1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sumber daya

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Sumber daya manusia sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud
merupakan faktor terpenting disamping modal yang digunakan untuk
menjalankan strategi perusahaan dalam rangka mengelola teknologi maupun
aset fisik yang dimiliki perusahaan. Keberadaan sumber daya manusia yang
berbeda dalam mengelola aset perusahaan yang sama dapat menghasilkan nilai
tambah yang berbeda dengan nilai bagi perusahaan itu sendiri. (Sari,2014)
dalam (Ulfa,2016)
Akuntansi sumber daya manusia muncul disebabkan kegagalan
prinsip-prinsip akuntansi dalam memberikan informasi yang relevan kepada
pihak manajemen dan investor, di mana biaya-biaya sumber daya manusia
diperlakukan sebagai beban (expense) pada saat terjadi. Ada dua alasan untuk
memasukkan sumberdaya manusia dalam akuntansi. Pertama, orang-orang
merupakan sumber daya yang berharga bagi perusahaan sepanjang mereka
memberikan jasa yang dapat diukur. Perusahaan tidak perlu memiliki
seseorang untuk mempertimbangkan sumber daya. Kedua, nilai dari seseorang
sebagai sumber daya bergantung pada bagaimana ia dipekerjakan.
(Ikhsan,2008)
Pengembangan akuntansi SDM diperlukan untuk menyediakan laporan
keuangan perusahaan yang akurat sebagai acuan keputusan (Brummet et al.,
1
2
1968 ) dalam (Widodo,2014) . Pelaporan keuangan akuntansi SDM eksternal
dapat memberikan peran penting untuk memfasilitasi pemanfaatan yang tepat
sumber daya manusia (Mamun,2009).
Hal
ini
menimbulkan
tantangan
bagi
para
akuntan
untuk
mengidentifikasi dan mengukur data tentang sumber daya manusia dan
mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan (Mamun,2009).
Pengungkapan akuntansi SDM belum diatur dalam peraturan BAPEPAMLK.PSAK No.19 menyebutkan bahwa aktiva tidak berwujud adalah aktiva
non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau
jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan
Akuntan Indonesia,2009).
Kasus pelanggaran terhadap buruh sering terjadi di Indonesia.
Wijayanti (2011) dalam (Widodo,2014) menjelaskan bahwa telah terjadi
pelanggaran hak buruh oleh oknum manajemen perusahaan. Tindakan
pelanggaran oleh manajemen diantaranya mengurangi pembayaran upah dan
melakukan pemutusan hubungan kerja. Peristiwa semacam ini dapat
mengakibatkan demo karyawan hingga aktivitas mogok kerja. Pengungkapan
akuntansi SDM
di dalamnya termasuk dana karyawan dan manfaat
pengunduran diri (pesangon). Hasil penelitian Djati dan Khusaini (2003)
dalam (Widodo,2014) menunjukkan bahwa kepuasan karyawan pada
kompensasi material dan kompensasi sosial mempunyai pengaruh signifikan
3
terhadap kesetiaan karyawan pada organisasi, kemauan bekerja keras dan
kebanggaan karyawan pada organisasi.
Peraturan terkait hak asasi manusia dalam hubungan kerja telah diatur
pada Pasal 28D (2) UUD 1945 “Setiap orang berhak untuk bekerja serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.
Pasal 6 no 13 UU tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan “Setiap
pekerja / buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi
dari pengusaha”. Pasal 28 no 13 UU Tahun 2003 mengatur agar perusahaan
memperkerjakan 1% penyandang cacat yang memenuhi kualifikasi dari
keseluruhan jumlah karyawan. Perusahaan yang telah memenuhi kriteria
regulasi
menurut
resource
based
theory
akan
mengungkapkan
ketercapaiannya. Hal ini karena pencapaian terhadap regulasi adalah suatu
keuntungan kompetitif yang memberikan value added terhadap stakeholder.
Aspek pelaporan akuntansi SDM di Negara berkembang seperti
Indonesia adalah konsep yang sangat baru di Indonesia.
