i POLA KOMUNIKASI PADA SUB DINAS

advertisement
POLA KOMUNIKASI PADA SUB DINAS PEMBINAAN MENTAL
DALAM UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PRAJURIT
DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Muhammad Sidiq
NIM : 206051004140
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TA. 1431 H / 2010 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi islam (S.Kom.I)
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,
Maret 2011
Muhammad Sidiq
ii
POLA KOMUNIKASI PADA SUB DINAS PEMBINAAN MENTAL
DALAM UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PRAJURIT
DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
MUHAMMAD SIDIQ
NIM : 206051004140
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TA. 1431 H / 2010 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental
dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps
Marinir, telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Maret 2011 Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Program
Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 16 Maret 2011
iv
ABSTRAK
Muhammad Sidiq
206051004140
”Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dalam Upaya
Meningkatkan Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir”
Disiplin bagi seorang anggota militer atau seorang Prajurit TNI merupakan
suatu keharusan dan pola hidup yang harus dijalani. Pembentukan disiplin bagi
Prajurit diawali dari masa pendidikan dasar keprajuritan. Pembinaan dan pengasuhan
merupakan salah satu cara pembentukan disiplin bagi Prajurit. Pola pembinaan
diberikan melalui intensitas kegiatan disertai doktrin bagi anggota TNI. Karena
sifatnya yang ‘harus’ tadi, maka perlu diberlakukan suatu peraturan dan ketentuan
demi lancarnya penegakan disiplin dalam tubuh organisasi militer. Disiplin prajurit
adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh setiap prajurit yang didukung
oleh kesadaran yang bersendikan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, untuk
menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap dan berperilaku sesuai dengan
aturan-aturan atau tata kehidupan prajurit.
Dari penjelasan diatas timbullah beberapa pertanyaan, bagaimana pola
komunikasi yang baik agar disiplin tersebut tetap terjaga tanpa ada paksaan dari
atasan. Selain itu apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat dalam upaya
meningkatkan disiplin prajurit khususnya prajurit Marinir di Markas Komando Korps
Marinir.
Metode penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian lapangan),
dimana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan guna mendapatkan data
yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Dan penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif
suatu masalah dalam skripsi ini. Sedangkan teknik penulisan bersifat deskriptif, yaitu
memberikan gambaran terhadap subjek dan objek penelitian. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumenter.
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pola komunikasi yang dilakukukan Sub Dinas Pembinaan Mental untuk
mengurangi pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit dan untuk mengetahui faktorfaktor yang menjadi penghambat dan pendorong yang mempengaruhi prajurit Korps
Marinir dalam hal kedisiplinan.
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dalam
Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir”.
Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program pendidikan strata-1 (S-1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan 2 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Suhaimi, M.Si selaku pembimbing dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Keluarga besar terutama kedua Orang tua, bapak Sidiq dan ibu Darni yang selalu
memberikan dukungan moril sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
6. Bapak Mayor Laut (KH) Sjafari Suratna yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan kuliah.
7. Untuk Istriku Puji Astuti, S.Kep dan anakku Muhammad Umar Ja’far Sidiq yang
aku sayangi, yang selau memberikan dukungan dalam kuliah dan penyelesaian
skripsi ini.
vi
8. Rekan-rekan kerja di kantor yang selalu memberikan bantuan dan dorongan
dalam melaksanakan kuliah dan skripsi ini.
9. Teman-teman Non Reguler Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang bekerja
sama dalam proses belajar.
10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu selama masa pendidikan hingga penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Ciputat,
Maret 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ...................................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................
ABSTRAK ..............................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
DAFTAR TABEL....................................................................................................
DAFTAR BAGAN...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
xi
1
B. Batasan dan Perumusan Masalah................................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................
5
D. Metodoligi Penelitian .................................................................................
6
E. Tinjauan Kepustakaan ................................................................................
9
F. Sistematika Penulisan.................................................................................
10
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Komunikasi..................................................................................................
12
1. Pengertian Komunikasi ...........................................................................
12
2. Tingkatan Komunikasi ............................................................................
23
3. Teknik-teknik Komunikasi ......................................................................
25
4. Model Komunikasi ..................................................................................
27
5. Hambatan komunikasi .............................................................................
29
B. Pola Aliran dan Arah Komunikasi dalam Organisasi....................................
32
1. Pola Aliran Komunikasi ..........................................................................
32
2. Arah Aliran Komunikasi ..........................................................................
33
C. Mental dan Disiplin Prajurit .........................................................................
36
1. Pengertian Mental ....................................................................................
36
2. Pembinaan Mental Rohani .......................................................................
38
3. Pengertian Disiplin Prajurit ...................................................................... 39
4. Jenis Pelanggaran Disiplin .......................................................................
viii
40
BAB III SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM DISIPLIN PRAJURIT DI
MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR
A. Sejarah Terbentuknya Markas Komando Korps Marinir ........................
43
B. Kondisi Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir ...............
45
C. Tugas Dan Wewenang Sub Dinas Pembinaan Mental ............................
48
D. Struktur Organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir..........
51
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
A. Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit
Marinir .................................................................................................
B. Upaya-upaya Peningkatan Disiplin Prajurit Marinir................................
52
64
C. Faktor Pendorong dan Penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam
Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit ..................................................... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 77
B. Saran-saran................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Data pelanggaran Denma Mako Kormar .............................................. 47
x
DAFTAR BAGAN
1. Struktur Organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental ........................................
51
2. Bagan 1 Komunikasi ke bawah.......................................................................
57
3. Bagan 2 Komunikasi ke atas...........................................................................
61
4. Bagan 3 Komunikasi horizontal.......................................................................
63
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Disiplin adalah sikap mental yang merupakan wujud dari kepribadian
seseorang yang tercermin dari sikap, perbuatan terhadap peraturan dan tata tertib
yang berlaku yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran. Sebagai organisasi militer
yang berfungsi sebagai alat negara dalam menjaga kedaulatan negara dilengkapi alatperalatan dan persenjataan yang dapat mematikan dan membunuh lawan (manusia).
Alat-peralatan dan persenjataan yang dibeli dengan uang negara, dibenarkan secara
hukum untuk digunakan TNI terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dengan
kekuatan padanya mengancam integritas dan kedaulatan negara.
Dengan fungsi dan tugas serta tanggung jawabnya seperti itu, maka disiplin
merupakan harga mati yang tidak dapat ditawar di dalam organisasi militer Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Kekuatan persenjataan yang ada padanya, membuat
militer berkemampuan untuk berbuat apa pun, tanpa ada kekuatan lain yang dimiliki
negara mampu mencegahnya. Karena itu, disiplin, yang berarti ketaatan terhadap
hukum dan peraturan serta ketaatan pada perintah, adalah hal mutlak bagi setiap
anggota militer, karena hanya itulah yang mampu mencegah militer untuk berbuat
apa pun sekehendaknya.
Dalam Al-quran Surah An-Nisa Ayat 59 Allah berfirman:
1
Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulul Amri (Pemegang kekuasaan diantara
kamu). Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka
kembalikanlah kepada Allah (Al-quran) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Dari ayat di atas jelas bahwa kita diperintahkan untuk mentaati Allah Swt,
Rasul dan Pemegang kekuasaan. Allah Swt Yang Maha Tahu mana yang terbaik buat
manusia. Allah Swt memerintahkan manusia untuk shalat agar membentuk sikap ta’at
dan berdisiplin tinggi dan tahu akan pentingnya waktu. Dalam lingkungan militer
sebagai prajurit harus disiplin atau mentaati aturan-aturan dan perintah pimpinan atau
atasan.
Disiplin menghadap Tuhan 5 kali sehari. Disiplin melakukan aturan-aturan
shalat. Disiplin waktu, disiplin berjamaah, kebersamaan, disiplin kebersihan, disiplin
mengikuti undang-undang ataupun aturan-aturan. Disiplin menghadap atau
memberikan laporan kepada atasan, disiplin berbuat dan bekerja baik, hal ini
sekaligus menjadikan manusia-manusia yang jujur, manusia yang bertanggung
jawab, manusia bersih hati dan perbuatan, manusia bergotong-royong, manusia yang
rajin dan sungguh-sungguh, manusia yang pandai mensyukuri pemberian Tuhan,
manusia yang takut kepada Tuhan.1
Pasal 1(a) Peraturan Disiplin Militer berbunyi, "Disiplin Militer adalah suatu
syarat mutlak untuk menepati semua peraturan militer dan semua perintah kedinasan
dari tiap-tiap atasan, pun yang mengenai hal yang kecil-kecil, dengan tertib, tepat dan
sempurna".
1
http://latifabdul.multiply.com/journal/item/28.
2
Disiplin merupakan rohnya militer. Maka di dalam beberapa hal, kehidupan
militer menjadi amat berbeda dengan kehidupan masyarakat pada umumnya. Hak dan
kewajiban antara atasan dan bawahan diatur secara ketat. Kewajiban bawahan untuk
memberikan penghormatan pada atasannya di mana pun dan dalam keadaan apa pun.
Baju seragam dengan tanda pangkat yang menunjukkan atasan dan bawahan yang
dibuat mencolok, dimaksudkan agar setiap anggota tentara dapat dengan cepat
mengenali siapa atasannya dan siapa bawahannya. Dalam keadaan yang paling kritis
sekali pun yang mungkin menyangkut nyawa dan keselamatan negara, seorang
anggota militer dalam hitungan detik, harus dapat segera mengenali perintah yang
diberikan itu dikeluarkan oleh orang yang berhak atau tidak2
Prajurit Markas Komando Korps Marinir sebagai bagian dari komponen
utama dalam penyelenggaraan pertahanan Negara yang memiliki kemampuan
keprajuritan dan dihadapkan pada tugas rutin, maupun operasional serta pengaruh
lingkungan, perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi, arus globalisasi yang
dapat membawa dampak negatif terhadap pola kehidupan prajurit. Sebagai seorang
prajurit yang disatu sisi prajurit dihadapkan dengan tuntutan untuk memenuhi
kesejahteraan keluarga namun di sisi lain harus menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin
keprajuritan, dengan kondisi kesejahteraan prajurit yang pas-pasan, terkadang prajurit
melakukan tindakan yang melanggar disiplin, Sebagai contoh dari tindakan prajurit
yang melanggar disiplin seperti terlambat waktu masuk kekantor hingga Desersi atau
tidak masuk kerja tanpa keterangan lebih dari dua hari, tidak melengkapi surat-surat
kendaraan bermotor, hingga tindakan yang lebih besar seperti menjadi pengedar
barang-barang terlarang (narkoba), menjadi bakking tempat-tempat hiburan malam
dan berbagai masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut merupakan suatu masalah yang dihadapi Markas Komando
Korps Marinir, dalam pembinaan disiplin prajurit. Dalam hal ini Sub Dinas
Pembinaan Mental sebagai salah satu Satuan kerja yang mempunyai peran dalam hal
pembinaan disiplin prajurit yang salah satu kegiatannya memberikan pengarahan
2
http://www.ksatrian.or.id/tulisan/patuh.htm.
3
kepada prajurit untuk mewujudkan sikap dan tingkah laku yang memiliki watak dan
jati diri sebagai prajurit dengan menjunjung tinggi norma-norma dasar kehidupan.
Dalam proses pembinaan disiplin tersebut, sebagai prajurit dituntut tetap berpedoman
kepada nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNIAL, dan Enam Tuntunan Korps Marinir.
Komunikasi adalah Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan
perangsang-perangsang (lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah
tingkah laku orang lain (komunikan).3 Dalam hal ini komunikasi yang baik
merupakan salah satu proses yang diperlukan dalam peran pembinaan rohani Islam
dalam pembinaan disiplin prajurit. Dengan adanya pola komunikasi yang baik maka
sebuah organisasi akan memiliki kekuatan baik secara keanggotaan maupun jaringan
di luar organisasi. Kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi maka proses
pengelolaan keorganisasian akan macet dan berantakan4.
Dilihat dari pentingnya komunikasi dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya ketidakdisiplinan prajurit dalam sebuah organisasi maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola komunikasi yang terjadi
dalam sebuah struktur organisasi yang dalam memberikan pembinaan disiplin prajurit
di Markas Komando Korps Marinir agar dapat menekan tingkat penyimpangan
prajurit demi terwujudnya prajurit yang tetap memelihara disiplin dalam
melaksanakan tugas yang dilandasi dengan nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit,
Delapan Wajib TNI, Trisila TNI-AL, dan Enam Tuntunan Korps Marinir.
3
4
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) ,cet.ke-1,h.18.
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara,2007) cet ke-8 h.1.
4
Berdasarkan dari penjelasan di atas, penelitian ini di beri judul ”Pola
Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental (Subdisbintal) dalam Upaya
Meningkatkan disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penelitian ini berfokus pada
program kegiatan Sub Dinas pembinaan Mental dan disiplin prajurit pada tahun
anggaran 2010, dalam bekerja ditinjau dari sudut pandang agama Islam.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi acuan penelitian ini adalah:
a. Bagaimana Pola Komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit Marinir
dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir?
b. Apa Faktor Pendorong dan Penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam
upaya meningkatkan disiplin prajurit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mengembangkan
penelitian berikutnya.
b. Tujuan Praktis
- Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi di lingkungan Sub Dinas
Pembinaan Mental.
5
- Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat Sub Dinas Pembinaan
Mental dalam mengkomunikasikan disiplin prajurit.
- Memberikan gambaran kepada pimpinan Markas Komando Korps Marinir
dalam menentukan kebijakan dan keputusan yang menyangkut disiplin
prajurit di Markas Komando Korps Marinir.
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini ada dua manfaat yakni:
a. akademis :
- Mengembangkan kajian ilmu sosial dalam hal komunikasi mengenai pola
komunikasi organisasi.
