh : Moh. Zainal
PENDAHULUAN
Di samping Nelayan dan sebagian Buruh, masyarakat Pedsaan yang sebagian besar
adalah petani lahan sempit dan petani tanpa lahan atau buruh tani. Dengan
matapencaharian tersebut, tentu saja para Petani ini memiliki penghasilan yang serba
minim, terlebih- lebih lagi pada kurun waktu Februari hingga April 2011, di mana banyak
petani yang tidak memperoleh penghasilan atau menderita kerugian, karena banyaknya
tanaman padi yang rusak. Banyak tanah pertanian yang sebelumnya merupakan tanah
kelas satu dengan hasil yang cukup berlimpah pada awal tahun 2011 ini hasil panennya
menurun, bahkan banyak yang tidak memperoleh apa- apa.
Pemerintah bukannya tidak memberikan perhatian pada warga masyarakat yang
masih serba kurang ini, beragam program- program pengentasan kemiskinan telah
digulirkan, akan tetapi hasilnya masih saja belum nampak. Program Nasional tersebut
antara lain PNPM Mandiri, Beras bagi keluarga miskin (RASKIN), Program Keluarga
Bahagia (PKH), Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diikuti dengan Program Kompor
Gas dan masih banyak lagi lainnya. Salah satnya adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
juga menjadi program Nasional pengentasan kemiskinan rakyat.
Di dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) dinyatakan, bahwa “Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnyadikuasai negara dan
dipergunakan sebesar- besar kemakmuran rakyat”1 dan ketentuan ini yang menjadi dasar
pelaksanaan program- program Pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan..
Dalam hal mendasarkan diri pada pernyataan Pemerintah seringkali dikatakan,
bahwa warga masyarakat yang
miskin jumlahnya menurun, akan tetapi pada kenyataannya jumlahnya justru
meningkat, karena di samping keadaan yang semakin tidak memihak rakyat kecil, juga
kondisi alam yang tidak bersahabat.
Menurut Levy, Kredit adalah :
“Memberikaan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh
penerima kradit. Penerima Kredit berhak menggunakan pinjaman itu untuk
keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan sejumlah pinjaman itu di belakang
hari”2
Dengan demikian, pihak Kreditur atau yang memiliki uang mempunyai ketakinan
atau percaya bahwa debitur akan mampu mengembalikan uang yang dipinjamnya. Di
kalangan Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat
disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam meminjam, melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan3
1
Undang Undang Dasar 1945 Setelah Amandemen ke empat Tahun 2002, Pustaka Setia, Bandung, 2004, h. 29
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit, Alumni, Bandung, 2000, h. 21
3
Heroe Soepraptomo, Pokok dan Praktek Perbankan, Liberty, Jogyakarta, 2001, h. 56
2
Pihak Perbankan seringkali tidak mau memberikan kredit tanpa jaminnan, dan
perjanjian yang berkaitan dengan jaminan ini merupakan perjanjian Acessoire dalam
perjanjian hutang uang.4
Digulirkannya Kredit Usaha Rakyat (KUR), Pemerintah berharap akan dapat dijadikan
modal kalangan ekonomi lemah, termasuk masyarakat di pedesaan, akan tetapi KUR ini
diberikan tanpa jaminan dengan jumlah yang tidak begitu besar, akan tetapi seringkali
warga masyarakat pedesaan menggunakannya untuk keperluan Konsumtif bukan
Produktif, sehingga semua Program Pemerintah yang berkaitan dengan pengentasan
kemiskinan, sebagian besar tidak membuahkan hasil.
Kalangan masyarakat pedesaan yang serba kekurangan memang sangat
membutuhkan Kredit ini, akan tetapi penggunaannya seringkali tidak sesuai dengan yang
digariskan oleh Pemerintah. Pengontroaln memang tidak dilakukan, akan
tetapi apabila pengontrolan dilakukan, tetapi saja tidak akan dapat berbuat apa- apa.
Warga masyarakat pedesaan, dengan kebutuhannya yang besar, sertingkali sudah
terlibat hutang, sehingga begitu kredit diperoleh habis untuk pelunasan hutang.
Pengertian Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Pengertian kredit berasal dari bahasa Romawi Credere, yang artinya percaya.
Dengan demikian, maka seseorang yang memperoleh kredit , baik berupa uang, barang dan
jasa pada dasarnya telah memperoleh kepercayaan, dengan syarat akan mengembalikan
atau memberikan pengganti dalam suatu jangka waktu yang telah ditentukan. Pada
perkembangannya kepercayaan yang dimaksud dapat muncul pada seseorang yang
memperoleh kredit tanpa jaminan, akan tetapi bisa pula baru muncul apabila yang
memperoleh kredit telah memberikan jaminan atau agunan.
