BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Hepatitis Berikut merupakan

advertisement
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hepatitis
Berikut merupakan beberapa pengertian dari hepatitis.
1) Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa” berarti kaitan dengan
hati, sementara “itis” berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis, dan pankreatitis)
(James, 2005: 4).
2) Hepatitis merupakan infeksi pada hati, baik disebabkan oleh virus atau tidak. Hepatitis
yang disebabkan oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. hepatitis yang
tidak disebabkan oleh virus biasanya disebabkan oleh adanya zat-zat kimia atau obat,
seperti karbon tetraklorida, jamur racun, dan vinyl klorida (Asep suryana abdurahmat,
2010: 153).
3) Hepatitis adalah peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi akibat
infeksi virus, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik. Hepatitis berkaitan
dengan sejumlah hepatitis virus dan paling sering adalah hepatitis virus A, hepatitis
virus B, serta hepatitis virus C (Sue hanclif, 2000: 105).
4) Hepatitis adalah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi atau keracunan
(Clifford anderson, 2007:,243).
Dari beberapa pengetian hepatitis di atas pada dasarnya memiliki tujuan yang sama,
yaitu hepatitis merupakan peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus maupun
tidak disebabkan oleh virus.
2.2 Etiologi Hepatitis
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan oleh
virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Virus hepatitis A (HAV)
Virus hepatitis B (HBV)
Virus hepatitis C (HCV)
Virus hepatitis D (HDV)
Virus hepatitis E (HEV)
Hepatitis F (HFV)
Hepatitis G (HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal
adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai
daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua
penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005:
243). Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk
respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat
idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).
2.3 Patofisiologi Hepatitis
Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk berbagai
virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran basar dan
berwarna normal, namun kadang-kadang agak edema, membesar dan pada palpasi
“terasa nyeri di tepian”. Secara histologi. Terjadi kekacauan susunan hepatoselular,
cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan peradangan periportal.
Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut penyakit mereda. Namun
pada beberapa kasus nekrosis, nekrosis submasif atau masif dapat menyebabkan
gagal hati fulminan dan kematian (Price dan Daniel, 2005: 485).
2.4 Manifestasi Klinis Hepatitis
Menurut Arif mansjoer (2001: 513) Manifestasi klinis merupakan suatu gejala
klinis tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Berikut adalah gejala klinis dari
penyakit hapatitis.
1) Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas. Urin
menjadi lebih cokelat.
2) Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada
sclera,kemudian pada kulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien
masih lemah, anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning
muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3) Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi
normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada
akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.
Menurut Sriana azis (2002: 232) Gejala-gejala klinis lain yang dapat
dilihat, sebagai berikut.
a) Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain meliputi letih, lesu,
lemas dan mata menjadi kuning, urin seperti teh, rasa tidak enak di perut dan
punggung, hati bengkak, bangun tidur tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila sakitnya
berkepanjangan dapat berubah menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi kanker.
b) Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala menjadi tetap ada
sampai 6 bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput (sirosis) kemudian menjadi kanker.
Komplikasi sirosis meliputi muntah darah, kanker hati dan koma.
c) Virus C tidak mempunyai gejala awal langsung akut.
d) Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan, kejang otot,
gerakan khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.
2.5 Diagnosis Keperawatan Hepatitis
Menurut Kathleen speer (2005: 121) Diagnosis keperawatan merupakan
pernyataan tentang masalah aktual dengan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti yang
dialami oleh pasien.
1) Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah, diare, dan
pendarahan.
2) Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi hati.
3) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
diare, mual atau muntah.
4) Resiko intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kelelahan.
5) Resiko infeksi yang berhubungan dengan penyebaran virus hepatitis melalui kontak
dengan pengunjung dan staf.
6) Isolasi sosial yang berhubungan dengan status isolasi (jika anak mengidap hepatitis B)
7) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah, penyakit, dan
pencegahan kekambuhan.
8) Ketidakefektifan koping keluarga : penurunan yang berhubungan dengan rawat nginap
di rumah sakit.
9) Defisit pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di rumah.
2.6 Penatalaksanaan
Menurut Arif mansjoer (2001: 515) Dalam penatalaksanaan untuk penderita
hepatitis dapat harus dilakukan sesuai dengan sifat-sifat dari hepatitis.
1) Hepatitis Akut
Terdiri dari istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.
a) Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan untuk istirahat. Istirahat mutlak tidak
terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka
dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
b) Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di berikan infus.
Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori ( 30 – 35 kalori/kg BB )
dengan protein cukup ( 1 gr/kg BB ). Pemberin lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.
c) Medikalmentosa
Kortikosteroid
tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah.
Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestatis yang berkepanjangan, dimana
transamenase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan
ini dapat diberikan prednisone 3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.
(i) Berikan obat – obat yang bersifat melindungi hati.
(ii) Antibiotic tidak jelas kegunaannya.
(iii) Jangan diberikan antiemetic. Jika perlu sekali dapat diberikan golongan fenotiazin.
(iv) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Bila pasien dalam
keadaan prekoma atau koma, penanganan seperti koma hepatik.
2) Hepatitis Kronik
Menurut Arif Mansjoer (2001: 515) Obat yang dinilai bermanfaat untuk
pengobatan hepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat tersebut adalah suatu protein
selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita akibat rangsangan virus
atau akibat induksi mikroorganisme, asam nukleat, anti gen, mitogen, dan polimer
sintetik. Interferon mempunyai efek antivirus, imunomodulasi, dan antiproliferatif.
a) Hepatitis B
Pemberian interferon pada penyakit ini ditujukan untuk menghambat replikasi virus
hepatitis B, menghambat nekrosis sel hati oleh karena reaksi radang, dan mencegah
transformasi maigna sel-sel hati. Di indiksikan untuk pasien berikut ini.
a) Pasien dengan HbeAG dan HBV-DNA positif
b) Pasien hepatitis kronik aktif berdasarkan pemeriksaan histopatologi
c) Dapat dipertimbangkan pemberian interferon pada hepatitis fulminan akut meskipun
belum banyak dilakukan penelitian pada bidang ini.
Menurut Arif Mansjoer (2001: 515) Diberikan IFN leukosit pada kasus hepatitis
kronik aktif dengan dosis sedang 5-10 MU/m 2/hari selama 3-6 bulan. Dapat juga
pemberian IFN limfoblastoid 10MU/m 2 3kali seminggu selama 3 bulan lebih. Sebagian
pasien hepatitis B kronik memberi respon terhadap terapi interferon, ditandai dengan
hilangnya HBV DNA dan serokonversi HbeAG/Anti Hbe, serokonversi HbsAG/Anti HBs
terjadi pada 7% pasien. Terapi ini harus dilakukan minimal selama 3 bulan.
b) Hepatitis C
Arif mansjoer (2001: 516) Pemberian interferon bertujuan mengurangi gejala,
mengusahakan perbaikan parameter kimiawi, mengurangi peradangan dalam jaringan
hati, menghambat progresi histopatologi, menurunkan infektivitas, menurunkan resiko
terjadinya hepatoma, dan memperbaiki harapan hidup. Respon tergantung dari
lamanya penyakit dan kelainan histologi. Dosis standar yang bisa dipakai adalah
interferon α dengan dosis 3 x 3 juta unit/minggu selama 6 bulan. Masih belum jelas
menambah waktu pengobatan di atas 9 bulan dapat meningkatkan resppon dan
menurunkan angka kambuh.
