”TETAPLAH BERADA DALAM ” KASIH ALLAH ˇ Bagaimana Saudara dapat menunjukkan bahwa Saudara benar-benar mengasihi Allah? ˇ Kapan Saudara bisa yakin bahwa hati nurani Saudara dapat diandalkan? ˇ Teman-teman yang Saudara pilih menyingkapkan apa tentang Saudara? ˇ Mengapa pandangan Saudara tentang wewenang memengaruhi pandangan Allah tentang Saudara? ˇ Mengapa menaati standar moral Allah bermanfaat? ˇ Bagaimana agar Saudara bisa puas dalam pekerjaan? s lv-IN 160923 ˇ Bagaimana caranya memupuk keinginan untuk menaati Yehuwa? ”TETAPLAH BERADA DALAM ” KASIH ALLAH BUKU INI MILIK Photo Credits: ˛ Page 14: ˘ COMSTOCK Images/age fotostock ˛ Page 134: Mixa/age fotostock ˛ Page 201: ˘ bilderlounge/Tips RF/age fotostock Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedunia yang ditunjang oleh sumbangan sukarela. Untuk memberi sumbangan, silakan kunjungi www.jw.org. Kecuali disebutkan sumbernya, semua ayat Alkitab dikutip dari Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru. “Keep Yourselves in God’s Love” Cetakan Mei 2016 Indonesian (lv-IN) ˘ 2008, 2014 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania Penerbit Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia Jakarta, Indonesia Made in Japan Dibuat di Jepang DAFTAR ISI PASAL HALAMAN 1. ”Inilah Arti Kasih akan Allah” 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 5 2. Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya? 9 9 9 9 9 9 9 9 14 3. Kasihilah Orang yang Allah Kasihi 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 25 4. Mengapa Merespek Wewenang? 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 36 5. Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya? 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 50 6. Cara Memilih Hiburan yang Sehat 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 62 7. Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah? 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 74 8. Allah Mengasihi Orang yang Bersih 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 86 9. ”Larilah dari Percabulan” 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 97 10. Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih 9 9 9 9 9 9 9 110 11. ”Hendaklah Pernikahan Terhormat” 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 121 12. Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’ 9 9 9 9 9 9 133 13. Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah 9 9 9 144 14. Jujurlah dalam Segala Hal 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 160 15. Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara 9 9 9 9 9 9 9 9 171 16. Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 183 17. ”Membangun Dirimu di Atas Imanmu yang Paling Kudus” 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 196 Apendiks 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 206 Saudara-Saudari yang Mengasihi Yehuwa, ”Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu,” kata Yesus. (Yohanes 8:32) Betapa membesarkan hati kata-kata tersebut! Ya, kita bisa mengetahui kebenaran, bahkan pada ”hari-hari terakhir” yang kritis ini yang penuh dengan kebohongan. (2 Timotius 3:1) Ingatkah Saudara ketika Saudara pertama kalinya mengenal kebenaran sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah? Sungguh senang rasanya! Kita tahu bahwa memiliki pengetahuan yang saksama tentang kebenaran dan sering menceritakannya kepada orang lain itu penting. Tetapi, tingkah laku kita juga harus selaras dengan kebenaran. Untuk itu, kita perlu tetap berada dalam kasih Allah. Apa yang tersangkut dalam hal itu? Kata-kata Yesus pada malam sebelum kematiannya menjawab pertanyaan ini. Ia memberi tahu rasul-rasulnya yang setia, ”Jika kamu menjalankan perintah-perintahku, kamu akan tetap dalam kasihku, sebagaimana aku sudah menjalankan perintah-perintah Bapak dan tetap dalam kasihnya.”—Yohanes 15:10. Perhatikan bahwa Yesus tetap berada dalam kasih Allah karena ia menjalankan perintah-perintah Bapaknya. Hal ini juga berlaku bagi kita sekarang. Untuk tetap berada dalam kasih Allah, kita perlu menerapkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Pada malam yang sama, Yesus berkata, ”Jika kamu mengetahui semuanya ini, berbahagialah kamu jika kamu melakukannya.”—Yohanes 13:17. Dengan tulus kami berharap semoga publikasi ini membantu Saudara untuk terus menerapkan kebenaran dalam kehidupan, dan dengan demikian Saudara tetap berada ”dalam kasih Allah . . . sambil menatap kehidupan abadi”. —Yudas 21. Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa PASAL 1 ”Inilah Arti Kasih akan Allah” ”Inilah arti kasih akan Allah, yaitu bahwa kita menjalankan perintah-perintahnya; meskipun demikian perintah-perintahnya tidak membebani.” —1 YOHANES 5:3. APAKAH Saudara mengasihi Allah? Jika Saudara sudah membaktikan diri kepada Allah Yehuwa, Saudara tentu akan dengan tandas menjawab ya—dan begitulah seharusnya! Mengasihi Yehuwa memang wajar. Kasih kita kepada Allah sebenarnya merupakan tanggapan terhadap kasih-Nya kepada kita. Alkitab menyatakannya demikian, ”Kita mengasihi, karena dia [Yehuwa] pertama-tama mengasihi kita.”—1 Yohanes 4:19. 2 Yehuwa-lah yang terlebih dahulu mengungkapkan kasihNya kepada kita. Ia memberi kita rumah yang indah, bumi ini. Ia mengurus kebutuhan fisik dan materi kita. (Matius 5: 43-48) Yang lebih penting, Ia memperhatikan kebutuhan rohani kita. Ia memberi kita Firman-Nya, Alkitab. Selain itu, Ia mengundang kita untuk berdoa kepada-Nya dengan jaminan bahwa Ia akan mendengarkan dan memberikan roh suciNya untuk membantu kita. (Mazmur 65:2; Lukas 11:13) Yang terutama, ia mengutus Putra-Nya yang paling berharga untuk menjadi Penebus kita agar kita dapat dibebaskan dari dosa dan kematian. Alangkah besarnya kasih yang Yehuwa perlihatkan kepada kita!—Baca Yohanes 3:16; Roma 5:8. 1, 2. Apa yang menggerakkan Saudara untuk mengasihi Allah Yehuwa? 5 Pembaktian dan baptisan menandai awal kehidupan yang disertai ketaatan atas dasar kasih kepada Yehuwa 3 Yehuwa ingin agar kita mendapat manfaat dari kasihNya untuk selama-lamanya. Tetapi, hal itu sangat bergantung pada kita sendiri, apakah kita mau atau tidak. Firman Allah mendesak kita, ”Tetaplah berada dalam kasih Allah . . . sambil menatap kehidupan abadi.” (Yudas 21) Frasa ”tetaplah berada” menunjukkan bahwa untuk tetap berada dalam kasih Allah harus ada tindakan di pihak kita. Kita perlu menanggapi kasih-Nya dengan cara yang nyata. Jadi, pertanyaan penting yang hendaknya kita pikirkan adalah, ’Bagaimana saya dapat menunjukkan kasih saya kepada Allah?’ Jawabannya terda- 3. (a) Agar tetap berada dalam kasih Allah, apa yang harus kita lakukan? (b) Pertanyaan penting apa yang perlu kita pikirkan, dan di mana jawabannya dapat ditemukan? ”Inilah Arti Kasih akan Allah” 7 pat dalam kata-kata terilham rasul Yohanes, ”Inilah arti kasih akan Allah, yaitu bahwa kita menjalankan perintah-perintahnya; meskipun demikian perintah-perintahnya tidak membebani.” (1 Yohanes 5:3) Ada baiknya kita memeriksa dengan saksama makna kata-kata itu, sebab kita ingin menunjukkan kepada Allah bahwa kita sangat mengasihi-Nya. ”INILAH ARTI KASIH AKAN ALLAH” ”Kasih akan Allah”—apa yang ada dalam benak rasul Yohanes ketika ia menulis kata-kata tersebut? Ingatkah Saudara kapan kasih kepada Yehuwa mulai tumbuh dalam hati Saudara? 5 Renungkan sejenak ketika Saudara pertama kali mendengar kebenaran tentang Yehuwa dan kehendak-Nya, lalu Saudara mulai menaruh iman. Kemudian, Saudara mengerti bahwa meskipun Saudara lahir sebagai pedosa yang terasing dari Allah, Yehuwa melalui Kristus membuka jalan agar Saudara dapat mencapai kesempurnaan yang telah Adam hilangkan dan dapat mewarisi kehidupan abadi. (Matius 20:28; Roma 5:12, 18) Saudara mulai menyadari betapa besar pengorbanan Yehuwa ketika Ia mengutus Putra-Nya yang paling berharga untuk mati bagi Saudara. Hati Saudara tergugah, dan timbullah perasaan kasih kepada Allah yang telah memperlihatkan kasih yang begitu besar kepada Saudara.—Baca 1 Yohanes 4:9, 10. 6 Tetapi, perasaan itu baru permulaan dari kasih sejati kepada Yehuwa. Kasih bukan hanya perasaan; juga bukan hanya ucapan di bibir. Kasih sejati kepada Allah bukan sekadar pernyataan ”Saya mengasihi Yehuwa”. Seperti iman, kasih sejati terlihat melalui tindakan yang digerakkan oleh kasih. (Yakobus 2:26) Khususnya, kasih diperlihatkan dengan melakukan 4 4, 5. Jelaskan bagaimana kasih kepada Yehuwa mulai tumbuh dalam hati Saudara. 6. Bagaimana kasih sejati diperlihatkan, dan kasih akan Allah menggerakkan Saudara untuk melakukan apa? ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 8 hal-hal yang menyenangkan orang yang dikasihi. Jadi, apabila kasih kepada Yehuwa berakar dalam hati, Saudara akan tergerak untuk menempuh kehidupan yang menyenangkan Bapak Saudara yang ada di surga. Apakah Saudara seorang Saksi yang terbaptis? Jika ya, kasih sayang dan pengabdian yang mendalam inilah yang mendorong Saudara untuk membuat keputusan terpenting dalam kehidupan Saudara. Saudara membaktikan diri kepada Yehuwa untuk melakukan kehendak-Nya, dan melambangkan pembaktian itu dengan dibaptis. (Baca Roma 14:7, 8.) Memenuhi janji yang serius ini kepada Yehuwa ada kaitannya dengan kata-kata rasul Yohanes selanjutnya. ”KITA MENJALANKAN PERINTAH-PERINTAHNYA” Yohanes menjelaskan apa arti kasih akan Allah, yaitu ”kita menjalankan perintah-perintahnya”. Apa saja perintah Allah? Yehuwa memberi kita sejumlah perintah yang terperinci melalui Firman-Nya, Alkitab. Misalnya, Ia melarangkan perbuatan seperti kemabukan, percabulan, penyembahan berhala, pencurian, dan dusta. (1 Korintus 5:11; 6:18; 10:14; Efesus 4:28; Kolose 3:9) Menjalankan perintah Allah berarti hidup selaras dengan standar moral Alkitab yang jelas. 8 Akan tetapi, untuk menyenangkan Yehuwa, tidak cukup jika kita hanya menaati perintah-perintah-Nya yang tertulis. Yehuwa tidak mengekang kita dengan hukum-hukum yang mengatur setiap segi kehidupan kita sehari-hari. Maka, setiap hari kita bisa saja menghadapi banyak situasi yang petunjuknya tidak secara khusus disebutkan dalam Alkitab. Jika demikian, bagaimana kita bisa tahu apa yang menyenangkan Yehuwa? Alkitab berisi petunjuk yang jelas tentang cara ber7 7. Sebutkan beberapa perintah Allah, dan apa artinya menjalankan perintah-perintah itu? 8, 9. Bagaimana kita bisa mengetahui apa yang menyenangkan Yehuwa bahkan dalam situasi yang hukumnya tidak secara khusus disebutkan dalam Alkitab? Berikan contoh. ”Inilah Arti Kasih akan Allah” 9 pikir Allah. Seraya kita belajar Alkitab, kita akan tahu apa yang Yehuwa kasihi dan apa yang Ia benci. (Baca Mazmur 97:10; Amsal 6:16-19) Kita pun memahami sikap dan tindakan yang Ia hargai. Semakin baik kita mengenal kepribadian dan jalanjalan Yehuwa, semakin mudah kita membiarkan cara berpikir-Nya membimbing keputusan kita serta memengaruhi tindakan kita. Jadi, bahkan dalam situasi yang hukumnya tidak disebutkan dalam Alkitab, kita sering dapat mengerti ”apa kehendak Yehuwa” itu.—Efesus 5:17. 9 Sebagai contoh, dalam Alkitab tidak ada larangan untuk menonton film atau acara TV yang menayangkan kekerasan atau tindakan seksual yang menjijikkan. Namun, apakah kita benar-benar membutuhkan hukum yang melarang kita menonton tayangan seperti itu? Kita tahu pandangan Yehuwa tentang hal tersebut. Firman-Nya dengan jelas memberi tahu kita, ”[Yehuwa] pasti membenci siapa pun yang mengasihi kekerasan.” (Mazmur 11:5) Alkitab juga mengatakan, ”Allah akan menghakimi orang yang melakukan percabulan dan pezina.” (Ibrani 13:4) Dengan merenungkan kata-kata terilham itu, kita dapat memahami dengan jelas apa kehendak Yehuwa. Karena itu, kita tidak akan memilih hiburan yang mempertontonkan jenis perbuatan yang dibenci Allah kita. Kita tahu bahwa Yehuwa senang jika kita menghindari kebejatan moral yang dianggap sekadar hiburan oleh dunia ini.1 10 Apa alasan utama kita menjalankan perintah-perintah Allah? Mengapa kita setiap hari ingin hidup selaras dengan apa yang kita tahu adalah cara berpikir Allah? Kita memilih haluan itu bukan sekadar supaya terhindar dari hukuman atau dampak buruk diabaikannya kehendak Allah. (Galatia 6:7) Tetapi, kita memandang ketaatan kepada Yehuwa 1 Lihat Pasal 6 publikasi ini yang membahas cara memilih hiburan yang sehat. 10, 11. Mengapa kita memilih untuk taat kepada Yehuwa, dan ketaatan macam apa yang kita perlihatkan kepada-Nya? 10 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” sebagai kesempatan yang berharga untuk memperlihatkan kasih kita kepada-Nya. Sebagaimana seorang anak ingin sekali mendapat senyum perkenan ayahnya, kita pun ingin mendapat perkenan Yehuwa. (Mazmur 5:12) Dialah Bapak kita, dan kita mengasihi-Nya. Kita bisa sangat bersukacita dan puas karena mengetahui bahwa cara hidup kita ’diperkenan Yehuwa’. —Amsal 12:2. 11 Maka, kita taat bukan karena terpaksa, juga bukan dengan syarat tertentu.1 Kita tidak memilih-milih, yaitu taat hanya kalau sesuai dengan keinginan, atau apabila tidak terlalu sulit atau tidak menimbulkan masalah. Sebaliknya, kita ”taat dari hati”. (Roma 6:17) Perasaan kita sama seperti pemazmur dalam Alkitab yang menulis, ”Aku akan menyukai perintahperintahmu yang kucintai.” (Mazmur 119:47) Ya, kita mencintai ketaatan kepada Yehuwa. Kita menyadari bahwa Ia layak kita taati sepenuhnya dan tanpa syarat, dan Ia menuntut hal itu dari kita. (Ulangan 12:32) Kita berharap Yehuwa memuji kita sama seperti Ia memuji Nuh. Mengenai pria yang setia itu, yang memperlihatkan kasih kepada Allah dengan berlaku taat selama puluhan tahun, Alkitab mengatakan, ”Nuh melakukannya menurut semua yang Allah perintahkan. Ia melakukannya tepat seperti itu.”—Kejadian 6:22. 12 Bagaimana perasaan Yehuwa jika kita taat dengan rela? Firman-Nya mengatakan bahwa kita akan membuat ’hatiNya bersukacita’. (Amsal 27:11) Apakah ketaatan kita memang membuat hati Tuan Yang Berdaulat di alam semesta bersukacita? Ya, tentu—dan dengan alasan yang kuat! Yehuwa menciptakan kita sebagai makhluk bermoral dengan kebebasan memilih. Ini berarti kita bisa memilih untuk menaati Allah, 1 Bahkan roh-roh jahat taat walaupun dengan terpaksa. Ketika Yesus memerintahkan hantu-hantu agar keluar dari beberapa orang yang kerasukan, para hantu dengan terpaksa mengakui wewenangnya dan taat, meskipun dengan berat hati.—Markus 1:27; 5:7-13. 12. Apa yang dibutuhkan agar ketaatan kita membuat hati Yehuwa bersukacita? ”Inilah Arti Kasih akan Allah” 11 atau tidak. (Ulangan 30:15, 16, 19, 20) Apabila kita dengan rela memilih untuk menaati Yehuwa dan apabila keputusan itu didorong oleh hati yang penuh kasih kepada Allah, kita akan membuat Bapak kita di surga sangat senang dan bersukacita. (Amsal 11:20) Kita juga memilih jalan hidup yang paling baik. ”PERINTAH-PERINTAHNYA TIDAK MEMBEBANI” Rasul Yohanes memberi tahu kita sesuatu yang sangat menenteramkan hati tentang tuntutan Yehuwa, yaitu ”perintah-perintahnya tidak membebani”. Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”membebani” di 1 Yohanes 5:3 secara harfiah berarti ”berat”.1 Tuntutan Yehuwa tidak berlebihan atau menekan kita. Hukum-hukum-Nya tidak terlalu berat untuk ditaati manusia yang tidak sempurna. 14 Sebagai gambaran, seorang sahabat meminta bantuan Saudara sewaktu ia akan pindah rumah. Banyak barang harus diangkut. Ada yang cukup ringan sehingga mudah dibawa oleh satu orang, tetapi ada juga yang berat sehingga harus diangkat oleh dua orang. Sahabat Saudara memilihkan kardus yang bisa Saudara angkat. Apakah ia akan meminta Saudara mengangkat kardus yang ia tahu terlalu berat bagi Saudara? Tidak. Ia tidak ingin Saudara cedera karena mencoba mengangkatnya sendirian. Demikian pula, Allah kita yang pengasih dan baik hati tidak meminta kita menjalankan perintah-perintah yang terlalu sulit dilakukan. (Ulangan 30:11-14) Ia tidak akan pernah meminta kita mengangkat beban yang terlampau berat. Yehuwa memahami keterbatasan kita, sebab 13 1 Di Matius 23:4, kata ini digunakan untuk menggambarkan ’beban-beban berat’, peraturan dan tradisi buatan manusia yang sangat terperinci, yang ditanggungkan oleh para penulis dan orang Farisi ke atas rakyat jelata. Kata yang sama diterjemahkan menjadi ”menindas” di Kisah 20:29, 30 dan ditujukan kepada orang-orang murtad yang kejam yang ”membicarakan perkara-perkara yang belat-belit” dan berupaya menyesatkan orang lain. 13, 14. Mengapa dapat dikatakan bahwa ”perintah-perintah [Allah] tidak membebani”, dan bagaimana ini dapat digambarkan? 12 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” ”ia tahu benar bagaimana kita dibentuk, ia ingat bahwa kita ini debu”.—Mazmur 103:14. 15 Perintah-perintah Yehuwa sama sekali tidak membebani, tetapi justru sangat bermanfaat bagi kita. (Baca Yesaya 48:17.) Jadi, Musa dapat mengatakan kepada orang Israel zaman dahulu, ”Yehuwa memerintahkan kepada kita untuk menjalankan semua peraturan ini, untuk takut akan Yehuwa, Allah kita, demi kebaikan kita senantiasa, supaya kita tetap hidup seperti pada hari ini.” (Ulangan 6:24) Kita juga dapat yakin bahwa sewaktu memberikan hukum-hukum-Nya kepada kita, Yehuwa memikirkan manfaatnya bagi kita—kesejahteraan kita untuk jangka panjang, bahkan selama-lamanya. Dan, memang seharusnya begitu, bukan? Allah Yehuwa memiliki hikmat yang tak terhingga. (Roma 11:33) Karena itu, Ia tahu apa yang terbaik bagi kita. Yehuwa adalah teladan terbaik dalam menunjukkan kasih. (1 Yohanes 4:8) Kasih, sifat-Nya yang utama, memengaruhi segala sesuatu yang Ia katakan dan lakukan. Kasih menjadi dasar semua perintah yang Ia tetapkan atas hamba-hamba-Nya. 16 Ini tidak berarti bahwa menaati Allah itu mudah. Kita harus berjuang melawan pengaruh dunia yang bejat ini, yang ”berada dalam kuasa si fasik”. (1 Yohanes 5:19) Kita juga harus bergumul melawan ketidaksempurnaan kita sendiri, yang membuat kita cenderung melanggar hukum Allah. (Roma 7:21-25) Tetapi, kasih kita kepada Allah dapat menang. Yehuwa memberkati orang-orang yang ingin membuktikan kasih mereka kepada-Nya melalui ketaatan mereka. Ia memberikan roh kudus-Nya ”kepada orang-orang yang menaati dia sebagai penguasa”. (Kisah 5:32) Roh itu menghasilkan buah yang baik dalam diri kita—sifat-sifat berharga yang dapat membantu kita menempuh haluan ketaatan.—Galatia 5:22, 23. 15. Mengapa kita dapat yakin bahwa perintah-perintah Yehuwa sangat bermanfaat bagi kita? 16. Meskipun menghadapi pengaruh dunia yang bejat ini dan kecenderungan tubuh yang tidak sempurna, mengapa kita dapat menempuh haluan ketaatan? ”Inilah Arti Kasih akan Allah” 13 Dalam publikasi ini, kita akan mengupas prinsip-prinsip serta standar moral Yehuwa dan banyak petunjuk lain tentang kehendak-Nya. Seraya melakukannya, kita perlu mengingat sejumlah hal penting. Ingatlah bahwa Yehuwa tidak memaksa kita untuk menaati hukum serta prinsip-prinsip-Nya; Ia menginginkan kita menaati semuanya itu dengan rela, dari hati. Jangan lupa bahwa Yehuwa meminta kita untuk hidup dengan cara yang akan mendatangkan berkat limpah sekarang dan menuntun ke kehidupan abadi di masa depan. Dan, mari kita memandang ketaatan kita yang sepenuh hati sebagai kesempatan yang berharga untuk menunjukkan kepada Yehuwa bahwa kita sangat mengasihi-Nya. 18 Untuk membantu kita membedakan yang benar dari yang salah, Yehuwa dengan pengasih mengaruniai kita hati nurani. Namun, agar dapat menjadi pembimbing yang dapat diandalkan, hati nurani kita perlu dilatih, sebagaimana akan dibahas dalam pasal berikut. 17 17, 18. (a) Apa yang akan kita kupas dalam publikasi ini, dan seraya melakukannya, apa yang hendaknya kita ingat? (b) Apa yang akan dibahas dalam pasal berikut? APA JAWABAN SAUDARA? ˇ Ketaatan macam apa yang Yehuwa harapkan dari para penyembah-Nya, dan mengapa ini demi kebaikan kita?—Ulangan 5:28-33. ˇ Bagi Yehuwa, seberapa pentingkah ketaatan kita?—1 Samuel 15:22, 23. ˇ Apa yang kita pelajari dari sikap Yesus terhadap ketaatan kepada Allah? —Yohanes 8:29. ˇ Mengapa kita benar-benar layak menaati Yehuwa?—Penyingkapan 4:11. PASAL 2 Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya? ”Pertahankanlah hati nurani yang baik.” —1 PETRUS 3:16. SEORANG pelaut mengarungi samudra yang luas dengan kapalnya; seorang petualang melintasi padang belantara yang tak berpenghuni; seorang pilot menerbangkan pesawatnya tinggi di atas lapisan-lapisan awan di angkasa. Apa persamaan di antara mereka? Mereka masing-masing bisa menghadapi kesulitan seandainya mereka tidak membawa sebuah kompas—khususnya apabila tidak ada peralatan modern lain. 2 Kompas adalah sebuah alat sederhana, biasanya hanya sebuah piringan dengan jarum magnetis yang menunjuk ke arah utara. Apabila berfungsi dengan baik, dan terutama jika digunakan bersama sebuah peta yang tepat dan benar, alat itu dapat menyelamatkan kehidupan. Dalam beberapa hal, kompas dapat disamakan dengan sebuah pemberian yang berharga dari Yehuwa 1, 2. Mengapa kompas itu alat yang sangat penting, dan apa persamaannya dengan hati nurani? Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya? 15 untuk kita—hati nurani. (Yakobus 1:17) Tanpa hati nurani, kita akan benar-benar kehilangan arah. Jika digunakan dengan sepatutnya, hati nurani dapat membantu kita menemukan jalan yang benar dalam kehidupan dan tetap berada di sana. Jadi, mari kita bahas apa hati nurani itu dan cara kerjanya. Setelah itu, kita dapat mengupas pokok-pokok berikut ini: (1) Cara melatih hati nurani, (2) alasan kita harus memikirkan hati nurani orang lain, dan (3) manfaat hati nurani yang baik. APA HATI NURANI ITU DAN CARA KERJANYA Dalam Alkitab, kata Yunani untuk ”hati nurani” secara harfiah berarti ”pengetahuan pendamping, atau pengetahuan yang menyertai diri kita”. Tidak seperti semua makhluk lain di bumi, Allah memberi kita kemampuan untuk mengenal diri sendiri. Kita seolah-olah dapat memeriksa diri sendiri dan menilai apakah kita lurus secara moral. Karena bertindak sebagai pemberi kesaksian, atau hakim, dalam diri kita, hati nurani dapat memeriksa tindakan, sikap, dan pilihan kita. Hati nurani dapat menuntun kita untuk mengambil keputusan yang baik atau memperingatkan kita terhadap keputusan yang tidak baik. Setelah itu, hati nurani bisa menenangkan hati kita karena pilihan yang kita buat itu bijaksana atau menghukum kita sehingga batin kita tertekan karena pilihan kita tidak baik. 4 Kemampuan ini ditanamkan dalam diri pria dan wanita sejak awal mula. Baik Adam maupun Hawa menunjukkan bahwa mereka mempunyai hati nurani. Hal itu terlihat dari rasa malu mereka setelah mereka berbuat dosa. (Kejadian 3:7, 8) Sayang sekali, hati nurani yang terganggu tidak ada gunanya lagi bagi mereka pada waktu itu. Mereka sengaja mengabaikan hukum Allah. Jadi, dengan kesadaran penuh mereka memilih untuk menjadi pemberontak, yaitu penentang Allah Yehuwa. Sebagai manusia 3 3. Apa arti harfiah kata Yunani untuk ”hati nurani”, dan kata itu menggambarkan kemampuan unik apa dalam diri manusia? 4, 5. (a) Bagaimana kita tahu bahwa baik Adam maupun Hawa memiliki hati nurani, dan apa akibatnya bagi mereka karena mengabaikan hukum Allah? (b) Contoh apa saja yang menunjukkan bekerjanya hati nurani dalam diri orang-orang beriman pada zaman pra-Kristen? 16 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” sempurna, mereka tahu apa yang mereka lakukan, dan mereka tidak bisa berbalik. 5 Tidak seperti Adam dan Hawa, banyak orang yang tidak sempurna mengindahkan hati nurani mereka. Misalnya, Ayub yang setia dapat mengatakan, ”Pada kebenaranku aku berpegang, dan aku tidak akan melepaskannya; hatiku tidak akan mencela aku bahkan sehari pun dalam masa hidupku.”1 (Ayub 27:6) Ayub mendengarkan baik-baik hati nuraninya, membiarkannya membimbing semua tindakan dan keputusannya. Maka, dengan perasaan benar-benar puas ia dapat mengatakan bahwa hati nuraninya tidak mencelanya dengan rasa malu dan rasa bersalah. Perhatikan perbedaan antara Ayub dan Daud. Daud berlaku tidak hormat terhadap Saul, raja yang diurapi Yehuwa. ”Sesudah itu hati Daud terus menyalahkan dia.” (1 Samuel 24:5) Sengatan tajam hati nurani itu jelas bermanfaat bagi Daud karena mengajarnya untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak memperlihatkan hormat. 6 Apakah hati nurani ini hanya diberikan kepada hamba-hamba Yehuwa? Perhatikan kata-kata terilham rasul Paulus, ”Apabila orang-orang dari bangsa-bangsa yang tidak memiliki hukum, secara alami melakukan perkara-perkara yang terdapat dalam hukum, orang-orang ini, walaupun tidak memiliki hukum, adalah suatu hukum bagi diri mereka sendiri. Merekalah orang-orang yang mempertunjukkan bahwa hakikat hukum tertulis dalam hati mereka, sementara hati nurani mereka memberikan kesaksian bersama mereka dan, dalam pikiran mereka sendiri, mereka dituduh atau bahkan dibenarkan.” (Roma 2:14, 15) Bahkan orang-orang yang sama sekali tidak mengenal hukum Yehuwa adakalanya bisa digerakkan oleh saksi batin ini untuk bertindak selaras dengan prinsip-prinsip Allah. 1 Dalam Kitab-Kitab Ibrani, tidak ada kata khusus untuk ”hati nurani”. Tetapi, contoh Ayub menunjukkan bahwa hati nuranilah yang dimaksud. Kata ’hati’ pada umumnya memaksudkan batin seseorang. Dalam contoh Ayub, ’hati’ jelas menunjuk ke suatu bagian tertentu dalam batin manusia—hati nuraninya. Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”hati nurani” disebutkan kira-kira 30 kali. 6. Apa yang menunjukkan bahwa hati nurani adalah pemberian bagi seluruh umat manusia? Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya? 17 7 Tetapi, hati nurani kadang-kadang bisa salah. Mengapa? Jika sebuah kompas ditaruh dekat benda dari logam, kompas itu bisa terpengaruh sehingga tidak menunjuk ke arah utara. Dan, jika digunakan tanpa peta yang tepat, kompas itu hampir-hampir tidak ada gunanya. Demikian pula, jika terlalu dipengaruhi oleh keinginan hati yang mementingkan diri, hati nurani kita bisa menuntun kita ke arah yang salah. Dan, jika hati nurani digunakan tanpa bimbingan yang andal dari Firman Allah, bisa jadi kita tidak dapat membedakan yang benar dan yang salah dalam banyak hal penting. Ya, agar hati nurani kita berfungsi dengan benar, kita membutuhkan bimbingan roh kudus Yehuwa. Paulus menulis, ”Hati nuraniku memberikan kesaksian bersama diriku melalui roh kudus.” (Roma 9:1) Namun, bagaimana kita dapat memastikan bahwa hati nurani kita selaras dengan roh kudus Yehuwa? Caranya ialah dengan melatihnya. CARA MELATIH HATI NURANI Bagaimana caranya membuat keputusan berdasarkan hati nurani? Ada orang yang kelihatannya sekadar memeriksa batin serta perasaan mereka, lalu mengambil keputusan. Setelah itu, mereka mungkin mengatakan, ”Hati nurani saya tidak terganggu.” Keinginan hati bisa sangat kuat, bahkan memengaruhi hati nurani. Alkitab mengatakan, ”Hati lebih licik daripada apa pun juga dan nekat. Siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yeremia 17:9) Maka, keputusan kita tidak boleh ditentukan oleh keinginan hati kita saja. Sebaliknya, kita perlu pertama-tama memikirkan apa yang akan menyenangkan Allah Yehuwa.1 8 1 Alkitab menunjukkan bahwa hati nurani yang bersih tidak selalu cukup. Sebagai contoh, Paulus mengatakan, ”Aku tidak menyadari akan adanya sesuatu yang tidak benar dalam diriku. Namun ini tidak membuktikan bahwa aku adilbenar, tetapi dia yang memeriksa aku adalah Yehuwa.” (1 Korintus 4:4) Bahkan para penganiaya orang Kristen, seperti Paulus dulu, boleh jadi bertindak dengan hati nurani yang bersih karena mengira Allah menyetujui perbuatan mereka. Memiliki hati nurani yang bersih, baik dalam pandangan kita maupun dalam pandangan Allah, sangatlah penting.—Kisah 23:1; 2 Timotius 1:3. 7. Mengapa hati nurani kadang-kadang bisa salah? 8. (a) Bagaimana hati dapat memengaruhi hati nurani, dan apa yang seharusnya paling penting dalam keputusan kita? (b) Mengapa hati nurani yang bersih tidak selalu cukup bagi seorang Kristen? (Lihat catatan kaki.) 18 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 9 Jika suatu keputusan benar-benar didasarkan atas hati nurani kita yang terlatih, hal itu akan mencerminkan rasa takut yang saleh, bukan keinginan pribadi kita. Perhatikan sebuah contoh. Gubernur Nehemia yang setia berhak menuntut pembayaran dan pajak tertentu dari orang-orang di Yerusalem. Namun, ia tidak melakukannya. Mengapa? Sebab hal itu sama saja dengan menindas umat Allah. Maka, ia membuang jauh-jauh dari pikirannya sesuatu yang bisa saja menimbulkan ketidaksenangan Yehuwa. Ia mengatakan, ”Aku tidak berbuat demikian oleh karena takut akan Allah.” (Nehemia 5:15) Takut yang saleh berarti kita takut berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan Bapak kita di surga. Rasa takut yang tulus seperti itu penting sekali. Hal itu akan menggerakkan kita untuk mencari petunjuk dari Firman Allah sewaktu kita harus mengambil keputusan. 10 Misalnya, perhatikan masalah minuman beralkohol. Banyak dari antara kita harus mengambil keputusan berikut ini dalam acara ramah tamah, Apakah saya akan meminumnya atau tidak? Pertama-tama, kita perlu mendidik diri sendiri. Prinsip-prinsip Alkitab mana yang berlaku? Alkitab tidak melarang orang minum dengan bersahaja, tetapi malah memuji Yehuwa yang memberi kita anggur. (Mazmur 104:14, 15) Namun, Alkitab mengutuk minum berlebihan dan pesta liar. (Lukas 21:34; Roma 13:13) Lagi pula, kemabukan disebutkan bersama dosa lain yang sangat serius, seperti percabulan dan perzinaan.1—1 Korintus 6:9, 10. 11 Hati nurani seorang Kristen dididik dan dibuat peka oleh prinsip-prinsip seperti itu. Maka, apabila kita harus membuat keputusan tentang minuman beralkohol pada suatu acara, kita akan bertanya kepada diri sendiri: ’Acara macam apakah 1 Patut diperhatikan bahwa menurut banyak dokter, minum dengan bersahaja hampir mustahil bagi para pecandu alkohol; bagi mereka, ”bersahaja” berarti tidak minum. 9. Apa rasa takut yang saleh itu, dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi hati nurani kita? 10, 11. Prinsip-prinsip Alkitab mana yang berlaku dalam hal minuman beralkohol, dan bagaimana kita bisa memperoleh bimbingan Allah untuk dapat menerapkannya? Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya? 19 ini? Adakah kemungkinan untuk menjadi tak terkendali, menjadi pesta liar? Apa kecenderungan saya sendiri? Apakah saya ingin sekali minum minuman beralkohol, bergantung padanya, menggunakannya untuk mengendalikan suasana hati dan perilaku saya? Apakah saya memiliki pengendalian diri yang dibutuhkan untuk membatasi seberapa banyak yang akan saya minum?’ Seraya kita memikirkan masak-masak prinsip-prinsip Alkitab serta berbagai pertanyaan yang timbul, sebaiknya kita berdoa meminta bimbingan Yehuwa. (Baca Mazmur 139: 23, 24.) Dengan cara ini, kita mengundang Yehuwa untuk menuntun kita dengan roh kudus-Nya. Kita juga melatih hati nurani kita agar selaras dengan prinsip-prinsip dari Allah. Namun, ada hal lain yang hendaknya dipertimbangkan dalam membuat keputusan. MENGAPA PERLU MEMIKIRKAN HATI NURANI ORANG LAIN? 12 Adakalanya, Saudara mungkin merasa heran bahwa hati nurani orang Kristen bisa begitu berbeda satu sama lain. Ada yang tidak menyetujui perbuatan atau kebiasaan tertentu; orang lain menyukainya dan melihat bahwa tidak ada dasar untuk menganggapnya salah. Contohnya, sehubungan dengan minum minuman beralkohol bersama teman-teman, ada yang senang minum sewaktu bersantai bersama pada malam hari; orang lain merasa terusik. Mengapa ada perbedaan, dan bagaimana seharusnya hal ini memengaruhi keputusan kita? 13 Ada banyak alasan mengapa orang bisa berbeda-beda. Salah satunya ialah latar belakang seseorang. Misalnya, ada yang tahu benar kelemahan mereka, yang di masa lampau harus mereka atasi dengan susah payah—kadang-kadang mungkin gagal. (1 Raja 8:38, 39) Berkenaan dengan minuman beralkohol, perasaan orang-orang tersebut kemungkinan besar sangat peka. Jika ia berkunjung ke rumah Saudara, hati nuraninya tentu dengan tepat akan menggerakkan dia untuk menolak tawaran 12, 13. Sebutkan beberapa alasan mengapa hati nurani orang Kristen berbeda-beda, dan bagaimana hendaknya tanggapan kita? 20 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” minuman itu. Apakah Saudara akan tersinggung? Apakah Saudara akan memaksanya? Tidak. Entah Saudara tahu alasan dia atau tidak—bisa jadi dia memutuskan untuk tidak mengatakannya saat itu—kasih persaudaraan akan menggerakkan Saudara untuk bertimbang rasa. 14 Rasul Paulus melihat bahwa hati nurani orang Kristen pada abad pertama sering kali sangat berbeda-beda. Pada waktu itu, beberapa orang Kristen merasa terganggu sehubungan dengan makanan tertentu yang telah dipersembahkan kepada berhala. (1 Korintus 10:25) Hati nurani Paulus tidak menolak makanan seperti itu yang belakangan dijual di pasar-pasar. Baginya, berhala itu benda mati sehingga makanan yang dipersembahkan kepadanya tidak bisa menjadi miliknya. Makanan berasal dari Yehuwa dan tetap milik Dia. Tetapi, Paulus mengerti bahwa orang lain tidak sepaham dengannya mengenai hal ini. Ada yang sebelum menjadi orang Kristen adalah penyembah berhala yang taat. Bagi mereka, bahkan apa pun yang sebelumnya ada kaitannya dengan penyembahan berhala meresahkan mereka. Bagaimana cara mengatasinya? 15 Paulus berkata, ”Akan tetapi, kita yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat, dan tidak menyenangkan diri sendiri. Sebab bahkan Kristus tidak menyenangkan dirinya sendiri.” (Roma 15:1, 3) Paulus menjelaskan bahwa kita hendaknya menomorsatukan kepentingan saudara-saudari kita, seperti yang Kristus lakukan. Dalam pembahasan yang berkaitan dengan ini, Paulus mengatakan bahwa ia lebih baik tidak makan daging sama sekali daripada membuat tersandung domba yang berharga, yang untuknya Kristus telah mati.—Baca 1 Korintus 8:13; 10:23, 24, 31-33. 16 Sebaliknya, orang yang hati nuraninya lebih membatasi tindakan mereka hendaknya tidak kritis terhadap orang lain, berkeras agar semua orang sepaham dengan mereka dalam hal14, 15. Mengenai hal apa hati nurani orang-orang di sidang abad pertama berbeda, dan apa saran Paulus? 16. Mengapa orang yang hati nuraninya lebih membatasi tindakannya sebaiknya tidak menghakimi orang yang hati nuraninya berbeda? Hati nurani yang terlatih oleh Alkitab dapat membantu Saudara memutuskan untuk minum minuman beralkohol atau tidak hal yang menyangkut hati nurani. (Baca Roma 14:10.) Yang terbaik, hati nurani digunakan untuk menghakimi diri sendiri, bukan dijadikan alasan untuk menghakimi orang lain. Ingat perkataan Yesus, ”Berhentilah menghakimi agar kamu tidak dihakimi.” (Matius 7:1) Semua anggota sidang sebaiknya tidak mempermasalahkan hal-hal yang terkait dengan hati nurani perorangan. Sebaliknya, kita mencari kesempatan untuk menggalang kasih dan persatuan, saling membina, tidak saling membinasakan.—Roma 14:19. MANFAAT HATI NURANI YANG BAIK Rasul Petrus menulis, ”Pertahankanlah hati nurani yang baik.” (1 Petrus 3:16) Hati nurani yang bersih dalam pandangan Allah Yehuwa adalah karunia yang sangat berharga. Hati nurani seperti itu tidak sama dengan hati nurani kebanyakan orang 17 17. Bagaimana hati nurani kebanyakan orang dewasa ini? Hati nurani yang baik dapat menuntun kita dalam perjalanan hidup sehingga menghasilkan sukacita dan kedamaian batin dewasa ini. Menurut Paulus, ’hati nurani orang-orang itu telah diselar’. (1 Timotius 4:2) Hati nurani yang diselar itu bagaikan daging yang hangus terkena besi membara sehingga meninggalkan parut dan menjadi mati rasa, atau tidak peka. Banyak orang memiliki hati nurani yang sesungguhnya sudah mati —benar-benar cacat dan tidak peka sehingga tidak lagi memberikan peringatan, protes, atau sengatan rasa malu atau rasa bersalah atas perbuatan buruk. Banyak orang dewasa ini tampaknya merasa lega karena tidak lagi diganggu oleh perasaan bersalah. 18 Sebenarnya, perasaan bersalah bisa jadi adalah cara hati nurani memberi tahu kita bahwa kita telah berbuat salah. Jika 18, 19. (a) Manfaat apa yang bisa saja dihasilkan dari perasaan bersalah atau malu? (b) Apa yang dapat kita lakukan kalau hati nurani terus menghukum kita untuk dosa masa lalu padahal kita sudah bertobat? Pertahankan Hati Nurani yang Baik—Caranya? 23 perasaan tersebut menggugah seorang pedosa untuk bertobat, dosa yang paling buruk pun dapat diampuni. Raja Daud, contohnya, melakukan perbuatan salah yang sangat tercela tetapi diampuni terutama karena ia sungguh-sungguh bertobat. Karena membenci tindakannya yang salah dan bertekad untuk menaati hukum Yehuwa sejak saat itu, ia merasakan sendiri bahwa Yehuwa itu ”baik dan siap mengampuni”. (Mazmur 51:1-19; 86:5) Namun, bagaimana kalau perasaan sangat bersalah dan malu tak kunjung hilang setelah kita bertobat dan mendapat pengampunan? 19 Kadang-kadang, hati nurani bisa menghukum secara berlebihan, terus menyiksa si pedosa dengan perasaan bersalah yang seharusnya sudah lama hilang karena tidak ada gunanya lagi. Jika begitu, kita mungkin perlu meyakinkan hati yang terus menghukum diri itu bahwa Yehuwa lebih besar daripada semua perasaan manusia. Kita perlu memercayai dan menerima kasih serta pengampunan-Nya, sebagaimana kita menganjurkan orang lain. (Baca 1 Yohanes 3:19, 20.) Sebaliknya, hati nurani yang sudah dibersihkan menghasilkan kedamaian batin, ketenteraman, dan sukacita besar yang langka di dunia ini. Banyak orang yang pernah melakukan dosa serius merasakan kelegaan yang luar biasa ini dan sekarang dapat mempertahankan hati nurani yang baik seraya melayani Allah Yehuwa.—1 Korintus 6:11. 20 Buku ini dirancang untuk membantu Saudara memperoleh sukacita itu, mempertahankan hati nurani yang baik selama sisa hari-hari terakhir dunia Setan yang penuh kesusahan. Tentu, buku ini tidak mungkin membahas semua hukum dan prinsip Alkitab yang perlu Saudara pikirkan dan terapkan dalam berbagai situasi yang muncul setiap hari. Selain itu, jangan mengharapkan peraturan yang terperinci untuk hal-hal yang menyangkut hati nurani. Buku ini bertujuan membantu Saudara mendidik dan membuat hati nurani Saudara peka 20, 21. (a) Publikasi ini dirancang untuk membantu Saudara melakukan apa? (b) Sebagai orang Kristen, kebebasan apa yang kita miliki, namun bagaimana cara menggunakannya? 24 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” dengan belajar menerapkan Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari. Tidak seperti Hukum Musa, ”hukum Kristus” mengundang orang yang berpaut padanya untuk lebih mengandalkan hati nurani serta prinsip ketimbang peraturan tertulis. (Galatia 6:2) Jadi kepada orang Kristen, Yehuwa memercayakan kebebasan yang sangat besar. Tetapi, Firman-Nya mengingatkan kita agar tidak sekali-kali menggunakan kebebasan itu sebagai ”selubung untuk menutupi keburukan”. (1 Petrus 2:16) Sebaliknya, kebebasan tersebut memberi kita kesempatan istimewa untuk mengungkapkan kasih kita kepada Yehuwa. 21 Dengan sungguh-sungguh memikirkan cara hidup yang terbaik berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab dan kemudian melaksanakan keputusan Saudara, Saudara akan melanjutkan proses yang sangat penting yang berawal ketika Saudara mulai mengenal Yehuwa. ’Daya pemahaman’ Saudara akan terlatih ”karena penerapan”. (Ibrani 5:14) Hati nurani Saudara yang terlatih oleh Alkitab akan bermanfaat dalam kehidupan seharihari. Seperti kompas yang menuntun orang yang bepergian, hati nurani akan membantu Saudara membuat keputusan yang menyenangkan Bapak Saudara yang ada di surga. Ini adalah cara yang pasti untuk tetap berada dalam kasih Allah. APA JAWABAN SAUDARA? ˇ Mengetahui bahwa Yehuwa selalu mengamati kita seharusnya memberikan pengaruh apa pada hati nurani kita?—Ibrani 4:13. ˇ Bagaimana hati nurani Yusuf membantunya melawan godaan?—Kejadian 39:1, 2, 7-12. ˇ Mengapa hati nurani yang bersih sangat penting untuk mendekati Yehuwa? —Ibrani 10:22. ˇ Mengapa kita harus memikirkan hati nurani orang yang tidak seiman?—2 Korintus 4:1, 2. PASAL 3 Kasihilah Orang yang Allah Kasihi ”Ia yang berjalan dengan orang-orang berhikmat akan menjadi berhikmat.”—AMSAL 13:20. BISA dikatakan bahwa manusia itu bagaikan spons, cenderung menyerap apa saja yang ada di sekitarnya. Kita mudah sekali mengikuti—bahkan tanpa sadar—sikap, standar, dan kepribadian orang-orang yang menjadi sahabat kita. 2 Alkitab mengungkapkan kebenaran yang tak dapat disangkal ini: ”Ia yang berjalan dengan orang-orang berhikmat akan menjadi berhikmat, tetapi ia yang berurusan dengan orang-orang bebal akan mengalami kemalangan.” (Amsal 13:20) Yang disinggung oleh amsal ini bukanlah hubungan yang biasa-biasa saja. Frasa ”berjalan dengan” bisa berarti terus bergaul.1 Dalam ulasan tentang ayat ini, sebuah karya referensi Alkitab mengatakan, ”Berjalan dengan seseorang menunjukkan adanya kasih dan keterikatan.” Tidakkah Saudara setuju bahwa kita cenderung meniru orang yang kita kasihi? Memang, karena ada ikatan emosi antara kita dengan orangorang yang kita kasihi, mereka bisa membentuk diri kita —menjadi baik atau buruk. 3 Agar tetap berada dalam kasih Allah, penting sekali bagi kita untuk mencari teman-teman yang akan memberi kita pengaruh yang baik. Bagaimana caranya? Singkatnya, dengan 1 Kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi ”berurusan dengan” juga diterjemahkan menjadi ”menyertai” dan ”berteman dengan”.—Hakim 14:20; Amsal 22:24. 1-3. (a) Kebenaran mutlak apa yang Alkitab ungkapkan? (b) Bagaimana caranya memilih teman yang akan memberi kita pengaruh yang baik? ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 26 mengasihi orang yang Allah kasihi, yaitu menjadikan sahabat-Nya sahabat kita. Coba pikir. Adakah teman yang lebih baik daripada orang yang memiliki sifat-sifat yang Yehuwa cari dalam diri sahabat-Nya? Nah, mari kita simak orang macam apa yang Allah kasihi. Apabila kita mengenal baik sudut pandang Yehuwa, kita akan lebih mampu memilih temanteman yang baik. ORANG YANG ALLAH KASIHI Yehuwa tidak sembarangan memilih sahabat. Bukankah itu hak-Nya? Tentu saja. Ia adalah Tuan Yang Berdaulat di alam semesta, dan menjadi sahabat-Nya adalah hak istimewa yang paling besar. Maka, siapa yang Ia pilih sebagai sahabat-Nya? Yehuwa mendekat kepada orang yang percaya dan sepenuhnya beriman kepada-Nya. Sebagai contoh, perhatikan Abraham, orang yang dikenal memiliki iman yang luar biasa. Tidak ada ujian iman yang lebih berat daripada yang dialami seorang ayah manusia yang diminta untuk mempersembahkan putranya sebagai korban.1 Namun, Abraham ”sama seperti telah mempersembahkan Ishak”, karena ia beriman sepenuhnya bahwa ”Allah sanggup membangkitkan dia bahkan dari antara orang mati”. (Ibrani 11:17-19) Karena Abraham memperlihatkan iman dan ketaatan seperti itu, Yehuwa dengan hangat menyebut dia ”sahabatku”.—Yesaya 41:8; Yakobus 2:21-23. 5 Yehuwa sangat menghargai orang yang taat dengan loyal. Ia mengasihi orang yang rela menomorsatukan keloyalan 4 1 Dengan meminta Abraham melakukan hal ini, Yehuwa memberikan sekilas gambaran tentang korban yang Ia sendiri akan sediakan dengan menyerahkan Putra satu-satunya yang Ia peranakkan. (Yohanes 3:16) Sehubungan dengan Abraham, Yehuwa turun tangan dan menyediakan seekor domba jantan sebagai ganti Ishak.—Kejadian 22:1, 2, 9-13. 4. Mengapa Yehuwa berhak memilih sahabat, dan mengapa Yehuwa menyebut Abraham ”sahabatku”? 5. Bagaimana Yehuwa memandang orang yang taat kepada-Nya dengan loyal? Kasihilah Orang yang Allah Kasihi 27 kepada-Nya. (Baca 2 Samuel 22:26.) Sebagaimana kita lihat dalam Pasal 1 publikasi ini, Yehuwa sangat senang kepada orang yang memilih untuk menaati Dia karena kasih. ”Ia akrab dengan orang-orang yang lurus hati,” kata Amsal 3:32. Orang yang dengan loyal memenuhi tuntutan Allah mendapat undangan yang hangat dari Yehuwa: Menjadi tamu di ’kemah-Nya’—disambut untuk menyembah Dia dan diizinkan berdoa kepada-Nya setiap saat.—Mazmur 15:1-5. 6 Yehuwa mengasihi orang yang mengasihi Yesus, Putra satu-satunya yang Ia peranakkan. Yesus berkata, ”Jika seseorang mengasihi aku, ia akan menjalankan perkataanku, dan Bapakku akan mengasihinya, dan kami akan datang kepadanya dan akan tinggal bersamanya.” (Yohanes 14:23) Bagaimana kita dapat menunjukkan kasih kita kepada Yesus? Tentunya dengan menjalankan perintah-perintahnya, termasuk memberitakan kabar baik dan membuat murid. (Matius 28: 19, 20; Yohanes 14:15, 21) Kita juga menunjukkan kasih kita kepada Yesus jika kita ”mengikuti langkah-langkahnya dengan saksama”, meniru dia semampu kita sebagai manusia tidak sempurna, dengan perkataan dan perbuatan. (1 Petrus 2:21) Hati Yehuwa senang melihat seseorang berupaya mengikuti jejak Putra-Nya karena mengasihi dia. 7 Iman, loyalitas, ketaatan, serta kasih kepada Yesus dan standar-standarnya—itulah antara lain sifat-sifat yang Yehuwa inginkan dari sahabat-sahabat-Nya. Kita masing-masing sebaiknya bertanya kepada diri sendiri: ’Apakah sifat-sifat dan standar seperti itu nyata dalam diri sahabat saya? Apakah saya menjadikan sahabat Yehuwa sahabat saya juga?’ Melakukan hal itu tentu bijaksana. Orang yang memupuk sifat-sifat yang saleh dan memberitakan kabar baik Kerajaan dengan bersemangat dapat memberikan pengaruh yang baik atas diri kita, 6. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita mengasihi Yesus, dan bagaimana perasaan Yehuwa terhadap orang yang mengasihi Putra-Nya? 7. Mengapa bijaksana untuk bersahabat dengan sahabat Yehuwa? ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 28 mendorong kita memenuhi tekad kita untuk menyenangkan Allah.—Lihat kotak ”Apa Ciri Sahabat yang Baik?” di halaman 29. BELAJAR DARI SEBUAH CONTOH DALAM ALKITAB Alkitab memuat banyak contoh orang-orang yang menuai manfaat karena memilih teman yang baik. Saudara dapat membaca tentang hubungan antara Naomi dan Rut, menantunya, antara ketiga pemuda Ibrani yang setia kepada satu sama lain di Babilon, juga antara Paulus dan Timotius. (Rut 1:16; Daniel 3:17, 18; 1 Korintus 4:17; Filipi 2:20-22) Tetapi, mari kita pusatkan perhatian pada contoh lain yang sangat bagus: persahabatan antara Daud dan Yonatan. 9 Alkitab mengatakan bahwa setelah Daud membunuh Goliat, ”jiwa Yonatan menjadi terikat dengan jiwa Daud, dan Yonatan mulai mengasihi dia seperti jiwanya sendiri”. (1 Samuel 18:1) Maka, terjalinlah persahabatan yang tak terpatahkan di antara mereka, yang terus berlangsung hingga Yonatan tewas di medan pertempuran,1 walaupun usia mereka jauh berbeda. (2 Samuel 1:26) Apa dasar ikatan mereka yang kuat itu? 10 Daud dan Yonatan diikat oleh kasih mereka kepada Allah dan hasrat mereka yang kuat untuk tetap setia kepada-Nya. Ikatan yang memadukan kedua pria itu bersifat rohani. Masing-masing memperlihatkan sifat-sifat yang membuat mereka saling mengasihi. Yonatan tentu terkesan oleh keberanian dan semangat remaja itu yang tanpa gentar membela nama Yehuwa. Tidak diragukan, Daud menghormati pria yang lebih tua itu yang dengan loyal mendukung pengaturan 8 1 Daud masih remaja—”hanyalah seorang anak”—ketika ia menewaskan Goliat dan berusia kurang lebih 30 tahun sewaktu Yonatan meninggal. (1 Samuel 17:33; 31:2; 2 Samuel 5:4) Hal itu berarti Yonatan, yang berusia kira-kira 60 tahun ketika meninggal, lebih tua sekitar 30 tahun daripada Daud. 8. Apa yang mengesankan Saudara berkenaan dengan hubungan antara (a) Naomi dan Rut? (b) ketiga pemuda Ibrani? (c) Paulus dan Timotius? 9, 10. Apa dasar persahabatan antara Daud dan Yonatan? Kasihilah Orang yang Allah Kasihi 29 Yehuwa dan tanpa mementingkan diri mendahulukan kepentingan Daud daripada kepentingannya sendiri. Misalnya, perhatikan apa yang terjadi ketika Daud merasa sangat kecil hati karena harus hidup sebagai buronan di padang belantara untuk menghindari kemarahan Raja Saul yang jahat, yaitu ayah Yonatan. Yonatan menunjukkan keloyalan yang luar biasa ketika ia tidak ragu untuk ”pergi kepada Daud . . . agar ia APA CIRI SAHABAT YANG BAIK? Prinsip: ”Teman sejati penuh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara yang dilahirkan untuk waktu kesesakan.”—Amsal 17:17. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Apakah sahabat saya juga sahabat Yehuwa dan Yesus? —Yohanes 15:14, 16; Yakobus 2:23. ˇ Apakah sahabat saya membantu saya mengembangkan kebiasaan yang baik? —1 Korintus 15:33. ˇ Apakah sahabat saya benar-benar mengasihi saya sehingga akan mengoreksi saya jika perlu?—Mazmur 141:5; Amsal 27:6. ˇ Dari tutur kata dan tindakan saya, sahabat macam apakah saya ini?—Amsal 12:18; 18:24; 1 Yohanes 3:16-18. 30 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” CARA KAMI MENJALIN PERSAHABATAN ˇ ”Pada awalnya, saya merasa sulit menjalin persahabatan di sidang. Tetapi, saya mendapati bahwa apabila saya rajin dalam pelayanan, saya bisa mengembangkan sifat-sifat seperti kesabaran, ketekunan, dan kasih yang rela berkorban. Seraya saya terus mengembangkan sifat-sifat tersebut, ternyata orang-orang yang sepikiran mendekat kepada saya, dan saya sekarang mempunyai beberapa sahabat.” —Shivani. ˇ ”Saya berdoa agar bisa punya sahabat di sidang. Tetapi, saya merasa doa saya belum dijawab-jawab juga. Akhirnya, saya sadar bahwa saya belum mengerahkan upaya dan tidak mulai duluan untuk bersahabat dengan seseorang. Tetapi, setelah saya mulai bertindak selaras dengan doa saya, saya benar-benar merasakan bahwa Yehuwa menjawabnya.”