Tetaplah Berada dalam Kasih Allah

advertisement
”TETAPLAH BERADA DALAM
”
KASIH ALLAH
ˇ Bagaimana Saudara dapat
menunjukkan bahwa Saudara
benar-benar mengasihi Allah?
ˇ Kapan Saudara bisa yakin bahwa hati
nurani Saudara dapat diandalkan?
ˇ Teman-teman yang Saudara pilih
menyingkapkan apa tentang Saudara?
ˇ Mengapa pandangan Saudara tentang
wewenang memengaruhi pandangan
Allah tentang Saudara?
ˇ Mengapa menaati standar moral Allah
bermanfaat?
ˇ Bagaimana agar Saudara bisa
puas dalam pekerjaan?
s
lv-IN
160923
ˇ Bagaimana caranya memupuk
keinginan untuk menaati
Yehuwa?
”TETAPLAH BERADA DALAM
”
KASIH ALLAH
BUKU INI MILIK
Photo Credits: ˛ Page 14: ˘ COMSTOCK Images/age fotostock
˛ Page 134: Mixa/age fotostock ˛ Page 201: ˘ bilderlounge/Tips RF/age fotostock
Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai
bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedunia yang
ditunjang oleh sumbangan sukarela.
Untuk memberi sumbangan, silakan kunjungi www.jw.org.
Kecuali disebutkan sumbernya, semua ayat Alkitab dikutip dari
Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru.
“Keep Yourselves in God’s Love”
Cetakan Mei 2016
Indonesian (lv-IN)
˘ 2008, 2014
Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania
Penerbit
Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia
Jakarta, Indonesia
Made in Japan
Dibuat di Jepang
DAFTAR ISI
PASAL
HALAMAN
1. ”Inilah Arti Kasih akan Allah” 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 5
2. Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya? 9 9 9 9 9 9 9 9 14
3. Kasihilah Orang yang Allah Kasihi 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 25
4. Mengapa Merespek Wewenang? 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 36
5. Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya? 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 50
6. Cara Memilih Hiburan yang Sehat 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 62
7. Apakah Saudara Menghargai Kehidupan
seperti Halnya Allah? 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 74
8. Allah Mengasihi Orang yang Bersih 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 86
9. ”Larilah dari Percabulan” 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 97
10. Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih 9 9 9 9 9 9 9 110
11. ”Hendaklah Pernikahan Terhormat” 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 121
12. Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’ 9 9 9 9 9 9 133
13. Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah 9 9 9 144
14. Jujurlah dalam Segala Hal 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 160
15. Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara 9 9 9 9 9 9 9 9 171
16. Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 183
17. ”Membangun Dirimu di Atas
Imanmu yang Paling Kudus” 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 196
Apendiks 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 206
Saudara-Saudari yang Mengasihi Yehuwa,
”Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu
akan memerdekakan kamu,” kata Yesus. (Yohanes 8:32)
Betapa membesarkan hati kata-kata tersebut! Ya, kita bisa
mengetahui kebenaran, bahkan pada ”hari-hari terakhir”
yang kritis ini yang penuh dengan kebohongan. (2 Timotius
3:1) Ingatkah Saudara ketika Saudara pertama kalinya mengenal kebenaran sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah?
Sungguh senang rasanya!
Kita tahu bahwa memiliki pengetahuan yang saksama
tentang kebenaran dan sering menceritakannya kepada orang
lain itu penting. Tetapi, tingkah laku kita juga harus selaras
dengan kebenaran. Untuk itu, kita perlu tetap berada dalam
kasih Allah. Apa yang tersangkut dalam hal itu? Kata-kata
Yesus pada malam sebelum kematiannya menjawab pertanyaan ini. Ia memberi tahu rasul-rasulnya yang setia, ”Jika kamu
menjalankan perintah-perintahku, kamu akan tetap dalam
kasihku, sebagaimana aku sudah menjalankan perintah-perintah Bapak dan tetap dalam kasihnya.”—Yohanes 15:10.
Perhatikan bahwa Yesus tetap berada dalam kasih Allah
karena ia menjalankan perintah-perintah Bapaknya. Hal ini
juga berlaku bagi kita sekarang. Untuk tetap berada dalam
kasih Allah, kita perlu menerapkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Pada malam yang sama, Yesus berkata, ”Jika
kamu mengetahui semuanya ini, berbahagialah kamu jika
kamu melakukannya.”—Yohanes 13:17.
Dengan tulus kami berharap semoga publikasi ini membantu Saudara untuk terus menerapkan kebenaran dalam
kehidupan, dan dengan demikian Saudara tetap berada
”dalam kasih Allah . . . sambil menatap kehidupan abadi”.
—Yudas 21.
Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa
PASAL 1
”Inilah Arti Kasih
akan Allah”
”Inilah arti kasih akan Allah, yaitu bahwa kita
menjalankan perintah-perintahnya; meskipun demikian
perintah-perintahnya tidak membebani.”
—1 YOHANES 5:3.
APAKAH Saudara mengasihi Allah? Jika Saudara sudah membaktikan diri kepada Allah Yehuwa, Saudara tentu akan dengan tandas menjawab ya—dan begitulah seharusnya! Mengasihi Yehuwa memang wajar. Kasih kita kepada Allah
sebenarnya merupakan tanggapan terhadap kasih-Nya kepada kita. Alkitab menyatakannya demikian, ”Kita mengasihi,
karena dia [Yehuwa] pertama-tama mengasihi kita.”—1 Yohanes 4:19.
2 Yehuwa-lah yang terlebih dahulu mengungkapkan kasihNya kepada kita. Ia memberi kita rumah yang indah, bumi
ini. Ia mengurus kebutuhan fisik dan materi kita. (Matius 5:
43-48) Yang lebih penting, Ia memperhatikan kebutuhan rohani kita. Ia memberi kita Firman-Nya, Alkitab. Selain itu, Ia
mengundang kita untuk berdoa kepada-Nya dengan jaminan bahwa Ia akan mendengarkan dan memberikan roh suciNya untuk membantu kita. (Mazmur 65:2; Lukas 11:13) Yang
terutama, ia mengutus Putra-Nya yang paling berharga untuk menjadi Penebus kita agar kita dapat dibebaskan dari dosa
dan kematian. Alangkah besarnya kasih yang Yehuwa perlihatkan kepada kita!—Baca Yohanes 3:16; Roma 5:8.
1, 2. Apa yang menggerakkan Saudara untuk mengasihi Allah
Yehuwa?
5
Pembaktian dan
baptisan menandai
awal kehidupan
yang disertai ketaatan
atas dasar kasih
kepada Yehuwa
3 Yehuwa ingin agar kita mendapat manfaat dari kasihNya untuk selama-lamanya. Tetapi, hal itu sangat bergantung
pada kita sendiri, apakah kita mau atau tidak. Firman Allah
mendesak kita, ”Tetaplah berada dalam kasih Allah . . . sambil menatap kehidupan abadi.” (Yudas 21) Frasa ”tetaplah berada” menunjukkan bahwa untuk tetap berada dalam kasih
Allah harus ada tindakan di pihak kita. Kita perlu menanggapi
kasih-Nya dengan cara yang nyata. Jadi, pertanyaan penting
yang hendaknya kita pikirkan adalah, ’Bagaimana saya dapat
menunjukkan kasih saya kepada Allah?’ Jawabannya terda-
3. (a) Agar tetap berada dalam kasih Allah, apa yang harus kita lakukan? (b) Pertanyaan penting apa yang perlu kita pikirkan, dan di mana
jawabannya dapat ditemukan?
”Inilah Arti Kasih akan Allah”
7
pat dalam kata-kata terilham rasul Yohanes, ”Inilah arti kasih
akan Allah, yaitu bahwa kita menjalankan perintah-perintahnya; meskipun demikian perintah-perintahnya tidak membebani.” (1 Yohanes 5:3) Ada baiknya kita memeriksa dengan
saksama makna kata-kata itu, sebab kita ingin menunjukkan
kepada Allah bahwa kita sangat mengasihi-Nya.
”INILAH ARTI KASIH AKAN ALLAH”
”Kasih akan Allah”—apa yang ada dalam benak rasul Yohanes ketika ia menulis kata-kata tersebut? Ingatkah Saudara kapan kasih kepada Yehuwa mulai tumbuh dalam hati
Saudara?
5 Renungkan sejenak ketika Saudara pertama kali mendengar kebenaran tentang Yehuwa dan kehendak-Nya, lalu Saudara mulai menaruh iman. Kemudian, Saudara mengerti bahwa meskipun Saudara lahir sebagai pedosa yang terasing dari
Allah, Yehuwa melalui Kristus membuka jalan agar Saudara
dapat mencapai kesempurnaan yang telah Adam hilangkan
dan dapat mewarisi kehidupan abadi. (Matius 20:28; Roma
5:12, 18) Saudara mulai menyadari betapa besar pengorbanan Yehuwa ketika Ia mengutus Putra-Nya yang paling berharga untuk mati bagi Saudara. Hati Saudara tergugah, dan
timbullah perasaan kasih kepada Allah yang telah memperlihatkan kasih yang begitu besar kepada Saudara.—Baca 1 Yohanes 4:9, 10.
6 Tetapi, perasaan itu baru permulaan dari kasih sejati kepada Yehuwa. Kasih bukan hanya perasaan; juga bukan hanya
ucapan di bibir. Kasih sejati kepada Allah bukan sekadar pernyataan ”Saya mengasihi Yehuwa”. Seperti iman, kasih sejati
terlihat melalui tindakan yang digerakkan oleh kasih. (Yakobus 2:26) Khususnya, kasih diperlihatkan dengan melakukan
4
4, 5. Jelaskan bagaimana kasih kepada Yehuwa mulai tumbuh dalam
hati Saudara.
6. Bagaimana kasih sejati diperlihatkan, dan kasih akan Allah menggerakkan Saudara untuk melakukan apa?
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
8
hal-hal yang menyenangkan orang yang dikasihi. Jadi, apabila kasih kepada Yehuwa berakar dalam hati, Saudara akan tergerak untuk menempuh kehidupan yang menyenangkan Bapak Saudara yang ada di surga. Apakah Saudara seorang Saksi
yang terbaptis? Jika ya, kasih sayang dan pengabdian yang
mendalam inilah yang mendorong Saudara untuk membuat
keputusan terpenting dalam kehidupan Saudara. Saudara
membaktikan diri kepada Yehuwa untuk melakukan kehendak-Nya, dan melambangkan pembaktian itu dengan dibaptis. (Baca Roma 14:7, 8.) Memenuhi janji yang serius ini kepada Yehuwa ada kaitannya dengan kata-kata rasul Yohanes
selanjutnya.
”KITA MENJALANKAN PERINTAH-PERINTAHNYA”
Yohanes menjelaskan apa arti kasih akan Allah, yaitu ”kita
menjalankan perintah-perintahnya”. Apa saja perintah Allah?
Yehuwa memberi kita sejumlah perintah yang terperinci
melalui Firman-Nya, Alkitab. Misalnya, Ia melarangkan perbuatan seperti kemabukan, percabulan, penyembahan berhala, pencurian, dan dusta. (1 Korintus 5:11; 6:18; 10:14; Efesus
4:28; Kolose 3:9) Menjalankan perintah Allah berarti hidup
selaras dengan standar moral Alkitab yang jelas.
8 Akan tetapi, untuk menyenangkan Yehuwa, tidak cukup
jika kita hanya menaati perintah-perintah-Nya yang tertulis.
Yehuwa tidak mengekang kita dengan hukum-hukum yang
mengatur setiap segi kehidupan kita sehari-hari. Maka, setiap hari kita bisa saja menghadapi banyak situasi yang petunjuknya tidak secara khusus disebutkan dalam Alkitab. Jika
demikian, bagaimana kita bisa tahu apa yang menyenangkan
Yehuwa? Alkitab berisi petunjuk yang jelas tentang cara ber7
7. Sebutkan beberapa perintah Allah, dan apa artinya menjalankan
perintah-perintah itu?
8, 9. Bagaimana kita bisa mengetahui apa yang menyenangkan Yehuwa bahkan dalam situasi yang hukumnya tidak secara khusus
disebutkan dalam Alkitab? Berikan contoh.
”Inilah Arti Kasih akan Allah”
9
pikir Allah. Seraya kita belajar Alkitab, kita akan tahu apa yang
Yehuwa kasihi dan apa yang Ia benci. (Baca Mazmur 97:10;
Amsal 6:16-19) Kita pun memahami sikap dan tindakan yang
Ia hargai. Semakin baik kita mengenal kepribadian dan jalanjalan Yehuwa, semakin mudah kita membiarkan cara berpikir-Nya membimbing keputusan kita serta memengaruhi tindakan kita. Jadi, bahkan dalam situasi yang hukumnya tidak
disebutkan dalam Alkitab, kita sering dapat mengerti ”apa
kehendak Yehuwa” itu.—Efesus 5:17.
9 Sebagai contoh, dalam Alkitab tidak ada larangan untuk
menonton film atau acara TV yang menayangkan kekerasan
atau tindakan seksual yang menjijikkan. Namun, apakah kita
benar-benar membutuhkan hukum yang melarang kita menonton tayangan seperti itu? Kita tahu pandangan Yehuwa
tentang hal tersebut. Firman-Nya dengan jelas memberi tahu
kita, ”[Yehuwa] pasti membenci siapa pun yang mengasihi
kekerasan.” (Mazmur 11:5) Alkitab juga mengatakan, ”Allah
akan menghakimi orang yang melakukan percabulan dan pezina.” (Ibrani 13:4) Dengan merenungkan kata-kata terilham
itu, kita dapat memahami dengan jelas apa kehendak Yehuwa. Karena itu, kita tidak akan memilih hiburan yang mempertontonkan jenis perbuatan yang dibenci Allah kita. Kita
tahu bahwa Yehuwa senang jika kita menghindari kebejatan
moral yang dianggap sekadar hiburan oleh dunia ini.1
10 Apa alasan utama kita menjalankan perintah-perintah
Allah? Mengapa kita setiap hari ingin hidup selaras dengan
apa yang kita tahu adalah cara berpikir Allah? Kita memilih haluan itu bukan sekadar supaya terhindar dari hukuman
atau dampak buruk diabaikannya kehendak Allah. (Galatia 6:7) Tetapi, kita memandang ketaatan kepada Yehuwa
1 Lihat Pasal 6 publikasi ini yang membahas cara memilih hiburan yang sehat.
10, 11. Mengapa kita memilih untuk taat kepada Yehuwa, dan ketaatan macam apa yang kita perlihatkan kepada-Nya?
10
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
sebagai kesempatan yang berharga untuk memperlihatkan
kasih kita kepada-Nya. Sebagaimana seorang anak ingin sekali
mendapat senyum perkenan ayahnya, kita pun ingin mendapat perkenan Yehuwa. (Mazmur 5:12) Dialah Bapak kita, dan
kita mengasihi-Nya. Kita bisa sangat bersukacita dan puas karena mengetahui bahwa cara hidup kita ’diperkenan Yehuwa’.
—Amsal 12:2.
11 Maka, kita taat bukan karena terpaksa, juga bukan dengan syarat tertentu.1 Kita tidak memilih-milih, yaitu taat hanya kalau sesuai dengan keinginan, atau apabila tidak terlalu
sulit atau tidak menimbulkan masalah. Sebaliknya, kita ”taat
dari hati”. (Roma 6:17) Perasaan kita sama seperti pemazmur
dalam Alkitab yang menulis, ”Aku akan menyukai perintahperintahmu yang kucintai.” (Mazmur 119:47) Ya, kita mencintai ketaatan kepada Yehuwa. Kita menyadari bahwa Ia layak
kita taati sepenuhnya dan tanpa syarat, dan Ia menuntut hal
itu dari kita. (Ulangan 12:32) Kita berharap Yehuwa memuji
kita sama seperti Ia memuji Nuh. Mengenai pria yang setia
itu, yang memperlihatkan kasih kepada Allah dengan berlaku
taat selama puluhan tahun, Alkitab mengatakan, ”Nuh melakukannya menurut semua yang Allah perintahkan. Ia melakukannya tepat seperti itu.”—Kejadian 6:22.
12 Bagaimana perasaan Yehuwa jika kita taat dengan rela?
Firman-Nya mengatakan bahwa kita akan membuat ’hatiNya bersukacita’. (Amsal 27:11) Apakah ketaatan kita memang
membuat hati Tuan Yang Berdaulat di alam semesta bersukacita? Ya, tentu—dan dengan alasan yang kuat! Yehuwa menciptakan kita sebagai makhluk bermoral dengan kebebasan
memilih. Ini berarti kita bisa memilih untuk menaati Allah,
1 Bahkan roh-roh jahat taat walaupun dengan terpaksa. Ketika Yesus memerintahkan hantu-hantu agar keluar dari beberapa orang yang kerasukan, para
hantu dengan terpaksa mengakui wewenangnya dan taat, meskipun dengan berat hati.—Markus 1:27; 5:7-13.
12. Apa yang dibutuhkan agar ketaatan kita membuat hati Yehuwa
bersukacita?
”Inilah Arti Kasih akan Allah”
11
atau tidak. (Ulangan 30:15, 16, 19, 20) Apabila kita dengan rela
memilih untuk menaati Yehuwa dan apabila keputusan itu didorong oleh hati yang penuh kasih kepada Allah, kita akan
membuat Bapak kita di surga sangat senang dan bersukacita.
(Amsal 11:20) Kita juga memilih jalan hidup yang paling baik.
”PERINTAH-PERINTAHNYA TIDAK MEMBEBANI”
Rasul Yohanes memberi tahu kita sesuatu yang sangat
menenteramkan hati tentang tuntutan Yehuwa, yaitu ”perintah-perintahnya tidak membebani”. Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”membebani” di 1 Yohanes 5:3 secara harfiah berarti ”berat”.1 Tuntutan Yehuwa tidak berlebihan atau
menekan kita. Hukum-hukum-Nya tidak terlalu berat untuk
ditaati manusia yang tidak sempurna.
14 Sebagai gambaran, seorang sahabat meminta bantuan
Saudara sewaktu ia akan pindah rumah. Banyak barang harus diangkut. Ada yang cukup ringan sehingga mudah dibawa oleh satu orang, tetapi ada juga yang berat sehingga harus
diangkat oleh dua orang. Sahabat Saudara memilihkan kardus yang bisa Saudara angkat. Apakah ia akan meminta Saudara mengangkat kardus yang ia tahu terlalu berat bagi Saudara? Tidak. Ia tidak ingin Saudara cedera karena mencoba
mengangkatnya sendirian. Demikian pula, Allah kita yang pengasih dan baik hati tidak meminta kita menjalankan perintah-perintah yang terlalu sulit dilakukan. (Ulangan 30:11-14)
Ia tidak akan pernah meminta kita mengangkat beban yang
terlampau berat. Yehuwa memahami keterbatasan kita, sebab
13
1 Di Matius 23:4, kata ini digunakan untuk menggambarkan ’beban-beban
berat’, peraturan dan tradisi buatan manusia yang sangat terperinci, yang ditanggungkan oleh para penulis dan orang Farisi ke atas rakyat jelata. Kata yang
sama diterjemahkan menjadi ”menindas” di Kisah 20:29, 30 dan ditujukan kepada orang-orang murtad yang kejam yang ”membicarakan perkara-perkara yang
belat-belit” dan berupaya menyesatkan orang lain.
13, 14. Mengapa dapat dikatakan bahwa ”perintah-perintah [Allah]
tidak membebani”, dan bagaimana ini dapat digambarkan?
12
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
”ia tahu benar bagaimana kita dibentuk, ia ingat bahwa kita
ini debu”.—Mazmur 103:14.
15 Perintah-perintah Yehuwa sama sekali tidak membebani,
tetapi justru sangat bermanfaat bagi kita. (Baca Yesaya 48:17.)
Jadi, Musa dapat mengatakan kepada orang Israel zaman dahulu, ”Yehuwa memerintahkan kepada kita untuk menjalankan semua peraturan ini, untuk takut akan Yehuwa, Allah
kita, demi kebaikan kita senantiasa, supaya kita tetap hidup seperti pada hari ini.” (Ulangan 6:24) Kita juga dapat yakin bahwa sewaktu memberikan hukum-hukum-Nya kepada kita, Yehuwa memikirkan manfaatnya bagi kita—kesejahteraan kita
untuk jangka panjang, bahkan selama-lamanya. Dan, memang seharusnya begitu, bukan? Allah Yehuwa memiliki hikmat yang tak terhingga. (Roma 11:33) Karena itu, Ia tahu apa
yang terbaik bagi kita. Yehuwa adalah teladan terbaik dalam
menunjukkan kasih. (1 Yohanes 4:8) Kasih, sifat-Nya yang
utama, memengaruhi segala sesuatu yang Ia katakan dan lakukan. Kasih menjadi dasar semua perintah yang Ia tetapkan
atas hamba-hamba-Nya.
16 Ini tidak berarti bahwa menaati Allah itu mudah. Kita harus berjuang melawan pengaruh dunia yang bejat ini, yang
”berada dalam kuasa si fasik”. (1 Yohanes 5:19) Kita juga harus
bergumul melawan ketidaksempurnaan kita sendiri, yang
membuat kita cenderung melanggar hukum Allah. (Roma
7:21-25) Tetapi, kasih kita kepada Allah dapat menang. Yehuwa memberkati orang-orang yang ingin membuktikan kasih
mereka kepada-Nya melalui ketaatan mereka. Ia memberikan
roh kudus-Nya ”kepada orang-orang yang menaati dia sebagai penguasa”. (Kisah 5:32) Roh itu menghasilkan buah yang
baik dalam diri kita—sifat-sifat berharga yang dapat membantu kita menempuh haluan ketaatan.—Galatia 5:22, 23.
15. Mengapa kita dapat yakin bahwa perintah-perintah Yehuwa sangat bermanfaat bagi kita?
16. Meskipun menghadapi pengaruh dunia yang bejat ini dan kecenderungan tubuh yang tidak sempurna, mengapa kita dapat
menempuh haluan ketaatan?
”Inilah Arti Kasih akan Allah”
13
Dalam publikasi ini, kita akan mengupas prinsip-prinsip
serta standar moral Yehuwa dan banyak petunjuk lain tentang kehendak-Nya. Seraya melakukannya, kita perlu mengingat sejumlah hal penting. Ingatlah bahwa Yehuwa tidak memaksa kita untuk menaati hukum serta prinsip-prinsip-Nya;
Ia menginginkan kita menaati semuanya itu dengan rela, dari
hati. Jangan lupa bahwa Yehuwa meminta kita untuk hidup
dengan cara yang akan mendatangkan berkat limpah sekarang dan menuntun ke kehidupan abadi di masa depan. Dan,
mari kita memandang ketaatan kita yang sepenuh hati sebagai kesempatan yang berharga untuk menunjukkan kepada
Yehuwa bahwa kita sangat mengasihi-Nya.
18 Untuk membantu kita membedakan yang benar dari
yang salah, Yehuwa dengan pengasih mengaruniai kita hati
nurani. Namun, agar dapat menjadi pembimbing yang dapat
diandalkan, hati nurani kita perlu dilatih, sebagaimana akan
dibahas dalam pasal berikut.
17
17, 18. (a) Apa yang akan kita kupas dalam publikasi ini, dan seraya
melakukannya, apa yang hendaknya kita ingat? (b) Apa yang akan dibahas dalam pasal berikut?
APA JAWABAN SAUDARA?
ˇ Ketaatan macam apa yang Yehuwa harapkan
dari para penyembah-Nya, dan mengapa ini
demi kebaikan kita?—Ulangan 5:28-33.
ˇ Bagi Yehuwa, seberapa pentingkah ketaatan
kita?—1 Samuel 15:22, 23.
ˇ Apa yang kita pelajari dari sikap Yesus
terhadap ketaatan kepada Allah?
—Yohanes 8:29.
ˇ Mengapa kita benar-benar layak menaati
Yehuwa?—Penyingkapan 4:11.
PASAL 2
Pertahankan Hati Nurani
yang Baik—Caranya?
”Pertahankanlah hati nurani yang baik.”
—1 PETRUS 3:16.
SEORANG pelaut mengarungi samudra yang luas dengan kapalnya; seorang petualang melintasi padang belantara yang tak
berpenghuni; seorang pilot menerbangkan pesawatnya tinggi di
atas lapisan-lapisan awan di angkasa. Apa persamaan di antara
mereka? Mereka masing-masing bisa menghadapi kesulitan seandainya mereka tidak membawa sebuah kompas—khususnya
apabila tidak ada peralatan modern lain.
2 Kompas adalah sebuah alat sederhana, biasanya hanya sebuah piringan dengan jarum magnetis yang menunjuk ke arah
utara. Apabila berfungsi dengan baik, dan terutama jika digunakan bersama sebuah peta yang tepat dan benar, alat itu dapat menyelamatkan kehidupan. Dalam beberapa hal, kompas dapat disamakan dengan sebuah pemberian yang berharga dari Yehuwa
1, 2. Mengapa kompas itu alat yang sangat penting, dan apa persamaannya dengan hati nurani?
Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya?
15
untuk kita—hati nurani. (Yakobus 1:17) Tanpa hati nurani, kita
akan benar-benar kehilangan arah. Jika digunakan dengan sepatutnya, hati nurani dapat membantu kita menemukan jalan
yang benar dalam kehidupan dan tetap berada di sana. Jadi, mari
kita bahas apa hati nurani itu dan cara kerjanya. Setelah itu, kita
dapat mengupas pokok-pokok berikut ini: (1) Cara melatih hati
nurani, (2) alasan kita harus memikirkan hati nurani orang lain,
dan (3) manfaat hati nurani yang baik.
APA HATI NURANI ITU DAN CARA KERJANYA
Dalam Alkitab, kata Yunani untuk ”hati nurani” secara harfiah berarti ”pengetahuan pendamping, atau pengetahuan yang
menyertai diri kita”. Tidak seperti semua makhluk lain di bumi,
Allah memberi kita kemampuan untuk mengenal diri sendiri.
Kita seolah-olah dapat memeriksa diri sendiri dan menilai apakah kita lurus secara moral. Karena bertindak sebagai pemberi
kesaksian, atau hakim, dalam diri kita, hati nurani dapat memeriksa tindakan, sikap, dan pilihan kita. Hati nurani dapat menuntun kita untuk mengambil keputusan yang baik atau memperingatkan kita terhadap keputusan yang tidak baik. Setelah itu,
hati nurani bisa menenangkan hati kita karena pilihan yang kita
buat itu bijaksana atau menghukum kita sehingga batin kita tertekan karena pilihan kita tidak baik.
4 Kemampuan ini ditanamkan dalam diri pria dan wanita sejak awal mula. Baik Adam maupun Hawa menunjukkan bahwa
mereka mempunyai hati nurani. Hal itu terlihat dari rasa malu
mereka setelah mereka berbuat dosa. (Kejadian 3:7, 8) Sayang sekali, hati nurani yang terganggu tidak ada gunanya lagi bagi mereka pada waktu itu. Mereka sengaja mengabaikan hukum Allah.
Jadi, dengan kesadaran penuh mereka memilih untuk menjadi
pemberontak, yaitu penentang Allah Yehuwa. Sebagai manusia
3
3. Apa arti harfiah kata Yunani untuk ”hati nurani”, dan kata itu
menggambarkan kemampuan unik apa dalam diri manusia?
4, 5. (a) Bagaimana kita tahu bahwa baik Adam maupun Hawa
memiliki hati nurani, dan apa akibatnya bagi mereka karena mengabaikan hukum Allah? (b) Contoh apa saja yang menunjukkan
bekerjanya hati nurani dalam diri orang-orang beriman pada zaman
pra-Kristen?
16
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
sempurna, mereka tahu apa yang mereka lakukan, dan mereka
tidak bisa berbalik.
5 Tidak seperti Adam dan Hawa, banyak orang yang tidak sempurna mengindahkan hati nurani mereka. Misalnya, Ayub yang
setia dapat mengatakan, ”Pada kebenaranku aku berpegang,
dan aku tidak akan melepaskannya; hatiku tidak akan mencela aku bahkan sehari pun dalam masa hidupku.”1 (Ayub 27:6)
Ayub mendengarkan baik-baik hati nuraninya, membiarkannya
membimbing semua tindakan dan keputusannya. Maka, dengan perasaan benar-benar puas ia dapat mengatakan bahwa
hati nuraninya tidak mencelanya dengan rasa malu dan rasa bersalah. Perhatikan perbedaan antara Ayub dan Daud. Daud berlaku tidak hormat terhadap Saul, raja yang diurapi Yehuwa. ”Sesudah itu hati Daud terus menyalahkan dia.” (1 Samuel 24:5)
Sengatan tajam hati nurani itu jelas bermanfaat bagi Daud karena mengajarnya untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak
memperlihatkan hormat.
6 Apakah hati nurani ini hanya diberikan kepada hamba-hamba Yehuwa? Perhatikan kata-kata terilham rasul Paulus, ”Apabila
orang-orang dari bangsa-bangsa yang tidak memiliki hukum, secara alami melakukan perkara-perkara yang terdapat dalam hukum, orang-orang ini, walaupun tidak memiliki hukum, adalah
suatu hukum bagi diri mereka sendiri. Merekalah orang-orang
yang mempertunjukkan bahwa hakikat hukum tertulis dalam
hati mereka, sementara hati nurani mereka memberikan kesaksian bersama mereka dan, dalam pikiran mereka sendiri, mereka dituduh atau bahkan dibenarkan.” (Roma 2:14, 15) Bahkan
orang-orang yang sama sekali tidak mengenal hukum Yehuwa
adakalanya bisa digerakkan oleh saksi batin ini untuk bertindak
selaras dengan prinsip-prinsip Allah.
1 Dalam Kitab-Kitab Ibrani, tidak ada kata khusus untuk ”hati nurani”. Tetapi,
contoh Ayub menunjukkan bahwa hati nuranilah yang dimaksud. Kata ’hati’
pada umumnya memaksudkan batin seseorang. Dalam contoh Ayub, ’hati’ jelas
menunjuk ke suatu bagian tertentu dalam batin manusia—hati nuraninya. Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”hati
nurani” disebutkan kira-kira 30 kali.
6. Apa yang menunjukkan bahwa hati nurani adalah pemberian bagi
seluruh umat manusia?
Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya?
17
7 Tetapi, hati nurani kadang-kadang bisa salah. Mengapa? Jika
sebuah kompas ditaruh dekat benda dari logam, kompas itu bisa
terpengaruh sehingga tidak menunjuk ke arah utara. Dan, jika
digunakan tanpa peta yang tepat, kompas itu hampir-hampir tidak ada gunanya. Demikian pula, jika terlalu dipengaruhi oleh
keinginan hati yang mementingkan diri, hati nurani kita bisa
menuntun kita ke arah yang salah. Dan, jika hati nurani digunakan tanpa bimbingan yang andal dari Firman Allah, bisa jadi kita
tidak dapat membedakan yang benar dan yang salah dalam banyak hal penting. Ya, agar hati nurani kita berfungsi dengan benar, kita membutuhkan bimbingan roh kudus Yehuwa. Paulus
menulis, ”Hati nuraniku memberikan kesaksian bersama diriku
melalui roh kudus.” (Roma 9:1) Namun, bagaimana kita dapat
memastikan bahwa hati nurani kita selaras dengan roh kudus
Yehuwa? Caranya ialah dengan melatihnya.
CARA MELATIH HATI NURANI
Bagaimana caranya membuat keputusan berdasarkan hati
nurani? Ada orang yang kelihatannya sekadar memeriksa batin
serta perasaan mereka, lalu mengambil keputusan. Setelah itu,
mereka mungkin mengatakan, ”Hati nurani saya tidak terganggu.” Keinginan hati bisa sangat kuat, bahkan memengaruhi hati
nurani. Alkitab mengatakan, ”Hati lebih licik daripada apa pun
juga dan nekat. Siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yeremia
17:9) Maka, keputusan kita tidak boleh ditentukan oleh keinginan hati kita saja. Sebaliknya, kita perlu pertama-tama memikirkan apa yang akan menyenangkan Allah Yehuwa.1
8
1 Alkitab menunjukkan bahwa hati nurani yang bersih tidak selalu cukup. Sebagai contoh, Paulus mengatakan, ”Aku tidak menyadari akan adanya sesuatu
yang tidak benar dalam diriku. Namun ini tidak membuktikan bahwa aku adilbenar, tetapi dia yang memeriksa aku adalah Yehuwa.” (1 Korintus 4:4) Bahkan
para penganiaya orang Kristen, seperti Paulus dulu, boleh jadi bertindak dengan
hati nurani yang bersih karena mengira Allah menyetujui perbuatan mereka.
Memiliki hati nurani yang bersih, baik dalam pandangan kita maupun dalam
pandangan Allah, sangatlah penting.—Kisah 23:1; 2 Timotius 1:3.
7. Mengapa hati nurani kadang-kadang bisa salah?
8. (a) Bagaimana hati dapat memengaruhi hati nurani, dan apa yang
seharusnya paling penting dalam keputusan kita? (b) Mengapa hati
nurani yang bersih tidak selalu cukup bagi seorang Kristen? (Lihat catatan kaki.)
18
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
9 Jika suatu keputusan benar-benar didasarkan atas hati nurani
kita yang terlatih, hal itu akan mencerminkan rasa takut yang
saleh, bukan keinginan pribadi kita. Perhatikan sebuah contoh.
Gubernur Nehemia yang setia berhak menuntut pembayaran
dan pajak tertentu dari orang-orang di Yerusalem. Namun, ia tidak melakukannya. Mengapa? Sebab hal itu sama saja dengan
menindas umat Allah. Maka, ia membuang jauh-jauh dari pikirannya sesuatu yang bisa saja menimbulkan ketidaksenangan Yehuwa. Ia mengatakan, ”Aku tidak berbuat demikian oleh karena takut akan Allah.” (Nehemia 5:15) Takut yang saleh berarti
kita takut berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan Bapak kita
di surga. Rasa takut yang tulus seperti itu penting sekali. Hal itu
akan menggerakkan kita untuk mencari petunjuk dari Firman
Allah sewaktu kita harus mengambil keputusan.
10 Misalnya, perhatikan masalah minuman beralkohol. Banyak dari antara kita harus mengambil keputusan berikut ini
dalam acara ramah tamah, Apakah saya akan meminumnya
atau tidak? Pertama-tama, kita perlu mendidik diri sendiri. Prinsip-prinsip Alkitab mana yang berlaku? Alkitab tidak melarang
orang minum dengan bersahaja, tetapi malah memuji Yehuwa
yang memberi kita anggur. (Mazmur 104:14, 15) Namun, Alkitab
mengutuk minum berlebihan dan pesta liar. (Lukas 21:34; Roma
13:13) Lagi pula, kemabukan disebutkan bersama dosa lain yang
sangat serius, seperti percabulan dan perzinaan.1—1 Korintus
6:9, 10.
11 Hati nurani seorang Kristen dididik dan dibuat peka oleh
prinsip-prinsip seperti itu. Maka, apabila kita harus membuat keputusan tentang minuman beralkohol pada suatu acara, kita akan bertanya kepada diri sendiri: ’Acara macam apakah
1 Patut diperhatikan bahwa menurut banyak dokter, minum dengan bersahaja hampir mustahil bagi para pecandu alkohol; bagi mereka, ”bersahaja” berarti tidak minum.
9. Apa rasa takut yang saleh itu, dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi hati nurani kita?
10, 11. Prinsip-prinsip Alkitab mana yang berlaku dalam hal minuman beralkohol, dan bagaimana kita bisa memperoleh bimbingan Allah
untuk dapat menerapkannya?
Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya?
19
ini? Adakah kemungkinan untuk menjadi tak terkendali, menjadi pesta liar? Apa kecenderungan saya sendiri? Apakah saya
ingin sekali minum minuman beralkohol, bergantung padanya, menggunakannya untuk mengendalikan suasana hati dan
perilaku saya? Apakah saya memiliki pengendalian diri yang
dibutuhkan untuk membatasi seberapa banyak yang akan saya
minum?’ Seraya kita memikirkan masak-masak prinsip-prinsip Alkitab serta berbagai pertanyaan yang timbul, sebaiknya
kita berdoa meminta bimbingan Yehuwa. (Baca Mazmur 139:
23, 24.) Dengan cara ini, kita mengundang Yehuwa untuk menuntun kita dengan roh kudus-Nya. Kita juga melatih hati nurani kita agar selaras dengan prinsip-prinsip dari Allah. Namun,
ada hal lain yang hendaknya dipertimbangkan dalam membuat
keputusan.
MENGAPA PERLU MEMIKIRKAN
HATI NURANI ORANG LAIN?
12 Adakalanya, Saudara mungkin merasa heran bahwa hati
nurani orang Kristen bisa begitu berbeda satu sama lain. Ada
yang tidak menyetujui perbuatan atau kebiasaan tertentu; orang
lain menyukainya dan melihat bahwa tidak ada dasar untuk
menganggapnya salah. Contohnya, sehubungan dengan minum minuman beralkohol bersama teman-teman, ada yang senang minum sewaktu bersantai bersama pada malam hari;
orang lain merasa terusik. Mengapa ada perbedaan, dan bagaimana seharusnya hal ini memengaruhi keputusan kita?
13 Ada banyak alasan mengapa orang bisa berbeda-beda. Salah satunya ialah latar belakang seseorang. Misalnya, ada yang
tahu benar kelemahan mereka, yang di masa lampau harus mereka atasi dengan susah payah—kadang-kadang mungkin gagal.
(1 Raja 8:38, 39) Berkenaan dengan minuman beralkohol, perasaan orang-orang tersebut kemungkinan besar sangat peka.
Jika ia berkunjung ke rumah Saudara, hati nuraninya tentu dengan tepat akan menggerakkan dia untuk menolak tawaran
12, 13. Sebutkan beberapa alasan mengapa hati nurani orang Kristen berbeda-beda, dan bagaimana hendaknya tanggapan kita?
20
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
minuman itu. Apakah Saudara akan tersinggung? Apakah Saudara akan memaksanya? Tidak. Entah Saudara tahu alasan dia
atau tidak—bisa jadi dia memutuskan untuk tidak mengatakannya saat itu—kasih persaudaraan akan menggerakkan Saudara
untuk bertimbang rasa.
14 Rasul Paulus melihat bahwa hati nurani orang Kristen pada
abad pertama sering kali sangat berbeda-beda. Pada waktu itu,
beberapa orang Kristen merasa terganggu sehubungan dengan
makanan tertentu yang telah dipersembahkan kepada berhala.
(1 Korintus 10:25) Hati nurani Paulus tidak menolak makanan seperti itu yang belakangan dijual di pasar-pasar. Baginya,
berhala itu benda mati sehingga makanan yang dipersembahkan kepadanya tidak bisa menjadi miliknya. Makanan berasal
dari Yehuwa dan tetap milik Dia. Tetapi, Paulus mengerti bahwa orang lain tidak sepaham dengannya mengenai hal ini. Ada
yang sebelum menjadi orang Kristen adalah penyembah berhala yang taat. Bagi mereka, bahkan apa pun yang sebelumnya ada
kaitannya dengan penyembahan berhala meresahkan mereka.
Bagaimana cara mengatasinya?
15 Paulus berkata, ”Akan tetapi, kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat, dan tidak menyenangkan diri sendiri. Sebab bahkan Kristus tidak menyenangkan dirinya sendiri.” (Roma 15:1, 3) Paulus menjelaskan bahwa
kita hendaknya menomorsatukan kepentingan saudara-saudari
kita, seperti yang Kristus lakukan. Dalam pembahasan yang
berkaitan dengan ini, Paulus mengatakan bahwa ia lebih baik
tidak makan daging sama sekali daripada membuat tersandung
domba yang berharga, yang untuknya Kristus telah mati.—Baca
1 Korintus 8:13; 10:23, 24, 31-33.
16 Sebaliknya, orang yang hati nuraninya lebih membatasi
tindakan mereka hendaknya tidak kritis terhadap orang lain,
berkeras agar semua orang sepaham dengan mereka dalam hal14, 15. Mengenai hal apa hati nurani orang-orang di sidang abad pertama berbeda, dan apa saran Paulus?
16. Mengapa orang yang hati nuraninya lebih membatasi tindakannya sebaiknya tidak menghakimi orang yang hati nuraninya berbeda?
Hati nurani yang terlatih oleh Alkitab dapat membantu Saudara
memutuskan untuk minum minuman beralkohol atau tidak
hal yang menyangkut hati nurani. (Baca Roma 14:10.) Yang
terbaik, hati nurani digunakan untuk menghakimi diri sendiri,
bukan dijadikan alasan untuk menghakimi orang lain. Ingat
perkataan Yesus, ”Berhentilah menghakimi agar kamu tidak dihakimi.” (Matius 7:1) Semua anggota sidang sebaiknya tidak
mempermasalahkan hal-hal yang terkait dengan hati nurani
perorangan. Sebaliknya, kita mencari kesempatan untuk menggalang kasih dan persatuan, saling membina, tidak saling membinasakan.—Roma 14:19.
MANFAAT HATI NURANI YANG BAIK
Rasul Petrus menulis, ”Pertahankanlah hati nurani yang
baik.” (1 Petrus 3:16) Hati nurani yang bersih dalam pandangan
Allah Yehuwa adalah karunia yang sangat berharga. Hati nurani
seperti itu tidak sama dengan hati nurani kebanyakan orang
17
17. Bagaimana hati nurani kebanyakan orang dewasa ini?
Hati nurani yang baik dapat menuntun kita dalam perjalanan
hidup sehingga menghasilkan sukacita dan kedamaian batin
dewasa ini. Menurut Paulus, ’hati nurani orang-orang itu telah
diselar’. (1 Timotius 4:2) Hati nurani yang diselar itu bagaikan
daging yang hangus terkena besi membara sehingga meninggalkan parut dan menjadi mati rasa, atau tidak peka. Banyak
orang memiliki hati nurani yang sesungguhnya sudah mati
—benar-benar cacat dan tidak peka sehingga tidak lagi memberikan peringatan, protes, atau sengatan rasa malu atau rasa bersalah atas perbuatan buruk. Banyak orang dewasa ini tampaknya
merasa lega karena tidak lagi diganggu oleh perasaan bersalah.
18 Sebenarnya, perasaan bersalah bisa jadi adalah cara hati
nurani memberi tahu kita bahwa kita telah berbuat salah. Jika
18, 19. (a) Manfaat apa yang bisa saja dihasilkan dari perasaan bersalah atau malu? (b) Apa yang dapat kita lakukan kalau hati nurani
terus menghukum kita untuk dosa masa lalu padahal kita sudah bertobat?
Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya?
23
perasaan tersebut menggugah seorang pedosa untuk bertobat,
dosa yang paling buruk pun dapat diampuni. Raja Daud, contohnya, melakukan perbuatan salah yang sangat tercela tetapi
diampuni terutama karena ia sungguh-sungguh bertobat. Karena membenci tindakannya yang salah dan bertekad untuk menaati hukum Yehuwa sejak saat itu, ia merasakan sendiri bahwa Yehuwa itu ”baik dan siap mengampuni”. (Mazmur 51:1-19;
86:5) Namun, bagaimana kalau perasaan sangat bersalah dan
malu tak kunjung hilang setelah kita bertobat dan mendapat
pengampunan?
19 Kadang-kadang, hati nurani bisa menghukum secara berlebihan, terus menyiksa si pedosa dengan perasaan bersalah
yang seharusnya sudah lama hilang karena tidak ada gunanya
lagi. Jika begitu, kita mungkin perlu meyakinkan hati yang terus
menghukum diri itu bahwa Yehuwa lebih besar daripada semua
perasaan manusia. Kita perlu memercayai dan menerima kasih serta pengampunan-Nya, sebagaimana kita menganjurkan
orang lain. (Baca 1 Yohanes 3:19, 20.) Sebaliknya, hati nurani
yang sudah dibersihkan menghasilkan kedamaian batin, ketenteraman, dan sukacita besar yang langka di dunia ini. Banyak
orang yang pernah melakukan dosa serius merasakan kelegaan
yang luar biasa ini dan sekarang dapat mempertahankan hati
nurani yang baik seraya melayani Allah Yehuwa.—1 Korintus
6:11.
20 Buku ini dirancang untuk membantu Saudara memperoleh sukacita itu, mempertahankan hati nurani yang baik selama sisa hari-hari terakhir dunia Setan yang penuh kesusahan. Tentu, buku ini tidak mungkin membahas semua hukum
dan prinsip Alkitab yang perlu Saudara pikirkan dan terapkan
dalam berbagai situasi yang muncul setiap hari. Selain itu, jangan mengharapkan peraturan yang terperinci untuk hal-hal
yang menyangkut hati nurani. Buku ini bertujuan membantu Saudara mendidik dan membuat hati nurani Saudara peka
20, 21. (a) Publikasi ini dirancang untuk membantu Saudara melakukan apa? (b) Sebagai orang Kristen, kebebasan apa yang kita miliki,
namun bagaimana cara menggunakannya?
24
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
dengan belajar menerapkan Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari. Tidak seperti Hukum Musa, ”hukum Kristus” mengundang orang yang berpaut padanya untuk lebih mengandalkan hati nurani serta prinsip ketimbang peraturan tertulis.
(Galatia 6:2) Jadi kepada orang Kristen, Yehuwa memercayakan
kebebasan yang sangat besar. Tetapi, Firman-Nya mengingatkan
kita agar tidak sekali-kali menggunakan kebebasan itu sebagai
”selubung untuk menutupi keburukan”. (1 Petrus 2:16) Sebaliknya, kebebasan tersebut memberi kita kesempatan istimewa untuk mengungkapkan kasih kita kepada Yehuwa.
21 Dengan sungguh-sungguh memikirkan cara hidup yang
terbaik berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab dan kemudian melaksanakan keputusan Saudara, Saudara akan melanjutkan proses yang sangat penting yang berawal ketika Saudara mulai
mengenal Yehuwa. ’Daya pemahaman’ Saudara akan terlatih
”karena penerapan”. (Ibrani 5:14) Hati nurani Saudara yang terlatih oleh Alkitab akan bermanfaat dalam kehidupan seharihari. Seperti kompas yang menuntun orang yang bepergian,
hati nurani akan membantu Saudara membuat keputusan yang
menyenangkan Bapak Saudara yang ada di surga. Ini adalah cara
yang pasti untuk tetap berada dalam kasih Allah.
APA JAWABAN SAUDARA?
ˇ Mengetahui bahwa Yehuwa selalu mengamati
kita seharusnya memberikan pengaruh apa
pada hati nurani kita?—Ibrani 4:13.
ˇ Bagaimana hati nurani Yusuf membantunya
melawan godaan?—Kejadian 39:1, 2, 7-12.
ˇ Mengapa hati nurani yang bersih sangat
penting untuk mendekati Yehuwa?
—Ibrani 10:22.
ˇ Mengapa kita harus memikirkan hati nurani
orang yang tidak seiman?—2 Korintus 4:1, 2.
PASAL 3
Kasihilah Orang yang
Allah Kasihi
”Ia yang berjalan dengan orang-orang berhikmat
akan menjadi berhikmat.”—AMSAL 13:20.
BISA dikatakan bahwa manusia itu bagaikan spons, cenderung menyerap apa saja yang ada di sekitarnya. Kita mudah
sekali mengikuti—bahkan tanpa sadar—sikap, standar, dan kepribadian orang-orang yang menjadi sahabat kita.
2 Alkitab mengungkapkan kebenaran yang tak dapat disangkal ini: ”Ia yang berjalan dengan orang-orang berhikmat
akan menjadi berhikmat, tetapi ia yang berurusan dengan
orang-orang bebal akan mengalami kemalangan.” (Amsal
13:20) Yang disinggung oleh amsal ini bukanlah hubungan
yang biasa-biasa saja. Frasa ”berjalan dengan” bisa berarti terus bergaul.1 Dalam ulasan tentang ayat ini, sebuah karya referensi Alkitab mengatakan, ”Berjalan dengan seseorang menunjukkan adanya kasih dan keterikatan.” Tidakkah Saudara
setuju bahwa kita cenderung meniru orang yang kita kasihi?
Memang, karena ada ikatan emosi antara kita dengan orangorang yang kita kasihi, mereka bisa membentuk diri kita
—menjadi baik atau buruk.
3 Agar tetap berada dalam kasih Allah, penting sekali bagi
kita untuk mencari teman-teman yang akan memberi kita pengaruh yang baik. Bagaimana caranya? Singkatnya, dengan
1 Kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi ”berurusan dengan” juga diterjemahkan menjadi ”menyertai” dan ”berteman dengan”.—Hakim 14:20; Amsal
22:24.
1-3. (a) Kebenaran mutlak apa yang Alkitab ungkapkan? (b) Bagaimana caranya memilih teman yang akan memberi kita pengaruh
yang baik?
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
26
mengasihi orang yang Allah kasihi, yaitu menjadikan sahabat-Nya sahabat kita. Coba pikir. Adakah teman yang lebih
baik daripada orang yang memiliki sifat-sifat yang Yehuwa
cari dalam diri sahabat-Nya? Nah, mari kita simak orang macam apa yang Allah kasihi. Apabila kita mengenal baik sudut
pandang Yehuwa, kita akan lebih mampu memilih temanteman yang baik.
ORANG YANG ALLAH KASIHI
Yehuwa tidak sembarangan memilih sahabat. Bukankah
itu hak-Nya? Tentu saja. Ia adalah Tuan Yang Berdaulat di alam
semesta, dan menjadi sahabat-Nya adalah hak istimewa yang
paling besar. Maka, siapa yang Ia pilih sebagai sahabat-Nya?
Yehuwa mendekat kepada orang yang percaya dan sepenuhnya beriman kepada-Nya. Sebagai contoh, perhatikan Abraham, orang yang dikenal memiliki iman yang luar biasa. Tidak ada ujian iman yang lebih berat daripada yang dialami
seorang ayah manusia yang diminta untuk mempersembahkan putranya sebagai korban.1 Namun, Abraham ”sama seperti telah mempersembahkan Ishak”, karena ia beriman
sepenuhnya bahwa ”Allah sanggup membangkitkan dia bahkan dari antara orang mati”. (Ibrani 11:17-19) Karena Abraham memperlihatkan iman dan ketaatan seperti itu, Yehuwa dengan hangat menyebut dia ”sahabatku”.—Yesaya 41:8;
Yakobus 2:21-23.
5 Yehuwa sangat menghargai orang yang taat dengan loyal. Ia mengasihi orang yang rela menomorsatukan keloyalan
4
1 Dengan meminta Abraham melakukan hal ini, Yehuwa memberikan sekilas
gambaran tentang korban yang Ia sendiri akan sediakan dengan menyerahkan Putra satu-satunya yang Ia peranakkan. (Yohanes 3:16) Sehubungan dengan
Abraham, Yehuwa turun tangan dan menyediakan seekor domba jantan sebagai
ganti Ishak.—Kejadian 22:1, 2, 9-13.
4. Mengapa Yehuwa berhak memilih sahabat, dan mengapa Yehuwa
menyebut Abraham ”sahabatku”?
5. Bagaimana Yehuwa memandang orang yang taat kepada-Nya dengan loyal?
Kasihilah Orang yang Allah Kasihi
27
kepada-Nya. (Baca 2 Samuel 22:26.) Sebagaimana kita lihat dalam Pasal 1 publikasi ini, Yehuwa sangat senang kepada orang yang memilih untuk menaati Dia karena kasih. ”Ia
akrab dengan orang-orang yang lurus hati,” kata Amsal 3:32.
Orang yang dengan loyal memenuhi tuntutan Allah mendapat undangan yang hangat dari Yehuwa: Menjadi tamu di ’kemah-Nya’—disambut untuk menyembah Dia dan diizinkan
berdoa kepada-Nya setiap saat.—Mazmur 15:1-5.
6 Yehuwa mengasihi orang yang mengasihi Yesus, Putra
satu-satunya yang Ia peranakkan. Yesus berkata, ”Jika seseorang mengasihi aku, ia akan menjalankan perkataanku, dan
Bapakku akan mengasihinya, dan kami akan datang kepadanya dan akan tinggal bersamanya.” (Yohanes 14:23) Bagaimana kita dapat menunjukkan kasih kita kepada Yesus? Tentunya dengan menjalankan perintah-perintahnya, termasuk
memberitakan kabar baik dan membuat murid. (Matius 28:
19, 20; Yohanes 14:15, 21) Kita juga menunjukkan kasih kita
kepada Yesus jika kita ”mengikuti langkah-langkahnya dengan saksama”, meniru dia semampu kita sebagai manusia
tidak sempurna, dengan perkataan dan perbuatan. (1 Petrus
2:21) Hati Yehuwa senang melihat seseorang berupaya mengikuti jejak Putra-Nya karena mengasihi dia.
7 Iman, loyalitas, ketaatan, serta kasih kepada Yesus dan
standar-standarnya—itulah antara lain sifat-sifat yang Yehuwa
inginkan dari sahabat-sahabat-Nya. Kita masing-masing sebaiknya bertanya kepada diri sendiri: ’Apakah sifat-sifat dan
standar seperti itu nyata dalam diri sahabat saya? Apakah saya
menjadikan sahabat Yehuwa sahabat saya juga?’ Melakukan
hal itu tentu bijaksana. Orang yang memupuk sifat-sifat yang
saleh dan memberitakan kabar baik Kerajaan dengan bersemangat dapat memberikan pengaruh yang baik atas diri kita,
6. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita mengasihi Yesus,
dan bagaimana perasaan Yehuwa terhadap orang yang mengasihi
Putra-Nya?
7. Mengapa bijaksana untuk bersahabat dengan sahabat Yehuwa?
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
28
mendorong kita memenuhi tekad kita untuk menyenangkan
Allah.—Lihat kotak ”Apa Ciri Sahabat yang Baik?” di halaman 29.
BELAJAR DARI SEBUAH CONTOH DALAM ALKITAB
Alkitab memuat banyak contoh orang-orang yang menuai manfaat karena memilih teman yang baik. Saudara dapat membaca tentang hubungan antara Naomi dan Rut, menantunya, antara ketiga pemuda Ibrani yang setia kepada satu
sama lain di Babilon, juga antara Paulus dan Timotius. (Rut
1:16; Daniel 3:17, 18; 1 Korintus 4:17; Filipi 2:20-22) Tetapi,
mari kita pusatkan perhatian pada contoh lain yang sangat bagus: persahabatan antara Daud dan Yonatan.
9 Alkitab mengatakan bahwa setelah Daud membunuh Goliat, ”jiwa Yonatan menjadi terikat dengan jiwa Daud, dan Yonatan mulai mengasihi dia seperti jiwanya sendiri”. (1 Samuel
18:1) Maka, terjalinlah persahabatan yang tak terpatahkan di
antara mereka, yang terus berlangsung hingga Yonatan tewas
di medan pertempuran,1 walaupun usia mereka jauh berbeda.
(2 Samuel 1:26) Apa dasar ikatan mereka yang kuat itu?
10 Daud dan Yonatan diikat oleh kasih mereka kepada
Allah dan hasrat mereka yang kuat untuk tetap setia kepada-Nya. Ikatan yang memadukan kedua pria itu bersifat rohani. Masing-masing memperlihatkan sifat-sifat yang membuat mereka saling mengasihi. Yonatan tentu terkesan oleh
keberanian dan semangat remaja itu yang tanpa gentar membela nama Yehuwa. Tidak diragukan, Daud menghormati pria
yang lebih tua itu yang dengan loyal mendukung pengaturan
8
1 Daud masih remaja—”hanyalah seorang anak”—ketika ia menewaskan Goliat
dan berusia kurang lebih 30 tahun sewaktu Yonatan meninggal. (1 Samuel 17:33;
31:2; 2 Samuel 5:4) Hal itu berarti Yonatan, yang berusia kira-kira 60 tahun ketika meninggal, lebih tua sekitar 30 tahun daripada Daud.
8. Apa yang mengesankan Saudara berkenaan dengan hubungan antara (a) Naomi dan Rut? (b) ketiga pemuda Ibrani? (c) Paulus dan
Timotius?
9, 10. Apa dasar persahabatan antara Daud dan Yonatan?
Kasihilah Orang yang Allah Kasihi
29
Yehuwa dan tanpa mementingkan diri mendahulukan kepentingan Daud daripada kepentingannya sendiri. Misalnya,
perhatikan apa yang terjadi ketika Daud merasa sangat kecil
hati karena harus hidup sebagai buronan di padang belantara untuk menghindari kemarahan Raja Saul yang jahat, yaitu ayah Yonatan. Yonatan menunjukkan keloyalan yang luar
biasa ketika ia tidak ragu untuk ”pergi kepada Daud . . . agar ia
APA CIRI SAHABAT YANG BAIK?
Prinsip: ”Teman sejati penuh kasih setiap waktu,
dan menjadi saudara yang dilahirkan untuk
waktu kesesakan.”—Amsal 17:17.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Apakah sahabat saya juga
sahabat Yehuwa dan Yesus?
—Yohanes 15:14, 16;
Yakobus 2:23.
ˇ Apakah sahabat
saya membantu saya
mengembangkan
kebiasaan yang baik?
—1 Korintus 15:33.
ˇ Apakah sahabat saya
benar-benar mengasihi saya
sehingga akan mengoreksi saya
jika perlu?—Mazmur 141:5;
Amsal 27:6.
ˇ Dari tutur kata dan tindakan
saya, sahabat macam apakah
saya ini?—Amsal 12:18;
18:24; 1 Yohanes 3:16-18.
30
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
CARA KAMI MENJALIN PERSAHABATAN
ˇ ”Pada awalnya, saya merasa sulit menjalin persahabatan di sidang. Tetapi, saya mendapati bahwa
apabila saya rajin dalam pelayanan, saya bisa
mengembangkan sifat-sifat seperti kesabaran, ketekunan, dan kasih yang rela berkorban. Seraya saya
terus mengembangkan sifat-sifat tersebut, ternyata
orang-orang yang sepikiran mendekat kepada saya,
dan saya sekarang mempunyai beberapa sahabat.”
—Shivani.
ˇ ”Saya berdoa agar bisa punya sahabat di sidang. Tetapi, saya merasa doa saya belum dijawab-jawab juga.
Akhirnya, saya sadar bahwa saya belum mengerahkan upaya dan tidak mulai duluan untuk bersahabat
dengan seseorang. Tetapi, setelah saya mulai bertindak selaras dengan doa saya, saya benar-benar
merasakan bahwa Yehuwa menjawabnya.”—Ryan.
dapat menguatkan hubungan Daud dengan [Yehuwa]”. (1 Samuel 23:16) Bayangkan bagaimana perasaan Daud ketika sahabat yang dikasihinya datang dan memberinya dukungan
dan semangat!1
11 Apa yang kita pelajari dari contoh Yonatan dan Daud?
Yang terutama, kita melihat bahwa hal terpenting yang harus sama-sama dimiliki adalah nilai-nilai rohani. Apabila
kita mengakrabkan diri dengan orang-orang yang memiliki
1 Seperti dicatat di 1 Samuel 23:17, Yonatan mengatakan lima hal untuk membesarkan hati Daud: (1) Ia mendesak Daud untuk tidak merasa takut. (2) Ia meyakinkan Daud bahwa upaya Saul tidak akan berhasil. (3) Ia mengingatkan Daud
bahwa Daud akan menjadi raja, seperti yang Allah janjikan. (4) Ia berjanji akan
loyal kepada Daud. (5) Ia memberi tahu Daud bahwa Saul pun mengetahui keloyalan Yonatan kepada Daud.
11. Apa yang Saudara pelajari tentang persahabatan antara Yonatan
dan Daud?
