BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum II

advertisement
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Umum
II.1.1 Definisi Hotel Kapsul
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hotel adalah bangunan berkamar
banyak yg disewakan sbg tempat untuk menginap dan tempat makan orang yg
sedang dl perjalanan; bentuk akomodasi yg dikelola secara komersial, disediakan
bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum.
Kapsul adalah (1) pembungkus kecil dari sejenis agar-agar tempat obat yg harus
ditelan; (2) ruang khusus yg bertekanan udara tertentu yg digunakan oleh
penerbang ruang angkasa (astronaut).
Jadi, Hotel kapsul adalah bangunan berkamar banyak seperti ruangan khusus
yang berukuran kecil yg disewakan sbg tempat untuk menginap sementara.
Jenis Hotel, dapat dilihat dari lokasi dimana hotel tersebut dibangun
A. City Hotel
Hotel sebagai transit hotel karena biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang
memanfaatkan fasilitas dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut.
Umumnya terletak di pusat kota.
B. Residential Hotel
Hotel ini berlokasi di daerah-daerah tenang, terutama karena diperuntukkan bagi
masyarakat yang ingin tinggal dalam jangka waktu lama.Umumnya terletak di
pegunungan.
C. Resort Hotel
Hotel seperti ini terutama diperuntukkan bagi keluarga yang ingin beristirahat
pada hari-hari libur atau bagi mereka yang ingin berekreasi. Umumnya terletak di
pantai-pantai atau pegununan.
D. Motel (Motor Hotel)
8
Hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang
menghubungan satu kota dengan kota besar lainnya. Umumnya terletak di pusat
kota.
Menurut lokasi, kapsul hotel yang akan dibangun adalah jenis City Hotel ynag
dipergunakan oleh pebisnis.
Hotel bisnis dalam kamar mempuyai kiteria tersendiri
Adanya tempat untuk bekerja, atau beraktifitas untuk mengerjakan pekerjaan.
Kebutuhan barang yang di bawa, umunya dalam peranan hotel bisnis mempuyai
sifat membawa barang, hal ini berpengaru dalam luasan ruang.
Gambar 2.1 : Antropologi manusia
Sumber : Data arsitek
Maka Hotel kapsul merupakan pengertian dari sebuah hotel yang
berukuran lebih kecil dibandingkan dengan hotel umunya dan dengan sistem
yang berbeda, yaitu sistem pengerjaan ketika dilapangan, untuk hotel kapsul
dapat dipecah menjadi dua macam, yang pertama adalah kapsul yang
berukuran kecil kurang lebih berukuran 2m x 1.5 mx 1m yang merupakan atau
berfungsi hanya untuk tempat tidur saja dengan fasilitas seadanya dan
menjadikan ruangan cukup 1 orang, namun dalam ruang luar (koridor) terdiri
dari banyak kapsul dan dihuni oleh pihak lain juga. Yang kedua adalah kabin,
9
umunya hampir sama berbentuk dengan kamar biasa, hanya pemasangan atau
pekerjaan yang menerapkan sistem berbeda.
Dalam hotel kapsul kabin terbagi dalam 4 sistem, antara lain :
1. Frame Support
2. Self Support
3. Core
4. Panel System
Frame support merupakan sistem bangunan struktur mempuyai struktur
rangka yang kemudian kabin/kamar dimasukan ketika penkerjaan struktur
selesai. Self support mengadopsi sistem kontainer yang di susun secara
vertikal tanpa adanya rongga sebagai penopang pada bangunan. Untuk sistem
core adalah kabin/kamar yang ditempelkan ke dalam core, hal ini menjadikan
core sebagai struktur utama, hal ini membuat desain membentuk seperti tower.
Dan sistem panel yang merupakan hasil pracetak namun secara terpisah pada
tiap bagian, untuk sebuah kamar tercetak dinding dan lantai dapat terpisah ,dan
pekerjaan dalam penyambungan disambung di tempat/lokasi.
Dalam desain ini, penulis menerapkan sistem frame support yang
tumpuan struktur kolom dan balok dengan material beton pracetak. Untuk
kolom dan balok tercetak dan akan dipasang ditempat (sistem panel) selain itu
sistem hotel kapsul memperhatikan utilitas, maka dalam bagian kamar mandi
beton tidak tercetak penuh, namun menyediakan lubang-lubang yang dapat
dihubungkan bagian kamar mandi dengan shafe.
10
II.1.2. Studi Hotel Kapsul
Tabel 2.1. Perbandingan Studi Banding
Hotel Nakagin
Tower, Japan
Yotel, New York, Amerika
Serikat
Jane, New York,
Amerika Serikat
-Telepon
-Pemutar CD
- Kamar mandi pribadi
-Tersedia seprai
hipo-alergi
Foto
Fasilitas
kamar
-Telepon
- Kamar
pribadi
mandi
- Setrika/alas setrika
- Radio jam
- Built-in tempat
tidur
-Tempat tidur premium
- Ruangan bebas rokok
-AC
- Radio
- AC
-Televisi
- Ruang kedap suara
-Kipas langitlangit
- Jam alram
- Pesan suara
-Pemutar CD
- Telepon lokal gratis
-Telepon
- Docking station iPod
- AC
- Kotak deposit dalam
ruangan
-Jendela terbuka
- Meja
- Pemutar DVD
- Kontrol suhu
-Kontrol suhu
- Perlengkapan mandi
gratis
-Setrika/alas setrika
- Pengering rambut
- AC
- Rainfall showerhead
- Kotak deposit
dalam ruangan
- Pancuran saja
- Televisi Layanan
- Saluran film gratis
-Telepon
-Pesan suara
-Sandal
-Jubah mandi
-Perlengkapan
mandi gratis
-Setrika/alas
setrika
Radio jam
-Televisi Panel-datar
-Jendela
terbuka
- Dapat diakses pemakai
11
kabel
- Saluran
gratis
film
- Kontrol suhu
Pemandangan
kota
kursi roda
-Pemutar DVD
- Jendela terbuka
-Kunci
elektronik/mag
netik
- Meja
-Kunci
elektronik/magnetik
-Wi-Fi gratis
- Tirai/gorden buram
-Televisi
Layanan kabel
- Televisi Layanan kabel
- Televisi
Tinggi
Definisi
- Wi-Fi gratis
- Gratis internet kabel
berkecepatan tinggi
- Akses Internet Dial-up
- gratis
-Kotak deposit
dalam ruangan
(kompatibel