2.7 Pengobatan Penyakit Hepatitis
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase
akut penting dilakukan dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya
merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan
secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus
muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi sehingga gejala mereda dan tes fungsi
hati kembali normal (Price dan Wilson, 2005: 492).
Pengobatan terpilih untuk hepatitis B atau hepatitis C simtomatik adalah terapi
antivirus dengan interferon-α. Terapi antivirus untuk hepatitis D kronis membutuhkan
pasien uji eksperimental. Jenis hepatitis kronis ini memiliki resiko tertinggi untuk
berkembangnya sirosis (Price dan wilson, 2005: 492).
Menurut Sriana Azis (2002: 233) Obat hepatitis hanya diperoleh dengan resep
dokter. Namun terdapat obat alternatif sebagai tambahan obat yag diberikan dokter.
1) Rebus selama 15 menit seperempat rimpang temulawak, 5 siung bawang putih, 15 biji
cengkeh, 3 cabe merah, dan gila merah. Kemudian diminum selama setiap hari selama
6 bulan atau sampai merasa sehat dan tetap berkonsultasi dengan dokter.
2) Makan rebusan kerang dan airnya setiap hari selam 6 bulan atau sampai merasa sehat
dan berkonsultasi dengan dokter.
2.8 Pencegahan Penyakit Hepatitis
Pencegahan adalah cara awal yang dapat dilakukan untuk menghambat suatu
penyakit menyerang tubuh kita. Sama halnya dengan hepatitis dapat dilakukan
pencegahan sesuai dengan jenis virus penyebabnya sebagai berikut.
2.8.1 Terhadap virus hepatitis A
1) Penyebaran secara fekal-oral, pencegahan masih sulit karena adanya karier dari virus
tipe A yang sulit ditetapkan.
2) Virus ini resisten terhadap cara-cara sterilisasi biasa, termasuk klorinasi. Sanitasi yang
sempurna, kesehatan umum, dan pembuangan tinja yang baik sangat penting. Tinja,
darah, dan urin pasien harus dianggap infeksius. Virus dikeluarkan di tinja mulai sekitar
2 minggu sebelum ikterus.
2.8.2 Terhadap virus hepatitis B
1) Dapat ditularkan melalaui darah dan produk darah. Darah tidak dapt disterilkan dari
virus hepatitis. Pasien hepatitis sebaiknya tidak menjadi donor darah.
2) Usaha pencegahan yang paling efektif adalah imunisasi. Imunisasi hepatitis B dilakukan
terhadap bayi-bayi setelah dilakukan penyaring HBsAg pada ibu-ibu hamil.
2.8.3 Pencegahan dengan immunoglobulin
Pemberian immunoglobulin (HBIg) dalam pencegahan hepatitis infeksiosa
memberi pengaruh yang baik, sedangkan pada hepatitis serum masih diragukan
kegunaannya. Diberikan dalam dosis 0,02 ml/kg BB im dan ini dapat mencengah
timbulya gejala pada 80-90 %. Diberikan pada mereka yang dicurigai ada kontak
dengan pasien (Arif mansjoer, 2001: 513).
Pengobatan lebih ditekankan pada pencegahan melalui imunisasi, dikarenakan
keterbatasan pengobatan hepatitis virus. Kini tersedia imunisasi pasif dan aktif untuk
HAV maupun HBV. CDC (2000) telah menerbitkan rekomendasi untuk praktik penberian
imunisasi sebelum dan sesudah pejanan virus (Price dan Wilson, 2005: 492).
Imunoglobulin (IG) dahulu disebut globulin serum imun,diberikan sebagai
perlindungan sebelum terpajan HAV. Semua sediaan IG mengandung anti HAV.
Profilaksis sebelum pejanan dianjurkan untuk wisatawan manca negara yang akan
berkunjung ke negara-negara endemis HAV. Pemberian IG pasca pajanan bersifat
efektif dalam mencegah atau mengurangi keparahan infeksi HAV. Dosis 0,02 ml/kg
diberikan sesegara mungkin atau dalam waktu dua minggu setelah perjalanan.
Inokulasi dengan IG diindikasikan bagi anggota keluarga yang tinggal serumah, sftaf
pusat penitipan anak, pekerja di panti asuhan, dan wisatawan ke negara berkembang
dan tropis (Price dan wilson, 2005: 492).
HBIG merupakan obat terpilih untuk profilaksis pasca pajanan jangka pendek.
Pemberian vaksin HBV dapat dilakukan bersamaan untuk mendapatkan imunitas
jangka panjang, bergantung pada situasi pajanan. HBIG (0.06 ml/kg) adalah
pengobatan terpilih untuk mencegah infeksi HBV setelah suntikan perkutan (jarum
suntik) atau mukosa terpajan darah HbsAg posotif. Vaksin HBV harus segera diberikan
dalam waktiu 7 sampai 14 hari bila individu yang terpajan belum divaksinasi (Price dan
Wilson, 2005: 493).
Petugas yang terlibat dalam kontak
risiko tinggi (misal pada hemodialisis,
transfusi tukarm dan terapi parental) perlu sangat berhati-hati dalam menangani
peralatan dan menghindari tusukan jarum. Tindakan dalam masyarakat yang penting
untuk mencegah hepatitis mencakup penyediaan makanan, dan air bersih yang amam
serta sistem pembuangan sampah yang efektif. Penting untuk memperhatikan higiene
umum, mencuci tangan, membuang urin dan feses pasien yang terinfeksi secara aman.
Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber
infeksi yang penting. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV
sebelum diterima menjadi panel donor (Price dan Wilson, 2005: 493).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. “Hepa” berarti kaitan
dengan hati, sementara “itis” berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis, dan
pankreatitis) jadi
Hepatitis adalah peradangan atau inflamasi pada hepar yang
umumnya terjadi akibat infeksi virus, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat-zat toksik.
Hepatitis berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus dan paling sering adalah hepatitis
virus A, hepatitis virus B, serta hepatitis virus C.
Etiologi hepatitis yaitu disebabkan oleh beberapa virus diantaranya virus
hepatitis A, virus hepatitis B, dan virus hepatitis C. Hepatitis pula dapat disebabkan oleh
racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat, infeksi
stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik
Patofisiologi hepatitis yaitu adanya pembengkakan atau edema hepar yang
disebabkan oleh cedera dan
nekrosis mengakibatkan gagal hati fulminan dan
kematian. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna bila fase akut penyakit mereda.
Manifestasi klinis hepatitis yaitu ditandai dengan mual-mual, lemah, lesu,
anoreksia. Terjadi selama beberapa hari dan mulai berkurang pada beberapa minggu.