—Ryan. dapat menguatkan hubungan Daud dengan [Yehuwa]”. (1 Samuel 23:16) Bayangkan bagaimana perasaan Daud ketika sahabat yang dikasihinya datang dan memberinya dukungan dan semangat!1 11 Apa yang kita pelajari dari contoh Yonatan dan Daud? Yang terutama, kita melihat bahwa hal terpenting yang harus sama-sama dimiliki adalah nilai-nilai rohani. Apabila kita mengakrabkan diri dengan orang-orang yang memiliki 1 Seperti dicatat di 1 Samuel 23:17, Yonatan mengatakan lima hal untuk membesarkan hati Daud: (1) Ia mendesak Daud untuk tidak merasa takut. (2) Ia meyakinkan Daud bahwa upaya Saul tidak akan berhasil. (3) Ia mengingatkan Daud bahwa Daud akan menjadi raja, seperti yang Allah janjikan. (4) Ia berjanji akan loyal kepada Daud. (5) Ia memberi tahu Daud bahwa Saul pun mengetahui keloyalan Yonatan kepada Daud. 11. Apa yang Saudara pelajari tentang persahabatan antara Yonatan dan Daud? Kasihilah Orang yang Allah Kasihi 31 kepercayaan, nilai-nilai moral, dan keinginan yang sama dengan kita untuk tetap setia kepada Allah, akan ada pertukaran buah-buah pikiran, perasaan, dan pengalaman yang membesarkan hati dan membina kita. (Baca Roma 1:11, 12.) Temanteman yang berpikiran rohani seperti itu kita temukan di antara sesama penyembah Yehuwa. Tetapi, apakah ini berarti bahwa setiap orang yang berhimpun di Balai Kerajaan adalah teman yang baik? Belum tentu. CARA MEMILIH SAHABAT Bahkan dalam sidang, kita harus berhati-hati memilih teman agar teman yang kita pilih bisa membina kita secara rohani. Apakah hal ini aneh? Sebenarnya tidak. Ada orang Kristen yang mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kematangan rohani, sama seperti buah di pohon, ada yang mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk menjadi masak. Jadi, di setiap sidang, tingkat pertumbuhan rohani orang Kristen berbeda-beda. (Ibrani 5:12–6:3) Tentu saja, kita akan mengasihi dan bersabar kepada orang yang masih baru atau lebih lemah, karena kita ingin membantu mereka bertumbuh secara rohani.—Roma 14:1; 15:1. 13 Kadang-kadang, ada situasi di sidang yang mengharuskan kita berhati-hati dalam pergaulan kita. Ada orang yang tingkah lakunya bisa jadi meragukan. Yang lain barangkali mengembangkan sikap mudah kesal atau suka mengeluh. Sidang-sidang pada abad pertama M menghadapi masalah yang sama. Meskipun sebagian besar anggotanya tetap setia, ada yang tingkah lakunya tidak patut. Karena beberapa orang di sidang Korintus tidak mendukung ajaran Kristen tertentu, rasul Paulus memperingatkan sidang itu, ”Janganlah disesatkan. Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan 12 12, 13. (a) Mengapa kita harus berhati-hati memilih teman bahkan dari antara sesama orang Kristen? (b) Masalah apa yang dihadapi sidang-sidang abad pertama, dan peringatan tegas apa yang Paulus berikan? 32 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” yang berguna.” (1 Korintus 15:12, 33) Paulus mengingatkan Timotius bahwa di antara rekan-rekan Kristen pun mungkin ada yang tindakannya memalukan. Timotius dinasihati agar menjauhkan diri dari mereka, tidak menjadikan mereka sahabatnya.—Baca 2 Timotius 2:20-22. 14 Bagaimana kita dapat menerapkan prinsip dalam peringatan Paulus? Dengan tidak bergaul akrab dengan siapa pun —di dalam atau di luar sidang—yang bisa memberikan pengaruh yang merusak. (2 Tesalonika 3:6, 7, 14) Kita harus melindungi kerohanian kita. Ingatlah bahwa seperti spons, kita menyerap sikap dan standar teman-teman dekat kita. Kalau spons dicelupkan ke dalam cuka, yang diserap tidak mungkin air, demikian pula, kalau kita bergaul dengan orang-orang yang memberikan pengaruh negatif, yang kita serap tidak mungkin apa yang positif.—1 Korintus 5:6. 15 Syukurlah, besar kemungkinannya kita dapat menemukan teman-teman yang baik di antara sesama penyembah Yehuwa. (Mazmur 133:1) Bagaimana caranya mendapat teman-teman yang berpikiran rohani di sidang? Seraya Saudara memupuk sifat-sifat dan standar yang saleh, orang lain yang sepikiran tentu akan mendekat kepada Saudara. Selain itu, Saudara mungkin perlu mengambil langkah-langkah praktis untuk mendapatkan teman baru. (Lihat kotak ”Cara Kami Menjalin Persahabatan”, di halaman 30.) Carilah orangorang yang memperlihatkan sifat-sifat saleh yang ingin Saudara tiru. Indahkan nasihat Alkitab untuk ’membuka diri lebar-lebar’, dengan mencari sahabat di antara rekan-rekan seiman tidak soal ras, kebangsaan, atau kebudayaan mereka. (2 Korintus 6:13; baca 1 Petrus 2:17.) Jangan hanya bergaul dengan yang sebaya. Ingatlah bahwa Yonatan jauh lebih tua daripada Daud. Bersahabat dengan orang yang lebih tua memungkinkan kita menimba banyak pengalaman dan hikmat. 14. Bagaimana kita dapat menerapkan prinsip dalam peringatan Paulus tentang pergaulan? 15. Apa yang bisa Saudara lakukan untuk mendapat teman-teman yang berpikiran rohani di sidang? Saudara dapat menemukan teman-teman yang baik di antara sesama penyembah Yehuwa APABILA TIMBUL MASALAH Dari waktu ke waktu, masalah bisa muncul karena ada beragam kepribadian dan latar belakang di sidang. Seorang rekan seiman barangkali mengatakan atau melakukan sesuatu yang menyinggung perasaan kita. (Amsal 12:18) Kadang-kadang, masalah timbul karena perbedaan kepribadian, kesalahpahaman, atau perbedaan pendapat. Apakah kita akan tersandung dan meninggalkan sidang? Tentu tidak kalau kita dengan tulus mengasihi Yehuwa dan orang-orang yang Ia kasihi. 17 Karena Yehuwa adalah Pencipta dan Pemelihara Kehidupan kita, kita layak mengasihi Dia dan mengabdi sepenuhnya kepada-Nya. (Penyingkapan 4:11) Dan, sidang yang Ia perkenan dan gunakan layak kita dukung dengan loyal. 16 16, 17. Jika ada sesama penyembah Yehuwa yang menyakiti kita dengan satu atau lain cara, mengapa kita hendaknya tidak mengundurkan diri dari sidang? ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 34 (Ibrani 13:17) Maka, jika sesama penyembah Yehuwa menyakiti atau mengecewakan kita dengan satu atau lain cara, kita tidak akan mengundurkan diri dari sidang sebagai bentuk protes. Mana mungkin kita melakukan hal itu? Yang menyinggung perasaan kita bukan Yehuwa. Kasih kita kepada Yehuwa mustahil menggerakkan kita untuk meninggalkan Dia dan umat-Nya!—Baca Mazmur 119:165. 18 Kasih kepada sesama penyembah Yehuwa menggerakkan kita untuk menggalang perdamaian di sidang. Yehuwa tidak mengharapkan kesempurnaan dari orang-orang yang Ia kasihi, demikian pula kita seharusnya. Karena memiliki kasih, kita bisa mengabaikan kesalahan kecil dan ingat bahwa kita semua tidak sempurna, sering membuat kekeliruan. (Amsal 17:9; 1 Petrus 4:8) Kasih membantu kita untuk terus ’mengampuni satu sama lain dengan lapang hati’. (Kolose 3:13) Menerapkan nasihat ini tidak selalu mudah. Jika kita membiarkan emosi negatif menguasai diri kita, kita akan cenderung memendam rasa kesal, mungkin merasa bahwa kemarahan kita adalah semacam hukuman bagi orang yang bersalah itu. Tetapi kenyataannya, memendam rasa kesal akan merugikan kita. Jika kita memilih untuk mengampuni kalau ada alasan yang kuat untuk itu, kita akan menuai banyak berkat. (Lukas 17:3, 4) Kita akan merasakan kedamaian dalam pikiran dan hati, memelihara perdamaian di sidang dan, yang terutama, melindungi hubungan kita dengan Yehuwa.—Matius 6:14, 15; Roma 14:19. BERHENTI BERGAUL—KAPAN? Adakalanya, kita harus berhenti bergaul dengan orang yang tadinya adalah anggota sidang. Situasi ini muncul apabila seseorang yang melanggar hukum Allah tidak bertobat lalu dipecat atau apabila seseorang menyangkal iman dengan meng19 18. (a) Apa yang dapat kita lakukan untuk menggalang perdamaian di sidang? (b) Berkat apa saja yang akan kita tuai jika kita memilih untuk mengampuni kalau ada alasan yang kuat untuk itu? 19. Situasi apa yang mungkin timbul yang mengharuskan kita berhenti bergaul dengan seseorang? Kasihilah Orang yang Allah Kasihi 35 ajarkan doktrin palsu atau dengan mengucilkan diri dari sidang. Firman Allah dengan jelas memberi tahu kita agar ”tidak lagi bergaul” dengan orang-orang seperti itu.1 (Baca 1 Korintus 5:11-13; 2 Yohanes 9-11) Boleh jadi, kita sulit sekali menghindari orang yang tadinya mungkin adalah sahabat atau kerabat kita. Apakah kita akan berpendirian teguh, sehingga menunjukkan bahwa kita menomorsatukan keloyalan kepada Yehuwa dan hukum-hukum-Nya yang adil dan benar? Ingatlah bahwa Yehuwa sangat menghargai keloyalan dan ketaatan. 20 Pemecatan adalah pengaturan yang benar-benar pengasih dari Yehuwa. Mengapa demikian? Mengeluarkan pedosa yang tidak bertobat memperlihatkan kasih akan nama kudus Yehuwa dan semua hal yang terkait dengan nama itu. (1 Petrus 1:15, 16) Pemecatan membuat sidang aman. Para anggota yang setia dilindungi terhadap pengaruh yang tidak sehat dari pedosa yang keras kepala dan dapat terus melaksanakan ibadat mereka karena mengetahui bahwa sidang adalah tempat yang aman dari pengaruh dunia yang bejat ini. (1 Korintus 5:7; Ibrani 12:15, 16) Disiplin yang tegas adalah pernyataan kasih terhadap si pelaku kesalahan. Yang ia butuhkan mungkin hanya sentakan agar ia sadar dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk kembali kepada Yehuwa.—Ibrani 12:11. 21 Kita tidak dapat menghindari fakta bahwa sahabat kita bisa memberikan pengaruh kuat yang membentuk kita. Maka, penting sekali bagi kita untuk memilih teman dengan bijaksana. Dengan menjadikan sahabat Yehuwa sahabat kita, dengan mengasihi orang yang Allah kasihi, kita akan mempunyai teman-teman yang terbaik. Apa yang kita serap dari mereka akan membantu kita memenuhi tekad kita untuk menyenangkan Yehuwa. 1 Untuk memperoleh lebih banyak keterangan tentang cara memperlakukan orang yang dipecat atau mengucilkan diri, lihat Apendiks, halaman 207-209. 20, 21. (a) Mengapa pemecatan itu pengaturan yang pengasih? (b) Mengapa penting sekali bagi kita untuk memilih teman dengan bijaksana? PASAL 4 Mengapa Merespek Wewenang? ”Hormatilah segala macam orang.” —1 PETRUS 2:17. PERNAHKAH Saudara melihat reaksi seorang anak kecil sewaktu ia diminta melakukan sesuatu yang benar-benar tidak ingin ia lakukan? Dari raut mukanya terlihat bahwa ada pertentangan dalam hatinya. Ia mendengar kata-kata orang tuanya, dan ia tahu bahwa ia sepatutnya merespek wewenang orang tuanya. Tetapi, kali ini ia benar-benar tidak mau patuh. Pergumulan dalam batinnya menggambarkan apa yang kadang-kadang kita semua alami. 2 Merespek wewenang tidak selalu mudah bagi kita. Apakah Saudara adakalanya merasa sulit merespek orang yang memiliki wewenang tertentu? Kalau begitu, Saudara tidak berjuang sendirian. Kita hidup pada masa ketika respek terhadap wewenang tampaknya berada pada titik terendah. Tetapi, Alkitab mengatakan bahwa kita perlu merespek orang-orang yang memiliki wewenang. (Amsal 24:21) Malah, melakukan hal itu sangat penting jika kita ingin tetap berada dalam kasih Allah. Maka, wajarlah apabila muncul beberapa pertanyaan. Mengapa kita kadang-kadang merasa begitu sulit merespek wewenang? Mengapa Yehuwa meminta kita melakukan hal itu, dan apa yang bisa mendorong kita untuk menaatinya? Akhirnya, dengan cara apa saja kita dapat merespek wewenang? MENGAPA SULIT Mari kita bahas secara singkat dua alasan mengapa kita adakalanya merasa begitu sulit untuk merespek orang-orang yang 3 1, 2. (a) Mengapa kita sulit merespek wewenang? (b) Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas? 3, 4. Bagaimana awal mula dosa dan ketidaksempurnaan, dan mengapa keadaan kita yang berdosa menyulitkan kita untuk merespek wewenang? Mengapa Merespek Wewenang? 37 memiliki wewenang. Pertama, kita tidak sempurna; kedua, orang-orang yang memiliki wewenang juga tidak sempurna. Dosa dan ketidaksempurnaan manusia muncul lama berselang di Taman Eden, ketika Adam dan Hawa memberontak terhadap wewenang Allah. Jadi, dosa berawal dari pemberontakan. Sampai sekarang, kita memiliki kecenderungan bawaan untuk memberontak.—Kejadian 2:15-17; 3:1-7; Mazmur 51:5; Roma 5:12. 4 Karena kita adalah manusia berdosa, kebanyakan dari kita mudah menjadi sombong dan tinggi hati. Sebaliknya, kerendahan hati adalah sifat yang langka yang perlu kita pupuk dan pertahankan dengan mengerahkan upaya keras. Bahkan setelah melayani Allah dengan setia selama bertahun-tahun, kita mungkin tidak bisa mengatasi sifat keras kepala dan kesombongan. Sebagai contoh, perhatikan Korah, yang dengan setia berpaut pada umat Yehuwa melewati banyak kesukaran. Tetapi, ia sangat mendambakan wewenang yang lebih besar dan tanpa malu memimpin pemberontakan melawan Musa, orang yang paling lembut pada zaman itu. (Bilangan 12:3; 16:1-3) Ingatlah juga Raja Uzzia, yang karena sombong, memasuki bait Yehuwa dan melaksanakan tugas suci yang hanya boleh dilakukan para imam. (2 Tawarikh 26:16-21) Akibat pemberontakan mereka, orang-orang tersebut mendapat hukuman keras. Namun, contoh buruk mereka adalah pengingat yang bermanfaat bagi kita semua. Kita perlu memerangi kesombongan yang menyulitkan kita untuk merespek wewenang. 5 Sebaliknya, manusia tidak sempurna yang memiliki wewenang punya andil besar dalam mengurangi respek terhadap wewenang. Banyak yang telah berlaku kejam, suka menyakiti, atau menindas. Malah sepanjang sejarah, kekuasaan sering disalahgunakan. (Baca Pengkhotbah 8:9.) Misalnya, Saul adalah orang yang baik dan rendah hati ketika Yehuwa memilihnya menjadi raja. Tetapi, ia tidak bisa mengatasi kesombongan dan kecemburuan; ia kemudian menganiaya Daud, pria yang setia. 5. Bagaimana manusia yang tidak sempurna menyalahgunakan wewenang mereka? ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 38 (1 Samuel 9:20, 21; 10:20-22; 18:7-11) Daud belakangan menjadi salah seorang raja Israel yang terbaik, namun ia menyalahgunakan kekuasaannya ketika ia mencuri istri Uria, orang Het, dan mengirim pria yang tak bersalah itu ke garis depan agar tewas dalam pertempuran. (2 Samuel 11:1-17) Ya, ketidaksempurnaan membuat orang sulit menjalankan kekuasaan dengan benar. Dan, jika orang yang berkuasa itu tidak merespek Yehuwa, tindakan mereka bisa lebih buruk lagi. Setelah menguraikan bagaimana beberapa paus Katolik sampai memerintahkan penganiayaan di mana-mana, seorang negarawan Inggris menulis, ”Kekuasaan cenderung merusak, dan kekuasaan mutlak benarbenar merusak.” Mengingat sejarah penuh dengan penyalahgunaan wewenang, mari kita bahas pertanyaan: Mengapa kita harus merespek wewenang? MENGAPA MERESPEK WEWENANG? Alasan terbaik untuk merespek wewenang adalah karena kasih—kasih kita kepada Yehuwa, kepada sesama, dan bahkan kepada diri sendiri. Karena kita mengasihi Yehuwa di atas segala-galanya, kita ingin membuat hati-Nya bersukacita. (Baca Amsal 27:11; Markus 12:29, 30.) Kita tahu bahwa kedaulatanNya, hak-Nya untuk memerintah alam semesta, telah ditantang di bumi sejak pemberontakan di Eden dan bahwa kebanyakan umat manusia berpihak kepada Setan dan menolak pemerintahan Yehuwa. Kita dengan penuh sukacita mengambil pendirian yang berbeda. Apabila kita membaca kata-kata yang sangat menggetarkan di Penyingkapan 4:11, hati kita tergugah. Kita memahami dengan jelas bahwa Yehuwa adalah Penguasa yang sah di alam semesta! Kita mendukung Dia sebagai Penguasa dengan menerima-Nya sebagai Pemimpin kita dalam kehidupan sehari-hari. 7 Respek seperti itu menunjukkan ketaatan, namun bukan itu saja. Kita dengan senang hati taat kepada Yehuwa karena kita 6 6, 7. (a) Kasih kita kepada Yehuwa menggerakkan kita untuk melakukan apa, dan mengapa? (b) Sikap apa yang terkait dengan ketundukan, dan bagaimana kita dapat menunjukkannya? Mengapa Merespek Wewenang? 39 mengasihi Dia. Tetapi, kita kadang-kadang merasa sulit sekali untuk taat. Pada saat seperti itulah, seperti anak kecil yang digambarkan di awal pasal ini, kita perlu belajar ketundukan. Kita ingat bahwa Yesus tunduk kepada kehendak Bapaknya sekalipun hal itu mungkin tampaknya sangat sulit. ”Bukanlah kehendakku, melainkan kehendakmu yang terjadi,” kata Yesus kepada Bapaknya.—Lukas 22:42. 8 Tentu, dewasa ini Yehuwa tidak berbicara kepada kita secara pribadi; Ia menggunakan Firman-Nya dan manusia yang menjadi wakil-wakil-Nya di bumi. Karena itu, sering kali kita memperlihatkan ketundukan kepada wewenang Yehuwa dengan merespek orang-orang yang Ia beri, atau izinkan untuk terus memiliki, wewenang. Kalau kita memberontak terhadap orang-orang itu—contohnya, dengan menolak nasihat dan koreksi mereka yang berdasarkan Alkitab—kita menyakiti hati Allah kita. Ketika orang Israel menggerutu dan memberontak terhadap Musa, Yehuwa menganggap tindakan mereka ditujukan langsung kepada-Nya.—Bilangan 14:26, 27. 9 Kita juga merespek wewenang karena kita mengasihi sesama. Mengapa? Coba bayangkan diri Saudara sebagai prajurit suatu pasukan tentara. Kesuksesan, bahkan keselamatan pasukan itu kemungkinan besar bergantung pada kerja sama, ketaatan, dan respek setiap prajurit kepada rantai komando. Jika Saudara memberontak sehingga organisasi menjadi goyah, Saudara bisa membahayakan nyawa sesama prajurit. Memang, pasukan tentara yang dibentuk manusia telah menimbulkan banyak kerugian di dunia dewasa ini. Sebaliknya, Yehuwa memiliki bala tentara yang selalu mendatangkan manfaat. Ratusan kali Alkitab menyebut Allah sebagai ”Yehuwa yang berbala tentara”. (1 Samuel 1:3) Ia adalah Komandan sepasukan 8. (a) Sering kali, apa artinya ketundukan kepada wewenang Yehuwa dewasa ini, dan apa yang menyingkapkan perasaan Yehuwa dalam hal ini? (b) Apa yang dapat menggerakkan kita untuk mendengarkan nasihat dan menerima disiplin? (Lihat kotak di halaman 46-47.) 9. Mengapa kasih kita kepada sesama akan menggerakkan kita untuk merespek wewenang? Berikan gambaran. Seorang ayah Kristen meniru cara Kristus menjalankan kekepalaan besar makhluk roh yang perkasa. Kadang kala, Yehuwa menyamakan hamba-hamba-Nya di bumi dengan suatu bala tentara. (Mazmur 68:11; Yehezkiel 37:1-10) Jika kita memberontak melawan orang-orang yang mendapat wewenang dari Yehuwa, tidakkah kita akan membahayakan sesama prajurit rohani? Apabila seorang Kristen memberontak terhadap para penatua yang terlantik, orang lain di sidang juga bisa menderita. (1 Korintus 12:14, 25, 26) Apabila seorang anak memberontak, seluruh keluarga mungkin akan menderita. Maka, kita memperlihatkan kasih kepada sesama dengan mengembangkan semangat kerja sama dan saling merespek. 10 Kita juga merespek wewenang karena hal itu demi kebaikan kita sendiri. Apabila Yehuwa meminta kita merespek wewenang, Ia sering menyebutkan manfaatnya. Misalnya, Ia menyuruh anak-anak menaati orang tua mereka agar mereka panjang umur dan bahagia. (Ulangan 5:16; Efesus 6:2, 3) Ia menyuruh kita merespek para penatua sidang karena jika tidak, kita akan 10, 11. Jelaskan mengapa keinginan yang patut untuk memperoleh manfaat bisa mendorong kita menaati wewenang. Mengapa Merespek Wewenang? 41 menderita kerugian rohani. (Ibrani 13:7, 17) Dan, Ia menyuruh kita menaati kalangan berwenang dunia demi kebaikan kita sendiri.—Roma 13:4. 11 Tidakkah Saudara setuju bahwa dengan mengetahui mengapa Yehuwa menginginkan kita taat, kita terdorong untuk merespek wewenang? Maka, mari kita bahas bagaimana kita dapat merespek wewenang dalam tiga bidang utama kehidupan. RESPEK DALAM KELUARGA Yehuwa-lah yang membentuk keluarga. Sebagai Allah yang selalu tertib, Ia mengatur agar keluarga dapat berfungsi dengan baik. (1 Korintus 14:33) Ia memberikan wewenang kepada suami dan ayah untuk bertindak sebagai kepala keluarga. Suami memperlihatkan respek kepada Kepalanya, Kristus Yesus, dengan meniru cara Yesus menjalankan kekepalaan atas sidang jemaat. (Efesus 5:23) Jadi, suami tidak boleh melepaskan tanggung jawabnya, tetapi harus memikulnya sebagai seorang laki-laki; ia juga tidak boleh menindas atau kasar, tetapi sebaliknya, harus pengasih, bersikap masuk akal, dan baik hati. Ia harus ingat bahwa wewenangnya bersifat relatif, artinya tidak melebihi wewenang Yehuwa. 13 Seorang istri dan ibu harus menjadi penolong, atau 12 12. Peranan apa yang Yehuwa berikan kepada suami dan ayah dalam keluarga, dan bagaimana seorang pria dapat memenuhinya? 13. Bagaimana seorang istri dan ibu dapat memenuhi peranannya dalam keluarga dengan cara yang menyenangkan Yehuwa? 42 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” WEWENANG SIAPA YANG HARUS SAYA TAATI? Prinsip: ”Yehuwa adalah Hakim kita, Yehuwa adalah Pemberi ketetapan bagi kita, Yehuwa adalah Raja kita.”—Yesaya 33:22. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Apa yang akan saya lakukan jika saya diminta untuk melanggar standar-standar Yehuwa?—Matius 22:37-39; 26:52; Yohanes 18:36. ˇ Apa yang akan saya lakukan jika saya diperintahkan untuk tidak lagi menjalankan perintah-perintah Yehuwa? —Kisah 5:27-29; Ibrani 10:24, 25. ˇ Apa yang dapat membantu saya agar mau menaati orang-orang yang memiliki wewenang?—Roma 13:1-4; 1 Korintus 11:3; Efesus 6:1-3. pelengkap, suaminya. Ia juga dikaruniai wewenang dalam keluarga, sebab Alkitab menyebut tentang ”hukum [ajaran] ibumu”. (Amsal 1:8) Tentu saja, wewenangnya lebih rendah daripada wewenang suaminya. Seorang istri Kristen merespek wewenang suaminya dengan menolongnya memenuhi peranannya sebagai kepala keluarga. Ia tidak merendahkan suaminya, memanfaatkannya, atau mengambil alih kedudukannya. Sebaliknya, ia selalu mendukungnya dan bekerja sama dengannya. Kalau ia tidak menyetujui keputusan sang suami, ia dapat mengutarakan pendapatnya dengan penuh respek, tetapi ia akan tetap tunduk. Jika suaminya tidak seiman, ia mungkin menghadapi situasi yang sulit, namun ketundukannya dapat menggerakkan suaminya untuk mencari Yehuwa.—Baca 1 Petrus 3:1. 14 Anak-anak akan menyenangkan hati Yehuwa apabila mereka menaati ayah dan ibu mereka. Mereka juga mendatangkan hormat dan sukacita bagi orang tua mereka. (Amsal 10:1) 14. Bagaimana anak-anak dapat membuat orang tua mereka dan juga Yehuwa bersukacita? Mengapa Merespek Wewenang? 43 Dalam keluarga dengan orang tua tunggal, anak-anak menerapkan prinsip ketaatan yang sama, karena menyadari bahwa orang tua mereka mungkin lebih membutuhkan dukungan dan kerja sama mereka. Keluarga yang semua anggotanya memenuhi peranan yang Yehuwa tetapkan bagi mereka akan menikmati banyak kedamaian dan sukacita. Hal ini mendatangkan hormat bagi Pemula keluarga, yaitu Allah Yehuwa.—Efesus 3:14, 15. RESPEK DI SIDANG Yehuwa telah melantik Putra-Nya sebagai Penguasa atas sidang Kristen. (Kolose 1:13) Selanjutnya, Yesus menugasi ’budaknya yang setia dan bijaksana’ untuk mengurus kebutuhan rohani umat Allah di bumi. (Matius 24:45-47) Badan Pimpinan Saksi-Saksi Yehuwa adalah ”budak yang setia dan bijaksana”. Seperti di sidang-sidang Kristen abad pertama, para penatua dewasa ini menerima petunjuk dan nasihat dari Badan Pimpinan, baik secara langsung atau melalui wakil-wakilnya, seperti para pengawas keliling. Jika kita secara pribadi merespek wewenang para penatua Kristen, kita menaati Yehuwa.—Baca 1 Tesalonika 5:12; Ibrani 13:17. 16 Para penatua dan hamba pelayanan tidak sempurna. Mereka memiliki kekurangan, seperti halnya kita. Namun, para penatua adalah ”pemberian berupa manusia” untuk membantu sidang tetap kuat secara rohani. (Efesus 4:8) Para penatua dilantik oleh roh kudus. (Kisah 20:28) Mengapa dapat dikatakan demikian? Karena mereka pertama-tama harus memenuhi persyaratan yang dicatat dalam Firman Allah yang diilhami roh. (1 Timotius 3:1-7, 12; Titus 1:5-9) Selanjutnya, para penatua yang menilai apakah seorang saudara memenuhi persyaratan tersebut akan berdoa dengan sungguh-sungguh meminta bimbingan roh kudus Yehuwa. 15 15. (a) Di sidang, bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita merespek wewenang Yehuwa? (b) Sebutkan prinsip-prinsip yang dapat membantu kita menaati mereka yang menjalankan kepemimpinan? (Lihat kotak di halaman 48-49.) 16. Mengapa dapat dikatakan bahwa para penatua dilantik oleh roh kudus? ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 44 17 Di sidang, kadang-kadang tidak ada penatua dan hamba pelayanan yang biasanya melaksanakan tugas, seperti memimpin pertemuan dinas. Jika situasinya seperti itu, saudara-saudara lain yang terbaptis dapat melakukan tugas tersebut. Jika tidak ada seorang saudara, saudari-saudari Kristen yang memenuhi syarat bisa melakukannya. Tetapi, apabila seorang wanita menjalankan peranan yang biasanya diemban oleh pria terbaptis, ia mengenakan tudung kepala.1 (1 Korintus 11:3-10) Tuntutan ini tidak merendahkan kaum wanita. Sebaliknya, hal itu memberi mereka kesempatan untuk merespek kekepalaan yang Yehuwa tetapkan, baik dalam keluarga maupun di sidang. RESPEK KEPADA WEWENANG PEMERINTAH Orang Kristen sejati dengan sungguh-sungguh berpaut pada prinsip-prinsip di Roma 13:1-7. (Baca.) Sewaktu membaca ayat-ayat itu, Saudara dapat melihat bahwa ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” yang disebutkan di situ adalah pemerintah di dunia ini. Selama Yehuwa mengizinkan orangorang ini berkuasa, mereka menjalankan berbagai fungsi penting, sampai taraf tertentu memelihara ketertiban, dan menyediakan jasa yang dibutuhkan. Kita menunjukkan respek kepada kalangan berwenang ini dengan menaati hukum. Kita akan dengan cermat membayar pajak apa pun yang dikenakan atas kita, dengan jujur mengisi formulir atau dokumen apa pun yang mungkin dituntut oleh pemerintah, dan menaati hukum apa pun yang berlaku atas diri kita, keluarga, bisnis atau harta kita. Tetapi, kita tidak akan tunduk kepada kalangan berwenang jika mereka meminta kita untuk tidak menaati Allah. Kita akan menjawab seperti rasul-rasul pada zaman dulu, ”Kita harus menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada manusia.” 18 1 Apendiks di halaman 209-212 membahas beberapa cara yang jitu untuk menerapkan prinsip ini. 17. Sehubungan dengan kegiatan di sidang, mengapa wanita Kristen kadang-kadang mengenakan tudung kepala? 18, 19. (a) Jelaskan prinsip-prinsip yang diuraikan di Roma 13:1-7. (b) Bagaimana kita memperlihatkan respek kepada kalangan berwenang? Mengapa Merespek Wewenang? 45 —Kisah 5:28, 29; lihat kotak ”Wewenang Siapa yang Harus Saya Taati?” di halaman 42. 19 Kita juga merespek kalangan berwenang melalui sikap kita. Adakalanya, kita harus berurusan langsung dengan para pejabat pemerintah. Rasul Paulus berurusan dengan para penguasa seperti Raja Herodes Agripa dan Gubernur Festus. Orang-orang ini memiliki kelemahan serius, tetapi Paulus menyapa mereka dengan penuh respek. (Kisah 26:2, 25) Kita meniru teladan Paulus, entah pejabat yang kita sapa adalah pejabat tinggi atau polisi biasa. Di sekolah, anak-anak Kristen berupaya memperlihatkan respek yang sama kepada para guru, staf, dan karyawan di sekolah. Tentu, kita tidak hanya merespek orang-orang yang menghormati kepercayaan kita; kita juga bersikap respek sewaktu berurusan dengan orang yang menentang Saksi-Saksi Yehuwa. Sebenarnya, orang-orang yang tidak seiman pada umumnya harus dapat melihat bahwa kita selalu bersikap hormat. —Baca Roma 12:17, 18; 1 Petrus 3:15. 20 Janganlah pelit dalam hal memperlihatkan respek. Rasul Petrus menulis, ”Hormatilah segala macam orang.” (1 Petrus 2:17) Apabila orang melihat bahwa kita merespek mereka dengan tulus, boleh jadi mereka akan sangat terkesan. Ingatlah, sifat ini semakin langka. Maka, memperlihatkan respek adalah salah satu cara menaati perintah Yesus, ”Biarlah terangmu bersinar di hadapan manusia, agar mereka melihat perbuatan baikmu dan memuliakan Bapakmu yang di surga.”—Matius 5:16. 21 Di dunia yang gelap ini, orang-orang yang berhati baik akan ditarik kepada terang rohani. Maka, jika kita memperlihatkan respek dalam keluarga, di sidang, dan di lingkungan sekitar kita, hal itu bisa jadi akan menarik orang-orang dan menggerakkan mereka untuk berjalan dalam terang bersama kita. Alangkah menakjubkan harapan tersebut! Namun, andaikata pun tanggapan orang tidak seperti itu, ada satu hal yang pasti. Dengan merespek manusia, Allah Yehuwa akan senang dan kita bisa tetap berada dalam kasih-Nya. Adakah pahala yang lebih besar daripada itu? 20, 21. Apa saja manfaatnya jika kita merespek wewenang dengan sepatutnya? 46 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” ”DENGARKANLAH NASIHAT DAN TERIMALAH DISIPLIN” Semangat Setan—sikapnya yang suka memberontak, suka bertengkar—ada di mana-mana. Karena itu, Alkitab menyebut dia sebagai ”penguasa dari wewenang udara” dan juga menyebutkan dampaknya, yaitu ’roh itu sekarang bekerja dalam diri putra-putra ketidaktaatan’. (Efesus 2:2) Banyak orang dewasa ini ingin bebas sepenuhnya dari wewenang orang lain. Sayang sekali, semangat ingin bebas itu bahkan menulari orang tertentu di sidang Kristen. Misalnya, seorang penatua mungkin dengan baik hati memberikan nasihat tentang bahayanya hiburan yang menyajikan perbuatan amoral atau kekerasan, tetapi ada yang mungkin menolak atau bahkan merasa kesal terhadap nasihat itu. Kita masing-masing perlu menerapkan kata-kata di Amsal 19:20, ”Dengarkanlah nasihat dan terimalah disiplin, agar engkau menjadi berhikmat di masa depanmu.” Apa yang dapat membantu kita dalam hal ini? Perhatikan tiga alasan umum mengapa orang-orang menolak nasihat atau disiplin, lalu pikirkan sudut pandang Alkitab. ˇ ”Menurut saya, nasihat itu tidak tepat.” Kita mungkin merasa bahwa nasihat itu kurang cocok dengan keadaan kita atau bahwa orang yang memberikan nasihat itu tidak sepenuhnya memahami situasinya. Malah, bisa jadi kita secara spontan meremehkan nasihat itu. (Ibrani 12:5) Karena kita semua tidak sempurna, apakah pandangan kita tentang hal itu yang mungkin perlu disesuaikan? (Amsal 19:3) Pasti ada alasan kuat tertentu mengapa nasihat itu diberikan, bukan? Maka, itulah yang perlu kita perhatikan baik-baik. Firman Allah menasihati kita, ”Berpeganglah pada disiplin; jangan lepaskan. Lindungilah dia, karena dialah kehidupanmu.”—Amsal 4:13. ˇ ”Saya tidak suka cara dia memberikan nasihat.” Memang, Firman Allah menetapkan standar yang tinggi sehubungan dengan cara memberikan nasihat. (Galatia 6:1) Tetapi, Alkitab Mengapa Merespek Wewenang? 47 juga mengatakan, ”Semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan Allah.” (Roma 3:23) Satu-satunya cara untuk bisa menerima nasihat yang sempurna yang disampaikan dengan cara yang paling tepat ialah dari seseorang yang sempurna. (Yakobus 3:2) Karena Yehuwa menggunakan manusia yang tidak sempurna untuk menasihati kita, tentu tidak bijaksana untuk memusatkan perhatian pada caranya nasihat itu diberikan. Sebaliknya, perhatikan isi nasihat itu, lalu pikirkan cara menerapkannya, dan berdoalah meminta bimbingan. ˇ ”Ia tidak pantas menasihati saya!” Jika kita menganggap kelemahan pribadi si penasihat itu membuat nasihatnya tidak ada gunanya, kita perlu ingat hal-hal yang disebutkan di atas. Demikian pula, jika kita berpikir bahwa kita tidak perlu dinasihati karena usia, pengalaman, atau tanggung jawab yang kita emban di sidang, kita perlu menyesuaikan cara berpikir kita. Di Israel zaman dulu, raja memikul tanggung jawab besar, namun ia harus mau menerima nasihat dari para nabi, imam, dan orang lain yang adalah rakyatnya. (2 Samuel 12:1-13; 2 Tawarikh 26:16-20) Dewasa ini, organisasi Yehuwa melantik orangorang yang tidak sempurna untuk memberikan nasihat, dan orang Kristen yang matang dengan senang hati mau menerima dan menerapkannya. Jika kita lebih berpengalaman atau mengemban tanggung jawab yang lebih besar daripada orang lain, kita seharusnya semakin menyadari perlunya memberikan teladan dalam bersikap masuk akal dan kerendahan hati dengan mau menerima nasihat dan menerapkannya.—1 Timotius 3:2, 3; Titus 3:2. Jelaslah, tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan nasihat. Maka, mari kita bertekad untuk rela menerima nasihat dan segera menerapkannya, dan dengan sepenuh hati bersyukur kepada Yehuwa atas pemberian yang menyelamatkan kehidupan ini. Nasihat benar-benar merupakan ungkapan kasih Yehuwa kepada kita, dan kita ingin tetap berada dalam kasih Allah.—Ibrani 12:6-11. 48 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” ”TAATILAH MEREKA YANG MENGAMBIL PIMPINAN” Orang Israel zaman dulu perlu segera diorganisasi. Tanpa bantuan orang lain, Musa tidak dapat mengawasi jutaan orang yang mengadakan perjalanan bersama di padang belantara yang berbahaya. Apa yang ia lakukan? ”Musa memilih pria-pria yang cakap dari antara semua orang Israel dan memberi mereka kedudukan sebagai kepala atas orangorang itu, sebagai kepala atas seribu, kepala atas seratus, kepala atas lima puluh dan kepala atas sepuluh orang.” —Keluaran 18:25. Sidang Kristen dewasa ini juga perlu diorganisasi. Itulah sebabnya ada pengawas kelompok dinas lapangan, ada penatua sidang, ada pengawas wilayah untuk sejumlah sidang, dan ada Panitia Negeri atau Panitia Cabang untuk suatu negeri. Dengan demikian, setiap orang yang menjadi gembala dapat memberikan perhatian penuh kepada domba-domba Yehuwa yang harus ia pelihara. Gembala-gembala tersebut bertanggung jawab kepada Yehuwa dan Kristus.—Kisah 20:28. Kita masing-masing perlu taat dan tunduk pada pengaturan organisasi ini. Kita sama sekali tidak ingin meniru sikap Diotrefes, yang tidak merespek orang-orang yang menjalankan kepemimpinan pada zamannya. (3 Yohanes 9, 10) Sebaliknya, kita ingin mengindahkan kata-kata rasul Paulus, yang menulis, ”Taatilah mereka yang mengambil pimpinan di antara kamu dan tunduklah kepada mereka, karena mereka menjaga jiwamu sebagai orang-orang yang akan memberikan pertanggungjawaban; agar mereka melakukan ini dengan sukacita dan tidak dengan keluh kesah, sebab ini akan merugikan kamu.” (Ibrani 13:17) Ada yang taat kalau mereka menyetujui arahan dari orang-orang yang menjalankan kepemimpinan, tetapi tidak mau tunduk kalau mereka tidak menyetujuinya atau tidak dapat memahami alasannya. Tetapi, Mengapa Merespek Wewenang? 49 ingatlah bahwa kata ’tunduk’ bisa mengandung gagasan memperlihatkan ketaatan sekalipun kita tidak cenderung melakukannya. Maka, kita masing-masing sebaiknya bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah saya taat dan tunduk kepada mereka yang menjalankan kepemimpinan?’ Tentu, Firman Allah tidak memerinci setiap pengaturan atau tata cara yang dibutuhkan agar sidang dapat berfungsi dengan baik. Tetapi, Alkitab memang mengatakan, ”Biarlah segala sesuatu berlangsung dengan sopan dan teratur.” (1 Korintus 14:40) Badan Pimpinan menaati arahan ini dengan menetapkan berbagai tata cara dan pedoman yang berguna agar kegiatan sidang dapat berjalan dengan lancar dan tertib. Pria-pria Kristen yang mengemban tanggung jawab memberikan teladan dalam hal ketaatan dengan menjalankan pengaturan itu. Mereka juga ’bersikap masuk akal, siap menaati’ pria-pria yang ditetapkan sebagai pengawas. (Yakobus 3:17) Jadi, syukurlah bahwa setiap kelompok, sidang, wilayah, dan negeri memiliki sekelompok orang beriman yang tertib dan bersatu-padu yang mendatangkan hormat kepada Allah yang bahagia.—1 Korintus 14:33; 1 Timotius 1:11. Di pihak lain, kata-kata Paulus di Ibrani 13:17 juga menyorot mengapa sikap tidak taat itu merugikan. Sikap tersebut dapat menyebabkan orang yang memikul tanggung jawab itu mengerjakan tugas mereka ”dengan keluh kesah”. Sesuatu yang seharusnya dianggap sebagai hak istimewa dinas suci bisa saja terasa sebagai beban apabila seorang saudara harus mengatasi sikap tidak mau bekerja sama dan suka memberontak di antara kawanan. Akibatnya, ”kamu”, yaitu seluruh sidang, akan dirugikan. Tentu, ada bentuk kerugian lain lagi jika seseorang tidak mau tunduk kepada petunjuk teokratis. Jika ia begitu sombong sehingga tidak mau tunduk, kerohaniannya akan menjadi rusak dan hubungannya dengan Bapaknya yang di surga akan renggang. (Mazmur 138:6) Maka, mari kita semua bertekad untuk tetap taat dan tunduk. PASAL 5 Tetap Terpisah dari Dunia —Caranya? ”Kamu bukan bagian dari dunia.” —YOHANES 15:19. PADA malam terakhir kehidupannya di bumi sebagai manusia, Yesus mengungkapkan kekhawatirannya yang besar terhadap kesejahteraan para pengikutnya di masa depan. Ia bahkan mendoakan hal itu, dengan mengatakan kepada Bapaknya, ”Aku memohon kepadamu, bukan untuk mengambil mereka dari dunia, tetapi untuk menjaga mereka oleh karena si fasik. Mereka bukan bagian dari dunia, sebagaimana aku bukan bagian dari dunia.” (Yohanes 17:15, 16) Dalam permohonannya yang sungguh-sungguh itu, Yesus memperlihatkan kasihnya yang besar kepada para pengikutnya maupun pentingnya kata-kata yang ia ucapkan sebelumnya pada malam itu kepada beberapa di antara mereka, ”Kamu bukan bagian dari dunia.” (Yohanes 15:19) Jelaslah, keterpisahan para pengikutnya dari dunia merupakan hal yang sangat penting bagi Yesus! 2 ”Dunia” yang Yesus sebutkan memaksudkan seluruh umat manusia yang terasing dari Allah, yang dikuasai oleh Setan, dan yang menjadi budak roh kesombongan yang mementingkan diri yang bersumber darinya. (Yohanes 14:30; Efesus 2:2; 1 Yohanes 5:19) Ya, ”persahabatan dengan dunia [itu] adalah permusuhan dengan Allah”. (Yakobus 4:4) Tetapi, bagaimana mungkin semua orang yang ingin tetap berada dalam kasih Allah tinggal di dunia tetapi terpisah darinya? Kita akan membahas lima cara, yaitu: dengan tetap loyal kepada Kerajaan Allah di bawah Kristus dan netral dalam politik dunia, de1. Apa yang Yesus tandaskan pada malam terakhir kehidupannya di bumi sebagai manusia? 2. Apa yang Yesus maksudkan dengan ”dunia”? Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya? 51 ngan melawan roh dunia, dengan bersahaja dalam hal pakaian dan dandanan, dengan menjaga kehidupan kita tetap sederhana, dan dengan mengenakan perlengkapan senjata rohani kita. TETAP LOYAL DAN NETRAL Daripada terjun dalam politik pada zamannya, Yesus mengutamakan pemberitaan Kerajaan Allah, yaitu pemerintahan di surga di masa depan yang calon Rajanya adalah dia sendiri. (Daniel 7:13, 14; Lukas 4:43; 17:20, 21) Maka, di hadapan Gubernur Romawi Pontius Pilatus, Yesus dapat mengatakan, ”Kerajaanku bukan bagian dari dunia ini.” (Yohanes 18:36) Para pengikutnya yang setia meniru teladannya dengan berlaku loyal kepada Kristus serta Kerajaannya dan dengan mengumumkan Kerajaan itu kepada dunia. (Matius 24:14) ”Karena itu kami adalah duta-duta yang menggantikan Kristus,” tulis rasul Paulus. ”Sebagai pengganti bagi Kristus kami minta dengan sangat, ’Hendaklah kamu menjadi rukun dengan Allah.’ ”1—2 Korintus 5:20. 4 Karena duta-duta mewakili penguasa atau negara asing, mereka tidak mencampuri urusan dalam-negeri di tempat mereka bertugas; mereka tetap netral. Namun, seorang duta mendukung pemerintahan negara yang ia wakili. Demikian pula dengan para pengikut terurap Kristus, yang ’kewarganegaraannya ada di surga’. (Filipi 3:20) Malah, berkat pengabaran Kerajaan yang bersemangat, mereka telah membantu jutaan orang dari ”domba-domba lain” Kristus ”menjadi rukun dengan Allah”. (Yohanes 10:16; Matius 25:31-40) Domba-domba 3 1 Sejak Pentakosta 33 M, Kristus telah menjadi Raja atas sidang jemaat para pengikutnya yang terurap di bumi. (Kolose 1:13) Pada tahun 1914, Kristus menerima wewenang sebagai raja atas ”kerajaan dunia”. Maka, sekarang orang Kristen terurap juga menjadi duta Kerajaan Mesianik.—Penyingkapan 11:15. 3. (a) Bagaimana pandangan Yesus terhadap politik pada zamannya? (b) Mengapa dapat dikatakan bahwa para pengikut terurap Yesus menjadi duta? (Termasuk catatan kaki.) 4. Bagaimana semua orang Kristen sejati memperlihatkan keloyalan kepada Kerajaan Allah? (Lihat kotak di halaman 52.) 52 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” ORANG KRISTEN MASA AWAL NETRAL Sejarah dunia memberikan banyak sekali bukti bahwa orang-orang Kristen masa awal tetap netral secara politik dan tidak ikut berperang. Menurut buku The Beginnings of Christianity, ”Para pendiri Kekristenan sangat berhati-hati agar tidak mengembangkan kecenderungan apa pun untuk mencampuri tatanan pemerintahan yang sudah ada.” Demikian pula, buku On the Road to Civilization menyatakan, ”Kekristenan masa awal kurang dipahami dan tidak disenangi oleh kalangan pemerintah dunia kafir. . . . Umat Kristen menolak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi para warga negara Romawi. . . . Mereka tidak mau memegang jabatan politik.” Mengenai orang Kristen masa awal dan dinas militer, teolog Jerman Peter Meinhold mengatakan, ”Menjadi orang Kristen sekaligus tentara dianggap tidak sejalan.” Dalam karya tulisnya tentang agama yang berjudul ”An Inquiry Into the Accordancy of War With the Principles of Christianity” (Pengkajian atas Keselarasan Perang dengan Prinsip-Prinsip Kekristenan), penulis bernama Jonathan Dymond menyebutkan bahwa selama suatu waktu setelah kematian Yesus, para pengikut-Nya ”tidak mau [berperang]; apa pun akibatnya, entah itu celaan, atau pemenjaraan, atau kematian”. Dymond menambahkan, ”Fakta ini tak dapat disangkal.” Baru setelah ”Kekristenan tercemar”, orang Kristen menjadi tentara, kata seorang penulis lain. lain itu menjadi utusan Kristus untuk mendukung saudarasaudara terurap Yesus. Sebagai satu kawanan terpadu yang mendukung Kerajaan Mesianik, kedua kelompok itu dengan teguh mempertahankan kenetralan dalam urusan politik dunia.—Baca Yesaya 2:2-4. Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya? 53 Loyalitas kepada Kristus bukan satu-satunya alasan mengapa orang Kristen sejati netral. Tidak seperti bangsa Israel zaman dulu, yang tinggal di negeri yang Allah berikan kepada mereka, kita adalah bagian dari persaudaraan internasional. (Matius 28:19; 1 Petrus 2:9) Jadi, kalau kita bergabung dengan partai-partai politik setempat, kita tidak bisa bebas berbicara tentang berita Kerajaan maupun persatuan Kristen kita. (1 Korintus 1:10) Lagi pula, selama masa perang, kita akan berperang melawan rekan-rekan seiman, padahal kita diperintahkan untuk mengasihi mereka. (Yohanes 13:34, 35; 1 Yohanes 3:10-12) Maka, dengan alasan kuat, Yesus menyuruh muridmuridnya menyarungkan pedang. Dan, ia bahkan menyuruh mereka mengasihi musuh mereka.—Matius 5:44; 26:52; lihat kotak ”Apakah Saya Tetap Netral?” di halaman 55. 6 Sebagai orang Kristen sejati, kita telah membaktikan kehidupan kita kepada Allah, bukan kepada manusia, organisasi manusia, atau bangsa mana pun. Di 1 Korintus 6:19, 20 dikatakan, ”Kamu bukan milik dirimu sendiri, karena kamu [telah] dibeli dengan harga tertentu.” Jadi, walaupun para pengikut Yesus memberikan kepada ”Kaisar” apa yang berhak ia terima dalam bentuk hormat, pajak, dan ketundukan yang bersifat relatif, mereka memberikan ”perkara-perkara Allah kepada Allah”. (Markus 12:17; Roma 13:1-7) Hal ini termasuk ibadat, kasih dengan segenap jiwa, dan ketaatan yang disertai keloyalan. Jika perlu, mereka siap menyerahkan kehidupan mereka bagi Allah.—Lukas 4:8; 10:27; baca Kisah 5:29; Roma 14:8. 5 MELAWAN ”ROH DUNIA” Orang Kristen juga dapat tetap terpisah dari dunia dengan melawan rohnya yang jahat. ”Kita tidak menerima roh dunia, 7 5. Apa bedanya sidang Kristen dan orang Israel zaman dulu, dan bagaimana ini ditunjukkan? 6. Bagaimana pembaktian Saudara kepada Allah memengaruhi hubungan Saudara dengan Kaisar? 7, 8. Apa ”roh dunia” itu, dan bagaimana roh itu ”bekerja” dalam diri manusia yang tidak taat? 54 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” melainkan roh yang berasal dari Allah,” tulis Paulus. (1 Korintus 2:12) Kepada jemaat di Efesus, ia mengatakan, ”Kamu pada suatu waktu berjalan mengikuti . . . dunia ini, mengikuti penguasa dari wewenang udara, roh yang sekarang bekerja dalam diri putra-putra ketidaktaatan.”—Efesus 2:2, 3. 8 ”Udara”, atau roh, dunia adalah suatu tenaga pendorong yang tidak kelihatan, yang memicu ketidaktaatan kepada Allah dan mengembangkan ’keinginan daging dan keinginan mata’. (1 Yohanes 2:16; 1 Timotius 6:9, 10) ”Wewenang” roh ini ada pada daya pikatnya terhadap daging yang berdosa, pada kelicikannya, pada serangannya yang gencar dan, seperti udara, pada penyebarannya yang begitu luas. Selain itu, roh ini ”bekerja” secara berangsur-angsur dengan mengembangkan dalam diri manusia yang tidak taat sifat-sifat yang tidak saleh, seperti mementingkan diri, kesombongan, ambisi yang tak pernah terpuaskan, dan semangat ingin bebas secara moral serta pemberontakan.1 Singkatnya, roh dunia sedikit demi sedikit membuat sifat-sifat si Iblis tumbuh dalam hati seseorang. —Yohanes 8:44; Kisah 13:10; 1 Yohanes 3:8, 10. 9 Apakah roh dunia bisa berakar dalam pikiran dan hati Saudara? Ya, tetapi hanya kalau Saudara membiarkan hal itu terjadi dengan mengendurkan kewaspadaan. (Baca Amsal 4:23.) Sering kali, pengaruhnya mulai secara halus, barangkali melalui teman-teman yang mungkin tampaknya adalah orang yang baik tetapi sebenarnya tidak mengasihi Yehuwa. (Amsal 13:20; 1 Korintus 15:33) Saudara juga dapat menyerap roh yang jahat itu melalui bacaan yang tidak pantas, situs Internet yang berisi pornografi atau bahan dari orang murtad, hiburan yang tidak sehat, dan olahraga yang penuh persaingan—sebenarnya, melalui siapa pun atau apa pun yang menyampaikan cara berpikir Setan atau dunianya. 1 Lihat Bertukar Pikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab, halaman 312-315, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. 9. Dengan cara apa saja roh dunia dapat memasuki pikiran dan hati kita? Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya? 55 Bagaimana kita dapat melawan roh dunia yang licik itu dan tetap berada dalam kasih Allah? Hanya dengan memanfaatkan sepenuhnya persediaan rohani Yehuwa dan dengan terus berdoa meminta roh kudus. Yehuwa jauh lebih besar daripada si Iblis atau dunia yang jahat di bawah kendali Setan. (1 Yohanes 4:4) Maka, betapa pentingnya untuk tetap dekat dengan Yehuwa melalui doa! 10 10. Bagaimana kita dapat melawan roh dunia? APAKAH SAYA TETAP NETRAL? Prinsip: ”Kerajaanku bukan bagian dari dunia ini.”—Yohanes 18:36. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Bagaimana saya akan menjelaskan mengapa salut kepada bendera adalah suatu bentuk penyembahan berhala?1—Keluaran 20:4, 5; 1 Yohanes 5:21. ˇ Sewaktu menjelaskan alasan saya tidak berpartisipasi dalam upacara nasional, bagaimana saya bisa tetap menghormati orang yang tidak sepaham?—1 Petrus 3:15. ˇ Apa alasan saya tidak mendukung partai politik mana pun atau menolak dinas militer dalam bentuk apa pun?—Yohanes 13:34; 1 Yohanes 3:10-12. 1 Lihat Apendiks, halaman 212-215. 56 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” BERSAHAJA DALAM HAL PAKAIAN DAN DANDANAN 11 Kita bisa melihat roh apa yang menggerakkan seseorang dari pakaian, dandanan, dan kebersihannya. Di banyak negeri, standar berpakaian sudah begitu rendah sehingga seorang pembawa acara di sebuah stasiun televisi menyatakan bahwa tidak lama lagi para pelacur tidak bisa tampil beda. Menurut sebuah surat kabar, bahkan anak-anak perempuan yang belum remaja telah terpengaruh oleh gaya masa kini: ”pamer tubuh, tanggalkan kesopanan”. Gaya lain ialah berpakaian dengan sembarangan, yang mencerminkan semangat pemberontakan maupun tidak adanya martabat dan harga diri. 12 Sebagai hamba-hamba Yehuwa, kita sepatutnya ingin berpenampilan sebaik mungkin, yang berarti berpakaian rapi, bersih, sedap dipandang, dan sesuai dengan situasi. Penampilan kita harus selalu mencerminkan ’kesahajaan dan pikiran sehat’, yang bersama ”perbuatan baik”, cocok bagi siapa saja —pria atau wanita—”yang mengaku beribadat kepada Allah”. Tentu, yang penting bagi kita bukanlah untuk menarik perhatian kepada diri sendiri, melainkan agar kita ’tetap berada dalam kasih Allah’. (1 Timotius 2:9, 10; Yudas 21) Ya, kita ingin mengenakan perhiasan yang paling bagus, yaitu ”manusia batiniah yang tersembunyi . . . , yang sangat bernilai di mata Allah”.—1 Petrus 3:3, 4. 13 Ingatlah juga bahwa gaya pakaian dan dandanan kita bisa berpengaruh pada cara orang memandang ibadat sejati. Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”kesahajaan”, apabila digunakan dalam arti moral, menyatakan gagasan menghormati, mengagumi, dan menghargai perasaan atau pendapat orang lain. Maka, tujuan kita seharusnya adalah untuk mengutamakan hati nurani orang lain ketimbang apa yang kita pikir adalah hak kita. Yang terpenting, kita ingin mendatangkan hormat kepada Yehuwa serta umat-Nya. Kita juga mereko11. Bagaimana roh dunia memengaruhi standar berpakaian? 12, 13. Prinsip apa saja yang hendaknya mengatur cara kita berpakaian dan berdandan? mendasikan, atau membuktikan, diri sebagai pelayan Allah dengan melakukan ”segala sesuatu demi kemuliaan Allah”.—1 Korintus 4:9; 10:31; 2 Korintus 6:3, 4; 7:1. 14 Pakaian, dandanan, dan kebersihan kita semakin perlu kita perhatikan apabila kita berada dalam dinas lapangan atau menghadiri perhimpunan. Tanyalah kepada diri sendiri: ’Apakah penampilan dan kebersihan saya menarik perhatian yang tidak sepatutnya kepada diri saya? Apakah hal itu membuat orang lain malu? Apa- Apakah penampilan saya kah saya menganggap hak mendatangkan hormat saya dalam hal ini lebih pen- bagi Yehuwa? ting daripada memenuhi syarat untuk hak istimewa dinas di sidang?’—Mazmur 68:6; Filipi 4:5; 1 Petrus 5:6. 15 Alkitab tidak memuat daftar peraturan tentang pakaian, dandanan, dan kebersihan bagi orang Kristen. Yehuwa tidak ingin kita kehilangan kebebasan memilih atau tidak bisa menggunakan kesanggupan berpikir kita. Sebaliknya, Ia ingin agar kita menjadi orang matang yang bernalar berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab dan yang ”karena penerapan telah terlatih daya pemahamannya untuk membedakan apa yang benar maupun yang salah”. (Ibrani 5:14) Yang terpenting, 14. Sehubungan dengan penampilan dan kebersihan kita, pertanyaan apa saja yang hendaknya kita tanyakan kepada diri sendiri? 15. Mengapa Firman Allah tidak memuat daftar peraturan tentang pakaian, dandanan, dan kebersihan? Ia ingin agar kita dikendalikan oleh kasih—kasih kepada Allah dan sesama. (Baca Markus 12:30, 31.) Berdasarkan prinsipprinsip itu, terbukalah kemungkinan untuk memilih beragam pakaian dan gaya dandanan. Hal ini terlihat dari aneka warna pakaian yang dikenakan umat Yehuwa yang dengan penuh sukacita berkumpul di mana pun di bumi ini. MENJAGA KEHIDUPAN KITA TETAP SEDERHANA Roh dunia menyesatkan dan mendorong jutaan orang untuk mencari uang dan harta benda demi mendapatkan kebahagiaan. Tetapi, Yesus mengatakan, ”Bahkan jika seseorang berkelimpahan, kehidupannya bukanlah hasil dari perkaraperkara yang ia miliki.” (Lukas 12:15) Walaupun Yesus tidak setuju jika seseorang menyangkal diri secara berlebihan, ia mengajarkan bahwa kehidupan dan kebahagiaan sejati 16 16. Dalam hal apa roh dunia bertentangan dengan ajaran Yesus, dan apa saja yang hendaknya kita tanyakan kepada diri sendiri? Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya? 59 dapat dinikmati oleh orang-orang yang ”sadar akan kebutuhan rohani mereka” dan yang menjaga kehidupannya tetap sederhana, yaitu terpusat pada hal-hal rohani. (Matius 5:3; 6:22) Tanyalah kepada diri sendiri: ’Apakah saya benar-benar memercayai apa yang Yesus ajarkan, atau apakah saya dipengaruhi oleh ”bapak dusta”? (Yohanes 8:44) Apa yang disingkapkan oleh perkataan, cita-cita, hal-hal yang saya utamakan, dan jalan hidup saya?’—Lukas 6:45; 21:34-36; 2 Yohanes 6. 17 ”Hikmat dibuktikan adil-benar oleh perbuatannya,” kata Yesus. (Matius 11:19) Perhatikan beberapa manfaat yang diperoleh orang-orang yang menjaga kehidupan mereka tetap sederhana. Mereka mendapat kesegaran sejati dalam dinas Kerajaan. (Matius 11:29, 30) Mereka menghindari kekhawatiran yang berlebihan dan dengan demikian tidak mengalami penderitaan secara mental dan emosi. (Baca 1 Timotius 6:9, 10.) Karena sudah merasa puas dengan kebutuhan pokok, mereka mempunyai lebih banyak waktu untuk keluarga dan rekan-rekan Kristen mereka. Maka, mereka bisa tidur dengan lebih nyenyak. (Pengkhotbah 5:12) Mereka merasakan sukacita yang lebih besar karena suka memberi, melakukannya sebisa mungkin. (Kisah 20:35) Selain itu, mereka ”memiliki harapan yang limpah”, kedamaian batin, dan kepuasan. (Roma 15:13; Matius 6:31, 32) Alangkah tak ternilainya berkat-berkat ini! MENGENAKAN ”SELURUH PERLENGKAPAN SENJATA” 18 Orang yang tetap berada dalam kasih Allah juga terlindung secara rohani, karena Setan tidak ingin orang Kristen bahagia dan memperoleh hidup kekal. (1 Petrus 5:8) ”Pergulatan kita,” kata Paulus, ”bukan melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan kalangan berwenang, melawan para penguasa dunia dari kegelapan ini, melawan kumpulan roh yang fasik di tempat-tempat 17. Sebutkan beberapa manfaat yang diperoleh orang-orang yang menjaga kehidupan mereka tetap sederhana. 18. Bagaimana Alkitab menggambarkan musuh kita, siasatnya, dan perjuangan kita? 60 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” surgawi.” (Efesus 6:12) Kata ”pergulatan” menunjukkan bahwa pertarungan tidak dilakukan dari jarak jauh—seolah-olah dari tempat perlindungan yang aman dan tersembunyi—tetapi dari jarak dekat. Selain itu, kata ”pemerintah-pemerintah”, ”kalangan berwenang”, dan ”para penguasa dunia” menunjukkan bahwa serangan dari alam roh sangat terorganisasi dan terencana. 19 Tetapi, meskipun kita sebagai manusia memiliki kelemahan dan keterbatasan, kita bisa menang. Caranya? Dengan mengenakan ”seluruh perlengkapan senjata dari Allah”. (Efesus 6:13) Di Efesus 6:14-18, perlengkapan senjata itu digambarkan sebagai berikut, ”Karena itu, berdirilah teguh, dengan pinggangmu berikatkan kebenaran, dan mengenakan pelindung dada keadilbenaran, dan kakimu berkasutkan kabar baik tentang perdamaian. Di atas segala hal, ambillah perisai besar iman, yang dengannya kamu akan sanggup memadamkan semua senjata lempar yang berapi dari si fasik. Juga, terimalah ketopong [atau, harapan] keselamatan, dan pedang roh, yaitu firman Allah, sementara dengan setiap bentuk doa dan permohonan, teruslah berdoa pada setiap kesempatan dengan roh.” 20 Karena perlengkapan senjata rohani itu berasal dari Allah, kita pasti akan terlindung, asalkan kita terus mengenakannya. Tidak seperti prajurit biasa yang bisa mendapat istirahat panjang dari tugas di medan pertempuran, orang Kristen terusmenerus melakukan pertarungan hidup-dan-mati yang tidak akan berhenti sebelum Allah membinasakan dunia Setan dan mencampakkan semua roh jahat ke dalam jurang yang tidak terduga dalamnya. (Penyingkapan 12:17; 20:1-3) Maka, jangan menyerah jika Saudara sedang berjuang melawan kelemahan atau keinginan yang salah, sebab kita semua harus ”memukuli” diri sendiri agar dapat tetap setia kepada Yehuwa. (1 Korintus 9:27) Malah, kalau kita tidak bergulat, kita justru harus khawatir! 19. Gambarkan perlengkapan senjata rohani orang Kristen. 20. Mengapa situasi kita berbeda dengan situasi seorang prajurit biasa? Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya? 61 Lagi pula, kita tidak dapat memenangkan pertarungan ini dengan kekuatan kita sendiri. Karena itu, Paulus mengingatkan kita akan perlunya berdoa kepada Yehuwa ”pada setiap kesempatan dengan roh”. Selain itu, kita harus mendengarkan Yehuwa dengan mempelajari Firman-Nya dan bergaul dengan sesama ”prajurit” pada setiap kesempatan, sebab kita tidak bertarung sendirian! (Filemon 2; Ibrani 10:24, 25) Orang yang setia dalam semua bidang ini tidak hanya akan menang, tetapi juga dapat membela iman dengan teguh apabila ditantang. 21 BERSIAPLAH UNTUK MEMBELA IMAN SAUDARA ”Karena kamu bukan bagian dari dunia,” kata Yesus, ”dunia membenci kamu.” (Yohanes 15:19) Karena itu, orang Kristen harus selalu siap membela iman mereka dan melakukan hal ini dengan penuh respek dan kelembutan. (Baca 1 Petrus 3:15.) Tanyalah kepada diri sendiri: ’Apakah saya mengerti mengapa Saksi-Saksi Yehuwa kadang-kadang mengambil pendirian yang bertentangan dengan pendapat umum? Apabila menghadapi kesulitan karena mengambil pendirian tersebut, apakah saya benar-benar yakin bahwa apa yang dikatakan oleh Alkitab dan budak yang setia itu benar? (Matius 24:45; Yohanes 17:17) Dan, sewaktu harus melakukan apa yang benar dalam pandangan Yehuwa, apakah saya siap untuk berbeda, dan bahkan bangga karena berbeda?’—Mazmur 34:2; Matius 10:32, 33. 23 Tetapi, sering kali keinginan kita untuk tetap terpisah dari dunia diuji dengan cara-cara yang lebih halus. Contohnya, sebagaimana disebutkan sebelumnya, si Iblis mencoba memikat hamba-hamba Yehuwa ke dalam dunia melalui hiburan. Bagaimana kita dapat memilih hiburan yang sehat yang akan menyegarkan dan membuat hati nurani kita tetap bersih? Pokok itu akan dibahas dalam pasal berikut. 22 21. Hanya dengan cara bagaimana kita dapat menang dalam peperangan rohani kita? 22, 23. (a) Mengapa kita harus selalu siap membela iman kita, dan pertanyaan apa saja yang hendaknya kita tanyakan kepada diri sendiri? (b) Pokok apa yang akan dibahas dalam pasal berikut? PASAL 6 Cara Memilih Hiburan yang Sehat ”Lakukanlah segala sesuatu demi kemuliaan Allah.” —1 KORINTUS 10:31. BAYANGKAN Saudara akan memakan buah yang lezat, tetapi ternyata ada bagian yang busuk. Apa yang akan Saudara lakukan? Nah, Saudara bisa saja memakan buah itu seluruhnya, bahkan bagian yang busuk; Saudara bisa membuang seluruhnya, termasuk bagian yang busuk; atau Saudara dapat memotong bagian yang busuk dan menikmati bagian yang baik saja. Mana yang akan Saudara pilih? 2 Boleh dikata, hiburan mirip dengan buah itu. Kadang-kadang, Saudara ingin menikmati rekreasi, tetapi Saudara sadar bahwa kebanyakan hiburan yang ada dewasa ini tidak baik, bahkan busuk atau jelek, secara moral. Maka, apa yang akan Saudara lakukan? Ada yang mungkin tidak keberatan dengan apa yang tidak baik dan menikmati hiburan apa pun yang ditawarkan dunia ini. Orang lain mungkin menghindari semua hiburan agar mereka sama sekali tidak terkena apa pun yang bersifat merusak. Yang lain lagi mungkin bersikap hati-hati dengan menghindari hiburan yang merusak, tetapi sekali-kali menikmati hiburan yang relatif sehat. Mana yang akan Saudara pilih agar dapat tetap berada dalam kasih Allah? 3 Kebanyakan dari kita akan memilih yang ketiga. Kita menyadari perlunya rekreasi, tetapi kita ingin memilih hiburan yang bersih secara moral. Karena itu, kita perlu memikirkan caranya menentukan apa yang sehat dan yang tidak. Tetapi, 1, 2. Pilihan apa yang harus kita buat sehubungan dengan hiburan? 3. Apa yang akan kita bahas sekarang? Cara Memilih Hiburan yang Sehat 63 pertama-tama mari kita bahas dampak hiburan yang kita pilih terhadap ibadat kita kepada Yehuwa. ”LAKUKANLAH SEGALA SESUATU DEMI KEMULIAAN ALLAH” 4 Beberapa waktu yang lalu, seorang Saksi lansia yang dibaptis pada tahun 1946 menyatakan, ”Saya telah memutuskan untuk selalu hadir pada setiap khotbah baptisan dan menyimaknya baik-baik, seolaholah saya dibaptis pada hari itu.” Mengapa? Ia menjelaskan, ”Membuat pembaktian saya tetap segar dalam ingatan telah menjadi langkah penting untuk tetap setia.” Saudara tentu setuju dengan pandangan tersebut. Dengan selalu mengingat janji Saudara kepada Yehuwa untuk menggunakan seluruh kehidupan Saudara untuk melayani Dia, Saudara akan terus bertekun. (Baca Pengkhotbah 5:4.) Malah, merenungkan pembaktian Saudara akan memengaruhi pandangan Saudara bukan hanya terhadap pelayanan Kristen, melainkan juga terhadap semua bidang lain dalam kehidupan—termasuk hiburan. Rasul Paulus menandaskan kebenaran itu ketika ia menyurati orangorang Kristen pada zamannya, ”Jika kamu makan atau minum atau melakukan apa pun yang lain, lakukanlah segala sesuatu demi kemuliaan Allah.”—1 Korintus 10:31. 4. Bagaimana pembaktian kita hendaknya memengaruhi hiburan yang kita pilih? ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 64 Segala sesuatu yang Saudara lakukan dalam kehidupan ada kaitannya dengan ibadat Saudara kepada Yehuwa. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menggunakan katakata yang bermakna dalam untuk menandaskan kebenaran ini kepada rekan-rekan seimannya. Ia mendesak mereka, ’Persembahkan tubuhmu sebagai korban yang hidup, kudus, diperkenan Allah, dinas suci dengan daya nalarmu.’ (Roma 12:1) Tubuh Saudara mencakup pikiran, hati, dan kekuatan fisik. Semuanya itu Saudara gunakan dalam melayani Allah. (Markus 12:30) Paulus menyebut dinas dengan segenap jiwa itu sebagai suatu korban. Dalam kata ”korban” tersirat suatu peringatan. Di bawah Hukum Musa, korban yang cacat ditolak oleh Allah. (Imamat 22:18-20) Demikian pula, jika korban rohani seorang Kristen dengan satu atau lain cara tercemar, korban itu akan ditolak oleh Allah. Tetapi, bagaimana hal itu dapat terjadi? 6 Paulus menasihati jemaat Kristen di Roma, ”Janganlah terus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa.” Paulus juga menyuruh mereka ”mematikan praktek-praktek tubuh”. (Roma 6:12-14; 8:13) Di bagian sebelumnya dari surat itu ia memberikan beberapa contoh ”praktek-praktek tubuh”. Mengenai manusia yang berdosa, kita membaca, ”Mulut mereka penuh dengan kutukan.” ”Kaki mereka bergerak cepat untuk menumpahkan darah.” ”Tidak ada perasaan takut akan Allah di depan mata mereka.” (Roma 3:13-18) Seorang Kristen akan menodai tubuhnya kalau ia menggunakan ’anggota-anggota tubuhnya’ untuk perbuatan dosa tersebut. Misalnya, kalau seorang Kristen dewasa ini sengaja melihat bahan yang bejat seperti pornografi atau menonton kekerasan yang sadis, ia ”menyerahkan [matanya] kepada dosa”, dengan demikian mencemari seluruh tubuhnya. Ibadat apa pun yang ia lakukan akan menjadi korban yang tidak lagi kudus dan tidak 5 5. Bagaimana Imamat 22:18-20 membantu kita melihat peringatan yang tersirat dalam Roma 12:1? 6, 7. Bagaimana seorang Kristen dapat mencemari tubuhnya, dan apa akibat yang mungkin akan ia tuai? Cara Memilih Hiburan yang Sehat 65 diperkenan Allah. (Ulangan 15:21; 1 Petrus 1:14-16; 2 Petrus 3:11) Betapa besar kerugiannya karena memilih hiburan yang tidak sehat! 7 Jelaslah, hiburan yang dipilih seorang Kristen sangat besar dampaknya. Maka, kita tentu akan memilih hiburan yang akan memperindah korban kita kepada Allah, bukan mencemarinya. Sekarang, mari kita bahas cara menentukan apa yang sehat dan yang tidak. ”MUAKLAH TERHADAP APA YANG FASIK” Secara umum, hiburan dapat dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah hiburan yang jelas-jelas dihindari orang Kristen; yang kedua adalah yang mungkin berterima bagi orang Kristen atau mungkin tidak. Pertama-tama, mari kita bahas kelompok pertama—hiburan yang dihindari orang Kristen. 9 Seperti telah disebutkan di Pasal 1, ada jenis hiburan yang mempertontonkan perbuatan yang jelas-jelas dikutuk dalam Alkitab. Misalnya, situs Web maupun film, acara TV, dan musik yang berisi kekejaman, berkaitan dengan hantu-hantu, mengandung pornografi, atau menonjolkan perbuatan yang amoral dan menjijikkan. Dalam jenis hiburan yang bejat tersebut, perbuatan yang melanggar prinsip atau hukum Alkitab digambarkan sebagai sesuatu yang berterima. Maka, hiburan semacam itu harus dijauhi oleh orang Kristen sejati. (Kisah 15:28, 29; 1 Korintus 6:9, 10; Penyingkapan 21:8) Dengan menolak hiburan yang tidak sehat itu, Saudara membuktikan kepada Yehuwa bahwa Saudara benar-benar ’muak terhadap apa yang fasik’ dan terus ’menjauhi apa yang jahat’. Dengan demikian, Saudara memiliki ”iman tanpa kemunafikan”.—Roma 12:9; Mazmur 34:14; 1 Timotius 1:5. 10 Tetapi, ada yang mungkin merasa bahwa menonton hiburan yang menayangkan perilaku amoral tidak berbahaya. 8 8, 9. (a) Secara umum, hiburan dapat dibagi menjadi dua kelompok apa? (b) Jenis hiburan apa yang kita tolak, dan mengapa? 10. Mengenai hiburan, penalaran apa yang berbahaya, dan mengapa? 66 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Mereka bernalar, ’Saya mungkin menontonnya di film atau TV, tetapi saya tidak akan pernah melakukan hal-hal itu.’ Penalaran seperti itu menyesatkan dan berbahaya. (Baca Yeremia 17:9.) Jika kita senang menonton apa yang Yehuwa kutuk, apakah kita benar-benar ’muak terhadap apa yang fasik’? Dengan berulang kali membuka diri terhadap tingkah laku yang bejat, perasaan kita akan menjadi tumpul. (Mazmur 119:70; 1 Timotius 4:1, 2) Perbuatan seperti itu bisa memengaruhi apa yang kita lakukan atau cara kita memandang perbuatan dosa orang lain. 11 Hal ini benar-benar telah terjadi. Ada orang Kristen yang melakukan perbuatan amoral karena dipengaruhi oleh hiburan yang biasa mereka lihat. Mereka belajar dari pengalaman pahit bahwa ”apa pun yang ditabur orang, ini juga yang akan dituainya”. (Galatia 6:7) Tetapi, akhir yang menyedihkan seperti itu dapat dihindari. Jika Saudara bersikap hati-hati, menabur dalam pikiran apa yang bersih secara moral, Saudara akan berbahagia karena menuai hasil baik dalam kehidupan Saudara—Lihat kotak ”Hiburan Macam Apa yang Sebaiknya Saya Pilih?” di halaman 67. KEPUTUSAN PRIBADI BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ALKITAB 12 Sekarang, mari kita bahas kelompok kedua—hiburan yang menyajikan perbuatan yang tidak secara terang-terangan dikutuk atau diperbolehkan dalam Firman Allah. Sewaktu memilih hiburan semacam itu, setiap orang Kristen harus membuat keputusan pribadi sehubungan dengan apa yang ia anggap hiburan yang sehat. (Baca Galatia 6:5.) Tetapi, dalam hal itu kita memiliki pedoman. Alkitab memuat prinsip-prinsip, atau kebenaran dasar, yang memungkinkan kita memahami cara berpikir Yehuwa. Dengan memperhatikan prinsipprinsip tersebut, kita dapat memahami ”apa kehendak 11. Apa yang menunjukkan bahwa Galatia 6:7 terbukti benar sehubungan dengan hiburan? 12. Apa hubungan antara Galatia 6:5 dan hiburan, dan apa pedoman untuk membuat keputusan pribadi? Cara Memilih Hiburan yang Sehat HIBURAN MACAM APA YANG SEBAIKNYA SAYA PILIH? Prinsip: ”Muaklah terhadap apa yang fasik, berpautlah pada apa yang baik.”—Roma 12:9. Apakah Allah akan senang kalau . . . ˇ lirik musik yang saya dengarkan mempersulit saya untuk memikirkan hal-hal yang murni? —1 Korintus 6:9, 10. ˇ saya meniru tutur kata dan tindakan negatif orangorang dalam film yang saya tonton?—Lukas 6:40. ˇ saya memilih untuk bermain video game yang mengharuskan saya memerankan orang yang kejam dan amoral?—Mazmur 11:5, 7. ˇ standar yang saya ajarkan kepada orang lain berbeda dengan standar yang saya gunakan sebagai pedoman dalam memilih hiburan? —Roma 2:21. 67 68 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Yehuwa” dalam segala hal, termasuk dalam memilih hiburan.—Efesus 5:17. 13 Memang, tingkat kemajuan setiap orang Kristen dalam hal pemahaman, atau daya pengamatan, mengenai moral tidak sama. (Filipi 1:9) Selain itu, orang Kristen menyadari bahwa berkenaan dengan hiburan, selera orang berbeda-beda. Maka, kita tidak dapat berharap bahwa semua orang Kristen akan membuat keputusan yang persis sama. Sekalipun demi13. Apa yang akan menggugah kita untuk menghindari hiburan yang bisa membuat Yehuwa tidak senang? Dengan menerapkan prinsip-prinsip Allah sewaktu memilih hiburan, kita terlindung dari kerugian rohani Cara Memilih Hiburan yang Sehat 69 kian, semakin kita membiarkan prinsip-prinsip Allah memengaruhi pikiran dan hati kita, semakin kita ingin menghindari jenis hiburan apa pun yang bisa membuat Yehuwa tidak senang.—Mazmur 119:11, 129; 1 Petrus 2:16. 14 Sewaktu memilih hiburan, ada hal penting lain yang perlu dipikirkan, yaitu waktu. Isi hiburan pilihan Saudara menyingkapkan apa yang Saudara anggap berterima, tetapi jumlah waktu yang Saudara gunakan untuk menikmatinya menyingkapkan apa yang Saudara utamakan. Tentu, bagi orang Kristen, hal-hal rohani itu paling penting. (Baca Matius 6:33.) Maka, apa yang dapat Saudara lakukan agar kepentingan Kerajaan tetap menjadi hal utama dalam kehidupan Saudara? Rasul Paulus menyatakan, ”Teruslah perhatikan dengan cermat bagaimana kamu berjalan, yaitu bukan sebagai orang yang tidak berhikmat melainkan sebagai orang yang berhikmat, membeli [menggunakan sebaik-baiknya] semua waktu yang ada.” (Efesus 5:15, 16) Ya, dengan menetapkan batas yang jelas sehubungan dengan jumlah waktu yang Saudara sisihkan untuk hiburan, kemungkinan besar Saudara akan memiliki waktu yang dibutuhkan untuk ”perkara-perkara yang lebih penting”—kegiatan yang akan meningkatkan kesejahteraan rohani Saudara.—Filipi 1:10. 15 Haluan yang juga bijaksana ialah menjaga jarak yang aman sewaktu memilih hiburan. Apa maksudnya? Perhatikan lagi gambaran tentang buah itu. Agar bagian yang busuk tidak sampai termakan, Saudara tidak memotong persis di batas bagian yang busuk itu saja, tetapi juga sekitarnya. Demikian pula, adalah bijaksana untuk menjaga jarak yang aman sewaktu memilih hiburan. Seorang Kristen yang berhikmat tidak hanya akan menghindari hiburan yang jelas-jelas melanggar prinsip-prinsip Alkitab, tetapi juga jenis yang meragukan atau 14. (a) Apa yang hendaknya kita pikirkan sewaktu memilih hiburan? (b) Bagaimana kita dapat tetap mendahulukan kepentingan Kerajaan dalam kehidupan? 15. Mengapa bijaksana untuk menjaga jarak yang aman sewaktu memilih hiburan? ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 70 yang tampaknya mengandung hal-hal yang tidak sehat secara rohani. (Amsal 4:25-27) Berpaut erat pada Firman Allah akan membantu Saudara melakukan hal itu. ”PERKARA APA PUN YANG MURNI” Sewaktu memilih hiburan, orang Kristen sejati pertama-tama akan mempertimbangkan pandangan Yehuwa. Alkitab menyingkapkan perasaan dan standar Yehuwa. Misalnya, Raja Salomo menyebutkan beberapa hal yang Yehuwa benci, seperti ”lidah dusta, dan tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang mereka-reka rancangan yang mencelakakan, kaki yang bergegas lari menuju kejahatan”. (Amsal 6:16-19) Bagaimana pandangan Yehuwa hendaknya memengaruhi pandangan Saudara? ”Hai, orang-orang yang mengasihi Yehuwa, bencilah apa yang jahat,” demikian nasihat sang pemazmur. (Mazmur 97:10) Hiburan yang Saudara pilih harus menunjukkan bahwa Saudara benar-benar membenci apa yang Yehuwa benci. (Galatia 5:19-21) Ingatlah juga bahwa yang Saudara lakukan sewaktu sendirian lebih penting daripada yang Saudara lakukan di depan umum. Ini menyingkapkan orang macam apa Saudara sebenarnya. (Mazmur 11:4; 16:8) Jadi, kalau Saudara sungguh-sungguh ingin seperasaan dengan Yehuwa terhadap hal moral dalam semua segi kehidupan, pilihan Saudara akan se16 16. (a) Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita memiliki pandangan yang sama dengan Yehuwa tentang moral? (b) Bagaimana caranya agar Saudara bisa terus menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupan Saudara? Sebelum memilih jenis hiburan, orang Kristen bertanya kepada diri sendiri ˇ Apa pengaruhnya atas hubungan saya dengan Allah? ˇ Apa pengaruhnya atas diri saya sendiri? ˇ Apa pengaruhnya atas orang lain? Cara Memilih Hiburan yang Sehat 71 lalu selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab. Hal itu akan menjadi jalan hidup Saudara.—2 Korintus 3:18. 17 Apa lagi yang dapat Saudara lakukan untuk memastikan bahwa Saudara bertindak selaras dengan cara berpikir Yehuwa sewaktu memilih hiburan? Renungkan pertanyaan ini: ’Apa pengaruh hiburan ini atas diri saya dan kedudukan saya di hadapan Allah?’ Contohnya, sebelum memutuskan untuk menonton film tertentu, tanyalah kepada diri sendiri, ’Apa pengaruh isi film ini atas hati nurani saya?’ Mari kita bahas prinsip-prinsip apa yang dapat diterapkan pada hal itu. 18 Suatu prinsip yang penting terdapat di Filipi 4:8, yaitu, ”Perkara apa pun yang benar, perkara apa pun yang serius, perkara apa pun yang adil-benar, perkara apa pun yang murni, perkara apa pun yang membangkitkan perasaan kasih, perkara apa pun yang patut dibicarakan, apa pun yang bajik dan perkara apa pun yang patut dipuji, teruslah pikirkan semuanya ini.” Memang, yang Paulus bahas bukan hiburan, melainkan perenungan dalam hati, yang harus berpusat pada halhal yang menyenangkan Allah. (Mazmur 19:14) Namun, pada prinsipnya, kata-kata Paulus dapat diterapkan pada hiburan. Caranya? 19 Tanyalah kepada diri sendiri, ’Apakah film, video game, musik, atau jenis hiburan lain yang saya pilih akan mengisi pikiran saya dengan ”perkara apa pun yang murni”?’ Misalnya, setelah menonton film, apa yang terus terbayang dalam pikiran Saudara? Apabila itu sesuatu yang menyenangkan, murni, dan menyegarkan, Saudara tahu bahwa hiburan yang Saudara pilih itu sehat. Tetapi, kalau film yang Saudara tonton membuat Saudara memikirkan hal-hal yang tidak murni, maka hiburan Saudara tidak sehat, bahkan berbahaya. 17. Sebelum memilih hiburan, pertanyaan apa saja yang hendaknya kita ajukan? 18, 19. (a) Bagaimana prinsip di Filipi 4:8 dapat membantu kita menentukan apakah hiburan yang kita pilih itu sehat? (b) Sebutkan prinsip-prinsip lain yang dapat membantu Saudara memilih hiburan yang baik. (Lihat catatan kaki.) 72 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” (Matius 12:33; Markus 7:20-23) Mengapa demikian? Karena dengan memikirkan hal-hal yang tidak bersih secara moral, kedamaian batin Saudara akan terusik, hati nurani Saudara yang terlatih oleh Alkitab akan terluka, dan hubungan Saudara dengan Allah bisa rusak. (Efesus 5:5; 1 Timotius 1:5, 19) Karena hiburan seperti itu berdampak buruk atas diri Saudara, bertekadlah untuk menghindarinya.1 (Roma 12:2) Jadilah seperti pemazmur yang berdoa kepada Yehuwa, ”Palingkanlah mataku agar tidak melihat apa yang tidak berguna.” —Mazmur 119:37. MENGUPAYAKAN APA YANG MENGUNTUNGKAN BAGI ORANG LAIN 20 Paulus menyebutkan sebuah prinsip penting dalam Alkitab yang perlu dipikirkan sewaktu membuat keputusan yang menyangkut hal-hal pribadi. Ia berkata, ”Semua hal diperbolehkan oleh hukum; tetapi tidak semua hal membangun. Biarlah masing-masing tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri, melainkan bagi orang lain.” (1 Korintus 10:23, 24) Apa kaitan prinsip itu dengan memilih hiburan yang sehat? Saudara perlu bertanya kepada diri sendiri, ’Apa pengaruh hiburan yang saya pilih atas orang lain?’ 21 Hati nurani Saudara bisa jadi mengizinkan Saudara untuk menikmati jenis hiburan tertentu yang Saudara anggap ”diperbolehkan”, atau berterima. Tetapi, andaikata Saudara memperhatikan bahwa rekan seiman, yang hati nuraninya lebih bersifat membatasi, menganggap hiburan tersebut tidak pantas, Saudara sebaiknya memutuskan untuk menghindari hiburan itu. Mengapa? Karena Saudara tidak ingin ’berbuat dosa terhadap saudara-saudara’—atau, seperti yang Paulus katakan, bahkan ”berbuat dosa terhadap Kristus”—dengan mempersulit rekan-rekan seiman Saudara untuk terus setia kepada Allah. 1 Beberapa prinsip lain yang dapat diterapkan pada hiburan terdapat di Amsal 3:31; 13:20; Efesus 5:3, 4; dan Kolose 3:5, 8, 20. 20, 21. Apa kaitan antara 1 Korintus 10:23, 24 dan memilih hiburan yang sehat? Cara Memilih Hiburan yang Sehat 73 Saudara mencamkan nasihat ini, ’Jangan membuat orang tersandung.’ (1 Korintus 8:12; 10:32) Orang Kristen sejati dewasa ini mengindahkan nasihat Paulus yang penuh timbang rasa dan jeli dengan menghindari hiburan yang mungkin saja ”diperbolehkan” tetapi tidak ”membangun”.—Roma 14:1; 15:1. 22 Akan tetapi, ada segi lain lagi dalam hal mengupayakan apa yang menguntungkan bagi orang lain. Seorang Kristen yang hati nuraninya lebih bersifat membatasi hendaknya tidak menuntut agar semua anggota sidang Kristen memiliki pandangan yang sama dengannya tentang apa hiburan yang pantas itu. Jika ia memaksakan pandangannya, ia sama seperti pengemudi di jalan raya yang menuntut agar semua pengemudi lain di jalan yang sama berkendara dengan kecepatan yang sama dengannya. Tuntutan tersebut tentu tidak masuk akal. Karena memiliki kasih Kristen, orang yang hati nuraninya lebih bersifat membatasi perlu merespek rekan-rekan seiman yang pandangannya tentang hiburan sedikit berbeda tetapi masih selaras dengan prinsip-prinsip Kristen. Dengan demikian, ia membiarkan ’sikap masuk akalnya diketahui semua orang’.—Filipi 4:5; Pengkhotbah 7:16. 23 Singkatnya, bagaimana Saudara dapat memastikan bahwa Saudara memilih hiburan yang sehat? Tolaklah semua jenis hiburan yang mempertontonkan perbuatan yang amoral dan bejat, yang jelas-jelas dikutuk dalam Firman Allah. Ikuti prinsip-prinsip Alkitab yang dapat diterapkan pada berbagai jenis hiburan yang tidak secara terang-terangan disebutkan dalam Alkitab. Hindari hiburan yang melukai hati nurani Saudara, dan hendaklah rela melepaskan jenis hiburan yang mungkin akan merusak kepekaan orang lain, terutama kepekaan rekanrekan seiman. Semoga keputusan Saudara yang teguh itu mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan membuat Saudara dan keluarga Saudara tetap berada dalam kasih-Nya. 22. Mengapa orang Kristen tidak mempermasalahkan pandangan yang berbeda dalam soal-soal pribadi? 23. Bagaimana Saudara dapat memastikan bahwa Saudara memilih hiburan yang sehat? PASAL 7 Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah? ”Padamu ada sumber kehidupan.” —MAZMUR 36:9. BAPAK kita yang di surga telah memberi kita hadiah yang tak ternilai, yaitu kehidupan sebagai manusia yang cerdas yang dapat meniru sifat-sifat-Nya. (Kejadian 1:27) Berkat karunia yang berharga itu, kita bisa memahami apa manfaat prinsip-prinsip Alkitab bagi kita. Dengan menerapkannya, kita dapat bertumbuh menjadi orang yang matang secara rohani, yang mengasihi Yehuwa, dan yang ”terlatih daya pemahamannya untuk membedakan apa yang benar maupun yang salah”.—Ibrani 5:14. 2 Kemampuan untuk mempertimbangkan prinsip-prinsip Alkitab khususnya penting dewasa ini, sebab dunia penuh dengan masalah yang rumit sehingga seberapa banyak hukum pun tidak mampu mengatur setiap situasi yang mungkin timbul dalam kehidupan. Hal ini terlihat dengan jelas dalam bidang kedokteran, terutama sehubungan dengan berbagai produk dan pengobatan yang menyangkut darah. Masalah ini penting bagi semua orang yang ingin menaati Yehuwa. Tetapi, kalau kita memahami prinsip-prinsip Alkitab yang terkait, kita seharusnya dapat membuat keputusan yang bijaksana sehingga hati nurani kita tetap bersih, dan kita tetap berada dalam kasih Allah. (Amsal 2:6-11) Perhatikan beberapa prinsip berikut. KEHIDUPAN DAN DARAH ITU SUCI Yehuwa untuk pertama kalinya mengungkapkan hubungan yang erat antara kehidupan dan darah, dan bahwa kedua 3 1, 2. Karunia apa dari Allah yang khususnya berharga dewasa ini, dan mengapa begitu? 3, 4. Kapan kesucian darah pertama kali dinyatakan dalam Alkitab, dan prinsip-prinsip apa yang mendasarinya? Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah? 75 hal itu suci, tidak lama setelah Kain membunuh Habel. ”Dengarkan!” kata Allah kepada Kain. ”Darah saudaramu berseru kepadaku dari tanah.” (Kejadian 4:10) Dalam pandangan Yehuwa, darah Habel melambangkan kehidupannya, yang telah diakhiri dengan kejam. Maka, dapat dikatakan bahwa darah Habel berseru kepada Allah menuntut pembalasan.—Ibrani 12:24. 4 Setelah Air Bah pada zaman Nuh, Allah mengizinkan manusia makan daging binatang kecuali darahnya. Allah berfirman, ”Hanya daging dengan jiwanya—darahnya—jangan dimakan. Dan, selain itu, aku akan menuntut balas darah dari jiwamu.” (Kejadian 9:4, 5) Perintah ini berlaku bagi semua keturunan Nuh sampai sekarang. Perintah itu meneguhkan kembali apa yang tersirat dalam perkataan Allah sebelumnya kepada Kain—bahwa jiwa, atau kehidupan, semua makhluk dilambangkan oleh darah. Ketetapan itu juga meneguhkan bahwa Yehuwa, Sumber kehidupan, akan meminta pertanggungjawaban semua orang yang tidak menghargai kehidupan dan darah.—Mazmur 36:9. 5 Kedua kebenaran yang mendasar itu nyata dalam Hukum Musa. Di Imamat 17:10, 11 dikatakan, ”Mengenai setiap orang . . . yang makan darah apa pun, aku pasti akan mengarahkan mukaku menentang jiwa yang memakan darah itu, dan aku akan benar-benar memusnahkan dia dari antara bangsanya. Karena jiwa makhluk ada di dalam darahnya, dan aku sendiri telah menaruhnya di atas mezbah bagi kamu untuk mengadakan pendamaian bagi jiwa-jiwamu, sebab darah itulah yang mengadakan pendamaian dengan perantaraan jiwa yang ada di dalamnya.”1 —Lihat kotak ”Kuasa Darah untuk Pendamaian”, di halaman 76. 6 Jika darah seekor binatang yang disembelih tidak digunakan di mezbah, darah itu harus dicurahkan ke tanah. Dengan demikian, itu menandakan bahwa kehidupan dikembalikan kepada 1 Mengenai pernyataan Allah bahwa ”jiwa makhluk ada di dalam darahnya”, jurnal Scientific American mengatakan, ”Meskipun darah memang dapat dianggap sebagai lambang kehidupan, pernyataan ini memang benar: setiap jenis sel darah sangat dibutuhkan untuk kehidupan.” 5, 6. Bagaimana Hukum Musa memperlihatkan bahwa darah itu suci dan juga berharga? (Lihat juga kotak di halaman 78.) 76 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” KUASA DARAH UNTUK PENDAMAIAN Dalam Firman Allah, darah dianggap sama dengan kehidupan. Jadi, di Israel zaman dulu, orang yang berbuat dosa namun bertobat dapat mempersembahkan korban binatang di mezbah Allah agar ia tidak dihukum karena melanggar perintah Yehuwa. (Imamat 4:27-31) Korban ini menjadi pendamaian bagi dosanya, tetapi hanya untuk sementara. Kata ”pendamaian”, seperti yang digunakan dalam Alkitab, mengandung gagasan ”menukar” atau ”menutup”, seperti misalnya tutup yang cocok akan menutup sebuah wadah dengan sempurna. Tentu, binatang tidak dapat sepenuhnya ”menutup”, atau menjadi pendamaian yang sempurna bagi, dosa manusia. Tetapi, korban binatang menjadi bayangan untuk korban pendamaian yang sempurna di kemudian hari.—Ibrani 10:1, 4. Pendamaian itu tersedia ”melalui persembahan tubuh Yesus Kristus, sekali untuk selamanya”. (Ibrani 10:10) Kehidupan Kristus yang sempurna sebagai manusia dilambangkan oleh ’darahnya yang berharga, seperti darah anak domba yang tidak bercacat dan tidak bernoda’. Itu adalah padanan yang sangat tepat untuk kehidupan yang dihilangkan Adam. (1 Petrus 1:19) Jadi, dengan cara yang luar biasa bagus dan pengasih, keadilan dipenuhi dan kita dapat memperoleh ”pembebasan abadi”.—Ibrani 9:11, 12; Yohanes 3:16; Penyingkapan 7:14. Pemiliknya yang semula. (Ulangan 12:16; Yehezkiel 18:4) Tetapi, perhatikan bahwa orang Israel tidak perlu bertindak berlebihan dengan mencoba menyingkirkan setiap tetes darah dari daging binatang itu. Asalkan binatang itu telah disembelih dan darahnya dicurahkan dengan sepatutnya, seorang Israel dapat memakannya dengan hati nurani yang bersih, karena tindakannya memperlihatkan bahwa ia menghargai sang Pemberi Kehidupan. Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah? 77 7 Daud, ”seorang pria yang mendapat perkenan di hati [Allah]”, memahami prinsip dalam hukum Allah tentang darah. (Kisah 13:22) Pada suatu waktu, ketika ia sangat haus, tiga anak buahnya menerobos perkemahan musuh, menimba air dari sebuah perigi, lalu membawa air itu kepadanya. Bagaimana reaksi Daud? ”Apakah harus kuminum darah pria-pria yang pergi dengan mempertaruhkan jiwa mereka?” tanyanya. Dalam pandangan Daud, air itu pada dasarnya adalah darah kehidupan anak buahnya. Maka, meskipun haus, ia ”mencurahkannya bagi Yehuwa”.—2 Samuel 23:15-17. 8 Kira-kira 2.400 tahun setelah ketetapan yang diberikan kepada Nuh itu dan sekitar 1.500 tahun setelah perjanjian Hukum dibuat, Yehuwa mengilhami badan pimpinan sidang Kristen masa awal untuk menulis, ”Roh kudus dan kami sendiri telah berkenan untuk tidak menambahkan lebih banyak beban kepadamu, kecuali hal-hal yang perlu ini: agar kamu tetap menjauhkan diri dari hal-hal yang dikorbankan kepada berhala, dari darah, dari binatang yang mati dicekik, dan dari percabulan.”—Kisah 15:28, 29. 9 Jelaslah, badan pimpinan masa awal memahami bahwa darah itu suci dan bahwa penyalahgunaan darah merupakan perbuatan salah secara moral sama seperti penyembahan berhala atau percabulan. Orang Kristen sejati dewasa ini menyetujui pendirian tersebut. Selain itu, karena memikirkan dan menerapkan prinsip-prinsip Alkitab, mereka dapat menyenangkan Yehuwa sewaktu membuat keputusan tentang penggunaan darah. PENGGUNAAN DARAH DALAM PENGOBATAN Saksi-Saksi Yehuwa mengakui bahwa ”menjauhkan diri dari . . . darah” berarti menolak transfusi darah dan tidak mendonorkan atau menyimpan darah sendiri untuk transfusi. Karena merespek hukum Allah, mereka pun tidak mau menerima 10 7. Bagaimana Daud menunjukkan bahwa ia menghargai kesucian darah? 8, 9. Apakah pandangan Allah tentang kehidupan dan darah berubah setelah sidang Kristen terbentuk? Jelaskan. 10, 11. (a) Bagaimana pandangan Saksi-Saksi Yehuwa tentang transfusi darah utuh dan komponen utama darah? (b) Sehubungan dengan darah, dalam hal apa saja orang Kristen bisa berbeda pendapat? 78 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” HARGAI KEHIDUPAN BINATANG Walaupun Yehuwa mengizinkan kita membunuh binatang untuk dijadikan makanan dan pakaian atau untuk melindungi diri dari bahaya, kita harus menjalankan wewenang itu dengan seimbang dan pengasih. (Kejadian 3:21; 9:3) Kita tidak ingin menjadi seperti Nimrod, si pemburu yang kejam, yang tampaknya membunuh binatang untuk kesenangan belaka. (Kejadian 10:9) Sebaliknya, kita hendaknya meniru Yehuwa yang memperhatikan kesejahteraan semua binatang, bahkan burung pipit yang sangat kecil.—Yunus 4:11; Matius 10:29. Perhatian Allah tersebut terlihat dalam Hukum Musa. (Keluaran 23:4, 5, 12; Ulangan 22:10; 25:4) Selaras dengan Hukum itu, Amsal 12:10 mengatakan, ”Orang adilbenar memperhatikan jiwa binatang peliharaannya, tetapi belas kasihan orang-orang fasik itu kejam.” Tidak lama lagi, orang yang kejam dan perbuatan mereka tidak akan ada lagi. keempat komponen utama darah: sel darah merah, sel darah putih, keping darah, dan plasma. 11 Dewasa ini, komponen-komponen itu diproses lagi, sering dipecah-pecah menjadi fraksi-fraksi yang digunakan untuk berbagai kepentingan. Apakah seorang Kristen bisa menerima fraksi-fraksi itu? Apakah ia akan menganggapnya sebagai ”darah”? Mereka masing-masing harus memutuskannya sendiri. Hal itu juga berlaku untuk langkah-langkah pengobatan seperti hemodialisis, hemodilusi, dan penyelamatan sel dengan menggunakan darah sendiri, asalkan darah itu belum disimpan. —Lihat Apendiks, halaman 215-218. 12 Jika kita boleh mengambil keputusan sendiri mengenai hal itu, apakah ini berarti Yehuwa tidak peduli terhadap apa pun yang kita pilih? Tidak demikian, karena Ia sangat memperha12. Bagaimana seharusnya kita memandang dan menangani hal-hal yang menyangkut hati nurani? Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah? 79 tikan pikiran dan alasan di balik keputusan kita. (Baca Amsal 17:3; 24:12.) Jadi, setelah berdoa dan melakukan riset tentang suatu produk atau langkah pengobatan, kita hendaknya mengindahkan hati nurani kita yang terlatih oleh Alkitab. (Roma 14: 2, 22, 23) Tentu saja, orang lain hendaknya tidak memaksakan hati nurani mereka kepada kita, dan kita pun hendaknya tidak bertanya, ”Apa yang akan Saudara lakukan kalau Saudara mengalami hal yang sama?” Dalam hal-hal tersebut, setiap orang Kristen harus ”memikul tanggungannya sendiri”.1—Galatia 6:5; Roma 14:12; lihat kotak ”Apakah Saya Menganggap Darah Itu Suci?” di halaman 81. HUKUM-HUKUM YEHUWA MENCERMINKAN KASIHNYA SEBAGAI BAPAK 13 Hukum dan prinsip yang terdapat dalam Alkitab menyingkapkan bahwa Yehuwa adalah Pemberi hukum yang berhikmat dan Bapak yang pengasih yang sangat memperhatikan kesejahteraan anak-anak-Nya. (Mazmur 19:7-11) Walaupun perintah untuk ”menjauhkan diri dari . . . darah” tidak diberikan sebagai peraturan tentang kesehatan, perintah itu melindungi kita dari banyak masalah lain yang berkaitan dengan transfusi darah. (Kisah 15:20) Sebenarnya, banyak orang dari kalangan kedokteran menganggap pembedahan tanpa darah sebagai ”standar emas” pengobatan modern. Bagi orang Kristen sejati, perkembangan tersebut justru meneguhkan hikmat Yehuwa yang tak terduga dalamnya dan kasih-Nya sebagai bapak.—Baca Yesaya 55:9; Yohanes 14:21, 23. 14 Kepedulian Allah terhadap kesejahteraan umat-Nya di Israel zaman dulu terlihat dalam banyak hukum-Nya. Sebagai contoh, Ia mengharuskan orang Israel memasang pagar tembok rendah di sekeliling atap, atau sotoh, rumah mereka guna mencegah 1 Lihat Sedarlah! Agustus 2006, halaman 3-12, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. 13. Apa yang disingkapkan oleh hukum dan prinsip Yehuwa tentang diri-Nya? Jelaskan. 14, 15. (a) Kasih Allah kepada umat-Nya terlihat dalam hukum-hukum apa? (b) Bagaimana Saudara dapat menerapkan prinsip yang ada dalam berbagai peraturan tentang keamanan? 80 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” kecelakaan, sebab banyak kegiatan dilakukan di sana. (Ulangan 22:8; 1 Samuel 9:25, 26; Nehemia 8:16; Kisah 10:9) Allah juga memerintahkan agar lembu yang berbahaya dijaga. (Keluaran 21:28, 29) Orang yang mengabaikan tuntutan tersebut memperlihatkan bahwa ia sangat tidak menghargai kesejahteraan orang lain dan bisa berutang darah. 15 Bagaimana Saudara dapat menerapkan prinsip-prinsip yang mendasari hukum-hukum itu? Nah, bagaimana dengan kendaraan, kebiasaan mengemudi, hewan piaraan, rumah, tempat kerja, dan rekreasi yang Saudara pilih? Di beberapa negeri, kecelakaan adalah penyebab utama kematian di kalangan anak muda, sering kali karena mereka mengambil risiko yang tidak perlu. Tetapi, kaum muda yang ingin tetap berada dalam kasih Allah menghargai kehidupan dan tidak mencari sensasi dari kegiatan yang berbahaya. Mereka tidak bertindak bodoh dengan berpikir bahwa orang muda kebal terhadap kecelakaan. Sebaliknya, mereka menikmati masa muda mereka dengan menjauhi hal-hal yang mencelakakan.—Pengkhotbah 11:9, 10. 16 Kehidupan janin pun berharga di mata Allah. Di Israel kuno, jika seseorang mencelakai wanita yang sedang hamil sehingga wanita itu ataupun bayinya mati, Allah menganggap pihak yang bersalah sebagai pembunuh dan ia harus membayar ”jiwa ganti jiwa”.1 (Baca Keluaran 21:22, 23.) Maka, bayangkan apa yang pasti Yehuwa rasakan sewaktu Ia melihat tak terhitung banyaknya janin sengaja digugurkan setiap tahun, dikorbankan hanya demi kenyamanan pribadi dan perbuatan amoral. 17 Tetapi, bagaimana jika seorang wanita pernah menggugurkan kandungan sebelum mengenal kebenaran Alkitab? Apakah ia mustahil mendapat belas kasihan Allah? Sama sekali tidak! Se1 Menurut para pakar kamus Alkitab, dari pilihan kata dalam naskah Ibraninya ”jelas terlihat bahwa yang dimaksudkan tidak mungkin hanya celaka atas sang wanita”. Perhatikan pula bahwa Alkitab sama sekali tidak mengatakan bahwa usia janin itu memengaruhi penilaian Yehuwa. 16. Prinsip Alkitab mana yang berlaku untuk pengguguran kandungan? (Lihat juga catatan kaki.) 17. Penghiburan apa yang akan Saudara berikan kepada seseorang yang pernah menggugurkan kandungan sebelum mengenal standar Allah? Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah? 81 APAKAH SAYA MENGANGGAP DARAH ITU SUCI? Prinsip: ’Jauhkan diri dari darah.’ —Kisah 15:20. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Bagaimana saya akan menjelaskan perbedaan antara keempat komponen utama darah dan fraksi darah?1 ˇ Mengapa saya harus memutuskan sendiri apakah akan menerima atau menolak fraksi darah atau pengobatan tertentu yang menggunakan darah saya sendiri?—Roma 12:2; Galatia 6:5. ˇ Bagaimana saya akan menjelaskan kepada dokter alasan saya menerima atau menolak penggunaan fraksi darah? —Amsal 13:16. 1 Lihat Apendiks di halaman 215-216 untuk keterangan yang terperinci. sungguhnya, orang yang benar-benar bertobat dapat yakin bahwa Yehuwa mau mengampuninya berdasarkan darah Yesus yang telah dicurahkan. (Mazmur 103:8-14; Efesus 1:7) Ya, Kristus sendiri mengatakan, ”Aku datang untuk memanggil, bukan orang adil-benar, melainkan orang berdosa agar bertobat.”—Lukas 5:32. ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 82 HINDARI PIKIRAN YANG BURUK! Sekadar tidak mencelakakan orang lain tidaklah cukup karena Yehuwa ingin kita menyingkirkan dari hati kita penyebab banyak pertumpahan darah—kebencian. ”Setiap orang yang membenci saudaranya adalah pembunuh,” tulis rasul Yohanes. (1 Yohanes 3:15) Orang seperti itu bukan hanya tidak menyukai saudaranya, melainkan berharap agar saudaranya itu mati. Kebenciannya bisa muncul dalam bentuk fitnah yang keji atau tuduhan palsu bahwa saudaranya melakukan perbuatan yang patut mendapat hukuman dari Allah. (Imamat 19:16; Ulangan 19:18-21; Matius 5:22) Maka, betapa pentingnya untuk berupaya menyingkirkan niat jahat apa pun yang mungkin ada dalam hati kita!—Yakobus 1:14, 15; 4:1-3. 19 Orang yang menghargai kehidupan sebagaimana halnya Yehuwa, dan yang ingin tetap berada dalam kasih-Nya juga menghindari kekerasan dalam bentuk apa pun. Mazmur 11:5 berkata, ”[Yehuwa] pasti membenci siapa pun yang mengasihi kekerasan.” Ayat itu tidak sekadar menyatakan kepribadian Allah, tetapi berisi prinsip yang menjadi pedoman bagi kehidupan kita. Prinsip itu menggerakkan orang-orang yang mengasihi Allah untuk menolak semua jenis hiburan yang bisa memupuk kesenangan akan kekerasan. Demikian pula, pernyataan bahwa Yehuwa adalah ”Allah kedamaian” mendorong hamba-hambaNya untuk mengisi pikiran dan hati mereka dengan perkara apa pun yang membangkitkan perasaan kasih, yang bajik dan patut dipuji, yang menghasilkan perdamaian.—Baca Filipi 4:8, 9. 18 KELUARLAH DARI ORGANISASI YANG BERUTANG DARAH 20 Dalam pandangan Allah, seluruh dunia Setan berutang darah. Sistem politiknya, yang dalam Alkitab dilambangkan sebagai binatang yang ganas, telah membantai berjuta-juta orang, 18. Menurut Alkitab, apa penyebab utama banyak pertumpahan darah? 19. Bagaimana orang yang dibimbing prinsip-prinsip Alkitab memandang ayat-ayat seperti Mazmur 11:5 dan Filipi 4:8, 9? 20-22. Apa pendirian orang Kristen terhadap dunia, dan mengapa? Bagaimana saya akan menjelaskan keputusan saya kepada dokter mengenai penggunaan fraksi darah? termasuk banyak hamba Yehuwa. (Daniel 8:3, 4, 20-22; Penyingkapan 13:1, 2, 7, 8) Dunia perdagangan dan ilmu pengetahuan bekerja sama dengan kuasa-kuasa politik yang bagaikan binatang itu untuk menciptakan senjata-senjata yang luar biasa mengerikan, dan meraup keuntungan yang sangat besar dari usaha itu. Betapa benarnya bahwa ”seluruh dunia berada dalam kuasa si fasik”!—1 Yohanes 5:19. 21 Karena para pengikut Yesus ”bukan bagian dari dunia” dan benar-benar tetap netral dalam politik serta perang-perangnya, mereka menghindari utang darah bersama atau perorangan.1 (Yohanes 15:19; 17:16) Dan, mereka meniru Kristus dengan tidak membalas dendam sewaktu dianiaya. Sebaliknya, mereka memperlihatkan kasih kepada musuh mereka, bahkan berdoa untuk mereka.—Matius 5:44; Roma 12:17-21. 22 Yang terpenting, orang Kristen sejati tidak mau terlibat dengan ”Babilon Besar”, imperium agama palsu sedunia dan imperium yang utang darahnya paling besar. ”Di dalam dia ditemukan darah nabi-nabi dan orang-orang kudus dan semua 1 Lihat Pasal 5, ”Tetap Terpisah dari Dunia—Caranya?” 84 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” orang yang telah dibantai di bumi,” demikian kata Firman Allah. Maka, kita diperingatkan, ”Hai, umatku, keluarlah dari dalamnya.”—Penyingkapan 17:6; 18:2, 4, 24. 23 Meninggalkan Babilon Besar tidak hanya berarti mencabut nama dari daftar keanggotaan, tetapi juga membenci perbuatan jahat yang disetujui atau terang-terangan didukung oleh agama palsu—seperti perbuatan amoral, keterlibatan dalam politik, dan pengejaran kekayaan dengan tamak. (Baca Mazmur 97:10; Penyingkapan 18:7, 9, 11-17) Betapa seringnya perbuatan seperti itu mengakibatkan pertumpahan darah! 24 Sebelum menganut ibadat sejati, kita masing-masing, dengan satu atau lain cara, mendukung dunia Setan sehingga dalam taraf tertentu kita berutang darah. Tetapi, karena kita telah mengubah tingkah laku kita, memupuk iman akan korban tebusan Kristus, dan membaktikan kehidupan kita kepada Allah, kita mendapat belas kasihan dan perlindungan rohani dari Allah. (Kisah 3:19) Perlindungan itu mengingatkan kita akan kota-kota perlindungan pada zaman Alkitab.—Bilangan 35:11-15; Ulangan 21:1-9. 25 Bagaimana itu diatur? Apabila seorang Israel tanpa sengaja menyebabkan seseorang tewas, ia harus lari ke salah satu kota perlindungan. Setelah hakim-hakim yang bisa diandalkan memutuskan masalah tersebut, orang yang tidak sengaja membunuh itu harus tinggal di kota perlindungan sampai imam besar mati. Setelah itu, ia bebas tinggal di mana saja. Benar-benar contoh yang luar biasa tentang belas kasihan Allah dan betapa Ia sangat menghargai kehidupan manusia! ”Kota-kota perlindungan” mirip dengan persediaan Allah untuk melindungi kita dari kematian akibat tidak sengaja melanggar perintah Allah tentang kesucian kehidupan dan darah. Itu semua didasarkan atas tebusan Kristus. Apakah Saudara menghargai persediaan itu? Bagaimana Saudara dapat menunjukkannya? Salah satu cara ada23. Apa artinya keluar dari Babilon Besar? 24, 25. (a) Berdasarkan apa Allah dapat menunjukkan belas kasihan kepada orang yang berutang darah namun bertobat? (b) Hal ini mengingatkan kita akan apa pada zaman Alkitab? Apakah Saudara Menghargai Kehidupan seperti Halnya Allah? 85 lah dengan mengundang orang lain untuk menerima persediaan Allah untuk melindungi kita, terutama karena ”kesengsaraan besar” akan segera datang.—Matius 24:21; 2 Korintus 6:1, 2. HARGAI KEHIDUPAN DENGAN MENGUMUMKAN BERITA KERAJAAN 26 Situasi umat Allah pada zaman kita mengingatkan kita akan nabi Yehezkiel zaman dulu, yang Yehuwa tugasi sebagai penjaga, yaitu orang yang menyampaikan peringatan Allah kepada keturunan Israel. Allah berfirman, ”Engkau harus mendengar firman dari mulutku dan menyampaikan peringatanku kepada mereka.” Kalau Yehezkiel melalaikan tugasnya, ia secara pribadi harus bertanggung jawab atas darah orang-orang yang dihukum mati ketika Yerusalem dimintai pertanggungjawaban. (Yehezkiel 33:7-9) Tetapi, Yehezkiel taat dan tidak berutang darah. 27 Dewasa ini, kita menghadapi akhir seluruh dunia Setan. Maka, Saksi-Saksi Yehuwa menganggapnya sebagai kewajiban maupun hak istimewa untuk mengumumkan ”hari pembalasan” Allah seraya menyampaikan berita Kerajaan. (Yesaya 61:2; Matius 24:14) Apakah Saudara dengan giat ikut melakukan pekerjaan yang sangat penting ini? Rasul Paulus menganggap serius tugasnya untuk mengabar. Maka, ia dapat mengatakan, ”Aku bersih dari darah semua orang, karena aku tidak menahan diri untuk memberitahukan semua kehendak Allah kepada kamu.” (Kisah 20:26, 27) Sungguh bagus teladannya bagi kita! 28 Tentu, agar kita tetap berada dalam kehangatan kasih Yehuwa yang seperti seorang bapak, tidaklah cukup untuk sekadar memiliki pandangan yang sama dengan Yehuwa mengenai kehidupan dan darah. Kita juga perlu tetap bersih, atau kudus, dalam pandangan-Nya, sebagaimana akan kita lihat dalam pasal berikut. 26-28. Apa persamaan antara situasi kita sekarang dan situasi nabi Yehezkiel, dan bagaimana kita dapat tetap berada dalam kasih Allah? PASAL 8 Allah Mengasihi Orang yang Bersih ”Terhadap orang yang tetap bersih engkau akan berlaku bersih.”—MAZMUR 18:26. SEORANG ibu membantu anak kecilnya bersiap-siap untuk pergi. Ia memastikan bahwa anaknya sudah mandi dan pakaiannya rapi serta bersih. Ia tahu bahwa kebersihan itu penting bagi kesehatan. Ia juga menyadari bahwa penampilan anaknya mencerminkan orang tuanya. 2 Yehuwa, Bapak kita, menginginkan hamba-hamba-Nya bersih, atau murni. Firman-Nya menyatakan, ”Terhadap orang yang tetap bersih engkau akan berlaku bersih.”1 (Mazmur 18:26) Yehuwa mengasihi kita; Ia tahu bahwa menjaga kebersihan sangat bermanfaat. Ia juga mengharapkan kita sebagai Saksi1 Kata dalam bahasa asli yang diterjemahkan ”bersih” kadang memaksudkan kebersihan fisik, tetapi lebih sering memaksudkan kebersihan moral atau rohani. 1-3. (a) Mengapa seorang ibu memastikan bahwa anaknya rapi dan bersih? (b) Mengapa Yehuwa menginginkan para penyembah-Nya bersih, dan apa yang menggerakkan kita untuk ingin tetap bersih? Allah Mengasihi Orang yang Bersih 87 Saksi-Nya memberikan kesan yang baik tentang Dia. Malah, penampilan kita yang bersih dan tingkah laku kita yang baik akan mendatangkan kemuliaan, bukan celaan atas Yehuwa dan nama kudus-Nya.—Yehezkiel 36:22; baca 1 Petrus 2:12. 3 Karena tahu bahwa Allah mengasihi orang yang bersih, kita tergerak untuk menjaga kebersihan. Kita ingin jalan hidup kita mendatangkan hormat bagi-Nya karena kita mengasihi Dia. Kita juga ingin tetap berada dalam kasih-Nya. Maka, mari kita kupas mengapa kita perlu tetap bersih, apa yang tercakup dalam kebersihan, dan bagaimana kita dapat menjaga diri tetap bersih. Pembahasan ini dapat membantu kita melihat apakah kita perlu memperbaiki diri dalam bidang tertentu. MENGAPA KITA PERLU TETAP BERSIH? Salah satu cara Yehuwa membimbing kita adalah melalui teladan. Jadi, Firman-Nya mendesak kita untuk ’menjadi peniru Allah’. (Efesus 5:1) Inilah alasan utama kita perlu tetap bersih: Yehuwa, Allah yang kita sembah itu, bersih, murni, dan kudus dalam segala segi.