perbedaan pengaruh pemberian berbagai menu makanan

advertisement
PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MENU
MAKANAN BERBAHAN DASAR NASI TERHADAP KADAR
GULA DARAH
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
TIARA PUTRI METHAS
NIM : 1111103000026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas setiap
nikmat yang tak berhenti diberikan. Mengizinkan penulis dalam jalan yang Ia
tunjukkan berjuang dan terus belajar hingga sampai masanya penulis menyelesaikan
laporan penelitian ini. Juga kepada Nabi Muhammad yang tak pernah habis kisahnya
menjadi teladan kehidupan, dan syafaatnya selalu penulis nantikan.
Penulis menyadari, tanpa bimbingan dan segenap bantuan dari berbagai pihak
maka penelitian ini tidak akan pernah selesai. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, dr. M. Djauhari Widjajakusumah,
DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Dra. Delina Hasan selaku Dekan dan
Pembantu Dekan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK dalam memungkinkan penulis menjalankan
masa perkuliahan. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
UIN. Serta untuk segenap waktu, tenaga, dan pikiran yang diberikan kepada
penulis selama menjadi pembimbing 1. Sejak penelitian ini sekedar judul
hingga selesai laporan penelitian ini.
3. dr. Risahmawati, Ph.D, selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu
dan membantu, memberi solusi serta menyemangati penulis dalam membuat
penelitian ini.
4. Mama Hasnidharma, papa Ismet, nenek Siti Kasimah, ka Oksy methas dan ka
Rizka amilia methas yang selalu memfasilitasi, mengingatkan serta
menyemangati setiap langkah pembuatan penelitian ini serta tak lupa dengan
mengiringi doa di sepanjang studi penulis.
5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D yang telah membuat kami selalu bersemangat dan
menjadikan skripsi merupakan hal yang menyenangkan, meskipun beliau
sedang hamil saat menjadi penganggung jawab modul riset PSPD 2011.
6. Teman-teman satu kelompok penelitian, geng “Puasa terus makan”, Andhiny
Rezkia Enhas, Evan Pramudito Mulyadi, Muhammad Fahreza Kautsar dan
v
Abdul Jafar Sidiq. Terimakasih untuk perjuangan bersama kita dalam setiap
langkah, dari mulai penyusunan ide sampai sidang, kita selalu saling bantu
membantu dan mengingatkan sampai penelitian ini selesai dan sukses.
7. Semua responden yang bersedia mengikuti penelitian ini Mustainah, Charifa,
Ichtiarsyah, Iqbal, Latifatul, Nadya, Nihayatul, Shofia, Syauqi, Zaima,
Shalsabila dan Rohman. Semoga segala amal baik dibalas Allah dengan
balasan berkalikali lipat kebaikan dan penelitian kalian berikutnya kelak
dipermudah pula.
8. Mba kantin, Mba penjual nasi, pak Azib TU, staff kampus FKIK, satpam serta
abang ojek yang telah membantu segala teknis penelitian ini.
9. Orang-orang terbaikku, Erton gheba dan teman-teman kosan VLDL cantik
Herlina, Yofara, Nadisha, Hania, Leily, Raeiza, Madina, Muflikha, Getha
serta Hanindyo yang selalu meluangkan waktunya untuk menghibur dan yang
tak hentinya memberikan semangat dan support kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, baik langsung maupun tidak langsung.
10. Teman teman seperjuangan PSPD UIN 2011, untuk kebersamaan yang kita
buat sejak 3 tahun lebih ini sampai riset dan sidang yang akhirnya kita lalui.
Tetap jaga kekompakan ini sampai koas dan internship yang akan kita hadapi
kelak. Semoga tidak ada kata selesai untuk kita menjalin persahabatan dan
kebersamaan ini.
11. Kakak-kakak PSPD UIN 2010 serta adik-adik PSPD UIN 2012 dan 2013
yang telah member petunjuk dan semangat.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari bentuk yang sempurna.
Segala kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Demikian
laporan ini penulis susun, semoga bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, agama, dunia
dan setelahnya nanti. Amin.
Ciputat, 12 September 2014
vi
Abstrak
Tiara Putri Methas. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Pengaruh
Pemberian Berbagai Menu Makanan Berbahan Dasar Nasi terhadap Kurva
Gula Darah. 2014.
Dalam satu porsi menu makanan, ada banyak kandungan nutrisi yang terkandung,
yaitu karbohidrat; protein; lemak dan serat. Kandungan nutrisi yang paling dapat
memengaruhi peningkatan glukosa darah adalah karbohidrat. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh kandungan nutrisi selain karbohidrat yang
dapat memengaruhi peningkatan kadar gula darah setelah dikonsumsi. Responden
dalam penelitian ini berjumlah sepuluh orang sehat dengan IMT normal dan tidak
memiliki gangguan metabolisme glukosa. Responden akan diberikan menu makanan
berbahan dasar nasi seperti nasi putih dengan lauk pauk, nasi goreng dengan lauk
pauk dan nasi kuning dengan lauk pauk. Pemeriksaan glukosa darah dilakukan
sebelum diberikan makanan uji dan selama dua jam sesudahnya. Setelah pengolahan
dan penghitungan data, didapatkan rerata kadar gula darah. Makanan yang
mengandung lemak dan serat lebih tinggi dapat menurunkan kadar gula darah lebih
cepat. Berdasarkan uji statistik dengan Repeated Annova menunjukkan p value <0,05
(0,009).
Kata kunci : nasi, karbohidrat, protein, lemak, serat, gula darah
Abtract
Tiara Putri Methas. Medical Education Study Programme. Different Effect of
Various Rice-Based Food on Blood Sugar Levels. 2014.
A portion of food contains different kind of nutrients including, but not limited to,
carbohydrates, protein, fat, and fiber. The content of most nutrients can affect the
increase in blood glucose is carbohydrate. The aim of this study was to determine the
effect of the nutrient content in addition to carbohydrates that can affect blood sugar
levels after consumption. Respondent of this study is ten healthy respondents with
normal BMI and no history of glucose metabolism disorder. Respondents will be
given a menu of rice-based foods such as white rice with side dishes, fried rice with
side dishes and yellow rice with side dishes. The blood glucose was taken for preand 2 hours post-pandrial blood glucose assessment. Mean blood glucose level was
obtained and the result shows that high fat- and fiber- containing food can decrease
blood glucose level rapidly. Repeated Annova statistical test shows p value of < 0.05
(0.009). This study concludes that blood sugar levels differ between various kinds of
rice-based food.
Keyword : Rice, carbohydrates, protein, fat, fiber, blood sugar.
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
Abstrak ........................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xiii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1.
Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3.
Tujuan Penelitian............................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 3
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................................. 3
1.4.
