Hancurnya Khilafah dan Syirik Merajalela

advertisement
Hancurnya Khilafah dan Syirik
Merajalela
Apa
itu
Khilafah?
Khilafah
adalah
sebuah
negara
dan
pemerintahan yang tunduk kepada kewenangan Allah SWT. Khilafah
juga merupakan sistem kepemimpinan umat, dengan menggunakan
Islam sebagai Ideologi serta undang-undangnya mengacu kepada
Al-Quran & Hadist.
Apa itu Islam? Islam adalah tunduk berserah diri sepenuhnya
kepada Allah SWT, tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT sebagai
Al-Malik. Al Malik adalah Sifat Dzat Allah yang artinya “Maha
Penguasa,” Yang Memerintah seluruh alam. Lahul Mulk,
“Kedaulatan Hanya MilikNya.” Oleh karena itu, jika anda
menyatakan, meyakini atau mengakui bahwa ada sesuatu yang
memiliki kedaulatan selain Allah SWT, itu artinya sama saja
dengan mengucapkan good bye pada Allah SWT. Anda tahu itu?
Islam juga merupakan tunduk dan patuh kepada Allah SWT sebagai
Al Akbar, dan Allah SWT memperingatkan anda bahwa Dia Al Akbar
ketika , karena tanpa mengucapkan “Allahu Akbar” di dalam
sholat, anda “Tidak Bisa Bergerak! Atau Melanjutkan Sholat
Anda.” Al Akbar adalah “Yang Memiliki Kekuasan Tertinggi,”
maka jika seorang Muslim mengakui yang lain berkuasa atas anda
selain Allah, sama artinya dengan mengucapkan “selamat
tinggal” kepada Allah SWT, sebagai Al Akbar!
Islam juga merupakan tunduk dan patuh kepada Allah SWT sebagai
Al Hakam. Al Hakam adalah “Maha Menetapkan Hukum”, tidak hanya
membuat Hukum, tetapi hukumNya adalah Hukum Tertinggi. Jika
Dia menetapkan sesuatu “Haram,” maka Muslim juga harus
menetapkan sesuatu itu “Haram.” Begitu pula jika Allah SWT
menetapkan sesuatu “Halal,” maka Muslim juga harus menetapkan
sesuatu itu “Halal.” Jadi siapapun yang tunduk dan patuh pada
hokum selain Hukum Allah SWT, sebagai Hukum Tertinggi, berarti
sama artinya mengucakan “selamat tinggal” kepada Allah SWT
sebagai Al Hakam. Dalam terminologi politik Islam, hal ini
disebut “Syirik.”
Ketika Fir’aun menyatakan “Ana rabbukumul a’la” (akulah
tuhanmu yang paling tinggi), “akulah yang orang yang mempunyai
kewenangan tertinggi,” ini adalah Syirik!. Ketika dia
menyatakan “hukumku adalah hukum tertinggi di tanah Mesir,”
itu adalah Syirik! Dan Allah SWT menghukumnya dengan hukuman
yang mengerikan karena perbuatan syiriknya.
Oleh karena itu, didirikanlah Khilafah yang mana sistem
pemerintahannya tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Namun kini
Khilafah telah hancur!
Siapa yang menghancurkannya? Kenapa dihancurkan? Bagaimana
kehancurannya? Kapan dihancurkan? Dengan apa Khilafah
digantikan? Dan apa tujuannya?
Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang sangat-sangat
penting, di mana hanya segelintir orang yang bisa menjawabnya.
Kehancuran Khilafah
Umat Yahudi sampai saat ini masih berkeyakinan bahwa Tanah
Suci (Yerusalem) adalah milik mereka (Yahudi), bukan milik
umat non-yahudi. Bahkan setelah mereka hidup berdiaspora
(menyebar) selama 2000 tahun lamanya, mereka masih saja merasa
Tanah Suci ditakdirkan untuk mereka, dan kembali ke Tahah Suci
bukan sebagai turis, bukan! Melainkan kembali ke Tanah Suci
dan mengklaim bahwa Tanah Suci sebagai milik mereka! Selama
2000 tahun Yahudi punya mimpi indah bahwa Negara Israel-nya
Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as akan didirikan kembali. Dan
zaman keemasan pun akan jadi milik mereka, sebagaimana Negara
Israel di zaman Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as menjadi
super power. Ini adalah cita-cita dan impian Yahudi! Untuk
mewujudkan impian mereka itu, mereka harus menghancurkan
Khilafah Utsmaniyah yang menghalangi tujuan mereka.
Oleh karena itu, kini serangan dilancarkan untuk menghacurkan
Khilafah. Pertama-tama mereka melancarkan serangan filosofi
terhadap umat Islam, yang sebelumnya telah menyerang umat
Kristen Eropa, yang dikenal peristiwa “Renaissance.” Serangan
filosofi tersebut adalah “Materialisme,” yakni filsafat yang
menyatakan bahwa “Tidak ada yang nyata di dunia ini materi.”
