6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Spiritualitas 2.1.1. Defenisi

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Spiritualitas
2.1.1. Defenisi Spiritualitas
Spiritualitas merupakan aspek pribadi manusia yang memberi kekuatan
dan mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya. Spiritualitas
merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia hidup di dunia.
Spiritualitas sangat penting bagi keberadaan manusia. Spiritualitas mencakup
aspek non fisik dari keberadaan seorang manusia (Young & Koopsen, 2007).
Menurut Mickley, et al (1992 dalam Hamid, 2009) menyatakan bahwa
spiritualitas sebagai suatu multidimensi yang terdiri dari dimensi eksistensial
dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti
kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan
seseorang dengan Tuhan. Sementara itu Stoll (1989 dalam Kozier, Erb, Blais
& Wilkinson, 1995) menyatakan bahwa spiritualitas merupakan suatu konsep
dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal
merupakan hubungan individu dengan Tuhan Yang Maha Esa yang menuntun
kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal merupakan hubungan
seseorang dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Spiritualitas
merupakan suatu dimensi yang berhubungan dengan menemukan arti dan
tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan yang berkaitan dengan
6
Universitas Sumatera Utara
7
Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Burkhardt, 1993 dalam
Hamid, 2009).
Spiritualitas merupakan kekuatan yang menyatukan memberi makna
pada kehidupan dan nilai-nilai individu, persepsi, kepercayaan dan keterikatan
di antara individu. Spiritualitas merupakan kebutuhan dasar yang terdiri dari
kebutuhan akan makna, tujuan, cinta, keterikatan, dan pengampunan (Kozier,
et al, 1995).
Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang
manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul.
Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan
keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri
merupakan sebuah tahapan spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan
kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi,
kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow, 1970;
Prijosaksono, 2003).
Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri
sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap
mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap
orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan,
tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002).
Beberapa istilah yang membantu dalam pemahaman tentang spiritual
adalah : kesehatan spiritual adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara
Universitas Sumatera Utara
8
diri dengan orang lain, alam, dan lingkungan yang tertinggi (Hungelmann et
al, 1985 dalam Potter & Perry, 1995).
Ketidakseimbangan spiritual (Spirituality Disequilibrium) adalah
sebuah kekacauan jiwa yang terjadi ketika kepercayaan yang dipegang teguh
tergoncang hebat. Kekacauan ini seringkali muncul ketika penyakit yang
mengancam hidup berhasil didiagnosis (Taylor, 2002 dikutip dari Young,
2007).
2.1.2. Aspek Spiritualitas
Menurut Burkhadt (1993 dalam Hamid, 2008), spiritualitas meliputi
aspek sebagai berikut, yaitu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui
dan ketidakpastian dalam kehidupan, menemukan dan mengerti arti dan tujuan
hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber kekuatan dan
harapan yang ada dalam diri sendiri, dan mempunyai perasaan keterikatan
dengan diri sendiri dengan Yang Maha Kuasa.
2.1.3. Fungsi Spiritualitas
Spiritualitas mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hidup pada
individu. Spiritualitas berperan sebagai sumber dukungan dan kekuatan bagi
individu. Pada saat stres individu akan mencari dukungan dari keyakinan
agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk menerima keadaan sakit
yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses
penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti. Melaksanakan ibadah,
berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya sering membantu
Universitas Sumatera Utara
9
memenuhi kebutuhan spiritualitas dan merupakan suatu perlindungan bagi
individu (Taylor, et al, 1997).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haris (1999 dalam Hawari,
2005) pada pasien penyakit jantung yang dirawat di unit perawatan intensif
yang diberikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas hanya membutuhkan
sebesar 11% untuk pengobatan lebih lanjut. Menurut American Psychological
Association
(1992
dalam
Hawari,
2005)
bahwa
spiritualitas
dapat
meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan jika
seseorang sedang sakit dan mempercepat penyembuhan selain terapi medis
yang diberikan. Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh
Abernethy (2000 dalam Hawari, 2005), bahwa spiritualitas dapat meningkatkan
imunitas yaitu kadar interleukin-6 (IL-6) seseorang terhadap penyakit sehingga
dapat mempercepat penyembuhan bersamaan dengan terapi medis yang
diberikan.
Menurut Benson, efek spiritualitas terhadap kesehatan sekitar 70-90
persen dari keseluruhan efek pengobatan Hal ini menunjukan bahwa pasien
yang berdasarkan perkiraan medis memiliki harapan sembuh 30 persen atau
bahkan 10 persen ternyata bisa sembuh total. Dalam hal ini bahwa spiritualitas
berperan penting dalam penyembuhan pasien dari penyakit (Young &
Koospen, 2007). Selain itu, spiritualitas dapat meningkatkan imunitas,
kesejahteraan, dan kemampuan mengatasi peristiwa yang sulit dalam
kehidupan (Koenig, et al, 1997 dalam Young & Kooospen, 2007).