—Baca Imamat 11:44, 45. 5 Kebersihan Yehuwa, seperti halnya begitu banyak sifat dan jalan-Nya, nyata pada ciptaan-Nya yang kelihatan. (Roma 1:20) Bumi dirancang untuk menjadi tempat tinggal yang bersih bagi manusia. Yehuwa telah menetapkan siklus-siklus alam yang membersihkan udara dan air kita. Kuman-kuman tertentu menjadi semacam departemen pembersihan, mengubah limbah menjadi produk yang tidak berbahaya. Para ilmuwan menggunakan beberapa mikroorganisme yang lapar ini untuk membersihkan tumpahan minyak dan pencemaran lainnya akibat ulah manusia yang mementingkan diri dan tamak. Jelaslah, kebersihan itu penting bagi ”Pembuat bumi”. (Yeremia 10:12) Demikian pula seharusnya bagi kita. 6 Alasan lain kita perlu tetap bersih adalah bahwa Yehuwa, Penguasa Tertinggi kita, meminta agar para penyembah-Nya 4 4, 5. (a) Apa alasan utama kita perlu tetap bersih? (b) Bagaimana kebersihan Yehuwa nyata pada ciptaan-Nya yang kelihatan? 6, 7. Bagaimana Hukum Musa menandaskan bahwa kebersihan adalah suatu tuntutan bagi para penyembah Yehuwa? ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 88 bersih. Di bawah Hukum yang Yehuwa berikan kepada Israel, kebersihan tak dapat dipisahkan dari ibadat. Hukum secara khusus menyatakan bahwa pada Hari Pendamaian, imam besar harus mandi, tidak hanya satu kali tetapi dua kali. (Imamat 16:4, 23, 24) Para imam yang bertugas diharuskan mencuci tangan dan kaki mereka sebelum mempersembahkan korban kepada Yehuwa. (Keluaran 30:17-21; 2 Tawarikh 4:6) Hukum menyebutkan sekitar 70 hal yang bisa membuat seseorang tidak bersih secara fisik dan najis. Seorang Israel yang berada dalam keadaan najis tidak boleh beribadat—dalam kasus tertentu, ia bisa dihukum mati. (Imamat 15:31) Mereka dituntut untuk menjalani langkah-langkah pentahiran, atau pemurnian, yang termasuk mandi dan mencuci pakaiannya. Jika mereka tidak menjalaninya, mereka harus ”dimusnahkan dari tengah-tengah jemaat”.—Bilangan 19:17-20. 7 Meskipun kita tidak berada di bawah Hukum Musa, Hukum itu memberi kita pemahaman tentang cara berpikir Allah. Jelaslah, Hukum menandaskan bahwa kebersihan adalah suatu tuntutan bagi para penyembah Allah. Yehuwa belum berubah. (Maleakhi 3:6) Ibadat kita harus ”bersih dan tidak tercemar”, jika tidak, Allah tidak berkenan atasnya. (Yakobus 1:27) Maka, kita perlu mengetahui apa yang Ia harapkan dari kita dalam hal ini. APA ARTINYA BERSIH DALAM PANDANGAN ALLAH Dalam Alkitab, bersih tidak hanya berarti bersih secara fisik. Bersih dalam pandangan Allah memengaruhi semua bidang kehidupan kita. Yehuwa mengharapkan kita tetap bersih dalam empat hal dasar—rohani, moral, mental, dan fisik. Mari kita bahas apa saja yang tercakup dalam setiap bidang tersebut. 9 Kebersihan rohani. Singkatnya, tetap bersih secara rohani berarti tidak mencampur ibadat sejati dengan ibadat palsu. Ketika orang Israel meninggalkan Babilon untuk kembali ke Yerusalem, mereka harus menaati desakan yang terilham ini, ”Keluarlah dari sana, jangan menyentuh apa pun yang najis; . . . 8 8. Dalam hal apa saja Yehuwa mengharapkan kita tetap bersih? 9, 10. Apa artinya tetap bersih secara rohani, dan apa yang dijauhi orang Kristen sejati? Allah Mengasihi Orang yang Bersih 89 jagalah dirimu tetap tahir.” (Yesaya 52:11) Alasan utama orang Israel kembali ke tanah air mereka adalah untuk memulihkan ibadat kepada Yehuwa. Ibadat itu harus bersih—tidak tercemar oleh apa pun yang terdapat dalam ajaran, perbuatan, dan kebiasaan yang tidak menghormati Allah, yang ada dalam agama ala Babilon. 10 Dewasa ini, sebagai orang Kristen sejati, kita harus berhatihati agar tidak tercemar oleh ibadat palsu. (Baca 1 Korintus 10:21.) Kewaspadaan sangat penting dalam hal ini, karena pengaruh agama palsu ada di mana-mana. Di banyak negeri, berbagai tradisi, kegiatan, dan upacara ada kaitannya dengan ajaran agama palsu, seperti gagasan bahwa ada sesuatu dalam diri kita yang tetap hidup setelah kita mati. (Pengkhotbah 9:5, 6, 10) Orang Kristen sejati menjauhi kebiasaan yang berkaitan dengan kepercayaan agama palsu.1 Kita tidak akan menyerah pada tekanan orang lain sehingga kita menurunkan standar Alkitab sehubungan dengan ibadat yang bersih.—Kisah 5:29. 11 Kebersihan moral. Tetap bersih secara moral berarti menjauhi segala macam percabulan. (Baca Efesus 5:5.) Tetap bersih secara moral sangat penting bagi kita. Sebagaimana akan kita lihat dalam pasal berikut dalam buku ini, agar tetap berada dalam kasih Allah, kita harus ’lari dari percabulan’. Pelaku percabulan yang tidak bertobat ”tidak akan mewarisi kerajaan Allah”. (1 Korintus 6:9, 10, 18) Dalam pandangan Allah, mereka termasuk di antara orang-orang yang ”menjijikkan karena hal-hal mereka yang kotor”. Jika mereka tidak tetap bersih secara moral, ”bagian mereka kelak ialah . . . kematian yang kedua”.—Penyingkapan 21:8. 12 Kebersihan mental. Pikiran mengarah ke perbuatan. Kalau kita membiarkan pikiran yang salah melekat dalam benak dan 1 Lihat Pasal 13 dalam buku ini untuk pembahasan tentang perayaan dan kebiasaan tertentu yang dijauhi orang Kristen sejati. 11. Apa artinya kebersihan moral, dan mengapa sangat penting agar kita tetap bersih dalam bidang ini? 12, 13. Apa kaitan antara pikiran dan perbuatan, dan bagaimana kita bisa tetap bersih secara mental? 90 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” hati kita, cepat atau lambat sangat besar kemungkinannya kita akan melakukan perbuatan yang najis. (Matius 5:28; 15:18-20) Tetapi, kalau kita mengisi pikiran dengan hal-hal yang murni dan bersih, kita bisa menjaga tingkah laku kita tetap bersih. (Baca Filipi 4:8.) Bagaimana kita bisa tetap bersih secara mental? Salah satu yang perlu kita perhatikan ialah kita perlu menjauhi segala jenis hiburan yang dapat mengotori pikiran kita.1 Selain itu, kita dapat memasukkan hal-hal yang bersih ke dalam pikiran kita dengan mempelajari Firman Allah secara teratur.—Mazmur 19:8, 9. 13 Untuk tetap berada dalam kasih Allah, sangat penting agar kita tetap bersih secara rohani, moral, dan mental. Berbagai segi kebersihan ini akan dibahas dengan lebih terperinci di pasal-pasal lain dalam publikasi ini. Sekarang, mari kita periksa bidang keempat—kebersihan fisik. BAGAIMANA KITA BISA TETAP BERSIH SECARA FISIK? 14 Kebersihan fisik berarti menjaga kebersihan badan dan lingkungan kita. Apakah kebersihan dalam hal-hal tersebut adalah urusan pribadi sehingga tidak perlu dipersoalkan orang lain? Bagi para penyembah Yehuwa, tentu saja tidak demikian. Seperti yang telah kita lihat, kebersihan fisik kita penting bagi Yehuwa bukan hanya karena hal itu sangat bermanfaat bagi kita, melainkan juga karena kita mencerminkan Dia. Perhatikan gambaran yang digunakan pada awal pasal ini. Kalau kita melihat seorang anak yang selalu kotor atau pakaiannya kumal, kita biasanya bertanya-tanya siapa orang tuanya, bukan? Kita tentu tidak ingin penampilan kita atau jalan hidup kita mendatangkan celaan atas Bapak kita, Yehuwa, atau mengalihkan perhatian dari berita yang kita bawa. Firman Allah menyatakan, ”Dengan cara apa pun kami tidak memberikan alasan untuk tersandung, agar pelayanan kami tidak dikecam; tetapi dalam setiap hal kami merekomendasikan diri sebagai pelayan Allah.” 1 Cara memilih hiburan yang sehat dibahas di Pasal 6 publikasi ini. 14. Mengapa kebersihan fisik bukan sekadar urusan pribadi? Kebersihan fisik berarti menjaga kebersihan badan dan lingkungan kita (2 Korintus 6:3, 4) Maka, bagaimana kita bisa tetap bersih secara fisik? 15 Kebersihan dan penampilan pribadi kita. Meskipun kebudayaan dan kondisi kehidupan di setiap negeri berbeda, pada umumnya tersedia cukup banyak sabun dan air untuk dapat mandi secara teratur sehingga kita dan anak-anak kita bersih. Kebiasaan yang baik mencakup mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum makan atau menyiapkan makanan, setelah menggunakan kamar kecil, dan setelah memandikan atau mengganti popok bayi. Mencuci tangan dengan sabun dan air dapat mencegah penyakit dan sebenarnya menyelamatkan kehidupan. Hal itu bisa mencegah penyebaran virus dan bakteri yang berbahaya, sehingga membantu menghindari diare. Di negeri-negeri yang rumah-rumahnya pada umumnya tidak dihubungkan dengan saluran pembuangan kotoran, tinja 15, 16. Sebutkan apa saja kebiasaan yang baik dalam kebersihan, dan bagaimana seharusnya pakaian kita? 92 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” mungkin bisa dikubur, seperti yang dilakukan di Israel zaman dulu.—Ulangan 23:12, 13. 16 Pakaian kita juga perlu dicuci secara teratur agar bersih dan sedap dipandang. Pakaian seorang Kristen tidak perlu mahal atau mengikuti mode terbaru, tetapi harus rapi, bersih, dan bersahaja. (Baca 1 Timotius 2:9, 10.) Tidak soal berada di mana, kita ingin penampilan kita ”menghiasi ajaran Juru Selamat kita, Allah”.—Titus 2:10. 17 Rumah dan lingkungan kita. Rumah kita mungkin tidak bagus atau mewah, tetapi harus bersih dan rapi sesuai dengan keadaan. Demikian pula, kalau kita menggunakan mobil untuk pergi ke perhimpunan dan dinas lapangan, kita dapat berbuat sebisa-bisanya untuk menjaga bagian dalam dan luarnya cukup bersih. Jangan lupa bahwa rumah dan lingkungan yang bersih memberikan kesaksian tentang Allah yang kita sembah. Terlebih lagi karena kita mengajarkan bahwa Yehuwa adalah Allah yang bersih, bahwa Ia akan ”membinasakan orang-orang yang sedang membinasakan bumi”, dan bahwa Kerajaan-Nya akan segera mengubah bumi, tempat tinggal kita, menjadi firdaus. (Penyingkapan 11:18; Lukas 23:43) Melalui penampilan rumah dan barang-barang kita, kita tentu ingin menunjukkan bahwa sekarang pun kita memupuk kebiasaan untuk selalu bersih yang cocok untuk dunia baru kelak. 18 Tempat ibadat kita. Kasih kepada Yehuwa menggerakkan kita untuk menghargai Balai Kerajaan kita, yaitu pusat ibadat sejati di daerah kita. Apabila orang-orang baru datang ke balai, kita ingin agar mereka mendapat kesan yang baik tentang tempat perhimpunan kita. Pembersihan dan pemeliharaan perlu dilakukan secara teratur agar balai itu tetap menarik. Kita menunjukkan bahwa kita menghargai Balai Kerajaan kita dengan berbuat sebisa-bisanya agar kondisinya tetap baik. Kita menganggapnya suatu hak istimewa untuk merelakan waktu kita guna membantu membersihkan maupun ”membetulkan dan memperbaiki” tempat ibadat kita. (2 Tawarikh 34:10) Prinsip 17. Mengapa rumah dan lingkungan kita harus bersih dan rapi? 18. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita menghargai Balai Kerajaan kita? Allah Mengasihi Orang yang Bersih 93 yang sama berlaku apabila kita menghadiri kebaktian di Balai Kebaktian atau fasilitas lain. MEMBERSIHKAN DIRI DARI KEBIASAAN DAN PERBUATAN YANG MENCEMARI TUBUH 19 Agar tetap bersih secara fisik, kita perlu menghindari kebiasaan dan perbuatan yang mencemari tubuh, seperti merokok, menyalahgunakan minuman beralkohol, dan tanpa petunjuk dokter menggunakan bahan-bahan yang bersifat mencandu atau memengaruhi pikiran. Alkitab tidak menyebutkan satu per satu kebiasaan dan perbuatan yang najis serta menjijikkan yang umum dewasa ini, tetapi Alkitab berisi prinsip-prinsip yang memungkinkan kita memahami perasaan Yehuwa terhadap hal-hal itu. Karena kita mengetahui pandangan Yehuwa, kasih kita kepada-Nya menggerakkan kita untuk menempuh haluan yang mendatangkan perkenan-Nya. Mari kita bahas lima prinsip Alkitab. 20 ”Saudara-saudara yang kami kasihi, mengingat janji-janji ini ada pada kita, biarlah kita membersihkan diri dari setiap pencemaran daging dan roh, menyempurnakan kekudusan dengan takut akan Allah.” (2 Korintus 7:1) Yehuwa ingin agar kita tidak melakukan hal-hal yang mencemari tubuh jasmani kita dan merusak ”roh”, atau cara berpikir kita. Oleh karena itu, kita harus menghindari hal-hal yang membuat kita ketagihan yang diketahui akan merusak kesehatan fisik dan mental. 21 Alkitab memberikan alasan kuat mengapa kita harus ”membersihkan diri dari setiap pencemaran”. Perhatikan bahwa nasihat di 2 Korintus 7:1 diawali dengan, ”Mengingat janji-janji ini ada pada kita”. Janji-janji apa? Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya, Yehuwa berjanji, ”Aku akan menerima kamu. Dan aku akan menjadi bapakmu.” (2 Korintus 6:17, 18) Coba bayangkan: Yehuwa berjanji akan melindungi serta mengasihi Saudara seperti seorang bapak terhadap 19. Agar kita tetap bersih secara fisik, apa yang perlu dihindari, dan bagaimana Alkitab membantu kita dalam hal ini? 20, 21. Yehuwa ingin agar kita tidak melakukan hal-hal apa, dan apa alasan kuat untuk menaatinya? 94 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” APAKAH SAYA BERJUANG UNTUK MELAKUKAN APA YANG BENAR? Prinsip: ”Aku memukuli tubuhku dan menguasainya bagaikan budak, agar setelah aku memberitakan kepada orang-orang lain, jangan aku sendiri karena satu atau lain hal menjadi tidak diperkenan.”—1 Korintus 9:27. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Segera setelah saya merasakan dorongan untuk melakukan kebiasaan yang mencemari tubuh, apakah saya berdoa meminta bantuan roh kudus Allah untuk menolak dorongan itu?—Matius 6:13. ˇ Apakah teman bergaul saya, film yang saya tonton, dan musik yang saya dengarkan memengaruhi tekad saya untuk tidak melakukan kebiasaan buruk? —1 Petrus 4:3, 4. ˇ Mengapa melakukan perbuatan baik tidak bisa dijadikan dalih untuk berbuat dosa? —Matius 23:25-28. ˇ Mengapa saya rela menderita sama seperti Yesus menderita karena ia melakukan kehendak Allah?—1 Petrus 2:21; 4:1. ˇ Bagaimana saya akan menjelaskan alasan saya tidak merokok?—Roma 12:1, 2. ˇ Apakah saya menyadari bahwa kalau saya melakukan lagi perbuatan yang najis, tidak berarti saya gagal total?—Roma 7:21-25. Allah Mengasihi Orang yang Bersih 95 seorang anak. Tetapi, Yehuwa akan memenuhi janji tersebut hanya kalau Saudara menghindari pencemaran ”daging dan roh”. Maka, sungguh bodoh, bukan, apabila kita kehilangan hubungan yang demikian berharga dan akrab dengan Yehuwa hanya karena kebiasaan atau perbuatan yang menjijikkan! 22 ”Engkau harus mengasihi Yehuwa, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap pikiranmu.” (Matius 22:37) Yesus menyatakan bahwa ini adalah perintah terbesar. (Matius 22:38) Yehuwa layak mendapat kasih seperti itu dari kita. Untuk dapat mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran, kita harus menghindari perbuatan yang bisa memperpendek umur kita atau menumpulkan kemampuan berpikir yang Allah karuniakan kepada kita. 23 ”[Yehuwa] memberikan kehidupan dan napas dan segala sesuatu kepada semua orang.” (Kisah 17:24, 25) Kehidupan adalah karunia dari Allah. Karena kita mengasihi sang Pemberi, kita ingin menunjukkan bahwa kita menghargai karunia itu. Kita menghindari kebiasaan atau perbuatan apa pun yang membahayakan kesehatan kita karena menyadari bahwa perbuatan tersebut memperlihatkan bahwa kita sangat tidak menghargai karunia kehidupan.—Mazmur 36:9. 24 ”Engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39) Kebiasaan dan perbuatan yang najis sering tidak hanya memengaruhi pelakunya tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Misalnya, asap rokok bisa merusak kesehatan orang yang tidak merokok. Siapa pun yang merugikan orang-orang di sekitarnya melanggar perintah Allah untuk mengasihi sesama. Ia juga memungkiri pernyataan bahwa ia mengasihi Allah. —1 Yohanes 4:20, 21. 25 ”Teruslah ingatkan mereka agar tunduk dan taat kepada pemerintah dan kalangan berwenang.” (Titus 3:1) Di banyak negeri, memiliki atau memakai obat-obatan tertentu dianggap melanggar hukum. Sebagai orang Kristen sejati, kita tidak akan memiliki atau memakai obat-obatan terlarang.—Roma 13:1. 22-25. Sebutkan prinsip-prinsip Alkitab yang dapat membantu kita menghindari kebiasaan dan perbuatan yang najis. ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 96 ”BAGI ALLAH SEMUA PERKARA MUNGKIN” ”Pada usia 15 tahun,” kata Helen,1 ”saya sudah merokok setiap hari dan minum minuman keras dengan teman-teman pada akhir pekan. Belakangan, meskipun saya sudah menjadi orang tua tunggal dengan tiga anak, saya kecanduan kokain murni (narkoba). Kehidupan saya berantakan. Tetapi, saya mulai belajar Alkitab dan dengan bantuan Yehuwa, saya membenahi kehidupan saya dan berhasil menghentikan kecanduan saya. Benar-benar perjuangan yang berat, khususnya untuk tidak lagi memakai kokain. Saya kira saya tidak mungkin membuat perubahan ini dengan upaya sendiri. Tetapi, sekarang saya benar-benar dapat mengatakan bahwa dalam kehidupan saya, saya melihat bukti benarnya kata-kata Yesus, ’Bagi Allah semua perkara mungkin.’ ”—Matius 19:26. 1 Nama telah diubah. Agar tetap berada dalam kasih Allah, kita perlu tetap bersih, tidak hanya dalam satu atau dua bidang tetapi dalam semua bidang. Meninggalkan dan menjauhi kebiasaan serta perbuatan yang mencemari tubuh mungkin tidak mudah, tetapi tidak mustahil dilakukan.1 Sesungguhnya, inilah jalan hidup terbaik, tidak ada yang lain lagi, sebab Yehuwa selalu mengajarkan halhal yang bermanfaat bagi kita. (Baca Yesaya 48:17.) Yang terpenting, jika kita tetap bersih, kita bisa merasa puas karena mengetahui bahwa kita memberikan kesan yang baik tentang Allah yang kita kasihi. Dengan demikian, kita tetap berada dalam kasih-Nya. 26 1 Lihat kotak ”Apakah Saya Berjuang untuk Melakukan Apa yang Benar?” di halaman 94, dan ”Bagi Allah Semua Perkara Mungkin”, di atas. 26. (a) Agar tetap berada dalam kasih Allah, apa yang harus kita lakukan? (b) Mengapa tetap bersih dalam pandangan Allah adalah jalan hidup terbaik? PASAL 9 ”Larilah dari Percabulan” ”Karena itu, matikanlah anggota-anggota tubuhmu yang bersifat duniawi sehubungan dengan percabulan, kenajisan, nafsu seksual, keinginan yang mencelakakan, dan keinginan akan milik orang lain, yang merupakan penyembahan berhala.”—KOLOSE 3:5. SEORANG nelayan pergi ke tempat yang paling disukainya. Ia ingin menangkap jenis ikan tertentu. Ia memilih umpan dan melemparkan pancingnya ke dalam air. Beberapa saat kemudian, tali pancingnya menegang, gagangnya melengkung, lalu ia menarik tangkapannya. Ia pun tersenyum karena umpan pilihannya tepat. 2 Pada tahun 1473 SM, seorang pria bernama Bileam memikir-mikirkan suatu umpan. Tetapi, mangsa yang menjadi sasarannya adalah umat Allah, yang berkemah di Dataran Moab, di perbatasanTanah Perjanjian. Bileam mengaku diri sebagai nabi Yehuwa, namun ia sebenarnya hanyalah pria tamak yang diupahi untuk mengutuki Israel. Tetapi, melalui campur tangan Yehuwa, Bileam ternyata hanya bisa memberkati Israel. Karena bertekad untuk memperoleh upahnya, Bileam bernalar bahwa mungkin ia bisa membuat Allah mengutuk umat-Nya sendiri, seandainya mereka bisa digoda untuk melakukan dosa besar. Setelah siasat itu mantap, Bileam memasang umpannya, yaitu wanita-wanita muda Moab yang suka merayu.—Bilangan 22:1-7; 31:15, 16; Penyingkapan 2:14. 3 Apakah siasat ini berhasil? Ya, sampai suatu taraf tertentu. Puluhan ribu pria Israel terpancing oleh umpan itu dengan melakukan ”hubungan amoral dengan putri-putri Moab”. 1, 2. Siasat apa yang Bileam gunakan untuk mencelakakan umat Yehuwa? 3. Sejauh mana siasat Bileam berhasil? 98 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Mereka bahkan mulai menyembah allah-allah orang Moab, termasuk Baal Peor yang menjijikkan, yaitu dewa kesuburan, atau dewa seks. Akibatnya, 24.000 orang Israel binasa persis di perbatasan Tanah Perjanjian. Sungguh mengenaskan hasil akhirnya!—Bilangan 25:1-9. 4 Mengapa malapetaka ini bisa terjadi? Banyak di antara mereka telah mengembangkan hati yang jahat akibat menjauh dari Yehuwa, Allah yang telah membebaskan mereka dari Mesir, memberi mereka makan di padang belantara, dan membawa mereka dengan aman ke tanah yang dijanjikan. (Ibrani 3: 12) Ketika merenungkan hal itu, rasul Paulus menulis, ”Juga janganlah mempraktekkan percabulan, sebagaimana beberapa orang dari antara mereka telah melakukan percabulan, tetapi akhirnya jatuh, dua puluh tiga ribu orang dalam satu hari.”1 —1 Korintus 10:8. 5 Catatan dalam Bilangan mengandung banyak pelajaran penting bagi umat Allah dewasa ini, yang berada di ambang tanah perjanjian yang jauh lebih unggul. (1 Korintus 10:11) 1 Angka yang disebutkan dalam Bilangan tampaknya mencakup para ”pemimpin rakyat” yang dihukum mati oleh para hakim, yang mungkin berjumlah 1.000 orang, dan orang-orang yang langsung dihukum oleh Yehuwa.—Bilangan 25:4, 5. 4. Mengapa ribuan orang Israel menjadi mangsa perbuatan amoral? 5, 6. Mengapa catatan tentang dosa Israel di Dataran Moab bermanfaat bagi kita dewasa ini? Pemandangan di seberang Dataran Moab ”Larilah dari Percabulan” 99 Misalnya, dunia telah tergila-gila dengan seks, sama seperti orang Moab zaman dulu tetapi dalam skala yang lebih besar. Selain itu, setiap tahun ribuan orang Kristen menjadi mangsa perbuatan amoral—umpan yang pada dasarnya sama dengan umpan yang telah menjerat orang Israel. (2 Korintus 2:11) Dan, sama seperti Zimri, yang secara terang-terangan menggandeng seorang wanita Midian di depan mata banyak orang Israel memasuki kemahnya sendiri, ada di antara umat Allah dewasa ini yang menjadi pengaruh yang merusak dalam sidang Kristen. —Bilangan 25:6, 14; Yudas 4. 6 Apakah Saudara melihat diri Saudara di Dataran Moab zaman modern? Dapatkah Saudara melihat pahala Saudara, yaitu dunia baru yang sudah lama ditunggu-tunggu, yang sudah di depan mata? Kalau begitu, berupayalah sebisa-bisanya untuk tetap berada dalam kasih Allah dengan mengindahkan perintah, ”Larilah dari percabulan.”—1 Korintus 6:18. APA PERCABULAN ITU? Seperti yang digunakan dalam Alkitab, kata ”percabulan” (bahasa Yunani, por·neia) berlaku untuk hubungan seks yang tidak sah di luar pernikahan menurut Alkitab. Hal itu mencakup perzinaan, pelacuran, dan hubungan seks di antara orangorang yang tidak terikat dalam perkawinan, maupun hubungan seks oral dan anal, serta perbuatan merangsang alat kelamin orang lain yang bukan teman hidupnya demi kepuasan seks. Ini juga termasuk perbuatan yang sama di antara orang-orang sesama jenis maupun bestialitas, atau hubungan seks dengan hewan.1 8 Pernyataan Alkitab sangat jelas: Orang yang melakukan percabulan tidak dapat tetap berada dalam sidang Kristen dan tidak akan menerima kehidupan abadi. (1 Korintus 6:9; 7 1 Untuk pembahasan tentang arti kenajisan dan tingkah laku bebas, lihat ”Pertanyaan Pembaca” dalam Menara Pengawal 15 Juli 2006, diterbitkan oleh SaksiSaksi Yehuwa. 7, 8. Apa ”percabulan” itu, dan apa yang dituai oleh orang yang melakukannya? 100 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Penyingkapan 22:15) Selain itu, sekarang pun ia sendiri menderita banyak kerugian, yaitu kehilangan kepercayaan orang lain serta harga diri, ketidakharmonisan dalam perkawinan, hati nurani yang terganggu, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit, dan bahkan kematian. (Baca Galatia 6:7, 8.) Untuk apa kita menempuh jalan yang penuh kesengsaraan? Sayang sekali, banyak yang tidak berpikir panjang sewaktu mengambil langkah pertama yang salah, yang sering sekali berkaitan dengan pornografi. PORNOGRAFI—LANGKAH PERTAMA Di banyak negeri, pornografi dipajang secara terang-terangan di kios-kios majalah, ditonjolkan dalam musik dan televisi, dan hampir membanjiri Internet.1 Apakah pornografi tidak berbahaya, seperti kata orang? Betapa kelirunya pendapat tersebut! Orang yang melihat pornografi bisa menjadi terbiasa bermasturbasi dan memupuk ”nafsu seksual yang mendatangkan aib”, yang dapat mengakibatkan kecanduan seks, hasrat yang menyimpang, ketidakharmonisan yang parah dalam perkawinan, dan bahkan perceraian.2 (Roma 1:24-27; Efesus 4:19) Seorang peneliti menyamakan kecanduan seks dengan kanker, yang menurutnya ”akan terus bertumbuh dan menyebar, jarang menghilang dengan sendirinya, dan juga sangat sulit diobati dan disembuhkan”. 10 Perhatikan kata-kata yang dicatat di Yakobus 1:14, 15, ”Masing-masing dicobai dengan ditarik dan dipikat oleh keinginannya sendiri. Kemudian apabila keinginan itu telah menjadi subur, ia akan melahirkan dosa; selanjutnya apabila dosa telah 9 1 Kata ”pornografi”, seperti yang digunakan di sini, memaksudkan bahan-bahan yang cabul dengan maksud merangsang nafsu seksual, yang disajikan dalam bentuk gambar, tulisan, atau melalui suara. Pornografi bisa berupa gambar seseorang dengan gaya merangsang hingga penggambaran perbuatan seksual yang paling cabul antara dua orang atau lebih. 2 Masturbasi dibahas di Apendiks, halaman 218-219. 9. Apakah pornografi tidak berbahaya seperti kata orang? Jelaskan. 10. Dengan cara apa saja kita dapat menerapkan prinsip di Yakobus 1:14, 15? (Lihat juga kotak di halaman 101.) ”Larilah dari Percabulan” 101 terlaksana, ia akan menghasilkan kematian.” Jadi, apabila keinginan yang buruk memasuki pikiran Saudara, segeralah bertindak untuk menyingkirkannya! Contohnya, kalau Saudara tidak sengaja melihat gambar-gambar yang cabul, cepat palingkan muka, atau matikan komputer, atau ganti saluran TV. Lakukan apa saja yang perlu agar Saudara tidak sampai menyerah kepada keinginan amoral, sebelum itu menjadi tak terkendali dan mengalahkan Saudara!—Baca Matius 5:29, 30. 11 Itulah sebabnya, Pribadi yang lebih mengenal kita daripada kita sendiri menasihati, ”Karena itu, matikanlah anggota-anggota tubuhmu yang bersifat duniawi sehubungan dengan percabulan, kenajisan, nafsu seksual, keinginan yang 11. Sewaktu melawan keinginan yang salah, bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita percaya kepada Yehuwa? MENDAPATKAN KEKUATAN UNTUK BISA BERSIH SECARA MORAL ”Sewaktu remaja, saya terperangkap dalam kebiasaan menonton pornografi dan bermasturbasi,” kata seorang pemuda. ”Teman-teman sekolah saya menganggap perbuatan tersebut wajar-wajar saja bagi anak remaja. Tetapi, hal itu merusak hati nurani saya, dan saya terjerumus ke dalam kehidupan yang amoral. Saya akhirnya menyadari bahwa saya hanyalah budak hasrat saya. Namun, saya dapat mengatasi kebiasaan yang najis itu dengan bantuan Yehuwa dan sidang. Sekarang, saya berhati-hati dalam memilih teman bergaul karena tahu bahwa orang lain bisa sangat berpengaruh atas diri saya. Saya merasakan bahwa doa dan pelajaran Alkitab secara pribadi yang teratur sangat penting untuk mencegah saya jatuh kembali ke kebiasaan buruk. Saya tidak lagi menjadi budak keinginan daging, dan sekarang saya mendapat hak istimewa sebagai perintis biasa.” 102 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” mencelakakan, dan keinginan akan milik orang lain, yang merupakan penyembahan berhala.” (Kolose 3:5) Memang, melakukan hal itu bisa jadi sulit. Tetapi ingatlah, kita mempunyai Bapak di surga yang pengasih dan sabar yang bisa dimintai pertolongan. (Mazmur 68:19) Maka, cepatlah berpaling kepada-Nya apabila hal-hal yang najis memasuki benak Saudara. Berdoalah meminta ”kuasa yang melampaui apa yang normal”, dan paksa diri Saudara untuk memikirkan hal-hal lain. —2 Korintus 4:7; 1 Korintus 9:27; lihat kotak ”Bagaimana Saya Dapat Menghentikan Kebiasaan Buruk?” di halaman 104. 12 Salomo, pria yang berhikmat, menulis, ”Lebih daripada semua hal lain yang harus dijaga, jagalah hatimu, karena dari situlah keluar sumber kehidupan.” (Amsal 4:23) ’Hati’ adalah batin kita, bagaimana kita sebenarnya sebagai pribadi dalam pandangan Allah. Selain itu, penilaian Allah tentang ’hati’ kita —bukan pandangan orang tentang diri kita—yang menentukan apakah kita akan menerima kehidupan abadi atau tidak. Hal itu sangat sederhana, juga sangat serius. Ayub yang setia membuat perjanjian dengan matanya agar ia tidak memandang seorang wanita dengan tidak sopan. (Ayub 31:1) Benarbenar teladan yang bagus bagi kita! Sang pemazmur, yang berpikiran sama, berdoa, ”Palingkanlah mataku agar tidak melihat apa yang tidak berguna.”—Mazmur 119:37. PILIHAN DINA YANG TIDAK BIJAKSANA Seperti kita lihat di Pasal 3, pengaruh teman-teman kita bisa sangat kuat, ke arah yang baik atau buruk. (Amsal 13:20; baca 1 Korintus 15:33.) Perhatikan contoh Dina, putri Yakub. Meski telah dididik dengan baik sejak kecil, Dina berlaku tidak bijaksana, berteman dengan gadis-gadis Kanaan. Seperti orang Moab, orang Kanaan terkenal amoral. (Imamat 18:6-25) Di mata pria-pria Kanaan, termasuk Syikhem—”orang yang paling terhormat” dalam keluarga bapaknya—Dina kelihatannya adalah mangsa yang jinak.—Kejadian 34:18, 19. 13 12. Apa ’hati’ itu, dan mengapa kita harus melindunginya? 13. Siapakah Dina, dan mengapa ia tidak bijaksana dalam memilih teman? Menggunakan Internet hanya di ruang terbuka di rumah adalah haluan berhikmat 14 Hubungan seks mungkin sama sekali tidak terlintas dalam benak Dina ketika ia bertemu dengan Syikhem. Tetapi, Syikhem melakukan apa yang dianggap wajar oleh kebanyakan orang Kanaan jika terangsang secara seksual. Perlawanan Dina pada saat-saat terakhir tidak banyak gunanya, karena pria itu ”membawanya” dan ”menodai kemurniannya”. Kelihatannya, Syikhem belakangan ”jatuh cinta” kepada Dina, tetapi hal ini tidak mengubah apa yang telah ia lakukan atas gadis itu. (Baca Kejadian 34:1-4.) Dan, bukan Dina saja yang menderita sebagai akibatnya. Karena salah memilih teman, terjadilah peristiwa-peristiwa yang mendatangkan aib dan cela ke atas seluruh keluarganya.—Kejadian 34:7, 25-31; Galatia 6:7, 8. 15 Andaikata Dina mendapat pelajaran penting, ia belajar melalui pengalaman pahit. Orang-orang yang mengasihi dan menaati Yehuwa tidak perlu belajar tentang kehidupan melalui pengalaman pahit. Karena mendengarkan Allah, mereka 14. Karena salah memilih teman, hal buruk apa yang dialami Dina? 15, 16. Bagaimana kita dapat memperoleh hikmat sejati? (Lihat juga kotak di halaman 109.) 104 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” BAGAIMANA SAYA DAPAT MENGHENTIKAN KEBIASAAN BURUK? Prinsip: ”Hai, orang-orang yang mengasihi Yehuwa, bencilah apa yang jahat.”—Mazmur 97:10. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Apakah saya menghindari situasi yang bisa membangkitkan keinginan yang salah?—Matius 5:27, 28. ˇ Apakah saya memikirkan baik-baik apa akibatnya kalau saya melaksanakan keinginan yang salah?—Amsal 22:3. ˇ Tindakan tegas macam apa yang rela saya ambil untuk mengatasi kebiasaan buruk saya?—Matius 5:29, 30. ˇ Apakah saya bersedia membicarakan masalah saya dengan orang tua atau teman yang matang secara rohani?—Amsal 1:8, 9; Galatia 6: 1, 2. ˇ Bagaimana saya dapat menunjukkan bahwa saya bersandar pada kekuatan dan hikmat Yehuwa untuk bisa menaklukkan kebiasaan buruk saya?—Amsal 3:5, 6; Yakobus 1:5. memilih untuk ”berjalan dengan orang-orang berhikmat”. (Amsal 13:20a) Maka, mereka pun mengerti ”seluruh haluan mengenai apa yang baik” dan menghindari masalah serta kepedihan yang tidak perlu.—Amsal 2:6-9; Mazmur 1:1-3. 16 Hikmat Allah tersedia bagi semua orang yang mendambakannya dan yang memenuhi keinginan tersebut dengan bertekun dalam doa dan secara teratur mempelajari Firman Allah serta bahan yang disediakan oleh budak yang setia dan bijak- ”Larilah dari Percabulan” 105 sana. (Matius 24:45; Yakobus 1:5) Yang juga penting adalah kerendahan hati, yang terlihat dalam kerelaan untuk menaati nasihat berdasarkan Alkitab. (2 Raja 22:18, 19) Sebagai contoh, seorang Kristen mungkin pada prinsipnya setuju bahwa hatinya bisa licik dan nekat. (Yeremia 17:9) Tetapi jika ia bertindak tidak bijaksana, apakah ia cukup rendah hati untuk mau menerima nasihat serta bantuan yang tepat dan pengasih? 17 Bayangkan situasi ini. Seorang ayah tidak mengizinkan putrinya pergi berduaan dengan seorang pemuda Kristen tanpa pendamping. Gadis itu menanggapinya dengan berkata, ”Apakah Papa tidak percaya kepada saya? Kami tidak akan melakukan apa yang salah!” Ia mungkin mengasihi Yehuwa dan punya niat baik, namun apakah ia ’berjalan dengan hikmat ilahi’? Apakah ia ’lari dari percabulan’? Atau, apakah ia dengan bodoh ”mempercayai hatinya sendiri”? (Amsal 28:26) Mungkin Saudara bisa menyebutkan prinsip-prinsip lain yang akan membantu ayah tersebut dan putrinya bernalar tentang hal itu.—Lihat Amsal 22:3; Matius 6:13; 26:41. YUSUF LARI DARI PERCABULAN Seorang pemuda yang baik yang mengasihi Allah dan lari dari percabulan adalah Yusuf, adik tiri Dina. (Kejadian 30:20-24) Sewaktu masih kecil, Yusuf melihat sendiri akibat kebodohan kakak perempuannya. Pengalaman itu maupun keinginan Yusuf untuk tetap berada dalam kasih Allah tidak diragukan telah melindungi dia di Mesir bertahun-tahun kemudian ketika istri majikannya mencoba merayunya ”dari hari ke hari”. Tentu, sebagai budak, Yusuf tidak bisa meminta berhenti kerja begitu saja dan pergi! Ia harus menangani situasinya dengan bijaksana dan berani. Hal ini ia lakukan dengan berulang kali mengatakan tidak kepada istri Potifar dan, akhirnya, dengan lari darinya.—Baca Kejadian 39:7-12. 18 17. Gambarkan situasi yang boleh jadi timbul dalam sebuah keluarga, dan tunjukkan bagaimana seorang ayah bisa bernalar dengan putrinya. 18, 19. Godaan apa yang muncul dalam kehidupan Yusuf, dan bagaimana ia menangani situasinya? 106 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Coba pikirkan sejenak: Seandainya Yusuf berkhayal tentang wanita itu atau terbiasa melamun tentang seks, apakah ia bisa tetap tidak bercela di hadapan Allah? Kemungkinan besar tidak. Daripada terus memikirkan perbuatan dosa, Yusuf sangat menghargai hubungannya dengan Yehuwa, yang nyata dari kata-katanya kepada istri Potifar. ”Majikanku,” katanya, ”sama sekali tidak menahan apa pun dariku kecuali engkau, sebab engkau istrinya. Jadi bagaimana mungkin aku dapat melakukan kejahatan yang besar ini dan berdosa terhadap Allah?” —Kejadian 39:8, 9. 20 Bayangkan sukacita yang pasti Yehuwa rasakan ketika mengamati Yusuf muda, yang jauh dari keluarganya, menjaga diri tak bercela dari hari ke hari. (Amsal 27:11) Belakangan, Yehuwa mengatur keadaan sehingga Yusuf tidak saja dibebaskan dari penjara, tetapi juga dijadikan perdana menteri dan pejabat urusan pangan di Mesir! (Kejadian 41:3949) Sungguh tepat kata-kata di Mazmur 97:10, ”Hai, orangorang yang mengasihi Yehuwa, bencilah apa yang jahat. Ia menjaga jiwa orang-orangnya yang loyal; dari tangan orang-orang fasik dibebaskannya mereka”! 21 Demikian pula dewasa ini, banyak hamba Allah memperlihatkan bahwa mereka ’membenci apa yang buruk, dan mengasihi apa yang baik’. (Amos 19 20. Bagaimana Yehuwa mengatur keadaan Yusuf? 21. Bagaimana seorang saudara muda di sebuah negeri di Afrika memperlihatkan keteguhan moral? ”Larilah dari Percabulan” 107 5:15) Seorang saudara muda di sebuah negeri Afrika mengingat bahwa seorang gadis, teman sekelasnya, pernah dengan berani menawarkan hubungan seks sebagai imbalan jika ia mau membantunya pada waktu ujian matematika. ”Saya segera menolak tawarannya,” katanya. ”Dengan menjaga diri tetap bersih, saya mempertahankan kehormatan dan harga diri saya, yang jauh lebih berharga daripada emas dan perak.” Memang, dosa bisa jadi memberikan ”kenikmatan sementara”, tetapi sensasi murahan seperti itu sering mendatangkan banyak kepedihan. (Ibrani 11:25) Lagi pula, hal tersebut tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kebahagiaan yang langgeng karena menaati Yehuwa.—Amsal 10:22. TERIMALAH BANTUAN DARI ALLAH BELAS KASIHAN 22 Karena tidak sempurna, kita semua berjuang untuk menaklukkan keinginan daging dan melakukan apa yang benar di mata Allah. (Roma 7:21-25) Yehuwa menyadari hal itu, ”Ia ingat bahwa kita ini debu”. (Mazmur 103:14) Namun, kadang-kadang, seorang Kristen mungkin melakukan dosa serius. Apakah tidak ada harapan lagi baginya? Tentu saja ada! Memang, si pelaku kesalahan mungkin menuai buah yang pahit, seperti halnya Raja Daud. Tetapi, Allah selalu ”siap mengampuni” orang yang sangat menyesal dan ’secara terbuka mengakui’ dosa-dosanya.—Mazmur 86:5; Yakobus 5:16; baca Amsal 28:13. 23 Selain itu, bagi sidang Kristen, Allah dengan baik hati menyediakan ”pemberian berupa manusia”, yaitu para gembala rohani yang matang, yang selain andal juga siap menolong. (Efesus 4:8, 12; Yakobus 5:14, 15) Tujuan mereka adalah membantu pelaku kesalahan memulihkan hubungannya dengan Allah dan, sesuai dengan kata-kata Salomo yang berhikmat, untuk ”memperoleh akal budi” agar ia tidak mengulangi dosanya.—Amsal 15:32. 22, 23. (a) Jika seorang Kristen melakukan dosa serius, mengapa ia masih mempunyai harapan? (b) Bantuan apa yang tersedia bagi pelaku kesalahan? 108 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” ’PEROLEHLAH AKAL BUDI’ Alkitab menyebut tentang orang yang ”tidak berakal budi” dan orang yang ”memperoleh akal budi”. (Amsal 7:7) Karena tidak matang secara rohani dan tidak berpengalaman dalam dinas kepada Allah, seseorang yang ”tidak berakal budi” mungkin tidak memiliki daya pengamatan dan pertimbangan yang baik. Seperti pria muda yang digambarkan di Amsal 7:6-23, ia mungkin lebih mudah menjadi korban dosa serius. Tetapi, ”ia yang memperoleh akal budi” memeriksa baik-baik hatinya dengan mempelajari Firman Allah dan berdoa secara teratur. Dan sebisa-bisanya, sejauh yang dapat ia lakukan sebagai manusia yang tidak sempurna, ia menyelaraskan pikiran, hasrat, emosi, dan tujuan hidupnya dengan apa yang Allah perkenan. Dengan begitu, ia ”mengasihi jiwanya sendiri”, atau memperoleh berkat, dan ”akan menemukan yang baik”.—Amsal 19:8. 25 Tanyalah kepada diri sendiri: ’Apakah saya yakin sepenuhnya bahwa standar-standar Allah itu benar? Apakah saya yakin benar bahwa dengan menaatinya saya akan memperoleh kebahagiaan terbesar?’ (Mazmur 19:7-10; Yesaya 48:17, 18) Jika Saudara memiliki keraguan, meskipun sedikit, berupayalah mengatasinya. Pikirkan baik-baik akibatnya apabila seseorang mengabaikan hukum Allah. Selain itu, ”kecaplah dan lihatlah bahwa Yehuwa itu baik” dengan menerapkan kebenaran dan memasukkan ke dalam pikiran Saudara hal-hal yang sehat—yaitu yang benar, adil, murni, membangkitkan perasaan kasih, dan bajik. (Mazmur 34:8; Filipi 4:8, 9) Saudara dapat yakin bahwa semakin Saudara mengikuti anjuran itu, Saudara akan semakin mengasihi Allah, mengasihi apa yang Ia kasihi dan membenci apa yang Ia benci. Yusuf bukanlah manusia super. Namun, ia dapat ’lari dari percabulan’ karena ia membiarkan Yehuwa membentuknya selama bertahun-tahun, memberinya akal budi, atau akal sehat. Semoga Saudara melakukan hal yang sama.—Yesaya 64:8. 24 24, 25. (a) Bagaimana pria muda yang digambarkan di Amsal 7:6-23 menunjukkan bahwa ia ”tidak berakal budi”? (b) Bagaimana kita dapat ”memperoleh akal budi”? ”Larilah dari Percabulan” 109 AYAT-AYAT UNTUK DIRENUNGKAN ”Hai, orang-orang yang mengasihi Yehuwa, bencilah apa yang jahat.”—Mazmur 97:10. ”Setiap orang yang terus memandang seorang wanita sehingga mempunyai nafsu terhadap dia sudah berbuat zina dengan dia dalam hatinya.”—Matius 5:28. ”Ia yang mempraktekkan percabulan berbuat dosa terhadap tubuhnya sendiri.”—1 Korintus 6:18. ”Aku memukuli tubuhku dan menguasainya bagaikan budak, agar setelah aku memberitakan kepada orang-orang lain, jangan aku sendiri karena satu atau lain hal menjadi tidak diperkenan.”—1 Korintus 9:27. ”Apa pun yang ditabur orang, ini juga yang akan dituainya; sebab ia yang menabur demi kepentingan dagingnya akan menuai kefanaan dari dagingnya, tetapi ia yang menabur demi kepentingan roh akan menuai kehidupan abadi dari roh itu.”—Galatia 6:7, 8. ”Karena itu, matikanlah anggota-anggota tubuhmu yang bersifat duniawi sehubungan dengan percabulan, kenajisan, nafsu seksual.”—Kolose 3:5. ”Kamu masing-masing [hendaknya] mengetahui bagaimana mengendalikan bejananya sendiri dengan mengingat kesucian dan kehormatan, dengan tidak melampiaskan nafsu seksual yang tamak.”—1 Tesalonika 4:4, 5. 26 Pencipta kita membuat organ-organ reproduksi bukan untuk dijadikan mainan guna memperoleh sensasi belaka, melainkan agar kita bisa menghasilkan keturunan dan menikmati keintiman dalam perkawinan. (Amsal 5:18) Pandangan Allah tentang perkawinan akan dibahas dalam dua pasal berikut. 26. Topik penting apa yang akan dibahas selanjutnya? PASAL 10 Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih ”Tali rangkap tiga tidak mudah diputuskan.” —PENGKHOTBAH 4:12. APAKAH Saudara senang menghadiri pesta pernikahan? Kebanyakan begitu, karena acara seperti ini bisa sangat menyenangkan. Mempelai terlihat sangat anggun. Dan, wajah mereka memancarkan sukacita besar! Pada hari tersebut, mereka terus tersenyum bahagia dan tampaknya masa depan mereka sangat cerah. 2 Tetapi, harus diakui bahwa dewasa ini banyak perkawinan berantakan. Meskipun kita mengharapkan yang terbaik bagi pasangan yang baru menikah, kadang-kadang kita mungkin bertanya-tanya: ’Apakah mereka akan bahagia? Apakah perkawinan mereka akan langgeng?’ Jawabannya bergantung pada apakah suami dan istri memercayai dan menerapkan nasihat Allah tentang perkawinan. (Baca Amsal 3:5, 6.) Hal itu perlu agar mereka tetap berada dalam kasih Allah. Sekarang, mari kita pusatkan perhatian pada jawaban Alkitab untuk empat pertanyaan berikut: Mengapa menikah? Kalau Saudara memutuskan untuk menikah, siapa yang hendaknya Saudara pilih sebagai pasangan? Bagaimana Saudara dapat menyiapkan diri untuk perkawinan? Dan, apa yang dapat membantu suami istri tetap menikmati perkawinan yang bahagia? 3 MENGAPA MENIKAH? Ada yang percaya bahwa agar bahagia, orang harus meni- 1, 2. (a) Mengenai pasangan yang baru menikah, pertanyaan apa saja yang kadang-kadang mungkin muncul, dan mengapa? (b) Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas dalam pasal ini? 3. Mengapa tidak bijaksana untuk menikah karena alasan yang sepele? Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih 111 kah—bahwa kita tidak dapat memperoleh kepuasan atau sukacita dalam kehidupan jika kita tidak menemukan pasangan. Hal itu benar-benar keliru! Yesus, seorang pria lajang, menyebut kelajangan sebagai suatu karunia dan ia mendesak orangorang yang sanggup melajang agar mengupayakannya. (Matius 19:11, 12) Rasul Paulus juga membahas manfaat kelajangan. (1 Korintus 7:32-38) Tetapi, Yesus ataupun Paulus tidak membuat peraturan agar orang tetap melajang; malah, ”melarang untuk menikah” disebutkan sebagai salah satu ”ajaran hantuhantu”. (1 Timotius 4:1-3) Meskipun begitu, bagi orang-orang yang ingin melayani Yehuwa tanpa tersimpangkan, kelajangan memiliki banyak kelebihan. Maka, tidaklah bijaksana untuk menikah dengan alasan yang sepele, misalnya karena tekanan dari teman-teman. 4 Sebaliknya, apakah salah untuk menikah? Tidak. Perkawinan juga suatu karunia dari Allah kita yang pengasih. (Baca Kejadian 2:18.) Jadi, perkawinan ada manfaatnya dan bisa mendatangkan kebahagiaan. Misalnya, perkawinan yang bahagia adalah fondasi terbaik untuk kehidupan keluarga. Anak-anak membutuhkan lingkungan yang stabil, yaitu ada orang tua yang membesarkan mereka, memberi mereka kasih, disiplin, dan bimbingan. (Mazmur 127:3; Efesus 6:1-4) Tetapi, membesarkan anak bukan satu-satunya alasan untuk menikah. 5 Perhatikan ayat tema untuk pasal ini beserta konteksnya, ”Berdua lebih baik daripada seorang diri, karena mereka mempunyai upah yang baik untuk kerja keras mereka. Karena jika seorang di antara mereka jatuh, yang seorang lagi dapat mengangkat rekannya. Tetapi bagaimana dengan yang hanya seorang itu, yang jatuh, bila tidak ada orang lain untuk mengangkatnya? Lagi pula, bila orang berbaring berdua, mereka juga akan menjadi hangat; tetapi bagaimana seorang saja dapat 4. Perkawinan yang bahagia menjadi fondasi macam apa sehubungan dengan membesarkan anak? 5, 6. (a) Berdasarkan Pengkhotbah 4:9-12, sebutkan manfaat persahabatan yang akrab. (b) Bagaimana perkawinan bisa seperti tali rangkap tiga? 112 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” tetap hangat? Dan jika seseorang dapat mengalahkan orang yang sendirian, dua orang bersama-sama dapat bertahan melawan dia. Dan tali rangkap tiga tidak mudah diputuskan.” —Pengkhotbah 4:9-12. 6 Yang terutama dibahas dalam ayat-ayat di atas adalah nilai persahabatan. Dan, perkawinan adalah persahabatan yang paling akrab. Sebagaimana ditunjukkan ayat itu, melalui ikatan tersebut, suatu pasangan bisa saling membantu, menghibur, dan melindungi. Perkawinan akan benar-benar kuat apabila ikatan tersebut tidak hanya antara dua orang. Sebagaimana tersirat dalam ayat itu, tali rangkap dua bisa diputuskan. Tetapi, tiga untaian yang dijalin menjadi satu jauh lebih sulit diputuskan. Apabila menyenangkan Yehuwa menjadi hal utama bagi suami maupun istri, perkawinan mereka bagaikan tali rangkap tiga tersebut. Yehuwa memiliki peranan penting dalam perkawinan itu, sehingga ikatan tersebut benar-benar sangat kuat. 7 Selain itu, hanya dalam perkawinanlah hasrat seksual boleh dipuaskan. Dalam perkawinan, hubungan seksual benar-benar dapat dipandang sebagai sumber kesenangan. (Amsal 5:18) Meskipun seorang lajang sudah melewati apa yang disebut Alkitab sebagai ”mekarnya masa remaja”—masa ketika dorongan seksual untuk pertama kali menjadi kuat—ia mungkin masih berjuang mengatasi hasrat seksual. Jika tidak dikendalikan, hasrat tersebut bisa mengarah ke tingkah laku yang najis atau tidak patut. Paulus diilhami untuk menulis nasihat ini bagi orang-orang lajang, ”Jika mereka tidak mempunyai pengendalian diri, biarlah mereka menikah, karena lebih baik menikah daripada berkobar dengan nafsu.”—1 Korintus 7:9, 36; Yakobus 1:15. 8 Apa pun alasan seseorang menikah, ia perlu siap menghadapi kenyataan. Seperti yang Paulus katakan, orang-orang yang menikah ”akan mengalami kesengsaraan dalam daging mereka”. (1 Korintus 7:28) Orang yang sudah menikah menghadapi masalah yang tidak dialami orang yang masih lajang. Tetapi, kalau Saudara memutuskan untuk menikah, bagaima7, 8. (a) Nasihat apa yang Paulus tulis bagi orang Kristen lajang yang berjuang mengatasi hasrat seksual? (b) Pandangan apa yang Alkitab berikan kepada kita tentang perkawinan? Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih 113 na Saudara dapat mengurangi masalah dan menambah kebahagiaan? Salah satu cara ialah dengan memilih pasangan secara bijaksana. SIAPA YANG AKAN MENJADI TEMAN HIDUP YANG BAIK? 9 Paulus diilhami untuk menulis prinsip yang sangat penting yang hendaknya diterapkan sewaktu memilih teman hidup, ”Jangan memikul kuk secara tidak seimbang bersama orangorang yang tidak percaya.” (2 Korintus 6:14) Ia menggunakan fakta dalam kehidupan pertanian sebagai perbandingan. Kalau dua binatang yang ukuran tubuh dan kekuatannya sangat berbeda memikul kuk bersama, keduanya akan menderita. Demikian pula, kalau seseorang memikul kuk, atau menjalani perkawinan, bersama orang yang tidak seiman, keduanya pasti akan mengalami gesekan dan ketegangan. Jika yang satu ingin tetap berada dalam kasih Yehuwa sedangkan yang lain kurang atau sama sekali tidak peduli akan hal itu, apa yang mereka utamakan dalam kehidupan tidak akan sejalan, sehingga kemungkinan besar banyak kesulitan akan timbul. Maka, jika seorang Kristen ingin menikah, Paulus menganjurkan agar ia ’menikah, asalkan dalam Tuan’.—1 Korintus 7:39. 10 Kadang-kadang, orang Kristen lajang menyimpulkan bahwa memikul kuk secara tidak seimbang lebih baik daripada merasa kesepian. Ada yang memutuskan untuk mengabaikan nasihat Alkitab, dan mereka menikahi orang yang tidak melayani Yehuwa. Hasilnya sering kali menyedihkan. Mereka baru menyadari bahwa mereka telah menikah dengan orang yang tidak bisa diajak bicara tentang hal-hal yang paling penting dalam kehidupan. Akibatnya, kesepian yang mereka alami mungkin jauh lebih besar daripada yang mereka rasakan sebelum mereka menikah. Untunglah, beribu-ribu orang Kristen lajang 9, 10. (a) Perbandingan apa yang Paulus berikan untuk menggambarkan bahayanya menjalin ikatan dengan orang yang tidak seiman? (b) Sering kali, apa akibatnya jika seseorang mengabaikan nasihat Allah untuk tidak menikahi orang yang tidak seiman? 114 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” APA YANG SAYA CARI DALAM DIRI CALON TEMAN HIDUP? Prinsip: ”Keduanya akan menjadi satu daging.” —Matius 19:5. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Apabila ingin menikah, mengapa penting untuk menunggu hingga ”sudah melewati mekarnya masa remaja”? —1 Korintus 7:36; 13:11; Matius 19:4, 5. ˇ Walaupun saya sudah cukup dewasa untuk menikah, apa manfaatnya tetap melajang selama jangka waktu tertentu?—1 Korintus 7:32-34, 37, 38. ˇ Jika saya memutuskan untuk menikah, mengapa penting bahwa calon teman hidup saya sudah melayani Yehuwa dengan setia selama suatu jangka waktu? —1 Korintus 7:39. ˇ Bagaimana ayat-ayat berikut dapat membantu seorang saudari mengetahui sifat-sifat apa yang dibutuhkan dalam diri calon teman hidup?—Mazmur 119:97; 1 Timotius 3:1-7. ˇ Bagaimana Amsal 31:10-31 dapat membantu seorang saudara memilih calon teman hidup dengan bijaksana? Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih 115 memercayai dan dengan loyal menaati nasihat Allah tentang hal ini. (Baca Mazmur 32:8.) Walaupun berharap untuk menikah pada suatu saat, mereka tetap melajang sampai mereka menemukan pasangan di antara para penyembah Allah Yehuwa. 11 Memang, sekalipun seseorang adalah hamba Yehuwa, belum tentu dia bisa menjadi teman hidup yang cocok. Kalau Saudara ingin menikah, carilah orang yang memiliki persamaan dengan Saudara dalam hal kepribadian, cita-cita rohani, dan kasih akan Allah. Budak yang setia dan bijaksana telah menerbitkan banyak artikel tentang pokok ini, dan sebaiknya Saudara merenungkan nasihat berdasarkan Alkitab itu disertai doa, menjadikannya sebagai pembimbing Saudara dalam membuat keputusan penting ini.1—Baca Mazmur 119:105. 12 Di banyak negeri, ada kebiasaan orang tua yang memilihkan teman hidup bagi anak mereka. Dalam kebudayaan seperti itu, orang pada umumnya setuju bahwa orang tua memiliki lebih banyak hikmat dan pengalaman yang dibutuhkan untuk membuat pilihan yang penting tersebut. Pernikahan yang diatur sering sukses, sebagaimana halnya pada zaman Alkitab. Contoh Abraham yang mengutus hambanya untuk mencarikan calon istri untuk Ishak merupakan pelajaran yang baik bagi orang tua yang mungkin berada dalam situasi yang sama dewasa ini. Uang dan status sosial bukan hal utama bagi Abraham. Sebaliknya, ia mau repot-repot mencarikan calon istri untuk Ishak di antara para penyembah Yehuwa.2—Kejadian 24:3, 67. 