Eropa pada abad pertengahan
Pada abad ke-14 sampai abad ke-17, terjadi perubahan peradaban
Eropa yang sebelumnya didasari dengan pondasi keagamaan
berubah menjadi peradaban yang tak bertuhan. Agama Kristen
saat itu sangat mempengaruhi kebijkan-kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah atau kerajaan-kerajaan Eropa. Berbegai hal
yang dilakukan demi kepentingan gereja, dan hal-hal yang
merugikan gereja akan mendapatkan balasan yang sangat kejam.
Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai tata surya yang
menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal
ini bertolak belakang dengan gereja sehingga Copernicus
dibunuh.
Dengan adanya berbagai pembatasan yang dilakukan pihak
pemerintah atas saran dari gereja maka timbullah sebuah
gerakan kultural (Renaissance), pada awalnya pembaharuan di
bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada
pertengahan abad 15. Sebelum gereja mempunyai perang penting
dalam pemerintah, golongan ksatria hidup dalam kemewahan,
kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran. Namun, ketika dominasi
gereja mulai berpengaruh maka hal seperti itu tidak mereka
peroleh sehingga timbullah semangat Renaissance.
Doktrin ciptaan orang Eropa inilah yang kemudian menyerang
umat Islam di zaman Khilafah Utsmaniyah. Kemudian dari
filsafat “materialisme,” muncul filsafat politik baru, yakni
dengan menyatakan “Karena tidak ada yang nyata di dunia ini
selain material, kita tidak lagi bisa mengakui kedaulatan Yang
Ada Di Atas Sana (Tuhan), maka kedaulatan sekarang harus
ditempatkan di bawah sini (berada dalam tangan manusia).”
Dengan kata lain, manusialah yang kini berdaulat, bukan lagi
Tuhannya Nabi Ibrahim [as].
Kemudian manusia mendirikan sebuah negara dan menempatkan
kedaulatan di bawah negara. Konsep ini bukanlah ciptaan dunia
Islam, melainkan ciptaan orang Eropa. Kini, tidak hanya negara
yang berdaulat, tapi juga kewenangan negara adalah yang
tertinggi. Dan sekarang negaralah yang menentukan dan membuat
hukum-hukum (undang-undang), dan hukum negara lah hukum yang
tertinggi, bukan lagi berdasarkan agama. Dan lebih dari itu,
ketika Tuhannya Nabi Ibrahim as menentukan sesuatu itu
“Haram,” kini negara bisa merubahnya dan menjadikannya “Halal”
(Legal), begitupun sebaliknya.
Di zaman modern ini, mereka menyatakan dalam Piagam PBB
Artikel 24 dan 25, bahwa “Dewan Keamanan PBB memiliki
kewenangan tertinggi di dunia yang berkaitan dengan perdamaian
dan keamanan dunia.” Ini jelas syirik!
http://www.un.org/en/sections/un-charter/chapter-v/
Ketika mereka menghalalkan apa yang Allah SWT haramkan, dan
mengharamkan apa yang Allah SWT haramkan, ini adalah syirik!
“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahibnya
sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga) Al Masih putra Maryam;
padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang
mereka persekutukan” (Q.S At Taubah, 9:31)
Adi bin Hatim ra berkata: Saya mendatangi Rasulullah saw
dengan mengenakan kalung salib dari perak di leherku.
Rasulullah saw bersabda, “Wahai Adi, lemparkanlah patung itu
dari lehermu.” Kemudian saya melemparkannya. Setelah itu,
Beliau membaca ayat ini: Ittakhadzû ahbârahum wa ruhbânahum
min dûni Allâh, hingga selesai. Saya berkata, “Sesungguhnya
kami tidak menyembah mereka.” Beliau bersabda: “Bukankah para
pendeta dan rahib itu mengharamkan apa yang dihalalkan Allah,
lalu kalian mengharamkannya; menghalalkan apa yang diharamkan
Allah, lalu kalian menghalalkannya.” Aku menjawab, “Memang
begitulah.” Beliau bersabda, “Itulah ibadah (penyembahan)
mereka kepada pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka.” (H.R
ath-Thabrani)
Jika para rahib dan pendeta menghalalkan apa yang Allah SWT
haramkan adalah perbuatan syirik, dan pemerintah melakukan hal
yang sama seperti yang dilakukan para rahib dan pendeta itu,
apakah itu bukan syirik ? Apakah anda baru mengetahuinya? Jika
anda baru mengetahuinya, berarti selama ini anda hidup di
disney land (dunia Dajjal).
