- STIE STAN Indonesia Mandiri Repository

advertisement
PROCEEDINGS
ISSN- 2252-3936
Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional
Bandung, 27 Maret 2012
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
Penanggung Jawab:
Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak.
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Pengarah:
Prof. Dr. Hj. Koesbandijah A.K., M.S., Ak.
Prof. Dr. H. Karhi Nisjar Sarjudin, S.E., M.M., Ak.
Prof. Dr. H. Mochammad Zain, Ak.
Dr. H. Nuryaman., S.E., M.Si., Ak.
Redaktur:
Sendi Gusnandar Arnan, S.E., M.M., Ak.
Erly Sherlita, S.E., M.Si., Ak.
Rima Rachmawati, S.E., M.Si., Ak.
Intan Oviantari, S.E., M.S.Ak., Ak.
R. Wedi Rusnnawan Kusumah, S.E.,M.Si., Ak.
Penelaah (Reviewer)
1.
Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA. (Institut Teknologi Bandung)
2.
Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini Yahya, S.E., Spec.Lic. (Universitas Padjadjaran)
3.
Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., M.S. (Universitas Padjadjaran)
4.
5.
6.
Prof. Dr. Hamfri Djajadikerta, S.E., Akt., M.M. (Universitas Katolik Parahyangan)
Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, M.M. (Universitas Bina Nusantara)
Prof. Dr. Hiro Tugiman, Ak., QIA (Institut Manajemen Telkom)
7.
Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak. (Universitas Widyatama)
8.
9.
Dr. H. Nuryaman, S.E., M.Si., Ak. (Universitas Widyatama)
Nugroho J. Setiadi, S.E., M.M., Ph.D. (Universitas Widyatama)
10. Dr. Sylvia Veronica Siregar (Universitas Indonesia)
11. Dr. Dwi Martani (Universitas Indonesia)
Desain:
1. Arus Reka Prasetia, S.E., M.M., MBA
2.
Ali Hamdani, S.ST.
3.
Windra Dawiwaha
PROCEEDINGS
ISSN- 2252-3936
Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional
Bandung, 27 Maret 2012
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii
SUSUNAN DEWAN REDAKSI................................................................................................. iv
SUSUNAN PANITIA ......................................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. viii
KEYNOTE SPEAKER Menteri PPN/Kepala BAPPENAS ......................................................... 1
INVITE SPEAKER Ketua BAPEPAM-LK.................................................................................. 5
INVITE SPEAKER Anggota DPN IAI ........................................................................................ 9
INVITE SPEAKER Kopertis Wilayah 4 Jabar Banten .............................................................. 16
INVITE SPEAKER Rektor Universitas Widyatama Bandung ................................................... 23
Pemakalah :
001-Good Corporate Governance dan Reaksi Investor terhadap Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan (Studi Pada Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)
Nuraini A
Universitas Syiah Kuala ……………………………………………………………...
29 – 37
002-Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan dengan
Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening Meirrisa, Istianingsih
Universitas Tarumanagara ……………………………………………………………
38 – 49
003-Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap
Praktik Manajemen Laba
Yoane Virginike Purbany, Ivan Aries Setiawan
STIE STAN Indonesia Mandiri ………………………………………………………
50 – 59
004-Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuang dengan
Economic Value Added (EVA) sebagai Indikator Pengukuran Kinerja
Nyla Hidayati, Ivan Aries Setiawan
STIE STAN Indonesia Mandiri ……………………………………………………….
60 – 69
005-Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kualitas Akrual
Aloysius Harry Mukti …………………………………………………………………
70 – 77
009-The Effect of Outside Directors On Board of Directors and Classification of
Audit Firms Toward Earnings Management
Yoga Tantular Rachman
Universitas Widyatama ……………………………………………………………….
78 – 90
Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Praktik Manajemen Laba
(Studi Pada Badan Usaha Milik Negara Berbentuk Persero dan Persero Terbuka Periode 2009-2010)
Yoane Virginike Purbany
( [email protected] )
STIE STAN Indonesia Mandiri Bandung
Ivan Aries Setiawan
( [email protected] )
STIE STAN Indonesia Mandiri Bandung
ABSTRACT
Separation of authority between company owners (shareholders) and managers of the company (the management) gave
rise to differences of interests so that the management often manipulate the company's financial statements by practicing
earnings management. To minimize the earnings management practices, good corporate governance mechanisms need
to be implemented within the company.
