BAB II

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Pemasaran Jasa
Industri jasa pada saat ini merupakan sektor ekonomi yang sangat besar
dan tumbuh sangat pesat. Pertumbuhan tersebut selain diakibatkan oleh
pertumbuhan jenis jasa yang sudah ada sebelumnya, juga disebabkan oleh
munculnya jenis jasa baru, sebagai akibat dari tuntutan dan perkembangan
teknologi. Pesatnya pertumbuhan bisnis jasa dilihat dari sudut pandang globalisasi
antar negara ditandai dengan meningkatnya intensitas pemasaran lintas negara
serta terjadinya aliansi berbagai penyedia jasa di dunia. Perkembangan tersebut
pada akhirnya mampu memberikan tekanan yang kuat terhadap perombakan
regulasi, khususnya pengenduran proteksi dan pemanfaatan teknologi baru yang
secara langsung akan berdampak kepada menguatnya kompetisi dalam industri
(Lovelock, 2004:2). Kondisi ini secara langsung menghadapkan para pelaku bisnis
kepada permasalahan persaingan usaha yang semakin tinggi. Mereka dituntut
untuk mampu mengidentifikasikan bentuk persaingan yang akan dihadapi,
menetapkan berbagai standar kinerjanya serta mengenali secara baik para
pesaingnya.
Dinamika yang terjadi pada sektor jasa terlihat dari perkembangan
berbagai industri seperti perbankan, asuransi, penerbangan, telekomunikasi, retail,
12
13
konsultan dan pengacara. Selain itu terlihat juga dari maraknya organisasi nirlaba
seperti LSM, lembaga pemerintah, rumah sakit, perguruan tinggi yang kini
semakin menyadari perlunya peningkatan orientasi kepada pelanggan atau
konsumen. Perusahaan manufaktur kini juga telah menyadari perlunya elemen
jasa pada produknya sebagai upaya peningkatan competitive advantage bisnisnya.
Implikasi penting dari fenomena ini adalah semakin tingginya tingkat persaingan,
sehingga diperlukan manajemen pemasaran jasa yang berbeda dibandingkan
dengan pemasaran tradisional (barang).
Menurut Zeithaml and Bitner (2009:355) bahwa pemasaran jasa adalah
mengenai janji-janji, janji yang dibuat kepada pelanggan dan harus dijaga.
Kerangka kerja strategik diketahui sebagai service triangle (Gambar 2.1) yang
memperkuat pentingnya orang dalam perusahaan menjaga janji mereka dan sukses
dalam membangun customerrelationship. Segitiga menggambarkan tiga kelompok
yang saling berhubungan yang bekerja bersama untuk mengembangkan,
mempromosikan dan menyampaikan jasa. Ketiga pemain utama ini diberi nama
pada poin segitiga: perusahaan (departemen atau manajemen), pelanggan dan
provider (pemberi jasa). Provider dapat berupa pegawai perusahaan, sub
kontraktor, atau pihak luar yang menyampaikan jasa perusahaan. Antara ketiga
poin segitiga ini, tiga tipe pemasaran harus dijalankan agar jasa dapat disampaikan
dengan sukses: pemasaran eksternal (external marketing), pemasaran interaktif
(interactive marketing), dan pemasaran internal (internal marketing).
Pada sisi kanan segitiga adalah usaha pemasaran eksternal yaitu
membangun harapan pelanggan dan membuat janji kepada pelanggan mengenai
14
apa yang akan disampaikan. Sesuatu atau seseorang yang mengkomunikasikan
kepada pelanggan sebelum menyampaikan jasa dapat dipandang sebagai bagian
dari fungsi pemasaran eksternal. Pemasaran eksternal yang merupakan permulaan
dari pemasaran jasa adalah janji yang dibuat harus ditepati.
The Services Marketing Triangle
Company
Internal Marketing
Enabling promises
External Marketing
Making Promises
Providers
Customers
Interactive Marketing
Keeping Promises
Gambar 2.1
The Services Marketing Triangle
Sumber : Zeithaml and Bitner (2006:355)
Pada dasar segitiga adalah akhir dari pemasaran jasa yaitu pemasaran
interaktif atau real time marketing. Disini janji ditepati atau dilanggar oleh
karyawan, subkontraktor atau agen. Ini merupakan titik kritis. Apabila janji tidak
ditepati pelanggan akan tidak puas dan seringkali meninggalkan perusahaan. Sisi
kiri segitiga menunjukkan peran kritis yang dimainkan pemasaran internal. Ini
merupakan kegiatan manajemen untuk membuat provider memiliki kemampuan
untuk menyampaikan janji-janji yaitu perekrutan, pelatihan, motivasi, pemberian
imbalan, menyediakan peralatan dan teknologi. Apabila provider tidak mampu
15
dan tidak ingin memenuhi janji yang dibuat, perusahaan akan gagal, dan segitiga
jasa akan runtuh.
2.1.1.1 Bauran Pemasaran Jasa
Adapun perangkat atau alat dari bauran pemasaran (marketing mix)
menurut Philip Kotler, Swee Hoon Ang, Siew Meng Leong, Chin Tiong Tan
(2005:125) yang disadur oleh Fandy Tjiptono adalah sebagai berikut:
1. Produk (product)
Penawaran nyata perusahaan kepada pasarnya, termasuk di dalamnya
kualitas produk, desain produk, karakter/ciri-ciri produk, merek dan
kemasan produk.
2. Harga (price)
Jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk produk itu. Harganya
harus sesuai dengan persepsi pelanggan terhadap nilai penawaran tersebut,
nilai kepada pelanggan supaya pembeli tidak beralih ke para pesaing.
3. Tempat (place)
Berbagai aktivitas perusahaan untuk membuat produknya tersedia dan dapat
di akses oleh pasar sasarannya.
4. Promosi (promotion)
Berbagai
aktivitas
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan
dan
mempromosikan produknya kepada pasar sasarannya.
Menurut Yazid (2003:19) dengan jumlah penyesuaian, keempat elemen
bauran pemasaran juga penting dalam pemasaran jasa pelayanan. Akan tetapi,
16
dalam pemasaran jasa ada elemen-elemen lain yang dapat dikontrol dan di
koordinasikan untuk keperluan komunikasi dan memuaskan jasa. Elemen-elemen
tersebut adalah:
1. Orang (people)
Semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya
mempengaruhi persepsi pembeli.
2. Bukti fisik (physical evidence)
Lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan
konsumennya berinteraksi, dan setiap komponen tangible memfasilitasi
penampilan atau komunikasi jasa tersebut.
