74 BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL

advertisement
BAB IV
ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL
SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG
A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP
Negeri 1 Kandeman Batang
Sekolah adalah lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan
menumbuhkan kepribadiannya setelah lingkungan keluarga. Sekolah bukanlah
sekedar tempat menuangkan ilmu pengetahuan ke otak peserta didik saja, akan
tetapi sekolah juga harus mendidik dan membina kepribadian si anak, sehingga
ia dapat tumbuh dengan moral yang baik.
Dalam hal ini, seorang guru agama harus menguasai betul agama yang
akan diajarkannya. Seorang guru agama harus tahu mana yang pokok dan mana
yang penting, dia harus tahu apa yang harus diberikannya kepada anak
didiknya pada umur tertentu dan apa pula yang merupakan intisari yang
menjadi tiang pokok dan tidak ada perbedaan antara anak didik yang satu
dengan yang lainnya dalam satu agama.
Melihat upaya-upaya yang dilakukan oleh guru PAI di SMP Negeri 1
Kandeman Batang, sebagaimana pada Bab III, maka dapat dianalisis sebagai
berikut:
Melihat penjelasan Guru PAI SMP Negeri 1 Kandeman Batang upaya
yang dilakukan dalam membina moral siswa sebagaimana yang telah
dipaparkan pada Bab III, yaitu bahwa “Beberapa upaya yang harus dilakukan
74
75
oleh guru PAI dalam membina moral siswa salah satunya yaitu dengan melalui
proses pendidikan”. Hal ini berarti bahwa guru PAI menganggap penting upaya
pembinaan moral kepada para siswanya.
Upaya pembinaan moral melalui proses pendidikan tersebut, dapat
dikatakan merupakan langkah yang tepat dan sesuai dengan pendidikan Islam
sebagaimana menurut Ahmad D. Marimba, bahwa “Di dalam pendidikan Islam
terdapat bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam
menuju pada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam”. Tujuan
dari proses pendidikan tersebut tidak lain adalah untuk memelihara kehidupan
manusia, yaitu mencapai kehidupan dunia dan akhirat. Tujuan hidup ini
tercermin dalam surat al-An’am ayat 162 yang berbunyi sebagai berikut :
         
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. AlAn’am: 162)
Kemudian mengenai penjelasan yang dipaparkan oleh Suhari, bahwa
pendidikan moral di sekolah mempunyai arti memberikan pengetahuan kepada
siswa dan mengarahkan serta membimbing pertumbuhan dan perkembangan
fitrah-nya melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal, karena pendidikan yang
ditujukan adalah pembentukan akhlak, maka hal itu sejalan dengan pemikiran
al-Ghazali tentang tujuan pendidikan moral, yang mengatakan bahwa:
“Tujuan pendidikan moral adalah terbentuknya moral yang baik
pada anak didik sesuai landasan agama. Moral yang baik terstruktur
dari hikmah, syaja’ah, iffah dan ‘adalah. Untuk menumbuhkan
moral yang baik seseorang harus berlandaskan agama. Lebih lanjut,
al-Ghazali menjelaskan bahwa tujuan dari perbuatan moral adalah
76
kebahagiaan yang identik dengan kebaikan utama dan kesempurnaan
diri. Kebahagiaaan ini yaitu mencakup kebahagiaan ukhrawi dan
kebahagiaan duniawi.Adapun tujuan akhir dari pendidikan moral
adalah mencapai kebahagiaan utama yaitu ma’rifatullah. Maka
untuk dapat bermoral baik dan mencapai tujuan moral, tidak ada
jalan lain kecuali dengan ilmu dan amal”.
Dengan demikian, upaya guru PAI dalam membina moral siswa
melalui proses pendidikan tersebut memiliki tujuan agar kelak siswasiswinya memperoleh kebahagiaan yang identik dengan kebaikan utama dan
kesempurnaan diri. Kebahagiaan ini meliputi kebahagiaan ukhrawi dan
duniawi. Kebahagiaan ukhrawi adalah kebahagiaan yang utama sedangkan
kebahagiaan duniawi hanyalah metamorfosis. Namun demikian apapun
yang kondusif bagi kebahagiaan-kebaikan utama maka itu merupakan
kebaikan juga. Bahkan kebahagiaan ukhrawi tidak dapat diperoleh tanpa
kebaikan-kebaikan lain yang merupakan sarana untuk meraih tujuan
kebaikan ukhrawi.
