BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Bagian ini menguraikan beberapa konsep dan bukti-bukti empiris yang digunakan sebagai landasan teoritis dalam penelitian ini. Berdasarkan konsepkonsep teoritis tersebut, diturunkan hipotesis yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini. 2.1.1 Pengertian Pemasaran Kegiatan yang paling penting yang ada dalam suatu perusahaan yaitu pemasaran. Di dalam kegiatan pemasaran itu sendiri terdapat banyak kegiatan yang salah satunya yaitu memperkenalkan produk perusahaan kepada masyarakat. Maka secara otomatis di dalam kegiatan pemasaran bukan saja terjadi kegiatan menjual barang dan jasa tetapi juga meliputi kegiatan sebelum dan sesudah penjualan. Menurut Kotler, (2007:6) mendefinisikan bahwa: “Marketing is the proces of planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods and service to create exchange that satisfy individual and organizational goals.” Artinya: suatu proses perencanaan yang pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu organisasi.” 10 11 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Menurut Lamb et all, (2001:6) , mendefinisikan bahwa: “Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.” Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa kegiatan pemasaran merupakan suatu proses atau aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan keiginan konsumen melalui pertukaran barang atau jasa, menetapkan harga yang menarik, melakukan pengembangan produk, mendistribusikan produk. 2.1.2 Konsep Inti Pemasaran Pemasaran menyentuh kehidupan manusia setiap harinya dan membuat kebutuhan dan keinginan menusia terpenuhi. Menurut Kotler, (2003:12), konsep inti pemasaran meliputi: 1. Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Kebutuhan manusia (human need) adalah keadaan merasa tidak memiliki keputusan dasar tertentu. Sedangkan keinginan (wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik. Meskipun kebutuhan manusia sedikit tetapi keinginan manusia banyak. Permintaan (demand) adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. 2. Produk Produk adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) yang di dalamnya sudah mencakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan yang bisa memuaskan keinginan pembelinya. 12 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 3. Nilai, Biaya dan Kepuasan Nilai (value) adalah estimasi pelanggan mengenai kemampuan total suatu produk untuk memuaskan kebutuhannya. Namun masing-masing produk itu memiliki biaya (cost), karena itu harus mempertimbangkan nilai dan harga produk sebelum membeli. 4. Pertukaran dan Transaksi Pertukaran adalah cara mendapatkan suatu produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Sedangkan transaksi merupakan pertukaran nilai antara dua pihak, yakni penjual dan pembeli. 5. Hubungan dan Jaringan Pemasaran transaksi merupakan bagian dari gagasan yang lebih besar yang disebut pemasaran relasional (relationship marketing). Pemasaran relasional memiliki tujuan membentuk hubungan jangka panjang yang saling memuaskan dengan pihak-pihak yang penting – pelangan, pemasok dan distributor – dalam rangka mendapatkan dan mempertahankan bisnis mereka. Sedangkan jaringan kerja pemasaran terdiri dari perusahaan dan pemercaya (stakeholder) pendukung (pelanggan, karyawan, pemasok, dan lain-lain) yang dengan mereka perusahaan membangun hubungan bisnis timbal balik yang saling menguntungkan. 6. Pasar Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang meiliki kebutuhan atau keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut. 13 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 7. Pemasar dan Calon Pembeli Pemasaran mengandung makna aktivitas manusia dalam hubungannya dengan pasar untuk mengaktualisasikan pertukaran potensial dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kebutuhan , keinginan , permintaan Produk Nilai , biaya , dan kepuasan Pertukaran dan transaksi Hubungan dan jaringan Pasar Pemasar dan calon pembeli Gambar 1 Konsep Inti Pemasaran Sumber: Kotler, Manajemen Pemasaran edisi 9 (2003:11) 14 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2.1.3 Bauran Pemasaran Salah satu unsur dalam strategi pemasaran adalah strategi bauran pemasaran (marketing mix). Strategi bauran pemasaran merupakan strategi yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada segmen pasar dan pasar sasaran tertentu. Jadi tekanan utama dari bauran pemasaran adalah pasar karena pada akhirnya produk yang ditawarkan perusahaan diarahkan ke pasar sasaran untuk menentukan macam produk, harga, promosi, dan saluran distribusi yang dipakai. Bauran Pemasaran Produk -Ragam produk - Kualitas -Desain -Fitur -Nama merek -Kemasan -Layanan Harga -Harga terdaftar -Diskon potongan harga -Periode pembayaran -Syarat kredit Promosi -Promosi penjualan -Periklanan -Tenaga penjualan -Humas pemasaran langsung Tempat -Saluran -Cakupan -Pilihan -Lokasi -Persediaan transportasi Gambar 2: Empat Komponen P dalam Bauran Pemasaran Sumber: Kotler dan Keller, (2009:24) Tugas pemasaran dan pemasar adalah merencanakan aktivitas-aktivitas membentuk program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada pelanggan Kotler dan Keller, (2009:24). McCarthy mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas pemasaran tersebut menjadi empat kelompok besar yang disebut empat P: product, price, place, and promotion” Kotler & Keller, (2009:24). Keempat bauran pemasaran tersebut secara singkat dijelaskan sebagai berikut: 1. Product (produk) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi. Produk dapat terdiri dari product variety, quality, design, feature, brand name, packaging, sizes, services, warranties, and returns. 