Dalam kaitannya dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), maka pengertian kredit pada
umumnya, adalah :
1. Pengertian Kredit Pada Umumnya
2. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Ad. 1. Pengertian Kredit Pada Umumnya
Berbagai sarjana yang memahami tentang Kredit ini, memberikan definisi yang
berbeda- beda. Seorang sarjana yang bernama Levy sebagaimana yang dikutip
oleh mariam Darus Badrulzaman (vide halaman 2) dengan unsur- unsur :
a. Memberikaan secara sukarela
b. sejumlah uang
c. untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kradit. Penerima Kredit
berhak menggunakan pinjaman itu untuk keuntungannya
d. dengan kewajiban mengembalikan sejumlah pinjaman itu di belakang
hari
Sebenarnya pemberian secara sukarela tersebut atas dasar kepercayaan saja,
akan tetapi pada perkembangannya baru ada kepercayaan apabila ada jaminan
atau agunan.
4
R. Soewandi Prodjodikoro, Lembaga Jaminan Kredit Verband, Bali Agung, Jakarta, 2001, h. 44
Dalam perkembangannya, kredit menyangkut pihak Kreditur, biasanya Bank,
atau Pemilik Uang lainnya dan debitur atau peminjam uang. Jelasnya, kreditur
memberikan pinjaman uang atau lainnya, dan debitur wajib mengembalikan
sesuai waktu yang ditentukan.
Pengertian Kredit menurut Undang Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun
1998, pasal 1 huruf c, diartikan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam
meminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah
bunga yang telah ditetapkan (Vide halaman 3).
Dalam Undang Undang Bank Syari’ah, walaupun tidak secara tegas, akan tetapi
pengertian kredit yang diberikan, adalah “Menyalurkan pembiyaan berdasarkan
akad Qardh5 atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari’ah,
utamanya yang tidak mengharuskan adanya bunga pinjaman.6
Di kalangan Perbankan, Kredit adalah kemampuan potensial dari seseorang atau
suatu badan usaha untuk menggunakan uang, barang dan jasa yang berasal dari
Bank, sebanyak mungkin dihubungkan dengan kemampuan yang optimal untuk
mengembalikan apa yang telah diterimanya dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
Pemberian Kredit dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, yaitu pemberian
pinjaman berupa barang atau berupa jasa. Berupa barang misalnya Pupuk, Obatobatan tanaman, Bibit tanaman, peralatan pengolahan sawah dan sebagainya,
sedangkan yang berupa jasa bisa berupa pinjaman berupa uang.
Secara umum, unsur- unsur dari pengertian Kredit, adalah :
a. Adanya prestasi yang berupa uang atau tagihan- tagihan yang dapat diartikan
dengan uang.
b. Adanya perjanjian pinjam meminjam.
a. Adanya kontra prestasi berupa bunga yang ditambahkan pada jumlah uang
(kecuali Bank Syari’ah), atau tagihan yang dikembalikan.
Pada asal mula terjadinya kredit, hanya kepercayaan yang menjadi jaminan,
karena sifat dan watak manusia pada waktu dahulu. Manusia jaman dahulu
yang mendapat kepercayaan dari orang lain akan menjunjung tinggi
kepercayaan itu selama hidupnya. Pemberian kepercayaan yang dilanggar akan
menyebabkan aib atau celaan bagi diri orang yang bersangkutan. Hal ini juga
disebabkan karena pada jaman dahulu hubungan antar kelompok atau
kekeluargaan masih erat.
Perkembangan jaman yang semakin pesat, mempengaruhi perkembangan sifat
dan watak manusia. Sifat dan watak manusia memang dipengaruhi oleh
lingkungannya. Perubahan tersebut
menyebabkan
lunturnya faktor
kepercayaan dalam hubungannya dengan pemberian kredit.
5
Akad Qardh adalah akad peminjaman dana kepada Nasabah dengan ketentuan bahwa Nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.
6
Zubairi Hasan, Undang Undang Perbankan Syari’ah, Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional, CV
Rajawali, Jakarta, 2009, h. 80
Apabila jaman dahulu orang yang dipercaya dan diberikan pinjaman akan
menjaganya dengan sekuat tenaga, dewasa ini sebaliknya, berusaha mencari
pinjaman untuk tidak dikembalikan.
Untuk mengimbangi keadaan yang ada dewasa ini, maka adanya harta yang
dimiliki manusia mulai dipikirkan untuk dijadikan jaminan kredit atau pinjam
uang ke pihak lain.
Pada Pasal 24 ayat (1) Undang Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
dinyatakan, bahwa “Bank Umum tidak memberikan krediit tanpa jaminan”7
Pengertian Kredit yang berhubungan dengan hak- hak jaminan menjadi
berubah, yaitu “Kredit adalah menjamin uang dari Bank dengan memberikan
hak- hak jaminan, jaminan mana bersifat accessoire”8
Bersifat accaessoire (menempel) berarti mengikuti perjanjian pokoknya, kalau
hutang sudah dibayar, maka jaminan juga sudah bisa diambil.