Ikhsan (2008)
akuntansi sumber daya manusia masih jarang dipergunakan, tetapi perhatian
akan sumber daya manusia sendiri sebenarnya telah cukup besar. Mamun
(2009) meneliti praktik pengungkapan akuntansi SDM serta pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap penungkapan akuntansi SDM. Sampel pada
penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan keuangan dan non keuangan di
Bangladesh. Hasil penelitian menunjukkan perusahaan di Bangladesh rata-rata
mengungkapkan 25% item pelaporan yang tersedia pada pengungkapan
akuntansi SDM. Penelitian Enofe et al. (2013) memberikan hasil bahwa
4
perusahaan di Nigeria mengungkapkan akuntansi SDM sekitar 20%-40% dari
penelitian Mamun (2009). Sharma dan Kumar (2014) memberikan bukti
bahwa bank sector publik melakukan pengungkapan informasi yang lebih baik
berkaitan dengan praktik sumber daya manusia dibandingkan dengan bank
swasta. Enyi dan Akindehinde (2014) dalam Widodo (2014) menemukan
bahwa ada kebutuhan untuk menghargai asset manusia dan mencerminkan
nilai ini dalam laporan keuangan seperti aktiva tak berwujud lainnya.
Penelitian Widodo (2014) menemukan bahwa karakteristik perusahaan
yaitu size,diversifikasi produk, dan umur berpengaruh terhadap pengungkapan
akuntansi sumber daya manusia. Selain itu penelitian yang dilakukan Enofe at
al (2013) menyatakan bahwa size memiliki pengaruh signifikan terhadap
pengungkapan akuntansi sumber daya manusia . Hasil penelitian sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Mamun (2009), Widodo (2014) dan
Ulfa (2016). Sedangkan hasil penelitian Christy (2015) menyatakan bahwa
size tidak berpengaruh terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya
manusia.
Profitabilitas dalam penelitian Mamun (2009) menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan akuntansi
sumber daya manusia, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Widodo (2014), Christy (2015) dan Ulfa (2016). Umur perusahaan yang
diukur dari tanggal terdaftarnya perusahaan sebagai perusahaan publik di BEI
menurut Widodo (2014) dan Christy(2015) menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan terhadap pengungkapan akuntansi SDM. Sedangkan penelitian
5
yang dilakukan Mamun (2009) menyatakan umur tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.
Beragam penelitian terkait dengan pengungkapan akuntansi sumber
daya manusia telah dilakukan meskipun jumlahnya masih terbatas baik di luar
maupun dalam negeri (Mamun,2009; Enofe et al.,2013; Sharma dan Kumar,
2014; Widodo, 2014; Widodo dan Widagdo, 2015; Christy, 2015; Ulfa, 2016
). Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa karakteristik perusahaan
berpengaruh terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia (Mamun
2009; Widodo 2014).
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, konsep akuntansi sumber daya
manusia mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan terutama para
akuntan. Fenomena ini menuntut mereka mencari informasi terkait dengan
pengelolaan, pengukuran sesuai dengan pengungkapan dalam pelaporan
keuangan perusahaan. Gagasan mengenai akuntansi sumber daya manusia
pertama kali digagas oleh Rensis Likkert, pada tahun 1967 ( Ikhsan,2008 ) .
Munculnya wacana akuntansi sumber daya manusia sebenarnya tidak terlepas
dari kesadaran para pelaku bisnis akan posisi manusia dalam hal ini karyawan
sebagai aset perusahaan yang paling tinggi nilainya.
Pada penelitian ini peneliti melihat adanya beberapa fenomena yang
didapat
dari
penelitian
sebelumnya.
Saat
ini
pelaporan
mengenai
Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia masih bersifat sukarela
(voluntary disclosure). Hal tersebut menyebabkan jenis dan tingkat
pengungkapan setiap perusahaan bervariasi. Selain itu, pengungkapan yang
6
bervariasi tersebut juga dipengaruhi oleh karakteristik dari masing-masing
perusahaan.