untuk laptop)
-Kontrol suhu
-Kotak deposit
dalam ruangan
-Docking
station iPod
- Kotak deposit dalam
ruangan
(kompatibel
untuk laptop)
- Televisi LCD
- Pemandangan kota
Massa
bangunan
Persegi panjang
dengan tower
Persegi panjang
Huruf L
Struktur
Shearwall beton
Portal beton
Portal beton
Sirkulasi
Single loaded
Double loaded
Double loaded
Jumlah lapis 13
27
6
Jumlah
kamar
699 kamar
208 orang
140 kamar
12
Kamar
biasa
Biasa
vip
Vip
Fasilitas
Hotel
Ruang publik ber-AC
Jumlah suite - 3
ATM
Bar/lounge
Beberapa ruang
konferensi besar
Petugas pembuka pintu
Ruang publik
ber-AC
Transportasi
bandara (biaya
tambahan)
Total jumlah
kamar - 208
Ballroom
Lift
Tesedia
sarapan (biaya
tambahan)
Katering acara
Meja concierge
Check-in ekspres
Lift
Check-out cepat
Katering acara
Fasilitas fitnes
Wi-Fi gratis
Wi-Fi gratis
Penyimpanan
bagasi
Jasa binatu kering
Gratis internet kabel
berkecepatan tinggi
Akses Internet Dial-up -
Meja
resepsionis 24
jam
13
gratis
Meja biliar
Bantuan tur/tiket
Parkir terbatas (biaya
tambahan)
Penyimpanan bagasi
Meja resepsionis 24 jam
Ruang pertemuan
(kelompok kecil)
Tersedia
layanan Mobil
Limo atau
Town Car
Staf
multibahasa
Parkir terdekat
(biaya
tambahan)
Portir/bellboy
Staf multibahasa
Brankas di
resepsionis
Parkir sendiri
Bar/lounge
Parkir valet
Restoran dalam
hotel
Garasi parkir
Portir/bellboy
Servis kamar
(jam tertentu)
Restoran dalam hotel
Jumlah ruang
pertemuan/konferensi 10
Satpam
Properti bebas asap
Properti bebas-rokok
(denda berlaku)
Cocok untuk anak-anak
Tesedia sarapan (biaya
tambahan)
Kopi di lobi
Dapat diakses pemakai
kursi roda
Jasa concierge
Ruang pameran
Persewaan komputer
14
Tersedia layanan Mobil
Limo atau Town Car
Parkir aman
Kelebihan
Bangunan hemat
energi
Didesain untuk
penyandang cacat
Bentuk yang tidak
dinamis, sehingga
mengundang tamu
Konsepnya adalah hemat
energi beserta teknologi
komputer
Mempuyai
sejarah yang
terhubung atas
kejadian
kecelakaan kapal
Titanic
Kekurangan
Karena bangunan ini
cukup kuno, maka
kekurangan fasilitas
untuk tamu
Bentuk yang
umum, sehingga
kurang menarik
Tahun
Dibangun
1972
2011
2008
Hotel
Berbintang
2
4
3
Arsitek
Kisho Kurokawa
Rockwell Group and
Softroom
William A.
Boring
Biaya
$38 per malam
$ 578 per 2 malam
$99 per malam
Sumber : Seaching Google enginer
15
a. Hotel Nakagin Tower, Japan
Gambar 2.2 : Kamar Hotel Nakagin
Gambar 2.3 : Denah aksonometri Gambar 2.4 : Metode Konstrusi
Gambar 2.5 : Denah Hotel Nakagin
Gambar 2.6 :Potongan
Gambar 2.7 : Eksteror Bangunan
16
b. Yotel, New York, Amerika Serikat
Gambar 2.8: Premium Cabin
Gambar 2.9: Standart Cabin
Gambar 2.10: Twin Cabin
Gambar 2.11 : Restoran Indoor Gambar 2.12 : Restoran Outdoor
Gambar 2.13 : Lobby
Gambar 2.14 : Ruang Bersama
17
Gambar 2.15 : Koridor
Gambar 2.16: Exterior Bangunan
c. Jane, New York, Amerika Serikat
Gambar 2.17: Kamar
Gambar 2.19: Lobby
Gambar 2.18 : Restoran
Gambar 2.20: Koridor
18
Gambar 2.21 : Bathroom
Kesimpulan
dari
Gambar 2.22 : Eksterior Bangunan
Sumber : Seaching Google enginer
studi banding
Dari hasil studi banding maka mendapat kesimpulan, untuk hotel jenis hotel kapsul
dengan sistem precast adalah model dari hotel nakagin yang berbentuk seperti tower
yang menyebabkan cukup gelap pada ruang bagian core/tengah bangunan.
Untuk hotel yotel dan jane, merupakan menganut sistem double koridor yang
menyebabkan gelapnya pada ruang koridor dan penghawaan yang kurang baik, oleh
karena itu membutuhkan penghawaan dan penchayaan alami yang membuat tidak hemat
energi. Dalam pemakaian kamar mandi dalam atau luar, hal ini menentukan privasi
beserta pula kalangan yang menggunakan, untuk kalangan mengengah dapat
menggunkana kamar madi dalam.
Dalam studi banding ini mempuyai pilihan bentuk, yang pertama adalah melingkar, atau
kotak yang perpusat pada 1 titik (core), hal ini menyebabkan gelapnya pada ruang
tengah, yang mengakibatkan pemborosan kembali. Bentuk kedua adalah kotak yang
memajang secara linier (single loaded atau double loaded), yang menjadikan massa
bangunan akan memanjang ke samping, untuk double loaded tentunya juga harus
memperhatikan bagaimana udara dapat mengalir yang tidak menyebabkan pemborosan
serta pula cahaya alami dapat masuk dan cukup menerangi pada semua sisi koridor.
II.2. Tinjauan Khusus
19
II.2.1. Aplikasi/Pengembangan Teknologi
Arsitektur selalu berkembang dari berbagai hal, salah satunya adalah teknologi
yang diterapkan dalam bangunan itu. Saat ini perkembangan teknologi dalam
arsitektur tertuju untuk mendukung hemat energi, kesehatan manusia, serta
kenyamanan manusia. Pengembangan teknologi meliputi antara lain :
B. Material
Jenis material arsitek tak pernah berhenti untuk menciptakan inovasi jenis
material yang memudahkan serta menguntungkan manusia. Dalam jenis material
dibagi dua, material utama, material pendukung, contoh material utama saat ini
adalah kayu, baja, beton. Dalam pengaplikasian saat ini sangat inovasi seperti
pembuatan kolom, atap, hingga seluruh bagian ruangan. Sedangkan untuk
material pendukung saat ini jenis material dinding, jenis material penutup atap
sangat luas sekali, contohnya seperti kaca beserta alumunium, fiber, batu-batuan,
bahan metal, dan lain-lain. Dalam material terkadang juga sering penambahan
terhadap fungsi, salah satunya yang sedang berkembang adalah, material kaca
yang dapat memantulkan panas agar panas tidak dapat memasuki ruangan.