Upaya-upaya yang harus dilakukan oleh guru PAI dalam membina
moral siswa melalui proses pendidikan ini antara lain melalui penanaman
nilai-nilai keimanan dan penanaman nilai-nilai ibadah.
Penanaman nilai-nilai keimanan dan penanaman nilai-nilai ibadah
tersebut sangat relevan dengan materi pendidikan Islam, hal ini
sebagaimana menurut Zuhairini, dkk., bahwa “Pada dasarnya materi
pendidikan Islam terdiri atas tiga aspek/pokok masalah yaitu keimanan,
keislaman, dan keikhsanan. Sehingga dengan demikian, adanya upaya
penanaman nilai-nilai keimanan melalui proses pendidikan tersebut,
terutama akidah tauhid atau ke-Esaan Allah, adalah merupakan dasar pokok
77
dan sandi yang sangat penting, karena sendi ini merupakan dasar syari’at
hukum dan jalan yang harus ditempuh. Akidah yang tertanam kokoh dalam
jiwa
siswa
akan
mempengaruhi
kehidupannya
sehari-hari
karena
terpengaruh oleh suatu pengakuan tentang adanya suatu kekuatan yang
menguasai jiwanya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dengan beriman kepada
Allah dan menyakini akan wujud serta mempercayai-Nya, bahwa
mengetahui segala tingkah laku kita sehingga timbul rasa takut berbuat
kecuali yang baik-baik dan semakin matang rasa ketuhanannya semakin
baik pula perilakunya.
Untuk
itu,
penanaman
nilai-nilai
keimanan
melalui
proses
pendidikan dalam upaya membina moral siswa ini harus terus selalu
diupayakan oleh guru PAI agar akidah Islamiyah yang kokoh tertanam
dalam jiwa para siswa sehingga diharapkan dalam segala tingkah laku siswa
timbul rasa takut untuk berbuat yang tidak baik (moral yang buruk).
Nilai-nilai moral yang dikembangkan terbagi menjadi dua macam
yaitu nilai individu dan nilai sosial. Nilai individu adalah nilai yang terdapat
dalam diri individu. Adapun yang termasuk nilai-nilai individu adalah
kejujuran, disiplin, dan hati nurani. Sedangkan nilai sosial adalah nilai yang
berkaitan dengan kebersamaan individu dalam masyarakat, seperti empati,
menghormati orang lain, kontrol diri, dan keadilan. Kejujuran menjadi
penting karena peserta didik mengakui apa yang ia pikirkan, ia rasakan, dan
ia lakukan sebagaimana adanya, seseorang dapat terhindar dari rasa bersalah
yang timbul akibat kebohongan yang ia lakukan. Tentunya orang tua
78
menjadi teladan utama bagi anaknya dalam menerapkan kejujuran.
Berikutnya nilai individu berupa kedisiplinan. Kedisiplinan membantu anak
didik untuk dapat mengendalikan diri, anak didik dapat memperoleh batasan
untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah. Disiplin mendorong anak
didik memperoleh perasaan puas karena kesetiaan dan kepatuhannya.
Disiplin juga mengajarkan anak didik bagaimana berpikir secara teratur.
Agar kedisiplinan dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya, maka
diperlukan syarat utama pendukung, yaitu adanya peraturan, konsistensi dan
penghargaan yang diberikan pada anak didik.
Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang memandang bahwa proses
pendidikan kita telah gagal menanamkan nilai-nilai moral pada setiap siswa.
Asumsi ini muncul setelah kita menyaksikan begitu banyaknya siswa yang
kurang memiliki moral yang sesuai dengan pandangan hidup masyarakat
kita. Dengan menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa, berarti SMP
Negeri 1 Kandeman Batang juga turut melaksanakan pendidikan moral yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan.
Pendidikan moral sangat erat kaitannya dengan pembangunan
bangsa. Pendidikan bertujuan membentuk karakter yang terwujud dalam
kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang
dimilikinya. Moral merupakan sesuatu yang mengualifikasi seseorang
supaya tumbuh menjadi manusia yang bermartabat, mampu membedakan
salah dan benar.