- Membuktikan antara dua data yaitu teori dan fakta di lapangan mengenai
komunikasi organisasi yang menjadi bidang dalam komunikasi.
b. praktis:
- Menambah pengetahuan pembaca dan semua pihak yang terkait tentang
pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan disiplin prajurit.
- Sebagai masukan dan acuan untuk melaksanakan upaya-upaya dalam
meningkatkan disiplin prajurit.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe deskriptif
kualitatif, dimana peneliti hanya memaparkan situasi atau peristiwa dengan membuat
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara mendalam terhadap subjek penelitian
untuk
mendapatkan
informasi
aktual,
6
mengidentifikasi
masalah,
membuat
perbandingan, dan menentukan langkah untuk menetapkan rencana dan keputusan
pada waktu yang akan datang. 5
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan pengurus yang terdapat di dalam organisasi Sub
Dinas pembinaan mental Korps Marinir yang beralamat di Jl. Prapatan No.40
kwitang Jakarta pusat.
3. Tahapan penelitian
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, karena menggunakan metode penelitian
kualitatif dan bersifat deskriptif, maka penulis melakukan pengumpulan data
membagi menjadi dua sumber yakni sumber data primer dan data sekunder.
Data Primer berupa data yang berasal dari :
a. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat
penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan
manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas
atau gejala yang dipilih untuk diteliti. 6
Wawancara ini dilakukan kepada orang-orang yang dianggap
memiliki wewenang di Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir
dalam hal ini Kasi Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag dan
Kasi Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag.
Dalam metode
wawancara nantinya penulis akan menggunakan catatan manual dan
tape dalam setiap wawancara yang dilakukan. Dengan teknik ini
5
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007) cet-
6
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS,2008) cet ke-2 h.132.
13 h.24.
7
peneliti berharap informan dapat memberikan jawaban dengan bebas
sesuai pikiran dan pengetahunnya, sehingga tercipta suasana yang
harmonis pada saat wawancara dan peneliti memperoleh informasi
yang lebih luas.
Sedangkan data Sekunder berasal dari:
b. Pengamatan (observasi)
Observasi berguna untuk menjelaskan dan merinci gejala yang
terjadi, seringkali observasi dilakukan untuk memperoleh data yang
tidak diperoleh dengan teknik-teknik penelitian lainnya. Pengamatan
ini dilakukan dengan melihat langsung proses kegiatan prajurit setiap
harinya yang menyangkut dengan kedisiplinan prajurit dalam bekerja
serta mencermati setiap tanda-tanda pada objek penelitian yaitu
prajurit di Markas Komando Korps Marinir.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan untuk mengetahui kegiatankegiatan prajurit dan kegiatan Sub Dinas Pembinaan Mental dalam
memberikan pengarahan kepada prajurit.
8
3.2 Pengolahan Data
Setelah mendapatkan data-data dari sumber yang telah di tentukan
maka data-data tersebut diklasifikasikan dan diolah melalui tabel-tabel.
3.3 Analisis Data
Dalam penulisannya, peneliti akan menggunakan analisis data secara
kualitatif dengan menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir
yang berangkat dari hal-hal khusus yang peneliti dapatkan dari lapangan
menuju deduktif, yaitu menuju hal-hal yang bersifat menggeneralisasi atau
umum dan untuk memperjelas data akan di kemukakan melalui tabel.
4. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Markas Komando Korps Marinir dengan
pertimbangan bahwa peneliti ingin mengetahui tingkat disiplin prajurit melalui
pembinaan rohani, serta lokasi penelitian ini sekaligus menjadi tempat kerja peneliti,
sedangkan waktu penelitian di mulai tanggal 10 Desember 2009 sampai dengan
Maret 2010.
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman pada buku CeQDA
yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul ”Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”
E. Tinjauan Kepustakaan
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti selain mengadakan kajian pustaka
dengan mengambil sumber dari buku-buku panduan yang terdapat di perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan buku-buku lain yang mendukung penelitian ini
9
penelitian ini juga membandingkan dengan penelitian terlebih dahulu yang memiliki
kemiripan dengan penelitian ini sebagai pembanding. Berikut beberapa penelitian
yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini:
- Pola komunikasi kelompok mentoring dalam pembinaan akhlak remaja di
lingkungan Yayasan Al-Wafi Jakarta Selatan, oleh Haidir Th.2007
- Pola Komunikasi dalam pembinaan akhlak siswa MAN 4 Wujud Pondok Pinang
Jakarta Selatan, oleh Agus Ratina Th.2009
- Pola Komunikasi remaja dalam upaya meningkatkan pemahaman agama melalui
pengajian remaja tunas Islam, oleh Abdul Fatah Th.2007
- Pola komunikasi organisasi Nur Mahmudi sebagai Walikota Depok Dalam
Implementasi kebijakan Publik, oleh Januar Ashari Th.2008
Dari keempat skripsi di atas terdapat beberapa perbedaan penelitian, dimana
perbedaan tersebut terdapat pada tempat yang akan diteliti, dan yang menjadi objek
penelitian merupakan instansi militer.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini sistematis, maka penulis membaginya menjadi 5
(lima) bab, yang tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub. Adapun sistematikanya adalah
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang di dalamnya menguraikan tentang latar belakang
masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, analisis data, sistematika penulisan skripsi.
10
BAB II : Landasan Teori, yang di dalamnya menguraikan tentang komunikasi,
mental, dan disiplin prajurit, serta bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh
prajutir.
BAB III : Gambaran Umum Disiplin Prajurit Marinir Di Markas Komando
Korps Marinir, membahas tentang Sejarah Terbentuknya Korps Marinir,
kondisi Disiplin Prajurit Marinir, tugas dan wewenang serta struktur
organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental, aktivitas komunikasi pada Sub
Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir.
BAB IV : Temuan dan Analisa Data Lapangan,
membahas tentang Pola
Komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit, Faktor
Pendorong dan penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam upaya
meningkatkan disiplin prajurit.
BAB V : Penutup, berisikan, kesimpulan, dan saran-saran.
11
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata
Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di
sini maksudnya adalah sama makna. 7
Menurut pakar komunikasi Hovland seperti dikutip Onong Uchjana dalam
bukunya ilmu komunikasi teori dan praktek bahwa komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain. 8 Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga
dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip
paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya , The Structure
and Function of Communication in Society. Paradigma Lasswell tersebut terdiri dari
lima unsur, yakni Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, Efek. Dari paradigma
Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.9
Menurut Wilbur Schrarmn seperti dikutip dari buku pengantar teori
komunikasi mengatakan bahwa dalam konteks komunikasi, suatu masyarakat dapat
dilihat sebagai sejumlah hubungan (relationship) di mana masing-masing orang
mengambil bagian (sharing) atas informasi10. Schrarmn menguraikan bahwa apabila
7
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), cet ke 21, hal. 9.
8
Ibid hal.10.
9
Ibid.
10
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi ( Yogyakarta: MediaPressindo, 2006), cet.
1 hal. 3.
12
kita berkomunikasi sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu
kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi,
ide dan sikap. Dengan uraian tersebut Schrarmn
menyimpulkan bahwa sebuah
komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan
(commonness).
Kesepahaman
antara
sumber
dengan
penerimanya.
Sebuah
komunikasi akan benar–benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian
dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai. 11
Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan orang yang
menyampaikan pesan disebut komunikator sedangkan orang yang menerima
pernyataan diberi nama komunikan. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan
komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message),
kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan tersebut adalah pikiran atau perasaan,
lambang adalah bahasa.12
Menurut Stewart L.Tubbs dan Silvia Mass, ciri-ciri komunikasi yang baik dan
efektif paling tidak menimbulkan 5 hal:
a. Memahami message yang disampaikan oleh komunikator.
b. Kesenangan, menjadikan hubungan yang akrab dan hangat serta
menyenagkan.
c. Mempengaruhi sikap, dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak
sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.
11
Ibid.
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2003), cet ke 3, hal. 28.
12
13
d. Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan hubungan
yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.
e. Tindakan, membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai
dengan stimuli.13
Menurut Dr. Lasswell, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi
berjalan lancar, yaitu:
a. Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender (pengirim
komunikasi).
b. What (apa) yang kemudian disebut message atau pesan komunikasi.
c. Whom (siapa) yang kemudian disebut komunikan atau reeiver (khalayak).
d. Channel (media) yang kemudian disebut sarana atau media
e. Effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau efek
komunikasi yan diimplementasikan dalam umpan balik (feed back).
Dari pengertian komunikasi sebagaimana di aatas, tampak adanya sejumlah
komponen atau unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya proses
komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah:
a. Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,
kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi,
film dan sebagainya. 14 Dalam proses komunikasi ini, arus pesan tidak hanya
datang dari satu arah yaitu dari sumber ke sasaran, melainkan merupakan
suatu proses interaktif dan konvergen. Ini berarti komunikator dan komunikan
bisa berganti peran, yaitu yang tadinya sebagai komunikator kemudian
13
14
Jalaludin Rahmat.Psikologi Komunikasi, 2003, cet ke-20 hal 13-16.
A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h.12.
14
berperan sebagai komunikan karena komunikan menyampaikan feed back
kepada komunikator.
Agar komunikasi efektif terdapat dua faktor yang harus dipenuhi
dalam diri seorang komunikator yakni:15
a) Kepercayaan pada komunikator, kepercayaan ini ditentukan oleh
keahlian dan dapat tidaknya ia dipercaya. Bahwa kepercayaan yang
besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang
kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang
menyenangkan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan
bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai
dengan kenyataan empiris.
b) Daya tarik komunikator, seorang komunikator akan mempunyai
kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme
daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut
serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara
memuskan.
15
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003) cet.ke-3 h.43-45.
15
Ada beberapa ciri yang dilakukan oleh seseorang komunikator dalam
melakukan kegiatannya, sesuai dengan situasi yang dihadapi. Ciri-ciri tersebut
dapat dibedakan dalam beberapa model seperti:16
1. Komunikator yang membangun, ciri-cirinya adalah:
a. Mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak pernah
menganggap dirinya benar.
b. Ingin bekerja sama dan memperbincangkan suatu persoalan dengan
sesamanya sehingga timbul saling pengertian.
c. Tidak terlalu mendominasi situasi dan mau mengadakan
komunikasi timbal balik,
d. Menganggap bahwa pikiran orang banyak lebih baik dari seorang.
2. Komunikator yang mengendalikan, cirinya adalah:
a. Pendapatnya merupakan hal yang dianggap paling baik, sehingga ia
tidak mau mendengarkan pendapat orang lain
yang berada
dilingkungannya dan orang yang di lluar lingkungannya.
b. Menginginkan komunikasi satu arah saja.
3. Komunikator yang melepaskan diri, cirinya adalah:
a. Lebih banyak menerima dari lawan komunikasinya.
b.
Kadang-kadang
rasa
rendah
dirinya
timbul
sehingga
ketidakmampuannya keluar.
c. Lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan tidak
bersungguh-sungguh menghadapinya.
16
Ibid h. 13-14.
16
d. Sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti sehingga ia
lebih suka melempar tanggung jawabnya kepada orang lain.
4. Komunikator yang menarik diri, cirinya adalah:
a. Lebih bersifat pesimis sehingga menurutnya keadaan tidak dapat
diperbaiki lagi.
b. Lebih suka melihat keadaan apa adanya dan kalau mungkin
berusaha menyadarkann keadaan tambah buruk.
c. Selelu diam dan tidak menunjukkan reaksi dan jarang memberikan
buah pikiran.
b. Pesan
Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah suatu
informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. 17
Pesan itu dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal dapat
secara tertulis seperti: surat, buku majalah, memo, sedangkan yang secara
lisan dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio,
dan sebagainya. Pesan yang non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan,
ekspresi muka dan nada suara.18
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai
paduan pikiran dan perasaan, dapat berpa ide, informasi, keluhan, keyakinan,
imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan seharusnya mempunyai inti
pesan (tema) sebagai pengaruh di dalam usaha mengubah sikap dan tingkah
17
18
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara,1995), h.17.
Ibid, h. 18.
17
laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, tetapi perlu
diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikan.19
Adapun pesan yang dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator
harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a. Pesan harus dipersiapkan (direncanakan) secara baik serta sesuai dengan
kebutuhan pembaca.
b. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak.
c. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan.20
Pendapat lain menyatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi:
a. Umum
Berisikan
hal-hal
umum
dan
mudah
dipahami
oleh
komunikan/audience, bukan soal-soal yang hanya dipahami oleh seorang atau
kelompok tertentu.
b. Jelas dan gamblang
Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika mengambil
perumpamaan diusahakan contoh yang senyata mungkin, agar tidak
ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki.
c. Bahasa yang jelas
Sejauh mungkin menggunakan istilah-istilah yang mudah dipahami
oleh pendengar atau penerima. Bahasa yang dipergunakan jelas dan sederhana
19
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.2004) cet.ke-6 h. 6.
20
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003) cet.ke-3 h.41-42.
18
yang cocok dengan komunikan, daerah dan kondisi di mana komunikator
berkomunikasi.
d. Positif
Secara kodrati manusia tidak ingin mendengarkan dan melihat hal-hal
yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap pesan
agar
diusahakan dalam bentuk positif.
e. Seimbang
Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan menafsirkan pesan
tersebut seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan, sehingga pesan tidak
berubah makna.
f. Penyesuaian dengan keinginan komunikan
Orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang disampaikan
oleh komunikator selalu mempunyai keinginan tertentu. Misalnya pesan yang
disampaikan kepada kelompok petani yang buta huruf haruslah dirumuskan
sedemikian rupa hingga para petani tersebut mampu menafsirkannya, seperti
yang diharapkan oleh pengirim pesan. Untuk ini, maka pengirim pesan harus
mengenal situasi dan kondisi sasaran.
c. Komunikan
Komunikan atau penerima pesan adalah orang yang menjadi sasran
kegiatan komunikasi. Komunikan atau penerima pesan bisa bertindak sebagai
pribadi atau orang banyak. 21
21
Y.s. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta:Gramedia,1998), h.71.
