a. pengertian

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MININGITIS
Ditulis pada Kamis, 24 Maret 2016 04:50 WIB oleh fatima dalam katergori KMB tag
Meningitis
http://fales.co/blog/asuhan-keperawatan-pada-pasien-miningitis.html
I. LANDASAN TEORI .
A. PENGERTIAN
Miningitis adalah
suatu reaksi keradangan yang
mengenai satu atau semua
lapisan selaput yang
menghubungkan jaringan
otak dan sumsum tulang
belakang, yang menimbulkan
eksudasi berupa pus atau
serosa, disebabkan oleh
bakteri spesifik / non spesifik
atau virus.
B. ANATOMI & FISIOLOGI SELAPUT OTAK.
Selaput otak terdiri dari 3 lapisan dari luar kedalam yaitu Durameter, Aranoid, Piameter.
Durameter terdiri dari lapisan yang berfungsi kecuali didalam tulang tengkorak, dimana
lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat sinus venosus. Falx serebri adalah lapisan
vertikal durameter yang memisahkan kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium
serebri adalah ruang horizontal dari Durameter yang memisahkan lobus oksipitalis dari
serebelum.
Araknoid merupakan membran lembut yang bersatu ditempatnya dengan parameter,
diantaranya terdapat ruang subarnoid dimana terdapat arteri dan vena serebral dan dipenuhi oleh
cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang subaranoid disebelah
belakang otak belakang, memenuhi celah diantara serebelum dan medulla oblongata.
Piamater merupakan membran halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang
mensuplai darah keotak dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan yang langsung
melekat dengan permukaan otak dan seluruh medula spinalis.
Miningitis dapat disebabkan oleh berbagai organisme yang bervariasi, tetapi ada tiga tipe
utama yakni:
1.
Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama meningokokus,
pneumokokus, dan basil influenza.
2.
Tuberkulosis, yang disebabkan oleh basil tuberkel (Mycobacterium tuberculose).
3.
Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.
C. ETIOLOGI & EPIDEMIOLOGI.
Miningitis bakteri dapat disebabkan oleh setiap agen bakteri yang bervariasi.
Haemophilus Influenza (Tipe β), Streptococcus pneumoniae, dan Naisseria Miningitis
(meningokokus) bertanggung jawab terhadap meningitis pada 95 % anak-anak yang lebih tua dari
usia 2 bulan. Haemophilus influenzae merupakan organisme yang dominan pada usia anak-anak
3 bulan sampai dengan 3 tahun, tetapi jarang pada bayi dibawah 3 bulan, yang terlindungi oleh
substansi bakteri yang didapat secara pasif dan pada anak-anak diatas 5 tahun yang mulai
mendapat perlindungan ini.
Organisme lain adalah Streptococus β hemolyticus, Staphylococcus aureus, dan
Escherichia coli. Penyebab utama meningitis neonatus adalah organisme Streptococcus β
hemolyticus dan Escherichia coli. Infeksi Escherichia coli jarang terjadi pada anak-anak usia
setelah bayi (lebih dari 1 tahun). Meningitis meningokokus (serebrospinal epidemik) terjadi pada bentuk
epidemik dan merupakan satu-satunya tipe yang ditularkan melalui infeksi droplet dari sekresi nasofaring.
Meskipun kondisi ini dapat berkembang pada setiap usia, risiko infeksi meningokokus meningkat dengan
seringnya kontak dan oleh karena itu infeksi terutama terjadi pada anak-anak usia sekolah dan adolesens.
Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan perempuan terutama pada periode
neonatal. Angka kesakitan tertinggi seteleh timbulnya meningitis mengenai anak-anak pada usia
antara kelahiran sampai dengan empat tahun (dibawah lima tahun). Faktor maternal seperti
ketuban pecah dini dan infeksi ibu hamil selama trimester akhir merupakan penyebab utama
meningitis neonatal.