79
Pendidikan moral tersebut merupakan penanaman nilai fundamental
(fundamental value) dalam perkembangan jiwa sang anak sampai akhirnya
nilai itu benar-benar tertanam saat dia dewasa kelak. Pendidikan moral
merupakan salah satu pendekatan yang dianggap sebagai gerakan utama
dalam pendidikan nilai secara komprehensif. pendidikan moral mencakup
pengetahuan, sikap, keparcayaan, keterampilan mengatasi konflik, dan
perilaku yang jujur, dan penyayang (kemudian dinyatakan dengan istilah
bermoral).
Sebagaimana menurut Hikmah A.R., sebagaimana
yang
telah
dipaparkan pada Bab III, bahwa “Nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam
diri siswa seperti menghormati dan menghargai orang lain”. Artinya,
penanaman nilai-nilai moral tersebut merupakan suatu usaha sadar dan
terencana yang dilakukan oleh guru PAI kepada anak didik dengan tujuan
untuk mengarahkan anak didik atas nilai-nilai dan kebajikan yang akan
membentuknya menjadi manusia yang baik (bermoral).
Dalam membina moral siswa, guru PAI di SMP Negeri 1 Kandeman
Batang menggunakan beberapa metode yang antara lain “Dengan
keteladanan, pendidikan dengan pembiasaan, pendidikan dengan nasehat,
dan pendidikan dengan memberikan hukuman. Sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah dengan “Pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan
konseling”.
Dari metode dan pendekatan tersebut, maka di dalamnya setidaknya
dapat dipetakan menjadi lima jenis orientasi atau kecenderungan. Pertama,
80
pembinaan moral yang berorientasi pada pembiasaan diri dengan prinsipprinsip moral sampai mentradisi. Kedua, pembinaan moral yang berorientasi
pada pembentukan kesadaran dan kepekaan moral (Basirah akhlaqiyah)
seseorang sehingga ia mampu membedakan antara perilaku yang baik dan
perilaku yang buruk. Ketiga, pembinaan moral yang berorientasi pada
pengajaran prinsip-prinsip moral dengan cara indoktrinasi-imperatif.
Keempat, orientasi spiritual-sufistik yang memandang pembinaan moral
tidak sekedar dengan tiga orientasi di atas melainkan lebih dari itu,
penyucian diri dari segala kehinaan dan doronga-dorongan jahat (takhalli)
serta penghiasan diri dengan keutamaan-keutamaan moral lahir batin
(tahalli). Kelima, pembinaan moral yang berorientasi pada pembentukan
kesiapan moral, sehingga transfer abilitas pada ragam perilaku moral dapat
terjadi dengan mudah atas kemauan diri sendiri.
Berkaitan dengan metode keteladanan, pada dasarnya manusia
sangat memerlukan sosok teladan dan panutan yang mampu mengarahkan
manusia pada jalan kebenaran dan sekaligus menjadi perumpamaan dinamis
yang menjelaskan cara mengamalkan syariat Allah. Untuk itu, Allah
mengutus rasul-rasul-Nya untuk menjelaskan berbagai syariat.
Sejak fase-fase awal kehidupan manusia banyak sekali belajar lewat
peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang disekitarnya,
khususnya dari kedua orang tuanya. Kecenderungan untuk meniru belajar
lewat peniruan, menyebabkan keteladanan menjadi sangat penting. Artinya,
81
dalam proses belajar mengajar Rasulullah adalah suri teladan yang baik bagi
umat Islam.
Oleh karena itu, kesepakatan adanya pengaruh yang begitu besar,
maka guru PAI harus memanfaatkan untuk pendidikan agama dengan
keteladanan serta menampilkan pribadi yang baik secara wajar tanpa dibuat
atau memaksakan diri. Wajah yang cerah, hidup yang wajar, dan pribadi
yang luhur akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap anak didik,
sehingga inti kewibawaan yang sangat penting dalam pendidikan akan
datang dengan sendirinya.