19
Komunikan atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi 3 jenis
yaitu:
a. Individu yaitu ditujukan pada sasaran yang tunggal.
b. Group atau kelompok, ditujukan pada group atau kelompok
tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang mempunyai
hubungan sosil yang nyata dan memperhatikan struktur yang nyata
pula. Hal ini group atau kelompok dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Kelompok kecil (small group, micro group).
Menurut Robert F Bales dalam bukunya “Interaction
Process Analysis” seperti dikutip Onong U.E dalam bukunya
“Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” bahwa kelompok kecil
sebagai: sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu
sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka
(face to face meeting), dimana setiap anggota mendapat kesan
atau penglihatan antara satu sama yang lainnya cukup kentara,
sehingga dia baik pada saat timbul pertanyaan maupun
sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masingmasing sebagai perorangan. 22
2. Kelompok besar (large group, macro group) misalnya
sekumpulan orang banyak di sebuah lapangan yang sedang
mendengarkan pidato/ceramah.23
22
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), h.72.
23
Ibid, h.73.
20
c. Organisasi, yaitu suatu kumpulan (sistem) individu yang bersamasama melalui pembagian kerja yang berusaha mencapai tujuan
tertentu.
d. Media
Media disini adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari sumber kepada penerima. Dalam hal ini menyangkut semua
peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan
komunikasi. Tanpa saluran/media, pesan-pesan tidak dapat menyebar secara
cepat dan luas.24
Media/saluran berdasarkan banyaknya pengguna dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu media massa dan media nirmassa. Media massa digunakan
dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat
tinggal jauh. Contoh media massa seperti, radio, dan televisi dan film
bioskop. Sedangkan media nirmassa digunakan dalam komunikasi untuk
orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Contoh surat, telepon,
telegram, papan pengumuman, poster, spanduk, pamflet, brosur, dll.25
24
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Grasindo,2000) h.7.
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.2004), cet.ke-6, h.10-11.
25
21
e. Efek atau Hasil
Efek atau hasil akhir dari komunikasi, yakni sikap atau tingkah laku
orang sebagai komunikan, sesuai atau tidak sesuai dengan yang diinginkan
oleh komunikator. Efek yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut
kadarnya, yakni:26
1. Dampak kognitif, yaitu dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di
sini pesan yang disampaikan komunikator adalah berkisar pada upaya
mengubah pemahaman/pengetahuan dari komunikan.
2. Dampak afektif, dampak ini lebih tinggi kadarnya dari dampak
kognitif. Pesan yang disampaikan komunikator ditujukan bukan hanya
sekedar komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan
perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira,
marah dan sebagainya.
3. Dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan
dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. 27
f. Umpan Balik
Umpan balik (feed back) adalah tanggapan/reaksi dari penerima
kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul tanggapan atau reaksi kembali
dari pengirim kepada penerima. Maka terjadilah komunikasi timbal balik.
26
A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h.17.
27
Ibid, h.11.
22
Dengan adanya umpan balik inilah yang menjadikan komunikasi menjadi
dinamis.28
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam
komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya komunikasi
yang dilancarkan. Oleh karena itu umpan balik dapat bersifat positif dan
bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan/reaksi komunikan yang
menyenagkan
komunikatornya
sehingga
komunikasi
berjalan
lancar.
Sebaliknya, umpan balik negatif adalah tanggapan/reaksi komunikan yang
tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan untuk
melanjutkan komunikasinya.29
2. Tingkatan Komunikasi
Berdasarkan situasi komunikan, maka komunikasi diklasifikasikan menjadi
bentuk-bentuk sebagai berikut:30
a. Komunikasi pribadi (personal communication), tatanan komunikasi ini di
bagi menjadi dua macam yakni,
-
Komunikasi
Intra
Pribadi (Intrapersonal communication)
adalah:
komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang ini berperan baik
sebagai komunikator maupun komunikan.31
Menurut Ronald L.Applbum dalam bukunya “Fundamental Concept
in Human Communication” (1973.13) seperti yang dikutip dalam buku “Ilmu,
Teori dan Filsafat Komunikasi” bahwa komunikasi intra pribadi adalah
28
Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Administrasi (Yogyakarta: Duta Wacana University
Press, 1991), h.46.
29
Efendy, Dinamika Komunikasi, h.14.
30
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003), cet.ke-3, h.53.
31
Ibid, h.57.
23
komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita, ia meliputi kegiatan
berbicara pada diri kita sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan
memberikan makna kepada lingkungan. 32
- Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal communication) Secara teoritis
komunikasi antar pribadi di bagi menjadi dua macam menurut sifatnya yaitu:
a) Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang
berlagsung antar dua orang yakni yang seseorang sebagai komunikator
yang menyampaikan pesan dan yang seorang lagi sebagai komunikan
yang menerima pesan. Oleh karena prilaku komunikasinya dua orang,
maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens. Komunikator
memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang. 33
- Komunikasi triadik adalah komunikasi yang pelakunya terdiri dari
tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang menjadi
komunikan.34
b. Komunikasi Kelompok (group communication) berarti komunikasi yang
berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang
jumlahnya lebih dari dua orang.35
c. Komunikasi Massa (mass communication) ialah: komunikasi melalui
media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi
yang sangat luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum.36
32
33
34
35
36
Ibid, h.58.
Ibid, h.62-63.
Ibid, h.63.
Ibid, h.75.
Ibid, h.79.
24
Berdasarkan sifat komponennya maka komunikasi massa memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:37
- Komunikasi massa berlangsung satu arah,
- Komunikator pada komunikasi massa melembaga,
- Pesan pada komunikasi massa bersifat umum,
- Media pada komunikasi massa menimbulkan keserempakan,
- Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.
d. Komunikasi Medio (medio communication), mengenai pengertian
komunikasi medio, memang belum ada yang memberikan penjelasan, baik
secara bahasa maupun istilah. Adapun bentuk komunikasi medio adalah
seperti, surat, telepon, pamflet, poster, spanduk dan lain-lain.38
3. Teknik-teknik Komunikasi
istilah teknik berasal dari bahasa Yunani tecnikos yang berarti ketrampilan
atau keperigelan.39 Berdasarkan ketrampilan berkomunikasi yang dilakukan
komunikator, teknik komunikasi dibagi menjadi:40
a. Komunikasi Informatif, yaitu memberikan keterangan-keterangan (faktafakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri.
Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil dari persuasif.
b. Komunikasi Persuasif, yaitu berisikan bujukan, yakni membangkitkan
pengertian dan kesadaran manusia bahwa yang kita sampaikan akan
37
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), cet ke-21, h.21-25.
38
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003) cet.ke-3, h.54-55.
39
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Rosda Karya, 2007) h.55.
40
A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) h.32.
25
memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak
sendiri (bukan paksaan).
c. Komunikasi instruktif/koersif, yaitu penyampaian pesan yang bersifat
memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan.
Bentuk yang terkenal dalam penyampaian model ini adalah agitasi dengan
penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di
kalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, intruksi, dan
sebagainya.
d. Hubungan Manusiawi, bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubungan
manusiawi itu termasuk ke dalam komunikasi antarpersona sebab berlangsung
pada umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan
manusiawi itu komunikasi karena bersifat action oriental, mengandung
kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. 41
Ada dua pengertian hubungan manusiawi yaitu,
- Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan
orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan.
- Hubungan manusiawi dalam arti sempit ialah interaksi antar seseorang
dengan orang lain. Akan tetapi, interaksi di sini hanyalah dalam situasi kerja
dan dalam organisasi kekaryaan.42
41
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007) cet ke-21, h.138.
42
Ibid, h.140.
26
4. Model Komunikasi
Model dianggap sebagai penggambaran tentang suatu bagian atau sebuah
realita yang sengaja dibuat sederhana dalam bentuk-bentuk grafik. Semua model
berusaha menunjukkan elemen-elemen utama dari setiap struktur atau proses, dan
hubungan antar elemen tersebut (McQuail dan Windahl,1981).43
a. Model Komunikasi Linear
Model komunikasi mula-mula diperkenalkan oleh Harold D. Lasswell
dalam artikelnya tahun 1984 dengan satu kalimat yang terkenal dalam risetriset komunikasi, ia menulis, “cara untuk mengatakan dengan tepat sebuah
tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan : Who
(siapa), Says what (mengatakan apa), In which channel (dengan saluran yang
mana), To whom (kepada siapa), Whit what effect? (dengan efek
bagaimana?)”.44
Karena menganggap model Lasswell itu sederhana, beberapa ahli riset
Braddock (1958) mengembangkannya dengan menambahkan dua hal yang
ada hubungannya dengan tindakan komunikasi, yaitu situasi dimana sebuah
pesan dikirimkan dan apa tujuan komunikator mengatakan sesuatu.
b. Model Komunikasi Transaksional
Model transaksional sebagai suatu sistem yang disusun, dari berbagai
komponen (sumber, pesan dan saluran) dan tingkah laku. Beberapa perubahan
dalam satu komponen akan mempengaruhi seluruh sistem komunikasi.
Komunikasi transaksional memiliki tujuan
untuk mendapatkan
tanggapan dari penerima. Mengamati perbedaan bentuk dari berbagai
43
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006)
h.59-60.
44
Ibid, h.60.
27
komunikasi menunjukkan kepada kita bahwa komunikasi memiliki tujuan.
Komunikasi transaksional merupakan komunikasi transaksi, ini adalah bukan
seseorang berbuat sesuatu kepada orang lain. Perbedaan antara sumber dan
penerima adalah berubah-ubah sejak keduannya aktif melibatkan dalam
transaksi.
Komunikasi ini juga subjektif, dimana persepsi terhadap objek di
dalam lingkungan kita, tindakan mendecoding pesan semaunya dipengaruhi
oleh budaya.45
c. Model Komunikasi Konvergensi
Komunikasi sebenarnya bukan sekedar suatu proses pemindahan
informasi tetapi adalah proses konvergensi dimana dua orang atau lebih
berpartisipasi dalam tukar-menukar informasi untuk mencapai suatu saling
pengertian antara satu dengan yang lainnya.
Yang dimaksud dengan konvergensi adalah proses kecenderungan
menuju ke suatu titik yang sama atau menuju satu sama lain. Sedang yang
dimaksud divergensi adalah sebaliknya yaitu menjauh atau memisah. 46
45
46
Ibid, h.76-77.
Ibid, h.78.
28
5. Hambatan Komunikasi
Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai
gangguan (noise). Manusia sebagai komunikan memiliki kecenderungan untuk acuh
tak acuh, meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat
dengan jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidaknya ada tiga faktor
psikologis yang menandasari hal itu:
1. Selective attention, orang biasanya cenderung untuk mengekspos dirinya
hanya kepada hal-hal yang dikehendakinya.
2. Selective perception, suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu
peristiwa komunikasi ia cenderung untuk menafsirkan isi komunikasi itu
sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya.
3. Selective retention, meskipun seseorang memahami suatu komunikasi,
tetapi orang berkecenderungan untuk hanya mengingat apa yang mereka ingin
untuk diingat.47
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Ada banyak hal
yang bisa merusak komunikasi. Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai
dua sifat yaitu:
a) sifat objektif adalah gangguan terhadap jalannya komunikasi, yang tidak
disengaja di buat orang lain, tapi mungkin disebabkan oleh keadaan yang
tidak menguntungkan.
b) sifat subjektif adalah gangguan yang sengaja di buat orang lain,sehingga
merupakan gangguan, penentangan terhadap suatu usaha komunikasi.48
47
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006) h.9-
10.
48
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003) cet.ke-3, h.50.
29
Berikut ini ada beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang
harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.49
1. Gangguan
Menurut sifatnya ada dua jenis gangguan terhadap jalannya
komunikasi:
a. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran
komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Hambatan mekanik
dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi. Contoh suara telepon yang krotokan, ketikan huruf yang
buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, dll.50
b. Gangguan semantis, menyangkut bahasa yang dipergunakan
komunikator
sebagai
“alat”
untuk
menyalurkan
pikiran
dan
perasaannya kepada komunikan. Ganguan semantis juga terjadi pada
kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi memiliki makna
yang berbeda.51
2. Kepentingan
Interest atau kepentinganakan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan
perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan
bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya
tanggap, perasaan, pikiran dan, tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif
49
Ibid, h. 45.
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.2004) cet.ke-6, h.15.
51
Ibid, h.14.
50
30
terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan
suatu kepentingan.52
3. Motivasi Terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai
benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan
komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan.
Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai
dengan motivasinya. 53
4. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi
suatu kegiatan komunikasi oleh karena itu orang yang mempunyai prasangka
belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang
hendak melancarkan komunikasi.54
52
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003) cet.ke-3, h.47-48.
53
Ibid, h.48.
54
Ibid, h.49.
31
B. Pola Aliran dan Arah Komunikasi dalam Organisasi
1. Pola Aliran Komunikasi
Kata “Pola” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya bentuk atau
system.55 Cara atau bentuk (struktur) yang tetap. Dimana pola juga diartikan sebagai
model, contoh, pedoman (rancangan).
Ada lima pola aliran informasi yang dapat dijumpai di umumnya kelompok
dan organisasi, diantaranya: 56
B
B
E
C
A
A
A
B
C
D
C
E
E
D
Pola Roda
Pola Rantai
Pola Lingkaran
D
E
B
D
A
A
C
B
E
C
D
Pola Bintang
Pola Y
Penjelasan:
1. Pola lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka
memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok.
Setiap anggota anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya.
55
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,2002), h. 885.