Manfaat Penelitian.......................................................................................... 3
1.4.1. Bagi Peneliti................................................................................................ 3
1.4.2. Bagi Institusi ............................................................................................... 4
1.4.3. Bagi Masyarakat ......................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 5
2.1 LANDASAN TEORI .......................................................................................... 5
2.1.1. Karbohidrat .................................................................................................. 5
2.1.2. Pencernaan dan metabolisme karbohidrat ................................................... 8
2.1.3. Kontrol gula darah ....................................................................................... 8
viii
2.1.4. Nasi ............................................................................................................ 12
2.1.5. Protein dan Lemak ..................................................................................... 13
2.1.6. Indeks glikemik dan Beban glikemik ........................................................ 14
2.2. KERANGKA KONSEP ................................................................................... 17
2.3. DEFINISI OPERASIONAL ............................................................................ 17
BAB III ....................................................................................................................... 18
METODE PENELITIAN............................................................................................ 18
3.1. Desain Penelitian .............................................................................................. 18
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 18
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 18
3.4. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................ 18
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................ 19
3.6. Besar dan Cara Pengambilan Responden ......................................................... 19
3.7. Alur Penelitian.................................................................................................. 22
3.8. Cara Kerja Penelitian ....................................................................................... 21
3.9. Rencana Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 21
BAB IV ....................................................................................................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................... 22
4.1. Karakteristik Responden .................................................................................. 22
4.2. Makanan Uji ..................................................................................................... 23
4.3. Kadar Glukosa Darah ....................................................................................... 24
BAB V ........................................................................................................................ 26
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 26
5.1. Kesimpulan....................................................................................................... 26
5.2. Saran ................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 27
LAMPIRAN ................................................................................................................ 29
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tipe, Komposisi, Sumber dan Fungsi dari Serat ……………………..7
Tabel 2.2. Ringkasan Reaksi dalam Metabolisme Bahan Bakar …………….…. 9
Tabel 2.3. Kontrol Hormon yang Berpengaruh pada Kadar Glukosa Darah ……11
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Penelitian ………………………………….22
Tabel 4.2. Kandungan Nutrisi pada Makanan Uji ……………………………….23
Tabel 4.3. Kenaikan atau Penurunan Kadar Glukosa Darah (%) …..…..………..25
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Grafik Kadar Glukosa Darah ………………………………………24
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Surat Persetujuan Responden ……...…………………..……..… 29
Lampiran 2. Lembar Status Kesehatan Responden ……...……………..…..……..…... 30
Lampiran 3. Lembar Hasil Pemeriksaan Tanda Vital Responden ……......…….............31
Lampiran 4. Lembar Kriteria Status Gizi Menurut Kriteria Asia – Pasifik ……..……...32
Lampiran 5. Lembar Hasil Uji Statistik……………………..………………….….……33
Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup…………………………………………...…..….…36
xii
DAFTAR SINGKATAN
BB
:
Berat badan
DM
:
Diabetes mellitus
IG
:
Indeks Glikemik
IMT
:
Indeks massa tubuh
GDP
:
Gula darah puasa
GL
:
Glycemic load
PUFA
:
Polyunsaturated Fatty Acid
TB
:
Tinggi badan
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah Istilah luas yang mengacu pada sekelompok
sindrom yang memiliki gangguan dalam oksidasi dan penggunaan glukosa. Hal ini
biasanya merupakan efek sekunder dari kerusakan sel-sel beta pankreas, yang
berfungsi memproduksi dan melepaskan insulin, karena insulin terlibat dalam
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
1
. Keadaan DM diawali dengan
terdeteksinya kadar gula darah yang tinggi atau disebut dengan hiperglikemia.
Hiperglikemia terjadi pada saat jumlah insulin tidak cukup lagi untuk mengubah
glukosa menjadi glikogen, hal tersebut menyebabkan sulitnya proses pemindahan
sejumlah glukosa dari darah ke sel, sehingga terjadi peningkatan kadar gula yang
tinggi dalam darah.
World Health Organization (WHO) memprediksi peningkatan jumlah pasien
DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030 2. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh departemen kesehatan republik
Indonesia, terjadi peningkatan penderita DM di Indonesia dari 1,1 persen pada tahun
2007 menjadi 2,4 persen pada tahun 2013 3.
Prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat sesuai
dengan bertambahnya umur, namun mulai umur ≥65 tahun cenderung menurun.
Mengingat bahwa DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya
manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. Semua pihak seharusnya
ikut serta dalam usaha penanggulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan 3.
Kadar glukosa darah mudah sekali mengalami peningkatan dalam tubuh
manusia. Hal ini dapat terjadi karna adanya pengaruh dari karbohidrat yang
terkandung dalam makanan yang dikonsumsi sebelumnya. Baik itu dalam bentuk
1
2
glukosa, fruktosa ataupun galaktosa. Jumlah karbohidrat dari makanan tersebut dapat
ditentukan dari Indeks glikemiknya.
Indeks glikemik (Glycemic Index) adalah nilai yang menunjukkan
kemampuan suatu makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan
kadar glukosa darah 1. Makanan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat
memiliki IG yang tinggi. Sebaliknya, makanan yang menaikkan kadar glukosa darah
dengan lambat memiliki IG yang rendah.
Selain itu dikenal pula istilah beban glikemik atau Glycemic load. Beban
glikemik adalah nilai yang menunjukkan respon glukosa darah setelah mengonsumsi
satu porsi makanan yang mengandung sejumlah karbohidrat 4. Beban glikemik
merupakan pengukuran yang lebih akurat dibandingkan dengan indeks glikemik,
karena sudah mencakupi sejumlah karbohidrat dalam satu takaran penyajian atau satu
porsi.
Miller, Janette Brand et al. 1992, sudah pernah meneliti tentang Indeks
glikemik 12 macam jenis beras di dunia dengan cara pengolahan yang berbeda
terhadap 8 orang responden normal tanpa intoleransi glukosa. Tujuan penelitian
tersebut adalah untuk menentukan beras atau nasi jenis apa yang memiliki indeks
glikemik paling rendah. Menurut data yang beredar di seluruh dunia, nasi atau beras
memiliki indeks glikemik yang beragam, tergantung pada jenisnya dan cara
pengolahannya, sehingga akan menimbulkan kesulitan juga memberikan edukasi
kepada pasien DM. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nasi dengan kadar
amilosa yang paling tinggi memiliki indeks glikemik paling rendah 5.
Nasi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi.
Nasi merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Sebagian
besar orang Indonesia beranggapan bahwa tidak makan nasi sama saja artinya dengan
tidak makan. Di Indonesia, banyak menu makanan berbahan dasar nasi seperti nasi
goreng, nasi kuning dan lain lain. Umumnya makanan-makanan tersebut disajikan
dengan berbagai macam lauk yang mengandung protein, lemak dan serat. Makanan
berbahan dasar nasi tersebut sangat mudah didapatkan karena dijual hampir diseluruh
penjuru Indonesia, sehingga masyarakat Indonesia sering mengonsumsinya. Belum
3
adanya penelitian mengenai indeks glikemik maupun beban glikemik makanan
berbahan dasar nasi yang spesifik, sehingga menyulitkan masyarakat untuk memilih
makanan berbahan nasi yang relatif lebih baik untuk dikonsumsi sebagai makanan
sehari-hari. Oleh karena uraian diatas, penulis melakukan penelitian ini.
1.2.
Rumusan Masalah
Bagaimana perbedaan pemberian satu porsi berbagai menu makanan berbahan
dasar nasi terhadap kadar gula darah?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.
Untuk mengetahui perbedaan tiap pemberian satu porsi nasi putih, nasi
kuning dan nasi goreng terhadap kadar gula darah.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui adakah perbedaan kadar gula darah yang bermakna
dari tiap jenis menu makanan berbahan dasar nasi.
2.
Untuk mengetahui bahan makanan penyerta apa saja yang dapat
memengaruhi peningkatan kadar gula darah.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
1. Mendapatkan pengalaman serta pengetahuan dalam melakukan
penelitian terutama di bidang nutrisi dan kesehatan.
4
2. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2. Bagi Institusi
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian nasi putih, nasi
kuning dan nasi goreng terhadap peningkatan gula darah sehingga
dapat digunakan sebagai panduan pemilihan makanan utama bagi
penderita diabetes melitus.
2. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Referensi tersebut dapat digunakan sebagai data acuan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut bagi peneliti yang lain.
1.4.3. Bagi Masyarakat
1. Memberikan informasi mengenai bahan makanan penyerta apa saja
yang dapat memengaruhi peningkatan kadar gula darah.
2. Memberikan informasi, khususnya kepada penderita diabetes melitus,
mengenai pengaruh makanan berbahan dasar nasi mana yang
mengalami peningkatan kadar gula darah tertinggi sehingga yang
dapat digunakan sebagai panduan pemilihan makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa organik yang sangat penting secara biologis dan
komersial. Senyawa golongan ini tersebaar luas di alam dan mencakup zat-zat yang
umum dikenal seperti gula pasir, selulosa dan tepung. Karbohidrat meiliki empat
fungsi utama dalam makhluk hidup yaitu menghasilkan energi, memberikan atomatom karbon untuk sintesis komponen-komponen sel, merupakan bentuk enegri
simpanan dan ikut membentuk unsur struktural sebagian sel 6.