Jadi, dengan serangan filsafat itulah orang Eropa menyerang
Khilafah Utsmaniyah sebelum melakukan serangan dari segi
militer. Lalu mereka mengirim agen mata-mata (Al Jassasah)
untuk menyusupi pusat pemerintahan Khilafah Utsmaniyah di
Istanbul, dan menciptakan gerakan yang dikenal dengan “Young
Turks.” Kemudian gerakan ini mendirikan sebuah partai politik
yang bernama “Partai Persatuan dan Kemajuan” atau “Party of
Union Progress”(CUP). Di partai tersebut, ditempatkanlah orang
yang bernama Mustafa Kemal Ataturk. Melalui partai tersebut
mereka mencuci otak umat Islam di Istanbul agar menerima
politik sekuler yang berasal dari Eropa. Setelah berhasil
mendoktrin umat Islam di Istanbul, khususnya para pemuda,
barulah kini mereka melancarkan serangan militer.
Pada tahun 1897, hal aneh terjadi, yakni orang Eropa Yahudi
(Yahudi Ashkenazi) membentuk sebuah gerakan zionisme. Seperti
yang kami bahas sebelumnya di artikel Ya’juj dan Ma’juj, yang
mana gerakan tersebut bertepatan dengan ditemukannya jasad
Fir’aun.
Setelah gerakan zionisme terbentuk, kemudian mereka mulai
merancang skenario untuk menyerang Khilafah Utsmaniyah dari
segi militer. Namun mereka harus merencanakannya dengan sangat
matang dan dengan bantuan dana dan politik yang sangat besar.
Jauh sebelum itu, mereka telah menghasilkan dana dengan cara
‘Riba.’ Keluarga Rothschild lah yang pertama kali menggunakan
cara Riba di Eropa. Yahudi Eropa ini benar-benar sangat kuat,
bahkan mereka bisa memanfaatkan dan mengadu domba Kekaisaran
Inggris dan Kekaisaran Perancis. Dan melalui peperangan antara
Perancis dan Inggris pada tahun 1800an, Rothschild memperoleh
keuntungan besar. Dan keluarga Rothschild menjadi tulang
punggung keberlangsungan hidup organisasi zionist.
Hal aneh lainnya juga terjadi, kekayaan mereka meningkat pesat
setelah ditemukannya berlian (Kimberly Diamond) di Afrika
Selatan pada pertengahan abad ke-19. Melalui perusahaan De
Beers dan didanai Rothschild, mereka menguasai kawasan
tersebut dan menjual berlian itu dengan harga yang sangat
tinggi, karena mereka menguasai pasar Internasional dan
menciptakan monopoli melalui aliansi De Beers. Apakah anda
pikir ini terjadi secara kebetulan? Jika anda berpikir seperti
itu, berarti anda sedang hidup di disney land. Hadits
menyatakan tentang harta kekayaan tersebut:
“Dan ia (dajjal) melalui hutan rimba, dan ia berkata
kepadanya: Keluarkanlah kekayaanmu, maka kekayaaan rimba itu
mengikuti dia, bagaikan lebah mengikuti ratunya” (Misykat,
halaman 473).
Juga pada saat yang sama, hal aneh lainnya juga terjadi, yakni
“Revolusi Industri” (sains & teknologi) di Inggris, kemudian
menyebar ke seluruh dunia. Dengan teknologi yang luar biasa,
mereka dengan mudahnya mengeruk kekayaan yang ada di bumi dan
dimanfaatkan demi agenda mereka.
Dengan kekayaan yang melimpah, sudah saatnya mereka
melancarkan serangan militer terhadap Kesultanan Utsmaniyah
dan mengendalikan dunia. Mereka membutuhkan Perang Dunia untuk
menghacurkan Khilafah Utsmaniyah, sebab Khilafah Utsmaniyah
adalah imperium yang sangat kuat yang mampu memobilisasi umat
Islam dalam sekejap dengan mendeklarasikan “Jihad.”
Untuk melancarkan perang, terlebih dahulu mereka harus
merancang sebuah konspirasi. Saat itu terdapat 6 kekuatan
besar Eropa, yakni Britania Raya, Kekaisaran Jerman,
Kekaisaran Austria-Hongaria, Kesultanan Utsmaniyah, Kekaisaran
Russia, dan Republik Perancis.
Perang tersebut dirancang dengan kasus “Pembunuhan Putra
Mahkota Pewaris Tahta Austria-Hongaria,” Franz Ferdinand Carl
Ludwig Joseph Maria pada tanggal 28 Juni 1914, dan
meninggalkan sidik jari yang mengarah ke Russia. Maka,
Kekaisaran Austria-Hongaria tidak punya pilihan lagi selain
menyerang Kekaisaran Russia, namun Kekaisaran Russia telah
memiliki perjanjian keamanan dengan Britania Raya dan Republik
Perancis.
Karena posisi Sekretaris Negara dan Menlu Britania Raya telah
diisi oleh orang Yahudi, maka Britania Raya juga menyatakan
perang dengan Kekaisaran Austria-Hongaria. Kekaisaran AustriaHongaria tidak sendiri, mereka juga memiliki hubungan rasial
dengan Kekaisaran Jerman. Maka dari itu Jerman ikut campur
dalam perang.