1 Lihat Rahasia Kebahagiaan Keluarga, pasal 2, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. 2 Beberapa tokoh Alkitab yang setia mempunyai lebih dari satu istri. Sewaktu Yehuwa berurusan dengan mereka dan dengan Israel jasmani, Ia membiarkan kebiasaan berpoligami. Ia tidak menyelenggarakan poligami, tetapi menertibkannya. Namun, orang Kristen ingat bahwa Yehuwa tidak lagi mengizinkan poligami di kalangan para penyembahnya.—Matius 19:9; 1 Timotius 3:2. 11. Apa yang dapat membantu Saudara memilih teman hidup dengan bijaksana? (Lihat juga kotak di halaman 114.) 12. Kebiasaan apa yang umum di banyak negeri sehubungan dengan pernikahan? Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari sebuah contoh Alkitab? 116 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” BAGAIMANA MEMPERSIAPKAN DIRI AGAR PERKAWINAN SUKSES? 13 Jika Saudara sungguh-sungguh ingin menikah, ada baiknya Saudara bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah saya benar-benar siap?’ Jawabannya tidak semata-mata bergantung pada perasaan Saudara berkenaan dengan cinta, seks, persahabatan, atau membesarkan anak. Tetapi, ada tanggung jawab tertentu yang harus dipikirkan oleh setiap calon suami atau istri. 14 Seorang pemuda yang mencari calon istri harus memikirkan baik-baik prinsip ini, ”Persiapkanlah pekerjaanmu di luar rumah, dan siapkanlah itu di ladang. Setelah itu, bangunlah rumah tanggamu.” (Amsal 24:27) Apa yang ditandaskan ayat ini? Pada zaman itu, jika seorang pria ingin berkeluarga dengan menikah, ia perlu bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah saya siap memenuhi kebutuhan dan menunjang istri serta anakanak yang mungkin akan dilahirkan?’ Ia harus bekerja terlebih dulu, menggarap ladangnya. Prinsip yang sama berlaku dewasa ini. Seseorang yang ingin menikah harus membuat persiapan untuk bisa memikul tanggung jawabnya. Selama fisiknya memungkinkan, ia harus bekerja. Firman Allah menunjukkan bahwa seorang pria yang tidak memenuhi kebutuhan fisik, emosi, dan rohani keluarganya lebih buruk daripada orang yang tidak beriman!—Baca 1 Timotius 5:8. 15 Seorang wanita yang memutuskan untuk menikah juga setuju untuk memikul sejumlah tanggung jawab besar. Alkitab memuji beberapa keterampilan dan sifat yang mungkin dibutuhkan seorang istri sewaktu ia membantu suaminya dan mengurus rumah tangganya. (Amsal 31:10-31) Pria dan wanita yang tergesa-gesa menikah tanpa persiapan untuk memikul tanggung jawab yang terkait benar-benar mementingkan diri, tidak memikirkan apa yang dapat mereka berikan kepada teman hidupnya kelak. Tetapi yang terpenting, orang yang ingin menikah perlu siap secara rohani. 13-15. (a) Bagaimana prinsip di Amsal 24:27 dapat membantu seorang pemuda yang ingin menikah? (b) Apa yang dapat dilakukan seorang wanita muda sebagai persiapan untuk menikah? Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih 117 16 Membuat persiapan untuk menikah mencakup merenungkan peranan yang Allah tetapkan bagi suami dan istri. Seorang pria perlu tahu apa artinya menjadi kepala keluarga Kristen. Peranan tersebut tidak membuatnya berhak bertindak sewenangwenang. Sebaliknya, ia harus meniru cara Yesus menjalankan kekepalaan. (Efesus 5:23) Demikian pula, seorang wanita Kristen perlu memahami peranan yang terhormat bagi seorang istri. Apakah ia rela tunduk kepada ”hukum suaminya”? (Roma 7:2) Ia sudah berada di bawah hukum Yehuwa dan hukum Kristus. (Galatia 6:2) Wewenang suaminya dalam keluarga merupakan hukum lain. Apakah ia bisa tetap mendukung dan tunduk kepada wewenang seorang pria yang tidak sempurna? Jika ia belum bisa, sebaiknya ia jangan menikah dulu. 17 Selain itu, suami atau istri perlu siap memenuhi kebutuhan khusus masing-masing. (Baca Filipi 2:4.) Paulus menulis, ”Hendaklah kamu masing-masing secara perorangan juga mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri; sebaliknya, istri harus memiliki respek yang dalam kepada suaminya.” Di bawah ilham dari Allah, Paulus menyadari bahwa seorang pria benar-benar perlu merasa bahwa istrinya sungguh-sungguh menghormatinya. Dan, sang wanita benar-benar perlu merasa dikasihi oleh suaminya.—Efesus 5:21-33. 18 Jadi, masa berpacaran bukan sekadar untuk bersenang-senang. Itulah saatnya seorang pria dan seorang wanita belajar caranya berurusan dengan satu sama lain dengan sepatutnya, guna melihat apakah bijaksana bagi mereka untuk menikah. Itulah juga waktu yang tepat untuk menerapkan pengendalian diri! Godaan untuk terlalu intim secara fisik bisa sangat kuat—karena daya tarik yang mereka rasakan adalah hal yang wajar. Tetapi, orang yang benar-benar saling mengasihi akan menghindari tindakan apa pun yang bisa menimbulkan kerugian rohani atas orang yang dikasihi. (1 Tesalonika 4:6) Maka, apabila berpacaran, kendalikan diri; Saudara dapat merasakan manfaat sifat itu seumur hidup, entah Saudara menikah atau tidak. 16, 17. Prinsip-prinsip Alkitab apa yang hendaknya dipikirkan baikbaik oleh orang yang mempersiapkan diri untuk menikah? 18. Mengapa suatu pasangan harus mengendalikan diri selama berpacaran? 118 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” BAGAIMANA PERKAWINAN BISA LANGGENG? Agar perkawinan mereka langgeng, suatu pasangan perlu memiliki pandangan yang benar tentang komitmen, atau ikrar pernikahan mereka. Dalam novel dan film, pernikahan sering berakhir dengan kebahagiaan yang didambakan setiap orang. Namun, dalam kehidupan nyata, pernikahan bukanlah akhir, melainkan baru permulaan—awal dari sesuatu yang telah Yehuwa rancang agar langgeng. (Kejadian 2:24) Sayang sekali, pandangan umum di dunia dewasa ini tidak demikian. Di beberapa kebudayaan, menikah itu dianggap seperti ”mengikat dua tali menjadi simpul”. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa itu dengan tepat menggambarkan pandangan umum tentang perkawinan. Mengapa begitu? Simpul yang baik harus cukup kuat selama itu diperlukan, tetapi juga harus mudah diikat dan dibuka. 20 Banyak orang dewasa ini menganggap perkawinan bersifat sementara. Mereka cepat menikah karena beranggapan hal itu akan memenuhi kebutuhan mereka, namun mereka berharap dapat mengakhirinya segera setelah kelihatannya ada banyak masalah. Tetapi, ingatlah perbandingan yang Alkitab gunakan untuk ikatan seperti perkawinan—sebuah tali. Tali, atau tambang, yang dibuat untuk kapal layar dirancang untuk bertahan lama, tidak cepat lepas jalinannya, bahkan dalam badai yang paling hebat. Demikian pula, perkawinan dirancang agar langgeng. Ingatlah, Yesus mengatakan, ”Apa yang telah Allah letakkan di bawah satu kuk hendaknya tidak dipisahkan manusia.” (Matius 19:6) Jika Saudara akan menikah, Saudara perlu memiliki pandangan yang sama tentang perkawinan. Apakah komitmen tersebut membuat perkawinan menjadi beban? Tidak. 21 Suami dan istri perlu mempertahankan pandangan yang benar tentang satu sama lain. Jika masing-masing berupaya memusatkan perhatian pada sifat-sifat yang baik dan upaya yang 19 19, 20. Pandangan orang Kristen tentang perkawinan berbeda dengan pandangan banyak orang di dunia dewasa ini. Jelaskan dan berikan gambaran. 21. Sikap apa yang perlu dipertahankan suami dan istri terhadap satu sama lain, dan apa yang dapat membantu mereka dalam hal ini? Perkawinan—Karunia dari Allah yang Pengasih 119 dikerahkan teman hidupnya, perkawinan itu akan menjadi sumber sukacita dan kesegaran. Apakah tidak masuk akal untuk memiliki pandangan yang positif tentang teman hidup yang tidak sempurna? Yehuwa tidak pernah tidak masuk akal, namun kita bisa yakin bahwa Dia akan tetap memiliki pandangan positif tentang diri kita. Pemazmur bertanya, ”Jika kesalahan-kesalahanlah yang engkau perhatikan, oh, Yah, oh, Yehuwa, siapakah yang dapat tahan?” (Mazmur 130:3) Sama seperti Yehuwa, suami dan istri harus memiliki pandangan positif tentang satu sama lain dan suka mengampuni.—Baca Kolose 3:13. Selama berpacaran, banyak pasangan berlaku bijaksana dengan selalu mengajak seorang pendamping 120 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 22 Perkawinan dapat menghasilkan lebih banyak kebahagiaan seraya tahun-tahun berlalu. Alkitab menunjukkan bagaimana perkawinan Abraham dan Sara ketika mereka sudah menjadi pasangan lanjut usia. Kehidupan mereka juga tidak bebas dari kesukaran dan masalah. Bayangkan, bagaimana rasanya ketika Sara, yang usianya mungkin sekitar 60-an, meninggalkan rumahnya yang nyaman di kota Ur yang makmur dan kemudian tinggal di kemah-kemah selama sisa hidupnya. Namun, ia tunduk kepada kekepalaan suaminya. Sebagai pelengkap dan penolong sejati bagi Abraham, ia membantu menyukseskan keputusan suaminya. Dan, ketundukannya tidak hanya tampak di luar. Bahkan ”dalam hatinya”, ia menyebut suaminya sebagai tuannya. (Kejadian 18:12; 1 Petrus 3:6) Rasa hormatnya kepada Abraham berasal dari hati. 23 Tentu, hal itu tidak berarti bahwa Abraham dan Sara selalu sependapat. Sara pernah menyarankan sesuatu yang membuat Abraham ”sangat tidak senang”. Walaupun demikian, atas petunjuk Yehuwa, Abraham dengan rendah hati mendengarkan perkataan istrinya, yang ternyata bermanfaat bagi keluarga itu. (Kejadian 21:9-13) Suami dan istri dewasa ini, bahkan yang telah menikah selama puluhan tahun, dapat belajar banyak dari pasangan yang saleh ini. 24 Di sidang Kristen, ada ribuan perkawinan yang bahagia: istri memperlihatkan hormat yang dalam kepada suaminya, suami mengasihi serta menghormati istrinya, dan keduanya bekerja sama untuk selalu menomorsatukan kehendak Yehuwa. Jika Saudara memutuskan untuk menikah, semoga Saudara memilih teman hidup dengan bijaksana, mempersiapkan diri baikbaik sebelum menikah, dan berupaya membangun perkawinan yang penuh damai dan kasih, yang mendatangkan hormat bagi Allah Yehuwa. Dengan demikian, perkawinan Saudara pasti akan membantu Saudara tetap berada dalam kasih Allah. 22, 23. Teladan apa yang Abraham dan Sara berikan bagi orangorang yang sudah menikah dewasa ini? 24. Perkawinan macam apa yang akan mendatangkan hormat bagi Allah Yehuwa, dan mengapa? PASAL 11 ”Hendaklah Pernikahan Terhormat” ”Bersukacitalah dengan istri masa mudamu.” —AMSAL 5:18. APAKAH Saudara sudah menikah? Jika sudah, apakah perkawinan Saudara merupakan sumber kebahagiaan, atau apakah Saudara menghadapi masalah perkawinan yang serius? Apakah hubungan Saudara dan teman hidup Saudara renggang? Apakah Saudara sekadar mempertahankan keutuhan perkawinan, tetapi tidak bahagia? Kalau begitu, Saudara kemungkinan besar merasa sedih bahwa kehangatan yang pernah Saudara nikmati bersama telah mendingin. Sebagai orang Kristen, Saudara pasti ingin perkawinan Saudara mendatangkan kemuliaan bagi Yehuwa, Allah yang Saudara kasihi. Maka, keadaan Saudara sekarang bisa jadi membuat Saudara cemas dan sedih. Sekalipun begitu, cobalah untuk tidak menyimpulkan bahwa situasi Saudara sudah tidak bisa diapa-apakan lagi. 2 Dewasa ini, ada banyak suami istri Kristen teladan yang dulunya sekadar mempertahankan perkawinan yang tidak bahagia. Namun, mereka menemukan cara untuk memperkuat hubungan mereka. Saudara juga dapat memperoleh lebih banyak kepuasan dalam perkawinan Saudara. Bagaimana caranya? LEBIH MENDEKAT KEPADA ALLAH DAN TEMAN HIDUP SAUDARA 3 Saudara dan teman hidup Saudara akan lebih mendekat kepada satu sama lain kalau Saudara berupaya lebih mendekat kepada Allah. Mengapa? Perhatikan gambaran ini: Coba bayangkan sebuah gunung berbentuk kerucut—bagian kakinya lebar dan puncaknya sempit. Seorang pria berdiri di kaki lereng 1, 2. Pertanyaan apa yang akan kita bahas, dan mengapa? 3, 4. Mengapa suami istri akan lebih mendekat kepada satu sama lain jika mereka berupaya lebih mendekat kepada Allah? Jelaskan. 122 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Jika diterapkan, pengetahuan Alkitab memiliki kuasa untuk memperkuat perkawinan Saudara sebelah utara dan seorang wanita di sisi satunya, di kaki lereng sebelah selatan. Keduanya mulai mendaki. Sewaktu masih berada dekat kaki gunung, mereka dipisahkan oleh jarak yang jauh. Namun, seraya mereka masing-masing terus mendaki menuju puncak gunung, jarak antara mereka semakin dekat. Apakah Saudara melihat hikmah yang melegakan hati dari gambaran tadi? 4 Upaya yang Saudara kerahkan untuk melayani Yehuwa sepenuhnya dapat disamakan dengan upaya untuk mendaki gunung. Karena mengasihi Yehuwa, Saudara seolah-olah sudah berupaya keras untuk mendaki. Tetapi, jika hubungan Saudara dan teman hidup Saudara renggang, kalian ibaratnya mendaki dari sisi yang berbeda. Tetapi, apa yang terjadi apabila Saudara terus mendaki? Memang, mula-mula kalian mungkin dipisah- ”Hendaklah Pernikahan Terhormat” 123 kan oleh jarak yang cukup besar. Tetapi, semakin banyak upaya yang Saudara kerahkan untuk lebih mendekat kepada Allah —untuk mendaki lebih tinggi—semakin dekat Saudara dengan teman hidup Saudara. Ya, lebih mendekat kepada Allah adalah kunci untuk lebih mendekat kepada teman hidup Saudara. Tetapi, bagaimana Saudara dapat melakukan hal itu dalam kehidupan nyata? 5 Salah satu cara ”mendaki” yang penting ialah Saudara dan teman hidup Saudara harus mengindahkan nasihat tentang perkawinan seperti yang terdapat dalam Firman Allah. (Mazmur 25:4; Yesaya 48:17, 18) Maka, perhatikan nasihat rasul Paulus tentang perkawinan, ”Hendaklah pernikahan terhormat di antara kamu semua.” (Ibrani 13:4) Apa artinya hal itu? Kata ”terhormat” menunjukkan sesuatu yang dianggap penting dan berharga. Dan, itulah tepatnya pandangan Yehuwa tentang perkawinan—Ia menghormati perkawinan dan menganggapnya berharga. ALASAN UTAMA—KASIH YANG TULUS KEPADA YEHUWA 6 Tentu saja, sebagai hamba Allah, Saudara dan teman hidup Saudara sudah tahu bahwa perkawinan itu berharga, bahkan suci. Yehuwa sendiri yang menyelenggarakan perkawinan. (Baca Matius 19:4-6.) Tetapi, jika Saudara sekarang menghadapi masalah perkawinan, sekadar tahu bahwa perkawinan itu terhormat mungkin tidak cukup untuk menggerakkan Saudara dan teman hidup Saudara untuk saling mengasihi dan menghormati. Nah, kalau begitu, apa yang akan menggerakkan Saudara? Perhatikan baik-baik cara Paulus menyampaikan pokok tentang memperlihatkan hormat, atau respek. Ia tidak mengatakan ”pernikahan itu terhormat”, tetapi ia mengatakan ”hendaklah pernikahan terhormat”. Paulus tidak sekadar membuat pernyataan, 5. (a) Sebutkan salah satu cara untuk lebih mendekat kepada Yehuwa dan kepada teman hidup. (b) Bagaimana pandangan Yehuwa tentang perkawinan? 6. Apa yang diperlihatkan oleh nasihat Paulus tentang perkawinan dan mengapa penting untuk mengingat hal itu? 124 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” tetapi sedang memberikan nasihat yang tegas.1 Kata-kata Paulus itu bisa memberikan alasan tambahan kepada Saudara untuk membangkitkan kembali rasa hormat Saudara kepada teman hidup. Mengapa demikian? 7 Pikirkan sejenak bagaimana Saudara memandang perintah lain dalam Alkitab, seperti tugas untuk membuat murid atau nasihat untuk menghadiri pertemuan ibadat. (Matius 28:19; Ibrani 10:24, 25) Memang, melaksanakan perintah-perintah itu kadang-kadang mungkin sulit. Bisa jadi, orang-orang yang Saudara kabari memberikan tanggapan negatif, atau pekerjaan duniawi Saudara begitu melelahkan sehingga Saudara harus berjuang untuk dapat berhimpun. Meskipun begitu, Saudara tetap mengumumkan berita Kerajaan, dan Saudara terus berhimpun. Tidak seorang pun dapat menghentikan Saudara—Setan pun tidak! Mengapa tidak? Karena kasih Saudara yang tulus kepada Yehuwa menggerakkan Saudara untuk menaati perintah-perintah-Nya. (1 Yohanes 5:3) Apa manfaatnya? Dengan ikut dalam pekerjaan pengabaran dan menghadiri perhimpunan, Saudara mendapat kedamaian batin dan sukacita sejati karena Saudara tahu bahwa Saudara melakukan kehendak Allah. Hasilnya, perasaan tersebut akan memulihkan kekuatan Saudara. (Nehemia 8:10) Apa hikmahnya? 8 Kasih yang dalam kepada Allah menggerakkan Saudara untuk menaati perintah untuk mengabar dan berhimpun meski ada rintangan. Demikian pula, kasih Saudara kepada Yehuwa dapat menggerakkan Saudara untuk menaati nasihat tegas Alkitab bahwa ’pernikahan Saudara hendaklah terhormat’, sekalipun hal itu tampaknya sulit. (Ibrani 13:4; Mazmur 18:29; Pengkhotbah 5:4) Selain itu, upaya Saudara untuk ikut mengabar dan berhimpun mendatangkan berkat limpah dari Allah. Demikian 1 Nasihat Paulus tentang perkawinan adalah bagian dari serangkaian nasihat. —Ibrani 13:1-5. 7. (a) Perintah apa saja dalam Alkitab yang kita laksanakan, dan mengapa? (b) Apa manfaat ketaatan? 8, 9. (a) Apa yang dapat menggerakkan kita sehingga menaati nasihat tegas untuk menghormati perkawinan, dan mengapa? (b) Dua pokok apa yang akan kita bahas? ”Hendaklah Pernikahan Terhormat” 125 pula, upaya Saudara untuk menghormati perkawinan Saudara akan Yehuwa perhatikan dan berkati.—1 Tesalonika 1:3; Ibrani 6:10. 9 Maka, bagaimana caranya agar perkawinan Saudara terhormat? Saudara perlu menghindari perilaku yang akan merusak perkawinan. Dan, Saudara perlu mengambil langkah-langkah yang akan memperkuat ikatan perkawinan. HINDARI PERKATAAN DAN TINGKAH LAKU YANG TIDAK MENGHORMATI PERKAWINAN 10 Beberapa waktu yang lalu, seorang istri Kristen mengatakan, ”Saya berdoa kepada Yehuwa meminta kekuatan agar bisa bertahan.” Bertahan menghadapi apa? Ia menjelaskan, ”Suami saya suka memukul saya dengan kata-kata. Luka saya mungkin tidak kelihatan, tetapi kata-kata tajam yang terus ia lontarkan, seperti ’Kamu hanya jadi beban!’ dan ’Kamu ini tidak berguna!’ melukai hati saya.” Sang istri mengungkapkan sesuatu yang sangat serius, yaitu caci maki dalam perkawinan. 11 Betapa menyedihkan apabila suami istri dalam keluarga Kristen melontarkan kata-kata yang kejam kepada satu sama lain, yang menimbulkan luka emosi yang sulit disembuhkan! Perkawinan yang diwarnai kata-kata yang menyakitkan jelas-jelas tidak terhormat. Bagaimana perkawinan Saudara sehubungan dengan hal ini? Salah satu cara untuk mengetahuinya ialah dengan rendah hati menanyai teman hidup Saudara, ”Apa pengaruh kata-kataku padamu?” Jika teman hidup Saudara merasa bahwa kata-kata Saudara sering sekali melukai dia secara emosi, Saudara harus mau membuat perbaikan.—Galatia 5:15; baca Efesus 4:31. 12 Ingatlah bahwa penggunaan lidah Saudara dalam perkawinan memengaruhi hubungan Saudara dengan Yehuwa. Alkitab menyatakan, ”Jika seseorang menganggap dirinya orang 10, 11. (a) Tingkah laku seperti apa yang tidak menghormati perkawinan? (b) Pertanyaan apa yang hendaknya kita bicarakan dengan teman hidup kita? 12. Bagaimana ibadat seseorang bisa menjadi sia-sia dalam pandangan Allah? 126 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” yang beribadat namun tidak mengekang lidahnya, tetapi terus menipu hatinya, bentuk ibadat orang ini sia-sia.” (Yakobus 1:26) Tutur kata tidak dapat dipisahkan dari ibadat. Alkitab tidak mendukung pandangan bahwa apa pun yang terjadi di rumah tidak penting selama seseorang mengaku melayani Allah. Janganlah kiranya Saudara menipu diri. Hal ini serius. (Baca 1 Petrus 3:7.) Saudara boleh jadi terampil dan bersemangat, tetapi kalau Saudara dengan sengaja menyakiti teman hidup dengan kata-kata tajam, Saudara tidak menghormati perkawinan dan ibadat Saudara bisa dianggap sia-sia oleh Allah. 13 Teman hidup juga perlu waspada agar tidak menimbulkan luka emosi secara tidak langsung. Perhatikan dua contoh: Seorang ibu tak bersuami sering menelepon seorang pria Kristen sesidang yang sudah menikah untuk meminta nasihat darinya, dan mereka berbicara panjang lebar; seorang saudara Kristen lajang menggunakan banyak waktu setiap pekan bekerja sama dalam dinas pengabaran dengan seorang saudari Kristen yang sudah menikah. Orang-orang yang sudah menikah dalam contoh-contoh itu mungkin mempunyai niat baik. Namun, bagaimana pengaruh tindakan mereka atas teman hidup mereka? Seorang istri yang mengalami hal seperti itu mengatakan, ”Sungguh menyakitkan hati melihat suami saya memberikan begitu banyak waktu dan perhatian kepada saudari lain di sidang. Hal itu membuat saya merasa kurang berharga.” 14 Dapat dimengerti bahwa istri tersebut, dan orang-orang lain yang mengalami hal serupa dalam perkawinan, merasa sakit hati. Teman hidup mereka mengabaikan petunjuk Allah yang mendasar untuk perkawinan, ”Seorang pria akan meninggalkan bapaknya dan ibunya dan ia harus berpaut pada istrinya.” (Kejadian 2:24) Tentu, orang yang sudah menikah masih menghormati orang tua mereka. Tetapi menurut pengaturan Allah, kewajiban mereka kepada teman hidup harus diutamakan. Demikian pula, orang Kristen benar-benar mengasihi rekan-rekan seiman mereka, tetapi tanggung jawab mereka kepada teman hidup 13. Bagaimana teman hidup dapat menimbulkan luka emosi? 14. (a) Kewajiban apa dalam perkawinan yang ditandaskan di Kejadian 2:24? (b) Apa yang hendaknya kita tanyakan kepada diri sendiri? ”Hendaklah Pernikahan Terhormat” 127 harus diutamakan. Jadi, apabila seorang Kristen yang sudah menikah menggunakan terlalu banyak waktu atau terlalu akrab dengan rekan-rekan seiman, khususnya yang berlawanan jenis, ia menimbulkan ketegangan dalam perkawinan. Mungkinkah hal itu merupakan penyebab ketegangan dalam perkawinan Saudara? Tanyalah kepada diri sendiri, ’Apakah saya benar-benar memberikan kepada teman hidup saya waktu, perhatian, dan kasih sayang yang berhak ia peroleh?’ 128 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 15 Lagi pula, apabila seorang suami atau istri Kristen memberikan perhatian yang tidak pantas kepada lawan jenis yang bukan teman hidupnya, ia tidak bijaksana dan membahayakan dirinya. Sayang sekali, ada orang Kristen yang sudah menikah yang mengembangkan perasaan romantis kepada seseorang akibat ia terlalu akrab dengannya. (Matius 5:28) Akhirnya, ikatan emosi seperti itu mengarah ke tingkah laku yang semakin tidak menghormati perkawinan. Perhatikan apa yang rasul Paulus katakan tentang pokok ini. ’HENDAKLAH TEMPAT TIDUR PERNIKAHAN TANPA KECEMARAN’ 16 Segera setelah Paulus memberikan nasihat tegas agar ”pernikahan terhormat”, ia menambahkan peringatan, ”[Hendaklah] tempat tidur pernikahan tanpa kecemaran, karena Allah akan menghakimi orang yang melakukan percabulan dan pezina.” (Ibrani 13:4) Paulus menggunakan ungkapan ”tempat tidur pernikahan” untuk memaksudkan hubungan seksual. Hubungan tersebut ”tanpa kecemaran”, atau bersih secara moral, hanya jika dilakukan oleh pasangan suami istri. Karena itu, orang Kristen mengindahkan kata-kata terilham, ”Bersukacitalah dengan istri masa mudamu.”—Amsal 5:18. 17 Orang yang melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang bukan teman hidupnya sungguh tidak menghargai hukum-hukum moral Allah. Memang, banyak orang dewasa ini menganggap perzinaan sebagai hal biasa. Namun, pandangan apa pun yang mungkin dimiliki orang lain tentang perzinaan hendaknya tidak memengaruhi pandangan orang Kristen tentang hal itu. Mereka menyadari bahwa akhirnya, bukan manusia, melainkan ”Allah [yang] akan menghakimi orang yang 15. Menurut Matius 5:28, mengapa orang Kristen yang sudah menikah tidak boleh memberikan perhatian yang tidak pantas kepada lawan jenis? 16. Perintah apa yang Paulus berikan tentang perkawinan? 17. (a) Mengapa orang Kristen tidak boleh dipengaruhi oleh pandangan dunia tentang perzinaan? (b) Bagaimana kita dapat meniru teladan Ayub? ”Hendaklah Pernikahan Terhormat” 129 melakukan percabulan dan pezina”. (Ibrani 10:31; 12:29) Jadi, orang Kristen sejati berpaut pada pandangan Yehuwa tentang hal ini. (Baca Roma 12:9.) Ingatlah kata-kata Ayub, ”Suatu perjanjian telah kuadakan dengan mataku.” (Ayub 31:1) Ya, agar tidak sampai menginjakkan bahkan satu langkah pun pada jalan yang bisa mengarah ke perzinaan, orang Kristen sejati mengendalikan mata mereka dan tidak pernah dengan bernafsu melihat lawan jenis yang bukan teman hidup mereka.—Lihat Apendiks, halaman 219-221. 18 Dalam pandangan Yehuwa, seberapa seriuskah perzinaan? Hukum Musa membantu kita memahami perasaan Yehuwa tentang hal ini. Di Israel, perzinaan dan penyembahan berhala termasuk di antara pelanggaran yang mendatangkan hukuman mati. (Imamat 20:2, 10) Dapatkah Saudara melihat persamaan antara kedua hal itu? Nah, seorang Israel yang menyembah berhala melanggar perjanjiannya dengan Yehuwa. Demikian pula, seorang Israel yang berzina melanggar perjanjiannya dengan teman hidupnya. Penyembah berhala dan pezina sama-sama berkhianat. (Keluaran 19:5, 6; Ulangan 5:9; baca Maleakhi 2:14.) Jadi, keduanya tercela di hadapan Yehuwa, Allah yang setia dan dapat dipercaya.—Mazmur 33:4. 19 Memang, orang Kristen tidak berada di bawah Hukum Musa. Namun, dengan mengingat bahwa di Israel zaman dulu perzinaan dianggap sebagai dosa yang serius, seorang Kristen dapat memperkuat tekadnya untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Mengapa? Coba bandingkan: Apakah Saudara akan masuk ke sebuah gereja, lalu berlutut, dan berdoa di depan sebuah patung? Saudara akan mengatakan, ’Tentu saja tidak!’ Tetapi, apakah Saudara akan tergoda untuk melakukan hal itu kalau ditawari sejumlah besar uang? ’Mustahil!’ kata Saudara. Ya, sekadar membayangkan untuk mengkhianati Yehuwa dengan menyembah berhala benar-benar menjijikkan bagi orang Kristen sejati. Demikian pula, orang Kristen hendaknya merasa jijik 18. (a) Dalam pandangan Yehuwa, seberapa seriuskah perzinaan? (b) Apa persamaan antara perzinaan dan penyembahan berhala? 19. Apa yang dapat memperkuat tekad seseorang untuk menolak perzinaan, dan mengapa? 130 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” terhadap gagasan untuk mengkhianati Allah mereka, Yehuwa, maupun teman hidup mereka dengan melakukan perzinaan—tidak soal apa yang ditawarkan. (Mazmur 51:1, 4; Kolose 3:5) Kita tidak sudi menyenangkan Setan dengan melakukan perbuatan yang merendahkan Yehuwa dan perkawinan yang suci. CARA MEMPERKUAT IKATAN PERKAWINAN SAUDARA 20 Selain menghindari tingkah laku yang tidak menghormati perkawinan, langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk membangkitkan kembali rasa hormat Saudara kepada teman hidup? Untuk menjawabnya, kita akan mengumpamakan perkawinan seperti sebuah rumah. Kata-kata yang ramah, tindakan penuh perhatian, dan ungkapan penghargaan kepada teman hidup adalah bagaikan dekorasi yang memperindah sebuah rumah. Kalau Saudara merasa dekat kepada satu sama lain, perkawinan Saudara mirip sebuah rumah dengan dekorasi yang membuat suasananya ceria dan hangat. Jika kasih sayang Saudara memudar, dekorasi itu satu per satu hilang, sehingga perkawinan Saudara menjadi hambar bagaikan rumah tanpa dekorasi. Karena Saudara ingin menaati perintah Allah untuk menjaga ”pernikahan terhormat”, Saudara akan tergerak untuk memperbaiki situasinya. Ya, sesuatu yang berharga dan terhormat tentu layak diperbaiki. Bagaimana Saudara dapat melakukan hal itu? Firman Allah menyatakan, ”Dengan hikmat rumah tangga akan dibangun, dan dengan daya pengamatan itu akan berdiri teguh. Dan dengan pengetahuan, kamar-kamar sebelah dalamnya akan dipenuhi segala barang bernilai yang berharga dan menyenangkan.” (Amsal 24:3, 4) Pikirkan bagaimana kata-kata tersebut dapat diterapkan dalam perkawinan. 21 Barang-barang berharga yang memenuhi rumah tangga yang bahagia adalah sifat-sifat seperti kasih yang sejati, takut yang saleh, dan iman yang teguh. (Amsal 15:16, 17; 1 Petrus 1:7) Sifat-sifat itu menguatkan perkawinan. Tetapi, apakah Saudara memperhatikan bagaimana kamar-kamar bisa dipenuhi dengan 20. Apa yang terjadi dalam beberapa perkawinan? Berikan gambaran. 21. Bagaimana kita bisa berangsur-angsur memperkuat perkawinan kita? (Lihat juga kotak di halaman 131.) ”Hendaklah Pernikahan Terhormat” 131 BAGAIMANA PERKAWINAN SAYA BISA LEBIH BAIK? Prinsip: ”Hendaklah kamu masing-masing secara perorangan juga mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri; sebaliknya, istri harus memiliki respek yang dalam kepada suaminya.”—Efesus 5:33. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Sifat-sifat baik apa yang dimiliki teman hidup saya, dan bagaimana saya dapat menunjukkan bahwa saya menghargai dia?—Amsal 14:1; 31:29; 1 Petrus 3:1, 6; 4:8. ˇ Apakah saya menghormati teman hidup saya dengan berupaya memahami cara berpikir dan perasaannya? —Filipi 2:4. ˇ Apakah saya rela mengabaikan kekurangan teman hidup saya?—Matius 6:14, 15. ˇ Kapan saya terakhir kali mengungkapkan kasih sayang kepada teman hidup saya? —Kidung Agung 2:9-14. ˇ Tujuan rohani apa yang kami upayakan?—Matius 6:33, 34; 1 Korintus 9:24-27. ˇ Apa yang dapat saya lakukan untuk menganjurkan teman hidup saya membaca Alkitab dan membahas ayat harian bersama saya? 132 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” barang-barang berharga seperti di dalam kutipan dari buku Amsal di atas? ”Dengan pengetahuan”. Ya, jika diterapkan, pengetahuan Alkitab memiliki kuasa untuk mengubah cara berpikir orang dan menggerakkan mereka untuk mengobarkan kembali kasih mereka kepada satu sama lain. (Roma 12:2; Filipi 1:9) Maka, apabila Saudara dan teman hidup Saudara duduk bersama dan dengan tenang membahas ayat-ayat Alkitab, seperti ayat harian, atau artikel berdasarkan Alkitab tentang perkawinan dalam Menara Pengawal atau Sedarlah!, Saudara seolah-olah sedang meneliti dekorasi yang indah yang dapat mempercantik rumah Saudara. Apabila kasih kepada Yehuwa menggerakkan Saudara untuk menerapkan dalam perkawinan Saudara nasihat yang baru saja Saudara periksa, Saudara seolah-olah membawa dekorasi itu ke kamar-kamar di rumah Saudara. Maka, Saudara bisa menikmati lagi keceriaan dan kehangatan yang pernah Saudara rasakan dalam perkawinan Saudara. 22 Memang, mungkin dibutuhkan cukup banyak waktu dan upaya untuk memasang kembali dekorasi itu satu per satu. Namun, jika Saudara berupaya melakukan bagian Saudara, Saudara akan merasakan kepuasan yang dalam karena mengetahui bahwa Saudara menaati perintah Alkitab, ”Dalam hal memperlihatkan hormat, hendaklah saling mendahului.” (Roma 12:10; Mazmur 147:11) Yang terpenting, upaya yang sungguh-sungguh untuk menghormati perkawinan Saudara akan membuat Saudara tetap berada dalam kasih Allah. 22. Kepuasan apa yang dapat kita rasakan jika kita berupaya melakukan bagian kita dalam memperkuat perkawinan kita? PASAL 12 Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’ ”Jangan ada perkataan busuk yang keluar dari mulutmu melainkan perkataan apa pun yang baik, untuk membangun.”—EFESUS 4:29. SEANDAINYA Saudara memberikan hadiah kepada orang yang Saudara kasihi, bagaimana perasaan Saudara kalau ia sengaja menyalahgunakannya? Katakanlah Saudara memberinya sebuah mobil, dan belakangan Saudara mendengar bahwa ia mengemudikannya secara ugal-ugalan sehingga mencederai orang lain. Saudara tentu kecewa, bukan? 2 Kemampuan untuk mengucapkan kata-kata yang dapat dimengerti adalah karunia dari Yehuwa, Pemberi ”setiap pemberian yang baik dan setiap hadiah yang sempurna”. (Yakobus 1:17) Karunia ini, yang membedakan manusia dengan hewan, memungkinkan kita menyampaikan bukan hanya pikiran melainkan juga perasaan kita kepada orang lain. Tetapi, seperti kendaraan bermotor, karunia berbicara dapat disalahgunakan. Yehuwa pasti kecewa apabila karunia tersebut digunakan dengan sembarangan, sehingga menyakiti dan memedihkan hati orang lain! 3 Agar tetap berada dalam kasih Allah, kita harus menggunakan karunia berbicara sesuai dengan maksud sang Pemberi. Yehuwa menyatakan dengan jelas tutur kata apa yang menyenangkan Dia. Firman-Nya mengatakan, ”Jangan ada perkataan busuk yang keluar dari mulutmu melainkan perkataan apa pun yang baik, untuk membangun sesuai dengan kebutuhan, 1-3. (a) Apa salah satu karunia yang Yehuwa berikan kepada kita, dan bagaimana karunia itu dapat disalahgunakan? (b) Agar tetap berada dalam kasih Allah, bagaimana kita harus menggunakan karunia berbicara? Kata-kata yang menenteramkan akan menyegarkan sehingga itu memberikan apa yang baik kepada para pendengar.” (Efesus 4:29) Mari kita bahas mengapa kita perlu selalu menjaga tutur kata kita, tutur kata apa yang harus dihindari, dan apa yang harus kita lakukan agar dapat mengatakan apa yang ’baik untuk membangun’, atau membina. MENGAPA KITA PERLU MENJAGA TUTUR KATA KITA Salah satu alasan penting kita perlu menjaga tutur kata ialah karena kata-kata memiliki kuasa. Amsal 15:4 mengatakan, ”Lidah yang tenang adalah pohon kehidupan, tetapi lidah yang menyimpang menghancurkan semangat.”1 Sama seperti air menyegarkan kembali pohon yang layu, kata-kata yang menenteramkan dari lidah yang tenang dapat membangkitkan semangat orang yang mendengarnya. Sebaliknya, kata-kata yang belat-belit dari lidah yang menyimpang dapat menjatuhkan semangat orang lain. Ya, perkataan kita memiliki kuasa untuk melukai atau menyembuhkan.—Amsal 18:21. 5 Sebuah peribahasa lain dengan jelas menggambarkan kuasa kata-kata, ”Ada orang yang berbicara tanpa dipikir bagaikan dengan tikaman-tikaman pedang.” (Amsal 12:18) Kata-kata yang diucapkan dengan tergesa-gesa tanpa dipikir dulu dapat 4 1 Kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi ”menyimpang” di Amsal 15:4 dapat juga berarti ”bengkok, sesat”. 4, 5. Bagaimana beberapa peribahasa Alkitab menggambarkan kuasa kata-kata? Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’ 135 menimbulkan luka emosi yang dalam dan merusak hubungan. Apakah hati Saudara pernah terluka oleh tikaman pedang kata-kata? Sebaliknya, peribahasa yang sama mengatakan, ”Lidah orang-orang berhikmat adalah penyembuhan.” Kata-kata yang penuh timbang rasa dari orang yang memperlihatkan hikmat dari Allah dapat menyembuhkan hati yang sakit dan memulihkan hubungan. Pernahkah Saudara merasakan kuasa penyembuhan dari kata-kata yang pengasih? (Baca Amsal 16:24.) Menyadari bahwa ucapan seseorang memiliki kuasa, kita tentu ingin agar tutur kata kita menyembuhkan, bukannya menyakiti orang lain. 6 Tidak soal seberapa keras kita berusaha, kita tidak dapat mengendalikan lidah kita sepenuhnya. Maka, inilah alasan kedua untuk terus menjaga tutur kata kita: Dosa dan ketidaksempurnaan membuat kita cenderung menyalahgunakan lidah kita. Kata-kata berasal dari hati, dan ”kecenderungan hati manusia itu jahat”. (Kejadian 8:21; Lukas 6:45) Jadi, kita perlu berjuang keras untuk mengekang lidah kita. (Baca Yakobus 3:2-4.) Walaupun kita tidak dapat mengendalikannya dengan sempurna, kita dapat terus berupaya memperbaiki penggunaan lidah kita. Sama seperti orang yang berusaha berenang ke hulu harus terus melawan arus, kita harus terus melawan kecenderungan untuk menyalahgunakan lidah akibat adanya dosa. 7 Alasan ketiga untuk menjaga tutur kata kita ialah Yehuwa akan meminta pertanggungjawaban kita sehubungan dengan kata-kata kita. Penggunaan lidah tidak hanya memengaruhi hubungan kita dengan sesama tetapi juga kedudukan kita di hadapan Yehuwa. Yakobus 1:26 mengatakan, ”Jika seseorang menganggap dirinya orang yang beribadat namun tidak mengekang lidahnya, tetapi terus menipu hatinya, bentuk ibadat orang ini sia-sia.”1 Sebagaimana kita lihat dalam pasal 1 Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”sia-sia” juga diterjemahkan menjadi ”tidak ada gunanya”.—1 Korintus 15:17. 6. Mengapa kita perlu berjuang keras untuk mengendalikan lidah kita? 7, 8. Pertanggungjawaban apa yang Yehuwa minta dari kita sehubungan dengan kata-kata kita? 136 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” sebelumnya, tutur kata tidak bisa dipisahkan dari ibadat. Jika lidah kita tidak terkendali—menyemburkan kata-kata yang jahat dan menyakitkan—semua perbuatan kita sebagai orang Kristen dapat dianggap sia-sia dalam pandangan Allah. Bukankah hal itu layak kita pikirkan dengan serius?—Yakobus 3:8-10. 8 Jelaslah, kita memiliki alasan yang kuat untuk berhati-hati agar tidak menyalahgunakan karunia berbicara. Sebelum kita mengulas jenis perkataan sehat yang membina, mari kita bahas tutur kata yang jelas-jelas harus disingkirkan dari kehidupan seorang Kristen sejati. TUTUR KATA YANG MENJATUHKAN Kata-kata cabul. Sumpah serapah, kata-kata kotor, dan kata-kata serupa yang cabul biasa digunakan di dunia dewasa ini. Untuk menandaskan kata-kata mereka atau karena tidak mengetahui kata yang tepat, banyak orang menggunakan kata-kata makian. Para pelawak sering menggunakan kata-kata yang tidak pantas, yang bernuansa seksual untuk membuat orang tertawa. Tetapi, kata-kata cabul tidak boleh dianggap lelucon. Kira-kira 2.000 tahun yang lalu, rasul Paulus menasihati sidang Kolose agar menyingkirkan ”perkataan cabul”. (Kolose 3:8) Paulus memberi tahu sidang Efesus bahwa ”senda gurau cabul” termasuk di antara hal-hal yang ”disebut saja pun jangan di antara” orang-orang Kristen sejati.—Efesus 5:3, 4. 10 Perkataan yang cabul menjijikkan bagi Yehuwa. Perkataan seperti itu juga menjijikkan bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Ya, kasih kepada Yehuwa menggerakkan kita untuk membuang kata-kata cabul. Ketika menyebutkan apa yang termasuk dalam ”perbuatan daging”, Paulus mencantumkan ”kenajisan”, yang bisa mencakup tutur kata yang tidak bersih. (Galatia 5:19-21) Hal ini serius. Seseorang dapat dipecat dari sidang jika ia tidak bertobat sekalipun telah berulang kali dinasihati dan terus menggunakan kata-kata yang menonjolkan 9 9, 10. (a) Kata-kata macam apa yang biasa digunakan di dunia dewasa ini? (b) Mengapa kita perlu membuang kata-kata cabul? (Lihat juga catatan kaki.) Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’ 137 atau mengarah ke hal-hal yang sangat amoral, bejat dan bersifat merusak.1 11 Gosip yang berbahaya, fitnah. Gosip adalah obrolan ringan tentang orang-orang dan kehidupan mereka. Apakah gosip selalu berbahaya? Tidak, kalau yang dimaksud adalah percakapan yang tidak merugikan, misalnya tentang sesuatu yang bermanfaat atau kabar baik, seperti siapa yang baru dibaptis atau siapa yang membutuhkan kata-kata anjuran. Orang Kristen abad pertama sangat berminat akan kesejahteraan satu sama lain dan memberikan informasi yang pantas tentang rekanrekan seiman. (Efesus 6:21, 22; Kolose 4:8, 9) Tetapi, gosip dapat berbahaya kalau fakta diputarbalikkan atau urusan pribadi dibeberkan. Yang lebih serius lagi, gosip bisa mengarah ke fitnah, yang selalu merugikan. Fitnah adalah ”tuduhan palsu . . . yang menodai dan merusak nama baik seseorang”. Orang Farisi, misalnya, menggunakan fitnah yang jahat dalam upaya menjelek-jelekkan Yesus. (Matius 9:32-34; 12:22-24) Fitnah sering menimbulkan pertengkaran.—Amsal 26:20. 12 Yehuwa tidak menganggap enteng penyalahgunaan karunia berbicara untuk merusak nama baik atau menimbulkan perpecahan. Ia membenci orang yang menimbulkan ”pertengkaran di antara saudara-saudara”. (Amsal 6:16-19) Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”pemfitnah” adalah di·abo·los, yang juga digunakan sebagai gelar bagi Setan. Ia adalah si ”Iblis”, makhluk jahat yang memfitnah Allah. (Penyingkapan 12:9, 10) Kita tentu ingin menghindari tutur kata yang pada dasarnya akan menjadikan kita sama seperti si Iblis. Di sidang 1 Sebagaimana digunakan dalam Alkitab, ”kenajisan” adalah kata yang luas maknanya yang dapat mencakup banyak macam dosa. Meskipun tidak semua kenajisan patut dikenai tindakan pengadilan, seseorang dapat dikeluarkan dari sidang jika ia terus melakukan kenajisan yang menjijikkan dan tidak mau bertobat.—2 Korintus 12:21; Efesus 4:19; lihat ”Pertanyaan Pembaca” di Menara Pengawal 15 Juli 2006. 11, 12. (a) Apa gosip itu, dan bagaimana gosip dapat menjadi berbahaya? (b) Mengapa para penyembah Yehuwa harus menghindari percakapan yang bersifat memfitnah? 138 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” tidak boleh ada perkataan yang bersifat memfitnah yang memicu perbuatan daging seperti ”pertengkaran” dan ”perpecahan”. (Galatia 5:19-21) Jadi, sebelum meneruskan berita tentang seseorang, bertanyalah kepada diri sendiri: ’Apakah berita itu benar? Apakah pengasih untuk meneruskannya? Apakah perlu atau bijaksana untuk menyampaikan informasi ini?’—Baca 1 Tesalonika 4:11. 13 Cacian. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, kata-kata memiliki kuasa untuk menyakiti. Memang, kadang-kadang karena ketidaksempurnaan manusia, kita semua mengatakan hal-hal yang belakangan kita sesali. Tetapi, Alkitab memberikan peringatan terhadap kebiasaan berbicara yang sama sekali tidak boleh ada di rumah seorang Kristen atau di sidang. Paulus menasihati orang Kristen, ”Biarlah semua kebencian dan kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian disingkirkan darimu.” (Efesus 4:31) Dalam terjemahan lain, kata ”cacian” diterjemahkan menjadi ”kata-kata yang jahat”, ”kata-kata yang melukai”, dan ”kata-kata penghinaan”. Cacian, seperti julukan yang merendahkan, dan kritikan tajam yang terus-menerus dilontarkan, bisa menyebabkan seseorang kehilangan harga dirinya sehingga ia merasa tidak berharga. Hati anak-anak, yang lembut dan penuh kepercayaan, sangat mudah terkena dampak yang menghancurkan dari cacian.—Kolose 3:21. 14 Dengan kata-kata yang sangat tandas, Alkitab mengutuk cercaan, yaitu kebiasaan menjelekkan orang dengan kata-kata yang bersifat menghina atau merendahkan harga dirinya. Seseorang yang terbiasa menggunakan kata-kata semacam itu membahayakan dirinya, sebab seorang pencerca dapat disingkirkan dari sidang kalau ia tidak mengindahkan upaya yang berulang kali dibuat untuk membantunya berubah. Kalau ia tidak berubah, ia juga bisa kehilangan berkat Kerajaan. (1 Korintus 5:11-13; 6:9, 10) Jadi, jelaslah, kita pasti tidak bisa tetap 13, 14. (a) Dampak apa yang bisa ditimbulkan oleh cacian atas para pendengarnya? (b) Apa cercaan itu, dan mengapa seorang pencerca membahayakan dirinya? Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’ 139 berada dalam kasih Allah jika kita terbiasa mengucapkan katakata yang tidak sehat, tidak benar, atau tidak pengasih. Katakata seperti itu menjatuhkan. PERKATAAN YANG ’BAIK UNTUK MEMBANGUN’ Bagaimana kita dapat menggunakan karunia berbicara sesuai dengan yang dimaksudkan oleh sang Pemberi? Ingatlah bahwa Firman Allah mendesak kita untuk mengucapkan ”perkataan apa pun yang baik, untuk membangun”. (Efesus 4:29) Yehuwa senang apabila perkataan kita membina, membangkitkan semangat, dan menguatkan orang lain. Maka, kita perlu berpikir baik-baik sebelum berbicara. Alkitab tidak memberikan peraturan khusus yang harus diikuti, dan juga tidak mencantumkan apa saja jenis ’perkataan sehat’ yang diperkenan. (Titus 2:8) Agar dapat mengucapkan perkataan yang ’baik untuk membangun’, ada baiknya kita mengingat tiga hal sederhana tetapi penting yang menjadi ciri tutur kata yang membina, yaitu sehat, benar, dan pengasih. Sambil mengingat hal-hal tersebut, mari kita bahas beberapa contoh tutur kata yang membina.—Lihat kotak ”Apakah Tutur Kata Saya Membina?” di halaman 140. 16 Pujian yang tulus. Yehuwa maupun Yesus mengakui perlunya kata-kata pujian dan perkenan. (Matius 3:17; 25:1923; Yohanes 1:47) Sebagai orang Kristen, sebaiknya kita juga memberikan pujian yang tulus kepada orang lain. Alasannya? ”Sepatah kata pada waktu yang tepat oh, betapa baiknya!” kata Amsal 15:23. Bertanyalah kepada diri sendiri: ’Bagaimana perasaan saya sewaktu menerima pujian yang tulus? Tidakkah saya merasa puas dan besar hati?’ Ya, kata-kata pujian yang tulus memberi tahu Saudara bahwa ada yang memperhatikan Saudara, bahwa ada yang peduli, dan bahwa apa yang Saudara lakukan benar-benar tidak sia-sia. Kata-kata yang menghibur hati seperti itu membina keyakinan Saudara dan 15 15. Jelaskan apa perkataan ”yang baik untuk membangun” itu. 16, 17. (a) Mengapa kita perlu memuji orang lain? (b) Kesempatan apa yang ada untuk memuji orang lain di sidang? dalam keluarga? 140 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” APAKAH TUTUR KATA SAYA MEMBINA? Prinsip: ”Hendaklah ucapanmu selalu menyenangkan.”—Kolose 4:6. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Kapan saya terakhir kali memberikan pujian yang tidak hanya bersifat umum, tetapi spesifik?—1 Korintus 11:2; Penyingkapan 2:1-3. ˇ Apakah saya menunjukkan hormat kepada orang lain dengan mengatakan tolong dan terima kasih? —Kejadian 13:14; Yohanes 11:41. ˇ Sewaktu mengobrol, apakah saya lebih banyak berbicara tentang diri sendiri, atau apakah saya juga berminat akan pikiran dan perasaan orang lain? —Filipi 2:3, 4; Yakobus 1:19. ˇ Apakah informasi yang saya miliki tentang seseorang saya gunakan untuk membina dia atau untuk menjatuhkan dia? —Amsal 15:1, 2. ˇ Bagaimana perasaan saya terhadap kata-kata yang tidak sopan, dan pandangan saya tentang hal itu mengungkapkan apa tentang isi hati saya?—Lukas 6:45; Yakobus 3:10, 11. Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’ 141 menggerakkan Saudara untuk bekerja dengan lebih bersungguh-sungguh lagi di kemudian hari. Karena Saudara bersyukur sewaktu menerima pujian, tidakkah seharusnya Saudara juga berusaha keras untuk memberikan pujian kepada orang lain? —Baca Matius 7:12. 17 Berlatihlah untuk mencari hal-hal baik dalam diri orang lain, kemudian berikan pujian. Di sidang, Saudara mungkin mendengar khotbah yang dikembangkan dengan baik di salah satu acara perhimpunan, memperhatikan seorang remaja sedang berupaya meraih cita-cita rohani, atau mengamati seorang lansia dengan setia menghadiri perhimpunan meskipun memiliki keterbatasan karena usia. Kata-kata pujian yang tulus bisa menyentuh hati orang-orang tersebut dan menguatkan mereka secara rohani. Dalam keluarga, suami dan istri perlu mendengar kata-kata pujian dan penghargaan yang tulus dari satu sama lain. (Amsal 31:10, 28) Anak-anak khususnya akan bertumbuh dengan sejahtera apabila merasa diperhatikan dan dihargai. Pujian dan perkenan bagi seorang anak adalah bagaikan sinar matahari dan air bagi tanaman. Orang tua, carilah kesempatan untuk memuji anak-anak Saudara atas sifat-sifat dan upaya mereka yang baik. Pujian seperti itu dapat membangun keberanian dan keyakinan dalam diri anak-anak Saudara dan mendorong mereka untuk berupaya lebih keras lagi dalam melakukan apa yang benar. 18 Penghiburan. Yehuwa sangat memperhatikan ”orang yang rendah hati” dan ”orang-orang yang remuk”. (Yesaya 57:15) Firman-Nya mendesak kita untuk ’terus menghibur satu sama lain’ dan ’menghibur jiwa-jiwa yang tertekan’. (1 Tesalonika 5:11, 14) Kita dapat yakin bahwa Allah melihat dan menghargai upaya kita untuk menguatkan dan menghibur rekan-rekan seiman yang sedang sedih. 19 Tetapi, apa yang dapat Saudara katakan untuk membina seorang rekan Kristen yang merasa kecil hati atau tertekan? 18, 19. Mengapa kita perlu berupaya keras untuk menguatkan dan menghibur rekan-rekan seiman, dan bagaimana kita dapat melakukannya? 142 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Jangan merasa Saudara haYehuwa senang jika rus menyelesaikan masalahperkataan kita membina nya. Banyak contoh memorang lain perlihatkan bahwa kata-kata yang sederhana sering kali sangat bermanfaat. Yakinkan orang yang patah semangat itu bahwa Saudara peduli. Ajaklah orang yang kecil hati itu berdoa bersama dengan suara keras; Saudara dapat meminta Yehuwa membantu dia menyadari bahwa orang lain dan Allah sangat mengasihinya. (Yakobus 5:14, 15) Pulihkan kepercayaannya bahwa ia dibutuhkan dan dihargai sebagai anggota sidang. (1 Korintus 12:12-26) Bacakan sebuah ayat yang membesarkan hati untuk meyakinkan dia bahwa Yehuwa benar-benar peduli kepadanya sebagai pribadi. (Mazmur 34:18; Matius 10:29-31) Dengan menggunakan cukup banyak waktu untuk menyampaikan ”perkataan yang baik” kepada orang yang putus asa itu dan berbicara dari hati, ia tentu akan terbantu untuk merasa dikasihi dan dihargai.—Baca Amsal 12:25. 20 Nasihat yang ampuh. Sebagai makhluk yang tidak sempurna, kita semua perlu mendapat nasihat dari waktu ke waktu. Alkitab menganjurkan kita, ”Dengarkanlah nasihat dan terimalah disiplin, agar engkau menjadi berhikmat di masa depanmu.” (Amsal 19:20) Bukan hanya para penatua yang bisa memberikan nasihat kepada orang lain. Orang tua menasihati anak-anak. (Efesus 6:4) Saudari-saudari yang matang mungkin perlu menasihati wanita yang lebih muda. (Titus 2:3-5) Kasih 20, 21. Apa saja yang membuat sebuah nasihat ampuh? Katakanlah Apa ’yang Baik untuk Membangun’ 143 akan orang lain menggerakkan kita untuk ingin memberikan nasihat yang dapat diterima oleh si pendengar tanpa merasa tertekan. Apa yang dapat membantu kita memberikan nasihat seperti itu? Perhatikan tiga hal yang membuat nasihat lebih ampuh: sikap sang penasihat dan tujuannya menasihati, dasar untuk nasihat itu, dan caranya nasihat diberikan. 21 Nasihat yang ampuh berawal dari sang penasihat. Tanyalah kepada diri sendiri, ’Apa yang membuat sebuah nasihat mudah saya terima?’ Kalau Saudara tahu bahwa orang yang menasihati Saudara peduli kepada Saudara, tidak berbicara karena sedang kesal, dan tidak mempunyai maksud yang tersembunyi, nasihat itu lebih mudah diterima. Jadi, apabila Saudara menasihati orang lain, bukankah sikap dan tujuan Saudara sepatutnya juga begitu? Nasihat yang manjur juga didasarkan pada Firman Allah. (2 Timotius 3:16) Entah berupa kutipan langsung dari Alkitab atau bukan, nasihat apa pun yang kita berikan harus berdasarkan Alkitab. Maka, para penatua hendaknya berhati-hati agar tidak memaksakan pandangan pribadi mereka kepada orang lain; juga tidak memutarbalikkan Alkitab, sehingga tampak seolah-olah Alkitab mendukung pandangan pribadi. Nasihat juga akan lebih jitu kalau disampaikan dengan cara yang benar. Nasihat yang digarami dengan kebaikan hati lebih mudah diterima dan tidak membuat si penerima kehilangan martabatnya.—Kolose 4:6. 