BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu fermentasi merupakan produk yang kini diminati banyak masyarakat di Indonesia karena memiliki berbagai manfaat bagi sistem pencernaan, sehingga banyak industri yang tertarik untuk menjadikannya sebagai produk utama untuk dipasarkan. Susu fermentasi ini dibuat dengan memfermentasi susu dengan menggunakan bakteri asam laktat. Namun, Industri di Indonesia masih mengimpor inokulum bakteri yang digunakan untuk memproduksi susu fermentasi. Hal tersebut menyebabkan tingginya biaya produksi susu fermentasi serta ketergantungan pada negara pengekspor. Pada saat ini para peneliti sudah dapat menginokulasi bakteri asam laktat dari berbagai sumber, salah satunya adalah L. plantarum Dad 13 dari dadih. Dadih merupakan salah satu produk olahan susu yang dibuat dengan cara fermentasi secara alami pada suhu kamar selama 48 jam. Susu yang digunakan umumnya adalah susu kerbau dengan memanfaatkan bakteri asam laktat (Afriani et al., 2011). Lactobacillus plantarum Dad 13 berpotensi sebagai probiotik. Salah satu syarat dari karakteristik bakteri probiotik adalah harus mampu bertahan pada kondisi lambung dengan pH 1-3 serta tetap tahan pada garam empedu yang dihasilkan oleh usus 12 jari (Lee dan Salminen, 2009). Sedangkan L. plantarum Dad 13 relatif tahan pada pH 3,0 dan dapat hidup dan tumbuh pada kadar garam empedu 0,5 % (Utami et al., 2009). Dilihat dari potensi yang dimiliki, industri 1 susu fermentasi di Indonesia tertarik untuk menggunakan L. plantarum Dad 13 sebagai inokulum. Melihat kondisi tersebut, perlu disediakan kultur L. plantarum Dad 13 yang dapat digunakan sebagai starter. Starter yang digunakan bagi industri harus awet dan mudah dalam transportasinya. Sehingga, solusi yang dapat digunakan adalah dengan membuat kultur kering beku. Selain mudah disimpan, kultur kering beku juga mudah digunakan dan mudah dalam distribusinya. Untuk mendapatkan kultur kering beku ini, kultur mikrobia harus dikering-bekukan melalui proses freeze drying. Melalui proses ini, kultur menjadi lebih awet karena nilai water activity yang rendah. Sehingga metode freeze drying ini juga digunakan untuk mengawetkan kultur. Namun selama proses freeze drying ada kematian sel sehingga diperlukan cryoprotectant untuk melindungi sel dari kematian. Menurut penelitian Clarizza (2015) jumlah sel L. plantarum Dad 13 yang tidak diberi susu skim mengalami penurunan sebesar 1,8 log CFU. Sedangkan sampel yang diberi cryoprotectant susu skim, penurunannya sebesar 0,7 log CFU. Salah satu persyaratan dari industri pada saat ini dalam membuat kultur adalah menggunakan media halal. Media pertumbuhan yang digunakan untuk industri di Indonesia harus halal karena mayoritas penduduknya muslim sehingga konsumen merasa aman untuk mengonsumsi produk susu fermentasi yang menggunakan bakteri dengan media pertumbuhan yang halal juga. Sehingga pembuatan media halal untuk pertumbuhan bakteri sangat diperlukan. Media halal ini dibuat dengan menggunakan beberapa bahan seperti ekstrak tomat, 2 ekstrak tauge, air kelapa, sukrosa, dan pepton cair. Pembuatan media ini diharapkan dapat menggantikan unsur-unsur yang dibutuhkan bakteri asam laktat untuk pertumbuhan dan dijamin kehalalannya. Selama penyimpanan kering beku, kultur dapat mengalami penurunan viabilitas karena lingkungan sehingga, pengemasan kultur selama penyimpanan juga perlu diperhatikan. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan selama penyimpanan diantaranya adalah kelembaban, cahaya, kadar oksigen, suhu penyimpanan (Abadias et al., 2001). Sehingga untuk mencegah kerusakan oksidatif sebaiknya dalam keadaan bubuk kering dikemas dalam keadaan vakum (Castro et al., 1995). Dalam keadaan kering, kultur harus disimpan dalam kondisi tertutup untuk meminimalisasi kontak dengan udara luar sehingga mengurangi kemungkinan tumbuhnya mikroorgnisme lain yang tidak dikehendaki. Kemasan yang digunakan juga kemasan yang tidak dapat ditembus oleh udara maupun cahaya. Sehingga pemilihan kemasan alumunium foil dalam kondisi vakum dapat memperkecil penurunan viabilitas kultur dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Penyimpanan kultur biasanya pada suhu beku untuk menghindari penurunan jumlah selnya, dan saat akan digunakan harus melalui proses thawing yang dapat menyebabkan kematian sel. Selama transportasi kultur kering beku, sangat mungkin terjadi kenaikan suhu sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai viabilitas kultur kering beku dalam suhu ruang dan suhu 4°C. Pengeringan beku L. plantarum Dad 13 sudah diteliti menggunakan beberapa 3 cryoprotectant, tetapi belum dalam berbagai suhu penyimpanan dalam keadaan vakum. Informasi untuk ini belum ada sehingga perlu dilakukan penelitian bagaimana viabilitas dalam berbagai suhu penyimpanan. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mempelajari pengaruh variasi suhu penyimpanan terhadap viabilitas kultur kering beku Lactobacillus plantarum Dad 13 dalam kemasan vakum. 2. Untuk mempelajari ketahanan sel kultur kering beku Lactobacillus plantarum Dad 13 selama penyimpanan dalam berbagai suhu dalam kemasan vakum. 3. Untuk mempelajari pengaruh berbagai suhu penyimpanan terhadap sel yang mengalami sublethal injury pada kultur kering beku Lactobacillus plantarum Dad 13. 1.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap pengaruh suhu penyimpanan kultur kering beku dalam kemasan alumunium foil dalam keadaan vakum terhadap viabilitas sel L. plantarum Dad 13. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membagikan ilmu yang di dapat bagi kemajuan teknologi pangan serta dapat digunakan sebagai infromasi bagi 4 penggunaannya bagi industri susu fermentasi yang akan menggunakan kultur kering beku L.plantarum Dad 13 sebagai inokulum dalam produk susu fermentasi. 5