Karbohidrat mengandung karbon, hydrogen dan oksigen. Nama ini muncul
karena sebagian besar dari mereka mengandung ketiga unsur ini dalam perbandingan
atomic satu karbon terhadap dua terhadap satu oksigen. Perbandingan ini
mengisyaratkan bahwa rumus umum adalah CH2O dan bahwa senyawa ini
sebenarnya hanyalah hidrat karbon atau karbohidrat. Sekaarang diketahui bahwa
karbohisrat bukanlah hidrat karbon, tetapi nama tersebut terlanjur menetap. Semua
karbohidrat memiliki sejumlah besar gugus fungsional per molekulnya. Gugus-gugus
fungsional yang paling banyak dijumpai dalam karbohidrat adalah alcohol, keton dan
aldehida atau gugus-gugus fungsional yang terbentuk oleh rekasi antara ketiga gugus
di atas 6.
Karbohidrat paling sederhana adalah gula sederhana, yang juga disebut
sebagai monosakarida. Seperti diisyaratkan oleh namanya, golongan ini terdiri dari
unit-unit tunggal yang disebut sakarida. Dalam larutan, sebagian besar molekul
glukosa mengambil bentuk cincin. Monosakarida lain yang sering dijumpai adalah
fruktosa, galaktosa dan ribosa. Disakarida adalah golongan gula yang terbentuk dari
5
6
reaksi antara dua molekul monosakarida. Sebagian contoh disakarida yang sering
dijumpai adalah sukrosa pada gula pasir dan laktosa pada gula susu. Molekul sukrosa
dibentuk dari satu molekil glukosa dan satu fruktosa. Molekul laktosa mengandung
satu unit galaktosa dan satu glukosa 6.
Banyaknya
jumlah
gugus
fungsional
pada
molekul
karbohidrat
memungkinkan bergabungnya sejumlah besar molekul karbohidrat sederhana
membentuk jaringan rantai yang panjang dan bercabang-cabang. Zat-zat yang
terbentuk ini disebut polisakarida, suatu nama yang mengisyaratkan bahwa golongan
ini mengandung banyak unit sakarida. Tiga polisakarida yang sering dijumpai dan
seluruhnya terbentuk dari unit-unit glukosa adalah glikogen, pati dan selulosa 6.
Glikogen bentuk karbohidrat simpanan dalam tubuh hewan. Glikogen adalah
suatu polisakarida yang bercabang banyak yang rata-rata membentuk sebuah cabang
di setiap delapan sampai dua belas unit glukosa. Pati (starch), bentuk karbohidrat
simpanan dalam tanaman, terdiri dari dua fraksi, amilosa dan amilopektin. Amilosa
terdiri dari unit-unit glukosa yang membentuk suatu rantai panjang dan pada dasarnya
tidak bercabang. Amilopektin adalah jaringan unit-unit glukosa yang sangat
bercabang-cabang dengan rata-rata dua puluh empat sampai tiga puluh glukosa per
cabangnya. Dengan demikian, karbohidrat ini kurang bercabang dibandingkan
dengan glikogen. Selulosa, karbohidrat struktural pada tanaman, terdapat dalam
bentuk rantai glukosa yang panjang dan tidak bercabang 6.
Serat adalah komponen dari tumbuhan yang utuh dan tidak bisa dicerna oleh
enzim gastrointestinal. Konsumsi serat dapat memengaruhi proses pencernaan nutrisi
lainnya yaitu dengan memperlambat waktu transit sehingga absorpsi lebih lama
11
.
Tipe, komposisi, sumber dan fungsi dari berbagai macam jenis serat akan diuraikan
pada tabel 2.1.
7
Tabel 2.1. Tipe, Komposisi, Sumber dan Fungsi dari Serat 11
Type of Fiber
Less Soluble
Fiber
Cellulose
Major
Chemical
Sources
Major functions
Gomponents
Glucose
Whole wheat, bran,
vegetables
Xylose,
mannose,
galactose
Phenols
Bran, whole grains
Fruits and edible seeds,
mature vegetables
Fermentation produces short-chain
fatty acids associatedw ith decreased
risk of tumor formation
Galactose
and
glucuronic
acid
Oats, legrrmes, guaq
barley
Cause gel formation, thus decrease
gastric emptying, slow digestion, gut
transit time, and glucose absorption
Polygalactur
onic
acid
Apples, strawberries,
carrots, citrus
Also binds minerals, lipids, and bile
acids increasing excretion of each,
thus decreasing serum cholesterol
Glucopyrano
se
Supplement from crab or
lobster shells
Reduces serum cholesterol
Fructans
(including
inulin)
Fructose
poliners
Extracted from natural
sources: chicory onions
etc
Beta-glucans
Algal
polysaccharides
(carrageenan)
Glucopyrono
ase
Oat and barley bran
Isolated from algae and
seaweed
Prebiotic which stimulates growth of
beneficial bacteria in gut, used as fat
replacer
Reduces serum cholesterol
Gel forming-used as thickeners,
stablizers (can be toxic)
Polydextrose,
polyols
Psyllium
Glucose and
sorbitol etc.
Slnthesized
Bulking agent or sugar substitute
Extracted from psyllium
seeds
High water binding capacity
(choking
hazard)
Hemicellulose
Lignin
Functional Fibers
More Soluble
Fibers
Gums
Pectins
Functional Fibers
Chitin
Increase water-holding capacity, thus
increasing fecal volume and
decreasing gut transit time
Serat akan dikonversi oleh bakteri usus menjadi asam lemak rantai pendek.
Biasanya dalam bentuk asetat, butirat dan propionate. Paling banyak pada karbohidrat
dalam makanan adalah butirat (4C) yaitu lebih dari 70%. Propionate (3C) diserap dan
8
dibersihkan oleh hati, merupakan bagian penting pada lemak hati dan metabolism
glukosa. Asetat (2C) dihasilkan oleh karbohidrat yang tidak bisa dicernadan segera di
metaabolisme menjadi CO2 oleh jaringan perifer dan dapat menjadi substrat untuk
sintesis lemak dan kolesterol 11.
2.1.2. Pencernaan dan metabolisme karbohidrat
Awal
pencernaan karbohidrat
secara mekanik
dimulai dari proses
pengunyahan oleh gigi dan secara kimiawi oleh air liur di mulut melalui kerja amilase
liur, suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida, yang kemudian
akan melewati esofagus untuk sampai ke lambung dibantu oleh gerakan peristaltik
dari esofagus. Di lambung, pencernaan karbohidrat akan terhenti akibat hancurnya
amylase oleh asam lambung 6.
Pencernaan berlanjut saat karbohidrat makanan disajikan ke usus halus untuk
diserap terutama dalam bentuk disakarida maltose (produk pencernaan polisakarida),
sukrosa dan laktosa. Disakarida yang terdapat di brush borser usus halus selanjutnya
menguraikan disakarida ini menjadi satuan monosakarida yang dapat diserap yaitu
glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif
sekunder,
sementara
pembawa
kontranspor
di
batas
luminal
mengangkut
monosakarida dari Na+ dari lumen ke dalam interior sel usus. Operasi pembawa
kotranspor ini, yang tidak secara langsung menggunakan enegri, bergantung pada
gradient konsentrasi Na+ yang diciptakan oleh pompa Na+ -K+ basolateral yang
memerlukan energy. Glukosa atau galaktosa yang telah dikumpulkan di dalam sel
oleh pembawa kotranspor, keluar dari sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi
untuk masuk ke darah di dalam vilus. Fruktosa diserap ke dalam darah semata-mata
melalui difusi terfasilitasi (transportasi pasif yang diperantarai oleh pembawa) 6.
2.1.3. Kontrol gula darah
Reaksi-reaksi kimia di dalam sel terdiri atas anabolisme dan katabolisme.