Kredit diminta oleh seseorang kepada Bank atau Pemilik Uang lainnya,
dikarenakan Ia membutuhkan Bank atau Pemilik Uang lainnya itu, biasanya
guna memperlancar usahanya karena kekurangan modal.
Pihak Bank atau Pemilik Uang tidak dengan begitu saja memberikan
pinjamannya, akan tetapi pada umumnya dipertimbangkan adanya Lima C
yang berkaitan dengan Calon Debitur atau keadaan waktu pemberian kredit
dilakukan. Lima C ini adalah :9
a. Character, atau watak dari nasabah
b. Capasity, atau kemampuan dari nasabah
c. Capital, atau modal dari nasabah
d. Collateral, atau harta kekayaan atau jaminan dari nasabah
e. Condition of Economic, atau kondisi ekonomi saat pinjaman diberikan.
Pihak bank atau Pemilik uang harus mempercayai Debitur atas dasar sifat,
modal, jaminan dan kemampuannya, walaupun tetap mempertimbangkan
kondisi ekonomi saat itu.
Berbagai Macam kredit yang ada, antara lain :10
a. Kredit Jangka Pendek
b. Kredit Jangka Menengah
c. Kredit Jangka Panjang
7
Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Rineka Cipta Karya, 2005, h. 12
R. Soewandi Prodjodikoro, Lembaga Jaminan Kredit Verband, PT. Bali Agung, Jakarta, 2001, h. 15
9
R. Heroe Soeparptomo, Perjanjian Kredit Bank, Liberty, Jogyakarta, 2005, h. 21
10
Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 , Op. Cit., h. 2
8
Kredit Jangka Pendek, adalah kredit yang diberikan untuk jangka waktu 1
tahun, pada umumnya untuk sektor perdagangan, eksport, import, distribusi
dan jasa.
Kredit Jangka Menengah, adalah kredit yang diberikan untuk jangka waktu 1
hingga 3 tahun, pada umumnya untuk sektor pertanian, pertambangan dan
perindustrian.
Kredit Jangka Panjang, adalah kredit yang diberikan untuk jangka waktu lebih
dari 3 tahun, pada umumnya diberikan Bank untuk sektor Investasi.
Kredit yang telah dilakukan guna menunjang kehidupan Para Petani, antara
lain adalah :
a. Kredit Bimas, yaitu kredit yang diberikan kepada Petani untuk
meningkatkan produksi pangan dan produksi petani itu sendiri.
b. Kredit Candak Kulak, adalah kredit yang diberikan kepada Pengusaha kecil,
dananya berasal dari Pemerintah (Kementerian Keuangan) yang disalurkan
lewat Bank Indonesia, kemudian disalurkan melalui Koperasi Unit Desa dan
Badan Usaha Desa.
c. Kredit Umum Pedesaan, merupakan kredit yang disalurkan lewat Bank
Rakyat Indonesia (BRI), untuk diberikan kepada Petani atau Nelayan, untuk
usaha penanaman padi, pengawetan ikan, pembibitan ternak sapi dan
sebagainya.
d. Kredit Inpres Pasar, merupakan kredit yang berasal dari Pemerintah
Kabupaten untuk membiayai pembangunan Pasar Inpres.
e. Kredit Mini, adalah kredit yang meliputi kredit investasi dan kredit
eksploitasi yang diberikan kepada Pengusaha kecil untuk membiayai
kebutuhan modal tetap atau modal lancar.
f. Kredit Investasi Kecil, yang diberikan kepada Pengusaha ekonomi lemah,
untuk rehabilitasi dan expansi dari usahanya yang diharapkan akan dapat
menaikkan pendapatan para pengusaha kecil dan sekaligus untuk
memberikan kesempatan usaha bagi masyarakat.
Dan yang terbaru sejak Tahun 2010 adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Kredit Usaha Rakyat ini lebih luas lagi dan dapat dikatakan mencakup seluruh
macam kredit di atas, yaitu :
a. Diberikan kepada siapa saja yang mempunyai usaha dan ijin usaha, baik
petani, nelayan maupun pedagang. Surat ijin usaha ini sekaligus dapat
dijadikan jaminan.
b. Dana pinjaman maksimal Rp 20 juta
c. Jangka waktunya dapat dirundingkan, dan
d. Suku bunganya tidak tinggi
Ad. 2. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Latar belakang diberikannya Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini, diawali dengan
pemberian kredit- kredit sebelumnya, yaitu dengan Undang Undang Perbankan
Tahun 1967 tertanggal 31 Desember 1967, kemudian Undang Undang Nomor 21
Tahun 1968 juga mengenai Perbankan, selanjutnya dikeluarkan Surat
Keterangan Direksi Bank Rakyat Indonesia NOKEP : 8-34-31/9/ 1969 tertanggal
8 September 1969 yang menyatakan telah didirikan pilot proyek Bank Rakyat
Unit Desa di Jogyakarta.