3. Proses (process)
Semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas dengan mana jasa
disampaikan yang merupakan sistem penyajian atau operasi jasa.
Dengan demikian 4P’s yang pada mulanya menjadi bauran pemasaran
barang, perlu diperluas lagi menjadi 7P’s
apabila ingin digunakan dalam
pemasaran jasa layanan. Adapun 7P’s tersebut adalah produk (product), harga
(price), tempat (place), promosi (promotion), orang (people), bukti fisik (physical
evidence), dan proses (process).
2.1.1.2 Klasifikasi Jasa
Penawaran suatu perusahaan kepada pasar biasanya mencakup beberapa
jenis layanan. Komponen jenis jasa layanan ini dapat merupakan bagian kecil
ataupun bagian utama/pokok dari keseluruhan penawaran tersebut.
17
Menurut Fandy Tjiptono (2005:23) jasa bisa diklasifikasikan berdasarkan
beragam kriteria.
1. Berdasarkan sifat tindakan jasa
Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu,
dimana sumbu vertikalnya menunjukkan sifat tindakan jasa (tangible actions
dan intangible actions) sedangkan sumbu horizontalnya merupakan
penerima jasa (manusia dan benda).
2. Berdasarkan hubungan dengan pelanggan
Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu,
dimana sumbu vertikalnya menunjukkan tipe hubungan antara perusahaan
jasa dan pelanggannya (status keanggotaan dan hubungan temporer).
Sedangkan sumbu horizontalnya sifat penyampaian jasa (penyampaian
secara berkesinambungan/kontinue dan penyampaian diskrit)
3. Berdasarkan tingkat customization dan kemampuan mempertahankan
standar konstan dalam penyampaian jasa
Jasa diklasifikasikan berdasarkan dua sumbu utama, yaitu tingkat
Customization karakteristik jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan
individual (tinggi dan rendah) dan tingkat kemampuan penyedia jasa dalam
mempertahankan standar yang konstan (tinggi dan rendah).
4. Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran jasa.
Jasa diklasifikasikan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu,
dimana sumbu vertikalnya menunjukkan sejauh mana penawaran jasa
menghadapi masalah sehubungan dengan terjadinya permintaan puncak
18
(permintaan puncak dapat dipenuhi tanpa penundaan berarti dan permintaan
puncak biasanya melampaui penawaran). Sedangkan, sumbu horizontalnya
adalah tingkat fluktuasi permintaan sepanjang waktu (tinggi dan rendah).
5. Berdasarkan metode penyampaian jasa
Jasa diklasifikasikan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu,
dimana sumbu vertikalnya menunjukkan sifat interaksi antara pelanggan dan
peusahaan jasa (pelanggan mendatangi perusahaan jasa; perusahaan jasa
mendatangi pelanggan; serta pelanggan dan perusahaan jasa melakukan
transaksi melalui surat atau media elektronik). Sedangkan, sumbu
horizontalnya adalah ketersediaan outlet jasa (single sites dan multiple sites).
Lain halnya menurut Kotler, Swee Honn Ang, Siew Meng Leong, Chin
Tiong Tan (2005:39) yang disadur oleh Ahmad Lukman, kasifikasi jasa dapat
dibedakan menjadi lima kategori, yaitu:
1. Hanya benda berwujud (A Pure Tangible Goods), terdiri dari benda
berwujud seperti sabun, pasta gigi dll. Tidak ada produk pendamping untuk
produk tersebut.
2. Benda berwujud dengan layana pendamping (A Tangible Goods With
Accompanying Service), terdiri dari benda berwujud di dampingi oleh satu
layanan atau lebih. Misalnya mobil dan komputer, penjualan akan lebih
tergantung pada kualitas dan tersedianya layanan pelanggan yang
mendampingi.
19
3. Hibrid (A Hybrid), terdiri dari bagian yang sama antara produk dan jasa.
Contoh: orang-orang menjadi pelanggan restoran karena makanan dan
layananya.
4. Layanan utama dengan sedikit produk dan layanan pendamping (A Mayor
Service With Accompanying Minor Goods and Service), terdiri dari layanan
utama dengan layanan tambahan atau produk pendukung. Contoh:
penumpang maskapai penerbangan membeli jasa transportasi. Perjalanan
tersebut termasuk beberapa benda berwujud, misalnya makanan, minuman,
tiket, dan majalah maskapai penerbangan. Layanan tersebut membutuhkan
modal intensif untuk realisasinya, yakni pesawat terbang tetapi hal yang
utama adalah layanan.
5. Layanan murni (A Pure Service), hanya terdiri dari layanan. Contoh: Jasa
pengasuhan anak, terapi fisik, pijat dll.
2.1.1.3 Pendekatan Kualitas Jasa
Pengertian tentang kualitas adalah bersifat relatif atau dengan kata lain
mengarah kepada subyektifitas penilai, sehingga banyak terdapat definisi yang
berbeda-beda namun secara umum terdapat beberapa elemen persamaan tentang
pemahaman kualitas, yaitu : Kualitas meliputi usaha pemenuhan atau melebihi
harapan pelanggan. Kualitas mencakup produk, jasa, proses dan lingkungan.
Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (terutama terhadap variabel
waktu). Berdasarkan elemen-elemen tersebut diatas, Goetsch dan Davis (1994, 4)
dalam bukunya Fandy Tjiptono (2005) membuat definisi yang lebih luas
20
cakupannya mengenai kualitas yaitu sebagai suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan. Apabila dilihat dari keempat karakteristik jasa
yang telah diungkapkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan jika : Kualitas jasa
akan lebih sulit untuk dievaluasi bila dibandingkan dengan kualitas produk,
sehingga kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi kualitas jasa menjadi
lebih kompleks. Konsumen tidak hanya mengevaluasi kualitas jasa berdasarkan
pada hasil akhir, melainkan juga mempertimbangkan proses pembelian
pelayanannya. Persepsi kualitas jasa timbul dari seberapa jauh pemberian jasa
memberikan pelayanannya.
2.1.2 Atribut Produk
2.1.2.1 Pengertian Atribut Produk
Pengembangan produk dan jasa memerlukan pendefinisian manfaatmanfaat
yang
akan
ditawarkan.
Manfaat-manfaat
tersebut
kemudian
dikomunikasikan dan disampaikan melalui atribut produk.
