ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT Irmayana1, Eko Prabowo Hadisantoso 1*, dan Soeharti Isnaini2 1 Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jl. A.H. Nasution No. 105 Cipadung, Bandung 40614 2 Pusat Sumber Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Jl. Diponegoro No. 57. Bandung 40122 *email korespondensi: [email protected] Abstrak Pemanfaatan biji kelor perlu dikembangkan lebih lanjut untuk pengolahan limbah cair yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Kandungan protein dalam biji kelor (Moringa oleifera) yaitu polielektrolit kationik yang merupakan koagulan alami yang mampu meningkatkan kualitas air limbah industri tekstil kulit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh biji kelor sebagai koagulan pada industri tekstil kulit sehingga diperoleh dosis optimum koagulan biji kelor. Metode penelitian ini dilakukan 3 tahap yaitu preparasi koagulan, proses koagulasi dan analisis parameter. Preparasi koagulan dihasilkan serbuk biji kelor dengan variasi dosis (1 gram, 3 gram, 5 gram, 7 gram, 9 gram dan 11 gram)/500 mL limbah cair industri tekstil kulit, hasil proses koagulasi menggunakan koagulan biji kelor menghasilkan endapan berupa koloid. Hasil dari analisis parameter menunjukan bahwa dosis 5 gram berpengaruh terhadap penurunan kadar TSS, COD, amonium, dan dosis 1 gram berpengaruh terhadap penurnan kadar BOD, sedangkan pengaruh penambahan koagulan terhadap kadar warna, krom dan sulfida tidak terjadi peningkatan. Dosis optimum koagulan biji kelor 5 gram mampu menyisihkan TSS sebesar 0,012 mg/L, COD sebesar 104,96 mg/L, Amonium sebesar 1,7 mg/L. Namun pada pengukuran BOD dosis optimum koagulan biji kelor adalah 1 gram mampu menyisihkan BOD sebesar 20,52 mg/L, warna sebesar 68,518 Pt.Co, krom sebesar 0,483 mg/L dan sulfida sebesar 0,021 mg/L. Koagulan biji kelor dapat memperbaiki kualitas air limbah cair industri tekstil kulit. Kata-kata kunci: biji kelor, limbah cair industri tekstil kulit, koagulasi. dengan baik oleh manusia serta Pendahuluan makhluk hidup lain. Pemanfaatan air Kehidupan manusia tidak lepas dari untuk berbagai kepentingan harus sumber daya air. Oleh karena itu, dilakukan sumber daya air harus dilindungi memeperhatikan agar tetap dapat secara baik, kuantitas dengan dan dimanfaatkan 48 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 kualitas air agar tidak merugikan yang bisa digunakan untuk lingkungan. [1] menjernihkan air, protein tersebut mengandung asam amino yang jika Salah satu air yang merugikan yaitu air limbah yang diperoleh dari dilarutkan ke dalam air akan mengalami ionisasi atau disosiasi. [2] kegiatan industri tekstil kulit yang dapat menimbulkan gangguan, Penggunaan bahan kerusakan, dan bahaya bagi semua dilakukan makhluk hidup yang bergantung penggunaan bahan sintetik dengan pada sumber daya air. Adapun ciri- tujuan ciri dari air limbah cair industri pencemaran tekstil gangguan kulit yaitu berbau dan untuk alami mengurangi untuk mengurangi lingkungan kesehatan. dan Proses mempunyai warna hitam pekat. Oleh koagulasi dengan biji kelor dapat karena itu, diperlukan pengolahan memberikan dengan baik. [1] penggunaan bahan koagulan alami keuntungan karena akan ramah lingkungan. Mengingat Metode pengolahan air, terutama air limbah yang umum digunakan adalah pengolahan secara fisikakimia, yaitu koagulasi-flokulasi. Dalam proses koagulasi-flokulasi biasanya digunakan alum atau tawas sebagai koagulan namun penggunaan alum dan tawas kurang baik karena dapat mencemari lingkungan dan beresiko bagi kesehatan. Maka dari itu, diperlukan penelitian tentang penggunaan bahan