Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two

advertisement
Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
(TSTS ) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Geografi
Kelas XI IPS-1 MA Ma’arif Udanawu Blitar
Roisatul Lailiyah
Dr. Achmad Amirudin, M.Pd
Drs. Soetjipto, M.Pd
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh metode pembelajaran Geografi yang
dilakukan di MA Ma’arif Bakung masih menggunakan ceramah, tanya jawab, dan
diskusi kelompok kecil. Metode yang digunakan masih kurang melibatkan peserta
didik dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan peserta didik kurang aktif
dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi kelompok selama ini
belum pernah diterapkan diskusi yang membangun pengembangan pengetahuan
peserta didik yang menyebabkan pemahaman konsep peserta didik rendah yaitu
sebesar 32%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah model
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan pemahaman konsep
geografi kelas XI IPS 1 MA Ma’arif Bakung. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa : (1) adanya peningkatan pemahaman konsep peserta didik dari 32% menjadi
79% pada siklus I dan 95% pada siklus II, (2) rata-rata kelas juga meningkat dari
70,8 menjadi 81,3 pada siklus I dan 83,3 pada siklus II, (3) hasil penelitian
menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pemahaman konsep Geografi setelah
diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Berdasarkan hasil
penelitian disarankan hal-hal sebagai berikut; (1) bagi guru geografi agar
menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) sebagai salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik, (2) perlu
adanya pengelolaan kelas yang lebih baik serta pemberian handout terutama dalam
mengatasi peserta didik yang sering membuat ramai dan gaduh, sehingga
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar, (3) dalam
menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) diperlukan
pengelolaan waktu yang tepat terutama pada tiap tahapan, agar penerapan model ini
bisa berjalan lancar, (4) guru lebih memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dalam
sesi presentasi agar materi yang dipresentasikan benar-benar jelas dan seluruh kelas
paham, (5) bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis
dalam rangka memperbaiki kualitas model pembelajaran Two Stay Two Stray
(TSTS) dengan subjek penelitian yang berbeda yang nantinya mampu meningkatkan
pemahaman konsep peserta didik.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray, Pemahaman
Konsep Peserta Didik
Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting untuk membekali
peserta didik menghadapi masa depan. Pembelajaran geografi memegang peranan
penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas bagi
kehidupan di masa yang akan datang. Untuk membangun sumber daya manusia
yang berkualitas tidaklah mudah. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia adalah memperbaiki mutu
1
2
pendidikan yang semakin memprihatinkan melalui pembaharuan pendidikan yaitu
dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Sagala (2007:61)
"pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan".
Guru sedapat mungkin membelajarkan peserta didik serta menghadirkan dunia
nyata ke dalam kelas dengan harapan peserta didik dapat dengan mudah menerima
materi pelajaran sehingga pendidikan dapat berhasil.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada peserta didik kelas XI IPS-1
di MA Ma’arif Bakung Udanawu Blitar pada bulan Agustus 2013. Guru yang
bersangkutan dalam melakukan proses belajar mengajar menggunakan metode
ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok, , ini merupakan salah satu faktor
yang mengindikasikan sebagian besar peserta didik kurang aktif dalam mengikuti
proses belajar mengajar. Pada saat kegiatan pembelajaran metode yang digunakan
guru masih kurang melibatkan peserta didik, sehingga peserta didik pada saat
proses pembelajaran cenderung hanya menerima apa yang diberikan oleh guru,
dan jarang secara mandiri berupaya memperoleh pengetahuan sendiri. Sebagai
dampaknya interaksi antara peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik
dengan guru dalam menguasai kompetensi yang dipelajari belum optimal.
Dalam kegiatan kerja kelompok, selama ini belum pernah diterapkan kerja
kelompok yang menarik perhatian peserta didik dan memudahkan peserta didik
untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru, sehingga peserta didik tidak
bersemangat dalam belajar dan hal ini menyebabkan hasil belajarnya rendah.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan suatu hal yang penting
untuk menentukan kualitas pembelajaran. Solusi yang diberikan untuk mengatasi
masalah di atas adalah dengan menggunakan pembelajran model Two Stay Two
Stray (TSTS) yaitu salah satu model dalam pembelajaran kontekstual.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah model
pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan pemahaman
konsep geografi kelas XI IPS-1 MA Ma’arif Bakung.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu
penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki suatu keadaan di kelas dengan
3
melakukan tindakan-tindakan tertentu.Dalam hal ini, Penelitian Tindakan Kelas
bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran model Two Stay Two
Stray dalam meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada mata pelajaran
geografi. Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari empat tahapan, yaitu; (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Pada penelitian ini
mengambil subjek penelitian peserta didik kelas XI IPS-1 MA Ma’arif Bakung
Udanawu Blitar, semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Jumlah peserta didik
yang menjadi subjek penelitian sebanyak 38 peserta didik. Prosedur pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari teknik pengumpul data yang
berupa nilai pemahaman konsep peserta didik diperoleh dari soal tes yang
diberikan pada setiap akhir siklus dan data tentang kegiatan pembelajaran yang
diperoleh dari hasil observasi. Instrument penelitian yang digunakan dalam
mengumpulkan data yaitu lembar observasi, soal tes pemahaman dan catatan
lapangan.