Atribut produk mempunyai pengaruh besar pada persepsi pembeli
terhadap produk. Hal itu disebabkan karena secara fisik atribut produk membawa
berbagai macam manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan pembeli. Oleh karena
itu setiap perusahaan, harus berhati-hati dalam pengambilan keputusan yang
bersangkutan dengan hal itu.
Pengertian atribut produk menurut Tjiptono (2005:103) adalah “Atribut
produk adalah unsur-unsur produk yang dianggap penting oleh konsumen dan
21
dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian”. Sedangkan Simamora
(2001:147)
mendefinisikan atribut produk sebagai berikut : “Atribut produk
adalah faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh pembeli pada saat membeli
produk, seperti harga, kualitas dan kelengkapan fungsi (fitur), desain, layanan
purna jual dan lain-lain”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa atribut
produk merupakan unsur-unsur dari produk, seperti harga, kualitas, fitur, desain
dan lain-lain yang dipandang penting oleh konsumen serta dijadikan bahan
pertimbangan konsumen dalam pengambilan keputusan dalam pembelian.
2.1.2.2 Unsur-Unsur Dalam Atribut Produk
Setiap produk mempunyai atribut yang berbeda-beda, sehingga konsumen
dihadapkan pada berbagai atribut yang ditawarkan pada perusahaan. Perusahaan
mempunyai tugas untuk memperhatikan dan mengevaluasi atribut produk yang
ditawarkan, apakah atribut dari produk tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen atau belum.
Menurut Kotler dan Armstrong pengembangan produk dan jasa
memerlukan pendefinisian manfaat-manfaat yang akan ditawarkan. Manfaatmanfaat tersebut kemudian dikomunikasikan dan disampaikan melalui atributatribut produk seperti kualitas produk, fitur produk serta gaya dan desain produk.
Atribut produk menurut Kotler dan Armstrong (2009:347) :
1. Kualitas produk
Pada saat berlakunya suatu konsep produk (product concept) beberapa
puluh tahun yang lalu, kualitas produk didasarkan dari sudut pandang produsen,
22
sehingga produsen membuat suatu produk tanpa terlebih dahulu mempelajari
selera konsumennya. Menurut Kotler et.al (2006:267) kualitas produk merupakan
kemampuan suatu produk untuk memiliki kinerja sesuai fungsi, termasuk
ketahanan produk, reliabilitas, ketepatan, kemudahan penggunaan dan perbaikan
dan atribut lainnya yang bernilai.
Namun pada saat ini, kualitas produk secara tepat didefinisikan sebagai
persyaratan dari suatu produk untuk memuaskan kebutuhan pengguna produk atau
pelanggan dengan membandingkan produk terhadap kompetisi dan terhadap
produk terbaik di pasar. Kualitas produk diukur melalui perbaikan proses/ produk
dan kepuasan pengguna produk atau pelanggan secara terus menerus, dengan
menggunakan ukuran-ukuran kualitas berdasarkan sudut pandang pelanggan
(Gaspersz, 1997:69).
Kualitas produk ditentukan melalui rancangan produk dan dicapai melalui
teknik pengendalian yang efektif, serta memberikan kepuasan selama masa pakai
produk. Kualitas produk juga dapat dikatakan sebagai bagian dari setiap fungsi
dalam semua tahap dari siklus hidup produk. Manajemen bertangungjawab untuk
kualitas. Demikian Gaspersz (1997:71) menyatakan juga mengenai jaminan
kualitas melalui inspeksi :
1) Inspeksi kedatangan material atau bahan baku
2) Inspeksi produk yang dihasilkan
3) Meningkatkan
kualitas
meningkatkan biaya.
melalui
inspeksi
yang
lebih
ketat
dan
23
Kualitas merupakan tanggungjawab dari departemen atau bagian dari
jaminan kualitas.
2. Fitur produk
Menurut Kotler et.al. (2006: 267) produk dapat menawarkan beberapa
fitur yang bervariasi. Perusahaan dapat menciptakan model tingkat atas
dengan menambahkan lebih banyak fitur. Fitur merupakan alat bersaing untuk
mendiferensiasikan produk perusahaan dari produk pesaing. Beberapa
perusahaan menjadi sangat inovatif dengan menambahkan fitur baru. Dengan
memperkenalkan fitur baru yang bernilai dan diperlukan merupakan salah satu
cara paling efektif untuk bersaing.
Menurut
Schmitt
(2001:14),
”fitur
adalah
karakteristik
yang
menambah fungsi dasar suatu produk. Karena fitur ini menjadi alasan
konsumen untuk memilih suatu produk, maka bagi pemasar tradisional fitur
adalah alat kunci untuk mendeferensiasikan produk mereka dengan produk
pesaing”.
Vincent Gasperzs (1997:35) mengungkapkan fitur (ciri-ciri atau
keistimewaan) adalah karakteristik sekunder atau pelengkap yang merupakan
aspek kedua dari performance yang menambah fungsi dasar, dimana aspek
tersebut berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangan produk tersebut.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas penulis berpendapat bahwa
fitur merupakan pelengkap dari suatu produk/jasa yang memberikan nilai
tambah atau sebagai pembeda dengan produk perusahaan lain.
24
3. Gaya dan Desain Produk
Cara lain untuk menambahkan nilai bagi pelanggan adalah melalui
gaya dan desain produk yang khas. Konsep desain lebih luas dibandingkan
gaya. Gaya mengedepankan tampilan luar dan semata-mata menjelaskan
penampilan produk tertentu. Sedangkan desain yang baik dapat memberikan
kontribusi dalam hal kegunaan produk dan juga penampilannya.
Menurut Kotler et.al. (2006:268) desain produk merupakan proses
merancang gaya produk dan fungsinya dengan menciptakan produk yang
menarik, mudah, aman dan tidak mahal untuk digunakan dan ekonomis untuk
diproduksi dan didistribusikan.
Desain produk merupakan salah satu cara untuk membedakan produk
dan
meningkatkan nilai pelanggan. Desain yang baik dimulai dari
pemahaman terhadap kebutuhan konsumen. Tidak hanya menciptakan produk
atau atribut jasa, termasuk di dalamnya membentuk pengalaman pelanggan
mengenai suatu produk. (Kotler dan Armstrong, 2009:228).
