Hadiah dari Indonesia untuk Dunia: Padi Lokal Daringan Sebagai Sumber Gen Pendongkrak Potensi Hasil - 01-09-20 BB Biogen, Bogor - http://biogen.litbang.deptan.go.id Hadiah dari Indonesia untuk Dunia: Padi Lokal Daringan Sebagai Sumber Gen Pendongkrak Potensi Hasil Artikel - Kamis, Januari 09, 2014 http://biogen.litbang.deptan.go.id/index.php/2014/01/satu-lagi-hadiah-dari-indonesia-untuk-dunia-padi-lokal-daringan-sumber-gen-pendongkrak-potensi-hasil2/ Catatan sejarah menunjukkan bahwa plasma nutfah padi yang berasal dari Indonesia memegang peranan penting dalam ketahanan pangan di kawasan Asia. Varietas revolusi hijau pertama yang dilepas tahun 1966, yaitu IR8, merupakan turunan dari persilangan antara Peta (varietas tradisional Indonesia berpostur tinggi) dan Dee-geo-woo-gen (varietas berpostur pendek dari Taiwan). Berbeda dengan varietas-varietas sebelumnya yang ditanam petani, varietas IR8 yang berpostur pendek tidak rebah setelah diberi pupuk nitrogen dosis tinggi. Dengan praktek budidaya tanaman terbaik, varietas IR8 mampu menunjukkan potensi hasil setinggi 10.3 ton/ha di Filipina, padahal rata-rata hasil padi di Filipina pada saat itu adalah 1 ton/ha. Laju pertambahan penduduk yang tinggi di negara-negara Asia pada tahun 1970-an bisa diimbangi dengan produksi beras yang tinggi melalui penanaman secara luas varietas revolusi hijau ini. Sejak pelepasan IR8, para pemulia padi sudah memberikan kontribusi yang sangat nyata dalam perbaikan kualitas beras dan nasi, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta adaptasi tanaman yang baik pada kondisi kesuburan tanah, pasokan air, dan iklim yang kurang menguntungkan. Namun potensi hasil varietas-varietas padi modern yang sekarang ditanam di lahan petani masih belum bisa melampaui 10 ton/ha, padahal secara teoritis potensi hasil maksimal padi di lingkungan tropis adalah 15.9 ton/ha. Untuk menutup kesenjangan ini, para pemulia dan ahli fisiologi tanaman di International Rice Research Institute (http://irri.org/) mengusulkan 2 pendekatan, yaitu: (1) pengembangan padi tipe baru (PTB) menggunakan aksesi-aksesi padi japonica tropis (javanica), dan (2) pengembangan padi hibrida indica untuk lingkungan tropis. Potensi hasil tanaman padi ditentukan oleh 3 komponen, yaitu: (1) jumlah anakan produktif, (2) jumlah gabah isi per malai, dan (3) bobot gabah isi. Karena bentuk beras merupakan preferensi konsumen yang sulit diubah, misalkan penduduk Asia Tenggara lebih menyukai beras yang berbentuk panjang dan ramping (slender) seperti IR64, sementara bentuk beras merupakan faktor utama yang menentukan bobot gabah isi, perbaikan potensi hasil tanaman tidak bisa bertumpu pada kenaikan bobot gabah isi. Dengan demikian perubahan jumlah anakan produktif dan jumlah gabah isi per malai menjadi target untuk perbaikan potensi hasil tanaman padi. Varietas padi indica modern pada umumnya memiliki jumlah anakan banyak namun tidak semuanya produktif (menghasilkan malai dan gabah) dan jumlah gabah per malai sedikit. Sebagai contoh adalah varietas IR64 yang memiliki anakan sekitar 15, jumlah gabah isi per malai sekitar 100, dan bobot 1000 gabah isi sekitar 25 g. Dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, dalam 1 hektar (10.000 m2) terdapat 250.000 tanaman. Maka perkiraan hasil per hektar adalah (250.000x15x100)/1000x25 g atau 9,4 ton. page 1 / 3 Hadiah dari Indonesia untuk Dunia: Padi Lokal Daringan Sebagai Sumber Gen Pendongkrak Potensi Hasil - 01-09-20 BB Biogen, Bogor - http://biogen.litbang.deptan.go.id Konsep PTB awal adalah mengembangkan tipe tanaman baru yang memiliki jumlah anakan sedikit tapi produktif semua (sekitar 8) dengan jumlah gabah isi per malai banyak (sekitar 250). Menggunakan jarak tanam yang sama seperti sebelumnya, perkiraan hasil per hektar yang diharapkan adalah 12,5 ton. Pengembangan PTB di IRRI dimulai tahun 1990. Donor yang digunakan adalah plasma nutfah padi japonica tropis (javanica), terutama yang berasal dari Indonesia. Pada tahun 1999 IRRI sudah menghasilkan sekitar 500 galur PTB. Meskipun galur-galur tersebut menunjukkan tipe tanaman yang diinginkan, yaitu jumlah anakan sedikit dan jumlah gabah per malai banyak, namun ternyata hasilnya lebih rendah dibanding varietas indica modern, terutama karena fertilitas bunga (persentase gabah isi) yang rendah. Jumlah anakan yang sedikit ditengarai sebagai penyebab produksi biomassa yang rendah sehingga tanaman tidak bisa memasok cukup fotosintat untuk pengisian biji. Oleh sebab itu kemudian terjadi evolusi konsep PTB yang mengarah pada pembentukan tipe tanaman