Bank Unit Desa ini bertugas menjalankan praktek- praktek perbankan di desa,
yang pada waktu itu penyaluran kredit Bimas baru dapat diberikan apabila
sudah ada Bank Raskyat Unit Desa. Untuk menguatkan kedudukan Bank Rakyat
Indonesia Unit Desa tersebut, maka pada Tanggal 3 Mei 1973 dengan Instruksi
Presiden Nomor 14 Tahun 1973 tentang Pedoman Peraturan Pembinaan Bank
Unit Desa, khususnya pasal 8, menyatakan sebagai berikut :
Bank Rakyat Indonesia Unit Desa adalah merupakan organisasi dari Bank
rakyat Indonesia yang berada secara organisatoris termasuk struktur
organisasi Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia. Wilayah kerja Bank
Rakyat Indonesia Unit desa meliputi seluruh wilayah Unit Desa.11
Adapun yang dimaksudkan dengan Unit Desa terdapat pada Pedoman Kerja
Bank Rakyat Indonesia Tahun 1976, adalah :
Unit Desa adalah kesatuan organisasi ekonomi dari masyarakat dalam satu
wilayah yang memiliki fungsi- fungsi penyuluhan pertanian, penyaluran
sarana produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang dibentuk dalam
rangka program peningkatan produksi pertanian, khususnya produksi
pangan melalui usaha- usaha intensifikasi serta pengembangan
perekonomian masyarakat desa yang diorganisir oleh Koperasi guna
meningkatkan taraf hidup para petani produsen khususnya serta
masyarakat desa pada umumnya.12
Dengan demikian fungsi pokok dari Bank rakyat Unit Desa ini adalah
memberikan pelayanan perbankan di wilayah kerjanya, dengan melaksanakan
pelayanan kredit- kredit masyarakat.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini yang juga didasarkan pada Aline ke empat
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 ini diluncurkan kembali oleh Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2010, bahkan sebagian masyarakat
menyebutnya sebagai
Kredit SBY.13 Pada sebelumnya, Kredit Usaha Rakyat yang dicairkan sudah
mencapai 6,8 Trilyun dengan 672.000 debitur. Dengan demikian saat ini
Pemerintah sedang giat- giatnya menggalakkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini
dan Bank Rakyat Indonesia bertugas menyalurkannya14
Pada tahun 2011, yaitu hingga tanggal 4 April 2011 penyaluran Kredit Usaha
Rakyat sudah dilakukan oleh 6 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perbankan
dan 16 lembaga perbankan.
11
Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1973 tentang Pedoman Peraturan Pembinaan Bank Unit Desa, h. 3
Pedoman Bank Rakyat Indonesia Unit Desa Tahun 1976, h. 5
13
Muchdarsyah Sinungan, Dasar- dasar dan Teknis Manajemen Kredit, Bina Aksara, Jakarta, 2010, h. 24
14
Internet, fatah.web.ugm.ac.id
12
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat ini dipercepat, sehingga serapan Kredit Usaha
Rakyat di Bali yang rendah mengakibatkan Gubernur Bali ditegur Presiden.15
Kredit Usaha Rakyat adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan modal
kepada rakyat yang memiliki usaha guna meningkatkan usahanya itu. Dengan
demikian dasar berlakunya didasarkan pada Nota Kesepahaman Bersama
(Memorie of Understanding/ MOU) paling tidak oleh 6 lembaga atau Instansi
terkait, yaitu keuangan, daerah, perbankan, perdagangan, pertanian, perikanan
dan sebagainya.
Semua kegiatan yang diawali dengan Instruksi Presiden dan dilaksanakan antara
lain dengan Peraturan Menteri (PERMEN) Keuangan Nomor 22/ PMK 05/ 2010
tentang perubahan PERMEN Keuangan Nomor 135/ PMK 05/ 2008 tentang
Kredit Usaha Rakyat.16
Kredit Usaha Rakyat harus sejauh mungkin dihindarkan dari Ranah Politik dan
diberikan kepada
Perorangan, Badan Hukum atau Kelompok Koperasi yang melakukan usaha
produktif.17
Persyaratan Yang Harus Dipenuhi Bagi Debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Di dalam usaha pemberian kredit, terlebih dahulu diusahakan mempertimbangkan
segala sesuatunya yang dapat memperkecil terjadinya resiko. Resiko terbesar dalam
pemberian kredit adalah apabila terjadi kemacetan.
Jenis usaha yang dapat memperoleh Kredit Usaha Rakyat sesuai dengan Surat
Edaran Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : S-18- INV/ 8/2010 adalah “Setiap
usaha penduduk di wilayah pedesaan, usaha dimaksud meliputi usaha di bidang pertanian,
industri, bangunan, kerajinan tangan dan lain sebagainya”18
Mengenai usaha yang dipilih, tergantung kepada pemohon Kredit (Debitur), Bank
Rakyat Indonesia bersedia memberikan pinjaman modal kepada semua jenis usaha dari si
Debitur, sepanjang usaha tersebut dinilai layak dan menjamin pengembalian pinjaman
tepat pada waktunya.