The purpose of this study was to examine the effect of good corporate governance mechanism implementation which
measured by institutional ownership, independent commissioners, board of commisioners size, board of directors size,
CEO duality and audit committee on the earnings management practices which measured using the modified Jones
discretionary accrual model. Using purposive sampling techinque, sample is consisted of 50 state-owned enterpises with
the observation periods for two years.
By using a multiple linear regression analysis, the results of this study indicate that the variables of good corporate
governance linearly could reduce the earnings management practices. Partially, the variables that could reduce the
earnings management practices is institutional ownership, independent commissioners, board of commisioners size and
board of directors size. While CEO duality and audit committee has no effect on the earnings management practices.
Keywords: good corporate governance, institutional ownership, independent commissioners, board of commisioners
size, board of directors size, CEO duality, audit committee, earnings management
I. Pendahuluan
Menurut Undang-undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, salah satu definisi Badan Usaha Milik Negara,
yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN terdiri dari empat jenis yaitu, BUMN, Persero,
Persero Terbuka dan Perusahaan Umum. BUMN yang berbentuk perusahaan Persero dan Persero Terbuka adalah persero yang jumlah
dan modal pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal, tetapi kepemilikan saham terbesar berada di tangan pemerintah (untuk persero di atas
51%). Saat ini terdapat 54 BUMN berbentuk persero dan 14 BUMN berbentuk Persero Terbuka. Pasar modal sendiri merupakan tempat
para investor dan peminjam melakukan transaksi keuangan (Zebua, 2008:10). Para investor membuat keputusan untuk menanamkan
modalnya setelah terlebih dahulu melihat laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan. Namun, transaksi yang fair sulit
tercapai karena adanya konflik kepentingan dan tidak transparannya laporan keuangan serta kasus keterlambatan laporan keuangan yang
sering terjadi.
Setiap perusahaan yang tercatat dalam pasar modal, baik BUMN maupun non-BUMN, tidak akan terlepas dari adanya struktur
organisasi. Dalam struktur organisasi perusahaan-perusahaan tersebut terlihat adanya kesamaan, yaitu adanya pemisahan kekuasaan atau
wewenang antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dengan pengelola perusahaan (pihak manajemen). Hal ini sejalan dengan teori
keagenan (agency theory). Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agency muncul ketika satu orang atau lebih (principal)
memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
pada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Sebagai pihak yang diberi wewenang oleh pemilik perusahaan (pemegang saham)
untuk mengelola keuangan perusahaan, manajer memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada
pemilik. Permasalahan timbul ketika kedua belah pihak memiliki persepsi dan sikap yang berbeda sehubungan dengan informasi
tersebut. Terkadang informasi yang disampaikan oleh manajer dan diterima oleh pemilik tidak sesuai dengan kondisi perusahaan
sebenarnya. Kondisi ini dikenal dengan istilah asimetri informasi (information asymmetric) (Haris, 2004 dalam Ujiyantho dan Pramuka,
2007).
Dalam setiap periode, manajer memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi perusahaan dalam bentuk
laporan keuangan. Menurut IAI, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hal-hal yang telah dilakukan oleh pihak manajemen atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan oleh pemilik perusahaan kepada pihak manajemen. Oleh karena itu, laporan keuangan
yang berkualitas yang terbebas dari rekayasa dan mengungkapkan informasi sesuai dengan keadaan dan fakta yang sebenarnya menjadi
kepentingan banyak pihak (Praditia, 2010). Namun, karena disebabkan adanya pemisahan kekuasaan yang terdapat dalam teori
keagenan (agency theory) dan menyebabkan terjadinya asimetri informasi, keleluasaan manajemen untuk memaksimalkan laba akan
1
mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan manajemen sendiri dengan biaya yang harus ditanggung pemilik perusahaan
(Sutedi, 2011:3).
Dengan adanya pemisahan kekuasaan, laporan keuangan sering disalahgunakan oleh manajemen dengan melakukan perubahan
dalam penggunaan metode akuntansi yang digunakan, sehingga dapat mempengaruhi jumlah laba yang ditampilkan dalam laporan
keuangan. Hal ini sering dikenal dengan istilah Manajemen Laba (Earnings Management). Manajemen laba dapat mengurangi
kredibilitas laporan keuangan bila digunakan dalam pengambilan keputusan karena manajemen laba merupakan suatu bentuk manipulasi
atas laporan keuangan yang menjadi sasaran komunikasi antara manajer dengan pihak eksternal perusahaan (Ma’ruf, 2006). Perusahaan
yang melakukan manajemen laba akan mengungkapkan lebih sedikit informasi agar tindakannya tidak mudah terdeteksi. Hal ini akan
dilakukan oleh pihak manajemen ketika mereka tidak dapat mencapai target laba yang ditentukan (Halim, et al., 2005).