Universitas Sumatera Utara
10
Pada individu yang menderita suatu penyakit, spiritualitas merupakan
sumber koping bagi individu. Spiritualitas membuat individu memiliki
keyakinan dan harapan terhadap kesembuhan penyakitnya, mampu menerima
kondisinya, sumber kekuatan, dan dapat membuat hidup individu menjadi lebih
berarti (Pulchaski, 2004).
Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat membuat individu menerima
kondisinya ketika sakit dan memiliki pandangan hidup positif (Young, 1993
dalam Young & Koospen, 2007). Menurut Young & Koopsen (2007) bahwa
pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat membantu individu dalam menerima
keterbatasan kondisi mereka. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberi
kekuatan pikiran dan tindakan pada individu. Pemenuhan kebutuhan
spiritualitas memberikan semangat pada individu dalam menjalani kehidupan
dan menjalani hubungan dengan Tuhan, orang lain, dan lingkungan. Dengan
terpenuhinya spiritualitas, individu menemukan tujuan, makna, kekuatan, dan
bimbingan dalam perjalanan hidup.
2.1.4. Dimensi Spiritualitas
Spiritualitas meliputi dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi
horizontal. Dimensi vertikal merupakan hubungan dengan Tuhan Yang Maha
Kuasa. Dimensi ini berfokus pada nilai- nilai agama dan hubungan Ketuhanan
yang menuntun kehidupan seseorang seperti sembahyang, berdoa dan meditasi.
Sedangkan dimensi horizontal merupakan hubungan dengan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan. Dimensi ini berfokus pada eksistensi dalam merumuskan
arti personal yang positif tentang tujuan hidup (Burkhadt, 1993).
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.5. Karakteristik Spiritualitas
Karakteristik spiritualitas dikenal dengan berbagai dimensi dari
spritualitas yang dapat menggambarkan bagaimana spiritualitas seseorang.
Terdapat beberapa karakteristik spiritualitas sebagai berikut.
2.1.5.1.Hubungan dengan Tuhan
Bersifat mengekspresikan kebutuhan ritual, berbagai keyakinan
dengan orang lain dan merasa bersyukur atas berkah yang telah diberikan
Tuhan. Dengan menjalin hubungan positif dan dinamis dengan Tuhan
melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta akan memberikan perilaku yang
positif pula bagi individu tersebut.
Nilai-nilai agama (religion) merupakan suatu sistem ibadah yang
terorganisasi dan mempunyai aturan-aturan tertentu yang dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan kepuasan bagi
yang menjalankannya. Agama mempunyai keyakinan sentral, ritual dan
praktik yang biasanya berhubungan dengan kematian, perkawinan dan
keselamatan.
Perkembangan
individu
merujuk
pada
penerimaan
keyakinan, nilai, aturan dan ritual tertentu.
Doa (prayer) merupakan kegiatan keagamaan yang dilakukan setiap
individu untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Berdoa sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu terapi yang
dapat
meningkatkan
strategi
koping
seseorang
melalui
perasaan
keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Dengan berdoa,
Universitas Sumatera Utara
12
seseorang akan merasa tenang, nyaman dan selalu bersyukur atas rahmat
yang dilimpahkan Tuhan (Aldridge, 2001).
2.1.5.2.Hubungan dengan Diri Sendiri
Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi
pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan
juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri-sendiri, percaya pada
kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan
diri-sendiri. Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya
menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang
pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup,
optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas
(Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Kepercayaan (faith) bersifat universal, dimana merupakan
penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan
dengan pikran yang logis. Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan
kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stres. Mempunyai
kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau
seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan
yang lebih luas (Fowler & Keen, 1985)
Harapan (hope) berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup
dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan
saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat
penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak
Universitas Sumatera Utara
13
orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit (Grimm,
1991)
Makna atau arti dalam hidup (meaning of live), perasaan
mengetahui makna hidup, yang kadang diidentikan dengan perasaan
dekat dengan Tuhan, merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang
positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata, membuat hidup
lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan
dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004).
2.1.5.3.Hubungan dengan Orang Lain
Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya
hubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian
waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak,
mengasuh orang tua dan orang yang sakit, serta meyakini kehidupan dan
kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik
dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan
friksi, serta keterbatasan asosiasi (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan
dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut
akan kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun
mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan
sosial (Carm & Carm, 2000).