Jika terjdi selama 4-7 hari maka sesaorang tersebut mengalami stadium parikterik.
Setelah menegalami satidum parikterik pasien akan mengalami stadium ikterikI yaitu,
berkurangnya rasa mual, muntah, dan lesu.
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan tentang masalah aktual dengan
aktivitas kehidupan sehari-hari seperti yang dialami oleh pasien. Seperti resiko
kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah, diare, dan pendarahan,
kemudian Defisit pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di rumah.
Penatalaksanaan
hepatitis
dapat
dilakukan
dengan
istirahat,
diet,
dan
medikalmentosa. Obat yang dinilai bermanfaat untuk pengobatan hepatitis kronik
adalah interferon (IFN). Obat tersebut adalah suatu protein selular stabil dalam asam
yang diproduksi oleh sel tubuh kita.
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama fase
akut penting dilakukan dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat umumnya
merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita. Pemberian makanan
secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus-menerus
muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi sehingga gejala mereda dan tes fungsi
hati kembali normal. Pengobatan alternatif untuk penyakit hepatitis sangatlah mahal,
maka untuk pengobatan lebih baik menggunakan obat tradisional. Namun pencegahan
hepatitis dapat dilakukan dengan imunisasi, yang dikarenakan adanya keterbatasan
pengobatan untuk penyakit hepatitis virus.
3.2 Saran
1) Adapun yang menjadi saran penulis kepada teman-teman mahasiswa agar kiranya
dapat memahami substansi dalam penulisan makalah ini serta mengimplementasikan
dalam kehidupan seharí-hari, karena mengingat betapa pentingnya mempelajari
penyakit hepatitis.
2) Kepada teman-teman penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang
sehat, menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi lingkungan
sekitar.
3) Dan untuk para teman-teman sebagai calon-calon perawat agar menghindari adanya
kontak langsung dengan alat medis dalam pengobatan pasien di saat turun dinas nanti,
serta memperhatikan sterilnya alat-alat yang digunakan saat praktik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmat, Asep S. 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Gorontalo: UNG
Anderson, Clifford R. 2007. Petunjuk Modern kepada Kesehatan. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Azis, Sriana. 2002. Kembali Sehat dengan Obat. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Hincliff, Sue. 2000. Kamus Keperawatan Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. akarta: Media Aesculapius.
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jakarta: EGC.
Speer, Kathleen M. 2005. Rencana Asuhan keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
James & Tim Horn. 2005.hepatitits virus dan HIV. Jakarta: Sprita
HEPATITIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Adapun yang melatar belakangi penulisan makalah ini selain merupakan tugas kelompok juga
merupakan materi bahasan dalam mata kuliah Epidemiologi Kebidananan. Dimana mahasiswa
dari setiap kelompok akan membahas materi, sesuai judul materi yang telah ditugaskan kepada
masing-masing kelompok. Adapun dalam makalah ini akan dibahas tentang
“Hepatitis”merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus, bakteri,
penyakit autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis , sebagai penyebab hepatitis virus
telah banyak mengalami perkembangan. Namun demikian untuk mendeteksinya kini dapat sehari
jadi. Saat ini, telah ditemukan jenis-jenis virus hepatitis antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E,
G dan TT (masih dalam tahap penelitian). Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan
disebut “Hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut “hepatitis kronis”
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis,
yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti
mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis nonvirus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. Penyakit hepatitis telah menjadi masalah dunia
saat ini. Diperkirakan sebanyak 400 juta orang di dunia mengidap penyakit hepatitis B kronis.
Sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus
hepatitis) B (VHB) ini. Penderita penyakit hepatitis C juga tercatat sangat besar, yaitu sekitar 170
juta orang di seluruh dunia.
Penyakit hepatitis juga menjadi masalah besar di Indonesia mengingat jumlah penduduk
Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk yang besar ini membawa konsekuensi yang besar
pula. Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan rendah dihadapkan pada
masalah kesehatan terkait gizi, penyakit menular serta kebersihan sanitasi yang buruk.
Sedangkan penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi memiliki masalah
kesehatan terkait gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan jika saat ini penyakit hepatitis
menjadi salah satu penyakit yang mendapat perhatian serius di Indonesia.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah. Sekitar 11
juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit hepatitis B, ada sebuah asumsi bahwa
1 dari 20 orang di Jakarta menderita hepatitis B. Demikian pula dengan hepatitis C yang
merupakan satu dari 10 besar penyebab kematian di Dunia. Angka kasus hepatitis C berkisar
0,5% hingga 4% dari jumlah penduduk. Jika jumlah pendudik Indonesia saat ini adalah 220 juta
maka angka asumsi penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga 8,8 juta penderita. Jumlah ini dapat
bertambah setiap tahunnya mereka yang terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala-gejala
spesifik sehingga tidak diketahui oleh masyarakat dan tidak terdiagnosis oleh dokter.
Carrier/pembawa virus hepatitis B dan C berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit
hepatitis B dan C.
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.2.1. Bagi Pendidikan
a) Sebagai bahan pengembangan pengetahuan bagi mahasiswa Kebidanan dalam mengerjakan
tugas kelompok dari mata kuliah Epidemiologi.
b) Sebagai bahan penilaian terhadap tugas yang di berikan terhadap mahasiswa ; baik dalam
penyusunan makalah maupun presentasi makalah.
1.2.2. Bagi Mahasiswa
a) Sebagai bahan pembelajaran dalam diskusi kelompok maupun individu.
b) Mahasiswa mampu menguasai bahan makalah dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1. Pengertian
“Hepatitis”merupakan penyakit peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus, bakteri,
penyakit autoimun, racun dan lain sebagainya. Virus hepatitis , sebagai penyebab hepatitis virus
telah banyak mengalami perkembangan. Saat ini, telah ditemukan jenis-jenis virus hepatitis
antara lain virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan TT (masih dalam tahap penelitian).. Hepatitis
yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut “Hepatitis akut”, hepatitis yang berlangsung lebih
dari 6 bulan disebut “hepatitis kronis”
Penyebab Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis,
yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti
mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis nonvirus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
2.2. Etiologi
Penyebab hepatitis bermacam-macam akan tetapi penyebab utama hepatitis dapat dibedakan
menjadi dua kategori besar yaitu penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi
yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus. Hepatitis virus dapat dibagi
ke dalam hepatitis A, B, C, D, E, G. Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera
oleh fisik atau kimia, pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi atas infeksi dan bukan infeksi.
Hepatitis B dan C dapat berkembang menjadi sirosis (pengerasan hati), kanker hati dan
komplikasi lainnya yang dapat mengakibatkan kematian.
Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit kuning. Sebenarnya
hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor
penyebab penyakit hepatitis atau sakit kuning ini antara lain adalah infeksi virus, gangguan
metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek
samping dari konsumsi obat-obatan maupun kehadiran parasit dalam organ hati (liver). Salah
satu gejala penyakit hepatitis (hepatitis symptoms) adalah timbulnya warna kuning pada kulit,
kuku dan bagian putih bola mata. Peradangan pada sel hati dapat menyebabkan kerusakan selsel, jaringan, bahkan semua bagian dari organ hati (liver). Jika semua bagian organ hati (liver)
telah mengalami kerusakan maka akan terjadi gagal hati (liver) yang menyebabkan kematian.
