Hancurnya Khilafah dan Syirik Merajalela Apa itu Khilafah? Khilafah adalah sebuah negara dan pemerintahan yang tunduk kepada kewenangan Allah SWT. Khilafah juga merupakan sistem kepemimpinan umat, dengan menggunakan Islam sebagai Ideologi serta undang-undangnya mengacu kepada Al-Quran & Hadist. Apa itu Islam? Islam adalah tunduk berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT, tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT sebagai Al-Malik. Al Malik adalah Sifat Dzat Allah yang artinya “Maha Penguasa,” Yang Memerintah seluruh alam. Lahul Mulk, “Kedaulatan Hanya MilikNya.” Oleh karena itu, jika anda menyatakan, meyakini atau mengakui bahwa ada sesuatu yang memiliki kedaulatan selain Allah SWT, itu artinya sama saja dengan mengucapkan good bye pada Allah SWT. Anda tahu itu? Islam juga merupakan tunduk dan patuh kepada Allah SWT sebagai Al Akbar, dan Allah SWT memperingatkan anda bahwa Dia Al Akbar ketika , karena tanpa mengucapkan “Allahu Akbar” di dalam sholat, anda “Tidak Bisa Bergerak! Atau Melanjutkan Sholat Anda.” Al Akbar adalah “Yang Memiliki Kekuasan Tertinggi,” maka jika seorang Muslim mengakui yang lain berkuasa atas anda selain Allah, sama artinya dengan mengucapkan “selamat tinggal” kepada Allah SWT, sebagai Al Akbar! Islam juga merupakan tunduk dan patuh kepada Allah SWT sebagai Al Hakam. Al Hakam adalah “Maha Menetapkan Hukum”, tidak hanya membuat Hukum, tetapi hukumNya adalah Hukum Tertinggi. Jika Dia menetapkan sesuatu “Haram,” maka Muslim juga harus menetapkan sesuatu itu “Haram.” Begitu pula jika Allah SWT menetapkan sesuatu “Halal,” maka Muslim juga harus menetapkan sesuatu itu “Halal.” Jadi siapapun yang tunduk dan patuh pada hokum selain Hukum Allah SWT, sebagai Hukum Tertinggi, berarti sama artinya mengucakan “selamat tinggal” kepada Allah SWT sebagai Al Hakam. Dalam terminologi politik Islam, hal ini disebut “Syirik.” Ketika Fir’aun menyatakan “Ana rabbukumul a’la” (akulah tuhanmu yang paling tinggi), “akulah yang orang yang mempunyai kewenangan tertinggi,” ini adalah Syirik!. Ketika dia menyatakan “hukumku adalah hukum tertinggi di tanah Mesir,” itu adalah Syirik! Dan Allah SWT menghukumnya dengan hukuman yang mengerikan karena perbuatan syiriknya. Oleh karena itu, didirikanlah Khilafah yang mana sistem pemerintahannya tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Namun kini Khilafah telah hancur! Siapa yang menghancurkannya? Kenapa dihancurkan? Bagaimana kehancurannya? Kapan dihancurkan? Dengan apa Khilafah digantikan? Dan apa tujuannya? Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang sangat-sangat penting, di mana hanya segelintir orang yang bisa menjawabnya. Kehancuran Khilafah Umat Yahudi sampai saat ini masih berkeyakinan bahwa Tanah Suci (Yerusalem) adalah milik mereka (Yahudi), bukan milik umat non-yahudi. Bahkan setelah mereka hidup berdiaspora (menyebar) selama 2000 tahun lamanya, mereka masih saja merasa Tanah Suci ditakdirkan untuk mereka, dan kembali ke Tahah Suci bukan sebagai turis, bukan! Melainkan kembali ke Tanah Suci dan mengklaim bahwa Tanah Suci sebagai milik mereka! Selama 2000 tahun Yahudi punya mimpi indah bahwa Negara Israel-nya Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as akan didirikan kembali. Dan zaman keemasan pun akan jadi milik mereka, sebagaimana Negara Israel di zaman Nabi Daud as dan Nabi Sulaiman as menjadi super power. Ini adalah cita-cita dan impian Yahudi! Untuk mewujudkan impian mereka itu, mereka harus menghancurkan Khilafah Utsmaniyah yang menghalangi tujuan mereka. Oleh karena itu, kini serangan dilancarkan untuk menghacurkan Khilafah. Pertama-tama mereka melancarkan serangan filosofi terhadap umat Islam, yang sebelumnya telah menyerang umat Kristen Eropa, yang dikenal peristiwa “Renaissance.” Serangan