Terjadinya defisiensi pada mekanisme imun dan berkurangnya aktivitas leukosit dapat
mempengaruhi insiden pada bayi baru lahir, anak-anak dengan defisiensi imunoglobulin, dan
anak-anak yang menerima obat-obatan imunosupresif. Meningitis yang muncul sebagai perluasan
dari infeksi-infeksi bakteri yang bervariasi kemungkinan disebabkan kurangnya resistensi
terhadap berbagai organisme penyebab. Adanya kelainan SSP, prosedur / trauma bedah saraf,
infeksi-infeksi primer dilain organ merupakan faktor-faktor yang dihubungkan dengan mudahnya
terkena penyakit ini.
D. PATOFISIOLOGI
Rute infeksi yang paling sering adalah penyebaran vaskuler dari fokus-fokus infeksi
ketempat lain. Contohnya organisme nasofaring menyerang pembuluh-pembuluh darah yang
terdapat didaerah tersebut dan memasuki aliran darah keserebral atau membentuk tromboemboli
yang melepaskan emboli sepsis kedalam aliran darah. Invasi oleh perluasan langsung dari
infeksi-infeksi disinus paranasal dan disinus mastoid jarang terjadi. Organisme-organisme dapat
masuk melalui implantasi langsung setelah luka yang tertembus, fraktur tulang tengkorak yang
memberikan sebuah lubang kedalam kulit atau sinus, lumbal fungsi, prosedur pembedahan dan
kelainan-kelainan anatomis seperti shunt ventrikuler. Organisme-organisme yang terimplantasi
menyebar kedalam cairan serebrospinal oleh penyebaran infeksi sepanjang rongga subarnoid.
Proses infeksi yang terlihat adalah inflamasi, eksudasi akumulasi leukosit dan tingkat
kerusakan jaringan yang bervariasi. Otak menjadi hiperemis, edema, dan seluruh permukaan
otak tertutup oleh lapisan eksudat purulen dengan bervariasi organisme.
1.
MANIFESTASI KLINIK.
Neonatus :
●
Gejala tidak khas
●
Panas ±
●
Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran menurun.
●
Ubun-ubun besar kadang-kadang cembung.
●
Pernafasan tidak teratur.
Anak umur 2 bulan - > 2 tahun :
Anak umur > 2 tahun :
●
●
●
●
●
●
●
Panas , menggigil, muntah, nyeri kepala.
Gambaran klasik (-)
Kejang
Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang.
Gangguan kesadaran.
Kadang-kadang “ high pitched cry “.
Tanda-tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kering.
Gejala yang sering terlihat :
Tanda kernig yang positif adalah bila paha ditekuk 90° keventral, tungkai dapat diluruskan
pada sendi lutut.
●
1.
Keluhan penderita mula-mula nyeri kepala yang menjalar ketengkuk dan punggung
PERUMUSAN DIAGNOSTIK.
●
Kesadaran menurun
Diagnostik miningitis akut bakteri tidak dapat dibuat berdasarkan gejala klinis. Diagnosis
pasti
hanya
dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan cairan serebrospinal melalui lumbal
●
pungsi. Tekanan cairan diukur dan cairannya diambil untuk kultur, pewarnaan gram, hitung jenis,
Kaku kuduk, disebabkan mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk ;
serta menentukan kadar glukosa dan protein. Penemuan ini umumnya diagnostik Kultur dan
pewarnaan gram dibutuhkan untuk menentukan kuman penyebab. Tekanan cairan serebrospinal
●
biasanya meningkat, tetapi interpretasinya seringkali sulit bila anak sedang menangis.
Terdapat tanda kernig dan Brundzinski yang positif.
Umumnya dijumpai leukositosis dengan predominan leukosit PMN, tapi bisa sangat
bervariasi. Warna cairan biasanya opalesen sampai keruh, reaksi nonne dan pandy akan positif.
