BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya setelah lingkungan keluarga. Sekolah bukanlah sekedar tempat menuangkan ilmu pengetahuan ke otak peserta didik saja, akan tetapi sekolah juga harus mendidik dan membina kepribadian si anak, sehingga ia dapat tumbuh dengan moral yang baik. Dalam hal ini, seorang guru agama harus menguasai betul agama yang akan diajarkannya. Seorang guru agama harus tahu mana yang pokok dan mana yang penting, dia harus tahu apa yang harus diberikannya kepada anak didiknya pada umur tertentu dan apa pula yang merupakan intisari yang menjadi tiang pokok dan tidak ada perbedaan antara anak didik yang satu dengan yang lainnya dalam satu agama. Melihat upaya-upaya yang dilakukan oleh guru PAI di SMP Negeri 1 Kandeman Batang, sebagaimana pada Bab III, maka dapat dianalisis sebagai berikut: Melihat penjelasan Guru PAI SMP Negeri 1 Kandeman Batang upaya yang dilakukan dalam membina moral siswa sebagaimana yang telah dipaparkan pada Bab III, yaitu bahwa “Beberapa upaya yang harus dilakukan 74 75 oleh guru PAI dalam membina moral siswa salah satunya yaitu dengan melalui proses pendidikan”. Hal ini berarti bahwa guru PAI menganggap penting upaya pembinaan moral kepada para siswanya. Upaya pembinaan moral melalui proses pendidikan tersebut, dapat dikatakan merupakan langkah yang tepat dan sesuai dengan pendidikan Islam sebagaimana menurut Ahmad D. Marimba, bahwa “Di dalam pendidikan Islam terdapat bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju pada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam”. Tujuan dari proses pendidikan tersebut tidak lain adalah untuk memelihara kehidupan manusia, yaitu mencapai kehidupan dunia dan akhirat. Tujuan hidup ini tercermin dalam surat al-An’am ayat 162 yang berbunyi sebagai berikut : Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. AlAn’am: 162) Kemudian mengenai penjelasan yang dipaparkan oleh Suhari, bahwa pendidikan moral di sekolah mempunyai arti memberikan pengetahuan kepada siswa dan mengarahkan serta membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah-nya melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal, karena pendidikan yang ditujukan adalah pembentukan akhlak, maka hal itu sejalan dengan pemikiran al-Ghazali tentang tujuan pendidikan moral, yang mengatakan bahwa: “Tujuan pendidikan moral adalah terbentuknya moral yang baik pada anak didik sesuai landasan agama. Moral yang baik terstruktur dari hikmah, syaja’ah, iffah dan ‘adalah. Untuk menumbuhkan moral yang baik seseorang harus berlandaskan agama. Lebih lanjut, al-Ghazali menjelaskan bahwa tujuan dari perbuatan moral adalah 76 kebahagiaan yang identik dengan kebaikan utama dan kesempurnaan diri. Kebahagiaaan ini yaitu mencakup kebahagiaan ukhrawi dan kebahagiaan duniawi.Adapun tujuan akhir dari pendidikan moral adalah mencapai kebahagiaan utama yaitu ma’rifatullah. Maka untuk dapat bermoral baik dan mencapai tujuan moral, tidak ada jalan lain kecuali dengan ilmu dan amal”. Dengan demikian, upaya guru PAI dalam membina moral siswa melalui proses pendidikan tersebut memiliki tujuan agar kelak siswasiswinya memperoleh kebahagiaan yang identik dengan kebaikan utama dan kesempurnaan diri. Kebahagiaan ini meliputi kebahagiaan ukhrawi dan duniawi. Kebahagiaan ukhrawi adalah kebahagiaan yang utama sedangkan kebahagiaan duniawi hanyalah metamorfosis. Namun demikian apapun yang kondusif bagi kebahagiaan-kebaikan utama maka itu merupakan kebaikan juga. Bahkan kebahagiaan ukhrawi tidak dapat diperoleh tanpa kebaikan-kebaikan lain yang merupakan sarana untuk meraih tujuan kebaikan ukhrawi. Upaya-upaya yang harus dilakukan oleh guru PAI dalam membina moral siswa melalui proses pendidikan