Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar terhadap Peningkatan Mutu Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada SMA Negeri 13 Padang) Fadhilla Yusri* Abstract: The low of quality of students’ learn skill affect for the low of quality of students’ learn of Senior High School at Padang. So, to solve the problem, it is needed a service alternative which can be improved the students’ learn skill, that is the activity of learn group. The aim of this research is to describe the differences among quality of students’ learn skill before and after they do the learn group. The hypothesis of this research is “Activity of Learn Group effectively to Improve Quality of Students’ Learn Skill”. This research is quantitative method with research design of true-experiment. The subject of this research is students of grade XI IA1 at SMA Negeri 13 Kota Padang as an experiment group and students of grade XI IA1 at SMA Negeri 8 as a control group. It is taken through procedure of operation of difference of subject based on second procedure that is random equivalent. The instrument used for the determination of equivalence of control and experiment groups is the standard intelligence test of progressive matrices, while for the pretest of and of posttest use Appliance Express the Problem of Attitude and Habit Learn (AUM PTSDL). The technique of analyzed data use statistic of parametric, to test the both hypothesizes are used paired sample T test and while for third hypothesis is used technique of independent sample T test constructively of SPSS program version 16.0. The result of data analysis indicate that activity of group learn effectively could be increased quality of students’ learn skill. So, suggested to Counselor go to school to continue to cope to improve amount and quality activity of group learn at school in program service of BK at school, because owning big benefit to student. Keywords: Learn group activity, quality of students’ learn skill. Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Jurusan Tarbiyah STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi * Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... Pendahuluan Tingginya tuntutan akan mutu pendidikan sangat mencemaskan sis­ wa, apalagi penyelenggaraan Ujian Nasional yang menentukan kelulusan siswa. Oleh karena itu siswa berusaha untuk meningkatkan mutu kegiatan belajarnya. Guna meningkatkan kemampuan akademis, seringkali siswa men­cari alternatif kegiatan belajar tambahan di luar sekolah. Selain dalam bentuk les privat dan bimbingan belajar, salah satu bentuk pembelajaran yang baik adalah dengan kegiatan kelompok belajar. Satgasus Student Support Services Career Planning Development atau 3SC­ PD mengatakan bahwa dalam belajar, siswa harus menguasai beberapa ke­ terampilan belajar, antara lain: 1. Keterampilan dalam menjalani proses belajar mengajar 2. Keterampilan dalam mengingat, konsentrasi dan ketahanan dalam be­ lajar 3. Keterampilan dalam meningkatkan kemampuan membaca 4. Keterampilan dalam penyusunan dan penyelesaian tugas-tugas 5. Keterampilan belajar dari dan bersama orang lain 6. Keterampilan belajar sesuai dengan jurusan yang ditempati 7. Keterampilan dalam mengkuti ujian1 Salah satu keterampilan yang mesti dimiliki siswa dalam belajar menurut Satgasus 3SCPD adalah keterampilan belajar dari dan bersama orang lain. Keterampilan belajar dari dan bersama orang lain ini lebih dikenal de­­ngan kegiatan kelompok belajar. Pengurus Besar Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia atau IPBI me­ nyatakan bahwa dengan kegiatan kelompok belajar, pengembangan ke­ giatan belajar akan lebih lengkap dan intensif untuk mendorong para siswa meningkatkan kegiatan belajar mereka yang mengarah kepada pencapaian pres­tasi belajar yang optimal.2 Kegiatan kelompok belajar berada di bawah tang­gung jawab guru pembimbing melalui kerja sama dengan komponen sekolah lainnya. M. Dalyono menyatakan bahwa cara belajar seseorang juga mempe­ ngaruhi pencapaian hasil belajarnya.3 Dalam kegiatan kelompok belajar siswa melatih diri untuk bekerjasama dalam kelompok. Dengan bekerja sama se­ cara positif di dalam kelompok belajar, akan mempengaruhi perolehan hasil belajar secara akademik dan perkembangan sosial. 2 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Syaiful Sagala mengungkapkan diantara keuntungan kegiatan ke­ lompok belajar adalah dapat membiasakan siswa bekerja sama menurut paham demokrasi, memberikan kesempatan kepada mereka untuk me­ ngembangkan sikap musyawarah dan tanggung jawab.4 Bekerja di dalam ke­lompok dapat juga meningkatkan cara berpikir mereka sehingga dapat memecahkan masalah dengan lebih baik dan lancar. Kegiatan kelompok belajar siswa merupakan salah satu kegiatan bim­ bingan dan konseling di dalam bidang bimbingan belajar yang mencakup pengembangan PTSDL. Unsur-unsur PTSDL perlu mendapat perhatian yang sebesar-besarnya dalam kegiatan kelompok belajar, demi pengembangan­ nya untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan hasil Alat Ungkap Masalah tentang kegiatan belajar siswa yang peneliti administrasikan di SMAN 13 Padang terungkap mutu kegiatan be­lajar siswa masih berada di bawah 50% dari mutu kegiatan belajar yang diharapkan, hasil selengkapnya sebagai berikut: 1. Mutu kegiatan belajar dalam bidang prasyarat penguasaan materi pe­ lajaran, (P) adalah 12,03% 2. Mutu kegiatan belajar dalam bidang keterampilan belajar, (T) adalah 42,49% 3. Mutu kegiatan belajar dalam bidang sarana dan prasarana belajar, (S) adalah 12,79% 4. Mutu kegiatan belajar dalam bidang diri pribadi, (D) adalah 23,21% 5. Mutu kegiatan belajar dalam bidang lingkungan belajar dan sosioemosional, (L) adalah 20,77% Hasil pengolahan Alat Ungkap Masalah (AUM-PTSDL) di atas menun­ jukkan bahwa mutu keterampilan belajar siswa di SMAN 13 Padang, amat sangat memprihatinkan untuk itu masih sangat perlu ditingkatkan, diin­ tensifkan dan diefektifkan. Mulyono Abdurrahman menyatakan bahwa anak yang memperoleh prestasi belajar yang rendah