LAPORAN KHUSUS National Scientific Meeting on Stroke, Neurosonology, Neuroimaging, Neurointervention dan Indonesian Neurological Association, Asean Stroke Advisory Panel (ASAP) Meeting 2010 Yogyakarta; 18 – 21 Maret 2010 P ertemuan Ilmiah Nasional Perdossi: Stroke, Neurosonology, Neuroimaging, dan Neurointervention serta pertemuan Asean Stroke Advisory Panel 2010 ini dilaksanakan di Hotel Sheraton – Yogyakarta pada 18 – 21 Maret 2010 dengan tema : Towards the New Era of Cerebrovascular Disease Management and Interventional Neurology. Pertemuan ini diikuti oleh sekitar 600 dokter spesialis saraf dari seluruh Indonesia; diisi oleh pembicara/moderator nasional dan pembicara asing. Selain simposium, juga diadakan workshop dan presentasi poster ilmiah. 390 (323-402)_CDK ed_178 ok DR.indd 390 Pertemuan ini diawali dengan kuliah umum Epidemiologi stroke oleh Prof. Dr.dr.Rusdi Lamsudin SpS(K); populasi usia lanjut diperkirakan meningkat hampir 300% di beberapa negara berkembang di Amerika Latin dan Asia dalam 30 tahun mendatang yang tentunya akan meningkatkan juga penyakitpenyakit seperti stroke. Peningkatan kejadian stroke ini merupakan salah satu tantangan kesehatan masyarakat serta berhubungan dengan kesakitan, ketidakmampuan, kemandirian serta mobilitas populasi usia lanjut. Setiap tahun diperkirakan sekitar 15 juta orang terkena stroke, sekitar 5 juta diperkirakan meninggal dan 5 juta lainnya akan menderita ketidakmampuan atau kecacatan permanen, sehingga merupakan beban bagi keluarga dan masyarakat. Faktor risiko utama stroke seperti diketahui bersama di antaranya: penyakit jantung koroner, hipertensi, konsumsi tembakau yang dapat dimodifikasi. Fibrilasi atrium, gagal jantung, serta serangan jantung merupakan faktor risiko lain. Angka kejadian stroke di beberapa negara menurun, yang merupakan hasil pengendalian tekanan darah tinggi serta penurunan jumlah perokok, walaupun angka absolut kejadian stroke tetap cenderung | JULI - AGUSTUS 2010 6/23/2010 8:36:35 AM LAPORAN KHUSUS meningkat karena peningkatan populasi usia lanjut. Kuliah umum lain: Stroke in Indonesia: Past, Present and Future. oleh Prof. dr.Jusuf Misbach SpS(K), FAAN. Di Indonesia dalam 20 tahun kejadian stroke tidak berubah; stroke tetap merupakan salah satu penyebab utama kematian dan ketidakmampuan. Hal ini memerlukan usaha pencegahan yang komprehensif, manajemen stroke akut dan tindak lanjutnya baik oleh institusi pemerintah maupun non-pemerintah dengan mengontrol faktor-faktor risiko seperti: diabetes, hiperlipidemia, hipertensi, penyakit jantung, serta perilaku tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, serta obesitas. Rumah sakit khusus stroke dengan para ahli terbaik untuk rujukan kasus-kasus stroke sulit juga dibutuhkan; institusi semacam ini bermanfaat untuk koleksi data dan riset guna mendukung kebijaksanaan selanjutnya. Tempat ini juga bermanfaat untuk pendidikan paramedik khusus stroke yang nantinya dapat dipekerjakan di unit stroke rumah-rumah sakit di seluruh Indonesia. Topik menarik lainnya adalah masalah pencegahan stroke, antara lain disampaikan oleh Dr. Shinichiro Uchiyama, dengan judul: Strategy for Secondary Stroke Prevention: result of CSPS2. Beliau membahas pentingnya penggunaan antiplatelet seperti: aspirin, klopidogrel, tiklopidin, silostazol serta dipiridamol sebagai obat tunggal maupun kombinasi untuk mencegah stroke berulang pada sebagian besar pasien stroke iskemik dan TIA non-kardioembolik. Golongan thienopyridine seperti klopidogrel dan tiklopidin lebih efektif daripada aspirin, dan klopidogrel lebih baik daripada tiklopidin. Penggunaan silostazol pada pasien dengan atherotrombosis termasuk stroke iskemik, penyakit arteri perifer, dan pada pasien penyakit jantung koroner dengan sten menurunkan kejadian stroke tanpa meningkatkan risiko perdarahan. SpS(K), MSi Med. Diketahui hampir 10% pasien stroke akan mengalami kejang. Kejang dan status epileptikus yang merupakan salah satu komplikasi stroke akut dapat diklasifikasikan sebagai kejang awal (early seizure) yang terjadi dalam 7 hari setelah serangan stroke akut, atau kejang lebih lambat (late/ remote seizure) yang terjadi setelah 7 hari serangan stroke. Kejang dapat tunggal, parsial maupun umum. Stroke berat, stroke perdarahan serta stroke yang melibatkan daerah korteks meningkatkan risiko kejang. Penggunaan nimodipine untuk mencegah vasospasme sekunder juga dibahas dalam sesi lunch symposium. Vasospasme sering terjadi pada perdarahan sub-arachnoid (SAH), antara lain disebabkan oleh gangguan influks ion kalsium; oleh karenanya penggunaan penghambat saluran kalsium seperti nimodipin merupakan pilihan untuk mencegah vasopasme ini, penggunaan nimodipin secara bermakna dapat memperbaiki kondisi vasospasme pada SAH. Komplikasi-komplikasi stroke lain yang juga dibahas dalam acara ini di antaranya adalah: Nyeri sentral pasca stroke, oleh Prof.Dr.dr.Hasan Sjahrir SpS(K); depresi dan ansietas yang dapat terjadi pasca stroke oleh dr. Adelina Yasmar Alfa SpS(K). Keluhan nyeri muskuloskeletal pasien pasca stroke dibicarakan oleh Prof.dr.KRT Lucas Meliala SpS(K), DVT (trombosis vena dalam) pada stroke dibahas oleh dr. Ismail Setyopranoto SpS(K). Penggunaan TCD (Trans Cranial Doppler) dibicarakan oleh Dr. Dodik Tugasworo SpS(K). TCD merupakan teknologi relatif baru yang digunakan untuk menilai kecepatan aliran darah arteria dalam otak (sekitar sirkulus Willisi) secara trans-temporal, trans-orbital, dan sub-occipital. TCD juga dapat digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas ekstra-kranial melalu daerah submandibuler. Penggunaan TCD ini menguntungkan karena non-invasif, non-radioaktif, mudah penggunaannya, dan dapat diterima oleh pasien. Pertemuan ini juga dilengkapi dengan presentasi makalah bebas dan presentasi poster sebagai kesempatan untuk para peneliti muda untuk menyajikan hasil penelitiannya, sekaligus berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. (KTW) Masalah kejang pasca stroke juga dibahas oleh dr.Endang Kustiowati, | JULI - AGUSTUS 2010 (323-402)_CDK ed_178 ok DR.indd 391 391 6/23/2010 8:36:41 AM