Pada dasarnya desain produk mengacu pada aktivitas-aktivitas yang
menjamin bahwa produk baru atau produk yang dimodifikasi dirancang
sedemikian rupa untuk memenuhi keinginan dan harapan pelanggan serta
secara ekonomis layak untuk diproduksi atau dikerjakan. Dengan demikian
kualitas rancangan adalah kualitas yang direncanakan. Kualitas rancangan
produk itu akan menentukan spesifikasi produk dan juga sebagai dasar
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan segmen pasar, spesifikasi
pengguna, serta pelayanan purna jual. Kualitas rancangan produk pada
25
umumnya merupakan tanggungjawab dari bagian Riset dan Pengembangan (R
& D), rekayasa proses, riset pasar, dan bagian-bagian lain yang berkaitan.
Desain dapat menjadi alat persaingan yang sangat baik bagi armada
pemasaran perusahaan. Produk dengan desain yang canggih dapat menarik
minat pembeli. Oleh karena itu desain produk yang menarik pemandangan
(eye catching) konsumen dapat berfungsi sebagai salah satu sarana untuk
menunjang kemampuan bersaing. Selain eye catching desain produk harus
dapat
membantu
meningkatkan
nilai
penggunaan
produk
misalnya
kemudahan, ketangguhan, dan keamanan penggunaannya, serta kemudahan
pengepakan dan pengiriman barang. Gaya dan desain yang baik dapat menarik
perhatian dan memberikan keunggulan bersaing di pasar sasaran.
2.1.3
Pelayanan Prima
2.1.3.1 Pengertian Pelayanan Prima
Suatu pihak yang bergerak dalam pemberian pelayanan yang baik bersifat
komersil maupun non-komersil harus menyadari, bahwa keberadaan konsumen
yang setia (loyal) merupakan pendukung untuk kesuksesan bagi perusahaan atau
organisasi lainnya. Dengan demikian, mereka harus menempatkan konsumen
sebagai aset berharga, karena dalam kenyataannya tidak akan ada satupun
organisasi terutama perusahaan yang akan mampu bertahan bila ditinggalkan oleh
pelanggannya. Selain itu pula, pelanggan mengharapkan pelayanan yang
diberikan dapat memenuhi harapan, sehingga kualitas pelayanan melalui program
pelayanan prima telah menjadi salah satu alat utama dalam melaksananakan
26
strategi pemasaran dalam memenangkan persaingan. Dibawah ini pengertian
pelayanan prima menurut beberapa pakar.
Menurut Atep Adya Barata (2005:26) :
”Pelayanan Prima (Service Excellent) adalah kepedulian kepada pelanggan
dengan memberikan layanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan
pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan kepuasannya, agar mereka selalu
loyal kepada organisasi atau perusahaan “.
Sedangkan menurut Sutopo (2004:8) :
“Pelayanan prima adalah pelayanan terbaik yang dapat diberikan kepada
pelanggan”.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan prima
merupakan pelayanan yang mengutamakan kepentingan pelanggan sehingga
dengan pelayanan tersebut dapat memenuhi harapan dari para pelanggan.
2.1.3.2 Aspek Pelayanan Prima
Atep Adya Barata (2005:31) mengemukakan bahwa pelayanan prima
dapat berhasil dilaksanakan didasarkan kepada:
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan tentunya mutlak
diperlukan untuk menunjang program layanan prima yang meliputi
kemampuan kerja ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif,
mengembangkan motifasi, dan mengunakan Public Relation (PR) sebagai
27
instrument
dalam
membina
hubungan
kedalam
dan
keluar
organisasi/perusahaan.
2. Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku atau peringgai yang harus ditonjolkan ketika
menghadapi pelanggan.
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan adalah penampilan seseorang, baik yang berupa fisik saja
maupun fisik dan nonfisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan dan
kredibilitas dari pihak lain.
4. Perhatian (Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan, baik yang berkaitan
dengan perhatian dan kebutuhan keinginan pelanggan maupun pemahaman
atas saran dan kritikannya.
5. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan.
6. Tanggung jawab (Accountability)
Tanggung jawab adalah suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai
suatu wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian
atau ketidakpuasaan pelanggan
Pelayanan prima tidak hanya dilakukan oleh pihak yang melayani saja
melainkan lebih banyak ditentukan oleh pihak yang dilayani, karena merekalah
28
yang menikmati layanan, sehingga dapat mengukur pelayanan yang diberikan
berdasarkan harapan mereka dalam memenuhi kepuasannya.
2.1.3.3 Pentingnya Pelayanan Prima
Pelaksanaan pelayanan prima oleh pihak perusahaan terhadap para
pelanggan, baik itu yang ditunjukan untuk pelanggan intern maupun pelangggan
ekstern mempunyai peran penting dalam bisnis karena kelangsungan perusahaan
sangat tergantung dari loyalitas para pelanggan kepada perusahaan. Demikian
pula halnya bila pelayanan prima ini dilakukan dalam organisasi non komersial
maupun pemerintah.
1. Pelayanan bagi pelanggan internal
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pelanggan intern
adalah orang-orang yang terlibat dalam proses produksi barang dan atau jasa
yang dihasilkan perusahaan. Dimana mereka semuanya harus mampu
mengembangkan budaya pelayanan prima dilingkungan internal. Mereka
harus saling memberikan fasilitas, baik kepada semua karyawan, bawahan
maupun atasan, dengan tujuan untuk mendukung kelancaran proses produksi
barang dan atau pembentukan jasa sehingga dapat menunjang kelangsungan
perusahaan dalam rangka mewujudkan pelayanan prima bagi pelanggan
ekternal.
Ada salah satu hal yang patut diperhatikan oleh segenap pelaku
bisnis dan karyawan perusahaan, yaitu keharusan membudayakan pelayanan
prima secara internal adalah kunci sukses untuk mewujudkan pelayanan
29
prima bagi pelanggan ekternal. Disebutkan sebagai keharusan karena bila
pelayanan prima dilingkungan internal berlangsung baik, maka akan dapat
dijadikan sebagai tonggak dasar dalam mewujudkan pelayanan prima bagi
lingkungan ekternal.
Bagaimana dengan pelayanan internal diorganisasi non-komersil dan
diinstansi-instansi pemerintah. Persoalan pelayanan prima diorganisasi nonkomersil dan instansi-instansi pemerintah sangat berkaitan dengan
bagaimana pola manajemennya
diimplementasikan untuk memfasilitasi
kebersamaan, kerjasama, dan upaya-upaya lain yang berkaitan dengan
kompensasi materil dan non-materil bisa diwujudkan para pengurus dan
pegawai dapat bekerja sesuai dengan tujuan organisasi nirlaba atau instansi
pemerintah yang bersangkutan.
