ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A UMUR 6 HARI DENGAN

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A UMUR 6 HARI DENGAN
SEPSIS NEONATORUM DI RSUD Dr.MOEWARDI
DI SURAKARTA
TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Fitria Wulandari
NIM B11140
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan pada By. A Umur 6 Hari
dengan Sepsis Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta”. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu
syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2.
Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Hutari Puji Astuti, S.SiT.,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4.
Bapak Drg. Basoeki Soetarjo, selaku Direktur RSUD Dr.Moewardi Surakarta,
yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.
5.
Seluruh dosen dan staf Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2014 .
Penulis
iv
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah. Mei 2014
Fitria Wulandari
B11140
ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A UMUR 6 HARI DENGAN
SEPSIS NEONATORUM DI RSUD Dr. MOEWARDI
DI SURAKARTA
TAHUN 2014
xi + 98 halaman +14 lampiran + 2 tabel
INTISARI
Latar Belakang : Angka kematian neonatus di Indonesia masih sangat tinggi
sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebabnya adalah sepsis
neonatorum. Sepsis neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi oleh
bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Angka kejadian bayi sepsis neonatorum di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2012 sebesar 354 bayi (9,64%).
Tujuan : Mampu memahami dan mengerti asuhan kebidanan pada By. A umur 6
hari dengan sepsis neonatorum di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta dengan
menggunakan manajemen kebidanan tujuh langkah Varney.
Metode Studi Kasus : Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif. Lokasi
studi kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Waktu pada tanggal 02-10 Maret
2014. Subyek adalah By. A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum. Instrumen
yang digunakan adalah format asuhan kebidanan. Teknik pengumpulan data
menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus: Dari pengkajian pada By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum diketahui bayi malas minum, muntah 3 kali di rumah, tampak gelisah,
reflek suching jelek, hasil vital sign respirasi: 62 kali/menit; nadi: 142 kali/menit;
suhu : 35,2ºC. Asuhan yang diberikan yaitu rawat bayi di incubator, pasang
oksigen, pasang infus, puasakan bayi, beri transfusi trombosit dan beri injeksi
ampicilin 175 mg/12 jam secara IV dan injeksi gentamisin 20 mg/24 jam secara
IV. Setelah diberikan asuhan selama 8 hari kondisi By. A umur 6 hari dengan
sepsis neonatorum dapat teratasi dan keadaan umum bayi baik.
Kesimpulan : Asuhan kebidanan pada By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum dalam pelaksanaannya terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
yang ada dilahan dalam pemberian antibiotik yaitu dosis antibiotik yang diberikan
berbeda dengan dosis yang ada di teori.
Kata kunci : Asuhan kebidanan, bayi baru lahir, sepsis neonatorum.
Kepustakaan : 40 literatur (2004 s/d 2014)
v
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
iii
KATA PENGANTAR..................................................................................
iv
INTISARI .....................................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...............................................................
vi
CURICULUM VITAE.................................................................................
vii
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................
1
B. Perumusan Masalah................................................................
3
C. Tujuan Studi Kasus.................................................................
3
D. Manfaat Studi Kasus...............................................................
4
E. Keaslian Studi Kasus..............................................................
5
F. Sistematika Penelitian ............................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis Sepsis Neonatorum ............................................
9
B. Teori Manajemen Kebidanan .................................................
28
C. Landasan Hukum....................................................................
46
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi...............................................................................
47
B. Lokasi Studi Kasus .................................................................
47
C. Subjek Studi Kasus.................................................................
47
D. Waktu Studi Kasus .................................................................
48
E. Instrumen Studi Kasus............................................................
48
F. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
48
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan.....................................................
52
vii
H. Jadwal Penelitian ....................................................................
52
BAB IV TIN JAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ........................................................................
54
B. Pembahasan .............................................................................
90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................
95
B. Saran ........................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jenis dan Dosis Antibiotik yang dianjurkan untuk neonatus .....
20
Tabel 2.2 Penanganan Infeksi/Sepsis .........................................................
21
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien (informed consent)
Lampiran 8. Lembar Observasi
Lampiran 9. Lembar Observasi Intake Output Cairan
Lampiran10. Satuan Acara Penyuluhan ASI Eksklusif
Lampiran 11. Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Bayi Baru Lahir
Lampiran 12. Leaflet ASI Eksklusif
Lampiran 13. Leaflet Perawatan Bayi Baru Lahir
Lampiran 14. Lembar Konsultasi
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi (Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu
indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat, karena dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum.
Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang
terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu
tahun (wordpress.com , 2010).
Berdasarkan data world Health Organization (WHO) terdapat 10 juta
kematian neonatus dari 130 juta bayi yang lahir setiap tahunnya. Secara
global lima juta neonatus meninggal setiap tahunnya, 98% diantaranya terjadi
di negara sedang berkembang. Angka kematian bayi 50% terjadi pada periode
neonatus
dan
50%
terjadi
pada
minggu
pertama
kehidupan
(Sianturi dkk, 2012).
Penyebab langsung mortalitas pada neonatus adalah sepsis, asfiksia
neonatorum, trauma lahir, prematuritas dan malformasi kongenital. Lebih dari
sepertiga dari empat juta bayi meninggal di dunia setiap tahunnya yang
disebabkan oleh infeksi berat dan 25% dari 1000 bayi yang meninggal
disebabkan oleh sepsis neonatorum.Sepsis neonatorum atau septicemia
neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam
darah di seluruh tubuh (Maryunani dan Nurhayati, 2009). Angka kejadian
sepsis pada neonatus di negara yang sedang berkembang masih cukup tinggi
1
2
berkisar 18 kasus setiap 1000 kelahiran dibanding di negara maju berkisar
satu sampai lima kasus setiap 1000 kelahiran (Sianturi dkk, 2012).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
mengestimasi angka kematian neonatus (AKN) di Indonesia sebesar 19 per
1000 kelahiran hidup. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Departemen Kesehatan tahun 2007 sepsis menjadi salah satu penyebab utama
kematian. Tingginya angka kematian neonatus yaitu sebesar 12%, disamping
penyebab-penyebab lain seperti gangguan/kelainan pernapasan (37%) dan
prematuritas (34%).
Berdasarkan data profil kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2012
angka
kematian
neonatus
sebesar
22
per
1000
kelahiran
hidup
(www.dinkesjatengprov.go.id). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilakukan di RSUD Dr. Moewardi tanggal 26 Oktober 2013 didapatkan data
periode Januari – Desember 2012 jumlah bayi lahir sebanyak 3672 bayi,
jumlah bayi normal sebanyak 2076 bayi (56,53%), sedangkan bayi tidak
normal sebanyak 1596 bayi (43,46%). Penyebab bayi tidak normal tersebut
diantaranya BBLR sebanyak 689 bayi (18,76%), Sepsis sebanyak 354 bayi
(9,64%), Asfiksia sebanyak 282 bayi (7,68%), Ikterus sebanyak 255 bayi
(6,94%) dan Trauma lahir sebanyak 16 bayi (0,43%).
Masih tingginya angka kematian bayi baru lahir akibat Sepsis
Neonatorum, serta didukung dari hasil studi pendahuluan di atas maka penulis
tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada
By. A umur 6 hari dengan Sepsis Neonatorum di RSUD Dr.Moewardi di
Surakarta”.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diambil
perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana penatalaksanaan asuhan
kebidanan yang diberikan pada By. A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum
di RSUD Dr.Moewardi di Surakarta dengan menggunakan manajemen
kebidanan tujuh langkah Varney? ”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memahami dan mengerti asuhan kebidanan pada By. A
umur 6 hari dengan sepsis neonatorum di RSUD Dr. Moewardi di
Surakarta dengan menggunakan manajemen kebidanan tujuh langkah
Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian pada By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum
2) Menginterpretasikan data pada By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.
3) Menentukan diagnosa atau masalah potensial pada By. A umur 6
hari dengan sepsis neonatorum
4) Melakukan antisipasi untuk tindakan segera pada By. A umur 6 hari
dengan sepsis neonatorum.
4
5) Merencanakan asuhan pada By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum yang menyeluruh.
6) Melaksanakan perencanaan pada By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum secara efisien.
7) Melakukan evaluasi terhadap By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum.
b. Penulis mampu menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek
dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada By. A umur 6 hari dengan
sepsis neonatorum di lapangan.
c. Penulis mampu memberikan alternatif dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada By. A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dan menggali
wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan tentang
penatalaksanaan By. A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum agar dapat
merencanakan dan melakukan evaluasi permasalahan dan pemecahan
masalah terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada bayi
dengan sepsis neonatorum.
5
2. Bagi Profesi
Menambah keterampilan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
neonatal serta motivasi tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan
tentang cara pencegahan dan komplikasi neonatal.
3. Bagi Institusi
a. Bagi RSUD Dr.Moewardi Surakarta
Diharapkan berguna sebagai bahan perencanaan dan evaluasi
permasalahan yang ada khususnya permasalahan bayi dengan sepsis
neonatorum.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta jurusan
Kebidanan dalam meningkatkan wawasan mengenai asuhan kebidanan
pada bayi dengan sepsis neonatorum.
E. Keaslian Penelitian
Studi kasus serupa tentang asuhan kebidanan pada bayi dengan sepsis
neonatorum sudah pernah dilakukan oleh :
1.
Erlina Dyah Murhayati (2004), STIKes Kusuma Husada Surakarta
dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Sepsis Neonatorum
di Ruang KBRT RSUD Dr.Moewardi Surakarta”. Asuhan yang diberikan
adalah mengobservasi keadaan umum dan vital sign bayi, mengobservasi
tanda-tanda dehidrasi dan keseimbangan cairan dengan mengobservasi
6
tetesan infus dan pemberian PASI personde, merawat bayi dalam
inkubator, menjaga kebersihan bayi dan lingkungan, melakukan
pemberian fototerapi selama delapan jam serta istirahat delapan jam,
mengobservasi BAB dan BAK bayi, berkolaborasi dengan dokter
spesialis anak dengan pemberian injeksi amoxcilin 2x200 mg, injeksi
mikasin 2x6,0 mg, dexa 2x1/4 ampul.Hasil dari asuhan yang diberikan
adalah keadaan umum bayi sedang, bayi tidak muntah.
2.
Feby Angzila Fatmayati (2008), Program Studi D IV Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan judul “Asuhan Kebidanan
Pada Bayi NY.W dengan Sepsis Neonatorum Dini di Bangsal
Perinatologi RSUD Dr.Moewardi Surakarta”. Asuhan yang diberikan
adalah
mengobservasi
keadaan
umum
dan
vital
sign
bayi,
mempertahankan suhu tubuh bayi supaya tetap hangat dengan
merawatnya di inkubator, melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis
anak kemudian melaksanakan program tindakan dan terapi pemberian
injeksi Vitamin K 0,1 mg secara IM, Cefotaxime 150 mg/kg berat badan
tiap 12 jam (2x1) secara IM, Gentamisin 20 mg/kg berat badan tiap 24
jam (1x1) secara IM, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya,
melakukan perawatan tali pusat pagi dan sore dengan kassa steril, dan
menimbang berat badan bayi untuk mengetahui tercapainya pemenuhan
kebutuhan nutrisi. Hasil dari asuhan yang diberikan adalah keadaan
umum bayi baik, reflek hisap kurang, dan suhu masih rendah.
7
Persamaan studi kasus yang dilakukan dengan keaslian yaitu
menggunakan
tujuh
langkah
manajemen
varney,
lokasi
dan jenis terapi yang diberikan sedangkan perbedaannya terdapat pada waktu,
subyek, dosis terapi dan cara pemberian terapi.
F. Sistematika Penelitian
Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari lima BAB yang disusun secara sistematis
dengan urutan sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Gambaran dari isi Karya Tulis Ilmiah secara keseluruhan yang
terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian,
keaslian
penelitian
dan
sistematika penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori medis bayi baru lahir, sepsis
neonatorum yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi,
penyebab
faktor
predisposisi,
diagnosa,
prognosa
dan
penanganan kasus. Teori manajemen tujuh langkah Varney yaitu
pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi,
rencana asuhan, pelaksanaan asuhan, evaluasi.
BAB III
METODOLOGI
Bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus,
subjek studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus,
8
teknik pengumpulan data, alat-alat yang dibutuhkan dan jadwal
penelitian.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang kasus pada By. A umur 6 hari dengan
sepsis neonatorum sesuai dengan manajamen kebidanan yang
terdiri dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan metode
SOAP,
sedangkan
pembahasan
menjelaskan
tentang
kesenjangan antara teori dan praktik selama melakukan asuhan
kebidanan pada By. A umur 6 hari disesuaikan dengan tujuan
dan permasalahan kasus.
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan ini dirumuskan
untuk menjawab tujuan penulis dan merupakan inti dari
pembahasan, sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan
masalah yang realistis dan operasional.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
1) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan
congenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2007).
2) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan
berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar
> 7 dan tanpa cacat
bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
3) Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai
dengan usia 28 hari (Putra, 2012).
Kegawatdaruratan pada bayi baru lahir yaitu segala sesuatu
yang berpengaruh tidak baik pada janin dan neonatus pada masa
kehamilan dan sesudah melahirkan yang mengakibatkan terjadinya
gangguan adaptasi dan juga bisa meninggal
(Marmi dan Rahardjo, 2012).
b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
1) Berat badan 2500-4000 gram
2) Panjang badan 48-52 cm
9
10
3) Lingkar dada 30-38 cm
4) Lingkar kepala 33-35 cm
5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
6) Pernapasan ± 40-60 kali/menit
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genitalia
a) Perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora
b) Laki-laki
: testis sudah turun, skrotum sudah ada
11) Refleks sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
12) Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13) Refleks grasping atau menggenggam sudah baik
14) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekonium berwarna hitam kecoklatan (Putra, 2012).
c. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Putra (2012), asuhan segera pada bayi baru lahir adalah
asuhan yang diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran.
