Kembali ke Politik

advertisement
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM Rl
BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL
Pusat Dokumentasi dan Jaringan lnfonnasi Hokum Nasional
JI.May.Jen. Sutoyo -Cililitan- Jakarta Timur
I Somber:
I Subjek :
1COMhtS
_j_Hariffgl: _/IA!3ll /;2.5SPPT 610/J
!Hlm/Kol ,-vtf/1-,sl
N 1=6A RA
-
I Bidang:
f>CJL IT I 1\
Kembali ke Politik
Oleh ALFAN ALFIAN
B
elakangan ini, media massa ramai
oleh berita membajirnya pengungsi dari Suriah dan negara-negara
yang dilanda krisis politik
ke negara-negara Eropa.
Mereka bergerak melalui !aut
dan darat. Yang meninggal dalam
peijalanan cukup banyak, termasuk Aylan Kurdi, anak kecil yang
tergeletak di pinggir pantai setelah tenggelam di Laut Mediterania. Mata dunia terbelalak dengan krisis kemanusiaan itu.
Negara-negara Eropa terbelah
sikap, ada yang menerima secara
terbuka ada yang tidak. Eropa
menjadi pilihan karena mereka
lebih terbuka. ketimbang negara-negara kaya di Timur Tengah.
Tentu ada faktor lain yang dapat
menjelaskan fenomena ini. Negara-negara kaya Timur Tengah lebih memilihjalan yang pragmatis
dengan tidak mau kerepotan menampung pengungsi. Ini menggambarkan wajah paradoks TimurTengah.
Krisis politik telah memicu
krisis kemanusiaan yang lebih
luas. Dalam hal ini, tampaknya
tidak ada jalan keluar kecuali
dengan rumus kembali ke politik.
Tidak ada· negara tanpa politik.
Politiklah yang menggerakkan
negara. Ketika para pemimpin
politik gaga! mencapai konsensus
dan jalan kekerasan yang mengemuka berlarut-larut, harus
ada jalan politik untuk mengakhirinya.
Dalam hal ini, David Runciman dalam bukunya beijudul Politics (2014) memberi ulasan menarik. Profesor Ilmu Politik Cambridge University tersebut mengulas kekontrasan kondisi dua negara: Denmark dan Suriah. Apabila Anda hidup di Suriah seka_nmg, kondisiny~ masih sangat
runyam dan Anda terjebak pada
kondisi yang seperti neraka: hidup penuh dengan ketakutan, kecemasan, kekerasan, ketidakpastian, kelaparan, dan keputusasaan. Perang saudara telah meluluhlantakkan Suriah. Puluhan
hingga ratusan ribu orang tewas
dalam tragedi kemanusiaan yang
memilukan di abad ke-21 ini.
Banyak yang mengungsi ke berbagai negara.
Sebaliknya, Anda merupakan
orang yang beruntung man.akala
hidup di Denmark. Negara ini
dilukiskan Runciman sebagai
versi lain dari "surga"; hidup nyaman, sejahtera, damai, tertib, dan
beradab. Yang membedakan Suriah dan Denmark bukan kenyamanannya, bukan pula sumber
daya alam dan kekayaan khazanah sejarahnya. Perbedaan Denmark dan Suriah ialah politiknya
Politik telah menolong Denmark
seperti keadaannya sekarang. Politik pulalah yang menjadikan Suriah seperti sekarang.
.
.
Politik sebaga1 kunc1
Bagaimana
penjelasannya?
Mengapa politik menentukan?
Runciman menjelaskan bahwa
politiklah yang bertanggung jawab. apakah suatu negara men~
jadi negara nyaman dan damm
atau sebaliknya, berantakan dan
penuh konflik. Tentu maksudnya
ialah bagaimana inisiatif para po]itisi yang berada di balik kebijakan-kebijakan politik. Apakah
mereka mampu menjadi pemimpin politik yang berkualitas dalam menghadirkan kebijakan-kebijakan publik yang bagus atau
sebaliknya, manipulatif. . .