alami yang dapat digunakan untuk mengolah air hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk melihat kemampuan serbuk biji kelor yang telah matang dan dikeringkan, sebagai koagulan dalam proses pengolahan air limbah yang berasal dari industri tekstil kulit yang di perolah dari CV. Putra Agung Sukaregang Garut. kualitas yang air Parameter diuji dalam penelitian ini disesuaikan dengan baku mutu Kep-51/MENLH/10/1995 yaitu pH, TSS, warna, COD, BOD, amonium, krom dan sulfida. limbah, salah satunya yaitu koagulan biji kelor. Biji kelor mengandung protein Teori Preparasi Koagulan yang bersifat polielektrolit kationik 49 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Biji kelor dibersihkan lalu kemudian elektroda dikalibrasi dikeringkan dalam oven selama 30 dengan larutan standar pH 4, pH 7, menit pada suhu 105 °C untuk dan pH 10. Setelah itu, elektroda menghomogenkan dan menurunkan dibilas kadar airnya kemudian di gerus dikeringkan. sampai menjadi serbuk dan diayak dimasukan ke dalam gelas kimia dengan ukuran partikel 80 mesh kemudian elektroda dicelupkan dan serbuk biji kelor selanjutnya siap dicatat pH nya. dengan aquades Sampel air dan limbah digunakan sebagai koagulan. 2. Total Suspended Solid (TSS) Proses Koagulasi Disiapkan Kertas saring dengan ukuran 0,45 sebanyak masing- µm dimasukan ke dalam cawan petri masing 500 mL air limbah cair kemudian dikeringkan dalam oven industri tekstil kulit yang telah pada suhu 103-105 °C selama 1 jam, dianalisis awal, lalu ditambahkan didinginkan selama 5 menit dalam serbuk biji kelor dengan variasi dosis desikator lalu ditimbang (B gram), 1gram, 3 gram, 5 gram, 7 gram, 9 50 mL air limbah industri tekstil gram dan 11 gram. Kemudian diaduk kulit menggunakan dengan dimasukan ke dalam kertas saring menit dengan menggunakan alat vakum stirer pengadukkan cepat 3 yang dilanjutkan dengan pengadukan sampai lambat menit, setelah dipindahkan 12 itu sudah diperoleh penyaringan, kertas vakum homogen saring dari diletakan pada campuran diendapkan selama 1 jam peralatan dan filtrat diambil kemudian disaring cawan petri, untuk dianalisis. oven selama 1 jam pada suhu 103- dikeringkan dalam 105 °C, didinginkan 5 menit dalam desikator untuk Analisis Parameter menyeimbangkan suhu dan ditimbang (A gram). 1. Derajat Keasaman (pH) Disiapkan alat pH meter 3. Warna kemudian elektroda dibilas dengan akuades dan dikeringkan dengan tisu, Analisis menggunakan warna dilakukan Spectrophotometer 50 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 UV-Vis pada panjang gelombang Sampel air dimasukkan ke dalam 355 nm, sampel dimasukan ke dalam dua buah botol DO yang masing- kuvet dan dianalisis. masing ditandai dengan notasi A1 dan A2 sampai meluap, kemudian 4. Chemical Oxygen Demand botol ditutup secara hati-hati untuk menghindari (COD) terbentuknya gelembung Sebanyak 3 mL sampel limbah cair industri kulit dimasukan ke dalam tabung COD, kemudian ditambah 1,8 mL larutan K2Cr2O7HgSO4 (larutan I) menggunakan biuret, lalu ditambahkan 4,2 mL larutan H2SO4- HgSO4 (larutan II) secara perlahan-lahan, ditutup rapat, dan dikocok Setelah itu, dengan hati-hati. campuran tersebut dimasukan ke dalam reaktor yang telah dipanaskan pada suhu 150 °C selama 2 kemudian jam. Tabung didinginkan COD dan dipindahkan ke dalam erlenmayer 100 mL (dibilas tabung dan ditutup hingga semua sampel uji masuk ke udara. Pengocokan dilakukan beberapa kali, kemudian ditambahkan air bebas mineral pada sekitar mulut botol DO yang telah ditutup. Botol A2 disimpan dalam lemari inkubator 20 °C selama 5 hari. Kemudian dilakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan dalam botol A1 dengan alat DO meter yang telah dikalibrasi. Perlakuan yang sama dilakukan pada botol A2 yang telah diinkubasi 5 hari. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut 5 hari. Pengerjaan yang sama juga dilakukan terhadap blanko dan kontrol standar dengan menggunakan larutan glukosa asam glutamat. dalam erlenmeyer) dan ditambah 3 tetes indikator ferroin. Kemudian campuran dititrasi dengan larutan 6. Amonium (NH4+) FAS yang telah distandarisasi hingga Sebanyak 10 mL limbah cair terjadi perubahan warna dari biru dimasukan ke dalam tabung reaksi kehijauan menjadi merah kecoklatan. kemudian ditambahkan 0,5 mL garam seignete dan 0,4 mL larutan 5. Biochemical Oxygen nessler (K2HgI4), dikocok sampai Demand (BOD) 51 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 tercampur setelah itu dianalisis dengan Spectrofotometer UV-Vis. yang diperoleh dengan cara dikeringkan dalam oven selama 30 menit pada suhu 105 °C, yang bertujuan untuk menghomogenkan 7. Krom (Cr) dan Sebanyak 25 mL sampel limbah menurunkan Setelah kadar dikeringkan airnya. biji kelor cair dimasukan ke dalam gelas kimia dihaluskan untuk dijadikan serbuk, 100 mL dan ditambahkan 2,5 mL tujuan dari penghalusan ini agar HNO3 pekat, kemudian dipanaskan serbuk biji kelor mudah membentuk pada penangas air sampai volumenya flok-flok ketika ditambahkan ke 12,5 mL dan diencerkan dengan dalam limbah cair industri tekstil aquades hingga 25 mL. Diukur kadar kulit. Warna biji kelor berubah krom dengan AAS. seiring proses pengeringan, yang semula warna bijinya putih menjadi coklat muda. [3] 8. Sulfida (S2-) Sebanyak 8 mL sampel limbah cair dimasukan ke dalam tabung Pengaruh reaksi dan ditambahkan satu tetes Koagulan pereaksi S-1, tiga tetes S-2 dan lima Penurunan pH tetes S-3 kemudian campuran Penambahan Biji Nilai pH Kelor Dosis Terhadap menunjukan terjadi dimasukan ke dalam kuvet dan penurunan dianalisis dengan Spectroquant Nova koagulan biji kelor dengan variasi 60 dan dicatat hasilnya. Pengukuran dosis sulfida dilakukan berdasarkan SNI penambahan koagulan pH air limbah yaitu EPA 376,2 USA Standard cair industri tekstil kulit yaitu 7,41 Methods 4500-S2- D ISO 10530. menunjukan tersebut setelah yang pemberian berbeda. bahwa netral air dan Sebelum limbah setelah penambahan koagulan pH berubah Hasil dan diskusi Koagulan Biji Kelor menjadi asam yaitu berkisar pH 4,02-4,17. Dari hasil yang diperoleh Koagulan biji kelor yang jika dibandingkan dengan penelitian digunakan adalah berbentuk serbuk [3] dihasilkan penurunan pH ketika 52 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 penambahan koagulan biji kelor pH menjadi 4,0 [4]. Grafik pengaruh penambahan dosis koagulan biji kelor terhadap pH dapat dilihat pada Gambar 1. Hal ini menunjukkan koagulan biji kelor dapat menurunkan pH menjadi asam. Penurunan pH diduga karena adanya gugus karboksil asam amino dalam biji kelor Gambar 1. Pengaruh Dosis Koagulan Biji Kelor Terhadap pH yang melepaskan ion H+ dalam suasana Pengaruh asam lemah pada koagulan biji kelor Koagulan Biji Kelor Terhadap Total yang Suspended Solid (TSS) seimbang dengan ion hidroksida pada sampel. Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H+, [5] sebagaimana dituliskan di bawah ini. Penambahan Pengaruh Dosis penambahan serbuk biji kelor dosis menunjukkan terjadi penurunan TSS walaupun penurunannya tidak sekaligus. Dimana nilai TSS awal sebelum penambahan koagulan biji kelor –COOH –COO– + H+ adalah R – CH – COOH R – CH – COO 0,110 mg/L penambahan dosis setelah koagulan biji kelor mengalami penurunan pada – + H+ penambahan dosis koagulan 5 gram Adanya gugus asam amino dalam larutan dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif (zwitterion) atau ion amfoter. Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan.[2] yaitu 0,012 mg/L. Koagulan biji kelor mampu menyisihkan TSS 98,78 % pada dosis koagulan 3000 mg/L pada limbah cair industri tahu [4]. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara dosis koagulan biji kelor dan mendapatkan hasil yang tidak jauh beda. Grafik pengaruh penambahan dosis koagulan biji 53 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 kelor terhadap TSS dapat dilihat Koagulan Biji Kelor Terhadap TSS pada Gambar 2. Penurunan TSS disebabkan oleh Pengaruh sifat biji kelor yang mengandung Koagulan protein yang larut dalam air dan Warna apabila dilarutkan, biji kelor menghasilkan muatan-muatan positif dalam jumlah yang banyak, larutan biji kelor tersebut bereaksi sebagai koagulan polimer alamiah bermuatan positif. Ketika ditambahkan ke dalam sampel limbah cair dan diikuti dengan pengadukan cepat selama 3 menit, protein dihasilkan biji terdistribusi cairan kationik kelor tersebut keseluruhan limbah dan yang bagian kemudian berinteraksi dengan partikel-partikel bermuatan negatif kekeruhan. penyebab Akibatnya partikel- partikel koloid limbah membentuk flok-flok mikro melalui mekanisme adsorbsi [6]. Penambahan Biji Penurunan Dosis Kelor Terhadap warna setelah pemberian biji kelor dengan variasi dosis yang berbeda. warna awal sebelum penambahan koagulan biji kelor adalah 237,777 PtCo, setelah penambahan koagulan beberapa mengalami variasi penurunan 68,518 PtCo. Hasil penelitian [7], biji kelor dapat menurunkan warna, warna awal 1,4 PtCo menjadi 0,04 PtCo pada limbah industri tekstil cair pencucian jeans [7]. Berdasarkan data pengamatan penyisihan kadar warna pada partikel biji kelor dan variasi penambahan koagulan sangat dipengaruhi oleh dosis koagulannya, penurunan kadar warna pada limbah cair industri tekstil berbanding lurus dengan kadar penurunan Cr karena flok-flok yang terdapat pada sampel akan mengikat ion logam. Dengan turunnya kadar warna pada limbah cair Gambar 2. Pengaruh Dosis industri tekstil kulit akan menurunkan kadar krom yang ada pada limbah cair industri tekstil kulit. . Grafik pengaruh penambahan dosis koagulan biji kelor terhadap 54 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 warna dapat dilihat pada Gambar 3. pengendapan Pengaruh Dosis Koagulan Biji Kelor koagulasi bahan organik penyebab Terhadap warna tingginya nilai COD dalam limbah Pengaruh Koagulan Penambahan Biji Kelor Dosis Terhadap Chemical Oxigen Demand (COD) sehingga proses tidak sempurna terjadi. Dalam hal ini, bahan buangan organik akan dioksidasi oleh kalium bikromat (K2Cr2O7) menjadi CO2 dan H2O Penurunan nilai COD yang dihasilkan pada penambahan dosis koagulan biji kelor 5 gram yaitu 104,96 mg/L dari awal sebelum penambahan koagulan nilai COD serta jumlah ion kromat. Kalium bikromat digunakan sebagai sumber oksigen. Oksidasi terhadap bahan buangan organik akan mengikuti reaksi berikut: 354,24 mg/L. Pada penelitian Rambe dengan penambahan koagulan biji Cr2O72- + H+ katalis CO2 + H2O kelor 3 gram mengalami penurunan + Cr3+ dari 1099,12 mg/L menjadi 265,30 mg/L [7]. Grafik Reaksi tersebut perlu pemanasan pengaruh dan penambahan katalis perak sulfat penambahan dosis koagulan biji (Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. kelor terhadap COD dapat dilihat Setelah reaksi oksidasi selesai maka pada Gambar 4. akan berubah menjadi hijau. Jumlah Hal ini menunjukan bahwa biji oksigen yang diperlukan untuk reaksi kelor mempunyai kemampuan untuk oksidasi terhadap