Asuhan yang diberikan menurut Rohani dkk (2011), antara lain :
1) Jaga kehangatan bayi
a) Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan
selimut serta pastikan kepala bayi telah terlindung dengan baik
11
b) Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit, jika telapak bayi
dingin periksa suhu aksila bayi, jika suhu kurang dari 36,5ºC
segera hangatkan bayi dengan meletakkan bayi dibawah sinar
lampu.
c) Mengusahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibunya segera mungkin.
(1) Memberikan bayi secepat mungkin kepada ibunya. Kontak
dini antara ibu dan bayi penting untuk kehangatan,
mempertahankan panas, ikatan batin dan pemberian asi.
(2) Jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi bersama
ibunya paling sedikit satu jam setelah persalinan (Marmi
dan Rahardjo, 2012).
2) Bersihkan jalan nafas (bila perlu) dan menjaga pernafasan
dengan cara memantau pernafasan dan warna kulit bayi setiap
5 menit sekali (Marmi dan Rahardjo, 2012).
3) Keringkan dan tetap jaga kehangatan.
4) Potong dan ikat tali pusat tanpa dibumbuhi apapun, kira-kira
dua menit setelah lahir.
5) Lakukan inisiasi menyusui dini dengan cara kontak kulit bayi
dengan kulit ibu.
6) Beri salep mata antibiotik tetrasiklin 1% pada kedua mata.
7) Beri suntikan vitamin K 1 mg intramusculair di paha kiri
anterolateral setelah inisiasi menyusui dini.
8) Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramusculair di paha kanan
anterolateral, diberikan satu jam setelah pemberian vitamin K.
12
2. Sepsis Neonatorum
a. Pengertian
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan
keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh
tubuh yang terjadi pada bayi baru lahir 0 – 28 hari pertama
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
Sepsis neonatorum yaitu infeksi sistemik pada neonatus yang
disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus (Fauziah dan Sudarti, 2013).
b. Klasifikasi
1) Sepsis Awitan Dini (EOS-early onset sepsis)
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode
setelah lahir (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat
proses kelahiran atau in utero.
Karakteristiknya yaitu sumber organisme pada saluran
genetalia ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan
angka mortalitas tinggi. Jenis kuman yang sering ditemukan adalah
streptokokus group B, Escherichia Coli, Haemophilus Influenzae,
Listeria Monocytogenesis, batang gram negatif (Maryunani dan
Nurhayati, 2009).
2) Sepsis Awitan Lambat (SAL) / Sepsis Lanjutan / Sepsis Nosokomial
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72 jam) yang
diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi
nosokomial).
13
Karakteristiknya yaitu didapat dari bentuk langsung atau tidak
langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat
perawatan
bayi,
sering
mengalami
komplikasi
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
c. Etiologi
Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu disebabkan oleh bakteri,
seperti
E.Coli,
Listeria
monocytogene,
Neisseria
meningitidis,
Streptokokus pneumonia, Haemophilus influenza tipe b, Salmonella,
Strepkokus group B (Putra, 2012). Selain itu juga disebabkan oleh
bakteri Acinetobacter sp, Enterobacter sp, pseudomonas sp, Serratia sp
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
d. Patofisiologi
1) Selama dalam kandungan
Oleh karena terlindung berbagai organ tubuh seperti plasenta,
selaput amnion, khorion dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan
amnion, janin selama dalam kandungan sebenarnya relatif aman
terhadap kontaminasi. Namun, terdapat beberapa kemungkinan
kontaminasi kuman melalui :
a) Infeksi kuman yang diderita ibu yang dapat mencapai janin
melalui aliran darah menembus barier plasenta dan masuk
sirkulasi janin.
b) Prosedur tindakan obstetri yang kurang memperhatikan faktor
antiseptic misalnya pada saat pengambilan contoh darah janin.
14
c) Pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina
akan berperan dalam infeksi janin.
2) Setelah lahir
Kontaminasi kuman dapat terjadi dari lingkungan bayi oleh
karena antara lain hal-hal berikut ini :
a) Infeksi silang
b) Alat-alat yang digunakan bayi kurang bersih / steril
c) Prosedur invasive seperti kateterisasi umbilicus
d) Kurang memperhatikan tindakan aseptik
e) Rawat inap terlalu lama
f) Bayi yang dirawat terlalu banyak / padat
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
e. Faktor Risiko
1) Faktor risiko dilihat dari :
a) Sepsis Awitan Dini (SAD), meliputi :
(1) Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal
(2) Malnutrisi pada ibu
(3) Prematuritas, BBLR
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
(4) Ketuban pecah dini memanjang (>18 jam)
(5) Demam saat ibu melahirkan (> 38ºC)
(6) Khorioamnionitis
(7) Bayi sebelumnya terinfeksi
(Fanaroff dan Lissauer, 2013).
15
b) Sepsis Awitan Lanjutan (SAL), meliputi :
(1) BBLR, pertumbuhan janin terhambat / IUGR
(2) Nutrisi parenteral totalis, pemberian makanan melalui selang
(3) Pemberian antibiotik
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
(4) Prematuritas
(5) Kerusakan kulit akibat plester, alat-alat yang terpasang pada
kulit, dan lain-lain (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
2) Faktor risiko dilihat dari faktor risiko ibu dan bayi
a) Faktor risiko ibu
(1) Perdarahan
(2) Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lama > 18 jam
(3) Infeksi dan demam > 38ºC pada masa peripartum karena
khorioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi kuman
streptokokus group B di vagina, kolonisasi kuman E.Coli di
perineum.
(4) Cairan ketuban hijau dan keruh
(5) Kehamilan kembar
(6) Proses kelahiran yang lama dan sulit
(7) Faktor sosial ekonomi dan gizi buruk pada ibu (Maryunani
dan Nurhayati, 2009).
(8) Infeksi saat hamil (TORCH)
(9) Persalinan tidak steril (Fauziah dan Sudarti, 2013).
16
b) Faktor risiko bayi
(1) Bayi prematur dan berat lahir rendah
(2) Bayi dengan cacat bawaan
(3) Bayi dirawat di rumah sakit
(4) Bayi dilakukan tindakan resusitasi pada saat lahir
(5) Bayi dilakukan invasive, seperti pemasangan infus, kateter,
intubasi ETT, pemakaian ventilator, akses vena sentral,
pembedahan.
(6) Bayi dengan asfiksia neonatorum
(7) Bayi yang tidak diberi ASI
(8) Bayi dengan pemberian nutrisi parenteral
(9) Bayi yang dirawat terlalu lama di ruang intensif bayi
(10) Bayi yang dirawat di ruang rawat bayi baru lahir terlalu padat
(11) Kebersihan ruang bayi atau ruang intensif bayi yang buruk
(12) Prosedur cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan
maupun anggota keluarga pasien (bayi) (Maryunani dan
Nurhayati, 2009).
f. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala sepsis neonatorum dibagi menjadi enam
kelompok, antara lain :
1) Gejala umum
a) Tampak sakit
b) Tidak mau minum
17
c) Suhu naik turun
d) Sklerema
2) Gejala gastrointestinal
a) Muntah
b) Diare
c) Hepatomegali
d) Perut kembung
3) Gejala saluran nafas
a) Dispneu
b) Takipneu
c) Sianosis
4) Gejala kardiovaskuler
a) Takikardi
b) Edema
c) Dehidrasi
5) Gejala syaraf pusat
a) Letargi
b) Iritabel
c) Kejang
6) Gejala hematomegali
a) Ikterus
b) Splenomegali
c) Pteki/perdarahan
d) Lekopenia(Fauziah dan Sudarti, 2013)
18
g. Diagnosis
Gejala sepsis sering kali tidak khas pada bayi. Maka diperlukan
pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis sepsis, hal ini
meliputi beberapa hal sebagai berikut :
1) Pemeriksaan hematologi
a) Trombosit : < 100.000/µL
b) Leukosit : dapat meningkat atau menurun
c) Pemeriksaan kadar D-Dimer
Tes darah lainnya dapat memeriksa fungsi organ tubuh seperti hati
dan ginjal (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
2) Kultur darah untuk menentukan ada atau tidaknya bakteri di dalam
darah (Putra, 2012).
3) Urine diambil dengan kateter steril untuk memeriksa urine di bawah
mikroskop, dan kultur urine untuk mengetahui ada atau tidaknya
bakteri (Putra, 2012).
4) Pungsi lumbal (pengambilan cairan otak dari tulang belakang) untuk
mengetahui bayi terkena meningitis (Putra, 2012).
a) Lebih dari 30 sel darah putih (30x10 9/L);diduga infeksi bila lebih
dari 20/mm3 sel darah putih (20x10 9/L) dan lebih dari 5/mm3
(5x10 9/L) neutrofil.
b) Protein – pada bayi cukup bulan > 200mg/dL (>2g/L)
c) Glukosa kurang dari 30% gula darah.
d) Dapat timbul streptokokkus group B pada pemeriksaan gram
tanpa ada sel darah putih yang muncul
(Fanaroff dan Lissauer, 2013).
19
5) Rontgen terutama paru-paru untuk memastikan ada atau tidaknya
pneumonia (Putra, 2012).
6) Jika bayi menggunakan perlengkapan medis di tubuhnya, seperti
infus atau kateter, maka cairan dalam perlengkapan medis tersebut
akan diperiksa ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi (Putra, 2012).
7) Pemeriksaan C-Reactive Protein (CRP) merupakan pemeriksaan
protein yang disintesis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila
terdapat kerusakan jaringan (Maryunani dan Nurhayati, 2009).
8) Lokasi infeksi-pertimbangkan aspirasi jarum atau biopsi untuk
pemeriksaan gram dan mikroskopi direk
(Fanaroff dan Lissauer, 2013).
9) Aspirat trakea bila menggunakan ventilasi mekanik. Pertimbangkan
(Fanaroff dan Lissauer, 2013).
10) Kultur vagina ibu (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
11) Kultur jaringan plasenta dan histopatologi
(Fanaroff dan Lissauer, 2013).
12) Skrining antigen cepat (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
13) Gas darah (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
14) Skrining koagulasi (Fanaroff dan Lissauer, 2013).
h. Prognosis
25% bayi meninggal meskipun telah diberikan antibiotik dan
perawatan intensi. Angka kematian pada bayi prematur yang kecil
adalah dua kali lebih besar (Marmi dan Rahardjo, 2012).
20
i. Penanganan
1) Terapi suportif jalan napas, pernapasan, sirkulasi (A-B-C: airway,
breathing, circulation). Periksa gula darah.
2) Obati dengan antibiotik segera bila ada dugaan sepsis, segera setelah
mengambil kultur tetapi sambil menunggu hasil kultur.
3) Pilihan antibiotik bergantung kepada kejadian dan praktik setempat.
a) Sepsis awitan dini (Early-onset sepsis)
Mencakup organisme gram positif dan gram negatif, contoh :
penicillin / amoxcillin + aminoglikosida (misalnya : gentamisin /
tobramisin).
b) Sepsis awitan lambat (Late-onset sepsis)
Perlu juga mencakup stafilokokus dan enterokokkus koagulase
negatif, contoh : methicillin / flucloxacillin + gentamisin atau
sefalosporin / gentamisin + vancomysin.
Bila terpasang kateter vena sentral, pindahkan bila tidak ada
respons terhadap antibiotik, kultur terus menerus positif, adanya
organisme gram negatif atau sangat sakit
(Fanaroff dan Lissauer, 2013).
Tabel 2.1 Jenis dan Dosis Antibiotik yang Dianjurkan untuk Neonatus
Jenis Antibiotik
Injeksi Benzil Penicillin
atau Injeksi Ampisilin
Dosis
50.000 IU/kg/kali i.m.
50 mg/kg/kali i.m/i.v.
Dikombinasikan dengan
Injeksi Aminoglikosida
2,5 mg/kg/kali
(Gentamisin)
i.m./i.v.
Eritromisin
50 mg/kg/hari
Sumber : Saifuddin, (2009)
Frekuensi Pemberian
Tiap 12 jam
Tiap 8 jam
Tiap 12 jam
Dalam 3 dosis
21
Tabel 2.2 Tabel Penanganan Infeksi/Sepsis
KATEGORI
PENILAIAN
Sepsis
Tanda-tanda tersebut
di atas disertai:
1. Kadang-kadang
kejang
2. Tali pusat
merah/kotor/bau
3. Kulit ikterik
Infeksi Lokal
Biasanya hanya
ditemukan :
1. Panas
2. Tali pusat
merah/kotor/bau
3. Nanah di telinga
4. Bisul/pustula di
kulit
PENANGANAN
Puskesmas
1. Pertahankan tubuh 1. Diberi injeksi
antibiotika
bayi tetap hangat
(tidak hipotermia) 2. Dilanjutkan
antibiotika oral
2. ASI tetap
diberikan atau
3. Nasihat perawatan
infeksi
diberi air gula
3. Injeksi antibiotika 4. Kontrol kembali
1 kali (lihat tabel
dalam 2 hari
dosis antibiotika)
4. Rujuk ke rumah
sakit
1. Sama seperti diatas
Rumah Sakit
2. Diberi antibiotika Ampisilin + Gentamisin
i.v.(lihat tabel dosis antibiotika)
3. Bila perlu diberi oksigen
4. Infus untuk mencegah dehidrasi
5. ASI tetap diberikan
Sumber : Saifuddin, (2009)
j. Manajemen Sepsis
Berikut manajemen penanganan bayi sepsis berdasarkan umur
dan berat badan:
1) Bayi dengan umur kehamilan 35 minggu atau lebih, atau berat badan
lahir 2000 g maupun lebih. Manajemennya adalah sebagai berikut :
a) Ambil sample darah, lalu beri antibiotik, seperti pemberian untuk
kemungkinan sepsis.