Kemudian mereka (Zionist) berusaha melobi Kesultanan
Utsmaniyah untuk ikut campur dalam peperangan, tapi Khalifah
di Istanbul tidak ingin masuk dalam peperangan, karena dia
tahu betapa lemahnya pasukan Khilafah Utsmaniyah dalam hal
teknologi militer. Namun melalui intrik internal di Istanbul,
Khilafah Utsmaniyah akhirnya ikut perang dengan dalih hubungan
buruk dengan Kekaisaran Russia.
Perang Dunia I pun dimulai. Inggris kemudian mengirim agen
mata-mata (Al Jassasah) mereka ke Arab dengan berpenampilan
Muslim. Agen tersebut mendatangi tokoh-tokoh penting di Arab,
yaitu Syarif Husain (Gubernur Mekkah), Abdul Aziz ibn Saud dan
yang lainnya. Syarief Husain ditawari iming-iming harta
£7.000.000 (Poundsterling) dan menawarinya kemerdekaan di
tanah hijaz dan memisahkan Arab dari Kesultanan Utsmaniyah,
serta menjadikannya sebagai Raja Arab (bukan Khalifah).
T.E Lawrence alias Lawrence of Arabia
T.E Lawrence alias Lawrence of Arabia, agen Inggris yang
bertugas sebagai penghubung kepada Ibn. Saud (Saudi), Raja
Faisal (Suriah) dan Raja Husein (Transjordan) dalam rangka
supply uang dan senjata dari Inggris.
Dengan begitu Khilafah kehilangan legitimasinya, seorang
Khalifah (Amir) tidak lagi bisa menunaikan ibadah haji
semaunya, sebab yang menguasai haramain berada dalam genggaman
otoritas lain. Atau saat ini, umat Islam selain Arab Saudi
tidak lagi bisa menunaikan ibadah haji karena harus mengajukan
permohonan visa kepada Arab Saudi. Inilah dampak dari
penggunaan konsep negara sekuler. Selain itu, Khilafah tidak
lagi bisa dibangkitkan karena telah dicegah oleh zionist
dengan berbagai cara.
Dengan terpisahnya Hijaz dari kekuasaan Khilafah Utsmaniyah,
maka Khilafah Utsmaniyah mengalami kekacauan dan tercerai
berai. Dengan begitu, Inggris bisa menaklukkan Tanah Suci yang
dikuasai Khilafah Utsmaniyah.
Ketika Inggris menguasai sebagian wilayah Palestina, secara
mengejutkan Kapal Selam (Submarines) Jerman muncul dalam
peperangan. Jerman menjadi superior dan berhasil menundukkan
Perancis dan mengepung Britania Raya (Inggris). Inggris
akhirnya terpojok dan menyerah kepada Jerman.
Inilah saatnya bagi zionist memanfaatkan kekayaannya serta
kekuatan lobinya untuk menggiring sang Kuda Hitam (Amerika
Serikat) memasuki panggung Perang Dunia. Amerika Serikat
membuat Jerman mundur dan menjadi pemenang pada Perang Dunia.
Pada tanggal 2 November 1917, Menlu Inggris Arthur James
Balfour mengirimkan surat kepada Lord Rothschild selaku
pemimpin komunitas Yahudi Inggris, untuk dikirimkan kepada
Federasi Zionist. Surat itu menyatakan posisi pemerintah
Inggris mendukung rencana-rencana Zionist merebut dan
menguasai Tanah Suci. Inggris bersedia memberikan Tanah Suci
kepada gerakan zionist ketika mereka berhasil menaklukkannya.
Surat tersebut dikenal dengan nama “Deklarasi Balofour.”
Dr. Chaim Weizmann (Ahli Teknik Kimia), salah satu tokoh utama
gerakan Zionist yang pertama, bersama dengan Raja Faisal
(Suriah). Gerakan Zionist memeberikan dukungan emas dan
senjata
Percakapan Dr. Chaim Weizmann yang sedang melobi Arthur James
Balfour:
Arthur James Balfour: “Mengapa Palestina dan hanya Palestina
saja yang diinginkan menjadi basis Zionisme ? Semua tempat
yang lain akan menjadi pemberhalaan”
Dr. Chaim Weizmann: “Tuan Balfour, andai saya menawarkan Anda
Paris sebagai ganti London, akankah Anda mengambilnya?”
Arthur James Balfour: “Namun Dr. Weizmann, kami memiliki
London”
Dr. Chaim Weizmann: “Itu benar, namun kami memiliki Yerusalem
dulu saat London masih rawa.”