Analisis Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu: mengolah
data mentah, menyajikan data, menarik kesimpulan dan refleksi. Dalam penelitian
ini data pemahaman konsep peserta didik diperoleh dari soal tes yang diberikan
sebelum dan setelah tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay
Two Stray (TSTS). Berdasarkan nilai rata-rata tes pemahaman yang diperoleh,
dapat diketahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi dengan
kualifikasi yang telah ditentukan. Kualifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Penentuan Taraf Keberhasilan Tindakan
Taraf Keberhasilan
Tindakan (%)
85-100
70-84
55-69
40-54
≤39
Taraf Keberhasilan
Nilai (Huruf)
Nilai (Angka)
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
A
B
C
D
E
5
4
3
2
1
Sumber: Adaptasi dari Purwati (2003)
Untuk menganalisis peningkatan pemahaman konsep menggunakan rumus :
=
−
−
(
−
)
×
%
4
Berdasarkan rumus yang digunakan akan diperoleh data tentang presentasi
keberhasilan tindakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Pra Tindakan
Sebelum pelaksanaan penelitian, dilakukan observasi awal ke MA Ma’arif
Bakung sekitar bulan Agustus tahun 2013. Jumlah peserta didik dalam kelas
tersebut sebanyak 38 peserta didik yang mengikuti mata pelajaran Geografi.
Selain melakukan observasi, dilakukan wawancara dengan guru geografi kelas XI
IPS-1 mengenai strategi pembelajaran yang sering digunakan dan kendala-kendala
yang dialami dalam melakukan pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil
observasi diketahui bahwa pembelajaran geografi yang berlangsung di kelas XI
IPS-1 MA Ma’arif Bakung menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
diskusi kelompok kecil. Penggunaan metode tersebut berdampak pada aktivitas
peserta didik yang relatif rendah (pasif).
Pada saat guru memberikan kesempatan bertanya tentang materi yang
kurang jelas, mayoritas peserta didik juga diam dan hanya beberapa peserta didik
yang bertanya. Pada observasi awal ini juga ditemukan tingkah laku peserta didik
yang mencerminkan keadaan kelas yang kurang kondusif bagi proses belajar
mengajar, misalnya ada peserta didik yang gaduh dengan teman sebangkunya.
Pada saat kegiatan kerja kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan yang
tergolong sedang dan rendah hanya pasif dan tidak berani berpendapat. Peserta
didik menyerahkan tugas tersebut kepada temannya yang dianggap pandai,
sehingga proses belajar dalam kelompok hanya didominasi oleh satu peserta didik
saja.
Pada tahap pra tindakan, rata-rata nilai peserta didik masih cukup rendah
yaitu 70,8. Jumlah peserta didik yang berhasil mencapai tingkat ketuntasan
sebanyak 12 dan 35 peserta didik tidak mencapai tingkat ketuntasan. Proses
pembelajaran perlu diperbaiki dengan menggunakan model pembelajaran Two
Stay Two Stray (TSTS). Model ini mengajak peserta didik untuk lebih aktif dalam
membangun kemampuan berpikir secara individual maupun kelompok. Jika dalam
kelompoknya peserta didik tidak dapat menemukan ide, maka dengan bertamu dia
bisa menemukan ide. Pengetahuannya akan bertambah, dan hasil belajarnya juga
5
meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (2008) yang mengungkapkan
ada berbagai keunggulan dalam pembelajaran secara kooperatif yaitu
pembelajaran ini dapat meningkatkan sikap positif dalam belajar, serta dapat
meningkatkan kemampuan berfikir kreatif.
2.
Siklus I
Pada siklus I didapat rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami
kenaikan. Hasil penelitian pada siklus I menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas
sebesar 81.1 dengan kategori baik, hal ini menunjukkan kenaikan rata-rata kelas
dari rata-rata awal 70.8 menjadi 81.1. Jumlah peserta didik yang berhasil
mencapai tingkat ketuntasan juga bertambah dari 12 peserta didik menjadi 27
peserta didik, itupun masih ada 4 peserta didik yang tidak masuk, sedangkan yang
tidak tuntas mengalami penurunan dari 25 peserta didik menjadi 7 peserta didik.