Kasihilah Orang yang Allah Kasihi
31
kepercayaan, nilai-nilai moral, dan keinginan yang sama dengan kita untuk tetap setia kepada Allah, akan ada pertukaran
buah-buah pikiran, perasaan, dan pengalaman yang membesarkan hati dan membina kita. (Baca Roma 1:11, 12.) Temanteman yang berpikiran rohani seperti itu kita temukan di antara sesama penyembah Yehuwa. Tetapi, apakah ini berarti
bahwa setiap orang yang berhimpun di Balai Kerajaan adalah
teman yang baik? Belum tentu.
CARA MEMILIH SAHABAT
Bahkan dalam sidang, kita harus berhati-hati memilih teman agar teman yang kita pilih bisa membina kita secara rohani. Apakah hal ini aneh? Sebenarnya tidak. Ada orang Kristen yang mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk
mencapai kematangan rohani, sama seperti buah di pohon,
ada yang mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk
menjadi masak. Jadi, di setiap sidang, tingkat pertumbuhan
rohani orang Kristen berbeda-beda. (Ibrani 5:12–6:3) Tentu
saja, kita akan mengasihi dan bersabar kepada orang yang masih baru atau lebih lemah, karena kita ingin membantu mereka bertumbuh secara rohani.—Roma 14:1; 15:1.
13 Kadang-kadang, ada situasi di sidang yang mengharuskan kita berhati-hati dalam pergaulan kita. Ada orang yang
tingkah lakunya bisa jadi meragukan. Yang lain barangkali
mengembangkan sikap mudah kesal atau suka mengeluh. Sidang-sidang pada abad pertama M menghadapi masalah yang sama. Meskipun sebagian besar anggotanya tetap
setia, ada yang tingkah lakunya tidak patut. Karena beberapa orang di sidang Korintus tidak mendukung ajaran Kristen
tertentu, rasul Paulus memperingatkan sidang itu, ”Janganlah disesatkan. Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan
12
12, 13. (a) Mengapa kita harus berhati-hati memilih teman bahkan
dari antara sesama orang Kristen? (b) Masalah apa yang dihadapi
sidang-sidang abad pertama, dan peringatan tegas apa yang Paulus berikan?
32
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
yang berguna.” (1 Korintus 15:12, 33) Paulus mengingatkan
Timotius bahwa di antara rekan-rekan Kristen pun mungkin
ada yang tindakannya memalukan. Timotius dinasihati agar
menjauhkan diri dari mereka, tidak menjadikan mereka sahabatnya.—Baca 2 Timotius 2:20-22.
14 Bagaimana kita dapat menerapkan prinsip dalam peringatan Paulus? Dengan tidak bergaul akrab dengan siapa pun
—di dalam atau di luar sidang—yang bisa memberikan pengaruh yang merusak. (2 Tesalonika 3:6, 7, 14) Kita harus melindungi kerohanian kita. Ingatlah bahwa seperti spons, kita
menyerap sikap dan standar teman-teman dekat kita. Kalau
spons dicelupkan ke dalam cuka, yang diserap tidak mungkin air, demikian pula, kalau kita bergaul dengan orang-orang
yang memberikan pengaruh negatif, yang kita serap tidak
mungkin apa yang positif.—1 Korintus 5:6.
15 Syukurlah, besar kemungkinannya kita dapat menemukan teman-teman yang baik di antara sesama penyembah
Yehuwa. (Mazmur 133:1) Bagaimana caranya mendapat teman-teman yang berpikiran rohani di sidang? Seraya Saudara memupuk sifat-sifat dan standar yang saleh, orang lain
yang sepikiran tentu akan mendekat kepada Saudara. Selain itu, Saudara mungkin perlu mengambil langkah-langkah
praktis untuk mendapatkan teman baru. (Lihat kotak ”Cara
Kami Menjalin Persahabatan”, di halaman 30.) Carilah orangorang yang memperlihatkan sifat-sifat saleh yang ingin Saudara tiru. Indahkan nasihat Alkitab untuk ’membuka diri lebar-lebar’, dengan mencari sahabat di antara rekan-rekan
seiman tidak soal ras, kebangsaan, atau kebudayaan mereka.
(2 Korintus 6:13; baca 1 Petrus 2:17.) Jangan hanya bergaul
dengan yang sebaya. Ingatlah bahwa Yonatan jauh lebih tua
daripada Daud. Bersahabat dengan orang yang lebih tua memungkinkan kita menimba banyak pengalaman dan hikmat.
14. Bagaimana kita dapat menerapkan prinsip dalam peringatan Paulus tentang pergaulan?
15. Apa yang bisa Saudara lakukan untuk mendapat teman-teman
yang berpikiran rohani di sidang?
Saudara dapat menemukan teman-teman yang baik di antara
sesama penyembah Yehuwa
APABILA TIMBUL MASALAH
Dari waktu ke waktu, masalah bisa muncul karena ada beragam kepribadian dan latar belakang di sidang. Seorang rekan seiman barangkali mengatakan atau melakukan sesuatu
yang menyinggung perasaan kita. (Amsal 12:18) Kadang-kadang, masalah timbul karena perbedaan kepribadian, kesalahpahaman, atau perbedaan pendapat. Apakah kita akan tersandung dan meninggalkan sidang? Tentu tidak kalau kita dengan
tulus mengasihi Yehuwa dan orang-orang yang Ia kasihi.
17 Karena Yehuwa adalah Pencipta dan Pemelihara Kehidupan kita, kita layak mengasihi Dia dan mengabdi sepenuhnya kepada-Nya. (Penyingkapan 4:11) Dan, sidang yang
Ia perkenan dan gunakan layak kita dukung dengan loyal.
16
16, 17. Jika ada sesama penyembah Yehuwa yang menyakiti kita
dengan satu atau lain cara, mengapa kita hendaknya tidak mengundurkan diri dari sidang?
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
34
(Ibrani 13:17) Maka, jika sesama penyembah Yehuwa menyakiti atau mengecewakan kita dengan satu atau lain cara, kita
tidak akan mengundurkan diri dari sidang sebagai bentuk
protes. Mana mungkin kita melakukan hal itu? Yang menyinggung perasaan kita bukan Yehuwa. Kasih kita kepada Yehuwa mustahil menggerakkan kita untuk meninggalkan Dia dan
umat-Nya!—Baca Mazmur 119:165.
18 Kasih kepada sesama penyembah Yehuwa menggerakkan
kita untuk menggalang perdamaian di sidang. Yehuwa tidak
mengharapkan kesempurnaan dari orang-orang yang Ia kasihi, demikian pula kita seharusnya. Karena memiliki kasih,
kita bisa mengabaikan kesalahan kecil dan ingat bahwa kita semua tidak sempurna, sering membuat kekeliruan. (Amsal 17:9;
1 Petrus 4:8) Kasih membantu kita untuk terus ’mengampuni
satu sama lain dengan lapang hati’. (Kolose 3:13) Menerapkan
nasihat ini tidak selalu mudah. Jika kita membiarkan emosi
negatif menguasai diri kita, kita akan cenderung memendam
rasa kesal, mungkin merasa bahwa kemarahan kita adalah semacam hukuman bagi orang yang bersalah itu. Tetapi kenyataannya, memendam rasa kesal akan merugikan kita. Jika kita
memilih untuk mengampuni kalau ada alasan yang kuat untuk itu, kita akan menuai banyak berkat. (Lukas 17:3, 4) Kita
akan merasakan kedamaian dalam pikiran dan hati, memelihara perdamaian di sidang dan, yang terutama, melindungi hubungan kita dengan Yehuwa.—Matius 6:14, 15; Roma 14:19.
BERHENTI BERGAUL—KAPAN?
Adakalanya, kita harus berhenti bergaul dengan orang
yang tadinya adalah anggota sidang. Situasi ini muncul apabila
seseorang yang melanggar hukum Allah tidak bertobat lalu dipecat atau apabila seseorang menyangkal iman dengan meng19
18. (a) Apa yang dapat kita lakukan untuk menggalang perdamaian
di sidang? (b) Berkat apa saja yang akan kita tuai jika kita memilih
untuk mengampuni kalau ada alasan yang kuat untuk itu?
19. Situasi apa yang mungkin timbul yang mengharuskan kita berhenti bergaul dengan seseorang?
Kasihilah Orang yang Allah Kasihi
35
ajarkan doktrin palsu atau dengan mengucilkan diri dari sidang. Firman Allah dengan jelas memberi tahu kita agar ”tidak
lagi bergaul” dengan orang-orang seperti itu.1 (Baca 1 Korintus 5:11-13; 2 Yohanes 9-11) Boleh jadi, kita sulit sekali menghindari orang yang tadinya mungkin adalah sahabat atau kerabat kita. Apakah kita akan berpendirian teguh, sehingga
menunjukkan bahwa kita menomorsatukan keloyalan kepada
Yehuwa dan hukum-hukum-Nya yang adil dan benar? Ingatlah bahwa Yehuwa sangat menghargai keloyalan dan ketaatan.
20 Pemecatan adalah pengaturan yang benar-benar pengasih dari Yehuwa. Mengapa demikian? Mengeluarkan pedosa
yang tidak bertobat memperlihatkan kasih akan nama kudus
Yehuwa dan semua hal yang terkait dengan nama itu. (1 Petrus 1:15, 16) Pemecatan membuat sidang aman. Para anggota yang setia dilindungi terhadap pengaruh yang tidak sehat
dari pedosa yang keras kepala dan dapat terus melaksanakan
ibadat mereka karena mengetahui bahwa sidang adalah tempat yang aman dari pengaruh dunia yang bejat ini. (1 Korintus
5:7; Ibrani 12:15, 16) Disiplin yang tegas adalah pernyataan kasih terhadap si pelaku kesalahan. Yang ia butuhkan mungkin
hanya sentakan agar ia sadar dan mengambil langkah-langkah
yang perlu untuk kembali kepada Yehuwa.—Ibrani 12:11.
21 Kita tidak dapat menghindari fakta bahwa sahabat kita
bisa memberikan pengaruh kuat yang membentuk kita. Maka,
penting sekali bagi kita untuk memilih teman dengan bijaksana. Dengan menjadikan sahabat Yehuwa sahabat kita, dengan
mengasihi orang yang Allah kasihi, kita akan mempunyai teman-teman yang terbaik. Apa yang kita serap dari mereka akan
membantu kita memenuhi tekad kita untuk menyenangkan
Yehuwa.
1 Untuk memperoleh lebih banyak keterangan tentang cara memperlakukan
orang yang dipecat atau mengucilkan diri, lihat Apendiks, halaman 207-209.
20, 21. (a) Mengapa pemecatan itu pengaturan yang pengasih?
(b) Mengapa penting sekali bagi kita untuk memilih teman dengan
bijaksana?
PASAL 4
Mengapa Merespek Wewenang?
”Hormatilah segala macam orang.”
—1 PETRUS 2:17.
PERNAHKAH Saudara melihat reaksi seorang anak kecil sewaktu ia diminta melakukan sesuatu yang benar-benar tidak ingin
ia lakukan? Dari raut mukanya terlihat bahwa ada pertentangan dalam hatinya. Ia mendengar kata-kata orang tuanya, dan ia
tahu bahwa ia sepatutnya merespek wewenang orang tuanya.
Tetapi, kali ini ia benar-benar tidak mau patuh. Pergumulan dalam batinnya menggambarkan apa yang kadang-kadang kita semua alami.
2 Merespek wewenang tidak selalu mudah bagi kita. Apakah
Saudara adakalanya merasa sulit merespek orang yang memiliki
wewenang tertentu? Kalau begitu, Saudara tidak berjuang sendirian. Kita hidup pada masa ketika respek terhadap wewenang
tampaknya berada pada titik terendah. Tetapi, Alkitab mengatakan bahwa kita perlu merespek orang-orang yang memiliki wewenang. (Amsal 24:21) Malah, melakukan hal itu sangat penting
jika kita ingin tetap berada dalam kasih Allah. Maka, wajarlah
apabila muncul beberapa pertanyaan. Mengapa kita kadang-kadang merasa begitu sulit merespek wewenang? Mengapa Yehuwa meminta kita melakukan hal itu, dan apa yang bisa mendorong kita untuk menaatinya? Akhirnya, dengan cara apa saja kita
dapat merespek wewenang?
MENGAPA SULIT
Mari kita bahas secara singkat dua alasan mengapa kita adakalanya merasa begitu sulit untuk merespek orang-orang yang
3
1, 2. (a) Mengapa kita sulit merespek wewenang? (b) Pertanyaan apa
saja yang akan kita bahas?
3, 4. Bagaimana awal mula dosa dan ketidaksempurnaan, dan
mengapa keadaan kita yang berdosa menyulitkan kita untuk merespek wewenang?
Mengapa Merespek Wewenang?
37
memiliki wewenang. Pertama, kita tidak sempurna; kedua,
orang-orang yang memiliki wewenang juga tidak sempurna.
Dosa dan ketidaksempurnaan manusia muncul lama berselang
di Taman Eden, ketika Adam dan Hawa memberontak terhadap wewenang Allah. Jadi, dosa berawal dari pemberontakan.
Sampai sekarang, kita memiliki kecenderungan bawaan untuk
memberontak.—Kejadian 2:15-17; 3:1-7; Mazmur 51:5; Roma
5:12.
4 Karena kita adalah manusia berdosa, kebanyakan dari kita
mudah menjadi sombong dan tinggi hati. Sebaliknya, kerendahan hati adalah sifat yang langka yang perlu kita pupuk dan
pertahankan dengan mengerahkan upaya keras. Bahkan setelah melayani Allah dengan setia selama bertahun-tahun, kita
mungkin tidak bisa mengatasi sifat keras kepala dan kesombongan. Sebagai contoh, perhatikan Korah, yang dengan setia
berpaut pada umat Yehuwa melewati banyak kesukaran. Tetapi,
ia sangat mendambakan wewenang yang lebih besar dan tanpa
malu memimpin pemberontakan melawan Musa, orang yang
paling lembut pada zaman itu. (Bilangan 12:3; 16:1-3) Ingatlah
juga Raja Uzzia, yang karena sombong, memasuki bait Yehuwa dan melaksanakan tugas suci yang hanya boleh dilakukan
para imam. (2 Tawarikh 26:16-21) Akibat pemberontakan mereka, orang-orang tersebut mendapat hukuman keras. Namun,
contoh buruk mereka adalah pengingat yang bermanfaat bagi
kita semua. Kita perlu memerangi kesombongan yang menyulitkan kita untuk merespek wewenang.
5 Sebaliknya, manusia tidak sempurna yang memiliki wewenang punya andil besar dalam mengurangi respek terhadap
wewenang. Banyak yang telah berlaku kejam, suka menyakiti,
atau menindas. Malah sepanjang sejarah, kekuasaan sering disalahgunakan. (Baca Pengkhotbah 8:9.) Misalnya, Saul adalah
orang yang baik dan rendah hati ketika Yehuwa memilihnya
menjadi raja. Tetapi, ia tidak bisa mengatasi kesombongan dan
kecemburuan; ia kemudian menganiaya Daud, pria yang setia.
5. Bagaimana manusia yang tidak sempurna menyalahgunakan wewenang mereka?
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
38
(1 Samuel 9:20, 21; 10:20-22; 18:7-11) Daud belakangan menjadi salah seorang raja Israel yang terbaik, namun ia menyalahgunakan kekuasaannya ketika ia mencuri istri Uria, orang Het, dan
mengirim pria yang tak bersalah itu ke garis depan agar tewas
dalam pertempuran. (2 Samuel 11:1-17) Ya, ketidaksempurnaan membuat orang sulit menjalankan kekuasaan dengan benar.
Dan, jika orang yang berkuasa itu tidak merespek Yehuwa, tindakan mereka bisa lebih buruk lagi. Setelah menguraikan bagaimana beberapa paus Katolik sampai memerintahkan penganiayaan di mana-mana, seorang negarawan Inggris menulis,
”Kekuasaan cenderung merusak, dan kekuasaan mutlak benarbenar merusak.” Mengingat sejarah penuh dengan penyalahgunaan wewenang, mari kita bahas pertanyaan: Mengapa kita harus merespek wewenang?
MENGAPA MERESPEK WEWENANG?
Alasan terbaik untuk merespek wewenang adalah karena
kasih—kasih kita kepada Yehuwa, kepada sesama, dan bahkan
kepada diri sendiri. Karena kita mengasihi Yehuwa di atas segala-galanya, kita ingin membuat hati-Nya bersukacita. (Baca
Amsal 27:11; Markus 12:29, 30.) Kita tahu bahwa kedaulatanNya, hak-Nya untuk memerintah alam semesta, telah ditantang
di bumi sejak pemberontakan di Eden dan bahwa kebanyakan
umat manusia berpihak kepada Setan dan menolak pemerintahan Yehuwa. Kita dengan penuh sukacita mengambil pendirian yang berbeda. Apabila kita membaca kata-kata yang sangat
menggetarkan di Penyingkapan 4:11, hati kita tergugah. Kita
memahami dengan jelas bahwa Yehuwa adalah Penguasa yang
sah di alam semesta! Kita mendukung Dia sebagai Penguasa dengan menerima-Nya sebagai Pemimpin kita dalam kehidupan
sehari-hari.
7 Respek seperti itu menunjukkan ketaatan, namun bukan itu
saja. Kita dengan senang hati taat kepada Yehuwa karena kita
6
6, 7. (a) Kasih kita kepada Yehuwa menggerakkan kita untuk melakukan apa, dan mengapa? (b) Sikap apa yang terkait dengan
ketundukan, dan bagaimana kita dapat menunjukkannya?
Mengapa Merespek Wewenang?
39
mengasihi Dia. Tetapi, kita kadang-kadang merasa sulit sekali
untuk taat. Pada saat seperti itulah, seperti anak kecil yang digambarkan di awal pasal ini, kita perlu belajar ketundukan. Kita
ingat bahwa Yesus tunduk kepada kehendak Bapaknya sekalipun hal itu mungkin tampaknya sangat sulit. ”Bukanlah kehendakku, melainkan kehendakmu yang terjadi,” kata Yesus kepada Bapaknya.—Lukas 22:42.
8 Tentu, dewasa ini Yehuwa tidak berbicara kepada kita secara pribadi; Ia menggunakan Firman-Nya dan manusia yang
menjadi wakil-wakil-Nya di bumi. Karena itu, sering kali
kita memperlihatkan ketundukan kepada wewenang Yehuwa
dengan merespek orang-orang yang Ia beri, atau izinkan untuk terus memiliki, wewenang. Kalau kita memberontak terhadap orang-orang itu—contohnya, dengan menolak nasihat dan
koreksi mereka yang berdasarkan Alkitab—kita menyakiti hati
Allah kita. Ketika orang Israel menggerutu dan memberontak
terhadap Musa, Yehuwa menganggap tindakan mereka ditujukan langsung kepada-Nya.—Bilangan 14:26, 27.
9 Kita juga merespek wewenang karena kita mengasihi sesama. Mengapa? Coba bayangkan diri Saudara sebagai prajurit suatu pasukan tentara. Kesuksesan, bahkan keselamatan
pasukan itu kemungkinan besar bergantung pada kerja sama,
ketaatan, dan respek setiap prajurit kepada rantai komando. Jika
Saudara memberontak sehingga organisasi menjadi goyah, Saudara bisa membahayakan nyawa sesama prajurit. Memang, pasukan tentara yang dibentuk manusia telah menimbulkan
banyak kerugian di dunia dewasa ini. Sebaliknya, Yehuwa memiliki bala tentara yang selalu mendatangkan manfaat. Ratusan kali Alkitab menyebut Allah sebagai ”Yehuwa yang berbala tentara”. (1 Samuel 1:3) Ia adalah Komandan sepasukan
8. (a) Sering kali, apa artinya ketundukan kepada wewenang Yehuwa
dewasa ini, dan apa yang menyingkapkan perasaan Yehuwa dalam hal
ini? (b) Apa yang dapat menggerakkan kita untuk mendengarkan nasihat dan menerima disiplin? (Lihat kotak di halaman 46-47.)
9. Mengapa kasih kita kepada sesama akan menggerakkan kita untuk
merespek wewenang? Berikan gambaran.
Seorang ayah Kristen meniru cara
Kristus menjalankan kekepalaan
besar makhluk roh yang perkasa. Kadang kala, Yehuwa menyamakan hamba-hamba-Nya di bumi dengan suatu bala tentara.
(Mazmur 68:11; Yehezkiel 37:1-10) Jika kita memberontak melawan orang-orang yang mendapat wewenang dari Yehuwa, tidakkah kita akan membahayakan sesama prajurit rohani? Apabila seorang Kristen memberontak terhadap para penatua yang
terlantik, orang lain di sidang juga bisa menderita. (1 Korintus
12:14, 25, 26) Apabila seorang anak memberontak, seluruh keluarga mungkin akan menderita. Maka, kita memperlihatkan
kasih kepada sesama dengan mengembangkan semangat kerja
sama dan saling merespek.
10 Kita juga merespek wewenang karena hal itu demi kebaikan kita sendiri. Apabila Yehuwa meminta kita merespek wewenang, Ia sering menyebutkan manfaatnya. Misalnya, Ia menyuruh anak-anak menaati orang tua mereka agar mereka panjang
umur dan bahagia. (Ulangan 5:16; Efesus 6:2, 3) Ia menyuruh
kita merespek para penatua sidang karena jika tidak, kita akan
10, 11. Jelaskan mengapa keinginan yang patut untuk memperoleh
manfaat bisa mendorong kita menaati wewenang.
Mengapa Merespek Wewenang?
41
menderita kerugian rohani. (Ibrani 13:7, 17) Dan, Ia menyuruh kita menaati kalangan berwenang dunia demi kebaikan kita
sendiri.—Roma 13:4.
11 Tidakkah Saudara setuju bahwa dengan mengetahui mengapa Yehuwa menginginkan kita taat, kita terdorong untuk merespek wewenang? Maka, mari kita bahas bagaimana kita dapat
merespek wewenang dalam tiga bidang utama kehidupan.
RESPEK DALAM KELUARGA
Yehuwa-lah yang membentuk keluarga. Sebagai Allah yang
selalu tertib, Ia mengatur agar keluarga dapat berfungsi dengan baik. (1 Korintus 14:33) Ia memberikan wewenang kepada suami dan ayah untuk bertindak sebagai kepala keluarga.
Suami memperlihatkan respek kepada Kepalanya, Kristus Yesus,
dengan meniru cara Yesus menjalankan kekepalaan atas sidang
jemaat. (Efesus 5:23) Jadi, suami tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya, tetapi harus
memikulnya sebagai seorang
laki-laki; ia juga tidak boleh
menindas atau kasar, tetapi
sebaliknya, harus pengasih,
bersikap masuk akal, dan
baik hati. Ia harus ingat bahwa wewenangnya bersifat relatif, artinya tidak melebihi
wewenang Yehuwa.
13 Seorang istri dan ibu harus menjadi penolong, atau
12
12. Peranan apa yang Yehuwa
berikan kepada suami dan ayah
dalam keluarga, dan bagaimana
seorang pria dapat memenuhinya?
13. Bagaimana seorang istri dan
ibu dapat memenuhi peranannya dalam keluarga dengan cara
yang menyenangkan Yehuwa?
42
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
WEWENANG SIAPA YANG HARUS SAYA TAATI?
Prinsip: ”Yehuwa adalah Hakim kita,
Yehuwa adalah Pemberi ketetapan bagi kita,
Yehuwa adalah Raja kita.”—Yesaya 33:22.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Apa yang akan saya lakukan jika saya diminta untuk
melanggar standar-standar Yehuwa?—Matius 22:37-39;
26:52; Yohanes 18:36.
ˇ Apa yang akan saya lakukan jika saya diperintahkan
untuk tidak lagi menjalankan perintah-perintah Yehuwa?
—Kisah 5:27-29; Ibrani 10:24, 25.
ˇ Apa yang dapat membantu saya agar mau menaati
orang-orang yang memiliki wewenang?—Roma 13:1-4;
1 Korintus 11:3; Efesus 6:1-3.
pelengkap, suaminya. Ia juga dikaruniai wewenang dalam keluarga, sebab Alkitab menyebut tentang ”hukum [ajaran]
ibumu”. (Amsal 1:8) Tentu saja, wewenangnya lebih rendah daripada wewenang suaminya. Seorang istri Kristen merespek wewenang suaminya dengan menolongnya memenuhi peranannya sebagai kepala keluarga. Ia tidak merendahkan suaminya,
memanfaatkannya, atau mengambil alih kedudukannya. Sebaliknya, ia selalu mendukungnya dan bekerja sama dengannya.
Kalau ia tidak menyetujui keputusan sang suami, ia dapat mengutarakan pendapatnya dengan penuh respek, tetapi ia akan
tetap tunduk. Jika suaminya tidak seiman, ia mungkin menghadapi situasi yang sulit, namun ketundukannya dapat menggerakkan suaminya untuk mencari Yehuwa.—Baca 1 Petrus 3:1.
14 Anak-anak akan menyenangkan hati Yehuwa apabila mereka menaati ayah dan ibu mereka. Mereka juga mendatangkan hormat dan sukacita bagi orang tua mereka. (Amsal 10:1)
14. Bagaimana anak-anak dapat membuat orang tua mereka dan juga
Yehuwa bersukacita?
Mengapa Merespek Wewenang?
43
Dalam keluarga dengan orang tua tunggal, anak-anak menerapkan prinsip ketaatan yang sama, karena menyadari bahwa orang
tua mereka mungkin lebih membutuhkan dukungan dan kerja
sama mereka. Keluarga yang semua anggotanya memenuhi peranan yang Yehuwa tetapkan bagi mereka akan menikmati banyak kedamaian dan sukacita. Hal ini mendatangkan hormat
bagi Pemula keluarga, yaitu Allah Yehuwa.—Efesus 3:14, 15.
RESPEK DI SIDANG
Yehuwa telah melantik Putra-Nya sebagai Penguasa atas sidang Kristen. (Kolose 1:13) Selanjutnya, Yesus menugasi ’budaknya yang setia dan bijaksana’ untuk mengurus kebutuhan rohani umat Allah di bumi. (Matius 24:45-47) Badan Pimpinan
Saksi-Saksi Yehuwa adalah ”budak yang setia dan bijaksana”. Seperti di sidang-sidang Kristen abad pertama, para penatua dewasa ini menerima petunjuk dan nasihat dari Badan Pimpinan,
baik secara langsung atau melalui wakil-wakilnya, seperti para
pengawas keliling. Jika kita secara pribadi merespek wewenang
para penatua Kristen, kita menaati Yehuwa.—Baca 1 Tesalonika
5:12; Ibrani 13:17.
16 Para penatua dan hamba pelayanan tidak sempurna. Mereka memiliki kekurangan, seperti halnya kita. Namun, para penatua adalah ”pemberian berupa manusia” untuk membantu sidang tetap kuat secara rohani. (Efesus 4:8) Para penatua dilantik
oleh roh kudus. (Kisah 20:28) Mengapa dapat dikatakan demikian? Karena mereka pertama-tama harus memenuhi persyaratan
yang dicatat dalam Firman Allah yang diilhami roh. (1 Timotius 3:1-7, 12; Titus 1:5-9) Selanjutnya, para penatua yang menilai apakah seorang saudara memenuhi persyaratan tersebut
akan berdoa dengan sungguh-sungguh meminta bimbingan
roh kudus Yehuwa.
15
15. (a) Di sidang, bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita
merespek wewenang Yehuwa? (b) Sebutkan prinsip-prinsip yang
dapat membantu kita menaati mereka yang menjalankan kepemimpinan? (Lihat kotak di halaman 48-49.)
16. Mengapa dapat dikatakan bahwa para penatua dilantik oleh roh
kudus?
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
44
17 Di sidang, kadang-kadang tidak ada penatua dan hamba
pelayanan yang biasanya melaksanakan tugas, seperti memimpin pertemuan dinas. Jika situasinya seperti itu, saudara-saudara lain yang terbaptis dapat melakukan tugas tersebut. Jika tidak
ada seorang saudara, saudari-saudari Kristen yang memenuhi
syarat bisa melakukannya. Tetapi, apabila seorang wanita menjalankan peranan yang biasanya diemban oleh pria terbaptis, ia
mengenakan tudung kepala.1 (1 Korintus 11:3-10) Tuntutan ini
tidak merendahkan kaum wanita. Sebaliknya, hal itu memberi
mereka kesempatan untuk merespek kekepalaan yang Yehuwa
tetapkan, baik dalam keluarga maupun di sidang.
RESPEK KEPADA WEWENANG PEMERINTAH
Orang Kristen sejati dengan sungguh-sungguh berpaut
pada prinsip-prinsip di Roma 13:1-7. (Baca.) Sewaktu membaca ayat-ayat itu, Saudara dapat melihat bahwa ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” yang disebutkan di situ adalah
pemerintah di dunia ini. Selama Yehuwa mengizinkan orangorang ini berkuasa, mereka menjalankan berbagai fungsi penting, sampai taraf tertentu memelihara ketertiban, dan menyediakan jasa yang dibutuhkan. Kita menunjukkan respek kepada
kalangan berwenang ini dengan menaati hukum. Kita akan dengan cermat membayar pajak apa pun yang dikenakan atas
kita, dengan jujur mengisi formulir atau dokumen apa pun
yang mungkin dituntut oleh pemerintah, dan menaati hukum
apa pun yang berlaku atas diri kita, keluarga, bisnis atau harta kita. Tetapi, kita tidak akan tunduk kepada kalangan berwenang jika mereka meminta kita untuk tidak menaati Allah. Kita
akan menjawab seperti rasul-rasul pada zaman dulu, ”Kita harus
menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada manusia.”
18
1 Apendiks di halaman 209-212 membahas beberapa cara yang jitu untuk menerapkan prinsip ini.
17. Sehubungan dengan kegiatan di sidang, mengapa wanita Kristen
kadang-kadang mengenakan tudung kepala?
18, 19. (a) Jelaskan prinsip-prinsip yang diuraikan di Roma 13:1-7.
(b) Bagaimana kita memperlihatkan respek kepada kalangan berwenang?
Mengapa Merespek Wewenang?
45
—Kisah 5:28, 29; lihat kotak ”Wewenang Siapa yang Harus Saya
Taati?” di halaman 42.
19 Kita juga merespek kalangan berwenang melalui sikap kita.
Adakalanya, kita harus berurusan langsung dengan para pejabat pemerintah. Rasul Paulus berurusan dengan para penguasa
seperti Raja Herodes Agripa dan Gubernur Festus. Orang-orang
ini memiliki kelemahan serius, tetapi Paulus menyapa mereka dengan penuh respek. (Kisah 26:2, 25) Kita meniru teladan
Paulus, entah pejabat yang kita sapa adalah pejabat tinggi atau
polisi biasa. Di sekolah, anak-anak Kristen berupaya memperlihatkan respek yang sama kepada para guru, staf, dan karyawan
di sekolah. Tentu, kita tidak hanya merespek orang-orang yang
menghormati kepercayaan kita; kita juga bersikap respek sewaktu berurusan dengan orang yang menentang Saksi-Saksi Yehuwa. Sebenarnya, orang-orang yang tidak seiman pada umumnya harus dapat melihat bahwa kita selalu bersikap hormat.
—Baca Roma 12:17, 18; 1 Petrus 3:15.
20 Janganlah pelit dalam hal memperlihatkan respek. Rasul
Petrus menulis, ”Hormatilah segala macam orang.” (1 Petrus
2:17) Apabila orang melihat bahwa kita merespek mereka dengan tulus, boleh jadi mereka akan sangat terkesan. Ingatlah,
sifat ini semakin langka. Maka, memperlihatkan respek adalah
salah satu cara menaati perintah Yesus, ”Biarlah terangmu bersinar di hadapan manusia, agar mereka melihat perbuatan baikmu dan memuliakan Bapakmu yang di surga.”—Matius 5:16.
21 Di dunia yang gelap ini, orang-orang yang berhati baik
akan ditarik kepada terang rohani. Maka, jika kita memperlihatkan respek dalam keluarga, di sidang, dan di lingkungan sekitar
kita, hal itu bisa jadi akan menarik orang-orang dan menggerakkan mereka untuk berjalan dalam terang bersama kita.
Alangkah menakjubkan harapan tersebut! Namun, andaikata
pun tanggapan orang tidak seperti itu, ada satu hal yang pasti.
Dengan merespek manusia, Allah Yehuwa akan senang dan kita
bisa tetap berada dalam kasih-Nya. Adakah pahala yang lebih
besar daripada itu?
20, 21. Apa saja manfaatnya jika kita merespek wewenang dengan
sepatutnya?
46
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
”DENGARKANLAH NASIHAT DAN
TERIMALAH DISIPLIN”
Semangat Setan—sikapnya yang suka memberontak, suka bertengkar—ada di mana-mana. Karena itu, Alkitab menyebut dia sebagai ”penguasa dari wewenang udara” dan juga menyebutkan
dampaknya, yaitu ’roh itu sekarang bekerja dalam diri putra-putra
ketidaktaatan’. (Efesus 2:2) Banyak orang dewasa ini ingin bebas
sepenuhnya dari wewenang orang lain. Sayang sekali, semangat
ingin bebas itu bahkan menulari orang tertentu di sidang Kristen.
Misalnya, seorang penatua mungkin dengan baik hati memberikan nasihat tentang bahayanya hiburan yang menyajikan perbuatan amoral atau kekerasan, tetapi ada yang mungkin menolak
atau bahkan merasa kesal terhadap nasihat itu. Kita masing-masing perlu menerapkan kata-kata di Amsal 19:20, ”Dengarkanlah
nasihat dan terimalah disiplin, agar engkau menjadi berhikmat di
masa depanmu.”
Apa yang dapat membantu kita dalam hal ini? Perhatikan tiga
alasan umum mengapa orang-orang menolak nasihat atau
disiplin, lalu pikirkan sudut pandang Alkitab.
ˇ ”Menurut saya, nasihat itu tidak tepat.” Kita mungkin merasa bahwa nasihat itu kurang cocok dengan keadaan kita atau
bahwa orang yang memberikan nasihat itu tidak sepenuhnya
memahami situasinya. Malah, bisa jadi kita secara spontan meremehkan nasihat itu. (Ibrani 12:5) Karena kita semua tidak
sempurna, apakah pandangan kita tentang hal itu yang mungkin perlu disesuaikan? (Amsal 19:3) Pasti ada alasan kuat tertentu mengapa nasihat itu diberikan, bukan? Maka, itulah yang
perlu kita perhatikan baik-baik. Firman Allah menasihati kita,
”Berpeganglah pada disiplin; jangan lepaskan. Lindungilah
dia, karena dialah kehidupanmu.”—Amsal 4:13.
ˇ ”Saya tidak suka cara dia memberikan nasihat.” Memang, Firman Allah menetapkan standar yang tinggi sehubungan dengan cara memberikan nasihat. (Galatia 6:1) Tetapi, Alkitab
Mengapa Merespek Wewenang?
47
juga mengatakan, ”Semua orang telah berbuat dosa dan gagal
mencapai kemuliaan Allah.” (Roma 3:23) Satu-satunya cara untuk bisa menerima nasihat yang sempurna yang disampaikan
dengan cara yang paling tepat ialah dari seseorang yang sempurna. (Yakobus 3:2) Karena Yehuwa menggunakan manusia
yang tidak sempurna untuk menasihati kita, tentu tidak bijaksana untuk memusatkan perhatian pada caranya nasihat itu diberikan. Sebaliknya, perhatikan isi nasihat itu, lalu pikirkan cara
menerapkannya, dan berdoalah meminta bimbingan.
ˇ ”Ia tidak pantas menasihati saya!” Jika kita menganggap kelemahan pribadi si penasihat itu membuat nasihatnya tidak ada
gunanya, kita perlu ingat hal-hal yang disebutkan di atas. Demikian pula, jika kita berpikir bahwa kita tidak perlu dinasihati karena usia, pengalaman, atau tanggung jawab yang kita
emban di sidang, kita perlu menyesuaikan cara berpikir kita.
Di Israel zaman dulu, raja memikul tanggung jawab besar, namun ia harus mau menerima nasihat dari para nabi, imam, dan
orang lain yang adalah rakyatnya. (2 Samuel 12:1-13; 2 Tawarikh 26:16-20) Dewasa ini, organisasi Yehuwa melantik orangorang yang tidak sempurna untuk memberikan nasihat, dan
orang Kristen yang matang dengan senang hati mau menerima dan menerapkannya. Jika kita lebih berpengalaman atau
mengemban tanggung jawab yang lebih besar daripada orang
lain, kita seharusnya semakin menyadari perlunya memberikan
teladan dalam bersikap masuk akal dan kerendahan hati dengan mau menerima nasihat dan menerapkannya.—1 Timotius
3:2, 3; Titus 3:2.
Jelaslah, tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan nasihat. Maka, mari kita bertekad untuk rela menerima nasihat dan
segera menerapkannya, dan dengan sepenuh hati bersyukur kepada Yehuwa atas pemberian yang menyelamatkan kehidupan
ini. Nasihat benar-benar merupakan ungkapan kasih Yehuwa kepada kita, dan kita ingin tetap berada dalam kasih Allah.—Ibrani
12:6-11.
48
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
”TAATILAH MEREKA YANG
MENGAMBIL PIMPINAN”
Orang Israel zaman dulu perlu segera diorganisasi. Tanpa bantuan orang lain, Musa tidak dapat mengawasi jutaan
orang yang mengadakan perjalanan bersama di padang belantara yang berbahaya. Apa yang ia lakukan? ”Musa memilih pria-pria yang cakap dari antara semua orang Israel
dan memberi mereka kedudukan sebagai kepala atas orangorang itu, sebagai kepala atas seribu, kepala atas seratus, kepala atas lima puluh dan kepala atas sepuluh orang.”
—Keluaran 18:25.
Sidang Kristen dewasa ini juga perlu diorganisasi. Itulah sebabnya ada pengawas kelompok dinas lapangan, ada penatua sidang, ada pengawas wilayah untuk sejumlah sidang,
dan ada Panitia Negeri atau Panitia Cabang untuk suatu negeri. Dengan demikian, setiap orang yang menjadi gembala
dapat memberikan perhatian penuh kepada domba-domba
Yehuwa yang harus ia pelihara. Gembala-gembala tersebut bertanggung jawab kepada Yehuwa dan Kristus.—Kisah
20:28.
Kita masing-masing perlu taat dan tunduk pada pengaturan organisasi ini. Kita sama sekali tidak ingin meniru sikap Diotrefes, yang tidak merespek orang-orang yang menjalankan kepemimpinan pada zamannya. (3 Yohanes 9, 10)
Sebaliknya, kita ingin mengindahkan kata-kata rasul Paulus,
yang menulis, ”Taatilah mereka yang mengambil pimpinan
di antara kamu dan tunduklah kepada mereka, karena mereka menjaga jiwamu sebagai orang-orang yang akan memberikan pertanggungjawaban; agar mereka melakukan ini dengan sukacita dan tidak dengan keluh kesah, sebab ini akan
merugikan kamu.” (Ibrani 13:17) Ada yang taat kalau mereka
menyetujui arahan dari orang-orang yang menjalankan kepemimpinan, tetapi tidak mau tunduk kalau mereka tidak menyetujuinya atau tidak dapat memahami alasannya. Tetapi,
Mengapa Merespek Wewenang?
49
ingatlah bahwa kata ’tunduk’ bisa mengandung gagasan
memperlihatkan ketaatan sekalipun kita tidak cenderung melakukannya. Maka, kita masing-masing sebaiknya bertanya
kepada diri sendiri, ’Apakah saya taat dan tunduk kepada mereka yang menjalankan kepemimpinan?’
Tentu, Firman Allah tidak memerinci setiap pengaturan
atau tata cara yang dibutuhkan agar sidang dapat berfungsi
dengan baik. Tetapi, Alkitab memang mengatakan, ”Biarlah segala sesuatu berlangsung dengan sopan dan teratur.”
(1 Korintus 14:40) Badan Pimpinan menaati arahan ini dengan menetapkan berbagai tata cara dan pedoman yang berguna agar kegiatan sidang dapat berjalan dengan lancar dan
tertib. Pria-pria Kristen yang mengemban tanggung jawab
memberikan teladan dalam hal ketaatan dengan menjalankan pengaturan itu. Mereka juga ’bersikap masuk akal, siap
menaati’ pria-pria yang ditetapkan sebagai pengawas. (Yakobus 3:17) Jadi, syukurlah bahwa setiap kelompok, sidang, wilayah, dan negeri memiliki sekelompok orang beriman yang
tertib dan bersatu-padu yang mendatangkan hormat kepada
Allah yang bahagia.—1 Korintus 14:33; 1 Timotius 1:11.
Di pihak lain, kata-kata Paulus di Ibrani 13:17 juga menyorot mengapa sikap tidak taat itu merugikan. Sikap tersebut
dapat menyebabkan orang yang memikul tanggung jawab
itu mengerjakan tugas mereka ”dengan keluh kesah”. Sesuatu yang seharusnya dianggap sebagai hak istimewa dinas suci
bisa saja terasa sebagai beban apabila seorang saudara harus mengatasi sikap tidak mau bekerja sama dan suka memberontak di antara kawanan. Akibatnya, ”kamu”, yaitu seluruh sidang, akan dirugikan. Tentu, ada bentuk kerugian lain
lagi jika seseorang tidak mau tunduk kepada petunjuk teokratis. Jika ia begitu sombong sehingga tidak mau tunduk, kerohaniannya akan menjadi rusak dan hubungannya dengan Bapaknya yang di surga akan renggang. (Mazmur 138:6) Maka,
mari kita semua bertekad untuk tetap taat dan tunduk.
PASAL 5
Tetap Terpisah dari Dunia
—Caranya?
”Kamu bukan bagian dari dunia.”
—YOHANES 15:19.
PADA malam terakhir kehidupannya di bumi sebagai manusia, Yesus mengungkapkan kekhawatirannya yang besar terhadap kesejahteraan para pengikutnya di masa depan. Ia bahkan
mendoakan hal itu, dengan mengatakan kepada Bapaknya,
”Aku memohon kepadamu, bukan untuk mengambil mereka dari dunia, tetapi untuk menjaga mereka oleh karena si fasik. Mereka bukan bagian dari dunia, sebagaimana aku bukan
bagian dari dunia.” (Yohanes 17:15, 16) Dalam permohonannya yang sungguh-sungguh itu, Yesus memperlihatkan kasihnya yang besar kepada para pengikutnya maupun pentingnya
kata-kata yang ia ucapkan sebelumnya pada malam itu kepada beberapa di antara mereka, ”Kamu bukan bagian dari dunia.” (Yohanes 15:19) Jelaslah, keterpisahan para pengikutnya
dari dunia merupakan hal yang sangat penting bagi Yesus!
2 ”Dunia” yang Yesus sebutkan memaksudkan seluruh
umat manusia yang terasing dari Allah, yang dikuasai oleh Setan, dan yang menjadi budak roh kesombongan yang mementingkan diri yang bersumber darinya. (Yohanes 14:30; Efesus
2:2; 1 Yohanes 5:19) Ya, ”persahabatan dengan dunia [itu] adalah permusuhan dengan Allah”. (Yakobus 4:4) Tetapi, bagaimana mungkin semua orang yang ingin tetap berada dalam
kasih Allah tinggal di dunia tetapi terpisah darinya? Kita akan
membahas lima cara, yaitu: dengan tetap loyal kepada Kerajaan Allah di bawah Kristus dan netral dalam politik dunia, de1. Apa yang Yesus tandaskan pada malam terakhir kehidupannya di
bumi sebagai manusia?
2. Apa yang Yesus maksudkan dengan ”dunia”?
Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya?
51
ngan melawan roh dunia, dengan bersahaja dalam hal pakaian
dan dandanan, dengan menjaga kehidupan kita tetap sederhana, dan dengan mengenakan perlengkapan senjata rohani kita.
TETAP LOYAL DAN NETRAL
Daripada terjun dalam politik pada zamannya, Yesus
mengutamakan pemberitaan Kerajaan Allah, yaitu pemerintahan di surga di masa depan yang calon Rajanya adalah dia
sendiri. (Daniel 7:13, 14; Lukas 4:43; 17:20, 21) Maka, di hadapan Gubernur Romawi Pontius Pilatus, Yesus dapat mengatakan, ”Kerajaanku bukan bagian dari dunia ini.” (Yohanes
18:36) Para pengikutnya yang setia meniru teladannya dengan
berlaku loyal kepada Kristus serta Kerajaannya dan dengan
mengumumkan Kerajaan itu kepada dunia. (Matius 24:14)
”Karena itu kami adalah duta-duta yang menggantikan Kristus,” tulis rasul Paulus. ”Sebagai pengganti bagi Kristus kami
minta dengan sangat, ’Hendaklah kamu menjadi rukun dengan Allah.’ ”1—2 Korintus 5:20.
4 Karena duta-duta mewakili penguasa atau negara asing,
mereka tidak mencampuri urusan dalam-negeri di tempat mereka bertugas; mereka tetap netral. Namun, seorang duta mendukung pemerintahan negara yang ia wakili. Demikian
pula dengan para pengikut terurap Kristus, yang ’kewarganegaraannya ada di surga’. (Filipi 3:20) Malah, berkat pengabaran
Kerajaan yang bersemangat, mereka telah membantu jutaan
orang dari ”domba-domba lain” Kristus ”menjadi rukun dengan Allah”. (Yohanes 10:16; Matius 25:31-40) Domba-domba
3
1 Sejak Pentakosta 33 M, Kristus telah menjadi Raja atas sidang jemaat para
pengikutnya yang terurap di bumi. (Kolose 1:13) Pada tahun 1914, Kristus menerima wewenang sebagai raja atas ”kerajaan dunia”. Maka, sekarang orang Kristen terurap juga menjadi duta Kerajaan Mesianik.—Penyingkapan 11:15.
3. (a) Bagaimana pandangan Yesus terhadap politik pada zamannya?
(b) Mengapa dapat dikatakan bahwa para pengikut terurap Yesus menjadi duta? (Termasuk catatan kaki.)
4. Bagaimana semua orang Kristen sejati memperlihatkan keloyalan
kepada Kerajaan Allah? (Lihat kotak di halaman 52.)
52
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
ORANG KRISTEN MASA AWAL NETRAL
Sejarah dunia memberikan banyak sekali bukti bahwa orang-orang Kristen masa awal tetap netral secara politik dan tidak ikut berperang. Menurut buku
The Beginnings of Christianity, ”Para pendiri Kekristenan sangat berhati-hati agar tidak mengembangkan
kecenderungan apa pun untuk mencampuri tatanan
pemerintahan yang sudah ada.” Demikian pula, buku
On the Road to Civilization menyatakan, ”Kekristenan
masa awal kurang dipahami dan tidak disenangi oleh
kalangan pemerintah dunia kafir. . . . Umat Kristen
menolak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi
para warga negara Romawi. . . . Mereka tidak mau memegang jabatan politik.”
Mengenai orang Kristen masa awal dan dinas militer, teolog Jerman Peter Meinhold mengatakan, ”Menjadi orang Kristen sekaligus tentara dianggap tidak sejalan.” Dalam karya tulisnya tentang agama yang
berjudul ”An Inquiry Into the Accordancy of War
With the Principles of Christianity” (Pengkajian atas
Keselarasan Perang dengan Prinsip-Prinsip Kekristenan), penulis bernama Jonathan Dymond menyebutkan bahwa selama suatu waktu setelah kematian Yesus, para pengikut-Nya ”tidak mau [berperang]; apa
pun akibatnya, entah itu celaan, atau pemenjaraan,
atau kematian”. Dymond menambahkan, ”Fakta ini
tak dapat disangkal.” Baru setelah ”Kekristenan tercemar”, orang Kristen menjadi tentara, kata seorang penulis lain.
lain itu menjadi utusan Kristus untuk mendukung saudarasaudara terurap Yesus. Sebagai satu kawanan terpadu yang
mendukung Kerajaan Mesianik, kedua kelompok itu dengan teguh mempertahankan kenetralan dalam urusan politik dunia.—Baca Yesaya 2:2-4.
Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya?
53
Loyalitas kepada Kristus bukan satu-satunya alasan mengapa orang Kristen sejati netral. Tidak seperti bangsa Israel zaman dulu, yang tinggal di negeri yang Allah berikan kepada
mereka, kita adalah bagian dari persaudaraan internasional.
(Matius 28:19; 1 Petrus 2:9) Jadi, kalau kita bergabung dengan partai-partai politik setempat, kita tidak bisa bebas berbicara tentang berita Kerajaan maupun persatuan Kristen kita.
(1 Korintus 1:10) Lagi pula, selama masa perang, kita akan berperang melawan rekan-rekan seiman, padahal kita diperintahkan untuk mengasihi mereka. (Yohanes 13:34, 35; 1 Yohanes
3:10-12) Maka, dengan alasan kuat, Yesus menyuruh muridmuridnya menyarungkan pedang. Dan, ia bahkan menyuruh
mereka mengasihi musuh mereka.—Matius 5:44; 26:52; lihat
kotak ”Apakah Saya Tetap Netral?” di halaman 55.
6 Sebagai orang Kristen sejati, kita telah membaktikan kehidupan kita kepada Allah, bukan kepada manusia, organisasi
manusia, atau bangsa mana pun. Di 1 Korintus 6:19, 20 dikatakan, ”Kamu bukan milik dirimu sendiri, karena kamu [telah]
dibeli dengan harga tertentu.” Jadi, walaupun para pengikut
Yesus memberikan kepada ”Kaisar” apa yang berhak ia terima dalam bentuk hormat, pajak, dan ketundukan yang bersifat relatif, mereka memberikan ”perkara-perkara Allah kepada
Allah”. (Markus 12:17; Roma 13:1-7) Hal ini termasuk ibadat,
kasih dengan segenap jiwa, dan ketaatan yang disertai keloyalan. Jika perlu, mereka siap menyerahkan kehidupan mereka
bagi Allah.—Lukas 4:8; 10:27; baca Kisah 5:29; Roma 14:8.
5
MELAWAN ”ROH DUNIA”
Orang Kristen juga dapat tetap terpisah dari dunia dengan
melawan rohnya yang jahat. ”Kita tidak menerima roh dunia,
7
5. Apa bedanya sidang Kristen dan orang Israel zaman dulu, dan bagaimana ini ditunjukkan?
6. Bagaimana pembaktian Saudara kepada Allah memengaruhi hubungan Saudara dengan Kaisar?
7, 8. Apa ”roh dunia” itu, dan bagaimana roh itu ”bekerja” dalam
diri manusia yang tidak taat?
54
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
melainkan roh yang berasal dari Allah,” tulis Paulus. (1 Korintus 2:12) Kepada jemaat di Efesus, ia mengatakan, ”Kamu pada
suatu waktu berjalan mengikuti . . . dunia ini, mengikuti penguasa dari wewenang udara, roh yang sekarang bekerja dalam diri putra-putra ketidaktaatan.”—Efesus 2:2, 3.
8 ”Udara”, atau roh, dunia adalah suatu tenaga pendorong yang tidak kelihatan, yang memicu ketidaktaatan kepada Allah dan mengembangkan ’keinginan daging dan keinginan mata’. (1 Yohanes 2:16; 1 Timotius 6:9, 10) ”Wewenang”
roh ini ada pada daya pikatnya terhadap daging yang berdosa,
pada kelicikannya, pada serangannya yang gencar dan, seperti
udara, pada penyebarannya yang begitu luas. Selain itu, roh
ini ”bekerja” secara berangsur-angsur dengan mengembangkan dalam diri manusia yang tidak taat sifat-sifat yang tidak
saleh, seperti mementingkan diri, kesombongan, ambisi yang
tak pernah terpuaskan, dan semangat ingin bebas secara moral
serta pemberontakan.1 Singkatnya, roh dunia sedikit demi sedikit membuat sifat-sifat si Iblis tumbuh dalam hati seseorang.
—Yohanes 8:44; Kisah 13:10; 1 Yohanes 3:8, 10.
9 Apakah roh dunia bisa berakar dalam pikiran dan hati Saudara? Ya, tetapi hanya kalau Saudara membiarkan hal itu terjadi dengan mengendurkan kewaspadaan. (Baca Amsal 4:23.)
Sering kali, pengaruhnya mulai secara halus, barangkali melalui teman-teman yang mungkin tampaknya adalah orang yang
baik tetapi sebenarnya tidak mengasihi Yehuwa. (Amsal 13:20;
1 Korintus 15:33) Saudara juga dapat menyerap roh yang jahat
itu melalui bacaan yang tidak pantas, situs Internet yang berisi pornografi atau bahan dari orang murtad, hiburan yang tidak sehat, dan olahraga yang penuh persaingan—sebenarnya,
melalui siapa pun atau apa pun yang menyampaikan cara berpikir Setan atau dunianya.
1 Lihat Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab, halaman 312-315, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
9. Dengan cara apa saja roh dunia dapat memasuki pikiran dan hati
kita?
Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya?
55
Bagaimana kita dapat melawan roh dunia yang licik itu
dan tetap berada dalam kasih Allah? Hanya dengan memanfaatkan sepenuhnya persediaan rohani Yehuwa dan dengan terus berdoa meminta roh kudus. Yehuwa jauh lebih besar daripada si Iblis atau dunia yang jahat di bawah kendali Setan.
(1 Yohanes 4:4) Maka, betapa pentingnya untuk tetap dekat
dengan Yehuwa melalui doa!
10
10. Bagaimana kita dapat melawan roh dunia?
APAKAH SAYA TETAP NETRAL?
Prinsip: ”Kerajaanku bukan bagian dari
dunia ini.”—Yohanes 18:36.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Bagaimana saya akan menjelaskan mengapa salut kepada bendera
adalah suatu bentuk penyembahan
berhala?1—Keluaran 20:4, 5;
1 Yohanes 5:21.
ˇ Sewaktu menjelaskan alasan
saya tidak berpartisipasi dalam upacara nasional, bagaimana saya bisa tetap
menghormati orang yang
tidak sepaham?—1 Petrus
3:15.
ˇ Apa alasan saya tidak mendukung partai politik mana
pun atau menolak dinas militer
dalam bentuk apa pun?—Yohanes 13:34; 1 Yohanes 3:10-12.
1 Lihat Apendiks, halaman 212-215.
56
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
BERSAHAJA DALAM HAL PAKAIAN DAN DANDANAN
11 Kita bisa melihat roh apa yang menggerakkan seseorang
dari pakaian, dandanan, dan kebersihannya. Di banyak negeri,
standar berpakaian sudah begitu rendah sehingga seorang
pembawa acara di sebuah stasiun televisi menyatakan bahwa
tidak lama lagi para pelacur tidak bisa tampil beda. Menurut
sebuah surat kabar, bahkan anak-anak perempuan yang belum
remaja telah terpengaruh oleh gaya masa kini: ”pamer tubuh,
tanggalkan kesopanan”. Gaya lain ialah berpakaian dengan
sembarangan, yang mencerminkan semangat pemberontakan
maupun tidak adanya martabat dan harga diri.
12 Sebagai hamba-hamba Yehuwa, kita sepatutnya ingin berpenampilan sebaik mungkin, yang berarti berpakaian rapi,
bersih, sedap dipandang, dan sesuai dengan situasi. Penampilan kita harus selalu mencerminkan ’kesahajaan dan pikiran
sehat’, yang bersama ”perbuatan baik”, cocok bagi siapa saja
—pria atau wanita—”yang mengaku beribadat kepada Allah”.
Tentu, yang penting bagi kita bukanlah untuk menarik perhatian kepada diri sendiri, melainkan agar kita ’tetap berada dalam kasih Allah’. (1 Timotius 2:9, 10; Yudas 21) Ya, kita ingin
mengenakan perhiasan yang paling bagus, yaitu ”manusia batiniah yang tersembunyi . . . , yang sangat bernilai di mata
Allah”.—1 Petrus 3:3, 4.
13 Ingatlah juga bahwa gaya pakaian dan dandanan kita bisa
berpengaruh pada cara orang memandang ibadat sejati. Kata
Yunani yang diterjemahkan menjadi ”kesahajaan”, apabila digunakan dalam arti moral, menyatakan gagasan menghormati, mengagumi, dan menghargai perasaan atau pendapat
orang lain. Maka, tujuan kita seharusnya adalah untuk mengutamakan hati nurani orang lain ketimbang apa yang kita pikir adalah hak kita. Yang terpenting, kita ingin mendatangkan
hormat kepada Yehuwa serta umat-Nya. Kita juga mereko11. Bagaimana roh dunia memengaruhi standar berpakaian?
12, 13. Prinsip apa saja yang hendaknya mengatur cara kita berpakaian dan berdandan?
mendasikan, atau membuktikan, diri sebagai pelayan
Allah dengan melakukan ”segala sesuatu demi kemuliaan Allah”.—1 Korintus 4:9;
10:31; 2 Korintus 6:3, 4; 7:1.
14 Pakaian, dandanan, dan
kebersihan kita semakin perlu kita perhatikan apabila
kita berada dalam dinas lapangan atau menghadiri perhimpunan. Tanyalah kepada
diri sendiri: ’Apakah penampilan dan kebersihan saya
menarik perhatian yang tidak sepatutnya kepada diri
saya? Apakah hal itu membuat orang lain malu? Apa- Apakah penampilan saya
kah saya menganggap hak mendatangkan hormat
saya dalam hal ini lebih pen- bagi Yehuwa?
ting daripada memenuhi syarat untuk hak istimewa dinas di sidang?’—Mazmur 68:6; Filipi
4:5; 1 Petrus 5:6.
15 Alkitab tidak memuat daftar peraturan tentang pakaian, dandanan, dan kebersihan bagi orang Kristen. Yehuwa tidak ingin kita kehilangan kebebasan memilih atau tidak bisa
menggunakan kesanggupan berpikir kita. Sebaliknya, Ia ingin
agar kita menjadi orang matang yang bernalar berdasarkan
prinsip-prinsip Alkitab dan yang ”karena penerapan telah terlatih daya pemahamannya untuk membedakan apa yang benar maupun yang salah”. (Ibrani 5:14) Yang terpenting,
14. Sehubungan dengan penampilan dan kebersihan kita, pertanyaan apa saja yang hendaknya kita tanyakan kepada diri sendiri?
15. Mengapa Firman Allah tidak memuat daftar peraturan tentang
pakaian, dandanan, dan kebersihan?
Ia ingin agar kita dikendalikan oleh kasih—kasih kepada Allah
dan sesama. (Baca Markus 12:30, 31.) Berdasarkan prinsipprinsip itu, terbukalah kemungkinan untuk memilih beragam
pakaian dan gaya dandanan. Hal ini terlihat dari aneka warna
pakaian yang dikenakan umat Yehuwa yang dengan penuh sukacita berkumpul di mana pun di bumi ini.
MENJAGA KEHIDUPAN KITA TETAP SEDERHANA
Roh dunia menyesatkan dan mendorong jutaan orang
untuk mencari uang dan harta benda demi mendapatkan kebahagiaan. Tetapi, Yesus mengatakan, ”Bahkan jika seseorang
berkelimpahan, kehidupannya bukanlah hasil dari perkaraperkara yang ia miliki.” (Lukas 12:15) Walaupun Yesus tidak setuju jika seseorang menyangkal diri secara berlebihan, ia mengajarkan bahwa kehidupan dan kebahagiaan sejati
16
16. Dalam hal apa roh dunia bertentangan dengan ajaran Yesus, dan
apa saja yang hendaknya kita tanyakan kepada diri sendiri?
Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya?
59
dapat dinikmati oleh orang-orang yang ”sadar akan kebutuhan rohani mereka” dan yang menjaga kehidupannya tetap sederhana, yaitu terpusat pada hal-hal rohani. (Matius 5:3; 6:22)
Tanyalah kepada diri sendiri: ’Apakah saya benar-benar memercayai apa yang Yesus ajarkan, atau apakah saya dipengaruhi oleh ”bapak dusta”? (Yohanes 8:44) Apa yang disingkapkan oleh perkataan, cita-cita, hal-hal yang saya utamakan, dan
jalan hidup saya?’—Lukas 6:45; 21:34-36; 2 Yohanes 6.