2.3. Patofisiologi
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa sampai ke hati.
di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati
(hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGOT dan SGPT). akibat kerusakan ini maka terjadi
penurunan penyerapan dan konjugasii bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan
mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga
timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir
toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka
hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai
penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat
menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga merupakan
hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu
yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi pembesaran hati,
dan hal ini dapat diketahui dengan meraba / palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat
gejala ikterik mulai nampak.
Hepatitis viral dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. Klasifikasi hepatitis
viral akut dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas (asimtomatik),
hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan hepatitis viral ikterik. Hepatitis
virus kronik dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok yaitu hepatitis kronik persisten, hepatitis
kronik lobular, dan hepatitis kronik aktif.
Virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis infeksiosa, panas badan (pireksia)
didapatkan paling sering pada hepatitis A. Hepatitis tipe B mempunyai masa inkubasi lama atau
disebut dengan hepatitis serum.
Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian yaitu: hepatotoksinhepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi hipersensitivitas terhadap obat, dan
idiosinkrasi metabolik.
Obat-obat yang dapat menyebabkan gangguan/kerusakan hepar adalah:
 Obat anastesi
 Obat antibiotik
 Obat antiinflamasi
 Obat antimetabolik dan imunosupresif
 Antituberkulosa
 hormon-hormon
 obat psikotropik
 Lain-lain, contoh phenothiazine
2.4. Gambaran klinis Penyakit Hepatitis
Gambaran klinis dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
 Hepatitis kronik.
o Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai perasaan lelah yang
sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi portal (asites, perdarahan varises
esofagus) menunjukkan penyakit pada stadium yang sudah lanjut.
o Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, transminase dan globulin
serum.
o Gambaran histopatologis memperlihatkan kelainan morfologis yang khas untuk hepatitis
kronik.
 Hepatitis akut.
o Pada umumnya, hepatitis tipe A, B, dan C mempunyai perjalanan klinis yang sama. Hepatitis
tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan sering dihubungkan dengan
serum-sickness.
o Serangan yang teringan tidak menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan naiknya
transminase serum.
o Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa prodmoral kurang
lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa “tidak enak badan”,
menderita gejala digestif, terutama anoreksia dan nausea, dan kemudian ada panas badan ringan;
ada nyeri di abdomen kanan atas, yang bertambah pada tiap guncangan badan; tak ada nafsu
untuk merokok atau minum alkohol; perasaan badan tak enak bertambah menjelang malam dan
pasien merasa sengsara.
o Kadang-kadang dapat menderita sakit kepala yang hebat.
o Hati dapat di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70% pasien.
o Setelah kurang lebih 1-4 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan sembuh.
 Manifestasi Klinik
o Stadium Praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, nyeri pada otot, dan nyeri di perut kanan atas, urin menjadi lebih coklat
o Stadium Ikterik, berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada sclera,
kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah
anoreksia, dan muntah. Hati membesar dan nyeri tekan. Tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuning muda. Serangan Ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa
prodromal, kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya merasa tidak
enak makan, menderita gejala digestive terutama anoreksia dan nausea dan kemudian ada panas
badan ringan, ada nyeri di abdomen kanan atas yang bertambah pada tiap guncangan badan.
Masa prodormal diikuti warna urin bertambah gelap dan warna tinja menjadi gelap, keadaan
demikian menandakan timbulnya ikterus dan berkurangnya gejala : panas badan menghilang,
mungkin timbul bradikardi. Setelah kurang lebih 1-2 minggu masa ikterik, biasanya pasien
dewasa akan sembuh. Tinja menjadi normal kembali dan nafsu makan pulih. Setelah
kelihatannya sembuh rasa lemah badan masih dapat berlangsung selama beberapa minggu
o Stadium pasca ikterik. Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal lagi.Penyembuhan
pada ank-anak lebih cepat lebih cepat dari orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena
penyebab yang biasanya berbeda.
2.5. Penegakkan Diagnosa
 Pemerikasaan laboratorium untuk deteksi hepatitis
Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengidap hepatitis dilakukan untuk
memastikan diagnosis, mengetahui penyebab hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver).
Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hepatitis terdiri dari atas tes serologi dan tes
biokimia hati.
o Tes serologi adalah pemeriksaan kadar antigen maupun antibodi terhadap virus penyebab
hepatitis. Tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis virus penyebab hepatitis.
o Tes biokimia hati adalah pemeriksaan sejumlah parameter zat-zat kimia maupun enzim yang
dihasilkan jaringan hati (liver). Dari tes biokimia hati inilah dapat diketahui derajat keparahan
atau kerusakan sel dan selanjutnya fungsi organ hati (liver) dapat dinilai.Beberapa jenis
parameter biokimia yang diperiksa adalah AST (aspartat aminotransferase), ALT (alanin
aminotransferase), alkalin fosfate, bilirubin, albumin dan waktu protrombin. Pemeriksaan ini
biasa dilakukan secara berkala untuk mengevaluasi perkembangan penyakit maupun perbaikan
sel dan jaringan hati (liver).
 Pemeriksaan HbsAg. Yakni untuk mendeteksi adanya antigen virus dalam tubuh, sebagai
penanda awal terjadinya infeksi Hepatitis B.
 Pemeriksaan antiHBs. Untuk mendeteksi adanya kekebalan atau antibodi terhadap virus
Hepatitis B.
 Pemeriksaan IgM antiHBc. Untuk mendeteksi antibodi terhadap HbcAg. (penanda pernah
terinfeksi hepatitis B).
 Pemeriksaan HbeAg dan Anti Hbe. Untuk mendeteksi apakah sedang terjadi replikasi virus
aktif atau tidak dalam tubuh penderita.
 Pemeriksaan HBV DNA kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar proses replikasi virus
sedang terjadi di dalam tubuh. Tetapi hanya dilakukan bila penderita terinfeksi Hepatitis B,
sehingga dapat ditemukan pada tipe mutant.
Pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk melacak hepatitis virus C antara lain dengan;
 Anti HCV. Untuk mengetahui apakah penderita terpapar Hepatitis C.
 HCV RNA kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar aktifitas Virus Hepatitis C.
Saat ini, hasil pemeriksaan immunologi untuk deteksi hepatitis virus tersebut selain HBV DNA
dan HCV RNA, dapat diketahui segera (One Day Sevice/sehari jadi). Perkembangan di bidang
diagnostika laboratorium tersebut, tentunya akan mempercepat penanganan oleh dokter, sehingga
dapat diambil langkah-langkah yang tepat bagi penderita Hepatitis A, B maupun C.
2.6. Prognosis
prognosis pada penyakit hepatitis dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu:
 Infeksi hepatititis B dikatakan mempunyai mortalitas tertinggi.