ini antara lain melalui penanaman nilai-nilai keimanan dan penanaman nilai-nilai ibadah. Penanaman nilai-nilai keimanan dan penanaman nilai-nilai ibadah tersebut sangat relevan dengan materi pendidikan Islam, hal ini sebagaimana menurut Zuhairini, dkk., bahwa “Pada dasarnya materi pendidikan Islam terdiri atas tiga aspek/pokok masalah yaitu keimanan, keislaman, dan keikhsanan. Sehingga dengan demikian, adanya upaya penanaman nilai-nilai keimanan melalui proses pendidikan tersebut, terutama akidah tauhid atau ke-Esaan Allah, adalah merupakan dasar pokok 77 dan sandi yang sangat penting, karena sendi ini merupakan dasar syari’at hukum dan jalan yang harus ditempuh. Akidah yang tertanam kokoh dalam jiwa siswa akan mempengaruhi kehidupannya sehari-hari karena terpengaruh oleh suatu pengakuan tentang adanya suatu kekuatan yang menguasai jiwanya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dengan beriman kepada Allah dan menyakini akan wujud serta mempercayai-Nya, bahwa mengetahui segala tingkah laku kita sehingga timbul rasa takut berbuat kecuali yang baik-baik dan semakin matang rasa ketuhanannya semakin baik pula perilakunya. Untuk itu, penanaman nilai-nilai keimanan melalui proses pendidikan dalam upaya membina moral siswa ini harus terus selalu diupayakan oleh guru PAI agar akidah Islamiyah yang kokoh tertanam dalam jiwa para siswa sehingga diharapkan dalam segala tingkah laku siswa timbul rasa takut untuk berbuat yang tidak baik (moral yang buruk). Nilai-nilai moral yang dikembangkan terbagi menjadi dua macam yaitu nilai individu dan nilai sosial. Nilai individu adalah nilai yang terdapat dalam diri individu. Adapun yang termasuk nilai-nilai individu adalah kejujuran, disiplin, dan hati nurani. Sedangkan nilai sosial adalah nilai yang berkaitan dengan kebersamaan individu dalam masyarakat, seperti empati, menghormati orang lain, kontrol diri, dan keadilan. Kejujuran menjadi penting karena peserta didik mengakui apa yang ia pikirkan, ia rasakan, dan ia lakukan sebagaimana adanya, seseorang dapat terhindar dari rasa bersalah yang timbul akibat kebohongan yang ia lakukan. Tentunya orang tua 78 menjadi teladan utama bagi anaknya dalam menerapkan kejujuran. Berikutnya nilai individu berupa kedisiplinan. Kedisiplinan membantu anak didik untuk dapat mengendalikan diri, anak didik dapat memperoleh batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah. Disiplin mendorong anak didik memperoleh perasaan puas karena kesetiaan dan kepatuhannya. Disiplin juga mengajarkan anak didik bagaimana berpikir secara teratur. Agar kedisiplinan dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya, maka diperlukan syarat utama pendukung, yaitu adanya peraturan, konsistensi dan penghargaan yang diberikan pada anak didik. Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang memandang bahwa proses pendidikan kita telah gagal menanamkan nilai-nilai moral pada setiap siswa. Asumsi ini muncul setelah kita menyaksikan begitu banyaknya siswa yang kurang memiliki moral yang sesuai dengan pandangan hidup masyarakat kita. Dengan menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa, berarti SMP Negeri 1 Kandeman Batang juga turut melaksanakan pendidikan moral yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan. Pendidikan moral sangat erat kaitannya dengan pembangunan bangsa. Pendidikan bertujuan membentuk karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Moral merupakan sesuatu yang mengualifikasi seseorang supaya tumbuh menjadi manusia yang bermartabat, mampu membedakan salah dan benar. 