BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Spiritualitas 2.1.1. Defenisi Spiritualitas Spiritualitas merupakan aspek pribadi manusia yang memberi kekuatan dan mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya. Spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia hidup di dunia. Spiritualitas sangat penting bagi keberadaan manusia. Spiritualitas mencakup aspek non fisik dari keberadaan seorang manusia (Young & Koopsen, 2007). Menurut Mickley, et al (1992 dalam Hamid, 2009) menyatakan bahwa spiritualitas sebagai suatu multidimensi yang terdiri dari dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan. Sementara itu Stoll (1989 dalam Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995) menyatakan bahwa spiritualitas merupakan suatu konsep dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal merupakan hubungan individu dengan Tuhan Yang Maha Esa yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal merupakan hubungan seseorang dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Spiritualitas merupakan suatu dimensi yang berhubungan dengan menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, mempunyai perasaan yang berkaitan dengan 6 Universitas Sumatera Utara 7 Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Burkhardt, 1993 dalam Hamid, 2009). Spiritualitas merupakan kekuatan yang menyatukan memberi makna pada kehidupan dan nilai-nilai individu, persepsi, kepercayaan dan keterikatan di antara individu. Spiritualitas merupakan kebutuhan dasar yang terdiri dari kebutuhan akan makna, tujuan, cinta, keterikatan, dan pengampunan (Kozier, et al, 1995). Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow, 1970; Prijosaksono, 2003). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002). Beberapa istilah yang membantu dalam pemahaman tentang spiritual adalah : kesehatan spiritual adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara Universitas Sumatera Utara 8 diri dengan orang lain, alam, dan lingkungan yang tertinggi (Hungelmann et al, 1985 dalam Potter & Perry, 1995). Ketidakseimbangan spiritual (Spirituality Disequilibrium) adalah sebuah kekacauan jiwa yang terjadi ketika kepercayaan yang dipegang teguh tergoncang hebat. Kekacauan ini seringkali muncul ketika penyakit yang mengancam hidup berhasil didiagnosis (Taylor, 2002 dikutip dari Young, 2007). 2.1.2. Aspek Spiritualitas Menurut Burkhadt (1993 dalam Hamid, 2008), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut, yaitu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui dan ketidakpastian dalam kehidupan, menemukan dan mengerti arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber kekuatan dan harapan yang ada dalam diri sendiri, dan mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dengan Yang Maha Kuasa. 2.1.3. Fungsi Spiritualitas Spiritualitas mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan hidup pada individu. Spiritualitas berperan sebagai sumber dukungan dan kekuatan bagi individu. Pada saat stres individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti. Melaksanakan ibadah, berdoa, membaca kitab suci dan praktek keagamaan lainnya sering membantu Universitas Sumatera Utara 9 memenuhi kebutuhan spiritualitas dan merupakan suatu perlindungan bagi individu (Taylor, et al, 1997). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haris (1999 dalam Hawari, 2005) pada pasien penyakit jantung yang dirawat di unit perawatan intensif yang diberikan pemenuhan kebutuhan spiritualitas hanya membutuhkan sebesar 11% untuk pengobatan lebih lanjut. Menurut American Psychological Association (1992 dalam Hawari, 2005) bahwa spiritualitas dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan jika seseorang sedang sakit dan mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan oleh Abernethy (2000 dalam Hawari, 2005), bahwa spiritualitas dapat meningkatkan imunitas yaitu kadar interleukin-6 (IL-6) seseorang terhadap penyakit sehingga dapat mempercepat penyembuhan bersamaan dengan terapi medis yang diberikan. Menurut Benson, efek spiritualitas terhadap kesehatan sekitar 70-90 persen dari keseluruhan efek pengobatan Hal ini menunjukan bahwa pasien yang berdasarkan perkiraan medis memiliki harapan sembuh 30 persen atau bahkan 10 persen ternyata bisa sembuh total. Dalam hal ini bahwa spiritualitas berperan penting dalam penyembuhan pasien dari penyakit (Young & Koospen, 2007). Selain itu, spiritualitas dapat meningkatkan imunitas, kesejahteraan, dan