Anabolisme adalah pembentukan atau sintesis makromolekul organik yang lebih
besar dari subunit molekul organik kecil. Reaksi anabolisme umumnya memerlukan
9
asupan energi dalam bentuk ATP. Katabolisme adalah penguraian atau degradasi
molekul organik besar di dalam tubuh 6.
Dalam kaitannya dengan metabolisme karbohidrat, kedua proses inilah yang
mengontrol dan menjaga glukosa darah dalam rentang yang normal. Saat keadaan
setelah makan, glukosa tersedia berlimpah dalam darah, maka terjadi proses yang
bertujuan untuk menurunkan kadar glukosa darah tersebut. Sedangkan pada keadaan
puasa terjadi hal sebaliknya. Berikut beberapa reaksi dalam metabolisme bahan bakar
yang terkait dengan kontrol kadar glukosa darah:
Tabel 2.2. Ringkasan Reaksi dalam Metabolisme Bahan Bakar 6.
Proses Metabolik
Reaksi
Konsekuensi
Glikogenesis
Glukosa  glikogen
↓ Glukosa darah
Glikogen  glukosa
↑ Glukosa darah
Asam amino  glukosa
↑ Glukosa darah
Glukosa  ATP
↓ Glukosa darah
(Anabolisme)
Glikogenolisis
(Katabolisme)
Glukoneogenesis
(Anabolisme)
Glikolisis (Anabolisme)
Pemeliharaan homeostatis glukosa darah adalah fungsi pankreas yang sangat
penting. Konsentrasi glukosa dalam darah ditentukan oleh keseimbangan yang ada
antara proses-proses berikut: penyerapan glukosa dari saluran pencernaan;
transportasi glukosa ke dalam sel; pembentukan glukosa oleh sel (terutama di hati);
dan (secara abnormal) ekskresi glukosa oleh urin. Insulin memiliki empat efek yang
dapat menurunkan kadar darah dan meningkatkan penyimpanan karbohidrat, yaitu :
1. Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel.
Molekul glukosa tidak mudah menembus membrane sel tanpa adanya insulin.
Dengan demikian, sebagian besar jaringan sangat bergantung pada insulin
untuk menyerap glukosa dari darah dan menggunakannya. Insulin
meningkatkan mekanisme difusi terfasilitasi glukosa ke dalam sel-sel
10
tergantung insulin tersebut melalui fenomena transporter recrutement.
Glukosa dapat masuk ke dalam sel hanya melalui pembawa di membrane
plasma yang dikenal sebgai glukosa transporter. Sel-sel tergantung insulin
memiliki simpanan pengangkut glukosa intrasel. Pengangkut-pengangkut
tersebut diinsersikan ke dalam membrane plasma sebgai respons terhadap
peningkatan sekresi insulin, sehingga terjadi peningkatan pengangkutan
glukosa ke dalam sel. Apabila sekresi insulin berkurang, pengangkutpengangkut tersebut sebagian ditarik dari membrane sel dan dikembalikan ke
simpanan intrasel. Beberapa jaringan tidak bergantung pada insulin untuk
menyerap glukosa, yaitu otak; otot yang aktif dan hati. Otak, yang terus
menerus memerlukan pasokan glukosa untuk memenuhi kebutuhan energinya
setiap saat, mudah dimasuki
2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, baik di
otot maupun hati.
3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa.
Dengan
menghambat
penguraian
glikogen,
insulin
meningkatkan
penyimpanan karbohidrat dan menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati.
4. Insulin juga menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati dengan menghambat
glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin
melakukan hal ini dengan menurunkan jumlah asam amino di darah yang
tersedia bagi hati untuk glukoneogenesis dan dengan menghambat enzimenzim hati yang diperlukan untuk mengubah asam-asam menjadi glukosa.
Karena itu, insulin mengurangi konsentrasi glukosa darah untuk digunakan
dan disimpan, dan secara bersamaan menghambat dua mekanisme pembebasan
glukosa oleh hati ke dalam darah (glikogenolisis dan glukoneogenesis). Insulin
adalah satu-satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah. Insulin
mendorong penyerapan glukosa oleh sebagian besar sel melalui rekrutmen
pengangkut glukosa, suatu topik yang sekarang akan kita bahas.
Meskipun insulin berperan kunci dalam mengontrol penyesuaian metabolik
antara keadaan absortif dan pasca absortif, namun produk sekretorik sel α pulau
11
langerhans, glukagon, juga sangat penting. Efek keselurahan glukoagon pada
metabolisme karbohidrat menyebabkan peningkatan produksi dan pelepasan glukosa
oleh hati sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukagon melaksanakan efek
hiperglikemiknya dengan menurunkan sintesis glikogen, mendorong glikogenolisis
dan merangsang glukoneogenesis 7.
Tabel 2.3. Kontrol Hormon yang Berpengaruh pada Kadar Glukosa Darah 6.
Hormon
Efek terhadap gula darah
↓
Insulin
+ Pengambilan glukosa
+ Glikogenesis
- Glikogenolisis
- Glukoneogenesis
↑
Glukagon
+ Glikogenolisis
+ Glukoneogenesis
- Glikogenesis
Epinefrin
↑
+ Glikogenolisis
+ Glukoneogenesis
- Sekresi insulin
+ Sekresi glukoagon
Kortisol
↑
+ Glukoneogenesis
- Penyerapan glukosa oleh
jaringan selain otak;
penghematan glukosa
Hormon
Pertumbuhan
↑
-Penyerapan glukosa oleh otot;
penghematan glukosa
Diambil dari Sherwood, Lauralee. page 792, telah diolah kembali
12
2.1.4. Nasi
Nasi adalah bahan makanan yang berasal dari olahan tanaman beras. Beras
(Oryza Sativa) adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara
digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh8.
Pengupasan gabah dengan alat pemecah kulit menghasilkan sekam dan beras pecah
kulit yang berwarna kecoklatan (brown rice). Beras pecah kulit tersusun atas
beberapa bagian salah satunya adalah endosperm yang mengandung banyak
karbohidrat dan protein. Penyosohan terhadap beras pecah kulit menghasilkan bekatul
dan beras giling, yang sering kita lihat sebagai beras. Bekatul juga merupakan bagian
yang mengandung banyak karbohidrat dan protein pada beras 9. Beras mengandung
nilai gizi cukup tinggi yaitu kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori, protein
sebesar 6,8 gr, dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6
dan 0,8 mg serta sedikit vitamin B2 8.
Di Indonesia, nasi dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan. Contohnya
seperti nasi putih, nasi goreng, nasi uduk, nasi kuning dan sebagainya. Pada setiap
jenis olahan tersebut mengandung kadar karbohidrat yang berbeda terkait dengan
bahan-bahan yang ditambahkan didalamnya serta cara proses pemasakkan yang
berbeda dari olahan nasi tersebut. Biasanya juga, olahan nasi tersebut ditambahkan
dengan berbagai macam jenis lauk. Pada nasi kuning, nasi dimasak dengan campuran
kunyit. Komposisi kimia kunyit adalah kadar Air 6,0%, Protein 8,0% Karbohidrat
57,0% Serat Kasar 7,0% Bahan mineral 6,8% Minyak volatile 3,0% Kurkuma 3,2%
Bahan non volatil 9,0% 10.
Penggunaan beras sebagai bahan dasar dari pembuatan nasi tentu berbeda
pada tiap jenis bentuk pengolahannya. Untuk membuat nasi putih biasa, biasanya
menggunakan beras dengan struktur yang pulen sedangkan untuk membuat nasi
goreng biasanya menggunakan beras dengan struktur yang pera. Padi pera adalah
padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya
jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian
besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di
pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari
13
konsistensi nasinya. Selain itu, cara masak juga dapat menentukan konsistensinya.
Memasak nasi dengan lebih banyak jumlah air akan menyebabkan nasi menjadi lebih
pulen 9.