22 Jelaslah, tutur kata adalah karunia yang berharga dari Allah. Kasih kepada Yehuwa hendaknya menggerakkan kita untuk menggunakan karunia itu dan tidak menyalahgunakannya. Hendaklah kita ingat bahwa perkataan kita memiliki kuasa—kuasa untuk membina atau menjatuhkan. Maka, marilah kita berupaya keras menggunakan karunia ini sesuai dengan yang dimaksudkan oleh sang Pemberi, yaitu ”untuk membangun”. Dengan demikian, tutur kata kita akan menyegarkan orang-orang di sekitar kita dan membantu kita tetap berada dalam kasih Allah. 22. Apa tekad Saudara sehubungan dengan penggunaan karunia berbicara? PASAL 13 Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah ”Teruslah pastikan apa yang diperkenan Tuan.”—EFESUS 5:10. ”PARA penyembah yang benar,” kata Yesus, ”akan menyembah Bapak dengan roh dan kebenaran, karena, sesungguhnya, Bapak mencari orang-orang yang seperti itu supaya mereka menyembah dia.” (Yohanes 4:23) Pada waktu Yehuwa menemukan orang-orang seperti itu—sebagaimana Ia menemukan Saudara—Ia menarik mereka kepada-Nya dan kepada Putra-Nya. (Yohanes 6:44) Benar-benar suatu kehormatan! Tetapi, para pencinta kebenaran Alkitab harus ’terus memastikan apa yang diperkenan Tuan’, sebab Setan adalah penipu ulung.—Efesus 5:10; Penyingkapan 12:9. 2 Perhatikan apa yang terjadi di dekat Gunung Sinai ketika orang Israel meminta Harun membuatkan suatu allah untuk mereka. Harun dengan berat hati menuruti keinginan mereka, lalu membuat sebuah anak lembu emas tetapi dia secara tidak langsung menyatakan bahwa patung itu melambangkan Yehuwa. ”Besok ada perayaan bagi Yehuwa,” katanya. Apakah Yehuwa bersikap masa bodoh terhadap peleburan agama yang sejati dengan yang palsu? Tidak. Atas perintah-Nya, kira-kira 3.000 penyembah berhala dibunuh. (Keluaran 32:1-6, 10, 28) Hikmahnya? Jika kita ingin tetap berada dalam kasih Allah, kita tidak boleh ”menyentuh apa pun yang najis” dan harus dengan sungguh-sungguh menjaga kebenaran tetap bersih dari apa pun 1. Orang-orang seperti apa yang Yehuwa tarik kepada-Nya, dan mengapa mereka harus tetap waspada secara rohani? 2. Jelaskan bagaimana Yehuwa memandang orang yang mencoba melebur agama yang sejati dengan yang palsu. Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah 145 yang bersifat merusak.—Yesaya 52:11; Yehezkiel 44:23; Galatia 5:9. 3 Sayang sekali, setelah kematian para rasul, yang menjadi penahan kemurtadan, orang Kristen palsu yang tidak mengasihi kebenaran mulai menerima berbagai kebiasaan, perayaan, dan hari raya kafir, yang mereka beri cap Kristen. (2 Tesalonika 2: 7, 10) Kalau Saudara perhatikan, beberapa perayaan tersebut tidak mencerminkan roh Allah, tetapi roh dunia. Umumnya, berbagai perayaan duniawi memiliki kesamaan, yaitu memikat keinginan daging dan mendukung kepercayaan agama palsu serta spiritisme. Semua ini adalah ciri khas ”Babilon Besar”.1 (Penyingkapan 18:2-4, 23) Ingatlah juga bahwa Yehuwa melihat sendiri kebiasaan agama kafir yang menjijikkan yang menjadi sumber dari banyak kebiasaan yang sudah umum. Tidak diragukan, dewasa ini pun Ia merasa jijik terhadap perayaan-perayaan seperti itu. Tidakkah kita seharusnya menganggap pandangan-Nya tersebut sangat penting?—2 Yohanes 6, 7. 4 Sebagai orang Kristen sejati, kita tahu bahwa perayaan-perayaan tertentu tidak menyenangkan Yehuwa. Tetapi, kita harus memiliki tekad kuat dalam hati untuk tidak merayakannya sama sekali. Tinjauan kembali tentang alasan Yehuwa tidak senang dengan perayaan seperti itu akan memperkuat tekad kita untuk menghindari apa pun yang bisa menghalangi kita tetap berada dalam kasih Allah. NATAL—NAMA BARU UNTUK PENYEMBAHAN MATAHARI 5 Alkitab tidak menyebutkan perayaan hari lahir untuk Yesus. Malah, tanggal lahirnya tidak diketahui dengan pasti. Tetapi, kita dapat yakin bahwa ia tidak lahir pada tanggal 25 Desember 1 Lihat kotak ”Bolehkah Saya Ikut Merayakannya?” di halaman 148-149. Sejumlah hari raya dan perayaan tertentu disebutkan dalam Indeks Publikasi Menara Pengawal, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. 3, 4. Mengapa kita harus memperhatikan baik-baik prinsip Alkitab sewaktu memeriksa kebiasaan dan perayaan yang sudah umum? 5. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember? 146 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” di musim dingin di bagian dunia tersebut.1 Karena menurut catatan Lukas, ketika Yesus dilahirkan, ”ada gembala-gembala yang tinggal di tempat terbuka” yang sedang menjaga kambingdomba mereka. (Lukas 2:8-11) Seandainya mereka biasa ”tinggal di tempat terbuka” sepanjang tahun, keterangan itu tidak penting. Tetapi, karena di Betlehem ada banyak hujan dan salju selama musim dingin, kawanan ternak dibawa ke kandang dan para gembala tidak mungkin ”tinggal di tempat terbuka”. Selain itu, Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem karena Kaisar Agustus memerintahkan sensus penduduk. (Lukas 2:1-7) Sangat kecil kemungkinannya Kaisar akan memerintahkan rakyat yang sudah merasa kesal terhadap pemerintah Romawi untuk mengadakan perjalanan ke kota leluhur mereka pada saat yang paling dingin di musim dingin. 6 Natal tidak berasal dari Alkitab, tetapi dari perayaan-perayaan kafir kuno, seperti Saturnalia, yang dirayakan orang Romawi untuk Saturnus, dewa pertanian. Di samping itu, menurut perhitungan mereka, pada tanggal 25 Desember para penyembah Dewa Mitra merayakan ”hari lahir matahari yang tak terkalahkan”, kata New Catholic Encyclopedia. ”Natal mulai dirayakan pada masa manakala penyembahan matahari sangat berpengaruh di Roma”, sekitar tiga abad setelah kematian Kristus. 7 Selama perayaan mereka, orang kafir bertukar hadiah dan mengadakan jamuan makan besar—kebiasaan yang dipertahankan dalam Natal. Tetapi, sama seperti sekarang, pemberian hadiah pada musim perayaan pada zaman Romawi itu kebanyakan tidak diberikan dengan semangat 2 Korintus 9:7, yang menyatakan, ”Hendaklah masing-masing melakukan sebagaimana yang telah ia putuskan dalam hatinya, tidak dengan enggan atau dengan terpaksa, karena Allah mengasihi pemberi yang bersuka1 Berdasarkan perhitungan waktu Alkitab dan sejarah dunia, Yesus mungkin lahir pada tahun 2 SM di bulan Etanim penanggalan Yahudi, yang jatuh pada bulan September/Oktober penanggalan kita sekarang.—Lihat Pemahaman Alkitab, Jilid 2, halaman 1251-1252, diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. 6, 7. (a) Apa asal usul banyak kebiasaan Natal? (b) Apa bedanya pemberian hadiah pada waktu Natal dan pemberian dari orang Kristen? Orang Kristen sejati memberi berdasarkan kasih cita.” Orang Kristen sejati memberi berdasarkan kasih, tanpa terikat pada tanggal-tanggal tertentu, dan tidak mengharapkan balasan. (Lukas 14:12-14; baca Kisah 20:35.) Selain itu, mereka sangat bersyukur karena telah dibebaskan dari hiruk pikuk Natal dan utang yang sangat membebani banyak orang pada saatsaat tersebut.—Matius 11:28-30; Yohanes 8:32. 8 Tetapi, ada yang mungkin menyatakan, ”Bukankah para ahli nujum memberikan hadiah pada waktu Yesus lahir?” Tidak. Hadiah yang mereka berikan hanyalah suatu cara untuk menyatakan hormat kepada seseorang yang penting, suatu kebiasaan yang umum pada zaman Alkitab. (1 Raja 10:1, 2, 10, 13; Matius 2:2, 11) Malah, mereka tidak datang pada malam kelahiran Yesus. Pada waktu mereka tiba, Yesus bukan lagi bayi yang ditidurkan di palungan, melainkan sudah berumur beberapa bulan dan tinggal di sebuah rumah. 8. Apakah para ahli nujum memberikan hadiah pada waktu Yesus lahir? Jelaskan. 148 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” BOLEHKAH SAYA IKUT MERAYAKANNYA? Prinsip: ” ’Keluarlah dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu,’ kata Yehuwa, ’dan berhentilah menyentuh perkara yang najis’ ”; ” ’dan aku akan menerima kamu.’ ”—2 Korintus 6:17. Pertanyaan untuk diri sendiri tentang perayaan atau kebiasaan yang sudah umum ˇ Apakah perayaan itu jelas berasal dari kebiasaan atau ajaran agama palsu, termasuk spiritisme? —Yesaya 52:11; 1 Korintus 4:6; 2 Korintus 6:14-18; Penyingkapan 18:4. ˇ Apakah perayaan itu memberikan hormat atau sanjungan yang berlebihan kepada seorang manusia, suatu organisasi, atau lambang nasional?—Yeremia 17:5-7; Kisah 10:25, 26; 1 Yohanes 5:21. ˇ Apakah perayaan itu mengunggulkan satu bangsa atau suku?—Kisah 10:34, 35; 17:26. ˇ Apakah perayaan itu mencerminkan ”roh dunia”, yang bertentangan dengan roh kudus Allah? —1 Korintus 2:12; Efesus 2:2. ˇ Dengan ikut merayakannya, apakah saya bisa membuat orang lain tersandung?—Roma 14:21. ˇ Kalau saya memilih untuk tidak ikut merayakannya, bagaimana saya akan menjelaskan alasannya dengan sopan?—Roma 12:1, 2; Kolose 4:6. Ayat-ayat berikut bisa membantu menjawab pertanyaan tentang perayaan yang sudah umum: ˇ ”[Orang-orang Israel yang tidak setia] membaur dengan bangsa-bangsa dan mempelajari pekerjaan-pekerjaannya.”—Mazmur 106:35. Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah ˇ ”Orang yang setia dalam perkara kecil juga setia dalam perkara besar, dan orang yang tidak adil-benar dalam perkara kecil juga tidak adil-benar dalam perkara besar.”—Lukas 16:10. ˇ ”Kamu bukan bagian dari dunia.”—Yohanes 15:19. ˇ ”Kamu tidak dapat mengambil bagian dari ’meja Yehuwa’ dan juga meja hantu-hantu.”—1 Korintus 10:21. ˇ ”Selama waktu yang telah lewat kamu sudah cukup melakukan kehendak bangsa-bangsa, bertingkah laku bebas, bertindak dengan hawa nafsu, minum anggur dengan berlebihan, berpesta pora, melakukan perlombaan minum dan penyembahan berhala yang menyalahi hukum.”—1 Petrus 4:3. 149 150 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” HARI LAHIR MENURUT ALKITAB Meskipun kelahiran bayi selalu sangat membahagiakan, Alkitab tidak menyebutkan ada hamba Allah yang merayakan hari lahirnya. (Mazmur 127:3) Apakah hal ini mungkin terlupakan? Tidak, karena Alkitab menyebutkan dua perayaan hari lahir—yang diadakan oleh seorang Firaun Mesir dan Herodes Antipas. (Baca Kejadian 40:20-22; Markus 6:21-29.) Tetapi, kedua peristiwa itu meninggalkan kesan buruk—terutama yang terakhir, yang menyebabkan Yohanes Pembaptis dipancung. 10 Menurut The World Book Encyclopedia, ”Orang Kristen masa awal menganggap perayaan kelahiran sebagai kebiasaan 9 9. Apa yang patut diperhatikan tentang perayaan hari lahir yang disebutkan dalam Alkitab? 10, 11. Bagaimana pandangan orang Kristen masa awal tentang perayaan hari lahir, dan mengapa? HARI-HARI RAYA DAN SETANISME Menarik untuk memperhatikan bahwa hari yang paling penting dalam agama yang disebut Setanisme adalah hari lahir seseorang. Mengapa? Karena para penganutnya percaya bahwa setiap orang adalah allah kalau ia memang menganggap dirinya allah. Jadi, merayakan hari lahir seseorang berarti merayakan kelahiran suatu allah. Tentu, kebanyakan orang tidak memiliki pandangan yang begitu tinggi dan muluk tentang dirinya. Meskipun demikian, buku The Lore of Birthdays mengatakan, ”Hari raya lain membesarkan hati, tetapi hari ulang tahun membesarkan ego.” Hari raya paling ”kudus” kedua pada penanggalan kaum Setanis adalah Malam Walpurga dan Halloween. Menurut Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, Malam Walpurga adalah ”malam May Day saat para tukang sihir konon mengadakan perjalanan menuju tempat pertemuan yang telah ditentukan”. Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah 151 kafir.” Orang Yunani zaman dulu, misalnya, percaya bahwa setiap orang mempunyai roh pelindung yang menungguinya sewaktu dia lahir dan setelah itu menjaga dia. Roh itu ”mempunyai hubungan gaib dengan dewa yang hari kelahirannya sama dengan orang tersebut”, kata buku The Lore of Birthdays. Di samping itu, selama berabad-abad hari lahir dikaitkan dengan ramalan bintang. 11 Hamba-hamba Allah pada zaman dulu menolak kebiasaan yang berkaitan dengan hari lahir selain karena berasal dari kekafiran dan terkait dengan spiritisme, kemungkinan besar juga karena prinsip-prinsip yang mereka anut. Mengapa demikian? Mereka adalah pria dan wanita sederhana yang tidak menganggap kelahiran mereka di dunia sedemikian pentingnya sehingga harus dirayakan.1 (Mikha 6:8; Lukas 9:48) Sebaliknya, mereka memuliakan Yehuwa dan bersyukur kepada-Nya atas karunia kehidupan yang berharga.2—Mazmur 8:3, 4; 36:9; Penyingkapan 4:11. 12 Semua orang yang mati setia akan aman dalam ingatan Allah, dan kehidupan mereka di masa depan terjamin. (Ayub 14:14, 15) Pengkhotbah 7:1 mengatakan, ”Sebuah nama [yang baik] lebih baik daripada minyak yang baik, dan hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran.” Kita bisa memperoleh nama yang baik di hadapan Allah jika kita melayani-Nya dengan setia. Patut diperhatikan bahwa orang Kristen diperintahkan untuk merayakan satu peristiwa saja, yang justru tidak berkaitan dengan kelahiran, tetapi dengan kematian—yaitu kematian Yesus, yang memiliki ”nama” yang unggul dan sangat penting untuk keselamatan kita.—Ibrani 1:3, 4; Lukas 22:17-20. 1 Lihat kotak ”Hari-Hari Raya dan Setanisme”, di halaman 150. 2 Perjanjian Hukum menuntut agar seorang wanita memberikan persembahan dosa kepada Allah setelah ia melahirkan. (Imamat 12:1-8) Tuntutan hukum ini merupakan pengingat yang menyedihkan bahwa manusia meneruskan dosa kepada anak mereka. Dengan demikian, orang Israel bisa memiliki pandangan yang seimbang tentang kelahiran seorang anak dan bisa jadi membuat mereka tidak menerima kebiasaan kafir yang berkaitan dengan hari lahir.—Mazmur 51:5. 12. Mengapa dikatakan bahwa hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran? 152 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” PASKAH—PEMUJAAN KESUBURAN YANG TERSELUBUNG 13 Paskah, yang diperkenalkan sebagai perayaan kebangkitan Kristus, sebenarnya bersumber dari agama palsu. Kata bahasa Inggris untuk Paskah, yaitu Easter, ada kaitannya dengan Eostre, atau Ostara, yaitu dewi fajar dan dewi musim semi orang Anglo-Saxon. Dan, bagaimana telur dan kelinci sampai digunakan dalam Paskah? Telur ”dikenal sebagai lambang kehidupan baru dan kebangkitan”, kata Encyclopædia Britannica, sedangkan kelinci sudah lama digunakan sebagai lambang kesuburan. Karena itu, Paskah sebenarnya adalah upacara kesuburan yang bertopengkan perayaan kebangkitan Kristus.1 14 Apakah Yehuwa berkenan jika upacara kesuburan yang menjijikkan digunakan untuk memperingati kebangkitan Putra-Nya? Tentu saja tidak! (2 Korintus 6:17, 18) Sesungguhnya, Alkitab sama sekali tidak pernah memerintahkan atau menyetujui perayaan memperingati kebangkitan Yesus. Jadi, merayakan dan menyebutnya Paskah adalah tindakan yang sangat tidak loyal. ASAL USUL HALLOWEEN Halloween, yang dirayakan pada tanggal 31 Oktober dan dikenal dengan tukang sihirnya, peri jahatnya, dan dekorasi serta pernak-pernik lain yang aneh-aneh, berasal dari orang Kelt kuno di Inggris dan Irlandia. Pada waktu bulan purnama yang terdekat dengan tanggal 1 November, mereka merayakan festival Samhain, yang artinya ”Akhir Musim Panas”. Mereka percaya bahwa pada waktu Samhain, tirai antara manusia dan dunia gaib dibuka dan roh-roh yang baik dan jahat berkeliaran di bumi. Jiwajiwa orang mati konon kembali ke rumah mereka, dan keluargakeluarga menyajikan makanan dan minuman untuk tamu-tamu mereka dari alam roh untuk menenangkan mereka. Dewasa ini, 15 1 Eostre (atau Eastre) juga adalah dewi kesuburan. Menurut The Dictionary of Mythology, ”sang dewi memiliki seekor kelinci di bulan yang suka telur dan kadang ia digambarkan berkepala kelinci”. 13, 14. Apa sumber dari kebiasaan Paskah? 15. Apa asal usul Halloween, dan apa yang patut diperhatikan berkenaan dengan tanggal yang dipilih untuk merayakannya? Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah 153 anak-anak berpakaian seperti hantu atau tukang sihir lalu pergi dari rumah ke rumah meminta permen, dan kalau tidak diberi, mereka mengancam akan mengganggu mereka. Tanpa disadari, mereka sesungguhnya melestarikan tradisi Samhain. JAUHKAN ACARA PERNIKAHAN SAUDARA DARI KECEMARAN 16 Tidak lama lagi, ”suara pengantin laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan pernah terdengar lagi di dalam [Babilon Besar]”. (Penyingkapan 18:23) Mengapa? Salah satu penyebabnya adalah praktek-praktek spiritismenya, yang dapat mencemari sebuah perkawinan sejak hari pernikahan.—Markus 10:6-9. 17 Tata cara pernikahan di setiap negeri tidak sama. Ada yang mungkin kelihatannya tidak salah padahal bisa jadi bersumber dari kebiasaan ala Babilon yang konon akan mendatangkan keberuntungan atas mempelai atau tamu-tamu mereka. (Yesaya 65:11) Salah satu tradisi ialah menebarkan beras atau benda lain, seperti guntingan kertas berwarna. Kebiasaan ini mungkin bersumber dari kepercayaan bahwa makanan bisa menenangkan roh jahat dan mencegah mereka agar tidak mencelakai pengantin wanita dan pria. Selain itu, beras sudah lama dihubung-hubungkan dengan kesuburan, kebahagiaan, dan umur panjang. Jelaslah, semua orang yang ingin tetap berada dalam kasih Allah akan menjauhi kebiasaan yang cemar semacam itu.—Baca 2 Korintus 6:14-18. 18 Hamba-hamba Yehuwa juga menjauhi kebiasaan duniawi yang bisa membuat upacara dan resepsi pernikahan tidak bersifat Kristen atau bisa mengganggu hati nurani orang lain. Misalnya, sewaktu menyampaikan khotbah atau kata sambutan, mereka menghindari kata-kata yang menyinggung perasaan atau 16, 17. (a) Mengapa pasangan Kristen yang berencana untuk menikah hendaknya memeriksa tata cara pernikahan setempat dengan bantuan prinsip-prinsip Alkitab? (b) Mengenai kebiasaan seperti menebarkan beras atau benda lain, apa yang harus dipikirkan orang Kristen? 18. Prinsip-prinsip Alkitab apa yang hendaknya menjadi pedoman bagi pasangan yang merencanakan pesta pernikahan maupun para undangan? 154 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” berbau seksual dan lelucon atau pernyataan yang bisa mempermalukan pasangan yang baru menikah dan orang lain. (Amsal 26:18,19; Lukas 6:31; 10:27) Mereka juga tidak akan mengadakan resepsi mewah bagaikan cerita dongeng yang merupakan ”pameran sarana kehidupan seseorang”, dan tidak mencerminkan kesahajaan. (1 Yohanes 2:16) Jika Saudara berencana untuk menikah, jangan sekali-kali lupa bahwa Yehuwa ingin agar Saudara selalu bisa mengenang hari istimewa Saudara dengan penuh sukacita, bukan dengan penyesalan.1 BERSULANG—BERKAITAN DENGAN AGAMA? Kebiasaan umum pada pesta pernikahan dan acara ramah tamah lainnya ialah bersulang. Menurut International Handbook on Alcohol and Culture tahun 1995, ”Bersulang . . . boleh jadi adalah kebiasaan zaman sekarang yang merupakan sisa dari upacara keagamaan zaman dahulu untuk mempersembahkan minuman kudus kepada para dewa . . . sebagai ganti permohonan, doa yang diringkas dengan kata-kata ’semoga panjang umur!’ atau ’demi kesehatan Anda!’ ” 20 Memang, banyak orang mungkin tidak berpikir bahwa bersulang ada kaitannya dengan agama atau takhayul. Tetapi, kebiasaan mengangkat gelas anggur tinggi-tinggi bisa dipandang sebagai permohonan kepada ”surga”—kekuatan yang lebih unggul daripada manusia—untuk memperoleh berkat dengan cara yang tidak selaras dengan ajaran Alkitab.—Yohanes 14:6; 16:23.2 19 ”HAI, ORANG-ORANG YANG MENGASIHI YEHUWA, BENCILAH APA YANG JAHAT” 21 Standar dunia dewasa ini yang semakin merosot tajam, yang secara langsung ataupun tidak langsung didukung oleh 1 Lihat tiga artikel tentang pesta pernikahan dan pertemuan ramah tamah dalam Menara Pengawal 15 Oktober 2006, halaman 18-31. 2 Lihat Menara Pengawal 15 Februari 2007, halaman 30-31. 19, 20. Apa yang dikatakan sebuah buku tentang asal usul bersulang, dan mengapa kebiasaan ini tidak dapat diterima orang Kristen? 21. Meskipun mungkin tidak ada kaitannya dengan agama, perayaan umum apa yang akan dihindari seorang Kristen, dan mengapa? Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah 155 Babilon Besar, bisa terlihat dari karnaval tahunan atau Mardi Gras. Beberapa negeri mensponsori karnaval seperti itu, yang diwarnai oleh tarian yang cabul dan yang mungkin bahkan mengelu-elukan gaya hidup kaum homoseksual dan lesbian. Apakah pantas bagi orang yang mengasihi Yehuwa untuk menghadiri atau menonton acara seperti itu? Dengan melakukan hal itu, apakah ia menunjukkan bahwa ia benar-benar membenci apa yang jahat? (Mazmur 1:1, 2; 97:10) Betapa jauh lebih baik untuk meniru sikap pemazmur yang berdoa, ”Palingkanlah mataku agar tidak melihat apa yang tidak berguna”! —Mazmur 119:37. 22 Pada hari-hari raya duniawi, seorang Kristen akan berhatihati agar tindakannya tidak memberi kesan kepada orang lain bahwa ia ikut merayakannya. Paulus menulis, ”Jika kamu makan atau minum atau melakukan apa pun yang lain, lakukanlah segala sesuatu demi kemuliaan Allah.” (1 Korintus 10:31; lihat kotak ”Membuat Keputusan yang Bijaksana”, di halaman 158159.) Sebaliknya, jika suatu kebiasaan atau perayaan jelas-jelas tidak mengandung makna agama palsu, bukan bagian dari perayaan yang bersifat politik atau patriotik, dan tidak melanggar prinsip-prinsip Alkitab, setiap orang Kristen bisa membuat keputusan pribadi apakah ia akan ikut merayakannya atau tidak. Dan, ia akan memikirkan perasaan orang lain agar tidak menjadi sandungan. MULIAKAN ALLAH DENGAN PERKATAAN DAN PERBUATAN 23 Banyak orang memandang hari-hari raya tertentu sebagai kesempatan bagi keluarga dan sahabat untuk berkumpul. Jadi, kalau ada yang memiliki anggapan yang keliru bahwa pendirian kita yang berdasarkan Alkitab itu tidak pengasih 22. Dalam situasi apa seorang Kristen bisa memutuskan berdasarkan hati nuraninya apakah ia akan ikut dalam suatu perayaan atau tidak? 23, 24. Bagaimana kita dapat memberikan kesaksian yang baik tentang standar-standar Yehuwa yang benar? 156 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” IBADAT SEJATI MENGHASILKAN SUKACITA TERBESAR Yehuwa adalah ”Allah yang bahagia”, dan Ia menginginkan hamba-hamba-Nya bahagia. (1 Timotius 1:11) Fakta ini tercermin dalam ayat-ayat berikut: ”Orang yang gembira hati berpesta senantiasa.” —Amsal 15:15. ”Aku akhirnya tahu bahwa tidak ada yang lebih baik bagi mereka daripada bersukacita dan berbuat baik selama hidupnya; dan juga bahwa setiap orang hendaknya makan dan tentu saja minum serta menikmati hal-hal baik untuk semua kerja kerasnya. Itu pun pemberian Allah.”—Pengkhotbah 3:12, 13. ”Mengenai orang yang murah hati, ia akan memberi nasihat tentang kemurahan hati; dan demi kemurahan hati ia akan bangkit.”—Yesaya 32:8. ”Marilah kepadaku, kamu semua yang berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat, dan aku [Yesus] akan menyegarkan kamu. . . . Karena kuk aku nyaman dan tanggunganku ringan.”—Matius 11: 28, 30. ”Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”—Yohanes 8:32. ”Hendaklah masing-masing [memberi] sebagaimana yang telah ia putuskan dalam hatinya, tidak dengan enggan atau dengan terpaksa, karena Allah mengasihi pemberi yang bersukacita.”—2 Korintus 9:7. ”Buah roh adalah kasih, sukacita, damai, . . . kebaikan hati, kebaikan.”—Galatia 5:22. ”Buah dari terang terdiri dari setiap jenis kebaikan dan keadilbenaran serta kebenaran.”—Efesus 5:9. Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah 157 atau berlebihan, kita dapat dengan ramah menjelaskan bahwa Saksi-Saksi Yehuwa menghargai acara kumpul-kumpul yang sehat bersama keluarga dan sahabat. (Amsal 11:25; Pengkhotbah 3:12, 13; 2 Korintus 9:7) Kita menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang kita cintai sepanjang tahun, tetapi karena mengasihi Allah dan standar-standar-Nya yang benar, kita tidak ingin menodai acara yang menyenangkan seperti itu dengan kebiasaan yang menyakiti hati-Nya.—Lihat kotak ”Ibadat Sejati Menghasilkan Sukacita Terbesar”, di halaman 156. 24 Ada Saksi yang memperoleh hasil baik sewaktu menyampaikan pokok-pokok dalam pasal 16 buku Apa yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan kepada orang-orang yang bertanya dengan tulus.1 Tetapi, ingatlah bahwa tujuan kita ialah memenangkan hati, bukan perdebatan. Maka, perlihatkan hormat, tetaplah bersikap lembut, dan ”hendaklah ucapanmu selalu menyenangkan, dibumbui dengan garam”.—Kolose 4:6. 25 Sebagai hamba Yehuwa, kita adalah umat yang terdidik. Kita tahu mengapa kita memercayai, melakukan, dan menjauhi hal-hal tertentu. (Ibrani 5:14) Maka, orang tua, ajarlah anak-anak Saudara berpikir berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab. Dengan begitu, Saudara membina iman mereka, Saudara membantu mereka memberikan jawaban berdasarkan Alkitab kepada orang yang mempertanyakan kepercayaan mereka, dan Saudara meyakinkan mereka bahwa Yehuwa mengasihi mereka.—Yesaya 48:17, 18; 1 Petrus 3:15. 26 Semua orang yang menyembah Allah ”dengan roh dan kebenaran” tidak hanya menghindari perayaan yang tidak sesuai dengan Alkitab, tetapi juga berusaha keras untuk jujur dalam setiap segi kehidupan. (Yohanes 4:23) Dewasa ini, banyak orang menganggap kejujuran itu tidak menguntungkan. Tetapi, sebagaimana akan kita lihat dalam pasal berikut, jalan-jalan Allah selalu yang terbaik. 1 Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa. 25, 26. Bagaimana orang tua dapat membantu anak-anak mereka bertumbuh dalam iman dan kasih kepada Yehuwa? 158 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” MEMBUAT KEPUTUSAN YANG BIJAKSANA Kadang-kadang, timbul situasi yang menguji kasih kita kepada Yehuwa dan pemahaman kita akan prinsip-prinsip Alkitab. Sebagai contoh, seorang Kristen diajak oleh teman hidupnya yang tidak seiman untuk makan bersama sanak keluarga pada hari raya duniawi. Ada orang Kristen yang mungkin menerima ajakan tersebut dengan hati nurani yang bersih; yang lain, mungkin tidak. Jika seorang Kristen menerima ajakan tersebut, tindakannya harus menunjukkan bahwa ia tidak merayakan hari raya itu dan bahwa ia datang sekadar untuk makan bersama para kerabat. Tindakan berhikmat yang dapat diambil seorang Kristen ialah dengan penuh hormat membicarakan hal itu sebelumnya dengan teman hidupnya. Ia bisa menjelaskan kemungkinan timbulnya perasaan tidak enak jika sanak keluarga melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan hari raya itu sedangkan Saksi tersebut menolak ikut serta. Bisa jadi teman hidup yang tidak seiman akan memutuskan untuk berkunjung pada hari lain.—1 Petrus 3:15. Setelah mendengarkan penjelasan istrinya, bagaimana jika suami seorang wanita Kristen tetap berkeras agar istrinya menemaninya? Sang istri bisa bernalar bahwa sebagai kepala keluarga, suaminya memiliki tanggung jawab untuk menyediakan makanan bagi keluarganya. (Kolose 3:18) Pada kesempatan ini, suami memenuhi tanggung jawabnya dengan mengatur untuk makan bersama sanak keluarga. Sang istri mungkin bahkan bisa memberikan kesaksian yang baik pada kesempatan itu. Makanan tidak menjadi cemar hanya karena dimakan pada hari raya duniawi. (1 Korintus 8:8) Seorang Kristen akan menganggapnya sebagai jamuan makan biasa dan tidak ikut memberikan ucapan selamat, bernyanyi, bersulang, dan sebagainya. Hal lain yang perlu dipikirkan adalah pengaruh kehadirannya atas orang lain. Seorang istri Kristen hendaknya mempertimbangkan kemungkinan bahwa orang yang mendengar tentang kunjungannya kepada kerabat duniawinya pada hari itu bisa tersandung. —1 Korintus 8:9; 10:23, 24. Di samping itu, apakah keluarga akan menekan istri Kristen itu agar berkompromi, atau ikut terlibat dalam perayaan? Keinginan Berbagai Perayaan yang Tidak Menyenangkan Allah 159 untuk menghindari perasaan tidak enak bisa sangat kuat pengaruhnya! Maka, penting bagi istri Kristen tersebut untuk memikirkan hal itu sebelumnya dengan saksama, mempertimbangkan semua hal di atas, tentu, termasuk hati nuraninya sendiri sebagai orang Kristen.—Kisah 24:16. Bolehkah Saya Menerima Bonus Natal? Pada waktu Natal, majikan seorang Kristen mungkin memberikan hadiah atau bonus. Apakah orang Kristen itu harus menolaknya? Tidak selalu. Sang majikan mungkin bahkan tidak berpikir bahwa dengan menerima bonus itu si penerima merayakan Natal. Sang majikan mungkin hanya memberikan sebagian keuntungan perusahaan kepada semua karyawannya. Atau, bonus itu adalah tanda terima kasih atas jasa yang diberikan sepanjang tahun dan juga dimaksudkan agar karyawan terus bekerja dengan baik. Sang majikan mungkin memberikan hadiah kepada semua karyawan —orang Yahudi, Muslim, atau yang lain—entah mereka merayakan Natal atau tidak. Jadi, fakta bahwa hadiah itu diberikan pada hari-hari raya atau dikaitkan dengan suatu hari raya tidak perlu dijadikan alasan seorang Saksi Yehuwa tidak boleh menerimanya. Sekalipun hadiah itu diberikan dengan alasan hari raya agama, tidak berarti si penerima dianggap memiliki pandangan keagamaan yang sama. Seorang rekan sekerja atau kerabat mungkin mengatakan kepada seorang Saksi, ”Saya tahu kamu tidak merayakan hari raya ini, tetapi saya tetap ingin kamu menerima hadiah saya ini.” Jika hati nurani orang Kristen itu tidak terganggu, ia bisa memutuskan untuk menerima hadiah tersebut dan mengucapkan terima kasih tanpa menyinggung hari raya itu. (Kisah 23:1) Mungkin pada kesempatan lain, orang Kristen tersebut dapat dengan bijaksana menjelaskan pendiriannya, sewaktu keadaannya cocok sehingga si pemberi tidak akan tersinggung. Tetapi, bagaimana kalau si pemberi hadiah jelas ingin membuktikan bahwa iman orang Kristen itu tidak kuat atau bahwa ia akan mengalah demi keuntungan materi? Kalau begitu, yang terbaik tentu adalah menolak hadiah itu. Yang pasti, kita hanya ingin mengabdi kepada Allah Yehuwa saja.—Matius 4:8-10. PASAL 14 Jujurlah dalam Segala Hal ”Kami ingin bertingkah laku jujur dalam segala perkara.”—IBRANI 13:18. SEORANG ibu bersama putranya yang masih kecil keluar dari sebuah toko. Tiba-tiba sang anak berhenti dengan wajah kaget. Di tangannya ada sebuah mainan kecil yang ia ambil dari toko itu. Ia lupa mengembalikannya atau lupa bertanya apakah ibunya mau membelikan mainan itu untuknya. Karena ketakutan, ia memanggil ibunya. Lalu, ibunya menenangkan dia dan mengajaknya kembali ke toko agar dia mengembalikan mainan tersebut dan meminta maaf. Sewaktu dia melakukannya, hati ibunya diliputi perasaan sukacita dan bangga. Mengapa? 2 Orang tua selalu senang melihat anak mereka belajar pentingnya kejujuran. Demikian pula Bapak kita yang adalah ”Allah kebenaran”. (Mazmur 31:5) Sewaktu mengamati kita bertumbuh ke kematangan rohani, Ia senang melihat kita berupaya jujur. Karena kita ingin menyenangkan Dia dan tetap berada dalam kasih-Nya, perasaan kita sama seperti yang dinyatakan rasul Paulus, ”Kami ingin bertingkah laku jujur dalam segala perkara.” (Ibrani 13:18) Tetapi, kadang-kadang kita mungkin merasa sangat sulit untuk jujur dalam beberapa bidang kehidupan. Mari kita bahas empat bidang utama. Lalu, kita akan membahas apa saja manfaat kejujuran. 3 JUJUR KEPADA DIRI SENDIRI Kesulitan pertama ialah belajar untuk jujur kepada diri sen- 1, 2. Mengapa Yehuwa senang melihat upaya kita untuk jujur? Berikan contoh. 3-5. (a) Peringatan apa yang diberikan Firman Allah terhadap bahayanya menipu diri? (b) Apa yang akan membantu kita jujur kepada diri sendiri? Jujurlah dalam Segala Hal 161 diri. Sebagai manusia yang tidak sempurna kita mudah sekali menipu diri. Misalnya, Yesus memberi tahu orang Kristen di Laodikia bahwa mereka telah membohongi diri dengan berpikir bahwa mereka kaya, padahal kenyataannya mereka ”miskin, buta, dan telanjang” secara rohani—keadaan yang sungguh menyedihkan. (Penyingkapan 3:17) Dengan menipu diri, situasi mereka justru semakin berbahaya. 4 Saudara mungkin juga mengingat peringatan sang murid Yakobus, ”Jika seseorang menganggap dirinya orang yang beribadat namun tidak mengekang lidahnya, tetapi terus menipu hatinya, bentuk ibadat orang ini sia-sia.” (Yakobus 1:26) Jika kita berpikir bahwa ibadat kita akan tetap diperkenan Yehuwa sekalipun kita menggunakan lidah dengan tidak sepatutnya, kita sebenarnya menipu hati kita. Ibadat kita kepada Yehuwa akan sia-sia, sama sekali tidak berguna. Bagaimana caranya agar kita tidak menempuh haluan yang berbahaya seperti itu? 5 Dalam ayat-ayat sebelumnya, Yakobus menyamakan kebenaran firman Allah dengan sebuah cermin. Ia menasihati kita agar meneliti hukum Allah yang sempurna dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan. (Baca Yakobus 1:23-25.) Alkitab dapat membantu kita jujur kepada diri sendiri dan melihat apa yang perlu kita lakukan untuk memperbaiki diri. (Ratapan 3:40; Hagai 1:5) Kita juga bisa berdoa kepada Yehuwa dan meminta-Nya memeriksa kita, membantu kita melihat apakah ada kesalahan serius, lalu mengakuinya dan memperbaiki diri. (Mazmur 139:23, 24) Ketidakjujuran adalah kelemahan yang tidak terlihat, dan pandangan kita tentang hal itu harus sama dengan pandangan Bapak kita yang di surga. Amsal 3:32 berkata, ”Orang yang belat-belit memuakkan bagi Yehuwa, tetapi Ia akrab dengan orang-orang yang lurus hati.” Yehuwa dapat membantu kita memiliki perasaan yang sama dengan perasaan-Nya dan melihat diri sendiri seperti Ia melihat kita. Ingatlah perkataan Paulus, ”Kami ingin bertingkah laku jujur.” Kita tidak dapat menjadi sempurna sekarang, tetapi kita dengan tulus ingin dan sungguh-sungguh berupaya untuk jujur. 162 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” KEJUJURAN DALAM KELUARGA Kejujuran hendaknya menjadi ciri khas keluarga Kristen. Karena itu, suami dan istri harus saling terbuka dan jujur. Dalam perkawinan Kristen tidak boleh ada perbuatan najis yang menyakiti hati seperti menggoda lawan jenis, memupuk hubungan gelap melalui Internet, atau menggunakan pornografi dalam bentuk apa pun. Ada orang Kristen yang sudah menikah yang melakukan perbuatan salah seperti itu dan menyembunyikannya dari teman hidupnya. Dengan berbuat demikian ia tidak jujur. Perhatikan kata-kata Raja Daud yang setia, ”Aku tidak duduk dengan orang-orang yang tidak benar; dan dengan orang yang menyembunyikan siapa diri mereka, aku tidak bergaul.” (Mazmur 26:4) Jika Saudara sudah menikah, jangan sekali-kali melakukan sesuatu yang bisa membuat Saudara mulai terpikir untuk menyembunyikan keadaan Saudara yang sesungguhnya dari teJika kita jujur, man hidup! kita bisa menghindari 7 Sewaktu mengajar anak-anak perbuatan salah mereka nilai kejujuran, orang tua yang bijaksana akan menggunakan contoh-contoh dalam Alkitab. Untuk contoh yang buruk, ada kisah tentang Akhan, yang mencuri dan berupaya menutupi perbuatannya; tentang Gehazi, yang berdusta demi memperoleh keuntungan; dan tentang Yudas, yang mencuri dan berlaku tidak jujur karena berpura-pura menja6 6. Mengapa suami istri perlu jujur terhadap satu sama lain, dan dengan begitu, bahaya apa yang mereka hindari? 7, 8. Contoh apa saja dalam Alkitab yang dapat membantu anak-anak belajar nilai kejujuran? Jujurlah dalam Segala Hal 163 di sahabat Yesus tetapi mengkhianatinya.—Yosua 6:17-19; 7:1125; 2 Raja 5:14-16, 20-27; Matius 26:14, 15; Yohanes 12:6. 8 Untuk contoh yang baik, ada kisah tentang Yakub, yang mendesak putra-putranya untuk mengembalikan uang yang mereka temukan dalam kantong-kantong mereka karena ia pikir uang itu mungkin secara tidak sengaja ditaruh di sana; tentang Yefta dan putrinya, yang memenuhi ikrar bapaknya meskipun harus membuat pengorbanan pribadi yang besar; dan tentang Yesus, yang dengan berani menyatakan siapa dirinya di hadapan kumpulan orang yang garang demi menggenapi nubuat dan melindungi sahabat-sahabatnya. (Kejadian 43:12; Hakim 11:30-40; Yohanes 18:3-11) Beberapa contoh ini bisa memberi orang tua gambaran tentang informasi berharga yang terdapat dalam Firman Allah yang dapat membantu mereka mengajar anak-anak mereka untuk mengasihi dan menghargai kejujuran. 9 Dengan mengajarkan hal itu, orang tua memikul tanggung jawab penting. Rasul Paulus bertanya, ”Apakah engkau, yang mengajar orang lain, tidak mengajar dirimu sendiri? Engkau, yang memberitakan ’Jangan mencuri’, apakah engkau mencuri?” (Roma 2:21) Ada orang tua yang membuat anak-anak mereka bingung dengan mengajarkan kejujuran tetapi mereka sendiri tidak jujur. Bagi mereka, mencuri barang-barang kecil dan sedikit berdusta mungkin bukan masalah dan mereka berdalih, ”Ah, ini boleh diambil, kok” atau ”Bohong-bohong sedikit tidak apa-apa.” Sebenarnya, mencuri adalah mencuri, tidak soal berapa nilai barang yang dicuri, dan berdusta adalah berdusta, apa pun pokok pembicaraannya atau seberapa besar dusta itu.1 (Baca Lukas 16:10.) Anak-anak cepat melihat 1 Di lingkup sidang, kebiasaan untuk mengatakan dusta besar yang jahat—jelas-jelas untuk merugikan orang lain—bisa dikenai tindakan pengadilan oleh para penatua. 9. Apa yang hendaknya dihindari orang tua jika mereka ingin memberikan teladan kejujuran kepada anak-anak mereka, dan mengapa teladan itu penting? 164 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” DUSTA ALA SETAN TENTANG DOSA YANG SERIUS Mengenai dosa yang serius, ada beberapa dusta berbahaya yang Setan ingin Saudara percayai. Untunglah, orang Kristen bukannya tidak mengetahui ”siasat-siasat licik” si Iblis. (Efesus 6:11) Perhatikan tiga dusta semacam itu. ”Dosa dapat disembunyikan.” Yang benar adalah bahwa Yehuwa melihat semua perbuatan kita. ”Segala sesuatu telanjang dan terbuka di mata dia yang kepadanya kita memberikan pertanggungjawaban.” (Ibrani 4: 13) Karena Yehuwa mengetahui fakta-faktanya dan kita harus bertanggung jawab kepada-Nya, untuk apa menambah kesalahan dengan berusaha menyembunyikan dosa serius dari hamba-hamba-Nya di bumi? —Lihat juga 2 Samuel 12:12. ”Para penatua tidak dapat dipercaya, jadi, jangan ceritakan apa-apa.” Raja Ahab yang jahat menyapa Elia dengan kata-kata ini, ”Hai, musuhku.” (1 Raja 21:20) Sebagai nabi Yehuwa di Israel, Elia sebenarnya bisa membantu Ahab memperoleh pengampunan. Di sidang Kristen, Yesus menyediakan para penatua sebagai ”pemberian berupa manusia”. (Efesus 4:8) Meskipun tidak sempurna, para penatua ”menjaga jiwa [kita]”, artinya, memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan rohani kita. (Ibrani 13:17) Mereka bukan musuh; mereka adalah sarana Yehuwa untuk membantu kita. ”Kita melindungi sahabat kalau kita membantu dia menyembunyikan dosanya.” Kenyataan sebenarnya adalah kita akan sangat merugikan orang yang berbuat dosa kalau kita membantu dia menyembunyikan dosanya. Dosa serius adalah tanda penyakit rohani yang parah; menyembunyikannya adalah sama seperti tidak memberitahukan gejala penyakit serius kepada dokter ahli. (Yakobus 5:14, 15) Si pedosa mungkin takut kalau-kalau ia akan didisiplin; tetapi disiplin adalah bukti kasih Yehuwa, dan bisa jadi bahkan menyelamat- Jujurlah dalam Segala Hal 165 kan kehidupan si pedosa. (Amsal 3:12; 4:13) Selain itu, orang yang berkukuh pada dosanya kemungkinan besar akan benar-benar membahayakan orang lain di sidang. Sikapnya yang salah yang menyebabkan dia berdosa bisa menulari orang lain; apakah Saudara ingin turut berperan dalam hal itu? (Imamat 5:1; 1 Timotius 5:22) Karena itu, dengan sungguh-sungguh pastikan bahwa si pelaku kesalahan memberitahukan masalahnya kepada para penatua sidang. kemunafikan dan hal itu bisa sangat merusak mereka. (Efesus 6:4) Tetapi, kalau mereka belajar kejujuran dari teladan orang tua mereka, kemungkinan besar mereka akan menjadi orang dewasa yang memuliakan Yehuwa di dunia yang tidak jujur ini.—Amsal 22:6. KEJUJURAN DALAM SIDANG Pergaulan dengan rekan-rekan Kristen memberi kita banyak kesempatan untuk mengembangkan kejujuran. Sebagaimana kita pelajari di Pasal 12, kita perlu berhati-hati dalam menggunakan karunia berbicara, khususnya di antara saudarasaudari rohani kita. Obrolan ringan bisa dengan begitu mudah berubah menjadi gosip yang berbahaya, bahkan fitnah! Kalau kita meneruskan cerita yang sumbernya tidak jelas, kita mungkin membantu menyebarkan dusta, sehingga jauh lebih baik untuk mengendalikan bibir kita. (Amsal 10:19) Sebaliknya, kita mungkin mengetahui suatu fakta yang benar, tetapi tidak berarti bahwa hal itu layak dibicarakan. Contohnya, masalah itu mungkin bukan urusan kita, atau mungkin tidak pengasih untuk membicarakannya. (1 Tesalonika 4:11) Ada orang yang menganggap jika kita berbicara apa adanya, itu sama dengan kejujuran, tetapi kata-kata kita hendaknya selalu menyenangkan dan pengasih.—Baca Kolose 4:6. 10 10. Mengenai komunikasi yang jujur di antara rekan-rekan seiman, apa yang perlu kita ingat? 166 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” 11 Sangatlah penting untuk jujur kepada pria-pria terlantik di sidang. Orang yang melakukan perbuatan salah yang serius akan memperparah masalahnya kalau ia mencoba menutup-nutupi dosanya dan berdusta kepada para penatua sidang sewaktu ia ditanya. Orang seperti itu bahkan mulai bermuka dua, berpura-pura melayani Yehuwa padahal terus melakukan dosa serius. Malah, haluan tersebut menjadi pola hidup seseorang. (Mazmur 12:2) Yang lain lagi tidak memberitahukan seluruh fakta kepada para penatua tetapi menyembunyikan fakta-fakta penting. (Kisah 5:1-11) Orang berlaku tidak jujur sering kali karena memercayai dusta yang disebarkan oleh Setan. —Lihat kotak ”Dusta ala Setan tentang Dosa yang Serius”, di halaman 164-165. 12 Yang juga penting adalah jujur kepada organisasi Yehuwa pada waktu kita menjawab pertanyaan secara tertulis. Misalnya, apabila melaporkan kegiatan kita dalam pelayanan, kita tidak akan memalsukan fakta. Demikian pula, ketika mengisi formulir permohonan untuk hak istimewa dinas tertentu, kita sama sekali tidak boleh memberikan gambaran yang tidak benar tentang keadaan kesehatan kita yang sesungguhnya atau segi lain dari kehidupan kita.—Baca Amsal 6:16-19. 13 Kita juga perlu jujur kepada rekan-rekan seiman dalam soal bisnis. Kadang-kadang, saudara dan saudari Kristen mungkin melakukan bisnis bersama. Mereka hendaknya berhati-hati, memisahkan hal itu dari ibadat yang mereka lakukan di Balai Kerajaan atau dalam pelayanan. Kegiatan bisnis bisa berupa hubungan antara majikan dan karyawan. Jika kita mempekerjakan seorang saudara atau saudari, kita tentu akan memperlakukan mereka dengan jujur, membayar gaji mereka tepat waktu, sesuai dengan kesepakatan, dan disertai 11, 12. (a) Dengan cara apa saja orang yang melakukan perbuatan salah bisa memperparah masalahnya? (b) Sebutkan dusta yang disebarkan oleh Setan sehubungan dengan dosa yang serius, dan bagaimana kita dapat memeranginya? (c) Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita jujur terhadap organisasi Yehuwa? 13. Bagaimana kita dapat mempertahankan kejujuran dalam hubungan bisnis dengan rekan seiman? Jujurlah dalam Segala Hal 167 APAKAH SAYA SELALU JUJUR? Prinsip: ”Oh, Yehuwa, siapa yang akan menjadi tamu di kemahmu? . . . Ia yang berjalan tanpa cela dan mempraktekkan keadilbenaran dan memperkatakan kebenaran dalam hatinya.”—Mazmur 15:1, 2. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Mengapa penting bagi saya untuk selalu mengatakan kebenaran?—Amsal 6:16, 17. ˇ Bagaimana saya dapat ”menyingkirkan dusta” sewaktu mengisi formulir, seperti kertas ujian sekolah, formulir pajak, atau data-data untuk pemerintah?—Efesus 4:25; Yesaya 28:15; Matius 22:17-21; Roma 13:1-7. ˇ Agar menjadi karyawan yang jujur, bagaimana seharusnya tutur kata dan tindakan saya?—Amsal 11:1; Efesus 4:28; Kolose 3:9, 10. ˇ Jika saya memupuk cinta akan uang, bagaimana hal itu bisa melemahkan upaya saya untuk jujur? —Mazmur 37:21; 1 Timotius 6:9, 10. 168 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” uang tunjangan yang telah diatur atau dituntut oleh hukum. (1 Timotius 5:18; Yakobus 5:1-4) Sebaliknya, jika kita menjadi karyawan seorang saudara atau saudari, kita akan bekerja sebaik mungkin sehingga layak menerima gaji kita. (2 Tesalonika 3:10) Kita tidak mengharapkan perlakuan istimewa karena hubungan rohani kita, seolah-olah majikan kita wajib memberi kita waktu bebas kerja, tunjangan, atau keuntungan lain yang tidak diberikan kepada karyawan lain.—Efesus 6:5-8. 14 Bagaimana jika bisnis kita adalah semacam usaha patungan, mungkin dalam bentuk investasi atau pinjaman? Alkitab memberikan prinsip yang penting dan berguna: Buatlah perjanjian tertulis yang resmi! Misalnya, ketika Yeremia membeli sebidang tanah, ia menyuruh orang membuatkan akta pembelian rangkap dua, di hadapan saksi-saksi, dan menyimpannya dengan aman untuk dijadikan acuan di kemudian hari. (Yeremia 32:9-12; lihat juga Kejadian 23:16-20.) Sewaktu berbisnis dengan rekan seiman, kita harus menuangkan semua perincian dalam surat perjanjian yang disusun dengan saksama dan ditanda-tangani di hadapan saksi-saksi. Itu tidak berarti kita tidak percaya. Sebaliknya, hal itu membantu mencegah kesalahpahaman, kekecewaan, dan bahkan perselisihan yang menyebabkan perpecahan. Setiap orang Kristen yang melakukan bisnis bersama hendaknya ingat bahwa risiko dalam bisnis apa pun tidak boleh membahayakan persatuan dan perdamaian sidang.1—1 Korintus 6:1-8. KEJUJURAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Kejujuran seorang Kristen tidak terbatas pada lingkup sidang. Paulus mengatakan, ”Kami ingin bertingkah laku jujur dalam segala perkara.” (Ibrani 13:18) Berkenaan dengan masalah bisnis, 15 1 Mengenai apa yang harus dilakukan seandainya timbul masalah dalam usaha bisnis, lihat saran-saran dalam Apendiks, halaman 222-223. 14. Apabila orang Kristen membentuk usaha patungan, tindakan pencegahan apa yang sebaiknya mereka ambil, dan mengapa? 15. Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap ketidakjujuran dalam bisnis, dan bagaimana tanggapan orang Kristen terhadap hal yang sudah umum itu? Jujurlah dalam Segala Hal 169 Pencipta kita sangat berminat akan kejujuran. Dalam buku Amsal saja, ada beberapa ayat yang menyebutkan tentang timbangan yang tidak benar. (Amsal 11:1; 20:10, 23) Pada zaman dulu, timbangan dan anak timbangan biasa digunakan dalam berdagang untuk menimbang barang yang dibeli dan uang yang digunakan untuk membelinya. Pedagang yang tidak jujur menggunakan dua macam anak timbangan dan timbangan yang tidak benar untuk menipu dan mencurangi pelanggan mereka.1 Yehuwa membenci perbuatan seperti itu! Agar tetap berada dalam kasih-Nya, kita dengan tegas menjauhi segala macam ketidakjujuran dalam bisnis. 16 Karena Setan adalah penguasa dunia ini, kita tidak heran bahwa ketidakjujuran ada di mana-mana. Setiap hari kita bisa menghadapi godaan untuk tidak jujur. Pada waktu menulis riwayat hidup untuk melamar pekerjaan, orang umumnya berdusta dan membesar-besarkan fakta, mengarang-ngarang surat rekomendasi dan melebih-lebihkan pengalaman mereka. Sewaktu mengisi formulir imigrasi, pajak, asuransi, dan formulir lain yang serupa, mereka umumnya memberikan jawaban yang tidak benar demi mendapatkan apa yang diinginkan. Banyak pelajar menyontek pada waktu ujian, atau sewaktu membuat karya tulis dan laporan untuk sekolah, mereka mungkin membuka Internet dan menjiplak keterangan yang mereka peroleh, lalu menyajikan karya orang lain seolah-olah itu adalah hasil karya mereka sendiri. Dan, ketika berurusan dengan para pejabat yang korup, orang sering memberikan uang suap untuk memperoleh apa yang diinginkan. Kita tidak heran lagi dengan perilaku semacam itu di dunia yang penuh dengan ’pencinta diri sendiri, pencinta uang, dan orang yang tidak mengasihi kebaikan’.—2 Timotius 3:1-5. 17 Orang Kristen sejati bertekad untuk tidak melakukan hal-hal itu. Yang adakalanya mempersulit orang untuk jujur ialah bahwa 1 Mereka menggunakan satu set anak timbangan untuk membeli dan yang lain untuk menjual, sehingga mereka memperoleh keuntungan dari kedua belah pihak. Mereka mungkin juga menggunakan timbangan dengan satu lengan lebih panjang atau lebih berat daripada yang lain sehingga mereka dapat mencurangi pelanggan setiap kali berdagang. 16, 17. Sebutkan bentuk ketidakjujuran yang umum di dunia dewasa ini, dan orang Kristen sejati bertekad untuk melakukan apa? 170 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” orang yang tidak jujur tampaknya sukses dan bahkan maju di dunia dewasa ini. (Mazmur 73:1-8) Sementara itu, orang Kristen barangkali miskin karena ingin tetap jujur ”dalam segala perkara”. Apakah pengorbanan tersebut ada gunanya? Tentu! Tetapi, mengapa? Berkat apa saja yang diperoleh karena berlaku jujur? BERKAT-BERKAT DARI KEJUJURAN Dalam kehidupan, tidak ada banyak hal yang bisa dianggap lebih berharga daripada dikenal sebagai orang yang jujur dan dapat dipercaya. (Lihat kotak ”Apakah Saya Selalu Jujur?” di halaman 167.) Dan, coba pikir—siapa pun dapat memiliki nama baik seperti itu! Hal ini tidak bergantung pada bakat, kekayaan, penampilan, latar belakang sosial, atau apa pun di luar kendali Saudara. Meskipun demikian, banyak orang gagal memperoleh harta berupa nama baik. Itu sesuatu yang langka. (Mikha 7:2) Ada yang mungkin mencemooh Saudara karena berlaku jujur, tetapi yang lain-lain menghargainya, dan akhirnya, mereka memercayai dan menghormati Saudara. Banyak dari Saksi-Saksi Yehuwa bahkan merasakan bahwa kejujuran mereka mendatangkan manfaat secara keuangan. Mereka dapat mempertahankan pekerjaan mereka sewaktu karyawan yang tidak jujur di-PHK, atau mendapat pekerjaan di perusahaan yang sangat membutuhkan karyawan yang jujur. 19 Entah Saudara mengalaminya atau tidak, Saudara akan merasakan bahwa kejujuran mendatangkan berkat yang lebih besar lagi, yaitu hati nurani yang bersih. Paulus menulis, ”Kami percaya bahwa kami mempunyai hati nurani yang jujur.” (Ibrani 13:18) Lagi pula, nama baik Saudara tidak pernah luput dari perhatian Bapak kita yang pengasih di surga, dan Ia mengasihi orang yang jujur. (Baca Mazmur 15:1, 2; Amsal 22:1.) Ya, dengan berlaku jujur Saudara dapat tetap berada dalam kasih Allah, dan itulah imbalan terbesar yang bisa kita dapatkan. Berikutnya, mari kita bahas suatu pokok yang berkaitan: pandangan Yehuwa terhadap pekerjaan. 18 18. Mengapa dikenal sebagai orang yang jujur besar nilainya? 19. Bagaimana haluan kejujuran dapat memengaruhi hati nurani dan hubungan kita dengan Yehuwa? PASAL 15 Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara ”Setiap orang hendaknya . . . menikmati hal-hal baik untuk semua kerja kerasnya.”