Untuk meminimumkan terjadinya manajemen laba, maka perusahaan perlu menerapkan mekanisme Good Corporate Governance
dalam sistem pengendalian dan pengelolaan perusahaan. Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen dalam suatu perusahaan, para pemegang
saham, dan stakeholder lainnya. Ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good Corporate Governance ini, yaitu
fairness, transparancy, accountability dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good
Corporate Governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan (Chtourou, et al., 2001). Melalui
penerapan Good Corporate Governance tersebut diharapkan:
1. Perusahaan mampu meningkatkan kinerjanya melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik,
meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta mampu meningkatkan pelayanannya kepada stakeholder
(Transparation).
2. Perusahaan lebih mudah memperoleh dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value
(Accountability).
3. Mampu meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya (Fairness).
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen
(Responsibility).
Saat ini telah banyak penelitian mengenai efektivitas Good Corporate Governance dan pengaruhnya terhadap manajemen laba.
Akan tetapi, dari sekian banyak penelitian yang dilakukan timbul kontradiksi antara penelitian yang satu dengan yang lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007) mengungkapkan bahwa secara individual, komposisi dewan
komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menandakan bahwa mekanisme corporate governance yang diajukan
melalui keberadaan pihak independen dalam dewan komisaris mampu mengurangi tindak manajemen laba yang terjadi pada industri
perbankan di Indonesia. Hal yang sama juga diungkapkan oleh peneliti lain. Herawaty (2008) mengungkapkan bahwa earnings
management dapat diminimumkan dengan mekanisme monitoring oleh komisaris independen beserta komite audit.
Namun, penelitian yang dilakukan oleh Praditia (2010) memperoleh hasil yang berbeda. Praditia mengungkapkan bahwa variabelvariabel corporate governance, yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan kualitas auditor tidak
berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.
Penelitian-penelitian di atas merupakan penelitian terhadap perusahaan yang listing di Bursa Efek yang sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh pihak swasta atau perorangan dan hanya beberapa perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah.
Dengan kata lain, penelitian diatas dilakukan pada perusahaan swasta dan bukan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga
penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada Badan Usaha Milik Negara.
II. Review Literatur dan Pengembangan Hipotesis
Menurut Cadbury, good corporate governance adalah suatu mekanisme dalam mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar
tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Cara yang dapat digunakan untuk memahami konsep corporate
governance adalah memahami teori keagenan (Agency Theory) (Jensen dan Meckling, 1976). Teori Keagenan menekankan pentingnya
pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (agents) yang lebih
mengerti dalam menjalankan kegiatan bisnis perusahaan sehari-hari. Adanya pemisahan kekuasaan menyebabkan timbulnya konflik
kepentingan diantar kedua belah pihak yang akhirnya dilakukanlah tindakan manajemen laba oleh pihak manajemen perusahaan.
Manajemen Laba yaitu tujuan intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud memperoleh beberapa keuntungan
pribadi (Schipper, 1989).
Dengan dilakukannya praktik manajemen laba akan mengakibatkan laporan keuangan tidak menunjukkan keadaan atau kondisi
yang sebenarnya dari perusahaan. Timbulnya praktik manajemen laba dalam perusahaan dapat diminimalisasi dengan penerapan
mekanisme good corporate governance. Beberapa mekanisme good corporate governance diantaranya adalah kepemilikan institusional,
komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, CEO duality dan komite audit.
Balsam, et.al. (2002) menyatakan bahwa kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh
institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perseroan terbatas, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lainnya). Adanya
kepemilikan institusional dapat memantau secara profesional perkembangan investasi karena tingkat pengendalian terhadap manajemen
sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan (Herawaty, 2008).
Penelitian mengenai hubungan antara kepemilikan institusional dan manajemen laba dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz
(2003) pada perusahaan yang bukan termasuk dalam kelompok perusahaan perbankan dan asuransi yang terdaftar di BEJ sebelum tahun
1994 dan memperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba.
Penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976), yang mengungkapkan bahwa semakin besar
kepemilikan oleh pihak investor institusional, maka praktik manajemen laba dapat diminimalisasikan.
Komisaris independen merupakan salah satu mekanisme corporate governance yang banyak diteliti. Diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Fama (1980). Menurut Fama (1980), komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang
terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen.
2
Penelitian yang dilakukan oleh Klein (2002) mengenai corporate governance pada seluruh perusahaan di Amerika Serikat yang
terdaftar pada indeks S&P 500 pada 31 Maret 1992 dan 1993, memperoleh hasil bahwa perusahaan yang memiliki proporsi dewan
komisaris yang berasal dari pihak luar perusahaan (independen) dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Penelitian tersebut juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta
periode 2004-2006 dengan menggunakan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen dan kualitas audit
sebagai indikator mekanisme good corporate governance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen dan kualitas audit
dapat meminimumkan praktik manajemen laba dalam perusahaan.
Zhou, et.al. (2004) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan keseluruhan jumlah anggota dewan komisaris, baik
dari pihak independen maupun non-independen. Nasution dan Setiawan (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan
good corporate governance terhadap praktik manajemen laba dengan menggunakan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar dalam
Bursa Efek Jakarta selama periode 2000-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara individual, komposisi dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap manajemen laba perusahaan perbankan.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007) mendukung penelitian yang dilakukan oleh Yermack (1996).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dewan komisaris yang berukuran kecil akan lebih efektif dalam melakukan tindakan pengawasan
dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris yang lebih besar.
Dewan direksi didefinisikan sebagai dewan yang dipilih oleh pemegang saham, bertugas mengawasi pekerjaan yang dilakukan
oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, dengan tujuan kepentingan para pemegang saham (Jensen, 1993). Penelitian mengenai
hubungan ukuran dewan direksi dengan manajemen laba diantaranya dilakukan oleh Iqbal dan Fachriyah (2007). Penelitian ini
dilakukan pada perusahaan sektor industrti, manufaktur yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2000-2006
dan diperoleh hasil bahwa ukuran dan jumlah dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Iqbal dan Fachriyah (2007) mendukung penelitian lain yang dilakukan oleh Midiastuty dan
Machfoedz (2003). Penelitian ini membuktikan bahwa ukuran atau jumlah dewan direksi adalah salah satu mekanisme good corporate
governance yang dapat mengurangi konflik kepentingan yang timbul dari hubungan keagenan antara manajemen dan pemegang saham.
Menurut Cornett, et.al. (2008), CEO duality adalah terdapatnya seseorang yang menduduki jabatan sebagai CEO sekaligus sebagai
chairman of board. Penelitian yang dilakukan oleh Cornett, et.al. (2008) mengenai pengaruh corporate governance terhadap praktik
earnings management pada indeks S&P 100 perusahaan dalam periode 1994 sampai dengan 2003, memperoleh hasil bahwa keberadaan
CEO yang terpisah akan mendorong monitoring yang lebih efektif.
Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Murhadi (2009) yang melakukan penelitian pada perusahaan yang
terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia dan menggunakan sampel perusahaan yang tergabung dalam sektor manufaktur selama periode
2005-2007. Penelitian menggunakan komisaris independen, komite audit, CEO duality, top share dan koalisi pemegang saham sebagai
indikator mekanisme good corporate governance. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dari lima indikator diatas hanya CEO duality
dan top share yang berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2006), mendefinisikan komite audit sebagai suatu komite yang
beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan
kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan komite audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007)
mengenai corporate governance pada perusahaan perbankan mengungkapkan bahwa keberadaan komite audit dalam perusahaan
perbankan mampu mengurangi manajemen laba dalam perusahaan.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Bachtiar (2004) yang melakukan penelitian terhadap
perusahaan manufaktur pada tahun 2001-2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan komite audit secara efektif
menghalangi peningkatan manajemen laba di perusahaan tersebut.
Dari pembahasan-pembahsan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.
H2: Komisaris Independen berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba
H3: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba.
H4: Ukuran Dewan Direksi berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba.
H5: CEO duality berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba.
H6: Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba.
III. Metode Penelitian
Sampel adalah Badan Usaha Milik Negara berbentuk Persero dan Persero Terbuka yang mempublikasikan laporan keuangan
untuk tahun 2008, 2009 dan 2010 dan laporan tahunan tahun 2009 dan 2010 secara lengkap.