Kadar khlorida akan menurun tapi ini tidak selalu terjadi. Kadar glukosa berkurang, umunya
sesuai perbandingan lamanya dan beratnya infeksi. Hubungan antara glukosa dalam cairan
serebrospinal dengan glukosa darah sangat penting dalam mengevaluasi kadar glukosa dalam
cairan serebrospinal, oleh karena itu sampel glukosa darah diambil kira-kira 30 menit sebelum
lumbal fungsi. Konsentrasi protein biasanya meningkat.
Kultur darah dianjurkan pada anak-anak yang dicurigai menderita meningitis. Dijumpai
leukositosis, pergeseran ke kiri, dan anemia megaloblastik.
G. PERAWATAN.
- Pada waktu kejang.
* Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka
* Hisap lendir.
* Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
* Hindarkan penderita dari rudapaksa (mis jatuh )
- Bila penderita tidak sadar lama.
* Beri makanan melalui sonda
* Cegah dekubitus dan pneumonia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering
mungkin.
* Cegah kekeringan kornea dengan boorwater / salep antibiotika
- Pada inkontinensia alvi lakukan lavement
- Pemantauan ketat.
* Tekanan Darah
* Pernafasan
* nadi
* Produksi air kemih
- Penanganan penyulit.
- Fisiotherapi dan rehabilitasi.
H. PENATALAKSANAAN
Farmakologis :
= Obat anti infeksi
* Miningitis tuberkuosa :
- Isoniazid 10 –20 mg/kg/24 jam oral, 2 x sehari maksimal 500 mg, selama 1½ tahun.
- Rifampisin 10 –15 mg/kg/24 jam oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
- Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam (IM) 1-2 x sehari, selama 3 bulan.
* Miningitis bakterial, umur < - 2 bulan:
- Sefalosporin Generasi ke 3
- Ampisilina 150 – 200 mg (400mg)/kg/24 jam IV, 4-6 x sehari, dan
- Kloramfenikol 50 mg/kg BB/24 jam IV 4 x / hari.
* Miningitis bakterial umur > bulan:
- Ampisilina 150 – 200 mg (400mg)/ kg/24 jam IV, 4-6 sehari .
- Kloramfenikol 100 mg/kg/24 jam IV, 4 x sehari atau
- Sefalosporin Generasi ke 3.
= Pengobatan Simtomatis.
* Diazepam IV; 0,2 – 0,5 mg / kg/dosis, atau rektal : 0,4 – 0,6 mg/kg/ dosis.
Kemudian dilanjutkan dengan:
- Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 x sehari atau
- Fenobarbital 5 – 7 mg /kg/24 jam, 3 kali sehari.
* Turunkan panas:
- Antipiretik: parasetamol/salisilat 10 mg/kg/dosis.
- Kompres air PAM / es
= Pengobatan Suportif
* Cairan intravena
* Zat asam.
I. PROGNOSA
Usia anak, kecepatan diagnosa setelah timbulnya gejala dan terapi yang adekwat penting
dalam prognosa meningitis bakteri. Mortalitas miningitis neonatus kira-kira 50 % meskipun gejala
yang timbul terlambat, sedangkan meningitis streptokokus β hemolitikus menimbulkan 15 – 20
% kasus fatal. Bila penyebabnya hemofilus influensya dan miningitis meningokokus, angka
mortalitas 5 – 10 % sedangkan meningitis pneumokokus pada bayi dan anak-anak kira-kira 20
%.
Gejala sisa miningitis bacteri paling sering terjadi pada anak-anak usia 2 tahun pertama
dan sangat sedikit pada anak-anak dengan miningitis meningokokus. Gejala sisa pada bayi
terutama disebabkan oleh hidrosefalus komunikasi dan efek-efek yang lebih besar berupa
cerebritis pada otak yang belum matang. Pada anak-anak yang lebih besar gajala sisa
dihubungkan dengan proses peradangan itu sendiri atau akibat dari vaskulitis (radang pembuluh
darah) yang menyertai penyakit ini. Evaluasi saraf N VIII penting atau sekurang-kurangnya follow
up 6 bulan untuk mengkaji kemungkinan hilangnya pendengaran.