2. Pelayanan bagi pelanggan ekternal
Kebutuhan dan keinginan pelanggan merupakan potensi pasar yang
dapat dijadikan peluang besar bagi perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan melalui penjualan barang dan jasa yang kita sediakan. Jadi,
sebaiknya tempatkanlah diri kita sebagai penyedia layanan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan karena para pelanggan itu merupakan tumpuan
harapan, yaitu sebagai pihak yang mampu merealisasikan kebutuhan dan
keinginannya menjadi pembelian yang nyata kepada perusahaan kita.
Dalam memberikan pelayanan prima kepada pelanggan ekternal,
akan adanya peningkatan loyalitas pelanggan ekternal terhadap perusahaan,
sehingga dari waktu ke waktu perusahaan akan mampu memelihara dan
30
meningkatkan penjualan barang atau jasa, dan sekaligus dapat meraih
keuntungan sebagaimana yang diharapkan.
Begitu juga halnya untuk organisasi non-komersil dan instansiinstansi pemerintah, dengan memberikan
pelayanan prima kepada
masyarakat, akan timbul loyalitas atau kepatuhan dari mereka, sehingga
organisasi atau instansi yang bersangkutan mampu menarik manfaat untuk
menyelesaikan misinya.
2.1.3.4 Strategi Mewujudkan Layanan Prima
Mewujudkan layanan prima tidaklah mudah, banyak faktor yang perlu
dipertimbangkan secata cermat. Menurut Tjiptono (2008:99) di antara berbagai
faktor yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi determinan utama kualitas layanan
Setiap penyedia layanan wajib berupaya menyampaikan layanan berkualitas
terbaik kepada para pelanggan sasarannya. Upaya ini membutuhkan proses
mengidentifikasi determinan atau faktor penentu utama kualitas layanan
berdasarkan sudut pandang pelanggan, contohnya keamanan transaksi
(pengguna kartu kredit yang berbelanja secara online), harga, ketepatan
waktu dan lain-lain. Oleh karena itu, langkah pertama perlu dilakukan riset
yang mendalam dalam rangka memahami determinan terpenting yang
digunakan
pelanggan
sebagai
kriteria
utama
dalam
mengevaluasi
layanan/jasa spesifik. Kemudian mengidentifikasi penilaian yang diberikan
31
pelanggan
sasaran
terhadap
perusahaan
dan
pesaing
berdasarkan
determinan-determinan tersebut.
2. Mengelola ekspektasi pelanggan
Tidak sedikit perusahan yang berusaha melakukan segala cara untuk
memikat
sebanyak
mungkin
pelanggan,
termasuk
diantaranya
mendramatisasi atau melebih-lebihkan pesan komunikasinya. Sehingga
semakin banyak janji yang diberikan, semakin besar pula ekspektasi
pelanggan (bahkan bisa menjurus menjadi harapan yang tidak realistis).
3. Mengelola bukti kualitas layanan
Manajemen bukti kualitas layanan bertujuan untuk memperkuat persepsi
pelanggan selama dan sesudah layanan disampaikan. Oleh karena layanan
merupakan kinerja dan tidak dapat dirasakan sebagaimana halnya barang
fisik, maka pelanggan cenderung memperhatikan dan mempersepsikan
fakta-fakta tangibles yang berkaitan dengan layanan sebagai bukti kualitas.
Bukti-bukti kualitas layanan bisa berupa fasilitas fisik layanan(seperti
gedung, pabrik, kendaraan, dan sebagainya), penampilan karyawan penyedia
layanan, perlengkapan dan peralatan yang digunakandan sebagainya.
4. Mendidik konsumen dengan layanan
Membantu pelanggan dalam memahami sebuah layanan merupakan upaya
positif untuk mewujudkan proses penyampaian dan pengomsumsian layana
secara efektifdan efisien, sehingga dapat tercipta kepuasan yang lebih tinggi.
Upaya mendidik konsumen bisa dilakukan dalam wujud:
32
a) Penyedia layanan mendidik pelanggannya agar melakukan sendiri
layanan tertentu, misalnya mengisi blanko/formulir pendaftaran,
memanfaatkan fasilitas teknologi (seperti ATM, phone banking, internet
banking).
b) Penyedia layanan membantu pelanggan mengetahui kapan menggunakan
suatu layanan yang lebih mudah dan murah.
c) Penyedia layanan mendidik pelanggannya mengenai prosedur atau cara
menggunakan layanan.
d) Penyedia layanan dapat pula meningkatkan persepsi terhadap kualitas
layanannya dengan cara menjelaskan kepada pelanggan alasan-alasan
yang mendasari suatu kebijakan yang kemungkinan bisa mengecewakan.
5. Menumbuhkembangkan budaya kualitas
Budaya kualitas (quality culture) merupakan sistem nilai organisasi yang
menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi proses penciptaan dan
penyempurnaan kualitas secara terus menerus. Budaya kualitas terdiri dari
filosofi, keyakinan, sikap, norma, nilai, tradisi, prosedur, dan harapan yang
berkenaan dengan peningkatan kualitas. Pembentukan budaya kualitas
membutuhkanbeberapa program pokok yang saling terkait, antara lain
pengembangan individual, pelatihan manajemen, perencanaan sumber daya
manusia, standar kinerja, pengembangan karier, survey opini, perlakuan adil,
dan pembagian laba(profit sharing).
33
6. Menciptkan outomating quality
Otomatisasi berpotensi mangatasi masalah variabilitas kualitas layanan yang
disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki organisasi.
Namun sebelumnya penyedia layanan wajib mengkaji secara menalam
aspek-aspek yang membutuhkan sentuhan manusia (high touch) dan elemenelemen yang memerlukan otomatisasi (high tech). keseimbangan antara high
touch dan high tech sangat dibutuhkan untuk menunjang kesuksesan
penyampaian layanan secara efektif dan efisien.
7. Menindaklanjuti layanan
Dalam rangka menindaklanjuti layanan, perusahaan perlu berinisiatif untuk
menghubungi atau sebagian atau semua pelanggan (tergantung skala bisnis
perusahaan) guna mengetahui tingkat kepuasan dan persepsi mereka
terhadap kualitas layanan yang mereka terima. Perusahaan dapat pula
mengupayakan kemudahan dan kenyamanan bagi para pelanggan dalam
berkomunikasi dengan pihak manajemen maupun karyawan kontrak,
sehingga mereka bisa menyampaikan kebutuhan spesifik, keluhan, dan
sarana konstruktif.