2.1.5. Protein dan Lemak
Dalam pengonsumsian nasi, biasanya disertai lauk pauk yang mengandung
berbagai macam makronutrien selain karbohidrat seperti protein dan lemak.
Secara molekular, struktur protein berbeda dengan karbohidrat dan lemak,
karena protein terdapat komponen nitrogen. Protein dari makanan dan protein
endogen dihidrolisis menjadi konstituen-konstituen asam amino dan beberapa
fragmen peptide kecil oleh pepsin lambung dan enzim proteolitik pankreas. Asam
amino diserap ke dalam sel epitel usus halus dan akhirnya masuk ke dalam darah
melalui mekanisme transportasi aktif sekunder yang bergantung pada Na+ dan
energy. Berbagai asam amino diangkut oleh pembawa spesifik bagi mereka. Peptidepeptida kecil, yang diangkut oleh jenis pembawa yang berbeda, diuraikan menjadi
asam-asam amino oleh aminopeptidase yang terdapat di brush border sel epitel atau
oleh peptidase intrasel 6. Pengolahan makanan juga dapat merusak asam amino dan
mengurangi ketersediaan pencernaan mereka dalam beberapa cara 11.
Lemak dan lipid merupakan sekitar 34 persen dari energi dalam makanan
manusia. Karena lemak adalah energi yang kaya dan memberikan 9 kkal energi,
manusia dapat memperoleh energi yang memadai dengan konsumsi harian yang
wajar lemak yang mengandung makanan. Lemak makanan disimpan dalam sel
adiposa yang terletak di depot pada tubuh manusia
11
. Proses penyerapan lemak
berbeda dengan karbohidrat dan protein. Karena tidak larut air, lemak harus
menjalani serangkaian transformasi. Lemak dalam makanan dalam bentuk trigliserida
akan diemulsifikasikan oleh efek deterjen garam-garam empedu. Emulsi lemak ini
mencegah penyatuan butir-butir lemak, sehingga luas permukaan yang dapat diserang
oleh lipase pancreas meningkat. Lipase menghidrolisis trigliserida menjadi
monogliserida dan asam lemak bebas. Produk-produk yang tidak larut air ini diangkut
dalam misel yang larut air, yang dibentuk oleh garam empedu, ke permukaan luminal
14
sel epitel usus halus. Setelah meninggalkan misel dan berdifusi secara pasif
menembus membrane luminal, mono gliserida dan asama lemak bebas disintesis
ulang menjadi trigliserida di sel epitel. Asam lemak mampu menembus membrane
kapiler. Trigliserida tersebut menyatu dan dibungkus oleh satu lapisan lipoprotein
untuk membentuk kilomikron yang larut air. Kilomikron kemudian dikeluarkan
melalui membrane basal sel secara eksositosis. Kilomikron tidak mampu menembus
membrane kapiler, sehingga mereka masuk ke pembuluh limfe, yaitu lacteal pusat 6.
Polyunsaturated fatty acid (PUFA) adalah jenis lemak yang apabila dikonsumsi
dalam jumlah banyak akan berbahaya bagi tubuh karena sangat reaktif untuk
mengikat oksigen dan mengubahnya menjadi peroksida. PUFA banyak terdapat pada
makanan yang di goreng. Asupan lemak yang rekomendasikan menurut dietary
guidelines for American adalah kurang dari 10 persen dari total kalori tubuh 11.
2.1.6. Indeks glikemik dan Beban glikemik
Cara alternatif untuk mengklasifikasikan diet yang mengandung karbohidrat
adalah dengan melihat dari kemudahannya untuk penyerapan dan efeknya pada
kenaikan kadar glukosa darah. Indeks glikemik (IG) adalah nilai yang menunjukkan
kemampuan suatu makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan
kadar glukosa darah. Makanan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat
memiliki IG yang tinggi. Sebaliknya, makanan yang menaikkan kadar glukosa darah
dengan lambat memiliki IG yang rendah 12. Indeks glikemik dapat membandingkan
tingkatan makanan berdasarkan perubahan kadar gula darah setelah makanan tersebut
dimakan dibandingkan dengan perubahan yang terlihat dari makanan yang digunakan
sebagai acuan yaitu roti putih atau glukosa 1. Sebagai perbandingan, indeks glikemik
glukosa murni adalah 100. Roti tawar putih juga sering digunakan sebagai makanan
acuan karena umumnya orang-orang lebih sering mengonsumsi roti tawar putih
dibandingkan dengan gula murni 13.
Indeks Glikemik didefinisikan sebagai peningkatan kadar glukosa darah di
atas tingkat dasar selama periode 2 jam setelah karbohidrat dikonsumsi dalam jumlah
tertentu (biasanya 50 g) dibandingkan dengan jumlah yang sama pada karbohidrat
15
dalam makanan referensi. Dalam praktiknya, indeks glikemik diukur dengan
menentukan elevasi glukosa darah 2 jam setelah konsumsi. Area di bawah kurva
setelah merencanakan tingkat glukosa darah setelah mengonsumsi makanan referensi
dibagi dengan luas area di bawah kurva untuk kali makanan referensi yang IG nya
bernilai 100 13. Nilai IG pangan dikelompokkan menjadi IG rendah yaitu kurang dari
55, sedang 56-69 dan tinggi lebih dari 70 14.
Banyak pertanyaan bermunculan mengenai apakah indeks glikemik memiliki
relevansi praktis, karena kita tidak makan makanan tunggal tetapi makanan yang
terdiri dari sejumlah makanan. Untuk menjawab pertanyaan ini, konsep beban
glikemik atau glycemic load (GL) diperkenalkan. Beban glikemik atau glycemic load
adalah nilai yang menunjukkan respon glukosa darah setelah mengonsumsi satu porsi
makanan yang mengandung sejumlah karbohidrat. Beban glikemik menilai kuantitas
dan kualitas karbohidrat dalam makanan. Beban glikemik (GL) sama dengan
sejumlah karbohidrat dalam takaran sajian dikali indeks glikemik dalam porsi
makanan. Semakin tinggi GL, semakin besar elevasi yang diharapkan glukosa darah
dan efek insulinogenik pada makanan
15
. Untuk menghitung beban
glikemik
makanan, kalikan indeks glikemik dengan jumlah karbohidrat non-serat dalam satu
porsi, kemudian bagi dengan seratus
16
. Angka beban glikemik 20 ke atas
dikategorikan tinggi, 10-19 menengah dan kurang dari 10 dikategorikan rendah 14.
Implikasi dari mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik dan beban
glikemik yang tinggi terhadap penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit
jantung koroner (PJK), serta obesitas baru-baru ini telah ditinjau. Ulasan ini
menunjukkan bahwa indeks glikemik dan beban glikemik memberikan cara untuk
menguji risiko relatif diet yang dirancang untuk mencegah penyakit jantung koroner
dan obesitas. Pengaruh bahwa makanan yang mengandung karbohidrat terhadap
kadar glukosa darah, yang disebut respon glikemik makanan, bervariasi dengan
waktu yang dibutuhkan untuk mencerna dan menyerap karbohidrat dalam makanan
itu. Beberapa makanan menyebabkan peningkatan pesat dan penurunan kadar glukosa
darah, sedangkan yang lain menyebabkan kenaikan lebih lambat dan lebih luas
dengan tingkat puncak yang lebih rendah dan penurunan bertahap. Konsep indeks
16
glikemik suatu makanan dikembangkan untuk memberikan nilai numerik untuk
mewakili pengaruh makanan terhadap kadar glukosa darah . Ini memberikan
perbandingan kuantitatif antara makanan 15.
Salah satu kritik terhadap indeks glikemik adalah variasi indeks glikemik
untuk makanan tampaknya serupa, hal ini menjadi salah satu penyebab bisa menjadi
perbedaan dalam makanan referensi yang digunakan. Variasi ini mungkin
mencerminkan perbedaan metodologi serta perbedaan dalam persiapan makanan dan
bahan-bahan yang digunakan dalam menyiapkan makanan. Perbedaannya juga bisa
mencerminkan perbedaan nyata dalam keanekaragaman hayati makanan 15.