Asuhan Keperawatan Miningitis
Pengkajian Keperawatan :
Pengkajian keperawatan meningitis tergantung pada tingkat yang luas pada usia anak-anak.
Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh beberapa tingkat tipe organisme dan efektivitas tetapi terhadap
penyakit yang mendahuluinya. Berikut ini pengkajian keperawatan berdasarkan golongan usia tumbuh
kembang anak.
●
Riwayat Kesehatan Masa Lalu.
Mencakup beberapa pertanyaan sebagai berikut :
- Apakah pernah menderita inpeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
- Apakah pernah mengalami prosedur neurosurgital
- Apakah pernah menderita trauma yang mencederai kepala
- Adakah kelainan bawaan (spina bifida)
- Bagaimana riwayat kesehatan ibu selama hamil
- Bagaimana riwayat kesehatan keluarga
- Bagaimana riwayat imunisasi, dll.
Neonatus
Meningitis pada bayi baru lahir dan bayi prematur benar-benar sulit untuk didiagnosa.
Manifestasinya samar-samar dan tidak spesifik. Bayi-bayi ini biasanya tampak sehat ketika lahir, tetapi
dalam beberapa hari kemudian tampak mulai melemah. Mereka tidak mau makan, kemampuan mengisap
buruk, bisa muntah atau diare. Tonus otot melemah (hipotonus), kurang gerak, tangisan melemah.
Tanda-tanda lain yang nonspesifik yang dapat muncul meliputi hipotermia atau demam (bergantung pada
kematangan bayi), ikterik, mudah terangsang, mengantuk, kejang, napas tidak teratur, apnea, sianosis,
dan berat badan menurun. Ubun-ubun menonjol, tegang dapat muncul atau tidak sampai akhir perjalanan
penyakit. Bila tidak diobati kondisi anak cenderung menurun hingga kolaps sistem kardiovaskuler, kejang,
dan apnea.
Bayi dan Balita
Gambaran klasik meningitis jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan – 2 tahun. Penyakit ini
ditandai secara khas dengan demam, tidak nafsu makan muntah, peka terhadap rangsangan, serangan
kejang berulang, yang disertai tangisan merintih. Ubun-ubun besar yang menonjol merupakan penemuan
yang paling bermakna dan kaku kuduk dapat muncul/tidak. Tanda-tanda Brudzinski dan Kernig biasanya
tidak membantu diagnostik karena sulit untuk menemukannya dan mengevaluasinya pada anak-anak usia
ini.
Anak dan Adolesens
Timbulnya penyakit mungkin tiba-tiba, demam, sakit kepala, muntah yang disertai /dengan cepat
diikuti oleh perubahan sensoris. Sering kali gejala awal nya berupa kejang yang berulang karena
penyakitnya memburuk. Anak jadi mudah terangsang, gelisah, dan dapat berkembang menjadi fotofobia,
delirium, halusinasi, kelakuan yang agresif/maniak, mengantuk, stupor, bahkan koma. Kadang-kadang
datangnya gejala perlahan-lahan, sering kali didahului oleh gejala-gejala gastrointestinal selama beberapa
hari.Kadang-kadang infeksi sebelumnya yang telah diobati menutupi atau memperlambat tanda-tanda
meningitis.Anak menolak fleksi dari leher dan karena penyakit bertambah buruk, leher menjadi kaku
kuduk sampai kepalanya tertarik kebelakang / hiperekstensi (opitotonus). Tanda Kernig positif, Brudzinski
positif. Respons-respons refleks bervariasi, meskipun mereka memperlihatkan hiperaktivitas. Kulit
mungkin dingin dan sianotik dengan perfusi perifer yang buruk.