 Pasien yang agak tua atau kesehatan umumnya jelek mempunyai prognosis jelek.
2.7. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit yang
memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaaan ini dikenal sebagai hepatitis kronik persisten, dan terjadi
pada 5 % – 10 % pasien. Akan tetapi meskipun terlambat, pasien-pasien hepatitits kronik
persisten akan selalu sembuhkembali.
Setelah hepatitits virus akut sembuh, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau
kronik aktif, dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti dan perkembangan sirosis.
Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun akibat gagal hati atau komplikasi sirosis. Hepatitis
kronik aktif dapat berkembang aktif pada 50 % pasien HCV. Sebaliknya, Hepatitis kronik
umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Akhirnya, suatu komplikasi lanjut dari
suatu hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.
2.7. Epidemiologi
a) Hepatitis A
 Hepatitis A merupakan tipe hepatitis yang paling ringan. Infeksi virus hepatitis A (VHA)
biasanya tidak sampai menyebabkan kerusakan jaringan hati (liver) yang parah. Mayoritas
mereka yang terinfeksi oleh virus ini dapat pulih sepenuhnya. Hepatitis A menular melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh VHA.
 Gejala Hepatitis A :
Gejala awal seperti influenza, gastritis maupun artritis. Tetapi yang terutama adalah adanya
demam, lemah/lesu, mual, muntah, dan diare. Urin menjadi berwarna gelap dan tinja berwarna
pucat selama penderita mengalami kulit berwarna kuning atau jaundice. Gejala hepatitis A
biasanya berlangsung selama 3 – 6 minggu, dan masa penyembuhannya secara klinis dan
biokimiawi memerlukan waktu sampai 6 bulan.
 Penularan Hepatitis A :
Penularan hepatitis A terutama terjadi melalui makanan dan minuman (95%). Penularan lain
melalui kontak langsung dengan penderita, atau melalui pemakaian jarum suntik.
 Kelompok yang berisiko terhadap Hepatitis A :
Orang yang mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak terjamin kebersihannya berisiko
untuk tertular hepatitis A. Terjadinya infeksi tambahan hepatitis A pada pengidap kronik hepatitis
B atau hepatitis C sering mengakibatkan bertambah parahnya penyakit hati tersebut, sehingga
menyebabkan gagal hati.
 Pengobatan dan pencegahannya :
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap hepatitis A. Istirahat dan gizi yang baik dapat
membantu mempercepat penyembuhan. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan :
- pola hidup yang baik dan bersih
- vaksinasi terhadap hepatitis A
 Waktu pemberian dan dosis vaksin :
Sedini mungkin bagi anak mulai umur 2 tahun . Satu kali suntikan pertama, dan 6 bulan
berikutnya suntikan penguat (booster) dapat memberikan perlindungan sekurang-kurangnya 10
tahun.
 Yang harus divaksinasi :
Anak-anak adalah prioritas untuk mendapatkan vaksinasi.
Untuk orang dewasa :
- orang yang tinggal di daerah endemis tinggi (Indonesia)
- pengelola makanan : catering, koki, pedagang makanan, dll
- dokter dan perawat
- tentara
- orang yang bepergian (travellers)
- penderita hepatitis C kronis atau penyakit hati kronis yang lain.
b) Hepatitis B
 Prevalensi Hepatitis B
Pada saat ini diperkirakan bahwa di dunia terdapat kira-kira 300 juta orang pengidap Hepatitis B
Surface Antigen (HBsAg – carrier), dan dari jumlah ini sekitar 220 juta orang dan ini berarti
bahwa hampir 78% berdiam di Asia. Data prevalensi HBsAg di Indonesia sangat bervariasi, hal
ini dapat dimengerti mengingat Indonesia memiliki daerah yang sangat luas.
Dengan prevalensi HBsAg 3 – 20% Indonesia digolongkan kedalam kelompok daerah endemis
sedang sampai dengan tinggi, dan termasuk negara yang sangat dihimbau oleh WHO untuk
segera melaksanakan usaha pencegahan terhadap hepatitis B.
Data-data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi virus hepatitis B
yang menetap timbul sebagai akibat infeksi pada waktu bayi dan anak-anak. Makin muda usia
seseorang terkena infeksi virus hepatitis B, lebih besar kemungkinannya untuk menderita infeksi
virus hepatitis B yang menetap, dengan demikian lebih besar pula risiko untuk menjadi sirosis
hati dan kanker hati primer dikemudian hari.
 Transmisi Virus Hepatitis B secara vertikal dan Horizontal
Infeksi pada bayi terjadi pada saat persalinan dari ibu pengidap HBsAg dan penularan ini disebut
sebagai penularan vertikal. Selain itu juga terdapat penularan secara horizontal berupa kontak
erat dengan pengidap hepatitis B.
 Sumber Penularan Hepatitis B
a.Darah
Dalam perjalanan infeksi virus hepatitis B hati dan darah merupakan tempat yang mengandung
konsentrasi virus hepatitis B yang tertinggi.
b.Air Seni
HBsAg dapat ditemukan dalam jumlah yang kecil dalam air seni penderita hepatitis akut B dan
pengidap dengan fungsi ginjal yang normal. Bukti yang nyata bahwa air seni dapat menularkan
infeksi tidak jelas.
c.Tinja Dan Sekresi Usus
Pada waktu ini dianggap bahwa HBsAg tidak terdapat dalam tinja penderita hepatitis akut B dan
pengidap.
d.Air Liur
HBsAg sering dijumpai pada air liur pada kasus hepatitis akut ataupun pengidap. Walaupun air
liur dapat mengandung sejumlah kecil partikel virus hepatitis B namun agaknya daya infeksinya
rendah.
e.Semen (cairan mani)Sekresi Vagina dan Darah Menstruasi
HBsAg telah dijumpai pada semen, baik pada kasus akut maupun pengidap, demikian pula pada
sekret vagina dan darah menstruasi. Kontak seksual merupakan salah satu penularan HBsAg
yang penting.
f.Air Susu,Keringat dan cairan tubuh yang lain
HBsAg telah dilaporkan dapat dijumpai pada air susu, keringat dan pada eksudat seperti cairan
ketuban dan cairan sendi. Namun peranan dalam penularan HBsAg agaknya kecil.
 Cara Penyebaran Virus Hepatitis B
Penyebaran virus hepatitis B dapat melalui berbagai cara :
A. Penularan melalui kulit (perkutan)
Penularan perkutan terjadi jika bahan yang mengandung HBsAg/partikel virus hepatitis B intak
masuk atau dimasukkan ke dalam kulit. Terdapat 2 keadaan cara penularan ini:
Penularan perkutan yang nyata :
Terjadi jika bahan yang infeksius masuk melewati kulit; melalui penyuntikan darah atau bahan
yang berasal dari darah, baik secara intravena atau tusukan jarum.
 Hepatitis pasca transfusi
Hepatitis virus B akut dapat timbul sebagai akibat transfusi darah yang mengandung HBsAg
positip.
Dengan melakukan uji saring darah donor terhadap adanya HBsAg, maka jelas terdapat
penurunan prevalensi kejadian hepatitis pasca transfusi.