filosofi tersebut adalah “Materialisme,” yakni filsafat yang menyatakan bahwa “Tidak ada yang nyata di dunia ini materi.” Eropa pada abad pertengahan Pada abad ke-14 sampai abad ke-17, terjadi perubahan peradaban Eropa yang sebelumnya didasari dengan pondasi keagamaan berubah menjadi peradaban yang tak bertuhan. Agama Kristen saat itu sangat mempengaruhi kebijkan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau kerajaan-kerajaan Eropa. Berbegai hal yang dilakukan demi kepentingan gereja, dan hal-hal yang merugikan gereja akan mendapatkan balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dengan gereja sehingga Copernicus dibunuh. Dengan adanya berbagai pembatasan yang dilakukan pihak pemerintah atas saran dari gereja maka timbullah sebuah gerakan kultural (Renaissance), pada awalnya pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad 15. Sebelum gereja mempunyai perang penting dalam pemerintah, golongan ksatria hidup dalam kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran. Namun, ketika dominasi gereja mulai berpengaruh maka hal seperti itu tidak mereka peroleh sehingga timbullah semangat Renaissance. Doktrin ciptaan orang Eropa inilah yang kemudian menyerang umat Islam di zaman Khilafah Utsmaniyah. Kemudian dari filsafat “materialisme,” muncul filsafat politik baru, yakni dengan menyatakan “Karena tidak ada yang nyata di dunia ini selain material, kita tidak lagi bisa mengakui kedaulatan Yang Ada Di Atas Sana (Tuhan), maka kedaulatan sekarang harus ditempatkan di bawah sini (berada dalam tangan manusia).” Dengan kata lain, manusialah yang kini berdaulat, bukan lagi Tuhannya Nabi Ibrahim [as]. Kemudian manusia mendirikan sebuah negara dan menempatkan kedaulatan di bawah negara. Konsep ini bukanlah ciptaan dunia Islam, melainkan ciptaan orang Eropa. Kini, tidak hanya negara yang berdaulat, tapi juga kewenangan negara adalah yang tertinggi. Dan sekarang negaralah yang menentukan dan membuat hukum-hukum (undang-undang), dan hukum negara lah hukum yang tertinggi, bukan lagi berdasarkan agama. Dan lebih dari itu, ketika Tuhannya Nabi Ibrahim as menentukan sesuatu itu “Haram,” kini negara bisa merubahnya dan menjadikannya “Halal” (Legal), begitupun sebaliknya. Di zaman modern ini, mereka menyatakan dalam Piagam PBB Artikel 24 dan 25, bahwa “Dewan Keamanan PBB memiliki kewenangan tertinggi di dunia yang berkaitan dengan perdamaian dan keamanan dunia.” Ini jelas syirik! http://www.un.org/en/sections/un-charter/chapter-v/ Ketika mereka menghalalkan apa yang Allah SWT haramkan, dan mengharamkan apa yang Allah SWT haramkan, ini adalah syirik! “Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahibnya sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan” (Q.S At Taubah, 9:31) Adi bin Hatim ra berkata: Saya mendatangi Rasulullah saw dengan mengenakan kalung salib dari perak di leherku. Rasulullah saw bersabda, “Wahai Adi, lemparkanlah patung itu dari lehermu.” Kemudian saya melemparkannya. Setelah itu, Beliau membaca ayat ini: Ittakhadzû ahbârahum wa ruhbânahum min dûni Allâh, hingga selesai. Saya berkata, “Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka.” Beliau bersabda: “Bukankah para pendeta dan rahib itu mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, lalu kalian mengharamkannya; menghalalkan apa yang diharamkan Allah, lalu kalian menghalalkannya.” Aku menjawab, “Memang begitulah.” Beliau bersabda, “Itulah ibadah (penyembahan) mereka kepada pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka.” (H.R ath-Thabrani) Jika para rahib dan pendeta menghalalkan apa yang Allah SWT haramkan adalah perbuatan syirik, dan pemerintah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan para rahib dan pendeta itu, apakah itu bukan syirik ? Apakah anda baru mengetahuinya? Jika