Tak lama kemudian, seiring tercerai-berainya Kesultanan
Ustmaniyah, Jend. Inggris, Edmund Allenby dan pasukannya sudah
lebih dulu menyerang pasukan Kesultanan Utsmaniyah yang
menguasai Yerusalem (Tanah Suci). Banyak muslim Arab dan
Punjabi bertempur di bawah komando Jend Allenby menyerang
pasukan Khilafah Utsmaniyah di Tanah Suci saat itu, dan pada
akhirnya Tanah Suci ditaklukkan. Saat itu adalah hari yang
sangat menggemberikan bagi Yahudi, karena impian mereka
sebentar lagi akan tercapai. Setelah itu, Inggris memberikan
wilayah Tanah Suci yang telah direbutnya kepada gerakan
zionisme yang telah disetujui dalam surat ‘Deklarasi Balfour’.
Dan populasi Yahudi di Tanah Suci meningkat setelah peristiwa
imigrasi Yahudi dari Eropa, hingga pada akhirnya Negara Israel
berdiri pada tahun 1948.
Jend.
Allenby
dan
Raja
Faisal (Suriah)
Pada tahun 1919 Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman) mulai runtuh,
lalu Pasukan Yunani menyerang ibu kota Anatolia, dan warga
Ottoman saat itu ketakutan karena orang Yunani sangat dendam
kepada mereka sejak lama. Maka agen mereka yang bernama
Mustafa Kemal Ataturk tadi muncul kepermukaan bagaikan
pahlawan dengan menyatakan bahwa dia akan menyelamatkan Turki
dari amukan pasukan Yunani dan mengalahkan pasukan Inggris.
Dengan begitu, dia berkuasa secara de facto. Pada tahun 1921,
diadakan pertemuan untuk membahas perdamaian di Turki, dan
dari pertemuan itu lahirlah Republik Turki (Sekuler) dengan
Mustafa Kemal Ataturk sebagai Presiden pertamanya.
Mustafa Kemal
Tapi saat itu Mustafa Kemal mengetahui bahwa Rakyat Turki
mencintai sang Khalifah (Amir), maka dia merubah status
Khalifah menjadi seorang “Paus” seperti halnya di Eropa.
Dengan kata lain, Khalifah tidak lagi mengintervensi
pemerintahan Republik Turki. Lembaga-lembaga Khilafah
Utsmaniyah saat itu menurun statusnya menjadi lembaga di bawah
lembaga pemerintah Republik Turki.
Pada 3 Maret 1924, Inggris mendesak Mustafa Kemal untuk
menghapus Khilafah serta lembaga-lembaganya. Pertanyaannya
adalah mengapa Inggris melakukan hal itu, padahal Tanah Suci
sudah berhasil ditaklukkan dan Republik Turki sudah didirikan?
Jawabannya ada di India!
Saat Khilafah di Turki dihapus secara total, Ulama-ulama Islam
India yang saat itu paling berpengaruh di dunia, seperti
Mohammad Ali Jouhar, Maulana Shaukat Ali, Maulana Syed
Sulaiman Nadvi, Mufti Kifayatullah Dihlawi, dan orang-orang
yang tidak hanya mengerti Islam, tapi juga hidup secara Islam,
memimpin umat Islam di India untuk menghilangkan dominasi
Inggris di India dan menciptakan pemerintahan Islam melalui
“Gerakan Khilafah.” Gerakan tersebut mulai memobilisasi umat
Islam untuk berjuang mengembalikan Khilafah di Istanbul.
Para petinggi Hindu India kemudian sadar, bahwa mereka
memiliki keinginan yang sama dengan umat Islam untuk mengusir
dominasi Inggris dari India. Mereka juga ingin mengembalikan
pemerintahan Hindu atas umat Hindu itu sendiri. Maka Mahatma
Gandhi mendekati pemimpin “Gerakan Khilafah” agar bisa
bergabung dengan gerakan tersebut. Pemimpin “Gerakan Khilafah”
menerima ajakan tersebut dan menjadi sekutu mereka, gerakan
tersebut menjadi koalisi Hindu-Muslim. Pemerintahan Islam atas
umat Islam, dan pemerintahan Hindu atas umat Hindu.
Hal ini membuat Inggris ketar ketir karena sangat mengancam
peradaban Eropa Barat, sebab mereka ingin memusnahkan segala
bentuk pemerintahan yang berdasarkan agama dan menggantinya
dengan konsep negara sekuler. Oleh karena itu, mereka
memanfaatkan Sir Sultan Muhammed Shah (Aga Khan III) yang
berpaham sekluer untuk membentuk ‘gerakan tandingan’ yang
bernama Liga Muslim India (All-India Musliim League).
Konsentrasi umat Islam jadi terpecah belah. Tahun 1924, pupus
sudah harapan kebangkitan Khilafah.