8. Mengembangkan sistem informasi kualitas layanan
Sistem informasi kualitas layanan (service quality information system)
merupakan sistem yang mengintegrasikan berbagai macam ancaman riset
secara sistematis dalam rangka mengumpulkan dan menyebarluaskan
informasi kualitas layanan guna mendukung pengambilan keputusan.
Melalui riset semacam ini akan didapat informasi tentang kekuatan dan
34
kelemahan layanan perusahaan berdasarkan sudut pandang pelanggan yang
memanfaatkan atau menggunakan layanan.
2.1.4
Loyalitas
2.1.4.1 Pengertian Loyalitas
Perilaku setelah pembelian suatu produk ditentukan oleh kepuasan atau
ketidakpuasan akan suatu produk sebagai akhir dari proses penjualan.
adalahpelanggan dalam mengekspresikan produk yang dipakainya dan perilaku
lain yang menggambarkan reaksi pelanggan atas produk yang telah dirasakannya.
Loyalitas
mempertahankan
memiliki
mereka
peran
berarti
penting
dalam
meningkatkan
sebuah
kinerja
perusahaan,
keuangan
dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama
bagi
sebuah
perusahaan
untuk
menarik
dan
mempertahankan
mereka.
Membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan tidaklah mudah,
diperlukan usaha dari semua manajemen perusahaan untuk mengetahui apa yang
menjadi keinginan konsumen dan bagaimana caranya agar konsumen terpuaskan.
Loyalitas menurut pendapat Oliver (Huriyati,2005:128) merupakan
komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau
membeli pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan
datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai
potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa Loyalitas adalah suatu perilaku yang diwujudkan pelanggan
dalam melakukan pembelian tanpa melihat dan berpindah ke perusahaan lain.
35
Griffin (2002:4) mengemukakan bahwa Loyalitas lebih mengacu pada
wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian
secara terus menerus terhadap barang/jasa suatu perusahaan yang dipilih. Lain lagi
dengan ungkapan Hermawan (2003:126) bahwa Loyalitas merupakan manifestasi
dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki, men-support, mendapatkan
rasa aman dan membangun keterikatan serta menciptakan emotional attachment.
Menurut Bramson (2005:2). Loyalitas konsumen merupakan suatu konsep
yang mencakup lima faktor:
1. Pengalaman konsumen dengan kepuasan utuh ketika melakukan transaksi
dengan anda.
2. Kesediaan untuk mengembangkan hubungan dengan anda dan dengan
perusahaan anda.
3. Kesediaan untuk menjadi pembeli setia.
4. Kesediaan untuk merekomendasikan anda kepada orang lain.
5. Penolakan untuk berpindah pada pesaing.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa loyalitas merupakan
suatu perilaku yang diwujudkan dengan melakukan pembelian kembali dan
memiliki ikatan emosional antara pelanggan dengan perusahaan.
Tujuan akhir dari program loyalitas pelanggan adalah meningkatkan
pendapatan, laba dan bagian pasar, sehingga dapat mengamankan keberadaan dan
posisi perusahaan di masa yang akan datang. Ada lima tujuan loyalitas antara lain:
1. Membangun hubungan dengan pelanggan untuk mengubah pelanggan tersebut
menjadi pelanggan setia dalam jangka panjang, idealnya seumur hidup
36
membeli produk atau jasa tertentu dari perusahaan penyelenggara. Tentu saja
pelanggan yang akan dijadikan pelanggan setia harus dipilih, karena dalam
beberapa kasus memelihara kesetiaan biayanya lebih besar dari pada
keuntungan.
2. Menarik pelanggan baru, untuk menarik pelanggan baru ada dua cara,
Pertama, anggota program yang merasa puas akan menjadi pengiklan gratis
dari mulut ke mulut. Manfaat yang diterima oleh anggota diceritakan kepada
orang lain sehingga orang lain tertarik untuk menjadi anggota. Kedua, nilai
program kualitas pelanggan sangat menarik, sehingga non anggota tertarik
untuk menjadi anggota. Anggota baru ini mencoba produk dan terus
menggunakannya apabila mereka puas.
3.
Membuat database pelanggan, idealnya database tidak hanya berisi data sosial
demografis (umur, alamat, pekerjaan dan sebagainya), tetapi juga data rinci
mengenai perilaku pembelian dan preferensi.
4. Mendukung departemen lain dalam perusahaan.
5. Menciptakan peluang komunikasi.
Selain tujuan utama, program loyalitas pelanggan bisa digunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan lain seperti :
1. Meningkatkan citra produk, merk dan perusahaan melalui dampak positif dari
kegiatan program loyalitas pelanggan.
2. Meningkatkan frekuensi kunjungan dengan menarik pelanggan ke tempat
penjualan melalui promosi, penjualan atau penyelenggaraan acara.
37
3. Meningkatkan frekuensi penggunaan produk dengan memastikan bahwa
produk tersebut selalu berada dalam ingatan pelanggan.
4. Mendukung kegiatan public relation perusahaan
5. Mendukung jaringan dealer atau distributor dengan display khusus membantu
kampanye iklan lokal.
2.1.4.2 Karakteristik Loyalitas
Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini
dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan
Tjiptono (2005:108), pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Melakukan pembelian ulang
Pembelian ulang dapat merupakan hasil dominasi pasar oleh suatu perusahaan
yang berhasil membuat produknya menjadi satu-satunya alternatif yang
tersedia. Namun selain itu pembelian ulang dapat pula merupakan hasil dari
upaya promosi yang terus menerus dalam rangka memikat dan membujuk
pelanggan untuk membeli kembali merek atau produk yang sama.
2. Penolakan terhadap produk pesaing
Pelanggan yang setia terhadap suatu merek atau produk tertentu cenderung
terikat pada merek tersebut dan akan membeli produk yang sama lagi
sekalipun tersedia banyak alternatif lainnya.
3. Memberikan referensi kepada orang lain
Pelanggan yang loyal sangat potensial untuk menyebarkan atau menjadi word
of mouth advertiser bagi perusahaan.
38
Imbalan dari loyalitas bersifat jangka panjang dan komulatif. Semakin
lama loyalitas seorang pelanggan, semakin besar laba yang dapat diperoleh
perusahaan dari satu pelanggan. Selanjurnya Griffin (2002:13) mengemukakan
keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki
pelanggan yang loyal antara lain :
1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk dapat menarik
pelanggan yang baru lebih mahal).
2. Dapat mengurang biaya transaksi.
3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian
konsumen lebih sedikit).