17 ”Hikmat dibuktikan adil-benar oleh perbuatannya,” kata
Yesus. (Matius 11:19) Perhatikan beberapa manfaat yang diperoleh orang-orang yang menjaga kehidupan mereka tetap sederhana. Mereka mendapat kesegaran sejati dalam dinas Kerajaan. (Matius 11:29, 30) Mereka menghindari kekhawatiran
yang berlebihan dan dengan demikian tidak mengalami penderitaan secara mental dan emosi. (Baca 1 Timotius 6:9, 10.)
Karena sudah merasa puas dengan kebutuhan pokok, mereka mempunyai lebih banyak waktu untuk keluarga dan rekan-rekan Kristen mereka. Maka, mereka bisa tidur dengan lebih nyenyak. (Pengkhotbah 5:12) Mereka merasakan sukacita
yang lebih besar karena suka memberi, melakukannya sebisa
mungkin. (Kisah 20:35) Selain itu, mereka ”memiliki harapan
yang limpah”, kedamaian batin, dan kepuasan. (Roma 15:13;
Matius 6:31, 32) Alangkah tak ternilainya berkat-berkat ini!
MENGENAKAN ”SELURUH PERLENGKAPAN SENJATA”
18 Orang yang tetap berada dalam kasih Allah juga terlindung secara rohani, karena Setan tidak ingin orang Kristen
bahagia dan memperoleh hidup kekal. (1 Petrus 5:8) ”Pergulatan kita,” kata Paulus, ”bukan melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan kalangan
berwenang, melawan para penguasa dunia dari kegelapan ini, melawan kumpulan roh yang fasik di tempat-tempat
17. Sebutkan beberapa manfaat yang diperoleh orang-orang yang
menjaga kehidupan mereka tetap sederhana.
18. Bagaimana Alkitab menggambarkan musuh kita, siasatnya, dan
perjuangan kita?
60
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
surgawi.” (Efesus 6:12) Kata ”pergulatan” menunjukkan bahwa pertarungan tidak dilakukan dari jarak jauh—seolah-olah
dari tempat perlindungan yang aman dan tersembunyi—tetapi
dari jarak dekat. Selain itu, kata ”pemerintah-pemerintah”,
”kalangan berwenang”, dan ”para penguasa dunia” menunjukkan bahwa serangan dari alam roh sangat terorganisasi dan
terencana.
19 Tetapi, meskipun kita sebagai manusia memiliki kelemahan dan keterbatasan, kita bisa menang. Caranya? Dengan
mengenakan ”seluruh perlengkapan senjata dari Allah”. (Efesus 6:13) Di Efesus 6:14-18, perlengkapan senjata itu digambarkan sebagai berikut, ”Karena itu, berdirilah teguh, dengan
pinggangmu berikatkan kebenaran, dan mengenakan pelindung dada keadilbenaran, dan kakimu berkasutkan kabar baik
tentang perdamaian. Di atas segala hal, ambillah perisai besar
iman, yang dengannya kamu akan sanggup memadamkan semua senjata lempar yang berapi dari si fasik. Juga, terimalah
ketopong [atau, harapan] keselamatan, dan pedang roh, yaitu
firman Allah, sementara dengan setiap bentuk doa dan permohonan, teruslah berdoa pada setiap kesempatan dengan roh.”
20 Karena perlengkapan senjata rohani itu berasal dari Allah,
kita pasti akan terlindung, asalkan kita terus mengenakannya.
Tidak seperti prajurit biasa yang bisa mendapat istirahat panjang dari tugas di medan pertempuran, orang Kristen terusmenerus melakukan pertarungan hidup-dan-mati yang tidak
akan berhenti sebelum Allah membinasakan dunia Setan dan
mencampakkan semua roh jahat ke dalam jurang yang tidak
terduga dalamnya. (Penyingkapan 12:17; 20:1-3) Maka, jangan
menyerah jika Saudara sedang berjuang melawan kelemahan
atau keinginan yang salah, sebab kita semua harus ”memukuli” diri sendiri agar dapat tetap setia kepada Yehuwa. (1 Korintus 9:27) Malah, kalau kita tidak bergulat, kita justru harus
khawatir!
19. Gambarkan perlengkapan senjata rohani orang Kristen.
20. Mengapa situasi kita berbeda dengan situasi seorang prajurit
biasa?
Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya?
61
Lagi pula, kita tidak dapat memenangkan pertarungan ini
dengan kekuatan kita sendiri. Karena itu, Paulus mengingatkan kita akan perlunya berdoa kepada Yehuwa ”pada setiap kesempatan dengan roh”. Selain itu, kita harus mendengarkan
Yehuwa dengan mempelajari Firman-Nya dan bergaul dengan
sesama ”prajurit” pada setiap kesempatan, sebab kita tidak bertarung sendirian! (Filemon 2; Ibrani 10:24, 25) Orang yang setia dalam semua bidang ini tidak hanya akan menang, tetapi
juga dapat membela iman dengan teguh apabila ditantang.
21
BERSIAPLAH UNTUK MEMBELA IMAN SAUDARA
”Karena kamu bukan bagian dari dunia,” kata Yesus, ”dunia membenci kamu.” (Yohanes 15:19) Karena itu, orang Kristen harus selalu siap membela iman mereka dan melakukan
hal ini dengan penuh respek dan kelembutan. (Baca 1 Petrus
3:15.) Tanyalah kepada diri sendiri: ’Apakah saya mengerti
mengapa Saksi-Saksi Yehuwa kadang-kadang mengambil pendirian yang bertentangan dengan pendapat umum? Apabila
menghadapi kesulitan karena mengambil pendirian tersebut,
apakah saya benar-benar yakin bahwa apa yang dikatakan oleh
Alkitab dan budak yang setia itu benar? (Matius 24:45; Yohanes
17:17) Dan, sewaktu harus melakukan apa yang benar dalam
pandangan Yehuwa, apakah saya siap untuk berbeda, dan bahkan bangga karena berbeda?’—Mazmur 34:2; Matius 10:32, 33.
23 Tetapi, sering kali keinginan kita untuk tetap terpisah dari
dunia diuji dengan cara-cara yang lebih halus. Contohnya, sebagaimana disebutkan sebelumnya, si Iblis mencoba memikat
hamba-hamba Yehuwa ke dalam dunia melalui hiburan. Bagaimana kita dapat memilih hiburan yang sehat yang akan menyegarkan dan membuat hati nurani kita tetap bersih? Pokok
itu akan dibahas dalam pasal berikut.
22
21. Hanya dengan cara bagaimana kita dapat menang dalam peperangan rohani kita?
22, 23. (a) Mengapa kita harus selalu siap membela iman kita, dan
pertanyaan apa saja yang hendaknya kita tanyakan kepada diri sendiri? (b) Pokok apa yang akan dibahas dalam pasal berikut?
PASAL 6
Cara Memilih Hiburan
yang Sehat
”Lakukanlah segala sesuatu demi kemuliaan Allah.”
—1 KORINTUS 10:31.
BAYANGKAN Saudara akan memakan buah yang lezat, tetapi
ternyata ada bagian yang busuk. Apa yang akan Saudara lakukan? Nah, Saudara bisa saja memakan buah itu seluruhnya, bahkan bagian yang busuk; Saudara bisa membuang seluruhnya, termasuk bagian yang busuk; atau Saudara dapat
memotong bagian yang busuk dan menikmati bagian yang
baik saja. Mana yang akan Saudara pilih?
2 Boleh dikata, hiburan mirip dengan buah itu. Kadang-kadang, Saudara ingin menikmati rekreasi, tetapi Saudara sadar
bahwa kebanyakan hiburan yang ada dewasa ini tidak baik,
bahkan busuk atau jelek, secara moral. Maka, apa yang akan
Saudara lakukan? Ada yang mungkin tidak keberatan dengan
apa yang tidak baik dan menikmati hiburan apa pun yang ditawarkan dunia ini. Orang lain mungkin menghindari semua
hiburan agar mereka sama sekali tidak terkena apa pun yang
bersifat merusak. Yang lain lagi mungkin bersikap hati-hati
dengan menghindari hiburan yang merusak, tetapi sekali-kali
menikmati hiburan yang relatif sehat. Mana yang akan Saudara pilih agar dapat tetap berada dalam kasih Allah?
3 Kebanyakan dari kita akan memilih yang ketiga. Kita menyadari perlunya rekreasi, tetapi kita ingin memilih hiburan
yang bersih secara moral. Karena itu, kita perlu memikirkan
caranya menentukan apa yang sehat dan yang tidak. Tetapi,
1, 2. Pilihan apa yang harus kita buat sehubungan dengan hiburan?
3. Apa yang akan kita bahas sekarang?
Cara Memilih Hiburan yang Sehat
63
pertama-tama mari kita bahas dampak hiburan yang kita pilih terhadap ibadat kita kepada Yehuwa.
”LAKUKANLAH SEGALA SESUATU
DEMI KEMULIAAN ALLAH”
4 Beberapa waktu yang lalu, seorang Saksi lansia yang dibaptis pada tahun 1946 menyatakan, ”Saya telah memutuskan untuk selalu hadir pada setiap khotbah baptisan
dan menyimaknya baik-baik, seolaholah saya dibaptis pada hari itu.”
Mengapa? Ia menjelaskan, ”Membuat pembaktian saya tetap segar dalam ingatan telah menjadi langkah
penting untuk tetap setia.” Saudara
tentu setuju dengan pandangan tersebut. Dengan selalu mengingat janji
Saudara kepada Yehuwa untuk menggunakan seluruh kehidupan Saudara untuk melayani Dia, Saudara akan
terus bertekun. (Baca Pengkhotbah
5:4.) Malah, merenungkan pembaktian Saudara akan memengaruhi pandangan Saudara bukan hanya terhadap pelayanan Kristen, melainkan
juga terhadap semua bidang lain dalam kehidupan—termasuk hiburan.
Rasul Paulus menandaskan kebenaran itu ketika ia menyurati orangorang Kristen pada zamannya, ”Jika
kamu makan atau minum atau melakukan apa pun yang lain, lakukanlah segala sesuatu demi kemuliaan Allah.”—1 Korintus 10:31.
4. Bagaimana pembaktian kita hendaknya
memengaruhi hiburan yang kita pilih?
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
64
Segala sesuatu yang Saudara lakukan dalam kehidupan
ada kaitannya dengan ibadat Saudara kepada Yehuwa. Dalam
suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menggunakan katakata yang bermakna dalam untuk menandaskan kebenaran ini kepada rekan-rekan seimannya. Ia mendesak mereka,
’Persembahkan tubuhmu sebagai korban yang hidup, kudus,
diperkenan Allah, dinas suci dengan daya nalarmu.’ (Roma
12:1) Tubuh Saudara mencakup pikiran, hati, dan kekuatan
fisik. Semuanya itu Saudara gunakan dalam melayani Allah.
(Markus 12:30) Paulus menyebut dinas dengan segenap jiwa
itu sebagai suatu korban. Dalam kata ”korban” tersirat suatu
peringatan. Di bawah Hukum Musa, korban yang cacat ditolak oleh Allah. (Imamat 22:18-20) Demikian pula, jika korban
rohani seorang Kristen dengan satu atau lain cara tercemar,
korban itu akan ditolak oleh Allah. Tetapi, bagaimana hal itu
dapat terjadi?
6 Paulus menasihati jemaat Kristen di Roma, ”Janganlah terus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa.”
Paulus juga menyuruh mereka ”mematikan praktek-praktek
tubuh”. (Roma 6:12-14; 8:13) Di bagian sebelumnya dari surat
itu ia memberikan beberapa contoh ”praktek-praktek tubuh”.
Mengenai manusia yang berdosa, kita membaca, ”Mulut mereka penuh dengan kutukan.” ”Kaki mereka bergerak cepat
untuk menumpahkan darah.” ”Tidak ada perasaan takut akan
Allah di depan mata mereka.” (Roma 3:13-18) Seorang Kristen akan menodai tubuhnya kalau ia menggunakan ’anggota-anggota tubuhnya’ untuk perbuatan dosa tersebut. Misalnya, kalau seorang Kristen dewasa ini sengaja melihat bahan
yang bejat seperti pornografi atau menonton kekerasan yang
sadis, ia ”menyerahkan [matanya] kepada dosa”, dengan demikian mencemari seluruh tubuhnya. Ibadat apa pun yang ia
lakukan akan menjadi korban yang tidak lagi kudus dan tidak
5
5. Bagaimana Imamat 22:18-20 membantu kita melihat peringatan
yang tersirat dalam Roma 12:1?
6, 7. Bagaimana seorang Kristen dapat mencemari tubuhnya, dan
apa akibat yang mungkin akan ia tuai?
Cara Memilih Hiburan yang Sehat
65
diperkenan Allah. (Ulangan 15:21; 1 Petrus 1:14-16; 2 Petrus
3:11) Betapa besar kerugiannya karena memilih hiburan yang
tidak sehat!
7 Jelaslah, hiburan yang dipilih seorang Kristen sangat besar dampaknya. Maka, kita tentu akan memilih hiburan yang
akan memperindah korban kita kepada Allah, bukan mencemarinya. Sekarang, mari kita bahas cara menentukan apa
yang sehat dan yang tidak.
”MUAKLAH TERHADAP APA YANG FASIK”
Secara umum, hiburan dapat dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah hiburan yang jelas-jelas dihindari
orang Kristen; yang kedua adalah yang mungkin berterima
bagi orang Kristen atau mungkin tidak. Pertama-tama, mari
kita bahas kelompok pertama—hiburan yang dihindari orang
Kristen.
9 Seperti telah disebutkan di Pasal 1, ada jenis hiburan yang
mempertontonkan perbuatan yang jelas-jelas dikutuk dalam
Alkitab. Misalnya, situs Web maupun film, acara TV, dan musik yang berisi kekejaman, berkaitan dengan hantu-hantu,
mengandung pornografi, atau menonjolkan perbuatan yang
amoral dan menjijikkan. Dalam jenis hiburan yang bejat tersebut, perbuatan yang melanggar prinsip atau hukum Alkitab digambarkan sebagai sesuatu yang berterima. Maka, hiburan semacam itu harus dijauhi oleh orang Kristen sejati. (Kisah
15:28, 29; 1 Korintus 6:9, 10; Penyingkapan 21:8) Dengan menolak hiburan yang tidak sehat itu, Saudara membuktikan kepada Yehuwa bahwa Saudara benar-benar ’muak terhadap apa
yang fasik’ dan terus ’menjauhi apa yang jahat’. Dengan demikian, Saudara memiliki ”iman tanpa kemunafikan”.—Roma
12:9; Mazmur 34:14; 1 Timotius 1:5.
10 Tetapi, ada yang mungkin merasa bahwa menonton hiburan yang menayangkan perilaku amoral tidak berbahaya.
8
8, 9. (a) Secara umum, hiburan dapat dibagi menjadi dua kelompok
apa? (b) Jenis hiburan apa yang kita tolak, dan mengapa?
10. Mengenai hiburan, penalaran apa yang berbahaya, dan mengapa?
66
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Mereka bernalar, ’Saya mungkin menontonnya di film
atau TV, tetapi saya tidak akan pernah melakukan hal-hal itu.’
Penalaran seperti itu menyesatkan dan berbahaya. (Baca Yeremia 17:9.) Jika kita senang menonton apa yang Yehuwa kutuk,
apakah kita benar-benar ’muak terhadap apa yang fasik’? Dengan berulang kali membuka diri terhadap tingkah laku yang
bejat, perasaan kita akan menjadi tumpul. (Mazmur 119:70;
1 Timotius 4:1, 2) Perbuatan seperti itu bisa memengaruhi apa
yang kita lakukan atau cara kita memandang perbuatan dosa
orang lain.
11 Hal ini benar-benar telah terjadi. Ada orang Kristen yang
melakukan perbuatan amoral karena dipengaruhi oleh hiburan yang biasa mereka lihat. Mereka belajar dari pengalaman
pahit bahwa ”apa pun yang ditabur orang, ini juga yang akan
dituainya”. (Galatia 6:7) Tetapi, akhir yang menyedihkan seperti itu dapat dihindari. Jika Saudara bersikap hati-hati, menabur dalam pikiran apa yang bersih secara moral, Saudara akan
berbahagia karena menuai hasil baik dalam kehidupan Saudara—Lihat kotak ”Hiburan Macam Apa yang Sebaiknya Saya
Pilih?” di halaman 67.
KEPUTUSAN PRIBADI BERDASARKAN
PRINSIP-PRINSIP ALKITAB
12 Sekarang, mari kita bahas kelompok kedua—hiburan
yang menyajikan perbuatan yang tidak secara terang-terangan dikutuk atau diperbolehkan dalam Firman Allah. Sewaktu memilih hiburan semacam itu, setiap orang Kristen harus
membuat keputusan pribadi sehubungan dengan apa yang ia
anggap hiburan yang sehat. (Baca Galatia 6:5.) Tetapi, dalam
hal itu kita memiliki pedoman. Alkitab memuat prinsip-prinsip, atau kebenaran dasar, yang memungkinkan kita memahami cara berpikir Yehuwa. Dengan memperhatikan prinsipprinsip tersebut, kita dapat memahami ”apa kehendak
11. Apa yang menunjukkan bahwa Galatia 6:7 terbukti benar sehubungan dengan hiburan?
12. Apa hubungan antara Galatia 6:5 dan hiburan, dan apa pedoman
untuk membuat keputusan pribadi?
Cara Memilih Hiburan yang Sehat
HIBURAN MACAM APA YANG SEBAIKNYA
SAYA PILIH?
Prinsip: ”Muaklah terhadap apa yang fasik,
berpautlah pada apa yang baik.”—Roma 12:9.
Apakah Allah akan senang kalau . . .
ˇ lirik musik yang saya dengarkan mempersulit saya
untuk memikirkan hal-hal yang murni?
—1 Korintus 6:9, 10.
ˇ saya meniru tutur kata dan tindakan negatif orangorang dalam film yang saya tonton?—Lukas 6:40.
ˇ saya memilih untuk bermain video game yang
mengharuskan saya memerankan orang yang kejam
dan amoral?—Mazmur 11:5, 7.
ˇ standar yang saya ajarkan
kepada orang lain berbeda
dengan standar yang saya
gunakan sebagai pedoman
dalam memilih hiburan?
—Roma 2:21.
67
68
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Yehuwa” dalam segala hal, termasuk dalam memilih hiburan.—Efesus 5:17.
13 Memang, tingkat kemajuan setiap orang Kristen dalam
hal pemahaman, atau daya pengamatan, mengenai moral tidak sama. (Filipi 1:9) Selain itu, orang Kristen menyadari bahwa berkenaan dengan hiburan, selera orang berbeda-beda.
Maka, kita tidak dapat berharap bahwa semua orang Kristen
akan membuat keputusan yang persis sama. Sekalipun demi13. Apa yang akan menggugah kita untuk menghindari hiburan yang
bisa membuat Yehuwa tidak senang?
Dengan menerapkan prinsip-prinsip Allah sewaktu memilih
hiburan, kita terlindung dari kerugian rohani
Cara Memilih Hiburan yang Sehat
69
kian, semakin kita membiarkan prinsip-prinsip Allah memengaruhi pikiran dan hati kita, semakin kita ingin menghindari jenis hiburan apa pun yang bisa membuat Yehuwa tidak
senang.—Mazmur 119:11, 129; 1 Petrus 2:16.
14 Sewaktu memilih hiburan, ada hal penting lain yang perlu dipikirkan, yaitu waktu. Isi hiburan pilihan Saudara menyingkapkan apa yang Saudara anggap berterima, tetapi
jumlah waktu yang Saudara gunakan untuk menikmatinya
menyingkapkan apa yang Saudara utamakan. Tentu, bagi
orang Kristen, hal-hal rohani itu paling penting. (Baca Matius 6:33.) Maka, apa yang dapat Saudara lakukan agar kepentingan Kerajaan tetap menjadi hal utama dalam kehidupan Saudara? Rasul Paulus menyatakan, ”Teruslah perhatikan
dengan cermat bagaimana kamu berjalan, yaitu bukan sebagai orang yang tidak berhikmat melainkan sebagai orang
yang berhikmat, membeli [menggunakan sebaik-baiknya] semua waktu yang ada.” (Efesus 5:15, 16) Ya, dengan menetapkan batas yang jelas sehubungan dengan jumlah waktu yang
Saudara sisihkan untuk hiburan, kemungkinan besar Saudara akan memiliki waktu yang dibutuhkan untuk ”perkara-perkara yang lebih penting”—kegiatan yang akan meningkatkan
kesejahteraan rohani Saudara.—Filipi 1:10.
15 Haluan yang juga bijaksana ialah menjaga jarak yang
aman sewaktu memilih hiburan. Apa maksudnya? Perhatikan
lagi gambaran tentang buah itu. Agar bagian yang busuk tidak
sampai termakan, Saudara tidak memotong persis di batas
bagian yang busuk itu saja, tetapi juga sekitarnya. Demikian
pula, adalah bijaksana untuk menjaga jarak yang aman sewaktu memilih hiburan. Seorang Kristen yang berhikmat tidak
hanya akan menghindari hiburan yang jelas-jelas melanggar
prinsip-prinsip Alkitab, tetapi juga jenis yang meragukan atau
14. (a) Apa yang hendaknya kita pikirkan sewaktu memilih hiburan?
(b) Bagaimana kita dapat tetap mendahulukan kepentingan Kerajaan
dalam kehidupan?
15. Mengapa bijaksana untuk menjaga jarak yang aman sewaktu memilih hiburan?
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
70
yang tampaknya mengandung hal-hal yang tidak sehat secara
rohani. (Amsal 4:25-27) Berpaut erat pada Firman Allah akan
membantu Saudara melakukan hal itu.
”PERKARA APA PUN YANG MURNI”
Sewaktu memilih hiburan, orang Kristen sejati pertama-tama akan mempertimbangkan pandangan Yehuwa. Alkitab menyingkapkan perasaan dan standar Yehuwa. Misalnya, Raja Salomo menyebutkan beberapa hal yang Yehuwa
benci, seperti ”lidah dusta, dan tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang mereka-reka
rancangan yang mencelakakan, kaki yang bergegas lari menuju kejahatan”. (Amsal 6:16-19) Bagaimana pandangan Yehuwa hendaknya memengaruhi pandangan Saudara? ”Hai,
orang-orang yang mengasihi Yehuwa, bencilah apa yang jahat,” demikian nasihat sang pemazmur. (Mazmur 97:10) Hiburan yang Saudara pilih harus menunjukkan bahwa Saudara benar-benar membenci apa yang Yehuwa benci. (Galatia
5:19-21) Ingatlah juga bahwa yang Saudara lakukan sewaktu sendirian lebih penting daripada yang Saudara lakukan di
depan umum. Ini menyingkapkan orang macam apa Saudara sebenarnya. (Mazmur 11:4; 16:8) Jadi, kalau Saudara sungguh-sungguh ingin seperasaan dengan Yehuwa terhadap hal
moral dalam semua segi kehidupan, pilihan Saudara akan se16
16. (a) Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita memiliki
pandangan yang sama dengan Yehuwa tentang moral? (b) Bagaimana caranya agar Saudara bisa terus menerapkan prinsip-prinsip Alkitab
dalam kehidupan Saudara?
Sebelum memilih jenis hiburan, orang Kristen
bertanya kepada diri sendiri
ˇ Apa pengaruhnya atas hubungan saya dengan Allah?
ˇ Apa pengaruhnya atas diri saya sendiri?
ˇ Apa pengaruhnya atas orang lain?
Cara Memilih Hiburan yang Sehat
71
lalu selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab. Hal itu akan menjadi jalan hidup Saudara.—2 Korintus 3:18.
17 Apa lagi yang dapat Saudara lakukan untuk memastikan
bahwa Saudara bertindak selaras dengan cara berpikir Yehuwa
sewaktu memilih hiburan? Renungkan pertanyaan ini: ’Apa
pengaruh hiburan ini atas diri saya dan kedudukan saya di hadapan Allah?’ Contohnya, sebelum memutuskan untuk menonton film tertentu, tanyalah kepada diri sendiri, ’Apa pengaruh isi film ini atas hati nurani saya?’ Mari kita bahas
prinsip-prinsip apa yang dapat diterapkan pada hal itu.
18 Suatu prinsip yang penting terdapat di Filipi 4:8, yaitu,
”Perkara apa pun yang benar, perkara apa pun yang serius,
perkara apa pun yang adil-benar, perkara apa pun yang murni,
perkara apa pun yang membangkitkan perasaan kasih, perkara apa pun yang patut dibicarakan, apa pun yang bajik dan
perkara apa pun yang patut dipuji, teruslah pikirkan semuanya ini.” Memang, yang Paulus bahas bukan hiburan, melainkan perenungan dalam hati, yang harus berpusat pada halhal yang menyenangkan Allah. (Mazmur 19:14) Namun, pada
prinsipnya, kata-kata Paulus dapat diterapkan pada hiburan.
Caranya?
19 Tanyalah kepada diri sendiri, ’Apakah film, video game,
musik, atau jenis hiburan lain yang saya pilih akan mengisi pikiran saya dengan ”perkara apa pun yang murni”?’ Misalnya, setelah menonton film, apa yang terus terbayang
dalam pikiran Saudara? Apabila itu sesuatu yang menyenangkan, murni, dan menyegarkan, Saudara tahu bahwa hiburan
yang Saudara pilih itu sehat. Tetapi, kalau film yang Saudara tonton membuat Saudara memikirkan hal-hal yang tidak
murni, maka hiburan Saudara tidak sehat, bahkan berbahaya.
17. Sebelum memilih hiburan, pertanyaan apa saja yang hendaknya
kita ajukan?
18, 19. (a) Bagaimana prinsip di Filipi 4:8 dapat membantu kita menentukan apakah hiburan yang kita pilih itu sehat? (b) Sebutkan
prinsip-prinsip lain yang dapat membantu Saudara memilih hiburan
yang baik. (Lihat catatan kaki.)
72
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
(Matius 12:33; Markus 7:20-23) Mengapa demikian? Karena
dengan memikirkan hal-hal yang tidak bersih secara moral,
kedamaian batin Saudara akan terusik, hati nurani Saudara
yang terlatih oleh Alkitab akan terluka, dan hubungan Saudara dengan Allah bisa rusak. (Efesus 5:5; 1 Timotius 1:5, 19)
Karena hiburan seperti itu berdampak buruk atas diri Saudara, bertekadlah untuk menghindarinya.1 (Roma 12:2) Jadilah seperti pemazmur yang berdoa kepada Yehuwa, ”Palingkanlah mataku agar tidak melihat apa yang tidak berguna.”
—Mazmur 119:37.
MENGUPAYAKAN APA YANG MENGUNTUNGKAN
BAGI ORANG LAIN
20 Paulus menyebutkan sebuah prinsip penting dalam Alkitab yang perlu dipikirkan sewaktu membuat keputusan yang
menyangkut hal-hal pribadi. Ia berkata, ”Semua hal diperbolehkan oleh hukum; tetapi tidak semua hal membangun. Biarlah masing-masing tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri, melainkan bagi orang lain.” (1 Korintus 10:23, 24) Apa
kaitan prinsip itu dengan memilih hiburan yang sehat? Saudara perlu bertanya kepada diri sendiri, ’Apa pengaruh hiburan yang saya pilih atas orang lain?’
21 Hati nurani Saudara bisa jadi mengizinkan Saudara untuk
menikmati jenis hiburan tertentu yang Saudara anggap ”diperbolehkan”, atau berterima. Tetapi, andaikata Saudara memperhatikan bahwa rekan seiman, yang hati nuraninya lebih
bersifat membatasi, menganggap hiburan tersebut tidak pantas, Saudara sebaiknya memutuskan untuk menghindari hiburan itu. Mengapa? Karena Saudara tidak ingin ’berbuat dosa
terhadap saudara-saudara’—atau, seperti yang Paulus katakan,
bahkan ”berbuat dosa terhadap Kristus”—dengan mempersulit rekan-rekan seiman Saudara untuk terus setia kepada Allah.
1 Beberapa prinsip lain yang dapat diterapkan pada hiburan terdapat di Amsal
3:31; 13:20; Efesus 5:3, 4; dan Kolose 3:5, 8, 20.
20, 21. Apa kaitan antara 1 Korintus 10:23, 24 dan memilih hiburan yang sehat?
Cara Memilih Hiburan yang Sehat
73
Saudara mencamkan nasihat ini, ’Jangan membuat orang tersandung.’ (1 Korintus 8:12; 10:32) Orang Kristen sejati dewasa ini mengindahkan nasihat Paulus yang penuh timbang rasa
dan jeli dengan menghindari hiburan yang mungkin saja ”diperbolehkan” tetapi tidak ”membangun”.—Roma 14:1; 15:1.
22 Akan tetapi, ada segi lain lagi dalam hal mengupayakan apa yang menguntungkan bagi orang lain. Seorang Kristen yang hati nuraninya lebih bersifat membatasi hendaknya
tidak menuntut agar semua anggota sidang Kristen memiliki
pandangan yang sama dengannya tentang apa hiburan yang
pantas itu. Jika ia memaksakan pandangannya, ia sama seperti
pengemudi di jalan raya yang menuntut agar semua pengemudi lain di jalan yang sama berkendara dengan kecepatan
yang sama dengannya. Tuntutan tersebut tentu tidak masuk
akal. Karena memiliki kasih Kristen, orang yang hati nuraninya lebih bersifat membatasi perlu merespek rekan-rekan
seiman yang pandangannya tentang hiburan sedikit berbeda tetapi masih selaras dengan prinsip-prinsip Kristen. Dengan
demikian, ia membiarkan ’sikap masuk akalnya diketahui semua orang’.—Filipi 4:5; Pengkhotbah 7:16.
23 Singkatnya, bagaimana Saudara dapat memastikan bahwa Saudara memilih hiburan yang sehat? Tolaklah semua jenis
hiburan yang mempertontonkan perbuatan yang amoral dan
bejat, yang jelas-jelas dikutuk dalam Firman Allah. Ikuti prinsip-prinsip Alkitab yang dapat diterapkan pada berbagai jenis
hiburan yang tidak secara terang-terangan disebutkan dalam
Alkitab. Hindari hiburan yang melukai hati nurani Saudara,
dan hendaklah rela melepaskan jenis hiburan yang mungkin
akan merusak kepekaan orang lain, terutama kepekaan rekanrekan seiman. Semoga keputusan Saudara yang teguh itu mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan membuat Saudara dan
keluarga Saudara tetap berada dalam kasih-Nya.
22. Mengapa orang Kristen tidak mempermasalahkan pandangan
yang berbeda dalam soal-soal pribadi?
23. Bagaimana Saudara dapat memastikan bahwa Saudara memilih
hiburan yang sehat?
PASAL 7
Apakah Saudara Menghargai
Kehidupan seperti Halnya Allah?
”Padamu ada sumber kehidupan.”
—MAZMUR 36:9.
BAPAK kita yang di surga telah memberi kita hadiah yang tak ternilai, yaitu kehidupan sebagai manusia yang cerdas yang dapat
meniru sifat-sifat-Nya. (Kejadian 1:27) Berkat karunia yang berharga itu, kita bisa memahami apa manfaat prinsip-prinsip Alkitab bagi kita. Dengan menerapkannya, kita dapat bertumbuh
menjadi orang yang matang secara rohani, yang mengasihi Yehuwa, dan yang ”terlatih daya pemahamannya untuk membedakan apa yang benar maupun yang salah”.—Ibrani 5:14.
2 Kemampuan untuk mempertimbangkan prinsip-prinsip Alkitab khususnya penting dewasa ini, sebab dunia penuh dengan
masalah yang rumit sehingga seberapa banyak hukum pun tidak
mampu mengatur setiap situasi yang mungkin timbul dalam kehidupan. Hal ini terlihat dengan jelas dalam bidang kedokteran,
terutama sehubungan dengan berbagai produk dan pengobatan
yang menyangkut darah. Masalah ini penting bagi semua orang
yang ingin menaati Yehuwa. Tetapi, kalau kita memahami prinsip-prinsip Alkitab yang terkait, kita seharusnya dapat membuat
keputusan yang bijaksana sehingga hati nurani kita tetap bersih,
dan kita tetap berada dalam kasih Allah. (Amsal 2:6-11) Perhatikan beberapa prinsip berikut.
KEHIDUPAN DAN DARAH ITU SUCI
Yehuwa untuk pertama kalinya mengungkapkan hubungan yang erat antara kehidupan dan darah, dan bahwa kedua
3
1, 2. Karunia apa dari Allah yang khususnya berharga dewasa ini, dan
mengapa begitu?
3, 4. Kapan kesucian darah pertama kali dinyatakan dalam Alkitab,
dan prinsip-prinsip apa yang mendasarinya?
Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah?
75
hal itu suci, tidak lama setelah Kain membunuh Habel. ”Dengarkan!” kata Allah kepada Kain. ”Darah saudaramu berseru kepadaku dari tanah.” (Kejadian 4:10) Dalam pandangan Yehuwa,
darah Habel melambangkan kehidupannya, yang telah diakhiri
dengan kejam. Maka, dapat dikatakan bahwa darah Habel berseru kepada Allah menuntut pembalasan.—Ibrani 12:24.
4 Setelah Air Bah pada zaman Nuh, Allah mengizinkan manusia makan daging binatang kecuali darahnya. Allah berfirman, ”Hanya daging dengan jiwanya—darahnya—jangan dimakan. Dan, selain itu, aku akan menuntut balas darah dari
jiwamu.” (Kejadian 9:4, 5) Perintah ini berlaku bagi semua keturunan Nuh sampai sekarang. Perintah itu meneguhkan kembali apa yang tersirat dalam perkataan Allah sebelumnya kepada
Kain—bahwa jiwa, atau kehidupan, semua makhluk dilambangkan oleh darah. Ketetapan itu juga meneguhkan bahwa Yehuwa,
Sumber kehidupan, akan meminta pertanggungjawaban semua
orang yang tidak menghargai kehidupan dan darah.—Mazmur
36:9.
5 Kedua kebenaran yang mendasar itu nyata dalam Hukum
Musa. Di Imamat 17:10, 11 dikatakan, ”Mengenai setiap orang
. . . yang makan darah apa pun, aku pasti akan mengarahkan mukaku menentang jiwa yang memakan darah itu, dan aku akan
benar-benar memusnahkan dia dari antara bangsanya. Karena
jiwa makhluk ada di dalam darahnya, dan aku sendiri telah menaruhnya di atas mezbah bagi kamu untuk mengadakan pendamaian bagi jiwa-jiwamu, sebab darah itulah yang mengadakan
pendamaian dengan perantaraan jiwa yang ada di dalamnya.”1
—Lihat kotak ”Kuasa Darah untuk Pendamaian”, di halaman 76.
6 Jika darah seekor binatang yang disembelih tidak digunakan
di mezbah, darah itu harus dicurahkan ke tanah. Dengan demikian, itu menandakan bahwa kehidupan dikembalikan kepada
1 Mengenai pernyataan Allah bahwa ”jiwa makhluk ada di dalam darahnya”,
jurnal Scientific American mengatakan, ”Meskipun darah memang dapat dianggap sebagai lambang kehidupan, pernyataan ini memang benar: setiap jenis sel
darah sangat dibutuhkan untuk kehidupan.”
5, 6. Bagaimana Hukum Musa memperlihatkan bahwa darah itu suci
dan juga berharga? (Lihat juga kotak di halaman 78.)
76
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
KUASA DARAH UNTUK PENDAMAIAN
Dalam Firman Allah, darah dianggap sama dengan kehidupan. Jadi, di Israel zaman dulu, orang yang berbuat
dosa namun bertobat dapat mempersembahkan korban
binatang di mezbah Allah agar ia tidak dihukum karena
melanggar perintah Yehuwa. (Imamat 4:27-31) Korban
ini menjadi pendamaian bagi dosanya, tetapi hanya untuk sementara.
Kata ”pendamaian”, seperti yang digunakan dalam
Alkitab, mengandung gagasan ”menukar” atau ”menutup”, seperti misalnya tutup yang cocok akan menutup
sebuah wadah dengan sempurna. Tentu, binatang tidak
dapat sepenuhnya ”menutup”, atau menjadi pendamaian yang sempurna bagi, dosa manusia. Tetapi, korban
binatang menjadi bayangan untuk korban pendamaian
yang sempurna di kemudian hari.—Ibrani 10:1, 4.
Pendamaian itu tersedia ”melalui persembahan tubuh Yesus Kristus, sekali untuk selamanya”. (Ibrani
10:10) Kehidupan Kristus yang sempurna sebagai manusia dilambangkan oleh ’darahnya yang berharga, seperti
darah anak domba yang tidak bercacat dan tidak bernoda’. Itu adalah padanan yang sangat tepat untuk kehidupan yang dihilangkan Adam. (1 Petrus 1:19) Jadi,
dengan cara yang luar biasa bagus dan pengasih, keadilan dipenuhi dan kita dapat memperoleh ”pembebasan abadi”.—Ibrani 9:11, 12; Yohanes 3:16; Penyingkapan
7:14.
Pemiliknya yang semula. (Ulangan 12:16; Yehezkiel 18:4) Tetapi,
perhatikan bahwa orang Israel tidak perlu bertindak berlebihan dengan mencoba menyingkirkan setiap tetes darah dari daging binatang itu. Asalkan binatang itu telah disembelih dan
darahnya dicurahkan dengan sepatutnya, seorang Israel dapat
memakannya dengan hati nurani yang bersih, karena tindakannya memperlihatkan bahwa ia menghargai sang Pemberi Kehidupan.
Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah?
77
7 Daud, ”seorang pria yang mendapat perkenan di hati
[Allah]”, memahami prinsip dalam hukum Allah tentang darah. (Kisah 13:22) Pada suatu waktu, ketika ia sangat haus, tiga
anak buahnya menerobos perkemahan musuh, menimba air
dari sebuah perigi, lalu membawa air itu kepadanya. Bagaimana reaksi Daud? ”Apakah harus kuminum darah pria-pria yang
pergi dengan mempertaruhkan jiwa mereka?” tanyanya. Dalam
pandangan Daud, air itu pada dasarnya adalah darah kehidupan
anak buahnya. Maka, meskipun haus, ia ”mencurahkannya bagi
Yehuwa”.—2 Samuel 23:15-17.
8 Kira-kira 2.400 tahun setelah ketetapan yang diberikan kepada Nuh itu dan sekitar 1.500 tahun setelah perjanjian Hukum dibuat, Yehuwa mengilhami badan pimpinan sidang Kristen masa
awal untuk menulis, ”Roh kudus dan kami sendiri telah berkenan
untuk tidak menambahkan lebih banyak beban kepadamu, kecuali hal-hal yang perlu ini: agar kamu tetap menjauhkan diri dari
hal-hal yang dikorbankan kepada berhala, dari darah, dari binatang yang mati dicekik, dan dari percabulan.”—Kisah 15:28, 29.
9 Jelaslah, badan pimpinan masa awal memahami bahwa darah itu suci dan bahwa penyalahgunaan darah merupakan perbuatan salah secara moral sama seperti penyembahan berhala atau percabulan. Orang Kristen sejati dewasa ini menyetujui
pendirian tersebut. Selain itu, karena memikirkan dan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab, mereka dapat menyenangkan Yehuwa sewaktu membuat keputusan tentang penggunaan darah.
PENGGUNAAN DARAH DALAM PENGOBATAN
Saksi-Saksi Yehuwa mengakui bahwa ”menjauhkan diri dari
. . . darah” berarti menolak transfusi darah dan tidak mendonorkan atau menyimpan darah sendiri untuk transfusi. Karena merespek hukum Allah, mereka pun tidak mau menerima
10
7. Bagaimana Daud menunjukkan bahwa ia menghargai kesucian darah?
8, 9. Apakah pandangan Allah tentang kehidupan dan darah berubah setelah sidang Kristen terbentuk? Jelaskan.
10, 11. (a) Bagaimana pandangan Saksi-Saksi Yehuwa tentang transfusi darah utuh dan komponen utama darah? (b) Sehubungan dengan
darah, dalam hal apa saja orang Kristen bisa berbeda pendapat?
78
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
HARGAI KEHIDUPAN BINATANG
Walaupun Yehuwa mengizinkan kita membunuh binatang untuk dijadikan makanan dan pakaian atau
untuk melindungi diri dari bahaya, kita harus menjalankan wewenang itu dengan seimbang dan pengasih. (Kejadian 3:21; 9:3) Kita tidak ingin menjadi seperti Nimrod, si pemburu yang kejam, yang tampaknya
membunuh binatang untuk kesenangan belaka. (Kejadian 10:9) Sebaliknya, kita hendaknya meniru Yehuwa yang memperhatikan kesejahteraan semua binatang,
bahkan burung pipit yang sangat kecil.—Yunus 4:11;
Matius 10:29.
Perhatian Allah tersebut terlihat dalam Hukum Musa.
(Keluaran 23:4, 5, 12; Ulangan 22:10; 25:4) Selaras dengan Hukum itu, Amsal 12:10 mengatakan, ”Orang adilbenar memperhatikan jiwa binatang peliharaannya, tetapi belas kasihan orang-orang fasik itu kejam.” Tidak
lama lagi, orang yang kejam dan perbuatan mereka
tidak akan ada lagi.
keempat komponen utama darah: sel darah merah, sel darah putih, keping darah, dan plasma.
11 Dewasa ini, komponen-komponen itu diproses lagi, sering dipecah-pecah menjadi fraksi-fraksi yang digunakan untuk berbagai kepentingan. Apakah seorang Kristen bisa menerima fraksi-fraksi itu? Apakah ia akan menganggapnya sebagai
”darah”? Mereka masing-masing harus memutuskannya sendiri. Hal itu juga berlaku untuk langkah-langkah pengobatan
seperti hemodialisis, hemodilusi, dan penyelamatan sel dengan
menggunakan darah sendiri, asalkan darah itu belum disimpan.
—Lihat Apendiks, halaman 215-218.
12 Jika kita boleh mengambil keputusan sendiri mengenai hal
itu, apakah ini berarti Yehuwa tidak peduli terhadap apa pun
yang kita pilih? Tidak demikian, karena Ia sangat memperha12. Bagaimana seharusnya kita memandang dan menangani hal-hal
yang menyangkut hati nurani?
Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah?
79
tikan pikiran dan alasan di balik keputusan kita. (Baca Amsal
17:3; 24:12.) Jadi, setelah berdoa dan melakukan riset tentang
suatu produk atau langkah pengobatan, kita hendaknya mengindahkan hati nurani kita yang terlatih oleh Alkitab. (Roma 14:
2, 22, 23) Tentu saja, orang lain hendaknya tidak memaksakan
hati nurani mereka kepada kita, dan kita pun hendaknya tidak
bertanya, ”Apa yang akan Saudara lakukan kalau Saudara mengalami hal yang sama?” Dalam hal-hal tersebut, setiap orang
Kristen harus ”memikul tanggungannya sendiri”.1—Galatia 6:5;
Roma 14:12; lihat kotak ”Apakah Saya Menganggap Darah Itu
Suci?” di halaman 81.
HUKUM-HUKUM YEHUWA MENCERMINKAN
KASIHNYA SEBAGAI BAPAK
13 Hukum dan prinsip yang terdapat dalam Alkitab menyingkapkan bahwa Yehuwa adalah Pemberi hukum yang berhikmat dan Bapak yang pengasih yang sangat memperhatikan kesejahteraan anak-anak-Nya. (Mazmur 19:7-11) Walaupun perintah
untuk ”menjauhkan diri dari . . . darah” tidak diberikan sebagai peraturan tentang kesehatan, perintah itu melindungi kita
dari banyak masalah lain yang berkaitan dengan transfusi darah.
(Kisah 15:20) Sebenarnya, banyak orang dari kalangan kedokteran menganggap pembedahan tanpa darah sebagai ”standar
emas” pengobatan modern. Bagi orang Kristen sejati, perkembangan tersebut justru meneguhkan hikmat Yehuwa yang tak
terduga dalamnya dan kasih-Nya sebagai bapak.—Baca Yesaya
55:9; Yohanes 14:21, 23.
14 Kepedulian Allah terhadap kesejahteraan umat-Nya di Israel
zaman dulu terlihat dalam banyak hukum-Nya. Sebagai contoh,
Ia mengharuskan orang Israel memasang pagar tembok rendah
di sekeliling atap, atau sotoh, rumah mereka guna mencegah
1 Lihat Sedarlah! Agustus 2006, halaman 3-12, diterbitkan oleh Saksi-Saksi
Yehuwa.
13. Apa yang disingkapkan oleh hukum dan prinsip Yehuwa tentang
diri-Nya? Jelaskan.
14, 15. (a) Kasih Allah kepada umat-Nya terlihat dalam hukum-hukum apa? (b) Bagaimana Saudara dapat menerapkan prinsip yang ada
dalam berbagai peraturan tentang keamanan?
80
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
kecelakaan, sebab banyak kegiatan dilakukan di sana. (Ulangan
22:8; 1 Samuel 9:25, 26; Nehemia 8:16; Kisah 10:9) Allah juga
memerintahkan agar lembu yang berbahaya dijaga. (Keluaran
21:28, 29) Orang yang mengabaikan tuntutan tersebut memperlihatkan bahwa ia sangat tidak menghargai kesejahteraan orang
lain dan bisa berutang darah.
15 Bagaimana Saudara dapat menerapkan prinsip-prinsip yang
mendasari hukum-hukum itu? Nah, bagaimana dengan kendaraan, kebiasaan mengemudi, hewan piaraan, rumah, tempat kerja, dan rekreasi yang Saudara pilih? Di beberapa negeri, kecelakaan adalah penyebab utama kematian di kalangan anak muda,
sering kali karena mereka mengambil risiko yang tidak perlu.
Tetapi, kaum muda yang ingin tetap berada dalam kasih Allah
menghargai kehidupan dan tidak mencari sensasi dari kegiatan
yang berbahaya. Mereka tidak bertindak bodoh dengan berpikir
bahwa orang muda kebal terhadap kecelakaan. Sebaliknya, mereka menikmati masa muda mereka dengan menjauhi hal-hal
yang mencelakakan.—Pengkhotbah 11:9, 10.
16 Kehidupan janin pun berharga di mata Allah. Di Israel kuno,
jika seseorang mencelakai wanita yang sedang hamil sehingga
wanita itu ataupun bayinya mati, Allah menganggap pihak yang
bersalah sebagai pembunuh dan ia harus membayar ”jiwa ganti
jiwa”.1 (Baca Keluaran 21:22, 23.) Maka, bayangkan apa yang
pasti Yehuwa rasakan sewaktu Ia melihat tak terhitung banyaknya janin sengaja digugurkan setiap tahun, dikorbankan hanya
demi kenyamanan pribadi dan perbuatan amoral.
17 Tetapi, bagaimana jika seorang wanita pernah menggugurkan kandungan sebelum mengenal kebenaran Alkitab? Apakah ia
mustahil mendapat belas kasihan Allah? Sama sekali tidak! Se1 Menurut para pakar kamus Alkitab, dari pilihan kata dalam naskah Ibraninya ”jelas terlihat bahwa yang dimaksudkan tidak mungkin hanya celaka atas
sang wanita”. Perhatikan pula bahwa Alkitab sama sekali tidak mengatakan bahwa usia janin itu memengaruhi penilaian Yehuwa.
16. Prinsip Alkitab mana yang berlaku untuk pengguguran kandungan? (Lihat juga catatan kaki.)
17. Penghiburan apa yang akan Saudara berikan kepada seseorang
yang pernah menggugurkan kandungan sebelum mengenal standar
Allah?
Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah?
81
APAKAH SAYA MENGANGGAP DARAH ITU SUCI?
Prinsip: ’Jauhkan diri dari darah.’
—Kisah 15:20.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Bagaimana saya akan menjelaskan perbedaan
antara keempat komponen utama darah dan
fraksi darah?1
ˇ Mengapa saya harus memutuskan sendiri apakah
akan menerima atau menolak fraksi darah atau
pengobatan tertentu yang menggunakan
darah saya sendiri?—Roma 12:2; Galatia 6:5.
ˇ Bagaimana saya akan menjelaskan
kepada dokter alasan saya
menerima atau menolak
penggunaan fraksi darah?
—Amsal 13:16.
1 Lihat Apendiks di halaman
215-216 untuk keterangan yang
terperinci.
sungguhnya, orang yang benar-benar bertobat dapat yakin bahwa Yehuwa mau mengampuninya berdasarkan darah Yesus yang
telah dicurahkan. (Mazmur 103:8-14; Efesus 1:7) Ya, Kristus sendiri mengatakan, ”Aku datang untuk memanggil, bukan orang
adil-benar, melainkan orang berdosa agar bertobat.”—Lukas 5:32.
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
82
HINDARI PIKIRAN YANG BURUK!
Sekadar tidak mencelakakan orang lain tidaklah cukup karena Yehuwa ingin kita menyingkirkan dari hati kita penyebab banyak pertumpahan darah—kebencian. ”Setiap orang yang
membenci saudaranya adalah pembunuh,” tulis rasul Yohanes.
(1 Yohanes 3:15) Orang seperti itu bukan hanya tidak menyukai
saudaranya, melainkan berharap agar saudaranya itu mati. Kebenciannya bisa muncul dalam bentuk fitnah yang keji atau tuduhan palsu bahwa saudaranya melakukan perbuatan yang patut mendapat hukuman dari Allah. (Imamat 19:16; Ulangan
19:18-21; Matius 5:22) Maka, betapa pentingnya untuk berupaya menyingkirkan niat jahat apa pun yang mungkin ada dalam
hati kita!—Yakobus 1:14, 15; 4:1-3.
19 Orang yang menghargai kehidupan sebagaimana halnya
Yehuwa, dan yang ingin tetap berada dalam kasih-Nya juga
menghindari kekerasan dalam bentuk apa pun. Mazmur 11:5
berkata, ”[Yehuwa] pasti membenci siapa pun yang mengasihi kekerasan.” Ayat itu tidak sekadar menyatakan kepribadian
Allah, tetapi berisi prinsip yang menjadi pedoman bagi kehidupan kita. Prinsip itu menggerakkan orang-orang yang mengasihi
Allah untuk menolak semua jenis hiburan yang bisa memupuk
kesenangan akan kekerasan. Demikian pula, pernyataan bahwa
Yehuwa adalah ”Allah kedamaian” mendorong hamba-hambaNya untuk mengisi pikiran dan hati mereka dengan perkara apa
pun yang membangkitkan perasaan kasih, yang bajik dan patut
dipuji, yang menghasilkan perdamaian.—Baca Filipi 4:8, 9.
18
KELUARLAH DARI ORGANISASI YANG
BERUTANG DARAH
20 Dalam pandangan Allah, seluruh dunia Setan berutang darah. Sistem politiknya, yang dalam Alkitab dilambangkan sebagai binatang yang ganas, telah membantai berjuta-juta orang,
18. Menurut Alkitab, apa penyebab utama banyak pertumpahan
darah?
19. Bagaimana orang yang dibimbing prinsip-prinsip Alkitab memandang ayat-ayat seperti Mazmur 11:5 dan Filipi 4:8, 9?
20-22. Apa pendirian orang Kristen terhadap dunia, dan mengapa?
Bagaimana saya akan menjelaskan keputusan saya kepada
dokter mengenai penggunaan fraksi darah?
termasuk banyak hamba Yehuwa. (Daniel 8:3, 4, 20-22; Penyingkapan 13:1, 2, 7, 8) Dunia perdagangan dan ilmu pengetahuan
bekerja sama dengan kuasa-kuasa politik yang bagaikan binatang itu untuk menciptakan senjata-senjata yang luar biasa mengerikan, dan meraup keuntungan yang sangat besar dari usaha
itu. Betapa benarnya bahwa ”seluruh dunia berada dalam kuasa
si fasik”!—1 Yohanes 5:19.
21 Karena para pengikut Yesus ”bukan bagian dari dunia” dan
benar-benar tetap netral dalam politik serta perang-perangnya,
mereka menghindari utang darah bersama atau perorangan.1
(Yohanes 15:19; 17:16) Dan, mereka meniru Kristus dengan tidak
membalas dendam sewaktu dianiaya. Sebaliknya, mereka memperlihatkan kasih kepada musuh mereka, bahkan berdoa untuk
mereka.—Matius 5:44; Roma 12:17-21.
22 Yang terpenting, orang Kristen sejati tidak mau terlibat dengan ”Babilon Besar”, imperium agama palsu sedunia dan imperium yang utang darahnya paling besar. ”Di dalam dia ditemukan darah nabi-nabi dan orang-orang kudus dan semua
1 Lihat Pasal 5, ”Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya?”
84
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
orang yang telah dibantai di bumi,” demikian kata Firman Allah.
Maka, kita diperingatkan, ”Hai, umatku, keluarlah dari dalamnya.”—Penyingkapan 17:6; 18:2, 4, 24.
23 Meninggalkan Babilon Besar tidak hanya berarti mencabut
nama dari daftar keanggotaan, tetapi juga membenci perbuatan
jahat yang disetujui atau terang-terangan didukung oleh agama
palsu—seperti perbuatan amoral, keterlibatan dalam politik, dan
pengejaran kekayaan dengan tamak. (Baca Mazmur 97:10; Penyingkapan 18:7, 9, 11-17) Betapa seringnya perbuatan seperti
itu mengakibatkan pertumpahan darah!
24 Sebelum menganut ibadat sejati, kita masing-masing, dengan satu atau lain cara, mendukung dunia Setan sehingga dalam taraf tertentu kita berutang darah. Tetapi, karena kita telah
mengubah tingkah laku kita, memupuk iman akan korban tebusan Kristus, dan membaktikan kehidupan kita kepada Allah,
kita mendapat belas kasihan dan perlindungan rohani dari
Allah. (Kisah 3:19) Perlindungan itu mengingatkan kita akan
kota-kota perlindungan pada zaman Alkitab.—Bilangan 35:11-15;
Ulangan 21:1-9.
25 Bagaimana itu diatur? Apabila seorang Israel tanpa sengaja
menyebabkan seseorang tewas, ia harus lari ke salah satu kota
perlindungan. Setelah hakim-hakim yang bisa diandalkan memutuskan masalah tersebut, orang yang tidak sengaja membunuh itu harus tinggal di kota perlindungan sampai imam besar mati. Setelah itu, ia bebas tinggal di mana saja. Benar-benar
contoh yang luar biasa tentang belas kasihan Allah dan betapa Ia sangat menghargai kehidupan manusia! ”Kota-kota perlindungan” mirip dengan persediaan Allah untuk melindungi kita
dari kematian akibat tidak sengaja melanggar perintah Allah tentang kesucian kehidupan dan darah. Itu semua didasarkan atas
tebusan Kristus. Apakah Saudara menghargai persediaan itu? Bagaimana Saudara dapat menunjukkannya? Salah satu cara ada23. Apa artinya keluar dari Babilon Besar?
24, 25. (a) Berdasarkan apa Allah dapat menunjukkan belas kasihan kepada orang yang berutang darah namun bertobat? (b) Hal ini
mengingatkan kita akan apa pada zaman Alkitab?
Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah?
85
lah dengan mengundang orang lain untuk menerima persediaan Allah untuk melindungi kita, terutama karena ”kesengsaraan
besar” akan segera datang.—Matius 24:21; 2 Korintus 6:1, 2.
HARGAI KEHIDUPAN DENGAN
MENGUMUMKAN BERITA KERAJAAN
26 Situasi umat Allah pada zaman kita mengingatkan kita
akan nabi Yehezkiel zaman dulu, yang Yehuwa tugasi sebagai
penjaga, yaitu orang yang menyampaikan peringatan Allah kepada keturunan Israel. Allah berfirman, ”Engkau harus mendengar firman dari mulutku dan menyampaikan peringatanku kepada mereka.” Kalau Yehezkiel melalaikan tugasnya, ia secara
pribadi harus bertanggung jawab atas darah orang-orang yang
dihukum mati ketika Yerusalem dimintai pertanggungjawaban. (Yehezkiel 33:7-9) Tetapi, Yehezkiel taat dan tidak berutang
darah.
27 Dewasa ini, kita menghadapi akhir seluruh dunia Setan.
Maka, Saksi-Saksi Yehuwa menganggapnya sebagai kewajiban
maupun hak istimewa untuk mengumumkan ”hari pembalasan” Allah seraya menyampaikan berita Kerajaan. (Yesaya 61:2;
Matius 24:14) Apakah Saudara dengan giat ikut melakukan
pekerjaan yang sangat penting ini? Rasul Paulus menganggap
serius tugasnya untuk mengabar. Maka, ia dapat mengatakan,
”Aku bersih dari darah semua orang, karena aku tidak menahan diri untuk memberitahukan semua kehendak Allah kepada kamu.” (Kisah 20:26, 27) Sungguh bagus teladannya bagi
kita!
28 Tentu, agar kita tetap berada dalam kehangatan kasih Yehuwa yang seperti seorang bapak, tidaklah cukup untuk sekadar
memiliki pandangan yang sama dengan Yehuwa mengenai kehidupan dan darah. Kita juga perlu tetap bersih, atau kudus, dalam pandangan-Nya, sebagaimana akan kita lihat dalam pasal
berikut.
26-28. Apa persamaan antara situasi kita sekarang dan situasi nabi Yehezkiel, dan bagaimana kita dapat tetap berada dalam kasih Allah?
PASAL 8
Allah Mengasihi Orang yang Bersih
”Terhadap orang yang tetap bersih engkau
akan berlaku bersih.”—MAZMUR 18:26.
SEORANG ibu membantu anak kecilnya bersiap-siap untuk pergi. Ia memastikan bahwa anaknya sudah mandi dan pakaiannya
rapi serta bersih. Ia tahu bahwa kebersihan itu penting bagi kesehatan. Ia juga menyadari bahwa penampilan anaknya mencerminkan orang tuanya.
2 Yehuwa, Bapak kita, menginginkan hamba-hamba-Nya bersih, atau murni. Firman-Nya menyatakan, ”Terhadap orang
yang tetap bersih engkau akan berlaku bersih.”1 (Mazmur
18:26) Yehuwa mengasihi kita; Ia tahu bahwa menjaga kebersihan sangat bermanfaat. Ia juga mengharapkan kita sebagai Saksi1 Kata dalam bahasa asli yang diterjemahkan ”bersih” kadang memaksudkan
kebersihan fisik, tetapi lebih sering memaksudkan kebersihan moral atau rohani.
1-3. (a) Mengapa seorang ibu memastikan bahwa anaknya rapi dan
bersih? (b) Mengapa Yehuwa menginginkan para penyembah-Nya
bersih, dan apa yang menggerakkan kita untuk ingin tetap bersih?
Allah Mengasihi Orang yang Bersih
87
Saksi-Nya memberikan kesan yang baik tentang Dia. Malah,
penampilan kita yang bersih dan tingkah laku kita yang baik
akan mendatangkan kemuliaan, bukan celaan atas Yehuwa dan
nama kudus-Nya.—Yehezkiel 36:22; baca 1 Petrus 2:12.
3 Karena tahu bahwa Allah mengasihi orang yang bersih, kita
tergerak untuk menjaga kebersihan. Kita ingin jalan hidup kita
mendatangkan hormat bagi-Nya karena kita mengasihi Dia.
Kita juga ingin tetap berada dalam kasih-Nya. Maka, mari kita
kupas mengapa kita perlu tetap bersih, apa yang tercakup dalam
kebersihan, dan bagaimana kita dapat menjaga diri tetap bersih.