56
Abdullah M, Komunikasi Organisasi dalamPerspektif Teori dan Praktek (Malang: UMM
Perss, 2008), h. 57-58.
32
2. Pola roda, memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusat. Orang ini
merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua
anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota
lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.
3. Pola rantai sama dengan pola lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling
ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga
terdapat di sini. Orang yang berada di posisi tengah-tengah lebih berperan sebagai
pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain.
4. Pola bintang atau semua saluran hampir sama dengan pola lingkaran dalam arti
semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap
anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan
adanya partisipasi anggota secara optimum.
5. Pola Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan pola roda, tetapi lebih
tersentralisasi disbanding dengan pola lainnya. Pada pola Y juga terdapat pemimpin
yang jelas. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang
lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang
lainnya.
2. Arah Aliran Komunikasi
Dalam komunikasi organisasi kita berbicara tentang informasi yang berpindah
secara formal yang terbagi menjadi komunikasi kebawah, komunikasi keatas,
komunikasi horizontal, dan komunikasi lintas saluran. Selain aliran informasi
33
tersebut terkadang dalam organisasi mengalir secara informal bersama-sama
“selentingan”.
a. Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih
rendah. Ada lima jenis informasi yang bisa dikomunikasikan dari atasan kepada
bawahan, diantaranya: (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan. (2)
informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan. (3) informasi
mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi. (4) informasi mengenai kinerja
pegawai, (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas. 57
b. Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi
mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi. Jenis
komunikasi ini biasanya mencakup: (1) kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan.
(2) masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang belum terjawab.
(3) berbagai gagasan untuk perubahan dan saran-saran perbaikan. (4) perasaan yang
berkaitan dengan pekerjaan mengenai organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerjaan
lainnya, dan masalah lain yang serupa.58
c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekanrekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Adapun tujuan komunikasi horizontal
dalam sebuah organisasi diantaranya adalah; (1) untuk mengkoordinasikan penugasan
kerja. (2) berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. (3) untuk memecahkan
57
58
Ibid, h. 64
Ibid, h. 67-68
34
masalah. (4) untuk memperoleh pemahaman bersama. (5) untuk mendamaikan,
berunding, dan menengahi perbedaan. (6) untuk menumbuhkan dukungan
antarpesona.59
d. Komunikasi Lintas Saluran
Dalam kebanyakan organisasi, muncul keinginan anggota untuk berbagi
informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki
posisi atasan maupun bawahan mereka. Mereka tidak memiliki lini untuk
mengarahkan orang-orang yang berkomunikasi dengan mereka dan terutama harus
mempromosikan gagasan-gagasan mereka. Namun mereka memiliki mobilitas tinggi
dalam organisasi, mereka dapat mengunjungi bagian lain atau meninggalkan kantor
mereka hanya untuk terlibat dalam komunikasi informal.60
e. Komunikasi Selentingan
Dalam istilah komunikasi, selentingan digambarkan sebagai ”metode
penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui
saluran biasa”. Karena informasi informal/personal ini muncul dari interaksi di antara
orang-orang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga,
dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine).61
59
60
Ibid, h. 68-70
Ibid, h. 70
61
Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006), cet-6, h. 199-200.
35
C. Mental dan Disiplin Prajurit
1. Pengertian Mental
Seperti halnya fisik, kesehatan mental adalah penting bagi fase kehidupan.
Kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stress, berhubungan dengan orang
lain, dan mengambil keputusan.
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan
keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain,
sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari
perasaan ragu dan bimbang serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin
(konflik).
Dapat diartikan bahwa kesehatan mental adalah terhindar nya seseorang
dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat
memanfaatkan segala potensi yang ada semaksimal mungkin, dan membawa kepada
kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.62
Jadi dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa mental adalah kondisi jiwa
yang terpantul dalam sikap seseorang terhadap berbagai situasi yang dihadapinya.
Danang
Hawari
(PR,19-1-1995)
mengemukakan
pendapat
WHO
(organisasi kesehatan dunia), bahwa ada delapan criteria jiwa (mental) yang sehat,
yaitu:
a. mampu belajar dari pengalaman
b. mudah beradaptasi
c. lebih senang memberi dari pada menerima
d. lebih senang menolong dari pada ditolong
e. mempunyai rasa kasih saying
62
Syamsu Yusuf, Mental Hygiene, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004) h.19-20.
36
f. memperoleh kesenangan dari hasil usahanya
g. menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman
h. berpikir positif.
Sikun Pribadi (1981) mengemukakan bahwa ciri atau manifestasi jiwa yang
sehat adalah sebagai berikut:
a. perasaan aman, bebas dari rasa cemas
b. rasa harga diri yang mantap
c. spontanitas dan kehidupan emosi yang hangat dan terbuka
d. mempunyai keinginan yang sifatnya duniawi, jasmani yang wajar, dan
mampu memuaskannya.
e. dapat belajar mengalah dan merendahkan diri sederajat dengan orang lain.
f. tahu diri, artinya mampu menilai kekuatan dan kelemahan dirinya (baik
fisik maupun psikis) secara tepat dan objektif.
g. mampu melihat realitas secara realitas dan memperlakukannya secara
realitas (tidak menghayal).
h. toleransi terhadap ketegangan atau stress, artinya tidak panik ketika
menghadapi masalah (fisik, psikis, dan sosial).
i. integrasi dan kemantapan dalam kepribadian.
j. kemampuan menyesuaikan diri dalam batas-batas tertentu dengan normanorma kelompok, dimana kita jadi anggotanya (tidak melanggar aturan-aturan
yang telah disepakati bersama atau ditentukan dalam kelompok).
k. kemempuan tidak terikat oleh kelompok. (mempunyai pendirian sendiri,
dapat menilai baik-buruk, benar-salah tentang kelompoknya).
37
Uraian diatas, menunjukkan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan ciri-ciri
mental yang tidak sehat adalah sebagai berikut:63
a. perasaan tidak nyaman.
b. perasaan tidak aman.
c. kurang memiliki rasa percaya diri.
d. kurang memahami diri.
e. kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial.
f. ketidakmatangan emosi.
g. kepribadiannya terganggu.
2. Pembinaan Mental Rohani
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan pe- dan
akhiran – an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina,
usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna
untuk memperoleh hasil yang lebih baik.64
Mental diartikan sebagai kepribadian yang merupakan kebulatan yang
dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau
terlihat dari psikomotornya. Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering
digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa
mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan
perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku,
63
Ibid, h.23.
64
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Ed. II;
Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 117.
38
cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau
menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya.
Pembinaan mental adalah segala usaha tindakan dan kegiatan untuk
membentuk, memelihara, serta memantapkan mental anggota berdasarkan Pancasila,
Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan Prajurit Marinir
melalui pembinaan rohani, serta pembinaan tradisi sehingga mampu dan mantap
dalam melaksanakan tugasnya.
Pembinaan rohani adalah pembinaan kondisi jiwa seseorang/prajurit untuk
mempertinggi moral, budi pekerti yang luhur dengan memperkuat keyakinan
beragama, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, maupun
dalam hubungan manusia dengan sesamanya ataupun dalam hubungan manusia
dengan diri pribadinya.
Dengan demikian pembinaan mental rohani adalah usaha pekerjaan dan
kegiatan untuk membentuk, memelihara, dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3. Pengertian Disiplin Prajurit
Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan dan kepatuhan. disiplin bagi
seorang anggota militer atau seorang Prajurit TNI merupakan suatu keharusan dan
pola hidup yang harus dijalani. pembentukan disiplin bagi Prajurit diawali dari masa
pendidikan dasar keprajuritan. pembinaan dan pengasuhan merupakan salah satu cara
pembentukan disiplin bagi Prajurit. pola pembinaan diberikan melalui intensitas
kegiatan disertai doktrin bagi anggota TNI. karena sifatnya yang ‘harus’ tadi, maka
perlu diberlakukan suatu peraturan dan ketentuan demi lancarnya penegakan disiplin
dalam tubuh organisasi militer.
39
Disiplin adalah sikap mental yang merupakan wujud dari kepribadian
seseorang yang tercermin dari sikap, perbuatan terhadap peraturan dan tata tertib
yang berlaku yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran.
4. Jenis Pelanggaran Disiplin
Penegakkan hukum disiplin militer bersumber kepada peraturan-peraturan
hukum disiplin prajurit. Terdapat beberapa peraturan yang berlaku ataupun sudah
berlaku dalam rangka penegakkan hukum disiplin militer. Beberapa peraturan
tersebut adalah :
1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Prajurit
TNI.
2.
Peraturan Disiplin Prajurit TNI yang disahkan dengan Keputusan
Panglima TNI Nomor Kep/22/VIII/2005 Tanggal 10 Agustus 2005.
3.
Peraturan pelaksanaan lainnya yaitu Peraturan Urusan Dinas Dalam
(PUDD).
4.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia.
5.
Dokumen-dokumen penting lainnya yang materinya menyangkut disiplin
militer :
a)
Sumpah Prajurit.
b) Sapta Marga.
c)
Delapan (8) Wajib TNI.
40
Dalam undang-undang nomor 26 tahun 1997 tentang hukum disiplin prajurit
TNI menyebutkan pelanggaran disiplin militer terbagi menjadi dua (2), yakni
pelanggaran disiplin militer murni dan pelanggaran disiplin militer tidak murni.
a. Pelanggaran disiplin militer murni adalah setiap perbuatan yang bukan tindak
pidana, tetapi bertentangan dengan perintah kedinasan atau peraturan kedinasan
atau perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kehidupan prajurit.
b. Pelanggaran disiplin militer tidak murni merupakan Pelanggaran hukum
disiplin tidak murni merupakan setiap perbuatan yang merupakan tindak pidana
yang sedemikian ringan sifatnya sehingga dapat diselesaikan secara hukum
disiplin prajurit.
Kewenangan untuk menyelesaikan pelanggaran hukum disiplin militer tidak
murni secara hukum disiplin ada pada Komandan yang bertindak sebagai Papera
(Perwira penyerah perkara) setelah mendapat pendapat dan opini hukum dari Oditurat
militer. Prajurit yang melakukan pelanggaran hukum disiplin militer akan dikenakan
sanksi berupa tindakan disiplin dan hukuman disiplin. Pemberian sanksi dilakukan
oleh Ankum (Atasan yang Berhak Menghukum). Sanksi tindakan disiplin yang
dijatuhkan Ankum berupa tindakan fisik dan/atau teguran lisan untuk menumbuhkan
kesadaran dan mencegah terulangnya pelanggaran hukum disiplin prajurit.
Selanjutnya dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum
Disiplin Prajurit TNI menjabarkan jenis hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan
Ankum berupa :
41
1.
Teguran;
2.
Penahanan ringan, paling lama empat belas (14) hari;
3.
Penahanan berat, paling lama dua puluh satu (21) hari.
Penjatuhan tindakan disiplin tidak menghapuskan kewenangan Ankum dalam
memberikan hukuman disiplin kepada prajurit yang melakukan pelanggaran hukum
disiplin militer.
Definisi Istilah
1. Pola Komunikasi adalah bentuk atau sistem. Cara atau bentuk (struktur) yang
tetap. Pola komunikasi disini yang terjadi antara Kepala Sub Dinas Pembinaan
Mental (Kasubdisbintal) dengan prajurit marinir.
2. Sub Dinas Pembinaan Mental adalah organisasi dibawah Dinas Administrasi
Personel (Disminpers) yang bertugas membantu Kepala Disminpers dalam
melaksanakan pembinaan kejuangan yang meliputi disiplin prajurit dan pembinaan
kerohanian, termasuk pembinaan terhadap keluarga prajurit.
3. Disiplin Prajurit adalah sikap mental prajurit marinir yang merupakan wujud dari
kepribadian seseorang yang tercermin dari sikap, perbuatan terhadap peraturan dan
tata tertib yang berlaku yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran.
4. Markas Komando Korps Marinir adalah Satuan Militer Komando Utama (Kotama)
dibawah jajaran TNI AL yang bertempat di Jl. Prapatan no.40 Kwitang Jakarta
Pusat.
42
BAB III
SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM DISIPLIN PRAJURIT
DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR
A. Sejarah Terbentuknya Korps Marinir
Terlahir dari patriotisme pemuda yang menginginkan patahnya belenggu
kolonialisme, Korps Marinir sudah eksis sejak berkecamuknya perang merebut
kemerdekaan. Setelah gema Proklamasi 17 Agustus 1945 dikumandangkan, pada
tanggal 22 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia membentuk
tiga badan yaitu Komite Nasional Indonesia, Party Nasional Indonesia dan Badan
Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Dalam lingkungan BPKKP inilah
dibentuk satu badan keamanan yang dinamakan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Bagi pelaksanaan tugas keamanan dan ketertiban di pantai, lautan dan daerahdaerah pelabuhan dibentuk BKR Laut yang didirikan pada 10 September 1945.
Pada
5
Oktober
1945
Presiden
mengeluarkan
maklumat
tentang
pembentukan Tentara Keamanan Rakyat di mana BKR menjadi inti TKR. Dengan
demikian BKR Laut pun berubah menjadi TKR Laut. TKR ini kemudian
berkembang menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Pada 15 Nopember 1945 tercantum dalam Pangkalan IV ALRI Tegal nama
Corps Mariniers (tanggal ini selanjutnya dijadikan sebagai hari lahir Korps
Marinir). Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan No.
A/565/1948 pada tanggal 9 Oktober 1948 ditetapkan adanya Korps Komando di
dalam jajaran Angkatan Laut. Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) kembali
43
menggunakan nama Korps Marinir sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Staf
Angkatan Laut No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 15 Nopember 1975.65
Seiring dengan berkembangnya jaman terutama untuk menuju terbentuknya
organisasi militer yang modern dan profesional, Korps Marinir baik secara
organisatoris maupun pembinaan kekuatannya mengalami beberapa perubahan.