Variabel-variabel dalam penelitian ini diukur dengan cara sebagai berikut:
1.
Kepemilikan institusional diukur dengan cara mengetahui seberapa besar presentase kepemilikan institusional dalam struktur
saham perusahaan (Balsam, et.al., 2002).
2.
Komisaris independen diukur dengan menghitung persentase komisaris independen dibanding total dewan komisaris yang ada
(Chtourou, et.al., 2001).
3.
Ukuran dewan komisaris diukur dengan cara menghitung jumlah keseluruhan dewan komisaris (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
4.
Ukuran dewan direksi diukur dengan menggunakan variabel dummy dengan menggunakan kriteria yang mengacu pada penelitian
Jensen (1993). Perusahaan dengan jumlah dewan direksi 1-7 orang diberi skala 1 (diduga optimal dalam mengontrol manajemen)
sedangkan perusahaan dengan jumlah dewan direksi > 7 orang diberi skala 0 (diduga tidak optimal dalam mengontrol manajemen)
5.
CEO duality diukur dengan menggunakan variabel dummy, dimana nilai 1 apabila terdapat CEO duality dan nilai 0 apabila tidak
terdapat CEO duality (Cornett, et.al., 2008).
6.
Komite audit diukur dengan menghitung jumlah keseluruhan komite audit (Sriwedari, 2009).
3
7.
Pengukuran manajemen laba dilakukan dengan menggunakan Model Jones (1991) yang dimodifikasi oleh Dechow, et.al. (1995).
Dengan menggunakan model jones, manajemen laba diproksikan dengan discretionary accrual. Langkah-langkah dalam
perhitungan discretionary accrual adalah sebagai berikut:
............................................................................................................................. ....... (1)


TACC
it
NI
it
CFO
it
Nilai total akrual diestimasi dengan persamaan regresi OLS
TACC it
Ait 1
    REV it  REC it 
    PPE it
  OCF
............(2)
  1  1


2
3
A
A
Ait 1 
Ait 1
it 1 
it 1 



Non-discretionary Accrual dihitung dengan menggunakan koefisien regresi total akrual diatas.
  REV it  REC it 
    PPE it
  OCF
NDAit  1  1
 2
 3

A
A
A
Ait 1
it 1 
it 1 
 it 1  

............................
(3)
sehingga discretionary accrual dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DAit 
TACCit
TAit 1
 NDAit
............................................................................................................................. ........ (4)
Keterangan:
TACCit
: Total Accrual perusahaan i pada tahun t.
Ait-1 : Total aktiva perusahaan i pada tahun t-1.
DAit
: Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t.
NDAit
: Non-discretionary accrual perusahaan i pada tahun t.
∆REVit
: Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1.
∆RECit
: Piutang perusahaan i pada tahun t dikurangi piutang tahun t-1.
PPEit
: Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t.
CFOit
: Kas dari aktivitas operasi (cash flow operation) perusahaan i pada tahun t.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif untuk mengetahui nilai mean, maksimim, minimum dan
standar deviasi. Selain itu dilakukan uji asumsi klasik yaitu Multikolonieritas, Autokorelasi, Normalitas, Heterokedastisitas dan
Linearitas. Seluruh penghitungan dilakukan dengan menggunakan alat bantu software SPSS V.17.0. Alat analisis regresi berganda
digunakan untuk pengujian hipotesis. Model persamaan regresi adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e
Keterangan:
Y
a
b1, b2, b3, b4, b5, b6
X1, X2, X3, X4, X5, X6
= Manajemen laba.
= Konstanta.
= Koefisien regresi.
= Kepemilikan institusional, Komisaris independen, Ukuran dewan
komisaris, Ukuran dewan direksi, CEO duality, Komite audit.
IV. Hasil Penelitian
Pengumpulan Data
Jumlah BUMN yang berbentuk persero dan persero terbuka sebanyak 68 perusahaan. Dari jumlah tersebut sebanyak 39
perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahun 2008-2010 secara lengkap. Sedangkan perusahaan yang mempublikasikan
laporan tahunan tahun 2009-2010 secara lengkap hanya 25 perusahaan dari 39 perusahaan tersebut. Sehingga jumlah sampel yang
memenuhi kriteria adalah sebanyak 25 perusahaan.