15 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2. Price (harga), yaitu sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk atau mengganti hal milik produk. Harga meliputi last price, discount, allowance. 3. Place (tempat), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan atau dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat meliputi antara lain channels, coverage, assortments, locations, inventory, and transport. 4. Promotion (promosi), yaitu kegiatan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran. Variabel promosi meliputi antara lain sales promotion, advertising, sales force, public relation, and direct marketing. 2.1.4. Merek ( Brand ) Menurut American Marketing Association dalam Kotler, (2003), “Merek adalah nama, istilah, simbol, rancangan, atau kombinasi semuanya yang dimaksudkan untuk mengindentifikasi barang atau jasa seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa produk pesaing”. Menurut undang-undang merek dagang, penjual diberi hak eksklusif untuk menggunakan mereknya untuk selamanya. Merek berbeda dari aset lainnya seperti paten dan hak cipta, yang mempunyai batas waktu kepemilikan Kotler, (2003). Ada 6 kriteria utama yang dapat menjadi acuan dalam membuat suatu merek, yaitu : 1. Memorable (dapat diingat) : Seberapa mudah konsumen dapat mengenali atau memilih merek yang sama ketika akan melakukan pembelian barang. Contoh : Aqua, Rinso, dan Pepsodent adalah merek yang pendek dan mudah diingat. 2. Meaningful (mempunyai arti) : Merek diharapkan mempunyai suatu kredibilitas dan mengindikasikan kategori yang berhubungan dengannya. Contoh : Prenagen adalah susu untuk ibu hamil, Anlene susu untuk pertumbuhan tulang. 3. Likeable (dapat disukai) : Seberapa menarikkah suatu merek secara estestika ? Pada saat ini sebuah merek merupakan merek yang memiliki nama unik dan juga memiliki alamat URL. Contoh : Flicker website untuk berbagi foto, dan media sosial twitter 16 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 4. Transferable (mudah diserahkan) : Dapatkah suatu merek diperkenalkan kembali menjadi suatu produk yang baru dalam kategori yang sama maupun berbeda Amazon.com merupakan toko buku online terbesar didunia, akan tetapi penggunaan kata ”Amazon” sebagai merek menggambarkan bahwa toko buku ini adalah toko buku online terbesar dan dapat mengirim buku keseluruh dunia. Tentu yang kita ketahui Amazon adalah nama sungai terbesar didunia. Kata ”Amazon” sangat tepat untuk mengilustrasikan toko buku ini. 5. Adaptable (mudah disesuaikan) : Apakah suatu merek dapat dengan mudah beradaptasi dan mudah berubah (selalu update). 6. Protectable (dapat dilindungi) : Apakah suatu merek dapat dilindungi secara hukum ? nama terkadang menjadi suatu persamaan dalam suatu kategori produk. Contoh :Nikon, Xerox, dan Canon. Merek – merek seperti ini sebaiknya mempunyai hak cipta atau hak paten dan tidak dijadikan sebagai produk generik. Merek adalah suatu simbol rumit yang dapat menyampaikan hingga enam tingkat pengertian Kotler, (2003) : a. Atribut Merek mengingatkan atribut-atribut tertentu. Contohnya, Mercedes menyiratkan mobil yang mahal, kokoh, direkayasa dengan baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi. b. Manfaat Atribut-atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional, seperti seseorang tidak perlu membeli mobil lain selama beberapa tahun. Atribut “mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional. “Mobil tersebut membuat seseorang merasa penting dan dikagumi.” c. Nilai Merek tersebut juga mengatakan sesuatu tentang nilai produsennya. Mercedes berarti kinerja tinggi, keselamatan, dan gengsi. d. Budaya Merek tersebut juga mungkin melambangkan budaya tertentu. Mercedes melambangkan budaya Jerman yang terorganisir, efisien, dan bermutu tinggi. e. Kepribadian 17 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Merek tersebut dapat mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes mungkin menyiratkan bos yang serius. f. Pemakai Merek tersebut menyiratkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Kita akan berharap untuk melihat eksekutif puncak berumur 55 tahun di belakang setir Mercedes, bukan sekretaris berumur 20tahun. Menurut Retnawati, (2003), merek menjadi sangat strategis bagi perusahaan dikarenakan adanya manfaat yang diberikan bagi penjual dan pembeli karena : 1) Pengelolaan merek yang efektif dimungkinkan dapat mempertahankan kesetiaan konsumen yang ada, nantinya bisa dipakai untuk menghambat serangan pesaing dan membantu memfokuskan program pemasaran; 2) Merek membantu dalam melakukan segmentasi pasar; 3) Citra perusahaan dapat dibangun dengan merek yang kuat dan memberi peluang dalam peluncuran merek-merek baru yang lebih mudah diterima oleh pelanggan dan distributor; 4) Memberikan ciri-ciri produk yang unik dan perlindungan hukum (hak paten) yang dapat mempermudah prosedur klaim apabila terdapat cacat produksi pada produk yang dibeli oleh konsumen. 