PENGKAJIAN MININGITIS
1. Riwayat: Mengalami infeksi saluran pernapasan atau infeksi telinga,
kontak dengan pasien rinitis. Pneumonia dan otitis media seringkali
mendahului pneumokokus dan hemofilus miningitis.
2. Gejala subjektif: Sakit kepala yang hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit
punggung, dingin, ekspresi rasa takut. Tidak enak badan dan mudah
terangsang.
3. Suhu tubuh: 38– 41° C, dimulai pada fase sistemik, kemerahan,
panas, kulit kering,berkeringat.
4. Tanda Vital: Nadi lambat sehingga intra kranial meningkat dan
Tekanan Darah meningkat.
5. Tingkat kesadaran: Mula-mula sadar kemudian delirium dan akhirnya
Koma.
6. Persarafan: Perubahan refleks. Tidak adanya refleks dinding
abdomen, tidak adanya refleks kremasterik pada laki-laki, gangguan
refleks tendon. Kaku kuduk. Tanda Brudzinski positif, tanda Kernig
positif. Ubun-ubun besar menonjol (bayi).
7. Cairan & Elektrolit: Turgor kulit jelek, berkurangnya output urin.
8. Muskuloskeletal Meningokoksemia kronik : bengkak dan nyeri pada
sendi-sendi besar (khususnya lutut dan pergelangan kaki).
9. Kulit: Meningokoksemia:Ptekia dan lesipurpura yang didahului oleh
ruam. Pada penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstremitas.
Diagnosa yang muncul :
1.
Infeksi sehubungan dengan adanya kuman patogen pada cairan serebrospinal dan sekret saluran
pernapasan.
2.
Perubahan perfusi jaringan otak sehubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan selaput
otak.
3.
Ketidak efektipan pola pernapasan sehubungan dengan perubahan tingkat kesadaran.
4.
Gangguan perfusi jaringan perifer sehubungan dengan infeksi meningokokus.
5.
Ketidak efektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan perubahan tingkat kesadaran.
6.
Nyeri sehubungan dengan peradangan pada selaput otak dan jaringan otak.
7.
Hipertemia sehubungan dengan infeksi.
8.
Potensial defisit cairan sehubungan dengan muntah dan demam.
9.
Potensial berlebihannya volume cairan sehubungan dengan sekresi ADH berlebihan.
10.
Takut sehubungan dengan parahnya kondisi.
11.
Kurangnya perawatan diri sendiri sehubungan dengan perubahan susunan saraf pusat.
Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan yang dibahas :
1. Infeksi sehubungan dengan adanya kuman patogen pada cairan serebrospinal dan sekret
saluran pernapasan.
Data penunjang :
●
Laboratorium positif adanya kuman penyebab
●
Adanya eksudat saluran napas atas
●
Riwayat infeksi saluran napas atau terpapar baru-baru ini dengan pasien rinitis atau meningitis
●
Riwayat infeksi virus sistemik
●
Riwayat memakai obat-obatan imunosupresif
Tujuan :
dini dan efektif
●
Intervensi
:
Pasien bebas dari infeksi
●
Komplikasi-komplikasi meningitis bakterial dapat dicegah dengan terapi.
●
Gunakan isolasi pernapasan selama 24 jam setelah permulaan terapi antibiotoka untuk meningitis
bakterial
●
●
●
Rasionalisasi :
●
Setiap jam
Mencegah
Sebagai
diagnosa
penularan
itu penting
laboratorium
selama dan
kuman
waktu
untuk
mengurangi
penularan
kuman penyebab
resiko
yang tinggi
infeksi
dan dari
mencegah
orang-orang
penularan
yang kontak dengan pasien
●
Terapi dini antibiotika penting untuk mencegah komplikasi-komplikasi meningitis bakterial
Evaluasi :
1.