Universitas Sumatera Utara
14
Maaf dan pengampunan (forgiveness), menyadari kemampuan
untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti
marah, mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan
sedang menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini
hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan,
seorang individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas,
depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku
sehat dan perasaan damai (Puchalski, 2004).
Cinta kasih dan dukungan sosial (love and social support),
keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia
yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan
keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk
melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta
kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku
tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung (Hart, 2002).
2.1.5.4.Hubungan dengan Alam
Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam
yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim
dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut (Kozier,
Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Rekreasi (joy) merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam
menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta
kasih. Dengan rekreasi, seseorang bisa menyeimbangkan antara kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
15
jasmani dan kebutuhan rohani sehingga muncul perasaan senang dan
kepuasan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup
seperti menonton televisi, mendengarkan musik, olahraga, dan lain-lain
(Pulchalski, 2004).
Kedamaian (peace) merupakan keadilan, rasa kasihan dan
kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih nyaman dan
tenang sehingga dapat meningkatkan status kesehatan seseorang (Hamid,
2009).
Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritual
apabila mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan
keberadaannya di dunia/kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta
meyakini hikmah dari satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan
yang positif dan dinamis, membina integritas personal dan merasa diri
berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan dan
mengembangkan hubungan antar manusia yang positif (Hamid, 2008).
2.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
Menurut Taylor (1997) dan Craven & Hirnle (1996) dalam Hamid
(2000), faktor yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang adalah:
Tahap perkembangan, berdasarkan hasil penelitian terhadap anakanak dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai
persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia,
seks, agama dan kepribadian anak. Spiritualitas berhubungan dengan
kekuasaan non material, seseorang harus memiliki beberapa kemampuan
Universitas Sumatera Utara
16
berpikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu
hubungan dengan Tuhan.
Keluarga, tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan
dan agama, tetapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri
dari tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan
terdekat dan pengalaman pertama bagi individu dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia (Taylor, Lillis & LeMone, 1997).
Latar belakang etnik dan budaya, sikap, keyakinan dan nilai
dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya
seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar
pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan
keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan.
Pengalaman hidup sebelumnya, pengalaman hidup baik yang positif
maupun negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang dan sebaliknya
juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual
pengalaman tersebut (Taylor, Lilis dan Lemon, 1997).
Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritualitas seseorang. Krisis
sering dialami seseorang ketika mengahadapi penyakit, khususnya penyakit
terminal dan kronis atau dengan prognosis yang buruk, penderitaan, proses
penuaan, kehilangan dan bahkan kematian. Perubahan dalam kehidupan dan
krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat
fiskal dan emosional (Toth, 1992; Craven & Hirnle, 1996).
Universitas Sumatera Utara
17
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang sangat
beresiko terhadap penurunan kualitas hidup penderitanya. Kelemahan
merupakan salah satu tanda dan gejala dari diabetes mellitus yang
menyebabkan spiritual seseorang terpengaruhi, dimana energi seseorang akan
menipis sehingga spiritualitas seseorang pun akan berubah (Hawari, 2002).
Terpisah dari ikatan spiritual, menderita sakit terutama yang bersifat
akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan
pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah,
antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan
atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa
memberikan dukungan setiap saat diinginkan (Hamid, 2008).
Isu moral terkait dengan terapi, pada kebanyakan agama, proses
penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya,
walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan (Hamid, 2008).
Asuhan keperawatan yang kurang sesuai, ketika memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, perawat diharapkan untuk peka terhadap
kebutuhan spiritual pasien dan membantu memenuhinya, tetapi dengan
berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk
memberikan asuhan spiritualitas.
2.2. Diabetes Mellitus
2.2.1. Defenisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan dalam respon insulin pada
Universitas Sumatera Utara
18
pankreas. Diabetes mellitus juga didefenisikan sebagai keadaan hiperglikemia
kronik yang ditandai oleh ketiadaan absolute insulin atau intensitivitas sel
terhadap insulin disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah (Riyadi & Sukarmin, 2008).
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang kronik (menahun) yang
disebabkan oleh berkurangnya prouksi insulin, baik kekurangan ini absolut
maupun relatif (Haznam, 1991). Dikatakan seseorang terdiagnosa diabetes
mellitus adalah ketika kadar gula darah >126 mg/dl saat puasa dan pemeriksaan
gula darah sewaktu >200 mg/dl (Yullizar, 2005).
2.2.2. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
2.2.2.1. Obat
Obat merupakan terapi medis dimana obat merupakan salah satu
pengobatan utama pada pasien diabetes mellitus untuk mengurangi tanda
dan gejala dan memperbaiki atau memulihkan kondisi kesehatan
penderitanya. Inilah jenis obat yang diberikan kepada pasien diabetes
mellitus.