2.1.5 Customer Based Brand Equity Customer Based Brand Equity (CBBE) adalah suatu pendekat:an yang menghantarkan suatu pemahaman bahwa Brand Equity (Ekuitas Merek) harus didasarkan pada Brand Knowledge. Dasar pemikiran utama dari CBBE adalah bahwa kekuatan brand terletak pada apa yang dipelajari, dirasakan, dilihat dan didengar oleh konsumen tent:ang merek sebagai hasil dari pengalaman dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, kekuatan merek terletak pada apa yang terjadi di benak konsumen. Tantangan pemasar dalam membangun merek yang kuat adalah sebagaimana menjamin bahwa konsumen mempunyai pengalaman yang tepat terhadap produk, pelayanan dan marketing program yang menyertainya sehingga pikiran (Thoughts), perasaan (Feeling), Citra (Image), keyakinan, persepsi, opini serta hal lain yang diinginkan dapat terkaitkan (Linked) dengan merek. 18 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Custuomer Base Brand Equity secara formal didefinisikan sebagai efek perbedaan (The differential effect') yang terjadi pada respon terhadap marketing program suatu brand sebagai hasil dari brand knowledge konsumen Kotler dan Keller, (2008:48). Suatu merek dikatakan mempunyai CBBE positif apabila konsumen memberi respon yang lebih baik terhadap Produk dan marketing program yang diluncurkan jika dibandingkan dengan tidak diidentifikasi. mereknya diidentifikasi Sebaliknya suatu merek dikatakan mempunyai CBBE negatif jika konsumen memberi respon yang lebih buruk terhadap produk dan marketing program yang diluncurkan jika mereknya diidentifikasi dibandingkan dengan tidak diidentifikasi. a. Brand salience , berkenaan dengan aspek-aspek awareness sebuah merek, seperti seberapa sering dan mudahkah merek diingat dan dikenali dalam berbagai situasi. b. Brand performance , berkenaan dengan kemampuan produk dan jasa dalam memenuhi kebutuhan fungsional konsumen. Secara garis besar ada lima atribut dan manfaat poko yang mendasari kinerja merek 1. Unsur primer dan fitur suplemen 2. Reliability, durability, dan serviceability product 3. Efektivitas, efisiensi, dan empati layanan 4. Model dan desain 5. Harga c. Brand imagery , menyangkut extrinsic properties produk atau jasa, yaitu kemampuan merek dalam memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial atau pelanggan. Brand imagery bisa terbentuk secara langsung dan tak langsung. Empat kategori brand imagery meliputi : 1. Profil pemakai 2. Situasi pembelian dan pemakian 3. Kepribadian dan nilai-nilai 4. Sejarah, warisan, dan pengalaman d. Brand judgments , berfokus pada pendapat dan evaluasi personal konsumen terhadap merek dan asosiasi citra yang dipersepsikannya. Aspek brand judgments meliputi : 19 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 1. Brand quality , yakni persepsi konsumen terhadap nilai dan kepuasan yang dirasakannya. 2. Brand credibility , yaitu seberapa jauh sebuah merek dinilai kredibeldalam hal expertise (kompeten, inovatif, pemimpin pasar), trustworthiness (bisa diandalkan, selalu mengutamakan kepentingan pelanggan), dan likeability (menarik, memang layak untuk dipilh dan digunakan). 3. Brand consideration , yaitu sejauh mana sebuah merek dipertimbangkan untuk dibeli atau digunakan oleh konsumen. 4. Brand superiority , yakni sejauh mana konsumen menilai merek bersangkutan unik dan lebih baik disbanding dengan merek-merek lain. e. Brand feelings , yaitu respond an reaksi emosional konsumen terhadap merek. f. Brand resonance , mengacu pada karakteristik relasi yang dirasakan pelanggan terhadap merek spesifik. Resonansi tercermin pada intensitas atau kekuatan ikatan psikologis antara pelanggan dan merek, serta tingkat aktivitas yang ditimbulkan loyalitas tersebut. 