yang memiliki kemampuan membentuk anakan dan memproduksi biomassa mendekati varietas indica modern namun dengan jumlah gabah isi per malai yang lebih banyak. Pada titik inilah identifikasi segmen kromosom dan gen yang terkait dengan sifat jumlah gabah per malai menjadi sangat penting. Pada tahun 2000, para peneliti JIRCAS (http://www.jircas.affrc.go.jp/ ) yang bekerja pada IRRI-Japan Collaborative Research Project mulai menggunakan beberapa galur PTB sebagai donor untuk pengembangan panel galur introgresi atau galur substitusi segmen kromosom (IL atau CSSL) dengan latar belakang genetik IR64. Salah satu galur PTB tersebut adalah IR68522-10-2-2 (YP9). Tetua dari YP9 adalah Shen Nung 89-366 (indica) dan Daringan (japonica tropis dari Indonesia). Panel IL merupakan satu set galur yang masing-masing memiliki introgresi segmen kromosom yang relatif besar dari tetua donor pada posisi yang berbeda dengan latar belakang genetik tetua penerima. Galur-galur ini dihasilkan melalui silang balik beberapa kali dengan tetua penerima dikombinasikan dengan seleksi berbasis marka DNA secara sistematik. Karena padi memiliki 12 kromosom, lini-lini hasil silang balik bisa disusun sehingga segmen-segmen kromosom donor pada panel IL overlap secara berurutan mulai dari bagian atas kromosom 1 sampai bagian bawah kromosom 12. Salah satu IL turunan YP9 dan IR64, yaitu IR84640-11-110-6-4-2-2-4-2-2-3-B (YTH326) memiliki jumlah gabah per malai yang lebih tinggi dari IR64. IL ini memiliki 3 segmen introgresi, yaitu pada lengan pendek kromosom 2, lengan panjang kromosom 4, dan lengan panjang kromosom 7. Analisis keterpautan menggunakan populasi F2 turunan dari persilangan YTH326 dan IR64 menunjukkan bahwa segmen pada lengan panjang kromosom 4 terkait dengan sifat jumlah gabah per malai. Data marka molekuler menunjukkan bahwa pada YTH326 segmen pada lengan panjang kromosom 4 ini berasal dari Daringan. Selanjutnya galur hampir isogenik (NIL) diidentifikasi dari individu-individu F3 yang merupakan turunan dari individu-individu F2 terpilih. NIL ini hanya memiliki introgresi segmen pada lengan panjang kromosom 4. Jumlah gabah isi per malai pada NIL adalah 180, dan pada IR64 adalah 114, sedangkan jumlah gabah total per malai pada NIL adalah 198, dan pada IR64 adalah 141. Evaluasi selama 4 musim di lapangan menunjukkan bahwa hasil NIL 13–36% lebih tinggi dari IR64 tanpa ada perubahan pada kualitas beras dan periode pertumbuhan. Pemetaan keterpautan resolusi tinggi menggunakan 7996 individu dikombinasikan dengan peta fisik mempersempit wilayah pencarian gen ini menjadi 18 kbp yang mengandung 3 gen, tetapi hanya 1 gen yang menunjukkan ekspresi pada malai muda. Gen ini menyandi trypsin-like serine and cysteine protease. Validasi kloning gen dilakukan dengan overekspresi dan pembungkaman ekspresi gen ini pada padi transgenik. page 2 / 3 Hadiah dari Indonesia untuk Dunia: Padi Lokal Daringan Sebagai Sumber Gen Pendongkrak Potensi Hasil - 01-09-20 BB Biogen, Bogor - http://biogen.litbang.deptan.go.id Silang balik dengan bantuan marka molekuler dilakukan untuk mengintrogresikan gen yang diisolasi ini pada 5 varietas populer di Asia Tenggara dan Asia Selatan, yaitu: PSBRc18 (IR51672-62-2-1-1-2-3) (Filipina), Ciherang (Indonesia), TDK1 (Laos), BR11 (Bangladesh), dan Swarna (India). Uji multi lokasi di beberapa negara masih berlangsung, namun hasil saat ini menunjukkan bahwa tanaman-tanaman yang homosigot untuk alel gen dari Daringan ini memiliki jumlah gabah per malai yang lebih tinggi dibanding tetua penerima. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa penemuan gen ini, yang merupakan akumulasi kerja keras selama lebih dari 12 tahun, memiliki prospek kegunaan yang nyata untuk memperbaiki potensi hasil varietas-varietas indica modern, yang pada gilirannya akan membantu menjamin ketahanan pangan yang lestari di Asia dan di dunia. Sekali lagi Indonesia memiliki hadiah yang bisa diberikan untuk dunia. Sebagai catatan tambahan, dalam tim internasional yang melaporkan penemuan gen ini, ikut terlibat dua peneliti dari Indonesia, yang masing-masing berasal dari BB Biogen (http://biogen.litbang.deptan.go.id/) dan Biotek LIPI (http://www.biotek.lipi.go.id/). (Dr. K. Rudi Trijatmiko) Link yang terkait: NAL1 allele from a rice landrace greatly increases yield in modern indica cultivars, PNAS (2 Dec 2013) http://www.pnas.org/content/early/2013/11/27/1310790110.abstract _______________________________________________ PDF generated by BB Biogen, Bogor page 3 / 3 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)