C. Konstruksi
Tidak ada bangunan yang bisa berdiri hanya dengan adanya persedian material
tanpa adanya konstruksi untuk membangunnya, hal tersebut berkaitan erat antara
material dan konstruksi. Sampai saat ini metode konstruksi selalu berkembang,
dari konstruksi dari struktur struktur bagian bawah hingga konstruksi struktur
bagian atas, seperti pengaplikasian dalam pembuatan pondasi tiang pancang
sekarang terdiri dari bermacam-macam cara, entah itu borpile, ditekan, atau
dipukul. Ada pula proses pemasangan atau proses pembuatan dari konstruksi
bangunan, saat ini dunia menawarkan 2 pilihan, proses pembuatan langsung
dilapangan ataupun proses pembuatan dengan sistem precast, dimana sistem ini
dibuat dipabrik kemudian dipasang dilokasi.
20
D. Bentuk dan Aplikasi
Saat ini teknologi arsitektur dapat dilihat dari bentuk serta pengaplikasiannya,
salah satu contoh yang sering dilihat adalah bangunan yang mengharuskan lebar
dengan ruang bebas tanpa kolom yang
jarak cukup jauh, yaitu bangunan
bentang lebar. Contoh pengaplikasian bentar lebar umunya terletak pada
bandara, stradium lapangan olahraga, dan lain-lain. Pengembangan bentuk tidak
hanya dalam keseluruhan bangunan, pengembangan bentuk dalam teknologi
arsitektur bisa juga diperhitungakan dari perhitungan material dan konstruksi
untuk mendapatkan bentuk yang tidak dinamis (meliuk-liuk) hingga terjadi
pemandangan bangunan yang cukup menantang.
E. Smart Building
Saat ini teknologi komputer sangat berkembang pesat, hal ini cukup membantu
dalam hasil bangunan dalam bidang arsitektur. Dengan adanya bantuan
teknologi komputer, banyaknya bangunan yang bisa disebut dengan ”Smart
Building”. Saat ini dalam negara maju, mencoba mengabungkan aplikasi progam
komputer dengan bangunan, entah hal tersebut berhungan dengan material
ataupun hal-hal yang ingin digerakan. Tentunya fungsi aplikasi komputer
tersebut dapat memanjakan manusia serta dapat pula membuat kebijakan agar
perawatan bangunan tersebut dapat baik dan bisa bertahan lama. Salah satu yang
diterapkan adalah tombol ataupun pergerakan otomatis ventilasi untuk membuat
nyaman pengguna bangunan tersebut, mendapat cahaya yang cukup untuk
penerangan namun tidak merasakan panas ataupun tidak merasakan teriknya
matahari.
II.2.2. Metode Konstrusi sistem Precast
Dalam konstruksi beton, dikenal dua cara metode konstruksi yaitu cara
konvensional atau cast in-situ, dimana beton sebelum dicor langsung pada
tepatnyam dan cara pracetak, dimana beton dibuat di tempat lain dan setelah
mengeras serta memenuhi syarat ketentuannya, dipasang pada struktur. Beton
21
dengan metode konvesional membutuhkan pekerjaan dengan jumlah yang cukup
di lapangan. Sedangkan beton dengan metode pracetak, yang dibuat diluar daerah
pengecoran dengan standar fabrikasi dan kemudian dirakit di lokasi, memberikan
keuntungan dengan mempercepat pengerjaan di lapangan serta menghemat biaya
konstruksi (Nilson, 2003).
Pengembangan standarisasi komponen beton pracetak seperti layaknya pada
industri baja. Standarisasi baik pada struktur maupun arsitektur akan mempercepat
desain fabrikasi sehingga dapat diterapkan pada rancangan bangun yang
menggunakan beton pracetak secara total (Tribasuki, 1997). Tingkat sosial
masyarakat yang makin tinggi menyebabkan kebutuhan akan sarana harus
memadai. Di lain pihak energi alami yang ada di bumi semakin menurun. Oleh
sebab itu, perlu dikembangkan suatu sistem yang lebih efesien dengan kontrol
kualitas yang tinggi. Pada saat yang sama, pekerjaan konstruksi di lapangan akan
tidak layak lagi dalam segi ekonomis. Sistem fabrikasi beton pracetak pada
bangunan gedung akan diarahkan pada penggunaan energi yang minimal,
pemasangan struktur permanen dengan penggunaan peralatan hoist elektris.
Arsitektural pada masa yang akan datang ditantang untuk menggunakan struktur
yang besar dengan konstruksi yang efesien. Hal ini penting yang diperlukan
adalah penggunaan beton pracetak dengan segala keuntunganya (Tribasuki, 1997).
II.2.2.1. Sejarah Precast
Sejarah perkembangan beton pracetak tidak lepas dari sejarah penemuan
beton sebagai bahan bagunan. Beton sudah digunakan d Mesir pada jaman
dahulu, ditunjukan dengan gambar mural di Thebes, yang memperlihbatkan
pekerja mengisi gentong dengan air yang kemudian diaduk dengan kapur, dan
dipakai sebagai mortal untuk pemasangan batu (Nugaha, 1989).
Apabila dilihat dari sejarahnya, sistem pracetak sudah ada sejak jaman
dahulu. Bangunan yang merupakan keajaiban dunia seperti piramida di Mesir
dan Candi Borobudur di Indonesia dibanguna dengan metode konstruksi
pracetak, dimana batu-batu yang digunakan dibentuk terlebih dahulu batu
kemudian dipasang. Bangunan-bangunan tersebut telah terbukti bertahan
22
terhadapa ganasnya cuaca, gemuruh angin, dan goncangan gempa dalam kurun
waktu berabad-abad. Jika dilihat dari sejarah tersebut, beton pracetak
semestinya bukan merupakan hal yang bagu lagi bagi dunia konstruksi
(Suprobo,2003)/
Ide menggunakan beton pracetak sendiri dimulai ketika Joseph Monier
mengembangkan beton bertulang pada tahun 1850 dan menggunakan material
baru tersebut dengan mencetak pot-pot kebun, bak penampungan air, tangkitangki, dan patung. Sedangkan penggunaan beton pracetak pertama kali dalam
bangunan yaitu ketika Joseph Paxton menggnakan untuk bangunan berbentang
lebar di Crystal Palace, London (Testa, 1972).
Perkembangan beton pracetak dimulai dari negara eropa daratan,
kemudian berkembang ke Selandia Baru, Amerika, Jepang, dan negara-negara
lainya, termasuk Indonesia. Di selandia Baru, sistem beton pracetak
berkembang sejak tahun 1960-an dan mengalami pertumbuhan pesat pada
tahun 1980-an, yang terkenal dengan sistem pracetak rangka perimetalnya.