2.1.6 Pengertian Ritel Ritel adalah seluruh aktivitas yang berkaitan dengan penjualan produk atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk pemakaian pribadi, dan bukan untuk bisnis. Banyak institusi yang melakukan hal ini misalnya, pabrik, pedagang grosir, dan pengecer Kotler dan Amstrong, (2010: 374). Ritel juga merupakan perangkat dari aktivitas – aktivias bisnis yang melakuan penambahan nilai terhadap produk – produk dan layanan penjualan kepada para konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga. Seringkali orang – orang beranggapan bahwa ritel hanya berarti menjual produk – produk yang ada ditoko. Tetapi ritel juga melibatkan layanan jasa, seperti layanan jasa antar (delivery service) ke rumah – rumah dan tidak semua ritel dilakukan di dalam toko. Utami, (2006: 4) Sedangkan menurut Berman dan Evans, (2007:4), ritel meliputi kegiatan usaha yang terlibat dalam penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk keperluan pribadi, keluarga, atau rumah tangga. Peritel berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan menyesuaikan barang 20 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis – barang yang dijualnya dengan harga, waktu, dan tempat yang diinginkn oleh konsumen. Ritel juga menyediakan pasar bagi produsen untuk menjual barang hasil produksinya. Ritailer Pengguna Akhir Wholesale Produsen Sumber : http://murtiningsih.blog.uns.ac.id/tag/retail/ tanggal akses 29 Des 2011 Gambar 3 Rantai Distribusi Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ritel adalah penyalur produk berupa barang atau jasa kepada konsumen akhir, atau dengan kata lain ritel merupakan penghubung antara produsen dengan konsumen 21 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2.1.6.1 Klasifikasi Ritel Klasifikasi Ritel Kepemilikan Merchandise Category Luas Sales Area Non-Store Retailer Sumber : http://murtiningsih.blog.uns.ac.id/tag/retail/ Gambar 4 Klasifikasi Ritel Klasifikasi Ritel Kepemilikan (Owner) - Single Store Retailer (tipe yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m 2) - Rantai toko ritel (toko ritel dengan banyak cabang dan dimiliki oleh institusi perseroan) - Toko waralaba (toko yang dibangun berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara terwaralaba dengan pewaralaba) Merchandise Category - Specialty Store / toko khas (menjual satu jenis kategori barang yang relatif sedikit / sempit) - Grocery Store / toko serba ada ( menjual barang kebutuhan sehari – hari) - Departement Store (menjual sebagian besar bukan kebutuhan pokok, fashionable, bermerek, dengan 80% pola konsinyasi) - Hyperstore (menjual barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas) Luas Sales Area - Small Store / Kios (kios kecil yang umumnya merupakan toko ritel tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales area kurang dari 100 m2) m2) Minimarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara 100 – 1000 22 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis - Supermarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara 1000 – 5000 m2) - Hypermarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara lebih dari 5000 m2) Non Store Retailer - Multi Level Marketing (MLM), model penjualan barang secara langsung dengan sistem komisi penjualan berperingkat berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines. - Mail & Order Retailer (toko pesan antar), perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat atau telepon. - Internet / online store (e-commerce), toko ritel di dunia maya yang mengadopsikan internet kedalam bentuk online retailing . (http://murtiningsih.blog.uns.ac.id./tag/retail) 2.1.7 Pengertian Kesadaran Merek (Brand Awareness) Kesadaran merek (brand awareness) kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu Aaker, (1997). kesadaran merek bagi penulis sendiri yaitu suatu penerimaan kembali (feedback) terhadap sebuah merek produk ke dalam benak mereka. Dimana adanya suatu pengingatan kembali kemampuan para konsumen dan mengkaitkan dengan produk Peran brand awarenes dalam keseluruhan ekuitas merek (brand equity) tergantung dan sejauh mana tingkat kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Kesadaran merek artinya adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dan kategori produk-produk tertentu, Aaker dalam Durianto, (2004:6). Tingkatan pengukuran kesadaran merek secara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida di bawah ini: 23 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Gambar 5 Top of Mind brand recall brand recognition unaware brand Piramida Brand awareness Sumber : Aaker (1997) Penjelasan mengenai 4 piramida kesadaran merek brand awareness dari tingkat tertinggi sampai tingkat terendah adalah: 1) Top of Mind (puncak pikiran). Yaitu merek produk yang pertama kali disebutkan oleh konsumen secara spontan dan menempati tempat khusus/istimewa di benak konsumen. 2) Brand recall (pengingatan kembali merek). Mencerminkan merek–merek apa saja yang diingat konsumen setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Dimana merek-merek yang disebutkan kedua, ketiga dan seterusnya merupakan merek yang menempati brand recall dalam benak konsumen. 3) Brand Recognition (pengenalan merek). Merupakan tingkat minimal dari kesadaran merek yang merupakan pengenalan merek dengan bantuan, misalnya dengan bantuan daftar merek, daftar gambar, atau cap merek. Merek yang masuk dalam ingatan konsumen disebut brand recognition. 4) Unware of Brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkatan merek yang paling rendah dalam piramida brand awareness, dimana konsumen tidak menyadari akan eksistensi suatu merek. 