Pembahasan ini dapat membantu kita melihat apakah kita perlu memperbaiki diri dalam bidang tertentu.
MENGAPA KITA PERLU TETAP BERSIH?
Salah satu cara Yehuwa membimbing kita adalah melalui teladan. Jadi, Firman-Nya mendesak kita untuk ’menjadi peniru
Allah’. (Efesus 5:1) Inilah alasan utama kita perlu tetap bersih:
Yehuwa, Allah yang kita sembah itu, bersih, murni, dan kudus
dalam segala segi.—Baca Imamat 11:44, 45.
5 Kebersihan Yehuwa, seperti halnya begitu banyak sifat dan
jalan-Nya, nyata pada ciptaan-Nya yang kelihatan. (Roma 1:20)
Bumi dirancang untuk menjadi tempat tinggal yang bersih bagi
manusia. Yehuwa telah menetapkan siklus-siklus alam yang
membersihkan udara dan air kita. Kuman-kuman tertentu menjadi semacam departemen pembersihan, mengubah limbah
menjadi produk yang tidak berbahaya. Para ilmuwan menggunakan beberapa mikroorganisme yang lapar ini untuk membersihkan tumpahan minyak dan pencemaran lainnya akibat ulah
manusia yang mementingkan diri dan tamak. Jelaslah, kebersihan itu penting bagi ”Pembuat bumi”. (Yeremia 10:12) Demikian pula seharusnya bagi kita.
6 Alasan lain kita perlu tetap bersih adalah bahwa Yehuwa,
Penguasa Tertinggi kita, meminta agar para penyembah-Nya
4
4, 5. (a) Apa alasan utama kita perlu tetap bersih? (b) Bagaimana kebersihan Yehuwa nyata pada ciptaan-Nya yang kelihatan?
6, 7. Bagaimana Hukum Musa menandaskan bahwa kebersihan adalah suatu tuntutan bagi para penyembah Yehuwa?
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
88
bersih. Di bawah Hukum yang Yehuwa berikan kepada Israel, kebersihan tak dapat dipisahkan dari ibadat. Hukum secara
khusus menyatakan bahwa pada Hari Pendamaian, imam besar harus mandi, tidak hanya satu kali tetapi dua kali. (Imamat
16:4, 23, 24) Para imam yang bertugas diharuskan mencuci tangan dan kaki mereka sebelum mempersembahkan korban kepada Yehuwa. (Keluaran 30:17-21; 2 Tawarikh 4:6) Hukum menyebutkan sekitar 70 hal yang bisa membuat seseorang tidak
bersih secara fisik dan najis. Seorang Israel yang berada dalam keadaan najis tidak boleh beribadat—dalam kasus tertentu,
ia bisa dihukum mati. (Imamat 15:31) Mereka dituntut untuk
menjalani langkah-langkah pentahiran, atau pemurnian, yang
termasuk mandi dan mencuci pakaiannya. Jika mereka tidak
menjalaninya, mereka harus ”dimusnahkan dari tengah-tengah
jemaat”.—Bilangan 19:17-20.
7 Meskipun kita tidak berada di bawah Hukum Musa, Hukum
itu memberi kita pemahaman tentang cara berpikir Allah. Jelaslah, Hukum menandaskan bahwa kebersihan adalah suatu tuntutan bagi para penyembah Allah. Yehuwa belum berubah. (Maleakhi 3:6) Ibadat kita harus ”bersih dan tidak tercemar”, jika
tidak, Allah tidak berkenan atasnya. (Yakobus 1:27) Maka, kita
perlu mengetahui apa yang Ia harapkan dari kita dalam hal ini.
APA ARTINYA BERSIH DALAM PANDANGAN ALLAH
Dalam Alkitab, bersih tidak hanya berarti bersih secara fisik.
Bersih dalam pandangan Allah memengaruhi semua bidang kehidupan kita. Yehuwa mengharapkan kita tetap bersih dalam
empat hal dasar—rohani, moral, mental, dan fisik. Mari kita bahas apa saja yang tercakup dalam setiap bidang tersebut.
9 Kebersihan rohani. Singkatnya, tetap bersih secara rohani
berarti tidak mencampur ibadat sejati dengan ibadat palsu. Ketika orang Israel meninggalkan Babilon untuk kembali ke Yerusalem, mereka harus menaati desakan yang terilham ini, ”Keluarlah dari sana, jangan menyentuh apa pun yang najis; . . .
8
8. Dalam hal apa saja Yehuwa mengharapkan kita tetap bersih?
9, 10. Apa artinya tetap bersih secara rohani, dan apa yang dijauhi
orang Kristen sejati?
Allah Mengasihi Orang yang Bersih
89
jagalah dirimu tetap tahir.” (Yesaya 52:11) Alasan utama orang
Israel kembali ke tanah air mereka adalah untuk memulihkan
ibadat kepada Yehuwa. Ibadat itu harus bersih—tidak tercemar
oleh apa pun yang terdapat dalam ajaran, perbuatan, dan kebiasaan yang tidak menghormati Allah, yang ada dalam agama ala
Babilon.
10 Dewasa ini, sebagai orang Kristen sejati, kita harus berhatihati agar tidak tercemar oleh ibadat palsu. (Baca 1 Korintus
10:21.) Kewaspadaan sangat penting dalam hal ini, karena pengaruh agama palsu ada di mana-mana. Di banyak negeri, berbagai tradisi, kegiatan, dan upacara ada kaitannya dengan ajaran agama palsu, seperti gagasan bahwa ada sesuatu dalam diri
kita yang tetap hidup setelah kita mati. (Pengkhotbah 9:5, 6, 10)
Orang Kristen sejati menjauhi kebiasaan yang berkaitan dengan
kepercayaan agama palsu.1 Kita tidak akan menyerah pada tekanan orang lain sehingga kita menurunkan standar Alkitab sehubungan dengan ibadat yang bersih.—Kisah 5:29.
11 Kebersihan moral. Tetap bersih secara moral berarti menjauhi segala macam percabulan. (Baca Efesus 5:5.) Tetap bersih
secara moral sangat penting bagi kita. Sebagaimana akan kita lihat dalam pasal berikut dalam buku ini, agar tetap berada dalam kasih Allah, kita harus ’lari dari percabulan’. Pelaku percabulan yang tidak bertobat ”tidak akan mewarisi kerajaan Allah”.
(1 Korintus 6:9, 10, 18) Dalam pandangan Allah, mereka termasuk di antara orang-orang yang ”menjijikkan karena hal-hal
mereka yang kotor”. Jika mereka tidak tetap bersih secara moral,
”bagian mereka kelak ialah . . . kematian yang kedua”.—Penyingkapan 21:8.
12 Kebersihan mental. Pikiran mengarah ke perbuatan. Kalau
kita membiarkan pikiran yang salah melekat dalam benak dan
1 Lihat Pasal 13 dalam buku ini untuk pembahasan tentang perayaan dan kebiasaan tertentu yang dijauhi orang Kristen sejati.
11. Apa artinya kebersihan moral, dan mengapa sangat penting agar
kita tetap bersih dalam bidang ini?
12, 13. Apa kaitan antara pikiran dan perbuatan, dan bagaimana kita
bisa tetap bersih secara mental?
90
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
hati kita, cepat atau lambat sangat besar kemungkinannya kita
akan melakukan perbuatan yang najis. (Matius 5:28; 15:18-20)
Tetapi, kalau kita mengisi pikiran dengan hal-hal yang murni
dan bersih, kita bisa menjaga tingkah laku kita tetap bersih.
(Baca Filipi 4:8.) Bagaimana kita bisa tetap bersih secara mental? Salah satu yang perlu kita perhatikan ialah kita perlu menjauhi segala jenis hiburan yang dapat mengotori pikiran kita.1
Selain itu, kita dapat memasukkan hal-hal yang bersih ke dalam pikiran kita dengan mempelajari Firman Allah secara teratur.—Mazmur 19:8, 9.
13 Untuk tetap berada dalam kasih Allah, sangat penting agar
kita tetap bersih secara rohani, moral, dan mental. Berbagai segi
kebersihan ini akan dibahas dengan lebih terperinci di pasal-pasal lain dalam publikasi ini. Sekarang, mari kita periksa bidang
keempat—kebersihan fisik.
BAGAIMANA KITA BISA TETAP BERSIH
SECARA FISIK?
14 Kebersihan fisik berarti menjaga kebersihan badan dan
lingkungan kita. Apakah kebersihan dalam hal-hal tersebut adalah urusan pribadi sehingga tidak perlu dipersoalkan orang
lain? Bagi para penyembah Yehuwa, tentu saja tidak demikian.
Seperti yang telah kita lihat, kebersihan fisik kita penting bagi
Yehuwa bukan hanya karena hal itu sangat bermanfaat bagi
kita, melainkan juga karena kita mencerminkan Dia. Perhatikan gambaran yang digunakan pada awal pasal ini. Kalau kita
melihat seorang anak yang selalu kotor atau pakaiannya kumal,
kita biasanya bertanya-tanya siapa orang tuanya, bukan? Kita
tentu tidak ingin penampilan kita atau jalan hidup kita mendatangkan celaan atas Bapak kita, Yehuwa, atau mengalihkan perhatian dari berita yang kita bawa. Firman Allah menyatakan,
”Dengan cara apa pun kami tidak memberikan alasan untuk tersandung, agar pelayanan kami tidak dikecam; tetapi dalam setiap hal kami merekomendasikan diri sebagai pelayan Allah.”
1 Cara memilih hiburan yang sehat dibahas di Pasal 6 publikasi ini.
14. Mengapa kebersihan fisik bukan sekadar urusan pribadi?
Kebersihan fisik berarti menjaga kebersihan badan
dan lingkungan kita
(2 Korintus 6:3, 4) Maka, bagaimana kita bisa tetap bersih secara fisik?
15 Kebersihan dan penampilan pribadi kita. Meskipun kebudayaan dan kondisi kehidupan di setiap negeri berbeda, pada
umumnya tersedia cukup banyak sabun dan air untuk dapat mandi secara teratur sehingga kita dan anak-anak kita bersih. Kebiasaan yang baik mencakup mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum makan atau menyiapkan makanan, setelah menggunakan kamar kecil, dan setelah memandikan atau
mengganti popok bayi. Mencuci tangan dengan sabun dan air
dapat mencegah penyakit dan sebenarnya menyelamatkan kehidupan. Hal itu bisa mencegah penyebaran virus dan bakteri yang berbahaya, sehingga membantu menghindari diare.
Di negeri-negeri yang rumah-rumahnya pada umumnya tidak dihubungkan dengan saluran pembuangan kotoran, tinja
15, 16. Sebutkan apa saja kebiasaan yang baik dalam kebersihan, dan
bagaimana seharusnya pakaian kita?
92
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
mungkin bisa dikubur, seperti yang dilakukan di Israel zaman
dulu.—Ulangan 23:12, 13.
16 Pakaian kita juga perlu dicuci secara teratur agar bersih dan
sedap dipandang. Pakaian seorang Kristen tidak perlu mahal
atau mengikuti mode terbaru, tetapi harus rapi, bersih, dan bersahaja. (Baca 1 Timotius 2:9, 10.) Tidak soal berada di mana,
kita ingin penampilan kita ”menghiasi ajaran Juru Selamat kita,
Allah”.—Titus 2:10.
17 Rumah dan lingkungan kita. Rumah kita mungkin tidak bagus atau mewah, tetapi harus bersih dan rapi sesuai dengan keadaan. Demikian pula, kalau kita menggunakan mobil untuk
pergi ke perhimpunan dan dinas lapangan, kita dapat berbuat
sebisa-bisanya untuk menjaga bagian dalam dan luarnya cukup
bersih. Jangan lupa bahwa rumah dan lingkungan yang bersih
memberikan kesaksian tentang Allah yang kita sembah. Terlebih lagi karena kita mengajarkan bahwa Yehuwa adalah Allah
yang bersih, bahwa Ia akan ”membinasakan orang-orang yang
sedang membinasakan bumi”, dan bahwa Kerajaan-Nya akan
segera mengubah bumi, tempat tinggal kita, menjadi firdaus.
(Penyingkapan 11:18; Lukas 23:43) Melalui penampilan rumah
dan barang-barang kita, kita tentu ingin menunjukkan bahwa
sekarang pun kita memupuk kebiasaan untuk selalu bersih yang
cocok untuk dunia baru kelak.
18 Tempat ibadat kita. Kasih kepada Yehuwa menggerakkan
kita untuk menghargai Balai Kerajaan kita, yaitu pusat ibadat
sejati di daerah kita. Apabila orang-orang baru datang ke balai, kita ingin agar mereka mendapat kesan yang baik tentang
tempat perhimpunan kita. Pembersihan dan pemeliharaan perlu dilakukan secara teratur agar balai itu tetap menarik. Kita menunjukkan bahwa kita menghargai Balai Kerajaan kita dengan
berbuat sebisa-bisanya agar kondisinya tetap baik. Kita menganggapnya suatu hak istimewa untuk merelakan waktu kita
guna membantu membersihkan maupun ”membetulkan dan
memperbaiki” tempat ibadat kita. (2 Tawarikh 34:10) Prinsip
17. Mengapa rumah dan lingkungan kita harus bersih dan rapi?
18. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita menghargai Balai
Kerajaan kita?
Allah Mengasihi Orang yang Bersih
93
yang sama berlaku apabila kita menghadiri kebaktian di Balai
Kebaktian atau fasilitas lain.
MEMBERSIHKAN DIRI DARI KEBIASAAN DAN
PERBUATAN YANG MENCEMARI TUBUH
19 Agar tetap bersih secara fisik, kita perlu menghindari
kebiasaan dan perbuatan yang mencemari tubuh, seperti merokok, menyalahgunakan minuman beralkohol, dan tanpa petunjuk dokter menggunakan bahan-bahan yang bersifat mencandu atau memengaruhi pikiran. Alkitab tidak menyebutkan
satu per satu kebiasaan dan perbuatan yang najis serta menjijikkan yang umum dewasa ini, tetapi Alkitab berisi prinsip-prinsip
yang memungkinkan kita memahami perasaan Yehuwa terhadap hal-hal itu. Karena kita mengetahui pandangan Yehuwa, kasih kita kepada-Nya menggerakkan kita untuk menempuh haluan yang mendatangkan perkenan-Nya. Mari kita bahas lima
prinsip Alkitab.
20 ”Saudara-saudara yang kami kasihi, mengingat janji-janji
ini ada pada kita, biarlah kita membersihkan diri dari setiap pencemaran daging dan roh, menyempurnakan kekudusan dengan
takut akan Allah.” (2 Korintus 7:1) Yehuwa ingin agar kita tidak melakukan hal-hal yang mencemari tubuh jasmani kita dan
merusak ”roh”, atau cara berpikir kita. Oleh karena itu, kita harus menghindari hal-hal yang membuat kita ketagihan yang diketahui akan merusak kesehatan fisik dan mental.
21 Alkitab memberikan alasan kuat mengapa kita harus
”membersihkan diri dari setiap pencemaran”. Perhatikan bahwa nasihat di 2 Korintus 7:1 diawali dengan, ”Mengingat janji-janji ini ada pada kita”. Janji-janji apa? Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya, Yehuwa berjanji, ”Aku akan
menerima kamu. Dan aku akan menjadi bapakmu.” (2 Korintus 6:17, 18) Coba bayangkan: Yehuwa berjanji akan melindungi serta mengasihi Saudara seperti seorang bapak terhadap
19. Agar kita tetap bersih secara fisik, apa yang perlu dihindari, dan
bagaimana Alkitab membantu kita dalam hal ini?
20, 21. Yehuwa ingin agar kita tidak melakukan hal-hal apa, dan apa
alasan kuat untuk menaatinya?
94
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
APAKAH SAYA BERJUANG UNTUK MELAKUKAN
APA YANG BENAR?
Prinsip: ”Aku memukuli tubuhku dan
menguasainya bagaikan budak, agar setelah aku
memberitakan kepada orang-orang lain, jangan aku
sendiri karena satu atau lain hal menjadi tidak
diperkenan.”—1 Korintus 9:27.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Segera setelah saya merasakan dorongan untuk melakukan kebiasaan yang mencemari tubuh, apakah saya berdoa
meminta bantuan roh kudus Allah untuk menolak dorongan itu?—Matius 6:13.
ˇ Apakah teman bergaul saya, film yang saya tonton,
dan musik yang saya dengarkan memengaruhi tekad
saya untuk tidak melakukan kebiasaan buruk?
—1 Petrus 4:3, 4.
ˇ Mengapa melakukan perbuatan baik tidak
bisa dijadikan dalih untuk berbuat dosa?
—Matius 23:25-28.
ˇ Mengapa saya rela menderita
sama seperti Yesus menderita
karena ia melakukan kehendak
Allah?—1 Petrus 2:21; 4:1.
ˇ Bagaimana saya akan
menjelaskan alasan saya
tidak merokok?—Roma
12:1, 2.
ˇ Apakah saya menyadari
bahwa kalau saya melakukan lagi perbuatan yang
najis, tidak berarti saya gagal total?—Roma 7:21-25.
Allah Mengasihi Orang yang Bersih
95
seorang anak. Tetapi, Yehuwa akan memenuhi janji tersebut hanya kalau Saudara menghindari pencemaran ”daging dan roh”.
Maka, sungguh bodoh, bukan, apabila kita kehilangan hubungan yang demikian berharga dan akrab dengan Yehuwa hanya karena kebiasaan atau perbuatan yang menjijikkan!
22 ”Engkau harus mengasihi Yehuwa, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
pikiranmu.” (Matius 22:37) Yesus menyatakan bahwa ini adalah
perintah terbesar. (Matius 22:38) Yehuwa layak mendapat kasih
seperti itu dari kita. Untuk dapat mengasihi Dia dengan segenap
hati, jiwa, dan pikiran, kita harus menghindari perbuatan yang
bisa memperpendek umur kita atau menumpulkan kemampuan berpikir yang Allah karuniakan kepada kita.
23 ”[Yehuwa] memberikan kehidupan dan napas dan segala sesuatu kepada semua orang.” (Kisah 17:24, 25) Kehidupan adalah karunia dari Allah. Karena kita mengasihi sang Pemberi, kita
ingin menunjukkan bahwa kita menghargai karunia itu. Kita
menghindari kebiasaan atau perbuatan apa pun yang membahayakan kesehatan kita karena menyadari bahwa perbuatan tersebut memperlihatkan bahwa kita sangat tidak menghargai karunia kehidupan.—Mazmur 36:9.
24 ”Engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.”
(Matius 22:39) Kebiasaan dan perbuatan yang najis sering tidak hanya memengaruhi pelakunya tetapi juga orang-orang di
sekitarnya. Misalnya, asap rokok bisa merusak kesehatan orang
yang tidak merokok. Siapa pun yang merugikan orang-orang
di sekitarnya melanggar perintah Allah untuk mengasihi sesama. Ia juga memungkiri pernyataan bahwa ia mengasihi Allah.
—1 Yohanes 4:20, 21.
25 ”Teruslah ingatkan mereka agar tunduk dan taat kepada pemerintah dan kalangan berwenang.” (Titus 3:1) Di banyak negeri, memiliki atau memakai obat-obatan tertentu dianggap
melanggar hukum. Sebagai orang Kristen sejati, kita tidak akan
memiliki atau memakai obat-obatan terlarang.—Roma 13:1.
22-25. Sebutkan prinsip-prinsip Alkitab yang dapat membantu kita
menghindari kebiasaan dan perbuatan yang najis.
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
96
”BAGI ALLAH SEMUA PERKARA MUNGKIN”
”Pada usia 15 tahun,” kata Helen,1 ”saya sudah merokok setiap hari dan minum minuman keras dengan
teman-teman pada akhir pekan. Belakangan, meskipun saya sudah menjadi orang tua tunggal dengan tiga
anak, saya kecanduan kokain murni (narkoba). Kehidupan saya berantakan. Tetapi, saya mulai belajar Alkitab dan dengan bantuan Yehuwa, saya membenahi
kehidupan saya dan berhasil menghentikan kecanduan saya. Benar-benar perjuangan yang berat, khususnya untuk tidak lagi memakai kokain. Saya kira saya
tidak mungkin membuat perubahan ini dengan upaya sendiri. Tetapi, sekarang saya benar-benar dapat mengatakan bahwa dalam kehidupan saya, saya melihat
bukti benarnya kata-kata Yesus, ’Bagi Allah semua perkara mungkin.’ ”—Matius 19:26.
1 Nama telah diubah.
Agar tetap berada dalam kasih Allah, kita perlu tetap bersih, tidak hanya dalam satu atau dua bidang tetapi dalam semua
bidang. Meninggalkan dan menjauhi kebiasaan serta perbuatan yang mencemari tubuh mungkin tidak mudah, tetapi tidak
mustahil dilakukan.1 Sesungguhnya, inilah jalan hidup terbaik,
tidak ada yang lain lagi, sebab Yehuwa selalu mengajarkan halhal yang bermanfaat bagi kita. (Baca Yesaya 48:17.) Yang terpenting, jika kita tetap bersih, kita bisa merasa puas karena
mengetahui bahwa kita memberikan kesan yang baik tentang
Allah yang kita kasihi. Dengan demikian, kita tetap berada dalam kasih-Nya.
26
1 Lihat kotak ”Apakah Saya Berjuang untuk Melakukan Apa yang Benar?” di
halaman 94, dan ”Bagi Allah Semua Perkara Mungkin”, di atas.
26. (a) Agar tetap berada dalam kasih Allah, apa yang harus kita lakukan? (b) Mengapa tetap bersih dalam pandangan Allah adalah jalan
hidup terbaik?
PASAL 9
”Larilah dari Percabulan”
”Karena itu, matikanlah anggota-anggota tubuhmu
yang bersifat duniawi sehubungan dengan percabulan,
kenajisan, nafsu seksual, keinginan yang mencelakakan,
dan keinginan akan milik orang lain, yang merupakan
penyembahan berhala.”—KOLOSE 3:5.
SEORANG nelayan pergi ke tempat yang paling disukainya. Ia
ingin menangkap jenis ikan tertentu. Ia memilih umpan dan
melemparkan pancingnya ke dalam air. Beberapa saat kemudian, tali pancingnya menegang, gagangnya melengkung, lalu ia
menarik tangkapannya. Ia pun tersenyum karena umpan pilihannya tepat.
2 Pada tahun 1473 SM, seorang pria bernama Bileam memikir-mikirkan suatu umpan. Tetapi, mangsa yang menjadi sasarannya adalah umat Allah, yang berkemah di Dataran Moab, di
perbatasanTanah Perjanjian. Bileam mengaku diri sebagai nabi
Yehuwa, namun ia sebenarnya hanyalah pria tamak yang diupahi untuk mengutuki Israel. Tetapi, melalui campur tangan
Yehuwa, Bileam ternyata hanya bisa memberkati Israel. Karena
bertekad untuk memperoleh upahnya, Bileam bernalar bahwa mungkin ia bisa membuat Allah mengutuk umat-Nya sendiri, seandainya mereka bisa digoda untuk melakukan dosa besar. Setelah siasat itu mantap, Bileam memasang umpannya,
yaitu wanita-wanita muda Moab yang suka merayu.—Bilangan
22:1-7; 31:15, 16; Penyingkapan 2:14.
3 Apakah siasat ini berhasil? Ya, sampai suatu taraf tertentu. Puluhan ribu pria Israel terpancing oleh umpan itu dengan
melakukan ”hubungan amoral dengan putri-putri Moab”.
1, 2. Siasat apa yang Bileam gunakan untuk mencelakakan umat
Yehuwa?
3. Sejauh mana siasat Bileam berhasil?
98
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Mereka bahkan mulai menyembah allah-allah orang Moab,
termasuk Baal Peor yang menjijikkan, yaitu dewa kesuburan,
atau dewa seks. Akibatnya, 24.000 orang Israel binasa persis
di perbatasan Tanah Perjanjian. Sungguh mengenaskan hasil
akhirnya!—Bilangan 25:1-9.
4 Mengapa malapetaka ini bisa terjadi? Banyak di antara mereka telah mengembangkan hati yang jahat akibat menjauh
dari Yehuwa, Allah yang telah membebaskan mereka dari Mesir, memberi mereka makan di padang belantara, dan membawa mereka dengan aman ke tanah yang dijanjikan. (Ibrani 3:
12) Ketika merenungkan hal itu, rasul Paulus menulis, ”Juga
janganlah mempraktekkan percabulan, sebagaimana beberapa
orang dari antara mereka telah melakukan percabulan, tetapi
akhirnya jatuh, dua puluh tiga ribu orang dalam satu hari.”1
—1 Korintus 10:8.
5 Catatan dalam Bilangan mengandung banyak pelajaran
penting bagi umat Allah dewasa ini, yang berada di ambang
tanah perjanjian yang jauh lebih unggul. (1 Korintus 10:11)
1 Angka yang disebutkan dalam Bilangan tampaknya mencakup para ”pemimpin rakyat” yang dihukum mati oleh para hakim, yang mungkin berjumlah
1.000 orang, dan orang-orang yang langsung dihukum oleh Yehuwa.—Bilangan
25:4, 5.
4. Mengapa ribuan orang Israel menjadi mangsa perbuatan amoral?
5, 6. Mengapa catatan tentang dosa Israel di Dataran Moab bermanfaat bagi kita dewasa ini?
Pemandangan di seberang Dataran Moab
”Larilah dari Percabulan”
99
Misalnya, dunia telah tergila-gila dengan seks, sama seperti
orang Moab zaman dulu tetapi dalam skala yang lebih besar.
Selain itu, setiap tahun ribuan orang Kristen menjadi mangsa
perbuatan amoral—umpan yang pada dasarnya sama dengan
umpan yang telah menjerat orang Israel. (2 Korintus 2:11) Dan,
sama seperti Zimri, yang secara terang-terangan menggandeng
seorang wanita Midian di depan mata banyak orang Israel memasuki kemahnya sendiri, ada di antara umat Allah dewasa ini
yang menjadi pengaruh yang merusak dalam sidang Kristen.
—Bilangan 25:6, 14; Yudas 4.
6 Apakah Saudara melihat diri Saudara di Dataran Moab zaman modern? Dapatkah Saudara melihat pahala Saudara, yaitu dunia baru yang sudah lama ditunggu-tunggu, yang sudah
di depan mata? Kalau begitu, berupayalah sebisa-bisanya untuk tetap berada dalam kasih Allah dengan mengindahkan perintah, ”Larilah dari percabulan.”—1 Korintus 6:18.
APA PERCABULAN ITU?
Seperti yang digunakan dalam Alkitab, kata ”percabulan”
(bahasa Yunani, por·neia) berlaku untuk hubungan seks yang
tidak sah di luar pernikahan menurut Alkitab. Hal itu mencakup perzinaan, pelacuran, dan hubungan seks di antara orangorang yang tidak terikat dalam perkawinan, maupun hubungan seks oral dan anal, serta perbuatan merangsang alat kelamin
orang lain yang bukan teman hidupnya demi kepuasan seks.
Ini juga termasuk perbuatan yang sama di antara orang-orang
sesama jenis maupun bestialitas, atau hubungan seks dengan
hewan.1
8 Pernyataan Alkitab sangat jelas: Orang yang melakukan percabulan tidak dapat tetap berada dalam sidang Kristen
dan tidak akan menerima kehidupan abadi. (1 Korintus 6:9;
7
1 Untuk pembahasan tentang arti kenajisan dan tingkah laku bebas, lihat ”Pertanyaan Pembaca” dalam Menara Pengawal 15 Juli 2006, diterbitkan oleh SaksiSaksi Yehuwa.
7, 8. Apa ”percabulan” itu, dan apa yang dituai oleh orang yang melakukannya?
100
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Penyingkapan 22:15) Selain itu, sekarang pun ia sendiri menderita banyak kerugian, yaitu kehilangan kepercayaan orang
lain serta harga diri, ketidakharmonisan dalam perkawinan,
hati nurani yang terganggu, kehamilan yang tidak diinginkan,
penyakit, dan bahkan kematian. (Baca Galatia 6:7, 8.) Untuk
apa kita menempuh jalan yang penuh kesengsaraan? Sayang
sekali, banyak yang tidak berpikir panjang sewaktu mengambil langkah pertama yang salah, yang sering sekali berkaitan
dengan pornografi.
PORNOGRAFI—LANGKAH PERTAMA
Di banyak negeri, pornografi dipajang secara terang-terangan di kios-kios majalah, ditonjolkan dalam musik dan televisi, dan hampir membanjiri Internet.1 Apakah pornografi tidak berbahaya, seperti kata orang? Betapa kelirunya pendapat
tersebut! Orang yang melihat pornografi bisa menjadi terbiasa
bermasturbasi dan memupuk ”nafsu seksual yang mendatangkan aib”, yang dapat mengakibatkan kecanduan seks, hasrat
yang menyimpang, ketidakharmonisan yang parah dalam perkawinan, dan bahkan perceraian.2 (Roma 1:24-27; Efesus 4:19)
Seorang peneliti menyamakan kecanduan seks dengan kanker,
yang menurutnya ”akan terus bertumbuh dan menyebar, jarang menghilang dengan sendirinya, dan juga sangat sulit diobati dan disembuhkan”.
10 Perhatikan kata-kata yang dicatat di Yakobus 1:14, 15, ”Masing-masing dicobai dengan ditarik dan dipikat oleh keinginannya sendiri. Kemudian apabila keinginan itu telah menjadi
subur, ia akan melahirkan dosa; selanjutnya apabila dosa telah
9
1 Kata ”pornografi”, seperti yang digunakan di sini, memaksudkan bahan-bahan yang cabul dengan maksud merangsang nafsu seksual, yang disajikan dalam bentuk gambar, tulisan, atau melalui suara. Pornografi bisa berupa gambar
seseorang dengan gaya merangsang hingga penggambaran perbuatan seksual
yang paling cabul antara dua orang atau lebih.
2 Masturbasi dibahas di Apendiks, halaman 218-219.
9. Apakah pornografi tidak berbahaya seperti kata orang? Jelaskan.
10. Dengan cara apa saja kita dapat menerapkan prinsip di Yakobus
1:14, 15? (Lihat juga kotak di halaman 101.)
”Larilah dari Percabulan”
101
terlaksana, ia akan menghasilkan kematian.” Jadi, apabila keinginan yang buruk memasuki pikiran Saudara, segeralah bertindak untuk menyingkirkannya! Contohnya, kalau Saudara
tidak sengaja melihat gambar-gambar yang cabul, cepat palingkan muka, atau matikan komputer, atau ganti saluran TV. Lakukan apa saja yang perlu agar Saudara tidak sampai menyerah
kepada keinginan amoral, sebelum itu menjadi tak terkendali
dan mengalahkan Saudara!—Baca Matius 5:29, 30.
11 Itulah sebabnya, Pribadi yang lebih mengenal kita daripada kita sendiri menasihati, ”Karena itu, matikanlah anggota-anggota tubuhmu yang bersifat duniawi sehubungan
dengan percabulan, kenajisan, nafsu seksual, keinginan yang
11. Sewaktu melawan keinginan yang salah, bagaimana kita dapat
menunjukkan bahwa kita percaya kepada Yehuwa?
MENDAPATKAN KEKUATAN UNTUK BISA
BERSIH SECARA MORAL
”Sewaktu remaja, saya terperangkap dalam kebiasaan menonton pornografi dan bermasturbasi,” kata
seorang pemuda. ”Teman-teman sekolah saya menganggap perbuatan tersebut wajar-wajar saja bagi anak
remaja. Tetapi, hal itu merusak hati nurani saya, dan
saya terjerumus ke dalam kehidupan yang amoral.
Saya akhirnya menyadari bahwa saya hanyalah budak hasrat saya. Namun, saya dapat mengatasi kebiasaan yang najis itu dengan bantuan Yehuwa dan
sidang. Sekarang, saya berhati-hati dalam memilih teman bergaul karena tahu bahwa orang lain bisa sangat berpengaruh atas diri saya. Saya merasakan bahwa doa dan pelajaran Alkitab secara pribadi yang
teratur sangat penting untuk mencegah saya jatuh
kembali ke kebiasaan buruk. Saya tidak lagi menjadi
budak keinginan daging, dan sekarang saya mendapat hak istimewa sebagai perintis biasa.”
102
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
mencelakakan, dan keinginan akan milik orang lain, yang
merupakan penyembahan berhala.” (Kolose 3:5) Memang,
melakukan hal itu bisa jadi sulit. Tetapi ingatlah, kita mempunyai Bapak di surga yang pengasih dan sabar yang bisa dimintai pertolongan. (Mazmur 68:19) Maka, cepatlah berpaling
kepada-Nya apabila hal-hal yang najis memasuki benak Saudara. Berdoalah meminta ”kuasa yang melampaui apa yang normal”, dan paksa diri Saudara untuk memikirkan hal-hal lain.
—2 Korintus 4:7; 1 Korintus 9:27; lihat kotak ”Bagaimana Saya
Dapat Menghentikan Kebiasaan Buruk?” di halaman 104.
12 Salomo, pria yang berhikmat, menulis, ”Lebih daripada
semua hal lain yang harus dijaga, jagalah hatimu, karena dari
situlah keluar sumber kehidupan.” (Amsal 4:23) ’Hati’ adalah
batin kita, bagaimana kita sebenarnya sebagai pribadi dalam
pandangan Allah. Selain itu, penilaian Allah tentang ’hati’ kita
—bukan pandangan orang tentang diri kita—yang menentukan apakah kita akan menerima kehidupan abadi atau tidak.
Hal itu sangat sederhana, juga sangat serius. Ayub yang setia
membuat perjanjian dengan matanya agar ia tidak memandang seorang wanita dengan tidak sopan. (Ayub 31:1) Benarbenar teladan yang bagus bagi kita! Sang pemazmur, yang berpikiran sama, berdoa, ”Palingkanlah mataku agar tidak melihat
apa yang tidak berguna.”—Mazmur 119:37.
PILIHAN DINA YANG TIDAK BIJAKSANA
Seperti kita lihat di Pasal 3, pengaruh teman-teman kita
bisa sangat kuat, ke arah yang baik atau buruk. (Amsal 13:20;
baca 1 Korintus 15:33.) Perhatikan contoh Dina, putri Yakub.
Meski telah dididik dengan baik sejak kecil, Dina berlaku tidak bijaksana, berteman dengan gadis-gadis Kanaan. Seperti
orang Moab, orang Kanaan terkenal amoral. (Imamat 18:6-25)
Di mata pria-pria Kanaan, termasuk Syikhem—”orang yang paling terhormat” dalam keluarga bapaknya—Dina kelihatannya
adalah mangsa yang jinak.—Kejadian 34:18, 19.
13
12. Apa ’hati’ itu, dan mengapa kita harus melindunginya?
13. Siapakah Dina, dan mengapa ia tidak bijaksana dalam memilih
teman?
Menggunakan Internet hanya di ruang terbuka di rumah
adalah haluan berhikmat
14 Hubungan seks mungkin sama sekali tidak terlintas dalam benak Dina ketika ia bertemu dengan Syikhem. Tetapi,
Syikhem melakukan apa yang dianggap wajar oleh kebanyakan
orang Kanaan jika terangsang secara seksual. Perlawanan Dina
pada saat-saat terakhir tidak banyak gunanya, karena pria itu
”membawanya” dan ”menodai kemurniannya”. Kelihatannya,
Syikhem belakangan ”jatuh cinta” kepada Dina, tetapi hal ini
tidak mengubah apa yang telah ia lakukan atas gadis itu. (Baca
Kejadian 34:1-4.) Dan, bukan Dina saja yang menderita sebagai akibatnya. Karena salah memilih teman, terjadilah peristiwa-peristiwa yang mendatangkan aib dan cela ke atas seluruh
keluarganya.—Kejadian 34:7, 25-31; Galatia 6:7, 8.
15 Andaikata Dina mendapat pelajaran penting, ia belajar
melalui pengalaman pahit. Orang-orang yang mengasihi dan
menaati Yehuwa tidak perlu belajar tentang kehidupan melalui pengalaman pahit. Karena mendengarkan Allah, mereka
14. Karena salah memilih teman, hal buruk apa yang dialami Dina?
15, 16. Bagaimana kita dapat memperoleh hikmat sejati? (Lihat juga
kotak di halaman 109.)
104
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
BAGAIMANA SAYA DAPAT MENGHENTIKAN
KEBIASAAN BURUK?
Prinsip: ”Hai, orang-orang yang mengasihi
Yehuwa, bencilah apa yang jahat.”—Mazmur 97:10.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Apakah saya menghindari situasi yang bisa membangkitkan keinginan yang salah?—Matius 5:27, 28.
ˇ Apakah saya memikirkan baik-baik apa akibatnya kalau
saya melaksanakan keinginan yang salah?—Amsal 22:3.
ˇ Tindakan tegas macam apa yang rela saya ambil untuk
mengatasi kebiasaan buruk saya?—Matius 5:29, 30.
ˇ Apakah saya bersedia membicarakan masalah saya dengan orang
tua atau teman yang matang secara rohani?—Amsal 1:8, 9; Galatia 6:
1, 2.
ˇ Bagaimana saya dapat menunjukkan bahwa saya bersandar pada kekuatan dan
hikmat Yehuwa untuk bisa
menaklukkan kebiasaan
buruk saya?—Amsal 3:5, 6;
Yakobus 1:5.
memilih untuk ”berjalan dengan orang-orang berhikmat”.
(Amsal 13:20a) Maka, mereka pun mengerti ”seluruh haluan
mengenai apa yang baik” dan menghindari masalah serta kepedihan yang tidak perlu.—Amsal 2:6-9; Mazmur 1:1-3.
16 Hikmat Allah tersedia bagi semua orang yang mendambakannya dan yang memenuhi keinginan tersebut dengan bertekun dalam doa dan secara teratur mempelajari Firman Allah
serta bahan yang disediakan oleh budak yang setia dan bijak-
”Larilah dari Percabulan”
105
sana. (Matius 24:45; Yakobus 1:5) Yang juga penting adalah kerendahan hati, yang terlihat dalam kerelaan untuk menaati nasihat berdasarkan Alkitab. (2 Raja 22:18, 19) Sebagai contoh,
seorang Kristen mungkin pada prinsipnya setuju bahwa hatinya bisa licik dan nekat. (Yeremia 17:9) Tetapi jika ia bertindak
tidak bijaksana, apakah ia cukup rendah hati untuk mau menerima nasihat serta bantuan yang tepat dan pengasih?
17 Bayangkan situasi ini. Seorang ayah tidak mengizinkan
putrinya pergi berduaan dengan seorang pemuda Kristen tanpa pendamping. Gadis itu menanggapinya dengan berkata,
”Apakah Papa tidak percaya kepada saya? Kami tidak akan melakukan apa yang salah!” Ia mungkin mengasihi Yehuwa dan
punya niat baik, namun apakah ia ’berjalan dengan hikmat
ilahi’? Apakah ia ’lari dari percabulan’? Atau, apakah ia dengan
bodoh ”mempercayai hatinya sendiri”? (Amsal 28:26) Mungkin Saudara bisa menyebutkan prinsip-prinsip lain yang akan
membantu ayah tersebut dan putrinya bernalar tentang hal
itu.—Lihat Amsal 22:3; Matius 6:13; 26:41.
YUSUF LARI DARI PERCABULAN
Seorang pemuda yang baik yang mengasihi Allah dan
lari dari percabulan adalah Yusuf, adik tiri Dina. (Kejadian
30:20-24) Sewaktu masih kecil, Yusuf melihat sendiri akibat kebodohan kakak perempuannya. Pengalaman itu maupun keinginan Yusuf untuk tetap berada dalam kasih Allah tidak
diragukan telah melindungi dia di Mesir bertahun-tahun kemudian ketika istri majikannya mencoba merayunya ”dari hari
ke hari”. Tentu, sebagai budak, Yusuf tidak bisa meminta berhenti kerja begitu saja dan pergi! Ia harus menangani situasinya dengan bijaksana dan berani. Hal ini ia lakukan dengan
berulang kali mengatakan tidak kepada istri Potifar dan, akhirnya, dengan lari darinya.—Baca Kejadian 39:7-12.
18
17. Gambarkan situasi yang boleh jadi timbul dalam sebuah keluarga,
dan tunjukkan bagaimana seorang ayah bisa bernalar dengan putrinya.
18, 19. Godaan apa yang muncul dalam kehidupan Yusuf, dan bagaimana ia menangani situasinya?
106
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Coba pikirkan sejenak: Seandainya Yusuf berkhayal tentang wanita itu atau terbiasa melamun tentang seks, apakah
ia bisa tetap tidak bercela di hadapan Allah? Kemungkinan besar tidak. Daripada terus memikirkan perbuatan dosa, Yusuf
sangat menghargai hubungannya dengan Yehuwa, yang nyata dari kata-katanya kepada istri Potifar. ”Majikanku,” katanya,
”sama sekali tidak menahan apa pun dariku kecuali engkau, sebab engkau istrinya. Jadi bagaimana mungkin aku dapat melakukan kejahatan yang besar ini dan berdosa terhadap Allah?”
—Kejadian 39:8, 9.
20 Bayangkan sukacita yang pasti Yehuwa rasakan ketika
mengamati Yusuf muda, yang jauh dari keluarganya, menjaga diri tak bercela dari hari ke hari. (Amsal 27:11) Belakangan, Yehuwa mengatur keadaan sehingga Yusuf tidak saja
dibebaskan dari penjara, tetapi
juga dijadikan perdana menteri dan pejabat urusan pangan di Mesir! (Kejadian 41:3949) Sungguh tepat kata-kata
di Mazmur 97:10, ”Hai, orangorang yang mengasihi Yehuwa, bencilah apa yang jahat.
Ia menjaga jiwa orang-orangnya yang loyal; dari tangan
orang-orang fasik dibebaskannya mereka”!
21 Demikian pula dewasa ini,
banyak hamba Allah memperlihatkan bahwa mereka ’membenci apa yang buruk, dan mengasihi apa yang baik’. (Amos
19
20. Bagaimana Yehuwa mengatur
keadaan Yusuf?
21. Bagaimana seorang saudara
muda di sebuah negeri di Afrika
memperlihatkan keteguhan moral?
”Larilah dari Percabulan”
107
5:15) Seorang saudara muda di sebuah negeri Afrika mengingat bahwa seorang gadis, teman sekelasnya, pernah dengan
berani menawarkan hubungan seks sebagai imbalan jika ia
mau membantunya pada waktu ujian matematika. ”Saya segera menolak tawarannya,” katanya. ”Dengan menjaga diri tetap bersih, saya mempertahankan kehormatan dan harga diri
saya, yang jauh lebih berharga daripada emas dan perak.” Memang, dosa bisa jadi memberikan ”kenikmatan sementara”, tetapi sensasi murahan seperti itu sering mendatangkan banyak
kepedihan. (Ibrani 11:25) Lagi pula, hal tersebut tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kebahagiaan yang langgeng karena menaati Yehuwa.—Amsal 10:22.
TERIMALAH BANTUAN DARI ALLAH BELAS KASIHAN
22 Karena tidak sempurna, kita semua berjuang untuk menaklukkan keinginan daging dan melakukan apa yang benar di mata Allah. (Roma 7:21-25) Yehuwa menyadari hal itu,
”Ia ingat bahwa kita ini debu”. (Mazmur 103:14) Namun, kadang-kadang, seorang Kristen mungkin melakukan dosa serius. Apakah tidak ada harapan lagi baginya? Tentu saja ada! Memang, si pelaku kesalahan mungkin menuai buah yang pahit,
seperti halnya Raja Daud. Tetapi, Allah selalu ”siap mengampuni” orang yang sangat menyesal dan ’secara terbuka mengakui’ dosa-dosanya.—Mazmur 86:5; Yakobus 5:16; baca Amsal
28:13.
23 Selain itu, bagi sidang Kristen, Allah dengan baik hati
menyediakan ”pemberian berupa manusia”, yaitu para gembala rohani yang matang, yang selain andal juga siap menolong. (Efesus 4:8, 12; Yakobus 5:14, 15) Tujuan mereka adalah
membantu pelaku kesalahan memulihkan hubungannya dengan Allah dan, sesuai dengan kata-kata Salomo yang berhikmat, untuk ”memperoleh akal budi” agar ia tidak mengulangi
dosanya.—Amsal 15:32.
22, 23. (a) Jika seorang Kristen melakukan dosa serius, mengapa ia
masih mempunyai harapan? (b) Bantuan apa yang tersedia bagi pelaku kesalahan?
108
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
’PEROLEHLAH AKAL BUDI’
Alkitab menyebut tentang orang yang ”tidak berakal budi”
dan orang yang ”memperoleh akal budi”. (Amsal 7:7) Karena tidak matang secara rohani dan tidak berpengalaman dalam dinas kepada Allah, seseorang yang ”tidak berakal budi” mungkin
tidak memiliki daya pengamatan dan pertimbangan yang baik.
Seperti pria muda yang digambarkan di Amsal 7:6-23, ia mungkin lebih mudah menjadi korban dosa serius. Tetapi, ”ia yang
memperoleh akal budi” memeriksa baik-baik hatinya dengan
mempelajari Firman Allah dan berdoa secara teratur. Dan sebisa-bisanya, sejauh yang dapat ia lakukan sebagai manusia yang
tidak sempurna, ia menyelaraskan pikiran, hasrat, emosi, dan
tujuan hidupnya dengan apa yang Allah perkenan. Dengan begitu, ia ”mengasihi jiwanya sendiri”, atau memperoleh berkat,
dan ”akan menemukan yang baik”.—Amsal 19:8.
25 Tanyalah kepada diri sendiri: ’Apakah saya yakin sepenuhnya bahwa standar-standar Allah itu benar? Apakah saya yakin benar bahwa dengan menaatinya saya akan memperoleh kebahagiaan terbesar?’ (Mazmur 19:7-10; Yesaya 48:17, 18)
Jika Saudara memiliki keraguan, meskipun sedikit, berupayalah
mengatasinya. Pikirkan baik-baik akibatnya apabila seseorang
mengabaikan hukum Allah. Selain itu, ”kecaplah dan lihatlah
bahwa Yehuwa itu baik” dengan menerapkan kebenaran dan
memasukkan ke dalam pikiran Saudara hal-hal yang sehat—yaitu yang benar, adil, murni, membangkitkan perasaan kasih,
dan bajik. (Mazmur 34:8; Filipi 4:8, 9) Saudara dapat yakin bahwa semakin Saudara mengikuti anjuran itu, Saudara akan semakin mengasihi Allah, mengasihi apa yang Ia kasihi dan
membenci apa yang Ia benci. Yusuf bukanlah manusia super.
Namun, ia dapat ’lari dari percabulan’ karena ia membiarkan
Yehuwa membentuknya selama bertahun-tahun, memberinya
akal budi, atau akal sehat. Semoga Saudara melakukan hal yang
sama.—Yesaya 64:8.
24
24, 25. (a) Bagaimana pria muda yang digambarkan di Amsal 7:6-23
menunjukkan bahwa ia ”tidak berakal budi”? (b) Bagaimana kita dapat ”memperoleh akal budi”?
”Larilah dari Percabulan”
109
AYAT-AYAT UNTUK DIRENUNGKAN
”Hai, orang-orang yang mengasihi Yehuwa, bencilah apa yang jahat.”—Mazmur 97:10.
”Setiap orang yang terus memandang seorang wanita sehingga mempunyai nafsu terhadap dia sudah berbuat zina dengan dia dalam hatinya.”—Matius 5:28.
”Ia yang mempraktekkan percabulan berbuat dosa
terhadap tubuhnya sendiri.”—1 Korintus 6:18.
”Aku memukuli tubuhku dan menguasainya bagaikan budak, agar setelah aku memberitakan kepada
orang-orang lain, jangan aku sendiri karena satu atau
lain hal menjadi tidak diperkenan.”—1 Korintus 9:27.
”Apa pun yang ditabur orang, ini juga yang akan dituainya; sebab ia yang menabur demi kepentingan dagingnya akan menuai kefanaan dari dagingnya, tetapi
ia yang menabur demi kepentingan roh akan menuai
kehidupan abadi dari roh itu.”—Galatia 6:7, 8.
”Karena itu, matikanlah anggota-anggota tubuhmu
yang bersifat duniawi sehubungan dengan percabulan,
kenajisan, nafsu seksual.”—Kolose 3:5.
”Kamu masing-masing [hendaknya] mengetahui bagaimana mengendalikan bejananya sendiri dengan
mengingat kesucian dan kehormatan, dengan tidak
melampiaskan nafsu seksual yang tamak.”—1 Tesalonika 4:4, 5.
26 Pencipta kita membuat organ-organ reproduksi bukan untuk dijadikan mainan guna memperoleh sensasi belaka,
melainkan agar kita bisa menghasilkan keturunan dan menikmati keintiman dalam perkawinan. (Amsal 5:18) Pandangan
Allah tentang perkawinan akan dibahas dalam dua pasal berikut.
26. Topik penting apa yang akan dibahas selanjutnya?
PASAL 10
Perkawinan—Karunia dari
Allah yang Pengasih
”Tali rangkap tiga tidak mudah diputuskan.”
—PENGKHOTBAH 4:12.
APAKAH Saudara senang menghadiri pesta pernikahan? Kebanyakan begitu, karena acara seperti ini bisa sangat menyenangkan. Mempelai terlihat sangat anggun. Dan, wajah mereka memancarkan sukacita besar! Pada hari tersebut, mereka
terus tersenyum bahagia dan tampaknya masa depan mereka
sangat cerah.
2 Tetapi, harus diakui bahwa dewasa ini banyak perkawinan
berantakan. Meskipun kita mengharapkan yang terbaik bagi
pasangan yang baru menikah, kadang-kadang kita mungkin
bertanya-tanya: ’Apakah mereka akan bahagia? Apakah perkawinan mereka akan langgeng?’ Jawabannya bergantung pada
apakah suami dan istri memercayai dan menerapkan nasihat
Allah tentang perkawinan. (Baca Amsal 3:5, 6.) Hal itu perlu agar mereka tetap berada dalam kasih Allah. Sekarang, mari
kita pusatkan perhatian pada jawaban Alkitab untuk empat
pertanyaan berikut: Mengapa menikah? Kalau Saudara memutuskan untuk menikah, siapa yang hendaknya Saudara pilih sebagai pasangan? Bagaimana Saudara dapat menyiapkan
diri untuk perkawinan? Dan, apa yang dapat membantu suami
istri tetap menikmati perkawinan yang bahagia?
3
MENGAPA MENIKAH?
Ada yang percaya bahwa agar bahagia, orang harus meni-
1, 2. (a) Mengenai pasangan yang baru menikah, pertanyaan apa
saja yang kadang-kadang mungkin muncul, dan mengapa? (b) Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas dalam pasal ini?
3. Mengapa tidak bijaksana untuk menikah karena alasan yang
sepele?
Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih
111
kah—bahwa kita tidak dapat memperoleh kepuasan atau sukacita dalam kehidupan jika kita tidak menemukan pasangan.
Hal itu benar-benar keliru! Yesus, seorang pria lajang, menyebut kelajangan sebagai suatu karunia dan ia mendesak orangorang yang sanggup melajang agar mengupayakannya. (Matius 19:11, 12) Rasul Paulus juga membahas manfaat kelajangan.
(1 Korintus 7:32-38) Tetapi, Yesus ataupun Paulus tidak membuat peraturan agar orang tetap melajang; malah, ”melarang
untuk menikah” disebutkan sebagai salah satu ”ajaran hantuhantu”. (1 Timotius 4:1-3) Meskipun begitu, bagi orang-orang
yang ingin melayani Yehuwa tanpa tersimpangkan, kelajangan memiliki banyak kelebihan. Maka, tidaklah bijaksana untuk menikah dengan alasan yang sepele, misalnya karena tekanan dari teman-teman.
4 Sebaliknya, apakah salah untuk menikah? Tidak. Perkawinan juga suatu karunia dari Allah kita yang pengasih. (Baca Kejadian 2:18.) Jadi, perkawinan ada manfaatnya dan bisa
mendatangkan kebahagiaan. Misalnya, perkawinan yang bahagia adalah fondasi terbaik untuk kehidupan keluarga. Anak-anak
membutuhkan lingkungan yang stabil, yaitu ada orang tua yang
membesarkan mereka, memberi mereka kasih, disiplin, dan
bimbingan. (Mazmur 127:3; Efesus 6:1-4) Tetapi, membesarkan
anak bukan satu-satunya alasan untuk menikah.
5 Perhatikan ayat tema untuk pasal ini beserta konteksnya,
”Berdua lebih baik daripada seorang diri, karena mereka mempunyai upah yang baik untuk kerja keras mereka. Karena jika
seorang di antara mereka jatuh, yang seorang lagi dapat mengangkat rekannya. Tetapi bagaimana dengan yang hanya seorang itu, yang jatuh, bila tidak ada orang lain untuk mengangkatnya? Lagi pula, bila orang berbaring berdua, mereka
juga akan menjadi hangat; tetapi bagaimana seorang saja dapat
4. Perkawinan yang bahagia menjadi fondasi macam apa sehubungan dengan membesarkan anak?
5, 6. (a) Berdasarkan Pengkhotbah 4:9-12, sebutkan manfaat persahabatan yang akrab. (b) Bagaimana perkawinan bisa seperti tali
rangkap tiga?
112
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
tetap hangat? Dan jika seseorang dapat mengalahkan orang
yang sendirian, dua orang bersama-sama dapat bertahan melawan dia. Dan tali rangkap tiga tidak mudah diputuskan.”
—Pengkhotbah 4:9-12.
6 Yang terutama dibahas dalam ayat-ayat di atas adalah nilai
persahabatan. Dan, perkawinan adalah persahabatan yang paling akrab. Sebagaimana ditunjukkan ayat itu, melalui ikatan tersebut, suatu pasangan bisa saling membantu, menghibur, dan
melindungi. Perkawinan akan benar-benar kuat apabila ikatan
tersebut tidak hanya antara dua orang. Sebagaimana tersirat dalam ayat itu, tali rangkap dua bisa diputuskan. Tetapi, tiga untaian yang dijalin menjadi satu jauh lebih sulit diputuskan. Apabila
menyenangkan Yehuwa menjadi hal utama bagi suami maupun
istri, perkawinan mereka bagaikan tali rangkap tiga tersebut. Yehuwa memiliki peranan penting dalam perkawinan itu, sehingga ikatan tersebut benar-benar sangat kuat.
7 Selain itu, hanya dalam perkawinanlah hasrat seksual boleh
dipuaskan. Dalam perkawinan, hubungan seksual benar-benar
dapat dipandang sebagai sumber kesenangan. (Amsal 5:18) Meskipun seorang lajang sudah melewati apa yang disebut Alkitab
sebagai ”mekarnya masa remaja”—masa ketika dorongan seksual untuk pertama kali menjadi kuat—ia mungkin masih berjuang mengatasi hasrat seksual. Jika tidak dikendalikan, hasrat
tersebut bisa mengarah ke tingkah laku yang najis atau tidak patut. Paulus diilhami untuk menulis nasihat ini bagi orang-orang
lajang, ”Jika mereka tidak mempunyai pengendalian diri, biarlah
mereka menikah, karena lebih baik menikah daripada berkobar
dengan nafsu.”—1 Korintus 7:9, 36; Yakobus 1:15.
8 Apa pun alasan seseorang menikah, ia perlu siap menghadapi kenyataan. Seperti yang Paulus katakan, orang-orang
yang menikah ”akan mengalami kesengsaraan dalam daging
mereka”. (1 Korintus 7:28) Orang yang sudah menikah menghadapi masalah yang tidak dialami orang yang masih lajang.
Tetapi, kalau Saudara memutuskan untuk menikah, bagaima7, 8. (a) Nasihat apa yang Paulus tulis bagi orang Kristen lajang yang
berjuang mengatasi hasrat seksual? (b) Pandangan apa yang Alkitab
berikan kepada kita tentang perkawinan?
Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih
113
na Saudara dapat mengurangi masalah dan menambah kebahagiaan? Salah satu cara ialah dengan memilih pasangan secara bijaksana.
SIAPA YANG AKAN MENJADI
TEMAN HIDUP YANG BAIK?
9 Paulus diilhami untuk menulis prinsip yang sangat penting
yang hendaknya diterapkan sewaktu memilih teman hidup,
”Jangan memikul kuk secara tidak seimbang bersama orangorang yang tidak percaya.” (2 Korintus 6:14) Ia menggunakan
fakta dalam kehidupan pertanian sebagai perbandingan. Kalau
dua binatang yang ukuran tubuh dan kekuatannya sangat berbeda memikul kuk bersama, keduanya akan menderita. Demikian pula, kalau seseorang memikul kuk, atau menjalani perkawinan, bersama orang yang tidak seiman, keduanya pasti akan
mengalami gesekan dan ketegangan. Jika yang satu ingin tetap berada dalam kasih Yehuwa sedangkan yang lain kurang
atau sama sekali tidak peduli akan hal itu, apa yang mereka utamakan dalam kehidupan tidak akan sejalan, sehingga kemungkinan besar banyak kesulitan akan timbul. Maka, jika seorang
Kristen ingin menikah, Paulus menganjurkan agar ia ’menikah,
asalkan dalam Tuan’.—1 Korintus 7:39.
10 Kadang-kadang, orang Kristen lajang menyimpulkan bahwa memikul kuk secara tidak seimbang lebih baik daripada merasa kesepian. Ada yang memutuskan untuk mengabaikan nasihat Alkitab, dan mereka menikahi orang yang tidak melayani
Yehuwa. Hasilnya sering kali menyedihkan. Mereka baru menyadari bahwa mereka telah menikah dengan orang yang tidak
bisa diajak bicara tentang hal-hal yang paling penting dalam
kehidupan. Akibatnya, kesepian yang mereka alami mungkin jauh lebih besar daripada yang mereka rasakan sebelum
mereka menikah. Untunglah, beribu-ribu orang Kristen lajang
9, 10. (a) Perbandingan apa yang Paulus berikan untuk menggambarkan bahayanya menjalin ikatan dengan orang yang tidak seiman?
(b) Sering kali, apa akibatnya jika seseorang mengabaikan nasihat
Allah untuk tidak menikahi orang yang tidak seiman?
114
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
APA YANG SAYA CARI DALAM DIRI
CALON TEMAN HIDUP?
Prinsip: ”Keduanya akan menjadi satu daging.”
—Matius 19:5.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Apabila ingin menikah,
mengapa penting untuk
menunggu hingga ”sudah
melewati mekarnya masa remaja”?
—1 Korintus 7:36; 13:11; Matius
19:4, 5.
ˇ Walaupun saya sudah cukup
dewasa untuk menikah, apa
manfaatnya tetap melajang
selama jangka waktu
tertentu?—1 Korintus
7:32-34, 37, 38.
ˇ Jika saya memutuskan untuk
menikah, mengapa penting
bahwa calon teman hidup saya sudah melayani
Yehuwa dengan setia selama suatu jangka waktu?
—1 Korintus 7:39.
ˇ Bagaimana ayat-ayat berikut
dapat membantu seorang saudari
mengetahui sifat-sifat apa yang
dibutuhkan dalam diri calon
teman hidup?—Mazmur 119:97;
1 Timotius 3:1-7.
ˇ Bagaimana Amsal 31:10-31
dapat membantu seorang
saudara memilih calon
teman hidup dengan
bijaksana?
Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih
115
memercayai dan dengan loyal menaati nasihat Allah tentang
hal ini. (Baca Mazmur 32:8.) Walaupun berharap untuk menikah pada suatu saat, mereka tetap melajang sampai mereka menemukan pasangan di antara para penyembah Allah Yehuwa.