anda baru mengetahuinya, berarti selama ini anda hidup di disney land (dunia Dajjal). Jadi, dengan serangan filsafat itulah orang Eropa menyerang Khilafah Utsmaniyah sebelum melakukan serangan dari segi militer. Lalu mereka mengirim agen mata-mata (Al Jassasah) untuk menyusupi pusat pemerintahan Khilafah Utsmaniyah di Istanbul, dan menciptakan gerakan yang dikenal dengan “Young Turks.” Kemudian gerakan ini mendirikan sebuah partai politik yang bernama “Partai Persatuan dan Kemajuan” atau “Party of Union Progress”(CUP). Di partai tersebut, ditempatkanlah orang yang bernama Mustafa Kemal Ataturk. Melalui partai tersebut mereka mencuci otak umat Islam di Istanbul agar menerima politik sekuler yang berasal dari Eropa. Setelah berhasil mendoktrin umat Islam di Istanbul, khususnya para pemuda, barulah kini mereka melancarkan serangan militer. Pada tahun 1897, hal aneh terjadi, yakni orang Eropa Yahudi (Yahudi Ashkenazi) membentuk sebuah gerakan zionisme. Seperti yang kami bahas sebelumnya di artikel Ya’juj dan Ma’juj, yang mana gerakan tersebut bertepatan dengan ditemukannya jasad Fir’aun. Setelah gerakan zionisme terbentuk, kemudian mereka mulai merancang skenario untuk menyerang Khilafah Utsmaniyah dari segi militer. Namun mereka harus merencanakannya dengan sangat matang dan dengan bantuan dana dan politik yang sangat besar. Jauh sebelum itu, mereka telah menghasilkan dana dengan cara ‘Riba.’ Keluarga Rothschild lah yang pertama kali menggunakan cara Riba di Eropa. Yahudi Eropa ini benar-benar sangat kuat, bahkan mereka bisa memanfaatkan dan mengadu domba Kekaisaran Inggris dan Kekaisaran Perancis. Dan melalui peperangan antara Perancis dan Inggris pada tahun 1800an, Rothschild memperoleh keuntungan besar. Dan keluarga Rothschild menjadi tulang punggung keberlangsungan hidup organisasi zionist. Hal aneh lainnya juga terjadi, kekayaan mereka meningkat pesat setelah ditemukannya berlian (Kimberly Diamond) di Afrika Selatan pada pertengahan abad ke-19. Melalui perusahaan De Beers dan didanai Rothschild, mereka menguasai kawasan tersebut dan menjual berlian itu dengan harga yang sangat tinggi, karena mereka menguasai pasar Internasional dan menciptakan monopoli melalui aliansi De Beers. Apakah anda pikir ini terjadi secara kebetulan? Jika anda berpikir seperti itu, berarti anda sedang hidup di disney land. Hadits menyatakan tentang harta kekayaan tersebut: “Dan ia (dajjal) melalui hutan rimba, dan ia berkata kepadanya: Keluarkanlah kekayaanmu, maka kekayaaan rimba itu mengikuti dia, bagaikan lebah mengikuti ratunya” (Misykat, halaman 473). Juga pada saat yang sama, hal aneh lainnya juga terjadi, yakni “Revolusi Industri” (sains & teknologi) di Inggris, kemudian menyebar ke seluruh dunia. Dengan teknologi yang luar biasa, mereka dengan mudahnya mengeruk kekayaan yang ada di bumi dan dimanfaatkan demi agenda mereka. Dengan kekayaan yang melimpah, sudah saatnya mereka melancarkan serangan militer terhadap Kesultanan Utsmaniyah dan mengendalikan dunia. Mereka membutuhkan Perang Dunia untuk menghacurkan Khilafah Utsmaniyah, sebab Khilafah Utsmaniyah adalah imperium yang sangat kuat yang mampu memobilisasi umat Islam dalam sekejap dengan mendeklarasikan “Jihad.” Untuk melancarkan perang, terlebih dahulu mereka harus merancang sebuah konspirasi. Saat itu terdapat 6 kekuatan besar Eropa, yakni Britania Raya, Kekaisaran Jerman, Kekaisaran Austria-Hongaria, Kesultanan Utsmaniyah, Kekaisaran Russia, dan Republik Perancis. Perang tersebut dirancang dengan kasus “Pembunuhan Putra Mahkota Pewaris Tahta Austria-Hongaria,” Franz Ferdinand Carl Ludwig Joseph Maria pada tanggal 28 Juni 1914, dan meninggalkan sidik jari yang mengarah ke Russia. Maka, Kekaisaran Austria-Hongaria tidak punya pilihan lagi selain menyerang