VI ASPEK NONFINANSIAL Pada penelitian ini

advertisement
VI
ASPEK NONFINANSIAL
Pada penelitian ini, kelayakan usaha diteliti dari dua aspek yaitu aspek
nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial yang dibahas pada bagian ini
adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial,
ekonomi dan lingkungan.
6.1.
Aspek Pasar
Persaingan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan
produk sejenis di pasar menjadikan aspek pasar lebih diprioritaskan dibandingkan
aspek lainnya dalam pertimbangan investor dan pengambil keputusan dalam
pendirian ataupun perluasan usaha. Pada penelitian ini, aspek pasar yang diteliti
meliputi analisis potensi pasar dan strategi pemasaran.
6.1.1 Potensi Pasar
Dalam menganalisis potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time dapat
terlebih dahulu melihat potensi pasar dari susu segar dalam negeri (SSDN) yang
dapat diketahui dengan membandingkan antara produksi SSDN dengan konsumsi
susu (dalam berbagai jenis susu) dalam beberapa tahun terakhir seperti yang
terlihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa produksi SSDN
mengalami peningkatan yang cenderung kecil setiap tahunnya sehingga produksi
SSDN pada setiap tahunnya tidak mampu memenuhi konsumsi susu rakyat
Indonesia. Persentase pemenuhan konsumsi susu oleh produksi SSDN dalam
negeri bahkan cenderung stabil dan pada tahun 2005 mengalami penurunan yang
sangat signifikan.
Jalan keluar yang dilakukan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) sebagai
produsen terbesar berbagai jenis susu olahan yang dikonsumsi oleh rakyat
Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku susu segar adalah dengan
mengimpor susu dari luar negeri. Sebagian besar susu yang diimpor dari luar
negeri oleh IPS berbentuk Skim Milk Powder (SMP) dan Anhydrous Milk Fat
(AMF). Oleh karena itu, masih sangat jarang ditemui susu sterilisasi atau UHT di
pasaran yang mengandung 100 persen susu murni sehingga dapat memberikan
gizi terbaik bagi konsumennya. Dalam hal ini, KPSBU Jawa Barat memproduksi
46
susu sterilisasi yang mengandung 100 persen susu murni dan tidak mengandung
zat-zat kimia yang berbahaya seperti zat pengawet.
Tabel 8. Perbandingan Produksi SSDN dengan Konsumsi Susu Nasional Tahun
2001-2008
Tahun
Produksi SSDN
(ton)
Konsumsi susu
nasional (ton)
2001
479.947
883.758
Persentase pemenuhan
konsumsi susu oleh SSDN
(%)
54%
2002
493.375
889.934
55%
2003
553.442
1.133.091
49%
2004
549.945
957.624
57%
2005
535.960
845.744*)
63%
2006
616.548
1.621.524
38%
2007
567.682
1.758.243
32%
2008**)
574.406
-
-
Keterangan : *) Tidak masuk data beberapa provinsi
**) Angka sementara
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, diolah (2010)
Provinsi Jawa Barat adalah provinsi yang memiliki jumlah penduduk
peringkat pertama terbesar di Indonesia sehingga Jawa Barat merupakan potensi
pasar yang besar bagi susu sterilisasi Fresh Time produksi KPSBU Jawa Barat.
Potensi pasar utama dari susu sterilisasi Fresh Time adalah penduduk dengan
kategori umur antara 5 hingga 24 tahun. Penduduk dengan kategori umur tersebut
merupakan 35 persen dari total penduduk di Provinsi Jawa Barat. Selain hal
tersebut, faktor lain yang merupakan potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time
adalah peningkatan jumlah penduduk yang terjadi di provinsi Jawa Barat setiap
tahunnya. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistika Provinsi
Jawa Barat diketahui bahwa pengeluaran rata-rata perkapita sebulan dari
masyarakat Jawa Barat yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan telur dan
susu pada tahun 2009 adalah Rp 14.350,00 yang meningkat dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar Rp 12.613,00 atau 6,52 persen dari total keseluruhan
47
pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan dalam
sebulannya perkapita.