11 Memang, sekalipun seseorang adalah hamba Yehuwa, belum tentu dia bisa menjadi teman hidup yang cocok. Kalau
Saudara ingin menikah, carilah orang yang memiliki persamaan dengan Saudara dalam hal kepribadian, cita-cita rohani, dan
kasih akan Allah. Budak yang setia dan bijaksana telah menerbitkan banyak artikel tentang pokok ini, dan sebaiknya Saudara merenungkan nasihat berdasarkan Alkitab itu disertai doa,
menjadikannya sebagai pembimbing Saudara dalam membuat
keputusan penting ini.1—Baca Mazmur 119:105.
12 Di banyak negeri, ada kebiasaan orang tua yang memilihkan teman hidup bagi anak mereka. Dalam kebudayaan seperti
itu, orang pada umumnya setuju bahwa orang tua memiliki lebih banyak hikmat dan pengalaman yang dibutuhkan untuk
membuat pilihan yang penting tersebut. Pernikahan yang diatur sering sukses, sebagaimana halnya pada zaman Alkitab.
Contoh Abraham yang mengutus hambanya untuk mencarikan calon istri untuk Ishak merupakan pelajaran yang baik bagi
orang tua yang mungkin berada dalam situasi yang sama dewasa ini. Uang dan status sosial bukan hal utama bagi Abraham.
Sebaliknya, ia mau repot-repot mencarikan calon istri untuk Ishak di antara para penyembah Yehuwa.2—Kejadian 24:3, 67.
1 Lihat Rahasia Kebahagiaan Keluarga, pasal 2, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
2 Beberapa tokoh Alkitab yang setia mempunyai lebih dari satu istri. Sewaktu
Yehuwa berurusan dengan mereka dan dengan Israel jasmani, Ia membiarkan
kebiasaan berpoligami. Ia tidak menyelenggarakan poligami, tetapi menertibkannya. Namun, orang Kristen ingat bahwa Yehuwa tidak lagi mengizinkan poligami di kalangan para penyembahnya.—Matius 19:9; 1 Timotius 3:2.
11. Apa yang dapat membantu Saudara memilih teman hidup dengan
bijaksana? (Lihat juga kotak di halaman 114.)
12. Kebiasaan apa yang umum di banyak negeri sehubungan dengan
pernikahan? Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari sebuah contoh Alkitab?
116
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
BAGAIMANA MEMPERSIAPKAN DIRI AGAR
PERKAWINAN SUKSES?
13 Jika Saudara sungguh-sungguh ingin menikah, ada baiknya
Saudara bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah saya benar-benar
siap?’ Jawabannya tidak semata-mata bergantung pada perasaan
Saudara berkenaan dengan cinta, seks, persahabatan, atau membesarkan anak. Tetapi, ada tanggung jawab tertentu yang harus
dipikirkan oleh setiap calon suami atau istri.
14 Seorang pemuda yang mencari calon istri harus memikirkan baik-baik prinsip ini, ”Persiapkanlah pekerjaanmu di luar
rumah, dan siapkanlah itu di ladang. Setelah itu, bangunlah rumah tanggamu.” (Amsal 24:27) Apa yang ditandaskan ayat
ini? Pada zaman itu, jika seorang pria ingin berkeluarga dengan menikah, ia perlu bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah
saya siap memenuhi kebutuhan dan menunjang istri serta anakanak yang mungkin akan dilahirkan?’ Ia harus bekerja terlebih
dulu, menggarap ladangnya. Prinsip yang sama berlaku dewasa
ini. Seseorang yang ingin menikah harus membuat persiapan
untuk bisa memikul tanggung jawabnya. Selama fisiknya memungkinkan, ia harus bekerja. Firman Allah menunjukkan bahwa seorang pria yang tidak memenuhi kebutuhan fisik, emosi,
dan rohani keluarganya lebih buruk daripada orang yang tidak
beriman!—Baca 1 Timotius 5:8.
15 Seorang wanita yang memutuskan untuk menikah juga setuju untuk memikul sejumlah tanggung jawab besar. Alkitab
memuji beberapa keterampilan dan sifat yang mungkin dibutuhkan seorang istri sewaktu ia membantu suaminya dan mengurus rumah tangganya. (Amsal 31:10-31) Pria dan wanita yang
tergesa-gesa menikah tanpa persiapan untuk memikul tanggung
jawab yang terkait benar-benar mementingkan diri, tidak memikirkan apa yang dapat mereka berikan kepada teman hidupnya
kelak. Tetapi yang terpenting, orang yang ingin menikah perlu
siap secara rohani.
13-15. (a) Bagaimana prinsip di Amsal 24:27 dapat membantu seorang pemuda yang ingin menikah? (b) Apa yang dapat dilakukan
seorang wanita muda sebagai persiapan untuk menikah?
Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih
117
16 Membuat persiapan untuk menikah mencakup merenungkan peranan yang Allah tetapkan bagi suami dan istri. Seorang
pria perlu tahu apa artinya menjadi kepala keluarga Kristen. Peranan tersebut tidak membuatnya berhak bertindak sewenangwenang. Sebaliknya, ia harus meniru cara Yesus menjalankan kekepalaan. (Efesus 5:23) Demikian pula, seorang wanita Kristen
perlu memahami peranan yang terhormat bagi seorang istri. Apakah ia rela tunduk kepada ”hukum suaminya”? (Roma 7:2) Ia sudah berada di bawah hukum Yehuwa dan hukum Kristus. (Galatia 6:2) Wewenang suaminya dalam keluarga merupakan hukum
lain. Apakah ia bisa tetap mendukung dan tunduk kepada wewenang seorang pria yang tidak sempurna? Jika ia belum bisa,
sebaiknya ia jangan menikah dulu.
17 Selain itu, suami atau istri perlu siap memenuhi kebutuhan
khusus masing-masing. (Baca Filipi 2:4.) Paulus menulis, ”Hendaklah kamu masing-masing secara perorangan juga mengasihi
istrinya seperti dirinya sendiri; sebaliknya, istri harus memiliki
respek yang dalam kepada suaminya.” Di bawah ilham dari Allah,
Paulus menyadari bahwa seorang pria benar-benar perlu merasa bahwa istrinya sungguh-sungguh menghormatinya. Dan, sang
wanita benar-benar perlu merasa dikasihi oleh suaminya.—Efesus
5:21-33.
18 Jadi, masa berpacaran bukan sekadar untuk bersenang-senang. Itulah saatnya seorang pria dan seorang wanita belajar caranya berurusan dengan satu sama lain dengan sepatutnya,
guna melihat apakah bijaksana bagi mereka untuk menikah. Itulah juga waktu yang tepat untuk menerapkan pengendalian diri!
Godaan untuk terlalu intim secara fisik bisa sangat kuat—karena daya tarik yang mereka rasakan adalah hal yang wajar. Tetapi, orang yang benar-benar saling mengasihi akan menghindari tindakan apa pun yang bisa menimbulkan kerugian rohani
atas orang yang dikasihi. (1 Tesalonika 4:6) Maka, apabila berpacaran, kendalikan diri; Saudara dapat merasakan manfaat sifat itu
seumur hidup, entah Saudara menikah atau tidak.
16, 17. Prinsip-prinsip Alkitab apa yang hendaknya dipikirkan baikbaik oleh orang yang mempersiapkan diri untuk menikah?
18. Mengapa suatu pasangan harus mengendalikan diri selama berpacaran?
118
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
BAGAIMANA PERKAWINAN BISA LANGGENG?
Agar perkawinan mereka langgeng, suatu pasangan perlu
memiliki pandangan yang benar tentang komitmen, atau ikrar
pernikahan mereka. Dalam novel dan film, pernikahan sering
berakhir dengan kebahagiaan yang didambakan setiap orang.
Namun, dalam kehidupan nyata, pernikahan bukanlah akhir,
melainkan baru permulaan—awal dari sesuatu yang telah Yehuwa rancang agar langgeng. (Kejadian 2:24) Sayang sekali, pandangan umum di dunia dewasa ini tidak demikian. Di beberapa kebudayaan, menikah itu dianggap seperti ”mengikat dua
tali menjadi simpul”. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa itu dengan tepat menggambarkan pandangan umum tentang perkawinan. Mengapa begitu? Simpul yang baik harus cukup kuat selama itu diperlukan, tetapi juga harus mudah diikat
dan dibuka.
20 Banyak orang dewasa ini menganggap perkawinan bersifat
sementara. Mereka cepat menikah karena beranggapan hal itu
akan memenuhi kebutuhan mereka, namun mereka berharap
dapat mengakhirinya segera setelah kelihatannya ada banyak
masalah. Tetapi, ingatlah perbandingan yang Alkitab gunakan
untuk ikatan seperti perkawinan—sebuah tali. Tali, atau tambang, yang dibuat untuk kapal layar dirancang untuk bertahan
lama, tidak cepat lepas jalinannya, bahkan dalam badai yang paling hebat. Demikian pula, perkawinan dirancang agar langgeng.
Ingatlah, Yesus mengatakan, ”Apa yang telah Allah letakkan di
bawah satu kuk hendaknya tidak dipisahkan manusia.” (Matius
19:6) Jika Saudara akan menikah, Saudara perlu memiliki pandangan yang sama tentang perkawinan. Apakah komitmen tersebut membuat perkawinan menjadi beban? Tidak.
21 Suami dan istri perlu mempertahankan pandangan yang
benar tentang satu sama lain. Jika masing-masing berupaya memusatkan perhatian pada sifat-sifat yang baik dan upaya yang
19
19, 20. Pandangan orang Kristen tentang perkawinan berbeda dengan pandangan banyak orang di dunia dewasa ini. Jelaskan dan
berikan gambaran.
21. Sikap apa yang perlu dipertahankan suami dan istri terhadap satu
sama lain, dan apa yang dapat membantu mereka dalam hal ini?
Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih
119
dikerahkan teman hidupnya, perkawinan itu akan menjadi sumber sukacita dan kesegaran. Apakah tidak masuk akal untuk memiliki pandangan yang positif tentang teman hidup yang tidak sempurna? Yehuwa tidak pernah tidak masuk akal, namun
kita bisa yakin bahwa Dia akan tetap memiliki pandangan positif tentang diri kita. Pemazmur bertanya, ”Jika kesalahan-kesalahanlah yang engkau perhatikan, oh, Yah, oh, Yehuwa, siapakah yang dapat tahan?” (Mazmur 130:3) Sama seperti Yehuwa,
suami dan istri harus memiliki pandangan positif tentang satu
sama lain dan suka mengampuni.—Baca Kolose 3:13.
Selama berpacaran, banyak pasangan berlaku bijaksana
dengan selalu mengajak seorang pendamping
120
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
22 Perkawinan dapat menghasilkan lebih banyak kebahagiaan
seraya tahun-tahun berlalu. Alkitab menunjukkan bagaimana
perkawinan Abraham dan Sara ketika mereka sudah menjadi pasangan lanjut usia. Kehidupan mereka juga tidak bebas dari kesukaran dan masalah. Bayangkan, bagaimana rasanya ketika Sara,
yang usianya mungkin sekitar 60-an, meninggalkan rumahnya
yang nyaman di kota Ur yang makmur dan kemudian tinggal
di kemah-kemah selama sisa hidupnya. Namun, ia tunduk kepada kekepalaan suaminya. Sebagai pelengkap dan penolong sejati bagi Abraham, ia membantu menyukseskan keputusan suaminya. Dan, ketundukannya tidak hanya tampak di luar. Bahkan
”dalam hatinya”, ia menyebut suaminya sebagai tuannya. (Kejadian 18:12; 1 Petrus 3:6) Rasa hormatnya kepada Abraham berasal dari hati.
23 Tentu, hal itu tidak berarti bahwa Abraham dan Sara selalu sependapat. Sara pernah menyarankan sesuatu yang membuat Abraham ”sangat tidak senang”. Walaupun demikian, atas
petunjuk Yehuwa, Abraham dengan rendah hati mendengarkan
perkataan istrinya, yang ternyata bermanfaat bagi keluarga itu.
(Kejadian 21:9-13) Suami dan istri dewasa ini, bahkan yang telah
menikah selama puluhan tahun, dapat belajar banyak dari pasangan yang saleh ini.
24 Di sidang Kristen, ada ribuan perkawinan yang bahagia: istri memperlihatkan hormat yang dalam kepada suaminya,
suami mengasihi serta menghormati istrinya, dan keduanya bekerja sama untuk selalu menomorsatukan kehendak Yehuwa.
Jika Saudara memutuskan untuk menikah, semoga Saudara memilih teman hidup dengan bijaksana, mempersiapkan diri baikbaik sebelum menikah, dan berupaya membangun perkawinan
yang penuh damai dan kasih, yang mendatangkan hormat
bagi Allah Yehuwa. Dengan demikian, perkawinan Saudara pasti
akan membantu Saudara tetap berada dalam kasih Allah.
22, 23. Teladan apa yang Abraham dan Sara berikan bagi orangorang yang sudah menikah dewasa ini?
24. Perkawinan macam apa yang akan mendatangkan hormat bagi
Allah Yehuwa, dan mengapa?
PASAL 11
”Hendaklah Pernikahan Terhormat”
”Bersukacitalah dengan istri masa mudamu.”
—AMSAL 5:18.
APAKAH Saudara sudah menikah? Jika sudah, apakah perkawinan Saudara merupakan sumber kebahagiaan, atau apakah Saudara menghadapi masalah perkawinan yang serius? Apakah hubungan Saudara dan teman hidup Saudara renggang? Apakah
Saudara sekadar mempertahankan keutuhan perkawinan, tetapi
tidak bahagia? Kalau begitu, Saudara kemungkinan besar merasa
sedih bahwa kehangatan yang pernah Saudara nikmati bersama
telah mendingin. Sebagai orang Kristen, Saudara pasti ingin perkawinan Saudara mendatangkan kemuliaan bagi Yehuwa, Allah
yang Saudara kasihi. Maka, keadaan Saudara sekarang bisa jadi
membuat Saudara cemas dan sedih. Sekalipun begitu, cobalah
untuk tidak menyimpulkan bahwa situasi Saudara sudah tidak
bisa diapa-apakan lagi.
2 Dewasa ini, ada banyak suami istri Kristen teladan yang dulunya sekadar mempertahankan perkawinan yang tidak bahagia. Namun, mereka menemukan cara untuk memperkuat hubungan mereka. Saudara juga dapat memperoleh lebih banyak
kepuasan dalam perkawinan Saudara. Bagaimana caranya?
LEBIH MENDEKAT KEPADA ALLAH DAN
TEMAN HIDUP SAUDARA
3 Saudara dan teman hidup Saudara akan lebih mendekat kepada satu sama lain kalau Saudara berupaya lebih mendekat kepada Allah. Mengapa? Perhatikan gambaran ini: Coba bayangkan sebuah gunung berbentuk kerucut—bagian kakinya lebar
dan puncaknya sempit. Seorang pria berdiri di kaki lereng
1, 2. Pertanyaan apa yang akan kita bahas, dan mengapa?
3, 4. Mengapa suami istri akan lebih mendekat kepada satu sama lain
jika mereka berupaya lebih mendekat kepada Allah? Jelaskan.
122
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Jika diterapkan, pengetahuan Alkitab memiliki kuasa untuk
memperkuat perkawinan Saudara
sebelah utara dan seorang wanita di sisi satunya, di kaki lereng sebelah selatan. Keduanya mulai mendaki. Sewaktu masih
berada dekat kaki gunung, mereka dipisahkan oleh jarak yang
jauh. Namun, seraya mereka masing-masing terus mendaki menuju puncak gunung, jarak antara mereka semakin dekat. Apakah Saudara melihat hikmah yang melegakan hati dari gambaran tadi?
4 Upaya yang Saudara kerahkan untuk melayani Yehuwa sepenuhnya dapat disamakan dengan upaya untuk mendaki gunung. Karena mengasihi Yehuwa, Saudara seolah-olah sudah
berupaya keras untuk mendaki. Tetapi, jika hubungan Saudara
dan teman hidup Saudara renggang, kalian ibaratnya mendaki
dari sisi yang berbeda. Tetapi, apa yang terjadi apabila Saudara
terus mendaki? Memang, mula-mula kalian mungkin dipisah-
”Hendaklah Pernikahan Terhormat”
123
kan oleh jarak yang cukup besar. Tetapi, semakin banyak upaya yang Saudara kerahkan untuk lebih mendekat kepada Allah
—untuk mendaki lebih tinggi—semakin dekat Saudara dengan
teman hidup Saudara. Ya, lebih mendekat kepada Allah adalah
kunci untuk lebih mendekat kepada teman hidup Saudara. Tetapi, bagaimana Saudara dapat melakukan hal itu dalam kehidupan nyata?
5 Salah satu cara ”mendaki” yang penting ialah Saudara dan teman hidup Saudara harus mengindahkan nasihat tentang perkawinan seperti yang terdapat dalam Firman Allah.
(Mazmur 25:4; Yesaya 48:17, 18) Maka, perhatikan nasihat rasul Paulus tentang perkawinan, ”Hendaklah pernikahan terhormat di antara kamu semua.” (Ibrani 13:4) Apa artinya hal itu?
Kata ”terhormat” menunjukkan sesuatu yang dianggap penting
dan berharga. Dan, itulah tepatnya pandangan Yehuwa tentang
perkawinan—Ia menghormati perkawinan dan menganggapnya
berharga.
ALASAN UTAMA—KASIH YANG TULUS
KEPADA YEHUWA
6 Tentu saja, sebagai hamba Allah, Saudara dan teman hidup Saudara sudah tahu bahwa perkawinan itu berharga, bahkan suci. Yehuwa sendiri yang menyelenggarakan perkawinan.
(Baca Matius 19:4-6.) Tetapi, jika Saudara sekarang menghadapi
masalah perkawinan, sekadar tahu bahwa perkawinan itu terhormat mungkin tidak cukup untuk menggerakkan Saudara dan
teman hidup Saudara untuk saling mengasihi dan menghormati. Nah, kalau begitu, apa yang akan menggerakkan Saudara?
Perhatikan baik-baik cara Paulus menyampaikan pokok tentang
memperlihatkan hormat, atau respek. Ia tidak mengatakan ”pernikahan itu terhormat”, tetapi ia mengatakan ”hendaklah pernikahan terhormat”. Paulus tidak sekadar membuat pernyataan,
5. (a) Sebutkan salah satu cara untuk lebih mendekat kepada Yehuwa
dan kepada teman hidup. (b) Bagaimana pandangan Yehuwa tentang
perkawinan?
6. Apa yang diperlihatkan oleh nasihat Paulus tentang perkawinan
dan mengapa penting untuk mengingat hal itu?
124
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
tetapi sedang memberikan nasihat yang tegas.1 Kata-kata Paulus itu bisa memberikan alasan tambahan kepada Saudara untuk membangkitkan kembali rasa hormat Saudara kepada teman
hidup. Mengapa demikian?
7 Pikirkan sejenak bagaimana Saudara memandang perintah
lain dalam Alkitab, seperti tugas untuk membuat murid atau nasihat untuk menghadiri pertemuan ibadat. (Matius 28:19; Ibrani
10:24, 25) Memang, melaksanakan perintah-perintah itu kadang-kadang mungkin sulit. Bisa jadi, orang-orang yang Saudara kabari memberikan tanggapan negatif, atau pekerjaan duniawi Saudara begitu melelahkan sehingga Saudara harus berjuang
untuk dapat berhimpun. Meskipun begitu, Saudara tetap mengumumkan berita Kerajaan, dan Saudara terus berhimpun. Tidak
seorang pun dapat menghentikan Saudara—Setan pun tidak!
Mengapa tidak? Karena kasih Saudara yang tulus kepada Yehuwa
menggerakkan Saudara untuk menaati perintah-perintah-Nya.
(1 Yohanes 5:3) Apa manfaatnya? Dengan ikut dalam pekerjaan
pengabaran dan menghadiri perhimpunan, Saudara mendapat
kedamaian batin dan sukacita sejati karena Saudara tahu bahwa
Saudara melakukan kehendak Allah. Hasilnya, perasaan tersebut
akan memulihkan kekuatan Saudara. (Nehemia 8:10) Apa hikmahnya?
8 Kasih yang dalam kepada Allah menggerakkan Saudara untuk menaati perintah untuk mengabar dan berhimpun meski
ada rintangan. Demikian pula, kasih Saudara kepada Yehuwa
dapat menggerakkan Saudara untuk menaati nasihat tegas Alkitab bahwa ’pernikahan Saudara hendaklah terhormat’, sekalipun hal itu tampaknya sulit. (Ibrani 13:4; Mazmur 18:29; Pengkhotbah 5:4) Selain itu, upaya Saudara untuk ikut mengabar dan
berhimpun mendatangkan berkat limpah dari Allah. Demikian
1 Nasihat Paulus tentang perkawinan adalah bagian dari serangkaian nasihat.
—Ibrani 13:1-5.
7. (a) Perintah apa saja dalam Alkitab yang kita laksanakan, dan
mengapa? (b) Apa manfaat ketaatan?
8, 9. (a) Apa yang dapat menggerakkan kita sehingga menaati nasihat tegas untuk menghormati perkawinan, dan mengapa? (b) Dua
pokok apa yang akan kita bahas?
”Hendaklah Pernikahan Terhormat”
125
pula, upaya Saudara untuk menghormati perkawinan Saudara
akan Yehuwa perhatikan dan berkati.—1 Tesalonika 1:3; Ibrani
6:10.
9 Maka, bagaimana caranya agar perkawinan Saudara terhormat? Saudara perlu menghindari perilaku yang akan merusak
perkawinan. Dan, Saudara perlu mengambil langkah-langkah
yang akan memperkuat ikatan perkawinan.
HINDARI PERKATAAN DAN TINGKAH LAKU YANG
TIDAK MENGHORMATI PERKAWINAN
10 Beberapa waktu yang lalu, seorang istri Kristen mengatakan,
”Saya berdoa kepada Yehuwa meminta kekuatan agar bisa bertahan.” Bertahan menghadapi apa? Ia menjelaskan, ”Suami saya
suka memukul saya dengan kata-kata. Luka saya mungkin tidak
kelihatan, tetapi kata-kata tajam yang terus ia lontarkan, seperti
’Kamu hanya jadi beban!’ dan ’Kamu ini tidak berguna!’ melukai hati saya.” Sang istri mengungkapkan sesuatu yang sangat
serius, yaitu caci maki dalam perkawinan.
11 Betapa menyedihkan apabila suami istri dalam keluarga
Kristen melontarkan kata-kata yang kejam kepada satu sama
lain, yang menimbulkan luka emosi yang sulit disembuhkan! Perkawinan yang diwarnai kata-kata yang menyakitkan
jelas-jelas tidak terhormat. Bagaimana perkawinan Saudara sehubungan dengan hal ini? Salah satu cara untuk mengetahuinya ialah dengan rendah hati menanyai teman hidup Saudara,
”Apa pengaruh kata-kataku padamu?” Jika teman hidup Saudara
merasa bahwa kata-kata Saudara sering sekali melukai dia secara emosi, Saudara harus mau membuat perbaikan.—Galatia 5:15;
baca Efesus 4:31.
12 Ingatlah bahwa penggunaan lidah Saudara dalam perkawinan memengaruhi hubungan Saudara dengan Yehuwa. Alkitab menyatakan, ”Jika seseorang menganggap dirinya orang
10, 11. (a) Tingkah laku seperti apa yang tidak menghormati perkawinan? (b) Pertanyaan apa yang hendaknya kita bicarakan dengan
teman hidup kita?
12. Bagaimana ibadat seseorang bisa menjadi sia-sia dalam pandangan Allah?
126
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
yang beribadat namun tidak mengekang lidahnya, tetapi terus
menipu hatinya, bentuk ibadat orang ini sia-sia.” (Yakobus 1:26)
Tutur kata tidak dapat dipisahkan dari ibadat. Alkitab tidak mendukung pandangan bahwa apa pun yang terjadi di rumah tidak
penting selama seseorang mengaku melayani Allah. Janganlah
kiranya Saudara menipu diri. Hal ini serius. (Baca 1 Petrus 3:7.)
Saudara boleh jadi terampil dan bersemangat, tetapi kalau Saudara dengan sengaja menyakiti teman hidup dengan kata-kata
tajam, Saudara tidak menghormati perkawinan dan ibadat Saudara bisa dianggap sia-sia oleh Allah.
13 Teman hidup juga perlu waspada agar tidak menimbulkan luka emosi secara tidak langsung. Perhatikan dua contoh: Seorang ibu tak bersuami sering menelepon seorang pria
Kristen sesidang yang sudah menikah untuk meminta nasihat
darinya, dan mereka berbicara panjang lebar; seorang saudara
Kristen lajang menggunakan banyak waktu setiap pekan bekerja sama dalam dinas pengabaran dengan seorang saudari Kristen yang sudah menikah. Orang-orang yang sudah menikah
dalam contoh-contoh itu mungkin mempunyai niat baik. Namun, bagaimana pengaruh tindakan mereka atas teman hidup
mereka? Seorang istri yang mengalami hal seperti itu mengatakan, ”Sungguh menyakitkan hati melihat suami saya memberikan begitu banyak waktu dan perhatian kepada saudari lain di
sidang. Hal itu membuat saya merasa kurang berharga.”
14 Dapat dimengerti bahwa istri tersebut, dan orang-orang
lain yang mengalami hal serupa dalam perkawinan, merasa sakit hati. Teman hidup mereka mengabaikan petunjuk Allah yang
mendasar untuk perkawinan, ”Seorang pria akan meninggalkan
bapaknya dan ibunya dan ia harus berpaut pada istrinya.” (Kejadian 2:24) Tentu, orang yang sudah menikah masih menghormati orang tua mereka. Tetapi menurut pengaturan Allah, kewajiban mereka kepada teman hidup harus diutamakan. Demikian
pula, orang Kristen benar-benar mengasihi rekan-rekan seiman
mereka, tetapi tanggung jawab mereka kepada teman hidup
13. Bagaimana teman hidup dapat menimbulkan luka emosi?
14. (a) Kewajiban apa dalam perkawinan yang ditandaskan di Kejadian 2:24? (b) Apa yang hendaknya kita tanyakan kepada diri sendiri?
”Hendaklah Pernikahan Terhormat”
127
harus diutamakan. Jadi, apabila seorang Kristen yang sudah menikah menggunakan terlalu banyak waktu atau terlalu akrab dengan rekan-rekan seiman, khususnya yang berlawanan jenis, ia
menimbulkan ketegangan dalam perkawinan. Mungkinkah hal
itu merupakan penyebab ketegangan dalam perkawinan Saudara? Tanyalah kepada diri sendiri, ’Apakah saya benar-benar memberikan kepada teman hidup saya waktu, perhatian, dan kasih
sayang yang berhak ia peroleh?’
128
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
15 Lagi pula, apabila seorang suami atau istri Kristen memberikan perhatian yang tidak pantas kepada lawan jenis yang bukan
teman hidupnya, ia tidak bijaksana dan membahayakan dirinya. Sayang sekali, ada orang Kristen yang sudah menikah yang
mengembangkan perasaan romantis kepada seseorang akibat ia
terlalu akrab dengannya. (Matius 5:28) Akhirnya, ikatan emosi
seperti itu mengarah ke tingkah laku yang semakin tidak menghormati perkawinan. Perhatikan apa yang rasul Paulus katakan
tentang pokok ini.
’HENDAKLAH TEMPAT TIDUR PERNIKAHAN
TANPA KECEMARAN’
16 Segera setelah Paulus memberikan nasihat tegas agar ”pernikahan terhormat”, ia menambahkan peringatan, ”[Hendaklah] tempat tidur pernikahan tanpa kecemaran, karena Allah
akan menghakimi orang yang melakukan percabulan dan pezina.” (Ibrani 13:4) Paulus menggunakan ungkapan ”tempat tidur
pernikahan” untuk memaksudkan hubungan seksual. Hubungan tersebut ”tanpa kecemaran”, atau bersih secara moral, hanya
jika dilakukan oleh pasangan suami istri. Karena itu, orang Kristen mengindahkan kata-kata terilham, ”Bersukacitalah dengan
istri masa mudamu.”—Amsal 5:18.
17 Orang yang melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang bukan teman hidupnya sungguh tidak menghargai hukum-hukum moral Allah. Memang, banyak orang dewasa
ini menganggap perzinaan sebagai hal biasa. Namun, pandangan apa pun yang mungkin dimiliki orang lain tentang perzinaan hendaknya tidak memengaruhi pandangan orang Kristen
tentang hal itu. Mereka menyadari bahwa akhirnya, bukan manusia, melainkan ”Allah [yang] akan menghakimi orang yang
15. Menurut Matius 5:28, mengapa orang Kristen yang sudah menikah tidak boleh memberikan perhatian yang tidak pantas kepada
lawan jenis?
16. Perintah apa yang Paulus berikan tentang perkawinan?
17. (a) Mengapa orang Kristen tidak boleh dipengaruhi oleh pandangan dunia tentang perzinaan? (b) Bagaimana kita dapat meniru
teladan Ayub?
”Hendaklah Pernikahan Terhormat”
129
melakukan percabulan dan pezina”. (Ibrani 10:31; 12:29) Jadi,
orang Kristen sejati berpaut pada pandangan Yehuwa tentang
hal ini. (Baca Roma 12:9.) Ingatlah kata-kata Ayub, ”Suatu perjanjian telah kuadakan dengan mataku.” (Ayub 31:1) Ya, agar tidak sampai menginjakkan bahkan satu langkah pun pada jalan
yang bisa mengarah ke perzinaan, orang Kristen sejati mengendalikan mata mereka dan tidak pernah dengan bernafsu melihat lawan jenis yang bukan teman hidup mereka.—Lihat Apendiks, halaman 219-221.
18 Dalam pandangan Yehuwa, seberapa seriuskah perzinaan?
Hukum Musa membantu kita memahami perasaan Yehuwa tentang hal ini. Di Israel, perzinaan dan penyembahan berhala termasuk di antara pelanggaran yang mendatangkan hukuman
mati. (Imamat 20:2, 10) Dapatkah Saudara melihat persamaan
antara kedua hal itu? Nah, seorang Israel yang menyembah berhala melanggar perjanjiannya dengan Yehuwa. Demikian pula,
seorang Israel yang berzina melanggar perjanjiannya dengan teman hidupnya. Penyembah berhala dan pezina sama-sama berkhianat. (Keluaran 19:5, 6; Ulangan 5:9; baca Maleakhi 2:14.)
Jadi, keduanya tercela di hadapan Yehuwa, Allah yang setia dan
dapat dipercaya.—Mazmur 33:4.
19 Memang, orang Kristen tidak berada di bawah Hukum
Musa. Namun, dengan mengingat bahwa di Israel zaman dulu
perzinaan dianggap sebagai dosa yang serius, seorang Kristen
dapat memperkuat tekadnya untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Mengapa? Coba bandingkan: Apakah Saudara akan
masuk ke sebuah gereja, lalu berlutut, dan berdoa di depan sebuah patung? Saudara akan mengatakan, ’Tentu saja tidak!’ Tetapi, apakah Saudara akan tergoda untuk melakukan hal itu kalau ditawari sejumlah besar uang? ’Mustahil!’ kata Saudara. Ya,
sekadar membayangkan untuk mengkhianati Yehuwa dengan
menyembah berhala benar-benar menjijikkan bagi orang Kristen sejati. Demikian pula, orang Kristen hendaknya merasa jijik
18. (a) Dalam pandangan Yehuwa, seberapa seriuskah perzinaan?
(b) Apa persamaan antara perzinaan dan penyembahan berhala?
19. Apa yang dapat memperkuat tekad seseorang untuk menolak perzinaan, dan mengapa?
130
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
terhadap gagasan untuk mengkhianati Allah mereka, Yehuwa,
maupun teman hidup mereka dengan melakukan perzinaan—tidak soal apa yang ditawarkan. (Mazmur 51:1, 4; Kolose 3:5) Kita
tidak sudi menyenangkan Setan dengan melakukan perbuatan
yang merendahkan Yehuwa dan perkawinan yang suci.
CARA MEMPERKUAT IKATAN PERKAWINAN SAUDARA
20 Selain menghindari tingkah laku yang tidak menghormati perkawinan, langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk membangkitkan kembali rasa hormat Saudara kepada teman
hidup? Untuk menjawabnya, kita akan mengumpamakan perkawinan seperti sebuah rumah. Kata-kata yang ramah, tindakan penuh perhatian, dan ungkapan penghargaan kepada teman
hidup adalah bagaikan dekorasi yang memperindah sebuah rumah. Kalau Saudara merasa dekat kepada satu sama lain, perkawinan Saudara mirip sebuah rumah dengan dekorasi yang
membuat suasananya ceria dan hangat. Jika kasih sayang Saudara memudar, dekorasi itu satu per satu hilang, sehingga perkawinan Saudara menjadi hambar bagaikan rumah tanpa dekorasi.
Karena Saudara ingin menaati perintah Allah untuk menjaga
”pernikahan terhormat”, Saudara akan tergerak untuk memperbaiki situasinya. Ya, sesuatu yang berharga dan terhormat tentu
layak diperbaiki. Bagaimana Saudara dapat melakukan hal itu?
Firman Allah menyatakan, ”Dengan hikmat rumah tangga akan
dibangun, dan dengan daya pengamatan itu akan berdiri teguh.
Dan dengan pengetahuan, kamar-kamar sebelah dalamnya akan
dipenuhi segala barang bernilai yang berharga dan menyenangkan.” (Amsal 24:3, 4) Pikirkan bagaimana kata-kata tersebut dapat diterapkan dalam perkawinan.
21 Barang-barang berharga yang memenuhi rumah tangga
yang bahagia adalah sifat-sifat seperti kasih yang sejati, takut
yang saleh, dan iman yang teguh. (Amsal 15:16, 17; 1 Petrus 1:7)
Sifat-sifat itu menguatkan perkawinan. Tetapi, apakah Saudara
memperhatikan bagaimana kamar-kamar bisa dipenuhi dengan
20. Apa yang terjadi dalam beberapa perkawinan? Berikan gambaran.
21. Bagaimana kita bisa berangsur-angsur memperkuat perkawinan
kita? (Lihat juga kotak di halaman 131.)
”Hendaklah Pernikahan Terhormat”
131
BAGAIMANA PERKAWINAN SAYA
BISA LEBIH BAIK?
Prinsip: ”Hendaklah kamu masing-masing secara
perorangan juga mengasihi istrinya seperti dirinya
sendiri; sebaliknya, istri harus memiliki respek yang
dalam kepada suaminya.”—Efesus 5:33.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Sifat-sifat baik apa yang dimiliki teman hidup saya, dan
bagaimana saya dapat menunjukkan bahwa saya menghargai dia?—Amsal 14:1; 31:29; 1 Petrus 3:1, 6; 4:8.
ˇ Apakah saya menghormati teman hidup saya dengan
berupaya memahami cara berpikir dan perasaannya?
—Filipi 2:4.
ˇ Apakah saya rela mengabaikan kekurangan teman hidup
saya?—Matius 6:14, 15.
ˇ Kapan saya terakhir kali mengungkapkan kasih sayang
kepada teman hidup saya?
—Kidung Agung 2:9-14.
ˇ Tujuan rohani apa yang
kami upayakan?—Matius
6:33, 34; 1 Korintus 9:24-27.
ˇ Apa yang dapat saya lakukan untuk menganjurkan
teman hidup saya membaca Alkitab dan membahas
ayat harian bersama saya?
132
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
barang-barang berharga seperti di dalam kutipan dari buku Amsal di atas? ”Dengan pengetahuan”. Ya, jika diterapkan, pengetahuan Alkitab memiliki kuasa untuk mengubah cara berpikir
orang dan menggerakkan mereka untuk mengobarkan kembali kasih mereka kepada satu sama lain. (Roma 12:2; Filipi 1:9)
Maka, apabila Saudara dan teman hidup Saudara duduk bersama dan dengan tenang membahas ayat-ayat Alkitab, seperti
ayat harian, atau artikel berdasarkan Alkitab tentang perkawinan dalam Menara Pengawal atau Sedarlah!, Saudara seolah-olah
sedang meneliti dekorasi yang indah yang dapat mempercantik rumah Saudara. Apabila kasih kepada Yehuwa menggerakkan
Saudara untuk menerapkan dalam perkawinan Saudara nasihat
yang baru saja Saudara periksa, Saudara seolah-olah membawa
dekorasi itu ke kamar-kamar di rumah Saudara. Maka, Saudara
bisa menikmati lagi keceriaan dan kehangatan yang pernah Saudara rasakan dalam perkawinan Saudara.
22 Memang, mungkin dibutuhkan cukup banyak waktu dan
upaya untuk memasang kembali
dekorasi itu satu per satu. Namun, jika Saudara berupaya melakukan bagian Saudara, Saudara
akan merasakan kepuasan yang
dalam karena mengetahui bahwa
Saudara menaati perintah Alkitab, ”Dalam hal memperlihatkan
hormat, hendaklah saling mendahului.” (Roma 12:10; Mazmur
147:11) Yang terpenting, upaya
yang sungguh-sungguh untuk
menghormati perkawinan Saudara akan membuat Saudara tetap berada dalam kasih Allah.
22. Kepuasan apa yang dapat kita rasakan jika kita berupaya melakukan
bagian kita dalam memperkuat perkawinan kita?
PASAL 12
Katakanlah Apa ’yang Baik
untuk Membangun’
”Jangan ada perkataan busuk yang keluar dari mulutmu
melainkan perkataan apa pun yang baik, untuk
membangun.”—EFESUS 4:29.
SEANDAINYA Saudara memberikan hadiah kepada orang yang
Saudara kasihi, bagaimana perasaan Saudara kalau ia sengaja menyalahgunakannya? Katakanlah Saudara memberinya
sebuah mobil, dan belakangan Saudara mendengar bahwa ia
mengemudikannya secara ugal-ugalan sehingga mencederai
orang lain. Saudara tentu kecewa, bukan?
2 Kemampuan untuk mengucapkan kata-kata yang dapat dimengerti adalah karunia dari Yehuwa, Pemberi ”setiap pemberian yang baik dan setiap hadiah yang sempurna”. (Yakobus
1:17) Karunia ini, yang membedakan manusia dengan hewan,
memungkinkan kita menyampaikan bukan hanya pikiran melainkan juga perasaan kita kepada orang lain. Tetapi, seperti
kendaraan bermotor, karunia berbicara dapat disalahgunakan.
Yehuwa pasti kecewa apabila karunia tersebut digunakan dengan sembarangan, sehingga menyakiti dan memedihkan hati
orang lain!
3 Agar tetap berada dalam kasih Allah, kita harus menggunakan karunia berbicara sesuai dengan maksud sang Pemberi.
Yehuwa menyatakan dengan jelas tutur kata apa yang menyenangkan Dia. Firman-Nya mengatakan, ”Jangan ada perkataan busuk yang keluar dari mulutmu melainkan perkataan apa
pun yang baik, untuk membangun sesuai dengan kebutuhan,
1-3. (a) Apa salah satu karunia yang Yehuwa berikan kepada kita, dan
bagaimana karunia itu dapat disalahgunakan? (b) Agar tetap berada
dalam kasih Allah, bagaimana kita harus menggunakan karunia berbicara?
Kata-kata yang
menenteramkan
akan menyegarkan
sehingga itu memberikan apa yang baik kepada para pendengar.” (Efesus 4:29) Mari kita bahas mengapa kita perlu selalu
menjaga tutur kata kita, tutur kata apa yang harus dihindari,
dan apa yang harus kita lakukan agar dapat mengatakan apa
yang ’baik untuk membangun’, atau membina.
MENGAPA KITA PERLU MENJAGA TUTUR KATA KITA
Salah satu alasan penting kita perlu menjaga tutur kata ialah karena kata-kata memiliki kuasa. Amsal 15:4 mengatakan,
”Lidah yang tenang adalah pohon kehidupan, tetapi lidah
yang menyimpang menghancurkan semangat.”1 Sama seperti
air menyegarkan kembali pohon yang layu, kata-kata yang menenteramkan dari lidah yang tenang dapat membangkitkan semangat orang yang mendengarnya. Sebaliknya, kata-kata yang
belat-belit dari lidah yang menyimpang dapat menjatuhkan
semangat orang lain. Ya, perkataan kita memiliki kuasa untuk
melukai atau menyembuhkan.—Amsal 18:21.
5 Sebuah peribahasa lain dengan jelas menggambarkan kuasa kata-kata, ”Ada orang yang berbicara tanpa dipikir bagaikan
dengan tikaman-tikaman pedang.” (Amsal 12:18) Kata-kata
yang diucapkan dengan tergesa-gesa tanpa dipikir dulu dapat
4
1 Kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi ”menyimpang” di Amsal 15:4 dapat juga berarti ”bengkok, sesat”.
4, 5. Bagaimana beberapa peribahasa Alkitab menggambarkan kuasa kata-kata?
Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’
135
menimbulkan luka emosi yang dalam dan merusak hubungan. Apakah hati Saudara pernah terluka oleh tikaman pedang
kata-kata? Sebaliknya, peribahasa yang sama mengatakan, ”Lidah orang-orang berhikmat adalah penyembuhan.” Kata-kata
yang penuh timbang rasa dari orang yang memperlihatkan
hikmat dari Allah dapat menyembuhkan hati yang sakit dan
memulihkan hubungan. Pernahkah Saudara merasakan kuasa penyembuhan dari kata-kata yang pengasih? (Baca Amsal
16:24.) Menyadari bahwa ucapan seseorang memiliki kuasa,
kita tentu ingin agar tutur kata kita menyembuhkan, bukannya menyakiti orang lain.
6 Tidak soal seberapa keras kita berusaha, kita tidak dapat
mengendalikan lidah kita sepenuhnya. Maka, inilah alasan kedua untuk terus menjaga tutur kata kita: Dosa dan ketidaksempurnaan membuat kita cenderung menyalahgunakan lidah kita.
Kata-kata berasal dari hati, dan ”kecenderungan hati manusia
itu jahat”. (Kejadian 8:21; Lukas 6:45) Jadi, kita perlu berjuang
keras untuk mengekang lidah kita. (Baca Yakobus 3:2-4.) Walaupun kita tidak dapat mengendalikannya dengan sempurna,
kita dapat terus berupaya memperbaiki penggunaan lidah kita.
Sama seperti orang yang berusaha berenang ke hulu harus terus melawan arus, kita harus terus melawan kecenderungan
untuk menyalahgunakan lidah akibat adanya dosa.
7 Alasan ketiga untuk menjaga tutur kata kita ialah Yehuwa akan meminta pertanggungjawaban kita sehubungan dengan kata-kata kita. Penggunaan lidah tidak hanya memengaruhi hubungan kita dengan sesama tetapi juga kedudukan
kita di hadapan Yehuwa. Yakobus 1:26 mengatakan, ”Jika seseorang menganggap dirinya orang yang beribadat namun tidak mengekang lidahnya, tetapi terus menipu hatinya, bentuk
ibadat orang ini sia-sia.”1 Sebagaimana kita lihat dalam pasal
1 Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”sia-sia” juga diterjemahkan menjadi ”tidak ada gunanya”.—1 Korintus 15:17.
6. Mengapa kita perlu berjuang keras untuk mengendalikan lidah
kita?
7, 8. Pertanggungjawaban apa yang Yehuwa minta dari kita sehubungan dengan kata-kata kita?
136
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
sebelumnya, tutur kata tidak bisa dipisahkan dari ibadat. Jika lidah kita tidak terkendali—menyemburkan kata-kata yang jahat
dan menyakitkan—semua perbuatan kita sebagai orang Kristen
dapat dianggap sia-sia dalam pandangan Allah. Bukankah hal
itu layak kita pikirkan dengan serius?—Yakobus 3:8-10.
8 Jelaslah, kita memiliki alasan yang kuat untuk berhati-hati
agar tidak menyalahgunakan karunia berbicara. Sebelum kita
mengulas jenis perkataan sehat yang membina, mari kita bahas tutur kata yang jelas-jelas harus disingkirkan dari kehidupan seorang Kristen sejati.
TUTUR KATA YANG MENJATUHKAN
Kata-kata cabul. Sumpah serapah, kata-kata kotor, dan
kata-kata serupa yang cabul biasa digunakan di dunia dewasa ini. Untuk menandaskan kata-kata mereka atau karena tidak mengetahui kata yang tepat, banyak orang menggunakan
kata-kata makian. Para pelawak sering menggunakan kata-kata
yang tidak pantas, yang bernuansa seksual untuk membuat
orang tertawa. Tetapi, kata-kata cabul tidak boleh dianggap lelucon. Kira-kira 2.000 tahun yang lalu, rasul Paulus menasihati
sidang Kolose agar menyingkirkan ”perkataan cabul”. (Kolose 3:8) Paulus memberi tahu sidang Efesus bahwa ”senda gurau cabul” termasuk di antara hal-hal yang ”disebut saja pun
jangan di antara” orang-orang Kristen sejati.—Efesus 5:3, 4.
10 Perkataan yang cabul menjijikkan bagi Yehuwa. Perkataan seperti itu juga menjijikkan bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Ya, kasih kepada Yehuwa menggerakkan kita untuk membuang kata-kata cabul. Ketika menyebutkan apa yang
termasuk dalam ”perbuatan daging”, Paulus mencantumkan
”kenajisan”, yang bisa mencakup tutur kata yang tidak bersih.
(Galatia 5:19-21) Hal ini serius. Seseorang dapat dipecat dari
sidang jika ia tidak bertobat sekalipun telah berulang kali dinasihati dan terus menggunakan kata-kata yang menonjolkan
9
9, 10. (a) Kata-kata macam apa yang biasa digunakan di dunia dewasa ini? (b) Mengapa kita perlu membuang kata-kata cabul? (Lihat
juga catatan kaki.)
Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’
137
atau mengarah ke hal-hal yang sangat amoral, bejat dan bersifat merusak.1
11 Gosip yang berbahaya, fitnah. Gosip adalah obrolan ringan
tentang orang-orang dan kehidupan mereka. Apakah gosip selalu berbahaya? Tidak, kalau yang dimaksud adalah percakapan yang tidak merugikan, misalnya tentang sesuatu yang bermanfaat atau kabar baik, seperti siapa yang baru dibaptis atau
siapa yang membutuhkan kata-kata anjuran. Orang Kristen
abad pertama sangat berminat akan kesejahteraan satu sama
lain dan memberikan informasi yang pantas tentang rekanrekan seiman. (Efesus 6:21, 22; Kolose 4:8, 9) Tetapi, gosip dapat berbahaya kalau fakta diputarbalikkan atau urusan pribadi dibeberkan. Yang lebih serius lagi, gosip bisa mengarah ke
fitnah, yang selalu merugikan. Fitnah adalah ”tuduhan palsu
. . . yang menodai dan merusak nama baik seseorang”. Orang
Farisi, misalnya, menggunakan fitnah yang jahat dalam upaya
menjelek-jelekkan Yesus. (Matius 9:32-34; 12:22-24) Fitnah sering menimbulkan pertengkaran.—Amsal 26:20.
12 Yehuwa tidak menganggap enteng penyalahgunaan karunia berbicara untuk merusak nama baik atau menimbulkan
perpecahan. Ia membenci orang yang menimbulkan ”pertengkaran di antara saudara-saudara”. (Amsal 6:16-19) Kata Yunani
yang diterjemahkan menjadi ”pemfitnah” adalah di·abo·los,
yang juga digunakan sebagai gelar bagi Setan. Ia adalah si
”Iblis”, makhluk jahat yang memfitnah Allah. (Penyingkapan
12:9, 10) Kita tentu ingin menghindari tutur kata yang pada
dasarnya akan menjadikan kita sama seperti si Iblis. Di sidang
1 Sebagaimana digunakan dalam Alkitab, ”kenajisan” adalah kata yang luas
maknanya yang dapat mencakup banyak macam dosa. Meskipun tidak semua
kenajisan patut dikenai tindakan pengadilan, seseorang dapat dikeluarkan dari
sidang jika ia terus melakukan kenajisan yang menjijikkan dan tidak mau bertobat.—2 Korintus 12:21; Efesus 4:19; lihat ”Pertanyaan Pembaca” di Menara
Pengawal 15 Juli 2006.
11, 12. (a) Apa gosip itu, dan bagaimana gosip dapat menjadi berbahaya? (b) Mengapa para penyembah Yehuwa harus menghindari
percakapan yang bersifat memfitnah?
138
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
tidak boleh ada perkataan yang bersifat memfitnah yang memicu perbuatan daging seperti ”pertengkaran” dan ”perpecahan”. (Galatia 5:19-21) Jadi, sebelum meneruskan berita tentang
seseorang, bertanyalah kepada diri sendiri: ’Apakah berita itu
benar? Apakah pengasih untuk meneruskannya? Apakah perlu atau bijaksana untuk menyampaikan informasi ini?’—Baca
1 Tesalonika 4:11.
13 Cacian. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, kata-kata
memiliki kuasa untuk menyakiti. Memang, kadang-kadang
karena ketidaksempurnaan manusia, kita semua mengatakan
hal-hal yang belakangan kita sesali. Tetapi, Alkitab memberikan peringatan terhadap kebiasaan berbicara yang sama sekali
tidak boleh ada di rumah seorang Kristen atau di sidang. Paulus menasihati orang Kristen, ”Biarlah semua kebencian dan
kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian disingkirkan
darimu.” (Efesus 4:31) Dalam terjemahan lain, kata ”cacian”
diterjemahkan menjadi ”kata-kata yang jahat”, ”kata-kata yang
melukai”, dan ”kata-kata penghinaan”. Cacian, seperti julukan
yang merendahkan, dan kritikan tajam yang terus-menerus dilontarkan, bisa menyebabkan seseorang kehilangan harga dirinya sehingga ia merasa tidak berharga. Hati anak-anak, yang
lembut dan penuh kepercayaan, sangat mudah terkena dampak yang menghancurkan dari cacian.—Kolose 3:21.
14 Dengan kata-kata yang sangat tandas, Alkitab mengutuk
cercaan, yaitu kebiasaan menjelekkan orang dengan kata-kata
yang bersifat menghina atau merendahkan harga dirinya. Seseorang yang terbiasa menggunakan kata-kata semacam itu
membahayakan dirinya, sebab seorang pencerca dapat disingkirkan dari sidang kalau ia tidak mengindahkan upaya yang
berulang kali dibuat untuk membantunya berubah. Kalau ia
tidak berubah, ia juga bisa kehilangan berkat Kerajaan. (1 Korintus 5:11-13; 6:9, 10) Jadi, jelaslah, kita pasti tidak bisa tetap
13, 14. (a) Dampak apa yang bisa ditimbulkan oleh cacian atas para
pendengarnya? (b) Apa cercaan itu, dan mengapa seorang pencerca
membahayakan dirinya?
Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’
139
berada dalam kasih Allah jika kita terbiasa mengucapkan katakata yang tidak sehat, tidak benar, atau tidak pengasih. Katakata seperti itu menjatuhkan.
PERKATAAN YANG ’BAIK UNTUK MEMBANGUN’
Bagaimana kita dapat menggunakan karunia berbicara sesuai dengan yang dimaksudkan oleh sang Pemberi? Ingatlah
bahwa Firman Allah mendesak kita untuk mengucapkan ”perkataan apa pun yang baik, untuk membangun”. (Efesus 4:29)
Yehuwa senang apabila perkataan kita membina, membangkitkan semangat, dan menguatkan orang lain. Maka, kita perlu
berpikir baik-baik sebelum berbicara. Alkitab tidak memberikan peraturan khusus yang harus diikuti, dan juga tidak mencantumkan apa saja jenis ’perkataan sehat’ yang diperkenan.
(Titus 2:8) Agar dapat mengucapkan perkataan yang ’baik untuk membangun’, ada baiknya kita mengingat tiga hal sederhana tetapi penting yang menjadi ciri tutur kata yang membina,
yaitu sehat, benar, dan pengasih. Sambil mengingat hal-hal tersebut, mari kita bahas beberapa contoh tutur kata yang membina.—Lihat kotak ”Apakah Tutur Kata Saya Membina?” di halaman 140.
16 Pujian yang tulus. Yehuwa maupun Yesus mengakui perlunya kata-kata pujian dan perkenan. (Matius 3:17; 25:1923; Yohanes 1:47) Sebagai orang Kristen, sebaiknya kita juga
memberikan pujian yang tulus kepada orang lain. Alasannya? ”Sepatah kata pada waktu yang tepat oh, betapa baiknya!” kata Amsal 15:23. Bertanyalah kepada diri sendiri: ’Bagaimana perasaan saya sewaktu menerima pujian yang tulus?
Tidakkah saya merasa puas dan besar hati?’ Ya, kata-kata pujian yang tulus memberi tahu Saudara bahwa ada yang memperhatikan Saudara, bahwa ada yang peduli, dan bahwa apa
yang Saudara lakukan benar-benar tidak sia-sia. Kata-kata yang
menghibur hati seperti itu membina keyakinan Saudara dan
15
15. Jelaskan apa perkataan ”yang baik untuk membangun” itu.
16, 17. (a) Mengapa kita perlu memuji orang lain? (b) Kesempatan
apa yang ada untuk memuji orang lain di sidang? dalam keluarga?
140
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
APAKAH TUTUR KATA SAYA MEMBINA?
Prinsip: ”Hendaklah ucapanmu selalu
menyenangkan.”—Kolose 4:6.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Kapan saya terakhir kali memberikan pujian yang tidak
hanya bersifat umum, tetapi spesifik?—1 Korintus 11:2;
Penyingkapan 2:1-3.
ˇ Apakah saya menunjukkan hormat kepada orang
lain dengan mengatakan tolong dan terima kasih?
—Kejadian 13:14; Yohanes 11:41.
ˇ Sewaktu mengobrol, apakah saya lebih banyak
berbicara tentang diri sendiri, atau apakah saya juga
berminat akan pikiran dan perasaan orang lain?
—Filipi 2:3, 4; Yakobus 1:19.
ˇ Apakah informasi yang
saya miliki tentang seseorang saya gunakan untuk membina dia atau
untuk menjatuhkan dia?
—Amsal 15:1, 2.
ˇ Bagaimana perasaan
saya terhadap kata-kata
yang tidak sopan, dan
pandangan saya tentang hal itu mengungkapkan apa tentang isi
hati saya?—Lukas 6:45;
Yakobus 3:10, 11.
Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’
141
menggerakkan Saudara untuk bekerja dengan lebih bersungguh-sungguh lagi di kemudian hari. Karena Saudara bersyukur
sewaktu menerima pujian, tidakkah seharusnya Saudara juga
berusaha keras untuk memberikan pujian kepada orang lain?
—Baca Matius 7:12.
17 Berlatihlah untuk mencari hal-hal baik dalam diri orang
lain, kemudian berikan pujian. Di sidang, Saudara mungkin
mendengar khotbah yang dikembangkan dengan baik di salah satu acara perhimpunan, memperhatikan seorang remaja
sedang berupaya meraih cita-cita rohani, atau mengamati seorang lansia dengan setia menghadiri perhimpunan meskipun
memiliki keterbatasan karena usia. Kata-kata pujian yang tulus
bisa menyentuh hati orang-orang tersebut dan menguatkan
mereka secara rohani. Dalam keluarga, suami dan istri perlu
mendengar kata-kata pujian dan penghargaan yang tulus dari
satu sama lain. (Amsal 31:10, 28) Anak-anak khususnya akan
bertumbuh dengan sejahtera apabila merasa diperhatikan dan
dihargai. Pujian dan perkenan bagi seorang anak adalah bagaikan sinar matahari dan air bagi tanaman. Orang tua, carilah kesempatan untuk memuji anak-anak Saudara atas sifat-sifat dan
upaya mereka yang baik. Pujian seperti itu dapat membangun
keberanian dan keyakinan dalam diri anak-anak Saudara dan
mendorong mereka untuk berupaya lebih keras lagi dalam melakukan apa yang benar.
18 Penghiburan. Yehuwa sangat memperhatikan ”orang yang
rendah hati” dan ”orang-orang yang remuk”. (Yesaya 57:15)
Firman-Nya mendesak kita untuk ’terus menghibur satu sama
lain’ dan ’menghibur jiwa-jiwa yang tertekan’. (1 Tesalonika
5:11, 14) Kita dapat yakin bahwa Allah melihat dan menghargai upaya kita untuk menguatkan dan menghibur rekan-rekan
seiman yang sedang sedih.
19 Tetapi, apa yang dapat Saudara katakan untuk membina seorang rekan Kristen yang merasa kecil hati atau tertekan?
18, 19. Mengapa kita perlu berupaya keras untuk menguatkan dan
menghibur rekan-rekan seiman, dan bagaimana kita dapat melakukannya?
142
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Jangan merasa Saudara haYehuwa senang jika
rus menyelesaikan masalahperkataan kita membina
nya. Banyak contoh memorang lain
perlihatkan bahwa kata-kata
yang sederhana sering kali
sangat bermanfaat. Yakinkan orang yang patah
semangat itu bahwa Saudara peduli. Ajaklah orang
yang kecil hati itu berdoa
bersama dengan suara keras; Saudara dapat meminta
Yehuwa membantu dia menyadari bahwa orang lain
dan Allah sangat mengasihinya. (Yakobus 5:14, 15) Pulihkan kepercayaannya bahwa ia dibutuhkan dan
dihargai sebagai anggota sidang. (1 Korintus 12:12-26) Bacakan sebuah ayat yang membesarkan hati untuk meyakinkan dia bahwa Yehuwa benar-benar peduli kepadanya sebagai pribadi. (Mazmur 34:18; Matius
10:29-31) Dengan menggunakan cukup banyak waktu untuk
menyampaikan ”perkataan yang baik” kepada orang yang putus asa itu dan berbicara dari hati, ia tentu akan terbantu untuk
merasa dikasihi dan dihargai.—Baca Amsal 12:25.
20 Nasihat yang ampuh. Sebagai makhluk yang tidak sempurna, kita semua perlu mendapat nasihat dari waktu ke waktu. Alkitab menganjurkan kita, ”Dengarkanlah nasihat dan
terimalah disiplin, agar engkau menjadi berhikmat di masa depanmu.” (Amsal 19:20) Bukan hanya para penatua yang bisa
memberikan nasihat kepada orang lain. Orang tua menasihati
anak-anak. (Efesus 6:4) Saudari-saudari yang matang mungkin
perlu menasihati wanita yang lebih muda. (Titus 2:3-5) Kasih
20, 21. Apa saja yang membuat sebuah nasihat ampuh?
Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’
143
akan orang lain menggerakkan kita untuk ingin memberikan
nasihat yang dapat diterima oleh si pendengar tanpa merasa
tertekan. Apa yang dapat membantu kita memberikan nasihat
seperti itu? Perhatikan tiga hal yang membuat nasihat lebih
ampuh: sikap sang penasihat dan tujuannya menasihati, dasar
untuk nasihat itu, dan caranya nasihat diberikan.
21 Nasihat yang ampuh berawal dari sang penasihat. Tanyalah kepada diri sendiri, ’Apa yang membuat sebuah nasihat
mudah saya terima?’ Kalau Saudara tahu bahwa orang yang
menasihati Saudara peduli kepada Saudara, tidak berbicara karena sedang kesal, dan tidak mempunyai maksud yang tersembunyi, nasihat itu lebih mudah diterima. Jadi, apabila Saudara menasihati orang lain, bukankah sikap dan tujuan Saudara
sepatutnya juga begitu? Nasihat yang manjur juga didasarkan
pada Firman Allah. (2 Timotius 3:16) Entah berupa kutipan
langsung dari Alkitab atau bukan, nasihat apa pun yang kita berikan harus berdasarkan Alkitab. Maka, para penatua hendaknya berhati-hati agar tidak memaksakan pandangan pribadi
mereka kepada orang lain; juga tidak memutarbalikkan Alkitab, sehingga tampak seolah-olah Alkitab mendukung pandangan pribadi. Nasihat juga akan lebih jitu kalau disampaikan
dengan cara yang benar. Nasihat yang digarami dengan kebaikan hati lebih mudah diterima dan tidak membuat si penerima
kehilangan martabatnya.—Kolose 4:6.