Perubahan yang dimaksud antara lain mulai dari penyebutan unsur kekuatan,
likuidasi beberapa satuan, penambahan kekuatan satuan baik di lingkup Komando
Pelaksana (Kolak) maupun Satuan Pelaksana (Satlak) hingga ke tingkat pola
pembinaan personel atau pengawak organisasi.
Di bidang organisasi, perubahan terakhir terjadi pada tahun 2004 di mana
terbentuk kekuatan baru di jajaran Komando Pelaksana (Kolak) Korps Marinir
yakni dengan terbentuknya Pasmar-2 dan Brigif-3 Marinir. Di masa mendatang,
kekuatan Korps Marinir akan terus dikembangkan hingga mencapai bentuk yang
ideal baik dari segi kualitas maupun kuantitas personel termasuk peralatan
tempurnya.
Diawal terbentuknya KKO AL tahun 1945 dengan perimbangan kepentingan
dinas yang waktu itu masih dalam suasana mempertahankan kemerdekaan maka
pimpinan merasa perlu membentuk organisasi yang bertugas memelihara,
memperhatikan dan mengurus segala yang berhubungan dengan kepentingan
prajurit. Maka dibentuklah organisasi Personel yang didalamnya terdiri dari
beberapa sub organisasi salah satunya Sub Dinas Pembinaan Mental yang salah
satu tugasnya membina disiplin prajurit, keluarga dan membina spiritual/rohani
prajurit Korps Marinir yaitu yang bernama Jawatan personel. Seiring dengan
65
Bagian Sejarah KKO-AL, Korps Komando AL, Jakarta 1971, h.3-7.
44
perkembangan waktu Jawatan personel berubah menjadi Dinas Administrasi
Personel (Disminpers) yang didalamnya terdapat Sub Dinas Pembinaan Mental
yang semakin mendapat tantangan dalam berupaya menjaga kondisi disiplin
prajurit yang mampu mempertahankan profesionalisme, dedikasi dan loyalitas
sesuai perkembangan zaman.
B. Kondisi Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir
Disiplin pada hakekatnya adalah suatu sikap mental yang merupakan
gambaran dari kualitas mental seseorang, oleh sebab itu disiplin berkaitan erat
dengan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Disiplin dapat ditanamkan
melalui pendidikan dan latihan serta mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan kepribadian seseorang.
Tujuan disiplin bukan untuk membatasi kebebasan, melainkan untuk
menciptakan situasi tertib dan teratur sebagai syarat terwujudnya koordinasi,
singkronisasi, maupun menyangkut keselamatan dan keamanan. Disiplin adalah
syarat mutlak untuk mentaati semua peraturan-peraturan dan semua perintah
kedinasan dari tiap-tiap atasn, termasuk hal-hal yang kecil.
Melaksanakan perintah secara tepat dan cepat dalam situasi yang sulit adalah
merupakan tuntutan disiplin bagi prajurit Korps Marinir. Disiplin merupakan satu
nilai yang harus dijadikan pedoman berpikir, bersikap dan bertindak sebagaimana
tercantum dalam TRISILA TNI AL, karena disiplin sebagai faktor penentu bagi
keberhasilan suatu tugas yang harus dilaksanakan. Nilai-nilai disiplin yang harus
dijadikan pedoman adalah sebagai berikut:
45
a. Disiplin merupakan cermin kehidupan setiap prajurit, Sapta Marga yang dengan
penuh kesadaran senantiasa mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku
dilingkungan TNI/TNI AL/Korps Marinir.
b. Disiplin berlaku bagi setiap prajurit di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi
apa saja.
c. Disiplin adalah tanggung jawab bagi setiap individu, setiap atasn, kesatuan dan
organisasi.
d. Disiplin harus selalu ditegakkan, dipelihara dan di bina secara terus-menerus
selama masih adanya keberadaan prajurit dan organisasi itu sendiri.
e. Setiap prajurit yang melanggar didiplin harus dikenai sanksi-sanksi berdasarkan
ketentuan yang berlaku, tanpa kecuali.
f. Prajurit Korps Marinir yang disiplin adalah prajurit yang melaksanakan Sapta
Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan, Enam Tuntunan
Korps Marinir dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.
g. Prajurit tanpa disiplin sama saja dengan kelompok yang dipersenjatai dan dapat
membahayakan kesatuan organisasi, lingkungan, bangsa dan Negara.
Secara umum kondisi disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir
saat ini relatif masih stabil. Hal ini dilihat dari berjalannya Perintah Harian Sifat
Tetap (PHST) dan kepatuhan prajurit terhadap aturan-aturan, baik aturan internal
TNI AL/Korps Marinir maupun aturan hukum yang berlaku di masyarakat. Tetapi
kalau dilihat dari data pelanggaran yang ada di Satuan Provost di Markas Komando
Korps Marinir menunjukkan masih terdapat sebagian prajurit yang melanggar
disiplin baik disiplin murni maupun disiplin tidak murni yang dilakukan oleh
beberapa oknum prajurit, baik perwira, bintara, maupun tamtama, meskipun
46
eskalasinya sudah ada penurunan dari tahun ke tahun. Kondisi ini tetap menjadi
perhatian khusus, karena di Markas Komando Korps Marinir dijadikan barometer
keberhasilan teganya disiplin prajurit di jajaran Korps Marinir. Adapun data jumlah
pelanggaran tersebut pada tahun 2009 dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1
DATA PELANGGARAN DENMA MAKO KORMAR
Bulan
Januari
Perwira
1
Bintara
-
Tamtama
4
Februari
1
3
-
Maret
April
-
5
1
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah
2
2
10
1
1
7
Ket
Pa 1 : Pengancaman
Ta 4 : 1 Perceraian, 2
Penadahan
kendaraan
curian, 1 Pengelapan
barang.
Pa 1 : Perampasan Mobil
Ba 3 : 1 Penembakan
anggota
Kopasus,
2
Mangkir
Nihil
Ba 5 : Terjaring Operasi
Gaktiblin
(STNK/SIM
kendaraan Mati, Knalpot
tidak sesuai standar)
Nihil
Nihil
Ba 2 : Menjadi Beking
Ta 1 : Mangkir
Nihil
Nihil
Ta 1 : Desersi
Nihil
Sumber : Laporan Bulanan Disprov Kormar
Dari data pelanggaran disiplin diatas, dapat dilihat di setiap bulannya selama
tahun 2009 jumlah pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh personel Marinir di
Markas Komando Korps Marinir cukup tinggi, dengan beragam pelanggaran yang
dilakukan.
47
C. Tugas dan Wewenang Sub Dinas Pembinaan Mental
Petunjuk kerja merupakan penjabaran lebih lanjut Organisasi dan prosedur
Dinas Administrasi Personel Korps Marinir dalam organisasi dan prosedur badan
staf, badan pelayanan staf dan badan pelaksanaan pusat tingkat Markas Komando
Korps Marinir yang disyahkan dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut
Nomor: Kep/16/IX/1993 tanggal 23 September 1993.
Sub Dinas Pembinaan Mental adalah sebagai salah satu unsur pelaksana
teknis dan pelaksana pembinaan mental dan disiplin personel Korps Marinir. Dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya Sub Dinas Pembinaan Mental bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas Administrasi Personel Korps Marinir. Berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut tersebut maka tugas dan wewenang Kepala
Sub Dinas Pembinaan Mental (Kasubdis Bintal) adalah:
1. Mengevaluasi data dan menyusun konsep rencana, program dan anggaran
pelaksana pembinaan mental di lingkungan Korps Marinir meliputi
pembinaan mental kejuangan dan kerohanian.
2. Menyusun dan menyiapkan konsep petunjuk-petunjuk bersifat teknis
pelaksanaan pembinaan mental bidang kejuangan dan kerohanian.
3. Menyiapkan dan menyusun konsep rencana, program dan anggaran
fungsional Dinas Administrasi Personel Korps Marinir bidang mental
kejuangan dan kerohanian.
4. Melaksanakan kegiatan mental termasuk pembinaan tata tertib/disiplin
personel Korps Marinir termasuk keluarganya, meliputi:
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai kegiatan yang telah diprogramkan.
48
b. Memonitor pelaksanaan kegiatan pembinaan mental tata tertib dan
disiplin yang dilaksanakan oleh Kolak/Satker Korps Marinir.
5. Membantu pengawasn, pengendalian, evaluasi dan penyusunan konsep
laporan pelaksanaan program Dinas Administrasi Personel Korps Marinir
bidang pembinaan mental kejuangan dan kerohanian.
Dalam melaksanakan tugas Kepala Sub Dinas Pembinaan mental dibantu oleh
dua orang kepala seksi (Kasi) yakni Kasi Juang dan Kasi Roh, yang
bertanggungjawab kepada Kepala Sub Dinas Pembinaan Mental, Adapun tugas Kasi
Juang adalah sebagai berikut:
1. Menghimpun bahan, menyusun data dan membantu menyusun konsep
rencana program dan anggaran pelaksanaan pembinaan mental kejuangan.
2. Menghimpun bahan dan membantu menyusun konsep petunjuk-petunjuk
bersifat teknis pelaksanaan pembinaan mental kejuangan.
3. Membantu mengevaluasi data dan menyusun konsep rencana program dan
anggaran fungsional Dinas Administrasi Personel (Disminpers) Korps Marinir
bidang metal kejuangan.
4. Membantu melaksanakan santi aji, santi karma, dan tata tertib/disiplin
dilingkungan Korps Marinir.
5. Membantu pelaksanaan pembinaan tradisi dilingkungan Korps Marinir.
6. Menghimpun bahan dan menyusun data laporan pelaksanaan pembinaan
mental kejuangan.
Dalam pelaksanaan tugasnya Kasi Juang dibantu oleh Kaur Juang, yang
memiliki tugas, untuk mengikuti perkembangan pelasksanaan pembinaan tata tertib
dan disiplin dilingkungan Korps Marinir (pelaksanaan tiblin, ceramah sapta marga,
49
Sumpah Prajurit dan lain-lain). Adapun tugas dan wewenang Kasi Juang adalah
sebagai berikut:
1. Memelihara jurnal dan sarana kendali lainnya mengenai pembinaan
ideologi.
2. Memelihara Petunjuk teknik mengenai pembinaan mental ideologi,
kejuangan tradisi Marinir.
3. Mengatur peredaran surat masuk dan keluar sesuai proses tata minu yang
telah ditentukan
4. Melaksanakan pekerjaan sebagai Juru Tulis dan Juru Ketik penyelesaian
administrasi dilingkungan Sub Dinas Pembinaan Mental (Subdis Bintal).
Sedangkan Kasi Roh memiliki tugas sebagai berikut:
1. Menghimpun bahan, menyusun data dan membantu menyusun konsep
rencana, program dan anggaran pelaksanaan pembinaan mental dan
pengamalan ajaran agama.
2.
Menyusun
konsep
petunjuk-petunjuk bersifat teknis pelaksanaan
pembinaan mental dan pengamalan ajaran agama.
3. Mengevaluasi dan menyusun konsep rencana, program dan anggaran
fungsional Disminpers Korps Marinir bidang mental dan pengamalan ajaran
agama.
4. Membantu/melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan kerukunan hidup
beragama.
5. Menghimpun bahan dan menyusun data laporan pelaksanaan pembinaan
mental rohani dan pengamalan ajaran agama.
50
Dalam pelaksanaan tugasnya Kasi Roh dibantu oleh Paroh Islam, Paroh
Katholik, Paroh Protestan, Paroh Hindu/Budha. Adapun tugas sebagai Paroh adalah:
1. Membuat daftar personel (militer/PNS) beserta keluarga sesuai agama
masing-masing.
2. Membuat daftar peringatan hari besar setiap agama.
3. Mengikuti perkembangan pelaksanaan kegiatan pembinaan mental rohani
menurut agama masing-masing dilingkungan Korps Marinir.
4. Mendistribusikan buku-buku ajaran agama.
D. Struktur Organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir
KASUBDIS
BINTAL
UR MIN
BINTAL
KASI
JUANG
KASI
ROHANI
KAUR
JUANG
PAROH
ISLAM
PAROH
KATHOLIK
PAROH
PROTESTAN
PAROH
HINDU/BUDHA
51
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN
A. Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit Marinir
Pola komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental yang digunakan adalah pola
roda. Sedangkan arah aliran komunikasi formal yang digunakan dalam menjalankan
proses birokrasi tugas-tugas dengan menggunakan komunikasi ke bawah, komunikasi
ke atas, komunikasi horizontal serta komunikasi lintas saluran. Arah aliran komunikasi
lainnya yang juga digunakan adalah desas-desus atau grapevine.
1. Pola Komunikasi Roda
Pola komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental yang
digunakan dalam
menjalankan tugas-tugas adalah dengan pola komunikasi roda. Di mana pola roda
pemimpin dalam hal ini Kepala Sub Dinas Pembinaan Mental dalam jabatannya
untuk periode saat ini sedang kosong atau tidak ada yang menjabat memiliki
kewenangan penuh terhadap informasi yang akan disampaikan kepada bawahannya
dalam hal ini Kepala Seksi Juang yaitu Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag dan
Kepala Seksi Rohani yaitu Mayor Laut (KH) Syafruddin, S.Ag serta kepada seluruh
prajurit di Markas Komando Korps Marinir.
Adapun pengaruh pola roda dalam proses komunikasi Sub Dinas Pembinaan
Mental dapat terlihat dari beberapa variabel berikut:
1. Pengawasan arus informasi tinggi.
Dengan menggunakan pola roda, di mana setiap prajurit hanya dapat
memperoleh informasi/pesan dari pemimpin. Sehingga pengawasan arus
52
informasi dapat terkendali, setiap kebijakan dari pimpinan dapat diterima dan
dipertanggungjawabkan oleh seluruh anggota untuk pelaksanaannya.