disebabkan karena kurang menguasai keterampilan prasyarat.5 Penguasaan berbagai keterampilan belajar akan memudahkan siswa memahami materi pelajaran lebih lanjut. Prayitno, dkk dalam Satgasus 3SCPD mengemukakan bahwa selemahlemahnya proses belajar mengajar di dalam kelas, apabila siswa melakukan kegiatan belajar sendiri dengan sehebat-hebatnya, hasil yang lebih tinggi 3 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... akan lebih mungkin dicapai.6 Sehubungan dengan itu, kegiatan kelompok belajar merupakan salah satu kegiatan penting dari layanan penguasaan konten dalam pelayanan konseling di sekolah. Dalam menjalankan kegi­ atannya, kelompok belajar berusaha mengembangkan kegiatan belajar, me­ nguasai berbagai keterampilan belajar, meningkatkan penguasaan materi prasyarat dan memecahkan berbagai permasalahan belajar yang mereka alami baik di sekolah maupun di luar sekolah. Fenomena di lapangan ditemui bahwa belum dilaksanakannya ke­ giatan kelompok belajar secara optimal oleh guru pembimbing di seko­ lah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru pem­ bimbing pada salah satu SMAN di kota Padang, diperoleh informasi bahwa di SMAN tersebut belum dilakukan kegiatan kelompok belajar secara optimal. Bahkan pelaksanaan kegiatan kelompok belajarpun belum diprogramkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Padahal manfaat dari kegiatan kelompok belajar tersebut sangat besar bagi siswa, terutama dalam membantu siswa meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Keefektifan kegiatan kelompok belajar (KKB) yang diprogramkan da­lam kegiatan bimbingan dan konseling ternyata sangat berpengaruh terhadap pe­ ningkatan hasil belajar siswa. Penelitian Meri Susanti mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa khususnya ke­ lompok yang dikenakan kegiatan kelompok belajar pada salah satu mata Diklat, dimana hasil belajar siswa yang melakukan kegiatan kelompok belajar lebih tinggi dibanding siswa yang tidak melakukan kegiatan kelompok be­ lajar.7 Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan, maka peneliti terta­ rik untuk mengembangkan lebih lanjut penelitiantentang KKB. Apakah dengan mengikuti kegiatan kelompok belajar (KKB) mutu kegiatan belajar siswa terutama pada bidang keterampilan belajar dapat meningkat ke arah yang positif? Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas, perlu di­ uji mengenai bagaimanakah pengaruh kegiatan kelompok belajar (KKB) terhadap peningkatan mutu belajar siswa terutama pada bidang ke­ terampilan belajar. Rumusan Masalah Secara umum rumusan masalah penelitian ini adalah: apakah kegiat­ an kelompok belajar berpengaruh untuk meningkatkan mutu keterampilan 4 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 belajar siswa. Sedangkan secara khusus, rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan yang berarti antara mutu keterampilan belajar pada pre-test dan post-test siswa kelompok eksperimen? 2. Apakah terdapat perbedaan yang berarti antara mutu keterampilan belajar pada pre-test dan post-test siswa kelompok kontrol? 3. Apakah terdapat perbedaan yang berarti antara mutu keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol setelah perlakuan pada kelompok eksperimen? Kerangka Teoritik Kegiatan Kelompok Belajar (KKB) Pengertian Kegiatan Kelompok Belajar (KKB) Menurut pengurus besar IPBI Bimbingan Kegiatan Kelompok Belajar (KKB) adalah pelayanan bimbingan belajar melalui kegiatan kelompok yang diarahkan kepada satu atau sejumlah kelompok siswa pada suatu sekolah yang menyelenggarakan kegiatan belajar bersama di luar jam pelajaran.8 Bim­bingan Kegiatan Kelompok Belajar ini dipimpin oleh Guru Pembimbing bekerjasama dengan Wali Kelas, Guru Mata Pelajaran, Guru Praktik dan/atau pihak-pihak lain yang terkait. Satgasus 3SCPD menyatakan bahwa belajar dari dan bersama orang lain dapat dilakukan oleh sejumlah atau sekelompok siswa yang melakukan ak­tivitas bersama dan saling membantu dalam upaya meningkatkan prestasi belajar.9 Kelompok siswa tersebut menyelenggarakan kegiatan belajar di luar jadwal pelajaran resmi. Sejalan dengan itu, Oemar Hamalik mengungkapkan bahwa kelompok belajar dilaksanakan dalam suatu proses kelompok.10 Para ang­gota kelompok saling berhubungan dan berpartisipasi, memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan bersama. W.S. Winkel juga mengemukakan bahwa salah satu kegiatan dalam bidang bimbingan belajar adalah memberikan bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur seluruh kegiatan kelompok belajar, supaya berjalan efektif dan efisien.11 Untuk mewujudkan terlaksananya ke­ giatan ini di sekolah, maka dapat dilakukan dengan membentuk kegiatan ke­lompok belajar siswa. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan kelompok belajar adalah salah satu pelayanan konseling dalam bidang bimbingan belajar berbentuk kegiatan 5 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... kelompok yang diberikan kepada sejumlah kelompok siswa di suatu sekolah yang melakukan kegiatan belajar bersama diluar jam sekolah dan kegiatan ini dipimpin langsung oleh guru pembimbing. Dalam penelitian ini yang digunakan dan akan diteliti adalah efektifitas Kegiatan Kelompok Belajar (KKB). Tujuan Kegiatan Kelompok Belajar Pengurus Besar IPBI menjelaskan bahwa secara umum tujuan bim­ bingan Kegiatan Kelompok Belajar (KKB) adalah membantu para siswa me­ ngembangkan berbagai potensi belajarnya secara optimal.12 Hasil pengem��bangan potensi tersebut akan terwujud dalam bentuk kesuksesan ­akademik, yang akan menunjang tercapainya kesuksesan yang lebih luas, yaitu kesuksesan hubungan sosial-kemasyarakatan, dan kesuksesan dalam perencanaan pendidikan lanjutan dan/atau karir. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono juga mengutarakan bahwa tu�juan kelompok belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang optimal.13 Dengan memanfaatkan kegiatan kelompok belajar diharapkan siswa dapat belajar dengan efisien dan memiliki prestasi belajar yang gemilang. Satgasus 3SCPD mengemukakan bahwa secara khusus tujuan belajar dari dan bersama orang lain, yaitu membantu siswa: 1. Pengembangan aspek kepribadian siswa antara lain (1) berani berbicara dimuka umum, (2) berani mengeluarkan pendapat dimuka umum, (3) berani menanggapi pendapat orang lain, (4) berani mengemukakan pe­ ngalaman dan idenya, (5) mampu bertenggang rasa (menahan diri), serta (6) berkembangnya minat dan bakat yang dimiliki siswa. 2. Mengatasi dan/atau mengentaskan masalah belajar yang dialami siswa antara lain (1) mengulang serta mendalami pelajaran yang telah dipelajari di sekolah, (2) menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru, (3) membahas soal-soal ujian termasuk soal-soal yang sudah berlalu, (4) menyiapkan diri untuk mengikuti ujian, (5) mengerjakan tu­ gas-tugas sekolah.14 3. Dari penjabaran di atas dapat diketahui secara rinci dan lebih spesifik tu­juan dilaksanakannya kegiatan kelompok belajar, adalah semata6 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 mata untuk membantu siswa agar dapat mengentaskan permasalahan belajar yang dialami dan berusaha untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Pembentukan Kelompok Belajar Menurut Pengurus Besar IPBI Kegiatan Kelompok Belajar (KKB) dimulai dengan pembentukan kelompok-kelompok siswa yang akan melaksanakan aktivitas belajar bersama. Pembentukan kelompok-kelompok belajar ini di­ lakukan oleh guru pembimbing.15 Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok ini adalah: 1. Jumlah anggota setiap kelompok berkisar 5-8 orang 2. Keanggotaan kelompok bersifat heterogen; yaitu dimungkinkan ber­ himpunnya ke dalam suatu kelompok siswa-siswa yang memiliki kera­ gaman dalam kemampuan, jenis kelamin, dan status sosial-ekonomi. 3. Memperhatikan hasil analisis sosiometri, artinya para peserta sedapatdapatnya saling menyenangi satu sama lain. 4. Memperhatikan hasil anaisis AUM Umum, artinya para peserta sedapatdapatnya tidak berada dalam permasalahan yang bobot dan jenisnya sama. 5. Memperhatikan hasil analisis AUM PTSDL, artinya para peserta dalam satu kelompok sedapat-dapatnya tidak berada dalam permasalahan bela­ jarnya yang bobot dan jenisnya sama. 6. Jika kelompok telah terbentuk para anggota dapat berkumpul setiap saat dengan mudah; dalam hal ini mobilitas dan aktivitas para (calon) ang­gota dalam suatu kelompok amat perlu diperhatikan. 7. Perlu dipertimbangkan kelompok yang dibentuk itu bukanlah kelom­ pok tetap sepanjang tahun; jika dimungkinkan pengelompokkan baru dapat diselenggarakan setiap semester. Unsur-unsur tersebut menyebabkan dinamika kelompok yang mem­pe­ ngaruhi sikap dan perilaku individu serta perilaku kelompok sendiri. Wrenn, C. Gilbert mengungkapkan bahwa: The term functional group refers to two or more organisms interacting, in the pu­ rsuit of a common goal, in such a way that the existence of many is utilized for the satisfaction of some needs of each.16 7 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... Fungsi dari kegiatan kelompok banyak sekali, dalam kelompok siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi dengan sesama teman. Selain itu, siswa juga mempunyai tujuan yang sama dalam kelompok, sehingga terwujudlah rasa saling memahami, keinginan untuk berbagi dan saling memotivasi untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Dengan ke­giatan kelompok belajar siswa dapat mengembangkan berbagai aspek kepribadiannya yang akhirnya dapat membantu memotivasi dirinya dalam upaya peningkatan hasil prestasi belajarnya. Kegiatan dalam Kelompok Belajar Satgasus 3SCPD menyatakan bahwa setelah kelompok belajar siswa terbentuk, perlu dilaksanakan kegiatan pengawalan yang langsung dipimpin oleh guru pembimbing yang bersangkutan untuk mempersiapkan kelompok itu agar dapat belajar sendiri dengan penuh kebersamaan, kehangatan, saling bantu, berdisiplin dan produktif.17 Kegiatan pengawalan sangat penting dilakukan untuk menyamakan persepsi anggota kelompok tentang kegiatan kelompok belajar yang akan mereka ikuti. Pengurus Besar IPBI menyatakan bahwa hal yang paling pokok dalam KKB adalah terselenggarakannya kegiatan belajar bersama oleh masingmasing kelompok yang telah terbentuk.18 Kegiatan kelompok belajar tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari kelompok yang bersangkutan. Dalam hal ini kepengurusan yang telah terbentuk berkewajiban mengatur segala sesuatunya demi kelancaran dan keberhasilan kelompoknya. Mutu Keterampilan Belajar Pengertian Mutu Keterampilan Belajar Munandir menyebutkan bahwa mutu keterampilan belajar dapat di­ tinjau dari sudut masukan-proses-keluaran.19 Artinya mutu keterampilan be­ lajar mencakup dan bergantung pada, mutu masukannya, mutu prosesnya dan mutu keluarannya. Muhibbin Syah mengungkapkan bahwa : Mutu keterampilan belajar adalah kualitas kemampuan siswa untuk melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus untuk me­ nunjang kegiatan belajar sesuai dengan keadaan dirinya untuk mencapai hasil be­ lajar yang baik.20 8 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Daya serap siswa dalam belajar berkaitan erat dengan mutu kete­ rampilan belajar yang mereka jalani sehari-hari, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Satgasus 3SCPD menyatakan bahwa seorang siswa harus dapat mengu­ asai seperangkat keterampilan belajar agar siswa tersebut dapat sukses dalam menjalani pembelajaran di sekolah dengan menguasai materi yang dipelajari.21 Sejumlah keterampilan belajar yang secara praktis perlu dikuasai oleh siswa untuk mencapai hasil belajar dan daya serap yang tinggi, antara lain Ron Fry (1994) dalam Satgasus 3SCPD mengemukakan ada tujuh keterampilan dalam belajar, yaitu: 1. Mengatur pelajaran dengan efektif 2. Membaca dan mengingat dengan efektif 3. Mengatur waktu belajar secara efektif 4. Mengikuti pelajaran di kelas secara efektif 5. Menggunakan kepustakaan dan sumber-sumber belajar dengan efek­ tif 6. Menulis karya tulis dengan baik dan efektif 7. Mempersiapkan diri untuk ujian dengan efektif22 Dari fenomena yang ada siswa dalam belajar baik di kelas maupun di luar kelas sering mengalami berbagai kesulitan yang menunjukkan bahwa mereka kurang memiliki keterampilan dasar tentang belajar yang efektif. Dapat disimpulkan bahwa mutu keterampilan belajar adalah kualitas atau taraf terkuasainya berbagai keterampilan dalam belajar oleh siswa leng­ kap dengan berbagai tuntutannya. Mutu keterampilan belajar dapat dilihat dari hasil perolehan skor siswa pada AUM PTSDL. Keterampilan-keterampilan dalam Belajar Berikut ini diuraikan berbagai keterampilan yang dibutuhkan siswa dalam belajar. 