Ketika Khilafah sudah hilang pada tanggal 3 Maret 1924,
Syarief Husain akhirnya menyadari bahwa nasibnya dalam bahaya
besar, sebab Khilafah telah hancur total. Empat hari kemudian,
7 Maret 1924, dia memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah.
Oleh karena itu, Inggris kemudian memberikan “lampu hijau”
kepada Abdul Aziz ibn Saud untuk menaklukkan Hijaz dari
kekuasaan Husain, serta menjadikannya seorang Raja di Arab.
Dalam 6 bulan,pasukan Abdul Aziz berhasil menaklukkan Mekkah,
dan Husain lari ke Jeddah. Pada akhirnya Inggris menyediakan
tempat pengasingan yang nyaman di Siprus untuk Husain. Dan
segera setelah itu, Madinah dan Jeddah pun berada di bawah
kekuasaan Saudi-Wahabi.
Sebelumnya, hubungan Inggris dengan Abdul Aziz cukup mesra
ketika Inggris menawarkan £5.000/bulan dari Departemen
Keuangan Inggris sebagai imbalan (penyuapan) atas sikap
netralnya yang menguntungkan ketika terjadi pemberontakan
Husain melawan Khalifah, dan keberadaan militer Inggris di
semenanjung Arab melawan Khilafah Utsmaniyah. Abdul Aziz
menerima tawaran tersebut begitu saja. Lalu para “Ikhwan,”
yakni pasukan militernya bertanya kepadanya “bagaimana bisa
anda menanda-tangani perjanjian itu dan menerima uang
£5.000/bulan?” Abdul Aziz ibn Saud menjawab dengan alasan:
“Ini adalah Jizyah (Pajak non-Muslim).”
Agen Inggris Percy Cox (2) bersama para sekutu Inggris di
Arabia dalam rangka menghancurkan Khilafah Ottoman,
diantaranya: Ibn Saud (Arab Saudi) (1), Sheikh Kuwait (5),
Sheikh Muhamarah (4&6)
Sungguh celaka dan bodohnya Abdul Aziz saat itu, pengkhianatan
yang sangat besar terhadap umat Islam dengan menerima uang dan
menentang perintah Allah SWT saat bersekutu dengan Aliansi
Anglo Yahudi-Kristen Zionist (Q.S Al Maaida, 5 51)
“Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang
Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama
lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang
menjadikan mereka teman setia. Sungguh, Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Q.S Al Maa’idah,
5:51)
Tidak semua umat Yahudi dan umat Kristen yang disebutkan dalam
Surat di atas, melainkan sebagian Yahudi dan sebagian Nasrani,
di mana mereka saling bersekutu satu sama lain. Seperti halnya
apa yang dilakukan negara-negara Eropa Barat dan AS yang
mayoritas penduduknya beraga Kristen, yang mana negara mereka
sangat akrab dengan Negara Israel Yahudi (Zionis). Padahal
sebelumnya Kristen dan Yahudi saling bermusuhan dan tidak
akrab, karena umat Kristen menganggap bahwa orang-orang Yahudi
telah menyalib tuhan mereka. Untuk lebih jelasnya, biarkan
saya jelaskan melalui gambar berikut:
Oleh karena itu, siapapun, baik itu Muslim, Arab non-Muslim,
orang Hindu, orang China, orang Atheis, orang Jawa, Minang,
dan sebagainya, yang bersekutu dengan mereka (Anglo Yahudi
Kristen Zionis), maka mereka menjadi bagian dari mereka. Dan
kita umat Islam dilarang untuk berteman dan bersekutu dengan
mereka-mereka ini.
Pada tahun 1800an, persekutuan Saudi-Wahabi telah berhasil
menembus pertahanan Thaif dan Mekkah, kemudian terjadi
pertumpahan darah yang sangat mencengangkan. Wahabi, dengan
semangat fanatik mereka, menganggap umat Islam yang tinggal di
Hijaz sebagai Musyrikun dan sebagai akibatnya memperbolehkan
membunuh mereka. Khalifah di Istanbul memerintahkan Mamluke
Khedive Mesir, Muhammad Ali Pasha al-Mas’ud ibn Agha, untuk
mengutus pasukan ke Hijaz di bawah kepemimpinan anaknya
Ismail. Pasukan Saudi-Wahabi langsung diusir dari Hijaz ke
gurun pasir. Seabad kemudian sudah tidak ada lagi Khalifah dan
semua komunitas muslim yang kuat berada di bawah kekuasaan
penjajah Barat. Dengan demikian tidak ada kemungkinan
pengusiran pasukan Saudi-Wahabi dari Haramain dan Hijaz.
Ibnu Saud masih menghadapi masalah besar pada awal kekuasaanya
tahun 1924 . Dia harus merancang strategi jangka panjang agar
tidak terulang kembali kehancuran yang dialami penguasa SaudiWahabi yang menguasai Hijaz sebelumnya. Dia berpikir tentang
kebijakan damai dengan umat Islam non-Wahabi. Kemudian dia
mengumumkan proklamasi kepada seluruh dunia Islam bahwa dia,
Ibnu Saud, memerintah Hijaz hanya menjalankan mandat
kepercayaan, dan demi kepentingan seluruh dunia Islam.