24 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Sedangkan komponen untuk mengukur kesadaran merek Aaker, (1996-9) adalah : 1. Anchor to which associations an be attached. Merek diibaratkan suatu jangkar yang memiliki beberapa rantai. Rantai-rantai tersebut merupakan atribut-atribut yang diasosiasikan oleh konsumen. Jangkar asosiasi merupakan asosiasi konsumen terhadap sebuah merek. Contoh dari jangkar asosiasi mobil mewah mercedes-benz adalah produk premium, berkelas dan mewah. Setiap merek memiliki asosiasi tersendiri di benak konsumen 2. Familiarity- Liking. Kesukaan dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Pada pembelian dengan keterlibatan rendah , konsumen cenderung memilih produk yang didasarkan pada kesukaan tanpa perlu motivasi untuk mengadakan evaluasi atribut. Keakraban konsumen terhadap merek mungkin sudah cukup. Pengenalan ini dapat diperoleh lewat gambar, logo, simbol, jingle dan musik. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan 3. Substansi / komitmen. Kesadaran merek menjadi pertanda bahwa konsumen sadar akan keberadaan, komitmen dan inti yang sangat penting bagi perusahaan. Secara umum suatu merek bisa dikenali lewat program pemasaran ekstensif dan jaringan distribusi yang luas. 4. Brand to Consider. Merek yang memilkiki Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan merek tersebut tidak di pertimbangkan dalam benak konsumen . biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai atau merek yang dibenci. 25 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2.1.8 Pengertian Private label Penelitian tentang label telah mejadi daya tarik yang substasial terhadap para penelitian dibidang pemasaran selama hampir tiga dekade dan merupakan salah satu strategi pemasaran penting yang dikembangkan oleh pengecer selama tiga puluh tahun terakhir. Private Label yang mempunyai nama lain private brand dan store brand adalah merek yang diciptakan dan dimiliki oleh penjual eceran barang dan jasa Kotler dan Amstrong, (2004). Private label merupakan strategi private branding yang merujuk pada deskripsi terhadap jenis-jenis produk yang disediakan oleh para pemasok kepada industri pengecer ( ritel) yang menyandang nama gerai pengecer masing-masing Duane Knepp, (2000) . Private Label adalah segala jenis merek yang dijual retailer atau distributor dan hanya tersedia di outlet peritel saja. Produk tersebut mempunyai spesifikasi khusus yang telah ditentukan oleh peritel. Sejarah awal mula kehadiran private label jauh dimulai pada abad ke 19 saat A&P sebuah jaringan supermarket di Amerika adalah ritel pertama yang memperkenalkan produk private label di kategori bahan pangan dengan mengusung merek Eight O’ Clock Coffee . Pada masa itu private label dipandang sebagai merek sampingan yang kualitasnya diragukan. Namun sejak itu tahun 1970 an merek manufaktur mulai terkikis oleh pangsa private label yang terus mengalami kenaikan ketika peritel seperti carrefour dan metro mulai mengembangkan jaringan ke pasar international. Selama 30 tahun terakhir pangsa private label dunia terus meningkat dari 12 % ke 34 % Kumar , (2007) . Pada tahun 2010 diperkirakan pangsa private label dunia akan tumbuh lebih dari 50 % dari 14 % ke 22%. Menurut Hansen et al, (2006:88), konsumen private label saat ini bukan lagi kalangan ekonomi lemah yang menjadikan faktor ekonomi sebagai alasan. Konsumen private label terdiri dari berbagai level pendapatan dan juga dari berbagai unsur dan faktor demografi tidak berpengaruh dalam mengidentifikasi konsumen private label karena penyebaran konsumen yang merata dari berbagai kalangan. Menurut Sudhir & Taluktar, (2004) dalam Hancar et al, (2006:56), pengukuran private label ditentukan oleh enam faktor yaitu 1) harga 2) kualitas 3)keterlibatan 4)loyalitas 5) familiaritas dan 6)resiko. 26 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2.1.8.1 Kelebihan dan Kekurangan Private Label Merek memberikan kesempatan pada konsumen untuk mengevaluasi bagaimana bauran ritel kepada suatu ritel. Merek juga mempengaruhi keyakinan pelanggan atas keputusan yang dibuat untuk membeli produk dari suatu ritel. Hal ini menyebabkan adanya kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh Private Label, bagi peritel, pemasok, dan konsumen. Berikut penjelasannya : Tabel 2.1 Peritel Kelebihan dan Kekurangan Private Label Kelebihan Kekurangan Mengurangi dominasi Standarisasi yang tidak merek nasional dalam pasar. seragam antara kategori produk Private Label memunculkan Menciptakan ketergantungan konsumen pada perasaan negatif dari konsumen. retailer. Meningkatkan penjualan. terhadap Private Label. Sebuah kesempatan untuk Fokus yang berlebihan Harga yang rendah strategi diferensiasi dan dipersepsikan kualitas yang menyediakan pilihan yang rendah. beragam bagi konsumen. financial dari pemasok. Membangun loyalitas Kurangnya dukungan konsumen terhadap peritel dengan