1. Keterampilan dalam menjalani proses belajar mengajar Pandangan dan sikap siswa terhadap pelajaran dalam batas-batas ter­ tentu dapat mempengaruhi kegairahan dan aktivitas siswa berkenaan de­ ngan pelajaran yang diikutinya. Oleh karena itu sikap optimis dan pan­dang­ an positif terhadap kegiatan belajar harus diciptakan untuk mencapai hasil maksimal. 9 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... Sebelum mengikuti pelajaran, siswa dapat mempersiapkan materi pe­ lajaran dengan cara membaca kembali catatan sebelumnya dan membaca bahan yang akan dipelajari serta menemukan hubungannya. Selain itu, siswa juga perlu melakukan persiapan fisik. M. Dalyono mengemukakan bahwa kesehatan jasmani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan be­ lajar.23 2. Keterampilan dalam mengingat, konsentrasi dan ketahanan dalam be­ lajar Kemampuan mengingat sangat penting dalam belajar, tanpa mengingat sesuatu yang dipelajari akan hilang begitu saja tanpa bekas. Abu Ahmadi dan Widodo mengungkapkan bahwa mengingat harus didasari atas kebu­­ tuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut.24 Secara ideal materi yang dipelajari hendaknya dapat diingat dalam kualitas yang tinggi. Slameto mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan semua hal lain yang tidak ber­ hubungan.25 Belajar yang serius membutuhkan konsentrasi yang penuh. Un­tuk itu, siswa perlu menetapkan tujuan belajar dan setia mengikutinya, serta mengatur lingkungan belajar. 3. Keterampilan dalam meningkatkan kemampuan membaca Membaca besar pengaruhnya terhadap belajar, karena hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah membaca. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono menjelaskan bahwa membaca dengan set misalnya dengan memulai memperhatikan judul bab, topik utama, memilih topik yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan.26 Selanjutnya Ornstein, Allan C. and Levine, Daniel U. mengemukakan bahwa: Reading, writing, speaking, computation skill, reasoning, and studying are con­ sidered to be the six basic academic competencies;computer skills appears as an after thought and is described as an emerging need.27 Berdasarkan pendapat di atas dijelaskan bahwa salah satu dari kete­ rampilan belajar adalah keterampilan dalam membaca. Membaca tidaklah sesederhana apa yang kita bayangkan, membaca mempunyai teknik ter­ sendiri. Dengan mengikuti teknik membaca sistematis dan cepat, dapat 10 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 meng­hemat waktu dan belajar lebih banyak. Membaca bertujuan untuk me­ ngerti dan menghafal beberapa ide penting beserta contohnya. 4. Keterampilan dalam Penyusunan dan Penyelesaian Tugas-tugas Knapper, Christopher K. and Cropley, Arthur J. menerangkan bahwa: In additon, they often offer instruction in effective writing, preparing essays and report, and similar skills. Some courses include instruction in ’concept maping’ and/ or ’self-questionings’.28 Kemampuan dalam membuat tugas tertulis tersebut tidak dapat me­ ningkat dengan sendirinya tetapi perlu diupayakan melalui kerja keras dengan semangat dan kemauan yang kuat. Kemampuan, semangat, dan ke­mauan dalam penyelesaian tugas tertulis dipengaruhi oleh berbagai hal dan kondisi. Satgasus 3SCPD mengemukakan bahwa diantara kondisi yang paling penting adalah: 1. Kejelasan tugas yang akan dibuat 2. Volume tugas yang akan diselesaikan 3. Ketersediaan materi/bahan tugas 4. Waktu penyerahan tugas 5. Tempat, cara dan suasana membuat tugas 6. Kemampuan menulis dan membuat laporan.29 Hal-hal yang harus diperhatikan agar sukses dalam mengerjakan tugas adalah mengikuti petunjuk guru dalam menyelesaikan tugas, serahkan tugas tepat pada waktunya, serahkan dalam keadaan bersih, usahakan jangan ada kesalahan sekecil apapun. 7. Keterampilan belajar dari dan bersama orang lain Knapper, Christopher K. and Cropley, Arthur J. mengutarakan bahwa: Furthermore, some of the common components of study skills courses do deal with aptitudes that are perfectly consistent with lifelong learning such as the ability to or­ganize study, manage time, learn from peers, communicate with other, read and write reports and so on.30 Kegiatan kelompok belajar dapat dilakukan oleh sejumlah atau se­ kelompok siswa yang melakukan aktivitas bersama dan saling membantu dalam upaya meningkatkan prestasi belajar. Kelompok ini menyelengarakan kegiatan belajar di luar jadwal pelajaran resmi. 11 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... Menurut Satgasus 3SCPD secara umum kegiatan kelompok belajar ini memiliki tujuan untuk dapat membantu siswa dalam upaya mengembangkan berbagai potensi belajarnya secara optimal.31 Dalam melakukan kegiatan ke­lompok belajar, peserta berusaha mengembangkan kegiatan belajar dan memecahkan berbagai permasalahan belajar yang mereka alami sewaktu belajar di sekolah maupun di luar sekolah. 8. Keterampilan belajar sesuai dengan jurusan yang ditempati Satgasus 3SCPD menyatakan bahwa dalam mengenal jurusan yang akan ditempati, ada empat unsur yang perlu dipahami dan didalami oleh siswa, yaitu pengenalan jurusan secara lengkap, pengenalan kurikulum jurusan tersebut, penyusunan rencana belajar dan pemahaman kegiatan akademik lainnya.32 Pemahaman tentang jurusan yang akan ditempati bertujuan agar siswa mampu mengarahkan diri untuk mengenali secara lengkap jurusan yang dipilih, menyiapkan diri baik secara fisik maupun mental untuk mengikuti pelajaran pada jurusan tersebut, dan dapat merencanakan kegiatan aka­ demik lainnya. 