14 0,17% MARKET Pertanian 1.827,30 2,20% 26/10/2016 Pertambangan 1.298,59 26/10/2016 1,33% Industri Dasar 541,18 26/10/2016 0,15% Aneka Industri 1.361,59 0,05% 26/10/2016 Ind. Konsumsi 2.480,41 0,65% 26/10/2016 Properti 562,72 Kamis, 27 Oktober 2016 0,37% 26/10/2016 Infrastruktur 1.096,93 0,17% 26/10/2016 PENDANAAN MODAL KERJA Keuangan 799,67 26/10/2016 0,16% Perdagangan 864,65 0,24% 26/10/2016 Manufaktur 1.425,33 26/10/2016 OBLIGASI KORPORASI IMPC Bakal Tawarkan Rp500 Miliar Direktur PT Bisnis/Nurul Hidayat Perusahaan Pengelola Aset Finance (PPAF) Priadi Ekatama Sahari (tengah) berbincang dengan Direktur Utama PT Syailendra Capital Fajar Rachman H. (kiri) dan Deputi Kepala Divisi Treasury PT Bank Bukopin Tbk Agustiar seusai menandatangani nota kerja sama di Jakarta, Rabu (26/10). PT PPAF dalam Kerja sama tersebut membutuhkan dukungan pendanaan modal kerja dan ekspansi pembiayaan di mana salah satunya adalah melalui penerbitan medium term notes PPAF II berjumlah pokok sebanyakbanyaknya Rp300 miliar dengan PT Syailendra Capital dan PT Bank Bukopin Tbk.. LONJAKAN HARGA Saham Bakrie (Benar) Siuman? Bangkit dari kubur. Pernyataan itu layak disematkan kepada tiga saham pertambangan milik Grup Bakrie: PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS), dan PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG). Sukirno [email protected] S etelah tiarap di level 'gocap', tiga dari sembilan saham emiten afiliasi perusahaan milik mantan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie itu mulai menggeliat. Saham emiten Grup Bakrie itu ramai diperbincangkan di forum-forum investor. "BUMI dibuka suspensinya, jika melejit naik, maka DEWA dan ENRG bakal bangkit," kata salah satu investor dalam pembicaraan di grup pelaku pasar. Tampaknya, Grup Bakrie menjadi trending topic para pelaku pasar dalam beberapa hari terakhir. Gambar-gambar meme lonjakan harga saham Bakrie bertebaran. Kebanyakan analis dan pelaku pasar tak habis pikir dengan lonjakan saham Grup Bakrie. Apakah ini hanya sentimen sesaat karena ada restrukturisasi utang atau ‘gorengan’ semata? Kenaikan harga saham Grup Bakrie hingga ratusan persen. Miliaran lembar saham ditransaksikan. Duit miliaran rupiah bergulir untuk jual beli sahamsaham Grup Bakrie. Tengok saja saham sejuta umat, BUMI yang menjadi buah bibir akhir-akhir ini. Saham BUMI telah meroket 304% sejak 9 Juni 2016 dari harga terendahnya, Rp50 per lembar. Setelah disuspensi, saham BUMI kemarin langsung menjadi top gainers. BUMI kembali ditutup melesat 34,67% sebesar 52 poin ke level Rp202 per lembar dengan transaksi 3,7 miliar lembar. Tak mudah untuk menanyakan alasan kenaikan saham Grup Bakrie ini kepada para analis pasar. Kebanyakan mereka memilih bungkam dengan berbagai alasan. Senior Market & Technical Analyst PT Daewoo Securities Indonesia Heldy Arifien memiliki rasionalisasi soal lonjakan harga saham BUMI. Penukaran utang terhadap saham alias debt to equity swap BUMI menjadi motor. Secara matematis, Bakrie tidak mungkin menjual saham BUMI di harga murah. Konversi utang BUMI menjadi kepemilikan saham diekspektasikan membuat harga saham BUMI terus melompat. Memang, hari ini, Kamis (27/10), adalah batas waktu yang diberikan oleh Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). BUMI harus merestrukturisasi utang jangka pendek dengan total US$4,19 miliar, setara Rp54,47 triliun. “Kami menunggu hasil proses PKPU yang masih berlanjut,” kata Direktur & Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava, awal bulan ini. Hitungan Heldy, penukaran saham BUMI dapat mencapai Rp28 triliun dengan proyeksi harga Rp400 per lembar hingga Rp500 per lembar saham. Secara teknikal, kemungkinan harga saham BUMI akan dikerek ke level Rp280 per lembar hingga Rp290 per lembar. JEBAKAN Heldy menilai lonjakan saham BUMI ratusan persen bukanlah sebuah ‘jebakan betmen’. BUMI tidak mungkin dipailitkan. BUMI masih memiliki PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia dengan cadangan batu bara yang berlimpah. “Seharusnya BUMI masih ada peluang penguatan lagi,” ucap Heldy saat berbincang dengan Bisnis, Rabu (26/10). Mengekor BUMI, sang anak usaha Bumi Resources Minerals