 Hemodialisa
Prevalensi yang tinggi baik sebagai infeksi akut maupun kronik, telah dilaporkan pada penderita
dengan penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa berkala.
 Alat suntik
Penularan lewat suntikan dengan mempergunakan alat yang tidak steril, telah lama dikenal.
Sering sesudah imunisasi masal terjadi letupan hepatitis beberapa waktu kemudian.
Penularan perkutan tidak nyata :
Penularan perkutan yang tidak nyata bisa terjadi. Banyak penderita mendapat hepatitis virus B
dan tidak pernah dapat mengingat bahwa mereka mendapat trauma pada kulit atau hal lain, virus
hepatitis B tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun dapat melalui kulit yang mengalami
kelainan penyakit kulit. Penularan yang tidak nyata ini sangat mungkin memegang peranan
penting dalam menerangkan jumlah pengidap HBsAg yang sangat besar.
B.Penyebaran melalui selaput lendir
Penyebaran peroral
Cara ini terjadi jika bahan yang infeksius mengenai selaput lendir mulut. Cara ini tidak sering
menimbulkan infeksi. Agaknya penularan melalui mulut hanya terjadi pada mereka dimana
terdapat luka didalam mulutnya.
Penyebaran seksual
Cara ini terjadi melalui kontak dengan selaput lendir saluran ginjal, sebagai akibat kontak
seksual dengan individu yang mengandung HBsAg positip yang bersifat infeksius. Infeksi dapat
terjadi melalui hubungan seksual baik heteroseksual maupun homoseksual. Hal ini
dimungkinkan oleh karena cairan sekret vagina dapat mengandung HBsAg.
Penularan perinatal (transmisi vertikal)
Penularan perinatal ini disebut juga sebagai penularan maternal neonatal dan merupakan cara
penularan yang unik. Penularan infeksi virus hepatitis B terjadi dalam kandungan, sewaktu
persalinan, pasca persalinan.
 Penatalaksanaan Hepatitis B Akut
Pada dasarnya terdapat 3 cara umum dalam penatalaksanaan hepatitis B virus akut
1. Tirah baring
Tirah baring telah merupakan suatu cara dalam mengobati suatu penyakit.
2. Diet
Pada prinsipnya penderita seharusnya mendapat diet cukup kalori. Pada stadium dini
persoalannya ialah bahwa penderita mengeluh mual, dan bahkan muntah, disamping hal yang
menganggu yaitu tidak nafsu makan. Dalam keadaan ini jika dianggap perlu pemberian makanan
dapat dibantu dengan pemberian infus cairan glukosa.
3. Obat-obatan
Pada saat ini belum ada obat yang mempunyai khasiat memperbaiki kematian/kerusakan sel hati
dan memperpendek perjalanan penyakit hepatitis virus akut.
 Penatalaksanaan Hepatitis Kronik
Tujuan pengobatan tentu saja kita mengharapkan penyembuhan total dari infeksi virus hepatitis
B, kita mengharapkan bahwa virus tersebut dapat dihilangkan di dalam tubuh dan terjadi
penyembuhan penyakit hatinya. Hal ini ditandai dengan menghilangnya HBsAg, DNA
polymerase dan HBVDNA dan juga perubahan nilai SGOT dan SGPT (enzim hati) ke dalam
batas normal.
 Macam pengobatan :
OBAT ANTI VIRUS
Interferon
Mempunyai aktivitas biologik sebagai antiviral, antiproliferatif dan khasiat imunomodulasi. Dari
penelitian-penelitian terdahulu memang dilihat adanya respons yang kurang dan hal ini
disebabkan karena dosis yang rendah dan pendeknya jangka waktu pengobatan. Dengan telah
ditemukan cara DNA rekombinant telah dapat dibuat alfa, beta dan gamma interferon dalam
jumlah yang besar dan sebagian problem diatas telah dapat diatasi.
Sasaran utama dari Interferon pada hepatitis kronis adalah menekan permanen replikasi virus
atau membasminya sehingga dapat mencapai keadaan remisi penyakitnya. Indikasi pemberian
interferon umumnya diberikan pada stadium replikasi (pembelahan virus) dan perjalanan
hepatitis B kronik yang ditandai dengan kenaikan enzim hati (transaminase), HBeAg dan HBV
DNA serum yang positif selama observasi 6 bulan. Salah satu interferon yang telah beredar luas
di Indonesia adalah INTRON AÒ
Pemberian interferon sering disertai timbulnya efek samping yaitu menggigil, demam, lemah,
rambut rontok, berat badan turun, penekanan pada sumsum tulang, dan perubahan lokal pada
tempat suntikan.
c) Hepatitis C
 Prevalensi Virus Hepatitis C
Di Indonesia prevalensi hepatitis C ditemukan sangat bervariasi mengingat luas geografis yang
sangat luas, selain itu juga terdapat variasi dari hasil beberapa penelitian sehubungan dengan
kelompok yang diteliti yang berlainan. Hasil pemeriksaan pendahuluan anti-HCV pada donor
darah di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensinya adalah diantara 3,1%
sampai 4%.
 Aspek Klinis Hepatitis C
Secara klinik hepatitis C mirip dengan infeksi hepatitis B. Gejala awal tidak spesifik dengan
gejala gastrointestinal (pencernaan) diikuti dengan ikterus (kuning) dan kemudian diikuti dengan
perbaikan pada kebanyakan kasus.
Yang menyolok adalah sebagian besar penderita yang terkena infeksi hepatitis C akan menjurus
menjadi kronik. Kejadiannya jauh lebih sering dibandingkan dengan hepatitis B. Dilaporkan
bahwa kira-kira 50% menjadi sirosis hati.
Kanker hati dapat terjadi mengikuti sirosis hati yang disebabkan oleh hepatitis NANB. Lamanya
waktu sejak terjadinya pemberian transfusi darah dan kejadian penyakit hati kronik sebagai
berikut :
o 13 tahun dibutuhkan untuk terjadinya hepatitis kronik aktif
o 12 tahun dibutuhkan untuk terjadinya sirosis hati
o 18-24 tahun untuk perkembangan ke arah karsinoma hepatoseluler
Belum lama dilaporkan bahwa, kira-kira 50% kasus yang terinfeksi HCV akan menjadi kronik
dan dalam 20% akan menjadi sirosis hati namun penelitian terakhir memperlihatkan angka
kejadian kronik yang lebih tinggi lagi, yaitu bisa mencapai angka 70%. Dengan pemeriksaan
HCV-RNA dalam serum hati, telah diperlihatkan bahwa angka infeksi yang menetap menjadi
lebih tinggi lagi, yaitu antara 80-90%.
 Penularan Hepatitis C
Parenteral (melalui darah)
Di Amerika Serikat, dan Jepang penularan hepatitis C terjadi terutama melalui cara parenteral,
seperti transfusi darah atau produk darah. Populasi dengan risiko tinggi terlihat pada
hemodialisis (cuci darah) mereka yang sering mendapatkan penyuntikan obat-obatan secara
intravena, disusul oleh penderita hemofilia dan thalasemia.