2. Moral atau kepuasan sangat tinggi
Setiap prajurit dengan adanya penerapan pola komuniksi roda maka
dapat berkomunikasi langsung dengan pemimpin, dengan pola komunikasi roda
maka akan terdapat kepuasan yang diperoleh prajurit, karena prajurit dapat
menyampaikan pendapat, ide, gagasan langsung kepada pemimpin.
3. Kecermatan tugas baik.
Dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai prajurit, dengan adanya pola
komunikasi roda maka dapat berjalan dengan baik dan informasi dapat
diperoleh dari atasan langsung dengan akurat.
4. Jumlah pesan yang dikirimkan tinggi
Jumlah pesan yang masuk dan keluar organisasi Sub Dinas Pembinaan
Mental sangat tinggi. Pesan yang keluar dipublikasikan langsung ke seluruh
prajurit dengan media yang ada.
2. Pola Komunikasi Formal
Bila komunikasi mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hirarki
resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan
komunikasi formal. Pesan dalam jaringan komunikasi formal biasanya mengalir dari
atas ke bawah, dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. 66
Sehingga dalam komunikasi organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental akan dibicarakan
tentang informasi berpindah secara formal dari seseorang yang memiliki jabatan atau
kepangkatan lebih tinggi ke seseorang yang jabatannya atau kepangkatannya lebih
66
Arni Muhammad, Komunikasi organisasi,(Jakarta: Bumi Aksara,2008) cet.ke-9,h.107.
53
rendah dan komunikasi dari seseorang yang memiliki jabatan atau kepangkatannya
lebih rendah ke seseorang yang memiliki kepangkatannya lebih tinggi, komunikasi
yang terjadi dalam tingkatan jabatan atau kepangkatannya yang sama, serta komunikasi
yang bergerak di antara jabatan atau kepangkatan yang tidak menjadi atasan atau
bawahan satu dengan yang lainnya dan mereka menempati bagian fungsional yang
berbeda.
a) Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus informasi/pesan yang
mengalir dari para atasan dalam hal ini Kepala Sub Dinas Pembinaan Mental ke
bawahannya yaitu seluruh prajurit di Markas Komando Korps Marinir dalam
bidang militer di sebut dengan ”perintah atasan”. Secara umum tipe komunikasi
kebawah dapat digolongkan menjadi lima tipe67:
a. Instruksi Tugas yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan
mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana
melakukannya.
b. Rasional yaitu pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas
dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam
organisasi atau objektif organisasi.
c. Ideologi merupakan perlusan dari pesan rasional, yang dalam hal ini
mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna
memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
d. Informasi, dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan
praktik-praktik
67
organisasi,
Ibid,h.108
54
peraturan-peraturan
organisasi,
keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan
instruksi dan rasional.
e. Balikan berisikan informasi mengenai ketepatan individu dalam
melakukan pekerjaannya.
”Dalam organisasi militer tentu sudah jelas pembagian tugas dan
wewenangnya semua sudah ada dalam buku panduan Petunjuk Taktis dan
buku Petunjuk Pelaksana. Adapun tugas dan wewenang sebagai Kepala Sub
Dinas Pembinaan Mental adalah memberikan beberapa informasi atau
perintah dari atasan kepada bawahannya”68, diantaranya adalah:
a) Pembinaan disiplin prajurit tidak terlepas juga dengan Dinas Hukum, dalam
hal ini dalam memberikan penyuluhan tentang bidang hukum, sehingga
para prajurit mengetahui hukuman/sanksi yang akan diterima jika
melakukan pelanggaran tersebut. Diharapkan dengan mengetahui sanksi
yang akan diterima maka para prajurit enggan untuk melakukan
pelanggaran tersebut.
b) Informasi/perintah menyusun dan menyiapkan konsep rencana, program
dan anggaran dalam rangka pelaksanaan pembinaan kejuangan dan
kerohanian. Perintah ini diberikan kepada anggota Sub Dinas Pembinaan
Mental untuk menyiapkan konsep rencana dan anggaran dalam rangka
pembinaan mental dilingkungan Korps Marinir meliputi pembinaan mental
kerohanian dan pembinaan mental kejuangan yang menyangkut tentang
kedisiplinan prajurit Marinir, sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan.
c) Memberikan Informasi dan pelaksanaan mengenai adanya peringatan harihari besar agama, seperti Isra Mi’raj, Nuzulul quran, tahun baru Islam (1
Muharam) dan sebagainya. Setiap ada hari besar keagamaan selalu
68
Wawancara Pribadi dengan Kasi Rohani, Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag, tanggal 09
Februari 2010.
55
mengadakan peringatan, sebagai salah satu pembinaan mental kerohanian
prajurit Marinir.
d) Memberikan Informasi adanya lomba dalam bidang keagamaan, seperti
lomba ceramah, lomba baca Al quran, dan lain-lain. Ketika dari Markas
besar Angkatan Laut (Mabesal) menberikan informasi adanya lomba dan
setiap Satuan Kerja untuk menyiapkan anggota yang memiliki kemampuan
sesuai bidang yang dilombakan maka anggota memiliki kesempatan. Dalam
hal ini sebelum berlomba maka Sub Dinas Pembinaan Mental sebagai
pelaksana di lingkungan Marinir maka terlebih dahulu melakukan seleksi
dan pelatihan kepada prajurit terpilih. Setelah terpilih di tingkat lingkungan
Marinir maka para peserta akan dilombakan terlebih dahulu di tingkat
Marinir sebelum berlomba di tingkat Markas Besar Angkatan Laut
(Mabesal).
e) Informasi kepada prajurit yang memiliki anak usia SMP-SMA untuk
mengikuti BJRB (Bintal Juang Remaja Bahari). Setiap anak dari prajurit
yang memiliki kemauan untuk lebih jauh mengenal tentang kelautan, maka
Korps Marinir memberikan kesempatan untuk memgikuti praogram ini.
BJRB merupakan kegitan yang mengenalkan kelautan dengan langsung
merasakan ikut berlayar dengan menggunakan kapal perang TNI AL selama
± 2 minggu.
f) Memberikan nasehat kepada prajurit yang akan melaksanakan pernikahan
dan prajurit yang memiliki masalah dalam rumah tangganya. Salah satu
kegiatan Sub Dinas Pembinaan Mental dalam memberikan informasi atau
pencerahan kepada prajurit ialah ketika prajurit akan melaksanakan
56
pernikahan. Sebelum pernikahan dilaksanakan maka terlebih dahulu prajurit
dan calon istrinya menghadap ke Sub Dinas Pembinaan Mental untuk
melaksanakan tes tentang keagamaan dan menjawab beberapa pertanyaan.
Sub Dinas Pembinaan Mental juga ikut bertanggung jawab ketika salah satu
prajurit dalam rumah tangganya mengalami masalah sebagai contoh akan
bercerai, maka Sub Dinas Pembinaan Mental ikut memberikan solusi agar
perceraian tidak terlaksana dan memberikan nasehat-nasehat kepada
keduanya.
g) Bagan 01
Komunikasi Ke Bawah
Kasubdisbintal
(Jabatan Kosong)
Urmin Bintal
Sertu Mar Armawi
Kasi Juang
Mayor Laut (KH)
Abdul Wadud, S.Ag
Kasi Rohani
Mayor Laut (KH)
Syafrudin, S.Ag
A
C
Paroh Islam
(Kosong)
Paroh Khatolik
(Kosong)
B
Paroh Protestan
Lettu Laut (KH)
Oktovianus P.A.D, S.Th
Kaur Juang
Serka Mar M. Mundir
Paroh Hindu/Budha
Lettu Laut (KH)
Rustam, S.Ag
57
Keterangan:
A. Kepala seksi (Kasi) Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag sebagai
atasan berkomunikasi kepada Paroh Protestan Lettu Laut (KH)
Oktovianus P.A.D, S.Th sebagai bawahan.
B. Kepala seksi (Kasi) Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag sebagai
atasan berkomunikasi kepada Paroh Hindu/Budha Lettu Laut (KH)
Rustam, S.Ag sebagai bawahan.
C. Kepala Seksi (Kasi) Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag
sebagai atasan berkomunikasi kepada Kaur Juang Serka Marinir M.
Mundir sebagai bawahan.
Dalam komunikasi ke bawah di organisasi militer terdapat suatu
pedoman yang sering dikenal dengan BFK (Bintal Fungsi Komando), dimana
BFK terbagi menjadi 2 arti yakni:
BFK dalam arti luas: bahwa setiap atasan atau golongan pangkat yang
lebih tinggi atau usia lebih tua berkewajiban dan bertanggung jawab atas
pembinaan mental/disiplin dari anggota/bawahan, atau golongan pangkat yang
lebih rendah.
BFK dalam arti khusus: bahwa pembinaan mental/disiplin merupakan
tugas setiap lapisan kepemimpinan dalam saluran tatanan komando TNI
(Tentara Nasional Indonesia). Setiap komandan/pemimpin sesuai lingkup
tugas/tanggung
jawab
serta
tingkat
komandonya,
berkewajiban
bertanggung jawab atas pembinaan mental/disiplin kesatuannya. 69
69
Wawancara Pribadi dengan Kasi Rohani, Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag, tanggal 09
Februari 2010.
58
dan
b) Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas adalah komunikasi yang dilakukan mengalir dari
bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang
lebih tinggi.70 Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir selalu melakuakan
pola komunikasi ke atas dengan menerima laporan rutin bulanan dan triwulan
dari setiap Komando Pelaksana (Kolak) di satuan bawah. Sesuai jalur birokrasi
yang ada, ketika seorang prajurit akan menghadap komandan maka terlebih
dahulu harus melalui kepala tata usaha (kataud) yang menjadi salah satu bagian
dari jalur komunikasi agar berjalan lancar dan tidak menggangu jadwal
kegiatan komandan.
Sebagai Kepala Seksi Rohani (Kasi Roh) Mayor Laut (KH) Syafrudin,
S.Ag selalu memberikan laporan kepada Kasubdisbintal tentang kegiatankegitan prajurit yang berhubungan dengan bidang kerohanian, begitu pula
dengan Kepala Seksi Kejuangan (Kasi Juang) Mayor Laut (KH) Abdul Wadud,
S.Ag juga memberikan laporan tentang pembinaan disiplin prajurit dan
kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan dan Kepala Sub Dinas Pembinaan
mental (Kasubdisbintal) demikian pula dengan Kasubdisbintal melakukan
komonikasi keatas sebagai penanggung jawab laporan kepada Kepala Dinas
Administrasi Personel (Kadisminpers) Korps Marinir yaitu Letkol Marinir Endi
Supardi.
”Komunikasi di organisasi militer itu sudah diatur dengan jelas
tentang hirarki kepangkatan dan jalur komandonya, jadi secara formalnya
komunikasi ya mengalir sesuai jalur yang sudah ada. Misalnya Kasi juang
dan Kasi Roh memberikan informasi/laporan kepada Kasubdisbintal,
begitu juga Kasubdisbintal sebagai bawahannya Kadisminpers sesuai jalur
70
Arni Muhammad, Komunikasi organisasi,(Jakarta: Bumi Aksara,2008) cet.ke-9,h.116.
59
komando maka akan meyampaikan laporan hasil kegiatan kepada
beliau.”71
Ada beberapa hal yang biasanya dikomunikasikan bawahan ke atasan antara
lain adalah:
a) Memberitahukan apa yang telah dilakukan bawahan, kegiatan latihan,
prestasi, keadaan prajurit, rencana program dan lain-lain.
b) Menjelaskan persoalan-persoalan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan
yang mugkin memerlukan bantuan.
c) Memberikan saran dan ide kepada komandan untuk kebaikkan sarana dan
prasarana penunjang untuk kegiatan prajurit.
d) Memberikan ide tentang keadaan organisasi agar pimpinan mengetahui apa
yang harus dilakuakan.
e) Memberikan informasi kepada pimpinan tentang keadaan keluarga prajurit
apabila ada yang tertimpa bencana/musibah.
Bagan 02
Komunikasi Ke Atas
71
Wawancara Pribadi dengan Kasi Roh, Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag, tanggal 09
Februari 2010.
60
Kasubdisbintal
(Jabatan Kosong)
Urmin Bintal
Sertu Mar Armawi
Kasi Juang
Mayor Laut (KH)
Abdul Wadud, S.Ag
Kasi Rohani
Mayor Laut (KH)
Syafrudin, S.Ag
C
A
Paroh Khatolik
(Kosong)
Paroh Islam
(Kosong)
Paroh Protestan
Lettu Laut (KH)
Oktovianus P.A.D, S. Th
B
Kaur Juang
Serka Mar M. Mundir
Paroh Hindu/Budha
Lettu Laut (KH)
Rustam, S. Ag
Keterangan:
A. Paroh Protestan Lettu Laut (KH) Oktovianus P.A.D, S.Th sebagai
bawahan berkomunikasi kepada Kepala seksi (Kasi) Rohani Mayor
Laut (KH) Syafrudin, S.Ag sebagai atasan.
B. Paroh Hindu/Budha Lettu Laut (KH) Rustam, S.Ag sebagai bawahan
berkomunikasi kepada Kepala seksi (Kasi) Rohani Mayor Laut (KH)
Syafrudin, S.Ag sebagai atasan.
C. Kaur Juang Serka Marinir M. Mundir sebagai bawahan berkomunikasi
kepada Kepala Seksi (Kasi) Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud,
S.Ag sebagai atasan.
c) Pola Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang
yang sama tingkatan otoritasnya di dalam suatu organisasi.72 Dalam hal ini
72
Arni Muhammad, Komunikasi organisasi,(Jakarta: Bumi Aksara,2008) cet.ke-9,h.121.