—PENGKHOTBAH 3:13. BAGI banyak orang di dunia dewasa ini, bekerja itu tidak menyenangkan. Karena harus berjerih lelah selama berjam-jam mengerjakan sesuatu yang tidak mereka sukai, setiap hari mereka pergi ke tempat kerja dengan berat hati. Bagaimana supaya orang yang memiliki sikap seperti itu bisa menyenangi pekerjaan mereka, bahkan merasakan kepuasan dari jerih lelah mereka? 2 Alkitab menganjurkan pandangan yang positif tentang kerja keras, dengan mengatakan bahwa pekerjaan dan hasilnya adalah suatu berkat. Salomo menulis, ”Setiap orang hendaknya makan dan tentu saja minum serta menikmati hal-hal baik untuk semua kerja kerasnya. Itu pun pemberian Allah.” (Pengkhotbah 3:13) Yehuwa, yang mengasihi kita dan selalu menginginkan yang terbaik untuk kita, ingin agar kita mendapat kepuasan dari pekerjaan kita dan menikmati hasil kerja keras kita. Agar tetap berada dalam kasih-Nya, kita harus hidup selaras dengan sudut pandang dan prinsip-prinsip-Nya tentang pekerjaan.—Baca Pengkhotbah 2:24; 5:18. 3 Dalam pasal ini kita akan membahas empat pertanyaan: Bagaimana kita bisa menikmati hal-hal baik dari kerja keras kita? Pekerjaan macam apa yang tidak pantas bagi orang Kristen sejati? Bagaimana kita dapat menyeimbangkan pekerjaan 1-3. (a) Bagaimana perasaan banyak orang terhadap pekerjaan mereka? (b) Pandangan apa yang Alkitab anjurkan sehubungan dengan pekerjaan, dan pertanyaan apa saja yang akan kita bahas dalam pasal ini? 172 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” duniawi dengan kegiatan rohani? Dan, pekerjaan paling penting apa yang dapat kita lakukan? Tetapi pertama-tama, mari kita periksa teladan dua pekerja yang paling agung di alam semesta—Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. PEKERJA TERUNGGUL DAN PEKERJA AHLI Yehuwa adalah Pekerja Terunggul. Kejadian 1:1 menyatakan, ”Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Setelah Allah menciptakan segala yang ada di bumi ini, Ia menyatakan bahwa hasilnya ”sangat baik”. (Kejadian 1:31) Dengan kata lain, Ia sangat puas dengan semua pekerjaan-Nya yang berkaitan dengan bumi. Tidak diragukan, Yehuwa, ”Allah yang bahagia”, merasakan sukacita besar karena telah menciptakan banyak hal yang baik.—1 Timotius 1:11. 5 Allah kita yang rajin tidak pernah berhenti bekerja. Lama setelah bumi dan segala isinya selesai diciptakan, Yesus mengatakan, ”Bapakku terus bekerja hingga sekarang.” (Yohanes 5:17) Apa yang dilakukan sang Bapak? Dari tempat kediamanNya di surga, Ia pasti tetap giat membimbing dan mengurus umat manusia. Ia menghasilkan ”ciptaan baru”, yaitu orangorang Kristen yang diperanakkan dengan roh yang akhirnya akan memerintah bersama Yesus di surga. (2 Korintus 5:17) Ia terus bekerja demi mewujudkan tujuan-Nya untuk manusia, yaitu supaya orang yang mengasihi-Nya memperoleh kehidupan abadi di dunia baru. (Roma 6:23) Yehuwa pasti sangat senang dengan hasil pekerjaan ini. Jutaan orang telah menyambut berita Kerajaan, ditarik oleh Allah dan menyesuaikan kehidupan mereka agar dapat tetap berada dalam kasih-Nya. —Yohanes 6:44. 6 Yesus sudah lama dikenal sebagai pekerja keras. Sebelum menjadi manusia, ia adalah ”pekerja ahli” Allah dalam menciptakan segala sesuatu yang ada ”di surga dan di bumi”. (Amsal 8:22-31; Kolose 1:15-17) Ketika berada di bumi, Yesus 4 4, 5. Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa Yehuwa adalah pekerja yang menghasilkan banyak hal baik? 6, 7. Yesus sudah lama dikenal sebagai pekerja keras. Jelaskan. Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara 173 tetap seorang pekerja keras. Sewaktu remaja, ia belajar keahlian membangun, sehingga dikenal sebagai ”tukang kayu”.1 (Markus 6:3) Untuk itu, ia harus melakukan pekerjaan yang berat dan harus memiliki berbagai keterampilan, karena pada zaman itu belum ada gergaji mesin, toko bahan bangunan, dan peralatan listrik. Dapatkah Saudara membayangkan Yesus pergi mencari kayu yang ia butuhkan—mungkin bahkan menebang pohon dan menggotong kayu ke tempat kerjanya? Dapatkah Saudara membayangkan dia membangun rumah—menyiapkan dan memasang balok atap, membuat pintu, dan bahkan membuat beberapa perabot? Yesus tidak diragukan merasakan sendiri kepuasan dari hasil kerja kerasnya yang dilakukan dengan terampil. 7 Yesus adalah pekerja yang luar biasa rajin dalam melaksanakan pelayanannya. Selama tiga setengah tahun, ia luar biasa sibuk dengan pekerjaan yang sangat penting ini. Karena ingin mencapai sebanyak mungkin orang, ia tidak membuang waktu, bangun pagi-pagi sekali dan terus bekerja sampai malam. (Lukas 21:37, 38; Yohanes 3:2) Ia mengadakan perjalanan ”dari kota ke kota dan dari desa ke desa, memberitakan dan menyatakan kabar baik tentang kerajaan Allah”. (Lukas 8:1) Yesus berjalan kaki ratusan kilometer melalui jalan-jalan yang berdebu untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang. 8 Apakah Yesus menikmati hal-hal baik dari kerja kerasnya dalam pelayanan? Ya! Ia menabur benih kebenaran Kerajaan, meninggalkan ladang yang siap dipanen. Bagi Yesus, melakukan pekerjaan Allah sudah seperti makanan yang membuatnya kuat dan sehat sehingga ia rela tidak makan demi menyelesaikan pekerjaan itu. (Yohanes 4:31-38) Pikirkan kepuasan yang pasti ia rasakan ketika pada akhir pelayanannya di bumi ia mempunyai alasan kuat untuk mengatakan kepada Bapaknya, 1 Kata Yunani yang diterjemahkan menjadi ”tukang kayu” konon adalah ”sebutan umum untuk orang yang membuat barang-barang dari kayu, entah itu membuat rumah atau perabot atau benda-benda lain dari kayu”. 8, 9. Apa saja yang Yesus nikmati dari hasil kerja kerasnya? 174 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” ”Aku telah memuliakan engkau di bumi, dengan menyelesaikan pekerjaan yang engkau berikan untuk kulakukan.”—Yohanes 17:4. 9 Yehuwa dan Yesus tentu adalah teladan terunggul di antara pribadi-pribadi yang menikmati hal-hal baik dari kerja keras mereka. Kasih kepada Yehuwa menggerakkan kita untuk ’menjadi peniru Allah’. (Efesus 5:1) Kasih kepada Yesus mendorong kita untuk ”mengikuti langkah-langkahnya dengan saksama”. (1 Petrus 2:21) Maka sekarang, mari kita periksa bagaimana kita juga dapat menikmati hal-hal baik dari kerja keras kita. CARA AGAR DAPAT MENIKMATI HAL-HAL BAIK DARI KERJA KERAS KITA 10 Pekerjaan duniawi bisa menjadi bagian dari kehidupan orang Kristen sejati. Kita ingin merasa puas dan senang dengan pekerjaan kita, tetapi hal ini bisa sangat sulit apabila kita tidak menyukai pekerjaan kita. Jika begitu, bagaimana kita dapat menikmati hal-hal baik dari kerja keras kita? 11 Dengan memupuk sikap yang benar. Kita tidak selalu bisa mengubah keadaan kita, tetapi kita dapat mengubah sikap kita. Dengan merenungkan sudut pandang Allah, kita dapat memupuk sikap positif terhadap pekerjaan. Contohnya, jika Saudara adalah kepala keluarga, renungkan bahwa pekerjaan Saudara, meskipun kelihatannya hanya pekerjaan rendahan, dapat memenuhi kebutuhan keluarga Saudara. Jadi, mengurus orang-orang yang Saudara kasihi bukan hal sepele dalam pandangan Allah. Firman-Nya mengatakan bahwa orang yang tidak menyediakan kebutuhan keluarganya ”lebih buruk daripada orang yang tidak mempunyai iman”. (1 Timotius 5:8) Dengan menyadari bahwa pekerjaan Saudara adalah sarana untuk mencapai tujuan, yaitu untuk melaksanakan tanggung jawab dari Allah, Saudara bisa merasakan kepuasan dari pekerjaan tersebut, dan Saudara pun memiliki tujuan; hal-hal ini bisa jadi tidak dimiliki rekan-rekan sekerja Saudara. 10, 11. Apa yang dapat membantu kita memupuk sikap yang benar terhadap pekerjaan kita? Menerapkan prinsip-prinsip Alkitab dapat membantu Saudara menikmati hal-hal baik dari kerja keras Saudara 12 Dengan rajin bekerja dan berlaku jujur. Bekerja keras dan belajar cara melakukan pekerjaan dengan baik bisa menghasilkan berkat. Pekerja yang rajin dan terampil sering sangat dihargai majikan mereka. (Amsal 12:24; 22:29) Sebagai orang Kristen sejati, kita juga harus jujur dalam pekerjaan kita—tidak mencuri uang, barang-barang, atau waktu dari majikan kita. (Efesus 4:28) Sebagaimana kita lihat dalam pasal sebelumnya, kejujuran menghasilkan imbalan. Seorang karyawan yang dikenal jujur kemungkinan besar akan dipercaya. Dan, entah majikan kita memperhatikan teladan kita sebagai pekerja yang 12. Mengapa kerajinan dan kejujuran dalam pekerjaan kita menghasilkan imbalan? 176 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” rajin atau tidak, kita bisa merasa puas karena memiliki ”hati nurani yang jujur” dan mengetahui bahwa kita menyenangkan Allah yang kita kasihi.—Ibrani 13:18; Kolose 3:22-24. 13 Dengan menyadari bahwa tingkah laku kita dapat memuliakan Allah. Kalau kita selalu menjaga tingkah laku Kristen yang baik di tempat kerja, orang lain pasti akan memperhatikannya. Apa hasilnya? Kita akan ”menghiasi ajaran Juru Selamat kita, Allah”. (Titus 2:9, 10) Ya, melalui tingkah laku kita yang baik, orang lain dapat melihat betapa bagusnya cara ibadat kita sehingga membuatnya lebih menarik bagi mereka. Coba bayangkan, bagaimana perasaan Saudara seandainya seorang rekan sekerja menyambut kebenaran karena teladan Saudara di tempat kerja! Yang terpenting, pikirkan hal ini: Apa yang bisa lebih memuaskan selain dari mengetahui bahwa tingkah laku Saudara yang baik memuliakan Yehuwa dan membuat hati-Nya bersukacita?—Baca Amsal 27:11; 1 Petrus 2:12. MENGGUNAKAN DAYA PENGAMATAN DALAM MEMILIH PEKERJAAN 14 Alkitab tidak memerinci apa yang berterima dan tidak berterima sehubungan dengan pekerjaan duniawi. Hal ini tidak berarti kita dapat menerima segala macam pekerjaan, tidak soal apa yang tersangkut. Alkitab dapat membantu kita memilih pekerjaan yang menghasilkan dan tidak melanggar hukum, yang menyenangkan Allah, dan menghindari pekerjaan yang tidak menyenangkan Dia. (Amsal 2:6) Sewaktu akan mengambil keputusan mengenai pekerjaan, ada dua pertanyaan penting yang perlu kita pikirkan. 15 Apakah pekerjaan ini mengharuskan saya melakukan sesuatu yang dikutuk dalam Alkitab? Firman Allah jelas-jelas mengutuk pencurian, dusta, dan pembuatan berhala. (Keluaran 20:4; Kisah 15:29; Efesus 4:28; Penyingkapan 21:8) Kita akan menolak pekerjaan apa pun yang menuntut kita melakukan hal-hal 13. Bisa jadi, apa hasil dari teladan kita di tempat kerja? 14-16. Sewaktu akan mengambil keputusan mengenai pekerjaan, pertanyaan penting apa saja yang perlu kita pikirkan? Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara 177 BISAKAH SAYA TERIMA PEKERJAAN ITU? Prinsip: ”Lakukanlah segala sesuatu demi kemuliaan Allah.”—1 Korintus 10:31. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Apakah pekerjaan ini melibatkan kegiatan yang secara tegas dikutuk dalam Firman Allah?—Keluaran 20:13-15. ˇ Apakah dengan melakukan pekerjaan ini saya mendukung perbuatan yang terkutuk?—Penyingkapan 18:4. ˇ Apakah pekerjaan ini sekadar layanan jasa kepada masyarakat yang tidak bertentangan dengan Alkitab? —Kisah 14:16, 17. ˇ Apa dampaknya jika saya melakukan pekerjaan ini; apakah hati nurani orang lain akan terganggu?—Roma 14:19-22. ˇ Kalau saya menerima pekerjaan di negeri lain dan meninggalkan keluarga saya, apa pengaruhnya atas kebutuhan emosi dan kerohanian keluarga saya? —Efesus 5:28–6:4. itu. Karena mengasihi Yehuwa, kita mustahil menerima pekerjaan yang melanggar perintah Allah.—Baca 1 Yohanes 5:3. 16 Apakah dengan melakukan pekerjaan ini saya jelas-jelas terlibat atau mendukung perbuatan salah? Perhatikan sebuah contoh. Bekerja sebagai resepsionis tidak salah. Tetapi, bagaimana kalau seorang Kristen ditawari pekerjaan tersebut di sebuah klinik aborsi? Memang, tugas kerjanya tidak menuntut dia untuk secara langsung membantu tindakan pengguguran kandungan. Namun, tidakkah pekerjaan rutinnya di 178 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” sana mendukung kegiatan sebuah klinik yang didirikan untuk menggugurkan kandungan—perbuatan yang bertentangan dengan Firman Allah? (Keluaran 21:22-24) Sebagai orang yang mengasihi Yehuwa, kita tidak ingin disangkutpautkan dengan perbuatan yang tidak sesuai dengan Alkitab. 17 Banyak keraguan tentang suatu jenis pekerjaan dapat diselesaikan dengan memeriksa secara cermat jawaban atas dua pertanyaan penting dalam paragraf 15 dan 16. Selain itu, ada beberapa hal lain yang sebaiknya kita pertimbangkan sewaktu akan mengambil keputusan tentang pekerjaan.1 Kita tidak 1 Pembahasan yang lebih terperinci tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan pekerjaan terdapat dalam Menara Pengawal 15 April 1999, halaman 28-30, dan Menara Pengawal No. 51, halaman 10, atau The Watchtower 15 Juli 1982, halaman 26. 17. (a) Apa saja yang dapat kita pertimbangkan sewaktu mengambil keputusan tentang pekerjaan? (Lihat kotak di halaman 177.) (b) Bagaimana hati nurani kita dapat membantu kita membuat keputusan yang menyenangkan Allah? Kita dapat memperlihatkan kasih kita kepada Yehuwa dengan mendahulukan pekerjaan pengabaran dalam kehidupan kita Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara 179 dapat berharap bahwa budak yang setia akan menetapkan peraturan untuk setiap situasi yang mungkin muncul. Dalam hal ini, kita perlu menggunakan daya pengamatan. Seperti yang telah kita pelajari di Pasal 2, kita perlu mendidik dan melatih hati nurani kita dengan mempelajari caranya menerapkan Firman Allah dalam kehidupan sehari-hari. Apabila ’daya pemahaman’ kita telah terlatih ”karena penerapan”, hati nurani kita dapat membantu kita membuat keputusan yang menyenangkan Allah sehingga kita dapat tetap berada dalam kasihNya.—Ibrani 5:14. MENJAGA KESEIMBANGAN TERHADAP PEKERJAAN 18 Menjaga keseimbangan rohani tidak mudah pada ”harihari terakhir” ini, yang merupakan ”masa kritis yang sulit dihadapi”. (2 Timotius 3:1) Mendapatkan pekerjaan dan mempertahankannya bisa sangat sulit. Sebagai orang Kristen sejati, kita mengakui pentingnya bekerja keras untuk menafkahi keluarga kita. Tetapi, jika kita tidak berhati-hati, tekanan di tempat kerja atau cara berpikir duniawi yang tamak dan bisa menular dapat mengganggu kegiatan rohani kita. (1 Timotius 6:9, 10) Mari kita bahas bagaimana kita dapat tetap seimbang dengan memastikan ”perkara-perkara yang lebih penting”.—Filipi 1:10. 19 Percayalah sepenuhnya kepada Yehuwa. (Baca Amsal 3:5, 6.) Bukankah Ia layak kita percayai dengan sepenuh hati? Tentu saja, karena Ia memperhatikan kita. (1 Petrus 5:7) Ia lebih tahu apa yang kita butuhkan daripada kita sendiri, dan tangannya tidak pernah pendek. (Mazmur 37:25) Karena itu, kita sebaiknya mendengarkan apabila Firman-Nya mengingatkan kita, ”Hendaklah cara hidupmu bebas dari cinta uang, dan hendaklah kamu merasa puas dengan perkara-perkara yang ada padamu. Sebab [Allah] mengatakan, ’Aku tidak akan membiarkan engkau atau meninggalkan engkau.’ ” (Ibrani 13:5) Banyak pelayan sepenuh waktu bisa meneguhkan kebenaran 18. Mengapa tidak mudah untuk tetap seimbang secara rohani? 19. Mengapa Yehuwa layak kita percayai sepenuhnya, dan dengan berbuat demikian apa yang bisa kita hindari? 180 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” ”KEPUTUSAN SAYA MEMBUAT HIDUP SAYA PENUH SUKACITA DAN MEMUASKAN” ”Saya berprestasi di sekolah dan mendapat beasiswa penuh ke sebuah sekolah swasta yang ternama di New York City. Guru pembimbing mendesak saya untuk mendaftarkan diri ke beberapa universitas bergengsi. Saya diterima di beberapa di antaranya dan bahkan mendapat beasiswa ke salah satu universitas yang paling terkenal di Amerika Serikat. Tetapi, saya menolak tawaran itu karena dua alasan. Saya tahu bahwa kehidupan yang amoral di kampus, jauh dari rumah, bisa sangat berbahaya bagi saya. Dan, saya ingin sekali merintis. ”Sekarang, saya sudah melayani sebagai perintis biasa selama lebih dari 20 tahun. Saya selalu sibuk dalam banyak bentuk pelayanan—melayani di tempat yang lebih membutuhkan tenaga, membantu pembangunan Balai Kerajaan, dan ikut memberikan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang yang terkena bencana. Saat ini, saya sangat menikmati pelayanan di sebuah kelompok berbahasa asing di New York City. ”Mengenang kembali tahun-tahun dalam dinas sepenuh waktu, saya menyadari betapa banyak berkat yang saya peroleh. Keputusan saya membuat hidup saya penuh sukacita dan memuaskan. Saya tidak akan menukar pengalaman saya dan persahabatan yang telah saya jalin dengan apa pun.”—Zenaida. bahwa Allah mampu menyediakan kebutuhan pokok kita. Jika kita percaya sepenuhnya bahwa Yehuwa akan memperhatikan kita, kita tidak akan terlalu khawatir sehubungan dengan menafkahi keluarga kita. (Matius 6:25-32) Kita tidak akan sampai melalaikan kegiatan rohani, seperti memberitakan kabar baik dan menghadiri perhimpunan, hanya karena pekerjaan duniawi kita.—Matius 24:14; Ibrani 10:24, 25. Nikmati Hal-Hal Baik dari Kerja Keras Saudara 181 20 Jagalah mata Saudara tetap sederhana. (Baca Matius 6:22, 23.) Memiliki mata sederhana berarti terus menempuh kehidupan yang tidak rumit. Mata sederhana seorang Kristen terpusat pada satu tujuan, yaitu melakukan kehendak Allah. Jika kita hanya punya satu tujuan, kita tidak akan terus-menerus mengejar pekerjaan bergaji tinggi dan gaya hidup yang lebih rumit. Kita juga tidak akan terjebak sehingga terus mencari barang terbaru dan terbaik, yang diiklankan untuk meyakinkan kita bahwa barang tersebut dibutuhkan untuk bisa bahagia. Bagaimana Saudara dapat tetap memiliki mata yang sederhana? Jangan bebani diri dengan utang yang tidak perlu. Jangan menimbun barang sehingga banyak waktu dan perhatian Saudara tersita untuknya. Indahkan nasihat Alkitab untuk berpuas dengan ”makanan, pakaian dan penaungan”. (1 Timotius 6:8) Berupayalah sebisa-bisanya untuk menyederhanakan kehidupan Saudara. 21 Tetapkan apa yang paling penting, dan berpautlah padanya. Karena apa yang dapat kita lakukan terbatas, kita perlu menetapkan hal-hal yang paling penting dalam kehidupan. Jika tidak, hal-hal yang kurang penting bisa menyita waktu kita yang berharga, sehingga menggeser hal-hal yang lebih penting. Apa yang hendaknya menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan kita? Banyak orang di dunia lebih mengutamakan pendidikan tinggi demi pekerjaan dan jabatan yang menggiurkan di dunia ini. Tetapi, Yesus mendesak para pengikutnya untuk ’terus mencari dahulu kerajaan’. (Matius 6: 33) Ya, sebagai orang Kristen sejati, kita menomorsatukan Kerajaan Allah dalam kehidupan kita. Pola hidup kita—pilihan, cita-cita, dan kegiatan kita—harus menunjukkan bahwa kepentingan Kerajaan dan kehendak Allah lebih penting bagi kita daripada kekhawatiran akan harta benda dan kegiatan duniawi. 20. Apa artinya menjaga mata tetap sederhana, dan bagaimana Saudara dapat terus memiliki sudut pandang tersebut? 21. Mengapa kita perlu menetapkan hal-hal yang paling penting dalam kehidupan, dan apa yang harus dinomorsatukan? 182 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” BEKERJA KERAS DALAM PELAYANAN Karena mengetahui bahwa kita sedang hidup di pengujung zaman akhir, kita terus menaruh perhatian pada pekerjaan utama orang Kristen sejati—menginjil dan membuat murid. (Matius 24:14; 28:19, 20) Seperti Anutan kita, Yesus, kita ingin luar biasa sibuk dengan pekerjaan yang menyelamatkan kehidupan ini. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa pekerjaan ini penting bagi kita? Sebagian besar umat Allah menggunakan kehidupan mereka untuk pekerjaan pengabaran dengan sepenuh hati sebagai penyiar sidang. Ada yang mengatur urusan mereka agar dapat melayani sebagai perintis atau utusan injil. Karena menyadari pentingnya cita-cita rohani, banyak orang tua menganjurkan anak-anak mereka untuk menjadikan dinas sepenuh waktu sebagai jalan hidup. Apakah para pemberita Kerajaan yang bersemangat menikmati hal-hal baik dari kerja keras mereka dalam pelayanan? Ya, tentu! Melayani Yehuwa dengan sepenuh jiwa pasti mendatangkan sukacita, kepuasan, dan tak terhitung banyaknya berkat dalam kehidupan.—Baca Amsal 10:22. 23 Banyak dari kita harus menggunakan sejumlah besar waktu dalam pekerjaan duniawi demi memenuhi kebutuhan keluarga kita. Ingatlah bahwa Yehuwa menginginkan kita menikmati hal-hal baik dari kerja keras kita. Apabila kita menyelaraskan sikap dan tindakan kita dengan sudut pandang dan prinsip-prinsip-Nya, kita bisa mendapat kepuasan dalam pekerjaan kita. Tetapi, marilah kita bertekad untuk tidak sekali-kali membiarkan pekerjaan duniawi menyimpangkan perhatian kita dari pekerjaan utama kita, yaitu mengumumkan kabar baik Kerajaan Allah. Dengan mengutamakan pekerjaan ini dalam kehidupan kita, kita memperlihatkan kasih kita kepada Yehuwa sehingga kita pun tetap berada dalam kasih-Nya. 22 22, 23. (a) Apa pekerjaan utama orang Kristen sejati, dan bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa pekerjaan ini penting bagi kita? (Lihat kotak di halaman 180.) (b) Apa tekad kita berkenaan dengan pekerjaan duniawi? PASAL 16 Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya ”Lawanlah Iblis, dan ia akan lari.” —YAKOBUS 4:7. JIKA Saudara sudah melayani Yehuwa selama puluhan tahun, mungkin Saudara telah berulang kali mendengar khotbah baptisan di kebaktian kita. Namun, tidak soal seberapa sering Saudara menghadiri acara tersebut, Saudara mungkin masih merasa terharu setiap kali menyaksikan orang-orang yang duduk di baris depan berdiri, menyatakan diri siap untuk dibaptis. Pada saat itu, hadirin diliputi kegembiraan, kemudian mereka bertepuk tangan dengan bersemangat. Mata Saudara mungkin berkaca-kaca sewaktu Saudara sekali lagi melihat sekelompok orang yang terkasih berpihak kepada Yehuwa. Betapa bahagianya kita pada saat-saat seperti itu! 2 Kita mungkin menyaksikan pembaptisan beberapa kali setahun di daerah kita, tetapi para malaikat mendapat hak istimewa untuk menyaksikannya jauh lebih sering lagi. Dapatkah Saudara membayangkan betapa besar ”sukacita di surga” sewaktu mereka setiap minggu melihat ribuan orang di seluruh dunia ditambahkan pada bagian dari organisasi Yehuwa yang kelihatan? (Lukas 15:7, 10) Tidak diragukan, para malaikat sangat bahagia mengamati pertambahan ini!—Hagai 2:7. SI IBLIS ”BERJALAN KELILING SEPERTI SINGA YANG MENGAUM” 3 Tetapi, sangat berbeda dengan hal itu, ada makhlukmakhluk roh yang mengamati pembaptisan tersebut dengan 1, 2. Siapa saja yang bersukacita pada acara pembaptisan? 3. Mengapa Setan berjalan keliling ”seperti singa yang mengaum”, dan apa yang ingin ia lakukan? 184 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” perasaan marah. Setan dan hantu-hantu murka melihat ribuan orang meninggalkan dunia yang bejat ini. Tentu saja, karena Setan membual bahwa tidak ada manusia yang melayani Yehuwa atas dasar kasih yang tulus dan bahwa tidak seorang pun akan tetap setia di bawah ujian yang hebat. (Baca Ayub 2:4, 5.) Setiap kali seseorang memutuskan untuk membaktikan diri kepada Yehuwa, Setan terbukti salah. Wajah Setan seakan-akan ditampar ribuan kali setiap minggu. Tidak heran bahwa ia ”berjalan keliling seperti singa yang mengaum, berupaya melahap orang”! (1 Petrus 5:8) ”Singa” ini ingin sekali melahap kita secara rohani supaya hubungan kita dengan Allah rusak atau bahkan putus.—Mazmur 7:1, 2; 2 Timotius 3:12. Setiap kali seseorang membaktikan diri kepada Yehuwa dan dibaptis, Setan terbukti salah Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya 185 4 Meskipun menghadapi musuh yang ganas, kita tidak perlu dicekam oleh rasa takut. Mengapa tidak? Karena Yehuwa membatasi jangkauan ”singa yang mengaum” itu dengan dua cara penting. Apa saja? Pertama-tama, Yehuwa menubuatkan bahwa ”suatu kumpulan besar” orang Kristen sejati akan selamat dari ”kesengsaraan besar” yang akan datang. (Penyingkapan 7:9, 14) Apa yang Allah nubuatkan selalu tergenap. Karena itu, Setan pun harus tahu bahwa umat Allah secara kelompok berada di luar jangkauannya. 5 Pembatasan kedua terlihat dari kebenaran dasar yang diucapkan salah seorang hamba Allah zaman dulu yang setia. Nabi Azaria mengatakan kepada Raja Asa, ”Yehuwa menyertai kamu selama kamu menyertai dia.” (2 Tawarikh 15:2; baca 1 Korintus 10:13.) Banyak contoh yang tercatat memperlihatkan bahwa pada masa lampau, Setan selalu gagal melahap hamba Allah yang tetap dekat dengan Allah. (Ibrani 11:4-40) Dewasa ini, seorang Kristen yang tetap dekat dengan Allah dapat melawan dan bahkan menaklukkan si Iblis. Malahan, Firman Allah menjamin, ”Lawanlah Iblis, dan ia akan lari darimu.”—Yakobus 4:7. ”PERGULATAN KITA . . . MELAWAN KUMPULAN ROH YANG FASIK” 6 Setan mustahil menang dalam perang kiasan itu, tetapi ia dapat mengalahkan kita secara perorangan kalau kita mengendurkan kewaspadaan. Setan tahu bahwa ia dapat melahap kita kalau ia dapat melemahkan ikatan kita dengan Yehuwa. Untuk itu, apa yang Setan coba lakukan? Ia menyerang kita dengan hebat, secara pribadi, dan dengan licik. Mari kita bahas strategi utama Setan ini. 7 Serangan yang gencar. Rasul Yohanes menyatakan, ”Seluruh dunia berada dalam kuasa si fasik.” (1 Yohanes 5:19) 4, 5. (a) Yehuwa membatasi pengaruh Setan dengan dua cara penting apa? (b) Orang Kristen sejati dapat yakin akan hal apa? 6. Bagaimana Setan memerangi orang Kristen secara perorangan? 7. Mengapa Setan menyerang umat Yehuwa dengan hebat? 186 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Kata-kata itu berisi peringatan bagi semua orang Kristen sejati. Mengingat bahwa Setan sudah melahap seluruh dunia umat manusia yang jahat, ia sekarang dapat memusatkan dan memperhebat serangannya atas orang-orang yang sejauh ini luput darinya—umat Yehuwa. (Mikha 4:1; Yohanes 15:19; Penyingkapan 12:12, 17) Ia marah besar karena tahu waktunya tinggal sedikit. Maka, ia meningkatkan tekanan. Dewasa ini, kita menghadapi amukan terakhirnya yang ganas untuk menghancurkan hubungan kita dengan Allah. 8 Pergulatan secara pribadi. Rasul Paulus memperingatkan rekan-rekan Kristennya, ”Pergulatan kita . . . melawan kumpulan roh yang fasik di tempat-tempat surgawi.” (Efesus 6:12) Mengapa Paulus menggunakan kata ”pergulatan”? Karena kata itu menyampaikan gagasan pertarungan dari jarak dekat, berhadap-hadapan. Jadi, dengan menggunakan kata itu, Paulus menandaskan bahwa kita masing-masing secara pribadi harus berjuang melawan roh-roh jahat. Entah kita tinggal dalam masyarakat yang umumnya percaya kepada roh-roh jahat atau tidak, jangan sekali-kali lupa bahwa apabila kita membaktikan diri kepada Yehuwa, kita seolah-olah naik ke matras gulat. Paling tidak, sejak membaktikan diri, setiap orang Kristen terlibat dalam pertarungan ini. Maka, tidak mengherankan bahwa Paulus menganggap perlu untuk mendesak orang Kristen di Efesus tiga kali agar ”berdiri teguh”!—Efesus 6:11, 13, 14. 9 Siasat licik. Paulus mendesak orang Kristen agar berdiri teguh menghadapi ”siasat-siasat licik” Setan. (Efesus 6:11) Perhatikan bahwa Paulus menggunakan bentuk jamak. Roh-roh jahat tidak hanya menggunakan satu tetapi beragam siasat licik—dan dengan alasan yang kuat. Seraya waktu berlalu, orang beriman yang tadinya berdiri teguh menghadapi satu jenis 8. Apa maksud rasul Paulus ketika mengatakan bahwa kita harus ’bergulat’ melawan roh-roh jahat? 9. (a) Mengapa Setan dan hantu-hantu menggunakan beragam ’siasat licik’? (b) Mengapa Setan mencoba merusak cara berpikir kita, dan bagaimana caranya melawan upaya tersebut? (Lihat kotak di halaman 192-193.) (c) Siasat licik apa yang akan kita bahas sekarang? Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya 187 ujian ternyata menyerah ketika menghadapi ujian lain. Karena itu, si Iblis dan hantu-hantu mengamati baik-baik perilaku kita masing-masing untuk mengetahui titik lemah kita. Kemudian, mereka memanfaatkan kelemahan rohani apa pun yang mungkin ada pada kita. Tetapi, syukurlah, kita dapat mengenali banyak siasat si Iblis, sebab hal itu disingkapkan dalam Alkitab. (2 Korintus 2:11) Sebelumnya, dalam publikasi ini kita membahas siasat seperti daya tarik harta benda, pergaulan yang berbahaya, dan percabulan. Sekarang, mari kita bahas siasat licik Setan lainnya—spiritisme. MELAKUKAN SPIRITISME ADALAH PENGKHIANATAN 10 Dengan melakukan spiritisme, seseorang mengadakan kontak langsung dengan roh-roh jahat. Tenung, sihir, gunaguna, dan bertanya kepada orang mati adalah beberapa bentuk spiritisme. Kita tahu benar bahwa Yehuwa menganggap spiritisme ”memuakkan”. (Ulangan 18:10-12; Penyingkapan 21:8) Karena kita juga harus ’muak terhadap apa yang fasik’, tentu tidak masuk akal jika kita ingin berteman dengan kumpulan roh jahat. (Roma 12:9) Hal itu benar-benar pengkhianatan yang menjijikkan terhadap Bapak kita, Yehuwa. 11 Tetapi, justru karena bermain-main dengan spiritisme merupakan pengkhianatan yang menjijikkan terhadap Yehuwa, Setan bertekad untuk membuat kita terlibat di dalamnya. Setiap kali ia dapat membujuk seorang Kristen untuk berpaling kepada roh-roh jahat, Setan mendapat kemenangan besar. Mengapa? Pikirkan perumpamaan ini: Jika seorang prajurit dapat dibujuk untuk membelot dan mengkhianati pasukannya lalu bergabung dengan pasukan musuh, komandan musuh pasti senang sekali. Ia mungkin bahkan akan mengarak pengkhianat itu bagaikan piala kemenangan dengan maksud menghina mantan komandan prajurit itu. Demikian pula, jika 10. (a) Apa spiritisme itu? (b) Bagaimana pandangan Yehuwa tentang spiritisme, dan bagaimana pandangan Saudara tentang hal itu? 11. Mengapa Setan mendapat kemenangan besar jika ia dapat membujuk kita untuk berpaling kepada spiritisme? Berikan gambaran. 188 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” seorang Kristen berpaling kepada spiritisme, ia dengan rela dan sengaja meninggalkan Yehuwa dan menempatkan dirinya langsung di bawah komando Setan. Bayangkan, alangkah senangnya Setan bisa mengarak pembelot itu seperti piala kemenangan perang! Apakah ada di antara kita yang mau memberikan kemenangan seperti itu kepada si Iblis? Pasti tidak! Kita bukan pengkhianat. MENGGUNAKAN PERTANYAAN UNTUK MENIMBULKAN KERAGUAN 12 Selama kita merasa muak terhadap spiritisme, Setan tidak akan berhasil melawan kita dengan menggunakan hal itu. Jadi, ia menyadari bahwa ia harus mengubah cara berpikir kita. Bagaimana caranya? Ia mencari jalan untuk membingungkan orang Kristen sehingga ada yang akan berpikir bahwa ”kebaikan itu jahat dan kejahatan itu baik”. (Yesaya 5:20) Untuk melakukan hal itu, Setan sering menggunakan lagi salah satu siasatnya yang terbukti ampuh—menggunakan pertanyaan untuk menimbulkan keraguan. 13 Perhatikan cara Setan menggunakan siasat itu di masa lampau. Di Eden, ia menanyai Hawa, ”Apakah memang benar bahwa Allah mengatakan kamu tidak boleh memakan buah dari setiap pohon di taman ini?” Pada zaman Ayub, dalam suatu pertemuan para malaikat di surga, Setan bertanya, ”Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?” Dan, pada awal pelayanan Yesus di bumi, Setan menantang Kristus dengan mengatakan, ”Jika engkau putra Allah, suruhlah batubatu ini menjadi roti.” Bayangkan—dalam kasus Yesus, Setan berani mencemooh kata-kata yang Yehuwa sendiri ucapkan sekitar enam minggu sebelumnya, ”Inilah Putraku, yang kukasihi, kepadanyalah aku berkenan”!—Kejadian 3:1; Ayub 1:9; Matius 3:17; 4:3. 12. Siasat apa yang Setan gunakan untuk memengaruhi pandangan kita terhadap spiritisme? 13. Bagaimana Setan menggunakan pertanyaan untuk menimbulkan keraguan? Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya 189 14 Dewasa ini, si Iblis menggunakan siasat serupa guna menimbulkan ketidakpastian apakah spiritisme memang buruk. Sayang sekali, ia berhasil menimbulkan keraguan dalam pikiran beberapa orang beriman. Mereka mulai mempertanyakan apakah beberapa bentuk spiritisme memang begitu jahat. (2 Korintus 11:3) Bagaimana kita dapat membantu orangorang tersebut mengubah pandangan mereka? Bagaimana kita dapat memastikan bahwa siasat Setan tidak akan memengaruhi kita? Untuk menjawabnya, mari kita bahas dua bidang kehidupan yang secara halus telah dicemari oleh Setan dengan spiritisme. Ini adalah hiburan dan perawatan kesehatan. MEMANFAATKAN KEINGINAN DAN KEBUTUHAN KITA 15 Khususnya di dunia Barat, ilmu gaib, ilmu sihir, dan bentuk lain spiritisme semakin dianggap tidak berbahaya. Film, buku, acara TV, dan game komputer semakin menggambarkan spiritisme sebagai sesuatu yang menyenangkan, canggih, dan tidak berbahaya. Ada film dan buku yang alur cerita utamanya diwarnai ilmu gaib yang menjadi sangat terkenal sehingga para pecandunya mendirikan klub penggemar. Jelaslah, hantu-hantu berhasil membuat orang menyepelekan bahayanya ilmu gaib. Apakah hal-hal seperti ini telah memengaruhi orang Kristen? Cara berpikir beberapa orang telah terimbas. Bagaimana? Sebagai contoh umum, setelah seorang Kristen menonton film yang intinya tentang ilmu gaib, ia mengatakan, ”Saya menonton film itu, tetapi saya tidak melakukan spiritisme.” Mengapa penalaran seperti itu berbahaya? 16 Meskipun ada perbedaan antara benar-benar melakukan 14. (a) Bagaimana Setan menggunakan siasatnya untuk menimbulkan ketidakpastian tentang spiritisme? (b) Apa yang akan kita bahas sekarang? 15. (a) Bagaimana pandangan banyak orang di dunia Barat tentang spiritisme? (b) Bagaimana beberapa orang Kristen telah dipengaruhi oleh pandangan dunia tentang spiritisme? 16. Mengapa berbahaya untuk memilih hiburan yang topik utamanya tentang ilmu gaib? 190 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” dan menonton spiritisme, tentu tidak berarti bahwa menonton hal-hal yang berkaitan dengan ilmu gaib tidak berbahaya. Mengapa begitu? Pikirkan hal ini: Firman Allah menunjukkan bahwa Setan maupun hantu-hantunya tidak dapat membaca pikiran kita.1 Maka, seperti disebutkan sebelumnya, untuk mengetahui apa yang kita pikirkan dan apakah kerohanian kita lemah, roh-roh jahat mengamati baik-baik tindakan kita —termasuk hiburan yang kita pilih. Apabila perilaku seorang Kristen menunjukkan bahwa ia menyukai film atau buku yang topik utamanya tentang dukun, guna-guna, orang yang kesurupan, atau yang juga berkaitan dengan roh-roh jahat, ia sedang mengirimkan pesan kepada hantu-hantu. Malah, ia membuat mereka tahu di mana titik lemahnya! Akibatnya, hantu-hantu dapat mempergencar pergulatan mereka dengan orang Kristen itu untuk dapat memanfaatkan kelemahan yang telah ia singkapkan, seakan-akan sampai mereka berhasil membanting dia secara telak. Sebenarnya, orang yang berminat pada spiritisme karena pada awalnya tertarik oleh hiburan yang menonjolkan ilmu gaib, akhirnya benar-benar melakukan spiritisme.—Baca Galatia 6:7. 17 Setan mencoba memanfaatkan, bukan hanya keinginan kita untuk menikmati hiburan, melainkan juga kebutuhan kita akan perawatan kesehatan. Caranya? Seorang Kristen yang kesehatannya terus memburuk sekalipun sudah melakukan berbagai upaya mencari kesembuhan dapat menjadi putus asa. (Markus 5:25, 26) Hal itu bisa memberi kesempatan baik bagi Setan dan hantu-hantu untuk memanfaatkan dia. Hantu-hantu boleh jadi akan menggoda orang sakit yang sudah putus asa itu untuk mencoba pengobatan atau cara-cara yang melibatkan penggunaan ”tenaga gaib”, atau spiritisme. (Yesaya 1:13) 1 Sebutan bagi Setan (Penentang, Pemfitnah, Penipu, Penggoda, Pendusta) tidak menunjukkan bahwa ia dapat menyelidiki hati dan pikiran kita. Berbeda dengan Setan, Yehuwa digambarkan sebagai ”pemeriksa hati”, dan Yesus, sebagai pribadi yang ”menyelidiki ginjal [pikiran] dan hati”.—Amsal 17:3; Penyingkapan 2:23. 17. Melalui siasat licik apa Setan merusak orang yang sedang sakit? Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya 191 Jika siasat licik tersebut berhasil, hubungan orang sakit itu dengan Allah bisa melemah. Bagaimana? 18 Yehuwa memperingatkan orang Israel yang berpaling kepada ”tenaga gaib”, ”Pada waktu kamu menadahkan tanganmu, aku menyembunyikan mataku darimu. Walaupun kamu banyak berdoa, aku tidak mendengarkan.” (Yesaya 1:15) Tentu, kita akan selalu menghindari apa pun yang bisa menghalangi doa kita dan mengurangi dukungan yang kita terima dari Yehuwa—dan terlebih lagi pada waktu kita sakit. (Mazmur 41:3) Karena itu, jika ada petunjuk bahwa suatu prosedur diagnosis (cara menentukan jenis penyakit) atau pengobatan tertentu mungkin berkaitan dengan spiritisme, orang Kristen sejati harus menolaknya.1 (Matius 6:13) Dengan demikian, ia pasti akan tetap mendapat dukungan Yehuwa. —Lihat kotak ”Apakah Itu MeDapatkan manfaat dari dukungan Yehuwa pada mang Spiritisme?” di halaman waktu Saudara sakit 194. KALA KISAH TENTANG HANTU MELIMPAH RUAH Sementara banyak orang di negeri-negeri Barat menyepelekan bahayanya kuasa Setan, hal yang sebaliknya terjadi 19 1 Keterangan lebih jauh terdapat dalam artikel ”Tes Kesehatan untuk Saudara?” dalam Menara Pengawal 15 Desember 1994, halaman 19-22, dan artikel ”Pandangan Alkitab: Memilih Perawatan Medis—Pentingkah?” dalam Sedarlah! 8 Januari 2001. 18. Prosedur macam apa yang akan ditolak seorang Kristen, dan mengapa? 19. (a) Si Iblis telah menipu banyak orang sehingga memercayai apa tentang kuasanya? (b) Kisah-kisah apa yang harus dihindari orang Kristen sejati? 192 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” WASPADAI KELICIKAN SETAN! Setan, si penipu ulung, telah ”membutakan pikiran orangorang yang tidak percaya” selama ribuan tahun hingga sekarang. (2 Korintus 4:4) Ia juga dengan gigih berupaya merusak cara berpikir para penyembah Allah. Mengapa? Setan memahami bahwa cara kita berpikir memengaruhi cara kita bertindak. Ia tahu bahwa kalau ia dapat menyimpangkan cara berpikir kita, ia dapat memengaruhi kita sehingga kita melakukan apa yang buruk —Yakobus 1:14, 15. Ingatlah cara Setan menyesatkan Hawa. Rasul Paulus menulis, ”Aku takut bahwa dengan satu atau lain cara, sebagaimana ular telah memikat Hawa dengan kelicikannya, pikiranmu dirusak sehingga menjauh dari . . . Kristus.” (2 Korintus 11:3) Melalui seekor ular, binatang yang memiliki sifat hati-hati, Setan membujuk Hawa untuk menempuh haluan yang mendatangkan bencana. Ia berusaha merusak pikiran Hawa, menyimpangkan cara berpikirnya. Taktik itu berhasil. Karena Hawa mendengarkan, sudut pandangnya berubah, dan apa yang melanggar hukum menjadi sesuatu yang diinginkan. Setelah pikirannya dirusak, ia mudah ditarik untuk melakukan dosa.—Kejadian 3:1-6; Penyingkapan 12:9. Setan belum berubah. Prinsip dasar yang ia miliki masih sama: Rusakkan pikiran, dan tindakan yang berdosa pun akan menyusul. Setan merancang politik, agama, perdagangan, dan hiburan dalam dunia ini untuk menyebarkan cara berpikirnya. (Yohanes 14:30) Ia telah berhasil menyimpangkan cara berpikir kebanyakan manusia, mengubah sikap dan sudut pandang mereka. Tingkah laku yang pernah dianggap berdosa—seperti perbuatan homoseksual, hidup bersama tanpa menikah, dan mempunyai anak di luar pernikahan—sering dianggap berterima, bahkan diinginkan. Seberapa berhasilkah upaya Setan memikat manusia? Alkitab mengatakan, ”Seluruh dunia berada dalam kuasa si fasik.” —1 Yohanes 5:19. Sebagai orang Kristen, kita tentu tidak kebal terhadap siasat Setan. (1 Korintus 10:12) Karena tahu bahwa waktunya tinggal sedi- Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya 193 kit, Setan ’marah besar’ dan terutama bertekad untuk menyesatkan umat Allah. (Penyingkapan 12:12) Jika kita tidak berhati-hati, cara berpikir Setan yang licik dan banyak ”penipu” yang ia peralat dapat merusak pikiran kita dan membujuk kita untuk berbuat dosa.—Titus 1:10. Sebagai contoh, perhatikan pandangan dunia ini tentang perkawinan. Alkitab mengajarkan bahwa perkawinan itu suci karena menyangkut komitmen, atau ikrar, yang abadi. (Matius 19: 5, 6, 9) Film dan acara televisi dunia ini sering menggambarkan perkawinan sebagai kesepakatan sementara yang dengan mudah dapat diakhiri. Sebagai orang Kristen, kita perlu waspada jangan sampai cara berpikir Setan ini merusak kita. Jika tidak dikendalikan, pengaruh ini dapat menyimpangkan sudut pandang kita, melemahkan komitmen dengan teman hidup kita. Apabila menghadapi masalah perkawinan, kita mungkin tergoda untuk mencari orang yang bukan teman hidup kita yang dapat mengerti dan mendukung kita. Tak lama kemudian, orang itu—bisa jadi rekan sekerja atau rekan seiman—mungkin kelihatannya bisa mengisi kekosongan emosi kita. Jika kita membiarkan hubungan romantis terjalin, boleh jadi kita akan terpikat untuk berbuat dosa. Contoh lain, perhatikan semangat ingin bebas yang merajalela di dunia Setan. Banyak orang ”keras kepala, besar kepala karena sombong”. (2 Timotius 3:4) Jika semangat tersebut sampai merusak pikiran kita, pandangan kita tentang ketundukan dan ketaatan bisa menyimpang. Karena dijangkiti semangat ini, seorang saudara mungkin akan merasa tersinggung ketika dinasihati oleh para penatua. (Ibrani 12:5) Seorang saudari bisa saja mulai mempertanyakan kekepalaan yang Allah tetapkan.—1 Korintus 11:3. Kita dapat bersyukur bahwa Yehuwa memperingatkan kita terhadap berbagai siasat Setan. (2 Korintus 2:11) Mari kita bertekad untuk tidak sekali-kali membiarkan cara berpikir Setan menyusup ke dalam pikiran kita. Agar tetap berada dalam kasih Allah, kita perlu terus ’memusatkan pikiran kita pada perkara-perkara yang ada di atas’.—Kolose 3:2. 194 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” di bagian-bagian lain di dunia. Di sana, si Iblis menipu banyak orang sehingga percaya bahwa ia mempunyai kuasa yang lebih besar daripada yang sebenarnya. Ada orang yang hidup, makan, bekerja, dan tidur dengan perasaan takut akan roh-roh jahat. Ada banyak sekali kisah tentang tindakan perkasa para hantu. Kisah-kisah tersebut sering dibumbui, dan orang takjub olehnya. Apakah kita harus ikut menyebarkan kisah-kisah tersebut? Tidak, hamba-hamba Allah yang benar tidak melakukan hal itu karena dua alasan penting. 20 Pertama, dengan menyebarkan kisah-kisah tentang kehebatan para hantu, seseorang sebenarnya membantu upaya Setan. Mengapa demikian? Firman Allah memang mengatakan bahwa Setan dapat melakukan perbuatan penuh kuasa, tetapi Alkitab juga memperingatkan bahwa ia menggunakan ”tanda-tanda dusta” dan ”tipu daya”. (2 Tesalonika 2:9, 10) Karena 20. Bagaimana seseorang, mungkin tanpa sengaja, bisa mendukung siasat Setan? APAKAH ITU MEMANG SPIRITISME? Prinsip: ”Perbuatan daging nyata, dan ini adalah . . . praktek spiritisme, . . . perpecahan, sekte-sekte . . . Orang yang mempraktekkan hal-hal demikian tidak akan mewarisi kerajaan Allah.” —Galatia 5:19-21. Pertanyaan untuk diri sendiri ˇ Apakah adat kebiasaan yang saya ikuti ada hubungannya dengan kepercayaan agama palsu? —2 Korintus 6:16, 17. ˇ Di antara benda-benda yang saya gunakan, apakah ada yang berkaitan langsung dengan spiritisme? —Kisah 19:19. ˇ Apakah pengobatan yang saya upayakan melibatkan suatu bentuk kekuatan gaib?—Imamat 19:26. Lawanlah Iblis dan Siasat Liciknya 195 Setan adalah penipu ulung, ia tahu cara memengaruhi pikiran orang-orang yang cenderung kepada spiritisme dan caranya agar mereka memercayai hal-hal yang tidak benar. Orangorang seperti itu mungkin sungguh-sungguh percaya bahwa mereka melihat dan mendengar hal-hal tertentu dan boleh jadi menceritakan pengalaman mereka sebagai sesuatu yang benar. Lambat laun, kisah mereka dibesar-besarkan karena diceritakan berulang kali. Jika seorang Kristen menyebarkan cerita seperti itu, ia sebenarnya melakukan kehendak si Iblis —”bapak dusta”. Ia mendukung siasat Setan.—Yohanes 8:44; 2 Timotius 2:16. 21 Kedua, sekalipun seorang Kristen memang pernah melihat roh-roh jahat di masa lalu, ia tidak akan berulang kali menceritakan hal itu sebagai topik obrolan dengan rekan-rekan seimannya. Mengapa? Kita dinasihati, ’Tataplah Wakil Utama dan Penyempurna iman kita, Yesus.’ (Ibrani 12:2) Ya, kita harus memusatkan perhatian kita kepada Kristus, bukan kepada Setan. Patut diperhatikan bahwa semasa hidupnya di bumi, Yesus tidak pernah menjadikan roh-roh jahat sebagai bahan obrolan dengan murid-muridnya, walaupun ia bisa saja mengatakan banyak hal tentang apa yang dapat atau tidak dapat Setan lakukan. Tetapi, topik utama Yesus adalah berita Kerajaan. Jadi, sesuai dengan teladan Yesus dan para rasul, kita tentu ingin agar percakapan kita berkisar pada ”perkara-perkara yang besar dari Allah”.—Kisah 2:11; Lukas 8:1; Roma 1:11, 12. 22 Memang, Setan menggunakan berbagai siasat licik, termasuk spiritisme, untuk mencoba menghancurkan hubungan kita dengan Yehuwa. Tetapi, dengan merasa muak terhadap apa yang jahat dan berpaut pada apa yang baik, kita tidak memberi si Iblis kesempatan untuk melemahkan tekad kita untuk menolak spiritisme dengan segala bentuknya. (Baca Efesus 4:27.) Bayangkan betapa besar ”sukacita di surga” jika kita terus ”berdiri teguh melawan siasat-siasat licik Iblis” sampai ia tidak ada lagi!—Lukas 15:7; Efesus 6:11. 21. Kita ingin percakapan kita berkisar pada hal apa? 22. Bagaimana kita dapat terus mendatangkan ”sukacita di surga”? PASAL 17 ”Membangun Dirimu di Atas Imanmu yang Paling Kudus” ”Dengan membangun dirimu di atas imanmu yang paling kudus, . . . tetaplah berada dalam kasih Allah.” —YUDAS 20, 21. SAUDARA sedang bekerja keras pada suatu proyek pembangunan. Proyek ini sudah berjalan selama beberapa waktu dan akan terus berlangsung sampai di masa depan. Sejauh ini, pekerjaan tersebut penuh tantangan tetapi memuaskan. Apa pun yang terjadi, Saudara bertekad untuk tidak pernah menyerah atau mengendur, sebab mutu pekerjaan Saudara akan memengaruhi kehidupan, dan bahkan masa depan Saudara. Mengapa demikian? Karena yang sedang dibangun adalah Saudara sendiri! 2 Sang murid Yudas menandaskan bahwa kita perlu membangun diri sendiri. Ketika mendesak orang Kristen agar ’tetap berada dalam kasih Allah’, ia juga menyingkapkan dalam ayat-ayat yang sama apa kuncinya untuk bisa melakukan hal itu, yaitu ”dengan membangun dirimu di atas imanmu yang paling kudus”. (Yudas 20, 21) Bagaimana Saudara dapat membangun diri sendiri dengan lebih menguatkan iman Saudara sehingga tetap berada dalam kasih Allah? Mari kita pusatkan perhatian pada tiga segi proyek pembangunan rohani diri Saudara. TERUSLAH MEMBANGUN IMAN AKAN TUNTUTAN YEHUWA YANG ADIL DAN BENAR 3 Pertama-tama, kita perlu menguatkan iman kita akan hukum 1, 2. Proyek pembangunan apa yang Saudara laksanakan, dan mengapa mutu pekerjaan Saudara sangat penting? 3-5. (a) Setan ingin menyesatkan Saudara agar Saudara memiliki pandangan apa tentang tuntutan Yehuwa? (b) Bagaimana seharusnya pandangan kita tentang tuntutan Allah, dan bagaimana hal itu seharusnya memengaruhi perasaan kita? Jelaskan. ”Membangun Dirimu di Atas Imanmu yang Paling Kudus” 197 Allah. Sewaktu mempelajari buku ini, Saudara telah mempelajari sejumlah tuntutan Yehuwa yang adil dan benar tentang tingkah laku. Bagaimana Saudara memandang tuntutan-tuntutan tersebut? Setan ingin menyesatkan Saudara agar menganggap hukum, prinsip, dan standar Yehuwa itu bersifat mengekang, bahkan menindas. Ia terus menggunakan taktik ini karena ternyata sangat berhasil di Eden dulu. (Kejadian 3:1-6) Apakah taktiknya juga bisa menyesatkan Saudara? Hal itu sangat bergantung pada sudut pandang Saudara. 4 Sebagai gambaran: Ketika Saudara sedang berjalan-jalan di sebuah taman yang indah, Saudara melihat sebuah pagar yang tinggi dan kokoh, menutupi jalan menuju bagian tertentu dari taman itu, yang pemandangannya sangat menarik. Mula-mula, Saudara mungkin menganggap pagar itu tidak perlu ada di sana karena membatasi kebebasan Saudara. Sewaktu Saudara melihat apa yang ada di balik pagar itu, tampak seekor singa yang ganas sedang mengintai mangsa! Sekarang, Saudara menyadari fungsi pagar itu —sebagai pelindung. Apakah Saudara sekarang sedang diintai pemangsa yang berbahaya? Firman Allah memperingatkan, ”Pertahankanlah kesadaranmu, waspadalah. Musuhmu, si Iblis, berjalan keliling seperti singa yang mengaum, berupaya melahap orang.” —1 Petrus 5:8. 5 Setan adalah pemangsa yang ganas. Karena Yehuwa tidak ingin kita menjadi mangsa Setan, Ia memberikan hukum-hukum untuk melindungi kita dari banyak ’siasat licik’ Iblis. (Efesus 6:11) Jadi, setiap kali kita merenungkan hukum-hukum Allah, kita harus memandangnya sebagai pernyataan kasih Bapak kita. Dengan begitu, hukum-hukum Allah menjadi sumber keamanan dan sukacita. Sang murid Yakobus menulis, ”Dia yang meneliti hukum yang sempurna yang berkaitan dengan kemerdekaan, dan yang berkanjang dalam hal itu . . . akan berbahagia karena melakukan hal itu.”—Yakobus 1:25. 6 Menaati perintah-perintah Allah adalah cara terbaik untuk membangun iman kita kepada sang Pemberi hukum dan kepada hikmat dari hukum-hukum-Nya. Sebagai contoh, ”hukum 6. Apa cara terbaik untuk membangun iman akan hukum dan prinsip Allah yang adil dan benar? Berikan contoh. 198 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Kristus” mencakup perintah Yesus untuk mengajar orang lain ’semua perkara yang ia perintahkan’. (Galatia 6:2; Matius 28:19, 20) Orang Kristen juga menganggap serius perintah agar mereka terus menikmati pertemuan ibadat dan pergaulan yang membina. (Ibrani 10:24, 25) Perintah Allah juga mencakup desakan untuk sering dan teratur berdoa dengan tulus kepada Yehuwa. (Matius 6:5-8; 1 Tesalonika 5:17) Jika kita menaati perintah-perintah tersebut, semakin jelaslah bagi kita bahwa pedoman itu benar-benar berlandaskan kasih. Dengan mematuhinya, kita akan memperoleh sukacita dan kepuasan yang mustahil kita temukan di tempat lain di dunia yang penuh masalah ini. Sewaktu Saudara merenungkan manfaat yang telah Saudara peroleh secara pribadi karena mematuhi hukum Allah, tidakkah iman Saudara akan hukum-hukum tersebut semakin kuat? 7 Kadang-kadang, ada yang merasa terlalu sulit untuk bisa terus berpaut pada hukum Yehuwa seraya tahun-tahun berlalu. Mereka takut pada suatu saat akan gagal. Kalau Saudara pernah merasa begitu, ingatlah kata-kata ini, ”Aku, Yehuwa, adalah Allahmu, Pribadi yang mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagimu, Pribadi yang membuat engkau melangkah di jalan yang harus kautem7, 8. Bagaimana Firman Allah membesarkan hati orang yang khawatir bahwa ia tidak bisa terus menempuh haluan yang benar seraya tahun-tahun berlalu? ”Membangun Dirimu di Atas Imanmu yang Paling Kudus” 199 puh. Oh, seandainya saja engkau mau memperhatikan perintahperintahku! Maka damaimu akan menjadi seperti sungai, dan keadilbenaranmu seperti gelombang-gelombang laut.” (Yesaya 48: 17, 18) Pernahkah Saudara meluangkan waktu sejenak untuk memikirkan betapa membesarkan hati kata-kata tersebut? 