22
b) Jika hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda
sepsis, hentikan antibiotik.
c) Jika hasil kultur positif atau bayi menunjukkan tanda-tanda sepsis
kapan saja, obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
d) Jika kultur tidak dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan tanda
sepsis, hentikan antibiotik setelah lima hari.
e) Amati bayi selama 24 jam setelah antibiotik dihentikan. Jika bayi
dalam keadaa baik dan tidak ada tanda yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan. Beri tahu ibu
tentang tanda-tanda sepsis, dan nasehati ibu untuk membawa
bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul.
f) Jika hasil kultur positif atau bayi menunjukkan tanda-tanda sepsis
kapan saja, obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
g) Jika kultur darah tidak diperiksa, amati bayi selama tiga hari lagi.
Jika bayi dalam keadaan baik, pulangkan.
2) Bayi dengan umur kehamilan kurang 35 minggu, atau berat lahir
kurang 2000 g. Manajemennya adalah sebagai berikut :
a) Ambil sample darah, beri antibiotik seperti pemberian untuk
kemungkinan sepsis.
b) Jika hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda
sepsis, maka lakukan hal-hal berikut :
(1) Jika KPD, tanpa infeksi intrauterine atau demam, hentikan
antibiotik setelah tiga hari.
23
(2) Jika ibu menderita infeksi intrauterine atau demam hentikan
antibiotik setelah lima hari.
c) Jika kultur darah positif atau kapan saja bayi menunjukkan gejala
sepsis, obati sebagai kemungkinan besar sepsis.
d) Jika kultur darah tidak dapat dilakukan tetapi bayi tidak
menunjukkan
gejala
sepsis,
antibiotik
dihentikan
setelah
pemberian lima hari.
e) Amati bayi selama 24 jam setelah antibiotik dihentikan, lalu
lakukan hal-hal berikut :
(1) Jika keadaan bayi baik dan tidak ada tanda yang memerlukan
perawatan di rumah sakit.
(2) Beritahu ibu tentang tanda-tanda sepsis, dan nasehati ibu
untuk membawa bayinya jika salah satu tanda sepsis muncul
(Putra, 2012).
k. Pencegahan
Berikut adalah beberapa cara pencegahan agar tidak terjadi sepsis
neonatorum, antara lain :
1) Pencegahan berdasarkan awitan sepsis
a) Pencegahan sepsis awitan dini
(1) Perawatan antenatal yang baik
(2) Ibu seharusnya diimunisasi terhadap tetanus
(3) Semua infeksi seharusnya didiagnosa dan dilakukan tindakan
yang seksama pada ibu-ibu hamil
24
(4) Bayi seharusnya disusui sedini mungkin (inisiasi menyusui
dini/IMD) dan diberikan ASI eksklusif.
(5) Tali pusat harus dijaga tetap bersih dan kering
(6) Hindari intervensi-intervensi yang tidak penting.
b) Pencegahan sepsis awitan lanjut
(1) Cuci tangan dengan benar dan peningkatan kepatuhan cuci
tangan.
(2) Ruang perawatan bayi harus bersih dan kering dengan
ventilasi dan pencahayaan yang adekuat.
(3) Membatasi ruangan terlalu penuh/padat
(4) Semua prosedur dilakukan dengan menggunakan alat
pelindung diri/APD seperti masker, dan sarung tangan.
(5) Perhatian terhadap penanganan/intervensi invasive.
(6) Setiap bayi harus menggunakan thermometer dan stetoskop
sendiri (jika memungkinkan)
(7) Pemakaian obat yang rasional
2) Pencegahan berdasarkan masa mulai didapatnya
a) Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara
berkala, imunisasi, pengobatan terhadap infeksi yang diderita ibu,
asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan
yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat
kesehatan bila diperlukan.
25
b) Pada masa persalinan
Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.
c) Pada masa pasca persalinan
Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga
lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus
secara steril.
3) Pencegahan dengan tindakan aseptik dalam merawat bayi baru lahir
a) Pengertian
Aseptik adalah suatu keadaan yang bersih dan bebas dari kuman.
b) Tujuan
(1) Untuk membatasi gejala lanjut yang mungkin timbul akibat
tindakan yang kurang steril atau bersih pada waktu
pertolongan bayi baru lahir (infeksi nosokomial).
(2) Untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi
(3) Mengurangi angka kematian bayi
c) Tindakan aseptik dan antiseptik
Pada bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, oleh karena
itu tindakan aseptik dan antiseptik harus ditingkatkan dengan
membatasi sumber infeksi.
Tindakan aseptik dalam merawat bayi baru lahir dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu :
(1) Persiapan sebelum bayi lahir, antara lain :
(a) Ruangan bayi dan kamar bersalin harus bersih, nyaman
dan tenan. Ruang bayi harus terpisah dari lingkungan
jalan dan tidak ada jendela yang terbuka ke daerah luar.
26
(b) Semua jalan masuk ke ruang bayi harus ada westafel
dengan kran yang bisa dibuka/ditutup dengan siku atau
kaki dan sabun cair serta handuk sekali pakai untuk cuci
tangan yang benar sebelum masuk ruang bayi.
(c) Terdapat berbagai cara institusi untuk membersihkan
suatu ruangan, ada yang menggunakan tenaga cleaning
service, ada yang menggunakan pembersihan/bongkar
kecil dan pembersihan / bongkar besar. Pembersihan /
bongkar kecil adalah ruangan dibersihkan setiap hari
sedangkan pembersihan/bongkar besar adalah ruangan
dibersihkan setiap minggu atau tergantung keadaan
pasien.
(d) Inkubator dan tempat tidur bayi
Dibersihkan setiap pagi dengan alat pembersih yang
telah ditentukan. Perawatan inkubator selain bersih, juga
air aquadest harus tetap terisi dan filter sering diganti.
(e) Persiapan alat-alat bayi baru lahir normal :O2 outlet,
suction dinding, pengisap lender disposibel; Baby oil,
obat tetes mata. Thermometer, larutan antiseptik, alkohol
70%, kassa steril, korentang, cairan steril, kapas lidi
steril; Pengikat tali pusat steril, timbangan bayi dan
centimeter, sisir bayi; Stempel kaki, gelang bayi / ibu,
status / file bayi. Apabila diperkirakan bayi lahir dari ibu
dengan kehamilan resiko tinggi atau lahir dengan
27
tindakan maka persiapan alat-alat tersebut memerlukan
tambahan seperti: resusitasi set, obat-obatan, spuit steril,
umbilical set.
(2) Cara (waktu) menolong bayi lahir, antara lain :
(a) Penanganan bayi, yaitu resusitasi dan pembersihan jalan
napas pada bayi baru lahir sedapatnya menggunakan
ammu-bag, tidak dilakukan tindakan mulut ke mulut, bila
terpaksa mulut penolong dan bayi harus dibatasi kain.
(b) Jangan melakukan penghisapan lendir dengan mulut tapi
dengan mesin penghisap lendir, bila tidak tersedia dapat
digunakan pipa dengan balon karet.
(3) Perawatan setelah lahir, antara lain :
(a) Cuci tangan sesuai prosedur dengan menggunakan sabun
atau larutan antiseptik selalu dilakukan pada saat akan
dan sesudah merawat bayi.
(b) Alat-alat yang telah dipersiapkan sebelum bayi lahir
digunakan sesuai peruntukkannya.
(c) Kenakan sarung tangan pada saat melakukan tindakan.
Bayi baru lahir tidak langsung dimandikan, tetapi
ditunggu sampai suhu bayi stabil.
(d) Setelah beberapa saat dan diamati stabil, darah dan
mekonium dibersihkan dengan kapas steril dengan air
hangat/baby oil, kemudian keringkan dengan lembut dan
jangan sampai bayi kedinginan.
28
(e) Popok bayi sebaiknya tidak lama disimpan, pakai yang
baru saja datang dari laundry/binatu.
(f) Linen tercemar dikelola sesuai prosedur. Popok yang
kotor dimasukkan dalam kantong plastik kedap air untuk
dikelola lebih lanjut.
(g) Hindarkan
terlalu
banyak
orang
di
ruang
bayi
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian / tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
berfokus pada klien (Varney, 2007).
2. Asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan / masalah dalam bidang kesehatan ibu masa hamil,
masa persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana
(Mufdlilah dkk, 2012). Asuhan kebidanan menggunakan tujuh langkah
Varney, dimana setiap langkah disempurnakan secara sistematis. Langkah
pertama dimulai dari pengumpulan data dan terakhir dengan evaluasi
(Varney, 2007).
29
Langkah-langkah tersebut antara lain :
a. Langkah pertama : Pengumpulan Data Dasar / Pengkajian
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien
/ orang yang meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat
klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan
kebidanan berlangsung (Mufdlilah dkk, 2012).
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien atau
keluarga klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak ditentukan oleh tim kesehatan
secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
(Nursalam, 2009).
Dalam hal ini data yang diperoleh dari wawancara dengan
keluarga dan tim kesehatan yang lain, dimana wawancara tersebut
untuk mengetahui pada ibu meliputi :
a) Biodata
Menggunakan identitas menurut Matondang dkk, (2013) antara
lain :
(1) Nama bayi
: Untuk mengetahui identitas
bayi.
(2) Umur bayi
: Untuk memberikan asuhan yang sesuai
pada bayi.
(3) Tanggal/jam lahir : Untuk mengetahui umur bayi
(4) Jenis Kelamin
: Untuk penilaian data pemeriksaan klinis,
misalnya insiden seks, penyakit-penyakit
seks (seks linked).
30
(5) Berat badan
: Untuk mengetahui berapa kilo berat badan
bayi baru lahir
(6) Panjang badan
: Untuk mengetahui panjang badan bayi.
(7) Nama ibu/ayah
: Untuk mengetahui identitas orang tua
bayi.
(8) Umur
: Untuk mengetahui umur orang tua bayi.
(9) Agama
:
Untuk
memberikan
support
kepada
keluarga sesuai agamanya.
(10) Suku bangsa
: Untuk mengetahui faktor pembawa ras.
(11) Pendidikan
: Untuk mengetahui tingkat pendidikan
yang diperlukan untuk memberikan KIE.
(12) Pekerjaan
:
Untuk
mengetahui
sosial
ekonomi
keluarga.
(13) Alamat
: Untuk mengetahui tempat tinggal pasien.
b) Riwayat kehamilan sekarang
(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Sesuai dengan hukum Naegele yaitu dari hari pertama haid
terakhir ditambah tujuh dikurangi tiga bulan ditambah satu
tahun (Varney, 2007).
(2) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
Untuk mengetahui taksiran persalinan (Varney, 2007).
(3) Keluhan pada kehamilan
Berisikan keluhan, pemakaian obat-obatan, maupun penyakit
pada saat hamil, mulai dari trimester I, II dan III
(Varney, 2007).
31
(4) Ante Natal Care (ANC)
Ante Natal Care yaitu pengawasan sebelum persalinan
terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim (Manuaba dkk, 2012). Untuk mengetahui
riwayat ANC teratur atau tidak, sejak hamil berapa minggu,
tempat ANC dan riwayat kehamilannya (Saifuddin, 2006).
(5) Penyuluhan
Penyuluhan apa yang pernah didapat klien perlu ditanyakan
untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira telah
didapat klien dan berguna bagi kehamilannya (Astuti, 2012).
(6) Imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Untuk mengetahui sudah/belum, kapan dan berapa kali yang
nantinya akan mempengaruhi kekebalan ibu dan bayi
terhadap penyakit tetanus (Astuti, 2012).
(7) Kebiasaan ibu sewaktu hamil
(a) Pola nutrisi
Dikaji untuk mengetahui nafsu makan, porsi makan
dalam sehari, jumlah minum dan pola makan selama ibu
hamil (Saminem, 2008).
(b) Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui keluhan berkemih atau defekasi
ibu selama hamil dan sebelum hamil (Saminem, 2008).
Perlu juga dikaji jumlah, warna, bau, konsistensi,
32
konstipasi, incontinensia, frekuensi BAB dan BAK klien
serta upaya mengatasi masalah yang dialami klien
(Evania, 2013).
(c) Pola istirahat
Yakni mengkaji waktu mulai tidur dan bangun, penyulit
tidur, hal yang mempermudah tidur, gangguan tidur,
pemakaian jenis obat tidur, serta hal yang menyebabkan
klien mudah terbangun (Evania, 2013).
(d) Pola seksualitas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan
hubungan seksualitas sebelum dan selama hamil serta
keluhan
dalam
melakukan
hubungan
seksual
(Saminem, 2008).
(e) Personal hygiene
Mengkaji status kebersihan mulai rambut hingga kaki,
frekuensi mandi, gosok gigi, cuci rambut, hingga potong
kuku (Evania, 2013).
(f) Psikologi sosial budaya
Kaji keadaan psikis klien saat ini, hubungan klien dengan
keluarga dan tetangga, bagaimana kehamilannya saat ini
diharapkan atau tidak. Jika kehamilan diharapkan, jenis
kelamin yang diinginkan laki-laki atau perempuan,
kebiasaan minum jamu selama hamil, pantangan
makanan bagi ibu dan adat budaya yang mengikat
(Saminem, 2008).
33
(g) Perokok dan pemakaian obat-obatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu merokok atau tidak
dan ibu menggunakan obat-obatan dan alkohol yang
mengakibatkan abortus, persalinan premature, berat
badan lahir rendah dan kerusakan janin (Emilia, 2008).
c) Riwayat persalinan ini
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak (Anggraini, 2010).
d) Riwayat penyakit
(1) Riwayat penyakit saat hamil
Untuk mengetahui berbagai penyakit yang pernah dialami
oleh klien pada saat hamil (Evania, 2013). seperti sakit
kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium
bagian atas (Tresnawati, 2012).