juga melesat. Saham BRMS naik sejak 19 Oktober 2016 hingga 84% dari level ‘gocap’. Kemarin, saham BRMS meletup 27,78% ke level Rp92 per lembar. Tak tanggung-tanggung, total transaksi saham BRMS kemarin mencapai 6 miliar lembar. Cerita soal BRMS, kata Heldy, berawal dari penjualan saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) kepada PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC). PT Multi Daerah Bersaing sebagai anak BRMS melego saham NNT kepada PT Amman Mineral International milik MEDC senilai US$425 juta, setara Rp5,5 triliun. Penjualan saham Newmont itu segera dibukukan di dalam laporan keuangan BRMS. Hasil lego saham Newmont, BRMS dapat menutup utang-utangnya, dan masih memiliki sisa dana tunai. Sisa duit buat ekspansi. Manajemen BRMS baru merilis kinerja keuangan semester I/2016. BRMS harus menelan pil pahit akibat rugi yang diderita setelah paruh pertama tahun lalu meraup laba. BRMS membukukan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk senilai US$150,25 juta pada paruh pertama tahun ini. Padahal, tahun lalu BRMS mengantongi laba bersih US$3,66 juta. Pendapatan BRMS ambrol 62,8% menjadi US$2,17 juta dari US$5,84 juta. Total utang jangka pendek yang jatuh tempo dalam setahun milik BRMS mencapai US$722,3 juta setara Rp9,38 triliun. “Pergerakan saham BUMI dan BRMS ada ceritanya. Kalau ENRG agak sulit memperkirakan,” tutur Heldy. Saham ENRG memang telah terlalu lama tidur. Bahkan telah lebih dari setahun terakhir, saham ENRG tiarap di level ‘gocap’. Kemarin, saham ENRG mulai bangkit dan siuman. ENRG ditutup naik 4% sebesar 2 poin ke level Rp52 per lembar. Transaksi saham ini mencapai 4,1 miliar lembar. Heldy menilai pergerakan saham ENRG tidak stabil dan perlu diwaspadai. Sisi fundamental ENRG yang bergerak di sektor minyak dan gas terbilang kusam. Kinerja ENRG dalam tiga tahun terakhir masih negatif. “Agak sulit memerkirakan, mungkin ekspektasi market, ENRG mengikuti BUMI dan BRMS.” Dia justru menilai harga saham PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk. (UNSP) yang seharusnya bergerak. UNSP memiliki cerita soal penggabungan saham atau reverse stock 1:10. Dengan rasio 10:1, maka investor yang menggenggam 10 saham UNSP dengan nominal Rp100 per lembar saham akan mengalami penggabungan saham menjadi 1 saham dengan nominal Rp1.000 per lembar saham. PT Danatama Makmur bakal berperan sebagai pembeli siaga odd lot dalam aksi reverse stock UNSP ini. Sementara itu, enam saham lain dari entitas Grup Bakrie masih tiarap di level ‘gocap’. Dua saham bahkan masih disuspensi, yakni PT Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk. (BORN) dan PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL). Empat saham lainnya, PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) sebagai induk usaha, PT Dharma Henwa Tbk. (DEWA), PT Bakrieland Development Tbk. (ELTY), dan PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk. (UNSP), masih terkubur di saham receh. Jadi apakah kenaikan tiga saham grup Bakrie itu akan berkelanjutan atau hanya sentimen sesaat? JAKARTA — PT Impack Pratama Industri Tbk. segera menawarkan surat utang senilai Rp500 miliar. Sumber Bisnis mengatakan perusahaan manufaktur plastik itu diperkirakan mendapat praefektif dari Otoritas Jasa Keuangan pada akhir Oktober 2016. Surat utang yang akan ditawarkan berbentuk senior bond dengan tawaran tenor tiga tahun dan lima tahun. “Rencananya, hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk modal kerja dan refinancing pinjaman,” katanya, Rabu (26/10). Per 30 Juni 2016, Impack Pratama Industri memiliki total liabilitas Rp659,43 miliar, meningkat sekitar 14% dari per 31 Desember 2015. Hingga akhir Juni tahun ini emiten bersandi saham IMPC itu memiliki total liabilitas jangka pendek sebesar 56% dari total liabilitas. Dari sisi kinerja fundamental, penjualan neto perseroan pada enam bulan pertama tahun ini mencapai Rp563,14 miliar, turun 12% dari periode sama tahun lalu. Adapun, laba bersih pada semester I/2016 merosot 10% menjadi Rp58,59 miliar dari semester I tahun lalu. Sementara itu, sumber lain menyatakan satu bank pembangunan daerah akan menerbitkan surat utang senilai Rp1 