61
komunikasi yang dilakukan antara Kasi Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud,
S.Ag dan Kasi Roh Mayor Laut (KH) Syafruddin, S.Ag, masing-masing
berkomuniksi untuk mengkoordinasikan tentang tugas dan rencana kegiatan
Sub Dinas Pembinaan Mental dalam upaya meningkatkan Disiplin dalam tugas
dan pembinaan rohani prajurit Korps Marinir.
”Koordinasi antar Kasi dalam Organisasi Subdisbintal itu memang
diharuskan untuk menyamakan persepsi dalam menyelesaikan masalahmasalah yang ada, saya sebagai Kasi Rohani selalu koordinasi dengan Kasi
Juang dalam berbagai masalah, sebagai contoh sesuai pertanyaan saudara
tentang disiplin, kami selalu melakukan kajian-kajian agar bisa
meminimalkan pelanggaran.”73
Begitu juga dengan Kepala Urusan kejuangan (Kaur Juang) selalu
mengkoordinasikan rencana kegiatan prajurit dengan Kepala Urusan Rohani
Islam (Kaur Rohis), dalam upaya perencanaan kegiatan dan pelaksanaan tugastugas yang menyagkut pembinaan mental kerohanian dan kedisiplinan prajurit
di lingkungan Korps Marinir.
Bagan 03
Komunikasi Horizontal
73
Wawancara Pribadi dengan Kasi Juang, Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag, tanggal 12
Februari 2010.
62
Kasubdisbintal
(Jabatan Kosong)
Urmin Bintal
Sertu Mar Armawi
Kasi Rohani
Mayor Laut (KH)
Syafrudin, S.Ag
Kasi Juang
Mayor Laut (KH)
Abdul Wadud, S.Ag
A
Paroh Khatolik
(Kosong)
Paroh Islam
(Kosong)
Paroh Protestan
Lettu Laut (KH)
Oktovianus P.A.D, S. Th
Kaur Juang
Serka Mar M. Mundir
Paroh Hindu/Budha
Lettu Laut (KH)
Rustam, S. Ag
B
Keterangan:
A. Kepala Seksi Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag berkomunikasi
kepada Kepala seksi Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag
ataupun sebaliknya, sebagai rekan kerja dimana posisi jabatan mereka
sama tingkatannya.
B. Paroh
Protestan
Lettu
Laut
(KH)
Oktovianus
P.A.D,
S.Th
berkomunikasi kepada Paroh Hindu/Budha Lettu Laut (KH) Rustam, S.
Ag ataupun sebaliknya sebagai rekan kerja dimana posisi jabatan
mereka sama tingkatannya..
3. Pola Komunikasi Informal
Bila prajurit marinir berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan
posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi.
Informasi ini mengalir ke atas kebawah atau horizontal tanpa memperhatikan
hubungan posisi, kalaupun ada mungkin sedikit. Karena komunikasi informal ini
63
menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang-orang dan
mengalir keseluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Jaringan komunikasi ini lebih
dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin.74
”Sebagai contoh dari komunikasi informal adalah anggota Subdisdata
berkomunikasi dengan Kasi (kepala Seksi) di sub lain seperti Subdisbintal yang
berdiskusi membahas tentang olahraga atau masalah keagamaan”.75
Dalam menjalankan organisasi ini setiap prajurit sering melakukan komunikasi
grapevine. Pada saat melaksanakan kegiatan apel pagi, apel sore, waktu istirahat,
sholat berjamaah, dan ketika berolah raga semua prajurit dapat melaksanakan
komunikasi grapevine. Komunikasi informal ini dilakukan melalui komunikasi
personal, dengan interaksi tatap muka ataupun dengan menggunakan media misalnya
melalui telepon. Informasi yang dikomunikasikan bisa saja bukan tentang pekerjaan,
melainkan di luar pekerjaan, misalnya tentang kegiatan selama liburan, keadaan
keluarga, dan juga cerita-cerita tentang pengalaman prajurit dengan prajurit yang
lainnya.
” Komunikasi ini biasanya dilakukan ketika Apel Pagi, Apel Sore,
olah raga, waktu istirahat makan siang dan Sholat, bisa juga dilakukan
melalui telpon.”76
B. Upaya-upaya Peningkatan Disiplin Prajurit Marinir
Dari kondisi yang berkembang saat ini, gejala menurunnya disiplin prajurit di
Markas Komando Korps Marinir (Mako Kormar) dapat dilihat masih tingginya angka
pelanggaran disiplin pada tahun terakhir. Hal ini perlu segera dilakukan upaya-upaya
74
Arni Muhammad, Komunikasi organisasi,(Jakarta: Bumi Aksara,2008) cet.ke-9,h.124.
Wawancara Pribadi dengan Kasi Juang, Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag, tanggal 12
Februari 2010
76
Ibid.
75
64
oleh berbagai pihak dilingkungan Mako Kormar guna meningkatkan disiplin prajurit.
Adapun upaya-upaya tersebut adalah dengan adanya komunikasi yang komperhensif
Aplikasi Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL
dan Enam Tuntunan Korps Marinir salah satunya adalah komunikasi yang
mempererat hubungan antar sesama prajurit baik atasan, bawahan, sesama pangkat,
maupun dengan masyarakat. Dengan hal tersebut setiap permasalahan akan dapat
diatasi, yang pada akhirnya tidak menimbulkan pelanggaran disiplin. Oleh karena itu,
komunikasi yang komperhensif harus dilakukan oleh prajurit Markas Komando
Korps Marinir antara lain:
1)
Hubungan antara atasan dan bawahan
Setiap pimpinan dalam satuan harus menyadari bahwa dalam
hubungan dengan anggota bawahannya ia harus mempunyai peranan sebagai
komandan, pimpinan, guru, pembina dan sebagai bapak yang perwujudannya
telah tercermin dalam sebelas kepemimpinan TNI. Secara lebih mendalam
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Sikap sebagai komandan adalah:
(1) Berpendirian teguh.
(2) Tegas dan bertanggung jawab.
(3) Memiliki kecakapan teknis, kemampuan mengambil keputusan dan
memberikan perintah.
(4) Penuh inisiatif, dinamis, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan
memelihara kondisi fisik dan mental anggota.
b) Sikap sebagai pemimpin
(1) Mengetahui disiplin dan aspirasi dari bawahan.
65
(2) Menghargai pendapat, pendirian dan kehendak serta sikap bawahan.
(3) Bersikap arif bijaksana dalam memimpin satuan, pandai menyatukan
perasaan dan pendapat dalam mencapai tujuan.
(4) Mampu menjadi contoh/teladan dalam perkataan dan perbuatan serta
menimbulkan kewibawaan diri atas dasar kepercayaan, keikhlasan dan
kerelaan bawahan dan mampu membentuk calon-calon pemimpin.
c) Sikap sebagai guru
(1) Senantiasa memelihara dan meningkatkan pengetahuan sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan pelaksanaan tugas.
(2) Memelihara ketenangan dan kesabaran dalam mendidik/melatih.
(3) Bersedia setiap saat memberikan bantuan baik secara perorangan
maupun dalam hubungan kesatuan guna mencapai kemajuan dan
ketrampilan kerja.
d) Sikap sebagai pembina
(1) Harus menguasai fungsi-fungsi pembinaan yaitu perencanaan,
penyusunan, pengarahan, dan pengawasan.
(2) Senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efetivitas dalam
mencapai tujuan.
(3) Bertanggung jawab penuh dalam keberhasilan setiap tugas.
e) Sikap sebagai bapak
(1) Harus berlaku dan berpola hidup sederhana.
(2) Mengenal setiap anggota bawahan dan bersikap terbuka.
(3) Mengayomi, bijaksana, tetapi tegas dan adil.
66
(4) Mendorong dan berusaha meningkatkan kesejahteraan anggota
bawahan baik material maupun spiritual.
Contoh
sikap
seorang
atasan
terhadap
bawahannya
mampu
mempertanggung-jawabkan pekerjaan anggotanya kepada atasan yang lebih
tinggi, mampu memberikan perintah kepada bawahannya dengan tegas,
sebagai seorang pemimpin akan menerima pendapat dari bawahannya untuk
dikaji dan disampaikan keatasan yang lebih tinggi, ketika bawahannya
menemukan kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya maka seorang
atasan mampu memberikan solusi, dan seorang atasan selalu memantau,
mengarahkan, serta melihat pekerjaan bawahannya demi keberhasilan dalam
tugasnya.
Apabila kelima peranan tersebut dilaksanakan dengan baik oleh setiap
pemimpin/komandan, maka diharapkan setiap anggota prajurit akan selalu
berada pada kondisi disiplin, taat dan tertib, penuh pengabdian pada tugas
secara optimal. Sebaliknya apabila diabaikan peranan-peranan tersebut maka
akan mempercepat proses mengendornya disiplin dan rapuhnya kesadaran
akan pengabdian terhadap tugas.
2)
Hubungan antar sesama prajurit
Setiap prjurit korps marinir sesama pangkat, hendaknya menyadari
bahwa kedudukan mereka adalah sama satu dengan yang lainnya adalah
sebagai teman seperjuangan, rekan kerja, kawan segolongan dan saudara
sekorps. Hubungan ini hendaknya didasarkan atas kesadaran, keserasian, dan
keseimbangan yang dilandasi dan dijiwai oleh nilai-nilai Sapta Marga,
67
Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan
Korps Marinir. Adapun penjelasan sebagai berikut:
a) Sikap sebagai teman seperjuangan
(1) Pandai menyesuaikan diri, agar menjadi team work yang dapat
diandalkan.
(2) Memiliki rasa senasib sepenanggungan
(3) Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban
(4) Mencintai bangsa dan tanah air
(5)
Menempatkan
persatuan dan
kesatuan,
kepentingan
dan
keselamatan satuan diatas kepentingan pribadinya.
(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai keprajuritan
(7) Keikhlasan dan kerelaan berkorban baik fisik maupun perasaan.
b) Sikap sebagai rekan kerja
(1) Menghargai hasil karya orang lain
(2) Suka bekerja keras
(3) menjauhi sikap pemerasan terhadap sesama prajurit
(4) Tidak memaksakan kehendaknya kepada sesama prajurit
(5) Menghormati hak-hak orang lain
(6) Bersikap
hormat menghormati, harga menghargai, bantu
membantu tanpa mengharapkan balas jasa, silih asah, silih asih, silih
asuh dalam mencapai kemajuan pekerjaan terhadap sesama.
c) Sikap sebagai kawan
(1) sikap setia kawan
68
(2) Memiliki keseragaman dalam sikap dan perilaku sesuai dengan
nilai dan insan Sapta Marga.
(3) Bersatu padu tindakan/perbuatan dalam kegiatan pengabdian
terhadap nusa dan bangsa.
(4) Menjaga kehormatan prajurit, nama baik dan prestasi kerja yang
baik.
(5) Tidak melakukan kegiatan/perbuatan yang merugikan sesama
prajurit.
(6) Tidak suka memamerkan kekayaan dan bergaya hidup mewah.
d) Sikap sebagai saudara sekorps
(1) Memelihara disiplin yang baik dalam menaati/mematuhi aturanaturan yang berlaku dilingkungan prjurit.
(2) Bersikap bijaksana.
(3) Ramah tamah, sopan santun dan rendah hati.
(4) Berani mengakui kelemahan/kekurangannya.
(5) Memiliki jiwa korsa yang tinggi.
Adapun contoh sikap sebagai antar sesama prajurit adalah saling
menghargai hasil pekerjaan temannya, saling membantu dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan misalnya membersihkan kendaraan tank amfibi.
3)
Hubungan bawahan terhadap atasan
Setiap anggota bawahan hendaknya menyadari bahwa ia mempunyai
kedudukan terhadap atasannya sebagai pejuang dalam pelaksanaan tugas,
sebagai pembangun dan sebagai pelaksana. Hubungan dengan atasan ini
69
hendaknya
dilandasi oleh
kepercayaan
terhadap
pimpinan.
Adapun
penjelasannya sebagai berikut;
a) Sikap sebagai pejuang
Memiliki dedikasi, kreatif yang dinamis terhadap pelaksanaan
tugas,
menunjukkan
keikhlasan,
kerelaan
berkorban
untuk
mengemban tugas dan memiliki kewaspadaan dan kesiapsiagaan yang
tinggi dan siap sedia melaksanakan tugas-tugas yang diberikan serta
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi yang dilandasi oleh iman
dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Sikap sebagai pembangun
Pandai mengendalikan diri, mengutamakan kewajiban daripada
menuntut haknya, memiliki kesetiaan dan loyalitas yang tinggi kepada
atasannya serta melaksanakan setiap tugas dan perintah dengan penuh
rasa tanggung jawab.
c) Sikap sebagai pelaksana
Senantiasa berusaha untuk memelihara dan meningkatkan
ketrampilannya dalam bidang tugasnya, memegang teguh disiplin
keprajuritan, kepatuhan dan ketaatan kepada pimpinan, tidak mudah
putus asa, bersikap tangguh, ulet dan gigih dalam menghadapi
kesukaran serta selalu bersemangat dan bertekad bulat akan
kepentingan terlaksananya tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
70
4)
Hubungan dengan masyarakat
Prajurit harus menyadari bahwa di sekitarnya ada masyarakat lainnya,
hubungan dengan masyarakat sekitar harus harmonis, tidak saling memusuhi.
Oleh karena itu prajurit harus berusaha menjadi contoh dan tauladan
disekitarnya sesuai dengan nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan
Wajib TNI, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan Korps Marinir.
a. Aplikasi Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI
AL dan Enam Tuntunan Korps Marinir.
