BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 mencapai 5,7%. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini menjadi salah satu indikasi semakin baiknya iklim investasi di Indonesia. Banyak investor memanfaatkan kondisi ini dengan melakukan berbagai jenis investasi. Salah satu jenis investasi yang semakin popular saat ini adalah investasi pada Pasar Modal. Keberadaan pasar modal di Indonesia berperan penting dalam membangun perekonomian nasional. Dana masyarakat yang diperoleh dari pasar modal digunakan oleh banyak perusahaan lokal maupun perusahaan asing dengan tujuna salah satunya adalah membiayai segala kegiatan opersional perusahaan. Dalam Investasi di pasar modal dapat menghasilkan return yang tinggi tetapi dapat juga memiliki tingkat risk yang tinggi, dengan demikian investor harus memiliki strategi dalam berinvestasi. Berinvestasi pada dasarnya adalah “membeli” suatu asset yang diharapkan untuk dimasa yang akan datang dapat “dijual kembali” dengan nilai yang lebih tinggi. Salah satu alasan utama kita berinvestasi adalah untuk mempersiapkan masa depan sedini mungkin melalui perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010). 1 Dalam berinvestasi ada 2 unsur yang melekat didalamnya yaitu hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dalam suatu periode tertentu. Risiko dapat diartikan sebagai penyimpangan tingkat keuntungan yang diperoleh dari nilai yang diharapkan oleh investor. Dua unsur ini selalu mempunyai hubungan searah, semakin tinggi risiko investasi, semakin besar peluang hasil yang diperoleh. Sebaliknya, semakin kecil risiko, semakin kecil pula peluang hasil yang akan diperoleh. Pada dasarnya tidak ada satupun instrumen investasi yang sepenuhnya bebas dari risiko. Widioatmodjo (2004) menyimpulkan bahwa jika terdapat pilhan investasi yang memiliki hasil yang sama, maka harus dipilih yang risikonya paling rendah, sebaliknya jika terdapat pilihan investasi yang memberikan risiko yang sama, pilihlah yang memberikan hasil tertinggi, Modal yang tidak besar dan kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang pasar modal menjadi halangan untuk berperan aktif dipasar modal. Salah satu cara untuk mengurangi risiko dalam berinvestasi di pasar modal adalah melakukan investasi pada instrumen reksa dana. Reksa dana memungkinkan investor kecil dapat berperan di pasar modal, dan reksa dana dapat menjadi penghubung bagi mereka yang ingin berinvestasi tetapi kurang pengetahuan untuk mengelola uang pada instrumen investasi tertentu. Berdasarkan Undang Undang Pasar Modal disebutkan bahwa reksa dana merupakan kumpulan dana dari masyarkat pemodal (investor) yang kemudian diinvestasikan oleh manajer investasi dalam bentuk portofolio efek (portofolio 2 investasi), yang berbentuk saham, obligasi, deposito dan jenis intrumen lainnya. Keberadaan reksa dana akan mengubah pola berinvestasi di masyarakat. Bagi banyak pengamat investasi, ide untuk mengumpulkan sumber daya keuangan (dana) yang dimiliki oleh individu-individu dibawah arahan investasi professional yang selanjutnya melakukan diversifikasi secara luas sehingga akan sangat menguntungkan individu bersangkutan (Rahardjo,2004) Perkembangan Produk Industri Jasa Keuangan khususnya reksa dana di Indonesia cukup pesat, Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan Grafik 1.1 Perkembangan Reksa Dana Sumber otoritas jasa keuangan Salah satu produk reksa dana yang memiliki jumlah cukup banyak adalah reksa dana saham yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Reksa dana saham adalah reksa dana yang oleh manajer investasi di investasikan sekurang kurangnya 80% dari portofolio dikelola ke dalam efek ekuitas (saham). Efek saham umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga harga saham dan deviden. 