17
2.2. KERANGKA KONSEP
Responden sehat
Indeks
Glikemik dan
Beban
glikemik
Makanan uji berbahan dasar nasi
(dalam satu porsi penyajian)
Protein
Karbohidrat
Lemak
Serat
Respon peningkatan kadar
gula darah
= Variabel yang tidak diuji
= Variabel yang diuji
2.3. DEFINISI OPERASIONAL
No
Variabel
Definisi
Pengukur
Alat ukur
Cara Ukur
Skala ukur
Hasil ukur
1
Glukosa
Hasil absorpsi
Peneliti
Blood
Pengambilan
mg/dl
Nominal
darah
karbohidrat di
glukosa
darah kapiler
saluran pencernaan
meter
kemudian
yang bersirkulasi
merek
diuji dengan
dalam darah dan
Glucocard
test strip
dihitung kadarnya
x-meter
blood glukosa
dengan
pemeriksaan darah
meter
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk menilai pengaruh
pemberian menu makanan dengan bahan dasar nasi beserta lauk pauknya terhadap
kurva gula darah.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama bulan Juni-Agustus 2014 di Kampus Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi sampel
penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2013.
3.4. Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat glukometer dengan merk Glucocard x-meter dan test strip glukosa darah
merk Glucocard x-meter
b. Sampel darah kapiler responden dengan metode finger-prick 17.
c. Makanan uji :

1 porsi nasi putih, tempe orek, 1 potong ayam goreng tanpa kulit dan sayur
kacang panjang.

1 porsi nasi kuning, tempe orek dan setengah potong telur ayam balado.

1 porsi nasi goreng, tempe orek dan setengah telur dadar.
18
19
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1. Kriteria Inklusi
a. Responden adalah dewasa sehat dengan populasi mahasiswa
pendidikan dokter (18-25 tahun).
b. Responden memiliki indeks massa tubuh normal menurut kriteria
Asia-Pasifik.
c. Responden tidak memiliki riwayat gangguan metabolisme glukosa.
d. Responden dalam keadaan sehat.
3.5.2. Kriteria Eksklusi
a. Responden yang menjalani program diet dalam 3 bulan terakhir.
b. Responden dalam keadaan hamil atau menyusui
3.5.3. Kriteria Drop-Out
a. Responden dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
melanjutkan penelitian
3.6. Besar dan Cara Pengambilan Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi. Responden terdiri dari perempuan dan laki-laki.
Pemilihan responden dilakukan dengan cara consecutive sampling dari populasi yang
telah ditentukan.
Setelah mendapatkan 10 orang dengan metode consecutive sampling, calon
responden akan melalui proses anamnesis. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik
meliputi tanda vital, berat badan dan tinggi badan. Setelah itu dilakukan penapisan
gangguan metabolisme glukosa dengan pemeriksaan Gula darah puasa (GDP)
kemudian dibandingkan dengan kriteria normal menurut PERKENI. Responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian diberikan informed
consent 18.
20
3.7. Alur Penelitian
Mahasiswa PSPD 2013
Populasi
Memenuhi kriteria
inklusi
Responden
10 orang
Persiapan sebelum pemeriksaan:*
Puasa 10-14 jam, tidak melakukan aktivitas berat, dan
makan porsi normal sebelum puasa
Pemeriksaan
pertama
Pemeriksaan
kedua
Pemeriksaan
ketiga
Nasi goreng,
telur dadar,
tempe orek
Nasi kuning,
tempe orek,
setengah
potong telur
ayam rebus
balado.
Nasi putih,
tempe orek, 1
potong ayam
goreng tanpa
kulir dan sayur
kacang panjang
Pemeriksaan glukosa darah kapiler pada menit ke: 0, 15,
30, 45, 60, 90, dan 120
*
Pencatatan kurva kadar gula darah
*Setiap pemeriksaan berselang lebih dari 1 minggu
21
3.8. Cara Kerja Penelitian
a. Responden menjalani puasa 10-14 jam.
b. Responden sebelumnya telah diminta untuk mengurangi aktivitas dan makan
seperti biasa selama 48 jam sebelum hari pemeriksaan.
c. Responden mengonsumsi makanan uji dalam waktu <10 menit
d. Darah responden diambil dari pembuluh kapiler pada ujung jari di menit ke-0,
15, 30, 45, 60, 90, dan 120 setelah mulai makan.
e. Selama melakukan pemeriksaan makanan uji, responden diperbolehkan
minum air putih 250 mL.
f. Dilakukan pencatatan kadar gula darah pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90,
dan 120, dan dimasukkan ke dalam kurva.
g. Dilakukan penilaian kurva peningkatan gula darah.
3.9. Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah responden diolah secara manual dan
disajikan dalam bentuk tabel. Kenaikan kadar glukosa darah disajikan dalam bentuk
kurva.
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis data statistik, untuk menentukan
apakah penelitian bermakna, menggunakan Microsoft excel 2010 dan SPSS 22.0. Uji
normalitas data menggunakan uji Saphiro-Wilk karena jumlah responden kurang dari
50 orang. Selanjutnya penulis menggunakan Uji Repeated Annova bila data
terdistribusi normal dan Uji Friedman bila data tidak terdistribusi normal. Pemilihan
uji ini didasarkan pada jenis penelitian berupa deskriptif numerik-numerik dengan
variabel yang berpasangan 19.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden
Responden berjumlah 10 orang, terdiri dari 3 orang laki-laki dan 7 orang
perempuan. Karakterisitik dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Penelitian
Jenis
No.
Kode
kelamin
Umur
(tahun)
(L/P)
Berat
badan
Tinggi
IMT
2
Glukosa Darah
badan (m)
(kg/m )
Puasa (mg/dL)
(kg)
1.
CHA
P
19
50
1,55
20.8
98
2.
ICH
L
20
65
1.72
22.0
85
3.
IQD
L
19
63
1,66
22.9
79
4.
LAT
P
19
56
1,57
22.7
99
5.
INA
P
19
52
1,63
19.5
79
6.
NAD
P
19
49
1,53
20.9
72
7.
NIH
P
20
56
1,63
21.1
75
8.
SHO
P
18
44
1,55
18.3
79
9.
SYA
L
18
48
1,63
18.1
78
10.
ZAI
P
19
55
1,56
22.6
89
Rerata
P
19
53,8
1,60
20.8
83,3
Responden tidak memiliki gangguan metabolisme glukosa ditunjukkan
dengan hasil pemeriksaan GDP dalam batas normal. Rerata GDP responden adalah
83,3 (SD±9.2).
4.2. Makanan Uji
Makanan uji menggunakan makanan berbahan dasar nasi yang diolah dalam
cara yang berbeda-beda. Pemilihan jenis nasi dan lauk pauk disesuaikan dengan
22
23
makanan yang tersedia di kantin kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam hal ini, peneliti tidak melakukan pengolahan makanan uji. Pemberian
makanan uji kepada seluruh responden disesuaikan dengan satu porsi penyediaan
makanan di kantin. Adapun kandungan nutrisi pada tiap-tiap makanan dapat dilihat
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kandungan Nutrisi pada Makanan Uji
Makanan uji
Sajian
Karbohidrat
Protein
Lemak
Serat
(gram)
(gram)
(gram)
(gram)
(gram)
-
Nasi goreng
160
64
6.4
5
-
Tempe orek
5
0.7
0.5
5.3
-
Telur dadar
25
-
3.1
7.2
Total
190
64.7
10
17.5
-
Nasi kuning
150
60
6
0.4
-
Tempe orek
5
0.7
0.5
5.3
-
Telur rebus balado
26
-
3.3
2.3
Total
181
60.7
9.8
8
-
Nasi putih
200
80
8
-
-
Tempe orek
25
3.5
2.5
6.5
-
Ayam goreng
63
-
11
8.1
-
Sayur kacang panjang
40
2
0.4
5
12.8
Total
328
85.5
21.9
19.6
14.3
0.3
0.3
0.3
0.3
1.5
Makanan uji berbahan dasar nasi diatas telah dihitung indeks glikemiknya
sesuai dengan responden yang sama, yaitu nasi putih memiliki IG 97, nasi goreng
memiliki IG 93 sedangkan nasi kuning memiliki IG 86. Berdasarkan data diatas dapat
disimpulkan bahwa ketiga makanan uji tergolong dalam indeks glikemik tinggi sesuai
dengan tabel indeks glikemik yang telah direvisi oleh American Journal of Clinical
Nutrition tahun 2008 [14].
