BUDIDAYA UBI JALAR Pertanian ubi jalar merupakan salah satu solusi peningkatan penghasilan masyarakat tani pedesaan. Ubi jalar saat ini merupakan komoditi yang tidak bisa disepelekan karena nilai jualnya yang cukup tinggi. Secara Nasional, harga untuk 1 kg ubi jalar di tingkat petani Rp 3000-4000, sedangkan di pasar sekitar Rp 8000-10000, sementara hasil per ha tanaman ubi jalar yang dibudidayakan secara tradisional berkisar antara 0,3-0,5 kg/lubang tanam sehingga didapat hasil 15-20 ton/ha. Gambar 1. Ubi jalar jenis Rancing (Sumber: Koleksi dokumentasi Kurnia, 2015) Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 oC. Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Waktu yang paling baik untuk penanaman di tanah sawah yaitu sesudah tanaman padi dipanen (Kementan, 2000). Proses pembentukan ubi serta peningkatan kandungan karbohidrat atau pati dan gula sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur yang rendah dapat menyebabkan rendahnya kandungan karbohidrat di dalam ubi dan menghambat tumbuhnya ubi (Juanda dan Cahyono, 2000). Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun (Kementan, 2000). Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol. Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan kelembaban tanah yang cukup. Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai (Kementan, 2000). Produktivitas ubi jalar di Kabupaten Bangka Barat saat ini terbilang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata kondisi kewilayahan dan agroklimatologi Pulau Bangka cukup sesuai sebagai tempat perkembangbiakan dan budidaya ubi jalar. Namun, peningkatan produktivitas tersebut tidak sejalan dengan meningkatnya produksi ubi jalar di Kabupaten Bangka Barat. Hal ini terlihat dengan semakin berkurangnya produksi ubi jalar dari tahun 2007-2015 sebesar 49%, yang disebabkan oleh luas lahan pertanaman yang jumlahnya juga semakin berkurang sebesar 60% (BPS, 2015). Untuk mendapatkan hasil produksi ubi jalar yang maksimal, maka sangat perlu dilakukan proses budidaya tanaman yang benar. Pemeliharaan dan perawatan tanaman ubi jalar diantaranya berupa pembuatan bedengan, pengaturan jarak tanam, penggunaan bibit unggul, penyulaman, penyiangan, pengairan, pemupukan, pemangkasan daun dan pengendalian hama penyakit. 1. Persiapan lahan Jika lahan yang digunakan merupakan lahan pascapenanaman padi sawah, jerami yang masih terdapat di atas permukaan tanah dibabat, lalu jerami disingkirkan dari lahan pertanaman. Kemudian melakukan pengolahan tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur dan setelah itu tanah dibiarkan kering selama minimal satu minggu. Setelah itu, dibuat guludan-guludan berukuran lebar bawah sekitar 60 cm, tinggi 40 cm, dan jarak antar guludan 100 cm. Guludan kemudian dirapikan sambil memperbaiki saluran air antar guludan. Gambar 2. Ilustrasi gambar guludan (Sumber: Koleksi dokumentasi Kurnia, 2015) 2. Pemilihan bahan tanam Perbanyakan tanaman yang umumnya dilakukan adalah perbanyakan vegetatif berupa stek batang. Bahan stek diambil dari tanaman ubi jalar varietas unggul yang masing-masing berumur lebih dari 2 bulan. Bahan stek yang digunakan sebagai bahan perbanyakan merupakan bagian tanaman yang berasal dari batang ubi yang diambil dari klon unggul dengan keadaan pertumbuhannya sehat dan normal. Panjang stek adalah 3 ruas buku, sekitar 15-20 cm tergantung panjang jenis ruas setiap genotip. 3. Penanaman Penanaman dilakukan dengan membuat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm. Bibit ubi jalar ditanam ke dalam lubang atau larikan dengan cara tiga ruas stek batang dibenam di dalam guludan secara tegak lurus atau tiga ruas stek batang dibenam di dalam guludan secara bengkok (bentuk L). Setelah penanaman, tanah dan guludan tempat pertanaman ubi jalar diairi selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah. 4. Pemupukan Pemupukan dilakukan untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali selama masa pertanaman. Pemupukan awal dilakukan saat pengolahan tanah yaitu menggunakan pupuk kandang yang sebaiknya berasal dari kotoran ayam petelur yang ditaburkan secara merata pada setiap olahan guludan sebanyak 50 kg/202,5 m2 (bisa ditambah dengan sisa serasah padi jika di lahan sawah). Pemupukan lanjutan awal dilakukan pada saat usia tanaman lima minggu dengan menaburkan pupuk NPK secara merata pada permukaan tanah sebanyak 20 kg/202,5 m2, di dalam alur/larikan dengan membuat lubang di sekitar tanaman. Pemupukan terakhir dilakukan dua bulan sebelum panen sebanyak 20 kg/202,5 m2 secara merata di lubang larikan sekitar tanaman. 5. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman, pembubunan, pemangkasan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan pada fase pertumbuhan vegetatif dan fase pengisian ubi tanpa adanya penggenangan. Penyulaman dilakukan hingga tanaman berumur 1 bulan apabila terdapat bibit yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Penyiangan dilakukan ketika gulma sudah tumbuh yaitu saat tanaman berumur 6 minggu. Pembumbunan dilakukan pada waktu guludan sudah tampak rendah yang bertujuan untuk menghindari ubi terserang hama dan terkena sinar matahari dengan cara dilakukan penutupan dengan tanah jika ubi mulai muncul ke permukaan tanaman. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik dan kimia dengan menggunakan pestisida. 6. Panen dan Pasca Panen Panen dilakukan setelah tanaman berumur 4,5 bulan (tergantung jenis varietas yang digunakan). Panen dilakukan dengan cara memangkas batang ubi jalar, kemudian menggali guludan dengan cangkul/sekop secara hati-hati, lalu ubinya diambil dan dikumpulkan berdasarkan perlakuan di tempat pengumpulan. Ubi dibersihkan dari tanah atau kotoran dan akar yang masih menempel, kemudian dimasukkan ke dalam karung dan disimpan pada gudang penyimpanan pada suhu kamar dan kelembaban udara antara 85-90%. Disusun oleh: Kurnia Dwi Aprilia, SP. Daftar Pustaka: BPS, 2017. bangkabaratkab.bps.go.id. Juanda, D. dan B. Cahyono. 2000. Ubi Jalar: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius: Yogyakarta. Kementrian Pertanian. 2000. Ubi Jalar/ Ketela Rambat (Ipomoea batatas L.). http://www.litbang.pertanian.go.id/