bahan buangan menurunkan bahan organik dengan organik sama dengan jumlah kalium cara koagulasi. Penurunan bahan bikromat yang dipakai pada reaksi tersebut oksidasi, berarti semakin banyak akan berkurangnya dibutuhkan menyebabkan yang oksigen yang diperlukan semakin mengoksidasi banyak juga kalium bikromat yang oksigen untuk bahan-bahan tersebut sehingga nilai COD akan turun. Pada penambahan terpakai . Pada saat melakukan pengujian dosis 7 gram mengalami kenaikan COD nilai COD yaitu 3,9 mg/L, hal ini penambahan dapat faktor (larutan faktor menghilangkan padatan tersuspensi disebabkan pencampuran oleh dan yang I) dilakukan dengan K2Cr2O7-HgSO4 bertujuan untuk 55 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 di dalam air limbah, sedangkan Pengaruh penambahan H2SO4-HgSO4 (larutan Koagulan II) bertujuan untuk menghilangkan Biocemical Oxigen Demand (BOD) material organik Penambahan Biji Kelor Dosis Terhadap pada limbah, Nilai BOD naik kemudian turun indikator ferroin lagi. Hal ini sesuai hasil penelitian bertujuan untuk mempertegas warna [8] bahwa bakteri gram positif dan pada negatif penambahan saat larutan titrasi sehingga dapat terflokulasi oleh akan protein yang terdapat dalam biji mengalami perubahan warna dari kelor, penambahan dosis koagulan biru hijau sampai merah coklat. yang optimum adalah 1 gram karena Penambahan-penambahan ini dapat pada keadaan larutan koagulan biji memberikan angka penyisihan COD, kelor dengan hasil yang dicapai dapat limbah sebanding dengan banyaknya disesuaikan dengan baku mutu COD bahan yang telah ditetapkan menurut Kep- Sedangkan pada penambahan dosis 51/MENLH/10/1995, mutu koagulan 5 gram terjadi kenaikan dibuang nilai BOD. Hal ini terjadi karena mg/L. kandungan koagulan yang berupa limbah FAS menggunakan yang kelingkungan baku dapat adalah 110 yang ditambahkan organik dalam dalam limbah. Parameter COD memenuhi baku koagulan alami/biokoagulan mutu yang ditetapkan oleh kep- memiliki sifat antimikroba sehingga 51/MENLH/10/1995 mengakibatkan maka aman untuk lingkungan. yang kematian mikroorganisme yang berperan untuk mendegradasi bahan organik dalam sampel [8]. Grafik pengaruh penambahan dosis koagulan biji kelor terhadap BOD dapat dilihat pada Gambar 5. Dalam Gambar 4. Pengaruh Dosis Koagulan Biji Kelor Terhadap COD oksidasi waktu 5 organik hari BOD, karbon akan mencapai 60-70 %. Waktu inkubasi 5 hari kemungkinan dapat hasil mengurangi oksidasi 56 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 amonium yang cukup tinggi. Amonia 51/MENLH/10/1995 maka perlu dapat dioksidasi menjadi nitrit dan penanganan lanjutan untuk BOD5 nitrat, sehingga mempengaruhi hasil [8]. penentuan BOD. Reaksi yang terjadi adalah: 2NH3 + 3O2 2NO2- + 2H+ + 2H2O 2NO2 + O2 2NO3Reaksi diatas proses merupakan reaksi biologis (Biological secara dekomposisi Oxidation) Gambar 5. Pengaruh Dosis Koagulan Biji Kelor Terhadap BOD aerobik [8]. BOD5 dapat disebabkan oleh faktor pencampuran dan faktor Pengaruh pengendapan Koagulan sehingga proses koagulasi bahan organik penyebab suatu koagulan dalam mengendapkan partikel-partikel air limbah, yaitu dosis koagulan, pengadukan, waktu kecepatan derajat keasaman, pengendapan, pengaruh kekeruhan, pengruh jenis koagulan, pengaruh temperatur, pengaruh garam-garam di air, dan komposisi kimia larutan. Berdasarkan Kep51/MENLH/10/1995, limbah yang baku dapat mutu dibuang kelingkungan untuk BOD5 adalah 50 mg/L. Sehingga parameter BOD5 belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh Biji Kelor Dosis Terhadap Amonium (NH4+) tingginya nilai BOD5 dalam limbah tidak sempurna terjadi. Keberhasilan Penambahan