B. Analisis tentang Kendala-kendala yang Dihadapi Guru PAI SMP Negeri 1
Kandeman Batang dalam Membina Moral Siswa
Kendala-kendala yang dihadapi guru PAI dalam membina moral
siswa di SMP Negeri 1 Kandeman Batang antara lain karena faktor
lingkungan, di mana seorang anak biasanya akan terpengaruh oleh
lingkungan atau teman sebayanya dalam hal bertingkah laku, dan karena
perkembangan teknologi, seperti TV, radio, video, dan internet, dapat
menghambat pelaksanaan pembinaan moral karena mengandung unsurunsur yang dapat memerosotkan moral siswa, serta karena faktor orang tua
siswa yaitu kurangnya perhatian orang tua di rumah dalam membina moral
anak-anaknya.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat dipahami bahwa salah satu
faktor utama yang menjadi kendala dalam pembinaan moral siswa oleh guru
82
PAI adalah faktor lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun teman
sebaya dan media masa.
Berkenaan dengan faktor lingkungan keluarga, hal ini jelas
merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua. Di mana tugas dan
tanggung jawab orang tua ini, sebagaimana menurut Mansur Muslich,
sebagai berikut:
“(1) Menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada diri anak
sehingga perkembangannya dapat berjalan secara optimal, (2) Tugas
orang tua bukan melarang atau memerintah, akan tetapi lebih
mengarahkan agar mereka tetap berada pada jalur yang sebenarnya,
(3) Mengarahkan, membimbing, membantu dalam pembinaan dan
pengembangan sesuai potensi yang dimiliki, dan (4) Memelihara dan
memberi bekal ilmu pengetahuan agama kepada anak.
Untuk itu, para orang tua siswa di SMP Negeri 1 Kandeman Batang
seharusnya memahami tugas dan kewajibannya sebagai orang tua
sebagaimana di atas, sehingga dapat membantu mempermudah tugas guru
PAI dalam membina moral siswa tersebut. Selain itu, guru PAI juga harus
melakukan tindakan dengan melakukan pengarahan kepada para orang tua
siswa berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua di
rumah. Sehingga dengan demikian, dengan adanya hubungan antara guru
PAI dan para orang tua siswa tersebut, segala kendala-kendala yang
dihadapi guru PAI di sekolah dapat segera di atasi.
Kemudian berkaitan dengan faktor lingkungan teman sebaya,
kendala ini juga segera harus dicarikan solusinya oleh guru PAI. Memang
pada dasarnya manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya.
Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan
83
akan saling mempengaruhi dalam pikiran, sifat, dan tingkah laku.
Contohnya, akhlak teman sepermainan dapat pula mempengaruhi akhlak
seorang anak, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk
menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah.
Artinya, lingkungan teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar
terhadap perkembangan moral anak. Norma-norma moral yang memuat
norma-norma seperti kesopanan, rasa hormat, jujur, dan sebagainya, tidak
akan dapat dikuasai seorang siswa hanya dengan mengenal saja. Namun,
norma-norma moral yang terpuji tersebut menghendaki adanya normanorma yang terpuji pula pada orang lain (teman sebaya).
Dari penjelasan tersebut, dalam ruang lingkup yang lebih luas, dapat
diartikan bahwa pembinaan nilai-nilai moral yang terpuji atau nilai-nilai
yang berkaitan dengan aspek-aspek spiritual akan lebih efektif jika
seseorang berada dalam lingkungan teman sebaya yang menjunjung tinggi
nilai-nilai tersebut. Dengan demikian, fungsi dan peran teman sebaya dalarn
pembinaan moral anak akan sangat tergantung dari seberapa tinggi teman
sebaya tersebut menjunjung norma-norma moral itu sendiri.
Dengan demikian, agar pembinaan moral siswa di SMP Negeri 1
Kandeman Batang dapat berjalan dengan baik, maka harus ada keserasian
antara lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat termasuk teman
sebaya dan perkembangan teknologi seperti TV, radio, video, dan internet.
Hal ini karena ketiganya akan memberi dampak yang sangat besar bagi
perkembangan moral siswa. Guru PAI harus bekerja ekstra keras dengan
84
memberikan dasar moral yang kuat kepada setiap siswanya agar tidak
mudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk. Sehingga dengan demikian
visi SMP Negeri 1 Kandeman Batang yang berbunyi “Tercapai Prestasi,
Tertanam Budi Pekerti” akan dapat terwujud.
Download