24
4.3. Kadar Glukosa Darah
Hasil kadar glukosa darah yang diambil setiap 15 menit dilanjutkan setiap 30
menit selama 2 jam setelah pemberian makanan uji dapat dilihat pada gambar 4.1.
Grafik Gula Darah
160
140
Gula Darah (mg/dL)
120
100
Nasi goreng
80
Nasi kuning
Nasi Putih
60
40
20
0
0
15
30
45
60
90
120
Gambar 4.1. Grafik Kadar Glukosa Darah
Berdasarkan grafik diatas, kenaikan glukosa darah setelah pemberian semua
jenis nasi mencapai puncaknya pada menit ke-30. Selanjutnya mengalami penurunan
pada menit ke-45 namun pada grafik glukosa darah nasi goreng akan mengalami
peningkatan kembali pada menit ke-60 lalu mengalami penurunan pada menit ke-90
kemudian kembali meningkat pada menit ke-120. Sedangkan grafik glukosa darah
setelah pemberian nasi kuning dan nasi putih mengalami penurunan pada menit ke-45
sampai dengan menit ke-120.
Efek makanan dengan kadar lemak yang lebih banyak dapat menurunkan
kadar gula darah. Hal ini dapat dibuktikan dengan kurva gula darah setelah konsumsi
25
nasi putih yang mengalami penurunan lebih besar dibanding nasi yang mengandung
lemak lebih sedikit.
Respon kenaikan glukosa darah terhadap karbohidrat umumnya signifikan
setelah kisaran waktu 30 menit sampai 1 jam setelah konsumsi makanan. Berdasarkan
hal tersebut, persentase kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah dihitung tiap 30
menit.
Tabel 4.3. Kenaikan atau Penurunan Kadar Glukosa Darah (%)
Persentase kenaikan glukosa darah pada menit keNo.
Makanan uji
1.
2.
3.
Nasi goreng
Nasi kuning
Nasi putih
30’
49
32.71
27.97
60’
-4.88
-19.02
-12.17
90’
-8.95
-12.70
-19.28
120’
1.96
-2.30
-16.51
Tanda (-) menandakan bahwa kurva mengalami penurunan.
Makanan uji yang meningkatkan kadar glukosa darah puasa secara cepat
setelah dikonsumsi dari menit ke-0 hingga menit ke-30 berturut-turut adalah nasi
goreng sebesar 49%, nasi kuning sebesar 32,71% dan nasi putih sebesar 27.97%.
Hasil persentase diatas menunjukkan bahwa nasi goreng merupakan makanan
berbahan dasar nasi yang paling cepat meningkatkan glukosa darah sampai ke puncak
kurva peningkatan.
Pada makanan uji nasi putih, kadar lemak total dan kandungan serat persajian
lebih banyak dibandingkan dengan nasi goreng dan nasi kuning. Hal ini
menyebabkan absorpsi nasi putih lebih lama dibandingkan kedua makanan uji lainnya
karena lemak dan serat berpengaruh pada metabolism karbohidrat.
Dari hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa konsumsi nasi putih akan
menyebabkan efek kenyang yang lebih cepat, sedangkan nasi goreng menyebabkan
efek kenyang yang lebih lama dilihat dari kurva rerata kadar gula darah. Hal ini
dikatkan pula dengan kandungan nutrisi seperti protein, serat dan lemak yang lebih
tinggi sehingga dapat memengaruhi kerja absorpsi karbohidrat menjadi gula darah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan peningkatan kurva gula darah dari tiap satu porsi nasi
putih, nasi goreng dan nasi kuning.
2. Terdapat perbedaan kadar gula darah yang bermakna dari tiap jenis menu
makanan berbahan dasar nasi.
3. Makanan yang mengandung lebih banyak lemak dan serat dapat menurunkan
kadar gula darah.
5.2. Saran
1. Mengingat jenis makanan berbahan dasar nasi yang beragam, maka perlu lebih
banyak penelitian makanan berbahan dasar nasi dengan jenis yang berbeda
2. Perlu dilakuakan pencarian beban glikemik dari tiap makanan uji, sehingga
dapat dijadikan referensi yang lebih lengkap.
3. Saran untuk masyarakat, apabila mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat
untuk menyertakan makanan tinggi serat, seperti sayuran, agar tidak terjadi
peningkatan gula darah secara cepat.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Newman D. Kamus Kedokteran Dorland edisi 28 Jakarta: EGC; 2011.
2. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011; Diunduh dari
www.perkeni.org.
3. RISKESDAS. Riset Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2013; Diakses dari www.riskesdas.litbang.depkes.go.id. pada 22 Maret 2014.
4. Riccardi, Gabriele;Angela A Rivellese; Rosalba Giacco. Role of Glycemic Index
and Glycemic Load in The Healthy State in Prediabetes and in Diabetes. 2008;
Am J Clin Nutr 2008;87(suppl):269S–74S.
5. Jennie C Brand-Miller, Karola Stockmann, Fiona Atkinson, Peter Petocz, and
Gareth Denyer. Glycemic Index, Postprandial Glycemia, and The Shape of The
Curve in Healthy Subjects: Analysis of a Database of More Than 1000 Foods.
2009; Am J Clin Nutr 2009;89:97–1.
6. Sherwood L. In Human Physiology: From Cells to Systems, 7th Edition. USA:
Brooks/Cole; 2010. p. A-13, 649,682, 776,781,789.
7. Maria Kalergis, Elaine De Grandpré, Clare Andersons. The Role of the Glycemic
Index in the Prevention and Management of Diabetes: A Review and Discussion.
Canadian Journal of Diabetes. 2005; 29(1):27-38.
8. Astawan M. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami. Cetakan I Solo: Penerbit
Tiga Serangkai; 2004.
9. Shafwati RA. Pengaruh Lama Pengukusan dan Cara Penanakan Beras Pratanak
Terhadap Mutu Nasi Pratanak. Skripsi Institut Pertanian Bogor. 2012.
10 Bintang, I.A.k, A.G Nataamijaya. Pengaruh penambahan tepung kunyit (Curcuma
. Domestica val) dalam ransum broiler.
http://balitnak.litbang.deptan.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&i
d=129. 2005.
11 L.K athleeMn ahanM SDD. Krause's Food and Nutrition Therapy, International
. Edition, 12e ISBN: 978-0-8089-2378-7 Missouri: Saunders Elsevier; 2008.
28
12 Purwani E.Y, Yuliani S, Indrasari S.D, et al. Sifat Fisiko-kimia Beras dan Indeks
. Glikemiknya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Jurnal teknologi dan Industri Pangan Bogor. 2007; Vol.XVIII.
13 Sareen S. Gropper, Jack L. Smith, James L. Groff. Advanced Nutrition and
. Human Metabolism 5th Edition USA: Wardsworth; 2009.
14 Mendosa D. Revised International Table of Glycemic Index (GI) and Glycemic
. Load (GL) Values. American Society for Clinical Nutrition. 2008.
15 Jane Higdon, Ph.D, et al. Glycemic Load. Linus Pauling Institute Oregon State
. University. http://lpi.oregonstate.edu/infocenter/food/grains/gigl.html. 2014.
