BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Jenis Opini

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Jenis Opini Auditor Independen
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor
melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan
atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Arens
dan Lobbecke (2003: 36) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah
terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian auditor dalam memberikan
opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya
Menurut IAI(2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan
keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi
auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan,
untuk menyatakan tidak memberikan pendapat.
Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan
keuangan auditan. Tipe pendapat tersebut adalah pendapat wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory language), pendapat
Universitas Sumatera Utara
wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse
opinion) dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
(Mulyadi, 2002: 20).
Opini auditor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Mulyadi,2002:2022):
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan
oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi :
1) Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas,
dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.
2) Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi
oleh auditor.
3) Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah
melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.
4) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia.
5) Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah
paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas
(Unqualified Opinion with Explanatory Language).
Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf
penjelas (atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun
tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf
pendapat.
Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf
penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:
1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi
yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
4) Penekanan atas suatu hal
5) Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee
menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk
dampak hal-hal yang dikecualikan.
Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan :
1) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit.
2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak
material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak
wajar,
d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan
auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum,
e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak
melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor
memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga diberikan
apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan
klien.
2. Opini Audit Going Concern
a. Pengertian Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor
untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI,2001:SA Seksi 341).
Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu
indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat
bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut
melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil
dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan
membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal
Universitas Sumatera Utara
berlawanan (contrary information). Biasanya informasi yang secara
signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan
usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam
memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan
sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi
utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa
yang lain (IAI, 2001: SA Seksi 341.1 paragraf 1).
b. Faktor mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going
concern
Secara umum, contoh kondisi dan peristiwa jika di pertimbangkan
secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam waktu yang pantas adalah sebagai berikut (IAI, 2001: SA Seksi 341.3
paragraf 6):
1) Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali
terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha,
ratio keuangan penting yang jelek.
2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai
contoh kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau
perjanjian serupa, penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh
pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa
restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode
pendanaan baru atau penjualan sebagian besar aktiva.
3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan
hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses
projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat
ekonomis, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan
baru atau penjualan sebagian besar aktiva.
4) Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang – undang, atau masalah-masalah lain yang
kemungkinan membahayakan kemampuan perrusahaan untuk beroperasi,
kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan
Universitas Sumatera Utara
atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi,
banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun
dengan pertanggungan yang tidak memadai.
IAI(2001) dalam SA Seksi 341.2 memberikan pedoman kepada auditor
tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:
1) Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan
dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan
audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau
peristiwa yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsian
besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin
diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi
dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang
mengurangi kesangsian auditor.
2) Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas, auditor harus:
a) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut.
b) Menetapkan kemungkian bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
3) Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.
c. Contoh laporan auditor independen dengan opini tidak memberikan
pendapat dan wajar tanpa pengecualian dari going concern
Auditor independen berarti auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan
keuangan yang dibuat oleh kliennya. Berikut ini adalah contoh laporan
auditor independen yang berisi pernyataan tidak memberikan pendapat