4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar
perusahaan.
5. Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa
pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.
6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian,dll).
2.1.4.3 Tingkatan Loyalitas
Proses seorang calon pelanggan menjadi pelanggan yang loyal terhadap
perusahaan terbentuk melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut menurut Hill
(Huriyati, 2005:132) antara lain :
1. Suspect
Meliputi semua orang yang diyakini akan membeli (membutuhkan)
barang/jasa,
perusahaan.
tetapi
belum
memiliki
informasi
tentang
barang/jasa
39
2. Prospect
Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan jasa tertentu, dan
mempunyai kemampuan untuk membelinya.
3. Customer
Pada tahap ini pelanggan sudah melakukan hubungan transaksi
dengan perusahaan, tetapi tidak mempunyai perasaan positif terhadap
perusahaan, sehingga loyalitas belum terlihat.
4. Clients
Meliputi semua pelanggan yang telah membeli barang/jasa yang
dibutuhkan dan ditawarkan perusahaan secara teratur, hubungan ini
berlangsung lama dan telah memiliki sifat retention.
5. Advocates
Pada tahap ini, clients secara aktif mendukung perusahaan dengan
memberikan rekomendasi kepada orang lain agar mau membeli barang/jasa
di perusahaan tersebut.
6. Partners
Pada
tahap
ini
terjadi
hubungan
yang
kuat
dan
saling
menguntungkan antara perusahaan dengan pelanggan, pada tahap ini pula
pelanggan berani menolak produk/jasa dari perusahaan lain.
Selain itu terdapat pengaruh antara nilai, loyalitas, dan profit. Semakin
tinggi nilai yang dirasakan semakin tinggi pula loyalitas dan profit yang diperoleh
pelanggan. Pelanggan yang memiliki loyalitas merasakan adanya ikatan
emosional dengan perusahaan. Ikatan emosional ini yang membuat pelanggan
40
menjadi loyal dan mendorong mereka untuk terus melakukan pembelian terhadap
produk perusahaan serta memberikan rekomendasi.
2.1.5. Pengaruh Atribut Taplus dan Pelayanan Prima Terhadap Loyalitas
Nasabah
Setiap produk mempunyai atribut yang berbeda-beda, sehingga konsumen
dihadapkan pada berbagai atribut yang ditawarkan pada perusahaan. Perusahaan
mempunyai tugas untuk memperhatikan dan mengevaluasi atribut produk yang
ditawarkan, apakah atribut dari produk tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen atau belum.
Menurut Kotler dan Armstrong (2009:347) pengembangan produk dan
jasa memerlukan pendefinisian manfaat-manfaat yang akan ditawarkan. Manfaatmanfaat tersebut kemudian dikomunikasikan dan disampaikan melalui atributatribut produk seperti kualitas produk, fitur produk serta gaya dan desain produk.
Atas dasar hal tersebut maka atribut-atribut yang diciptakan dan melekat
pada atribut Taplus ditunjukan untuk pemenuhan kebutuhan nasabah terhadap
kepemilikan produk Taplus yang ditawarkan oleh BNI 46 cabang Cianjur untuk
dapat menghasilkan kepuasan yang nantinya akan menuju kepada loyalitas
nasabah.
Suatu pihak yang bergerak dalam pemberian pelayanan yang baik bersifat
komersil maupun non-komersil harus menyadari, bahwa keberadaan konsumen
yang setia (loyal) merupakan pendukung untuk kesuksesan bagi perusahaan atau
41
organisasi lainnya. Setiap penyedia layanan wajib berupaya menyampaikan
layanan berkualitas terbaik kepada para pelanggan sasarannya.
Keberhasilan dalam mengembangkan dan
melaksanakan
kualitas
pelayanan melalui pelayanan prima tidak terlepas dari kemampuan dalam
pemilihan konsep pendekatannya. Konsep pelayanan prima berdasarkan pada A6
(Barata, 2005;31), yaitu mengembangkan pelayanan prima dengan menyelaraskan
faktor kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan, dan tanggungjawab.
Dengan demikian, mereka harus menempatkan konsumen sebagai aset
berharga, karena dalam kenyataannya tidak akan ada satupun organisasi terutama
perusahaan yang akan mampu bertahan bila ditinggalkan oleh pelanggannya.
Selain itu pula, pelanggan mengharapkan pelayanan yang diberikan dapat
memenuhi harapan, sehingga atribut taplus dan kualitas pelayanan melalui
program pelayanan prima telah menjadi salah satu alat utama dalam
melaksananakan strategi pemasaran dalam memenangkan persaingan.
2.2
Kerangka Pemikiran
Dalam rangka menciptakan bisnis perbankan yang sukses, keberadaan
nasabah menjadi elemen yang penting. Dimana nasabah selain memberikan
kontribusinya kepada perusahaan, juga sebagai sumber masukan baik berupa
saran maupun kritik. Agar dapat menjaga itu semua pihak bank harus menarik
simpati dan memperhatikan kualitas jasa terhadap nasabah, sehingga kepercayaan
nasabah untuk tetap menjadi nasabah dapat terpelihara.
42
Pada dasarnya atribut produk mempunyai pengaruh besar pada persepsi
pembeli terhadap produk. Hal itu disebabkan karena secara fisik atribut produk
membawa berbagai macam manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan pembeli.
Oleh karena itu setiap perusahaan, harus berhati-hati dalam pengambilan
keputusan yang bersangkutan dengan hal itu. Karena setiap produk mempunyai
atribut yang berbeda-beda, sehingga konsumen dihadapkan pada berbagai atribut
yang ditawarkan pada perusahaan. Perusahaan mempunyai tugas untuk
memperhatikan dan mengevaluasi atribut produk yang ditawarkan, apakah atribut
dari produk tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen atau
belum.
Menurut Kotler dan Armstrong (2009:347) pengembangan produk dan
jasa memerlukan pendefinisian manfaat-manfaat yang akan ditawarkan. Manfaatmanfaat tersebut kemudian dikomunikasikan dan disampaikan melalui atributatribut produk seperti:
1. Kualitas produk, yang meliputu kemampuan daya tahan, kehandalan,
ketelitian yang dihasilkan, kemudian dioperasikan dan diperbaiki, dan
atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan.
2. Fitur produk, meliputi pendiferensiasian produk perusahaan terhadap
produk sejenis yang menjadi pesaingya.