22 Jelaslah, tutur kata adalah karunia yang berharga dari
Allah. Kasih kepada Yehuwa hendaknya menggerakkan kita
untuk menggunakan karunia itu dan tidak menyalahgunakannya. Hendaklah kita ingat bahwa perkataan kita memiliki kuasa—kuasa untuk membina atau menjatuhkan. Maka, marilah
kita berupaya keras menggunakan karunia ini sesuai dengan
yang dimaksudkan oleh sang Pemberi, yaitu ”untuk membangun”. Dengan demikian, tutur kata kita akan menyegarkan
orang-orang di sekitar kita dan membantu kita tetap berada
dalam kasih Allah.
22. Apa tekad Saudara sehubungan dengan penggunaan karunia berbicara?
PASAL 13
Berbagai Perayaan yang Tidak
Menyenangkan Allah
”Teruslah pastikan apa yang diperkenan
Tuan.”—EFESUS 5:10.
”PARA penyembah yang benar,” kata Yesus, ”akan menyembah
Bapak dengan roh dan kebenaran, karena, sesungguhnya, Bapak mencari orang-orang yang seperti itu supaya mereka menyembah dia.” (Yohanes 4:23) Pada waktu Yehuwa menemukan
orang-orang seperti itu—sebagaimana Ia menemukan Saudara—Ia menarik mereka kepada-Nya dan kepada Putra-Nya. (Yohanes 6:44) Benar-benar suatu kehormatan! Tetapi, para pencinta kebenaran Alkitab harus ’terus memastikan apa yang
diperkenan Tuan’, sebab Setan adalah penipu ulung.—Efesus
5:10; Penyingkapan 12:9.
2 Perhatikan apa yang terjadi di dekat Gunung Sinai ketika
orang Israel meminta Harun membuatkan suatu allah untuk
mereka. Harun dengan berat hati menuruti keinginan mereka,
lalu membuat sebuah anak lembu emas tetapi dia secara tidak
langsung menyatakan bahwa patung itu melambangkan Yehuwa. ”Besok ada perayaan bagi Yehuwa,” katanya. Apakah Yehuwa bersikap masa bodoh terhadap peleburan agama yang sejati
dengan yang palsu? Tidak. Atas perintah-Nya, kira-kira 3.000 penyembah berhala dibunuh. (Keluaran 32:1-6, 10, 28) Hikmahnya? Jika kita ingin tetap berada dalam kasih Allah, kita tidak boleh ”menyentuh apa pun yang najis” dan harus dengan
sungguh-sungguh menjaga kebenaran tetap bersih dari apa pun
1. Orang-orang seperti apa yang Yehuwa tarik kepada-Nya, dan mengapa mereka harus tetap waspada secara rohani?
2. Jelaskan bagaimana Yehuwa memandang orang yang mencoba
melebur agama yang sejati dengan yang palsu.
Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah
145
yang bersifat merusak.—Yesaya 52:11; Yehezkiel 44:23; Galatia
5:9.
3 Sayang sekali, setelah kematian para rasul, yang menjadi penahan kemurtadan, orang Kristen palsu yang tidak mengasihi
kebenaran mulai menerima berbagai kebiasaan, perayaan, dan
hari raya kafir, yang mereka beri cap Kristen. (2 Tesalonika 2:
7, 10) Kalau Saudara perhatikan, beberapa perayaan tersebut tidak mencerminkan roh Allah, tetapi roh dunia. Umumnya, berbagai perayaan duniawi memiliki kesamaan, yaitu memikat keinginan daging dan mendukung kepercayaan agama palsu serta
spiritisme. Semua ini adalah ciri khas ”Babilon Besar”.1 (Penyingkapan 18:2-4, 23) Ingatlah juga bahwa Yehuwa melihat
sendiri kebiasaan agama kafir yang menjijikkan yang menjadi
sumber dari banyak kebiasaan yang sudah umum. Tidak diragukan, dewasa ini pun Ia merasa jijik terhadap perayaan-perayaan seperti itu. Tidakkah kita seharusnya menganggap pandangan-Nya tersebut sangat penting?—2 Yohanes 6, 7.
4 Sebagai orang Kristen sejati, kita tahu bahwa perayaan-perayaan tertentu tidak menyenangkan Yehuwa. Tetapi, kita harus memiliki tekad kuat dalam hati untuk tidak merayakannya
sama sekali. Tinjauan kembali tentang alasan Yehuwa tidak senang dengan perayaan seperti itu akan memperkuat tekad kita
untuk menghindari apa pun yang bisa menghalangi kita tetap
berada dalam kasih Allah.
NATAL—NAMA BARU UNTUK
PENYEMBAHAN MATAHARI
5 Alkitab tidak menyebutkan perayaan hari lahir untuk Yesus.
Malah, tanggal lahirnya tidak diketahui dengan pasti. Tetapi,
kita dapat yakin bahwa ia tidak lahir pada tanggal 25 Desember
1 Lihat kotak ”Bolehkah Saya Ikut Merayakannya?” di halaman 148-149.
Sejumlah hari raya dan perayaan tertentu disebutkan dalam Indeks Publikasi
Menara Pengawal, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
3, 4. Mengapa kita harus memperhatikan baik-baik prinsip Alkitab
sewaktu memeriksa kebiasaan dan perayaan yang sudah umum?
5. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal
25 Desember?
146
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
di musim dingin di bagian dunia tersebut.1 Karena menurut
catatan Lukas, ketika Yesus dilahirkan, ”ada gembala-gembala
yang tinggal di tempat terbuka” yang sedang menjaga kambingdomba mereka. (Lukas 2:8-11) Seandainya mereka biasa ”tinggal di tempat terbuka” sepanjang tahun, keterangan itu tidak
penting. Tetapi, karena di Betlehem ada banyak hujan dan salju
selama musim dingin, kawanan ternak dibawa ke kandang dan
para gembala tidak mungkin ”tinggal di tempat terbuka”. Selain itu, Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem karena Kaisar Agustus memerintahkan sensus penduduk. (Lukas 2:1-7) Sangat kecil kemungkinannya Kaisar akan memerintahkan rakyat yang
sudah merasa kesal terhadap pemerintah Romawi untuk mengadakan perjalanan ke kota leluhur mereka pada saat yang paling
dingin di musim dingin.
6 Natal tidak berasal dari Alkitab, tetapi dari perayaan-perayaan kafir kuno, seperti Saturnalia, yang dirayakan orang Romawi
untuk Saturnus, dewa pertanian. Di samping itu, menurut perhitungan mereka, pada tanggal 25 Desember para penyembah
Dewa Mitra merayakan ”hari lahir matahari yang tak terkalahkan”, kata New Catholic Encyclopedia. ”Natal mulai dirayakan
pada masa manakala penyembahan matahari sangat berpengaruh di Roma”, sekitar tiga abad setelah kematian Kristus.
7 Selama perayaan mereka, orang kafir bertukar hadiah dan
mengadakan jamuan makan besar—kebiasaan yang dipertahankan dalam Natal. Tetapi, sama seperti sekarang, pemberian hadiah pada musim perayaan pada zaman Romawi itu kebanyakan
tidak diberikan dengan semangat 2 Korintus 9:7, yang menyatakan, ”Hendaklah masing-masing melakukan sebagaimana yang
telah ia putuskan dalam hatinya, tidak dengan enggan atau dengan terpaksa, karena Allah mengasihi pemberi yang bersuka1 Berdasarkan perhitungan waktu Alkitab dan sejarah dunia, Yesus mungkin
lahir pada tahun 2 SM di bulan Etanim penanggalan Yahudi, yang jatuh pada
bulan September/Oktober penanggalan kita sekarang.—Lihat Pemahaman Alkitab, Jilid 2, halaman 1251-1252, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
6, 7. (a) Apa asal usul banyak kebiasaan Natal? (b) Apa bedanya pemberian hadiah pada waktu Natal dan pemberian dari orang Kristen?
Orang Kristen sejati
memberi berdasarkan
kasih
cita.” Orang Kristen sejati memberi berdasarkan kasih, tanpa
terikat pada tanggal-tanggal tertentu, dan tidak mengharapkan
balasan. (Lukas 14:12-14; baca Kisah 20:35.) Selain itu, mereka
sangat bersyukur karena telah dibebaskan dari hiruk pikuk Natal dan utang yang sangat membebani banyak orang pada saatsaat tersebut.—Matius 11:28-30; Yohanes 8:32.
8 Tetapi, ada yang mungkin menyatakan, ”Bukankah para
ahli nujum memberikan hadiah pada waktu Yesus lahir?” Tidak. Hadiah yang mereka berikan hanyalah suatu cara untuk
menyatakan hormat kepada seseorang yang penting, suatu kebiasaan yang umum pada zaman Alkitab. (1 Raja 10:1, 2, 10, 13;
Matius 2:2, 11) Malah, mereka tidak datang pada malam kelahiran Yesus. Pada waktu mereka tiba, Yesus bukan lagi bayi yang ditidurkan di palungan, melainkan sudah berumur beberapa bulan dan tinggal di sebuah rumah.
8. Apakah para ahli nujum memberikan hadiah pada waktu Yesus
lahir? Jelaskan.
148
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
BOLEHKAH SAYA IKUT MERAYAKANNYA?
Prinsip: ” ’Keluarlah dari antara mereka, dan
pisahkanlah dirimu,’ kata Yehuwa, ’dan berhentilah
menyentuh perkara yang najis’ ”; ” ’dan aku akan
menerima kamu.’ ”—2 Korintus 6:17.
Pertanyaan untuk diri sendiri tentang perayaan atau
kebiasaan yang sudah umum
ˇ Apakah perayaan itu jelas berasal dari kebiasaan
atau ajaran agama palsu, termasuk spiritisme?
—Yesaya 52:11; 1 Korintus 4:6; 2 Korintus 6:14-18;
Penyingkapan 18:4.
ˇ Apakah perayaan itu memberikan hormat atau
sanjungan yang berlebihan kepada seorang manusia,
suatu organisasi, atau lambang nasional?—Yeremia
17:5-7; Kisah 10:25, 26; 1 Yohanes 5:21.
ˇ Apakah perayaan itu mengunggulkan satu bangsa
atau suku?—Kisah 10:34, 35; 17:26.
ˇ Apakah perayaan itu mencerminkan ”roh dunia”,
yang bertentangan dengan roh kudus Allah?
—1 Korintus 2:12; Efesus 2:2.
ˇ Dengan ikut merayakannya, apakah saya bisa
membuat orang lain tersandung?—Roma 14:21.
ˇ Kalau saya memilih untuk tidak ikut merayakannya,
bagaimana saya akan menjelaskan alasannya dengan
sopan?—Roma 12:1, 2; Kolose 4:6.
Ayat-ayat berikut bisa membantu menjawab
pertanyaan tentang perayaan yang sudah umum:
ˇ ”[Orang-orang Israel yang tidak setia]
membaur dengan bangsa-bangsa dan mempelajari
pekerjaan-pekerjaannya.”—Mazmur 106:35.
Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah
ˇ ”Orang yang setia dalam perkara kecil juga setia
dalam perkara besar, dan orang yang tidak adil-benar
dalam perkara kecil juga tidak adil-benar dalam
perkara besar.”—Lukas 16:10.
ˇ ”Kamu bukan bagian dari dunia.”—Yohanes 15:19.
ˇ ”Kamu tidak dapat mengambil bagian dari ’meja
Yehuwa’ dan juga meja hantu-hantu.”—1 Korintus
10:21.
ˇ ”Selama waktu yang telah lewat kamu sudah cukup
melakukan kehendak bangsa-bangsa, bertingkah laku
bebas, bertindak dengan hawa nafsu, minum anggur
dengan berlebihan, berpesta pora, melakukan
perlombaan minum dan penyembahan berhala
yang menyalahi hukum.”—1 Petrus 4:3.
149
150
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
HARI LAHIR MENURUT ALKITAB
Meskipun kelahiran bayi selalu sangat membahagiakan, Alkitab tidak menyebutkan ada hamba Allah yang merayakan
hari lahirnya. (Mazmur 127:3) Apakah hal ini mungkin terlupakan? Tidak, karena Alkitab menyebutkan dua perayaan hari lahir—yang diadakan oleh seorang Firaun Mesir dan Herodes Antipas. (Baca Kejadian 40:20-22; Markus 6:21-29.) Tetapi, kedua
peristiwa itu meninggalkan kesan buruk—terutama yang terakhir, yang menyebabkan Yohanes Pembaptis dipancung.
10 Menurut The World Book Encyclopedia, ”Orang Kristen
masa awal menganggap perayaan kelahiran sebagai kebiasaan
9
9. Apa yang patut diperhatikan tentang perayaan hari lahir yang disebutkan dalam Alkitab?
10, 11. Bagaimana pandangan orang Kristen masa awal tentang perayaan hari lahir, dan mengapa?
HARI-HARI RAYA DAN SETANISME
Menarik untuk memperhatikan bahwa hari yang paling penting dalam agama yang disebut Setanisme
adalah hari lahir seseorang. Mengapa? Karena para
penganutnya percaya bahwa setiap orang adalah allah
kalau ia memang menganggap dirinya allah. Jadi, merayakan hari lahir seseorang berarti merayakan kelahiran suatu allah. Tentu, kebanyakan orang tidak memiliki pandangan yang begitu tinggi dan muluk
tentang dirinya. Meskipun demikian, buku The Lore of
Birthdays mengatakan, ”Hari raya lain membesarkan
hati, tetapi hari ulang tahun membesarkan ego.”
Hari raya paling ”kudus” kedua pada penanggalan
kaum Setanis adalah Malam Walpurga dan Halloween.
Menurut Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary,
Malam Walpurga adalah ”malam May Day saat para
tukang sihir konon mengadakan perjalanan menuju
tempat pertemuan yang telah ditentukan”.
Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah
151
kafir.” Orang Yunani zaman dulu, misalnya, percaya bahwa setiap orang mempunyai roh pelindung yang menungguinya sewaktu dia lahir dan setelah itu menjaga dia. Roh itu ”mempunyai hubungan gaib dengan dewa yang hari kelahirannya sama
dengan orang tersebut”, kata buku The Lore of Birthdays. Di samping itu, selama berabad-abad hari lahir dikaitkan dengan ramalan bintang.
11 Hamba-hamba Allah pada zaman dulu menolak kebiasaan
yang berkaitan dengan hari lahir selain karena berasal dari kekafiran dan terkait dengan spiritisme, kemungkinan besar juga
karena prinsip-prinsip yang mereka anut. Mengapa demikian?
Mereka adalah pria dan wanita sederhana yang tidak menganggap kelahiran mereka di dunia sedemikian pentingnya sehingga harus dirayakan.1 (Mikha 6:8; Lukas 9:48) Sebaliknya, mereka memuliakan Yehuwa dan bersyukur kepada-Nya atas karunia
kehidupan yang berharga.2—Mazmur 8:3, 4; 36:9; Penyingkapan 4:11.
12 Semua orang yang mati setia akan aman dalam ingatan
Allah, dan kehidupan mereka di masa depan terjamin. (Ayub
14:14, 15) Pengkhotbah 7:1 mengatakan, ”Sebuah nama [yang
baik] lebih baik daripada minyak yang baik, dan hari kematian
lebih baik daripada hari kelahiran.” Kita bisa memperoleh nama
yang baik di hadapan Allah jika kita melayani-Nya dengan setia. Patut diperhatikan bahwa orang Kristen diperintahkan untuk merayakan satu peristiwa saja, yang justru tidak berkaitan
dengan kelahiran, tetapi dengan kematian—yaitu kematian Yesus, yang memiliki ”nama” yang unggul dan sangat penting untuk keselamatan kita.—Ibrani 1:3, 4; Lukas 22:17-20.
1 Lihat kotak ”Hari-Hari Raya dan Setanisme”, di halaman 150.
2 Perjanjian Hukum menuntut agar seorang wanita memberikan persembahan dosa kepada Allah setelah ia melahirkan. (Imamat 12:1-8) Tuntutan hukum
ini merupakan pengingat yang menyedihkan bahwa manusia meneruskan dosa
kepada anak mereka. Dengan demikian, orang Israel bisa memiliki pandangan
yang seimbang tentang kelahiran seorang anak dan bisa jadi membuat mereka
tidak menerima kebiasaan kafir yang berkaitan dengan hari lahir.—Mazmur 51:5.
12. Mengapa dikatakan bahwa hari kematian lebih baik daripada hari
kelahiran?
152
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
PASKAH—PEMUJAAN KESUBURAN
YANG TERSELUBUNG
13 Paskah, yang diperkenalkan sebagai perayaan kebangkitan Kristus, sebenarnya bersumber dari agama palsu. Kata bahasa Inggris untuk Paskah, yaitu Easter, ada kaitannya dengan Eostre, atau Ostara, yaitu dewi fajar dan dewi musim semi orang
Anglo-Saxon. Dan, bagaimana telur dan kelinci sampai digunakan dalam Paskah? Telur ”dikenal sebagai lambang kehidupan
baru dan kebangkitan”, kata Encyclopædia Britannica, sedangkan kelinci sudah lama digunakan sebagai lambang kesuburan.
Karena itu, Paskah sebenarnya adalah upacara kesuburan yang
bertopengkan perayaan kebangkitan Kristus.1
14 Apakah Yehuwa berkenan jika upacara kesuburan yang menjijikkan digunakan untuk memperingati kebangkitan Putra-Nya?
Tentu saja tidak! (2 Korintus 6:17, 18) Sesungguhnya, Alkitab
sama sekali tidak pernah memerintahkan atau menyetujui perayaan memperingati kebangkitan Yesus. Jadi, merayakan dan menyebutnya Paskah adalah tindakan yang sangat tidak loyal.
ASAL USUL HALLOWEEN
Halloween, yang dirayakan pada tanggal 31 Oktober dan dikenal dengan tukang sihirnya, peri jahatnya, dan dekorasi serta
pernak-pernik lain yang aneh-aneh, berasal dari orang Kelt kuno
di Inggris dan Irlandia. Pada waktu bulan purnama yang terdekat dengan tanggal 1 November, mereka merayakan festival Samhain, yang artinya ”Akhir Musim Panas”. Mereka percaya bahwa
pada waktu Samhain, tirai antara manusia dan dunia gaib dibuka dan roh-roh yang baik dan jahat berkeliaran di bumi. Jiwajiwa orang mati konon kembali ke rumah mereka, dan keluargakeluarga menyajikan makanan dan minuman untuk tamu-tamu
mereka dari alam roh untuk menenangkan mereka. Dewasa ini,
15
1 Eostre (atau Eastre) juga adalah dewi kesuburan. Menurut The Dictionary of
Mythology, ”sang dewi memiliki seekor kelinci di bulan yang suka telur dan kadang ia digambarkan berkepala kelinci”.
13, 14. Apa sumber dari kebiasaan Paskah?
15. Apa asal usul Halloween, dan apa yang patut diperhatikan berkenaan dengan tanggal yang dipilih untuk merayakannya?
Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah
153
anak-anak berpakaian seperti hantu atau tukang sihir lalu pergi
dari rumah ke rumah meminta permen, dan kalau tidak diberi,
mereka mengancam akan mengganggu mereka. Tanpa disadari,
mereka sesungguhnya melestarikan tradisi Samhain.
JAUHKAN ACARA PERNIKAHAN SAUDARA
DARI KECEMARAN
16 Tidak lama lagi, ”suara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan pernah terdengar lagi di dalam [Babilon Besar]”. (Penyingkapan 18:23) Mengapa? Salah satu penyebabnya
adalah praktek-praktek spiritismenya, yang dapat mencemari sebuah perkawinan sejak hari pernikahan.—Markus 10:6-9.
17 Tata cara pernikahan di setiap negeri tidak sama. Ada yang
mungkin kelihatannya tidak salah padahal bisa jadi bersumber dari kebiasaan ala Babilon yang konon akan mendatangkan
keberuntungan atas mempelai atau tamu-tamu mereka. (Yesaya 65:11) Salah satu tradisi ialah menebarkan beras atau benda
lain, seperti guntingan kertas berwarna. Kebiasaan ini mungkin
bersumber dari kepercayaan bahwa makanan bisa menenangkan
roh jahat dan mencegah mereka agar tidak mencelakai pengantin wanita dan pria. Selain itu, beras sudah lama dihubung-hubungkan dengan kesuburan, kebahagiaan, dan umur panjang.
Jelaslah, semua orang yang ingin tetap berada dalam kasih Allah
akan menjauhi kebiasaan yang cemar semacam itu.—Baca 2 Korintus 6:14-18.
18 Hamba-hamba Yehuwa juga menjauhi kebiasaan duniawi
yang bisa membuat upacara dan resepsi pernikahan tidak bersifat Kristen atau bisa mengganggu hati nurani orang lain. Misalnya, sewaktu menyampaikan khotbah atau kata sambutan, mereka menghindari kata-kata yang menyinggung perasaan atau
16, 17. (a) Mengapa pasangan Kristen yang berencana untuk menikah hendaknya memeriksa tata cara pernikahan setempat dengan
bantuan prinsip-prinsip Alkitab? (b) Mengenai kebiasaan seperti menebarkan beras atau benda lain, apa yang harus dipikirkan orang
Kristen?
18. Prinsip-prinsip Alkitab apa yang hendaknya menjadi pedoman
bagi pasangan yang merencanakan pesta pernikahan maupun para
undangan?
154
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
berbau seksual dan lelucon atau pernyataan yang bisa mempermalukan pasangan yang baru menikah dan orang lain. (Amsal
26:18,19; Lukas 6:31; 10:27) Mereka juga tidak akan mengadakan
resepsi mewah bagaikan cerita dongeng yang merupakan ”pameran sarana kehidupan seseorang”, dan tidak mencerminkan
kesahajaan. (1 Yohanes 2:16) Jika Saudara berencana untuk menikah, jangan sekali-kali lupa bahwa Yehuwa ingin agar Saudara
selalu bisa mengenang hari istimewa Saudara dengan penuh sukacita, bukan dengan penyesalan.1
BERSULANG—BERKAITAN DENGAN AGAMA?
Kebiasaan umum pada pesta pernikahan dan acara ramah
tamah lainnya ialah bersulang. Menurut International Handbook
on Alcohol and Culture tahun 1995, ”Bersulang . . . boleh jadi
adalah kebiasaan zaman sekarang yang merupakan sisa dari upacara keagamaan zaman dahulu untuk mempersembahkan minuman kudus kepada para dewa . . . sebagai ganti permohonan,
doa yang diringkas dengan kata-kata ’semoga panjang umur!’
atau ’demi kesehatan Anda!’ ”
20 Memang, banyak orang mungkin tidak berpikir bahwa bersulang ada kaitannya dengan agama atau takhayul. Tetapi, kebiasaan mengangkat gelas anggur tinggi-tinggi bisa dipandang sebagai permohonan kepada ”surga”—kekuatan yang lebih unggul
daripada manusia—untuk memperoleh berkat dengan cara yang
tidak selaras dengan ajaran Alkitab.—Yohanes 14:6; 16:23.2
19
”HAI, ORANG-ORANG YANG MENGASIHI YEHUWA,
BENCILAH APA YANG JAHAT”
21 Standar dunia dewasa ini yang semakin merosot tajam,
yang secara langsung ataupun tidak langsung didukung oleh
1 Lihat tiga artikel tentang pesta pernikahan dan pertemuan ramah tamah dalam Menara Pengawal 15 Oktober 2006, halaman 18-31.
2 Lihat Menara Pengawal 15 Februari 2007, halaman 30-31.
19, 20. Apa yang dikatakan sebuah buku tentang asal usul bersulang,
dan mengapa kebiasaan ini tidak dapat diterima orang Kristen?
21. Meskipun mungkin tidak ada kaitannya dengan agama, perayaan
umum apa yang akan dihindari seorang Kristen, dan mengapa?
Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah
155
Babilon Besar, bisa terlihat dari karnaval tahunan atau Mardi
Gras. Beberapa negeri mensponsori karnaval seperti itu, yang
diwarnai oleh tarian yang cabul dan yang mungkin bahkan
mengelu-elukan gaya hidup kaum homoseksual dan lesbian. Apakah pantas bagi orang yang mengasihi Yehuwa untuk menghadiri atau menonton acara seperti itu? Dengan melakukan hal itu, apakah ia menunjukkan bahwa ia benar-benar
membenci apa yang jahat? (Mazmur 1:1, 2; 97:10) Betapa jauh
lebih baik untuk meniru sikap pemazmur yang berdoa, ”Palingkanlah mataku agar tidak melihat apa yang tidak berguna”!
—Mazmur 119:37.
22 Pada hari-hari raya duniawi, seorang Kristen akan berhatihati agar tindakannya tidak memberi kesan kepada orang lain
bahwa ia ikut merayakannya. Paulus menulis, ”Jika kamu makan atau minum atau melakukan apa pun yang lain, lakukanlah
segala sesuatu demi kemuliaan Allah.” (1 Korintus 10:31; lihat
kotak ”Membuat Keputusan yang Bijaksana”, di halaman 158159.) Sebaliknya, jika suatu kebiasaan atau perayaan jelas-jelas
tidak mengandung makna agama palsu, bukan bagian dari perayaan yang bersifat politik atau patriotik, dan tidak melanggar
prinsip-prinsip Alkitab, setiap orang Kristen bisa membuat keputusan pribadi apakah ia akan ikut merayakannya atau tidak.
Dan, ia akan memikirkan perasaan orang lain agar tidak menjadi sandungan.
MULIAKAN ALLAH DENGAN
PERKATAAN DAN PERBUATAN
23 Banyak orang memandang hari-hari raya tertentu sebagai kesempatan bagi keluarga dan sahabat untuk berkumpul. Jadi, kalau ada yang memiliki anggapan yang keliru bahwa pendirian kita yang berdasarkan Alkitab itu tidak pengasih
22. Dalam situasi apa seorang Kristen bisa memutuskan berdasarkan
hati nuraninya apakah ia akan ikut dalam suatu perayaan atau tidak?
23, 24. Bagaimana kita dapat memberikan kesaksian yang baik tentang standar-standar Yehuwa yang benar?
156
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
IBADAT SEJATI MENGHASILKAN
SUKACITA TERBESAR
Yehuwa adalah ”Allah yang bahagia”, dan Ia
menginginkan hamba-hamba-Nya bahagia. (1 Timotius 1:11) Fakta ini tercermin dalam ayat-ayat berikut:
”Orang yang gembira hati berpesta senantiasa.”
—Amsal 15:15.
”Aku akhirnya tahu bahwa tidak ada yang lebih
baik bagi mereka daripada bersukacita dan berbuat
baik selama hidupnya; dan juga bahwa setiap orang
hendaknya makan dan tentu saja minum serta menikmati hal-hal baik untuk semua kerja kerasnya. Itu
pun pemberian Allah.”—Pengkhotbah 3:12, 13.
”Mengenai orang yang murah hati, ia akan memberi nasihat tentang kemurahan hati; dan demi kemurahan hati ia akan bangkit.”—Yesaya 32:8.
”Marilah kepadaku, kamu semua yang berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat, dan aku
[Yesus] akan menyegarkan kamu. . . . Karena kuk aku
nyaman dan tanggunganku ringan.”—Matius 11:
28, 30.
”Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”—Yohanes 8:32.
”Hendaklah masing-masing [memberi] sebagaimana yang telah ia putuskan dalam hatinya, tidak
dengan enggan atau dengan terpaksa, karena Allah
mengasihi pemberi yang bersukacita.”—2 Korintus
9:7.
”Buah roh adalah kasih, sukacita, damai, . . . kebaikan hati, kebaikan.”—Galatia 5:22.
”Buah dari terang terdiri dari setiap jenis kebaikan
dan keadilbenaran serta kebenaran.”—Efesus 5:9.
Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah
157
atau berlebihan, kita dapat dengan ramah menjelaskan bahwa
Saksi-Saksi Yehuwa menghargai acara kumpul-kumpul yang sehat bersama keluarga dan sahabat. (Amsal 11:25; Pengkhotbah
3:12, 13; 2 Korintus 9:7) Kita menikmati kebersamaan dengan
orang-orang yang kita cintai sepanjang tahun, tetapi karena
mengasihi Allah dan standar-standar-Nya yang benar, kita tidak
ingin menodai acara yang menyenangkan seperti itu dengan
kebiasaan yang menyakiti hati-Nya.—Lihat kotak ”Ibadat Sejati
Menghasilkan Sukacita Terbesar”, di halaman 156.
24 Ada Saksi yang memperoleh hasil baik sewaktu menyampaikan pokok-pokok dalam pasal 16 buku Apa yang Sebenarnya
Alkitab Ajarkan kepada orang-orang yang bertanya dengan tulus.1 Tetapi, ingatlah bahwa tujuan kita ialah memenangkan
hati, bukan perdebatan. Maka, perlihatkan hormat, tetaplah
bersikap lembut, dan ”hendaklah ucapanmu selalu menyenangkan, dibumbui dengan garam”.—Kolose 4:6.
25 Sebagai hamba Yehuwa, kita adalah umat yang terdidik.
Kita tahu mengapa kita memercayai, melakukan, dan menjauhi hal-hal tertentu. (Ibrani 5:14) Maka, orang tua, ajarlah
anak-anak Saudara berpikir berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab. Dengan begitu, Saudara membina iman mereka, Saudara
membantu mereka memberikan jawaban berdasarkan Alkitab
kepada orang yang mempertanyakan kepercayaan mereka, dan
Saudara meyakinkan mereka bahwa Yehuwa mengasihi mereka.—Yesaya 48:17, 18; 1 Petrus 3:15.
26 Semua orang yang menyembah Allah ”dengan roh dan
kebenaran” tidak hanya menghindari perayaan yang tidak sesuai dengan Alkitab, tetapi juga berusaha keras untuk jujur dalam setiap segi kehidupan. (Yohanes 4:23) Dewasa ini, banyak
orang menganggap kejujuran itu tidak menguntungkan. Tetapi, sebagaimana akan kita lihat dalam pasal berikut, jalan-jalan Allah selalu yang terbaik.
1 Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
25, 26. Bagaimana orang tua dapat membantu anak-anak mereka
bertumbuh dalam iman dan kasih kepada Yehuwa?
158
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
MEMBUAT KEPUTUSAN YANG BIJAKSANA
Kadang-kadang, timbul situasi yang menguji kasih kita kepada
Yehuwa dan pemahaman kita akan prinsip-prinsip Alkitab. Sebagai contoh, seorang Kristen diajak oleh teman hidupnya yang tidak seiman untuk makan bersama sanak keluarga pada hari raya
duniawi. Ada orang Kristen yang mungkin menerima ajakan tersebut dengan hati nurani yang bersih; yang lain, mungkin tidak. Jika
seorang Kristen menerima ajakan tersebut, tindakannya harus menunjukkan bahwa ia tidak merayakan hari raya itu dan bahwa ia datang sekadar untuk makan bersama para kerabat.
Tindakan berhikmat yang dapat diambil seorang Kristen ialah dengan penuh hormat membicarakan hal itu sebelumnya dengan teman hidupnya. Ia bisa menjelaskan kemungkinan timbulnya perasaan tidak enak jika sanak keluarga melakukan berbagai kegiatan
yang berkaitan dengan hari raya itu sedangkan Saksi tersebut menolak ikut serta. Bisa jadi teman hidup yang tidak seiman akan memutuskan untuk berkunjung pada hari lain.—1 Petrus 3:15.
Setelah mendengarkan penjelasan istrinya, bagaimana jika suami
seorang wanita Kristen tetap berkeras agar istrinya menemaninya?
Sang istri bisa bernalar bahwa sebagai kepala keluarga, suaminya
memiliki tanggung jawab untuk menyediakan makanan bagi keluarganya. (Kolose 3:18) Pada kesempatan ini, suami memenuhi
tanggung jawabnya dengan mengatur untuk makan bersama sanak keluarga. Sang istri mungkin bahkan bisa memberikan kesaksian yang baik pada kesempatan itu. Makanan tidak menjadi cemar
hanya karena dimakan pada hari raya duniawi. (1 Korintus 8:8) Seorang Kristen akan menganggapnya sebagai jamuan makan biasa
dan tidak ikut memberikan ucapan selamat, bernyanyi, bersulang,
dan sebagainya.
Hal lain yang perlu dipikirkan adalah pengaruh kehadirannya
atas orang lain. Seorang istri Kristen hendaknya mempertimbangkan kemungkinan bahwa orang yang mendengar tentang kunjungannya kepada kerabat duniawinya pada hari itu bisa tersandung.
—1 Korintus 8:9; 10:23, 24.
Di samping itu, apakah keluarga akan menekan istri Kristen itu
agar berkompromi, atau ikut terlibat dalam perayaan? Keinginan
Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah
159
untuk menghindari perasaan tidak enak bisa sangat kuat pengaruhnya! Maka, penting bagi istri Kristen tersebut untuk memikirkan hal
itu sebelumnya dengan saksama, mempertimbangkan semua hal
di atas, tentu, termasuk hati nuraninya sendiri sebagai orang Kristen.—Kisah 24:16.
Bolehkah Saya Menerima Bonus Natal?
Pada waktu Natal, majikan seorang Kristen mungkin memberikan hadiah atau bonus. Apakah orang Kristen itu harus menolaknya? Tidak selalu. Sang majikan mungkin bahkan tidak berpikir
bahwa dengan menerima bonus itu si penerima merayakan Natal.
Sang majikan mungkin hanya memberikan sebagian keuntungan
perusahaan kepada semua karyawannya. Atau, bonus itu adalah
tanda terima kasih atas jasa yang diberikan sepanjang tahun dan
juga dimaksudkan agar karyawan terus bekerja dengan baik. Sang
majikan mungkin memberikan hadiah kepada semua karyawan
—orang Yahudi, Muslim, atau yang lain—entah mereka merayakan Natal atau tidak. Jadi, fakta bahwa hadiah itu diberikan pada
hari-hari raya atau dikaitkan dengan suatu hari raya tidak perlu
dijadikan alasan seorang Saksi Yehuwa tidak boleh menerimanya.
Sekalipun hadiah itu diberikan dengan alasan hari raya agama,
tidak berarti si penerima dianggap memiliki pandangan keagamaan yang sama. Seorang rekan sekerja atau kerabat mungkin mengatakan kepada seorang Saksi, ”Saya tahu kamu tidak merayakan
hari raya ini, tetapi saya tetap ingin kamu menerima hadiah saya
ini.” Jika hati nurani orang Kristen itu tidak terganggu, ia bisa memutuskan untuk menerima hadiah tersebut dan mengucapkan terima kasih tanpa menyinggung hari raya itu. (Kisah 23:1) Mungkin
pada kesempatan lain, orang Kristen tersebut dapat dengan bijaksana menjelaskan pendiriannya, sewaktu keadaannya cocok sehingga si pemberi tidak akan tersinggung.
Tetapi, bagaimana kalau si pemberi hadiah jelas ingin membuktikan bahwa iman orang Kristen itu tidak kuat atau bahwa ia
akan mengalah demi keuntungan materi? Kalau begitu, yang terbaik tentu adalah menolak hadiah itu. Yang pasti, kita hanya ingin
mengabdi kepada Allah Yehuwa saja.—Matius 4:8-10.
PASAL 14
Jujurlah dalam Segala Hal
”Kami ingin bertingkah laku jujur dalam segala
perkara.”—IBRANI 13:18.
SEORANG ibu bersama putranya yang masih kecil keluar dari
sebuah toko. Tiba-tiba sang anak berhenti dengan wajah kaget.
Di tangannya ada sebuah mainan kecil yang ia ambil dari toko
itu. Ia lupa mengembalikannya atau lupa bertanya apakah ibunya mau membelikan mainan itu untuknya. Karena ketakutan, ia memanggil ibunya. Lalu, ibunya menenangkan dia dan
mengajaknya kembali ke toko agar dia mengembalikan mainan tersebut dan meminta maaf. Sewaktu dia melakukannya,
hati ibunya diliputi perasaan sukacita dan bangga. Mengapa?
2 Orang tua selalu senang melihat anak mereka belajar pentingnya kejujuran. Demikian pula Bapak kita yang adalah
”Allah kebenaran”. (Mazmur 31:5) Sewaktu mengamati kita
bertumbuh ke kematangan rohani, Ia senang melihat kita berupaya jujur. Karena kita ingin menyenangkan Dia dan tetap
berada dalam kasih-Nya, perasaan kita sama seperti yang dinyatakan rasul Paulus, ”Kami ingin bertingkah laku jujur dalam segala perkara.” (Ibrani 13:18) Tetapi, kadang-kadang kita
mungkin merasa sangat sulit untuk jujur dalam beberapa bidang kehidupan. Mari kita bahas empat bidang utama. Lalu,
kita akan membahas apa saja manfaat kejujuran.
3
JUJUR KEPADA DIRI SENDIRI
Kesulitan pertama ialah belajar untuk jujur kepada diri sen-
1, 2. Mengapa Yehuwa senang melihat upaya kita untuk jujur? Berikan contoh.
3-5. (a) Peringatan apa yang diberikan Firman Allah terhadap bahayanya menipu diri? (b) Apa yang akan membantu kita jujur kepada
diri sendiri?
Jujurlah dalam Segala Hal
161
diri. Sebagai manusia yang tidak sempurna kita mudah sekali
menipu diri. Misalnya, Yesus memberi tahu orang Kristen di
Laodikia bahwa mereka telah membohongi diri dengan berpikir bahwa mereka kaya, padahal kenyataannya mereka ”miskin, buta, dan telanjang” secara rohani—keadaan yang sungguh menyedihkan. (Penyingkapan 3:17) Dengan menipu diri,
situasi mereka justru semakin berbahaya.
4 Saudara mungkin juga mengingat peringatan sang murid Yakobus, ”Jika seseorang menganggap dirinya orang yang
beribadat namun tidak mengekang lidahnya, tetapi terus menipu hatinya, bentuk ibadat orang ini sia-sia.” (Yakobus 1:26)
Jika kita berpikir bahwa ibadat kita akan tetap diperkenan Yehuwa sekalipun kita menggunakan lidah dengan tidak sepatutnya, kita sebenarnya menipu hati kita. Ibadat kita kepada
Yehuwa akan sia-sia, sama sekali tidak berguna. Bagaimana caranya agar kita tidak menempuh haluan yang berbahaya seperti itu?
5 Dalam ayat-ayat sebelumnya, Yakobus menyamakan kebenaran firman Allah dengan sebuah cermin. Ia menasihati kita
agar meneliti hukum Allah yang sempurna dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan. (Baca Yakobus 1:23-25.) Alkitab
dapat membantu kita jujur kepada diri sendiri dan melihat
apa yang perlu kita lakukan untuk memperbaiki diri. (Ratapan 3:40; Hagai 1:5) Kita juga bisa berdoa kepada Yehuwa dan
meminta-Nya memeriksa kita, membantu kita melihat apakah
ada kesalahan serius, lalu mengakuinya dan memperbaiki diri.
(Mazmur 139:23, 24) Ketidakjujuran adalah kelemahan yang
tidak terlihat, dan pandangan kita tentang hal itu harus sama
dengan pandangan Bapak kita yang di surga. Amsal 3:32 berkata, ”Orang yang belat-belit memuakkan bagi Yehuwa, tetapi
Ia akrab dengan orang-orang yang lurus hati.” Yehuwa dapat
membantu kita memiliki perasaan yang sama dengan perasaan-Nya dan melihat diri sendiri seperti Ia melihat kita. Ingatlah perkataan Paulus, ”Kami ingin bertingkah laku jujur.” Kita
tidak dapat menjadi sempurna sekarang, tetapi kita dengan tulus ingin dan sungguh-sungguh berupaya untuk jujur.
162
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
KEJUJURAN DALAM KELUARGA
Kejujuran hendaknya menjadi ciri khas keluarga Kristen.
Karena itu, suami dan istri harus saling terbuka dan jujur. Dalam perkawinan Kristen tidak boleh ada perbuatan najis yang
menyakiti hati seperti menggoda lawan jenis, memupuk hubungan gelap melalui Internet, atau menggunakan pornografi dalam bentuk apa pun. Ada orang Kristen yang sudah
menikah yang melakukan perbuatan salah seperti itu dan menyembunyikannya dari teman hidupnya. Dengan berbuat demikian ia tidak jujur. Perhatikan kata-kata Raja Daud yang setia, ”Aku tidak duduk dengan orang-orang yang tidak benar;
dan dengan orang yang menyembunyikan siapa diri mereka,
aku tidak bergaul.” (Mazmur 26:4) Jika Saudara sudah menikah, jangan sekali-kali melakukan sesuatu yang bisa membuat
Saudara mulai terpikir untuk menyembunyikan keadaan Saudara yang sesungguhnya dari teJika kita jujur,
man hidup!
kita bisa menghindari
7 Sewaktu mengajar anak-anak
perbuatan salah
mereka nilai kejujuran, orang tua
yang bijaksana akan menggunakan contoh-contoh dalam Alkitab. Untuk contoh yang buruk,
ada kisah tentang Akhan, yang
mencuri dan berupaya menutupi
perbuatannya; tentang Gehazi,
yang berdusta demi memperoleh
keuntungan; dan tentang Yudas,
yang mencuri dan berlaku tidak
jujur karena berpura-pura menja6
6. Mengapa suami istri perlu jujur
terhadap satu sama lain, dan dengan
begitu, bahaya apa yang mereka hindari?
7, 8. Contoh apa saja dalam Alkitab
yang dapat membantu anak-anak belajar nilai kejujuran?
Jujurlah dalam Segala Hal
163
di sahabat Yesus tetapi mengkhianatinya.—Yosua 6:17-19; 7:1125; 2 Raja 5:14-16, 20-27; Matius 26:14, 15; Yohanes 12:6.
8 Untuk contoh yang baik, ada kisah tentang Yakub, yang
mendesak putra-putranya untuk mengembalikan uang yang
mereka temukan dalam kantong-kantong mereka karena ia pikir uang itu mungkin secara tidak sengaja ditaruh di sana; tentang Yefta dan putrinya, yang memenuhi ikrar bapaknya meskipun harus membuat pengorbanan pribadi yang besar; dan
tentang Yesus, yang dengan berani menyatakan siapa dirinya di hadapan kumpulan orang yang garang demi menggenapi nubuat dan melindungi sahabat-sahabatnya. (Kejadian
43:12; Hakim 11:30-40; Yohanes 18:3-11) Beberapa contoh ini
bisa memberi orang tua gambaran tentang informasi berharga
yang terdapat dalam Firman Allah yang dapat membantu mereka mengajar anak-anak mereka untuk mengasihi dan menghargai kejujuran.
9 Dengan mengajarkan hal itu, orang tua memikul tanggung
jawab penting. Rasul Paulus bertanya, ”Apakah engkau, yang
mengajar orang lain, tidak mengajar dirimu sendiri? Engkau,
yang memberitakan ’Jangan mencuri’, apakah engkau mencuri?” (Roma 2:21) Ada orang tua yang membuat anak-anak
mereka bingung dengan mengajarkan kejujuran tetapi mereka sendiri tidak jujur. Bagi mereka, mencuri barang-barang kecil dan sedikit berdusta mungkin bukan masalah dan mereka
berdalih, ”Ah, ini boleh diambil, kok” atau ”Bohong-bohong
sedikit tidak apa-apa.” Sebenarnya, mencuri adalah mencuri,
tidak soal berapa nilai barang yang dicuri, dan berdusta adalah berdusta, apa pun pokok pembicaraannya atau seberapa
besar dusta itu.1 (Baca Lukas 16:10.) Anak-anak cepat melihat
1 Di lingkup sidang, kebiasaan untuk mengatakan dusta besar yang jahat—jelas-jelas untuk merugikan orang lain—bisa dikenai tindakan pengadilan oleh
para penatua.
9. Apa yang hendaknya dihindari orang tua jika mereka ingin memberikan teladan kejujuran kepada anak-anak mereka, dan mengapa
teladan itu penting?
164
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
DUSTA ALA SETAN TENTANG DOSA YANG SERIUS
Mengenai dosa yang serius, ada beberapa dusta berbahaya yang Setan ingin Saudara percayai. Untunglah,
orang Kristen bukannya tidak mengetahui ”siasat-siasat
licik” si Iblis. (Efesus 6:11) Perhatikan tiga dusta semacam itu.
”Dosa dapat disembunyikan.” Yang benar adalah
bahwa Yehuwa melihat semua perbuatan kita. ”Segala
sesuatu telanjang dan terbuka di mata dia yang kepadanya kita memberikan pertanggungjawaban.” (Ibrani 4:
13) Karena Yehuwa mengetahui fakta-faktanya dan kita
harus bertanggung jawab kepada-Nya, untuk apa menambah kesalahan dengan berusaha menyembunyikan dosa serius dari hamba-hamba-Nya di bumi?
—Lihat juga 2 Samuel 12:12.
”Para penatua tidak dapat dipercaya, jadi, jangan
ceritakan apa-apa.” Raja Ahab yang jahat menyapa Elia
dengan kata-kata ini, ”Hai, musuhku.” (1 Raja 21:20)
Sebagai nabi Yehuwa di Israel, Elia sebenarnya bisa
membantu Ahab memperoleh pengampunan. Di sidang Kristen, Yesus menyediakan para penatua sebagai
”pemberian berupa manusia”. (Efesus 4:8) Meskipun tidak sempurna, para penatua ”menjaga jiwa [kita]”, artinya, memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan rohani kita. (Ibrani 13:17) Mereka bukan musuh; mereka
adalah sarana Yehuwa untuk membantu kita.
”Kita melindungi sahabat kalau kita membantu dia menyembunyikan dosanya.” Kenyataan sebenarnya adalah kita akan sangat merugikan orang yang
berbuat dosa kalau kita membantu dia menyembunyikan dosanya. Dosa serius adalah tanda penyakit rohani
yang parah; menyembunyikannya adalah sama seperti
tidak memberitahukan gejala penyakit serius kepada
dokter ahli. (Yakobus 5:14, 15) Si pedosa mungkin takut kalau-kalau ia akan didisiplin; tetapi disiplin adalah
bukti kasih Yehuwa, dan bisa jadi bahkan menyelamat-
Jujurlah dalam Segala Hal
165
kan kehidupan si pedosa. (Amsal 3:12; 4:13) Selain itu,
orang yang berkukuh pada dosanya kemungkinan besar akan benar-benar membahayakan orang lain di sidang. Sikapnya yang salah yang menyebabkan dia berdosa bisa menulari orang lain; apakah Saudara ingin
turut berperan dalam hal itu? (Imamat 5:1; 1 Timotius 5:22) Karena itu, dengan sungguh-sungguh pastikan
bahwa si pelaku kesalahan memberitahukan masalahnya kepada para penatua sidang.
kemunafikan dan hal itu bisa sangat merusak mereka. (Efesus
6:4) Tetapi, kalau mereka belajar kejujuran dari teladan orang
tua mereka, kemungkinan besar mereka akan menjadi orang
dewasa yang memuliakan Yehuwa di dunia yang tidak jujur
ini.—Amsal 22:6.
KEJUJURAN DALAM SIDANG
Pergaulan dengan rekan-rekan Kristen memberi kita banyak kesempatan untuk mengembangkan kejujuran. Sebagaimana kita pelajari di Pasal 12, kita perlu berhati-hati dalam
menggunakan karunia berbicara, khususnya di antara saudarasaudari rohani kita. Obrolan ringan bisa dengan begitu mudah
berubah menjadi gosip yang berbahaya, bahkan fitnah! Kalau
kita meneruskan cerita yang sumbernya tidak jelas, kita mungkin membantu menyebarkan dusta, sehingga jauh lebih baik
untuk mengendalikan bibir kita. (Amsal 10:19) Sebaliknya,
kita mungkin mengetahui suatu fakta yang benar, tetapi tidak
berarti bahwa hal itu layak dibicarakan. Contohnya, masalah
itu mungkin bukan urusan kita, atau mungkin tidak pengasih
untuk membicarakannya. (1 Tesalonika 4:11) Ada orang yang
menganggap jika kita berbicara apa adanya, itu sama dengan
kejujuran, tetapi kata-kata kita hendaknya selalu menyenangkan dan pengasih.—Baca Kolose 4:6.
10
10. Mengenai komunikasi yang jujur di antara rekan-rekan seiman,
apa yang perlu kita ingat?
166
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
11 Sangatlah penting untuk jujur kepada pria-pria terlantik
di sidang. Orang yang melakukan perbuatan salah yang serius akan memperparah masalahnya kalau ia mencoba menutup-nutupi dosanya dan berdusta kepada para penatua sidang
sewaktu ia ditanya. Orang seperti itu bahkan mulai bermuka dua, berpura-pura melayani Yehuwa padahal terus melakukan dosa serius. Malah, haluan tersebut menjadi pola hidup seseorang. (Mazmur 12:2) Yang lain lagi tidak memberitahukan
seluruh fakta kepada para penatua tetapi menyembunyikan
fakta-fakta penting. (Kisah 5:1-11) Orang berlaku tidak jujur sering kali karena memercayai dusta yang disebarkan oleh Setan.
—Lihat kotak ”Dusta ala Setan tentang Dosa yang Serius”, di
halaman 164-165.
12 Yang juga penting adalah jujur kepada organisasi Yehuwa
pada waktu kita menjawab pertanyaan secara tertulis. Misalnya, apabila melaporkan kegiatan kita dalam pelayanan, kita
tidak akan memalsukan fakta. Demikian pula, ketika mengisi
formulir permohonan untuk hak istimewa dinas tertentu, kita
sama sekali tidak boleh memberikan gambaran yang tidak benar tentang keadaan kesehatan kita yang sesungguhnya atau
segi lain dari kehidupan kita.—Baca Amsal 6:16-19.
13 Kita juga perlu jujur kepada rekan-rekan seiman dalam soal bisnis. Kadang-kadang, saudara dan saudari Kristen
mungkin melakukan bisnis bersama. Mereka hendaknya berhati-hati, memisahkan hal itu dari ibadat yang mereka lakukan di Balai Kerajaan atau dalam pelayanan. Kegiatan bisnis bisa berupa hubungan antara majikan dan karyawan. Jika
kita mempekerjakan seorang saudara atau saudari, kita tentu akan memperlakukan mereka dengan jujur, membayar gaji
mereka tepat waktu, sesuai dengan kesepakatan, dan disertai
11, 12. (a) Dengan cara apa saja orang yang melakukan perbuatan salah bisa memperparah masalahnya? (b) Sebutkan dusta yang
disebarkan oleh Setan sehubungan dengan dosa yang serius, dan
bagaimana kita dapat memeranginya? (c) Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita jujur terhadap organisasi Yehuwa?
13. Bagaimana kita dapat mempertahankan kejujuran dalam hubungan bisnis dengan rekan seiman?
Jujurlah dalam Segala Hal
167
APAKAH SAYA SELALU JUJUR?
Prinsip: ”Oh, Yehuwa, siapa yang akan menjadi tamu
di kemahmu? . . . Ia yang berjalan tanpa cela dan
mempraktekkan keadilbenaran dan memperkatakan
kebenaran dalam hatinya.”—Mazmur 15:1, 2.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Mengapa penting bagi saya untuk selalu mengatakan
kebenaran?—Amsal 6:16, 17.
ˇ Bagaimana saya dapat ”menyingkirkan dusta” sewaktu
mengisi formulir, seperti kertas ujian sekolah, formulir
pajak, atau data-data untuk pemerintah?—Efesus 4:25;
Yesaya 28:15; Matius 22:17-21; Roma 13:1-7.
ˇ Agar menjadi karyawan yang jujur, bagaimana
seharusnya tutur kata dan tindakan saya?—Amsal 11:1;
Efesus 4:28; Kolose 3:9, 10.
ˇ Jika saya memupuk cinta akan uang, bagaimana hal
itu bisa melemahkan upaya saya untuk jujur?
—Mazmur 37:21; 1 Timotius 6:9, 10.
168
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
uang tunjangan yang telah diatur atau dituntut oleh hukum.
(1 Timotius 5:18; Yakobus 5:1-4) Sebaliknya, jika kita menjadi
karyawan seorang saudara atau saudari, kita akan bekerja sebaik mungkin sehingga layak menerima gaji kita. (2 Tesalonika
3:10) Kita tidak mengharapkan perlakuan istimewa karena hubungan rohani kita, seolah-olah majikan kita wajib memberi
kita waktu bebas kerja, tunjangan, atau keuntungan lain yang
tidak diberikan kepada karyawan lain.—Efesus 6:5-8.
14 Bagaimana jika bisnis kita adalah semacam usaha patungan, mungkin dalam bentuk investasi atau pinjaman? Alkitab
memberikan prinsip yang penting dan berguna: Buatlah perjanjian tertulis yang resmi! Misalnya, ketika Yeremia membeli
sebidang tanah, ia menyuruh orang membuatkan akta pembelian rangkap dua, di hadapan saksi-saksi, dan menyimpannya
dengan aman untuk dijadikan acuan di kemudian hari. (Yeremia 32:9-12; lihat juga Kejadian 23:16-20.) Sewaktu berbisnis dengan rekan seiman, kita harus menuangkan semua
perincian dalam surat perjanjian yang disusun dengan saksama dan ditanda-tangani di hadapan saksi-saksi. Itu tidak berarti kita tidak percaya. Sebaliknya, hal itu membantu mencegah kesalahpahaman, kekecewaan, dan bahkan perselisihan
yang menyebabkan perpecahan. Setiap orang Kristen yang
melakukan bisnis bersama hendaknya ingat bahwa risiko dalam bisnis apa pun tidak boleh membahayakan persatuan dan
perdamaian sidang.1—1 Korintus 6:1-8.
KEJUJURAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Kejujuran seorang Kristen tidak terbatas pada lingkup sidang.
Paulus mengatakan, ”Kami ingin bertingkah laku jujur dalam
segala perkara.” (Ibrani 13:18) Berkenaan dengan masalah bisnis,
15
1 Mengenai apa yang harus dilakukan seandainya timbul masalah dalam usaha bisnis, lihat saran-saran dalam Apendiks, halaman 222-223.
14. Apabila orang Kristen membentuk usaha patungan, tindakan pencegahan apa yang sebaiknya mereka ambil, dan mengapa?
15. Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap ketidakjujuran dalam bisnis, dan bagaimana tanggapan orang Kristen terhadap hal yang sudah
umum itu?
Jujurlah dalam Segala Hal
169
Pencipta kita sangat berminat akan kejujuran. Dalam buku Amsal
saja, ada beberapa ayat yang menyebutkan tentang timbangan
yang tidak benar. (Amsal 11:1; 20:10, 23) Pada zaman dulu, timbangan dan anak timbangan biasa digunakan dalam berdagang
untuk menimbang barang yang dibeli dan uang yang digunakan untuk membelinya. Pedagang yang tidak jujur menggunakan
dua macam anak timbangan dan timbangan yang tidak benar untuk menipu dan mencurangi pelanggan mereka.1 Yehuwa membenci perbuatan seperti itu! Agar tetap berada dalam kasih-Nya,
kita dengan tegas menjauhi segala macam ketidakjujuran dalam
bisnis.
16 Karena Setan adalah penguasa dunia ini, kita tidak heran bahwa ketidakjujuran ada di mana-mana. Setiap hari kita bisa menghadapi godaan untuk tidak jujur. Pada waktu menulis riwayat hidup untuk melamar pekerjaan, orang umumnya berdusta dan
membesar-besarkan fakta, mengarang-ngarang surat rekomendasi dan melebih-lebihkan pengalaman mereka. Sewaktu mengisi formulir imigrasi, pajak, asuransi, dan formulir lain yang serupa, mereka umumnya memberikan jawaban yang tidak benar
demi mendapatkan apa yang diinginkan. Banyak pelajar menyontek pada waktu ujian, atau sewaktu membuat karya tulis dan laporan untuk sekolah, mereka mungkin membuka Internet dan menjiplak keterangan yang mereka peroleh, lalu menyajikan karya
orang lain seolah-olah itu adalah hasil karya mereka sendiri. Dan,
ketika berurusan dengan para pejabat yang korup, orang sering
memberikan uang suap untuk memperoleh apa yang diinginkan.
Kita tidak heran lagi dengan perilaku semacam itu di dunia yang
penuh dengan ’pencinta diri sendiri, pencinta uang, dan orang
yang tidak mengasihi kebaikan’.—2 Timotius 3:1-5.
17 Orang Kristen sejati bertekad untuk tidak melakukan hal-hal
itu. Yang adakalanya mempersulit orang untuk jujur ialah bahwa
1 Mereka menggunakan satu set anak timbangan untuk membeli dan yang
lain untuk menjual, sehingga mereka memperoleh keuntungan dari kedua belah pihak. Mereka mungkin juga menggunakan timbangan dengan satu lengan
lebih panjang atau lebih berat daripada yang lain sehingga mereka dapat mencurangi pelanggan setiap kali berdagang.
16, 17. Sebutkan bentuk ketidakjujuran yang umum di dunia dewasa ini, dan orang Kristen sejati bertekad untuk melakukan apa?
170
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
orang yang tidak jujur tampaknya sukses dan bahkan maju di dunia dewasa ini. (Mazmur 73:1-8) Sementara itu, orang Kristen barangkali miskin karena ingin tetap jujur ”dalam segala perkara”.
Apakah pengorbanan tersebut ada gunanya? Tentu! Tetapi, mengapa? Berkat apa saja yang diperoleh karena berlaku jujur?
BERKAT-BERKAT DARI KEJUJURAN
Dalam kehidupan, tidak ada banyak hal yang bisa dianggap lebih berharga daripada dikenal sebagai orang yang jujur
dan dapat dipercaya. (Lihat kotak ”Apakah Saya Selalu Jujur?”
di halaman 167.) Dan, coba pikir—siapa pun dapat memiliki
nama baik seperti itu! Hal ini tidak bergantung pada bakat,
kekayaan, penampilan, latar belakang sosial, atau apa pun di
luar kendali Saudara. Meskipun demikian, banyak orang gagal
memperoleh harta berupa nama baik. Itu sesuatu yang langka.
(Mikha 7:2) Ada yang mungkin mencemooh Saudara karena
berlaku jujur, tetapi yang lain-lain menghargainya, dan akhirnya, mereka memercayai dan menghormati Saudara. Banyak
dari Saksi-Saksi Yehuwa bahkan merasakan bahwa kejujuran
mereka mendatangkan manfaat secara keuangan. Mereka dapat mempertahankan pekerjaan mereka sewaktu karyawan
yang tidak jujur di-PHK, atau mendapat pekerjaan di perusahaan yang sangat membutuhkan karyawan yang jujur.
19 Entah Saudara mengalaminya atau tidak, Saudara akan
merasakan bahwa kejujuran mendatangkan berkat yang lebih besar lagi, yaitu hati nurani yang bersih. Paulus menulis, ”Kami percaya bahwa kami mempunyai hati nurani yang
jujur.” (Ibrani 13:18) Lagi pula, nama baik Saudara tidak pernah luput dari perhatian Bapak kita yang pengasih di surga,
dan Ia mengasihi orang yang jujur. (Baca Mazmur 15:1, 2;
Amsal 22:1.) Ya, dengan berlaku jujur Saudara dapat tetap berada dalam kasih Allah, dan itulah imbalan terbesar yang bisa
kita dapatkan. Berikutnya, mari kita bahas suatu pokok yang
berkaitan: pandangan Yehuwa terhadap pekerjaan.
18
18. Mengapa dikenal sebagai orang yang jujur besar nilainya?
19. Bagaimana haluan kejujuran dapat memengaruhi hati nurani dan
hubungan kita dengan Yehuwa?