Tabel 9. Proyeksi Umur menurut Kategori Kelompok Umur di Jawa Barat tahun
2005 – 2010
Kelomp
ok
Umur
5–9
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
3.605,21
3.635,77
3.717,47
3.823,05 3.910,35
3.948,47
10 – 14
3.861,69
3.871,96
3.870,2
3.861,7 3.861,41
3.884,58
15 – 19
3.872,24
3.898,51
3.928,44
3.967,03 4.003,34
4.025,47
20 – 24
3.742,89
3.768,33
3.801,57
3.833,39 3.856,48
3.876,65
Jumlah
15.082,03 15.174,57
1.5317,68
15.485,17
15.631,58
15.735,17
Sumber : BPS Jawa Barat (2010)
Pada Tabel 10 diketahui bahwa semakin tingginya pendapatan seseorang
maka pengeluarannya untuk susu pun akan semakin tinggi. Hal ini berarti bahwa
pengkonsumsi susu tersebar di seluruh golongan pendapatan dan menjadi pasar
yang potensial bagi susu sterilisasi Fresh Time produksi KPSBU Jawa Barat
karena harga yang ditawarkan relatif dapat terjangkau oleh seluruh golongan
pendapatan di Jawa Barat.
Tabel 10. Pengeluaran untuk Telur dan Susu perkapita dalam Sebulan untuk
Masing-masing Golongan Pengeluaran perkapita Sebulan Tahun 2009
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Golongan Pengeluaran perkapita
Sebulan (Rp)
Kurang dari 100.000
100.000 – 149.999
150.000 – 199.999
200.000 – 299.999
300.000 – 499.999
500.000 – 749.000
750.000 – 999.999
1.000.000 dan lebih
Rata-rata perkapita
Pengeluaran perkapita Sebulan
(Rp)
1.013
2.842
4.686
7.474
13.518
22.781
31.631
47.449
14.350
Sumber : BPS (2010)
48
Pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang secara kontinu meningkat
karena perkembangan kondisi ekonomi juga menambah jumlah potensi pasar bagi
susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat. Prospek lainnya juga terdapat
pada lokasi Kota Bandung yang merupakan salah satu pusat wisata di Jawa Barat
bahkan di Pulau Jawa sehingga menyebabkan banyaknya tempat wisata, rumah
makan, dan tempat oleh-oleh khas Bandung yang dapat dijadikan pasar potensial
oleh produk ini. Selain itu, koperasi juga dapat memasuki pasar anak sekolahan,
kantor dan pasar yang tersebar di seluruh Jawa Barat.
Tabel 11. Peningkatan Jumlah Penduduk di Jawa Barat Tahun 2005 -2008
No.
Tahun
Jumlah Penduduk
Persentase Peningkatan
Jumlah Penduduk (%)
1
2005
39.960.869
2
2006
40.737.594
1,94
3
2007
41.483.729
1,83
4
2008
42.194.869
1,71
Sumber : BPS Jawa Barat, diolah (2010)
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 ini sedang
menghidupkan gerakan minum susu dalam rangka memperingati Hari Susu
Nusantara yang diadakan pertama kalinya di Indonesia pada tahun ini. Dengan
adanya gerakan ini semakin memperluas dan memperkuat potensi pasar dari susu
sterilisasi Fresh Time yang ditawarkan oleh KPSBU Jawa Barat.
Berdasarkan beberapa hal di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
potensi untuk produk susu sterilisasi Fresh Time dari KPSBU Jawa Barat dan
koperasi berpeluang untuk menarik konsumen yang peduli akan kesehatannya
dengan mengkonsumsi susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat yang
menawarkan produk dengan kandungan susu murni 100 persen.