Usaha- usaha yang ada dibedakan dalam 2 jenis, yaitu :
a. Industri dan Usaha perorangan yang terorganisir.
Dalam usaha ini, Pemilik atau Pengelola bekerja secara penuh tidak mengubahubah kegiatannya dari satu bidang ke bidang lainnya, selama 1 tahun penuh, tidak
tergantung pada perubahan musim dan dimungkinkan mempekerjakan karyawan
dari lingkungan keluarganya. Dalam hal ini misalnya usaha pertukangan/ meubel.
b. Usaha- usaha Keluarga
Sebagian besar usaha penduduk pedesaan adalah usaha keluarga. Usaha jenis ini,
tenaga kerja dan modal tersedia
15
Harian Kompas, Serapan KUR rendah, Gubernur Bali ditegur, Tanggal 4 Maret 2011, h. 5 kol 2
Handi Prasetyo, Tugas BRI Dalam Mengatur dan Mengawasi Pelaksanaan KUR, UI Press, Jakarta, 2010, h. 26
17
Rahmadi Usman, Aspek- aspek Perbankan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, h. 55
18
Surat Edaran Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : S-18- INV/ 8/2010, h. 3
16
berasal dari anggota keluarga, kegiatannya berubah- ubah dari kegiatan yang satu
ke kegiatan lainnya, yang bersifat musiman dan sesuai dengan peluang yang ada.
Misalnya usaha penjualan kelapa, penjualan buah- buahan dan sebagainya.
Bagi keluarga yang usahanya musiman ini disyaratkan adanya Surat Keterangan
dari Kepala Desa yang mengetahui usaha dan karakter keluarga yang bersangkutan.
Kredit Usaha Rakyat diberikan dalam rangka investasi atau untuk modal kerja
dalam rangka meningkatkan penghasilan sector ekonomi masyarakat.
Dengan memperhatikan Surat Edaran Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor
SE. : 41/DIR/KPK/2010 tentang Kredit Usaha Rakyat dan Penyempurnaan dari
ketentuan Kredit Usaha Rakyat, serta syarat- syarat untuk memperoleh Kredit
Usaha Rakyat (KUR), antara lain sebagai berikut :
a. Orang, Badan Usaha, Badan Hukum juga golongan berpenghasilan tetap
berdasarkan Surat Edaran Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE :
225-KTK/ 11/2010.
b. Tidak mempunyai hutang kepada pihak ketiga dalam arti lembaga keuangan
dan bukan hutang dagang.
c. Mempunyai usaha yang masih berjalan, dengan bukti surat ijin usaha, kalau
belum ada menggunakan Surat Keterangan dari Kepala Desa yang dikuatkan
oleh Camat setempat.
d. Tidak mempunyai tunggakan kredit yang lain, yang disebabkan adanya unsur
kesengajaan.
Di samping syarat- syarat tersebut di atas, dalam Kredit Usaha Rakyat, terdapat
ketentuan- ketentuan lain sebagai berikut :
a. Pemberian kredit didasarkan atas kelayakan usaha nasabah.
b. Besarnya kredit yang diberikan maksimal Rp 20.000.000,00 (Dua Puluh Juta
Rupiah).
c. Kredit dipergunakan untuk investasi dan modal kerja.
d. Jangka waktu kredit bisa bervariasi, mulai dari 1 hingga 3 tahun untuk investasi
dan antara 3 bulan hingga 3 tahun untuk modal kerja.
e. Suku bunga kredit investasi sebesar 1% per bulan dari jumlah yang dipinjam,
dan 1,5% per bulan untuk Modal Kerja
Para peminjam yang tidak membayar semua cicilan tepat waktu dikenakan
0,5% per bulan.
f. Pengikatan jaminan tetap berdasarkan cara sebelumnya, yaitu bisa credit
verband atau fiducia untuk benda- benda bergerak yang dipergunakan sebagai
jaminan tambahan.
Syarat lain tetapi atas dasar syarat The Five C’S of Credit, yaitu Character, Capital,
Capasity, Collateral dan Condition of Economic, sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas, utamanya ikhtikad baik pemohon kredit untuk merngembalikan kreditnya.