Kontak personal
Peran kontak orang ke orang dalam penularan hepatitis C belum jelas. Penularan secara kontak
erat dengan penggunaan bersama alat cukur atau sikat gigi dalam keluarga mungkin merupakan
salah satu cara penularan.
 Transmisi seksual
Hasil penelitian akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa kontak seksual dengan banyak partner
heteroseksual atau dengan penderita hepatitis dapat berakibat terjangkitnya penyakit.
 Transmisi neonatal (bayi baru lahir)
Penularan VHC dari ibu ke bayi melalui transmisi vertikal/perinatal namun demikian angka
kejadiannya kecil.
 Transmisi non parenteral
Ditemukannya antibodi pada para donor darah menunjukkan bahwa hepatitis C dapat ditularkan
melalui cara non parenteral.
 Pencegahan dan Pengobatan
a.Pencegahan lebih penting daripada pengobatan, yaitu dengan cara:
 Kebersihan diri dan lingkungan
 Bila akan donor darah, perlu di screning terhadap virus hepatitis C.
 Jangan pernah melakukan tatoo atau tindakan dengan jarum-jarum suntik yang tidak steril.
 Menghindari hubungan intim dengan wanita yang tidak kita kenal baik profesinya (partner
yang tidak jelas).
 Memakai alat: sisir, pisau cukur, sikat gigi, handuk, dsb. milik pribadi
 Melakukan general check-up lengkap paling lama setiap tahun, termasuk pertanda hepatitis C.
b.Pengobatan :
Satu-satunya pengobatan terhadap hepatitis C kronik yang sudah diakuti sampai sekarang ialah
pemberian suntikan interferon selama paling sedikit 6 bulan – 1 tahun untuk meng-inaktifkan
virus hepatitis C dan menormalkan SGPT dan gambaran biopsi hati menjadi tidak aktif lagi.
Interferon telah digunakan pada hepatitis C tahun 1986. Pada laporan tersebut dinyatakan
pengobatan interferon alfa menormalkan SGPT dan memperbaiki gambaran histologi pada 50%
kasus setelah pengobatan dengan dosis 3 juta unit 3 kali seminggu.
Dikatakan bahwa penderita yang akan memberikan respons baik biasanya telah memperlihatkan
SGOT dan SGPT yang menjadi normal dalam 3 bulan pertama. Relaps akan diperkecil dengan
memperpanjang masa pemberian interferon.
Perkembangan akhir-akhir ini memperlihatkan bahwa keberhasilan pengobatan dengan
interferon juga dikaitkan dengan genotip dari virus C, genoptip 1 termasuk yang sulit diobati.
Dianggap bahwa virus hepatitis C juga mengalami mutasi dan sering terjadi reinfeksi pada
seseorang. Karena itu sekarang terdapat kecenderungan bahwa pengobatan segera dimulai pada
tingkat awal penyakit hati kronik dengan keadaan HCV-RNA yang rendah.
Masalah yang dapat terjadi pada penggunaan interferon adalah timbulnya efek samping yaitu
rasa lemah, nyeri pada otot, demam, nafsu makan berkurang, gangguan konsentrasi dan susah
tidur.
Masalah lain yang dihadapi adalah respons menetap yang hanya terjadi pada sebagian pasien
yang diterapi dengan interferon tunggal. Meskipun telah terjadi serokonversi (HCV RNA
menjadi negatif), beberapa bulan kemudian menjadi positif kembali.
Dalam hal tersebut, cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan dosis atau lama
pengobatan yang membawa konsekuensi meningkatnya efek samping maupun biaya pengobatan.
Akhir-akhir ini telah ditemukan Ribavirin suatu nukleosida analog yang memiliki sifat antivirus
termasuk HCV dan dapat digunakan secara oral (diminum). Dari berbagai publikasi hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi kombinasi Interferon (INTRON AÒ ) dan Ribavirin
memberikan hasil respon menetap (hilangnya HCV-RNA) dari darah) yang lebih besar (2-3x
lebih besar) dibandingkan terapi dengan terapi interferon tunggal.
Makalah Hepatitis
MAKALAH
PENYAKIT HEPATITIS
Disusun oleh
: Lilis Kurnia Rahayu
AKADEMI KEPERAWATAN RAFLESIA
JL. MAHKOTA RAYA NO. 32 B PONDOK DUTA
CIMANGGIS - DEPOK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan lahir dan batin beserta hidayahnya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam
melaksanakan
dan
menyusun
makalah
ini
penulis
banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karenanya dengan
hati yang tulus menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya terutama kepada :
Penulis
menyadari
bahwa
menyusun
makalah
ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan baik bentuk, isi, dan penyusunannya. Oleh karena itu, baik
keterbatasan kemampuan maupun waktu serta keterbatasan literatur yang
diperoleh penulis.
Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun kesempurnaan makalah ini dan diharapkan dapat memberi manfaat
bagi pembaca.
Depok, Oktober 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas / menyebar ,
hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan . Luka pada organ liver dengan
peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan
bahan kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian obat secara parenteral (IV) . Toxin
dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya
hepatotoxin, seperti : industri toxins, alkohol dan pengobatan yang digunakan
dalam terapi medik. Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama
perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti Cytomegalovirus, Virus
Epstein-Barr, Virus Herpes simplex, Virus Varicella-zoster. Klien biasanya sembuh
secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai penyakit liver residu.
Meskipun angka ke mematian hepatitis relatif lama, pada hepatitis virus akut bisa
berakhir dengan kematian.
Permasalahan
BAB II
PEMBAHASAN
Hepatitis A adalah jenis peradangan hati yang disebabakan oleh suatu virus RNA dari
famili enterovirus. Masa inkubasi penyakit ini adalah 30 hari. Penularannya dapat
melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses pasien. Saat ini sudah ada
vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama
sedangkan untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali.
Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan resiko
tinggi tertular hepatitis A.
Sering kali infeksi hepatitis A pada anak tidak menimbulkan gejala sedangkan pada
orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri
perut, mata kuning, dan hilangnya nafsu makan.
B. Hepatitis B
Hepatitis B adalah salah satu peradangan hati yang disebabkan oleh suatu virus
hepatitis B. Hepatitis B muncul dalam darah dan menyebar melalui kontak dalam
darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum
obat. Hepatitis B merupakan penyakit yang dapat berjalan akut maupun kronik.
Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh secara sempurna dan mempunyai
kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan. Virus
hepatitis B dengan komponen antigen permukaan (HbsAg). Diameter 42 nm, dengan
” core ” 4 nm. ” coat virion ” merupakan ” surface antigen ” atau HbsAg ”. Suface
antigen biasanya diproduksi berlebihan sehingga dijumpai dalam darah penderita.
Pada hepatitis agresif, hati mengalami peradangan kronik, fibrotik dan mengecil dan
dapat menjurus. Gejalanya meliputi penyakit kuning, lemah, rasa sakit pada perut dan
muntah.