79 Pendidikan moral tersebut merupakan penanaman nilai fundamental (fundamental value) dalam perkembangan jiwa sang anak sampai akhirnya nilai itu benar-benar tertanam saat dia dewasa kelak. Pendidikan moral merupakan salah satu pendekatan yang dianggap sebagai gerakan utama dalam pendidikan nilai secara komprehensif. pendidikan moral mencakup pengetahuan, sikap, keparcayaan, keterampilan mengatasi konflik, dan perilaku yang jujur, dan penyayang (kemudian dinyatakan dengan istilah bermoral). Sebagaimana menurut Hikmah A.R., sebagaimana yang telah dipaparkan pada Bab III, bahwa “Nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam diri siswa seperti menghormati dan menghargai orang lain”. Artinya, penanaman nilai-nilai moral tersebut merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru PAI kepada anak didik dengan tujuan untuk mengarahkan anak didik atas nilai-nilai dan kebajikan yang akan membentuknya menjadi manusia yang baik (bermoral). Dalam membina moral siswa, guru PAI di SMP Negeri 1 Kandeman Batang menggunakan beberapa metode yang antara lain “Dengan keteladanan, pendidikan dengan pembiasaan, pendidikan dengan nasehat, dan pendidikan dengan memberikan hukuman. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah dengan “Pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan konseling”. Dari metode dan pendekatan tersebut, maka di dalamnya setidaknya dapat dipetakan menjadi lima jenis orientasi atau kecenderungan. Pertama, 80 pembinaan moral yang berorientasi pada pembiasaan diri dengan prinsipprinsip moral sampai mentradisi. Kedua, pembinaan moral yang berorientasi pada pembentukan kesadaran dan kepekaan moral (Basirah akhlaqiyah) seseorang sehingga ia mampu membedakan antara perilaku yang baik dan perilaku yang buruk. Ketiga, pembinaan moral yang berorientasi pada pengajaran prinsip-prinsip moral dengan cara indoktrinasi-imperatif. Keempat, orientasi spiritual-sufistik yang memandang pembinaan moral tidak sekedar dengan tiga orientasi di atas melainkan lebih dari itu, penyucian diri dari segala kehinaan dan doronga-dorongan jahat (takhalli) serta penghiasan diri dengan keutamaan-keutamaan moral lahir batin (tahalli). Kelima, pembinaan moral yang berorientasi pada pembentukan kesiapan moral, sehingga transfer abilitas pada ragam perilaku moral dapat terjadi dengan mudah atas kemauan diri sendiri. Berkaitan dengan metode keteladanan, pada dasarnya manusia sangat memerlukan sosok teladan dan panutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syariat Allah. Untuk itu, Allah mengutus rasul-rasul-Nya untuk menjelaskan berbagai syariat. Sejak fase-fase awal kehidupan manusia banyak sekali belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang disekitarnya, khususnya dari kedua orang tuanya. Kecenderungan untuk meniru belajar lewat peniruan, menyebabkan keteladanan menjadi sangat penting. Artinya, 81 dalam proses belajar mengajar Rasulullah adalah suri teladan yang baik bagi umat Islam. Oleh karena itu, kesepakatan adanya pengaruh yang begitu besar, maka guru PAI harus memanfaatkan untuk pendidikan agama dengan keteladanan serta menampilkan pribadi yang baik secara wajar tanpa dibuat atau memaksakan diri. Wajah yang cerah, hidup yang wajar, dan pribadi yang luhur akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap anak didik, sehingga inti kewibawaan yang sangat penting dalam pendidikan akan datang dengan sendirinya. B. Analisis tentang Kendala-kendala yang Dihadapi Guru PAI SMP Negeri 1 Kandeman Batang dalam Membina Moral Siswa Kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam membina moral siswa di SMP Negeri 1 Kandeman Batang antara lain karena faktor lingkungan, di mana seorang anak biasanya akan terpengaruh oleh lingkungan atau teman sebayanya dalam hal bertingkah laku, dan karena perkembangan teknologi, seperti TV, radio, video, dan