(2) Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengkaji keadaan pasien yang dapat memicu
terjadinya komplikasi pada saat hamil yaitu, Jantung, ginjal,
asma,
hepatitis,
DM,
hipertensi
dan
sebagainya
(Varney, 2007).
(3) Riwayat penyakit keluarga
Meliputi ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
atau tidak, ada jenis penyakit herediter atau tidak dalam
keluarga seperti asma, DM (Evania, 2013).
34
(4) Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui keluarga pasien mempunyai riwayat
keturunan kembar atau tidak (Varney, 2007).
(5) Riwayat operasi
Untuk mengetahui apakah wanita tersebut punya riwayat
operasi umum / lainnya maupun operasi kandungan
(miomektomi,
sectio
cesarea
dan
sebagainya)
(Mufdlilah, 2009).
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur,
informasi tersebut biasanya diperoleh melalui kepekaan perawat
“senses”selama melakukan pemeriksaan fisik melalui 2S (sight,
smell) dan HT (hearing and touch atau taste) (Nursalam, 2009).
Hal ini diperoleh dari pemeriksaan fisik yang meliputi :
a) Pemeriksaan khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan APGAR pada menit ke-1, ke-5,
ke-10 (Marmi dan Rahardjo, 2012).
b) Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat
kesadaran (Sadar, penuh, apatis, gelisah, koma), pernafasan,
warna kulit, denyut jantung, suhu aksiler, postur, gerakan dan
ketegangan otot (Muslihatun, 2010).
35
c) Tanda-tanda vital, meliputi :
(1) Suhu dinilai dari temperatur normal rectal atau axilla yaitu
36,5ºC sampai 37ºC.
(2) Denyut jantung dinilai dari kecepatan, irama, kekuatan.
Dalam satu menit normalnya 120-160x/menit.
(3) Pernapasan dinilai dari sifat pernapasan dan bunyi napas.
Dalam satu menit, pernapasan normal, 40-60 x/menit (Marmi
dan Rahardjo, 2012).
d) Pemeriksaan fisik sistematis menurut
Muslihatun, (2010) adalah :
(1) Kepala
: Untuk mengkaji ubun-ubun besar, ubun-ubun
kecil, adakah mesochepal atau mekrochepal
serta adakah kelainan cephal hematoma
caput succedaneum, hidrochepalus.
(2) Muka
: Adakah tanda-tanda paralisis (kelumpuhan
otot wajah) antara lain : wajah asimetris,
peningkatan air mata, gerakan kelopak mata
lambat (Muttaqin, 2012).
(3) Mata
: Adakah kotoran di mata, adakah warna
kuning di sklera dan warna putih pucat di
konjungtiva.
(4) Telinga
: Adakah serumen atau cairan simetris atau
tidak.
36
(5) Mulut
: Adakah sianosis dan bibir kering, adakah
kelainan
seperti
labioskizis,
atau
labio
kotoran
yang
palatoskizis.
(6) Hidung
:
Adakah
nafas
cuping,
menyumbat jalan nafas.
(7) Leher
: Adakah pembesaran kelenjer thyroid
(8) Dada
: Simetris atau tidak, retraksi, frekuensi bunyi
jantung, adakah kelainan.
(9) Abdomen
: Bentuk, dinding perut dan adanya benjolan,
penonjolan sekitar tali pusat, perdarahan tali
pusat, adakah pembesaran hati, dan limpa.
(10) Genetalia
: Jika laki-laki apakah testis sudah turun pada
skrotum, perempuan apakah labia mayora
sudah menutupi labia minora.
(11) Ekstremitas
: Adakah oedema, tanpa sianosis, akral dingin,
apakah kuku sudah melebihi jari-jari, apakah
ada kelainan polidaktili atau sindaktili.
(12) Anus
: Apakah anus berlubang atau tidak.
e) Pemeriksaan reflek
(1) Reflek moro
Untuk mengetahui gerakan memeluk bila dikagetkan.
(2) Reflek rooting
Untuk mengetahui cara mencari puting susu dengan
rangsangan atau sentuhan pada pipi daerah mulut.
37
(3) Reflek walking
Bayi menggerak-gerakkan tungkainya dalam suatu gerakan
berjalan
atau
memegang
melangkah jika diberikan
lengannya
sedangkan
dengan
kakinya
cara
dibiarkan
menyentuh permukaan yang rata dan keras.
(4) Reflek sucking
Untuk mengetahui reflek hisap dan menelan
(5) Reflek grasping
Untuk mengetahui kekuatan menggenggam.
(6) Reflek tonik neck
Untuk mengetahui otot leher bayi akan mengangkat leher dan
menoleh kekanan dan kekiri jika diletakkan pada posisi
tengkurap.
(Marmi dan Rahardjo, 2012).
f) Pemeriksaan antropometri
Menurut Marmi dan Rahardjo (2012), pemeriksaan antropometri
meliputi :
(1) Lingkar kepala : Untuk mengetahui
pertumbuhan
otak
(normal 30-38 cm)
(2) Lingkar dada
: Untuk mengetahui
keterlambatan
pertumbuhan (normal 33-35 cm)
(3) Panjang badan : Normal (48-50 cm)
(4) Berat badan
: Normal (2500-4000 gram)
38
g) Eliminasi
Dalam 24 jam pertama bayi akan mengeluarkan meconium dan
dapat BAK dengan volume 20-30 ml / hari
(Marmi dan Rahardjo, 2012).
h) Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan diluar pemeriksaan fisik untuk menunjang diagnosis
penyakit (Matondang dkk, 2013).
b. Langkah kedua : Interpretasi data
Pada langkah interpretasi data ini dilakukan identifikasi yang
benar terhadap masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi
yang
benar
atas
data-data
yang
dikumpulkan
(Mufdlilah dkk, 2012).
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah pengolahan atau analisa data
yaitu menggabungkan dan menghubungkan data satu dengan lainnya
sehingga tergambar fakta (Mufdlilah dkk, 2012). By. X umur.....
dengan Sepsis Neonatorum.
Data dasar :
a) Data subyektif
(1) Ibu mengatakan bayinya malas minum, merintih dan tampak
gelisah sejak kapan, muntah berapa kali dan sejak kapan.
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
39
b) Data obyektif
(1) Keadaan umum
(2) Tanda-tanda vital
(3) Pemeriksaan fisik
(4) Pemeriksaan laboratorium
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
2) Masalah
Masalah adalah suatu pernyataan dari masalah klien yang
nyata atau potensial dan membutuhkan tindakan.Masalah tidak dapat
didefinisikan sebagai diagnosa tetapi tetap perlu dipertimbangkan
untuk membuat rencananya yang menyeluruh (Mufdlilah dkk, 2012).
Masalah yang mungkin muncul pada bayi dengan sepsis neonatorum
yaitu gangguan pemenuhan nutrisi
(Maryunani dan Nurhayati, 2009).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan
belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan
dengan
melaksanakan
analisis
data
(Wordpress.com,
2012).
Kebutuhan pada bayi dengan Sepsis Neonatorum antara lain
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
c. Langkah ketiga : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi (Mufdlilah dkk, 2012).
40
Diagnosa potensial pada bayi dengan Sepsis Neonatorum adalah
potensial terjadi aspirasi sehubungan dengan muntah dan terjadi ikterus.
d. Langkah keempat : Antisipasi
Menentukan tindakan yang segera dilakukan oleh bidan atau
dokter atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan
anggota
tim
kesehatan
lain
sesuai
kondisi
bayi
(Muslihatun, 2010).
Dalam kasus Sepsis Neonatorum antisipasi yang dilakukan adalah
melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemasangan
oksigen, pemasangan infus, pemasangan OGT dan pemberian terapi
antibiotik.
e. Langkah kelima : Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan tindakan yang menyeluruh yang
merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosa yang telah
teridentifikasi. Tindakan yang dilakukan berupa observasi, penyuluhan,
atau pendidikan kesehatan dan pengobatan sesuai dengan advice dokter.
Setiap rencana harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan
dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
diharapkan
juga
(Mufdlilah dkk, 2012).
akan
melaksanakan
rencana
tersebut
41
Rencana asuhan yang dapat dilakukan pada bayi dengan Sepsis
Neonatorum adalah sebagai berikut :
1) Ambil sample darah bayi untuk pemeriksaan kultur darah, lalu beri
antibiotik (ampisilin 50 mg/kg/kali i.v tiap 8 jam + gentamisin 2,5
mg/kg/kali i.v tiap 12 jam), seperti pemberian untuk kemungkinan
sepsis
2) Jika hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda sepsis,
hentikan antibiotik
3) Jika hasil kultur positif atau bayi menunjukkan tanda-tanda sepsis
kapan saja, obati sebagai kemungkinan besar sepsis
4) Jika kultur tidak dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan tanda
sepsis, hentikan antibiotik setelah lima hari
5) Amati bayi selama 24 jam setelah antibiotik dihentikan. Jika bayi
dalam keadaan baik dan tidak ada tanda yang memerlukan perawatan
di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan. Beri tahu ibu tentang tandatanda sepsis dan nasehati ibu untuk membawa bayinya jika salah
satu tanda sepsis muncul
6) Jika hasil kultur positif atau bayi menunjukkan tanda-tanda sepsis
kapan saja, obati sebagai kemungkinan besar sepsis
7) Jika kultur darah tidak diperiksa, amati bayi selama tiga hari lagi.
Jika bayi dalam keadaan baik, pulangkan (Putra, 2012).
42
f. Langkah keenam : Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan oleh bidan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya (Mufdlilah dkk, 2012). Pelaksanaan pada kasus
sepsis neonatorum yaitu :
1) Mengambil sample darah bayi untuk pemeriksaan kultur darah, lalu
beri antibiotik (ampisilin 50 mg/kg/kali i.v tiap 8 jam + gentamisin
2,5 mg/kg/kali i.v tiap 12 jam), seperti pemberian untuk
kemungkinan sepsis
2) Jika hasil kultur negatif, dan bayi tidak menunjukkan tanda sepsis,
hentikan antibiotik
3) Jika hasil kultur positif atau bayi menunjukkan tanda-tanda sepsis
kapan saja, obati sebagai kemungkinan besar sepsis
4) Jika kultur tidak dilakukan, dan bayi tidak menunjukkan tanda
sepsis, hentikan antibiotik setelah lima hari
5) Mengamati bayi selama 24 jam setelah antibiotik dihentikan. Jika
bayi dalam keadaan baik dan tidak ada tanda yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan. Beri tahu ibu
tentang tanda-tanda sepsis dan nasehati ibu untuk membawa bayinya
jika salah satu tanda sepsis muncul
43
6) Jika hasil kultur positif atau bayi menunjukkan tanda-tanda sepsis
kapan saja, obati sebagai kemungkinan besar sepsis
7) Jika kultur darah tidak diperiksa, amati bayi selama tiga hari lagi.
Jika bayi dalam keadaan baik, pulangkan (Putra, 2012).
g. Langkah ketujuh : Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah menilai apa ada kemajuan atau tidak pada
pasien setelah dilakukan tindakan (Estiwidani dkk, 2008). Hasil yang
diharapkan
dari
asuhan
kebidanan pada
bayi
dengan
Sepsis
Neonatorum adalah keadaan umum bayi baik, vital sign dalam batas
normal, tidak muntah dan tidak ikterik.
3. Data Perkembangan
Metode pendokumentasian untuk data perkembangan dalam asuhan
kebidanan pada bayi dengan Sepsis Neonatorum ini menggunakan SOAP
menurut Varney (2007), yaitu :
S : Subyektif
Pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data
subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis. Data subyektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis
yang akan disusun.
Ibu mengatakan bayinya sudah mau minum ASI sedikit dan masih tampak
gelisah.
44
O : Obyektif
Pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi
yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium /
pemeriksaan diagnostik lainnya. Catatan medik dan informasi dari
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data obyektif ini. Data
ini akan memberikan bukti gejala klinik pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
a. Keadaan umum : baik, gerakan aktif, sianosis (-), dan ikterik ( -)
Vital sign Nadi : 136 kali/menit Respirasi : 48 kali/menit
Suhu : 35,3ºC
b. Reflek hisap kurang
c. Bayi sudah menangis kuat dan sudah minum ASI sedikit
d. Berat badan bayi 2800 gram
A : Assement atau Analisa
Assement merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif dalam satu identifikasi :
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi
atau
kolaborasi dan atau rujukan.
By. X umur ..... dengan sepsis neonatorum
Diagnosa potensial : Aspirasi sehubungan dengan muntah dan terjadi
ikterus
Tindakan segera : Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
45
P : Plan
Plan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.
Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
Perencanaan dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran
pendokumentasian implementasi dan evaluasi (Muslihatun, 2010).
a. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign bayi
b. Keadaan umum : baik
Vital sign
Nadi
:136 kali/menit
Respirasi : 48 kali/menit
Suhu : 35,3ºC
c. Membersihkan tali pusat dan membungkusnya dengan kassa steril
d. Menimbang berat badan badan dan hasilnya berat badan bayi 2800
gram
e. Menjaga kehangatan bayi dengan cara meletakkan dalam inkubator
serta membungkus dengan kain kering dan bersih
f. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya
g. Melanjutkan terapi dari dokter spesialis anak yaitu :
1) Ampisilin 50 mg/kg berat badan secara i.v tiap 8 jam
2) Gentamisin 2,5 mg/kg berat badan secara i.v tiap 12 jam
Evaluasi :
a. Keadaan umum dan vital sign bayi sudah diobservasi dan
hasilnya baik
46
b. Tali pusat sudah dibersihkan dan dibungkus dengan kassa steril
c. Berat badan bayi sudah ditimbang
d. Kehangatan bayi sudah dijaga dan sudah diletakkan dalam
inkubator
e. Ibu sudah menyusui bayinya
f. Terapi dari dokter spesialis anak sudah dilanjutkan
C. Landasan Hukum
Bidan dalam menyelenggarakan prakteknya
berlandaskan pada
Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 11 ayat 1 pelayanan
kebidanan kepada anak meliputi :
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru
lahir pada masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat.