(IAI,2001: SA Seksi 341 paragraf12):
Universitas Sumatera Utara
Laporan Auditor Independen
[Pihak yang dituju oleh auditor]
Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta
laporan laba rugi,laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan
adalahtanggung jawab manajemen Perusahan. Tanggung jawab kami
terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang diterapkan
Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami
merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu
audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit
kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Karena adanya ketidakpastian besar mengenai kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti yang kami
kemukakan dalam paragraf di atas, maka keadaan ini tidak
memungkinkan kami untuk menyatakan, dan kami tidak menyatakan,
pendapat atas laporan keuangan tersebut di atas.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntansi publik, nomor izin
kantor akuntan publik]
[Tanggal]
Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa
seperti trend negatif dan masalah intern. Maka auditor tidak menyangsikan
kemampuan perusahaaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Berikut ini adalah contoh laporan auditor independen yang
berisi pernyataan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya (IAI, 2001: SA Seksi 341.7 paragraf 15):
Universitas Sumatera Utara
Laporan Auditor Independen
[Pihak yang dituju oleh auditor]
Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Lapaoran keuangan
adalah tanggung jawab manajemen Perusahaan. Tanggun jawab kami
terletak pada pernyataan pendapat ats laporan keuangan berdasarkan
audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami
merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu
audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit
kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan PT KXT tanggal 31 Desember 20X2, dan hasil usaha serta arus
kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Lampiran keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan perusahaan
akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan
dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami
kerugian yang berulangkali dari usahanya dan mengakibatkan saldo
ekuitas negatif serta tanggal 31 Desember 20X2, jumlah kewajiban
lancar Perusahaan melebihi jumlah aktiva sebesar Rp YYY. Rencana
manajemen untuk mengatasi masalah ini juga telah diungkapkan dalam
Catatan X. Laporan keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian
yang berasal dari masalah tersebut.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntansi publik, nomor izin
kantor akuntan publik]
[Tanggal]
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern di
Perusahaan Manufaktur Terbuka (Tbk)
a. Kualitas Audit
Auditor bertanggung jawab untuk menyedikan informasi yang
berkualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para
pemakai laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang
baik lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila
klien
tidak
mempunyai
masalah
mengenai
kelangsungan
hidup
perusahaannya (Arga dan Linda, 2007). Maksudnya, auditor harus
memberikan pendapatnya mengenai kelangsungan hidup perusahaan
(auditee), dalam IAI dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion) atau pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas
(unqualified opinion with explanatory language).
Penelitian De Angelo (1981) dalam Arga Fajar Santosa (2007:145)
menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk
menghindari kritikan
kerusakan reputasi dari pada auditor skala kecil.
Auditor skala besar juga lebih cenderung mengungkapkan masalah-masalah
yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses peradilan.
Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan
atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern
kliennya apabila terbukti klien terdapat masalah untuk melangsungkan
usahanya dibandingkan dengan auditor skala kecil.
Universitas Sumatera Utara
b. Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keunangan perusahaan merupakan kondisi dimana keuangan
perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Kondisi keuangan
perusahaan dinilai dengan menggunakan nilai nilai Z- Score. Nilai ZScore
biasa
digunakan
untuk
melihat
potensi
financial
distress
(Kebangkrutan) pada perusahaan. Kebangkrutan sendiri biasanya diartikan
sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak
mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban debitur karena perusahaan
mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau
melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh
perusahaan dapat tercapai yaitu profit, sebab dengan laba yang diperoleh
perusahaan bisa digunakan untuk mengembalikan pinjaman, membiayai
operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bisa
ditutup dengan laba atau aktiva yang dimiliki.
Menurut Hanafi dan Halim (2003: 261) prediksi financial distress
perusahaan ini menjadi perhatian banyak pihak. Pihak-pihak yang
menggunakan model tersebut meliputi:
1) Pemberi pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial
distress menpunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman,
baik dalam memutuskan apakah akan memberikan suatu pinjaman dan
menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah
diberikan.
2) Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor
ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam
melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.
3) Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab
mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan
perusahaan individu.
Universitas Sumatera Utara
4) Pemerintah. Prediksi financial distress juga penting bagi pemerintah
dan antitrust regulation.
5) Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang
berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu
perusahaan.
6) Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka
perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan
pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau
kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan).
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan
perusahaan sesungguhnya. Pada perusahaan yang tidak sehat banyak
ditemukan indikator masalah going concern. Santosa dan Wedari (2007)
dalam Wahyu (2009) menyatakan bahwa semakin baik kondisi keuangan
perusahaan semakin kecil kemungkinan bagi auditor untuk memberikan
opini audit going concern, karena auditor hanya akan memberikan opini ini
jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit melanjutkan kelangsungan
hidup usahanya.