menghindari tersebut gagal atau tidak berhasil perbandingan diantara merek – memuaskan konsumen, kecil merek lain. kemungkinan mereka akan membeli produk Private Label Membangun image yang positif bagi peritel. Kebebasan peraturan dalam pricing strategy. Mempunyai posisi tawar yang lebih baik dalam ekonomi. Pengendalian persediaan yang lebih mudah. Jika produk Private Label yang lain. 27 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Pemasok Menutup peluang pesaing. Hubungan terhadap retailer Pemasok dapat memasuki dapat terganggu jika produk tidak pasar dengan biaya yang rendah. berkualitas. Sebagai secondary product Menciptakan kompetitor bagi yang menambah portofolio produk yang mereka pasarkan. produk perusahaan. Pemasok lain mungkin Memproduksi produk pesaing menawarkan harga yang lebih untuk melawan market leader. rendah sehingga memaksakan Kesempatan bagi usaha kecil keuntungan lebih rendah. yang tidak memiliki modal besar Biaya penyimpanan yang tinggi untuk memasuki pasar yang lebih dengan margin keuntungan yang luas. rendah. Memperoleh lebih banyak ruang dalam rak gerai. Pembangunan strategic partnership dengan retailer. Konsumen Harga lebih rendah untuk Produk berkualitas rendah. kualitas yang setara dengan Persepsi harga murah = kualitas produk lain. rendah. Pilihan yang lebih banyak. Anggapan kualitas yang Nama peritel yang terpercaya seragam pada produk Private kepercayaan terhadap produk. Label yang lain jika ada produk Sebagai pengganti produk lain yang tidak dapat berfungsi dengan yang habis persediaannya. baik. Sumber : http://retailindustry.about.com/library/uc/02/uc_stanley3.html 28 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2.1.9 Pengertian Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Keller, (2009:207) para pemasar melihat bermacam-macam faktor yang dipengaruhi para pembeli dan mengembangkan pemahaman mengenai cara konsumen melakukan keputusan pembelian. Secara khusus, pemasar harus mengidentifikasi orang yang membuat keputusan pembelian, jenis keputusan pembelian, dan langkah-langkah dalam proses pembelian. 2.1.9.1 Tahap – tahap proses keputusan pembelian Pengenalan masalah Pencarian informasi evaluasi alternatif keputusan pembelian Gambar 6: Model 5 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sumber: Kotler, (2005:204) 1. Pengenalan Masalah (Problem Recognition) Proses pembeli dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Para pemasar perlu mengenal berbagai hal yangdapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu dalam konsumen. 2. Pencarian Informasi Seorang konsumen yang mulai tertugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak lagi. Jika dorongan konsumen adalah kuat, dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia, konsumen akan membeli obyek itu. Jika tidak, kebutuhan konsumen itu tinggal mengendap dalam ingatannya. Konsumen mungkin tidak berusaha untuk memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi sehubungan dengan kebutuhan itu. 3. Evaluasi Alternatif Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin tentang banyak hal, selanjutnya konsumen harus melakukan penilaian tentang beberapa perilaku pasca pembelian 29 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis alternatif yang ada dan menentukan langkah selanjutnya. Penilaian ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sumber-sumber yang dimiliki oleh konsumen (waktu, uang dan informasi) maupun risiko keliru dalam penilaian. 4. Keputusan Membeli Setelah tahap-tahap awal tadi dilakukan, sekarang tiba saatnya bagi pembeli untuk menentukan pengambilan keputusan apakah jadi membeli atau tidak. Jika keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merk, penjual, kualitas dan sebagainya. Untuk setiap pembelian ini, perusahaan atau pemasar perlu mengetahui jawaban atas pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen, misalnya : berapa banyak usaha yang harus dilakukan oleh konsumen dalam pemilihan penjualan (motif langganan/patronage motive), faktor-faktor apakah yang menentukan ksan terhadap sebuah toko, dan motif langganan yang sering menjadi latar belakang pembelian konsumen. 5. Perilaku setelah pembelian Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau tidak ada kepuasan. ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian, karena mungkin harga barang dianggap terlalu mahal, atau mungkin karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya dan sebagainya. Untuk mencapai keharmonisan dan meminimumkan ketidakpuasan pembeli harus mengurangi keinginan-keinginan lain sesudah pembelian, atau juga pembeli harus mengeluarkan waktu lebih banyak lagi untuk melakukan evaluasi sebelum membeli. 30 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2.1.9.