Pada skenario III, selain memproduksi susu sterilisasi, koperasi juga
memproduksi susu pasteurisasi rasa stroberi dan cokelat dan yoghurt Fresh Time
dengan lima varian rasa (melon, stroberi, duren, anggur dan moka). Susu
pasteurisasi dan yoghurt memiliki potensi pasar yang sama dengan susu sterilisasi
Fresh Time, karena sebelumnya pun koperasi telah memproduksi jenis olahan
49
susu tersebut namun dengan kuantitas produksi yang tidak terlalu besar dan
menggunakan teknologi yang masih sederhana.
6.1.2 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran dari produk susu sterilisasi Freh Time dapat dianalisis
dari penetapan segmentasi, target dan posisi produk di pasar serta bauran
pemasaran susu sterilisasi Fresh Time oleh KPSBU Jawa Barat.
6.1.2.1 Segmentasi, Target dan Posisi Produk di Pasar
Pada aspek geografis, segmentasi pasar bagi produk susu sterilisasi Fresh
Time adalah Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan letak KPSBU Jawa Barat
berada di Provinsi Jawa Barat sehingga koperasi merasa bertanggung jawab untuk
menyuplai kebutuhan susu bagi pemenuhan gizi masyarakat Jawa Barat. Dalam
pengimplementasiannya, distribusi susu sterilisasi Fresh Time baru mencapai kota
dan kabupaten Bandung, Subang dan Majalengka.
Dalam aspek demografis, segmentasi pasar susu sterilisasi Fresh Time
adalah konsumen dengan umur di atas tiga tahun hingga orang dewasa, semua
jenis kelamin, dalam keluarga memiliki anak-anak dan remaja yang masih sangat
membutuhkan asupan gizi untuk pertumbuhannya, berbagai tingkat pendapatan,
pendidikan dan pekerjaan.
Target pasar dari susu sterilisasi Fresh Time adalah masyarakat yang
terdapat pada tiga unsur yaitu SEPAKAT (sekolah, pasar dan kantor). Dengan
target ini diharapkan susu sterilisasi dapat menjangkau berbagai elemen
masyarakat. Positioning dari susu sterilisasi Fresh Time adalah sebagai minuman
kesehatan yang menyegarkan dan terbuat dari susu segar.
6.1.2.2 Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran dari susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat
adalah sebagai berikut :
a. Produk
Susu sterilisasi Fresh Time merupakan barang konsumsi, yaitu barang
yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi. Berbeda dengan
kebanyakan susu sterilisasi yang beredar di pasaran, yaitu menggunakan
campuran antara susu murni dan padatan susu tanpa lemak, KPSBU Jawa
50
Barat menawarkan produk susu sterilisasi dengan kandung susu murni sebesar
100 persen. Hal ini menyebabkan kandungan gizi yang terdapat pada susu
sterilisasi ini lebih besar dibandingkan dengan produk susu sterilisasi lainnya.
Selain karena alasan pemenuhan gizi masyarakat, KPSBU Jawa Barat juga
menawarkan jenis produk ini dengan alasan kepedulian kepada masyarakat
sekitar yang belum menyadari akan pentingnya pemenuhan gizi dengan
mengkonsumsi susu serta dalam rangka pencerdasan generasi muda di sekitar
koperasi secara khusus dan di wilayah Jawa Barat secara umum.
Susu sterilisasi Fresh Time dikemas dalam botol HDPE dengan isi
bersih sebesar 180 ml perbotolnya. Kemasan dan label yang menarik ditujukan
untuk menarik minat anak-anak usia sekolah untuk mengkonsumsi produk ini.
Setiap pembelian susu konsumen juga akan mendapatkan sedotan untuk
mempermudah konsumen dalam mengkonsumsi susu. Rasa yang ditawarkan
oleh KPSBU Jawa Barat adalah rasa cokelat dan stroberi. Untuk daya tahan,
susu sterilisasi Fresh Time dapat dikonsumsi dengan jangka waktu kadaluarsa
selama sembilan bulan dan dapat bertahan dalam suhu ruangan biasa sehingga
tidak membutuhkan tempat penyimpanan khusus seperti freezer atau lemari
kulkas.