Sebelum tahun 1980-an, sistem perencanaan pracetak di Amerika dan Jepang
dilakukan
dengan
sangat
konservatif,
yang
sistem
sambungannya
direncanakan setegar dan sekaku konservatif, yang sistem sambunganya
direncanakan
setegar
dan
sekaku
mungkin,
sehingga
menghasilkan
perencanaan dengan dimensi besar yang tentu saja mahal. Kemudian kedua
negara tersebut melakukan kerja sama penelitian intensif sejak tahun1991
dengan progam PRESS (Precast Seismic Structural Sytem). Progam tersebut
diharapkan dapat memberikan masukan tentang tata cara perencanaan sistem
pracetak di daerah gempa kuat, termasuk rekomendasi teknik sambungan yang
teruji ketegarannya (Suprobo, 2003).
Perkembangan sistem pracetak di Indonesia dimulai dengan pembuatan
komponen-komponen beton pracetak, dan kemudian baru dikembangakan
untuk sistem pracetak bangunan penuh. Sejak tahun 1980-an, sudah banyak
perusahaan pembuat beton pracetak, antara lain: tiang pancang berton, tiang
listrik beton, bantalan kereta api, balok jembatabn, corrugated sheet pile, dan
lain-lainnya. Kemudian industri konstruksi pracetak mulai merambah ke
23
sistem struktur skala gedung, antara lain sistem plat lantai hollow cor, sistem
rumah susun waffle crete, sistem rumah susun bearing wall (Suprobo, 2003).
Kemudian sistem pracetak semakin berkembang, yang ditandai dengan
munculnya berbagai inovasi seperti column slab (1998), sistem citra ratu
(1997), sistem beam column slab (1998), sistem jasubakin (1999), sistem
brephaka (1999), maupun sistem t-cap(2000)(Nurjaman, 2003).
Tidak hanya terbatas pada bangunan gedung saja, tetapi beton pracetak
telah digunakan pada bangunan sipil lainnya. Pelabuhan mempuyai komponen
pracetak mulai dari tiang pancang, balok, dan plat. Di beberapa daerah yang
tidak mempuyai bahan alam material beton atau mutu materialnya kurang
bagus misalnya Kalimantan, bangunan pintu air dibuat dengan metode
konstruksi beton pracetak. Konstruksi under water sill milik PT. Semen Gresik
di Tuban juga dibuat dengan beton pracetak. Jembatan-jembatan beton yang
dibagun di lokasi padat dibuat dengan sistem pracetak. Untuk mempercepat
waktu konstruksi, Hotel Mercure di Surabaya dibangun dengan metode
konstruksi pracetak. Bangunan dan menara Masjid Al-Akbar di Surabaya pun
sebagian komponennya dibuat dengan menggunakan beton pracetak untuk
memudahkan pelaksanaanya. Dan masih banyak lagi contoh bangunan sipil
lainnya yang dibangun dengna sistem beton pracetak (Suprobo,2003).
II.2.2.2. Jenis-jenis Beton Pracetak
Sejumlah tipe beton pracetak umum digunakan. Meskipun, kebanyakan
tidak distandarisasikan secara formal, tipe-tipe tersebut tersedia secara luas.
Pada saat yang sama, proses pracetak cukup dapat disesuaikan untuk bentukbentuk khusus menghemat biaya, dengan catatan bahwa produksi tersebut
berulang dalam jumlah yang cukup besat (Nilson,2003). Pada umumnya
teknologi beton pracetak dapat digunakan pada hampir semua struktur.
Pembuatanya dapat dilakukan di pabrik atau pun dilapangan. Perkembangan
pernggunaanya santa didukung oleh sifatnya yang hemat waktu dan bermutu
tinggi. Tabel 2.2.
menunjukan elemen-elemen yang dapat dibuat dengan
metode pracetak
24
Tabel 2.2. Klasifikasi elemen beton pracetak pada bangunan (Vambersky, 1994)
Bangunan
Elemen
Bawah
Tiang pondasi
Balok pondasi
Atas
Struktural
Kolom
Dinding
Balok
Lantai
Tangga
Non-struktutal
Partisi
Sprandels
Facades
Aksesoris bangunan
Dekorasi
Sumber Vambersky(Precast concrete)1994, p 72
Beton pracetak untuk elemen struktural dapat dibagi menjadi dua macam
berdasarkan sistem penahan tariknya, yaitu beton bertulan biasa dan beton
pratekan. Dalam proses fabrikasi beton pracetak pratekan, beton diberi tekanan
dahulu, sehingga pada saat dibebani akan terjadi pengurangan tekanan namun
tidak menyebabkan tarik. Karena seluruh bagian beton menahan beban,
elemen yang didesain untuk bentak dan beban yang sama akan lebih rungan
dan mempuyai dimensi yang lebih kecil dari beton bertulang biasa. Beron
pratekan ini dibagi menjadi dua macam, yaitu pre-tension dan post-tension
(Lin and Bruns, 1982).
II.2.2.3. Keuntungan dan Kendala-kendala yang Dihadapi Pada Sitem Beton
Pracetak
Keuntungan penggunaan sustem beton pracetak:
25
A. Kontrol Kualitas
Dengan didukung prasarana produksi berteknologi tinggi, seperti pemakaian
mesin, cetakan baja dan pemakaian beton mutu tinggi, akan diperoleh hasil
produksi yang lebih baik. Biasanya komponen beton pracetak diproduksi di
pabrik dengan kontrol kualitas yang lebih baik daripada cor setempat,
sehingga diperoleh hasil produksi dengan presisi tinggi (ketepatan ukuran
dan tercapainya ketepatan jadwal produksi) (Suprobo 2003).
B. Hemat Lahan
Lahan yang sempit merupakan hal yang umunya dihadapi pada
pembangunan gedung-gedung di perkotaan. Jika dipaksakan menggunakan
sistem kovensional, maka pelaksanaan pekerjaan menjadi tidak lancar dan
pada akhirnya, menyebabkan waktu pelaksanaanya menjadi lebih panjang,
mutu pekerjaan tidak dapat dipertanggungjawabkan dan biaya pelaksanaan
menjadi tinggi. (Tribasuki, 1997).
C. Tidak Bergantung Pada Cuaca dan Iklim
Seperti kita ketahui, pada metode pengecoran beton konvesional sangat
bergantung pada kondisi cuaca pada saat dilaksanakan. Sedangkan pada
sistem beton pracetak tidak tergantung pada cuaca, karena pembuatan
komponen-komponen pracetak telah dibuat di pabrik (Nilson, 2003).
D. Mempermudah dan Mempercepat Waktu Pelaksanaan
Untuk bangunan yang dibuat secara massal atau bangunan yang komponen
strukturnya tipikal, serta dalam pekerjaan dalam skala bangunan yang cukup
besar serta volume yang di kerjakan juga cukup besar maka pelaksanaanya
akan lebih mudah dan cepat apabila dibangun dengan metode konstruksi
pracetak. Lebih jauh lagi, untuk bentuk-bentuk komponen struktur yang
lebih rumit, pelaksanaanya akan lebih mudah dengan sistem pracetak
daripada dengan cor setempat, baru dipasang dengan sesuai posisinya.