9. Keterampilan dalam mengikuti ujian Knapper, Christopher K. and Cropley, Arthur J. mengutarakan bah­ wa: The sections on examinations and reading are also somewhat unusual in that they focus on how students may derive personal benefit from the evaluation process and use it for their own ends.33 Dengan adanya ujian siswa dapat mengetahui sejauhmana tingkat pe­ nguasaan terhadap materi pelajaran yang telah diikuti, kekurangan atau ke­lemahan yang perlu diperbaiki, hasil atau prestasi pelajaran yang telah dikuasai, dan sejauhmana efektivitas cara atau teknik yang telah dilakukan dalam menguasai bahan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian. Penguasaan terhadap berbagai keterampilan belajar merupakan sua­ tu kunci keberhasilan belajar siswa pada materi pelajaran yang lebih ting­ gi. Kemampuan menguasai berbagai keterampilan belajar dengan baik meng­gambarkan mutu belajar siswa. Melalui kegiatan kelompok belajar yang akan diuji-cobakan, diharapkan dapat meningkatkan mutu berbagai keterampilan belajar para siswa khususnya yang termasuk dalam kelompok eksperimen. 12 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Tugas dan Peran Konselor Sekolah (Guru Pembimbing) dalam Me­ ningkatkan Mutu Keterampilan Belajar Siswa Palmer, Stephen and Mahon, Gladeana Mc. menyebutkan bahwa: Within the school, the technical and vocational educational initiative, and more recently, and such developments as, for example, profilling and helping students towards self-responsibility, demanded skills from teachers which had traditionally not been included in their training. In addition, other changes were initiated by these developments, so that tutoring and guidance, in one form or another, inside the classroom and out, become the responsibility of the majority of staff and not just of those in pastoral positions.34 Dalam hal belajar pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah bu­ kan hanya diberikan pada siswa yang mengalami permasalahan dalam be­ lajar, akan tetapi juga diberikan pada siswa dalam rangka meningkatkan pres­tasi belajar. Menurut Prayitno materi pokok yang terkandung dalam bidang pe­ ngembangan kegiatan belajar, yaitu: 1. Pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta pro­duktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengembangkan ke­ terampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran dan menjalani program penilaian hasil belajar 2. Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok 3. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai de­ ngan perkembangan IPTEK 4. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan bu­ daya yang ada di sekolah atau lingkungan sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi 5. Orientasi Belajar di Sekolah Menengah dan di Perguruan Tinggi35 Berdasarkan materi bidang pengembangan kegiatan belajar di atas, dapat dilihat bahwa pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta produktif merupakan unsur yang sangat penting diberikan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar mereka dapat belajar dengan efektif dan efisien serta dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Berkaitan dengan keterampilan belajar, guru pembimbing dapat melakukan kegiatan 13 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... kelompok belajar yang termasuk kedalam layanan penguasaan konten. Ke­ giatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu keterampilan belajar siswa. Berkenaan dengan peranan guru pembimbing dalam penelitian ini akan ditinjau dari sikap dan perlakuan/tindakan guru pembimbing terhadap siswa dalam bimbingan kegiatan kelompok belajar untuk meningkatkan mutu keterampilan belajar siswa. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan pe­ nelitian True Experiment, dengan menggunakan model The Randomized Pre­ test-Posttest Control Group Design, (Desain Kelompok Kontrol Tes Awal-Tes Akhir). Jenis penelitian ini melibatkan dua kelompok subjek yang terdiri atas kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan Kegiatan Kelompok Belajar (KKB), dan hasilnya diketahui melalui tes awal dan tes akhir serta kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 13 Padang yang akan diberikan perlakuan khusus atau disebut juga dengan kelompok eks­ perimen dan SMA Negeri 8 Padang sebagai kelompok kontrol. Pembentukan kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan sebelum di­berikan perlakuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA N 13 Padang dan siswa kelas XI IPA SMA N 8 Padang. Sebelum pelak­ sanaan penelitian dilakukan, maka terlebih dahulu kedua kelompok dise­ta­ rakan dengan melihat IQ dan mutu keterampilan belajar yang dimiliki oleh siswa pada masing-masing kelompok. Terhadap kelompok eksperimen diselenggarakan kegiatan kelompok belajar dengan sejumlah kegiatan pokok. Kegiatan pokok yang akan diba­ has dalam kegiatan kelompok belajar mengacu pada peningkatan mutu keterampilan belajar siswa. Sementara kelompok kontrol tidak diberi per­ lakuan khusus berupa kegiatan kelompok belajar, melainkan tetap men­ dapatkan pelayanan bimbingan dan konseling seperti yang telah ber­lang­ sung. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data ialah instrumen tes dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk menetapkan sub­ jek penelitian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, berupa hasil tes inteligensi siswa. Jenis instrumen non tes yang digunakan ialah inventori 14 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 alat ungkap masalah (AUM) tentang sikap dan kebiasaan belajar siswa yang di­susun dalam AUM PTSDL. Prosedur pengumpulan data ditempuh dengan langkah sebagai be­ rikut: 1. Menyiapkan instrumen secara lengkap. 2. Menetapkan sumber data, seperti responden, dokumen-dokumen yang diperlukan, dan sebagainya. 