Proses Pencairan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Pada dasarnya pemberian atau penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang
dilakukan dan diawasi oleh Bank Rakyat Indonesia dijalankan dalam 4 Tahap, yaitu :
1. Pengajuan Permintaan Kredit
2. Persiapan permohonan kredit
3. Pemutusan Kredit, dan
4. Tata laksana, pengawasan kredit dan pembinaan nasabah19
Di dalam praktek, pelaksanaan pemberian kredit Usaha Rakyat yang dilakukan pada
Bank Rakyat Indonesia Unit Situbondo, prosedur pemberian kredit dapat dibagi menjadi :
1. Pra Pengajuan permintaan Kredit
2. Pengajuan permintaan Kredit
3. Persiapan permintaan Kredit
4. Pemutusan Kredit
5. Realisasi Kredit
6. Pembayaran kembali dan pengembalian kredit.
1. Pra Pengajuan permintaan Kredit
Sebelum mengajukan permohonan kredit secara formil, terlebih dahulu
diadakan pembicaraan dengan pihak Bank (bersifat wawancaraq), utamanya
mengenai identitas pemohon, tujuan permohonan kredit, besarnya kredit yang
dibutuhkan, keadaan usaha berkaitan dengan kemampuan membayar kembali,
dengan maksud agar Bank dengan segera dapat memutuskan apakah yang
bersangkutan layak diberi kredit ataukah tidak.
Apabila Pemohon dinilai baik oleh pihak Bank, maka kepada yang bersangkutan
diberikan Formulir permohonan kredit untuk diisi selengkapnya. Apabila pihak
Pemohon kredit tidak dapat menulis sendiri akan diisikan oleh pihak Bank,
berdasarkan Tanya jawab dengan pihak Pemohon Kredit, yang kemudian isinya
dibacakan oleh petugas Bank agar didengar oleh Pemohon Kredit yang
bersangkutan.
Di samping mengisi formulir tersebut juga diberitahukan suarat- suarat atau
dokumen- dokumen yang harus dilampirkan untuk dipergunakan sebagai
pertimbangan penilaian oleh pihak Bank. Surat- surat atau dokumen- dokumen
dimaksud, adalah :
a. Identitas diri Pemohon Kredit.
b. Surat Ijin Usaha, apabila belum ada dilakukan dengan Surat Keterangan
Kepala Desa yang dikuatkan oleh Camat.
c. Jaminan yang digunakan untuk meminjam kredit adalah Usaha, akan tetqapi
jaminan tambahan bisa berupa Sertipikat Hak Atas Tanah, BPKB dan
sebagainya, baik verband maupun fiducia.
2. Pengajuan permintaan Kredit
Dalam tahap ini Pemohon menyerahkan formulir permohonan kredit yang telah
diisi, beserta lampiran dokumen- dokumen yang disyaratkan oleh pihak Bank.
Formulir permintaan pinjaman/ kredit dimaksud, pada umumnya berisikan
pertanyaan- pertanyaan yang jawabannya sangat berguna
untuk
mempertimbangkan permohonan kredit yang diminta.
19
Bank Rakyat Indonesia, Buku Perkrediatan, Jakarta, 2010, h. 12
Misalnya : Pertanyaan yang berupa jenis usaha yang akan dibiayai, jangka waktu
yang diminta, jumlah kredit yang diminta dan sebagainya.
3. Persiapan permintaan Kredit
Formulir permintaan kredit yang telah diisi oleh Pemohon beserta dokumendokumen yang dilampirkan yang diajukan oleh Pemohon tidak begitu saja
diterima oleh Pihak Bank, akan tetapi masih diteliti sedemikian rupa, karena
harus diketahik apakah segala sesuatu yang telah dikemukakan dapat
ditemukan kesimpulan sebagai berikut :
a. Identitas diri dari calon Pemohon Kredit dan jenis usahanya,
b. Tingkah laku dan kemampuan Pemohon sebagai pengusaha.
c. Bagaimana hubungan Pemohon kredit dengan Bank lain, utamanya dalam
perkreditan.
d. Keterangan Ijin Usaha yang diberikan.
Pemeriksaan tersebut biasanya dilakukan oleh Mantri BRI Unit, baik dengan
pemeriksaan berkas pemohon maupun dengan pemeriksaan lapangan. Misalnya
Mantri ini menggunakan Formulir 71A untuk jaminan tanah yang ada
bangunannya atau Formulir 78A untuk jaminan tanah yang tidak ada
bangunannya.
Apabila Pemohon dianggap layak memperoleh Kredit Usaha Rakyat, maka
berkasnya akan dikirim ke Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia untuk
memperoleh keputusan.
4. Pemutusan Kredit
Setelah berkas Permohonan Kredit sampai di Kantor Cabang Bank Rakyat
Indonesia, maka selanjutnya
akan dikembalikan ke Kantor Unit BRI untuk diadakan pemeriksaan ulang, dan
untuk kedua kalinya akan disampaikan ke Kantor Cabang BRI untuk pembuatan
keputusan.
Pada SE Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : S.18- INV/8/ 2010
dinyatakan, bahwa Kepala Bank Rakyat Indonesia Unit, mempunyai kewenangan
memutus permohonan Kredit, yang mana kewenangan tersebut ditentukan oleh
Pimpinan Kantor Cabang BRI setempat.