Alasan peneliti memilih sampel perusahaan perbankan karena sumber
daya manusia (SDM) pada perusahaan perbankan berbeda dengan sektor
lainnya. Pengelolaan sumber daya manusia pada perusahaan perbankan begitu
penting karena sumber daya manusia merupakan tulang punggung dalam
menjalankan roda kegiatan operasional suatu organisasi. Pengelolaan sumber
daya manusia yang memperlakukan manusia sesuai dengan norma-norma
yang berlaku akan memberikan rasa keadilan kepada manusia yang terlibat.
Penelitian Mamun (2009) dan Enofe et al. (2013) menunjukkan perusahaan
keuangan cenderung mengungkapkan informasi SDM lebih banyak daripada
perusahaan non keuangan. Hasil penelitian Sharma dan Kumar (2014)
menemukan bank milik pemerintah melakukan pengungkapan akuntansi SDM
lebih banyak dari bank swasta.
Strategi
diversifikasi
yang
dilakukan
perusahaan
umumnya
mendorong pengungkapan informasi tambahan dalam laporan tahunan. Hal ini
dikarenakan informasi diversifikasi produk penting untuk memperoleh
dukungan dari stakeholder mengenai rencana diversifikasi yang akan
dilakukan oleh perusahaan (Amran et al., 2009) dalam Widodo (2014).
Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Lukman Dendawijaya (2005)
adalah ” Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko ( kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank
lain ) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh
7
dana-dana dari sumber – sumber di luar bank , seperti dana dari masyarakat ,
pinjaman , dan lain – lain. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan
bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian –
kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.
Menurut Lukman Dendawijaya (2005) Loan to Deposits Ratio
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank
untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar
rasio LDR maka kemungkinan perusahaan akan melakukan pengungkapan
akuntansi sumber daya manusia.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian
Widodo pada tahun 2014. Penelitian tersebut dilakukan pada 61 perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2013.
Penelitian tersebut menguji pengaruh karakteristik perusahaan
(ukuran
8
perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan dan diversifikasi produk) terhadap
pengungkapan akuntansi sumber daya manusia.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
praktek pengungkapan akuntansi sumber daya manusia pada seluruh
perusahaan perbankan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2011-2014. Pada penelitian ini penulis menguji hubungan antara
karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan,
dan diversifikasi produk) dengan menambahkan variabel kontrol yaitu Loan to
Deposits Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Berdasarkan uraian diatas
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul " Pengaruh Karakteristik
Perusahaan terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia (Studi
Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2014) "
1.2.
Perumusan Masalah
Permasalahan pertama yang mendasari rumusan masalah dalam
penelitan ini adalah :
1. Ketidak konsistenan hasil pengujian dalam penelitian tentang
pengungkapan akuntansi sumber daya manusia
2. Penelitian mengenai pengungkapan akuntansi sumber daya manusia
masih jarang dilakukan di Indonesia
9
Berdasarkan permasalahan yang telah diterangkan di atas,
diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap variabel yang mempengaruhi
pengungkapan akuntansi sumber daya manusia secara rinci permasalahan
dalam penelitian ini kemudian dapat diajukan researchquestions sebagai
berikut :
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
akuntansi sumber daya manusia?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan akuntansi
sumber daya manusia?
3. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
akuntansi sumber daya manusia?
4. Apakah diversifikasi produk berpegaruh terhadap pengungkapan
akuntansi sumber daya manusia ?
1.3.
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris dan
menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabiilitas, umur perusahaan,
diversifikasi produk,terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia
baik secara simultan maupun secara parsial. Dengan menjadikan Loan to
Deposits Ratio (LDR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel
kontrol.
10
1.3.2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dengan judul " Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia (Studi
Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2014) " adalah sebagai berikut:
1. Bagi organisasi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi pengambilan
keputusan oleh pembuat kebijakan untuk melakukan review dan
pembahasan mengenai standar pengukuran dan pengungkapan akuntansi
sumber daya manusia agar investor dapat melakukan analisis yang tepat
dalam menentukan nilai dan prospek perusahaan.
2. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi
penelitian selanjutnya dan dapat menambah wacana tentang pengungkapan
akuntansi sumber daya manusia.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis
dalam memahami mengenai pengungkapan akuntansi sumber daya
manusia.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1
Variabel Penelitian
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi
pada suatu nilai. Dalam penelitian ini menggunakan 7 variabel yaitu satu variabel
terikat (Dependent Variable) , 4 variabel bebas (Independen Variable) dan 2
variabel kontrol (Control Variable)
a. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel
lain (independen) atau variabel akibat. Variabel dependen penelitian ini adalah
Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia yang merupakan rasio mengukur
data tentang sumber daya manusia serta mengkomunikasikan informasi ini kepada
pihak yang berkepentingan.
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel lain baik secara positif maupun negatif atau variabel sebab. Variabel
independen penelitian ini adalah ukuran perusahaan (SIZE), Profitabilitas
(NPM),umur perusahaan (AGE), diversifikasi produk.
35
36
c. Variabel Kontrol (Control Variable)
Variabel kontrol adalah variabel yang membatasi atau mewarnai variabel
moderator. Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama
yang berkaitan dengan variabel moderator dan bebas, ia juga berpengaruh
terhadap variabel tergantung.Variabel kontrol pada penelitian ini adalah Capital
Adequacy Ratio( CAR ) & Loan to Deposits Ratio ( LDR ) .
3.1.2
Definisi Operasional
3.1.2.1 Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manusia
Pengukuran pengungkapan akuntansi sumber daya manusia
mengacu pada penelitian pengukuran item yang dikembangkan oleh
Mamun (2009).Dalam studi tersebut indeks variabel pengungkapan
akuntansi sumber daya manusia terdiri dari 16 item pelaporan dibangun
dengan meninjau literatur yang relevan. Dalam memeriksa setiap item
akuntansi SDM ini, prosedur dikotomis diikuti dimana masing-masing
perusahaan diberikan skor ‘1’ jika perusahaan telah melakukan
pengungkapan variabel pelaporan
yang bersangkutan dan ‘0’ untuk
sebaliknya. Rata-rata perusahaan kemudian dijumlah untuk menemukan
nilai bersih setiap perusahaan. Pemilihan item pengukuran Mamun
tersebut mengacu pada penelitian Enofe et al. (2013); Sharma dan Kumar
(2014).Pengungkapan Akuntansi SDM dihitung dengan menggunakan
rumus berikut:
𝐴𝑆𝐷𝑀 =
π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘ π‘π‘œπ‘Ÿπ‘’ π‘œπ‘“ π‘–π‘›π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘’π‘Žπ‘™ π‘π‘œπ‘šπ‘π‘Žπ‘›π‘¦
× 100%
π‘šπ‘Žπ‘₯π‘–π‘šπ‘’π‘š π‘π‘œπ‘ π‘ π‘–π‘π‘™π‘’ π‘ π‘π‘œπ‘Ÿπ‘’ π‘œπ‘π‘‘π‘Žπ‘–π‘›π‘Žπ‘π‘™π‘’
37
Tabel 3.1
Pengukuran Akuntansi Sumber Daya Manusia
No
Disclosure Component
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Separate HRA statement
Total Value of Human Resource
Number of Employees
Human Resource Policy
Training and Development
Manangement succession plan
Employment Report
Employess value addition
Human Resource development fund
Employees/workers fund
Employee categories
Managerial remuneration
13
14
15
16
Retirement benefits
Performance recognition
Superannuation fund
Other employees benefits
3.1.2.2 Ukuran Perusahaan (SIZE)
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang
dimiliki perusahaan yang ditunjukkan oleh natural logaritma dari total aset
(Utami, 2009) dalam Ida,2015 . Ukuran yang biasa digunakan untuk
mewakili ukuran perusahaan diantaranya yaitu total penjualan, total aset,
dan kapitalisasi pasar. Semakin besar nilai total penjualan, total aset, dan
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan. Mengacu
pada penelitian Widodo (2014) , maka ukuran perusahaan diukur dengan
total aset.