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Tjiptono, (2006:296) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian pelanggan adalah ikatan emosional yang terjalin antara pelanggan dan produsen setelah pelanggan menggunakan produk dan jasa dari perusahaan dan mendapati bahwa produk atau jasa tersebut memberi nilai tambah. Dimensi nilai terdiri dari 4, yaitu 1. Nilai emosional, utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif atau emosi positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk. Kalau konsumen mengalami perasaan positif (positive feeling) pada saat membeli atau menggunakan suatu merek, maka merek tersebut memberikan nilai emosional. 2. Nilai sosial, utilitas yang didapat dari kemampuan produk untuk meningkatkan konsep diri-sosial konsumen. Nilai sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu konsumen, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh konsumen 3. Nilai kualitas, utilitas yang didapat dari produk karena reduksi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. 4. Nilai fungsional adalah nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberikan kegunaan (utility) fungsional kepada konsumen nilai ini berkaitan langsung dengan fungsi yang diberikan oleh produk atau layanan kepada konsumen. 31 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2.2 Kerangka Pemikiran Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variabel independen, dalam hal ini adalah kesadaran merek (X1) dan private label (X2) terhadap variabel dependent yaitu keputusan pembelian (Y). Adapun kerangka pemikiran yang digunakan adalah sebagai berikut: FAKTA Terdapat kecenderungan bahwa kesadaran merek dan private label berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk indomaret IDENTIFIKASI MASALAH 1. Bagaimana tanggapan responden tentang variabel kesadaran merek dan private label produk indomaret pada Universitas Widyatama ? 2. Seberapa besar pengaruh kesadaran merek dan private label produk indomaret terhadap keputusan pembelian pada Universitas Widyatama? TUJUAN PENELITIAN 1. Menganalisis bagaimana tanggapan responden tentang variabel kesadaran merek dan private label produk indomaret terhadap keputusan pembelian. 2. Menganalisis seberapa besar pengaruh kesadaran merek dan private label produk indomaret terhadap keputusan pembelian? Variabel kesadaran merek Top of mind , brand recall, brand recognition, unaware brand Variabel private label 1) harga 2) kualitas 3) keterlibatan 4) loyalitas 5) familiaritas dan 6)resiko. Keputusan Pembelian Gambar 7: Kerangka Pemikiran 32 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2.3 Model Riset Gambar 8 Private Label Brand Awareness Keputusan Pembelian 2.4 Pengembangan Hipotesis Dalam kondisi perkembangan yang pesat ini , hal yang menjadi sasaran utama para perusahaan ritel merek sangat lah penting dalam mengkomunikasikan merek mereka. Menurut Kapferer, (2008:11), merek adalah nama yang dapat memberikan pengaruh bagi konsumen. Definisi ini mempunyai suatu esensi bahwa suatu merek mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi konsumen karena kekuatan dari suatu merek yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Beberapa penulis telah membahas pentingnya kesadaran merek terhadap keputusan pembelian menunjukkan faktor yang mempengaruhi kesadaran merek antara keputusan pembelian Penelitian yang dilakukan oleh Reza Ryandi Aditya, (2011) yang berjudulkan “Analisis Pengaruh Kesadaran Merek, Keragaman Menu, Promosi Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Konsumen Untuk Membeli Di Pizza Hut Dp Mall Semarang menyatakan bahwa kesadaran merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian konsumen. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh R.A. Aisyah Asnawi, (2009) yang berjudul “Analisis Literatur Hubungan Private Label Kesadaran Merek dan Citra Merek dan Penerapannya pada Industri Hipermarket” menyatakan Private Label merupakan strategi yang berkontribusi positif pada keputusan pembelian. 33 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 2.5 Penelitian Jurnal A. Keunggulan Private Label Dibandinglan Merek Nasional Pada Ritel Hypermarket IVANA FAUSTINE TANNUR [email protected] KESIMPULAN Makalah ini menghasilkan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Konsumen selama ini akan membeli produk Private Labels Brands/PLBs karena lebih mempertimbangakn faktor harga, dan biasanya menganggap kualitas dari PLBs lebih di bawah produk national brands. Sehingga potongan harga private label dapat mengambil pangsa pasar dari merek nasional, dan ketika merek nasional menurunkan harganya itu akan membuat private label kehilangan pangsa pasar. Berdasarkan simpulan-simpulan yang diperoleh dalam karya tulis ini penulis menyarankan untuk penelitian kedepannya mengenai private label agar meneliti lebih lanjut pengaruh harga, inovasi, kualitas, display, dan promosi private label dibandingkan dengan merek nasional. 