3 Reksa dana saham memberikan potensi pertumbuhan nilai investasi yang paling besar demikian juga dengan risikonya. Dengan potensi pertumbuhan yang cukup tinggi ini, reksa dana saham juga memiliki risiko yang lebih tinggi (Bodie, Kane & Marcus, 2008). Bagi Investor sebelum menginvestasikan dananya kedalam instrumen reksa dana mereka harus melakukan analisa terlebih dahulu terhadap kinerja reksa dana maupun manajer investasi dari suatu reksa dana sehingga hasil yang didapatkan dari kegiatan investasi tersebut dapat maksimal. Petunjuk yang paling kasat mata adalah kinerja historis, meskipun tidak pernah menjadi kepastian jika suatu reksa dana memiliki kinerja hebat dimasa lalu akan menjamin hal yang sama dimasa depan. Akan tetapi konsistensi jangka panjang atas kinerja masa lalu merupakan salah satu petunjuk bagi potensi reksa dana tersebut dimasa depan. Isi portofolio dan kinerja historis akan menjadi panduan utama dalam memilih reksa dana. Benchmark (tolok ukur) digunakan untuk membandingkan kinerja historis suatu reksa dana. Bagi para investor dalam menganalisa kinerja reksa dana dapat menggunakan beberapa metode pengukuran berdasarkan tolok ukur atau benchmark yang menjadi standar atau titik pembanding untuk menetapkan kualitas atau nilai dari objek tertentu (Maginn, Mcleavey, Tuttle, & Pinto, 2007). Melalui analisa tersebut akan ditemukan kinerja reksa dana saham yang berada diatas atau berada dibawah bila dibandingkan benchmark.. Kinerja reksa dana saham akan merefleksikan kinerja pasar saham secara keseluruhan (Eko Priyo dan Ubaidillah, 2001). Di Indonesia, yang dijadikan 4 benchmark dari reksa dana saham adalah return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam metode pengukuran kinerja reksa dana secara umum terdapat dua pendekatan, yakni mengukur tingkat return reksa dana dan mengukur tingkat risk adjusted performance. Dalam risk adjusted performance terdapat beberapa metode, diantaranya Treynor measure, Sharpe measure, Jensen measure, M2 measure, Information Ratio, dan lain-lain. Para manajer investasi sering mengevaluasi kinerja reksa dana berdasarkan penyesuaian risiko. Tiga jenis pengukuran yang paling sering digunakan adalah metode Sharpe, Treynor dan Jensen (Brigham, 2005). Dalam mengukur kinerja reksa dana tidak hanya berdasarkan return saja. Return yang ada perlu disesuaikan dengan tingkat risiko yang terkandung dalam suatu reksa dana (risk adjusted return), untuk mengukur risk adjusted return dapat menggunakan beberapa metode yaitu Sharpe Ratio, Treynor Index dan Jensen Alpha. Metode ini memberikan informasi mengenai kinerja suatu reksa dana apakah outperform atau underperform terhadap pasar. Selanjutnya investor dalam hal melakukan investasi selain mempertimbangkan kinerja reksa dana dari sisi return dan risk (risiko) investor juga perlu memperhatikan konsistensi kinerja dari masing masing reksa dana tersebut.Apakah kondisi outperform atau underperform dari suatu reksa dana berlangsung secara terus menerus atau hanya sekali waktu. 5 Konsistensi sebuah reksa dana merupakan hal yang penting karena menunjukan karekteristik reksa dana itu sendiri. Sehingga dapat dijadikan acuan bagi investor dalam hal pemilihan reksa dana sebagai satu instrumen investasi. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang ada pada penelitian ini : 1. Bagaimana kinerja reksa dana saham pada periode tahun 2009 sampai tahun 2013, diukur dengan menggunakan metode Sharpe ratio, Treynor index dan Jensen’s Alpha? 2. Apakah terdapat konsistensi dalam metode pengukuran kinerja Sharpe ratio, Treynor index dan Jensen’s Alpha pada kinerja reksa dana saham tahun 2009 sampai tahun 2013? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengevaluasi kinerja reksa dana saham periode tahun 2009 sampai tahun 2013 diukur dengan metode Sharpe ratio, Treynor index dan Jensen’s Alpha. 2. Untuk menguji konsistensi kinerja reksa dana saham dengan menggunakan metode Sharpe ratio, Treynor index dan Jensen’s Alpha pada kinerja reksa dana saham periode tahun 2009 sampai tahun 2013. 6 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini : 1. Memberikan infomasi bagi manjer investasi mengenai kinerja reksa dana saham yang dikelola sehingga menjadi acuan untuk langkah selanjut dalam rangka memaksimalkan return dan memperkecil risiko atas reksa dana saham yang dikelola. 2. Memberikan informasi dan acuan bagi investor sebagai bahan pertimbangan dalam memilih reksa dana saham berdasarkan metode pengukuran kinerja reksa dana serta pengujian konsistensi penggunaan metode pengukuran kinerja reksa dana, sehingga dapat mengoptimalkan portofolio investasi reksa dana investor. 7