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan segera merujuk
3. Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
6. Pemberian konseling dan penyuluhan
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus
Jenis laporan ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptif
yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan
atau
membuat
gambaran
tentang
studi
keadaan
secara
obyektif
(Notoatmojo, 2012). Studi kasus adalah kegiatan yang mengeksplorasi suatu
masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang
mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi (Sumantri, 2013).
Pada studi kasus ini penulis mengkaji tentang bayi baru lahir dengan sepsis
neonatorum.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi
merupakan
tempat
pengambilan
kasus
dilaksanakan
(Notoatmojo, 2012). Studi kasus dilaksanakan di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta.
C. Subyek Studi Kasus
Subyek merupakan orang yang dijadikan objek untuk mengambil kasus
(Arikunto, 2010). Subyek untuk studi kasus ini adalah By. A umur 6 hari
dengan Sepsis Neonatorum.
47
48
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk
mencari kasus (Notoatmojo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal
02 – 10 Maret 2014.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2011).
Instrumen yang digunakan selama melakukan laporan kasus ini adalah
dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
tujuh langkah Varney dan data perkembangan menggunakan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Riwidikdo (2013), teknik pengumpulan data dibedakan
menjadi dua antara lain :
1. Data primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subyek
atau
obyek
penelitian
oleh
perorangan
maupun
organisasi
(Riwidikdo, 2013). Data primer dapat diperoleh dari :
a. Wawancara
Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data dimana penelitian mendapatkan keterangan atau penelitian secara
49
lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau bercakapcakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face)
(Notoatmojo, 2012).
Pada kasus ini wawancara dilakukan pada keluarga pasien atau
bidan serta tenaga kesehatan yang terkait dengan menggunakan format
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan didokumentasikan .
b. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data di mana
peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap objek yang diteliti baik, dalam situasi buatan yang secara
khusus diadakan (laboratorium) maupun dalam situasi alamiah atau
sebenarnya (lapangan) (Abdurahman dkk, 2011).
Untuk memperoleh data obyektif penulis melakukan pengamatan
langsung untuk mengetahui perkembangan dan perawatan yang telah
diberikan kepada pasien. Pada kasus ini yang diobservasi adalah
sebagai berikut :
1) Keaktifan bayi
2) Perubahan TTV
3) Kondisi warna kulit
4) Perubahan suhu
5) Intake output (wordpress.com, 2010).
50
c. Pemeriksaan fisik
Menurut Evania (2013), pemeriksaan fisik adalah metode
pengumpulan data yang sistematik dengan memakai indera penglihatan,
pendengaran, penciuman dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan
klien. Pemeriksaan fisik dengan cara sebagai berikut :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Inspeksi
dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki.
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
cara perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang mengalami
kelainan. Palpasi ini digunakan untuk memeriksa turgor kulit bayi.
3) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan
pendengaran dan dibantu stetoskop misalnya mendengarkan bising
usus, jantung, paru-paru dan lainnya. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk memeriksa detak jantung bayi.
4) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mengetuk bagian tubuh yang dilakukan dengan cara menggunakan
ujung-ujung jari tangan atau menggunakan alat seperti refleks
hammer pada pemeriksaan refleks.
51
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari
objek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder dapat diperoleh dari :
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variabel dari
sumber berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda dan sebagainya (Saryono, 2011).
Dalam studi ini dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data
yang diambil dari catatan kebidanan, rekam medik di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Data yang diambil dari periode Januari –
Desember 2012 berupa jumlah bayi lahir , jumlah bayi normal, jumlah
bayi tidak normal, penyebab bayi tidak normal yang terdiri dari BBLR,
Sepsis, Asfiksia, Ikterus dan trauma lahir.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan
penelitian sehingga penelitian yang dilakukan bukan kegiatan yang
bersifat trial and error akan tetapi, kegiatan tersebut benar-benar untuk
mencari dasar-dasar teoritis yang ada (Hidayat, 2010).
Penulis memanfaatkan teori-teori yang sudah ada di buku atau hasil
penelitian lain untuk kepentingan penelitian. Studi kepustakaan yang
digunakan pada pembuatan studi kasus ini diambil dari keaslian yang
pernah dilakukan studi pendahuluan oleh Erlina Dyah Murhayati
52
(2004), Feby Angzila Fatmayati (2008) dan referensi dari tahun 2004
sampai 2013.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara
lain :
1. Alat yang dibutuhkan dalam wawancara antara lain :
a. Lembar format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
b. Buku tulis
c. Bolpoint
2. Alat-alat
yang
dibutuhkan
dalam
pelaksanaan
asuhan
(pengamatan) antara lain :
a. Lembar observasi
b. Termometer
c. Stetoskop
d. Jam tangan
e. Alat Pelindung Diri (APD) meliputi : masker, sarung tangan
f. Spuit 5 CC
g. Senter
h. Timbangan bayi
i. Mistar
j. Metlin
observasi
53
H. Jadwal Studi Kasus
Jadwal yang dilakukan penulis dalam melaksanakan kegiatan
penelitiannya (Hidayat, 2011). Jadwal pelaksanaan studi kasus ini terlampir.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA By. A UMUR 6 HARI DENGAN
SEPSIS NEONATORUM DI RSUD Dr. MOEWARDI
DI SURAKARTA
Ruang
: HCU Neonatus
Tanggal masuk: 02 Maret 2014
No. Register : 01244302
A. TINJAUAN KASUS
I.
Pengkajian
Tanggal :02 Maret 2014
Pukul : 15.00 WIB
A. IDENTITAS BAYI
1.
Nama Bayi
: By. A
2.
Umur
: 6 hari
3.
Tgl/Jam Lahir
: 24-02-2014/00.00 WIB
4.
Jenis kelamin
: Laki-laki
5.
BB / PB
: 3400 gram / 51 cm
IDENTITAS IBU
IDENTITAS AYAH
Nama
: Ny I
Nama
: Tn. K
Umur
: 27 tahun
Umur
: 34 tahun
54
55
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Suku Bangsa : Jawa, Indonesia
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Senden RT/RW 09/02, Jambeyan, Karanganom,
Klaten, Jawa tengah
B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
PADA IBU
1.
Alasan pada waktu masuk :
Ibu mengatakan bayinya malas minum, tampak gelisah sejak satu
hari yang lalu dan mengalami muntah sebanyak 3 kali di rumah.
2.
Riwayat Kehamilan Sekarang
a) HPHT
Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya tanggal 20 Mei
2013.
b) HPL
Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 27 Februari 2014
c) Keluhan-keluhan pada
Trimester I
: Ibu mengatakan merasakan mual muntah
Trimester II
: Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III
: Ibu mengatakan sering BAK
56
d) ANC :
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 9 kali teratur di
bidan.
Trimester I : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 2 dan 3
bulan.
Trimester II : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 4, 5 dan 6
bulan.
Trimester III: Ibu mengatakan pada umur kehamilan 7, 8 dan 2
kali pada kehamilan 9 bulan.
e) Penyuluhan yang pernah didapat :
Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang tablet
FE dan gizi ibu hamil.
f) Imunisasi TT : Ibu mengatakan 2 kali yaitu pada saat akan
menikah dan pada saat umur kehamilan 6 bulan
3.
Riwayat Persalinan ini
a) Tempat Persalinan : BPS
Penolong : Bidan
b) Tgl / Jam Lahir
: 24-02-2014 / 00.00 WIB
c) Jenis Persalinan
: normal
d) Komplikasi/ Kelainan dalam persalinan : tidak ada
4.
Riwayat Penyakit
a) Riwayat penyakit saat hamil
Ibu mengatakan saat hamil tidak ada menderita penyakit
apapun.
57
b) Riwayat penyakit sistematik
(1) Jantung
: Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
nyeri pada dada sebelah kiri maupun
mudah lelah saat beraktivitas ringan.
(2) Ginjal
: Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
nyeri pinggang sebelah kanan maupun kiri
dan tidak sakit saat BAK.
(3) Asma / TBC
: Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
sesak nafas dan tidak pernah batuk
berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
(4) Hepatitis
: Ibu mengatakan tidak pernah berwarna
kuning pada kuku, kulit dan mata.
(5) DM
: Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
haus dan lapar yang berlebihan maupun
sering BAK pada malam hari > 6 kali.
(6) Hipertensi
: Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak
pernah melebihi 140/90 mmHg.
(7) Epilepsi
: Ibu mengatakan tidak pernah kejang dan
keluar busa dari mulut.
(8) Lain-lain
:Ibu
mengatakan
penyakit yang lain.
tidak
ada
menderita
58
c) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dari keluarganya dan keluarga suaminya tidak
ada yang memiliki penyakit menurun seperti jantung,
hipertensi, asma maupun penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis.
d) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari keluarganya dan keluarga suaminya tidak
ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah operasi apapun.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1.
Riwayat Pemeriksaan Khusus (Apgar Score) dari data bidan
terdahulu
ASPEK YANG
DINILAI
NILAI
0
JUMLAH
1
2
Menit 1
2
5 Menit
1
2
5Menit
2
2
Appearance
Biru /
Badan
Badan
(Warna Kulit)
pucat
merah
dan
muda,
ekstremit
ekstremit
as merah
as biru
muda
<100
>100
1
2
2
Lambat
Menangi
1
1
1
1
1
1
Pulse (Denyut
Tidak
Jantung)
teraba
Grimace (Tonus
Tidak ada
Otot)
Activity
s Kuat
Lemas /
Gerakan
Aktif
59
(Aktivitas)
lumpuh
sedikit
Respiratory
Tidak ada
Lambat,
Baik,
tidak
menangi
teratur
s kuat
(Pernapasan)
JUMLAH
2.
1
1
1
6
7
7
Pemeriksaan umum
a) Suhu
: 35,2ºC
b) Pernafasan : 62 kali/menit
c) Nadi
3.
: 142 kali/menit
Pemeriksaan Fisik Sistematis
a) Kepala
: bentuk Mesochepal, tidak ada Chepal
hematom, Caput succedaneum.
b) Ubun-ubun
: berdenyut
c) Muka
: simetris, tidak ada oedema
d) Mata
: simetris, conjungtiva merah muda, sklera
putih.
e) Telinga
: simetris, bersih tidak ada serumen.
f) Mulut
: bibir warna merah muda, mukosa basah,
tidak ada labioskizis dan labiopalatoskizis.
g) Hidung
: bersih, tidak ada secret, tidak ada benjolan.
h) Leher
: tidak ada pembesaran kelenjer tyroid.
i) Dada
: simetris, tidak ada retraksi, jantung tidak
bising.
60
j) Perut
: normal, bulat, tidak ada benjolan, dan tidak
ada penonjolan disekitar tali pusat.
k) Tali pusat
: tidak berbau, tidak ada perdarahan.
l) Punggung
: tidak ada spina bifida
m) Ekstremitas
:
Ekstermitas atas : simetris, kedua tangan sama panjang,
jumlah jari lengkap, kuku merah muda.
Ekstermitas bawah :simetris, kedua kaki sama panjang, jumlah
jari lengkap, kuku merah muda, tidak
oedema.
4.
n) Genetalia
: testis sudah turun dalam skrotum.
o) Anus
: berlubang.
Reflek
a) Reflek Moro
:baik, saat bayi dikejutkan oleh
suara atau gerakan maka kedua
tangan
serta
merentang
atau
kakinya
akan
membuka
dan
menutup lagi.
b) Reflek Rooting
:baik, saat
bayi
disentuh
sudut
mulutnya dengan jari atau puting
susu maka bayi akan memiringkan
kepalanya
kearah
datangnya
sentuhan dengan mulut terbuka.
61
c) Reflek Walking
: baik, saat bayi dipegang lengannya
sedangkan
kakinya
dibiarkan
menyentuh permukaan yang rata
dan
keras,
maka
bayi
menggerakkan tungkainya dalam
suatu
gerakan
berjalan
atau
melangkah
d) Reflek Grafis / Plantar
: baik, saat telapak tangan bayi
disentuh dengan jari telunjuk, maka
secara otomatis tangan bayi akan
menggenggam.
: jelek, karena bayi malas minum.
e) Reflek Suching
Saat
bayi
diberi
puting
susu,
bayi tidak membuka mulutnya dan
tidak menghisap.
:
f) Reflek Tonic neck
baik,
kekanan
bayi
dan
mengangkat
kekiri
pada
leher
saat
diletakkan pada posisi tengkurap.
5.
Antropometri
a) Lingkar Kepala
: 32 cm
b) Lingkar Dada
: 31 cm
62
6.
c) LLA
: 11 cm
d) BB/PB
: 3400 gram/51 cm
Eliminasi
a) Urine
: sudah, 1 kali warna kuning
b) Meconium
: sudah, 1 kali warna hitam
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium : pukul 15.05 WIB sudah dilakukan
jenis pemeriksaan darah lengkap, CReaktif Protein, kultur darah dan
hasil belum diketahui.
2) Pemeriksaan Penunjang lain : tidak dilakukan
2.
INTERPRETASI DATA
Tanggal :02 Maret 2014
Pukul : 15.10 WIB
a. DIAGNOSA KEBIDANAN
By. A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum
Data Dasar :
DS :
Ibu mengatakan bayinya malas minum, tampak gelisah sejak satu hari
yang lalu dan muntah 3 kali di rumah.
DO :
1) Keadaan umum
: sedang
2) Vital sign: Respirasi
: 62 kali/menit
63
Nadi
: 142 kali/menit
Suhu
: 35,2ºC
3) Mata
: simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih.