internet, dapat menghambat pelaksanaan pembinaan moral karena mengandung unsurunsur yang dapat memerosotkan moral siswa, serta karena faktor orang tua siswa yaitu kurangnya perhatian orang tua di rumah dalam membina moral anak-anaknya. Dari penjelasan tersebut, maka dapat dipahami bahwa salah satu faktor utama yang menjadi kendala dalam pembinaan moral siswa oleh guru 82 PAI adalah faktor lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun teman sebaya dan media masa. Berkenaan dengan faktor lingkungan keluarga, hal ini jelas merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua. Di mana tugas dan tanggung jawab orang tua ini, sebagaimana menurut Mansur Muslich, sebagai berikut: “(1) Menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak sehingga perkembangannya dapat berjalan secara optimal, (2) Tugas orang tua bukan melarang atau memerintah, akan tetapi lebih mengarahkan agar mereka tetap berada pada jalur yang sebenarnya, (3) Mengarahkan, membimbing, membantu dalam pembinaan dan pengembangan sesuai potensi yang dimiliki, dan (4) Memelihara dan memberi bekal ilmu pengetahuan agama kepada anak. Untuk itu, para orang tua siswa di SMP Negeri 1 Kandeman Batang seharusnya memahami tugas dan kewajibannya sebagai orang tua sebagaimana di atas, sehingga dapat membantu mempermudah tugas guru PAI dalam membina moral siswa tersebut. Selain itu, guru PAI juga harus melakukan tindakan dengan melakukan pengarahan kepada para orang tua siswa berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua di rumah. Sehingga dengan demikian, dengan adanya hubungan antara guru PAI dan para orang tua siswa tersebut, segala kendala-kendala yang dihadapi guru PAI di sekolah dapat segera di atasi. Kemudian berkaitan dengan faktor lingkungan teman sebaya, kendala ini juga segera harus dicarikan solusinya oleh guru PAI. Memang pada dasarnya manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan 83 akan saling mempengaruhi dalam pikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya, akhlak teman sepermainan dapat pula mempengaruhi akhlak seorang anak, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah. Artinya, lingkungan teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan moral anak. Norma-norma moral yang memuat norma-norma seperti kesopanan, rasa hormat, jujur, dan sebagainya, tidak akan dapat dikuasai seorang siswa hanya dengan mengenal saja. Namun, norma-norma moral yang terpuji tersebut menghendaki adanya normanorma yang terpuji pula pada orang lain (teman sebaya). Dari penjelasan tersebut, dalam ruang lingkup yang lebih luas, dapat diartikan bahwa pembinaan nilai-nilai moral yang terpuji atau nilai-nilai yang berkaitan dengan aspek-aspek spiritual akan lebih efektif jika seseorang berada dalam lingkungan teman sebaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Dengan demikian, fungsi dan peran teman sebaya dalarn pembinaan moral anak akan sangat tergantung dari seberapa tinggi teman sebaya tersebut menjunjung norma-norma moral itu sendiri. Dengan demikian, agar pembinaan moral siswa di SMP Negeri 1 Kandeman Batang dapat berjalan dengan baik, maka harus ada keserasian antara lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat termasuk teman sebaya dan perkembangan teknologi seperti TV, radio, video, dan internet. Hal ini karena ketiganya akan memberi dampak yang sangat besar bagi perkembangan moral siswa. Guru PAI harus bekerja ekstra keras dengan 84 memberikan dasar moral yang kuat kepada setiap siswanya agar tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk. Sehingga dengan demikian visi SMP Negeri 1 Kandeman Batang yang berbunyi “Tercapai Prestasi, Tertanam Budi Pekerti” akan dapat terwujud.