Kekaisaran Russia, namun Kekaisaran Russia telah memiliki perjanjian keamanan dengan Britania Raya dan Republik Perancis. Karena posisi Sekretaris Negara dan Menlu Britania Raya telah diisi oleh orang Yahudi, maka Britania Raya juga menyatakan perang dengan Kekaisaran Austria-Hongaria. Kekaisaran AustriaHongaria tidak sendiri, mereka juga memiliki hubungan rasial dengan Kekaisaran Jerman. Maka dari itu Jerman ikut campur dalam perang. Kemudian mereka (Zionist) berusaha melobi Kesultanan Utsmaniyah untuk ikut campur dalam peperangan, tapi Khalifah di Istanbul tidak ingin masuk dalam peperangan, karena dia tahu betapa lemahnya pasukan Khilafah Utsmaniyah dalam hal teknologi militer. Namun melalui intrik internal di Istanbul, Khilafah Utsmaniyah akhirnya ikut perang dengan dalih hubungan buruk dengan Kekaisaran Russia. Perang Dunia I pun dimulai. Inggris kemudian mengirim agen mata-mata (Al Jassasah) mereka ke Arab dengan berpenampilan Muslim. Agen tersebut mendatangi tokoh-tokoh penting di Arab, yaitu Syarif Husain (Gubernur Mekkah), Abdul Aziz ibn Saud dan yang lainnya. Syarief Husain ditawari iming-iming harta £7.000.000 (Poundsterling) dan menawarinya kemerdekaan di tanah hijaz dan memisahkan Arab dari Kesultanan Utsmaniyah, serta menjadikannya sebagai Raja Arab (bukan Khalifah). T.E Lawrence alias Lawrence of Arabia T.E Lawrence alias Lawrence of Arabia, agen Inggris yang bertugas sebagai penghubung kepada Ibn. Saud (Saudi), Raja Faisal (Suriah) dan Raja Husein (Transjordan) dalam rangka supply uang dan senjata dari Inggris. Dengan begitu Khilafah kehilangan legitimasinya, seorang Khalifah (Amir) tidak lagi bisa menunaikan ibadah haji semaunya, sebab yang menguasai haramain berada dalam genggaman otoritas lain. Atau saat ini, umat Islam selain Arab Saudi tidak lagi bisa menunaikan ibadah haji karena harus mengajukan permohonan visa kepada Arab Saudi. Inilah dampak dari penggunaan konsep negara sekuler. Selain itu, Khilafah tidak lagi bisa dibangkitkan karena telah dicegah oleh zionist dengan berbagai cara. Dengan terpisahnya Hijaz dari kekuasaan Khilafah Utsmaniyah, maka Khilafah Utsmaniyah mengalami kekacauan dan tercerai berai. Dengan begitu, Inggris bisa menaklukkan Tanah Suci yang dikuasai Khilafah Utsmaniyah. Ketika Inggris menguasai sebagian wilayah Palestina, secara mengejutkan Kapal Selam (Submarines) Jerman muncul dalam peperangan. Jerman menjadi superior dan berhasil menundukkan Perancis dan mengepung Britania Raya (Inggris). Inggris akhirnya terpojok dan menyerah kepada Jerman. Inilah saatnya bagi zionist memanfaatkan kekayaannya serta kekuatan lobinya untuk menggiring sang Kuda Hitam (Amerika Serikat) memasuki panggung Perang Dunia. Amerika Serikat membuat Jerman mundur dan menjadi pemenang pada Perang Dunia. Pada tanggal 2 November 1917, Menlu Inggris Arthur James Balfour mengirimkan surat kepada Lord Rothschild selaku pemimpin komunitas Yahudi Inggris, untuk dikirimkan kepada Federasi Zionist. Surat itu menyatakan posisi pemerintah Inggris mendukung rencana-rencana Zionist merebut dan menguasai Tanah Suci. Inggris bersedia memberikan Tanah Suci kepada gerakan zionist ketika mereka berhasil menaklukkannya. Surat tersebut dikenal dengan nama “Deklarasi Balofour.” Dr. Chaim Weizmann (Ahli Teknik Kimia), salah satu tokoh utama gerakan Zionist yang pertama, bersama dengan Raja Faisal (Suriah). Gerakan Zionist memeberikan dukungan emas dan senjata Percakapan Dr. Chaim Weizmann yang sedang melobi Arthur James Balfour: Arthur James Balfour: “Mengapa Palestina dan hanya Palestina saja yang diinginkan menjadi basis Zionisme ? Semua tempat yang lain akan menjadi pemberhalaan” Dr. Chaim Weizmann: “Tuan Balfour, andai saya menawarkan Anda Paris sebagai ganti London, akankah Anda mengambilnya?” Arthur