BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan taraf serta kesejahteraan masyarakat yang kita cita-citakan berupa masyarakat yang adil dan makmur baik moril maupun materil, maka berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini. Salah satu usaha yang sedang digalakkan sesuai dengan garis-garis Haluan Negara adalah ditingkatkannya sektor industri baik yang berupa industri berat maupun yang berupa industri ringan. Maka dengan munculnya industri perlu dipikirkan juga efek sampingnya yang berupa limbah. Limbah tersebut dapat berupa limbah padat (solid wastes). Ketiga jenis limbah ini dapat dihasilkan sekaligus oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai dengan proses yang ada diperusahaannya. Limbah dari industri tersebut dapat membahayakan kesehataan manusia karena dapat membawa suatu penyakit, merugikan segi ekonomi karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan maupun tanam-tanaman, dapat merusak atau membunuh kehidupan yang ada di dalam air seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya, dapat merusak keindahan karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang terutama di daerah hilir sungai yang merupakan daerah rekreasi. Berdasarkan pertimbangan diatas, perlu kiranya diperhatikan efek sampingan yang akan ditimbulkan oleh adanya suatu indutri tersebut waktu mulai beroperasi. Oleh karena itu perlu dipikirkan juga apakah industri tersebut menghasilkan limbah yang berbahaya atau tidak, sehingga segera dapat ditetapkan perlu tidaknnya disediakan bangunan pengolahan air limbah serta teknik yang dipergunakan dalam pengolahan. (Sugiharto, 1987) Dengan melihat perkembangan industri sekarang ini maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan, udara dan tanah ynga disebabkan oleh perkembangan industri tersebut. Misalnya industri pengolahan uap, PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA SIBAYAK. Industri pengolahan uap menghasilkan limbah cair yang mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi yang mengakibatkan beban pencemaran semakin besar, karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar. Industri pengolahan uap menghasilkan limbah cair yang mengandung senyawa organik yang relatif tinggi dalam bentuk karbon, nitrogen dan fosfor yang dapat menimbulkan proses eutrofikasi yang yang ditandai dengan pertumbuhan ganggang secara pesat dan kadar oksigen terlarut yang rendah. Limbah cair dapat bersumber dari aktifitas manusia maupun aktivitas alam. Adanya kegiatan-kegiatan industri yang dilakukan oleh manusia menghasilkan buangan yang mengandung bahan kimia. Dimana kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapat merugikan lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu akan lebih berbahaya bila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun. Untuk itu sebelum dibuang ke perairan bebas, limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu. Dimana dalam pengolahan limbah tersebut ada parameterparameter yang harus ditentukan misalnya COD, BOD, TSS, TDS, dan lain sebagainya. (Sugiharto, 1987) Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk menentukan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) pada beberapa limbah cair yaitu limbah cair industri pengolahan uap. Yang selanjutnya dapat diketahui apakah limbah cair tersebut telah memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. 1.2. Permasalahan Berapa besar kadar COD yang terkandung dari limbah cair PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA SIBAYAK apakah masih masih memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan oleh keputusan Menteri Lingkungan Hidup. 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui apakah kadar COD dari limbah cair PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA SIBAYAK telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. 1.4. Manfaat Sebagai informasi bagi masyarakat, agar mengetahui limbah yang sudah di analisa kadar CODnya, dan mengetahui kualitas air limbah yang biasa di buang ke perairan sekitar lingkungan.