4) Mulut
: bibir merah muda, mukosa basah.
5) Ektremitas
: kuku kaki dan tangan merah muda
b. MASALAH
Gangguan pemenuhan nutrisi
c. KEBUTUHAN
Pemenuhan kebutuhan nutrisi
3. DIAGNOSA POTENSIAL
a. Terjadi aspirasi sehubungan dengan muntah karena By. A mengalami
muntah 3 kali.
b. Ikterus karena By. A malas minum.
4. ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi pada bayi
yang terdiri dari pemasangan oksigen, pemasangan infus, pemasangan OGT,
pemberian transfusi trombosit, pemberian injeksi ampicilin dan gentamisin
serta menjaga kehangatan bayi dalam incubator dengan suhu 34ºC.
64
5.
RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 02 Maret 2014
a.
Pukul : 15.15 WIB
Observasi keadaan umum, vital signbayitiap 3 jamdan intake output
cairan.
b.
Beri tindakan sesuai advice dokter :
1) Pasang oksigen nasal dengan kecepatan 2L/menit
2) Pasang infus
3) Puasakan Bayi sementara dengan OGT terbuka selama 37 jam
4) Beri tranfusi trombosit I 50 cc pada pukul 19.00 WIB
5) Beri injeksi ampicilin 175 mg/12 jam secara IV pada pukul 20.00
WIB
6) Beri injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam secara IV pada pukul 20.00
WIB
c.
Jaga kehangatan bayi dengan merawatnya dalam incubator dengan suhu
34ºC dan ganti pempers bayi jika bayi BAK atau BAB.
6. PELAKSANAAN
Tanggal : 02 Maret 2014
a.
Pukul 18.00 WIB mengobservasi keadaan umum, vital sign bayi dan
intake output cairan tiap 3 jam.
b.
Memberikan tindakan sesuai advice dokter
1) Pukul 15.30 WIB memasang oksigen nasal dengan kecepatan
2L/menit
65
2) Pukul 15.40 WIB memasang infus yang dioplos sesuai advice
dokter
D1/4 NS 316 ml + D4% 53 ml + KCL 7 mg + Ca Gluconas 8 ml
dengan kecepatan 12 tetes/menit
3)
Pukul 18.00 WIB mempuasakan sementara bayi dengan OGT
terbuka selama 37 jam
4) Pukul 19.00 WIB memberi tranfusi trombosit I 50 cc
5) Pukul 20.00 WIB memberi injeksi ampicilin 175 mg/12 jam secara
IV
6) Pukul 20.00 WIB memberi injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam secara
IV
c.
Pukul 15.20 WIB menjaga kehangatan bayi dengan merawatnya dalam
incubator dengan suhu 34ºC dan mengganti pempers bayi jika bayi
BAK atau BAB.
7. EVALUASI
Tanggal : 02 Maret 2014
a. Pukul 18.00 WIB observasi telah dilakukan keadaan umum bayi sedang,
hasil vital sign Nadi: 148 x/menit; suhu: 35,2ºC; pernapasan: 62 x/menit
dan BAB 10 cc; BAK 50 cc
b. Tindakan yang diberikan sudah sesuai advice dokter
1) Pukul 15.30 WIB oksigen telah terpasang 2 L/menit
2) Pukul 15.40 WIB infus telah terpasang 12 tetes/menit
66
3) Pukul 18.00 WIB bayi sudah dipuasakan
4) Pukul 19.00 WIB tranfusi trombosit sudah diberikan
5) Pukul 20.00 WIB program injeksi ampicilin 175 mg/12 jam dan
gentamisin 20 mg/24 jam sudah diberikan
c. Pukul 15.20 WIB kehangatan bayi sudah dijaga dengan dirawat didalam
incubator dengan suhu 34ºCdan mengganti pempers bayi setiap bayi BAK
atau BAB.
67
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 03 Maret 2014
Pukul : 06.00 WIB
S : Subyektif
Ibu mengatakan bayinya belum minum ASI karena masih dipuasakan, bayi
tidak muntah dan bayinya masih tampak gelisah.
O : Obyektif
1. KU
: sedang
Bayi tidak sianosis: bibir warna merah muda, kuku kaki dan tangan
warna merah muda.
Bayi tidak Ikterik :sklera putih, kuku kaki dan tangan warna merah
muda.
Vital sign : Nadi
Respirasi
Suhu
: 146 kali/menit
:58 kali/menit
: 35,8ºC
2. Berat badan : 3300 gram
A : Assesment
By. A umur 7 hari dengan sepsis neonatorum perawatan hari I
68
P : Planning
Tanggal : 03 Maret 2014
1.
Pukul 09.00 WIB mengobservasi keadaan umum, vital sign dan intake
output cairan bayi tiap 3 jam
2.
Melanjutkan terapi sesuai advice dokter
a.
Pukul 09.30 WIB melanjutkan pemberian oksigen nasal dengan
kecepatan 2L/menit
b.
Pukul 06.00 WIB melanjutkan pemberian infus D1/4 NS 316 ml +
D4% 53 ml + KCL 7 mg + Ca Gluconas 8 ml dengan kecepatan 12
tetes/menit
c.
Pukul 08.00 WIB melepas tranfusi trombosit I
d.
Pukul 08.00 WIB memberikan injeksi ampicilin 175mg/12 jam secara
IV
e.
Pukul 20.00 WIB memberikan injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam
secara IV
3.
Pukul 06.00 WIB menjaga selalu kehangatan bayi dengan merawatnya
dalam incubator dengan suhu 34ºC dan mengganti pempers setiap kali bayi
BAK atau BAB.
Evaluasi : Tanggal 03 Maret 2014
1.
Pukul : 09.00 WIB
Pukul 09.00 WIB keadaan umum bayi sedang, hasil vital sign nadi: 142
x/menit; suhu: 35,1ºC; pernapasan 48 x/menit dan pukul 08.00 WIB BAB 20
cc; BAK 60 cc.
69
2.
Pukul 09.30 WIB pemberian oksigen 2 L/menit telah dilanjutkan
3.
Pukul 06.00 WIB pemberian infus 12 tetes/menit telah dilanjutkan.
4.
Pukul 08.00 WIB tranfusi trombosit I sudah dilepas dan program injeksi
ampicilin 175 mg/12 jam sudah diberikan.
5.
Pukul 08.00 WIB injeksi ampicilin 175 mg/12 jam sudah diberikan
6.
Pukul 20.00 WIB injeksi gentamisin 20 mg/24 jam sudah diberikan
7.
Pukul 06.00 WIB kehangatan bayi sudah dijaga dalam incubator dengan suhu
34ºC dan mengganti pempers setiap kali bayi BAK dan BAB .
70
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 04 Maret 2014
Pukul : 06.00 WIB
S : Subyektif
Ibu mengatakan bayinya sudah bisa diberi ASI lewat alat bantu selang, bayi
tidak muntahdan bayinya masih tampak gelisah.
O : Obyektif
1. KU
: sedang
Bayi tidak sianosis : bibir warna merah muda, kuku kaki dan tangan
warna merah muda.
Bayi tidak Ikterik :sklera putih, kuku kaki dan tangan warna merah
muda.
Vital sign : Nadi
: 148 kali/menit
Respirasi : 46 kali/menit
Suhu
: 35,4ºC
2. Berat badan : 3300 gram
3. Hasil lab tanggal 02 Maret 2014 sebagai berikut :
Hb
: 11 gr/dL
Hematokrit
: 37 %
Trombosit
: 99 ribu/ul
Eritrosit
: 3,9 juta/ul
GDS
: 90 mg/dL
71
SGOT
: 52 U/L
Billirubin total
: 1,3 mg/dL
Billirubin indirect
: 0,7 mg/dL
Albumin
: 2,8 gram/dL
HS-CRP
:10,9 mg/dL
Kultur darah
: positif staphylococus
A : Assesement
By. A umur 8 hari dengan sepsis neonatorum perawatan hari II
P : Planning
Tanggal : 04 Maret 2014
1.
Pukul 09.00 WIB mengobservasi keadaan umum, vital sign dan intake
output cairan bayi tiap 3 jam
2.
Melanjutkan terapi sesuai advice dokter
a.
Pukul 09.30 WIB melanjutkan pemberian oksigen nasal dengan
kecepatan 2L/menit
b.
Pukul 09.40 WIB melanjutkan pemberian infus D1/4 NS 316 ml +
D4% 53 ml + KCL 7 mg + Ca Gluconas 8 ml dengan kecepatan 12
tetes/menit
c.
Pukul 08.00 WIB memberikan injeksi ampicilin 175mg/12 jam secara
IV
d.
Pukul 20.00 WIB memberikan injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam
secara IV
72
3.
Pukul 07.45 WIB menganjurkan Ibu untuk memeras ASInya
4.
Pukul 08.00 WIB memberikan ASI lewat ODT 40 cc
5.
Pukul 06.00 WIB menjaga selalu kehangatan bayi dengan merawatnya
dalam incubator dengan suhu 34ºC dan mengganti pempers setiap kali
bayi BAK atau BAB.
Evaluasi : Tanggal : 04 Maret 2014
Pukul : 09.00 WIB
1. Pukul 09.00 WIB Keadaan umum bayi sedang, hasil vital sign nadi: 138
x/menit; suhu: 35,4ºC; pernapasan: 48x/menit dan pukul 10.00 WIB
BAB: 20 cc; BAK: 60 cc
2. Pukul 09.30 WIB pemberian oksigen 2 L/menit telah dilanjutkan
3. Pukul 09.40 WIB pemberian infus 12 tetes/menit telah dilanjutkan.
4. Pukul 08.00 WIB program injeksi ampicilin 175 mg/12 jam sudah
diberikan
5. Pukul 20.00 WIB program injeksi gentamisin 20 mg/24 jam sudah
diberikan
6. Pukul 07.45 WIB Ibu sudah bersedia memeras ASInya sebanyak 40 cc
7. Pukul 08.00 WIB ASI sudah diberikan kepada bayi lewat OGT 40 cc
8. Pukul 06.00 WIB kehangatan bayi sudah dijaga dengan merawat bayi
dalam incubator dengan suhu 34ºC dan mengganti pempers setiap kali
bayi BAK atau BAB.
73
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 05 Maret 2014
Pukul : 06.00 WIB
S : Subyektif
Ibu mengatakan bayinya sudah minum ASI lewat alat bantu selang, bayi tidak
muntah dan sudah tidak terlalu gelisah.
O : Obyektif
1. KU
: sedang
Bayi tidak sianosis : bibir warna merah muda, kuku kaki dan tangan
warna merah muda.
Bayi tidak Ikterik : sklera putih, kuku kaki dan tangan warna merah
muda.
Vital sign : Nadi
: 144 kali/menit
Respirasi : 48 kali/menit
Suhu
: 35,5ºC
2. Berat badan : 3350 gram
A : Assasement
By. A umur 9 hari dengan sepsis neonatorum perawatan hari III
74
P : Planning
Tanggal : 05 Maret 2014
1.
Pukul 09.00 WIB mengobservasi keadaan umum, vital sign dan intake
output cairan bayi tiap 3 jam
2.
Memberikan terapi sesuai advice dokter
a.
Pukul 09.30 WIB melanjutkan pemberian oksigen nasal dengan
kecepatan 2L/menit
b.
Pukul 06.00 WIB melanjutkan pemberian infus D1/4 NS 316 ml +
D4% 53 ml + KCL 7 mg + Ca Gluconas 8 ml dengan kecepatan 12
tetes/menit
c.
Pukul 08.00 WIB memberikan injeksi cefotaxim 175mg/12 jam secara
IV
d.
Pukul 20.00 WIB memberikan injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam
secara IV
6. Pukul 07.45 WIB menganjurkan Ibu untuk memeras ASInya
7. Pukul 08.00 WIB memberikan ASI lewat OGT 40 cc
8. Pukul 06.00 WIB menjaga selalu kehangatan bayi dengan merawatnya
dalam incubator dengan suhu 34ºC dan mengganti pempers setiap kali
bayi BAK atau BAB.
75
Evaluasi : Tanggal 05 Maret 2014
Pukul : 09.00 WIB
1. Pukul 09.00 WIB keadaan umum bayi sedang, hasil vital sign nadi: 136
x/menit; suhu: 35,6ºC; pernapasan: 46 x/menit dan pukul 08.00 WIB
BAB: 16 cc; BAK: 70 cc.
2. Pukul 09.30 WIB pemberian oksigen 2 L/menit telah dilanjutkan
3. Pukul 06.00 WIB pemberian infus 12 tetes/menit telah dilanjutkan.
4. Pukul 08.00 WIB program injeksi cefotaxim 175 mg/12 jam sudah
diberikan
5. Pukul 20.00 WIB program injeksi gentamisin 20 mg/24 jam sudah
diberikan
6. Pukul 07.45 WIB Ibu sudah bersedia memeras ASInya sebanyak 40 cc
7. Pukul 08.00 WIB ASI sudah diberikan lewat OGT 40 cc kepada bayi
8. Pukul 06.00 WIB kehangatan bayi sudah dijaga dengan merawat bayi
dalam incubator dengan suhu 34ºC dan mengganti pempers setiap kali
bayi BAK atau BAB.
76
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal : 06 Maret 2014
Pukul : 06.00 WIB
S : Subyektif
Ibu mengatakan bayinya sudah minum ASI lewat alat bantu selang, bayi tidak
muntah dan tidak tampak gelisah.
O : Obyektif
1. KU
: sedang
Bayi tidak sianosis : bibir warna merah muda, kuku kaki dan tangan
warna merah muda.
Bayi tidak Ikterik : sklera putih, kuku kaki dan tangan warna merah
muda.