34 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis B. PENGARUH KARAKTERISTIK KATEGORI PRODUK DAN KEBUTUHAN MENCARI VARIASI TERHADAP KEPUTUSAN PERPINDAHAN MERK PADA PRODUK ROKOK GUDANG GARAM KUSJAINAH Fakultas Bisnis dan Teknologi Informasi Universitas Teknologi Yogyakarta Jl. Glagahsari 63 Yogyakarta Email: [email protected] KESIMPULAN Penelitian ini menguji pengaruh karakteristik kategori produk dan kebutuhan mencari.variasi terhadap keputusan perpindahan merk dan menguji perilaku mencari variasi.sebagai factor pemoderasi. Hipotesis pertama yang berbunyi karakteristik kategori produk.berpengaruh terhadap keputusan perpindahan merk diterima. Hipotesis kedua yaitu.kebutuhan mencari variasi berpengaruh terhadap keputusan perpindahan merk tidak dapat.diterima. Hipotesis ketiga yaitu Pengaruh karakteristik kategori produk terhadap keputusan.perpindahan merek dilakukan konsumen tergantung pada kebutuhan mencari variasi diterima. C. PENGARUH PRIVATE BRAND STRATEGY TERHADAP BRAND LOYALTY PADA AIR MINERAL 600ml MEREK ALFA DI ALFAMART SIWALANKERTO SURABAYA HENDRA DWI CAHYADI DAN DRS SUGIONO SUGIHARTO MM Program Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail : [email protected] ; [email protected] KESIMPULAN Beberapa penjual eceran (retailer) di Indonesia mencoba untuk mengemas produk yang dijual dengan kemasan dan merek sendiri (private label/private brand). Hal ini dilakukan tentunya dengan pertimbangan perusahaan telah memiliki citra yang baik dalam menjual produk-produk yang 35 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis berkualitas dan tertanam kuat di benak konsumen. Dengan harapan efisiensi biaya dapat tercapai dan mampu meningkatkan brand loyalty pada keputusan pembelian konsumen. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan tipe penelitian kausal. Hasil pengujian studi ini menunjukkan bahwa variabel private brand strategy mempunyai pengaruh terhadap brand loyalty. D. PRIVATE LABEL AND RETAIL CONSUMER PERCEPTION AT SURABAYA SUSANTI [email protected] KESIMPULAN Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penulisan dan pengamatan penulis mengenai persepsi konsumen terhadap private label adalah bagi para pengusaha ritel bahwa untuk dapat meningkatkan persepsi konsumen terhadap produk private label saat ini tidak dapat dilakukan hanya dengan membuat harga yang bersaing saja akan tetapi diperlukan beberapa cara yang lain seperti meningkatkan kualitas dari produk private label, membuat kemasan private label yang menarik, promosi produk private label, dan lain-lain, hal ini dikarenakan konsumen yang semakin pintar dalam mempertimbangkan produk yang ingin digunakanannya. memilih dan 36 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis E. STRATEGI PENGEMBANGAN PRIVATE LABEL DALAM BISNIS RITEL PATRISIA MULYONO [email protected] KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pertimbangan penggunaan private label dapat dilihat dari keuntungan dan kerugian private label dari sisi pemasok, peritel, dan konsumen. 2. Peritel yang mengembangkan stategi merek private label dalam bisnis ritelnya memiliki beberapa kategoripemberian nama/merek privat sehingga dari strategi pemebrian nama/merek privat tersebut akan dapat merasakan beberapa keuntungan dan keunggulan dari produk private label tersebut 3. Dalam bisnis ritel di Indonesia banyak konsumen sensitif terhadap harga. Sehingga membuat retailer mengeluarkan produk private label untuk memberikan alternatif bagi konsumen agar konsumen mendapatkan harga barang yang lebih kompetitif. Secara umum, konsumen membeli private label karena harga sedikit lebih rendah daripada merek lain seperti merek nasional. Oleh karena itu, perlunya peritel mengembangkan strategi harga private label dalam bisnis ritelnya. Dalam hal ini peritel menentukan harga berdasarkan pada referensi harga konsumen, yaitu tingkat harga yang konsumen gunakan sebagai perbandingan dalam menentukan harga lain. Sehingga filosofi penetapan harga merek privat harus mencerminkan nilai konsumen. F. Pengaruh Atribut Produk, Harga, Kebutuhan Mencari Variasi dan Ketidakpuasan Konsumen terhadap Keputusan Perpindahan Merek dari Samsung Galaxy Series di Kota Malang ANANDHITYA BAGUS ARIANTO 37 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Brawijaya KESIMPULAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran dan implikasi dari penelitian ini adalah • Guna menghindari perpindahan merek, maka perusahaan mengembangkan strategi pemasaran melalui langkah-langkah sebagai berikut: - Terus-menerus melakukan inovasi terhadap atribut produk karena teknologi selalu berkembang dan tuntutan konsumen yang semakin tinggi. Inovasi terhadap atribut produk dilakukan dengan menambah kapasitas memori, meningkatkan text chatting, aplikasi social network dan tathering yang berfungsi sebagai modem untuk alat lain seperti laptop atau tablet agar lebih handal, menambah koleksi game, serta meningkatkan koneksi wireless agar lebih stabil dan download yang lebih cepat. - Melakukan penetapan harga yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, dimana harga yang ditetapkan dapat di jangkau oleh konsumen, dan harga tersebut sesuai dengan manfaat yang diberikan smartphone. Selain itu, strategi Samsung untuk menarik para calon