C. Hepatitis C
Hepatitis C adalah penyakit hati yang menular melalui darah yang disebabkan oleh
virus hepatitis C (VHC). VHC menginfeksi hati menggunakan mesin geneti dalam sel
untuk menduplikasi virus hepatitis C yang akan menginfeksi sel-sel lainnya sehingga
menyebabkan radang dan kerusakan hati, kanker hati bahkan kematian dikarenakan
sampai saat ini tidak adanya vaksin hepatitis C. Infeksi hepatitis C disebut juga
sebagai infeksi terselubung. Hal ini karena infeksi dini VHC bisa jadi tidak bergejala
atau bergejala ringan atau tidak khas. Hepatitis C ditularkan melalui kontak seksual,
penggunaan obat-obatan dengan jarum, pemakaian pisau cukur atau sikat gigi secara
bersama.
Penularan VHC terutama parenteral. Umumnya terjadi setelah mendadak kontak
darah, seperti transfusi darah atau produk darah lainnya. Selain itu virus ini juga dapat
menular melalui cairan kelamin (saat hubungan seksual) dan ASI dari ibu pengidap
hepatitis C ke bayinya.
Gejala hepetitis C mirip dengan infeksi hepatitis B. Masa inkubasi berkisar antara 15150 hari dengan rata-rata 8 minggu. Keluhan dan gejala yang ada antara lain kuning,
air seni berwarna gelap, mual, muntah, kembung, tidak nafsu makan, rasa lelah,
demam, menggigil, sakit kepala, sakit perut, mencret, sakit pada sendi dan otot, serta
rasa pegal-pegal.
D . Hepatitis D
Hepatitis D adalah hepatitis D yang disebabkan oleh virus hepatitis D (VHD) atau
virus delta, virus ini adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi
memerlukan keberadaan virus hepatitits D. Penularan melalui hubungan seksual,
jarum suntik dan transfusi darah. Gejala hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai
gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
E . Hepatitis E
Gejala hepatitis ini mirip dengan hepatitis A, demam, pegal linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya (self-limited),
kecuali bila terjadi pada kehamilan. Penularannya melalui kontaminasi feses.
F . Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F
merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
G . Hepatitis G
Gejalanya serupa denga penyakit hepatitis C, sering kali infeksi bersamaan dengan
hepatitis B dan / C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun kronik.
Penularannya melalui transfusi darah jarum suntik.
Dari semua jenis penyakit / tingkatan penyakit hepatitis dapat diketahui bahwa
gejala awal yang dirasakan oleh penderita hampir sama diantaranya rasa lelah, demam,
diare, mual, muntah, sakit perut, mata kuning, sakit kepala dan hilangnya nafsu makan.
Gejala ini dapat muncul sebagai gejala yang ringan atau amat progresif. Kadang-kadang
ditemukan penderita yang tanpa gejala.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala yang dikeluhkan dan pemeriksaan
laboratorium khususnya pemeriksaan immunologi mencakup pemeriksaan HbsAg,
HbeAg, Anti-Hbe, HbcAg, dan VHB-DNA. Pemeriksaan laboratoriun ini dapat dilakukan
dengan 2 metode yaitu metode STRIP dan ELISA. Yang akan dibahas disini adalah
pemeriksaan Hepatitis metode strip.
Tahap pertama tes strip HBsAg adalah suatu rapid test yang secara visual mendeteksi
antigen dalam serum, dan membantu dalam mendiagnosa penyakit infeksi hepatitis b.
hasil test dapat dibaca secara visual tanpa bantuan alat instrument lain.
Prinsip kerja : sandwich immunoassay untuk mengukur HBsAg dalam serum. Antibodi
monoklonal dan poliklonal digunakan untuk mengidentifikasi HbsAg secara spesifik
dengan sensitifitas yang tinggi.
Tahap pertama tes strip HBsAg ini hanya membutuhkan 10-20 menit.
Sensitifitas test ini dapat mencapai 5-10 mg/ml.
Pengumpulan bahan sampel
Untuk serum, ambil darah kedalam kontainer tanpa antikoagulan. Biarkan darah
membeku dan pisahkan serum dalam bekuan tersebut. Gunakan serum untuk
pemeriksaan. Jika spesimen tidak dapat diperiksa pada pengambilan spesimen, simpan
spesimen kedalam freezer/bekukan. Sebelum pemeriksaan, letakan spesimen yang beku
tadi dalam ruangan sampai mencapai temperature kamar.
Jangan membekukan atau mencairkan spesimen berulang-ulang.
Prosedur tes
Letakan spesimen dan komponen tes pada temperature kamar sebelum melakukan
pemeriksaan atau tes :
Jangan baca hasil setelah 30 menit
Interpretasi Hasil
timbul 1 (satu) pita merah muda didaerah control (C) & tidak ada pita didaerah tes (T).
Hasil negative menyatakan tidak terdeteksinya hbsag.
selain timbul pita merah muda pada daerah control (C), akan muncul 1 (satu) pita merah
muda yang nyata didaerah tes (T).
Hasil positive menyatakan adanya HBsAg
sama sekali tidak muncul warna pita baik pada daerah tes (T) maupun kontrol (C).
Merupakan indikasi adanya kesalahan prosedur / reagen tes yang rusak.
Ganti tes dengan alat tes yang baru.
MAX C MAX
LINE T
(-) (+) INVALID
Gambar: interprestasi hasil
Penyimpanan dan stabilitas
Penyimpanan strip test pada temperatur normal (4 o-30o C). Dan harus dijaga dalam sinar
matahari langsung, kelembaban dan panas ,jangan dibekukan.
Pengobatan dapat dilakukan dengan :
BAB III
PENUTUP
Hepatitis adalah penyakit yang menyerang hati yang disebabkan oleh virus atau obatobatan. Penyakit ini dapat menyerang laki-laki maupun perempuan dengan gejalagejala klinis seperti lelah, demam, mual, muntah, diare, mata kuning, dan lain-lain
atau dapat pula penyakit ini timbul tanpa gejala sehingga tidak terdeteksi.
Penyakit hepatitis ini merupakan penyakit yang dapat menular melalui air liur,
kontak seksual, transfusi darah, jarum suntik dan alat-alat yang terkontaminasi oleh
virus hepatitis. Penyakit ini dapat terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium
khususnya pemeriksaan immunologi mencakup pemeriksaan HbsAg, HbeAg, AntiHbe, HbcAg, HBv-DNA.
Dalam hal ini yang perlu kita lakukan untuk mencegah penyakit ini sebaiknya
masyarakat lebih menjaga diri dari keterpaparan penyakit ini dan lebih dini untuk
memeriksakan diri ke dokter.
Infeksi hepatitis terjadi dengan menyerang salah satu organ paling penting yaitu hati.
Untuk mengurangi keterpaparan infeksi hepatitis dapat dilakukan usaha-usaha
pengobatan sebagai berikut :
Mudah-mudahan dengan saran yang kami berikan dapat membantu dalam
pengurangan jumlah penderita hepatitis di kalangan masyarakat terutama di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Download