5. Realisasi Kredit
Dalam tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan Pemohon Kredit, yaitu :
a. Mengisi Surat Pengakuan Hutang,
b. Surat Kuasa Pemasangan Credit Verband (untuk benda tak bergerak) dan
Fiducia ( untuk benda- benda bergerak), dan yang berpenghasilan tetap
memasang pemotongan gaji.
c. Selanjutnya Pemohon diminta untuk membaca formulir yang telah diisi tadi,
dan kemudian diminta buntuk menandatanganinya atau menggunakan Cap
Jari.
d. Apabila jaminan berupa Petok D (dahulu) atau Buku C Desa, maka Pemohon
diminta untuk melegalisir Surat Kuasa Pemasangan kepada Camat selaku
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
e. Apabila Pemohon termasuk orang yang berpenghasilan tetap, maka sesuai
surat edaran Kantor Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : 225-KTN/11/ 2010,
maka syarat- syarat yang dilampirkan adalah :
1) Identitas Calon Pemohon
2) Foto Copy Surat pengangkatan menjadi Pegawai tetap yang dilegalisir
oleh Kepala Kantor/ Unit kerja Instansi yang bersangkutan.
3) Rekomendasi dari Kepala Kantor yang bersangkutan
4) Daftar perincian gaji pegawai yang bersangkutan yang disahkan oleh
Kepala Kantor
5) Surat- surat Bukti Kepemilikan Barang jaminan.
Untuk selanjutnya Calon Pemohon berubah menjadi Penerima Kredit (Nasabah),
dan pada saat itu pula Petugas Bank Rakyat Indonesia memberitahukan kepada
Nasabah yang bersangkutan cara- cara yang berkaitan dengan pembayaran
kembali kreditnya.
6. Pembayaran kembali dan pengembalian kredit.
Walaupun pencairan kredit telah dilakukan, pihak Bank masih tetap melakukan
pengawasan, utamanya dengan me;lihat secara langsung kegiatan nasabah,
dalam hal ini terhadap usaha yang diperoleh dengan Kredit Usaha Rakyat
(KUR).. Apabila usaha yang dilakukan nasabah berjalan kurang baik, maka pihak
Petugas BRI akan menanyakan kepada Nasabah bagaimana cara memutar
modal atau menjalankan usahanya sehingga terjadi penunrunan. Dan dalam hal
ini Pihak Bank akan memberikan pembinaan untuk memajukan usaha nasabah
kembali.
Berbagai Usaha Rakyat atas dasar Modal Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, bahwa usaha yang harus dimohonkan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak dibatasi. Dalam uraian yang telah disampaikan ada dua,
yaitu :
1. Usaha yang telah ada, dan kemudian dimohonkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), atau
2. Usaha yang masih akan dipilih (vide halaman 20), tergantung kepada pemohon
Kredit (Debitur), Bank Rakyat Indonesia bersedia memberikan pinjaman modal
kepada semua jenis usaha dari si Debitur, sepanjang usaha tersebut dinilai layak
dan menjamin pengembalian pinjaman tepat pada waktunya.
Sebagaimana dikemukakan, jenis usaha yang akan diberikan Kredit Usaha Rakyat
(KUR) tidak dibatasi, sepanjang
itu merupakan usaha penduduk di wilayah pedesaan, baik yang berkaitan dengan
bidang pertanian, industri, bangunan, kerajinan tangan, maupun yang lainnya. Kredit Usaha
rakyat (KUR) bertujuan untuk meningkatkan usaha rakyat Kecil, sehingga apabila pihak
Bank Rakyat Indonesia (BRI) memandang bahwa dengan usaha tersebut, Pemohon akan
mampu mengembalikan kreditnya, maka Kredit Usaha Rakyat (KUR) akan diberikan.
Yang penting ada dua hal yang mendasar, yaitu :
1. Bank Rakyat Indonesia (BRI) memandang layak Pemohon yang bersangkutan
dengan usahanya untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat, kemudian
2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) akan memantau dan mengawasi penggunaan Kredit
Usaha Rakyat (KUR) yang dipergunakan oleh Pemohon/ Nasabah dan akan
memberitahu apabila terjadi penutunan usaha atau kemungkinan lain yang akan
mengganggu pengembalian kredit yang diberikan.
Pada dasarnya tidak ada penolakan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR),
apabila seorang Pemohon memang memiliki usaha dan usaha tersebut memang layak
diberikan kredit, di samping ada kemampuan dari Pemohon untuk mengembalikan
kreditnya.
Kendala yang berkaitan dengan Persyaratan Untuk Memperoleh Kredit Usaha
Rakyat (KUR)
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab II, bahwa persyaratan bagi
Pemohon Kredit Usaha Rakyat (KUR) meliputi :20
1. Identitas diri Pemohon Kredit.
Yang menjadi kendala pada persyaratan yang berkaitan dengan identitas Pemohon
Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini antara lain tentang kepastian nama, misalnya : P. Esu,
Pak Eso, Pak Niti dan sebagainya, yang tidak jarang tidak
2.