–bagaimana perasaan umat Islam di Pakistan, India, Bangladesh
atau Bengali jika mengetahu kalau Ibnu Saud pernah mengatakan
demikian, betapa sakitnya hati mereka jika mengetahuinya.
Sebab mereka dikumpulkan seperti anjing jalanan, dimasukkan
truk karena masa berlaku visanya habis.Tidak itu saja, Inggris melindungi tahta Kerajaan Abdul Aziz
ibn Saud dengan bantuan militer agar Arab Saudi tidak mampu
ditaklukkan oleh umat Islam yang hendak mendirikan Khilafah.
Oleh karena itu, umat Islam tidak akan bisa mendirkan Khilafah
selama Inggris dan Amerika Serikat melindungi tahta Kerajaan
Arab Saudi.
Pertemuan Abdul Aziz Ibn Saud (Tengah) dengan Franklin D.
Roosebelt (kanan) pasca PD2 di geladak kapal penghancur AS USS
Murphy membahas peralihan protektor Arab Saudi dari Inggris
kepada USA (Negara Adi Kuasa yang baru). Hasil pertemuan
antara lain pendirian pangkalan militer AS di Dhahran Arab
Saudi.
Alasan Abdul Aziz ibn Saud mengumumkan proklamasi bahwa dia
memerintah Hijaz hanya mandat kepercayaan adalah karena
Universitas Al Azhar merespons keruntuhan Khilafah pada bulan
April 1924. Al Azhar menyatakan bahwa “Khilafah bagian dasar
dari agama dan Bid’ah dan Haram atas penghapusan Khilafah.” Al
Azhar kemudian mengadakan “Muktamar/Konferensi,” di mana
dengan bermusyawarah dan menunjuk Khalifah baru. Setelah Al
Azhar mengeluarkan pengumuman itu, anda bisa tahu bagaimana
kalang kabutnya Inggris saat itu.
Oleh karena itu Inggris menekan Raja Fuad, ayahnya Raja
Farouk, untuk menunda konferensinya. Pada akhirnya konferensi
baru bisa diadakan pada bulan Mei 1926. Inggris juga
menggunakan strategi lainnya untuk mengacaukannya. Inggris
mendatangi Abdul Aziz di Mekkah agar mengadakan konferensi
juga untuk umat Islam seluruh dunia di Mekkah pada saat ibadah
haji berlangsung, bulan Juni-Juli 1926. Mereka menamakan
kongres tersebut dengan nama Muktamar al-Alam al-Islami
(Kongres Muslim Sedunia).
Pada delegasi yang hadir pada Kongres Kairo adalah Mesir,
Libya, Tunisia, Maroko, Afrika Selatan, Hindia Belanda
(sekarang Indonesia), Yaman, Hijaz, Palestina, Irak dan
Polandia. Sangat menarik perhatian tidak hadirnya delegasi
dari banyak masyarakat dan negeri Islam penting, seperti
Turki, Persia (sekarang Iran), Afganistan, Najd (sekarang Arab
Saudi) dan masyarakat Muslim Rusia, Cina dan India.
Turki menolak undangan dengan jawaban dingin bahwa negaranya
tidak memiliki masalah Khilafah. Persia, negeri Syiah, jelas
tidak tertarik dengan Kongres Khilafah Sunni. Muslim Uni
Soviet, Cina dan India, sebagai minoritas yang tinggal di
lingkungan musuh, menerapkan sikap yang sama. Tapi pada
dasarnya mereka tidak hadir karena konferensi tandingan telah
diatur oleh pihak yang punya kekuatan riil, ‘Abdul Aziz ibn
Saud. Dan kongres Khilafah di Mekkah benar-benar sukses,
karena Inggris benar-benar bekerja untuk yang satu ini.
Anehnya pada tanggal 2 Juli 1926, dalam konferensi tersebut,
sang Raja Abdul Aziz berusaha mencapai tujuan gerakan Wahabi,
yakni meminta dunia Islam agar mengakui kekuasaan Saudi-Wahabi
atas Hijaz. Dan Kongres terebut tidak pernah sekalipun
membahas Khilafah dalam agenda konferensi mereka, melainkan
membahas masalah syariah, yakni menyingkirkan semua bid’ah dan
syirik.
Ketika Abdul Aziz meminta agar mengakui kekuasaan Saudi-Wahabi
atas Hijaz, pemimpin delegasi Muslim India berdiri dan angkat
bicara. Namanya adalah Maulana Mohammad Ali Jouhar, dia
berdiri dan berkata: “Enyahlah, kami tidak akan pernah
melakukannya!”, itulah kekuatan orang yang mengerti Islam dan
hidup secara Islam. Namun, delegasi lainnya hanya diam dan
tidak ingin terlalu menekan Abdul Aziz. Sehingga konferensi
menghasilkan kesepatakan, yakni diakuinya kekuasaan SaudiWahabi atas Hijaz. Mereka memutuskan akan ada pertemuan
selanjutnya setiap tahun, tapi nyatanya itu menjadi pertemuan
terakhir.