Dalam dunia industri kontruksi, percepatan waktu kontruksi dapat berari
menghemat biaya kontruksi. Penggunaan beton pracetak dapat mempercepat
26
waktu konstruksi. Sebagai contoh, Demaga Antar Pulai dan Dermaga Antar
Samudra milik PT. Pelindo III Surabaya dapat diselesaikan 3 bulan lebih
cepat dari waktu yang direncanakan (Suprobo, 2003).
E. Keutungan Ekonomis
Penggunaan beton pracetak diduga kuat dapat memberikan peluang
penghemawan biaya konstruksi. Gedung Ala Manoa, di Honolulu Hawa,
dengan ketinggian 33 lapis/tingkat yang dibangun pada tahun 1966 dengan
sistem struktur pracetak secara umum dapat menghemat 55% kebutuhan
beton dan 40% kebutuhan tulangan baja. Selain itu, dengan sistem beton
pracetak, tidak dibutuhkan penggunaan bekisting saat pemasangan di
lapangan (Suprobo, 2003).
F. Ramah Lingkungan
Komponen beton pracetak yang diproduksi masal biasanya dibuat di pabrik
dengan penggunaan cetakan atau fiberglass, sehingga penggunaan cetakan
kayu dapat dihindari, selain daripada itu, penggunaan beton pracetak dapat
mengurangi polusi yang ditimbulkan masa konstruksi karena pada umumnya
beton pracetak dibuat di pabrik yang berlokasi di luar kota. Kebisingan,
debu, polusi udara, dan gaguan lainnya yang biasnya timbul pada saat
konstruksi dapat dikurangi (Suprobo, 2003).
Menurut Tribasuki (1997), kendala-kendala yang sering ditemukan pada
aplikasi sistem pracetak untuk bangunan gedung adalah sebagai berikut :
A. Belum Adanya Standarisasi Produk Pracetak Bagi Gedung di Indonesia
Sampai sejauh ini belum adanya standar produk pracetak bagi bangunan
gedung baik dalam masalah dimensi maupun sambungan struktural.
Sehingga komponen pracetak bagi proyek satu dengan yang lainnya tidak
sama dengan menyebabkan penambahan biaya dan waktu untuk pembuatan
cetakan baru.
B. Bentuk dan Dimensi
27
Harus dipertimbangkan terhadap faktor-faktor berikut :
1. Kemapuan pabrikan untuk membuat cetakan yang efesien, baik/terawat
2. Kempuan alat angkat di pabrik
3. Kemapuan alat transportasi
4. Kondisi jalan dari pabrik ke lokasi dengan segala urusan perijinan
C. Koordinasi Antara Produsen dan Kontraktor
Untuk efensiensi alat produksi berupa cetakan komponen pracetak maka
perlu koordinasi antara produsen dan kontraktor. Di sini terdapat perbedaan
kebutuhan, dimana produsen untuk efensiesi cetakan lebih menyukai tahapan
per produk, tetapi kontraktor lebih menyukai apabila perkerjaan itu
dilakukan pre lantai. Ini semua menentukan waktu pengiriman produk.
D. Technical skill Produsen dan Kontraktor Pelaksana
E. Ada atau tidaknya material bantu yang diperlukan untuk sistem koneksi
antar komponen yang dapat menjamin untuk kerja join tersebut.
II.2.2.4. Sambungan Pada Beton Pracetak
Menurut PCI (1992), desain sambungan adalah salah satu hal yang paling
penting dalam perencanaan struktur beton pracetak yang harus diperhatikan
dengan teliti dari segi desain dan pelaksanaan. Sambungan juga harus
sederhana mungkin untuk menghemat biaya dan memungkinkan pemasangan
yang tepat (Libby,1990). Sambungan sendiri berfungsi untuk mentransfer
beban-beban yang bekerja dan menyatukan masing-masing komponen beton
pracetak
menjadi
satu
kontinuitas
yang
menolit
sehingga
dapat
menguapayakan stabilitas struktur bangunanya (Wijantao, 2006).
Beton dengan metode konvensional, dengan sedirinya memiliki sifat
monolitik dengan menerus. Sambungan, dalam arti menyambung dua bagian
yang terpisah, sangat jarang dijumpai pada tipe konstruksi baja, dimana
28
strukturnya terdiri atas elemen-elemen prefabricated dalam jumlah besar, yang
disambung di lapangan untuk membentuk struktur akhir (Nilson, 2003).
Dalam pemilihan jenis sambungan antara beton pracetak, ada beberapa
kiteria yang harus dipetimbangkan (PCI, 2004):
A. Kekuatan
B. Daktilas
C. Perubahan Volume
D. Ketahan
E. Tahan kebakaran
F. Mudah dilaksanankan
Terdapat dua jenis sambungan untuk beton pracetak, yaitu sambungan
kering dan sambungan basah. Sambungan kering menggunakan bantuan plat
besi sebagai penghubung antar komponen beton pracetak dan hungan antara
plat dilakukan dengan baut atau dilas. Sambungan basah terdiri dari keluarnya
besi tulangan dari bagian ujung komponen beton pracetak yang dihubungkan
dengan bantuan mechanically coupled atau memenuhi standar panjang
penyaluran, kemudian pada bagian sambungan akan dilakukan pengecoran
beton setempat.
II.2.2.5. Pengangkatan dan Pemasangan Beton Pracetak
Menurut Nilson (2003), dalam mendesain beton pracetak harus pula
diperhatikan dalam proses pengakatan dan pemasangan beton pracetak di
lapangan. Selain itu, kontrol terhadap keretakan sangatlah penting pada
komponen beton pracetak. Beban kerja pada saat pengangkatan beton
pracetak, seharusnya berdasarkan pada faktro keamanan besarnya minimum 3,
konsultan prenencana seharusnya menspesifikasi atau menyetujui lokasi dan
tipe komponen pracetak yang akan digunakan. Banyak dari komponen
pracetak yang ditunjukan untuk menerima beban yang lebih besar, dan
29
kadang-kadang menerima beban yang berbeda, oada saat pengangkatan dari
pada yang seharusnya diterima apabila komponen tersebut dalam desain
struktur beton pracetak (Waddell and Dobrowolski, 1993).
Tepat tidaknya penggunaan beton pracetak juga ditentukan dari
tersedinya alat pengangkat dan feasibility-nya (Libby, 1990). Ini akan
mempengaruhi biaya dari proyek tersebut. Pemilihan alat pengangkat
dipengaruhi dari berbagai faktor, antara lain berat dari komponen pracetakm
tinggi bangunan, dan kondisi lapangan. Alat berat yang dapat dipakai untuk
mengangkat elemen pracetak adalah mobile crane, derrick cranem dan
hydraulic crane.