Merekalah, para pem1mpm
politik, yang membuat Denmark
dan Sm;iah menjadi yang sekarang. Ada beberapa catatan yang
perlu kita carnkan. Pertama, soal
kekerasan; bahwa kontr_ol k~~erasan ialah jantung dar1 pohtik.
Politik ialah ikhtiarmencapai tu-
juan-tujuan baik, tanpa kekerasan. Dalam politik ada argumen,
dialog, persetujuan, penolakan,
titik temu atau konsensus dan
sebagainya. Politik ialah jalan damai, perang ialahjalan kekerasan.
Yang terakhir ini terj.adi m~~­
kala politik gaga!. Hakikat pohtJk
ialah mengendalikan kekerasan
dan negara merupakan kekua~:U:
absah untuk itu. Dalam hal mi,
khazanah politik Barat memperkenalkan pandangan Hobbes
bahwa negara itu seperti Leviathan, yang suka menindas rak,
yatnya.
.
Namun, catat Runciman, politik (dunia) kita dewasa ini sudah
jauh dari gambaran. Hobbes",
tetapi di sisi lain, "duma Hobbes
itu masih ada". Runciman mengingatkan soal adanya politisi bertangan kotor (dirty hands) .. Merekalah yang suka memakm kekerasan sebagai jalan pintas. Ca~
ra-cara kotor tentu saja menodm
politik.
Kedua, soal perkembang~
teknologi. Ini menyangkut bagm~
mana perkembangan te~?log~
memengaruhi pe~ilaku pohtJk di
satu sisi dan baga1mana para politisi memanfaatkannya. Ketiga,
soal keadilan. Bagaimana konstitusi menjamin keadilan bisa ditegakkan oleh semua. Pun bagaimana demokrasi mampu diaktualisasikan oleh para politisi sedemikian rupa.
Jadi, sebenarnya yang diuraikan Runciman jelas. Politik itu
kebijakan, seperangkat aturan. la
melibatkan orang-orang dan
lembaga-lembaga. Pada praktiknya, politik membentuk budaya
politik para pelakunya, ada kesadaran dan kedisiplinan bersama.
Dalam konteks inilah kebijakan
politik akan menggerakkan yang
lain pula, yakni kepastian hukum
dan ekonomi yang berkembang.
Ujungnya ialah kesejahteraan bagi rakyat secara luas. Inilah poli. tik sebagai b~r]{ah._
Z
Sambungan
Somber:
Hariffg!:
Politik pun bisa menjadi musibah. Maka, rentetannya sebaliknya, yakni para politisi gagal
mengendalikan kekerasan, gagal
membuat kebijakan yang baik
dan benar, dan gagal menciptakan stabilitas, yang ujung-ujungnya ialah kekacauan.
Politik dan kemanusiaan
Politik yang baik tentu memberi ruang yang lapang bagi kemanusiaan sebab memang de•
mikianlah tarikan dasarnya. Politik dan kebijakannya lahir dari
filosofi dan basis nilai kemanusiaan. Dalam hal ini, pentinglah
kiranya rrrembuangjauh egoisme
politik atau politik anti kemanusiaan. Berbagai peristiwa besar
dunia, setidaknya menandai dua
perang besar pada abad yang lalu,
yakni Perang Dunia I dan II, telah
secara jelas meninggalkan pesan-pesan kemanusiaan universal itu.
Sayangnya, pada praktiknya,
politik lebih sering tidak berpihak kepada kemanusiaan. Konon, Mahatma Gandhi mengatakan, dan ini diamini juga oleh
Bung Karno, "My nationalism is
humanity'', bahwa batas-batas
nasionalitas kita adalah tak terbatas bagi kemanusiaan. Nasionalisme sebagai produk politik
sudahjelas terkandung di dalamnya pula kemanusiaan. Ini terkait
dengan konteks solidaritas kemanusiaan global yang sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama. Kembali ke politik
berarti kembali ke dasar kemanusiaan kita.
ALFAN ALFIAN
Dosen Pascasarjana Ilmu
Politik Universitas Nasional, .
Jakarta
Hlm/Kol:
Download