BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 6. Menguji Informasi Baru A. Anatomi Pelvis Dalam anatomi manusia, pelvis / panggul merupakan bagian dari inferioposterior batang pada perut di daerah transisi antara batang tubuh dan anggota tubuh bagian bawah (paha hingga kaki). Pelvis merupakan kata lain dari cekungan dan merupakan nama bagi panggul, disebut cekungan karena panggul kita berbentuk cekungan. Pelvis adalah daerah batang tubuh yang berada di sebelah dorsokaudal terhadap abdomen dan merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke extremitas inferior.Pelvis bersendi dengan vertebra lumbalis ke-5 di bagian atas dan dengan caput femoris kanan dan kiri pada acetabulum yang sesuai. Pelvis dibatasi oleh dinding yang dibentuk oleh tulang, ligamentum, dan otot. Cavitas pelvis yang berbentuk seperti corong, memberi tempat kepada vesicaurinaria, alat kelamin pelvic, rectum, pembuluh darah dan limfe, dan saraf. 2 Kerangka Pelvis Pada manusia dewasa, panggul terbentuk di punggung posterior (belakang) olehsakrum dan tulang ekor (bagian ekor dari kerangka axial), lateral dan anterior oleh sepasang tulang pinggul (bagian dari kerangka apendikularis). Pada manusia dewasa,panggul normal terdiri dari tiga tulang besar dan tulang ekor (3-5 tulang). Namun,sebelum masa pubertas tulang pinggul terdiri dari tiga tulang yang terpisah yaitu ilium, ichium, dan pubis. Jadi, sebelum pubertas panggul dapat terdiri dari lebih dari sepuluh tulang, tergantung pada komposisi tulang ekor.Pinggul ini dibagi menjadi 2, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri tubuh.Kedua tulang pinggul yang terdiri dari 3 bagian, ilium, ichium dan pubis. Bagian-bagian ini digabungkan bersama selama pubertas, yang berarti di masa kanak-kanak mereka adalah tulang terpisah. Tulang sacrum merupakan penghubung tulang belakang ke panggul dan juga menjadi tempat yang memungkinkan bagi sepasang pinggul kita untuk melekat. Pelvis merupakan cincin cekung berbentuk tulang yang menghubungkan kolomvertebral ke femurs.Fungsi utamanya untuk menyangga berat tubuh bagian atas ketikakita sedang duduk, berdiri dan beraktivitas. Fungsi sekundernya adalah untuk mengandung (pada wanita) ketika hamil dan melindungiviscera pelvis dan abdominopelvic viscera (bagian inferior saluran kemih,organ reproduksi internal). Tulang pinggul saling terhubung satu sama lain pada anterior pubis symphysis,dan posterior dengan sacrum pada sendi sacroiliac untuk membentuk cincin panggul. Cincin ini sangat stabil sehingga menyebabkan sedikitnya mobilitas/pergerakan. Ligamen yang paling penting dari sendi sacroiliac adalah ligamen sacrospinous dan sacrotuberous yang menstabilkan tulang pinggul pada sacrum dan mencegah promonotory dari miring ke depan. Sendi antara sacrum dan tulang ekor, sacrococcygeal symphysis. diperkuat oleh serangkaian ligamen. Ligamen sacrococcygeal anterior merupakan perpanjangan dari anterior longitudinal ligament (ALL) yang berjalan di sisi anterior dari badan vertebra.Serat tidak teratur tersebut menyatu dengan periosteum. Setiap sisi panggul terbentuk sebagai tulang 3 rawan, yang mengeras sebagai tiga tulang utama yang tinggal terpisah melalui masa kanakkanak:: ilium, ichium, pubis. Saat kelahiran seluruh sendi pinggul (area acetabulum dan bagian atas femur) masih terbuat dari tulang dan otot. Gerakkan trunk/batang (bending forward) pada dasarnya adalah sebuah gerakan dari otot-otot rektus, sementara flexi lateral (bending menyamping) dicapai oleh kontraksi obliques bersama dengan lumborum kuadratus dan otot punggung intrinsic. Dasar panggul memiliki dua fungsi: Salah satunya adalah untuk menutup ronggapanggul dan perut, serta menanggung beban dari organ visceral, yang lain adalahuntuk mengontrol bukaan rektum dan organ urogenital yang menembus dasar pangguldan membuatnya lebih lemah. Untuk melakukan keduanya, dasar panggul terdiri daribeberapa lembar otot dan jaringan ikat. a. Os Sacrum Os sacrum terdiri dari lima vertebrae rudimenter yang bersatu membentuk tulang berbentuk baji yang cekung kearah anterior. Pinggir atas atau basis ossis sacri bersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir inferior yang sempit bersendi dengan os coceygis.Di lateral, os sacrum bersendi dengan kedua os coxae membentuk ar ticulation sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol ke depan sebagai batas posterior apertura pelvis superior, disebut promontorium os sacrum, yang merupakan bagian penting bagi ahli kandungan untuk menentukan ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama membentuk canalis sacralis. Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior nervi lumbales, sacrales, dan coccygeus filum terminale dan lemak fibrosa. b. Os Coccygis Os coccygis berartikulasi dengan sacrum di superior.Tulang ini terdiri dari empat vertebra rudimenter yang bersatu membentuk tulang segitiga kecil yang basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum.Vertebra coccygea hanya terdiri atas corpus, namun vertebra pertama mempunyai pr ocessus transverses rudimenter dan cornu coccygeum.Cornu adalah sisa pediculus dan processus articularis superior yang menonjol ke atas untuk bersendi dengan cornu sacrale. c. Os inominatum (tulang panggul) 4 Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu: ilium, iskium, dan pubis. Saat dewasa tulang-tulang ini telah menyatu selurunya pada asetabulum. • Ilium:batas atas tulang ini adalah Krista ilika. a. Krista iliaka berjalan ke belakang dari spina iliaka anterior superior menuju spina iliaka posterior superior. Di bawah tonjolan tulang ini terdapat spina inferiornya. Permukaan aurikularis ilium disebut permukaan glutealis karena disitulah pelekatan gluteus.Linea glutealis inferior, anterior, dan posterior membatasi pelekatan gluteike tulang.Permukaan dalam ilium halus dan berongga fosailiaka. Fosailiaka merupakan tempat melekatnya m. iliakus membentuk .Permukaa n aurikularis ilium berartikulasi dengan sacrum pada sendi sakro iliaka (sendi sinovial). Ligamentum sakro iliakaposterior, interoseus, dan anterior memperkuat sendi sakro iliaka.Linea iliopektinealis berjalan di sebelah anterior permukaan dalam ilium dari permukaan aurikularis menuju pubis. b. Iskium:terdiri dari spina di bagian posterior yang mem b a t a s i i n s i s u r a iskiadika mayor (atas) dan minor (bawah. Tuberositas iskia adalah penebalan bagian bawah korpus iskium yang menyangga berat badan saat duduk. Ramus iskium menonjol ke depan dari tuberositas ini dan bertemu serta menyatu dengan ramus pubis inferior. c. Pubis: terdiri dari korpus serta rami pubis superior d a n i n f e r i o r . T u l a n g i n i berartikulasi dengan tulang pubis di tiap sisi simfisis pubis. Permukaan superior dari korpus memiliki krista pubikum dan tuberkulum pubikum. Foramen obturatorium merupakan lubangbesar yang dibatasi oleh rami pubis dan iskium. d. Pelvis major (panggul besar, pelvis spurium) • Terletak cranial terhadap aperture pelvis superior (aditus pelvis). • Terbuka dan melebar pada ujung atasnya dan harus dipikirkan sebagai bagiancavitas abdominalis. 5 · Melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ketiga, membantumenyokong uterus gravidarum · Selama stadium awal persalinan, pelvis major membantu menuntun janin masukke pelvis minor. · Kearah ventral dibatasi dinding abdomen, kearah lateral oleh fossa iliaca dextra dan fossa iliaka sinistra, dan kearah dorsal oleh vertebra L. S dan vertebra S1. e. Pelvis minor (panggul kecil, pelvis verum) • Berada antara aperture pelvis superior dan aperture pelvis inferior (exitus pelvis). • • Merupakan lokasi visera pelvis (misalnya vesica urinaria). Dibatasi oleh permukaan dalam os coxae, os sacrum, dan os coccygis. • • Ke bawah dibatasi oleh diaphragma pelvis. Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu keluar, dan sebuah cavitas. • Pelvis minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui oleh janin padaproses persalinan. Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false pelvis.Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh.Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium.Pada ruang pelvis 6 juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator anidan muskulus koksigeus.Jika diamati dari superior panggul.Jika diamati dari belakang. 1. Diameter transversa pintu atas panggul. Diameter terpanjang kirikanan dari pintu atas panggul.Bukan sungguh “diameter” karena tidak melalui titik pusat pintu atas panggul. 2. Diameter / distantia interspinarum pada rongga panggul. Jarak antara kedua ujung spina ischiadica kiri dan kanan. 3. Diameter anteroposterior pintu bawah panggul. Jarak antara ujung os coccygis sampai pinggir bawah symphisis os pubis. 4. Diameter transversa pintu bawah panggul. Jarak antara bagian dalam dari kedua tuberositas os ischii. 5. Diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul. Jarak antara bagian tengah diameter transversa sampai ke ujung os sacrum. Perkiraan Ukuran Rata-rata Panggul Wanita Normal 1.Pintu atas panggul (pelvic inlet) Diameter transversa (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm. 2.Pintu tengah panggul (mid pelvis). Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) + 11.0 cm. .Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm .3.Pintu bawah panggul (pelvic outlet) Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum + 10.5 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm 2.3 Otot – otot pelvis 1.M. piriformis 7 insersi : trokhanter mayor femur origo : bagian depan sacrum persyarafan : pleksus sakralis. Fungsi : memutar keluar femur pada artikulatio koksa 2.M. obturatorius origo : membran obturatoria dan bagian tulang panggul insersi : trokhanter minor femur persyarafan : nervus obturatorius internus fleksus sakralis fungsi : memutar keluar femur pada sendi koksae 3M. levator ani origo : korpus pubis, fasia insersi : korpus periniale, korpus ano koksigis kanalis ani. persyarafan : nervus sakralis IV fungsi : menyokong visera pubis spingter anorektal dan vagina 4.splingter ani ekterus a.pars subkutanea, b. pars duperfisialis c. pars profunda insersi : os kogsigis persyarafan : nervus rektalis interior fungsi : membentuk splingter kanalis ani 5.M. koksigeus insersi : ujung bawah os sakrum dan os kogsigeus origus : spina ikadia persarafan : nervus sakralis IV – V fungsi : membantu muskulus elevator ani menyokong visera 6.M. pubo reektalis insersi : sekitar perbatasan rektum dan kanalis ani origo : os pubis persarafan : nervus sakralis IV 8 fungsi : bersama splingter ani membentuk splingter volunter kanalis ani 7.otot urogenital pria a.muskulus bulbo spengosus, b. muskulus iskiokavernosus c. muskulus splingter uretra d. muskulus tranvesus perenei profundus 8. otot urogenital wanita a.mbulbo spengosus b.m iskiokavernosus 2.4 Arteri Pelvis Arteri dari pelvis adalah cabang dari arteri iliaka.Kecuali arteri rektum superior yang merupakan cabang dari arteri mesenterika inferior. Cabangcabang dari arteri iliaka interior adalah : · iliolumbar · superior glutealolateral sacral · inferior gluteal · internal pudendal · middle rectal · inferior vescical (the uterine in the female) · obturator · superior vesical · bagian terminal dari iliaca yang tersumbat dan membentuk ligamentum ubilicalis lateral dinding anterior abdomen bawah 2.2 Definisi Endometriosis Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus, paling sering mengenai ovarium atau permukaan peritoneum viseralis yang mengantung. Meskipun jinak, endometriosis bersifat 9 progresif, cenderung kambuh dan dapat mengivansi secara lokal, dapat memiliki banyak fokus yang tersebar luas (jarang), dan dapat terjadi dalam nodus limfe pelvis (30%). (Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, 2009, Hal 666) Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri.Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 314) Endometriosis adalah radang yang terkait dengan hormon estrogen berupa pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah, hingga menonjol keluar rahim dan menyebabkan pelvic pain. B.Etiologi Sampai saat ini belum ada yang dapat memastikan penyebab endometriosis.Secara umum, endometriosis adalah munculnya jaringan endometrium pada tempat-tempat diluar habitatnya, dikavum uteri.Sayangnya penyakit yang kerap hinggap pada wanita infertil belum jelas sebab musababnya.Para ahli masih mengemukakan beberapa postulat, mulai dari yang sederhana hingga yang komplek sebagai berikut; jaringan endometrium bermigrasi dari uterus hingga ketuba uterina.Namun teori ini terbantahkan lantaran tidak bisa menjelaskan kejadian yang muncul paska hosterektomiatau 10 pada tuba yang diikat. Teori lain mengatakan, abnormalitas pada sistem imun membuat sel endometrium mampu melekat pada jaringan selain diuterus dan berkembang pesat. Ada pula yang mengungkapkan akibat inflamasi yang berulangpun diprediksikan membuat jaringan-jaringan abdomen akhirnya berubah menjadi jaringan endometrium (sangat spekulatif). Pendapat lain mengatakan jaringan endometrium menyebar dari uterus menuju rongga abdomen menuju kesistem limfe atau aliran darah dan muncul kecurigaan genetis. Penderita endometriosis akut 61% berasal dari ibu atau sepupunya yang juga mengalami hal yang serupa.Hanya 23% yang berasal dari keluaga biasa-biasa saja 12. Ada beberapa teori yang menerangkan terjadinya endometriosis, seperti : 1. Teori implantasi, yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitasi trans tuba pada saat menstruasi . 2. Teori metaplasi, yaitu metaplasi sel multipotensial menjadi endometrium, namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen. 3. Teori induksi, yaitu kelanjutan dari teori metaplasi, dimana faktor biokimia endogen menginduksi perkembangan sel peritonal yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium. Selain itu masih ada teori-teori lain dari para ahli yang menerangkan tentang etiologi endometriosis tetapi masih belum dapat menerangkan tentang etiologi endometriosis tetapi masih belum dapat menerangkan kejadian endometriosis secara memuaskan, antara lain teori-teori tersebut, antara lain adalah: 11 1. Teori Implantasi dan Regurgitasi Sampson Teori ini mengemukakan bahwa regurgitasi darah dan partikel endometrium melalui tuba pada saat haid dapat berimplantasi dan tumbuh di mana saja. Teori ini disokong oleh adanya regurgitasi darah haid melalui tuba, percobaan kemampuan endometrium untuk tumbuh, dan seringnya endometriosis didapat pada wanita dengan bendungan darah haid pada kelainan alat genital. Teori ini tidak dapat menerangkan kejadian endometriosis diluar pelvik, misalnya endometriosis di paru, umbilikus, pleura, dan tempat lain. teori ini pernah dibantah oleh Rosenfeld dan Lecher dengan alasan mereka pernah menemukan adnaya endometriosis pada para penderita yang mengidap sindroma Rokitansky-Kuster-Hauster. Greenbalt dan Dipahioglu (1976) pernah pula mencatat adanya berbagai perubahan yang menyerupai desidua pada serosa apendiks wanita hamil, dan pada permukaan ovarium setelah pemberian gonadtropin. 2. Teori Metaplasia Meyer Teori ini mengemukakan bahwa timbulnya endometriosis sebagai akibat perubahan abnormal sel yang berasal dari epitel, “coelom” pada tingkat embrional. Hal ini meliputi priteoneum, pelvik, epitel germinal ovarium dan seluruh sistem mulleri (tuba, uterus, dan bagian proksimal vagina), yang oleh suatu sebab, seperti radang atau pengaruh hormon akan bermetaplasi dengan akibat epitel 12 “coelom” berubah menjadi endometrium.Teori ini dapat menerangkan kejadian endometriosis yang dekat, termasuk endometriosis diseptum rekto-vaginal dan bagian-bagiannya, tetapi tidak mampu menerangkan kejadian endometriosis diumbilikalis dan ditempat lain yang jauh letaknya. 3. Teori Genitoblas De Snoo Teori ini mengemukakan bahwa sel genitoblas mempunyai potensi untuk berubah menjadi jaringan lain diantaranya menjadi endometrium. 