Pada
tahun
1931,
Haji
Amin
al-Hussaini
di
Yerusalem,
mengatakan bahwa peningkatan ancaman kaum Yahudi di Tanah Suci
membutuhkan tanggapan dari dunia Islam. Mohammad Ali Jouhar,
Maulana Shaukat Ali dan Haji Amin al-Hussaini menimbang
perlunya mengadakan sebuah konferensi lagi. Konferensi itu
diberi dengan nama Konferensi Al Aqsa. Konferensi juga
diadakan pada tahun 1933, tapi karena konferensi diadakan di
wilayah yang sedang dikuasai zionist, maka hasil dari
konferensi tersebut tidak berdampak apapun terhadap dunia
Islam.
Sejak saat itu sampai detik ini, tidak ada lagi usaha yang
signifikan dari dunia Islam untuk mengembalikan Khilafah.
Kenapa ?
“Selama Inggris dan Amerika Serikat menjaga keamanan Hijaz
(Arab Saudi), Kita Tidak Akan Pernah Bisa Mengembalikan
Khilafah!”
Pada akhirnya, setelah Khilafah Utsmaniyah hancur, dan negara
Arab Saudi lahir. Negara Israel kemudian berdiri pada tahun
1948. Banyak pihak khususnya negara-negara Arab yang menentang
kemerdekaan Negara Israel tersebut. Bahkan, Negara Israel juga
ditentang oleh kelompok Yahudi Ortodoks. Kelompok Yahudi
Ortodoks menuding bahwa Talmud adalah kitab iblis yang telah
‘mencemari kesucian’ Taurat yang diturunkan Tuhan kepada Musa
as.
Ada kemiripan antara Arab Saudi dan Negara Israel, di mana
keduanya akan terancam jika Khilafah berdiri kembali. Kedua,
keduanya sama-sama menguasai Kota Suci, yakni Mekkah, Madinah,
dan Yerusalem (Masjid Al Aqsa). Ketiga, keduanya membatasi
umat Islam untuk melaksanakan ibadah, yakni ibadah Haji dan
sholat di Masjid Al Aqsa. Anda heran?
Apakah saat ini umat Islam
Saudi bisa melaksanakan
permohonan ‘visa’? Padahal
berlaku, bahkan umat Islam
yang bukan kewarganegaraan Arab
ibadah Haji tanpa mengajukan
di masa Khilafah, hal ini tidak
cukup mengucapkan Syahadat kalau
hendak memasuki Negara Khilafah.
Maka dari itu, konsep negara sekuler telah menggantikan
Khilafah, dan membuat umat Islam terpecah belah. Negara
sekuler menawarkan konsep yang sejatinya syirik, walaupun
mayoritas rakyatnya Muslim, di mana jika Pemimpin dan
Pemerintah suatu negara sekuler menghalalkan apa yang Allah
SWT haramkan, atau sebaliknya, maka itu adalah syirik. Dan
jika anda mengakui apa yang dilakukan pemerintah anda
tersebut, maka anda pun akan terkena dosa syirik, seperti
halnya anda mengikuti “Pemilu”.
Silahkan jika anda tidak mempercayainya. Kami hanya
menyampaikan hal yang baik walau satu ayat, dan jangan ada
pertumpahan darah di antara kita. Dan kami berdakwah bukan
untuk menyenangkan hati orang-orang, melainkan karena Allah
SWT.
Tapi jika anda mengetahui bahwa hal ini benar ketika anda
berada di liang kubur nanti, maka jangan berkata “saya tidak
tahu”, dan jangan salahkan kami, pemerintah anda, atau pihak
lain. Sebab, pihak lain tidak akan bertanggung jawab atas dosa
anda, bahkan Iblis pun tidak akan bertanggung jawab atas dosa
anda.
Sejatinya, dari segi politik, tujuan utama disebarkannya
konsep negara sekuler di seluruh dunia adalah untuk menggiring
seluruh manusia, termasuk umat Islam, ke dalam politik global.
Sehingga pada akhirnya, dunia akan memiliki satu pemerintahan
dunia dan menjadikan Zionis Yahudi Israel sebagai
penguasa/adidaya dunia.
Sheikh Imran Hosein
Rio Esvaldino
Sumber:
Video, Sheikh Imran Nazar Hosein – Imam Al-Mahdi & Kembalinya
Khilhafah https://www.youtube.com/watch?v=qTfr1AFWT3c
KHILAFAH, HIJAZ DAN NEGARA-BANGSA
SAUDI-WAHABI
Silahkan unduh e-book nya di bawah ini.
Download
Download