James Balfour: “Namun Dr. Weizmann, kami memiliki London” Dr. Chaim Weizmann: “Itu benar, namun kami memiliki Yerusalem dulu saat London masih rawa.” Tak lama kemudian, seiring tercerai-berainya Kesultanan Ustmaniyah, Jend. Inggris, Edmund Allenby dan pasukannya sudah lebih dulu menyerang pasukan Kesultanan Utsmaniyah yang menguasai Yerusalem (Tanah Suci). Banyak muslim Arab dan Punjabi bertempur di bawah komando Jend Allenby menyerang pasukan Khilafah Utsmaniyah di Tanah Suci saat itu, dan pada akhirnya Tanah Suci ditaklukkan. Saat itu adalah hari yang sangat menggemberikan bagi Yahudi, karena impian mereka sebentar lagi akan tercapai. Setelah itu, Inggris memberikan wilayah Tanah Suci yang telah direbutnya kepada gerakan zionisme yang telah disetujui dalam surat ‘Deklarasi Balfour’. Dan populasi Yahudi di Tanah Suci meningkat setelah peristiwa imigrasi Yahudi dari Eropa, hingga pada akhirnya Negara Israel berdiri pada tahun 1948. Jend. Allenby dan Raja Faisal (Suriah) Pada tahun 1919 Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman) mulai runtuh, lalu Pasukan Yunani menyerang ibu kota Anatolia, dan warga Ottoman saat itu ketakutan karena orang Yunani sangat dendam kepada mereka sejak lama. Maka agen mereka yang bernama Mustafa Kemal Ataturk tadi muncul kepermukaan bagaikan pahlawan dengan menyatakan bahwa dia akan menyelamatkan Turki dari amukan pasukan Yunani dan mengalahkan pasukan Inggris. Dengan begitu, dia berkuasa secara de facto. Pada tahun 1921, diadakan pertemuan untuk membahas perdamaian di Turki, dan dari pertemuan itu lahirlah Republik Turki (Sekuler) dengan Mustafa Kemal Ataturk sebagai Presiden pertamanya. Mustafa Kemal Tapi saat itu Mustafa Kemal mengetahui bahwa Rakyat Turki mencintai sang Khalifah (Amir), maka dia merubah status Khalifah menjadi seorang “Paus” seperti halnya di Eropa. Dengan kata lain, Khalifah tidak lagi mengintervensi pemerintahan Republik Turki. Lembaga-lembaga Khilafah Utsmaniyah saat itu menurun statusnya menjadi lembaga di bawah lembaga pemerintah Republik Turki. Pada 3 Maret 1924, Inggris mendesak Mustafa Kemal untuk menghapus Khilafah serta lembaga-lembaganya. Pertanyaannya adalah mengapa Inggris melakukan hal itu, padahal Tanah Suci sudah berhasil ditaklukkan dan Republik Turki sudah didirikan? Jawabannya ada di India! Saat Khilafah di Turki dihapus secara total, Ulama-ulama Islam India yang saat itu paling berpengaruh di dunia, seperti Mohammad Ali Jouhar, Maulana Shaukat Ali, Maulana Syed Sulaiman Nadvi, Mufti Kifayatullah Dihlawi, dan orang-orang yang tidak hanya mengerti Islam, tapi juga hidup secara Islam, memimpin umat Islam di India untuk menghilangkan dominasi Inggris di India dan menciptakan pemerintahan Islam melalui “Gerakan Khilafah.” Gerakan tersebut mulai memobilisasi umat Islam untuk berjuang mengembalikan Khilafah di Istanbul. Para petinggi Hindu India kemudian sadar, bahwa mereka memiliki keinginan yang sama dengan umat Islam untuk mengusir dominasi Inggris dari India. Mereka juga ingin mengembalikan pemerintahan Hindu atas umat Hindu itu sendiri. Maka Mahatma Gandhi mendekati pemimpin “Gerakan Khilafah” agar bisa bergabung dengan gerakan tersebut. Pemimpin “Gerakan Khilafah” menerima ajakan tersebut dan menjadi sekutu mereka, gerakan tersebut menjadi koalisi Hindu-Muslim. Pemerintahan Islam atas umat Islam, dan pemerintahan Hindu atas umat Hindu. Hal ini membuat Inggris ketar ketir karena sangat mengancam peradaban Eropa Barat, sebab mereka ingin memusnahkan segala bentuk pemerintahan yang berdasarkan agama dan menggantinya dengan konsep negara sekuler. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan Sir Sultan Muhammed Shah (Aga Khan III) yang berpaham sekluer untuk membentuk ‘gerakan tandingan’ yang bernama Liga Muslim India (All-India Musliim League). Konsentrasi umat Islam jadi terpecah belah. Tahun 1924, pupus sudah harapan kebangkitan Khilafah. Ketika Khilafah sudah hilang pada tanggal 3 Maret 1924, Syarief Husain akhirnya menyadari bahwa nasibnya dalam bahaya besar, sebab Khilafah telah hancur total. Empat hari kemudian, 7 Maret 1924, dia memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah. Oleh karena itu, Inggris kemudian memberikan “lampu hijau” kepada Abdul Aziz ibn Saud untuk menaklukkan Hijaz dari kekuasaan Husain, serta menjadikannya seorang Raja di Arab. Dalam 6 bulan,pasukan Abdul Aziz berhasil menaklukkan Mekkah, dan Husain lari ke Jeddah. Pada akhirnya Inggris menyediakan tempat pengasingan yang nyaman di Siprus untuk Husain. Dan segera setelah itu, Madinah dan Jeddah pun berada di bawah kekuasaan Saudi-Wahabi. Sebelumnya, hubungan Inggris dengan Abdul Aziz cukup mesra ketika Inggris menawarkan £5.000/bulan dari Departemen Keuangan Inggris sebagai imbalan (penyuapan) atas sikap netralnya yang menguntungkan ketika terjadi pemberontakan Husain melawan Khalifah, dan keberadaan militer Inggris di semenanjung Arab melawan Khilafah Utsmaniyah. Abdul Aziz menerima tawaran tersebut begitu saja. Lalu para “Ikhwan,” yakni pasukan militernya bertanya kepadanya “bagaimana bisa anda menanda-tangani perjanjian itu dan menerima uang £5.000/bulan?” Abdul Aziz ibn Saud menjawab dengan alasan: “Ini adalah Jizyah (Pajak non-Muslim).” Agen Inggris Percy Cox (2) bersama para sekutu Inggris di Arabia dalam rangka menghancurkan Khilafah Ottoman, diantaranya: Ibn Saud (Arab Saudi) (1), Sheikh Kuwait (5), Sheikh Muhamarah (4&6) Sungguh celaka dan bodohnya Abdul Aziz saat itu, pengkhianatan yang sangat besar terhadap umat Islam dengan menerima uang dan menentang perintah Allah SWT saat bersekutu dengan Aliansi Anglo Yahudi-Kristen Zionist (Q.S Al Maaida, 5 51) “Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Q.S Al Maa’idah, 5:51) Tidak semua umat Yahudi dan umat Kristen yang disebutkan dalam Surat di atas, melainkan sebagian Yahudi dan sebagian Nasrani, di mana mereka saling bersekutu satu sama lain. Seperti halnya apa yang dilakukan negara-negara Eropa Barat dan AS yang mayoritas penduduknya beraga Kristen, yang mana negara mereka sangat akrab dengan Negara Israel Yahudi (Zionis). Padahal sebelumnya Kristen dan Yahudi saling bermusuhan dan tidak akrab, karena umat Kristen menganggap bahwa orang-orang Yahudi telah menyalib tuhan mereka. Untuk lebih jelasnya, biarkan saya jelaskan melalui gambar berikut: Oleh karena itu, siapapun, baik itu Muslim, Arab non-Muslim, orang Hindu, orang China, orang Atheis, orang Jawa, Minang, dan sebagainya, yang bersekutu dengan mereka (Anglo Yahudi Kristen Zionis), maka mereka menjadi bagian dari mereka. Dan kita umat Islam dilarang untuk berteman dan bersekutu dengan mereka-mereka ini. Pada tahun 1800an, persekutuan Saudi-Wahabi telah berhasil menembus pertahanan Thaif dan Mekkah, kemudian terjadi pertumpahan darah yang sangat mencengangkan. Wahabi, dengan semangat fanatik mereka, menganggap umat Islam yang tinggal di Hijaz sebagai Musyrikun dan sebagai akibatnya memperbolehkan membunuh mereka. Khalifah di Istanbul memerintahkan Mamluke Khedive Mesir, Muhammad Ali Pasha al-Mas’ud ibn Agha, untuk mengutus pasukan ke Hijaz di bawah kepemimpinan anaknya Ismail. Pasukan Saudi-Wahabi langsung diusir dari Hijaz ke gurun pasir. Seabad kemudian sudah tidak ada lagi Khalifah dan semua komunitas muslim yang kuat berada di bawah kekuasaan penjajah Barat. Dengan demikian tidak ada kemungkinan pengusiran pasukan Saudi-Wahabi dari Haramain dan Hijaz. Ibnu Saud masih menghadapi masalah besar pada awal kekuasaanya tahun 1924 . Dia harus merancang strategi jangka panjang agar tidak terulang kembali kehancuran