Konsentrasi amonium dari sampel air limbah industri sebelum penambahan koagulan biji kelor yaitu 10,42 mg/L, setelah penambahan koagulan biji kelor konsentrasi amonium menurun pada penambahan dosis koagulan biji kelor 5 gram yaitu 1,7 mg/L. Hal ini menunjukan bahwa proses koagulasi antara koagulan biji kelor dengan limbah cair industri bereaksi dimana kuli dapat molekul asam amino mengandung ion karboksilat (COO-) suatu ion amonium, karena asam amino bersifat amfoter yang berarti asam amino dapat bereaksi Kep57 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 dengan asam maupun basa, yang koloid yang berwarna kuning. akan menghasilkan kation atau anion Intensitas yang terjadi berbanding [1]. Grafik pengaruh penambahan lurus dengan konsentrasi yang ada dosis koagulan biji kelor terhadap dalam sampel air yang dapat diukur amonium dapat dilihat pada Gambar dengan Spectrophotometer UV-Vis 6. pada panjang gelombang 425 nm. Penurunan kosentrasi amonium Analisis amonium pada sampel air dosis optimum pada penambahan 5 limbah industri tekstil ini dengan gram, menggunakan hal ini dikarenakan pembentukan polielektrolit kationik -NH3+ gugus sehingga sudah mampu terbentuk mengendapkan pereaksi nessler bertujuan untuk pengompleks untuk membentuk senyawa O[Hg2]NH2I, kompleks berwarna kuning amonium meskipun penurunannya kecoklatan. Sedangkan perubahan tidak air penambahan garam seignete adalah nitrogen amonia berada dalam 2 sebagai penyangga pH agar warna bentuk, yaitu amonia (NH3) dan yang timbul oleh pereaksi nessler amonium (NH4+) menurut reaksi tetap stabil. Dengan hasil yang keseimbangan berikut: dicapai dapat disesuaikan dengan signifikan, di dalam NH3 + H2O NH4+ + OH- baku mutu amonium yang telah ditetapkan Keseimbangan antara amonia dan amonium dipengaruhi oleh temperatur, akan tetapi perbandingan antara amonia dan amonium sangat dipengaruhi pH. Amoniak banyak terkandung dalam limbah cair, baik limbah domestik, limbah pertanian, maupun limbah pabrik, terutama menurut 51/MENLH/10/1995, limbah yang Kep- baku dapat mutu dibuang kelingkungan adalah 0,50 mg/L. Sehingga parameter amonium tidak memenuhi ditetapkan baku mutu oleh yang kep- 51/MENLH/10/1995 oleh karena itu perlu penanganan lebih lanjut. pabrik pupuk nitrogen. Pengujian kadar amonium menggunakan pereaksi nessler adalah jika amonium bereaksi dengan pereaksi nessler dalam suasana basa akan membentuk 58 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 Amonium (mg/L) 12 Penurunan kadar krom ini mungkin 10.42 10 Batas maksimum 0,50 8 6 4 terjadi karena protein kationik dari biji kelor berikatan dengan muatan 3.57 4.57 3.72 1.7 2 2.65 2.42 ion-ion logam tersebut sehingga ion 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Variasi Dosis Koagulan (gram) Gambar 6. Koagulan Biji Pengaruh Kelor negatif dari senyawa yang mengikat Dosis Terhadap logam terendapkan. Dengan hasil analisis dapat disesuaikan dengan baku mutu yang telah ditetapkan menurut Kep-51/MENLH/10/1995, baku mutu krom yang dapat dibuang amonium kelingkungan adalah 0,80 mg/L. Sehingga parameter krom boleh Pengaruh Penambahan Dosis dibuang Koagulan Biji Kelor Terhadap Krom memenuhi (Cr) ditetapkan Penurunan konsentrasi krom dari 2,610 mg/L hingga tidak terdeteksi. kelingkungan baku karena mutu oleh 51/MENLH/10/1995 yang kep- maka aman untuk lingkungan. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yuliastri yang melakukan penelitian mengalami penurunan pada kadar logam yaitu Cd, Cr dan Mn sebesar 0,479 mg/L. [9] Dari penelitian ini terbukti bahwa koagulan biji kelor dapat menurunkan kadar logam krom Gambar 7. Pengaruh Dosis Koagulan Biji Kelor Terhadap krom dalam limbah cair. Hal ini bisa disebabkan penambahan koagulan Pengaruh akan membentuk flok dan menarik Koagulan logam-logam tersebut ke dalam flok. Sulfida (S2-) Penambahan Biji Kelor Dosis Terhadap Grafik pengaruh penambahan dosis koagulan biji kelor terhadap krom dapat dilihat pada Gambar 7. Penurunan kadar sulfida awal 0,054 mg/L setelah penambahan koagulan biji kelor 0,021 mg/L. Hal 59 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 ini disebabkan ion koagulan dengan muatan berbeda, akan saling tarikmenarik dan akan semakin cepat untuk menurunkan kadar sulfida, Pengedapan kation oleh H 2S dipengaruhi oleh pH, H2S yang mengalami disosiasi dalam dua tahap Gambar 8. Pengaruh Dosis Koagulan Biji Kelor Terhadap Sulfida yaitu: H2S H+ + HS- Kesimpulan HS- H+ + S2- Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Jika kation diendapkan sebagai garam sulfida maka dapat dilihat pH atau konsentrasi hidrogen akan mempengaruhi hasil kali kelarutan ion. Pada pH rendah atau konsentrasi hidrogen tinggi, konsentrasi sulfida sangat rendah, dengan hasil yang dicapai dapat disesuaikan dengan baku mutu ditetapkan sulfida yang menurut 51/MENLH/10/1995, telah Kepbahwa konsentrasi sulfida sudah dibawah standar baku mutu yang ditetapkan Kep-51/MENLH/10/1995, aman untuk pengaruh lingkungan. penambahan maka Grafik dosis koagulan biji kelor terhadap sulfida dapat dilihat pada Gambar 8. maka dapat ditarik kesimpulan yaitu dosis optimum koagulan biji kelor adalah 5 gram/500 mL pada pH limbah cair industri tekstil dengan ukuran partikel 80 mesh, mampu menyisihkan TSS sebesar 0,012 mg/L, COD sebesar 104,96 mg/L, Amonium sebesar 1,7 mg/L. Namun pada pengukuran optimum biji gram/500mL BOD kelor dapat dosis adalah 1 menyisihkan BOD sebesar 20,52 mg/L, dan mampu menurunkan warna sebesar 68,518 Pt.Co, Krom sebesar 0,483 mg/L dan sulfida sebesar 0,021 mg/L. Koagulan biji kelor dapat memperbaiki kualitas air limbah cair industri tekstil kulit namun tidak untuk semua parameter yang disesuaikan dengan baku mutu Kep- 60 ISSN 1979-8911 Edisi Juni 2017 Volume X No. 2 51/MENLH/10/1995 untuk limbah Penjernihan Air. Disertasi, industri tekstil. Program Pasca Sarjana, UM. [7] Rambe. 2009. Pemanfaatan Biji Kelor Sebagai Referensi [1] Effendi, H. Kualitas 2003. Air. Proses Telaah Yogyakarta jeans. Aktif Penjernih Air. Laporan Penelitian. Jurusan Tekhnik Universitas [4] Riko, P. 2013. Pemanfaatan Biji kelor Sebagai Koagulan pada Proses Koagulasi Limbah Cair Tahu dengan Menggunakan Jar Test. Medan : Universitas Sumatera Utara [5] Darsono, V. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta : S. Pemberdayaan Bantaran Laporan Penelitian. Tekhnik Kimia. Sumatera Utara [8] Lenore, S. 1998. Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water. EPA 376,2 US Standard Methods [9] Yuliastri, I. 2010. Penggunaan Serbuk Biji Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Koagulan Dan Flokulan Dalam Perbaikan Kualitas Air Limbah Dan Air Tanah. Jurusan Laporan Tekhnik Penelitian. Kimia. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Universitas Atma Jaya. [6] Hidayat, Limbah 4500-S2- D ISO 10530. Muhamadiyah Palembang Industri Penjernihan (USU) Medan [3] Hidayat, S. 2009. Protein Biji Kimia. Dalam Universitas Biokimia. Jakarta : UI-Press Bahan Koagulan Jurusan [2] Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Sebagai oleifera) Cair Industri Tekstil Pencucian : Kanisius. Kelor (Moringa 2006. Masyarakat Sungai Lematang Dalam Menurunkan Kekeruhan Air Dengan Biji Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Pengembangan Upaya Proses 61