4. Teori Penyebaran Secara Limfogen (Halban) Teori ini menerangkan bahwa pertumbuhan metastastik yang berasal dari endometrium dapat menuju ke suatu tempat melalui sistem limfe. Hal ini dapat menerangkan adanya endometriosis di tempat yang letaknya jauh dari pelvik.Novak menyangkal adanya teori ini, karena belum ada publikasi klinik mengenai adanya endometriosis di kelenjar limfe panggul, meskipun secara kebetulan pernah ditemukan adanya adenokantoma di kelenjar limfe. 5. Teori Penyebaran Secara Hematogen. Teori ini menerangkan adanya endometriosis di berbagai tempat yang terletak jauh dan sukar diterangkan oleh teori yang lain. 6. Teori Iatrogenik Teori ini mengemukakan bahwa endometriosis dapat terjadi akibat tindakan dokter seperti operasi, kuretasi, atau pada pemeriksaan bimanual terutama pada saat haid. Sewaktu tindakan kuretase 13 endometriosis dapat masuk ke vena-vena sehingga terjadi emboli yang dapat mencapai paru-paru, dan apabila ada kelainan sirkulasi emboli tersebut akan dapat mencapai daerah lain dan tumbuh menjadi endometriosis. C. Klasifikasi Endometriosis Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut : 1. Pembagian Atas 2 Golongan a) Endometriosis Interna Endometriosis didalam miometrium, lazim disebut dengan adenomiosis. b) Endometriosis Eksterna Endometriosis di luar uterus, lazim disebut dengan “true endometriosis” 2. Pembagian Atas 3 Golongan a) Endometriosis Genetalia Interna 1) Letaknya di dalam uterus dan disebut adenomiosis 2) Letaknya didalam tuba seperti adenomiosis ismika nodosa, hematosalping. b) Endometriosis Eksterna Letaknya di dinding belakang uterus, dibagian luar tuba dan di ovarium. c) Endometriosis Eksterna Genitalis Letaknya di pelvio-peritonium dan di cavum Douglasi, rekto-sigmoid, kandung kencing,umbilikus sampai pada kulit dan paru paru-paru. Kelainan endometriosis paling sering ditemukan atau di jumpai di 14 ovarium, ligamenta uterus (rotundum, sakrouterina, dan lantum), septum rekto-vaginal, peritoneum pelvis yang meliputi uterus, tuba, rektum, sigmoid, dan kandung kencing, yang semuanya ini disebut endometriosis pelvis.Sedangkan menurut. Acosta klasifikasi endometriosis dapat dibagi-bagi menurut berat ringan endometriosis, yaitu antara lain : 1. Ringan Yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau posterium cavum douglasi, peritonium pelvik, atau permukaan ovarium. 2. Sedang a. Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi atau endometrium kecil. b. Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang mengalami endometriosis. c. Endometriosis pada anterior atau posterior cavum Douglasi dengan parut dan retraksi tanpa menyerang sigmoid. 3. Berat a. Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2 x 2 cm2. b. Perlekatan satu atau dua ovarium, tuba, atau cavum Douglasi karena endometriosis. c. Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata. Selain itu ada pula klasifikasi lain yang dibuat oleh Acosta dkk yang kemudian dimodifikasi oleh Hammond dan Hanney. Klasifikasi ini lebih mudah, sederhana, cukup lengkap, dan spesifik. 15 Apabila bintik-bintik en dometriosis yang terse-bar tanpa menghinggapi uterus, tuba atau ova-rium; tidak ada jaringan parut atau ada bintik-bintik endometriosis pa-da permukaan ovarium yang sangat ringan se-kali; atau tidak tampak bintik-bintik endome-triosis, akan tetapi rigai pada proses endometri-osis. Apabila satu atau kedua ovarium dihinggapi oleh proses endometriosis; atau ada endometrioma dengan ukuran kurang dari 2 cm; atau ada perlekatan perituba atau peri ovarium ringan; atau proses menyebar membuat jaringan parut pada organ lain. Apabila endometrioma lebih dari 2 cm; atau ada perlekatan tuba, dan ovarium cukup lu-as; atau ada okulasi tu-ba; atau ada kerusakan parah pada cavum Do-uglasi, ligamentum sa-krouterina dan atau u-sus, serta kandung ken-cing ikut dihinggapi proses endometriosis. Ada pula klasifikasi yang terbaru dan yang sering dipakai pada saat ini, yaitu teori tentang endometriosis yang dibuat oleh “The American Fertility Society” (AFS), dimana endometriosis dapat dibagi-bagi menjadi empat kelompok, yaitu antara lain sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Stadium I (minimal) : 1 – 5 Stadium II (ringan) : 6 – 15 Stadium III (sedang) : 16 – 40 Stadium IV (berat) : > 40 Penentuan klasifikasi endometriosis merupakan syarat mutlak untuk membandingkan berbagai hasil dalam pengobatan kelainan ini. Tanpa adanya sistem klasifikasi yang baik, efektivitas pengobatan sulit ditentukan.Sayangnya, meskipun telah berbagai ragam klasifikasi diajukan, namun belum ada yang dapat digunakan secara universal. 