3. Gaya dan desain produk, yang mengedepankan tampilan luar dan
memberikan
kontribusi
penampilannya
dalam
hal
kegunaan
produk
dan
juga
43
Kaitannya dengan operasional bisnis perbankan yang dilakukan oleh BNI
46 cabang Cianjur maka keberadaan perusahaan-perusahaan pesaing dalam hal ini
bank-bank nasional dan asing harus menjadi perhatian manajemen sehingga dari
berbagai atribut yang melekat pada produk tabungan (Taplus) antara lain ATM
(automated teller machine), online system, fasilitas phoneplus, tingkat suku bunga
dan adanya hadiah hanya akan menghasilkan value apabila atribut tersebut
menghasilkan manfaat bagi customer. Atas dasar hal tersebut maka atribut-atribut
yang diciptakan dan melekat pada atribut Taplus ditunjukan untuk pemenuhan
kebutuhan nasabah terhadap kepemilikan produk Taplus yang ditawarkan oleh
BNI 46 cabang Cianjur untuk dapat menghasilkan kepuasan yang nantinya akan
menuju kepada loyalitas nasabah.
Yamit (2001;7), Goetsch Davis mendefinisikan kualitas sebagai suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
lingkungan yang memenuhi melebihi harapan sehingga keeunggulan suatu jasa
tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut.
Dimana kualitas produk dan kualitas layanan menjadi satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Karena konsep dasar kualitas dari suatu produk ataupun kualitas
dari suatu pelayanan (jasa) .
Keberhasilan dalam mengembangkan dan
melaksanakan
kualitas
pelayanan melalui pelayanan prima tidak terlepas dari kemampuan dalam
pemilihan konsep pendekatannya. Konsep pelayanan prima berdasarkan pada A6
(Barata, 2005;31), yaitu mengembangkan pelayanan prima dengan menyelaraskan
faktor-faktor, antara lain
44
1. Ability (kemampuan)
Yaitu pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak diperlukan untuk
menunjang program pelayanan prima, yang meliputi kemampuan dlam bidang
kerja ditekuni, melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan
mitovasi, dan mengembangkan public relation sebagai instrument dalam
membina hubungan kedalam dan keluar organisasi atau perusahaan;
2. Attitude (sikap)
Yaitu perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika menghadapi
pelanggan yang meliputi penampilam yang sopan dan serasi, berpikir positif,
sehat dan logis, dan bersikap menghargai;
3. Appearance (penampilan)
Yaitu penampilan seseorang baik yang bersifat fisik saja maupun fisik atau
non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari
pihak lain; serta
4. Attention (perhatian)
Yaitu kepedulian penuh kepada pelanggan, baik yang berkaitan denagan
perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun pemahaman atas
saran dan kritknya, yang meliputi mendengarkan dan memahami secara
sungguh-sungguh kebutuhan para pelanggan, mengamati dan menghargai
perilaku para pelanggan, dan mencurahkan perhatian penuh kepada pelanggan;
5. Action (tindakan)
Yaitu berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan
layanan kepada pelanggan, yang meliputi mencatat setiap pesanan para
45
pelanggan, mencatat kebutuhan para pelanggan, memegaskan kembali
kebutuhan para pelanggan, mewujudkan kebutuhan para pelanggan, dan
menyatakan terima kasih dengan harapan pelanggan mau kembali;
6. Accountability (tanggungjawab)
Yaitu suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai suatu wujud
kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau
ketidakpuasan pelanggan.
Mengacu pada uraian di atas, maka strategi pemasaran menjadi tepat
apabila unsur atribut produk dan kualitas pelayanan melalui pelayanan prima
diciptakan berdasarkan fungsi ekspektasi nasabah terhadap pelayanan yang
dirasakan. Apabila jasa yang dirasakan dapat memenuhi harapan nasabah maka
nasabah akan terpuaskan. Oleh karena itu tak dapat disangkal kepuasan terhadap
jasa dan produk yang kita tawarkan menjadi faktor penentu bagi loyalitas. Selain
itu loyalitas nasabah merupakan suatu aset yang tak ternilai harganya bagi
perusahaan. Dengan pelanggan yang loyal, pemasar bisa duduk manis dan uang
pun akan mengalir disebabkan transaksi berulang yang dilakukan nasabah.
Pelanggan yang loyal akan memberikan margin keuntungan yang lebih baik ke
perusahaan.
46
Dari pemikiran tersebut di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran
penelitian sebagai berikut:
Harapan
Nasabah
Teknologi
Perbankan
Perilaku
Pesaing
Atribut
Taplus
Buku Tabungan
ATM
Layanan Online
Layanan Phoneplus
Interest
Prize
BNI
Growth
Loyalitas
Nasabah
Pelayanan
Prima
Ability
Attitude
Appearance
Attention
Action
Accoutability
Gambar 2.2
Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian
Ket:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Atribut Taplus
(X1)
Loyalitas Nasabah
(Y)
Pelayanan Prima
(X2)
Gambar 2.3
Paradigma Penelitian
47
2.3
Hipotesis
Menurut Sugiyono (2007;51) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian. Karena sifatnya masih sementara, maka
perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul.
Berdasarkan pengertian di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah
Hipotesis 1:
Atribut Taplus berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46 cabang
Cianjur.
Sub Hipotesis:
1. Buku Tabungan berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46
cabang Cianjur.
2. ATM berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46 cabang
Cianjur.
3. Layanan online berpengaruh terhadap Loyalitasa Nasabah BNI 46
cabang Cianjur.
4. Layanan phoneplus berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46
cabang Cianjur.
5. Bunga (Interest) berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46
cabang Cianjur.
6. Hadiah (Prize) berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46
cabang Cianjur.
48
Hipotesis 2:
Pelayanan Prima berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46 cabang
Cianjur.
Sub Hipotesis:
1. Kemampuan (Ability) berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46
cabang Cianjur.
2. Sikap (Attitude) berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46
cangan Cianjur.
3. Penampilan (Appearance) berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah
BNI 46 cabang Cianjur.
4. Perhatian (Attention) berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46
cabang Cianjur.
5. Tindakan (Action) berpengaruh terhadap Loyalitas Nasabah BNI 46
cabang Cianjur.
6. Tanggungjawab (Accountability) berpengaruh terhadap Loyalitas
Nasabah BNI 46 cabang Cianjur.
Hipotesis 3:
Atribut Taplus dan Pelayanan Prima berpengaruh secara simultan terhadap
Loyalitas Nasabah BNI 46 cabang Cianjur.
Download