yang dialami penguasa SaudiWahabi yang menguasai Hijaz sebelumnya. Dia berpikir tentang kebijakan damai dengan umat Islam non-Wahabi. Kemudian dia mengumumkan proklamasi kepada seluruh dunia Islam bahwa dia, Ibnu Saud, memerintah Hijaz hanya menjalankan mandat kepercayaan, dan demi kepentingan seluruh dunia Islam. –bagaimana perasaan umat Islam di Pakistan, India, Bangladesh atau Bengali jika mengetahu kalau Ibnu Saud pernah mengatakan demikian, betapa sakitnya hati mereka jika mengetahuinya. Sebab mereka dikumpulkan seperti anjing jalanan, dimasukkan truk karena masa berlaku visanya habis.Tidak itu saja, Inggris melindungi tahta Kerajaan Abdul Aziz ibn Saud dengan bantuan militer agar Arab Saudi tidak mampu ditaklukkan oleh umat Islam yang hendak mendirikan Khilafah. Oleh karena itu, umat Islam tidak akan bisa mendirkan Khilafah selama Inggris dan Amerika Serikat melindungi tahta Kerajaan Arab Saudi. Pertemuan Abdul Aziz Ibn Saud (Tengah) dengan Franklin D. Roosebelt (kanan) pasca PD2 di geladak kapal penghancur AS USS Murphy membahas peralihan protektor Arab Saudi dari Inggris kepada USA (Negara Adi Kuasa yang baru). Hasil pertemuan antara lain pendirian pangkalan militer AS di Dhahran Arab Saudi. Alasan Abdul Aziz ibn Saud mengumumkan proklamasi bahwa dia memerintah Hijaz hanya mandat kepercayaan adalah karena Universitas Al Azhar merespons keruntuhan Khilafah pada bulan April 1924. Al Azhar menyatakan bahwa “Khilafah bagian dasar dari agama dan Bid’ah dan Haram atas penghapusan Khilafah.” Al Azhar kemudian mengadakan “Muktamar/Konferensi,” di mana dengan bermusyawarah dan menunjuk Khalifah baru. Setelah Al Azhar mengeluarkan pengumuman itu, anda bisa tahu bagaimana kalang kabutnya Inggris saat itu. Oleh karena itu Inggris menekan Raja Fuad, ayahnya Raja Farouk, untuk menunda konferensinya. Pada akhirnya konferensi baru bisa diadakan pada bulan Mei 1926. Inggris juga menggunakan strategi lainnya untuk mengacaukannya. Inggris mendatangi Abdul Aziz di Mekkah agar mengadakan konferensi juga untuk umat Islam seluruh dunia di Mekkah pada saat ibadah haji berlangsung, bulan Juni-Juli 1926. Mereka menamakan kongres tersebut dengan nama Muktamar al-Alam al-Islami (Kongres Muslim Sedunia). Pada delegasi yang hadir pada Kongres Kairo adalah Mesir, Libya, Tunisia, Maroko, Afrika Selatan, Hindia Belanda (sekarang Indonesia), Yaman, Hijaz, Palestina, Irak dan Polandia. Sangat menarik perhatian tidak hadirnya delegasi dari banyak masyarakat dan negeri Islam penting, seperti Turki, Persia (sekarang Iran), Afganistan, Najd (sekarang Arab Saudi) dan masyarakat Muslim Rusia, Cina dan India. Turki menolak undangan dengan jawaban dingin bahwa negaranya tidak memiliki masalah Khilafah. Persia, negeri Syiah, jelas tidak tertarik dengan Kongres Khilafah Sunni. Muslim Uni Soviet, Cina dan India, sebagai minoritas yang tinggal di lingkungan musuh, menerapkan sikap yang sama. Tapi pada dasarnya mereka tidak hadir karena konferensi tandingan telah diatur oleh pihak yang punya kekuatan riil, ‘Abdul Aziz ibn Saud. Dan kongres Khilafah di Mekkah benar-benar sukses, karena Inggris benar-benar bekerja untuk yang satu ini. Anehnya pada tanggal 2 Juli 1926, dalam konferensi tersebut, sang Raja Abdul Aziz berusaha mencapai tujuan gerakan Wahabi, yakni meminta dunia Islam agar mengakui kekuasaan Saudi-Wahabi atas Hijaz. Dan Kongres terebut tidak pernah sekalipun membahas Khilafah dalam agenda konferensi mereka, melainkan membahas masalah syariah, yakni menyingkirkan semua bid’ah dan syirik. Ketika Abdul Aziz meminta agar mengakui kekuasaan Saudi-Wahabi atas Hijaz, pemimpin delegasi Muslim India berdiri dan angkat bicara. Namanya adalah Maulana Mohammad Ali Jouhar, dia berdiri dan berkata: “Enyahlah, kami tidak akan pernah melakukannya!”, itulah