3. Menyiapkan pelaksana pengumpulan data. 4. Melakukan pengumpulan data secara sistematis sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk melihat perbedaan dan peningkatan mutu keterampilan be­ lajar siswa kelompok eksperimen digunakan analisis data dengan teknik Paired Sample T Test. Untuk melihat perbedaan mutu keterampilan belajar siswa kelompok kontrol dengan mutu keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen sesudah kegiatan kelompok belajar digunakan teknik Independent Sample T Test. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Kegiatan kelompok belajar berpengaruh untuk meningkatkan mutu keterampilan belajar siswa”. Dengan sub hipotesis: 1. Terdapat perbedaan yang berarti antara mutu keterampilan belajar pada pretest dan posttest siswa kelompok eksperimen. 2. Tidak terdapat perbedaan yang berarti antara mutu keterampilan bela­ jar pada siswa kelompok kontrol. 3. Terdapat perbedaan yang berarti antara mutu keterampilan belajar sis­ wa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol setelah per­ lakuan pada kelompok eksperimen. 15 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... Hasil Penelitian Hasil Pretest Hasil Pretest Mutu Keterampilan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sebelum Perlakuan Kegiatan Kelompok Belajar Klp. Eksperimen Deskripsi Data N Valid Missing Mean Median Klp. Kontrol 39 37 0 0 53,2308 57,3514 52,0000(a) 53,0000(a) Mode 26,00(b) 49,00(b) Std. Deviation 22,44697 24,60151 503,866 605,234 Range 88,00 100,00 Minimum 21,00 17,00 Maximum 109,00 117,00 2076,00 2122,00 Variance Sum Skor tertinggi mutu keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen adalah 109,00. Sebaliknya terdapat siswa yang memiliki skor mutu kete­ rampilan belajar kurang baik yaitu 21,00. Jauhnya rentangan skor tersebut terlihat dari angka range yang mencapai 88,00 dengan variance sebesar 503,866. Skor rata-rata kelompok masih terlihat cukup baik, yaitu sebesar 53,2308 dengan skor tengahnya adalah 52,0000 dan skor yang paling sering muncul adalah 26,00. Skor tertinggi mutu keterampilan belajar siswa kelompok kontrol adalah 117,00. Sebaliknya terdapat siswa yang memiliki skor mutu kete­ rampilan belajar kurang baik yaitu 17,00. Dapat dilihat bahwa variance skor adalah sebesar 605,234, dengan angka range yang diperoleh adalah sebesar 100,00. Skor rata-rata kelompok masih terlihat cukup baik, yaitu sebesar 57,3514 dengan skor tengahnya adalah 53,0000 dan skor yang paling sering muncul adalah 49,00. 16 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Hasil Posttest Hasil Posttest Mutu Keterampilan Belajar Siswa Kelompok Eksperi­men dan Kelompok Kontrol Sesudah Perlakuan Kegiatan Kelompok Belajar Klp. Eksperimen Klp. Kontrol Valid 39 37 Missing 0 0 Mean 78,2308 59,3514 Median 71,0000(a) 52,7500(a) Mode 65,00(b) 45,00(b) Std. Deviation 21,61318 24,85873 Variance 467,130 617,956 Range 76,00 102,00 Minimum 46,00 25,00 Maximum 122,00 127,00 Sum 3051,00 2196,00 Deskripsi Data N Skor tertinggi mutu keterampilan belajar kelompok eksperimen meng­ alami peningkatan dari perolehan pretest yaitu 109,00 menjadi 122,00. Se­ baliknya terdapat siswa yang memiliki skor mutu keterampilan belajar kurang baik yaitu 46,00, yang bahkan lebih tinggi dari skor minimum yang diper­oleh kelompok kontrol. Skor rata-rata mutu keterampilan belajar pada kelompok eksperimen juga meningkat dari 53,2308 menjadi sebesar 78,2308 dengan skor tengah sebesar 71,0000 dan skor yang sering muncul adalah 65,00. Skor tertinggi mutu keterampilan belajar kelompok kontrol adalah 127,00 sepuluh angka lebih tinggi dari pretest-nya dan skor terendahnya 25,00. Jauhnya rentangan skor tersebut terlihat dari angka range 102,00 de­ ngan variance sebesar 617,956. Walaupun rentangan skornya besar, tingginya perolehan skor maksimum pada kelompok kontrol ini membuat skor ratarata kelompok masih terlihat cukup baik yaitu sebesar 59,3514 dengan skor tengah 52,7500 dan skor yang sering muncul adalah 45,00. 17 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... Pengujian Hipotesis Hipotesis Pertama Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ialah terdapat perbedaan yang berarti antara mutu keterampilan belajar pada pretest dan posttest siswa kelompok eksperimen. Untuk uji hipotesis pertama dipilih analisis statistik dengan teknik Paired Sample T Test dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Hasil analisis Paired Sample T Test antara mutu keterampilan belajar pada pretest dan posttest siswa kelompok eksperimen Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Pair 1 Post pre 25,00000 7,26926 1,16401 22,64358 t Sig. (2-tailed) df Upper 27,35642 21,477 38 Berdasarkan di atas, dapat dilihat bahwa probabilitas (Sig. 2-tailed) mutu keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen sebesar 0,000 atau pro­ babilitas di bawah alpha 0,05 (0,000 < 0,05) dan thitung > ttabel, dimana thitung sebesar 21,477 sedangkan ttabel sebesar 2,021. Hal ini berarti bahwa jika p lebih kecil dari α dan thitung > ttabel, maka terdapat peningkatan mutu kete­ rampilan belajar siswa secara signifikan setelah dilakukan kegiatan kelompok belajar. Maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara mutu keterampilan belajar pada pretest dan posttest siswa kelompok eksperimen. Hipotesis Kedua Untuk hipotesis kedua menyatakan tidak terdapat perbedaan yang berarti antara mutu keterampilan belajar pada pretest dan posttest siswa kelompok kontrol. Untuk uji hipotesis kedua dipilih analisis statistik dengan teknik Paired Sample T Test dengan bantuan program SPSS versi 16.0. 