1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang khas, dimana kondisi fisika-kimia sangat dipengaruhi oleh berbagai aktivitas disekitar perairan. Aktivitas tersebut selain memberikan keuntungan terhadap kehidupan manusia juga dapat memberikan dampak yang negatif bagi ekosistem di perairan seperti menurunnya kualitas perairan akibat pelepasan bahan-bahan pencemar ke dalam perairan tersebut (Setiadi & Soeprianto, 2007). Seperti kasus yang terjadi di perairan pantai Dumai yang telah terkontaminasi oleh logam Cu akibat dari pembuatan industri galangan kapal, dimana logam Cu ini digunakan sebagai campuran bahan pengawet. Kadar logam tembaga (Cu) dalam sedimen tertinggi ditemukan di Pelabuhan yaitu 3,631 ppm dimana baku mutu logam berat untuk air laut dari Kep.MENLH No. 51 Tahun 2004 (< 0,008 ppm) maka bisa dikatakan bahwa kadar tembaga di perairan Dumai telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan (Febrita dkk, 2013). Logam berat yang mencemari lingkungan sebagian besar disebarkan melalui jalur air. Pada dasarnya logam berat dalam air buangan industri dapat dipisahkan dengan berbagai cara, yaitu dengan proses fisika, kimia dan biologi. Proses pengambilan logam berat yang terlarut dalam suatu larutan biasanya dilakukan dengan cara presipitasi, dan bioremediasi. Cara-cara tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan misalnya presipitasi tidak efektif diterapkan bila larutan mempunyai konsentrasi logam berat antara 1 – 1000 mg/l dan membutuhkan bahan kimia dalam jumlah besar serta akan menghasilkan lumpur berbahaya yang beracun dalam jumlah yang besar, hal ini menambah permasalahan baru dalam mengolah lumpur hasil pengolahan tersebut. Pengolahan secara biologis dilakukan dengan cara memanfaatkan akumulasi 2 logam berat oleh mikroorganisme. Pengadaan biomassa mikroorganisme ini secara ekonomi tidak menguntungkan (Soeprijanto, dkk. 2007). Keberadaan unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan. Dalam kadar yang rendah tembaga dibutuhkan oleh organisme sebagai koenzim dalam metabolisme tubuh. Sifat racunnya baru muncul dalam kadar yang tinggi (Rochayatun dkk, 2003). Sapi banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia sebagai makanan seharihari, karena mempunyai nilai gizi yang tinggi dan memiliki cita rasa yang enak serta gurih. Oleh karena itu, peningkatan konsumsi masyarakat akan daging potong sapi setiap tahun meningkat serta didorong dengan banyaknya restoran atau rumah makan yang menyediakan makanan siap saji dengan salah satu bahan utamanya adalah sapi. Peningkatan ini menyebabkan potensi untuk mendapatkan bahan baku tulang sapi untuk dijadikan sebagai adsorben tulang sapi. Tulang dari sapi dapat diasumsikan sebagai sampah atau sisa makanan yang pemanfaatannya masih minim. Tulang sapi memiliki kandungan utama berupa material anorganik yaitu hidroksiapatit, kalsium fosfat, karbonat dan mengandung sekitar 1% asam sitrat. Hasil analisis menunjukkan bahwa penyusunan utama tulang sapi adalah trikalsium fosfat dengan sebagian kecil kalsium karbonat yang berpotensi sebagai adsorben. Secara fisik tulang memiliki pori-pori yang sangat memungkinkan dalam mengadsorpsi zat-zat lain ke dalam pori-pori dipermukaannya serta mengandung kalsium hidrosiapatit, sehingga tulang sapi dapat digunakan sebagai adsorben aktif (Akbar, 2012). Faktor lingkungan perairan seperti pH, kesadahan, dan temperature juga meningkatkan daya racun logam berat. Jika terjadi penurunan pH air akan menyebabkan daya racun logam berat semakin besar. Kesadahan yang tinggi dapat mempengaruhi daya racun logam berat, karena logam berat dalam air yang berkesadahan tinggi akan membentuk senyawa kompleks yang mengendap dalam dasar perairan (Rochayatun & Abdul, 2007) 3 Untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri galangan kapal yang menghasilkan limbah seperti limbah tembaga. Cara yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahannya adalah menggunankan metode adsorpsi dari tulang sapi menggunakan aktivasi Na2CO3. Penggunaan Na2CO3 sebagai aktivasi adalah sebagai aktivator dalam proses terbentuknya adsorben tulang sapi agar adsorben dapat maksimal dalam kegunaannya sebagai penyerap logam berat tembaga dan juga pada penelitian sebelumnya aktivator yang digunakan bukanlah natrium karbonat, maka dari itu digunakan Na2CO3 untuk mengetahui keberhasilan aktivasi tulang sapi menggunakan Na2CO3. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan yang akan dikaji adalah untuk mengetahui karakteristik adsorben tulang sapi serta efektifitas penyerapannya dalam menurunkan kadar logam Cu dalam air. Metode yang digunakan adalah adsorpsi dengan sistem batch dengan variasi waktu dan jumlah adsorben yang diaktivasi secara kimia menggunakan larutan Na2CO3. Pada penelitian ini juga dikaji permasalahan mengenai kondisi optimal adsorben dengan beberapa parameter seperti suhu, pH dan waktu untuk menghasilkan adsorben yang baik. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengkaji gugus fungsi tulang sapi dalam proses adsorpsi. 2. Untuk mengkaji kondisi optimum dari massa jenis, pH, dan waktu kontak dari adsorben tulang sapi. 3. Untuk mengkaji kapasitas maksimum dari adsorben tulang sapi. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan Laboratorium Kualitas Air Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Kampus Terpadu UII jalan kaliurang km 14,5. Pengujian 4 adsorpsi logam tembaga (Cu) dilakukan dengan memerhatikan aspek jumlah adsorben, waktu kontak, dan pH menggunakan metode Batch. Tahapan proses yang dilakukan adalah : 1. Preparasi adsorben tulang sapi. 2. Karakterisasi adsorben tulang sapi mencakup analisis luas permukaan. 3. Analisis kadar tembaga (Cu) dari hasil proses adsorpsi adsorben tulang sapi yang dilakukan dengan Spektrofotometri. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi tentang daya serap adsorben dari limbah tulang sapi yang diaktifasi secara kimia menggunakan larutan Na2CO3 untuk menurunkan konsentrasi logam Cu dalam air limbah. Selain itu penilitian ini digunakan untuk memberikan kontribusi dalam pengkajian ilmu pengetahuan mengenai adsorben.