kekuatan orang yang mengerti Islam dan hidup secara Islam. Namun, delegasi lainnya hanya diam dan tidak ingin terlalu menekan Abdul Aziz. Sehingga konferensi menghasilkan kesepatakan, yakni diakuinya kekuasaan SaudiWahabi atas Hijaz. Mereka memutuskan akan ada pertemuan selanjutnya setiap tahun, tapi nyatanya itu menjadi pertemuan terakhir. Pada tahun 1931, Haji Amin al-Hussaini di Yerusalem, mengatakan bahwa peningkatan ancaman kaum Yahudi di Tanah Suci membutuhkan tanggapan dari dunia Islam. Mohammad Ali Jouhar, Maulana Shaukat Ali dan Haji Amin al-Hussaini menimbang perlunya mengadakan sebuah konferensi lagi. Konferensi itu diberi dengan nama Konferensi Al Aqsa. Konferensi juga diadakan pada tahun 1933, tapi karena konferensi diadakan di wilayah yang sedang dikuasai zionist, maka hasil dari konferensi tersebut tidak berdampak apapun terhadap dunia Islam. Sejak saat itu sampai detik ini, tidak ada lagi usaha yang signifikan dari dunia Islam untuk mengembalikan Khilafah. Kenapa ? “Selama Inggris dan Amerika Serikat menjaga keamanan Hijaz (Arab Saudi), Kita Tidak Akan Pernah Bisa Mengembalikan Khilafah!” Pada akhirnya, setelah Khilafah Utsmaniyah hancur, dan negara Arab Saudi lahir. Negara Israel kemudian berdiri pada tahun 1948. Banyak pihak khususnya negara-negara Arab yang menentang kemerdekaan Negara Israel tersebut. Bahkan, Negara Israel juga ditentang oleh kelompok Yahudi Ortodoks. Kelompok Yahudi Ortodoks menuding bahwa Talmud adalah kitab iblis yang telah ‘mencemari kesucian’ Taurat yang diturunkan Tuhan kepada Musa as. Ada kemiripan antara Arab Saudi dan Negara Israel, di mana keduanya akan terancam jika Khilafah berdiri kembali. Kedua, keduanya sama-sama menguasai Kota Suci, yakni Mekkah, Madinah, dan Yerusalem (Masjid Al Aqsa). Ketiga, keduanya membatasi umat Islam untuk melaksanakan ibadah, yakni ibadah Haji dan sholat di Masjid Al Aqsa. Anda heran? Apakah saat ini umat Islam Saudi bisa melaksanakan permohonan ‘visa’? Padahal berlaku, bahkan umat Islam yang bukan kewarganegaraan Arab ibadah Haji tanpa mengajukan di masa Khilafah, hal ini tidak cukup mengucapkan Syahadat kalau hendak memasuki Negara Khilafah. Maka dari itu, konsep negara sekuler telah menggantikan Khilafah, dan membuat umat Islam terpecah belah. Negara sekuler menawarkan konsep yang sejatinya syirik, walaupun mayoritas rakyatnya Muslim, di mana jika Pemimpin dan Pemerintah suatu negara sekuler menghalalkan apa yang Allah SWT haramkan, atau sebaliknya, maka itu adalah syirik. Dan jika anda mengakui apa yang dilakukan pemerintah anda tersebut, maka anda pun akan terkena dosa syirik, seperti halnya anda mengikuti “Pemilu”. Silahkan jika anda tidak mempercayainya. Kami hanya menyampaikan hal yang baik walau satu ayat, dan jangan ada pertumpahan darah di antara kita. Dan kami berdakwah bukan untuk menyenangkan hati orang-orang, melainkan karena Allah SWT. Tapi jika anda mengetahui bahwa hal ini benar ketika anda berada di liang kubur nanti, maka jangan berkata “saya tidak tahu”, dan jangan salahkan kami, pemerintah anda, atau pihak lain. Sebab, pihak lain tidak akan bertanggung jawab atas dosa anda, bahkan Iblis pun tidak akan bertanggung jawab atas dosa anda. Sejatinya, dari segi politik, tujuan utama disebarkannya konsep negara sekuler di seluruh dunia adalah untuk menggiring seluruh manusia, termasuk umat Islam, ke dalam politik global. Sehingga pada akhirnya, dunia akan memiliki satu pemerintahan dunia dan menjadikan Zionis Yahudi Israel sebagai penguasa/adidaya dunia. Sheikh Imran Hosein Rio Esvaldino Sumber: Video, Sheikh Imran Nazar Hosein – Imam Al-Mahdi & Kembalinya Khilhafah https://www.youtube.com/watch?v=qTfr1AFWT3c KHILAFAH, HIJAZ DAN NEGARA-BANGSA SAUDI-WAHABI Silahkan unduh e-book nya di bawah ini. Download