kemampuan mengatasi peristiwa yang sulit dalam kehidupan (Koenig, et al, 1997 dalam Young & Kooospen, 2007). Universitas Sumatera Utara 10 Pada individu yang menderita suatu penyakit, spiritualitas merupakan sumber koping bagi individu. Spiritualitas membuat individu memiliki keyakinan dan harapan terhadap kesembuhan penyakitnya, mampu menerima kondisinya, sumber kekuatan, dan dapat membuat hidup individu menjadi lebih berarti (Pulchaski, 2004). Pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat membuat individu menerima kondisinya ketika sakit dan memiliki pandangan hidup positif (Young, 1993 dalam Young & Koospen, 2007). Menurut Young & Koopsen (2007) bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas dapat membantu individu dalam menerima keterbatasan kondisi mereka. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberi kekuatan pikiran dan tindakan pada individu. Pemenuhan kebutuhan spiritualitas memberikan semangat pada individu dalam menjalani kehidupan dan menjalani hubungan dengan Tuhan, orang lain, dan lingkungan. Dengan terpenuhinya spiritualitas, individu menemukan tujuan, makna, kekuatan, dan bimbingan dalam perjalanan hidup. 2.1.4. Dimensi Spiritualitas Spiritualitas meliputi dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal merupakan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dimensi ini berfokus pada nilai- nilai agama dan hubungan Ketuhanan yang menuntun kehidupan seseorang seperti sembahyang, berdoa dan meditasi. Sedangkan dimensi horizontal merupakan hubungan dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dimensi ini berfokus pada eksistensi dalam merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan hidup (Burkhadt, 1993). Universitas Sumatera Utara 11 2.1.5. Karakteristik Spiritualitas Karakteristik spiritualitas dikenal dengan berbagai dimensi dari spritualitas yang dapat menggambarkan bagaimana spiritualitas seseorang. Terdapat beberapa karakteristik spiritualitas sebagai berikut. 2.1.5.1.Hubungan dengan Tuhan Bersifat mengekspresikan kebutuhan ritual, berbagai keyakinan dengan orang lain dan merasa bersyukur atas berkah yang telah diberikan Tuhan. Dengan menjalin hubungan positif dan dinamis dengan Tuhan melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta akan memberikan perilaku yang positif pula bagi individu tersebut. Nilai-nilai agama (religion) merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisasi dan mempunyai aturan-aturan tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan kepuasan bagi yang menjalankannya. Agama mempunyai keyakinan sentral, ritual dan praktik yang biasanya berhubungan dengan kematian, perkawinan dan keselamatan. Perkembangan individu merujuk pada penerimaan keyakinan, nilai, aturan dan ritual tertentu. Doa (prayer) merupakan kegiatan keagamaan yang dilakukan setiap individu untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Berdoa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu terapi yang dapat meningkatkan strategi koping seseorang melalui perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Dengan berdoa, Universitas Sumatera Utara 12 seseorang akan merasa tenang, nyaman dan selalu bersyukur atas rahmat yang dilimpahkan Tuhan (Aldridge, 2001). 2.1.5.2.Hubungan dengan Diri Sendiri Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang menyangkut kepercayaan pada diri-sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri-sendiri. Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Kepercayaan (faith) bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran yang tidak dapat dibuktikan dengan pikran yang logis. Kepercayaan dapat memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan atau stres. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan wawasan yang lebih luas (Fowler & Keen, 1985) Harapan (hope) berhubungan dengan ketidakpastian dalam hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak Universitas Sumatera Utara 13 orang menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit (Grimm, 1991) Makna atau arti dalam hidup (meaning of live), perasaan mengetahui makna hidup, yang kadang diidentikan dengan perasaan dekat dengan Tuhan, merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004). 2.1.5.3.Hubungan dengan Orang Lain Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi, serta keterbatasan asosiasi (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya. Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial (Carm & Carm, 2000). Universitas Sumatera Utara 14 Maaf dan pengampunan (forgiveness), menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah, mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang individu dapat meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional, penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai (Puchalski, 2004). Cinta kasih dan dukungan sosial (love and social support), keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu dari penyakit jantung (Hart, 2002). 2.1.5.4.Hubungan dengan Alam Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Rekreasi (joy) merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih. Dengan rekreasi, seseorang bisa menyeimbangkan antara kebutuhan Universitas Sumatera Utara 15 jasmani dan kebutuhan rohani sehingga muncul perasaan senang dan kepuasan dalam pemenuhan hal-hal yang dianggap penting dalam hidup seperti menonton televisi, mendengarkan musik, olahraga, dan lain-lain (Pulchalski, 2004). Kedamaian (peace) merupakan keadilan, rasa kasihan dan kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih nyaman dan tenang sehingga dapat meningkatkan status kesehatan seseorang (Hamid, 2009). Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritual apabila mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis, membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif (Hamid, 2008). 2.1.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas Menurut Taylor (1997) dan Craven & Hirnle (1996) dalam Hamid (2000), faktor yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang adalah: Tahap perkembangan, berdasarkan hasil penelitian terhadap anakanak dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama dan kepribadian anak. Spiritualitas berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus memiliki beberapa kemampuan Universitas Sumatera Utara 16 berpikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual dan menggali suatu hubungan dengan Tuhan. Keluarga, tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama, tetapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama bagi individu dalam mempersepsikan kehidupan di dunia (Taylor, Lillis & LeMone, 1997). Latar belakang etnik dan budaya, sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Pengalaman hidup sebelumnya, pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut (Taylor, Lilis dan Lemon, 1997). Krisis dan perubahan dapat menguatkan spiritualitas seseorang. Krisis sering dialami seseorang ketika mengahadapi penyakit, khususnya penyakit terminal dan kronis atau dengan prognosis yang buruk, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fiskal dan emosional (Toth, 1992; Craven & Hirnle, 1996). Universitas Sumatera Utara 17 Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang sangat beresiko terhadap penurunan kualitas hidup penderitanya. Kelemahan merupakan salah satu tanda dan gejala dari diabetes mellitus yang menyebabkan spiritual seseorang terpengaruhi, dimana energi seseorang akan menipis sehingga spiritualitas seseorang pun akan berubah (Hawari, 2002). Terpisah dari ikatan spiritual, menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan (Hamid, 2008). Isu moral terkait dengan terapi, pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang menolak intervensi pengobatan (Hamid, 2008). Asuhan keperawatan yang kurang sesuai, ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritual pasien dan membantu memenuhinya, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritualitas. 2.2. Diabetes Mellitus 2.2.1. Defenisi Diabetes Mellitus Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan dalam respon insulin pada Universitas Sumatera Utara 18 pankreas. Diabetes mellitus juga didefenisikan sebagai keadaan hiperglikemia kronik yang ditandai oleh ketiadaan absolute insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Riyadi & Sukarmin, 2008). Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang kronik (menahun) yang disebabkan oleh berkurangnya prouksi insulin, baik kekurangan ini absolut maupun relatif (Haznam, 1991). Dikatakan seseorang terdiagnosa diabetes mellitus adalah ketika kadar gula darah >126 mg/dl saat puasa dan pemeriksaan gula darah sewaktu >200 mg/dl (Yullizar, 2005). 2.2.2. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus 2.2.2.1. Obat Obat merupakan terapi medis dimana obat merupakan salah satu pengobatan utama pada pasien diabetes mellitus untuk mengurangi tanda dan gejala dan memperbaiki atau memulihkan kondisi kesehatan penderitanya. Inilah jenis obat yang diberikan kepada pasien diabetes mellitus. Golongan sulfoniluria, cara kerjanya yaitu merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin. Indikasi pemberiannya adalah: bila berat badan sekitar ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40u/hari, bila tidak ada stress akut, seperti infeksi berat (Junadi, 1982) Golongan binguanid, cara kerja golongan ini dapat menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal dan tidak menyebabkan hipoglikemi, Universitas Sumatera Utara 19 tetapi obat ini menyebabkan efek samping seperti anoreksia, nausea, nyeri abdomen dan diare. Alfa glukosidase inhibitor, obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase di dlaam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia post prandial. Insulin sensitizing, obat ini dapat meningkatkan sensitivitas berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. 2.2.2.2. Insulin Insulin merupakan protein kinase yang disekresikan oleh sel β dari Langerhans pankreas yang berfungsi untuk mengontrol kadar normal glukosa darah (Prabawati, 2012). Menurut Junadi tahun 1982 dalam Riyadi & Sukarmin (2008), ada tiga jenis insulin yang praktis menurut cara kerjanya, yaitu: Regular Insulin (RI), merupakan insulin yang kerjanya cepat yaitu dengan masa kerja 2-4 jam. NPN merupakan insulin dengan masa kerja sedang yaitu 6-12 jam. Protamme Zinc Insulin (PZI) merupakan jenis insulin yang masa kerjanya lambat yaitu 18-24 jam. 2.2.2.3. Diet Diet merupakan salah satu upaya untuk mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus karena sebagian besar glukosa yang masuk ke dalam tubuh adalah dari makanan atau minuman yang kita makan. Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah Universitas Sumatera Utara 20 untuk mencapai dan mempertahankan kadar glukkosa darah mendekati normal, mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal, mencegah komplikasi akut dan kronik, serta dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang (Riyadi & Sukarmin, 2008). 2.2.2.4. Olahraga Pada penderita diabetes mellitus dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continious Rhytmiccal Intensity Progressive Endurance). Latihan dilakukan teru-menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Adanya kontraksi otot yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam sel. 2.2.2.5. Spiritualitas Selain pengobatan fisik seperti obat-obatan, insulin dan olahraga, spiritualitas merupakan salah satu pengobatan terapeutik yang efektif pada pada pasien diabetes mellitus karena dapat meningkatkan koping, dukungan sosial, optimism, harapan, mempromosikan perilaku sehat, mengurangi depresi dan kecemasan serta mendukung perasaan relaksasi pada penderitanya (Aldridge, 2001). Spiritualitas seseorang sangat penting karena dapat mempertahankan keselarasan dengan dunia luar, mendapatkan kekuatan untuk menghadapi stress emosional, penyakit fisik, mendapatkan kepercayaan diri. Spiritualitas juga dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan Universitas Sumatera Utara 21 pasien diabetes mellitus dan meningkatkan imunitas tubuh sehingga mempercepat proses penyembuhan (Hawari, 2002). 2.3. Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Diabetes Mellitus Setelah mengalami gejala yang tidak juga sembuh, pasien diabetes mellitus mulai berusaha mencari sumber kekuatan dan sumber dukungan yang lebih luar biasa yaitu dari Tuhan. Ritual keagamaan akan semakin terlihat meningkat sebagai bentuk kompensasi kejiwaan untuk mencari kesembuhan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Kegiatan tersebut dapat berupa peningkatan dalam melakukan ibadah, berdoa atau pergi ke tempat ibadah (Riyadi & Sukarmin, 2008). Selain dukungan dari Tuhan, pasien diabetes mellitus juga membutuhkan dukungan dari dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Kekuatan yang timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya, diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif, kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Hart (2002), setiap manusia memiliki keinginan untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit. Spiritualitas dapat dipenuhi melalui kedamaian dan lingkungan atau suasana yang tenang. Kedamaian merupakan keadilan, empati, dan kesatuan. Kedamaian membuat Universitas Sumatera Utara 22 individu menjadi tenang dan dapat meningkatkan status kesehatan (Kozier, et al. 1995). Universitas Sumatera Utara