16 D. Patofisiologi Teori histogenesis dari endometriosis yang paling banyak penganutnya adalah teori Sampson. Menurut teori ini, endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali (regurgitasi melalui tuba ke dalam rongga pelvis.Sudah dibuktikan bahwa dalam darah haid didapati sel-sel endometrium yang masih hidup.Sel-sel endometrium yang masih hidup ini kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis 2. Teori lain mengenai histogenesis endometriosis dilontarkan oleh Robert Meyer. Pada teori dikemukakan bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel yang berasal dari selom yang dapat mempertahankan hidupnya di dalam pelvis. Rangsangan ini akan menyebabkan metaplasi dari sel-sel epitel itu, sehingga terbentuk jaringan endometrium. Teori dari Robert Meyer ini semakin banyak penantangnya.Disamping itu masih terbuka kemungkinan timbulnya endometriosis dengan jalan penyebaran melalui jalan darah atau limfe, dan dengan implantasi langsung dari endometrium pada saat operasi.Gambaran mikroskopik dari endometriosis sangat variabel.Lokasi yang sering terdapat ialah pada ovarium, dan pada biasanya disini didapati pada kedua ovarium.Pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai kista besar (kadang-kadang sebesar tinju) berisi darah tua menyerupai coklat (kista coklat atau endometrioma).Darah tua dapat keluar sedikitsedikit karena luka pada dinding kista, dan dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan dinding pelvis.Kista coklat kadangkadang mengalir dalam jumlah banyak kedalam rongga peritonium karena robekan dinding kista, dan menyebabkan abdomen.Tuba pada endometriosis biasanya 17 normal.Pada salah satu atau kedua ligamentum sakrouterium, pada cavum douglasi, dan pada permukaan uterus sebelah belakang dapat ditemukan satu atau beberapa bintik sampai benjolan kecil yang berwarna kebiru-biruan.Juga pada permukaan sigmoid atau rektum seingkali ditemukan benjolan yang berwarna kebiru-biruan ini.Sebagai akibat dari timbulnya perdarahan pada waktu haid dari jaringan endometriosis, mudah sekali timbul perlekatan antara alat-alat disekitar cavum Douglasi itu.Pada pemeriksaan mikroskopi ditemukan ciri-ciri khas bagi endometriosis, yakni kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium, dan perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin, dan sel-sel makrofag berisi hemosiderin.Disekitarnya tampak sel-sel radang dan jaringan ikut sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya (jaringan endometrium).Jaringan endometriosis seperti juga jaringan endometrium didalam uterus, dapat dipengaruhi oleh hormon progensteron dan estrogen.Akan tetapi besarnya pengaruh tidak selalu sama, dan tergantun dari beberapa faktor, antara lain dari komposisi endometriosis yang bersangkutan (apakah jaringan kelenjar atau stroma yang lebih banyak), dari reaksi jaringan normal disekitarnya, dan sebagainya. Sebagai akibat dari pengaruh hormonhormon tersebut, sebagian besar sarang-sarang endometriosis berdarah secara periodik.Dan perdarahan yang periodik ini menyebabkan reaksi jaringan sekelilingnya berupa radang dan perlekatan. E. Gejala Endometriosis 1. Dismenorea 18 Dismenorea adalah nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid.Dismonorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin menghebat.Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui, tetapi mungkin adanya hubungan dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri tidak selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan sudah luas, sabaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang keras. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318) 2. Dispareunia Dispareunia adalah nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Dispareunia yang merupakan gejala yang sering dijumpai, disebabkan oleh karean adanya endometriosis di kavum Douglasi.(Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318) 3. Nyeri waktu defekasi, khusunya pada waktu Defekais yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid, disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut. Endometriosis kandung kencing jarang terdapat, gejala-gejalanya ialah gangguan miksi dan hematuria pada waktu haid.(Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318) 4. Polimenorea dan hioermenorea Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang siklus haid yang klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara 19 volume pendarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume pendarahan haid biasa.(H. Hendrik, 2006, Hal 122) Hipermenorea adalah perdarahan haid yang banyak dan lebih lama dari normal, yaitu 6-7 hari dan ganti pembalut 5-6 kali perhari. (http://yunitadianhusada.blogspot.com/p/hipermenorea.html) Gangguan haid dan siklusnya dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovulasi terganggu. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318) 5. Infertilitas Infertilitas adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh. (http://asuh.wikia.com/wiki/Infertilitas) Tiga puluh sampai empat puluh persen wanita dengan endometriosis menderita infertilitas.Menurut Rubin kemungkinan untuk hamil pada wanita dengan endometriosis ialah kurang lebih separuh wanita biasa.Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis ialah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318) F. Tempat-tempat ditemukannya endometriosis 20 Pada endometriosis jaringan endometrium ditemukan di luar kavum uteri dan di luar miometrium. Menurut urutan yang tersering endometriosis di temukan ditempat-tempat sebagai berikut : 1. Ovarium 2. Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum, kavum Douglasi; dinding belakang uterus, tuba Fallopii, plika vesikounterina, logamentum rotondum dan sigmoid 3. Septum rektovaginal 4. Kanalis ingunalis 5. Apendiks 6. Umbilicus 7. Serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum 8. Parut laparotomi 9. Kelenjar limfe 10. Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan dilengan, paha, pleura, dan perikardium. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 316) 21 (gambar tempat-tempat ditemukannya endometriosis) G. Penaganan Endometriosis Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi. 1. Pencegahan Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinana bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus dipertimbangkan.kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada rahimbikornuata atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus diingat.dilatasi serviks untuk memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih mudah pada pasien dengan tingkat disminorea yang hebat.( Moore, Hacker.2001) Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejalagejala endometriosis memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah endometrium timbul. Selain itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang 22 kasar atau kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan rongga panggul.(Wiknjosastro, hanifa.2007.) 2. Observasi pengobatan ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri. (Wiknjosastro, hanifa.2007.) 3. Pengobatan Hormonal Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum. Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endomeetriosis.(Wiknjosastro, hanifa.2007.) 23 4. Pembedahan Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan. (Wiknjosastro, hanifa.2007) 5. Radiasi pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro, hanifa.2007.) 24