18 ,000 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Hasil analisis Paired Sample T Test antara mutu keterampilan belajar pada pretest dan posttest siswa kelompok kontrol Paired Differences Mean Pair 1 Post Pre 95% Confidence InStd. Devia- Std. Error terval of the Difference tion Mean Lower Upper 2,00000 21,24199 3,49216 -5,08243 9,08243 t df ,573 Sig. (2-tailed) 36 ,570 Berdasarkan di atas, dapat dilihat bahwa probabilitas (Sig. 2-tailed) mutu keterampilan belajar siswa kelompok kontrol sebesar 0,570 atau probabilitas di atas alpha 0,05 (0,570 > 0,05) dan thitung kecil dari pada ttabel, dimana thitung sebesar 0,573 sedangkan ttabel sebesar 2,021. Maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara mutu keterampilan belajar pada pretest dan posttest siswa kelompok kontrol. Hipotesis Ketiga Untuk hipotesis ketiga terdapat perbedaan yang berarti antara mutu keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol setelah perlakuan pada kelompok eksperimen. Untuk uji hipotesis ketiga dipilih analisis statistik dengan teknik Independent Sample T Test dengan bantuan program SPSS versi 16.0. Hasil analisis Independent Sample T Test antara mutu keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan pada kelompok eksperimen t-test for Equality of Means t Sig. (2-tailed) df Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Post test Equal variances assumed 3,538 74 ,001 19 18,87942 5,33548 8,24824 Upper 29,51059 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... Equal variances not assumed 3,525 71,374 ,001 18,87942 5,35530 8,20223 29,55661 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa probabilitas (Sig. 2-tailed) mutu keterampilan belajar siswa sebesar 0,001 atau probabilitas di bawah alpha 0,05 (0,001 < 0,05) dan thitung besar dari ttabel, dimana thitung sebesar 3,538 sedangkan ttabel sebesar 2,000. Maka H0 ditolak dan H1 diterima, ber­ arti terdapat perbedaan yang signifikan antara mutu keterampilan belajar siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol setelah diberikan per­lakuan pada kelompok eksperimen. Hipotesis Mayor Adapun hipotesis mayor yang diajukan adalah “kegiatan kelompok belajar berpengaruh untuk meningkatkan mutu keterampilan belajar sis­ wa”. Pada kelompok eksperimen diberikan pretest dan posttest dimana dari hasil pengujian didapatkan bahwa skor posttest lebih tinggi dibandingkan de­ngan skor pada pretest-nya. Ini dapat dilihat dari skor rata-rata yang di­ peroleh adalah 53,2308 (pretest) menjadi sebesar 78,2308 (posttest). Hal ini berarti pretest lebih kecil dibandingkan dengan posttest-nya atau terjadi peningkatan mutu keterampilan belajar siswa, sehingga dapat menunjukkan terbuktinya hipotesis mayor. Adapun perubahan tersebut diasumsikan se­ bagai pengaruh dari perlakuan kegiatan kelompok belajar yang diberikan pada kelompok eksperimen. Hasil temuan yang lainnya adalah pada kelompok kontrol tidak me­ ngalami peningkatan yang signifikan antara skor pretest dan posttest-nya (57,3514 skor pretest menjadi 59,3514 skor posttest). Berdasarkan uraian di atas, dapat menjawab hipotesis mayor bahwa kegi­atan kelompok belajar berpengaruh untuk meningkatkan mutu kete­ rampilan belajar siswa. Pembahasan Hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada penelitian ini dapat di­terima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan ke­lompok belajar terbukti memberikan manfaat bagi peningkatan mutu 20 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata (mean) skor mutu keterampilan belajar siswa sebelum mengikuti kegiatan kelompok belajar sebesar 53,2308 meningkat menjadi 78,2308. Artinya terdapat per­ bedaan yang signifikan antara mutu keterampilan belajar pada pretest dan posttest siswa kelompok eksperimen. Hal tersebut menunjukkan hasil yang berbeda pada kelompok kontrol yang tidak diberikan kegiatan kelompok belajar oleh peneliti. Pada kelompok kon­trol hampir tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat dari ha­sil nilai rata-rata pretest mutu keterampilan belajar yang sebesar 57,3514 menjadi 59,3514 pada saat posttest. Hal ini dapat membuktikan bahwa kegiatan kelompok belajar dapat meningkatkan mutu keterampilan belajar. Hasil temuan ini didukung oleh pen­dapat Pegurus Besar IPBI yang mengungkapkan bahwa melalui kegiatan kelompok belajar siswa dapat: 1. Mengembangkan keterampilan belajar, baik di sekolah, di dalam kelas maupun di luar sekolah. 2. Mengoptimalisasikan penggunaan sarana belajar yang ada di sekolah dan yang dimiliki oleh siswa anggota kelompok. 3. Mengembangkan motivasi dan disiplin belajar. 4. Meningkatkan hubungan sosial untuk saling menunjang dalam belajar. 5. Merencanakan kegiatan bersama secara efektif dan efisien.36 Pelaksanaan kegiatan kelompok belajar dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikirnya, melalui pemecahan masalah be­ lajar yang diorientasikan pada kemandirian individu dalam belajar. Satgasus 3SCPD mengungkapkan bahwa kegiatan kelompok belajar membantu para siswa mengembangkan berbagai potensi belajarnya secara optimal.37 Demikianlah aktivitas yang terjadi dalam kelompok belajar yang telah dapat meningkatkan mutu keterampilan belajar siswa sesudah mengikuti kegiatan kelompok belajar ini, siswa menjadi lebih fokus, berpandangan positif dan memiliki motivasi yang tinggi untuk lebih terampil dalam belajar guna mencapai prestasi yang lebih baik dalam belajar. 21 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan terdahulu, dapat di­ simpulkan secara umum bahwa kegiatan kelompok belajar berpengaruh un­ tuk meningkatkan mutu keterampilan belajar siswa dan kesimpulan secara khu­susnya adalah : 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara mutu keterampilan belajar pada pretest dan posttest siswa yang diberikan kegiatan kelompok belajar (kelompok eksperimen). 2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mutu keterampilan belajar pada pretest dan posttest siswa yang tidak diberikan kegiatan ke­ lompok belajar (kelompok kontrol). 3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara mutu keterampilan belajar siswa yang diberikan kegiatan kelompok belajar (kelompok eksperimen) dan siswa yang tidak diberikan kegiatan kelompok belajar (kelompok kontrol) setelah perlakuan kegiatan kelompok belajar pada kelompok eksperimen. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran sebagai berikut : 1. Disarankan pada konselor sekolah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan kelompok belajar di sekolah, karena kelompok belajar dapat mengarahkan siswa kepada suasana meaningful learning dan mengembangkan kompetensi mutu keterampilan belajar yang pada akhirnya bisa meningkatkan hasil belajar. 