3.
4.
5.
20
diingat lagi nama daging atau nama yang sebenarnya. Hal tersebut juga ditulis
dalam Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga Pemohon. Hal ini jelas akan
menjadi ketidakpastian hukum bagi pertanggungjawaban Pemohon Kredit.
Surat Ijin Usaha, apabila belum ada dilakukan dengan Surat Keterangan Kepala Desa
yang dikuatkan oleh Camat. Yang disebutkan terakhir ini, juga tidak memberikan
kepastian tentang jenis usaha yang tetap, padahal hal ini akan menjadi penilaian
pihak Bank tentang kemampuan pemohon untuk pengembalian kreditnya.
Di kalangan masyarakat yang dipentingkan adalah usaha, usaha ini bisa berupa apa
saja dan berganti- ganti, sehingga menyulitkan penilaian bank terhadap
kemampuan pengembalian kredit.
Selain jaminan yang berupa Surat Ijin Usaha, kadangkala juga terdapat jaminan
tambahan, yang bisa berupa Sertipikat Hak Atas Tanah, BPKB dan sebagainya, baik
verband untuk berang tetap maupun fiducia untuk barang tidak tetap. Yang menjadi
kendala dalam hal ini adalah bahwa tidak jarang barang jaminan tersebut bukan
atas nama pemohon sendiri, atau tanah yang belum dibagi waris, sehingga kepastian
hukumnya juga masih sulit diperoleh.
Tingkah laku dan kemampuan Pemohon sebagai pengusaha, yang pada umumnya
tidak nampak saat pengajuan permohonan kredit, sehingga banyak kredit macet
karena ketidakcermatan pihak Bank dalam memperhatikan hal ini.
Hubungan Pemohon kredit dengan Bank lain, utamanya dalam perkreditan, juga
sulit diketahui, karena sering terjadi Pemohon kredit kepada Bank lain dengan
nama lain atau dengan atas nama keluarga lain, sehingga sulit dideteksi apakah
Pemohon yang bersangkutan sudah memiliki pinjaman kepada Bank lain atau tidak.
Apabila terjadi kredit macet, maka banyaknya Bank lain yang telah memberikan
kredit pada Pemohon baru diketahui.
Wawancara dengan Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Tanggal 10
Juni 2011
6. Dalam hal Pemohon berpenghasilan tetap, diminta diminta Foto Copy Surat
pengangkatan menjadi Pegawai tetap yang dilegalisir oleh Kepala Kantor/ Unit kerja
Instansi yang bersangkutan, akan tetapi banyak terjadi ternyata Pegawai yang
bersangkutan juga telah memiliki hubungan kredit dengan Bank- bank lain, baik
Bank Pemerintah maupun Bank swasta yang jumlah kreditnya juga tidak kecil.
7. Rekomendasi dari Kepala Kantor yang bersangkutan juga diberikan, akan tetapi
ternyata Pemohon juga memiliki kredit pada Bank lain yang juga memperoleh
Rekomendasi. Keadaan ini yang menyulitkan Bank Rakyat Indonesia dalam
memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
8. Daftar perincian gaji pegawai yang bersangkutan yang disahkan oleh Kepala Kantor
9. Surat- surat Bukti Kepemilikan Barang jaminan.
10. Petugas Bank Rakyat Indonesia memberitahukan kepada Nasabah yang
bersangkutan cara- cara yang berkaitan dengan pembayaran kembali kreditnya.
Syarat The Five C’s of Credit
DAFTAR BACAAN
Bank Rakyat Indonesia, Buku Perkrediatan, Jakarta, 2010
Handi Prasetyo, Tugas BRI Dalam Mengatur dan Mengawasi Pelaksanaan KUR, UI Press,
Jakarta, 2010
Harian Kompas, Serapan KUR rendah, Gubernur Bali ditegur, Tanggal 4 Maret 2011
Heroe Soepraptomo, Pokok dan Praktek Perbankan, Liberty, Jogyakarta, 2001
Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1973 tentang Pedoman Peraturan Pembinaan Bank
Unit Desa
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit, Alumni, Bandung, 2000
Muchdarsyah Sinungan, Dasar- dasar dan Teknis Manajemen Kredit, Bina Aksara, Jakarta,
2010
Pedoman Bank Rakyat Indonesia Unit Desa Tahun 1976
Rahmadi Usman, Aspek- aspek Perbankan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2010
R. Heroe Soeparptomo, Perjanjian Kredit Bank, Liberty, Jogyakarta, 2005
R. Soewandi Prodjodikoro, Lembaga Jaminan Kredit Verband, Bali Agung, Jakarta, 2001
Surat Edaran Kantor Pusat Bank Rakyat Indonesia Nomor SE : S-18- INV/ 8/2010
Download