38
3.1.2.3 Profitabilitas (NPM)
Banyak ukuran yang dapat digunakan sebagai proksi dari tingkat
profitabilitas, diantaranya ROA, ROE, dan net profit margin. Tingkat
profitabilitas dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Widodo
(2014) yaitu dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM)
𝑁𝑃𝑀 =
π‘™π‘Žπ‘π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž
π‘π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π‘œπ‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘–π‘œπ‘›π‘Žπ‘™
× 100%
3.1.2.4 Umur Perusahaan (AGE)
Mengacu pada penelitian Widodo
(2014), pada variabel umur
maka diukur dengan tahun perusahaan tersebut terdaftar sebagai
perusahaan publik.
3.1.2.5 Diversifikasi Produk
Berdasarkan PSAK
No.5 (Revisi 2009) mengenai pelaporan
segmen, segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat
dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (Ikatan Akuntan
Indonesia, 2009). Mengacu pada penelitian Atmaja (2009) diversifikasi
produk diukur dengan melihat adanya pengembangan produk baru yang
dihasilkan suatu perusahaan tersebut. Diukur dengan menggunakan
variabel dummy. Apabila perusahaan melakukan diversifikasi produk
maka diberikan skor “ 1 ” apabila tidak ada diversifikasi produk maka
diberikan skor “ 0 “.
39
3.1.2.6 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan
yang memperlihatkan
seberapa
jauh
seluruh
aktiva
bank
yang
mengandung risiko ( kredit, penyertaan , surat berharga, tagihan pada bank
lain ) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh
dana-dana dari sumber – sumber di luar bank , seperti dana dari
masyarakat , pinjaman , dan lain – lain. CAR merupakan indikator
terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai
akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang
berisiko. Semakin besar rasio tersebut akan semakin baik pula posisi
modal (Dendawijaya,2005)
𝐢𝐴𝑅 =
π‘šπ‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘–π‘Ÿπ‘–
× 100%
𝐴𝑠𝑒𝑑 π‘‡π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘šπ‘π‘Žπ‘›π‘” π‘€π‘’π‘›π‘’π‘Ÿπ‘’π‘‘ π‘…π‘’π‘ π‘–π‘˜π‘œ (𝐴𝑇𝑀𝑅)
3.1.2.7 Loan to Deposits Ratio (LDR)
Menurut Dendawijaya (2005) Loan to Deposits Ratio menyatakan
seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana
yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemebrian
kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk
segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. LDR
40
digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi
jumlah kredit dengan jumlah dana yang tersedia.
𝐿𝐷𝑅 =
π‘˜π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘
× 100%
π‘‘π‘Žπ‘›π‘Ž π‘π‘–β„Žπ‘Žπ‘˜ π‘˜π‘’π‘‘π‘–π‘”π‘Ž
Tabel 3.2
Pengukuran Variabel dan Operasional Variabel
Variabel yang
Indikator
diukur
Variabel
𝐴𝑆𝐷𝑀
Terikat
π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘ π‘π‘œπ‘Ÿπ‘’ π‘œπ‘“ π‘–π‘›π‘‘π‘–π‘£π‘–π‘‘π‘’π‘Žπ‘™ π‘π‘œπ‘šπ‘π‘Žπ‘›π‘¦
Pengungkapan =
π‘šπ‘Žπ‘₯π‘–π‘šπ‘’π‘š π‘π‘œπ‘ π‘ π‘–π‘π‘™π‘’ π‘ π‘π‘œπ‘Ÿπ‘’ π‘œπ‘π‘‘π‘Žπ‘–π‘›π‘Žπ‘π‘™π‘’
akuntansi
× 100%
SDM
SIZE= Ln Aset
Variabel bebas
Ukuran
Profitabilitas
Umur
Diversifikasi
produk
Capital
Adequacy
Ratio
Loan to
Deposits Ratio
Skala
Sumber referensi
Rasio
Widodo, 2014
Rasio
Widodo, 2014
π‘™π‘Žπ‘π‘Ž π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘–β„Ž
× 100%
π‘π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› π‘œπ‘π‘’π‘Ÿπ‘ 
Rasio
Widodo, 2014
AGE= lama perusahaan berdiri
sampai tahun pengamatan
Rasio
Widodo, 2014
Nominal
Atmaja, 2009
π‘šπ‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘–π‘Ÿπ‘–
× 100%
𝐴𝑇𝑀𝑅
Rasio
Lukman
Dendawijaya,2005
π‘˜π‘Ÿπ‘’π‘‘π‘–π‘‘
× 100%