Golongan sulfoniluria, cara kerjanya yaitu merangsang sel beta
pankreas untuk mengeluarkan insulin. Indikasi pemberiannya adalah: bila
berat badan sekitar ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40u/hari, bila
tidak ada stress akut, seperti infeksi berat (Junadi, 1982)
Golongan binguanid, cara kerja golongan ini dapat menurunkan
kadar glukosa darah menjadi normal dan tidak menyebabkan hipoglikemi,
Universitas Sumatera Utara
19
tetapi obat ini menyebabkan efek samping seperti anoreksia, nausea, nyeri
abdomen dan diare.
Alfa glukosidase inhibitor, obat ini berguna menghambat kerja
insulin alfa glukosidase di dlaam saluran cerna sehingga dapat
menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia post
prandial.
Insulin sensitizing, obat ini dapat meningkatkan sensitivitas
berbagai
masalah
akibat
resistensi
insulin
tanpa
menyebabkan
hipoglikemia.
2.2.2.2. Insulin
Insulin merupakan protein kinase yang disekresikan oleh sel β dari
Langerhans pankreas yang berfungsi untuk mengontrol kadar normal
glukosa darah (Prabawati, 2012). Menurut Junadi tahun 1982 dalam
Riyadi & Sukarmin (2008), ada tiga jenis insulin yang praktis menurut
cara kerjanya, yaitu: Regular Insulin (RI), merupakan insulin yang
kerjanya cepat yaitu dengan masa kerja 2-4 jam. NPN merupakan insulin
dengan masa kerja sedang yaitu 6-12 jam. Protamme Zinc Insulin (PZI)
merupakan jenis insulin yang masa kerjanya lambat yaitu 18-24 jam.
2.2.2.3. Diet
Diet merupakan salah satu upaya untuk mengontrol kadar gula
darah pada pasien diabetes mellitus karena sebagian besar glukosa yang
masuk ke dalam tubuh adalah dari makanan atau minuman yang kita
makan. Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah
Universitas Sumatera Utara
20
untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukkosa darah mendekati
normal, mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang
optimal, mencegah komplikasi akut dan kronik, serta dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Riyadi & Sukarmin, 2008).
2.2.2.4. Olahraga
Pada penderita diabetes mellitus dianjurkan latihan jasmani teratur
3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih setengah jam yang sifatnya
sesuai CRIPE (Continious Rhytmiccal Intensity Progressive Endurance).
Latihan dilakukan teru-menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan
relaksasi secara teratur. Adanya kontraksi otot yang teratur akan
merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam sel.
2.2.2.5. Spiritualitas
Selain pengobatan fisik seperti obat-obatan, insulin dan olahraga,
spiritualitas merupakan salah satu pengobatan terapeutik yang efektif pada
pada pasien diabetes mellitus karena dapat meningkatkan koping,
dukungan sosial, optimism, harapan, mempromosikan perilaku sehat,
mengurangi depresi dan kecemasan serta mendukung perasaan relaksasi
pada penderitanya (Aldridge, 2001).
Spiritualitas
seseorang
sangat
penting
karena
dapat
mempertahankan keselarasan dengan dunia luar, mendapatkan kekuatan
untuk menghadapi stress emosional, penyakit fisik, mendapatkan
kepercayaan diri. Spiritualitas juga dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan
Universitas Sumatera Utara
21
pasien diabetes mellitus dan meningkatkan imunitas tubuh sehingga
mempercepat proses penyembuhan (Hawari, 2002).
2.3. Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Diabetes Mellitus
Setelah mengalami gejala yang tidak juga sembuh, pasien diabetes
mellitus mulai berusaha mencari sumber kekuatan dan sumber dukungan yang
lebih luar biasa yaitu dari Tuhan. Ritual keagamaan akan semakin terlihat
meningkat sebagai bentuk kompensasi kejiwaan untuk mencari kesembuhan dari
Tuhan Yang Maha Kuasa. Kegiatan tersebut dapat berupa peningkatan dalam
melakukan ibadah, berdoa atau pergi ke tempat ibadah (Riyadi & Sukarmin,
2008).
Selain dukungan dari Tuhan, pasien diabetes mellitus juga membutuhkan
dukungan dari dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Kekuatan yang
timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya,
diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif,
kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin
jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).
Menurut Hart (2002), setiap manusia memiliki keinginan untuk menjalin
dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan,
rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan
bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Spiritualitas
dapat dipenuhi melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang.
Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat
Universitas Sumatera Utara
22
individu menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Kozier, et al.
1995).
Universitas Sumatera Utara
Download