PASAL 15
Nikmati Hal-Hal Baik dari
Kerja Keras Saudara
”Setiap orang hendaknya . . . menikmati hal-hal baik
untuk semua kerja kerasnya.”—PENGKHOTBAH 3:13.
BAGI banyak orang di dunia dewasa ini, bekerja itu tidak menyenangkan. Karena harus berjerih lelah selama berjam-jam
mengerjakan sesuatu yang tidak mereka sukai, setiap hari mereka pergi ke tempat kerja dengan berat hati. Bagaimana supaya orang yang memiliki sikap seperti itu bisa menyenangi pekerjaan mereka, bahkan merasakan kepuasan dari jerih lelah
mereka?
2 Alkitab menganjurkan pandangan yang positif tentang kerja keras, dengan mengatakan bahwa pekerjaan dan hasilnya
adalah suatu berkat. Salomo menulis, ”Setiap orang hendaknya makan dan tentu saja minum serta menikmati hal-hal baik
untuk semua kerja kerasnya. Itu pun pemberian Allah.” (Pengkhotbah 3:13) Yehuwa, yang mengasihi kita dan selalu menginginkan yang terbaik untuk kita, ingin agar kita mendapat kepuasan dari pekerjaan kita dan menikmati hasil kerja keras kita.
Agar tetap berada dalam kasih-Nya, kita harus hidup selaras dengan sudut pandang dan prinsip-prinsip-Nya tentang pekerjaan.—Baca Pengkhotbah 2:24; 5:18.
3 Dalam pasal ini kita akan membahas empat pertanyaan:
Bagaimana kita bisa menikmati hal-hal baik dari kerja keras
kita? Pekerjaan macam apa yang tidak pantas bagi orang Kristen sejati? Bagaimana kita dapat menyeimbangkan pekerjaan
1-3. (a) Bagaimana perasaan banyak orang terhadap pekerjaan mereka? (b) Pandangan apa yang Alkitab anjurkan sehubungan dengan
pekerjaan, dan pertanyaan apa saja yang akan kita bahas dalam pasal
ini?
172
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
duniawi dengan kegiatan rohani? Dan, pekerjaan paling penting apa yang dapat kita lakukan? Tetapi pertama-tama, mari
kita periksa teladan dua pekerja yang paling agung di alam semesta—Allah Yehuwa dan Yesus Kristus.
PEKERJA TERUNGGUL DAN PEKERJA AHLI
Yehuwa adalah Pekerja Terunggul. Kejadian 1:1 menyatakan, ”Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Setelah Allah menciptakan segala yang ada di bumi ini, Ia menyatakan bahwa hasilnya ”sangat baik”. (Kejadian 1:31) Dengan kata
lain, Ia sangat puas dengan semua pekerjaan-Nya yang berkaitan dengan bumi. Tidak diragukan, Yehuwa, ”Allah yang bahagia”, merasakan sukacita besar karena telah menciptakan banyak hal yang baik.—1 Timotius 1:11.
5 Allah kita yang rajin tidak pernah berhenti bekerja. Lama
setelah bumi dan segala isinya selesai diciptakan, Yesus mengatakan, ”Bapakku terus bekerja hingga sekarang.” (Yohanes
5:17) Apa yang dilakukan sang Bapak? Dari tempat kediamanNya di surga, Ia pasti tetap giat membimbing dan mengurus
umat manusia. Ia menghasilkan ”ciptaan baru”, yaitu orangorang Kristen yang diperanakkan dengan roh yang akhirnya
akan memerintah bersama Yesus di surga. (2 Korintus 5:17)
Ia terus bekerja demi mewujudkan tujuan-Nya untuk manusia, yaitu supaya orang yang mengasihi-Nya memperoleh kehidupan abadi di dunia baru. (Roma 6:23) Yehuwa pasti sangat
senang dengan hasil pekerjaan ini. Jutaan orang telah menyambut berita Kerajaan, ditarik oleh Allah dan menyesuaikan
kehidupan mereka agar dapat tetap berada dalam kasih-Nya.
—Yohanes 6:44.
6 Yesus sudah lama dikenal sebagai pekerja keras. Sebelum
menjadi manusia, ia adalah ”pekerja ahli” Allah dalam menciptakan segala sesuatu yang ada ”di surga dan di bumi”.
(Amsal 8:22-31; Kolose 1:15-17) Ketika berada di bumi, Yesus
4
4, 5. Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa Yehuwa adalah pekerja yang menghasilkan banyak hal baik?
6, 7. Yesus sudah lama dikenal sebagai pekerja keras. Jelaskan.
Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara
173
tetap seorang pekerja keras. Sewaktu remaja, ia belajar keahlian
membangun, sehingga dikenal sebagai ”tukang kayu”.1 (Markus 6:3) Untuk itu, ia harus melakukan pekerjaan yang berat
dan harus memiliki berbagai keterampilan, karena pada zaman
itu belum ada gergaji mesin, toko bahan bangunan, dan peralatan listrik. Dapatkah Saudara membayangkan Yesus pergi
mencari kayu yang ia butuhkan—mungkin bahkan menebang
pohon dan menggotong kayu ke tempat kerjanya? Dapatkah
Saudara membayangkan dia membangun rumah—menyiapkan dan memasang balok atap, membuat pintu, dan bahkan
membuat beberapa perabot? Yesus tidak diragukan merasakan
sendiri kepuasan dari hasil kerja kerasnya yang dilakukan dengan terampil.
7 Yesus adalah pekerja yang luar biasa rajin dalam melaksanakan pelayanannya. Selama tiga setengah tahun, ia luar biasa
sibuk dengan pekerjaan yang sangat penting ini. Karena ingin
mencapai sebanyak mungkin orang, ia tidak membuang waktu, bangun pagi-pagi sekali dan terus bekerja sampai malam.
(Lukas 21:37, 38; Yohanes 3:2) Ia mengadakan perjalanan ”dari
kota ke kota dan dari desa ke desa, memberitakan dan menyatakan kabar baik tentang kerajaan Allah”. (Lukas 8:1) Yesus berjalan kaki ratusan kilometer melalui jalan-jalan yang berdebu
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang.
8 Apakah Yesus menikmati hal-hal baik dari kerja kerasnya
dalam pelayanan? Ya! Ia menabur benih kebenaran Kerajaan,
meninggalkan ladang yang siap dipanen. Bagi Yesus, melakukan pekerjaan Allah sudah seperti makanan yang membuatnya kuat dan sehat sehingga ia rela tidak makan demi menyelesaikan pekerjaan itu. (Yohanes 4:31-38) Pikirkan kepuasan
yang pasti ia rasakan ketika pada akhir pelayanannya di bumi ia
mempunyai alasan kuat untuk mengatakan kepada Bapaknya,
1 Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”tukang kayu” konon adalah ”sebutan umum untuk orang yang membuat barang-barang dari kayu, entah itu
membuat rumah atau perabot atau benda-benda lain dari kayu”.
8, 9. Apa saja yang Yesus nikmati dari hasil kerja kerasnya?
174
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
”Aku telah memuliakan engkau di bumi, dengan menyelesaikan pekerjaan yang engkau berikan untuk kulakukan.”—Yohanes 17:4.
9 Yehuwa dan Yesus tentu adalah teladan terunggul di antara pribadi-pribadi yang menikmati hal-hal baik dari kerja keras
mereka. Kasih kepada Yehuwa menggerakkan kita untuk ’menjadi peniru Allah’. (Efesus 5:1) Kasih kepada Yesus mendorong
kita untuk ”mengikuti langkah-langkahnya dengan saksama”.
(1 Petrus 2:21) Maka sekarang, mari kita periksa bagaimana kita
juga dapat menikmati hal-hal baik dari kerja keras kita.
CARA AGAR DAPAT MENIKMATI HAL-HAL BAIK
DARI KERJA KERAS KITA
10 Pekerjaan duniawi bisa menjadi bagian dari kehidupan
orang Kristen sejati. Kita ingin merasa puas dan senang dengan
pekerjaan kita, tetapi hal ini bisa sangat sulit apabila kita tidak
menyukai pekerjaan kita. Jika begitu, bagaimana kita dapat menikmati hal-hal baik dari kerja keras kita?
11 Dengan memupuk sikap yang benar. Kita tidak selalu
bisa mengubah keadaan kita, tetapi kita dapat mengubah sikap kita. Dengan merenungkan sudut pandang Allah, kita dapat memupuk sikap positif terhadap pekerjaan. Contohnya,
jika Saudara adalah kepala keluarga, renungkan bahwa pekerjaan Saudara, meskipun kelihatannya hanya pekerjaan rendahan, dapat memenuhi kebutuhan keluarga Saudara. Jadi, mengurus orang-orang yang Saudara kasihi bukan hal sepele dalam
pandangan Allah. Firman-Nya mengatakan bahwa orang yang
tidak menyediakan kebutuhan keluarganya ”lebih buruk daripada orang yang tidak mempunyai iman”. (1 Timotius 5:8) Dengan menyadari bahwa pekerjaan Saudara adalah sarana untuk
mencapai tujuan, yaitu untuk melaksanakan tanggung jawab
dari Allah, Saudara bisa merasakan kepuasan dari pekerjaan tersebut, dan Saudara pun memiliki tujuan; hal-hal ini bisa jadi tidak dimiliki rekan-rekan sekerja Saudara.
10, 11. Apa yang dapat membantu kita memupuk sikap yang benar
terhadap pekerjaan kita?
Menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dapat membantu Saudara
menikmati hal-hal baik dari kerja keras Saudara
12 Dengan rajin bekerja dan berlaku jujur. Bekerja keras dan
belajar cara melakukan pekerjaan dengan baik bisa menghasilkan berkat. Pekerja yang rajin dan terampil sering sangat
dihargai majikan mereka. (Amsal 12:24; 22:29) Sebagai orang
Kristen sejati, kita juga harus jujur dalam pekerjaan kita—tidak mencuri uang, barang-barang, atau waktu dari majikan
kita. (Efesus 4:28) Sebagaimana kita lihat dalam pasal sebelumnya, kejujuran menghasilkan imbalan. Seorang karyawan yang
dikenal jujur kemungkinan besar akan dipercaya. Dan, entah
majikan kita memperhatikan teladan kita sebagai pekerja yang
12. Mengapa kerajinan dan kejujuran dalam pekerjaan kita menghasilkan imbalan?
176
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
rajin atau tidak, kita bisa merasa puas karena memiliki ”hati
nurani yang jujur” dan mengetahui bahwa kita menyenangkan
Allah yang kita kasihi.—Ibrani 13:18; Kolose 3:22-24.
13 Dengan menyadari bahwa tingkah laku kita dapat memuliakan Allah. Kalau kita selalu menjaga tingkah laku Kristen yang
baik di tempat kerja, orang lain pasti akan memperhatikannya.
Apa hasilnya? Kita akan ”menghiasi ajaran Juru Selamat kita,
Allah”. (Titus 2:9, 10) Ya, melalui tingkah laku kita yang baik,
orang lain dapat melihat betapa bagusnya cara ibadat kita sehingga membuatnya lebih menarik bagi mereka. Coba bayangkan, bagaimana perasaan Saudara seandainya seorang rekan sekerja menyambut kebenaran karena teladan Saudara di tempat
kerja! Yang terpenting, pikirkan hal ini: Apa yang bisa lebih memuaskan selain dari mengetahui bahwa tingkah laku Saudara
yang baik memuliakan Yehuwa dan membuat hati-Nya bersukacita?—Baca Amsal 27:11; 1 Petrus 2:12.
MENGGUNAKAN DAYA PENGAMATAN
DALAM MEMILIH PEKERJAAN
14 Alkitab tidak memerinci apa yang berterima dan tidak
berterima sehubungan dengan pekerjaan duniawi. Hal ini tidak berarti kita dapat menerima segala macam pekerjaan, tidak
soal apa yang tersangkut. Alkitab dapat membantu kita memilih pekerjaan yang menghasilkan dan tidak melanggar hukum,
yang menyenangkan Allah, dan menghindari pekerjaan yang
tidak menyenangkan Dia. (Amsal 2:6) Sewaktu akan mengambil keputusan mengenai pekerjaan, ada dua pertanyaan penting yang perlu kita pikirkan.
15 Apakah pekerjaan ini mengharuskan saya melakukan sesuatu yang dikutuk dalam Alkitab? Firman Allah jelas-jelas mengutuk pencurian, dusta, dan pembuatan berhala. (Keluaran 20:4;
Kisah 15:29; Efesus 4:28; Penyingkapan 21:8) Kita akan menolak pekerjaan apa pun yang menuntut kita melakukan hal-hal
13. Bisa jadi, apa hasil dari teladan kita di tempat kerja?
14-16. Sewaktu akan mengambil keputusan mengenai pekerjaan, pertanyaan penting apa saja yang perlu kita pikirkan?
Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara
177
BISAKAH SAYA TERIMA PEKERJAAN ITU?
Prinsip: ”Lakukanlah segala sesuatu demi
kemuliaan Allah.”—1 Korintus 10:31.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Apakah pekerjaan ini melibatkan kegiatan yang secara
tegas dikutuk dalam Firman Allah?—Keluaran 20:13-15.
ˇ Apakah dengan melakukan pekerjaan ini saya mendukung perbuatan yang terkutuk?—Penyingkapan 18:4.
ˇ Apakah pekerjaan ini sekadar layanan jasa kepada
masyarakat yang tidak bertentangan dengan Alkitab?
—Kisah 14:16, 17.
ˇ Apa dampaknya jika saya melakukan pekerjaan ini; apakah hati nurani orang lain
akan terganggu?—Roma 14:19-22.
ˇ Kalau saya menerima
pekerjaan di negeri lain
dan meninggalkan keluarga saya, apa pengaruhnya
atas kebutuhan emosi dan
kerohanian keluarga saya?
—Efesus 5:28–6:4.
itu. Karena mengasihi Yehuwa, kita mustahil menerima pekerjaan yang melanggar perintah Allah.—Baca 1 Yohanes 5:3.
16 Apakah dengan melakukan pekerjaan ini saya jelas-jelas
terlibat atau mendukung perbuatan salah? Perhatikan sebuah
contoh. Bekerja sebagai resepsionis tidak salah. Tetapi, bagaimana kalau seorang Kristen ditawari pekerjaan tersebut di
sebuah klinik aborsi? Memang, tugas kerjanya tidak menuntut dia untuk secara langsung membantu tindakan pengguguran kandungan. Namun, tidakkah pekerjaan rutinnya di
178
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
sana mendukung kegiatan sebuah klinik yang didirikan untuk
menggugurkan kandungan—perbuatan yang bertentangan dengan Firman Allah? (Keluaran 21:22-24) Sebagai orang yang
mengasihi Yehuwa, kita tidak ingin disangkutpautkan dengan
perbuatan yang tidak sesuai dengan Alkitab.
17 Banyak keraguan tentang suatu jenis pekerjaan dapat diselesaikan dengan memeriksa secara cermat jawaban atas dua
pertanyaan penting dalam paragraf 15 dan 16. Selain itu, ada
beberapa hal lain yang sebaiknya kita pertimbangkan sewaktu akan mengambil keputusan tentang pekerjaan.1 Kita tidak
1 Pembahasan yang lebih terperinci tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan pekerjaan terdapat dalam Menara Pengawal 15 April
1999, halaman 28-30, dan Menara Pengawal No. 51, halaman 10, atau The Watchtower 15 Juli 1982, halaman 26.
17. (a) Apa saja yang dapat kita pertimbangkan sewaktu mengambil
keputusan tentang pekerjaan? (Lihat kotak di halaman 177.) (b) Bagaimana hati nurani kita dapat membantu kita membuat keputusan
yang menyenangkan Allah?
Kita dapat memperlihatkan kasih kita kepada Yehuwa dengan
mendahulukan pekerjaan pengabaran dalam kehidupan kita
Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara
179
dapat berharap bahwa budak yang setia akan menetapkan peraturan untuk setiap situasi yang mungkin muncul. Dalam hal
ini, kita perlu menggunakan daya pengamatan. Seperti yang
telah kita pelajari di Pasal 2, kita perlu mendidik dan melatih hati nurani kita dengan mempelajari caranya menerapkan
Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari. Apabila ’daya pemahaman’ kita telah terlatih ”karena penerapan”, hati nurani
kita dapat membantu kita membuat keputusan yang menyenangkan Allah sehingga kita dapat tetap berada dalam kasihNya.—Ibrani 5:14.
MENJAGA KESEIMBANGAN
TERHADAP PEKERJAAN
18 Menjaga keseimbangan rohani tidak mudah pada ”harihari terakhir” ini, yang merupakan ”masa kritis yang sulit dihadapi”. (2 Timotius 3:1) Mendapatkan pekerjaan dan mempertahankannya bisa sangat sulit. Sebagai orang Kristen sejati,
kita mengakui pentingnya bekerja keras untuk menafkahi keluarga kita. Tetapi, jika kita tidak berhati-hati, tekanan di tempat kerja atau cara berpikir duniawi yang tamak dan bisa menular dapat mengganggu kegiatan rohani kita. (1 Timotius 6:9, 10)
Mari kita bahas bagaimana kita dapat tetap seimbang dengan
memastikan ”perkara-perkara yang lebih penting”.—Filipi 1:10.
19 Percayalah sepenuhnya kepada Yehuwa. (Baca Amsal
3:5, 6.) Bukankah Ia layak kita percayai dengan sepenuh hati?
Tentu saja, karena Ia memperhatikan kita. (1 Petrus 5:7) Ia lebih tahu apa yang kita butuhkan daripada kita sendiri, dan
tangannya tidak pernah pendek. (Mazmur 37:25) Karena itu,
kita sebaiknya mendengarkan apabila Firman-Nya mengingatkan kita, ”Hendaklah cara hidupmu bebas dari cinta uang, dan
hendaklah kamu merasa puas dengan perkara-perkara yang
ada padamu. Sebab [Allah] mengatakan, ’Aku tidak akan membiarkan engkau atau meninggalkan engkau.’ ” (Ibrani 13:5)
Banyak pelayan sepenuh waktu bisa meneguhkan kebenaran
18. Mengapa tidak mudah untuk tetap seimbang secara rohani?
19. Mengapa Yehuwa layak kita percayai sepenuhnya, dan dengan
berbuat demikian apa yang bisa kita hindari?
180
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
”KEPUTUSAN SAYA MEMBUAT HIDUP SAYA PENUH
SUKACITA DAN MEMUASKAN”
”Saya berprestasi di sekolah dan mendapat beasiswa penuh ke sebuah sekolah swasta yang ternama di
New York City. Guru pembimbing mendesak saya untuk mendaftarkan diri ke beberapa universitas bergengsi. Saya diterima di beberapa di antaranya dan bahkan mendapat beasiswa ke salah satu universitas yang
paling terkenal di Amerika Serikat. Tetapi, saya menolak tawaran itu karena dua alasan. Saya tahu bahwa kehidupan yang amoral di kampus, jauh dari rumah, bisa
sangat berbahaya bagi saya. Dan, saya ingin sekali merintis.
”Sekarang, saya sudah melayani sebagai perintis biasa selama lebih dari 20 tahun. Saya selalu sibuk dalam
banyak bentuk pelayanan—melayani di tempat yang lebih membutuhkan tenaga, membantu pembangunan
Balai Kerajaan, dan ikut memberikan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang yang terkena bencana. Saat
ini, saya sangat menikmati pelayanan di sebuah kelompok berbahasa asing di New York City.
”Mengenang kembali tahun-tahun dalam dinas sepenuh waktu, saya menyadari betapa banyak berkat yang
saya peroleh. Keputusan saya membuat hidup saya penuh sukacita dan memuaskan. Saya tidak akan menukar pengalaman saya dan persahabatan yang telah saya
jalin dengan apa pun.”—Zenaida.
bahwa Allah mampu menyediakan kebutuhan pokok kita. Jika
kita percaya sepenuhnya bahwa Yehuwa akan memperhatikan
kita, kita tidak akan terlalu khawatir sehubungan dengan menafkahi keluarga kita. (Matius 6:25-32) Kita tidak akan sampai
melalaikan kegiatan rohani, seperti memberitakan kabar baik
dan menghadiri perhimpunan, hanya karena pekerjaan duniawi kita.—Matius 24:14; Ibrani 10:24, 25.
Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara
181
20 Jagalah mata Saudara tetap sederhana. (Baca Matius
6:22, 23.) Memiliki mata sederhana berarti terus menempuh
kehidupan yang tidak rumit. Mata sederhana seorang Kristen
terpusat pada satu tujuan, yaitu melakukan kehendak Allah.
Jika kita hanya punya satu tujuan, kita tidak akan terus-menerus mengejar pekerjaan bergaji tinggi dan gaya hidup yang lebih rumit. Kita juga tidak akan terjebak sehingga terus mencari
barang terbaru dan terbaik, yang diiklankan untuk meyakinkan kita bahwa barang tersebut dibutuhkan untuk bisa bahagia. Bagaimana Saudara dapat tetap memiliki mata yang sederhana? Jangan bebani diri dengan utang yang tidak perlu.
Jangan menimbun barang sehingga banyak waktu dan perhatian Saudara tersita untuknya. Indahkan nasihat Alkitab untuk
berpuas dengan ”makanan, pakaian dan penaungan”. (1 Timotius 6:8) Berupayalah sebisa-bisanya untuk menyederhanakan kehidupan Saudara.
21 Tetapkan apa yang paling penting, dan berpautlah padanya. Karena apa yang dapat kita lakukan terbatas, kita perlu
menetapkan hal-hal yang paling penting dalam kehidupan. Jika tidak, hal-hal yang kurang penting bisa menyita waktu kita yang berharga, sehingga menggeser hal-hal yang lebih
penting. Apa yang hendaknya menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan kita? Banyak orang di dunia lebih
mengutamakan pendidikan tinggi demi pekerjaan dan jabatan
yang menggiurkan di dunia ini. Tetapi, Yesus mendesak para
pengikutnya untuk ’terus mencari dahulu kerajaan’. (Matius 6:
33) Ya, sebagai orang Kristen sejati, kita menomorsatukan Kerajaan Allah dalam kehidupan kita. Pola hidup kita—pilihan,
cita-cita, dan kegiatan kita—harus menunjukkan bahwa kepentingan Kerajaan dan kehendak Allah lebih penting bagi
kita daripada kekhawatiran akan harta benda dan kegiatan
duniawi.
20. Apa artinya menjaga mata tetap sederhana, dan bagaimana Saudara dapat terus memiliki sudut pandang tersebut?
21. Mengapa kita perlu menetapkan hal-hal yang paling penting dalam kehidupan, dan apa yang harus dinomorsatukan?
182
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
BEKERJA KERAS DALAM PELAYANAN
Karena mengetahui bahwa kita sedang hidup di pengujung zaman akhir, kita terus menaruh perhatian pada pekerjaan utama orang Kristen sejati—menginjil dan membuat murid. (Matius 24:14; 28:19, 20) Seperti Anutan kita, Yesus, kita
ingin luar biasa sibuk dengan pekerjaan yang menyelamatkan kehidupan ini. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa pekerjaan ini penting bagi kita? Sebagian besar umat Allah
menggunakan kehidupan mereka untuk pekerjaan pengabaran dengan sepenuh hati sebagai penyiar sidang. Ada yang
mengatur urusan mereka agar dapat melayani sebagai perintis atau utusan injil. Karena menyadari pentingnya cita-cita rohani, banyak orang tua menganjurkan anak-anak mereka untuk menjadikan dinas sepenuh waktu sebagai jalan hidup.
Apakah para pemberita Kerajaan yang bersemangat menikmati hal-hal baik dari kerja keras mereka dalam pelayanan? Ya,
tentu! Melayani Yehuwa dengan sepenuh jiwa pasti mendatangkan sukacita, kepuasan, dan tak terhitung banyaknya berkat dalam kehidupan.—Baca Amsal 10:22.
23 Banyak dari kita harus menggunakan sejumlah besar
waktu dalam pekerjaan duniawi demi memenuhi kebutuhan keluarga kita. Ingatlah bahwa Yehuwa menginginkan kita
menikmati hal-hal baik dari kerja keras kita. Apabila kita menyelaraskan sikap dan tindakan kita dengan sudut pandang
dan prinsip-prinsip-Nya, kita bisa mendapat kepuasan dalam pekerjaan kita. Tetapi, marilah kita bertekad untuk tidak
sekali-kali membiarkan pekerjaan duniawi menyimpangkan
perhatian kita dari pekerjaan utama kita, yaitu mengumumkan kabar baik Kerajaan Allah. Dengan mengutamakan pekerjaan ini dalam kehidupan kita, kita memperlihatkan kasih kita kepada Yehuwa sehingga kita pun tetap berada dalam
kasih-Nya.
22
22, 23. (a) Apa pekerjaan utama orang Kristen sejati, dan bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa pekerjaan ini penting bagi kita?
(Lihat kotak di halaman 180.) (b) Apa tekad kita berkenaan dengan
pekerjaan duniawi?
PASAL 16
Lawanlah Iblis dan
Siasat Liciknya
”Lawanlah Iblis, dan ia akan lari.”
—YAKOBUS 4:7.
JIKA Saudara sudah melayani Yehuwa selama puluhan tahun,
mungkin Saudara telah berulang kali mendengar khotbah
baptisan di kebaktian kita. Namun, tidak soal seberapa sering
Saudara menghadiri acara tersebut, Saudara mungkin masih
merasa terharu setiap kali menyaksikan orang-orang yang duduk di baris depan berdiri, menyatakan diri siap untuk dibaptis. Pada saat itu, hadirin diliputi kegembiraan, kemudian
mereka bertepuk tangan dengan bersemangat. Mata Saudara
mungkin berkaca-kaca sewaktu Saudara sekali lagi melihat sekelompok orang yang terkasih berpihak kepada Yehuwa. Betapa bahagianya kita pada saat-saat seperti itu!
2 Kita mungkin menyaksikan pembaptisan beberapa kali setahun di daerah kita, tetapi para malaikat mendapat hak istimewa untuk menyaksikannya jauh lebih sering lagi. Dapatkah
Saudara membayangkan betapa besar ”sukacita di surga” sewaktu mereka setiap minggu melihat ribuan orang di seluruh
dunia ditambahkan pada bagian dari organisasi Yehuwa yang
kelihatan? (Lukas 15:7, 10) Tidak diragukan, para malaikat sangat bahagia mengamati pertambahan ini!—Hagai 2:7.
SI IBLIS ”BERJALAN KELILING SEPERTI
SINGA YANG MENGAUM”
3 Tetapi, sangat berbeda dengan hal itu, ada makhlukmakhluk roh yang mengamati pembaptisan tersebut dengan
1, 2. Siapa saja yang bersukacita pada acara pembaptisan?
3. Mengapa Setan berjalan keliling ”seperti singa yang mengaum”,
dan apa yang ingin ia lakukan?
184
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
perasaan marah. Setan dan hantu-hantu murka melihat ribuan
orang meninggalkan dunia yang bejat ini. Tentu saja, karena
Setan membual bahwa tidak ada manusia yang melayani Yehuwa atas dasar kasih yang tulus dan bahwa tidak seorang pun
akan tetap setia di bawah ujian yang hebat. (Baca Ayub 2:4, 5.)
Setiap kali seseorang memutuskan untuk membaktikan diri
kepada Yehuwa, Setan terbukti salah. Wajah Setan seakan-akan
ditampar ribuan kali setiap minggu. Tidak heran bahwa ia
”berjalan keliling seperti singa yang mengaum, berupaya melahap orang”! (1 Petrus 5:8) ”Singa” ini ingin sekali melahap
kita secara rohani supaya hubungan kita dengan Allah rusak
atau bahkan putus.—Mazmur 7:1, 2; 2 Timotius 3:12.
Setiap kali seseorang membaktikan diri kepada
Yehuwa dan dibaptis, Setan terbukti salah
Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya
185
4 Meskipun menghadapi musuh yang ganas, kita tidak perlu dicekam oleh rasa takut. Mengapa tidak? Karena Yehuwa
membatasi jangkauan ”singa yang mengaum” itu dengan dua
cara penting. Apa saja? Pertama-tama, Yehuwa menubuatkan
bahwa ”suatu kumpulan besar” orang Kristen sejati akan selamat dari ”kesengsaraan besar” yang akan datang. (Penyingkapan 7:9, 14) Apa yang Allah nubuatkan selalu tergenap. Karena
itu, Setan pun harus tahu bahwa umat Allah secara kelompok
berada di luar jangkauannya.
5 Pembatasan kedua terlihat dari kebenaran dasar yang diucapkan salah seorang hamba Allah zaman dulu yang setia. Nabi Azaria mengatakan kepada Raja Asa, ”Yehuwa menyertai kamu selama kamu menyertai dia.” (2 Tawarikh 15:2;
baca 1 Korintus 10:13.) Banyak contoh yang tercatat memperlihatkan bahwa pada masa lampau, Setan selalu gagal melahap hamba Allah yang tetap dekat dengan Allah. (Ibrani
11:4-40) Dewasa ini, seorang Kristen yang tetap dekat dengan
Allah dapat melawan dan bahkan menaklukkan si Iblis. Malahan, Firman Allah menjamin, ”Lawanlah Iblis, dan ia akan
lari darimu.”—Yakobus 4:7.
”PERGULATAN KITA . . . MELAWAN
KUMPULAN ROH YANG FASIK”
6 Setan mustahil menang dalam perang kiasan itu, tetapi ia
dapat mengalahkan kita secara perorangan kalau kita mengendurkan kewaspadaan. Setan tahu bahwa ia dapat melahap kita
kalau ia dapat melemahkan ikatan kita dengan Yehuwa. Untuk
itu, apa yang Setan coba lakukan? Ia menyerang kita dengan
hebat, secara pribadi, dan dengan licik. Mari kita bahas strategi utama Setan ini.
7 Serangan yang gencar. Rasul Yohanes menyatakan, ”Seluruh dunia berada dalam kuasa si fasik.” (1 Yohanes 5:19)
4, 5. (a) Yehuwa membatasi pengaruh Setan dengan dua cara penting apa? (b) Orang Kristen sejati dapat yakin akan hal apa?
6. Bagaimana Setan memerangi orang Kristen secara perorangan?
7. Mengapa Setan menyerang umat Yehuwa dengan hebat?
186
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Kata-kata itu berisi peringatan bagi semua orang Kristen sejati.
Mengingat bahwa Setan sudah melahap seluruh dunia umat
manusia yang jahat, ia sekarang dapat memusatkan dan memperhebat serangannya atas orang-orang yang sejauh ini luput
darinya—umat Yehuwa. (Mikha 4:1; Yohanes 15:19; Penyingkapan 12:12, 17) Ia marah besar karena tahu waktunya tinggal sedikit. Maka, ia meningkatkan tekanan. Dewasa ini, kita
menghadapi amukan terakhirnya yang ganas untuk menghancurkan hubungan kita dengan Allah.
8 Pergulatan secara pribadi. Rasul Paulus memperingatkan
rekan-rekan Kristennya, ”Pergulatan kita . . . melawan kumpulan roh yang fasik di tempat-tempat surgawi.” (Efesus
6:12) Mengapa Paulus menggunakan kata ”pergulatan”? Karena kata itu menyampaikan gagasan pertarungan dari jarak dekat, berhadap-hadapan. Jadi, dengan menggunakan kata itu,
Paulus menandaskan bahwa kita masing-masing secara pribadi harus berjuang melawan roh-roh jahat. Entah kita tinggal
dalam masyarakat yang umumnya percaya kepada roh-roh jahat atau tidak, jangan sekali-kali lupa bahwa apabila kita membaktikan diri kepada Yehuwa, kita seolah-olah naik ke matras
gulat. Paling tidak, sejak membaktikan diri, setiap orang Kristen terlibat dalam pertarungan ini. Maka, tidak mengherankan
bahwa Paulus menganggap perlu untuk mendesak orang Kristen di Efesus tiga kali agar ”berdiri teguh”!—Efesus 6:11, 13, 14.
9 Siasat licik. Paulus mendesak orang Kristen agar berdiri teguh menghadapi ”siasat-siasat licik” Setan. (Efesus 6:11) Perhatikan bahwa Paulus menggunakan bentuk jamak. Roh-roh
jahat tidak hanya menggunakan satu tetapi beragam siasat licik—dan dengan alasan yang kuat. Seraya waktu berlalu, orang
beriman yang tadinya berdiri teguh menghadapi satu jenis
8. Apa maksud rasul Paulus ketika mengatakan bahwa kita harus ’bergulat’ melawan roh-roh jahat?
9. (a) Mengapa Setan dan hantu-hantu menggunakan beragam ’siasat licik’? (b) Mengapa Setan mencoba merusak cara berpikir kita, dan
bagaimana caranya melawan upaya tersebut? (Lihat kotak di halaman
192-193.) (c) Siasat licik apa yang akan kita bahas sekarang?
Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya
187
ujian ternyata menyerah ketika menghadapi ujian lain. Karena itu, si Iblis dan hantu-hantu mengamati baik-baik perilaku kita masing-masing untuk mengetahui titik lemah kita.
Kemudian, mereka memanfaatkan kelemahan rohani apa pun
yang mungkin ada pada kita. Tetapi, syukurlah, kita dapat mengenali banyak siasat si Iblis, sebab hal itu disingkapkan dalam Alkitab. (2 Korintus 2:11) Sebelumnya, dalam publikasi ini
kita membahas siasat seperti daya tarik harta benda, pergaulan yang berbahaya, dan percabulan. Sekarang, mari kita bahas
siasat licik Setan lainnya—spiritisme.
MELAKUKAN SPIRITISME ADALAH PENGKHIANATAN
10 Dengan melakukan spiritisme, seseorang mengadakan
kontak langsung dengan roh-roh jahat. Tenung, sihir, gunaguna, dan bertanya kepada orang mati adalah beberapa bentuk spiritisme. Kita tahu benar bahwa Yehuwa menganggap
spiritisme ”memuakkan”. (Ulangan 18:10-12; Penyingkapan
21:8) Karena kita juga harus ’muak terhadap apa yang fasik’,
tentu tidak masuk akal jika kita ingin berteman dengan kumpulan roh jahat. (Roma 12:9) Hal itu benar-benar pengkhianatan yang menjijikkan terhadap Bapak kita, Yehuwa.
11 Tetapi, justru karena bermain-main dengan spiritisme
merupakan pengkhianatan yang menjijikkan terhadap Yehuwa, Setan bertekad untuk membuat kita terlibat di dalamnya. Setiap kali ia dapat membujuk seorang Kristen untuk
berpaling kepada roh-roh jahat, Setan mendapat kemenangan besar. Mengapa? Pikirkan perumpamaan ini: Jika seorang
prajurit dapat dibujuk untuk membelot dan mengkhianati pasukannya lalu bergabung dengan pasukan musuh, komandan
musuh pasti senang sekali. Ia mungkin bahkan akan mengarak
pengkhianat itu bagaikan piala kemenangan dengan maksud
menghina mantan komandan prajurit itu. Demikian pula, jika
10. (a) Apa spiritisme itu? (b) Bagaimana pandangan Yehuwa tentang spiritisme, dan bagaimana pandangan Saudara tentang hal itu?
11. Mengapa Setan mendapat kemenangan besar jika ia dapat membujuk kita untuk berpaling kepada spiritisme? Berikan gambaran.
188
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
seorang Kristen berpaling kepada spiritisme, ia dengan rela
dan sengaja meninggalkan Yehuwa dan menempatkan dirinya
langsung di bawah komando Setan. Bayangkan, alangkah senangnya Setan bisa mengarak pembelot itu seperti piala kemenangan perang! Apakah ada di antara kita yang mau memberikan kemenangan seperti itu kepada si Iblis? Pasti tidak! Kita
bukan pengkhianat.
MENGGUNAKAN PERTANYAAN UNTUK
MENIMBULKAN KERAGUAN
12 Selama kita merasa muak terhadap spiritisme, Setan tidak akan berhasil melawan kita dengan menggunakan hal
itu. Jadi, ia menyadari bahwa ia harus mengubah cara berpikir kita. Bagaimana caranya? Ia mencari jalan untuk membingungkan orang Kristen sehingga ada yang akan berpikir bahwa ”kebaikan itu jahat dan kejahatan itu baik”. (Yesaya 5:20)
Untuk melakukan hal itu, Setan sering menggunakan lagi salah satu siasatnya yang terbukti ampuh—menggunakan pertanyaan untuk menimbulkan keraguan.
13 Perhatikan cara Setan menggunakan siasat itu di masa
lampau. Di Eden, ia menanyai Hawa, ”Apakah memang benar
bahwa Allah mengatakan kamu tidak boleh memakan buah
dari setiap pohon di taman ini?” Pada zaman Ayub, dalam suatu pertemuan para malaikat di surga, Setan bertanya, ”Apakah
dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?” Dan,
pada awal pelayanan Yesus di bumi, Setan menantang Kristus
dengan mengatakan, ”Jika engkau putra Allah, suruhlah batubatu ini menjadi roti.” Bayangkan—dalam kasus Yesus, Setan
berani mencemooh kata-kata yang Yehuwa sendiri ucapkan
sekitar enam minggu sebelumnya, ”Inilah Putraku, yang kukasihi, kepadanyalah aku berkenan”!—Kejadian 3:1; Ayub 1:9;
Matius 3:17; 4:3.
12. Siasat apa yang Setan gunakan untuk memengaruhi pandangan
kita terhadap spiritisme?
13. Bagaimana Setan menggunakan pertanyaan untuk menimbulkan
keraguan?
Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya
189
14 Dewasa ini, si Iblis menggunakan siasat serupa guna menimbulkan ketidakpastian apakah spiritisme memang buruk.
Sayang sekali, ia berhasil menimbulkan keraguan dalam pikiran beberapa orang beriman. Mereka mulai mempertanyakan apakah beberapa bentuk spiritisme memang begitu jahat.
(2 Korintus 11:3) Bagaimana kita dapat membantu orangorang tersebut mengubah pandangan mereka? Bagaimana kita
dapat memastikan bahwa siasat Setan tidak akan memengaruhi kita? Untuk menjawabnya, mari kita bahas dua bidang kehidupan yang secara halus telah dicemari oleh Setan dengan
spiritisme. Ini adalah hiburan dan perawatan kesehatan.
MEMANFAATKAN KEINGINAN DAN
KEBUTUHAN KITA
15 Khususnya di dunia Barat, ilmu gaib, ilmu sihir, dan bentuk lain spiritisme semakin dianggap tidak berbahaya. Film,
buku, acara TV, dan game komputer semakin menggambarkan
spiritisme sebagai sesuatu yang menyenangkan, canggih, dan
tidak berbahaya. Ada film dan buku yang alur cerita utamanya diwarnai ilmu gaib yang menjadi sangat terkenal sehingga para pecandunya mendirikan klub penggemar. Jelaslah,
hantu-hantu berhasil membuat orang menyepelekan bahayanya ilmu gaib. Apakah hal-hal seperti ini telah memengaruhi
orang Kristen? Cara berpikir beberapa orang telah terimbas.
Bagaimana? Sebagai contoh umum, setelah seorang Kristen
menonton film yang intinya tentang ilmu gaib, ia mengatakan, ”Saya menonton film itu, tetapi saya tidak melakukan
spiritisme.” Mengapa penalaran seperti itu berbahaya?
16 Meskipun ada perbedaan antara benar-benar melakukan
14. (a) Bagaimana Setan menggunakan siasatnya untuk menimbulkan ketidakpastian tentang spiritisme? (b) Apa yang akan kita bahas
sekarang?
15. (a) Bagaimana pandangan banyak orang di dunia Barat tentang
spiritisme? (b) Bagaimana beberapa orang Kristen telah dipengaruhi
oleh pandangan dunia tentang spiritisme?
16. Mengapa berbahaya untuk memilih hiburan yang topik utamanya tentang ilmu gaib?
190
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
dan menonton spiritisme, tentu tidak berarti bahwa menonton hal-hal yang berkaitan dengan ilmu gaib tidak berbahaya.
Mengapa begitu? Pikirkan hal ini: Firman Allah menunjukkan
bahwa Setan maupun hantu-hantunya tidak dapat membaca pikiran kita.1 Maka, seperti disebutkan sebelumnya, untuk
mengetahui apa yang kita pikirkan dan apakah kerohanian
kita lemah, roh-roh jahat mengamati baik-baik tindakan kita
—termasuk hiburan yang kita pilih. Apabila perilaku seorang
Kristen menunjukkan bahwa ia menyukai film atau buku
yang topik utamanya tentang dukun, guna-guna, orang yang
kesurupan, atau yang juga berkaitan dengan roh-roh jahat,
ia sedang mengirimkan pesan kepada hantu-hantu. Malah,
ia membuat mereka tahu di mana titik lemahnya! Akibatnya, hantu-hantu dapat mempergencar pergulatan mereka dengan orang Kristen itu untuk dapat memanfaatkan kelemahan
yang telah ia singkapkan, seakan-akan sampai mereka berhasil
membanting dia secara telak. Sebenarnya, orang yang berminat pada spiritisme karena pada awalnya tertarik oleh hiburan
yang menonjolkan ilmu gaib, akhirnya benar-benar melakukan spiritisme.—Baca Galatia 6:7.
17 Setan mencoba memanfaatkan, bukan hanya keinginan
kita untuk menikmati hiburan, melainkan juga kebutuhan
kita akan perawatan kesehatan. Caranya? Seorang Kristen yang
kesehatannya terus memburuk sekalipun sudah melakukan
berbagai upaya mencari kesembuhan dapat menjadi putus asa.
(Markus 5:25, 26) Hal itu bisa memberi kesempatan baik bagi
Setan dan hantu-hantu untuk memanfaatkan dia. Hantu-hantu boleh jadi akan menggoda orang sakit yang sudah putus asa
itu untuk mencoba pengobatan atau cara-cara yang melibatkan penggunaan ”tenaga gaib”, atau spiritisme. (Yesaya 1:13)
1 Sebutan bagi Setan (Penentang, Pemfitnah, Penipu, Penggoda, Pendusta) tidak menunjukkan bahwa ia dapat menyelidiki hati dan pikiran kita. Berbeda dengan Setan, Yehuwa digambarkan sebagai ”pemeriksa hati”, dan Yesus, sebagai
pribadi yang ”menyelidiki ginjal [pikiran] dan hati”.—Amsal 17:3; Penyingkapan 2:23.
17. Melalui siasat licik apa Setan merusak orang yang sedang sakit?
Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya
191
Jika siasat licik tersebut berhasil, hubungan orang sakit itu dengan Allah bisa melemah. Bagaimana?
18 Yehuwa memperingatkan orang Israel yang berpaling kepada ”tenaga gaib”, ”Pada waktu kamu menadahkan tanganmu, aku menyembunyikan mataku darimu. Walaupun kamu
banyak berdoa, aku tidak mendengarkan.” (Yesaya 1:15) Tentu, kita akan selalu menghindari
apa pun yang bisa menghalangi
doa kita dan mengurangi dukungan yang kita terima dari
Yehuwa—dan terlebih lagi pada
waktu kita sakit. (Mazmur 41:3)
Karena itu, jika ada petunjuk
bahwa suatu prosedur diagnosis
(cara menentukan jenis penyakit)
atau pengobatan tertentu mungkin berkaitan dengan spiritisme, orang Kristen sejati harus
menolaknya.1 (Matius 6:13) Dengan demikian, ia pasti akan tetap mendapat dukungan Yehuwa.
—Lihat kotak ”Apakah Itu MeDapatkan manfaat dari
dukungan Yehuwa pada
mang Spiritisme?” di halaman
waktu Saudara sakit
194.
KALA KISAH TENTANG HANTU MELIMPAH RUAH
Sementara banyak orang di negeri-negeri Barat menyepelekan bahayanya kuasa Setan, hal yang sebaliknya terjadi
19
1 Keterangan lebih jauh terdapat dalam artikel ”Tes Kesehatan untuk Saudara?” dalam Menara Pengawal 15 Desember 1994, halaman 19-22, dan artikel
”Pandangan Alkitab: Memilih Perawatan Medis—Pentingkah?” dalam Sedarlah!
8 Januari 2001.
18. Prosedur macam apa yang akan ditolak seorang Kristen, dan
mengapa?
19. (a) Si Iblis telah menipu banyak orang sehingga memercayai apa
tentang kuasanya? (b) Kisah-kisah apa yang harus dihindari orang
Kristen sejati?
192
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
WASPADAI KELICIKAN SETAN!
Setan, si penipu ulung, telah ”membutakan pikiran orangorang yang tidak percaya” selama ribuan tahun hingga sekarang.
(2 Korintus 4:4) Ia juga dengan gigih berupaya merusak cara berpikir para penyembah Allah. Mengapa? Setan memahami bahwa cara kita berpikir memengaruhi cara kita bertindak. Ia tahu
bahwa kalau ia dapat menyimpangkan cara berpikir kita, ia dapat memengaruhi kita sehingga kita melakukan apa yang buruk
—Yakobus 1:14, 15.
Ingatlah cara Setan menyesatkan Hawa. Rasul Paulus menulis,
”Aku takut bahwa dengan satu atau lain cara, sebagaimana ular
telah memikat Hawa dengan kelicikannya, pikiranmu dirusak sehingga menjauh dari . . . Kristus.” (2 Korintus 11:3) Melalui seekor ular, binatang yang memiliki sifat hati-hati, Setan membujuk
Hawa untuk menempuh haluan yang mendatangkan bencana.
Ia berusaha merusak pikiran Hawa, menyimpangkan cara berpikirnya. Taktik itu berhasil. Karena Hawa mendengarkan, sudut
pandangnya berubah, dan apa yang melanggar hukum menjadi
sesuatu yang diinginkan. Setelah pikirannya dirusak, ia mudah ditarik untuk melakukan dosa.—Kejadian 3:1-6; Penyingkapan 12:9.
Setan belum berubah. Prinsip dasar yang ia miliki masih sama:
Rusakkan pikiran, dan tindakan yang berdosa pun akan menyusul. Setan merancang politik, agama, perdagangan, dan hiburan
dalam dunia ini untuk menyebarkan cara berpikirnya. (Yohanes
14:30) Ia telah berhasil menyimpangkan cara berpikir kebanyakan manusia, mengubah sikap dan sudut pandang mereka. Tingkah laku yang pernah dianggap berdosa—seperti perbuatan homoseksual, hidup bersama tanpa menikah, dan mempunyai anak
di luar pernikahan—sering dianggap berterima, bahkan diinginkan. Seberapa berhasilkah upaya Setan memikat manusia? Alkitab mengatakan, ”Seluruh dunia berada dalam kuasa si fasik.”
—1 Yohanes 5:19.
Sebagai orang Kristen, kita tentu tidak kebal terhadap siasat Setan. (1 Korintus 10:12) Karena tahu bahwa waktunya tinggal sedi-
Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya
193
kit, Setan ’marah besar’ dan terutama bertekad untuk menyesatkan umat Allah. (Penyingkapan 12:12) Jika kita tidak berhati-hati,
cara berpikir Setan yang licik dan banyak ”penipu” yang ia peralat dapat merusak pikiran kita dan membujuk kita untuk berbuat dosa.—Titus 1:10.
Sebagai contoh, perhatikan pandangan dunia ini tentang perkawinan. Alkitab mengajarkan bahwa perkawinan itu suci karena menyangkut komitmen, atau ikrar, yang abadi. (Matius 19:
5, 6, 9) Film dan acara televisi dunia ini sering menggambarkan
perkawinan sebagai kesepakatan sementara yang dengan mudah dapat diakhiri. Sebagai orang Kristen, kita perlu waspada jangan sampai cara berpikir Setan ini merusak kita. Jika tidak dikendalikan, pengaruh ini dapat menyimpangkan sudut pandang
kita, melemahkan komitmen dengan teman hidup kita. Apabila
menghadapi masalah perkawinan, kita mungkin tergoda untuk
mencari orang yang bukan teman hidup kita yang dapat mengerti dan mendukung kita. Tak lama kemudian, orang itu—bisa
jadi rekan sekerja atau rekan seiman—mungkin kelihatannya bisa
mengisi kekosongan emosi kita. Jika kita membiarkan hubungan romantis terjalin, boleh jadi kita akan terpikat untuk berbuat
dosa.
Contoh lain, perhatikan semangat ingin bebas yang merajalela
di dunia Setan. Banyak orang ”keras kepala, besar kepala karena
sombong”. (2 Timotius 3:4) Jika semangat tersebut sampai merusak pikiran kita, pandangan kita tentang ketundukan dan ketaatan bisa menyimpang. Karena dijangkiti semangat ini, seorang
saudara mungkin akan merasa tersinggung ketika dinasihati oleh
para penatua. (Ibrani 12:5) Seorang saudari bisa saja mulai mempertanyakan kekepalaan yang Allah tetapkan.—1 Korintus 11:3.
Kita dapat bersyukur bahwa Yehuwa memperingatkan kita terhadap berbagai siasat Setan. (2 Korintus 2:11) Mari kita bertekad
untuk tidak sekali-kali membiarkan cara berpikir Setan menyusup
ke dalam pikiran kita. Agar tetap berada dalam kasih Allah, kita
perlu terus ’memusatkan pikiran kita pada perkara-perkara yang
ada di atas’.—Kolose 3:2.
194
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
di bagian-bagian lain di dunia. Di sana, si Iblis menipu banyak orang sehingga percaya bahwa ia mempunyai kuasa yang
lebih besar daripada yang sebenarnya. Ada orang yang hidup,
makan, bekerja, dan tidur dengan perasaan takut akan roh-roh
jahat. Ada banyak sekali kisah tentang tindakan perkasa para
hantu. Kisah-kisah tersebut sering dibumbui, dan orang takjub
olehnya. Apakah kita harus ikut menyebarkan kisah-kisah tersebut? Tidak, hamba-hamba Allah yang benar tidak melakukan hal itu karena dua alasan penting.
20 Pertama, dengan menyebarkan kisah-kisah tentang kehebatan para hantu, seseorang sebenarnya membantu upaya Setan. Mengapa demikian? Firman Allah memang mengatakan
bahwa Setan dapat melakukan perbuatan penuh kuasa, tetapi
Alkitab juga memperingatkan bahwa ia menggunakan ”tanda-tanda dusta” dan ”tipu daya”. (2 Tesalonika 2:9, 10) Karena
20. Bagaimana seseorang, mungkin tanpa sengaja, bisa mendukung
siasat Setan?
APAKAH ITU MEMANG SPIRITISME?
Prinsip: ”Perbuatan daging nyata, dan ini
adalah . . . praktek spiritisme, . . . perpecahan,
sekte-sekte . . . Orang yang mempraktekkan hal-hal
demikian tidak akan mewarisi kerajaan Allah.”
—Galatia 5:19-21.
Pertanyaan untuk diri sendiri
ˇ Apakah adat kebiasaan yang saya ikuti ada
hubungannya dengan kepercayaan agama palsu?
—2 Korintus 6:16, 17.
ˇ Di antara benda-benda yang saya gunakan, apakah
ada yang berkaitan langsung dengan spiritisme?
—Kisah 19:19.
ˇ Apakah pengobatan yang saya upayakan melibatkan
suatu bentuk kekuatan gaib?—Imamat 19:26.
Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya
195
Setan adalah penipu ulung, ia tahu cara memengaruhi pikiran orang-orang yang cenderung kepada spiritisme dan caranya agar mereka memercayai hal-hal yang tidak benar. Orangorang seperti itu mungkin sungguh-sungguh percaya bahwa
mereka melihat dan mendengar hal-hal tertentu dan boleh
jadi menceritakan pengalaman mereka sebagai sesuatu yang
benar. Lambat laun, kisah mereka dibesar-besarkan karena diceritakan berulang kali. Jika seorang Kristen menyebarkan cerita seperti itu, ia sebenarnya melakukan kehendak si Iblis
—”bapak dusta”. Ia mendukung siasat Setan.—Yohanes 8:44;
2 Timotius 2:16.
21 Kedua, sekalipun seorang Kristen memang pernah melihat roh-roh jahat di masa lalu, ia tidak akan berulang kali menceritakan hal itu sebagai topik obrolan dengan rekan-rekan
seimannya. Mengapa? Kita dinasihati, ’Tataplah Wakil Utama
dan Penyempurna iman kita, Yesus.’ (Ibrani 12:2) Ya, kita harus memusatkan perhatian kita kepada Kristus, bukan kepada Setan. Patut diperhatikan bahwa semasa hidupnya di bumi,
Yesus tidak pernah menjadikan roh-roh jahat sebagai bahan
obrolan dengan murid-muridnya, walaupun ia bisa saja mengatakan banyak hal tentang apa yang dapat atau tidak dapat
Setan lakukan. Tetapi, topik utama Yesus adalah berita Kerajaan. Jadi, sesuai dengan teladan Yesus dan para rasul, kita tentu
ingin agar percakapan kita berkisar pada ”perkara-perkara yang
besar dari Allah”.—Kisah 2:11; Lukas 8:1; Roma 1:11, 12.
22 Memang, Setan menggunakan berbagai siasat licik, termasuk spiritisme, untuk mencoba menghancurkan hubungan kita dengan Yehuwa. Tetapi, dengan merasa muak terhadap apa yang jahat dan berpaut pada apa yang baik, kita tidak
memberi si Iblis kesempatan untuk melemahkan tekad kita
untuk menolak spiritisme dengan segala bentuknya. (Baca
Efesus 4:27.) Bayangkan betapa besar ”sukacita di surga” jika
kita terus ”berdiri teguh melawan siasat-siasat licik Iblis” sampai ia tidak ada lagi!—Lukas 15:7; Efesus 6:11.
21. Kita ingin percakapan kita berkisar pada hal apa?
22. Bagaimana kita dapat terus mendatangkan ”sukacita di surga”?
PASAL 17
”Membangun Dirimu di Atas
Imanmu yang Paling Kudus”
”Dengan membangun dirimu di atas imanmu yang
paling kudus, . . . tetaplah berada dalam kasih Allah.”
—YUDAS 20, 21.
SAUDARA sedang bekerja keras pada suatu proyek pembangunan.
Proyek ini sudah berjalan selama beberapa waktu dan akan terus
berlangsung sampai di masa depan. Sejauh ini, pekerjaan tersebut
penuh tantangan tetapi memuaskan. Apa pun yang terjadi, Saudara bertekad untuk tidak pernah menyerah atau mengendur, sebab mutu pekerjaan Saudara akan memengaruhi kehidupan, dan
bahkan masa depan Saudara. Mengapa demikian? Karena yang sedang dibangun adalah Saudara sendiri!
2 Sang murid Yudas menandaskan bahwa kita perlu membangun diri sendiri. Ketika mendesak orang Kristen agar ’tetap berada dalam kasih Allah’, ia juga menyingkapkan dalam ayat-ayat
yang sama apa kuncinya untuk bisa melakukan hal itu, yaitu ”dengan membangun dirimu di atas imanmu yang paling kudus”.
(Yudas 20, 21) Bagaimana Saudara dapat membangun diri sendiri dengan lebih menguatkan iman Saudara sehingga tetap berada dalam kasih Allah? Mari kita pusatkan perhatian pada tiga segi
proyek pembangunan rohani diri Saudara.
TERUSLAH MEMBANGUN IMAN AKAN TUNTUTAN
YEHUWA YANG ADIL DAN BENAR
3
Pertama-tama, kita perlu menguatkan iman kita akan hukum
1, 2. Proyek pembangunan apa yang Saudara laksanakan, dan mengapa mutu pekerjaan Saudara sangat penting?
3-5. (a) Setan ingin menyesatkan Saudara agar Saudara memiliki
pandangan apa tentang tuntutan Yehuwa? (b) Bagaimana seharusnya
pandangan kita tentang tuntutan Allah, dan bagaimana hal itu seharusnya memengaruhi perasaan kita? Jelaskan.
”Membangun Dirimu di Atas Imanmu yang Paling Kudus”
197
Allah. Sewaktu mempelajari buku ini, Saudara telah mempelajari
sejumlah tuntutan Yehuwa yang adil dan benar tentang tingkah
laku. Bagaimana Saudara memandang tuntutan-tuntutan tersebut? Setan ingin menyesatkan Saudara agar menganggap hukum,
prinsip, dan standar Yehuwa itu bersifat mengekang, bahkan menindas. Ia terus menggunakan taktik ini karena ternyata sangat
berhasil di Eden dulu. (Kejadian 3:1-6) Apakah taktiknya juga bisa
menyesatkan Saudara? Hal itu sangat bergantung pada sudut pandang Saudara.
4 Sebagai gambaran: Ketika Saudara sedang berjalan-jalan di sebuah taman yang indah, Saudara melihat sebuah pagar yang tinggi dan kokoh, menutupi jalan menuju bagian tertentu dari taman
itu, yang pemandangannya sangat menarik. Mula-mula, Saudara mungkin menganggap pagar itu tidak perlu ada di sana karena membatasi kebebasan Saudara. Sewaktu Saudara melihat apa
yang ada di balik pagar itu, tampak seekor singa yang ganas sedang
mengintai mangsa! Sekarang, Saudara menyadari fungsi pagar itu
—sebagai pelindung. Apakah Saudara sekarang sedang diintai pemangsa yang berbahaya? Firman Allah memperingatkan, ”Pertahankanlah kesadaranmu, waspadalah. Musuhmu, si Iblis, berjalan
keliling seperti singa yang mengaum, berupaya melahap orang.”
—1 Petrus 5:8.
5 Setan adalah pemangsa yang ganas. Karena Yehuwa tidak
ingin kita menjadi mangsa Setan, Ia memberikan hukum-hukum
untuk melindungi kita dari banyak ’siasat licik’ Iblis. (Efesus 6:11)
Jadi, setiap kali kita merenungkan hukum-hukum Allah, kita harus memandangnya sebagai pernyataan kasih Bapak kita. Dengan
begitu, hukum-hukum Allah menjadi sumber keamanan dan sukacita. Sang murid Yakobus menulis, ”Dia yang meneliti hukum
yang sempurna yang berkaitan dengan kemerdekaan, dan yang
berkanjang dalam hal itu . . . akan berbahagia karena melakukan
hal itu.”—Yakobus 1:25.
6 Menaati perintah-perintah Allah adalah cara terbaik untuk
membangun iman kita kepada sang Pemberi hukum dan kepada hikmat dari hukum-hukum-Nya. Sebagai contoh, ”hukum
6. Apa cara terbaik untuk membangun iman akan hukum dan prinsip Allah yang adil dan benar? Berikan contoh.
198
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Kristus” mencakup perintah Yesus untuk mengajar orang lain ’semua perkara yang ia perintahkan’. (Galatia 6:2; Matius 28:19, 20)
Orang Kristen juga menganggap serius perintah agar mereka terus menikmati pertemuan ibadat dan pergaulan yang membina.
(Ibrani 10:24, 25) Perintah Allah juga mencakup desakan untuk
sering dan teratur berdoa dengan tulus kepada Yehuwa. (Matius
6:5-8; 1 Tesalonika 5:17) Jika kita menaati perintah-perintah tersebut, semakin jelaslah bagi kita bahwa pedoman itu benar-benar berlandaskan kasih. Dengan mematuhinya, kita akan memperoleh sukacita dan kepuasan yang mustahil kita temukan di
tempat lain di dunia yang penuh masalah ini. Sewaktu Saudara
merenungkan manfaat yang telah Saudara peroleh secara pribadi
karena mematuhi hukum Allah, tidakkah iman Saudara akan hukum-hukum tersebut semakin kuat?