Prajurit di Markas Komando Korps Marinir harus memahami tentang
Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan
Enam Tuntunan Korps Marinir sehingga dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun metode untuk menjadikan prajurit di
Markas Komando Korps Marinir memahami dan mengaplikasikannya
melalui pembinaan personel secara terus menerus tanpa henti dan
berlanjut.
b. Membina Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir
1) Meningkatkan kualitas prajurit
Kualitas disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir yang
mempunyai pengetahuan yang luas, skill, dan ketahanan fisik yang tinggi
tanpa dilandasi disiplin yang baik tentu tidak akan berhasil pada setiap
pelaksanaan tugasnya. Dengan demikian harus ada peran atasan dikaitkan
dengan pembinaan karena atasan harus membina disiplin bawahan melalui
pemeliharaan dan peningkatan kondisi disiplin yang telah dicapai. Peran
71
dan sikap atasan dalam mengendalikan bawahan melalui keteladanan
perilaku yang menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan.
Pembinaan disiplin juga dapat diwujudkan dalam bentuk bimbingan
dan penindakan secara tegas bagi yang melanggar aturan, sehingga
peningkatan disiplin dapat terwujud. Oleh karena itu prajurit di Markas
Komando Korps Marinir harus dilatih dan diberi tugas untuk
meningkatkan skill dan pengalaman. Peningkatan skill yang di dapat, di
samping berguna untuk kepentingan organisasi juga untuk meningkatkan
kualitas diri dari personel tersebut.
2) Meningkatkan latihan
Prajurit di Markas Komando Korps Marinir harus diberi latihan untuk
meningkatkan ketrampilan secara berjenjang dan berlanjut. Sehingga
peningkatan kemahiran atau kecakapan personel dapat terwujud yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas kerjanya.
3) Penegakan hukum
Menindak
tegas
setiap
pelanggaran
dan
kejahatan
yang
membahayakan satuan dan nama Korps Marinir, penegakan hukum
dilaksanakan dengan tegas dan lugas, namun tetap berpedoman serta
menjunjung tinggi keadilan, kearifan, dan konsisten terhadap peraturan
yang berlaku.
4) Memberi penghargaan
Pimpinan di Markas Komando Korps Marinir harus memberikan
penghargaan kepada prajurit yang dapat menunjukkan prestasinya.
72
Sehingga mereka merasa dihargai dan akan muncul motivasi untuk
berbuat yang terbaik pada setiap tugas yang dilaksanakannya.
C. Faktor Pendorong dan Penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam
Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit
Seiring dengan derasnya arus globalisasi dan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mana banyak berpengaruh kepada pola hidup
prajurit. Pengaruh yang diterima tidak semua cocok dengan kehidupan prajurit
sehingga akan berdampak terhadap kondisi disiplin prajurit. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir, baik
faktor pendorong maupun faktor penghambat akan terkait dengan nilai-nilai Sapta
Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan
Korps Marinir.
”Faktor pendorong dan penghambat dalam meningkatkat disiplin
prajurit tentunya sangat banyak apalagi zaman globalisasi sekarang ini
kemajuan zaman terkadang bisa mempengaruhi prajurit apabila imannya tidak
kuat tentunya akan terpengaruh dengan pengaruh kemajuan tersebut.”77
1. Faktor Pendorong
a. Kepemimpinan
Kepemimpnan merupakan faktor yang menentukan terhadap disiplin
prajurit
di
lingkungan
Markas
Komando
Korps
Marinir.
Dengan
kepemimpinan yang mengedepankan pola demokratis dan pendekatan
persuasif, dapat menciptakan iklim satuan yang kondusif sehingga disiplin
dan moril prajurit tetap terpelihara.
77
Wawancara Pribadi dengan Kasi Juang, Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag, tanggal 12
Februari 2010
73
b. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan dasar pembentuan karakter seorang prajurit
dimana waktu yang dipergunakan dalam keluarga lebih lama dab interaksi
antar individu lebih luas. Hal ini berpengaruh terhadap sikap dan mental
seorang kepala keluarga dengan berbagai masalah yang ada pada keluarga
yang dipimpinnya. Keluarga yang harmonis akan berdampak kepada
semangat kerja di satuan. Sebaliknya keluarga yang tidak harmonis,
cenderung berpengaruh terhadap
semangat
kerja
prajurit.
Sehingga
lingkungan keluarga memiliki pengaruh besar terhadap disiplin dan moril
prajurit.
c. Aplikasi nilai-nilai agama
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus globalisasi
yang semakin luas menimbulkan dampak langsung terhadap perubahan
budaya dan karakter bangsa. Untuk mengimbangi hal-hal tersebut peran nilainilai agama dapat mengatasi dan menyikapi bagaimana cara bertindak yang
tepat. Agama mengajarkan bagaimana bersikap dan berprilaku yang baik
sehingga dapat memberikan keselamatan dalam menghadapi berbagai situasi.
d. Nilai-nilasi dasar tradisi kejuangan
Bertitik
tolak
kepada
sejarah
perjuangan
bangsa
dalam
mempertahankan kemerdekaan, terkandung nilai-nilai 45 yang menjadikan
dasar semangat kejuangan yang tidak mengenal menyerah dan dilandasi iman
dan takwa serta ikhlas berkorban. Dengan semangat juang ini akan
menimbulkan sikap dan perilaku prajurit dalam mengabdikan jiwa raganya
74
kepada bangsa dan negara dengan ditunjukkan oleh sikap, moril dan disiplin
yang tinggi.
2. Faktor Penghambat
a. Perkembangan lingkungan sosial
Kehidupan masyarakat di kota besar dapat berpengaruh kepada pola
hidup materialistis, konsumtif, individualis, dan liberalis. Hal ini disebabkan
oleh arus urbanisasi dari seluruh wilayah indonesia ke jakarta, khususnya
mereka yang mencari pekerjaan sehingga persaingan kehidupan sangat
kompetitif dan dapat menimbulkan budaya negatif. Bagi prajurit di Markas
Komando Korps Marinir, tentu saja sangat sulit untuk menghindari kondisi
tersebut. Fenomena ini akan memiliki dampak terhadap menurunnya disiplin
dan moril prajurit.
b. Krisis perekonomian nasional
Kondisi
perekonomian
di
Indonesia
yang
sedang
menjalani
instabilitas, berdampak terhadap meningkatnya harga-harga kebutuhan bahan
dasar masyarakat. Hal ini dirasakan oleh prajurit dalam mengatur keuangan
keluarga dalam menyikapi kebutuhan sehari-hari yang semakin meningkat.
Prajurit yang tidak mampu mengatur keuangannya akan mengalami kesulitan
dan akan menurunkan kinerja dan disiplin serta moril prajurit.
c. Kesejahteraan prajurit
Pemenuhan kesejahteraan prajurit di Markas Komando Korps Marinir
masih belum maksimal, terutama dalam pemenuhan sarana perumahan
prajurit. Sarana perumahan merupakan kebutuhan primer yang harus
dipenuhi. Ketidakmampuan pemimpin untuk memenuhi kebutuhan primer
75
prajurit tersebut menyebabkan banyak prajurit yang memilih untuk
mengontrak rumah dan tetap bertempat tinggal yang berjauhan dengan tempat
kerja. Fenomena ini sangat berpengaruh terhadap pengaturan keuangan
keluarga prajurit dan pembagian waktu kerja dan waktu untuk keluarga.
“Kesejahteraan prajurit ini bukan hanya masalah di Marinir saja, tetapi
semuanya. Kesejahteraan tidak memandang TNI AL atau TNI AD, para
pemimpin bangsa juga sedang memikirkan bagaimana caranya meningkatkan
kesejahteraan prajurit sehingga angka pelanggaran prajurit di luar dinas bisa
fokus dengan tugas pokok sebagai prajurit untuk menjaga Stabilitas/keamanan
Negara ini.”78
78
Wawancara Pribadi dengan Kasi Juang, Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag, tanggal 12
Februari 2010
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disiplin pada dasarnya adalah tuntutan ketaatan dan kepatuhan seseorang atau
dalam hubungannya dengan orang lain atau dengan kesatuan/kelompok terhadap
norma-norma yang berlaku, baik terhadap diri pribadi, rumah tangga maupun
masyarakat sekitarnya. Disamping itu disiplin berkaitan dengan organisasi dan
satuan. Apabila disiplin diabaikan oleh setiap personel, maka peran dari satuan
tersebut tidak akan berjalan. Oleh karena itu, disiplin harus melekat pada prajurit agar
tugas pokok dapat dilaksanakan dengan baik.
Pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh prajurit di Markas Komando Korps
Marinir masih relatif tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya solusi dan upaya yang
harus dilakukan dalam menekan pelanggaran. Dengan memperhatikan latar belakang
dan penyebab dari pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit di Markas Komando
Korps Marinir.
Untuk membantu meningkatkan disiplin prajurit maka diperlukan pola
komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental yang baik dengan prajurit, adapun pola
komunikasi roda dimana pemimpin memiliki kewenangan penuh terhadap informasi
yang akan diberikan kepada prajurit, mengingat disiplin itu dituntut pengorbanan,
ketaatan, kepatuhan terhadap segala peraturan serta menanamkan jiwa ikhlas
berkorban, patuh terhadap peraturan atau norma yang berlaku dan kepercayaan
kepada kekuatan sendiri. Hal ini dapat menciptakan sosok prajurit yang utuh jasmani
dan rohani.
77
Upaya-upaya untuk meningkatkan disiplin prajurit yang dapat dilakukan
adalah dengan adanya komunikasi yang komperhensif antara atasan dengan bawahan,
antara sesama prajurit dan dengan masyarakat.
Yang menjadi faktor pendorong dalam meningkatkan disiplin prajurit antara
lain; faktor kepemimpinan, lingkungan keluarga, aplikasi nilai-nilai agama, nilai
dasar tradisi kejuangan. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah;
perkembangan lingkungan sosial, krisis perekonomian nasional, dan kesejahteraan
prajurit.
B. Saran
a. Untuk meningkatkan disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir maka
diperlukan optimalisasi komunikasi yang baik dengan didukung oleh kebijakan
komandan satuan yang memfasilitasi sarana dan prasarananya dalam mendukung
terwujudnya pembinaan terhadap prajurit.
b. Penegakan hukum terhadap anggota harus memperhatikan aspek-aspek keadilan.
c. Perlu adanya sosialisasi peraturan-peraturan yang berlaku bagi prajurit sebagai
pedoman dalam bertindak dan berprilaku.
d. Peranan atasan dalam pengawasan perlu ditingkatkan dengan menambah jam
komandan dalam menyampaikan santiaji, santikarma, berolahraga bersama dan
berekreasi bersama keluarga prajurit.
e. Evaluasi dari atasan harus terus dilakuakn dan mengambil pelajaran dari setiap
pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit, sehingga dapat dijadikan bahan masukan
dalam melaksanakan pembinaan disiplin prajurit.
78
f. Memberikan penghargaan kepada setiap prajurit yang berdedikasi tinggi dalam
berdinas, dan sebaliknya memberikan sanksi tegas kepada setiap prajurit yang
melakukan pelanggaran.
79
DAFTAR PUSTAKA
Amiroeddin, Sjarif, Hukum Disiplin Militer Indonesia; Rineka Cipta, 1996
Anwar, Arifin, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Raja Gafindo
Persada, 2002
Aubrey, Fisher, Teori-teori Komunikasi (penyunting: Jalaludin Rakmat), Bandung:
Remaja Karya, 1986.
Deborah, Tannen, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya
percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta,1996.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek; PT. Remaja Rosdakarya
Bandung, cet ke 21, 2007
------------------------------, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi; PT. Citra Aditya Bakti
Bandung, cet ke-3, 2001
------------------------------, Dinamika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya Bandung,
2007
------------------------------, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, PT. Rosdakarya,
Bandung, 1994.
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah; Kencana Jakarta, 2006
Gunadi Y.s, Himpunan Istilah Komunikasi; Gramedia Jakarta, 1998
Joseph A. Devito, Komunikasi antar manusia (edisi kelima), Profesional Books, Jakarta;
1997.
Komala, Lukiati, Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung; Widya
Padjadjaran, 2009
Larry King, Bill Gilbert, Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja
(editor Tanti Lesmana), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002
Mabes TNI AL, Naskah Tentang Kesehatan Mental; Jakarta, 1999
Mabes TNI, Naskah Pembinaan Moril Prajurit, Jakarta, 1999
-----------------, Petunjuk Induk Bintal ABRI; Jakarta, 1997
-----------------, Teknik Konseling; Jakarta 1998
1
Maswadi, Rauf dan Mappa Nasrun, Indonesia dan Komunikasi Politik, Gramedia,
Jakarta, 1993.
Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi; Bumi Aksara Jakarta, cet ke-9, 2008
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar; PT Remaja Rosdakarya Bandung,
2007
R. Wayne Pace, Don F. Faulos, Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja
perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2002.
Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi; PT Remaja Rosdakarya Bandung,
2007
------------------------, Psikologi Komunikasi; PT. Remaja Rosdakaryacet ke-20 Bandung
2003
Rohim,Syaiful. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta,
2009
Roudhonah, Ilmu Komunikasi; UIN Jakarta Press, 2007
Saputra, Munzier dan Harjani Hefni, Metode Dakwah; Kencana Jakarta, 2006
Suprapto, Tommy, Pengantar Teori Komunikasi; Media pressindo Yogyakarta, 2006
Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Administrasi; Duta Wacana University Press
Yogyakarta,1991
Widjaja A. W., Ilmu Komunikasi Pengantar Studi; PT. Rineka Cipta Jakarta, 2002
------------------. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat; PT. Rineka Cipta Jakarta, 2002
Winarni, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, UMM Press, 2003.
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa; PT. Grasindo, Jakarta, 2000
2
3
4
5
Markas Komando Korps Marinir
Jl. Prapatan 40. Kwitang Jakarta Pusat.
6
1. Upacara Kenaikan Pangkat prajurit Markas Komando Korps Marinir
2. Pengarahan Prajurit Markas Komando Korps Marinir
7
3. Foto Ceramah Ustad Cepot dalam peringatan tahun baru Hijriah
4. Foto Ceramah Ustad Arifin Ilham dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1431 H
8
Download