π‘‘π‘Žπ‘›π‘Ž π‘π‘–β„Žπ‘Žπ‘˜ π‘˜π‘’π‘‘π‘–π‘”π‘Ž
Rasio
Lukman
Dendawijaya,2005
𝑁𝑃𝑀 =
Div_prod=
pengembangan
produk yang dilakukan oleh
perusahaan
𝐢𝐴𝑅 =
𝐿𝐷𝑅 =
41
3.2
Objek Penelitian, Populasi, dan Sampel
3.2.1
Objek penelitian
Objek penelitian adalah benda atau hal yang menjadi suatu titik perhatian
atau bidang penelitian (Prastowo,2011). Objek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2011-2014.
3.2.2
Populasi dan Sampel
Menurut Bambang Supomo dan Nur Indriantoro (2002) populasi yaitu
sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik
tertentu. Populasi dalan penelitian ini adalah seluruh perusahan perbankan di
Indonesia.
Sampel adalah sekelompok atau beberapa bagian dari suatu populasi
(Indriantoro dan Bambang, 2002). Sampel yang digunakan daam penelitian ini
adalah perusahaan perbankan yang memiliki kriteria tertentu. Teknik pengambilan
sampel dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan
sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan yaitu sebagai
berikut:
1. Perusahaan termasuk dalam perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI
tahun 2011-2014
2.
Perusahaan perbankan yang konsisten listing di BEI periode 2011-2014
3. Perusahaan perbankan yang tidak mengalami rugi selama 4 tahun berturutturut tahun 2011-2014
4. Perusahaan perbankan yang menggunakan mata uang rupiah ( Rp. ) dalam
laporan keuangan.
42
3.3
Jenis dan Sumber Data
3.3.1
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)
(Indriantoro dan Bambang, 2002). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Bambang, 2002).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data catatan atau yang telah ada
yang merupakan hasil rekap laporan keuangan. Data yang diperlukan dari setiap
perusahaan
sampel
adalah
data
sekunder
yang
mencakup
ukuran
perusahaan,profitabilitas,umur perusahaan,diversifikasi produk,LDR dan CAR.
3.3.2
Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mempelajari atau mengumpulkan catatan atau dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti (Indriantoro dan Bambang, 2002).
43
3.5
Metode Analisis
3.5.1
Analisis Kuantitatif
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif yaitu untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan akuntansi sumber
daya manusia. Analisis kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada
pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan
angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Indriantoro dan
Bambang, 2002).
Penelitian ini diuji dengan menggunakan metode analisis regresi berganda.
Metode regresi digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel terikat
dan satu atau lebih variabel bebas. Pada penelitian ini terdapat satu variabel
terikat,empat variabel bebas bebas dan dua variabel kontrol sehingga metode
analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda. Persamaan regresi pada
penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+ε ....................... (1)
Keterangan:
Y = Pengungkapan Akuntansi SDM
α= Konstanta
β1– β6 = Koefisien regresi
X1 = Ukuran perusahaan (SIZE)
X2 = Profitabilitas (PROFIT)
X3 = Umur perusahaan (AGE)
X4 = Diversifikasi Produk (Div_Prod)
44
X5 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
X6 = Loan to Deposits Ratio (LDR)
ε = Standar eror (error term)
3.5.2
Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan masing-
masing variabel yang terkait dalam penelitian ini. Uji statistik deskriptif
menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi. Deskripsi suatu data dilihat dari nilai rata-rata (mean),
standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum (Ghozali, 2011).