Mengacu pada penelitian yang dilakukan wahyu (2009:29), maka
penelitian ini menggunakan model prediksi kebangkrutan untuk mengukur
kondisi keuangan perusahaan yaitu Z-Score Altman (1968). Edward I
Altman di New York University pada pertengahan tahun 1960
menggunakan analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dalam studinya setelah menyeleksi
22 rasio keuangan, Altman menemukan lima jenis rasio yang dapat
dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut
dan berlanjut. Fungsi diskriminan Z (Zeta) yang ditemukannya adalah :
Z = 1,2 Z1 + 1,4 Z2 + 3,3 Z3 + 0,6 Z4 + 99,9 Z5
Universitas Sumatera Utara
Dimana :
Z1 = working capital/total asset
Z2 = retained earnings/total asset
Z3 = earnings before interest and taxes/total asset
Z4 = market capitalization/book value of debt
Z5 = sales/total asset
Model yang telah dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi.
Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian agar model prediksi
kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan – perusahaan manufaktur (Tbk)
melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan – perusahaan di sektor
swasta baik yang go public maupun non go public. Persamaan baru yang
diperoleh sebagai berikut :
Z = 0,717 Z1 + 0,847 Z2 + 3,107 Z3 + 0,420 Z4 + 0.998 Z5
Dimana :
Z1 = working capital/total asset
Z2 = retained earnings/total asset
Z3 = earnings before interest and taxes/total asset
Z4 = market capitalization/book value of debt
Z5 = sales/total asset
(Edward I Altman, 1983 dalam Wahyu (2009:31)
Z Score yang dikembangkan Altman tersebut selain dapat digunakan
untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan, dapat juga digunakan
sebagai ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan perusahaan. Hal yang
Universitas Sumatera Utara
menarik mengenai Z Score adalah keandalannya sebagai alat analisis tanpa
memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun seandainya
perusahaan sangat makmur, bila Z Score mulai turun dengan tajam, lonceng
peringatan harus berdering. Atau, bila perusahaan baru saja survive, Z Score
bisa digunakan untuk membantu mengevaluasi dampak yang telah
diperhitungkan dari perubahan upaya – upaya manajemen perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan
tidak bangkrut menunjukkan nilai tertentu. Kriteria yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model diskriminan adalah
dengan melihat zone of ignorance yaitu daerah nilai Z, dimana
dikategorikan sebagai berikut : pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kriteria titik cut off Model Z- Score
Kriteria
Nilai Z
Tidak bangkrut jika Z >
2,99
Bangkrut jika Z <
1,81
Daerah rawan bangkrut (grey area)
1,81 – 2,99
Sumber: Edward I Altman (1983) dalam Wahyu (2009:23 )
Menurut Altman, semua perusahaan yang mempunyai Z Score lebih
besar dari 2,99 menunjukkan perusahaan yang tidak mempunyai
permasalahan (non bankrupt company). Perusahaan yang mempunyai Z
Score antara 2,67 sampai 2,99 menunjukkan indikasi sedikit masalah
(meskipun tidak serius). Perusahaan yang mempunyai Z Score antara 1,8
sampai 2,67 memberikan indikasi apabila perusahaan tidak melakukan
perbaikan yang radikal, perusahaan mungkin akan mengalami ancaman
kebangkrutan dalam jangka waktu 2 tahun. Z-Score dibawah 1,8
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang
serius sehingga para investor dan kreditur seharusnya berhati – hati dalam
melakukan investasi.
c. Opini Audit Tahun Sebelumnya
Mutchler (1984) dalam Eko dkk (2006:9) melakukan wawancara
dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima
opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk
menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) dalam Eko
dkk (2006) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap
prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima
perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis
yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi
prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding
model yang lain.
Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Rahmadhany (2004)
dalam Eko dkk (2006:9) memperkuat bukti mengenai opini audit going
concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit going concern
tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit
going concern tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun
berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini
audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk
menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Pertumbuhan Perusahaan
Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio
pertumbuhan penjualan. Rasio ini mengukur seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam
kegiatan ekonomi secara keseluruhan Weston dan Copeland (1992) dalam
Solikah (2007:38). Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee.
Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif
mengindikasikan bahwa auditee dapat mempertahankan posisi ekonominya
dan lebih dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern).
Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberi
peluang auditee untuk memperoleh peningkatan.laba. Semakin tinggi rasio
pertumbuhan penjualan auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor
untuk menerbitkan opini audit going concern.
e. Ukuran Perusahaan
Mc Keown et al (1991) dalam
Arga (2007:146) menyatakan
perusahaan besar lebih banyak menawarkan fee audit yang lebih tinggi dari
pada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai
kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin
ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar.
Mutchler (1985) dalam Arga (2007:146) menyatakan bahwa auditor lebih
sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahan kecil karena
auditor
mempercayai
bahwa
perusahaan-perusahaan
besar
dapat
menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangannya dari pada perusahaan kecil.
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Setyano dkk (2006)
dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan,
Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan perusahaan Terhadap Opini Audit
Going Concern. Arga (2007) dengan judul penelitian “ Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Solikah
(2007)
dengan judul penelitian “
Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini
Audit Going
Concern “, Ferima (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh
Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”,
Wahyu dkk (2009) dengan judul penelitian “ Pengaruh Financial Distress, Debt
Default, Auditor Changes Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terdaftar Opini
Audit Going Concern
Pada Perusahaan Property And Real
Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Rangkuman Tinjauan penelitian terdahulu
ini tercantum pada tabel 2.2.
No
1
Peneliti
(Tahun)
Setyarno
dkk
(2006)
Tabel. 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Judul
Analisis
Variabel
Penelitian
Pengaruh
regresi
Independen:
Kualitas
logistik
− Kualitas
Audit, Kondisi
Audit
Keuangan
− Kondisi
Perusahaan,
Keuangan
Opini Audit
Perusahaan
Tahun
− Opini Audit
Sebelumnya,
Tahun
Pertumbuhan
Sebelumnya
Hasil
− variabel
kondisi
keuangan
perusahaan
dan
opini
audit tahun
sebelumnya
berpengaruh
signifikan
terhadap
penerimaan
Universitas Sumatera Utara
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Analisis
Penelitian
Variabel
Tabel.2.2 (Lanjutan)
Hasil
Perusahaan
Terhadap
Opini Audit
Going
Concern
− Pertumbuha
n Perusahaan
Analisis Faktor Regresi
Faktor Yang
Logistik
Mempengaruh
i
Kecenderunga
n Penerimaan
Opini Audit
Going
Concern
Independen:
− Kualitas audit,
− Kualitas
Kondisi
Audit
keuangan,
Pertumbuhan
− Kondisi
perusahaan dan
Keuangan
Ukuran
Perusahaan
perusahaan
− Opini Audit
tidak
Tahun
berpengaruh
Sebelumnya
terhadap
− Pertumbuha
kecenderungan
n Perusahaan
penerimaan
− Ukuran
opini
audit
perusahaan
going concern
−
Opini
audit
Dependen:
tahun
Opini Audit
sebelumnya berGoing
pengaruh positif
Concern
terhadap
kecenderungan
penerimaan
opini
audit going
concern
Independen:
− kondisi keuangan
Kondisi
perusahaan ,opini
Keunagan
audit tahun
2
Arga
(2007)
3
Solikah Pengaruh
(2007) Kondisi
Keuangan
Dependen:
Opini Audit
Going
Concern
Regresi
Logistik
opini audit going
concern.
− variabel kualitas
audit
dan
pertumbuhan
perusahaan tidak
menunjukkan
pengaruh yang
signifikan
terhadap
penerimaan opini
audit
going
concern.