Pada siklus I ketuntasan klasikalnya sebesar 79%. Jumlah ini telah
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan data awal yaitu 32%, hal itu
berarti ketuntasan klasikal telah meningkat sebesar 47%. Peningkatan terjadi
setelah diterapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Penerapan
model tersebut dapat menambah pengetahuan peserta didik pada saat bertamu.
Kegiatan bertamu dan menerima tamu dapat meningkatkan pengembangan
pengetahuan peserta didik, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kagan bahwa
”model pembelajaran Two Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk saling membagikan hasil dan informasi kepada kelompok
lain”. Namun, pada siklus I masih perlu dilakukan perbaikan-perbaikan karena
ketuntasan klasikal peserta didik belum mampu mencapai ketuntasan > 85%.
Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, Pertama, peserta didik baru
pertama kali menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray sehingga
banyak peserta didik yang belum paham dengan model pembelajaran ini. Kedua,
pada saat kegiatan bertamu peserta didik masih merasa kesulitan untuk mencari
informasi dari permasalahan yang sedang dibahas karena kebanyakan dari
kelompok merasa tidak perlu membagi hasil jawabannya. Ketiga, masih banyak
peserta didik dalam kelompok yang menggantungkan pekerjaan kelompok pada
salah satu anggota kelompok saja, dan ini menyebabkan kegiatan diskusi hanya
didominasi peserta didik yang pandai, hal ini sesuai dengan pendapat Slameto
6
(2010) yang mengemukakan bahwa kecerdasan besar peranannya dalam berhasil
dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu. Keempat, masih sedikit peserta didik
yang mencatat materi pada saat pemaparan materi ataupun pada saat kegiatan
diskusi dan presentasi.
Untuk itu, agar peserta didik lebih aktif dan tidak bosan pada tindakan siklus
II guru harus mengupayakan beberapa hal agar pemahaman konsep geografi
meningkat. Hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut; 1) memberikan
gambaran tentang langkah-langkah dalam penggunaan model pembelajaran Two
Stay Two Stray (TSTS) kepada peserta didik, agar peserta didik lebih paham lagi
dalam pelaksanaannya, 2) meminta peserta didik untuk belajar materi berikutnya
dan pemberian handout, serta literatur lain sesuai dengan materi pembelajaran
agar pengetahuan peserta didik semakin bertambah, 3) guru memotivasi peserta
didik untuk mencatat materi ataupun hal-hal penting yang berhubungan dengan
materi yang diajarkan, hal ini sesuai dengan pernyataan Slameto (2010) yang
menyatakan bahwa pemberian motivasi anak penting untuk mencapai hasil belajar
yang optimal, 4) mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam sesi presentasi
agar materi yang dipresentasikan benar-benar jelas dan seluruh kelas paham, 5)
menyuruh kelompok yang kedatangan tamu agar memberikan semua informasi
yang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan Slavin (2008), bahwa pembelajaran
kooperatif menekankan peranan anggota kelompok dimana anggota kelompok
berperan sebagai pendorong, pendamai, penggerak, dan pemberi keputusan.
3.
Siklus II
Pada pelaksanaan tindakan Siklus II, model pembelajaran yang digunakan
masih menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Setelah
dilakukannya refleksi pada siklus I, maka tindakan siklus II dilaksanakan yaitu
pada tanggal 11 November 2013. Pada siklus II ini peserta didik diharapkan sudah
lebih paham dengan model pembelajaran ini. Selain itu berusaha melengkapi
kekurangan yang ditemui pada siklus I.
Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan, peneliti beserta observer melihat
adanya peningkatan aktivitas peserta didik dalam mengikuti proses belajar
mengajar. Pada saat pelajaran dimulai, peserta didik terlihat antusias
memperhatikan dan mulai mencatat pemaparan materi dari guru. Pada siklus II
7
rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami kenaikan. Hasil penelitian pada
siklus II menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 83.1 dengan kategori
baik, hal ini menunjukkan kenaikan rata-rata kelas dari rata-rata awal pada siklus I
sebesar 81,1 menjadi 83.1. Jumlah peserta didik yang berhasil mencapai tingkat
ketuntasan juga bertambah dari siklus I sebanyak 27 peserta didik menjadi 36
peserta didik pada siklus II, sedangkan yang tidak tuntas mengalami penurunan
dari 7 peserta didik menjadi 2 peserta didik.