Pasien terbebas dari infeksi dan komplikasi meningitis
< 30 sel/mm, glukosa dan protein normal, tekanan normal, dan kultur
●
negatif.
Laboratorium CSS :
1.
Infeksi tidak menular keorang-orang yang pernah kontak dengan pasien
●
●
Refleks
pupil normal,
kuduk
negatif,
refleks
abdominal
Perawat/
tenagakaku
medis
rumah
sakit dan
kontak
pasiennegatif
bebas dari infeksi
●
Kesadaran penuh, orentasi baik, dan memori baik.
2. Perubahan perfusi jaringan otak sehubungan dengan peradangan dan edema pada otak dan
otak meninges.
Data penunjang :
Tujuan :
●
Intervensi :
Malaise, pusing, nausea, muntah, iritabilitas, kejang, kesadaran menurun bingung, delirium, koma.
●
●
Pasien dapat memperlihatkan perfusi jaringan memadai.
Perubahan refleks-refleks, tanda-tanda neurologik, fokal pada meningitis, tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial ( bradikardi, tekanan darah meningkat ), nyeri kepala hebat.
●
Monitor pasien dengan ketat terutama setelah pungsi lumbal. Anjurkan pasien berbaring minimal 4 6 jam setelah pungsi lumbal.
●
Monitor tanda-tanda peningkatan tekanan inrtakranial selama perjalanan penyakit (nadi lambat, tensi
meningkat, kesadaran menurun, napas aritmik, refleks pupil menurun, kelemahan).
●
Monitor tanda-tanda vital dan neurologik tiap 5 - 30 menit. Mengenai tekanan intrakranial catat
laporkan segera perubahan-perubahannya kedokter.
●
Hindari posisi tungkai ditekuk atau gerakan-gerakan pasien, anjurkan untuk bedrest.
●
Tinggikan sedikit kepala pasien dengan hati-hati cegah gerakan yang tiba-tiba dan tidak perlu dari
kepala dan leher hindari fleksi leher.
●
Bantu seluruh aktivitas dan gerakan-gerakan pasien. Beri petunjuk untuk BAB (jangan enema).
Anjurkan pasien untuk menghembuskan napas dalam bila miring dan bergerak ditempat tidur. Cegah
posisi fleksi pada dan lutut.
●
Waktu prosedur-prosedur perawatan disesuaikan / diatur tepat waktu dengan preode relaksasi /
sedasi ; hindari rangsangan lingkungan yang tidak perlu.
●
Beri penjelasan kepada pasien yang bingung ; artikan / jelaskan lingkungan kepasien dan
reorientasikan pasien yang bingung.
●
Evaluasi selama masa penyembuhan terhadap gangguan motorik, sensorik dan intelektual.
●
Beri zat hipertonik / steroid sesuai dengan instruksi.
Rasionalisasi
●
Untuk mencegah nyeri kepala yang menyertai perubahan tekanan intrakranial
●
Untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang harus dilaporkan kedokter untuk intervensi dini.
●
Perubahan-perubahan ini menandakan ada perubahan tekanan intrakranial dan penting untuk
intervensi dini.
●
Untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial.
●
Untuk mengurangi tekanan intrakranial.
●
Untuk mencegah keregangan otot yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial.
●
Untuk mencegah eksitasi yang merangsang otak yang sudah iritasi dan dapat menimbulkan kejang.
●
Untuk mengurangi disorientasi dan untuk klarifikasi persepsi sensoris yang terganggu.
●
Untuk merujuk ke rehabilitasi.
●
Untuk menurunkan tekanan intrakranial.
Evaluasi :
Perfusi jaringan dan oksigenasi baik
●
Tanda-tanda vital dalam batas normal
●
Syok dapat dihindari.
●
Purpura negatif, ptekia negatif.
●
Pasien sadar, disorentasi negatif, konsentrasi baik.
●
Afek sesuai dengan rangsangan lingkungan.
Download