Universitas Sumatera Utara
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Analisis
Penelitian
Ferima
(2010)
Pengaruh
Corporate
Governance
Terhadap
Penerimaan
Opini Audit
Going
Concern
Regresi
Logistik
Independen:
corporate
governance
Opini audit
merupakan
opini going
concern dan
non going
concern
Dependen:
Opini Audit
Going
Concern
5
Wahyu
dkk
(2009)
Pengaruh
Financial
Distress,
Debt
Default,
Auditor
Changes
Dan Opini
Audit Tahun
Sebelumnya
Terdaftar
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Hasil
sebelumnya
− Perusahaan
berpengaruh
− Pertumbuhan
signifikan terhadap
Perusahaan
penerimaan opini
− Opini Audit
going concern
Tahun
Sebelumnya − pertumbuhan
perusahaan tidak
berpengaruh
Dependen:
signifikan terhadap
Opini Audit
penerimaan opini
Going
going concern
Concern
Perusahaan,
Pertumbuhan
Perusahaan,
Dan Opini
Audit Tahun
Sebelumnya
Terhadap
Opini Audit
Going
Concern
4
Variabel
Regresi
Logistik
Independen:
Financial
Distress
Debt Default
Auditor
Changes
Opini Audit
Tahun
Sebelumnya
semakin besar
kepemilikan
manajerial maka
perusahaan
cenderung tidak
menerima opini
going concern.
Sementara,
konsentrasi
kepemilikan,
keberadaan
kepemilikan
keluarga, proporsi
komisaris
independen dan
keberadaan komite
audit tidak
berpengaruh
terhadap penerimaan
opini going concern.
variabel auditor
changes, financial
distress yang
diproksikan dengan
Z-Score Altman
(1968) tidak
berpengaruh tehadap
opini audit going
concen
debt default, opini
audit tahun
Universitas Sumatera Utara
Opini Audit
Going
Concern
Pada
Perusahaan
Property
And Real
Estate Yang
Terdaftar
Di Bursa
Efek
Indonesia
Sumber: Data Diolah
Dependen:
Opini Audit
Going
Concern
sebelumnya
berpengaruh
signifikan terhadap
opini audit going
concern,
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori
yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis
(Jurusan Akuntansi FE USU, 2004: 13). Dalam penelitian ini penulis
menggunakan variabel independen kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan,
opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan
dalam melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi opini audit
going concern. Kerangka konseptual penelitian ini berdasarkan tinjauan teoritis
dan penelitian terdahulu dapat dilihat pada gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Kualitas Audit
Kondisi
Keuangan
Perusahaan
H3
Opini Audit
Tahun
Sebelumnya
Opini Audit Going
Concern
Ha
Pertumbuhan
Perusahan
Ukuran
Perusahaan
Gambar. 2.1
Kerangka Konseptual
Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang mempunyai
kualitas yang tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para
pengguna laporan keuangan. Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik
lebih cenderung kan menggunakan opini audit going concern apabila klien
mendapat mesalah mengenai going concern. Tingkat kesehatan suatu perusahaan
dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan. perusahaan yang memiliki kondisi
keuangan yang baik maka auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going
concern. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit going concern
tahun sebelumnya dengan opini audit going concern tahun berjalan. Apabila pada
tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka
Universitas Sumatera Utara
akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit
going cocern pada tahun berikutnya.
Penjualan merupakan kegiatan operasi utama auditee. Auditee yang
mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif mengindikasikan bahwa
auditee
dapat
mempertahankan
posisi
ekonominya
dan
lebih
dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Penjualan yang terus
meningkat dari tahun ke tahun akan memberi peluang auditee untuk memperoleh
peningkatan.laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan auditee, akan
semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.
2. Hipotesis Penelitian.
Hipotesis menurut Erlina (2007 : 41), menyatakan “hubungan yang diduga
secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat
diuji secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap
masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan
kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan kerangka
koseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara sebagai
berikut :
Ha: kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini
audit going concern pada perusahaan manufaktur terbuka (Tbk).
Universitas Sumatera Utara
Download