Sunat secara sederhana mengurangi risiko penularan HIV dari laki-laki ke perempuan Oleh: Michael Carter, aidsmap.com, 25 Maret 2010 Sunat pria secara sederhana mengurangi risiko seorang laki-laki HIV-positif untuk menularkan HIV pada pasangan seks perempuan. Hal ini merupakan sebuah analisis dari studi Partners in Prevention. Risiko tertular HIV adalah 40% lebih rendah untuk para pasangan dari laki-laki yang disunat dibandingkan laki-laki tidak disunat, tapi pengurangan risiko ini tidak signifikan secara statistik. Penelitian acak telah menunjukkan bahwa sunat laki-laki mengurangi risiko penularan HIV bagi pria hingga 60%. Kurang diketahui tentang pengaruh sunat laki-laki terhadap kejadian penularan HIV dari laki-laki ke perempuan. Namun, sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa kejadian HIV adalah serupa antara pasangan perempuan dari laki-laki HIV positif yang memilih untuk disunat dan yang tidak disunat. Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa pasangan dari laki-laki yang baru disunat memiliki peningkatan jangka pendek terhadap risiko tertular HIV jika hubungan seksual dilakukan sebelum luka sunat menjadi sembuh. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai dampak dari sunat laki-laki pada risiko penularan HIV dari laki-laki ke perempuan, peneliti dari studi Partners in Prevention HSV/HIV Transmission melihat angka infeksi HIV baru yang terjadi selama studi pada perempuan menurut status sunat pasangan seksual mereka. Faktor yang paling penting, orang-orang dalam studi ini telah mengalami disunat di masa kanak-kanak. Oleh karena itu studi ini dapat menentukan efek sunat terhadap risiko penularan HIV setelah penyembuhan luka secara penuh. Penelitian ini melibatkan 1.096 pasangan heteroseksual di mana pasangan laki-laki adalah HIV-positif dan pasangan perempuan adalah HIV-negatif. Pasangan ini direkrut di Afrika timur dan selatan antara tahun 2004 dan 2007. Tujuan utama penelitian adalah untuk melihat apakah terapi profilaksis dengan asiklovir mengurangi risiko penularan HIV. Tidak ada efek perlindungan yang ditemukan. Rata-rata jumlah CD4 antara laki-laki adalah 424 dengan viral load rata-rata 4,3 log10. Sebanyak 34% dari pria disunat. Pria di Afrika timur (39%) lebih mungkin untuk bersunat daripada laki-laki di Afrika selatan (24%). Para pasangan perempuan diikuti selama rata-rata 18 bulan. Rata-rata empat episode dari seks vaginal dengan pasangan laki-laki mereka dilaporkan per bulan. Sekitar 7% dari mereka terlindungi. Selama tindak lanjut, sekitar 13% pria mulai terapi antiretroviral. Sebanyak 64 perempuan tertular HIV selama penelitian. Tingkat kejadian secara keseluruhan adalah 3,8 per tahun 100 orang. Para peneliti mampu untuk menghubungkan secara genetik 50 dari serokonversi ini kepada pasangan laki-laki. Analisis menunjukkan bahwa kejadian HIV kira-kira 40% lebih rendah dalam transmisi genetis di antara perempuan yang pasangannya disunat (rasio hazard 0,57; 95% CI, 0,29-1,11, p = 0,10). Namun, hal ini bisa menurunkan kesempatan karena penurunan risiko ini tidak signifikan secara statistik. Para peneliti kemudian menyisihkan laki-laki yang memulai terapi antiretroviral, dan melihat risiko penularan sesuai dengan status sunat dan viral load. Mereka menemukan pasangan laki-laki yang disunat yang mempunyai viral load di atas 50.000 memiliki 47% penurunan pada risiko infeksi HIV. Penurunan risiko berada dalam batas signifikan (HR = 0,53; 95% CI, 0,26-1,07, p = 0,07). “Kami menemukan risiko penularan HIV-1 yang tidak signifikan secara statistik dari laki-laki yang Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Sunat secara sederhana mengurangi risiko penularan HIV dari laki-laki ke perempuan terinfeksi HIV-1 kepada pasangan perempuan mereka, dibandingkan laki-laki dengan HIV-1 yang tidak disunat,” para peneliti berkomentar. Mereka mengatakan bahwa ukuran sampel yang lebih besar mungkin diperlukan untuk menentukan apakah pengurangan nyata dari risiko penularan adalah signifikan secara statistik. “Temuan ini menambah data yang terbatas dari status terkait sunat pada laki-laki dengan HIV-1 terhadap risiko penularan HIV-1 dari laki-laki ke perempuan. Data ini mungkin bermanfaat untuk program kerja untuk meningkatkan sunat laki-laki untuk pencegahan HIV,” mereka menambahkan. Ada dua alasan biologis terhadap kemungkinan untuk penurunan yang tidak signifikan dalam penularan HIV bagi para pasangan perempuan dari laki-laki yang disunat yang ditawarkan oleh para peneliti. Pertama, sunat dapat mengurangi risiko infeksi menular seksual yang memiliki luka (ulkus). Namun, peneliti mencatat bahwa insiden ulkus kelamin tidak berbeda antara pria yang disunat dan tidak disunat dalam studi mereka. Atau, mikrotrauma atau peradangan pada kulup bisa memfasilitasi transmisi dari laki-laki yang tidak disunat. Ringkasan: Circumcision modestly reduces risk of male-to-female HIV transmission Sumber: Baeten JM et al. Male circumcision and risk of male-to-female HIV-1 transmission: a multinational prospective study in African HIV-1-serodiscordant couples. AIDS 24: 737-44, 2010. –2–