3.5.3
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas, keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal (Ghozali, 2011). Uji ini dilakukan dengan cara melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik. Apabila data menyebar
di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas. Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan
atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi
45
asumsi normalitas (Ghozali, 2011). Pengujian normalitas ini dapat dilakukan
melalui analisis grafik dan analisis statistik.
1. Analisis grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian, dengan hanya
melihat histogram, hal ini bisa menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang
kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk
satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2011).
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya. Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2011) adalah:
a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
46
2. Analisis statistik
Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis
statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnov test (K-S).
Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :
Ho = data residual terdistribusi normal.
Ha = data residual tidak terdistribusi normal.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sbagai berikut:
a. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho
ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.
b. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka Ho
diterima, yang berarti data terdistribusi normal.
Pedoman pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
a. Nilai sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 distribusi adalah tidak
normal.
b. Nilai sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 distribusi adalah
normal.
3.5.4
Uji Asumsi Klasik
3.5.4.1.Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi data dilihat
dari tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF).
47
a.
Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang
tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
b.
Menganalisis matrik korelasi variabel independen. Jika tidak antar variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,95), maka hal
ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan variation
inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umumnya dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah adanya nilai tolerance< 0,10 atau sama dengan
nilai VIF > 10.
3.5.4.2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu
dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya (Ghozali, 2011). Autokorelasi
sering terjadi pada sampel dengan data time series dengan n-sampel item seperti
perusahaan, orang, wilayah, dan lain sebagainya. Model regresi yang baik adalah
yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan
uji Durbin Watson (DW test) (Ghozali, 2011). Pengambilan keputusan ada atau
tidaknya autokorelasi menggunakan ktiteria sebagai berikut (Ghozali, 2011):
a. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien
autokorelasi sama dengan nol atau tidak ada autokorelasi.
b. Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah (dl) maka koefisien autokorelasi
lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.
48
c. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi lebih kecil
dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.
d. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (d) atau nilai
DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
Penentuan ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat diketahui dengan
membandingkan antara nilai DW hitung dengan nilai DW tabel (Ghozali, 2011).
3.5.4.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas untuk menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik
adalah homokedastisitas atau tidak tejadi heterokedastisitas. Kebanyakan data
cross section mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun
data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar) (Ghozali, 2011).
Beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas
yaitu:
a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada yang membentuk pola tertentu
yang
teratur
(bergelombang,
melebar,
kemudian
menyempit)
maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
49
3.5.5
Uji Koefisien Determinan R2
Koefisien determinasi adalah suatu nilai yang menunjukkan besarnya
perubahan yang tersaji yang diakibatkan oleh variabel lainnya.
Koefisien
determinasi digunakan untuk mengetahui prosentase besarnya keterkaitan antara
variabel independen terhadap variabel dependennya. Koefisien determinasi
dinyatakan dalam R2.
Untuk variabel bebas yang lebih dari satu, maka
menggunakan adjusted R2.
3.5.6
Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan
membandingkan t hitung terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh positif dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
Ha : β > 0, berarti ada pengaruh positif dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
Uji t dilakukan dengan membandingkan P value t hitung yang dihasilkan
oleh masing-masing variabel independen dalam persamaan regresi di atas dengan
derajat signifikannya (α) yaitu 0,05. Kriteria yang digunakan untuk menarik
kesimpulan hipotesa di atas yaitu jika P value t hitung < α (α = 0,05) maka Ho
ditolak. (Ghozali, 2011).
50
Membandingkan hasil t hitung dengan t tabel dengan kriteria sebagai
berikut:
a. apabila t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada pengaruh
yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial (individu).
b. apabila t hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada
pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial (individu).
Download