Statistik Deskriptif
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Mean
S.D
1
2
3
4
5
6
7
1. ML
0.0685
0.0821
1
.283*
-0.71
.160
.287*
-.214
.032
2. Ke.Ins
0.1766
0.1703
.283*
1
.611+
.130
-.031
-.047
.111
+
3. KI
0.3164
0.1953
-.071
.611
1
.241
-.235
.125
.017
4. UDK
5.0200
1.0200
.160
.130
.241
1 -.609+
.358*
.398+
5. UDD
0.8200
0.3881
.287*
-.031
-.235 -.609+
1
-.308* -.396+
*
*
6. CoD
0.1200 0.32831.
-.214
-.047
.125
.358
-.308
1
.012
7. KA
4.1200
4518
.032
.111
.017
.398+ -.396+
.012
1
* korelasi signifikan pada level 0.05 (2 arah)
+ korelasi signifikan pada level 0.01 (2 arah)
4
Uji Asumsi Klasik
Tabel 2. Uji Multikolonieritas
Dilihat dari tabel uji multikolonieritas, nilai VIF variabel-variabel GCG lebih kecil dari 10 sehingga tidak terjadi masalah
multikolonieritas.
Tabel 3. Uji Autokorelasi
Sedangkan dari tabel durbin-watson diperoleh nilai DW lebih besar dari batas atas (du) dan kurang dari 4 – du sehingga tidak terjadi
masalah autokorelasi.
Gambar 1. Grafik Scatterplot
Tabel 4. Uji Glejser
Sedangkan dilihat dari grafik Scatterplot yang memiliki pola menyebar dan uji Glejser diperoleh hasil bahwa tidak ada masalah dalam
heteroskedastisitas.
Uji normalitas dilihat dari Normal P-Plot yang memiliki pola mengikuti garis normal dan uji Kolmogorov-Smirnov yang memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,373 (lebih besar dari 0,05) dapat disimpulkan bahwa residual terdistribusi secara normal
.
5
Gambar 2. Normal P-Plot
Tabel 4. Uji Kolmogorov-Smirnov
Sedangkan hasil dari Uji Durbin-Watson model utama dalam tabel 3 di atas terlihat bahwa D-W model utama berada diatas nilai dl
sehingga disimpulkan tidak terdapat masalah linearitas atau model persamaan utama adalah benar.
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Tabel 5. Uji Simultan (Uji-F)
Dilihat dari tabel 5 di atas diperoleh hasil bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel
Kepemilikan institusional, komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, CEO duality dan komite audit
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba dengan tingkat signifikansi sebssar 0.000.
Tabel 6. Uji Individual (Uji-t)
6
Dari tabel 6 di atas, Uji individual (uji t) dalam penelitian ini memperoleh hasil yang menyatakan bahwa hipotesis mengenai
pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba dapat dikonfirmasikan dengan tingkat signifikansi 1% akan tetapi
hubungan yang diperoleh setelah melalui pengujian hipotesis adalah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen
laba. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang menunjukkan bahwa
adanya kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap timbulnya praktik manajemen laba. Namun sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Boediono (2005) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance
terhadap manajemen laba dengan menggunakan analisis jalur serta penelitian yang dilakukan oleh Porter (2002) terhadap perusahaan
yang listing di NYSE pada tahun 1979-1985. Kedua hasil penelitian di atas juga menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Penjelasan yang mungkin mengenai hal ini adalah bahwa investor institusional
merupakan pemilik yang lebih memfokuskan pada laba jangka pendek (current earnings). Sehingga manajer terpaksa untuk melakukan
tindakan yang dapat meningkatkan laba jangka pendek dan salah satu caranya adalah dengan melakukan manipulasi laba atau
manajemen laba.
Hasil lain yang diperoleh yaitu komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fama dan Jensen (1983), Chtourou, et. al. (2001), Klein (2002) dan Herawaty (2008) yang
menyatakan bahwa proporsi komisaris independen dapat mengurangi aktivitas manajemen laba atau dengan kata lain komisaris
independen berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin banyaknya pihak
independen yang terlibat dalam struktur komisaris perusahaan, tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen dapat
diminimalisasi karena dengan semakin banyaknya pihak independen maka proses pengawasan yang dilakukan semakin berkualitas.