Vital sign : Nadi
: 140 kali/menit
Respirasi : 48 kali/menit
Suhu
: 35,6ºC
2. Berat badan : 3400 gram
A : Assasement
By. A umur 10 hari dengan sepsis neonatorum perawatan hari ke IV
77
P : Planning
Tanggal : 06 Maret 2014
1.
Pukul 09.00 WIB Mengobservasi keadaan umum, vital sign dan intake
output cairan bayi tiap 3 jam
2.
Melanjutkan terapi sesuai advice dokter
a.
Pukul 09.30 WIB melanjutkan pemberian oksigen nasal dengan
kecepatan 2L/menit
b.
Pukul 09.40 WIB melanjutkan pemberian infus D1/4 NS 316 ml +
D4% 53 ml + KCL 7 mg + Ca Gluconas 8 ml dengan kecepatan 12
tetes/menit
c.
Pukul 08.00 WIB memberikan injeksi cefotaxim 175mg/12 jam secara
IV
d.
Pukul 20.00 WIB memberikan injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam
secara IV
3.
Pukul 07.00 WIB melepas OGT pada bayi
4.
Pukul 08.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya
5.
Pukul 06.00 WIB menjaga selalu kehangatan bayi dengan merawat dalam
incubator dengan suhu 34ºC dan mengganti pempers setiap kali bayi BAK
atau BAB.
Evaluasi : Tanggal : 06 Maret 2014
Pukul : 09.00 WIB
1. Pukul 09.00 WIB keadaan umum bayi baik, hasil vital sign nadi: 140
x/menit; suhu 36ºC; pernapasan: 48 x/menit dan BAB: 20 cc; BAK: 80 cc
78
2. Pukul 09.30 WIB pemberian oksigen 2 L/menit telah dilanjutkan
3. Pukul 09.40 WIB pemberian infus 12 tetes/menit telah dilanjutkan
4. Pukul 08.00 WIB program injeksi cefotaxim 175 mg/12 jam sudah
diberikan
5. Pukul 20.00 WIB program injeksi gentamisin 20 mg/24 jam sudah
diberikan
6. Pukul 07.00 WIB OGT pada bayi sudah dilepas
7. Pukul 08.00 WIB Ibu sudah menyusui bayinya dan bayi sedikit mau
menyusu
8. Pukul 06.00 WIB kehangatan bayi sudah dijaga dengan merawat dalam
incubator dengan suhu 34ºC dan mengganti pempers setiap kali bayi BAK
atau BAB
79
DATA PERKEMBANGAN V
Tanggal : 07 Maret 2014
Pukul : 06.00 WIB
S : Subyektif
Ibu mengatakan bayinya sudah mau minum ASI sedikit dengan menetek, bayi
tidak muntah dan tidak tampak gelisah.
O : Obyektif
1. KU
: baik
Bayi tidak sianosis : bibir warna merah muda, kuku kaki dan tangan
warna merah muda.
Bayi tidak Ikterik : sklera putih, kuku kaki dan tangan warna merah
muda.
Vital sign : Nadi
: 140 kali/menit
Respirasi : 48 kali/menit
Suhu
: 36, 5ºC
2. Reflek hisap: sedang
3. Berat badan : 3400 gram
A : Assesement
By. A umur 11 hari dengan riwayat sepsis neonatorum perawatan hari ke V
80
P : Planning
Tanggal : 07 Maret 2014
1.
Pukul 09.00 WIB Mengobservasi keadaan umum, vital sign dan intake
output cairan bayi tiap 3 jam
2.
Pukul 07.00 WIB melakukan pemeriksaan laboratorium pada bayi yang
meliputi pemeriksaan darah lengkap, C-Reaktif Protein dan kultur darah.
3.
Melanjutkan terapi sesuai advice dokter
a.
Pukul 09.30 WIB melanjutkan pemberian oksigen nasal dengan
kecepatan 2L/menit
b.
Pukul 06.00 WIB melanjutkan pemberian infus D1/4 NS 316 ml +
D4% 53 ml + KCL 7 mg + Ca Gluconas 8 ml dengan kecepatan 12
tetes/menit
c.
Pukul 08.00 WIB memberikan injeksi cefotaxim 175mg/12 jam secara
IV
d.
Pukul 20.00 WIB memberikan injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam
secara IV
4.
Pukul 08.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya
5.
Pukul 06.00 WIB menjaga selalu kehangatan bayi dengan merawat dalam
incubator dengan suhu 32ºC mengganti pempers setiap kali bayi BAK atau
BAB.
81
Evaluasi : Tanggal : 07 Maret 2014
Pukul : 09.00 WIB
1. Pukul 09.00 WIB Keadaan umum bayi baik, hasil vital sign nadi: 138
x/menit; suhu: 36,4ºC; pernapasan: 50 x/menit dan BAB 25 cc; BAK: 75 cc
2. Pukul 07.00 WIB pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan
darah lengkap, C- Reaktif Protein dan kultur darah sudah dilakukan
3. Pukul 09.30 WIB pemberian oksigen 2 L/menit telah dilanjutkan
4. Pukul 06.00 WIB pemberian infus 12 tetes/menit telah dilanjutkan
5. Pukul 08.00 WIB program injeksi cefotaxim 175 mg/12 jam sudah
diberikan
6. Pukul 20.00 WIB program injeksi gentamisin 20 mg/24 jam sudah
diberikan
7. Pukul 08.00 WIB Ibu sudah menyusui bayinya dan bayi sedikit mau
menyusu
8. Pukul 06.00 WIB kehangatan bayi sudah dijaga dengan merawat dalam
incubator dengan suhu 34ºC dan mengganti pempers setiap kali bayi BAK
atau BAB
82
DATA PERKEMBANGAN VI
Tanggal : 08 Maret 2014
Pukul : 06.00 WIB
S : Subyektif
Ibu mengatakan bayinya sudah mau minum ASI, bayi tidak muntah dan tidak
tampak gelisah.
O : Obyektif
1. KU
: baik
Bayi tidak sianosis : bibir warna merah muda, kuku kaki dan tangan
warna merah muda.
Bayi tidak Ikterik : sklera putih, kuku kaki dan tangan warna merah
muda.
Vital sign : Nadi
: 138 kali/menit
Respirasi : 48 kali/menit
Suhu
: 36, 5ºC
2. Reflek hisap baik
3. Berat badan : 3500 gram
A : Assesement
By. A umur 12 hari dengan riwayat sepsis neonatorum perawatan hari VI
83
P : Planning
Tanggal : 08 Maret 2014
1.
Pukul 09.00 WIB mengobservasi keadaan umum, vital sign dan intake
output cairan bayi tiap 3 jam
2.
Melanjutkan terapi sesuai advice dokter
a.
Pukul 09.30 WIB melanjutkan pemberian oksigen nasal dengan
kecepatan 2L/menit
b.
Pukul 09.40 WIB melanjutkan pemberian infus D1/4 NS 316 ml +
D4% 53 ml + KCL 7 mg + Ca Gluconas 8 ml dengan kecepatan 12
tetes/menit
c.
Pukul 08.00 WIB memberikan injeksi cefotaxim 175mg/12 jam secara
IV
d.
Pukul 20.00 WIB memberikan injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam
secara IV
3.
Pukul 08.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya
4.
Pukul 06.00 WIB menjaga selalu kehangatan bayi dengan merawat dalam
incubator dengan suhu 32ºC dan mengganti pempers setiap kali bayi BAK
atau BAB.
Evaluasi : Tanggal : 08 Maret 2014
Pukul : 09.00 WIB
1. Pukul 09.00 WIB Keadaan umum bayi baik, hasil vital sign nadi 142
x/menit; suhu 36,6ºC; pernapasan: 46 x/menit dan BAB: 40 cc; BAK:
100 cc
84
2. Pukul 09.30 WIB pemberian oksigen 2 L/menit telah dilanjutkan
3. Pukul 09.40 WIB pemberian infus 12 tetes/menit telah dilanjutkan
4. Pukul 08.00 WIB program injeksi cefotaxim 175 mg/12 jam sudah
diberikan
5. Pukul 20.00 WIB program injeksi gentamisin 20 mg/24 jam sudah
diberikan
6. Pukul 08.00 WIB Ibu sudah menyusui bayinya dan bayi kuat menyusu
7. Pukul 06.00 WIB kehangatan bayi sudah dijaga dengan merawat dalam
incubator dengan suhu 32ºC dan mengganti pempers setiap kali bayi BAK
atau BAB
85
DATA PERKEMBANGAN VII
Tanggal : 09 Maret 2014
Pukul : 06.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan bayinya sudah mau menetek kuat, bayi tidak muntah dan
tidak tampak gelisah.
2. Ibu mengatakan sudah ingin membawa bayinya pulang
O : Obyektif
1. KU
: baik
Gerakan aktif
Bayi tidak sianosis : bibir warna merah muda, kuku kaki dan tangan
warna merah muda.
Bayi tidak Ikterik : sklera putih, kuku kaki dan tangan warna merah
muda.
Vital sign : Nadi
: 138 kali/menit
Respirasi : 50 kali/menit
Suhu
: 36, 6ºC
2. Reflek hisap baik
3. Berat badan : 3500 gram
4. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 07 Maret 2014
Hb
: 15,3 gr/dL
86
Hematokrit
: 48 %
Trombosit
: 155 ribu/ul
Eritrosit
: 4,5 juta/ul
GDS
: 40 mg/dL
SGOT
: 38 u/L
Billirubin total
: 1 mg/dL
Billirubin indirect
: 0,4 mg/dL
Albumin
: 4,4 gram/dL
HS-CRP
: 6,3 mg/dL
Kultur darah
: negatif
A : Assesement
By. A umur 13 hari dengan riwayat sepsis neonatorum perawatan hari VII
P : Planning
Tanggal : 09 Maret 2014
1. Pukul 09.00 WIB Mengobservasi keadaan umum, vital sign dan intake
output cairan bayi tiap 3 jam
2. Melanjutkan terapi sesuai advice dokter
a.
Pukul 09.30 WIB melanjutkan pemberian oksigen nasal dengan
kecepatan 1L/menit
b.
Pukul 06.00 WIB melanjutkan pemberian infus D1/4 NS 316 ml +
D4% 53 ml + KCL 7 mg + Ca Gluconas 8 ml dengan kecepatan 10
tetes/menit
87
c.
Pukul 08.00 WIB memberikan injeksi cefotaxim 175mg/12 jam secara
IV
d.
Pukul 20.00 WIB memberikan injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam
secara IV
3. Pukul 08.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya
4. Pukul 06.00 WIB menjaga selalu kehangatan bayi dengan merawat dalam
incubator dengan suhu 32ºC dan mengganti pempers setiap kali bayi BAK
atau BAB.
Evaluasi : Tanggal 09 Maret 2014
Pukul : 09.00 WIB
1. Pukul 09.00 WIB Keadaan umum bayi baik, hasil vital sign nadi: 138
x/menit; suhu: 36,5ºC; pernapasan: 46 x/menit dan pukul 10.00 WIB
BAB: 30 cc; BAK: 60 cc
2. Pukul 09.30 WIB pemberian oksigen 1 L/menit telah dilanjutkan
3. Pukul 06.00 WIB pemberian infus 10 tetes/menit telah dilanjutkan
4. Pukul 08.00 WIB program injeksi cefotaxim 175 mg/12 jam sudah
diberikan
5. Pukul 20.00 WIB program injeksi gentamisin 20 mg/24 jam sudah
diberikan
6. Pukul 08.00 WIB Ibu sudah menyusui bayinya dan bayi menyusu dengan
kuat
7. Pukul 06.00 WIB kehangatan bayi sudah dijaga dengan merawat dalam
incubator dengan suhu 32ºC dan mengganti pempers setiap kali bayi BAK
atau BAB
88
DATA PERKEMBANGAN VIII
Tanggal : 10 Maret 2014
Pukul : 06.00 WIB
S : Subyektif
Ibu mengatakan bayinya sudah mau menetek kuat, tidak muntah dan dokter
sudah mengizinkan bayinya dibawa pulang hari ini.
O : Obyektif
1. KU
: baik
Gerakan aktif
Bayi tidak sianosis : bibir warna merah muda, kuku kaki dan tangan
warna merah muda.
Bayi tidak Ikterik : sklera putih, kuku kaki dan tangan warna merah
muda.
Vital sign : Nadi
: 140 kali/menit
Respirasi : 48 kali/menit
Suhu
: 36, 7ºC
2. Reflek hisap baik
3. Infus pada bayi sudah dilepas
4. Oksigen bayi sudah dilepas
5. Berat badan bayi 3550 gram
A : Assesement
By. A umur 14 hari dengan riwayat sepsis neonatorum perawatan hari VIII
89
P : Planning
Tanggal : 10 Maret 2014
1.
Pukul 09.00 WIB memeriksa keadaan umum, vital sign dan intake output
cairan bayi
2.
Pukul 09.07 WIB memberitahu ibu bahwa kondisi bayinya sudah baik dan
sudah bisa dibawa pulang hari ini
3.
Pukul 09.30 WIB Memberi KIE kepada ibu tentang ASI eksklusif dan
menganjurkan kepada ibu untuk menerapkan ASI eksklusif kepada
bayinya.
4.
Pukul 09.45 WIB memberi KIE kepada ibu tentang perawatan bayi di
rumah
5.
Pukul 10.00 WIB menganjurkan kepada ibu untuk membawa bayinya ke
tenaga kesehatan apabila bayi malas minum ataupun tampak gelisah.