II.2.2.7. Metode-metode Beton Pracetak
Pada awal penggunaan sistem pracetak, pratisi Indonesia masih
menggunakan sistem brecast dari Inggris. Kemudian era tahun 1980-an hingga
pertengahan tahun 1990, penggunaan sistem pracetak masih mengadaptasi
sitem dari luar negeri, yaitu sistem cortina dari Meksiko. Mulai tahun 1996
sampai 2006 dikembangkan sistem pracetak yang sesuai dengan kondisi
Indonesia (LAPPI, 2007). Perkembabngan sistem pracetak di tanah air cukup
signifikan, terbukti dengan adanya paten untuk beton pracetak. Hingga saat ini
terdapat kurang lebih 15 metode pracetak, dan masih akan bertambah lagi
yang dikembangkan oleh para ahli dari Indonesia. Berbagai penelitian
dilakukan untuk menghasilkan metode yang paling baik, dengan pelaksanaan
yang mudah dan hemat.
A. Sistem Waffle Crete
Sistem waffle crete merupakan sistem yang menggunakan dinding
sebagai pemikul beban. Komponen-komponen pracetaknya terdiri dari
panel lantai dan panel dinding pracetak. Dinding pracetanya merupakan
dinding struktur. Jadi tidak digunakan kolom sebagai pemikul. Paneh
dinding dan panel lantai untuk sistem waffle crete merupakan beton
expose, sehingga tidak diperlukan pekerjaan acian di lapangan. Selain itu
30
tidak ada pekerjaan pengecoran di tempat pada sistem ini. Untuk pekerjaan
penyambungan, digunakan baut baja.
Tetapi sistem ini memiliki kelemahan, yaitu kurang fleksibel dalam
penataan ruang. Dikarenakan dinding yang ada tidak boleh di hancurkan
sembarangan dan dimensi-dimensi panel sulit dimodifikasi. Meskipun
pembangunan rumah susun di Indonesia, dengan kapasitas produksi 2000
unit/tahun (IAPPI, 2007).
Gambar 2.23 : Panel dinding struktur pracetak umum dan sistem waffle crete
Sumber : Seaching Google enginer
B. Sistem Column Slab
Sistem column slab merupakan sistem struktur rangka terbuka,
dengan komponen-komponen pracetak berupa panel lantai dan kolom
pracetak. Selain itu terdapat panel side beam, yang dipasang pada bagianbagian palingluar. Antar panel lantai tidak diperlukan side beam. Kolom
dipasang terlebih dahulu. Pemasangan panel langai langsung menumpu
pada kolom, kemudian baru side beam dipasang pada bagian luar (PT.
JHS, 2007).
Gambar 2.24 : Pemasangan plat langsung menumpu pada kolom
31
Sumber : Seaching Google enginer
Gambar 2.25 : Side beam dipasang setelah plat tepasang
Sistem column slab menggunakan sambungan pipa quarter baja,
angker vertikal dan horizontal baja prategang. Pada sistem ini penataan
ruang cukup fleksibel, karena merupakan struktur rangka terbuka, sehingga
perlekatakan panel dinding dapat lebih fleksibel. Tetapi dimensi panel
lantai masih blum fleksibel, karena juka terlalu besar dimensi panel lantai
kan menjadi lebih tebal dan tidak efektif.
Gambar 2.26 : Sambungan pipa quarter baja, angker vertikal dan
horizontal baja prategang
32
Sumber : Seaching Google enginer
Gambar 2.27 : Detail sambungan sistem coloumn slab
Sumber : Seaching Google enginer
Sistem ini merupakan sistem dengan kecepatan pengerjan yang paling
cepat. Selain itu juga merupakan sistem praceteak penuh yang paling
banyak digunakan di Indonesia, yaitu sebanyak 3000/unit (IAPPI, 2007).
C. Sistem Brephaka
Brepaka merupakan suatu rekayasa kontruksi gedung dengan sistem
struktur rangka terbuka yang terdiri dari elemen pracetak kolom, balok,
pelat, dinding, tangga, dan elemen lainnya, dengan penggunaan bahan
beton ringan atau beton normal, atau kombinansi keduanya. Sambungan
yang digunakan dengan cara grouting. Karena menggunakan beton ringan,
berat sendiri panel pada sistem ini menjadi lebih ringan, sehingga gaya
gempa yang diterima lebih kecil dan pondasi dapat lebih kecil pula (IAPPI,
2007).
33
Gambar 2.28 : Pelaksanaan sistem bresphaka
Sumber : Seaching Google enginer
Gambar 2.29 : Grouting
Sumber : Seaching Google enginer
Untuk sistem ini, jumlah pengecoran di tempat sedikit. Fleksibel
dalam penataan ruang karena merupakan sistem struktur rangka terbuka.
Meskipun begitu masih terdapat beberapa kelemahan pada sistem yang
mengandalkan bahan beton ringan in. Hingga saat ini penerapan teknologi
beton ringan di lapangan masih belum dapat dilakukan, sehingga efiensi
strukturnya belum dapat direalisasikan. Selain itu komponen panel
pracetaknya juga cukup banyak, sehingga kecepatan pelaksanaanya sedang
saja (IAPPI, 2007).
D. Sistem T-cap
Sistem T-cap merupakan sistem struktur rangka terbuka, dengan
komponen pracetak kolom berupa T, balok T, dan half slab. Sistem ini
menggunakan sambungan dengan grouting. Sistem ini memiliki beberapa
kelebihan. Karena merupakan sistem struktur rangka terbuka, perletakan
34
dinding juga jadi lebih fleksibel. Selain itu, dimensi panelnya mudah untuk
dimodifikasi, serta bentuk kolom T dapat dengan mudah disembunyikan
dalam dinding, sehingga merupakan favorit perencana arsitektur.
Tetapi sistem ini mempuyai beberapa kekurangan, yaitu jumlah
pengecoran ditempatnya masih signitifkan, jumlah komponen pracetaknya
cukup banyakm dan detail sambungnya masih kurang praktis untuk
dilaksanakan di lapangan, sehingga kecepatan pelaksannanya di lapangan
sedang
saja,
sistem
sambungan
untuk
sistem
ini
masih
perlu
disempurnakan lagi untuk mempermudah dan mempercepat pelaksanaan di
lapangan (IAPPI, 2007).
Gambar 2.29 : Detail balok T (kiri) dan detail kolom T (kanan)
Sumber : Seaching Google enginer
E. Sistem Beam Column Slab
Sistem beam column slab merupakan sistem struktur rangka terbuka
yang terdiri dari komponen-komponen balok, kolom, dan plat pracetak.