8 Dalam ayat itu, Yehuwa mengingatkan kita bahwa kita akan mendapat manfaat jika kita menaati Dia. Ia menjanjikan dua macam berkat jika kita berbuat demikian. Pertama, damai kita akan seperti sungai—tenang, melimpah, terus mengalir. Kedua, keadilbenaran kita akan seperti gelombang laut. Kalau Saudara berdiri di pantai dan mengamati gelombang laut yang susul-menyusul, Saudara tentu akan merasakan adanya keabadian. Saudara tahu bahwa gelombang-gelombang itu akan terus datang, memecah pantai dari masa ke masa. Yehuwa mengatakan bahwa keadilbenaran kita —haluan kita dalam melakukan apa yang benar—bisa langgeng seperti gelombang itu. Selama Saudara berupaya setia kepadaNya, Ia tidak akan pernah membiarkan Saudara jatuh! (Baca Mazmur 55:22.) Tidakkah janji yang menghangatkan hati itu membangun iman Saudara kepada Yehuwa dan tuntutan-Nya yang adil dan benar? ’KERAHKAN DIRI KE KEMATANGAN’ Segi kedua dari proyek pembangunan diri Saudara disingkapkan dalam kata-kata terilham ini, ”Biarlah kita mengerahkan diri ke kematangan.” (Ibrani 6:1) Kematangan adalah cita-cita yang sangat bagus bagi seorang Kristen. Tidak seperti kesempurnaan, yang saat ini tak terjangkau oleh manusia, kematangan adalah cita-cita yang dapat diraih. Selanjutnya, orang Kristen akan lebih bersukacita dalam melayani Yehuwa seraya mereka bertumbuh ke kematangan. Mengapa begitu? 10 Orang Kristen yang matang adalah manusia rohani. Ia melihat segala sesuatu dari sudut pandang Yehuwa. (Yohanes 4:23) Paulus menulis, ”Mereka yang hidup menurut daging, menetapkan pikiran mereka pada perkara-perkara daging, tetapi mereka 9 9, 10. (a) Mengapa kematangan adalah cita-cita yang sangat bagus bagi orang Kristen? (b) Bagaimana sudut pandang rohani bisa menghasilkan sukacita? 200 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” yang hidup menurut roh, pada perkara-perkara roh.” (Roma 8:5) Sudut pandang yang bersifat daging hanya akan menghasilkan sedikit sukacita karena cenderung berpusat pada diri sendiri, picik, dan terpusat pada hal-hal materi. Sudut pandang yang rohani membuat kita sangat bersukacita karena perhatian kita terpusat pada Yehuwa, ”Allah yang bahagia”. (1 Timotius 1:11) Manusia rohani ingin sekali menyenangkan Yehuwa dan bersukacita sekalipun mengalami cobaan. Mengapa? Cobaan bisa menjadi kesempatan untuk membuktikan bahwa Setan adalah pendusta dan untuk membangun kesetiaan, sehingga Bapak kita di surga sangat bersukacita.—Amsal 27:11; baca Yakobus 1:2, 3. 11 Kerohanian dan kematangan akan berkembang melalui pelatihan. Perhatikan ayat ini, ”Makanan keras berkaitan dengan orang-orang yang matang, yaitu yang karena penerapan telah terlatih daya pemahamannya untuk membedakan apa yang benar maupun yang salah.” (Ibrani 5:14) Ketika Paulus mengatakan bahwa daya pemahaman kita ”terlatih”, ia menggunakan kata bahasa Yunani yang kemungkinan besar biasa digunakan di arena-arena olahraga Yunani abad pertama, sebab kata itu dapat diterjemahkan menjadi ’terlatih seperti pesenam’. Nah, pikirkan apa yang terkait dengan pelatihan seperti itu. 12 Pada waktu kita lahir, tubuh kita belum terlatih. Misalnya, bayi hampir tidak bisa menentukan arah gerakan lengan dan kakinya. Maka, bayi mengayun-ayunkan lengannya tanpa arah yang jelas, bahkan memukul wajahnya sendiri, sehingga ia merasa takut dan kaget. Sedikit demi sedikit, karena sering menggerak-gerakkan lengan dan kakinya, tubuhnya menjadi terlatih. Bayi itu akhirnya bisa merangkak, setelah balita ia dapat berjalan, kemudian sang anak pun dapat berlari.1 Nah, ka1 Menurut para ilmuwan, kita mengembangkan kemampuan khusus yang disebut propriosepsi, yaitu kemampuan tubuh untuk menentukan posisi dan gerakan anggota-anggota badan. Misalnya, hal itu memungkinkan Saudara bertepuk tangan dengan mata tertutup. Seorang pasien dewasa yang kehilangan propriosepsinya tidak dapat berdiri, berjalan, atau bahkan duduk. 11, 12. (a) Apa yang Paulus katakan tentang ’daya pemahaman’ seorang Kristen, dan apa arti kata yang diterjemahkan menjadi ”terlatih”? (b) Pelatihan apa yang dibutuhkan oleh tubuh supaya dapat berkembang dengan baik dan gesit gerakannya? 201 lau begitu, bagaimana dengan seorang pesenam? Apabila Saudara melihat seorang atlet melompat dan bersalto di udara dengan sangat anggun dan dengan perhitungan yang tepat, Saudara tentu yakin bahwa otot-otot tubuhnya telah dilatih untuk waktu yang lama. Keterampilan pesenam itu tidak diperoleh begitu saja; ia harus berlatih selama berjam-jam. Alkitab memberi tahu kita bahwa pelatihan jasmani seperti itu ”sedikit manfaatnya”. Betapa lebih bernilainya pelatihan daya pemahaman rohani!—1 Timotius 4:8. 13 Dalam buku ini, kita telah membahas banyak hal yang akan membantu Saudara melatih daya pemahaman Saudara untuk dapat tetap setia kepada Yehuwa sebagai manusia rohani. Sewaktu akan membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari, pikirkan secara mendalam prinsip-prinsip dan hukum-hukum Allah dan bawakan hal itu dalam doa. Setiap kali akan mengambil keputusan, bertanyalah kepada diri sendiri: ’Hukum atau prinsip Alkitab mana yang berkaitan dengan hal ini? Bagaimana saya dapat menerapkannya? Tindakan apa yang akan menyenangkan Bapak saya di surga?’ (Baca Amsal 3:5, 6; Yakobus 1:5.) Apabila hal itu dilakukan setiap kali Saudara akan mengambil keputusan, Saudara melatih daya pemahaman Saudara. Dengan demikian, Saudara akan dan terus menjadi manusia yang benar-benar rohani. 14 Walaupun kita bisa mencapai kematangan, kita harus terus bertumbuh secara rohani. Pertumbuhan dipengaruhi oleh makanan. Maka, Paulus menyatakan, ”Makanan keras berkaitan dengan orang-orang yang matang.” Kunci untuk membangun iman ialah terus menyantap makanan rohani yang keras. Jika Saudara Tubuh pesenam menjadi lentur karena sering berlatih 13. Bagaimana kita dapat melatih daya pemahaman kita? 14. Selera akan apa yang perlu kita upayakan untuk bertumbuh secara rohani, namun apa yang perlu kita waspadai? 202 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” menerapkan dengan benar apa yang telah Saudara pelajari, itulah hikmat, dan Alkitab mengatakan, ”Hikmat adalah hal pokok.” Jadi, kita perlu mengembangkan perasaan lapar yang benar akan kebenaran berharga yang diberikan oleh Bapak kita. (Amsal 4:5-7; 1 Petrus 2:2) Tentu, tidak berarti bahwa setelah memperoleh lebih banyak pengetahuan dan hikmat dari Allah, kita boleh merasa bangga atau menjadi sombong. Kita perlu memeriksa diri secara teratur jangan sampai kesombongan atau kelemahan lain berakar dan tumbuh dalam hati kita. Paulus menulis, ”Teruslah uji apakah kamu berada dalam iman, teruslah periksa bagaimana diri kamu sebenarnya.”—2 Korintus 13:5. 15 Walaupun sebuah rumah mungkin sudah selesai dibangun, rumah tersebut harus dipelihara. Pemeliharaan dan perbaikan sangat penting, dan ruangan mungkin perlu ditambah jika situasi berubah. Apa yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang matang dan untuk mempertahankan kerohanian kita? Yang terutama adalah kasih. Kita perlu terus menumbuhkan kasih kepada Yehuwa dan rekan-rekan seiman kita. Kalau kita tidak memiliki kasih, semua pengetahuan dan perbuatan kita tidak ada gunanya —seperti suara-suara bising yang tak bermakna. (1 Korintus 13: 1-3) Dengan kasih, kita dapat mencapai kematangan Kristen dan terus bertumbuh secara rohani. TERUS PUSATKAN PIKIRAN PADA HARAPAN YANG YEHUWA SEDIAKAN Mari kita bahas satu segi lagi dalam proyek pembangunan diri Saudara. Untuk dapat membangun diri sebagai pengikut sejati Kristus, cara berpikir Saudara perlu dijaga. Setan, penguasa dunia ini, sangat ahli dalam membuat orang menuruti cara berpikir yang negatif serta sikap pesimis, gampang curiga, dan putus asa. (Efesus 2:2) Cara berpikir semacam itu berbahaya bagi seorang Kristen, sama seperti pelapukan pada bangunan kayu. Syukurlah, Yehuwa menyediakan sarana pelindung yang penting sekali, yaitu harapan. 16 15. Mengapa kasih sangat penting bagi pertumbuhan rohani? 16. Cara berpikir macam apa yang Setan sebarkan, dan perlindungan apa yang Yehuwa sediakan? ”Membangun Dirimu di Atas Imanmu yang Paling Kudus” 203 17 Alkitab menyebutkan berbagai bagian dari perlengkapan senjata rohani yang kita butuhkan dalam peperangan kita melawan Setan dan dunia ini. Sebuah perlengkapan yang penting adalah ketopong, yaitu ”harapan keselamatan”. (1 Tesalonika 5:8) Seorang prajurit pada zaman Alkitab tahu bahwa ia tidak akan bisa bertahan dalam pertempuran tanpa mengenakan ketopong. Ketopong sering terbuat dari logam dan dilapisi kain laken atau kulit, sehingga kebanyakan pukulan ke arah kepala pasti akan memantul dan hanya menimbulkan cedera ringan. Sebagaimana ketopong melindungi kepala, harapan dapat melindungi pikiran Saudara, cara berpikir Saudara. 18 Yesus memberikan teladan yang sangat bagus dalam mempertahankan harapan. Ingatlah penderitaan yang ia alami pada malam terakhir kehidupannya di bumi. Seorang teman dekat mengkhianatinya demi uang. Temannya yang lain menyangkal bahwa ia mengenal Yesus. Yang lainnya meninggalkan dia dan melarikan diri. Orang-orang sebangsa menolaknya, menuntut agar ia dibunuh dengan cara disiksa oleh para prajurit Romawi. Sebagian besar dari kita pasti setuju bahwa ujian yang Yesus hadapi lebih berat daripada yang akan kita alami. Apa yang membantunya bertahan? Ibrani 12:2 menjawab, ”Demi sukacita yang ditaruh di hadapannya ia bertekun menanggung tiang siksaan, mengabaikan keaiban, dan duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Yesus terus memikirkan ”sukacita yang ditaruh di hadapannya”. 19 Sukacita apa yang ditaruh di hadapan Yesus? Ya, ia tahu bahwa dengan bertekun, ia turut menyucikan nama kudus Yehuwa. Ia akan memberikan bukti terbesar bahwa Setan adalah pendusta. Tidak ada harapan lain yang bisa memberi Yesus sukacita yang lebih besar! Ia juga tahu bahwa Yehuwa akan memberinya upah yang berlimpah atas kesetiaannya, yaitu saat yang menakjubkan yang sudah di depan mata untuk dipersatukan kembali dengan Bapaknya. Yesus terus memusatkan pikirannya pada harapan yang luar biasa itu sewaktu ia menjalani masa-masa yang paling sulit. Itulah yang juga perlu kita lakukan. Ada sukacita yang juga 17. Bagaimana Firman Allah menggambarkan pentingnya harapan? 18, 19. Teladan apa yang Yesus berikan dalam mempertahankan harapan, dan bagaimana kita dapat menirunya? 204 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” ditaruh di hadapan kita. Yehuwa membuat kita masing-masing terhormat dengan memberikan hak istimewa untuk turut menyucikan nama-Nya yang besar. Kita dapat membuktikan Setan sebagai pendusta dengan memilih Yehuwa sebagai Penguasa kita dan berlindung dalam kasih Bapak kita, tidak soal ujian dan godaan apa yang barangkali kita hadapi. 20 Yehuwa tidak saja mau mengupahi hamba-hamba-Nya yang setia, tetapi Ia juga ingin sekali melakukan hal itu. (Yesaya 30:18; baca Maleakhi 3:10.) Ia senang mengabulkan keinginan yang benar dari hamba-hamba-Nya. (Mazmur 37:4) Jadi, teruslah pusatkan pikiran Saudara dengan teguh pada harapan yang ada di hadapan Saudara. Jangan sekali-kali menyerah kepada cara berpikir yang negatif, bejat, belat-belit dari dunia Setan yang akan segera berakhir. Jika Saudara merasa bahwa roh dunia ini sedikit demi sedikit menyusup ke dalam pikiran atau hati Saudara, berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Yehuwa meminta ”kedamaian dari Allah, yang lebih unggul daripada segala akal”. Kedamaian yang Allah berikan akan menjaga hati dan kekuatan mental Saudara.—Filipi 4:6, 7. 21 Betapa menakjubkan harapan yang hendaknya Saudara re20. Apa yang dapat membantu Saudara tetap berpikiran positif dan memiliki harapan? 21, 22. (a) Harapan yang sangat bagus apa yang sangat dihargai orang-orang dari ”kumpulan besar”? (b) Bagian mana dari harapan Kristen yang paling berarti bagi Saudara, dan apa tekad Saudara? ”Membangun Dirimu di Atas Imanmu yang Paling Kudus” 205 nungkan! Jika Saudara adalah bagian dari ”kumpulan besar”, yang akan ”keluar dari kesengsaraan besar”, pikirkan kehidupan yang tidak lama lagi akan Saudara nikmati. (Penyingkapan 7:9, 14) Kalau Setan dan hantu-hantunya sudah tidak ada lagi, Saudara akan merasakan kelegaan yang bisa jadi sulit dibayangkan sekarang. Tentu saja, siapa di antara kita yang pernah merasakan hidup tanpa tekanan dari pengaruh Setan yang bersifat merusak? Dengan lenyapnya tekanan tersebut, betapa senangnya kita melakukan pekerjaan mengubah bumi menjadi firdaus di bawah arahan Yesus dan 144.000 rekan penguasanya di surga! Alangkah gembiranya kita karena akan menyaksikan segala macam penyakit dan kelemahan tubuh disingkirkan, menyambut kembali orang-orang yang kita kasihi dari kuburan, dan hidup sesuai dengan yang Allah maksudkan bagi kita! Seraya kita bertumbuh menuju kesempurnaan, imbalan yang lebih besar lagi semakin mendekat, yaitu janji yang disingkapkan di Roma 8:21—”kemerdekaan yang mulia sebagai anak-anak Allah”. 22 Yehuwa ingin Saudara memperoleh lebih banyak kemerdekaan daripada yang dapat Saudara bayangkan. Jalan menuju kemerdekaan itu bergantung pada ketaatan. Maka, tidakkah Saudara layak mengerahkan segala upaya sebisa-bisanya sekarang untuk menaati Yehuwa hari demi hari? Kalau begitu, teruslah bangun diri Saudara di atas iman Saudara yang paling kudus, agar Saudara dapat tetap berada dalam kasih Allah untuk selama-lamanya! 206 APENDIKS TOPIK HALAMAN Cara Memperlakukan Orang yang Dipecat 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 207 Tudung Kepala—Kapan dan Mengapa Dibutuhkan? 9 9 9 9 9 9 9 209 Salut kepada Bendera, Pemungutan Suara, dan Dinas Sipil 9 9 212 Fraksi Darah dan Langkah-Langkah Pembedahan 9 9 9 9 9 9 9 9 9 215 Saudara Bisa Menang Melawan Masturbasi 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 218 Pandangan Alkitab tentang Perceraian dan Perpisahan 9 9 9 9 9 219 Menyelesaikan Pertikaian Bisnis 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 222 Apendiks 207 Cara Memperlakukan Orang yang Dipecat Di antara hal-hal yang bisa sangat memedihkan hati kita ialah dikeluarkannya seorang kerabat atau sahabat dari sidang karena ia berbuat dosa dan tidak mau bertobat. Tanggapan kita terhadap petunjuk Alkitab tentang hal ini dapat menyingkapkan seberapa dalam kasih kita kepada Allah dan keloyalan kita kepada pengaturan-Nya.1 Perhatikan beberapa pertanyaan yang timbul mengenai pokok ini. Bagaimana seharusnya kita memperlakukan orang yang dipecat? Alkitab mengatakan agar kita ”tidak lagi bergaul dengan siapa saja yang disebut saudara namun adalah orang yang melakukan percabulan atau orang yang tamak atau penyembah berhala atau pencerca atau pemabuk atau pemeras, dan bahkan tidak makan bersama orang demikian”. (1 Korintus 5:11) Mengenai siapa pun yang ”tidak tetap dalam pengajaran Kristus”, kita membaca, ”Jangan sekali-kali menerima dia dalam rumahmu atau memberikan salam kepadanya. Karena ia yang memberikan salam kepadanya ikut mengambil bagian dalam perbuatannya yang fasik.” (2 Yohanes 9-11) Kita tidak lagi bergaul atau berbicara tentang hal-hal rohani dengan orang-orang yang dipecat. Menara Pengawal No. 37, halaman 21, atau The Watchtower 15 September 1981, halaman 25, menyatakan, ”Sapaan seperti ’Halo’ bisa menjadi langkah pertama untuk terlibat dalam percakapan, dan mungkin bahkan persahabatan. Apakah kita mau mengambil langkah pertama tersebut?” Apakah kita benar-benar perlu memutuskan hubungan sama sekali dengannya? Ya, karena beberapa alasan. Pertama, hal ini menyangkut keloyalan kepada Allah dan Firman-Nya. Kita menaati Yehuwa tidak hanya apabila hal itu mudah, tetapi juga apabila hal itu benar-benar sulit dilakukan. Kasih kepada Allah menggerakkan kita untuk menaati semua perintah-Nya, mengakui bahwa Ia adil serta pengasih dan bahwa hukum-hukum-Nya menghasilkan manfaat terbesar. (Yesaya 48:17; 1 Yohanes 5:3) Kedua, dengan tidak lagi bergaul dengan pelaku kesalahan yang tidak mau bertobat, kita dan anggota sidang lainnya terlindung dari pencemaran 1 Prinsip Alkitab untuk pokok ini juga berlaku bagi orang-orang yang mengucilkan diri dari sidang. 208 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” rohani serta moral dan nama baik sidang akan tetap terjaga. (1 Korintus 5:6, 7) Ketiga, keteguhan kita dalam menjunjung prinsip-prinsip Alkitab mungkin justru bermanfaat bagi orang yang dipecat. Dengan mendukung keputusan panitia pengadilan, kita mungkin menyentuh hati pelaku kesalahan yang sejauh ini tidak menanggapi upaya para penatua untuk membantunya. Karena tidak dapat lagi menikmati pergaulan yang menyenangkan dengan orang-orang yang dikasihi, bisa jadi ia akan ”sadar”, melihat betapa serius kesalahannya, dan mengambil langkah-langkah untuk kembali kepada Yehuwa.—Lukas 15:17. Bagaimana seandainya seorang kerabat dipecat? Dalam hal ini, ikatan yang erat antara anggota-anggota keluarga bisa benar-benar menguji keloyalan kita. Bagaimana seharusnya kita memperlakukan kerabat yang dipecat? Dalam Apendiks ini kita tidak dapat membahas setiap situasi yang mungkin timbul, tetapi mari kita perhatikan dua situasi yang mendasar. Dalam situasi tertentu, anggota keluarga yang dipecat mungkin masih tinggal serumah sebagai bagian dari keluarga kandung. Karena pemecatan tidak memutuskan ikatan keluarga, kegiatan dan urusan keluarga yang biasa dilakukan setiap hari dapat tetap berlangsung. Namun, melalui haluannya, orang itu telah memilih untuk memutuskan ikatan rohani antara dia dan keluarganya yang beriman. Jadi, para anggota keluarga yang loyal tidak bisa lagi melakukan kegiatan rohani bersamanya. Misalnya, apabila keluarga berkumpul untuk ibadat keluarga dan orang yang dipecat itu hadir, ia hanya akan menjadi pendengar. Tetapi, jika orang yang dipecat ini adalah anak di bawah umur, orang tuanya tetap memiliki tanggung jawab untuk mengajar dan mendisiplin dia. Jadi, orang tua yang pengasih bisa mengadakan pelajaran Alkitab dengan anak itu.1—Amsal 6:20-22; 29:17. Dalam situasi lain, kerabat yang dipecat itu mungkin bukan keluarga kandung dan tidak tinggal serumah. Mungkin, sekali-sekali mereka perlu mengadakan kontak secara terbatas demi mengurus masalah keluarga yang penting, tetapi kontak seperti itu hendak1 Keterangan lebih jauh tentang anak-anak di bawah umur yang dipecat, yang tinggal serumah, terdapat dalam Menara Pengawal 1 Oktober 2001, halaman 1617, dan Menara Pengawal seri 54, halaman 31-32, atau The Watchtower 15 November 1988, halaman 20. Apendiks 209 nya dijaga sesedikit mungkin. Para anggota keluarga Kristen yang loyal tidak mencari dalih untuk berhubungan dengan kerabat yang dipecat yang tidak tinggal serumah. Sebaliknya, keloyalan kepada Yehuwa dan organisasi-Nya menggerakkan mereka untuk mendukung pengaturan berdasarkan Alkitab tentang pemecatan. Haluan mereka yang loyal adalah demi kebaikan pelaku kesalahan itu dan bisa jadi akan membantunya memperoleh manfaat dari disiplin yang diterimanya.1—Ibrani 12:11. 1 Untuk mendapat lebih banyak keterangan tentang cara memperlakukan kerabat yang dipecat, lihat nasihat Alkitab yang dibahas dalam Menara Pengawal seri 47, halaman 27-32, atau The Watchtower 15 April 1988, halaman 26-31, dan Menara Pengawal No. 37, halaman 23-27, atau The Watchtower 15 September 1981, halaman 26-31. Tudung Kepala—Kapan dan Mengapa Dibutuhkan? Kapan dan mengapa seorang wanita Kristen harus mengenakan tudung kepala sehubungan dengan ibadatnya? Mari kita bahas apa yang rasul Paulus tulis di bawah ilham tentang pokok ini. Ia memberikan pedoman yang kita butuhkan untuk dapat membuat keputusan yang benar, yang akan menghormati Allah. (1 Korintus 11:3-16) Paulus mengungkapkan tiga hal yang perlu dipertimbangkan: (1) kegiatan yang mengharuskan seorang wanita mengenakan tudung kepala, (2) situasi yang mengharuskannya melakukan hal itu, dan (3) alasan dia menerapkan standar ini. Kegiatan. Paulus menyebutkan dua kegiatan: berdoa dan bernubuat. (Ayat 4, 5) Doa, tentu, adalah komunikasi yang bersifat ibadat kepada Yehuwa. Dewasa ini, bernubuat dapat diterapkan untuk kegiatan mengajarkan hal-hal berdasarkan Alkitab, yang dilakukan seorang pelayan Kristen. Tetapi, apakah Paulus menyatakan bahwa seorang wanita harus selalu mengenakan tudung kepala apabila ia berdoa atau mengajarkan kebenaran Alkitab? Tidak. Situasinya menentukan hal itu. Situasi. Kata-kata Paulus menyatakan dua situasi, atau lingkup kegiatan—keluarga dan sidang. Ia mengatakan, ”Kepala dari seorang wanita adalah pria; . . . setiap wanita yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung mempermalukan 210 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” kepalanya.” (Ayat 3, 5) Dalam keluarga, suami adalah orang yang Yehuwa tetapkan sebagai kepala atas istri. Jika istri tidak mengakui wewenang suaminya sebagaimana layaknya, ia akan mempermalukan suaminya jika ia melaksanakan tanggung jawab yang Yehuwa berikan kepada sang suami. Misalnya, kalau ia sampai harus memandu pelajaran Alkitab sewaktu suaminya sedang berada di situ, ia akan mengakui wewenang suaminya dengan mengenakan tudung kepala. Ia akan melakukan hal itu, entah suaminya sudah terbaptis atau tidak, karena suami adalah kepala keluarga.1 Jika seorang wanita berdoa atau mengajar sewaktu putranya yang di bawah umur namun terbaptis ada di situ, wanita itu juga akan mengenakan tudung kepala, bukan karena putranya adalah kepala keluarga, tetapi karena wewenang yang diberikan kepada anggota pria yang terbaptis di sidang Kristen. Paulus menyebutkan situasi di sidang, dengan mengatakan, ”Jika seseorang tampaknya membantah oleh karena suatu kebiasaan lain, kami tidak mempunyai kebiasaan lain, demikian juga sidang-sidang jemaat Allah.” (Ayat 16) Di sidang Kristen, kekepalaan dikaruniakan kepada pria terbaptis. (1 Timotius 2:11-14; Ibrani 13:17) Hanya kaum pria yang dilantik sebagai penatua dan hamba pelayanan, disertai tanggung jawab dari Allah untuk memelihara kawanan Allah. (Kisah 20:28) Tetapi kadang-kadang, karena keadaan, seorang wanita Kristen bisa jadi diminta melaksanakan tugas yang biasanya dilakukan oleh pria terbaptis yang memenuhi syarat. Misalnya, ia mungkin perlu memimpin pertemuan untuk dinas lapangan karena tidak ada pria terbaptis yang memenuhi syarat. Atau, bisa jadi ia memandu pelajaran Alkitab di rumah yang telah diatur sebelumnya yang dihadiri seorang pria terbaptis.2 Karena kegiatan itu sebenarnya adalah bagian dari fungsi sidang Kristen, ia akan mengenakan tudung kepala untuk mengakui bahwa ia melaksanakan tugas yang biasanya diberikan kepada pria. Sebaliknya, banyak segi dalam ibadat tidak mengharuskan seorang saudari mengenakan tudung kepala. Misalnya, jika ia 1 Seorang istri Kristen biasanya tidak akan memimpin doa apabila suaminya yang seiman ada di situ kecuali dalam keadaan yang tidak lazim, misalnya jika suami tidak bisa berbicara karena penyakit. 2 Jika seorang saudari memandu pelajaran Alkitab yang sudah diatur sebelumnya dan di situ ada seorang penyiar pria yang belum terbaptis yang bukan suaminya, ia tidak perlu mengenakan tudung kepala. 211 memberikan komentar di perhimpunan, melakukan pelayanan dari rumah ke rumah bersama suaminya atau pria lain yang terbaptis, atau memberikan pelajaran Alkitab kepada anak-anaknya yang belum terbaptis atau berdoa bersama mereka. Memang, mungkin timbul pertanyaan lain, dan jika seorang saudari merasa tidak pasti akan suatu hal, ia bisa melakukan riset tambahan.1 Jika ia tetap merasa tidak pasti dan jika hati nuraninya menggerakkan dia untuk mengenakan tudung kepala, hal itu tidak salah, sebagaimana diperlihatkan dalam gambar di atas. Alasan. Di ayat 10 kita menemukan dua alasan seorang wanita Kristen akan memenuhi tuntutan ini, ”Wanita sepatutnya mengenakan tanda wewenang di atas kepalanya oleh karena para malaikat.” Pertama, perhatikan istilah ”tanda wewenang”. Wewenang siapa? Mengenakan tudung kepala adalah cara seorang wanita menunjukkan bahwa ia mengakui wewenang yang Yehuwa berikan kepada pria terbaptis di sidang. Jadi, ia menyatakan kasih dan keloyalannya kepada Allah Yehuwa. Alasan kedua ditemukan pada kata-kata ”oleh karena para malaikat”. Apa pengaruhnya atas makhluk-makhluk roh yang perkasa itu jika seorang wanita mengenakan tudung kepala? Para malaikat ingin melihat bahwa wewenang Allah diakui di seluruh organisasi Yehuwa, di surga dan di bumi. Mereka juga mendapat manfaat dari teladan manusia yang tidak sempurna dalam hal ini. Hal ini jelas, karena mereka juga harus tunduk kepada pengaturan Yehuwa—ujian yang tidak berhasil dilalui banyak malaikat di masa silam. (Yudas 6) Nah, para malaikat mungkin melihat ada seorang wanita Kristen yang lebih berpengalaman, mempunyai lebih banyak pengetahuan, dan lebih cerdas daripada seorang pria 1 Untuk mendapat lebih banyak keterangan, silakan lihat Menara Pengawal 15 Februari 2015, halaman 30; 15 Juli 2002, halaman 26-27; dan The Watchtower 15 Februari 1977, halaman 125-128. 212 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” terbaptis di sidang; tetapi, wanita itu bersedia memperlihatkan ketundukan kepada wewenang saudara tersebut. Adakalanya, wanita itu adalah seorang Kristen terurap yang belakangan akan menjadi salah satu di antara sesama waris bersama Kristus. Ia akhirnya akan melayani dengan kedudukan yang bahkan lebih tinggi daripada para malaikat dan memerintah bersama Kristus di surga. Benar-benar teladan bagi para malaikat! Sesungguhnya, alangkah besar hak istimewa yang dimiliki semua saudari, yaitu dengan rendah hati memperlihatkan ketaatan melalui keloyalan dan ketundukan mereka di hadapan jutaan malaikat yang setia! Salut kepada Bendera, Pemungutan Suara, dan Dinas Sipil Salut kepada bendera. Saksi-Saksi Yehuwa percaya bahwa membungkuk atau memberi salut kepada bendera, sering kali diiringi lagu kebangsaan, adalah tindakan keagamaan yang menyatakan bahwa keselamatan berasal, bukan dari Allah melainkan dari Negara atau para pemimpinnya. (Yesaya 43:11; 1 Korintus 10:14; 1 Yohanes 5:21) Salah satu pemimpin negara seperti itu adalah Raja Nebukhadnezar dari Babilon kuno. Agar rakyatnya terkesan akan keagungan dan semangat keagamaannya, raja yang besar kekuasaannya ini mendirikan sebuah patung yang megah dan mewajibkan rakyatnya untuk membungkuk kepada patung tersebut sewaktu musik, seperti lagu kebangsaan, dimainkan. Tetapi, tiga orang Ibrani—Syadrakh, Mesyakh, dan Abednego—tidak mau membungkuk kepada patung itu, sekalipun ada sanksi hukuman mati.—Daniel, pasal 3. Pada zaman kita, bendera adalah ’objek pemujaan’, tulis sejarawan Carlton Hayes. ”Kaum pria melepaskan topi mereka sewaktu bendera lewat; dan para pujangga menggubah ode (sajak pujian) dan anak-anak menyanyikan himne untuk bendera.” Ia menambahkan bahwa nasionalisme juga memiliki ”hari-hari raya” —seperti hari kemerdekaan Amerika Serikat tanggal 4 Juli—dan juga banyak ”santo serta pahlawan” dan ”tempat pemujaan”. Pada suatu upacara di depan umum di Brasil, sang menteri angkatan bersenjata mengakui, ”Bendera dipuja dan disembah . . . sama seperti tanah Apendiks 213 air dipuja.” Ya, ”bendera, seperti salib, adalah keramat”, demikian kata The Encyclopedia Americana. Ensiklopedia yang sama baru-baru ini menyatakan bahwa lagu kebangsaan ”adalah ungkapan rasa patriotik dan sering kali berisi permohonan untuk perlindungan dan bimbingan ilahi bagi rakyat atau penguasa mereka”. Jadi, hamba-hamba Yehuwa tidaklah mengada-ada kalau mereka menganggap upacara patriotik yang mencakup salut kepada bendera dan lagu kebangsaan bersifat keagamaan. Sebenarnya, sewaktu mengomentari sikap anak-anak Saksi-Saksi Yehuwa yang menolak memberikan penghormatan kepada bendera atau mengucapkan sumpah kesetiaan di sekolahsekolah di AS, buku The American Character mengatakan, ”Fakta bahwa upacara yang diadakan setiap hari ini bersifat keagamaan akhirnya diakui oleh Mahkamah Agung dalam sejumlah kasus pengadilan.” Walaupun umat Yehuwa tidak berpartisipasi dalam upacara yang mereka anggap tidak sesuai dengan Alkitab, mereka tentu menghargai hak orang lain untuk melakukan hal itu. Mereka juga menghormati bendera nasional sebagai lambang negara dan mengakui pemerintah yang sah sebagai ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” yang berfungsi sebagai ”pelayan Allah”. (Roma 13:1-4) Karena itu, Saksi-Saksi Yehuwa mengindahkan desakan untuk berdoa ”demi raja-raja dan semua orang yang berkedudukan tinggi”. Tetapi, tujuannya adalah ”supaya kita dapat terus hidup dengan tenang dan tenteram dengan penuh pengabdian yang saleh dan keseriusan”.—1 Timotius 2:2. Pemungutan Suara dalam Pemilu. Orang Kristen sejati menghargai hak orang lain untuk memberikan suara. Mereka tidak berkampanye menentang pemilu, dan mereka bekerja sama dengan kalangan berwenang yang terpilih. Tetapi, mereka tetap netral sepenuhnya dalam urusan politik bangsa-bangsa. (Matius 22:21; 1 Petrus 3:16) Apa yang sepatutnya dilakukan orang Kristen di negeri-negeri yang mewajibkan rakyatnya memberikan suara atau yang warganya bakal memusuhi orang yang tidak pergi ke bilik suara? Mengingat bahwa Syadrakh, Mesyakh, dan Abednego pergi ke dataran Dura, seorang Kristen yang menghadapi situasi serupa bisa memutuskan untuk pergi ke bilik suara jika hati nuraninya mengizinkannya. Tetapi, ia akan berhati-hati agar tidak melanggar 214 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” kenetralannya. Ia hendaknya mempertimbangkan enam prinsip berikut ini: 1. Para pengikut Yesus ”bukan bagian dari dunia”.—Yohanes 15:19. 2. Orang Kristen mewakili Kristus dan Kerajaannya.—Yohanes 18:36; 2 Korintus 5:20. 3. Sidang Kristen dipersatukan dalam hal kepercayaan, dan para anggotanya diikat oleh kasih yang Kristus miliki.—1 Korintus 1:10; Kolose 3:14. 4. Orang-orang yang memilih pejabat tertentu ikut bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.—Perhatikan prinsip di balik kata-kata di 1 Samuel 8:5, 10-18 dan 1 Timotius 5:22. 5. Yehuwa menganggap keinginan Israel untuk memiliki seorang raja manusia sebagai tanda bahwa mereka menolak-Nya. —1 Samuel 8:7. 6. Orang Kristen harus memiliki kebebasan berbicara sewaktu berdiskusi dengan orang-orang dari semua paham politik tentang Kerajaan Allah.—Matius 24:14; 28:19, 20; Ibrani 10:35. Dinas sipil. Di beberapa negeri, pemerintah mengharuskan orang yang menolak dinas militer melakukan suatu bentuk dinas sipil selama jangka waktu tertentu. Sewaktu harus mengambil keputusan tentang hal ini, kita harus membawakannya dalam doa, mungkin membicarakannya dengan rekan Kristen yang matang, kemudian membuat keputusan berdasarkan hati nurani yang dibimbing oleh pengetahuan.—Amsal 2:1-5; Filipi 4:5. Firman Allah menyuruh kita ’taat kepada pemerintah dan kalangan berwenang, siap untuk setiap perbuatan baik, dan bersikap masuk akal’. (Titus 3:1, 2) Sambil mengingat hal itu, kita dapat bertanya kepada diri sendiri, ’Dengan menerima pekerjaan sipil yang diusulkan itu, apakah saya akan melanggar kenetralan Kristen saya atau terlibat dengan agama palsu?’ (Mikha 4:3, 5; 2 Korintus 6:16, 17) ’Apakah melakukan pekerjaan ini akan mempersulit saya untuk memenuhi tanggung jawab Kristen saya atau bahkan membuat saya tidak bisa memenuhinya?’ (Matius 28:19, 20; Efesus 6:4; Ibrani 10:24, 25) ’Sebaliknya, jika saya melakukan dinas tersebut, apakah jadwalnya memungkinkan saya meningkatkan kegiatan rohani saya, seperti misalnya terjun dalam pelayanan sepenuh waktu?’—Ibrani 6:11, 12. Apendiks 215 Jika berdasarkan hati nuraninya seorang Kristen menyimpulkan bahwa ia dapat melakukan dinas sipil tersebut daripada dipenjarakan, rekan-rekan Kristennya hendaknya menghormati keputusannya. (Roma 14:10) Tetapi, jika ia merasa bahwa ia tidak dapat melakukan dinas itu, orang lain hendaknya juga menghormati pendiriannya.—1 Korintus 10:29; 2 Korintus 1:24. Fraksi Darah dan Langkah-Langkah Pembedahan Fraksi darah. Fraksi darah berasal dari keempat komponen utama darah—sel darah merah, sel darah putih, keping darah, dan plasma. Contohnya, sel darah merah berisi protein hemoglobin. Produk yang terbuat dari hemoglobin manusia atau binatang telah digunakan untuk mengobati pasien yang menderita anemia akut atau telah kehilangan banyak darah. Plasma, yang 90 persennya adalah air, membawa banyak sekali hormon, garam anorganik, enzim, dan zat gizi, termasuk mineral dan gula. Plasma juga membawa zat pembeku darah, antibodi untuk melawan penyakit, dan protein seperti albumin. Jika seseorang terkena penyakit tertentu, dokter mungkin memberikan suntikan gamma globulin yang diambil dari plasma orang yang sudah memiliki kekebalan. Sel darah putih bisa dijadikan interferon dan interleukin, yang digunakan untuk mengobati infeksi tertentu akibat virus dan penyakit kanker. Bolehkah seorang Kristen menerima pengobatan yang menggunakan fraksi darah? Karena Alkitab tidak memberikan semua perincian, setiap orang harus membuat keputusan sendiri berdasarkan hati nuraninya di hadapan Allah. Ada yang menolak semua fraksi karena bernalar bahwa menurut Hukum Allah kepada Israel, darah yang diambil dari suatu makhluk harus dicurahkan ”ke tanah”. (Ulangan 12:22-24) Orang lain, yang menolak transfusi darah utuh atau komponen utamanya, mungkin mau menerima pengobatan yang menggunakan suatu fraksi. Bisa jadi mereka bernalar bahwa pada tahap tertentu, 216 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” TIDAK DAPAT DITERIMA Sel Darah Merah «««««««««««««« «««««««««««««« «««««««««««««« «««««««««««««« DARAH UTUH HARUS DIPUTUSKAN ORANG KRISTEN Fraksi dari sel darah merah Fraksi dari sel darah putih Fraksi dari keping darah Fraksi dari plasma Sel Darah Putih Keping Darah Plasma fraksi yang telah diekstrak dari darah tidak lagi mewakili kehidupan makhluk yang darahnya diambil. Sewaktu akan mengambil keputusan tentang fraksi darah, pertimbangkan beberapa pertanyaan berikut: Apakah saya memahami bahwa menolak semua fraksi darah berarti saya tidak akan menerima obat tertentu, termasuk produk dari darah untuk melawan penyakit atau yang dapat membantu pembekuan darah untuk menghentikan perdarahan? Dapatkah saya menjelaskan kepada dokter alasan saya menolak atau menyetujui penggunaan fraksi darah tertentu? Langkah pembedahan. Ini termasuk hemodilusi dan penyelamatan sel. Berkenaan dengan hemodilusi, darah dialihkan dari tubuh, diganti dengan pengembang volume, kemudian dikembalikan ke tubuh pasien. Penyelamatan sel membendung dan mengembalikan darah yang hilang selama pembedahan. Darah diambil dari luka atau rongga tubuh, dicuci atau disaring, kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien. Karena penerapan cara ini tidak sama antara satu dokter dengan dokter lain, seorang Kristen hendaknya mencari tahu apa yang akan dilakukan dokternya. Pada waktu akan mengambil keputusan tentang berbagai langkah ini, tanyalah kepada diri sendiri: ’Jika sebagian darah saya akan dialirkan ke luar tubuh saya dan alirannya bisa saja terhenti sebentar, apakah hati nurani saya mengizinkan saya untuk menganggap bahwa darah ini masih merupakan bagian dari diri saya, sehingga tidak perlu dicurahkan ”ke tanah”? Apendiks 217 (Ulangan 12:23, 24) Apakah hati nurani saya yang terlatih Alkitab akan terganggu jika selama pengobatan sebagian darah saya diambil, dimodifikasi, dan kemudian dialirkan kembali ke tubuh saya? Apakah saya menyadari bahwa menolak semua pengobatan yang menggunakan darah saya berarti saya menolak pemeriksaan darah, hemodialisis, atau penggunaan mesin pintas jantung-paru?’ PERTANYAAN YANG BISA DIAJUKAN KEPADA DOKTER Jika Saudara mungkin harus dioperasi atau menjalani pengobatan yang melibatkan suatu produk darah, pastikan bahwa Saudara sudah melengkapi dokumen yang diperlukan sesuai dengan tuntutan hukum, seperti Surat Kuasa Perawatan Kesehatan, yang dirancang untuk mencegah Saudara diberi transfusi darah. Selain itu, Saudara dapat menanyakan hal-hal ini kepada dokter: ˇ Apakah semua pihak yang terlibat dalam pengobatan dan pembedahan tahu bahwa sebagai salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa, saya menolak transfusi darah (darah utuh, sel darah merah, sel darah putih, keping darah, atau plasma darah) dalam keadaan apa pun? ˇ Jika obat yang disarankan mengandung fraksi darah, apa komposisinya? Seberapa banyak dari obat ini yang mungkin akan diberikan, dan dengan cara bagaimana? ˇ Jika hati nurani saya mengizinkan saya menerima fraksi darah, apa saja risikonya terhadap tubuh saya? Pengobatan lain apa yang tersedia? Sebelum memutuskan hal-hal yang disebutkan di atas, ungkapkan kekhawatiran Saudara kepada Yehuwa dalam doa. Ia berjanji akan memberikan hikmat yang dibutuhkan kepada semua orang yang ”terus meminta” hal itu dengan iman.—Yakobus 1:5, 6. 218 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Seorang Kristen harus memutuskan sendiri sejauh mana ia mengizinkan darahnya sendiri digunakan selama pembedahan. Hal yang sama berlaku untuk pemeriksaan dan pengobatan yang sedang ia jalani, yang mengharuskan sejumlah kecil darahnya sendiri diambil, mungkin dimodifikasi dengan cara tertentu, dan kemudian dimasukkan kembali ke tubuhnya. Saudara Bisa Menang Melawan Masturbasi Masturbasi, suatu kebiasaan yang tidak sehat secara rohani, menyebabkan seseorang hanya memikirkan kepuasan diri sendiri dan hal-hal yang bejat.1 Pelaku masturbasi akhirnya bisa juga memandang orang lain hanya sebagai objek, atau alat, untuk mendapatkan kepuasan seksual. Hubungan seks bukan lagi ungkapan kasih antara dua orang, tetapi sekadar reaksi fisik yang memberikan kesenangan singkat dan mengendurkan ketegangan seksual, yang juga bersifat sementara. Kenyataannya, masturbasi bukannya mematikan anggota-anggota tubuh ’sehubungan dengan percabulan, kenajisan, dan nafsu seksual’ yang tak terkendali, tetapi malah merangsangnya.—Kolose 3:5. Rasul Paulus menulis, ”Saudara-saudara yang kami kasihi, . . . biarlah kita membersihkan diri dari setiap pencemaran daging dan roh, menyempurnakan kekudusan dengan takut akan Allah.” (2 Korintus 7:1) Jika Saudara sulit sekali menaati kata-kata tersebut, jangan merasa putus asa. Yehuwa selalu ”siap mengampuni” dan membantu. (Mazmur 86:5; Lukas 11:9-13) Sesungguhnya, hati yang mengutuk diri Saudara dan upaya Saudara untuk menghentikan kebiasaan itu—meskipun adakalanya kambuh—menunjukkan adanya sikap yang baik. Ingatlah juga bahwa ”Allah lebih besar daripada hati kita dan mengetahui segala sesuatu”. (1 Yohanes 3:20) Allah tidak melihat dosa kita semata; Ia melihat kita seutuhnya. Karena mengetahui diri kita sepenuhnya, Ia dapat dengan penuh pengertian mendengarkan permohonan 1 Masturbasi adalah menggosok-gosok alat kelamin, yang biasanya menghasilkan orgasme (puncak kenikmatan seksual). Apendiks 219 kita yang sungguh-sungguh untuk meminta belas kasihan. Jadi, jangan pernah bosan berpaling kepada Allah dalam doa yang rendah hati dan sungguh-sungguh, seperti seorang anak yang pergi kepada bapaknya sewaktu mengalami kesulitan. Yehuwa akan memberi Saudara hati nurani yang bersih. (Mazmur 51:1-12, 17; Yesaya 1:18) Tentu, selaras dengan doa Saudara, Saudara harus mengambil tindakan yang perlu, misalnya dengan berupaya keras menghindari semua bentuk pornografi maupun pergaulan buruk.1 Jika masalah Saudara sehubungan dengan masturbasi tak kunjung hilang, jangan ragu-ragu untuk membicarakannya dengan orang tua Kristen atau teman yang matang secara rohani dan peduli.2—Amsal 1:8, 9; 1 Tesalonika 5:14; Titus 2:3-5. 1 Sebagai tindakan nyata untuk memantau penggunaan komputer di rumah, banyak keluarga menaruhnya di tempat terbuka. Selain itu, ada keluarga yang membeli program komputer yang menyaring bahan-bahan yang tidak diinginkan. Tetapi, tidak ada sistem yang dapat diandalkan sepenuhnya. 2 Untuk mendapatkan saran praktis tentang cara mengatasi masturbasi, lihat artikel ”Kaum Muda Bertanya . . . Bagaimana Aku Dapat Menaklukkan Kebiasaan Ini?” dalam Sedarlah! November 2006, dan buku Pertanyaan Kaum Muda —Jawaban yang Praktis, Jilid 1, halaman 178-182. Pandangan Alkitab tentang Perceraian dan Perpisahan Yehuwa mengharapkan orang yang menikah tetap setia pada ikrar perkawinan. Ketika mempersatukan pria dan wanita pertama dalam perkawinan, Yehuwa berfirman, ”Seorang pria . . . harus berpaut pada istrinya dan mereka harus menjadi satu daging.” Belakangan, Yesus Kristus mengulangi pernyataan itu dan menambahkan, ”Oleh karena itu, apa yang telah Allah letakkan di bawah satu kuk hendaknya tidak dipisahkan manusia.” (Kejadian 2:24; Matius 19:3-6) Jadi, Yehuwa dan Yesus memandang perkawinan sebagai ikatan seumur hidup yang akan berakhir hanya apabila teman hidup meninggal. (1 Korintus 7:39) Karena perkawinan adalah penyelenggaraan yang suci, perceraian tidak boleh dianggap enteng. Malah, Yehuwa membenci perceraian yang tidak berlandaskan Alkitab.—Maleakhi 2:15, 16. 220 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Apa dasar Alkitab untuk perceraian? Yehuwa membenci perzinaan dan percabulan. (Kejadian 39:9; 2 Samuel 11:26, 27; Mazmur 51:4) Sesungguhnya, Ia menganggap percabulan begitu menjijikkan sehingga Ia mengizinkan perceraian atas dasar itu. (Untuk pembahasan tentang apa saja yang terkait dengan percabulan, silakan lihat Pasal 9, paragraf 7.) Kepada teman hidup yang tidak bersalah, Yehuwa memberi hak untuk memutuskan apakah ia akan tetap hidup bersama pasangannya yang bersalah atau bercerai. (Matius 19:9) Jadi, jika teman hidup yang tidak bersalah memutuskan untuk bercerai, ia tidak mengambil langkah yang Yehuwa benci. Meskipun demikian, sidang Kristen tidak menganjurkan siapa pun untuk bercerai. Malah, situasi tertentu boleh jadi menggerakkan orang yang tak bersalah itu untuk berpaut pada teman hidupnya yang bersalah, terutama jika ia sungguh-sungguh bertobat. Tetapi akhirnya, pihak yang mempunyai dasar Alkitab untuk bercerai harus mengambil keputusan sendiri dan menerima akibat apa pun yang mungkin timbul.—Galatia 6:5. Dalam situasi tertentu yang sangat buruk, ada orang Kristen yang memutuskan untuk berpisah atau bercerai meskipun teman hidupnya tidak melakukan percabulan. Dalam hal itu, Alkitab menetapkan bahwa orang yang meninggalkan teman hidupnya harus ”tetap tidak menikah atau jika tidak, rukun kembali”. (1 Korintus 7:11) Orang Kristen tersebut tidak boleh mencari calon teman hidup dengan maksud menikah lagi. (Matius 5:32) Perhatikan beberapa situasi yang sangat buruk yang oleh beberapa orang dianggap sebagai dasar untuk berpisah. Sengaja tidak menafkahi keluarga. Suatu keluarga mungkin menjadi sangat miskin, tidak terpenuhi kebutuhan pokoknya karena sang suami tidak menyediakannya, meskipun ia mampu melakukan hal itu. Alkitab menyatakan, ”Jika seseorang tidak menyediakan kebutuhan . . . anggota rumah tangganya, ia telah menyangkal iman dan lebih buruk daripada orang yang tidak mempunyai iman.” (1 Timotius 5:8) Jika pria tersebut tidak mau berubah, istrinya harus memutuskan apakah akan berpisah secara sah dari sang suami demi melindungi kesejahteraan dirinya dan anak-anaknya. Tentu, para penatua Kristen hendaknya mempertimbangkan masak-masak tuduhan yang dilontarkan Apendiks 221 terhadap seorang Kristen bahwa ia tidak mau menafkahi keluarganya. Jika seseorang tidak mau mengurus keluarganya, ia dapat dipecat. Penganiayaan fisik yang hebat. Orang yang suka menganiaya teman hidupnya mungkin bertindak begitu kejam sampai-sampai kesehatan dan bahkan kehidupan pasangannya itu terancam. Jika teman hidup yang suka menganiaya itu adalah orang Kristen, para penatua sidang hendaknya menyelidiki kebenaran tuduhan tersebut. Ledakan kemarahan dan kebiasaan melakukan kekerasan adalah dasar untuk pemecatan.—Galatia 5:19-21. Kehidupan rohani benar-benar dalam bahaya. Seseorang mungkin akan terus berupaya agar teman hidupnya tidak dapat melaksanakan ibadat sejati atau mungkin bahkan mencoba memaksanya melanggar perintah Allah dengan cara tertentu. Jika begitu, pasangan yang terancam harus memutuskan apakah satusatunya cara untuk ”menaati Allah sebagai penguasa sebaliknya daripada manusia” adalah dengan berpisah secara sah.—Kisah 5:29. Dalam semua situasi yang telah dibahas itu, tidak seorang pun boleh menekan orang yang tidak bersalah, untuk berpisah atau untuk berpaut pada teman hidupnya. Walaupun teman-teman yang matang secara rohani dan para penatua bisa memberikan dukungan dan nasihat berdasarkan Alkitab, mereka tidak mungkin mengetahui secara terperinci apa yang terjadi di antara suami dan istri. Hanya Yehuwa yang bisa melihatnya. Tentu, seorang istri, atau suami, Kristen tidak akan menghormati Allah atau perkawinan jika ia membesar-besarkan seriusnya masalah rumah tangganya hanya supaya bisa berpisah dari teman hidupnya. Yehuwa tidak bisa dikelabui oleh siasat apa pun di balik suatu perpisahan, tidak soal seberapa rapi seseorang mungkin berupaya menyembunyikannya. Ya, ”segala sesuatu telanjang dan terbuka di mata dia yang kepadanya kita memberikan pertanggungjawaban”. (Ibrani 4:13) Tetapi, jika situasi yang sangat berbahaya berlangsung untuk waktu yang lama, tidak seorang pun boleh mengkritik seorang Kristen apabila ia terpaksa memilih untuk berpisah. Akhirnya, ”kita semua akan berdiri di hadapan kursi penghakiman Allah”.—Roma 14:10-12. 222 ”Tetaplah Berada dalam Kasih Allah” Menyelesaikan Pertikaian Bisnis Sebagaimana dicatat di 1 Korintus 6:1-8, rasul Paulus membahas perkara hukum di antara rekan-rekan seiman. Ia kecewa bahwa ada orang Kristen di Korintus yang ”berani pergi ke pengadilan ke hadapan orang-orang yang tidak adil-benar”. (Ayat 1) Paulus memberikan beberapa alasan yang kuat mengapa orang Kristen hendaknya tidak saling menuntut di pengadilan duniawi, tetapi sebaiknya menyelesaikan pertikaian di lingkungan sidang. Mari kita pertimbangkan beberapa alasan diberikannya nasihat terilham ini, kemudian membahas dalam situasi apa saja arahan ini tidak selalu berlaku. Jika ada pertikaian bisnis dengan rekan seiman, pertamatama kita akan berupaya bertindak dengan cara Yehuwa, bukan cara kita sendiri. (Amsal 14:12) Seperti yang Yesus tunjukkan, yang terbaik adalah segera menyelesaikan perselisihan itu sebelum menjadi lebih besar. (Matius 5:23-26) Namun, sayang sekali, ada orang Kristen yang suka bertengkar, bahkan membawa pertikaian ke pengadilan duniawi. Paulus berkata, ”Ini berarti kekalahan total bagimu bahwa kamu mempunyai perkara hukum, yang seorang melawan yang lain.” Mengapa? Alasan penting ialah tindakan semacam itu bisa merusak nama baik sidang dan Allah yang kita sembah. Karena itu, kita mencamkan pertanyaan Paulus, ”Mengapa kamu tidak sebaiknya membiarkan dirimu dirugikan?”—Ayat 7. Paulus juga menjelaskan bahwa Allah menyediakan sarana yang baik di sidang untuk menyelesaikan banyak pertikaian. Para penatua adalah pria-pria Kristen yang memiliki hikmat karena mendapat pengetahuan tentang kebenaran Alkitab. Dan, Paulus mengatakan bahwa mereka ’dapat menghakimi perkara di antara saudara-saudara’, sehubungan dengan ”masalah-masalah dalam kehidupan ini”. (Ayat 3-5) Yesus menunjukkan bahwa pertikaian yang berkaitan dengan perbuatan salah yang serius, seperti fitnah dan penipuan, harus diselesaikan dengan tiga langkah: pertama, pihak-pihak yang terlibat hendaknya berupaya menyelesaikan persoalannya secara pribadi; kedua, jika langkah pertama itu gagal, ikut sertakan satu atau Apendiks 223 dua saksi; dan ketiga, jika langkah kedua tidak berhasil, bawalah masalahnya kepada sidang yang diwakili oleh para penatua. —Matius 18:15-17. Tentu, tidak semua penatua Kristen adalah pengacara atau pebisnis dan mereka tidak harus berperan sebagai penasihat dalam bidang hukum atau bisnis. Mereka tidak menetapkan ketentuan-ketentuan untuk menyelesaikan pertikaian bisnis di antara saudara-saudara. Sebaliknya, mereka berupaya membantu semua pihak yang terkait agar menerapkan Alkitab dan menyetujui penyelesaian secara damai. Jika masalahnya rumit, mereka boleh meminta saran pengawas wilayah atau kantor cabang Saksi-Saksi Yehuwa. Tetapi, ada situasi yang tidak termasuk dalam nasihat Paulus. Apa beberapa di antaranya? Adakalanya, proses pengadilan mungkin hanya formalitas atau memang dibutuhkan secara hukum demi mencapai kesepakatan damai, yang tidak mementingkan diri. Misalnya, proses pengadilan bisa jadi adalah satu-satunya cara memperoleh surat cerai, hak asuh atas anak, menentukan pembayaran tunjangan perceraian, mendapatkan ganti rugi asuransi, didaftarkan sebagai kreditor dalam soal kepailitan, dan mengesahkan surat wasiat. Selain itu, kadang-kadang seorang saudara mungkin merasa perlu mengajukan tuntutan balasan demi melindungi diri dalam suatu perkara hukum.1 Jika perkara hukum tersebut dilakukan tanpa semangat permusuhan, hal itu tidak bertentangan dengan apa yang dimaksudkan dalam nasihat Paulus yang terilham.2 Meskipun begitu, seorang Kristen hendaknya mengutamakan penyucian nama Yehuwa dan perdamaian serta persatuan sidang. Para pengikut Kristus terutama dicirikan oleh kasih mereka, dan ”kasih . . . tidak memperhatikan kepentingan diri sendiri”. —1 Korintus 13:4, 5; Yohanes 13:34, 35. 1 Dalam kasus yang langka, seorang Kristen bisa jadi melakukan kejahatan besar terhadap rekan seiman—seperti pemerkosaan, penyerangan, pembunuhan, atau pencurian besar. Maka, tidaklah bertentangan dengan sifat Kristen untuk melaporkan perbuatan semacam itu kepada kalangan berwenang, sekalipun tindakan itu bisa mengarah ke kasus pengadilan atau pengadilan pidana. 2 Untuk keterangan lebih jauh, silakan lihat Menara Pengawal 15 Maret 1997, halaman 17-22, dan 15 Oktober 1991, halaman 25-28. Untuk mendapat lebih banyak informasi, buka www.jw.org/id, atau hubungi Saksi-Saksi Yehuwa.