Evaluasi : Tanggal 10 Maret 2014
Pukul : 09.00 WIB
1. Pukul 09.00 WIB Keadaan umum bayi baik, hasil vital sign nadi: 140
x/menit; suhu: 36,8ºC; pernapasan: 48 x/menit dan BAB: 30 cc; BAK:
60 cc
2. Pukul 09.30 WIB Ibu paham dan mengerti tentang KIE ASI eksklusif dan
ibu bersedia untuk menerapkan ASI eksklusif kepada bayinya
3. Pukul 09.45 WIB ibu paham dan mengerti tentang KIE perawatan bayi di
rumah
90
4. Pukul 10.00 WIB Ibu bersedia untuk membawa bayinya ke tenaga
kesehatan apabila bayi malas minum ataupun tampak gelisah
5. Pukul 10.30 WIB Ibu dan bayinya sudah pulang
B. PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan –
kesenjangan yang terjadi antara praktek yang dilakukan di lahan dengan teori
yang ada menurut langkah-langkah dalam manajemen kebidanan yaitu dari
pengkajian sampai evaluasi. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil
suatu kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan
yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan
asuhan kebidanan yang efektif dan efisien khususnya pada pasien bayi
dengan sepsis neonatorum.
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah menghimpun informasi tentang klien/orang
yang meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien
masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan
kebidanan berlangsung (Mufdlilah dkk, 2012).
Dari pengkajian didapatkan data subyektif dari By.A adalah ibu
mengatakan bayinya malas minum dan tampak gelisah sejak satu hari
yang lalu serta mengalami muntah sebanyak 3 kali di rumah. Data
obyektif dari By. A adalah KU sedang, vital sign Suhu :35,2ºC,
91
Pernafasan : 62 kali/menit, Nadi : 142 kali/menit, Reflek suching
jelek, bayi tidak mau membuka mulut dan tidak mau menghisap.
Menurut Maryunani dan Nurhayati (2009), Sepsis neonatorum
atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat
infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh yang terjadi pada bayi
baru lahir 0–28 hari pertama. Menurut Fauziah dan Sudarti (2013),
gejala dari sepsis neonatorum adalah suhu tubuh panas atau hipotermia,
bayi tampak sakit, malas minum, muntah, sesak nafas, merintih,
mengantuk, perut kembung, sianosis, kadang-kadang kejang.
Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus yang ada di lahan.
2.
Interpretasi Data
Menurut Mufdlilah dkk (2012) Interpretasi data terdiri dari
masalah atau diangnosa dan kebutuhan. Masalah yang muncul pada
bayi dengan sepsis neonatorum menurut Maryunani dan Nurhayati
(2009) adalah
gangguan pemenuhan
nutrisi. Kebutuhan
yang
dibutuhkan bayi dengan sepsis neonatorum menurut wordpress.com
(2012) adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Pada kasus didapatkan diagnosa By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum. Masalah yang muncul yaitu Ibu mengatakan bayinya
malas minum. Kebutuhan yang diberikan yaitu pemenuhan kebutuhan
nutrisi.
92
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilahan.
3.
Diagnosa Potensial
Menurut Mufdlilah dkk (2012), diagnosa potensial yang mungkin
muncul yaitu terjadi aspirasi sehubungan dengan muntah karena By. A
muntah 3 kali dan terjadi ikterus karena By. A tidak mau minum,
namun pada kasus By.A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum tidak
terjadi aspirasi sehubungan dengan muntah dan ikterus karena
mendapatkan penanganan yang tepat.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus yang ada dilahan.
4.
Tindakan Segera
Menurut Muslihatun (2010), dalam kasus sepsis neonatorum
tindakan segera yang dilakukan yaitu kolaborasi dengan dokter spesialis
anak untuk pemasangan oksigen, pemasangan infus, pemasangan OGT
dan pemberian terapi antibiotik.
Pada kasus By. A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum tindakan
segera yang dilakukan yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak untuk pemasangan oksigen, pemasangan infus,
pemasangan OGT dan pemberian terapi antibiotik.
Dalam langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilahan.
93
5.
Perencanaan
Menurut Mufdlilah dkk, (2012) perencanaan yang dilakukan
merupakan tindakan yang menyeluruh yang merupakan kelanjutan dari
manajemen terhadap diagnosa yang telah teridentifikasi.
Menurut Putra, (2012) Rencana tindakan yang dilakukan terhadap
bayi dengan sepsis neonatorum yaitu mengambil sample darah bayi
untuk dilakukan kultur jaringan lalu berikan antibiotik (ampicilin 50
mg/kg/kali iv tiap 8 jam + gentamisin 2,5 mg/kg/kali iv tiap 12 jam).
Pada kasus By. A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum rencana
tindakan yang dilakukan yaitu Observasi keadaan umum dan vital sign
bayi, beri tindakan sesuai advice dokter : pasang oksigen nasal dengan
kecepatan 2L/menit, pasang infus D1/4 NS 316 ml + D4% 53 ml +
KCL 7 mg + Ca Gluconas 8 ml dengan kecepatan 12 tetes/menit,
puasakan Bayi sementara selama 37 jam dengan OGT terbuka, beri
tranfusi trombosit I 50 cc pada pukul 19.00 WIB, beri injeksi ampicilin
175 mg/12 jam secara IV pada pukul 08.00 WIB, beri injeksi
Gentamisin 20 mg/24 jam secara IV pada pukul 20.00 WIB dan jaga
selalu kehangatan bayi dengan merawat bayi dalam incubator dengan
suhu 34ºC dan mengganti pempers bayi jika bayi BAK atau BAB.
Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan dalam
pemberian antibiotik dilahan. Pada By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum antibiotik yang diberikan yaitu injeksi ampicilin 175 mg/12
jam secara IV dan injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam secara IV.
94
6.
Pelaksanaan
Menurut Mufdlilah dkk, (2012) Pada langkah keenam ini rencana
asuhan yang menyeluruh seperti diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan oleh bidan secara efisien dan aman. Pada kasus By. A
umur 6 hari dengan sepsis neonatorum pelaksanaan dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat.
Pada langkah ini penulis menemukan kesenjangan dalam
pemberian antibiotik dilahan. Pada By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum antibiotik yang diberikan yaitu injeksi ampicilin 175 mg/12
jam secara IV dan injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam secara IV.
7.
Evaluasi
Menurut Estiwidani dkk, (2008) hasil yang diharapkan dari asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir dengan sepsis neonatorum adalah
keadaan umum baik, vital sign dalam batas normal, tidak muntah dan
tidak ikterik.
Pada kasus By. A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum
didapatkan hasil akhir pada hari kedelapan keadaan umum baik,
gerakan aktif, tidak muntah, tidak sianosis, tidak ikterik, vital sign
dalam batas normal, reflek hisap baik dan berat badan bayi 3550 gram.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan kasus yang ada dilahan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis mengambil suatu kesimpulan dari studi kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan pada By. A umur 6 hari dengan Sepsis
Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta” yaitu :
1. Pengkajian pada kasus didapatkan data subyektif dari By.A adalah ibu
mengatakan bayinya malas minum, tampak gelisah sejak satu hari yang
lalu dan mengalami muntah 3 kali di rumah. Data obyektif dari By. A
adalah KU sedang, vital sign Suhu 35,2ºC, Pernafasan 62 kali/menit, Nadi
142 kali/menit, Reflek suching jelek, bayi tidak mau membuka mulut dan
tidak mau menghisap.
2. Interpretasi data dilakukan dengan mengumpulkan data secara teliti dan
akurat sehingga didapatkan diagnosa kebidanan By. A umur 6 hari dengan
sepsis neonatorum disertai masalah yang dialami oleh By. A adalah
gangguan
pemenuhan
nutrisi
sehingga
membutuhkan
pemenuhan
kebutuhan nutrisi.
3. Diagnosa potensial yang mungkin muncul yaitu terjadi aspirasi
sehubungan dengan muntah karena By.A muntah 3 kali dan terjadi ikterus
karena By.A tidak mau minum, namun pada kasus By.A umur 6 hari
95
96
dengan sepsis neonatorum tidak terjadi karena mendapatkan penanganan
yang tepat.
4. Tindakan segera yang dilakukan yaitu kolaborasi dengan dokter spesialis
anak untuk pemberian terapi pada bayi yang terdiri dari pemasangan
oksigen, pemasangan infus, pemasangan OGT, pemberian transfusi
trombosit, pemberian injeksi ampicilin dan gentamisin serta menjaga
kehangatan bayi dalam incubator dengan suhu 34ºC.
5. Rencana tindakan yang dilakukan untuk By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum yaitu Observasi keadaan umum dan vital sign bayi, beri
tindakan sesuai advice dokter : pasang oksigen nasal dengan kecepatan
2L/menit, pasang infus D1/4 NS 316 ml + D4% 53 ml + KCL 7 mg + Ca
Gluconas 8 ml dengan kecepatan 12 tetes/menit, puasakan bayi sementara
selama 37 jam dengan OGT terbuka, beri tranfusi trombosit I 50 cc pada
pukul 19.00 WIB, beri injeksi ampicilin 175 mg/12 jam secara IV pada
pukul 08.00 WIB, beri injeksi Gentamisin 20 mg/24 jam secara IV pada
pukul 20.00 WIB dan jaga selalu kehangatan bayi dengan merawat bayi
dalam incubator dengan suhu 34ºC dan mengganti pempers bayi jika bayi
BAK atau BAB.
6. Pelaksanaan tindakan Asuhan Kebidanan pada By. A umur 6 hari dengan
sepsis neonatorum dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
7. Evaluasi yang diperoleh pada kasus By. A umur 6 hari dengan sepsis
neonatorum pada hari kedelapan keadaan umum baik, gerakan aktif, tidak
97
muntah, tidak sianosis, tidak ikterik, vital sign dalam batas normal, reflek
hisap baik dan berat badan bayi 3550 gram.
8. Pada penanganan kasus sepsis neonatorum terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilahan dalam pemberian antibiotik yaitu dosis
yang digunakan berbeda tetapi masih menggunakan antibiotik yang sama
dengan yang ada di teori.
9. Alternatif pemecahan masalah pada bayi baru lahir dengan sepsis
neonatorum yaitu dengan pemberian injeksi antibiotik ampicilin 175/12
jam secara iv dan gentamisin 20 mg/24 jam secara iv sesuai dengan protap
yang dimiliki oleh lahan praktek.
B. Saran
Dari studi kasus pada By. A umur 6 hari dengan sepsis neonatorum
saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Mahasiswa dan menggali
wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan tentang
penatalaksanaan bayi baru lahir dengan sepsis neonatorum agar dapat
merencanakan dan melakukan evaluasi permasalahan dan pemecahan
masalah terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan sepsis neonatorum.
98
2. Bagi Profesi
Menambah keterampilan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
neonatal serta motivasi tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan
tentang cara pencegahan dan komplikasi neonatal.
3. Bagi RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam menangani pasien
termasuk penanganan yang intensif pada bayi baru lahir dengan sepsis
neonatorum dengan mempertahankan pelaksanaan asuhan kebidanan yang
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan
Kusuma
Husada Surakarta
jurusan
Kebidanan
dalam
meningkatkan wawasan mengenai asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan sepsis neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, dkk. 2011. Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogjakarta: Pustaka Rihama.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Astuti, P.H. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogjakarta:
Rohima Press.
Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan tahun 2012. http://www.depkes.go.id. 13
November 2013.
DinkesJatengProv. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
www.dinkesjatengprov.go.id. 11 November 2013.
Emilia, O. 2008. Promosi Kesehatan Dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi.
Yogjakarta: Pustaka Cendekia.
Erlina, D.M. 2004. Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Sepsis Neonatorum di
Ruang KBRT RSUD Dr. Moewardi. Surakarta. STIKes Kusuma
Husada.Karya Tulis Ilmiah. Tidak Dipublikasikan.
Estiwidani, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogjakarta: Fitramaya.
Evania, N. 2013. KonsepDasar Pemeriksaan Fisik Keperawatan. Jogjakarta: DMedika.
Fanaroff, A.A, Lissauer, T. 2013. Selayang Neonatologi Edisi Kedua. Jakarta: PT
Indeks.
Fauziah, A, Sudarti. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi dan
Kegawatdaruratan. Yogjakarta: Nuha Medika.
Feby, A.F. 2008. Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny.W dengan Sepsis Neonatorum
Dini di Bangsal Perinatologi RSUD Dr. Moewardi. Surakarta. Universitas
Sebelas Maret. Karya Tulis Ilmiah. Tidak Dipublikasikan.
Hidayat, A.A.A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Surabaya: Kelapa Pariwara.
____________.2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Manuaba, dkk. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Marmi, Raharjdjo. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah.
Yogjakarta: Pustaka Belajar.
Maryunani, A, Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit pada
Neonatus. Jakarta: CV Trans Info Media.
Matondang, dkk. 2013. Diagnosis Fisik pada Anak. Jakarta: CV Aung Seto.
Mufdlilah. 2009. ANC Fokus. Yogjakarta: Nuha Medika.
Mufdlilah, dkk. 2012. Konsep Kebidanan.Edisi Revisi. Yogjakarta: Nuha Medika.
Muslihatun, N.W. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogjakarta:
Fitramaya.
Muttaqin, A. 2012. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistim
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda, N. 2010. Infeksi Neonatorum. www.wordpress.com. 11 November 2013.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam, M.N. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Putra, R.S. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogjakarta: D-Medika.
Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogjakarta: Rohima Press.
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
Medika.
Rukiyah, Y.A, Yulianti, L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Trans Info Media.
Safitri, R.S. 2012. Konsep Kebidanan. www.wordpress.com. 11November 2013.
Saifuddin. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
__________. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saminem, Hajjah. 2008. Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogjakarta: Mitra Cendikia.
Sianturi, dkk. 2012. Gambaran Pola Resistensi Bakteri di Unit Perawatan
Neonatus. Jurnal Teknologi Kesehatan2012. Vol.13, No.6, April 2012.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Medan. www.saripediatri.idai.or.id. 11 November 2013.
Sumantri, A. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Tresnawati, F. 2012. Asuhan Kebidanan. Jilid 1. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka
Raya.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume 1. Jakarta :
EGC.
Download