Pada siklus II ketuntasan klasikalnya sebesar 95%. Jumlah ini telah
mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan ketuntasan klasikal pada siklus I
yaitu 79%, hal itu berarti ketuntasan klasikal telah meningkat sebesar 16%. Hal
tersebut menunjukan ketuntasan klasikal peserta didik telah mampu mencapai
ketuntasan > 85%. Peningkatan tersebut dikarenakan sebagian besar peserta didik
sudah termotivasi dan sudah bisa beradaptasi dengan model pembelajaran TSTS,
dan suasana di dalam kelompok sudah kondusif dimana semua anggota kelompok
sudah sangat aktif dalam mengikuti jalannya diskusi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Slavin (2008), dimana keberhasilan kelompok bergantung pada hasil
belajar individu terhadap pemahaman materi. Dari teori tersebut menunjukan
bahwa penerapan model TSTS dapat meningkatkan pemahaman konsep geografi
peserta didik.
Peningkatan tersebut juga terjadi karena model Two Stay Two Stray dapat
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada saat bertamu. Pada saat
bertamu pengetahuan peserta didik menjadi lebih kompleks, dimana peserta didik
dapat menyampaikan kembali suatu konsep menjadi lebih jelas dan mudah untuk
dipahami oleh peserta didik lainnya. Hal itu sejalan dengan pendapat Bloom
(1979) yang mengemukakan bahwa in reaching such understanding, the student
may change the communication in his mind or in his overt responses to some
parallel form more meaningful to him. Dari teori tersebut dapat dikatakan bahwa
pemahaman konsep dapat meningkat jika peserta didik dapat mengungkapkan
kembali suatu konsep menjadi lebih kompleks dan mudah dipahami oleh peserta
didik lainnya dalam suatu kelompok.
8
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan
pemahaman konsep geografi kelas XI IPS – 1 MA Ma;arif Bakung pada
kompetensi dasar menjelaskan pengertian sumber daya alam, mengidentifikasi
jenis-jenis sumber daya alam serta menjelaskan pemanfaatan sumber daya alam
secara arif. Peningkatan tersebut terlihat pada perubahan nilai pemahaman konsep
peserta didik dari 32% menjadi 79% pada siklus I dan 95% pada siklus II. Selain
peningkatan tersebut, rata-rata kelas juga meningkat dari 70,8 menjadi 81,3 pada
siklus I dan 83,3 pada siklus II.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diajukan beberapa saran untuk
dipertimbangkan yaitu:
1.
Bagi guru bidang studi Geografi di MA Ma’arif Bakung perlu untuk
menjadikan model Two Stay Two Stray (TSTS) sebagai salah satu
pembelajaran alternatif, agar dapat meningkatkan pemahaman konsep
geografi peserta didik.
2.
Perlu adanya pengelolaan kelas yang lebih baik serta pemberian handout
terutama dalam mengatasi peserta didik yang sering membuat ramai dan
gaduh, sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan
baik dan lancar.
3.
Dalam menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
diperlukan pengelolaan waktu yang tepat terutama pada tiap tahapan, agar
penerapan model ini bisa berjalan lancar.
4.
Guru lebih memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dalam sesi presentasi
agar materi yang dipresentasikan benar-benar jelas dan seluruh kelas paham
5.
Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian dengan
menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) untuk
meningkatkan pemahaman konsep pada materi pembelajaran lain yang sesuai.
Selain itu diharapkan adanya variasi dan penggunaan media, agar peserta
didik lebih tertarik dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran.
9
DAFTAR RUJUKAN
Amaliyanti. 2013. Pemahaman Peserta didik dalam Proses Belajar Cirukem
Media Informasi. (Online), (http://cirukem.org/ pendidikan-cirukempenelitian) diakses 28 Agustus 2013.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Bloom, dkk. 1979. Taxonomy of Educational Objectives the Classification of
Educational Goals-handbook I Cognitive Domain. London: Logman Inc.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Budiyani, Weni. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example
untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta didik Kelas X-B SMAN 1
Srengat. Skripsi, Jurusan Geografi Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen
Pendidikan Tinggi DEPDIKBUD.
Fatimah, Esi Maulida. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray
Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Geografi Peserta didik Kelas XI
IPS-2 SMA Islam Al Maarif Singosari. Skripsi, Jurusan Geografi Program
Studi Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.
Herdian. 2007. Jenis Pemahaman Konsep Menurut Para Ahli.(Online),
(http://herdy07.wordpress.com) diakses 28 Agustus 2013.
Kagan. Tanpa Tahun. Two Stay Two Stray. (Online),
(http//:www.eashill.org.uk/nlc/two_stay). diakses tanggal 17 Agustus 2013
Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah-Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas
Akhir, Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual(Contextual Teaching and
Learning/ CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.
Purwanto, Edy. 2005. Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran-Aplikasi dalam
Bidang Studi Geografi-Cet.I. Malang: Universitas Negeri Malang.
10
Sagala, Syaiful.2007.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, W. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Slavin, E. Robert. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukarnyana. I wayan. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: DEPDIKNAS
Sumarmi. 2012. Model-model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media
Publishing.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Download