triliun pada November atau Desember tahun ini. Penerbitan obligasi korporasi memang tengah marak jelang tutup tahun ini. Salah satunya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang baru menggelar penawaran awal atas obligasi senilai Rp7 triliun sejak 26 Oktober 2016 hingga 9 November 2015. Obligasi tahap tersebut merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi maksimal Rp20 triliun. PT Profesional Telekomunikasi Indonesia, anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk., juga sedang melangsungkan penawaran awal atas surat utang senilai Rp1,5 triliun, bagian dari PUB obligasi senilai maksimal Rp6,5 triliun. UNDERWRITER Pada perkembangan lain, korporasi konstruksi milik negara, PT Hutama Karya (Persero) menunjuk tiga sekuritas yakni PT Danareksa Securities, PT Bahana Securities, dan PT RHB Securities Indonesia sebagai pelaksana penjamin emisi dalam penerbitan obligasi senilai Rp6,5 triliun. Dari tiga perusahaan itu, Danareksa ditunjuk sebagai lead underwriter untuk mengurus penerbitan obligasi yang akan dilakukan selambatnya pada Desember 2016. Obligasi itu direncanakan bertenor 10 tahun. Direktur Utama Hutama Karya I Gusti Ngurah Putra mengatakan penerbitan obligasi itu akan digunakan oleh perseroan sebagai ekuitas dalam pengembangan proyek skala besar yakni jalan tol Trans Sumatra. (Gloria N. Hardiyan) Dolorosa/Yodie INVESTASI REKSA DANA APRDI Galakkan IURAN JAKARTA — Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia menggalakkan investasi berkala dengan tenor lebih dari tiga tahun melalui peluncuran program Investasi Untuk Rencana Anda (IURAN) yang diikuti oleh 28 Manajer Investasi dan Agen Penjual. Ketua Umum APRDI Denny R. Thaher menuturkan program IURAN digulirkan untuk meningkatkan literasi dan utilitas investasi reksa dana di Indonesia. Pasalnya, saat ini jumlah investor yang menggenggam single identification number (SID) reksa dana tercatat baru 377.000 dengan total dana kelolaan sekitar Rp324 triliun. “Lewat program ini, manajer investasi dan agen penjual reksa dana yang memiliki program investasi berkala dapat berpartisipasi. Sampai hari ini, yang telah menyatakan minat partisipasi ada 28 perusahaan,” kata Denny, Rabu (26/10). Program IURAN, imbuhnya, diharapkan dapat menanamkan disiplin berinvestasi pada investor reksa dana sehingga dapat mencapai tujuan keuangan di tengah volatilitas pasar. Denny menambahkan secara tidak langsung, program ini juga memberikan edukasi kepada investor reksa dana untuk berinvestasi dalam tenor panjang dan tidak melakukan transaksi jual beli dalam jangka pendek. Anggota Kompartemen Sosial dan Edukasi APRDI Rudiyanto memaparkan program IURAN terdiri dari dua jenis, yakni IURAN Pendidikan Anak dan IURAN Pensiun. Tenor program investasi berkala ini mulai dari 3 tahun, 5 tahun, 7 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun. “Selama ini banyak MI dan Agen Penjual yang punya program autodebet atau installment investasi reksa dana. Melalui program ini kami buat standarisasinya.” Untuk mengikuti program IURAN, investor tinggal memilih satu produk reksa dana jenis apapun, baik konvensional maupun syariah. Setelah itu, investor menetapkan jenis program, tenor, dan nominal investasi yang akan ditarik secara otomatis setiap bulan dari rekening bank milik investor. Ni lainya mini mal Rp100.000 per bulan. Program ini dapat diputus sewaktu-waktu oleh investor sebelum tenor berakhir, tanpa dikenakan sanksi. Apabila saldo di rekening bank investor tidak mencukupi, autodebet tidak dilakukan dan tidak diduplikasi pada bulan berikutnya. “Kami ingin orientasi investor jangka panjang, hasilnya bisa jadi lebih bagus. Ke depan jenis programnya akan kami kembangkan selain IURAN Pendidikan Anak dan Pensiun,” imbuhnya. MI yang mengikuti program IURAN, antara lain Asanusa Asset Management, Bahana TCW Investment Management, BNI Asset Management, BNP Paribas Investment Partners, Ciptadana Asset Management, Danareksa Investment Management, Indo Premier Investment Management, Mandiri Manajemen Investasi, Manulife Aset Manajemen Indonesia, Maybank Asset Management, Panin Asset Management, dan Trimegah Asset Management. (Ana Noviani)