Hasil mengenai pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba yaitu positif signifikan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Jensen (1993), Yermack (1996), Klein (2002) serta Nasution dan Setiawan (2007) yang menunjukkan
bahwa ukuran dewan komisaris yang lebih kecil akan lebih efektif dalam melakukan tindakan pengawasan atau dengan kata lain ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Sama halnya dengan hasil penelitian mengenai ukuran dewan direksi
terhadap manajemen laba yaitu positif signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz
(2003) serta Iqbal dan Fachriyah (2007) mengenai pengaruh ukuran dewan direksi terhadap manajemen laba. Hasil penelitian
menyatakan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini mungkin disebabkan karena
semakin kecil ukuran dewan direksi maka pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena koordinasi yang dilakukan antar
dewan tidak mengalami banyak kesulitan.
Namun, dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa CEO duality dan komite audit tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen
laba. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Murhadi (2009) yang menyatakan bahwa CEO duality berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Namun, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mashayekshi dan Noravesh dalam
Panggabean (2011) yang menemukan bahwa dari 6 (enam) variabel independen yang diteliti yaitu, ukuran dewan, dewan komisaris
independen, kepemimpinan dewan (CEO-Chair duality), kepemilikan dewan, jumlah rapat dan komite audit independen, hanya variabel
komisaris independen yang berpengaruh secara negatif signifikan terhadap manajemen laba. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel yang lain tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, termasuk kepemimpinan dewan (CEO-Chair duality). Penjelasan yang
mungkin mengenai hal ini adalah karena keberadaan CEO duality yang jarang terjadi di Indonesia terutama dalam Badan Usaha Milik
Negara menurut data yang diperoleh. CEO duality juga dapat diartikan adanya hubungan kekerabatan dalam struktur perusahaan akan
tetapi dalam data yang diperoleh juga tidak ditemukan adanya sistem kekerabatan. Sehingga CEO duality tidak berpengaruh terhadap
timbulnya praktik manajemen laba. Kemungkinan karakterisitik dewan yang lain yang memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Bukan karakteristik dewan dari segi ada atau tidak CEO duality.
Komite audit dalam penelitian ini juga ditemukan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Klein (2002) yang menemukan bahwa keberadaan komite audit akan mengurangi terjadinya praktik
manajemen laba. Namun, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murhadi (2009), Sefiana (2009) dan Rahmawan (2011) yang
menemukan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Penjelasan yang mungkin
mengenai hal ini adalah bahwa komite audit merupakan pihak yang ditunjuk oleh pihak manajemen sendiri sehingga apabila tidak
sejalan dengan keputusan manajemen maka perusahaan dapat melakukan penggantian. Selain itu kemungkinan lain yang terjadi yaitu
kurangnya integritas dari komite audit itu sendiri.
Tabel 7. Koefisien Determinasi
Dari tabel 7 diatas diperoleh nilai R2 adalah sebesar sebesar 0,418 atau 41,8%. Hal ini berarti bahwa hanya 41,8% variasi
manajemen laba yang dapat dijelaskan oleh variasi dari ke enam variabel independen, yaitu kepemilikan institusioanl, komisaris
independen, ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, CEO duality dan komite audit. Sedangkan sebagian besar variasinya yaitu
sebesar 58,2% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.
Dari hasil pengujian-pengujian diatas, maka diperoleh persamaan matematis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
ML = -0,228 + 0,199 Ke.Ins – 0,134 KI + 0,046 UDK + 0,105 UDD – 0,052 CoD – 0,002 KA
SE = (0,084)
(0,074)
(0,066)
(0,013)
(0,033)
(0,032)
(0,008)
t
= (-2,726) (2,075)
(-2,036)
(3,658)
(3,185)
(-1,621)
(-0,283)
R2 = 0,418
7
IV. Kesimpulan dan Keterbatasan
Penelitian ini mengkaji pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris dan ukuran dewan direksi berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen
laba, komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Adapun CEO duality dan komite audit tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
Setelah melakukan analisis data dan pengujian-pengujian serta interpretasi dari hasil penelitian, terdapat beberapa hal yang menjadi
keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga peneliti memberikan beberapa saran yang mungkin dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya. Keterbatasan dan saran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Nilai koefisien determinasi adalah 41,8%. Hal ini bermakna bahwa masih terdapat faktor lain yang dapat menjelaskan variasi pada
manajemen laba. Dengan demikian penelitian selanjutnya perlu mengkaji variabel lain seperti kepemilikan manajerial.
2. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebesar 50 (lima puluh) sampel, yaitu data 25 (dua puluh lima) BUMN
dalam waktu 2 (dua) tahun, yaitu 2009 dan 2010. Mungkin hasil yang diperoleh akan lebih baik apabila sampel yang digunakan
lebih banyak dan periode penelitian lebih diperpanjang.
3. Variabel-variabel yang diketahui tidak signifikan, yaitu komite audit dan CEO duality, hanya dilakukan dalam satu pengukuran
yaitu jumlah dari komite audit dan ada atau tidak CEO duality. Sehingga untuk penelitian selanjutnya mungkin akan lebih baik jika
menggunakan cara pengukuran lainnya. Seperti misalkan komite audit diukur berdasarkan tingkat pertemuan komite tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Balsam, Steven et.al. 2000. Accruals Management, Investor Sophistication and Equity Valuation: Evidence From 10-Q Fillings. Temple
University. Philadelphia.
Boediono, Gideon S. B. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba
Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Chtourou, Sonda M., et.al. 2001. Corporate Governance and Earnings Management. Social Science Research Network.
Cornett, Marcia M., et.al. 2007. Corporate Governance and Pay-For-Performance: The Impact of Earnings Management. Southern
Illinois University. Carbondale.
Daftar BUMN di Indonesia. 2011. Website: http://www.bumn.go.id.
Dechow, Patricia M., et.al. 2011. Detecting Earnings Management: A New Approach. University of California. Berkeley.
Fama, Eugene F. 1980. Agency Problems and the Theory of the Firm. The Journal of Politican Economy, Vol. 88 No. 2, pp. 288-307.
_______________ and Michael C. Jensen. 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics, Vol. 26 No. 2,
pp. 301-325.
Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10 No. 2, pp. 97-108
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Iqbal, Syaiful dan Nurul Fachriyah. 2007. Corporate Governance Sebagai Alat Pereda Praktik Manajemen Laba (Earnings
Management).
Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure.
Journal of Financial Economics, Vol. 3 No. 4, pp. 305-360.
_______________. 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, and The Failure of Internal Control Systems. The Journal of Finance.
Jones, Jennifer J. 1991. Earnings Management During Import Relief Investigations. Journal of Accounting Research, Vol. 29 No. 2, pp.
193-228.
Klein, April. 2006. Audit Committee, Board of Director Characteristic and Earnings Management. Law and Economic Research Paper
Series Working Paper No. 06-42.
Ma’ruf, Muhammad. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek
Jakarta. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Midiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi
Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI.
8
Murhadi, Werner. R. 2009. Studi Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Praktik Earnings Management pada Perusahaan
Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.11 No. 1, pp.1-10.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan
Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X.
Panggaben, Ryan Raymond. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Public Di
Indonesia. Universitas Diponegoro. Semarang.
Praditia, Okta Rezika. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Tahun 2005-2008. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Potter, Gordon. 1992. Accounting Earnings Announcement, Institutional Investment Concentration, and Common Stock Return. Journal
of Accounting Research, Vol. 30 No. 1, pp. 146-155.
Rachmawati, Andri dan Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., AK. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X.
Scott, William R. 1997. Financial Accounting Theory. University of Waterloo. New Jersey: Prentice Hall International
Shleifer, Andrei and Robert W. Fishny. 1996. A Survey of Corporate Governance. National Bureau of Economic Reserach Working
Paper 5554.
Sriwedari, Tuti. 2009. Mekanisme Good Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika.
Ujiyantho, M. Arief dan Bambang A. Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan
(Studi pada Perusahaan Go Public Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi X.
Veronica, Sylvia dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance
Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Yermack, D. 1996. Higher Market Valuation of Companies with Small Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, 185211.
Zebua, F. 2008. Akuntansi Internasional. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Zhou, Jian and Ken Y. Chen. 2004. Audit Committee, Board Characteristics and Earnings Management by Commercial Banks. School
of Management.
PENULIS :
1. YOANNE VIRGINIKE PURBANI
Mahasiswi Program Studi Akuntansi S1 STIE STAN Indonesia Mandiri Bandung
email : [email protected]
phone : 081931335865
2.
IVAN ARIES SETIAWAN
Dosen Tetap Program Studi Manajemen S1 STIE STAN Indonesia Mandiri Bandung
email : [email protected]
phone : 081320984400
9
Download