Diberi nama sistem beam column slab karena komponen yang dicerak
adalah kolom, balok, dan plat. Sistem ini mengadopsi konsep pracetak
yang dikembangkan oleh Bapak Iswandi Imron, salah seorang staf ahli
P.T. Ahmix Precast Indonesia. Sistem ini dipatenkan pada tahun 1998 dan
baru diterapkan pertama kali pada tahu 2000 pada proyek Ruko Sentul,
Jawa Barat.
Gamabar 2.30 : Bamgunan menggunakan sistem beam column slab
35
Sumber : Seaching Google enginer
Kolom pracetak sebagai salah satu elemen struktural memiliki fungsi
untuk menahan gaya lintang dan gaya lateral (gaya gempa). Balok pracetak
memiliki fungsi untuk meneruskan gaya ke kolom. Dan plat pracetaknya
berfungsi sebagai diafragma untuk pengkaku. Pelat pracetak ini terbagi
menjadi dua macam, half slab dan preslab. Sistem beam column slab ini
dapat diaplikasikan dalam pembangunan perumahan ruko, gudang,
bangunan bertingkat rendah hingga sedang dan rusunawa.
Ketungungan menggunakan sistem beam column slab,antara lain:
1. Diduga kuat harganya bisa lebih murah, dikarenakan volume
grouting lebih sedikit.
2. Sambungan menggunakan las, sehingga panjang penyaluran untuk
sambungan
dapat
lebih
pendek
dibangdingkan
dengan
penyambungan grouting saja.
3. Karena komponen plat pracetaknya hanya setengah dari tebal rencana
(sisanya
dicor di lapangan),
transportasi dan
pengangkatan
komponenya lebih ringan.
4. Perencanaan sambungan pada sistem ini sudah memperhitungkan
beban gempa, menggunkana sambungan khusu (wet connection dan
dry connection) sehingga lebih monolit.
36
5. Sistem ini lebih fleksibel dalam mengikuti desain arsitektur
konvensional yang direncakan, karena merupakan sistem struktur
rangka terbuka.
Sistem ini juga mempuyai kelemahan sebagai berikut:
1. Waktu untuk pelaksaan relatif lebih lama, dikarenakan setting
leveling untuk kolom sebelum di las perlu perhatian lebih.
2. Masih mebutuhkan pengecoran di lapngan, untuk pelat hafl slab-nya.
Menurut data dari IAPPO (2007), sistem ini juga merupakan sistem
kedua yang paling banyak digunakan di Indonesia setelah sistem column
slab, dengan produksi csebesar 3000 unit/tahun.
II.2.2 Sistem Precast yang Cocok dengan Hotel Kapsul
Kemungkinan untuk hotel kapsul terbagi dua, yang pertama berbentuk
seperti tower, tentunya jika hotel kapsul sebagai tower yang dikaitkan
dengan sistem precast atau pracetak, tentunya kabin atau kamar dalam
sebagai precast dalam satu cetakan bentuk ruangan atau box yang sama
dengan proyek Hotel Nakagin Jepang dan dimasukan dengan tower pada
tempat yang sudah disedikan pada tempatnya dengan sistem memasukan rak
pada tempatnya dan kemudian dalam cetakan sudah tersedia detail sambugan
yang dikaitkan dengan sistem jepit atau sendi pada bagian inti bangunan atau
core. Maka precast yang akan dicetak adalah perbagian satu persatu.
Sirkulasi dalam hotel kapsul berbeda dengan tower hotel Nakagin tersebut
yang perpatokan pada inti bangunan sebagai core. Sistem ini menghasilkan
jenis tower yang membuat pencahayaan dan penghawaan tidak baik pada
bagian tengah core. Selain hal tersebut adalah bentuk modular secara
konvensional, diperhitungkan sirkulasi bangunan dalam hotel yang terbaik
dengan mempertimbangkan biaya dari penghawaan beserta pencahayaan.
hal tersebut juga mempertimbangkan dari segi biaya untuk konstruksi ini
lebih murah dan lebih cepat diakibatkan kamar yang sejenis, Dalam pracetak
37
memperhatikan adalah modular dengan jenis ukuran kamar yang sama, yang
digandakan ke atas beserta ke samping, dengan hal tersebut pekerjaan
pracetak tetap harus bertahap dengan membangun satu persatu bagian dari
struktur yang terus dihubungkan ke bagaian bawah adalah pondasi, dalam
sistem pracetak terutama dalam kondisi hotel, untuk bagian lantai dasar
membutuhkan pekerjaan dalam membutuhkan pekerjaan secara manual
tanpa pracetak. Untuk modular sistem kolom dan balok, tetap harus
memperhatikan jarak modular kolom, ideal dalam jarak kolom terpanjang
adalah 9-10 meter, hal ini dikaitkan agar tidak adanya pembesaran dalam
pembuatan balok, hal tersebut membuat sisi hal buruk. Semakin dekat jarak
kolom maka hasil balok pun minimal yang membuat pembiayaan ketinggian
bangunan semakin berkurang.
Dengan pertimbangan tersebut maka diputuskan secara konvensional
secara modular portal. Dan jenis model pracetak menggunakan sistem
Sistem Brephaka yang merupakan sistem frame support, untuk struktur dan
balok menggunkan beton bertulan pracetak dan juga pemasangan secara
panel.
Sistem ini sekarang berkembang dikarenakan sistem rangka terbuka
sistem modular portal yang sama dengan material beton ringan yang
mempermudah dalam pekerjaan pracetak terutama dalam perencanaan untuk
single koridor beserta pula material dalam hal ini adalah beton ringan yang
sekarang mudah didapatkan juga, kualitas yang tidak tidak jelek berserta
biaya yang sangat mengiurkan. Untuk beton ringan saat ini mempuyai
klasifikasi berat satuan 1900 kg/m3.
Dalam sistem precast dalam hotel, memperhatikan modul yang diambil
dari ukuran unit kamar dan akhirnya bentangan struktur dapat didapatkan
dengan rangka terbuka, setelah sistem struktur jadi, kamar/kabin kemudian
dipasangakan dengan bantuan tower crane yang dimasukan seperti sistem
rak cd atau sistem laci, tergantung dari desain, hal tersebut akan diikat sistem
rol yang dapat dibongkar pasang kembali atau menggunkan jepit yang pada
akhirnya tidak dapat dilepas. Selalin memperhatikan modular, juga harus
38
memperhitungkan letak shafe sebagai pipa pipa utilitas yang terdapat dalam
kamar mandi dalam ruang kamar, maka dalam hasil cetakan tidak menjadi
dinding full yang dipasang, namun adanya lubang atau bolongan yang harus
diperhatikan selain pintu dan jendela, hasil tersebut akhirnya dapat
ditambahkan dengan elemen lain selain beton sebagai finishing, karena
diperkirakan hasil dari pracetak dalam pabrik untuk ruangan dalam (kamar),
hasilnya tidak rata, maka diperlukan finishing tambahan lainnya untuk
merapikan sisi bagian dalam, sedangkan bagian luar akan terexpose
pembuatan beton dari pabrik.