7 Kadang-kadang, ada yang merasa terlalu sulit untuk bisa terus
berpaut pada hukum Yehuwa seraya tahun-tahun berlalu. Mereka takut pada suatu saat akan gagal. Kalau Saudara pernah merasa
begitu, ingatlah kata-kata ini, ”Aku, Yehuwa, adalah Allahmu, Pribadi yang mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagimu, Pribadi
yang membuat engkau melangkah di jalan yang harus kautem7, 8. Bagaimana Firman Allah membesarkan hati orang yang khawatir bahwa ia tidak bisa terus menempuh haluan yang benar seraya
tahun-tahun berlalu?
”Membangun Dirimu di Atas Imanmu yang Paling Kudus”
199
puh. Oh, seandainya saja engkau mau memperhatikan perintahperintahku! Maka damaimu akan menjadi seperti sungai, dan keadilbenaranmu seperti gelombang-gelombang laut.” (Yesaya 48:
17, 18) Pernahkah Saudara meluangkan waktu sejenak untuk memikirkan betapa membesarkan hati kata-kata tersebut?
8 Dalam ayat itu, Yehuwa mengingatkan kita bahwa kita akan
mendapat manfaat jika kita menaati Dia. Ia menjanjikan dua macam berkat jika kita berbuat demikian. Pertama, damai kita akan
seperti sungai—tenang, melimpah, terus mengalir. Kedua, keadilbenaran kita akan seperti gelombang laut. Kalau Saudara berdiri di
pantai dan mengamati gelombang laut yang susul-menyusul, Saudara tentu akan merasakan adanya keabadian. Saudara tahu bahwa gelombang-gelombang itu akan terus datang, memecah pantai
dari masa ke masa. Yehuwa mengatakan bahwa keadilbenaran kita
—haluan kita dalam melakukan apa yang benar—bisa langgeng
seperti gelombang itu. Selama Saudara berupaya setia kepadaNya, Ia tidak akan pernah membiarkan Saudara jatuh! (Baca Mazmur 55:22.) Tidakkah janji yang menghangatkan hati itu membangun iman Saudara kepada Yehuwa dan tuntutan-Nya yang adil
dan benar?
’KERAHKAN DIRI KE KEMATANGAN’
Segi kedua dari proyek pembangunan diri Saudara disingkapkan dalam kata-kata terilham ini, ”Biarlah kita mengerahkan diri
ke kematangan.” (Ibrani 6:1) Kematangan adalah cita-cita yang
sangat bagus bagi seorang Kristen. Tidak seperti kesempurnaan,
yang saat ini tak terjangkau oleh manusia, kematangan adalah
cita-cita yang dapat diraih. Selanjutnya, orang Kristen akan lebih
bersukacita dalam melayani Yehuwa seraya mereka bertumbuh ke
kematangan. Mengapa begitu?
10 Orang Kristen yang matang adalah manusia rohani. Ia melihat segala sesuatu dari sudut pandang Yehuwa. (Yohanes 4:23)
Paulus menulis, ”Mereka yang hidup menurut daging, menetapkan pikiran mereka pada perkara-perkara daging, tetapi mereka
9
9, 10. (a) Mengapa kematangan adalah cita-cita yang sangat bagus
bagi orang Kristen? (b) Bagaimana sudut pandang rohani bisa menghasilkan sukacita?
200
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
yang hidup menurut roh, pada perkara-perkara roh.” (Roma 8:5)
Sudut pandang yang bersifat daging hanya akan menghasilkan
sedikit sukacita karena cenderung berpusat pada diri sendiri, picik, dan terpusat pada hal-hal materi. Sudut pandang yang rohani membuat kita sangat bersukacita karena perhatian kita terpusat pada Yehuwa, ”Allah yang bahagia”. (1 Timotius 1:11) Manusia
rohani ingin sekali menyenangkan Yehuwa dan bersukacita sekalipun mengalami cobaan. Mengapa? Cobaan bisa menjadi kesempatan untuk membuktikan bahwa Setan adalah pendusta dan
untuk membangun kesetiaan, sehingga Bapak kita di surga sangat
bersukacita.—Amsal 27:11; baca Yakobus 1:2, 3.
11 Kerohanian dan kematangan akan berkembang melalui pelatihan. Perhatikan ayat ini, ”Makanan keras berkaitan dengan
orang-orang yang matang, yaitu yang karena penerapan telah terlatih daya pemahamannya untuk membedakan apa yang benar
maupun yang salah.” (Ibrani 5:14) Ketika Paulus mengatakan bahwa daya pemahaman kita ”terlatih”, ia menggunakan kata bahasa
Yunani yang kemungkinan besar biasa digunakan di arena-arena
olahraga Yunani abad pertama, sebab kata itu dapat diterjemahkan menjadi ’terlatih seperti pesenam’. Nah, pikirkan apa yang terkait dengan pelatihan seperti itu.
12 Pada waktu kita lahir, tubuh kita belum terlatih. Misalnya, bayi hampir tidak bisa menentukan arah gerakan lengan
dan kakinya. Maka, bayi mengayun-ayunkan lengannya tanpa
arah yang jelas, bahkan memukul wajahnya sendiri, sehingga ia merasa takut dan kaget. Sedikit demi sedikit, karena sering menggerak-gerakkan lengan dan kakinya, tubuhnya menjadi terlatih. Bayi itu akhirnya bisa merangkak, setelah balita ia
dapat berjalan, kemudian sang anak pun dapat berlari.1 Nah, ka1 Menurut para ilmuwan, kita mengembangkan kemampuan khusus yang disebut propriosepsi, yaitu kemampuan tubuh untuk menentukan posisi dan gerakan anggota-anggota badan. Misalnya, hal itu memungkinkan Saudara bertepuk tangan dengan mata tertutup. Seorang pasien dewasa yang kehilangan
propriosepsinya tidak dapat berdiri, berjalan, atau bahkan duduk.
11, 12. (a) Apa yang Paulus katakan tentang ’daya pemahaman’
seorang Kristen, dan apa arti kata yang diterjemahkan menjadi ”terlatih”? (b) Pelatihan apa yang dibutuhkan oleh tubuh supaya dapat
berkembang dengan baik dan gesit gerakannya?
201
lau begitu, bagaimana dengan seorang pesenam? Apabila Saudara melihat seorang
atlet melompat dan bersalto
di udara dengan sangat anggun dan dengan perhitungan
yang tepat, Saudara tentu yakin bahwa otot-otot tubuhnya telah dilatih untuk waktu
yang lama. Keterampilan pesenam itu tidak diperoleh begitu
saja; ia harus berlatih selama
berjam-jam. Alkitab memberi
tahu kita bahwa pelatihan jasmani seperti itu ”sedikit manfaatnya”. Betapa lebih bernilainya pelatihan daya pemahaman rohani!—1 Timotius 4:8.
13 Dalam buku ini, kita telah membahas banyak hal yang akan
membantu Saudara melatih daya pemahaman Saudara untuk dapat tetap setia kepada Yehuwa sebagai manusia rohani. Sewaktu
akan membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari, pikirkan
secara mendalam prinsip-prinsip dan hukum-hukum Allah dan
bawakan hal itu dalam doa. Setiap kali akan mengambil keputusan, bertanyalah kepada diri sendiri: ’Hukum atau prinsip Alkitab mana yang berkaitan dengan hal ini? Bagaimana saya dapat
menerapkannya? Tindakan apa yang akan menyenangkan Bapak
saya di surga?’ (Baca Amsal 3:5, 6; Yakobus 1:5.) Apabila hal itu
dilakukan setiap kali Saudara akan mengambil keputusan, Saudara melatih daya pemahaman Saudara. Dengan demikian, Saudara
akan dan terus menjadi manusia yang benar-benar rohani.
14 Walaupun kita bisa mencapai kematangan, kita harus terus
bertumbuh secara rohani. Pertumbuhan dipengaruhi oleh makanan. Maka, Paulus menyatakan, ”Makanan keras berkaitan dengan orang-orang yang matang.” Kunci untuk membangun iman
ialah terus menyantap makanan rohani yang keras. Jika Saudara
Tubuh pesenam
menjadi lentur
karena sering
berlatih
13. Bagaimana kita dapat melatih daya pemahaman kita?
14. Selera akan apa yang perlu kita upayakan untuk bertumbuh secara rohani, namun apa yang perlu kita waspadai?
202
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
menerapkan dengan benar apa yang telah Saudara pelajari, itulah hikmat, dan Alkitab mengatakan, ”Hikmat adalah hal pokok.”
Jadi, kita perlu mengembangkan perasaan lapar yang benar akan
kebenaran berharga yang diberikan oleh Bapak kita. (Amsal 4:5-7;
1 Petrus 2:2) Tentu, tidak berarti bahwa setelah memperoleh lebih banyak pengetahuan dan hikmat dari Allah, kita boleh merasa
bangga atau menjadi sombong. Kita perlu memeriksa diri secara
teratur jangan sampai kesombongan atau kelemahan lain berakar
dan tumbuh dalam hati kita. Paulus menulis, ”Teruslah uji apakah
kamu berada dalam iman, teruslah periksa bagaimana diri kamu
sebenarnya.”—2 Korintus 13:5.
15 Walaupun sebuah rumah mungkin sudah selesai dibangun,
rumah tersebut harus dipelihara. Pemeliharaan dan perbaikan sangat penting, dan ruangan mungkin perlu ditambah jika situasi
berubah. Apa yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang matang dan untuk mempertahankan kerohanian kita? Yang terutama adalah kasih. Kita perlu terus menumbuhkan kasih kepada
Yehuwa dan rekan-rekan seiman kita. Kalau kita tidak memiliki
kasih, semua pengetahuan dan perbuatan kita tidak ada gunanya
—seperti suara-suara bising yang tak bermakna. (1 Korintus 13:
1-3) Dengan kasih, kita dapat mencapai kematangan Kristen dan
terus bertumbuh secara rohani.
TERUS PUSATKAN PIKIRAN PADA HARAPAN
YANG YEHUWA SEDIAKAN
Mari kita bahas satu segi lagi dalam proyek pembangunan
diri Saudara. Untuk dapat membangun diri sebagai pengikut sejati Kristus, cara berpikir Saudara perlu dijaga. Setan, penguasa dunia ini, sangat ahli dalam membuat orang menuruti cara berpikir
yang negatif serta sikap pesimis, gampang curiga, dan putus asa.
(Efesus 2:2) Cara berpikir semacam itu berbahaya bagi seorang
Kristen, sama seperti pelapukan pada bangunan kayu. Syukurlah,
Yehuwa menyediakan sarana pelindung yang penting sekali, yaitu
harapan.
16
15. Mengapa kasih sangat penting bagi pertumbuhan rohani?
16. Cara berpikir macam apa yang Setan sebarkan, dan perlindungan apa yang Yehuwa sediakan?
”Membangun Dirimu di Atas Imanmu yang Paling Kudus”
203
17 Alkitab menyebutkan berbagai bagian dari perlengkapan senjata rohani yang kita butuhkan dalam peperangan kita melawan
Setan dan dunia ini. Sebuah perlengkapan yang penting adalah
ketopong, yaitu ”harapan keselamatan”. (1 Tesalonika 5:8) Seorang prajurit pada zaman Alkitab tahu bahwa ia tidak akan bisa
bertahan dalam pertempuran tanpa mengenakan ketopong. Ketopong sering terbuat dari logam dan dilapisi kain laken atau kulit,
sehingga kebanyakan pukulan ke arah kepala pasti akan memantul dan hanya menimbulkan cedera ringan. Sebagaimana ketopong melindungi kepala, harapan dapat melindungi pikiran Saudara, cara berpikir Saudara.
18 Yesus memberikan teladan yang sangat bagus dalam mempertahankan harapan. Ingatlah penderitaan yang ia alami pada
malam terakhir kehidupannya di bumi. Seorang teman dekat
mengkhianatinya demi uang. Temannya yang lain menyangkal
bahwa ia mengenal Yesus. Yang lainnya meninggalkan dia dan
melarikan diri. Orang-orang sebangsa menolaknya, menuntut
agar ia dibunuh dengan cara disiksa oleh para prajurit Romawi. Sebagian besar dari kita pasti setuju bahwa ujian yang Yesus hadapi
lebih berat daripada yang akan kita alami. Apa yang membantunya bertahan? Ibrani 12:2 menjawab, ”Demi sukacita yang ditaruh di hadapannya ia bertekun menanggung tiang siksaan, mengabaikan keaiban, dan duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Yesus
terus memikirkan ”sukacita yang ditaruh di hadapannya”.
19 Sukacita apa yang ditaruh di hadapan Yesus? Ya, ia tahu bahwa dengan bertekun, ia turut menyucikan nama kudus Yehuwa.
Ia akan memberikan bukti terbesar bahwa Setan adalah pendusta. Tidak ada harapan lain yang bisa memberi Yesus sukacita yang
lebih besar! Ia juga tahu bahwa Yehuwa akan memberinya upah
yang berlimpah atas kesetiaannya, yaitu saat yang menakjubkan
yang sudah di depan mata untuk dipersatukan kembali dengan
Bapaknya. Yesus terus memusatkan pikirannya pada harapan yang
luar biasa itu sewaktu ia menjalani masa-masa yang paling sulit. Itulah yang juga perlu kita lakukan. Ada sukacita yang juga
17. Bagaimana Firman Allah menggambarkan pentingnya harapan?
18, 19. Teladan apa yang Yesus berikan dalam mempertahankan harapan, dan bagaimana kita dapat menirunya?
204
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
ditaruh di hadapan kita. Yehuwa membuat kita masing-masing
terhormat dengan memberikan hak istimewa untuk turut menyucikan nama-Nya yang besar. Kita dapat membuktikan Setan sebagai pendusta dengan memilih Yehuwa sebagai Penguasa kita dan
berlindung dalam kasih Bapak kita, tidak soal ujian dan godaan
apa yang barangkali kita hadapi.
20 Yehuwa tidak saja mau mengupahi hamba-hamba-Nya yang
setia, tetapi Ia juga ingin sekali melakukan hal itu. (Yesaya 30:18;
baca Maleakhi 3:10.) Ia senang mengabulkan keinginan yang benar dari hamba-hamba-Nya. (Mazmur 37:4) Jadi, teruslah pusatkan pikiran Saudara dengan teguh pada harapan yang ada di hadapan Saudara. Jangan sekali-kali menyerah kepada cara berpikir
yang negatif, bejat, belat-belit dari dunia Setan yang akan segera
berakhir. Jika Saudara merasa bahwa roh dunia ini sedikit demi
sedikit menyusup ke dalam pikiran atau hati Saudara, berdoalah
dengan sungguh-sungguh kepada Yehuwa meminta ”kedamaian
dari Allah, yang lebih unggul daripada segala akal”. Kedamaian
yang Allah berikan akan menjaga hati dan kekuatan mental Saudara.—Filipi 4:6, 7.
21 Betapa menakjubkan harapan yang hendaknya Saudara re20. Apa yang dapat membantu Saudara tetap berpikiran positif dan
memiliki harapan?
21, 22. (a) Harapan yang sangat bagus apa yang sangat dihargai
orang-orang dari ”kumpulan besar”? (b) Bagian mana dari harapan
Kristen yang paling berarti bagi Saudara, dan apa tekad Saudara?
”Membangun Dirimu di Atas Imanmu yang Paling Kudus”
205
nungkan! Jika Saudara adalah bagian dari ”kumpulan besar”,
yang akan ”keluar dari kesengsaraan besar”, pikirkan kehidupan
yang tidak lama lagi akan Saudara nikmati. (Penyingkapan 7:9, 14)
Kalau Setan dan hantu-hantunya sudah tidak ada lagi, Saudara
akan merasakan kelegaan yang bisa jadi sulit dibayangkan sekarang. Tentu saja, siapa di antara kita yang pernah merasakan hidup tanpa tekanan dari pengaruh Setan yang bersifat merusak?
Dengan lenyapnya tekanan tersebut, betapa senangnya kita melakukan pekerjaan mengubah bumi menjadi firdaus di bawah arahan Yesus dan 144.000 rekan penguasanya di surga! Alangkah gembiranya kita karena akan menyaksikan segala macam penyakit dan
kelemahan tubuh disingkirkan, menyambut kembali orang-orang
yang kita kasihi dari kuburan, dan hidup sesuai dengan yang Allah
maksudkan bagi kita! Seraya kita bertumbuh menuju kesempurnaan, imbalan yang lebih besar lagi semakin mendekat, yaitu janji yang disingkapkan di Roma 8:21—”kemerdekaan yang mulia sebagai anak-anak Allah”.
22 Yehuwa ingin Saudara memperoleh lebih banyak kemerdekaan daripada yang dapat Saudara bayangkan. Jalan menuju
kemerdekaan itu bergantung pada ketaatan. Maka, tidakkah Saudara layak mengerahkan segala upaya sebisa-bisanya sekarang untuk menaati Yehuwa hari demi hari? Kalau begitu, teruslah bangun diri Saudara di atas iman Saudara yang paling kudus, agar
Saudara dapat tetap berada dalam kasih Allah untuk selama-lamanya!
206
APENDIKS
TOPIK
HALAMAN
Cara Memperlakukan Orang yang Dipecat 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 207
Tudung Kepala—Kapan dan Mengapa Dibutuhkan? 9 9 9 9 9 9 9 209
Salut kepada Bendera, Pemungutan Suara, dan Dinas Sipil 9 9 212
Fraksi Darah dan Langkah-Langkah Pembedahan 9 9 9 9 9 9 9 9 9 215
Saudara Bisa Menang Melawan Masturbasi 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 218
Pandangan Alkitab tentang Perceraian dan Perpisahan 9 9 9 9 9 219
Menyelesaikan Pertikaian Bisnis 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 222
Apendiks
207
Cara Memperlakukan Orang yang Dipecat
Di antara hal-hal yang bisa sangat memedihkan hati kita ialah
dikeluarkannya seorang kerabat atau sahabat dari sidang karena ia
berbuat dosa dan tidak mau bertobat. Tanggapan kita terhadap petunjuk Alkitab tentang hal ini dapat menyingkapkan seberapa
dalam kasih kita kepada Allah dan keloyalan kita kepada pengaturan-Nya.1 Perhatikan beberapa pertanyaan yang timbul mengenai
pokok ini.
Bagaimana seharusnya kita memperlakukan orang yang dipecat? Alkitab mengatakan agar kita ”tidak lagi bergaul dengan siapa
saja yang disebut saudara namun adalah orang yang melakukan
percabulan atau orang yang tamak atau penyembah berhala atau
pencerca atau pemabuk atau pemeras, dan bahkan tidak makan
bersama orang demikian”. (1 Korintus 5:11) Mengenai siapa pun
yang ”tidak tetap dalam pengajaran Kristus”, kita membaca, ”Jangan sekali-kali menerima dia dalam rumahmu atau memberikan
salam kepadanya. Karena ia yang memberikan salam kepadanya
ikut mengambil bagian dalam perbuatannya yang fasik.” (2 Yohanes 9-11) Kita tidak lagi bergaul atau berbicara tentang hal-hal
rohani dengan orang-orang yang dipecat. Menara Pengawal No. 37,
halaman 21, atau The Watchtower 15 September 1981, halaman 25,
menyatakan, ”Sapaan seperti ’Halo’ bisa menjadi langkah pertama
untuk terlibat dalam percakapan, dan mungkin bahkan persahabatan. Apakah kita mau mengambil langkah pertama tersebut?”
Apakah kita benar-benar perlu memutuskan hubungan sama sekali dengannya? Ya, karena beberapa alasan. Pertama, hal ini
menyangkut keloyalan kepada Allah dan Firman-Nya. Kita menaati Yehuwa tidak hanya apabila hal itu mudah, tetapi juga apabila
hal itu benar-benar sulit dilakukan. Kasih kepada Allah menggerakkan kita untuk menaati semua perintah-Nya, mengakui bahwa
Ia adil serta pengasih dan bahwa hukum-hukum-Nya menghasilkan manfaat terbesar. (Yesaya 48:17; 1 Yohanes 5:3) Kedua, dengan
tidak lagi bergaul dengan pelaku kesalahan yang tidak mau bertobat, kita dan anggota sidang lainnya terlindung dari pencemaran
1 Prinsip Alkitab untuk pokok ini juga berlaku bagi orang-orang yang mengucilkan diri dari sidang.
208
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
rohani serta moral dan nama baik sidang akan tetap terjaga.
(1 Korintus 5:6, 7) Ketiga, keteguhan kita dalam menjunjung prinsip-prinsip Alkitab mungkin justru bermanfaat bagi orang yang
dipecat. Dengan mendukung keputusan panitia pengadilan, kita
mungkin menyentuh hati pelaku kesalahan yang sejauh ini tidak
menanggapi upaya para penatua untuk membantunya. Karena tidak dapat lagi menikmati pergaulan yang menyenangkan dengan
orang-orang yang dikasihi, bisa jadi ia akan ”sadar”, melihat betapa serius kesalahannya, dan mengambil langkah-langkah untuk
kembali kepada Yehuwa.—Lukas 15:17.
Bagaimana seandainya seorang kerabat dipecat? Dalam hal ini,
ikatan yang erat antara anggota-anggota keluarga bisa benar-benar
menguji keloyalan kita. Bagaimana seharusnya kita memperlakukan kerabat yang dipecat? Dalam Apendiks ini kita tidak dapat
membahas setiap situasi yang mungkin timbul, tetapi mari kita
perhatikan dua situasi yang mendasar.
Dalam situasi tertentu, anggota keluarga yang dipecat mungkin
masih tinggal serumah sebagai bagian dari keluarga kandung. Karena pemecatan tidak memutuskan ikatan keluarga, kegiatan dan
urusan keluarga yang biasa dilakukan setiap hari dapat tetap berlangsung. Namun, melalui haluannya, orang itu telah memilih
untuk memutuskan ikatan rohani antara dia dan keluarganya yang
beriman. Jadi, para anggota keluarga yang loyal tidak bisa lagi melakukan kegiatan rohani bersamanya. Misalnya, apabila keluarga
berkumpul untuk ibadat keluarga dan orang yang dipecat itu
hadir, ia hanya akan menjadi pendengar. Tetapi, jika orang yang dipecat ini adalah anak di bawah umur, orang tuanya tetap memiliki
tanggung jawab untuk mengajar dan mendisiplin dia. Jadi, orang
tua yang pengasih bisa mengadakan pelajaran Alkitab dengan anak
itu.1—Amsal 6:20-22; 29:17.
Dalam situasi lain, kerabat yang dipecat itu mungkin bukan keluarga kandung dan tidak tinggal serumah. Mungkin, sekali-sekali
mereka perlu mengadakan kontak secara terbatas demi mengurus
masalah keluarga yang penting, tetapi kontak seperti itu hendak1 Keterangan lebih jauh tentang anak-anak di bawah umur yang dipecat, yang
tinggal serumah, terdapat dalam Menara Pengawal 1 Oktober 2001, halaman 1617, dan Menara Pengawal seri 54, halaman 31-32, atau The Watchtower 15 November 1988, halaman 20.
Apendiks
209
nya dijaga sesedikit mungkin. Para anggota keluarga Kristen yang
loyal tidak mencari dalih untuk berhubungan dengan kerabat
yang dipecat yang tidak tinggal serumah. Sebaliknya, keloyalan kepada Yehuwa dan organisasi-Nya menggerakkan mereka untuk
mendukung pengaturan berdasarkan Alkitab tentang pemecatan.
Haluan mereka yang loyal adalah demi kebaikan pelaku kesalahan
itu dan bisa jadi akan membantunya memperoleh manfaat dari disiplin yang diterimanya.1—Ibrani 12:11.
1 Untuk mendapat lebih banyak keterangan tentang cara memperlakukan kerabat yang dipecat, lihat nasihat Alkitab yang dibahas dalam Menara Pengawal
seri 47, halaman 27-32, atau The Watchtower 15 April 1988, halaman 26-31, dan
Menara Pengawal No. 37, halaman 23-27, atau The Watchtower 15 September
1981, halaman 26-31.
Tudung Kepala—Kapan dan Mengapa
Dibutuhkan?
Kapan dan mengapa seorang wanita Kristen harus mengenakan tudung kepala sehubungan dengan ibadatnya? Mari kita bahas
apa yang rasul Paulus tulis di bawah ilham tentang pokok ini. Ia
memberikan pedoman yang kita butuhkan untuk dapat membuat
keputusan yang benar, yang akan menghormati Allah. (1 Korintus
11:3-16) Paulus mengungkapkan tiga hal yang perlu dipertimbangkan: (1) kegiatan yang mengharuskan seorang wanita mengenakan
tudung kepala, (2) situasi yang mengharuskannya melakukan hal
itu, dan (3) alasan dia menerapkan standar ini.
Kegiatan. Paulus menyebutkan dua kegiatan: berdoa dan bernubuat. (Ayat 4, 5) Doa, tentu, adalah komunikasi yang bersifat ibadat
kepada Yehuwa. Dewasa ini, bernubuat dapat diterapkan untuk kegiatan mengajarkan hal-hal berdasarkan Alkitab, yang dilakukan
seorang pelayan Kristen. Tetapi, apakah Paulus menyatakan bahwa
seorang wanita harus selalu mengenakan tudung kepala apabila ia
berdoa atau mengajarkan kebenaran Alkitab? Tidak. Situasinya menentukan hal itu.
Situasi. Kata-kata Paulus menyatakan dua situasi, atau lingkup
kegiatan—keluarga dan sidang. Ia mengatakan, ”Kepala dari seorang wanita adalah pria; . . . setiap wanita yang berdoa atau
bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung mempermalukan
210
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
kepalanya.” (Ayat 3, 5) Dalam keluarga, suami adalah orang yang
Yehuwa tetapkan sebagai kepala atas istri. Jika istri tidak mengakui
wewenang suaminya sebagaimana layaknya, ia akan mempermalukan suaminya jika ia melaksanakan tanggung jawab yang Yehuwa
berikan kepada sang suami. Misalnya, kalau ia sampai harus memandu pelajaran Alkitab sewaktu suaminya sedang berada di situ,
ia akan mengakui wewenang suaminya dengan mengenakan tudung kepala. Ia akan melakukan hal itu, entah suaminya sudah
terbaptis atau tidak, karena suami adalah kepala keluarga.1 Jika
seorang wanita berdoa atau mengajar sewaktu putranya yang di
bawah umur namun terbaptis ada di situ, wanita itu juga akan
mengenakan tudung kepala, bukan karena putranya adalah kepala
keluarga, tetapi karena wewenang yang diberikan kepada anggota
pria yang terbaptis di sidang Kristen.
Paulus menyebutkan situasi di sidang, dengan mengatakan,
”Jika seseorang tampaknya membantah oleh karena suatu kebiasaan lain, kami tidak mempunyai kebiasaan lain, demikian juga
sidang-sidang jemaat Allah.” (Ayat 16) Di sidang Kristen, kekepalaan dikaruniakan kepada pria terbaptis. (1 Timotius 2:11-14; Ibrani
13:17) Hanya kaum pria yang dilantik sebagai penatua dan hamba
pelayanan, disertai tanggung jawab dari Allah untuk memelihara
kawanan Allah. (Kisah 20:28) Tetapi kadang-kadang, karena keadaan, seorang wanita Kristen bisa jadi diminta melaksanakan tugas
yang biasanya dilakukan oleh pria terbaptis yang memenuhi syarat. Misalnya, ia mungkin perlu memimpin pertemuan untuk dinas
lapangan karena tidak ada pria terbaptis yang memenuhi syarat.
Atau, bisa jadi ia memandu pelajaran Alkitab di rumah yang telah
diatur sebelumnya yang dihadiri seorang pria terbaptis.2 Karena kegiatan itu sebenarnya adalah bagian dari fungsi sidang Kristen, ia
akan mengenakan tudung kepala untuk mengakui bahwa ia melaksanakan tugas yang biasanya diberikan kepada pria.
Sebaliknya, banyak segi dalam ibadat tidak mengharuskan seorang saudari mengenakan tudung kepala. Misalnya, jika ia
1 Seorang istri Kristen biasanya tidak akan memimpin doa apabila suaminya
yang seiman ada di situ kecuali dalam keadaan yang tidak lazim, misalnya jika
suami tidak bisa berbicara karena penyakit.
2 Jika seorang saudari memandu pelajaran Alkitab yang sudah diatur sebelumnya dan di situ ada seorang penyiar pria yang belum terbaptis yang bukan suaminya, ia tidak perlu mengenakan tudung kepala.
211
memberikan komentar di
perhimpunan, melakukan pelayanan dari rumah ke rumah
bersama suaminya atau pria
lain yang terbaptis, atau
memberikan pelajaran Alkitab kepada anak-anaknya yang
belum terbaptis atau berdoa
bersama mereka. Memang,
mungkin timbul pertanyaan
lain, dan jika seorang saudari
merasa tidak pasti akan suatu
hal, ia bisa melakukan riset tambahan.1 Jika ia tetap merasa tidak
pasti dan jika hati nuraninya menggerakkan dia untuk mengenakan tudung kepala, hal itu tidak salah, sebagaimana diperlihatkan
dalam gambar di atas.
Alasan. Di ayat 10 kita menemukan dua alasan seorang wanita
Kristen akan memenuhi tuntutan ini, ”Wanita sepatutnya mengenakan tanda wewenang di atas kepalanya oleh karena para
malaikat.” Pertama, perhatikan istilah ”tanda wewenang”. Wewenang siapa? Mengenakan tudung kepala adalah cara seorang wanita
menunjukkan bahwa ia mengakui wewenang yang Yehuwa berikan kepada pria terbaptis di sidang. Jadi, ia menyatakan kasih
dan keloyalannya kepada Allah Yehuwa. Alasan kedua ditemukan
pada kata-kata ”oleh karena para malaikat”. Apa pengaruhnya atas
makhluk-makhluk roh yang perkasa itu jika seorang wanita mengenakan tudung kepala?
Para malaikat ingin melihat bahwa wewenang Allah diakui di
seluruh organisasi Yehuwa, di surga dan di bumi. Mereka juga mendapat manfaat dari teladan manusia yang tidak sempurna dalam
hal ini. Hal ini jelas, karena mereka juga harus tunduk kepada pengaturan Yehuwa—ujian yang tidak berhasil dilalui banyak malaikat
di masa silam. (Yudas 6) Nah, para malaikat mungkin melihat ada
seorang wanita Kristen yang lebih berpengalaman, mempunyai lebih banyak pengetahuan, dan lebih cerdas daripada seorang pria
1 Untuk mendapat lebih banyak keterangan, silakan lihat Menara Pengawal
15 Februari 2015, halaman 30; 15 Juli 2002, halaman 26-27; dan The Watchtower
15 Februari 1977, halaman 125-128.
212
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
terbaptis di sidang; tetapi, wanita itu bersedia memperlihatkan ketundukan kepada wewenang saudara tersebut. Adakalanya, wanita
itu adalah seorang Kristen terurap yang belakangan akan menjadi
salah satu di antara sesama waris bersama Kristus. Ia akhirnya akan
melayani dengan kedudukan yang bahkan lebih tinggi daripada
para malaikat dan memerintah bersama Kristus di surga. Benar-benar teladan bagi para malaikat! Sesungguhnya, alangkah besar hak
istimewa yang dimiliki semua saudari, yaitu dengan rendah hati
memperlihatkan ketaatan melalui keloyalan dan ketundukan mereka di hadapan jutaan malaikat yang setia!
Salut kepada Bendera, Pemungutan Suara,
dan Dinas Sipil
Salut kepada bendera. Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa membungkuk atau memberi salut kepada bendera, sering kali diiringi
lagu kebangsaan, adalah tindakan keagamaan yang menyatakan
bahwa keselamatan berasal, bukan dari Allah melainkan dari Negara atau para pemimpinnya. (Yesaya 43:11; 1 Korintus 10:14;
1 Yohanes 5:21) Salah satu pemimpin negara seperti itu adalah
Raja Nebukhadnezar dari Babilon kuno. Agar rakyatnya terkesan
akan keagungan dan semangat keagamaannya, raja yang besar kekuasaannya ini mendirikan sebuah patung yang megah dan
mewajibkan rakyatnya untuk membungkuk kepada patung tersebut sewaktu musik, seperti lagu kebangsaan, dimainkan. Tetapi,
tiga orang Ibrani—Syadrakh, Mesyakh, dan Abednego—tidak mau
membungkuk kepada patung itu, sekalipun ada sanksi hukuman
mati.—Daniel, pasal 3.
Pada zaman kita, bendera adalah ’objek pemujaan’, tulis sejarawan Carlton Hayes. ”Kaum pria melepaskan topi mereka sewaktu
bendera lewat; dan para pujangga menggubah ode (sajak pujian)
dan anak-anak menyanyikan himne untuk bendera.” Ia menambahkan bahwa nasionalisme juga memiliki ”hari-hari raya”
—seperti hari kemerdekaan Amerika Serikat tanggal 4 Juli—dan juga
banyak ”santo serta pahlawan” dan ”tempat pemujaan”. Pada suatu
upacara di depan umum di Brasil, sang menteri angkatan bersenjata mengakui, ”Bendera dipuja dan disembah . . . sama seperti tanah
Apendiks
213
air dipuja.” Ya, ”bendera, seperti salib, adalah keramat”, demikian
kata The Encyclopedia Americana.
Ensiklopedia yang sama baru-baru ini menyatakan bahwa lagu
kebangsaan ”adalah ungkapan rasa patriotik dan sering kali berisi permohonan untuk perlindungan dan bimbingan ilahi bagi
rakyat atau penguasa mereka”. Jadi, hamba-hamba Yehuwa tidaklah mengada-ada kalau mereka menganggap upacara patriotik
yang mencakup salut kepada bendera dan lagu kebangsaan bersifat
keagamaan. Sebenarnya, sewaktu mengomentari sikap anak-anak
Saksi-Saksi Yehuwa yang menolak memberikan penghormatan
kepada bendera atau mengucapkan sumpah kesetiaan di sekolahsekolah di AS, buku The American Character mengatakan, ”Fakta
bahwa upacara yang diadakan setiap hari ini bersifat keagamaan
akhirnya diakui oleh Mahkamah Agung dalam sejumlah kasus
pengadilan.”
Walaupun umat Yehuwa tidak berpartisipasi dalam upacara yang
mereka anggap tidak sesuai dengan Alkitab, mereka tentu menghargai hak orang lain untuk melakukan hal itu. Mereka juga
menghormati bendera nasional sebagai lambang negara dan mengakui pemerintah yang sah sebagai ”kalangan berwenang yang lebih
tinggi” yang berfungsi sebagai ”pelayan Allah”. (Roma 13:1-4) Karena itu, Saksi-Saksi Yehuwa mengindahkan desakan untuk berdoa
”demi raja-raja dan semua orang yang berkedudukan tinggi”. Tetapi, tujuannya adalah ”supaya kita dapat terus hidup dengan
tenang dan tenteram dengan penuh pengabdian yang saleh dan keseriusan”.—1 Timotius 2:2.
Pemungutan Suara dalam Pemilu. Orang Kristen sejati menghargai hak orang lain untuk memberikan suara. Mereka tidak
berkampanye menentang pemilu, dan mereka bekerja sama dengan kalangan berwenang yang terpilih. Tetapi, mereka tetap netral
sepenuhnya dalam urusan politik bangsa-bangsa. (Matius 22:21;
1 Petrus 3:16) Apa yang sepatutnya dilakukan orang Kristen di
negeri-negeri yang mewajibkan rakyatnya memberikan suara atau
yang warganya bakal memusuhi orang yang tidak pergi ke bilik
suara? Mengingat bahwa Syadrakh, Mesyakh, dan Abednego pergi
ke dataran Dura, seorang Kristen yang menghadapi situasi serupa bisa memutuskan untuk pergi ke bilik suara jika hati nuraninya
mengizinkannya. Tetapi, ia akan berhati-hati agar tidak melanggar
214
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
kenetralannya. Ia hendaknya mempertimbangkan enam prinsip
berikut ini:
1. Para pengikut Yesus ”bukan bagian dari dunia”.—Yohanes
15:19.
2. Orang Kristen mewakili Kristus dan Kerajaannya.—Yohanes
18:36; 2 Korintus 5:20.
3. Sidang Kristen dipersatukan dalam hal kepercayaan, dan para
anggotanya diikat oleh kasih yang Kristus miliki.—1 Korintus 1:10;
Kolose 3:14.
4. Orang-orang yang memilih pejabat tertentu ikut bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.—Perhatikan prinsip di balik
kata-kata di 1 Samuel 8:5, 10-18 dan 1 Timotius 5:22.
5. Yehuwa menganggap keinginan Israel untuk memiliki seorang raja manusia sebagai tanda bahwa mereka menolak-Nya.
—1 Samuel 8:7.
6. Orang Kristen harus memiliki kebebasan berbicara sewaktu
berdiskusi dengan orang-orang dari semua paham politik tentang
Kerajaan Allah.—Matius 24:14; 28:19, 20; Ibrani 10:35.
Dinas sipil. Di beberapa negeri, pemerintah mengharuskan
orang yang menolak dinas militer melakukan suatu bentuk dinas
sipil selama jangka waktu tertentu. Sewaktu harus mengambil keputusan tentang hal ini, kita harus membawakannya dalam doa,
mungkin membicarakannya dengan rekan Kristen yang matang,
kemudian membuat keputusan berdasarkan hati nurani yang dibimbing oleh pengetahuan.—Amsal 2:1-5; Filipi 4:5.
Firman Allah menyuruh kita ’taat kepada pemerintah dan kalangan berwenang, siap untuk setiap perbuatan baik, dan bersikap
masuk akal’. (Titus 3:1, 2) Sambil mengingat hal itu, kita dapat
bertanya kepada diri sendiri, ’Dengan menerima pekerjaan sipil
yang diusulkan itu, apakah saya akan melanggar kenetralan Kristen
saya atau terlibat dengan agama palsu?’ (Mikha 4:3, 5; 2 Korintus
6:16, 17) ’Apakah melakukan pekerjaan ini akan mempersulit saya
untuk memenuhi tanggung jawab Kristen saya atau bahkan membuat saya tidak bisa memenuhinya?’ (Matius 28:19, 20; Efesus 6:4;
Ibrani 10:24, 25) ’Sebaliknya, jika saya melakukan dinas tersebut,
apakah jadwalnya memungkinkan saya meningkatkan kegiatan
rohani saya, seperti misalnya terjun dalam pelayanan sepenuh waktu?’—Ibrani 6:11, 12.
Apendiks
215
Jika berdasarkan hati nuraninya seorang Kristen menyimpulkan bahwa ia dapat melakukan dinas sipil tersebut daripada
dipenjarakan, rekan-rekan Kristennya hendaknya menghormati keputusannya. (Roma 14:10) Tetapi, jika ia merasa bahwa ia tidak
dapat melakukan dinas itu, orang lain hendaknya juga menghormati pendiriannya.—1 Korintus 10:29; 2 Korintus 1:24.
Fraksi Darah dan
Langkah-Langkah Pembedahan
Fraksi darah. Fraksi darah berasal dari keempat komponen
utama darah—sel darah merah, sel darah putih, keping darah,
dan plasma. Contohnya, sel darah merah berisi protein hemoglobin. Produk yang terbuat dari hemoglobin manusia atau
binatang telah digunakan untuk mengobati pasien yang menderita anemia akut atau telah kehilangan banyak darah.
Plasma, yang 90 persennya adalah air, membawa banyak sekali hormon, garam anorganik, enzim, dan zat gizi, termasuk
mineral dan gula. Plasma juga membawa zat pembeku darah,
antibodi untuk melawan penyakit, dan protein seperti albumin. Jika seseorang terkena penyakit tertentu, dokter mungkin
memberikan suntikan gamma globulin yang diambil dari plasma orang yang sudah memiliki kekebalan. Sel darah putih bisa
dijadikan interferon dan interleukin, yang digunakan untuk
mengobati infeksi tertentu akibat virus dan penyakit kanker.
Bolehkah seorang Kristen menerima pengobatan yang
menggunakan fraksi darah? Karena Alkitab tidak memberikan
semua perincian, setiap orang harus membuat keputusan sendiri berdasarkan hati nuraninya di hadapan Allah. Ada yang
menolak semua fraksi karena bernalar bahwa menurut Hukum
Allah kepada Israel, darah yang diambil dari suatu makhluk
harus dicurahkan ”ke tanah”. (Ulangan 12:22-24) Orang lain,
yang menolak transfusi darah utuh atau komponen utamanya,
mungkin mau menerima pengobatan yang menggunakan suatu fraksi. Bisa jadi mereka bernalar bahwa pada tahap tertentu,
216
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
TIDAK DAPAT
DITERIMA
Sel Darah
Merah
««««««««««««««
««««««««««««««
««««««««««««««
««««««««««««««
DARAH UTUH
HARUS
DIPUTUSKAN
ORANG KRISTEN
Fraksi
dari
sel darah
merah
Fraksi
dari
sel darah
putih
Fraksi
dari
keping darah
Fraksi
dari
plasma
Sel Darah
Putih
Keping
Darah
Plasma
fraksi yang telah diekstrak dari darah tidak lagi mewakili kehidupan makhluk yang darahnya diambil.
Sewaktu akan mengambil keputusan tentang fraksi darah,
pertimbangkan beberapa pertanyaan berikut: Apakah saya memahami bahwa menolak semua fraksi darah berarti saya tidak
akan menerima obat tertentu, termasuk produk dari darah untuk melawan penyakit atau yang dapat membantu pembekuan
darah untuk menghentikan perdarahan? Dapatkah saya menjelaskan kepada dokter alasan saya menolak atau menyetujui
penggunaan fraksi darah tertentu?
Langkah pembedahan. Ini termasuk hemodilusi dan penyelamatan sel. Berkenaan dengan hemodilusi, darah dialihkan
dari tubuh, diganti dengan pengembang volume, kemudian dikembalikan ke tubuh pasien. Penyelamatan sel membendung
dan mengembalikan darah yang hilang selama pembedahan.
Darah diambil dari luka atau rongga tubuh, dicuci atau disaring, kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien. Karena
penerapan cara ini tidak sama antara satu dokter dengan dokter
lain, seorang Kristen hendaknya mencari tahu apa yang akan
dilakukan dokternya.
Pada waktu akan mengambil keputusan tentang berbagai
langkah ini, tanyalah kepada diri sendiri: ’Jika sebagian darah
saya akan dialirkan ke luar tubuh saya dan alirannya bisa saja
terhenti sebentar, apakah hati nurani saya mengizinkan saya
untuk menganggap bahwa darah ini masih merupakan bagian dari diri saya, sehingga tidak perlu dicurahkan ”ke tanah”?
Apendiks
217
(Ulangan 12:23, 24) Apakah hati nurani saya yang terlatih Alkitab akan terganggu jika selama pengobatan sebagian darah
saya diambil, dimodifikasi, dan kemudian dialirkan kembali
ke tubuh saya? Apakah saya menyadari bahwa menolak semua
pengobatan yang menggunakan darah saya berarti saya menolak pemeriksaan darah, hemodialisis, atau penggunaan mesin
pintas jantung-paru?’
PERTANYAAN YANG BISA DIAJUKAN
KEPADA DOKTER
Jika Saudara mungkin harus dioperasi atau menjalani pengobatan yang melibatkan suatu produk darah,
pastikan bahwa Saudara sudah melengkapi dokumen yang diperlukan sesuai dengan tuntutan hukum,
seperti Surat Kuasa Perawatan Kesehatan, yang dirancang untuk mencegah Saudara diberi transfusi darah.
Selain itu, Saudara dapat menanyakan hal-hal ini kepada dokter:
ˇ Apakah semua pihak yang terlibat dalam pengobatan dan pembedahan tahu bahwa sebagai salah
seorang Saksi-Saksi Yehuwa, saya menolak transfusi
darah (darah utuh, sel darah merah, sel darah putih, keping darah, atau plasma darah) dalam keadaan
apa pun?
ˇ Jika obat yang disarankan mengandung fraksi darah, apa komposisinya? Seberapa banyak dari obat ini
yang mungkin akan diberikan, dan dengan cara bagaimana?
ˇ Jika hati nurani saya mengizinkan saya menerima
fraksi darah, apa saja risikonya terhadap tubuh saya?
Pengobatan lain apa yang tersedia?
Sebelum memutuskan hal-hal yang disebutkan di
atas, ungkapkan kekhawatiran Saudara kepada Yehuwa
dalam doa. Ia berjanji akan memberikan hikmat yang
dibutuhkan kepada semua orang yang ”terus meminta” hal itu dengan iman.—Yakobus 1:5, 6.
218
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Seorang Kristen harus memutuskan sendiri sejauh mana
ia mengizinkan darahnya sendiri digunakan selama pembedahan. Hal yang sama berlaku untuk pemeriksaan dan
pengobatan yang sedang ia jalani, yang mengharuskan sejumlah kecil darahnya sendiri diambil, mungkin dimodifikasi
dengan cara tertentu, dan kemudian dimasukkan kembali ke
tubuhnya.
Saudara Bisa Menang Melawan Masturbasi
Masturbasi, suatu kebiasaan yang tidak sehat secara rohani,
menyebabkan seseorang hanya memikirkan kepuasan diri sendiri dan hal-hal yang bejat.1 Pelaku masturbasi akhirnya bisa
juga memandang orang lain hanya sebagai objek, atau alat, untuk mendapatkan kepuasan seksual. Hubungan seks bukan lagi
ungkapan kasih antara dua orang, tetapi sekadar reaksi fisik yang
memberikan kesenangan singkat dan mengendurkan ketegangan
seksual, yang juga bersifat sementara. Kenyataannya, masturbasi bukannya mematikan anggota-anggota tubuh ’sehubungan
dengan percabulan, kenajisan, dan nafsu seksual’ yang tak terkendali, tetapi malah merangsangnya.—Kolose 3:5.
Rasul Paulus menulis, ”Saudara-saudara yang kami kasihi, . . .
biarlah kita membersihkan diri dari setiap pencemaran daging dan roh, menyempurnakan kekudusan dengan takut akan
Allah.” (2 Korintus 7:1) Jika Saudara sulit sekali menaati
kata-kata tersebut, jangan merasa putus asa. Yehuwa selalu ”siap
mengampuni” dan membantu. (Mazmur 86:5; Lukas 11:9-13) Sesungguhnya, hati yang mengutuk diri Saudara dan upaya Saudara
untuk menghentikan kebiasaan itu—meskipun adakalanya kambuh—menunjukkan adanya sikap yang baik. Ingatlah juga bahwa
”Allah lebih besar daripada hati kita dan mengetahui segala sesuatu”. (1 Yohanes 3:20) Allah tidak melihat dosa kita semata; Ia
melihat kita seutuhnya. Karena mengetahui diri kita sepenuhnya,
Ia dapat dengan penuh pengertian mendengarkan permohonan
1 Masturbasi adalah menggosok-gosok alat kelamin, yang biasanya menghasilkan orgasme (puncak kenikmatan seksual).
Apendiks
219
kita yang sungguh-sungguh untuk meminta belas kasihan. Jadi,
jangan pernah bosan berpaling kepada Allah dalam doa yang
rendah hati dan sungguh-sungguh, seperti seorang anak yang pergi kepada bapaknya sewaktu mengalami kesulitan. Yehuwa akan
memberi Saudara hati nurani yang bersih. (Mazmur 51:1-12, 17;
Yesaya 1:18) Tentu, selaras dengan doa Saudara, Saudara harus
mengambil tindakan yang perlu, misalnya dengan berupaya keras
menghindari semua bentuk pornografi maupun pergaulan buruk.1
Jika masalah Saudara sehubungan dengan masturbasi tak kunjung hilang, jangan ragu-ragu untuk membicarakannya dengan
orang tua Kristen atau teman yang matang secara rohani dan peduli.2—Amsal 1:8, 9; 1 Tesalonika 5:14; Titus 2:3-5.
1 Sebagai tindakan nyata untuk memantau penggunaan komputer di rumah,
banyak keluarga menaruhnya di tempat terbuka. Selain itu, ada keluarga yang
membeli program komputer yang menyaring bahan-bahan yang tidak diinginkan. Tetapi, tidak ada sistem yang dapat diandalkan sepenuhnya.
2 Untuk mendapatkan saran praktis tentang cara mengatasi masturbasi, lihat
artikel ”Kaum Muda Bertanya . . . Bagaimana Aku Dapat Menaklukkan Kebiasaan Ini?” dalam Sedarlah! November 2006, dan buku Pertanyaan Kaum Muda
—Jawaban yang Praktis, Jilid 1, halaman 178-182.
Pandangan Alkitab tentang
Perceraian dan Perpisahan
Yehuwa mengharapkan orang yang menikah tetap setia pada ikrar perkawinan. Ketika mempersatukan pria dan wanita pertama
dalam perkawinan, Yehuwa berfirman, ”Seorang pria . . . harus
berpaut pada istrinya dan mereka harus menjadi satu daging.”
Belakangan, Yesus Kristus mengulangi pernyataan itu dan menambahkan, ”Oleh karena itu, apa yang telah Allah letakkan
di bawah satu kuk hendaknya tidak dipisahkan manusia.” (Kejadian 2:24; Matius 19:3-6) Jadi, Yehuwa dan Yesus memandang
perkawinan sebagai ikatan seumur hidup yang akan berakhir hanya apabila teman hidup meninggal. (1 Korintus 7:39) Karena
perkawinan adalah penyelenggaraan yang suci, perceraian tidak
boleh dianggap enteng. Malah, Yehuwa membenci perceraian
yang tidak berlandaskan Alkitab.—Maleakhi 2:15, 16.
220
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Apa dasar Alkitab untuk perceraian? Yehuwa membenci perzinaan dan percabulan. (Kejadian 39:9; 2 Samuel 11:26, 27; Mazmur
51:4) Sesungguhnya, Ia menganggap percabulan begitu menjijikkan sehingga Ia mengizinkan perceraian atas dasar itu. (Untuk
pembahasan tentang apa saja yang terkait dengan percabulan, silakan lihat Pasal 9, paragraf 7.) Kepada teman hidup yang tidak
bersalah, Yehuwa memberi hak untuk memutuskan apakah ia
akan tetap hidup bersama pasangannya yang bersalah atau bercerai. (Matius 19:9) Jadi, jika teman hidup yang tidak bersalah
memutuskan untuk bercerai, ia tidak mengambil langkah yang
Yehuwa benci. Meskipun demikian, sidang Kristen tidak menganjurkan siapa pun untuk bercerai. Malah, situasi tertentu boleh jadi
menggerakkan orang yang tak bersalah itu untuk berpaut pada teman hidupnya yang bersalah, terutama jika ia sungguh-sungguh
bertobat. Tetapi akhirnya, pihak yang mempunyai dasar Alkitab
untuk bercerai harus mengambil keputusan sendiri dan menerima akibat apa pun yang mungkin timbul.—Galatia 6:5.
Dalam situasi tertentu yang sangat buruk, ada orang Kristen
yang memutuskan untuk berpisah atau bercerai meskipun teman
hidupnya tidak melakukan percabulan. Dalam hal itu, Alkitab
menetapkan bahwa orang yang meninggalkan teman hidupnya
harus ”tetap tidak menikah atau jika tidak, rukun kembali”. (1 Korintus 7:11) Orang Kristen tersebut tidak boleh mencari calon
teman hidup dengan maksud menikah lagi. (Matius 5:32) Perhatikan beberapa situasi yang sangat buruk yang oleh beberapa orang
dianggap sebagai dasar untuk berpisah.
Sengaja tidak menafkahi keluarga. Suatu keluarga mungkin
menjadi sangat miskin, tidak terpenuhi kebutuhan pokoknya karena sang suami tidak menyediakannya, meskipun ia mampu
melakukan hal itu. Alkitab menyatakan, ”Jika seseorang tidak menyediakan kebutuhan . . . anggota rumah tangganya, ia
telah menyangkal iman dan lebih buruk daripada orang yang tidak mempunyai iman.” (1 Timotius 5:8) Jika pria tersebut tidak
mau berubah, istrinya harus memutuskan apakah akan berpisah secara sah dari sang suami demi melindungi kesejahteraan
dirinya dan anak-anaknya. Tentu, para penatua Kristen hendaknya mempertimbangkan masak-masak tuduhan yang dilontarkan
Apendiks
221
terhadap seorang Kristen bahwa ia tidak mau menafkahi keluarganya. Jika seseorang tidak mau mengurus keluarganya, ia dapat
dipecat.
Penganiayaan fisik yang hebat. Orang yang suka menganiaya teman hidupnya mungkin bertindak begitu kejam sampai-sampai
kesehatan dan bahkan kehidupan pasangannya itu terancam. Jika
teman hidup yang suka menganiaya itu adalah orang Kristen, para
penatua sidang hendaknya menyelidiki kebenaran tuduhan tersebut. Ledakan kemarahan dan kebiasaan melakukan kekerasan
adalah dasar untuk pemecatan.—Galatia 5:19-21.
Kehidupan rohani benar-benar dalam bahaya. Seseorang mungkin akan terus berupaya agar teman hidupnya tidak dapat
melaksanakan ibadat sejati atau mungkin bahkan mencoba memaksanya melanggar perintah Allah dengan cara tertentu. Jika
begitu, pasangan yang terancam harus memutuskan apakah satusatunya cara untuk ”menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya
daripada manusia” adalah dengan berpisah secara sah.—Kisah
5:29.
Dalam semua situasi yang telah dibahas itu, tidak seorang pun
boleh menekan orang yang tidak bersalah, untuk berpisah atau
untuk berpaut pada teman hidupnya. Walaupun teman-teman
yang matang secara rohani dan para penatua bisa memberikan
dukungan dan nasihat berdasarkan Alkitab, mereka tidak mungkin mengetahui secara terperinci apa yang terjadi di antara suami
dan istri. Hanya Yehuwa yang bisa melihatnya. Tentu, seorang
istri, atau suami, Kristen tidak akan menghormati Allah atau perkawinan jika ia membesar-besarkan seriusnya masalah rumah
tangganya hanya supaya bisa berpisah dari teman hidupnya. Yehuwa tidak bisa dikelabui oleh siasat apa pun di balik suatu
perpisahan, tidak soal seberapa rapi seseorang mungkin berupaya
menyembunyikannya. Ya, ”segala sesuatu telanjang dan terbuka
di mata dia yang kepadanya kita memberikan pertanggungjawaban”. (Ibrani 4:13) Tetapi, jika situasi yang sangat berbahaya
berlangsung untuk waktu yang lama, tidak seorang pun boleh
mengkritik seorang Kristen apabila ia terpaksa memilih untuk
berpisah. Akhirnya, ”kita semua akan berdiri di hadapan kursi
penghakiman Allah”.—Roma 14:10-12.
222
”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah”
Menyelesaikan Pertikaian Bisnis
Sebagaimana dicatat di 1 Korintus 6:1-8, rasul Paulus membahas perkara hukum di antara rekan-rekan seiman. Ia kecewa
bahwa ada orang Kristen di Korintus yang ”berani pergi ke
pengadilan ke hadapan orang-orang yang tidak adil-benar”.
(Ayat 1) Paulus memberikan beberapa alasan yang kuat mengapa orang Kristen hendaknya tidak saling menuntut di
pengadilan duniawi, tetapi sebaiknya menyelesaikan pertikaian
di lingkungan sidang. Mari kita pertimbangkan beberapa alasan diberikannya nasihat terilham ini, kemudian membahas
dalam situasi apa saja arahan ini tidak selalu berlaku.
Jika ada pertikaian bisnis dengan rekan seiman, pertamatama kita akan berupaya bertindak dengan cara Yehuwa, bukan
cara kita sendiri. (Amsal 14:12) Seperti yang Yesus tunjukkan,
yang terbaik adalah segera menyelesaikan perselisihan itu sebelum menjadi lebih besar. (Matius 5:23-26) Namun, sayang
sekali, ada orang Kristen yang suka bertengkar, bahkan membawa pertikaian ke pengadilan duniawi. Paulus berkata, ”Ini
berarti kekalahan total bagimu bahwa kamu mempunyai perkara hukum, yang seorang melawan yang lain.” Mengapa? Alasan
penting ialah tindakan semacam itu bisa merusak nama baik sidang dan Allah yang kita sembah. Karena itu, kita mencamkan
pertanyaan Paulus, ”Mengapa kamu tidak sebaiknya membiarkan dirimu dirugikan?”—Ayat 7.
Paulus juga menjelaskan bahwa Allah menyediakan sarana
yang baik di sidang untuk menyelesaikan banyak pertikaian.
Para penatua adalah pria-pria Kristen yang memiliki hikmat karena mendapat pengetahuan tentang kebenaran Alkitab. Dan,
Paulus mengatakan bahwa mereka ’dapat menghakimi perkara
di antara saudara-saudara’, sehubungan dengan ”masalah-masalah dalam kehidupan ini”. (Ayat 3-5) Yesus menunjukkan
bahwa pertikaian yang berkaitan dengan perbuatan salah
yang serius, seperti fitnah dan penipuan, harus diselesaikan
dengan tiga langkah: pertama, pihak-pihak yang terlibat hendaknya berupaya menyelesaikan persoalannya secara pribadi;
kedua, jika langkah pertama itu gagal, ikut sertakan satu atau
Apendiks
223
dua saksi; dan ketiga, jika langkah kedua tidak berhasil, bawalah masalahnya kepada sidang yang diwakili oleh para penatua.
—Matius 18:15-17.
Tentu, tidak semua penatua Kristen adalah pengacara atau
pebisnis dan mereka tidak harus berperan sebagai penasihat
dalam bidang hukum atau bisnis. Mereka tidak menetapkan
ketentuan-ketentuan untuk menyelesaikan pertikaian bisnis di
antara saudara-saudara. Sebaliknya, mereka berupaya membantu semua pihak yang terkait agar menerapkan Alkitab dan
menyetujui penyelesaian secara damai. Jika masalahnya rumit,
mereka boleh meminta saran pengawas wilayah atau kantor
cabang Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi, ada situasi yang tidak termasuk dalam nasihat Paulus. Apa beberapa di antaranya?
Adakalanya, proses pengadilan mungkin hanya formalitas
atau memang dibutuhkan secara hukum demi mencapai kesepakatan damai, yang tidak mementingkan diri. Misalnya,
proses pengadilan bisa jadi adalah satu-satunya cara memperoleh surat cerai, hak asuh atas anak, menentukan pembayaran
tunjangan perceraian, mendapatkan ganti rugi asuransi,
didaftarkan sebagai kreditor dalam soal kepailitan, dan mengesahkan surat wasiat. Selain itu, kadang-kadang seorang saudara
mungkin merasa perlu mengajukan tuntutan balasan demi melindungi diri dalam suatu perkara hukum.1
Jika perkara hukum tersebut dilakukan tanpa semangat permusuhan, hal itu tidak bertentangan dengan apa yang
dimaksudkan dalam nasihat Paulus yang terilham.2 Meskipun
begitu, seorang Kristen hendaknya mengutamakan penyucian nama Yehuwa dan perdamaian serta persatuan sidang. Para
pengikut Kristus terutama dicirikan oleh kasih mereka, dan ”kasih . . . tidak memperhatikan kepentingan diri sendiri”.
—1 Korintus 13:4, 5; Yohanes 13:34, 35.
1 Dalam kasus yang langka, seorang Kristen bisa jadi melakukan kejahatan besar terhadap rekan seiman—seperti pemerkosaan, penyerangan, pembunuhan,
atau pencurian besar. Maka, tidaklah bertentangan dengan sifat Kristen untuk
melaporkan perbuatan semacam itu kepada kalangan berwenang, sekalipun tindakan itu bisa mengarah ke kasus pengadilan atau pengadilan pidana.
2 Untuk keterangan lebih jauh, silakan lihat Menara Pengawal 15 Maret 1997,
halaman 17-22, dan 15 Oktober 1991, halaman 25-28.
Untuk mendapat lebih banyak informasi,
buka www.jw.org/id, atau hubungi Saksi-Saksi Yehuwa.
Download