16 Kaye Foster-Powell, Susanna HA Holt, Janette C Brand-Miller. International table
. of glycemic index and glycemic load values. American Society for Clinical
Nutrition USA. 2002; Am J Clin Nutr 2002;76:5–56.
17 John. M.E, Janet M. Stegmann, BS. Sandra L. Colner, BS. Ragui H. Michael,
. MD. Rapid Changes in Postprandial Blood Glucose Produce Concentration
Differences at Finger, Forearm, and Thigh Sampling Sites. Diabetes Care. 2002
June; 25:961–964, Vol. 25, No. 6.
18 F. Brouns, I. Bjorck, K. N. Frayn, A. L. Gibbs, V. Lang, G. Slama, T. M. S.
. Wolever. Glycaemic index methodology. Nutrition Research Reviews. 2005; 18,
145–171.
19 Sopiyudin D. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Deskriptif, Bivariat, dan
. Multivariat Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.
29
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Surat Persetujuan Responden
Formulir Informed Consent
PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN BERBAHAN DASAR NASI TERHADAP
KURVA GULA DARAH
Setelah memperoleh penjelasan mengenai tujuan, manfaat, prosedur dan kemungkinan risiko,
serta jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti dalam penelitian
PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN BERBAHAN DASAR NASI TERHADAP
KURVA GULA DARAH, maka saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Jurusan :
Semester :
Dengan ini menyatakan dengan penuh kesadaran bersedia berpartisipasi dalam penelitian
tersebut dan bersedia menjalani pemeriksaan darah sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan dalam penelitian PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN BERBAHAN
DASAR NASI TERHADAP KURVA GULA DARAH, dengan catatan semua data
mengenai diri saya dirahasiakan. Selanjutnya, bila suatu ketika, dalam masa penelitian, saya
merasa dirugikan karena penelitian ini, saya berhak mengundurkan diri dari keterlibatan saya,
serta membatalkan persetujuan ini, tanpa sanksi apapun dan dari pihak manapun.
Ciputat, ………………. 2014
Yang membuat pernyataan,
Mengetahui,
Peneliti
(
)
(
)
30
Lampiran 2
Lembar Status Kesehatan Responden
LEMBAR ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MENU MAKANAN BERBAHAN DASAR NASI
TERHADAP KURVA GULA DARAH
Nama
:
Usia
:
BB
:
TB
:
IMT
Tanda Vital
1. Tekanan darah
:
2. Frekuensi nadi
:
3. Frekuensi nafas
:
4. Suhu
:
GDP
:
Riwayat Penyakit
1. Apakah anda menderita diabetes melitus?
Ya/Tidak
2. Apakah anda menderita penyakit ginjal dan hati?
Ya/Tidak
3. Apakah anda menderita penyakit saluran pencernaan?
Ya/Tidak
4. Apakah terdapat riwayat diabetes melitus pada keluarga?
Ya/Tidak
Jika ya, siapa?
5. Apakah anda memiliki riwayat alergi makanan?
Ya/Tidak
Jika ya, apa?
6. Apakah anda seorang perokok?
Ya/Tidak
7. Apakah anda mengonsumsi alkohol?
Ya/Tidak
31
Lampiran 3
Lembar Hasil Pemeriksaan Tanda Vital Responden
No.
Nama
Tekanan darah
(mmHg)
Frekuensi
napas
(x/menit)
Frekuensi nadi
(x/menit)
1.
CHA
110/80
16
68
2.
ICH
110/70
20
64
3.
INA
90/70
20
64
4.
IQB
110/70
20
72
5.
LAT
120/90
24
60
6.
NAD
110/80
22
123
7.
NIH
110/70
24
88
8.
SHO
100/60
20
60
9.
SYA
110/80
20
68
10.
ZAI
100/70
16
56
32
Lampiran 4
Lembar Kriteria Status Gizi Menurut Kriteria Asia – Pasifik
Status gizi responden ditentukan menggunakan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan rumus:
IMT= Berat badan (Kg)
[Tinggi badan (m)]2
Status gizi responden dihitung menggunakan IMT berdasarkan kriteria Asia – Pasifik,
dikategorikan dalam underweight, normoweight, overweight, dan obese.
33
Lampiran 5
Lembar Hasil Uji Statistik
a. Uji Normalitas Data IMT dan GDP
Descriptives
Statistic
Indeks Massa Tubuh
Mean
20.8900
95% Confidence Interval for Lower Bound
19.6294
Mean
22.1506
Upper Bound
5% Trimmed Mean
20.9333
Median
21.0000
Variance
.55727
3.105
Std. Deviation
Gula Darah Puasa
Std. Error
1.76223
Minimum
18.10
Maximum
22.90
Range
4.80
Interquartile Range
3.43
Skewness
-.542
.687
Kurtosis
-1.025
1.334
Mean
83.3000
2.94033
95% Confidence Interval for Lower Bound
76.6485
Mean
89.9515
Upper Bound
5% Trimmed Mean
83.0556
Median
79.0000
Variance
86.456
Std. Deviation
9.29815
Minimum
72.00
Maximum
99.00
Range
27.00
Interquartile Range
14.00
Skewness
.835
.687
Kurtosis
-.503
1.334
34
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Indeks Massa Tubuh
.180
10
Gula Darah Puasa
.278
10
Statistic
df
Sig.
*
.902
10
.231
.027
.879
10
.127
.200
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
b. Uji Normalitas Rerata Kadar Gula Darah
Descriptives
Statistic
Nasi goreng
Mean
119.8714
95% Confidence Interval for Lower Bound
106.6996
Mean
133.0432
Upper Bound
5% Trimmed Mean
120.6571
Median
122.7000
Variance
202.839
Std. Deviation
Nasi kuning
Std. Error
5.38303
14.24216
Minimum
90.60
Maximum
135.00
Range
44.40
Interquartile Range
11.50
Skewness
-1.675
.794
Kurtosis
3.602
1.587
102.3143
5.84300
Mean
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
5% Trimmed Mean
Upper Bound
88.0170
116.6116
102.1770
Median
99.2000
Variance
238.985
Std. Deviation
15.45913
Minimum
84.60
Maximum
122.50
Range
37.90
35
Interquartile Range
30.90
Skewness
Kurtosis
Nasi putih
Mean
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
.168
.794
-2.095
1.587
108.7143
7.75756
89.7322
Upper Bound
127.6963
5% Trimmed Mean
109.4659
Median
112.5000
Variance
421.258
Std. Deviation
20.52457
Minimum
75.80
Maximum
128.10
Range
52.30
Interquartile Range
36.80
Skewness
-.613
.794
Kurtosis
-1.082
1.587
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
Nasi goreng
Nasi kuning
Nasi putih
df
.275
.194
.230
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
7
.119
.849
7
.121
7
.200
*
.902
7
.346
.200
*
.889
7
.271
7
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
c. Uji Repeated Annova
Multivariate Testsa
Effect
factor1
Value
Pillai's Trace
Wilks' Lambda
Hotelling's Trace
Roy's Largest Root
a. Design: Intercept
Within Subjects Design: factor1
b. Exact statistic
F
Hypothesis df
Error df
Sig.
.845
13.621b
2.000
5.000
.009
.155
13.621
b
2.000
5.000
.009
5.448
13.621b
2.000
5.000
.009
5.448
b
2.000
5.000
.009
13.621
36
Lampiran 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Tiara Putri Methas
Usia
: 20 tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 9 April 1994
Alamat
: Jl. Pustaka Jaya II No.23 Rawamangun Jakarta Timur
No. Hp
: 082113552373
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. SD Negeri 47 Jambi
: 1999 – 2003
2. SD Negeri 02 Pagi Jakarta Timur
: 2003 – 2005
3. MTs Darunnajah Jakarta Selatan
: 2005 – 2008
4. SMA Negeri 54 Jakarta Timur
: 2008 – 2011
5. PSPD FKIK UIN Jakarta
: 2011 – sekarang
Download