Dalam pembangunan hotel dengan pracetak merupakan langkah ideal
dikarenakan hotel merupakan kurang lebih 80 persen adalah sebuah cetakan
atau model dari yang sama sehingga hal ini sangat berkaitan erat dalam
penghematan pembangunan.
Gambar 2.31 : sambungan balok dengan kolom
Gambar 2.32 : sambungan kolom dengan kolom
39
II.3 Tinjauan Terhadap Kondisi Tapak
G
Peta: 2.1 Lokasi Tapak
E
Jl. K. H. Wahid Hasyim
C
A
F
I
D
H
B
Sumber : Seaching Google enginer
Foto 2.1: Foto survei tapak
A. Tanah Abang
B. Jembatan Naga
C. Tanah Abang
40
A
B
D. Jalan Kebon Kacang 1 E. Jalan K.H.Wahid Hasyim F. Hotel Fokus (kompetitor)
Foto-Foto survei tapak
41
Sumber : Dokumentasi pribadi
H. Pasar Gandaria
I. Sisi Jalan
Tapak berada di Jalan Kebun Kacang 1, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta
Pusat. Lokasi ini merupakan pilihan yang baik untuk dijadikan lokasi hotel
karena lokasi yang sangat strategis, kegiatan dan lingkungan yang menunjang.
42
Lokasi ini sangat dekat dengan tempat pusat penjualan industri pakaian no.1 di
Asia Tenggara.
Batas Tapak
Utara
: Perumahan, Jalan K.H.Wahid. Hasyim
Timur
: Perumahan dan Tanah Abang
Selatan
: Perumahan, Jalan Kebon Kacang 1
Barat
: Perumahan
Tapak ini memiliki potensi kebisingan dan kepadatan yang cukup tinggi,
terutama pada waktu pagi hari jam 07.00 hingga 17.00 WIB. Jalan di sekitar
tapak yang sangat ramai dilewati oleh pejalan kaki, kendaraan pribadim hingga
dilewati oleh pedangan-pedangan yang berjualan ditempat tersebut. Saat ini
tapak ditempati oleh perumahan rumah kampung yang tidak terawat dengan
baik, dan juga banyak pula rumah-rumah yang sudah tidak dihuni.
II.3.2 Luas, Ukuran, dan Peraturan Tapak
Peta 2.2 :RUTRK Tapak
Sumber : Dinastata kota
Luas Lahan
: 4.350 m2
KDB
: 60% x 4.350 m2 = 2.610 m2
KLB
: 3,5 x 4.350 m2 = 15.225 m2
43
Ketinggian Max.
: 8 lapis
Peruntukan
: Komersil
GSB
: Selatan 5 m
Timur 3 m
Lebar Jalan
: Selatan12 m
Timur 6 m
II.3.3 Pencapaian ke Tapak
Dikarenakan bagian utara tapak menempel dengan area perumaha, dan area
timur adalah rumah-rumah serta pusat komersil. Maka area untuk mencapai tapak
ini hanya dua, dari arah Jl. Kebun Kacang 1 ataupun dengan jalan sisi barat dari
tapak tersebut. Namun pioritas utama jalan utama berasal dari Jl. Kebun Kacang 1.
Akses tapak ini dapat dilalui oleh kendaraan mobil, motor, ataupun pejalan kaki.
II.3.4 Vegetasi
Peta 2.3 : Gambar penyebaran vegetasi
Sumber : Google maps
Keadaan vegetasi area tapak hingga lingkungan sekitar sangatlah buruk,
dikarenakan tidak adanya pohon sama sekali, tetapi dipenuhi oleh rumah-rumah
kampung yang tidak terurus rapi. Vegetasi di luar tapak hanya terdapat di Jl. K. H.
44
Wahid Hasyim saja, namun vegetasi tersebut tidak terlalu banyak jika
dibangingkan dengan kepadaatan lingkungan sekitar.
II.3.5 Status Kepemilikan Tapak
Tapak beserta bangunan ini bukanlah milik pemerintah, namun milik warga.
II.3.6 Fungsi Sekitar Tapak
Peta 2.4 : Fungsi Sekitar Tapak
Sumber : Google maps
Keterangan:
Lokasi tapak
Pusat perkantoran
Hunian beserta toko
Pusat perbelanjaan
Sekitar tapak rata-rata didomiasi oleh rumah yang rumah tersebut juga
difungsikan juga sebagai toko untuk menghasilkan uang. Sementara tidak jauh
dari lokasi tapak, terdapat gedung Tanah Abang yang menjadi icon lingkungan
sekitar.
II.3.7 Kondisi Sosial
45
Lingkungan sekitar tapak adalah lingkungan untuk golongan yang
menjadikan hotel bintang 3. Area sekitar tapak cukup ramai, hal itu
mengakibatkan kegiatan di jalan tersebut menjadi padat, dengan banyaknya parkir
liar, jalan Kebun Kacang 1 terlihat sangat sempit walaupun sebenarnya jalan
tersebut berlebar 12 meter. Sekitar lahan tersebut juga terlihat beberapa hotel kecil
yang keadaan hotel sangat cukup buruk, maka dengan adanya hotel kapsul hal ini
akan menjadi hotel yang cukup baik dilingkungan sekitar. Dengan kehadiran hotel
kapsul ini, diharapkan penataan tata raung kota menjadi lebih baik beserta
lingkungan sekitar yang sedikit berantakan diharapkan terjadi perubahan yang
menjadi baik.
II.3.8 Potensi dan Kendala Tapak
Dalam tapak ini, penulis akan mencoba menganalisa lokasi berada di Tanah
Abang yang dikaitkan dengna hotel kapsul berdasarkan SWOT.
Strength = Lokasi sangatlah strategis, hal tersebut ditunjangnya adanya pusat
perbelanjaan Tanah Abang
Weakness = keadaan lingkungan sekitar cukup kumuh
keadaan kendaraan yang bertumpuk serta parkir liar menyebabkan
kemacetan
Dengan keadaan tapak sedikit kumuh dan macet, sehingga hal
tersebut menyebabkan kebisingan di sekitar area tapak
Opportunity = Peluang untuk merubah tata kota menjadi lebih baik dengan adanya
hotel kapsul
Parkiran liar sekitar tapak diperkirakan akan berkurang
Diharapkan heart island lingkungan sekitar tidak terlalu panas
Threads = Ketidak selaras apabila hotel kapsul tersebut hadir dalam lingkungan
sekitar yang berstatus lingkungan perkampungan kumuh.
46
Download