2. Kegiatan kelompok belajar akan terlaksana secara intensif, bila ter­ program secara terpadu dengan program pembelajaran lainnya. Untuk itu disarankan pada konselor sekolah dalam wadah Musyawarah Guru Pem­bimbing (MGP) agar memprogramkan kegiatan kelompok belajar dalam program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. 3. Kepada kepala sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan upaya peningkatan mutu keterampilan belajar siswa dengan mendukung program-program bimbingan dan konseling. 4. Kepada Jurusan Bimbingan dan Konseling, agar meningkatkan kete­ rampilan calon konselor sekolah dalam melaksanakan kegiatan ke­ lompok belajar. [ ] 22 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Endnotes Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 20 2 PB IPBI, Pedoman Umum Bimbingan Kegiatan Kelompok Belajar, (Padang:UNP Press, 1998), hal 1 3 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 1997), hal 57 4 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003) hal 216 5 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999) hal 12 6 Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 10 7 Meri Susanti, Pengaruh Bimbingan Kegiatan Kelompok Belajar Terhadap Hasil Bela­ jar, Tesis tidak diterbitkan, (Padang: Program Pascasarjana UNP, 2006) hal 54 8 PB IPBI, Pedoman Umum Bimbingan Kegiatan Kelompok Belajar, (Padang: UNP Press, 1998), hal 4 9 Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 1 10 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), hal 154 11 WS. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1997) hal 140 12 PB IPBI, Pedoman Umum Bimbingan Kegiatan Kelompok Belajar, (Padang: UNP Press, 1998), hal 5 13 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hal 111 14 Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 1 15 PB IPBI, Pedoman Umum Bimbingan Kegiatan Kelompok Belajar, (Padang:UNP Press, 1998), hal 9 16 Wrenn, C. Gilbert, Perspective on The Group Process, (Boston: Houghton Mifflin Com­pany, 1964) hal 25 17 Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 19 18 PB IPBI, Pedoman Umum Bimbingan Kegiatan Kelompok Belajar, (Padang: UNP Press, 1998), hal 11 19 Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang: UM Press, 2000) hal 200 20 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) hal 121 21 Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 12 1 23 Fadhilla Yusri, Pengaruh Kegiatan Kelompok Belajar ... Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 13 23 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 1997), hal 55 24 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hal 128 25 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) hal 86 26 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hal 127 27 Ornstein, Allan C. and Levine, Daniel U, An Introduction to The Foundations of Edcation, (Boston: Houghton Mifflin Company, 1985) hal 468 28 Knapper, Christopher K. and Cropley, Arthur J, (Lifelong Learning in Higher Education, (London: Kogan Page, 2000) hal 134 29 Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 15 30 Knapper, Christopher K. and Cropley, Arthur J, (Lifelong Learning in Higher Education, (London: Kogan Page, 2000) hal 135 31 Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 1 32 Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 2 33 Knapper, Christopher K. and Cropley, Arthur J, (Lifelong Learning in Higher Education, (London: Kogan Page, 2000) hal 135 34 Palmer, Stephen and Mahon, Gladeana Mc, Handbook of Counseling, (London: New Fetter Lane, 1997) hal 180 35 Prayitno, Seri Pemandu Pelaksanaan BK di Sekolah, (Jakarta:Bina Sumber Daya MIPA, 1997) hal 65-66 36 PB IPBI, Pedoman Umum Bimbingan Kegiatan Kelompok Belajar, (Padang:UNP Press, 1998), hal 6 37 Satgasus 3SCPD, Seri Pemandu Keterampilan Belajar, (Padang: UNP Press, 2002), hal 6 22 Daftar PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Ja­ kar­ta: Rineka Cipta. Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dalyono, M.. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 24 Islam dan Realitas Sosial, Vol. 5, No. 2, Juli-Desember 2012 Knapper, Christopher K. and Cropley, Arthur J. 2000. Lifelong Learning in High­er Education. London: Kogan Page. Munandir. 2001. Ensiklopedia Pendidikan. Malang: UM Press. Ornstein, Allan C. and Levine, Daniel U. 1985. An Introduction to The Foundations of Edcation. Boston: Houghton Mifflin Company. Palmer, Stephen and Mahon, Gladeana Mc. 1997. Handbook of Counseling. London: New Fetter Lane. Pengurus Besar IPBI. 1998. Pedoman Umum Bimbingan Kegiatan Kelompok Belajar (KKB). Padang: UNP. Prayitno, Mudjiran, Afrizal Sano dan Daharnis. 2008. Alat Ungkap Masalah AUM-PTSDL, Pedoman. Padang: UNP Press. Prayitno.1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SPPBKS) Buku I-IV. Jakarta: Bina sumber Daya MIPA. ______. 1999. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. ______. 2002. Profesi dan Organisasi Profesi Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdiknas. ______. 2004. Dasar Standarisasi Profesi Konseling. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. ______. 2008. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Padang: UNP Press. ______. 2009. Arah Kinerja Profesional Konselor Sekolah. Padang: PPK Jurusan BK FIP UNP. Satgasus 3SCPD. 2002. Seri Pemandu Keterampilan Belajar. Padang: Tim Pengembang 3SCPD Proyek PGSM Depdikbud. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Ri­ ne­ka Cipta. Syaiful Sagala. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Susanti, Meri. 2006. “Pengaruh Bimbingan Kegiatan Kelompok Belajar ter­ hadap Hasil Belajar (Studi Eksperimen di SMKN 1 Padang”). Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Pascasarjana UNP. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pen­didikan Nasional. Usman, Husaini dan Setiady A., Purnomo 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Wrenn, C. Gilbert. 1964. Perspective on The Group Process. Boston: Houghton Mifflin Company. Winkel, W.S.. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gra­sindo. 25