Pada saat ini KPSBU Jawa Barat melakukan sistem subkontrak
produksi (subcontracting production) dengan PT Industri Susu Alam Murni
(PT ISAM) dalam memproduksi susu sterilisasi Fresh Time. Hal ini dilakukan
karena ketidaksiapan koperasi akan kebutuhan biaya investasi dan sumberdaya
manusia jika memproduksi olahan susunya sendiri. Dalam sistem subkontrak
produksi ini, KPSBU Jawa Barat hanya mengirimkan sejumlah susu murni
yang akan diolah menjadi susu sterilisasi, sementara bahan baku pendukung
(seperti gula, perisa, penyeimbang makanan, air, botol, sedotan, kardus, dan
lain-lain) dan teknologi pengolahan susu disediakan oleh PT ISAM. Dalam
perjanjian ini terdapat fleksibilitas yang ditawarkan oleh PT ISAM yaitu
dalam hal bahan baku pendukung. KPSBU Jawa Barat dibebaskan untuk
memilih menggunakan bahan baku pendukung yang berasal dari PT ISAM
atau bahan baku lain yang dianggap memiliki biaya termurah bagi KPSBU
Jawa Barat.
51
b. Harga
Harga dari susu sterilisasi Fresh Time yang ditawarkan oleh KPSBU
Jawa Barat adalah Rp 2.500,00 perbotol. Penetapan harga ini dilakukan
berdasarkan dua alasan yaitu perhitungan Harga Pokok Pembelian perunit
ditambah dengan besarnya jumlah keuntungan yang diinginkan oleh koperasi
serta memperhatikan daya beli dari target pasar produk ini yaitu sekolah, pasar
dan kantor (SEPAKAT). Untuk rasa cokelat dan stroberi ditetapkan harga
yang sama dan dilakukan pemberian harga khusus bagi agen atau konsumen
yang melakukan pembelian susu sterilisasi Fresh Time dalam paket dus yaitu
Rp 2.000,00 dimana setiap dus berisi 24 botol susu. Berdasarkan pengamatan
harga susu sterilisasi Fresh Time berada di bawah rata-rata harga pasar susu
sterilisasi jika mengingat kandungan 100 persen susu murninya.
c. Kegiatan promosi
Sejauh ini kegiatan promosi yang telah dilakukan KPSBU untuk
memperkenalkan produknya kepada masyarakat adalah :
-
Memasang iklan di media cetak, yaitu majalah Majelis Ulama Indonesia
(MUI).
-
Melakukan promosi saat berlangsungnya acara-acara pemerintah daerah,
seperti saat berlangsungnya kegiatan APPA, festival kebudayaan, dan
ekspo atau pameran produk UKM dan Koperasi.
-
Melakukan promosi di sekolah-sekolah, toko-toko, pasar, dan perkantoran
dengan memberikan sample susu gratis dan membagikan brosur mengenai
pentingnya minum susu.
-
Memasang spanduk dan menyebarkan brosur-brosur mengenai produk
Fresh Time dan juga pentinganya mengkonsumsi susu kepada masyarakatmasyarakat di sekitar koperasi dan wilayah pemasaran lainnya.
KPSBU Jawa Barat juga ikut serta dalam memeriahkan kegiatan
minum susu bersama Presiden Republik Indonesia setelah sebelumnya ikut
serta memeriahkan kegiatan minum susu bersama Gubernur Jawa Barat.
Keikutsertaan
KPSBU
Jawa
Barat
dalam
acara
ini
adalah untuk
mempromosikan produk terbarunya susu sterilisasi Fresh Time dan juga turut
menyukseskan gerakan minum susu nasional.
52
d. Distribusi
Saat ini saluran distribusi yang digunakan oleh KPSBU Jawa Barat
dalam memasarkan produknya dapat dikatakan masih sederhana yaitu menjual
langsung ke konsumen atau melalui penjual yang memiliki toko pribadi atau
kios di pasar. Terdapat dua saluran distribusi dalam memasarkan produk yaitu:
-
Saluran 1
Saluran 1 terdiri dari koperasi yang langsung memasarkan produknya
kepada konsumen. Tempat penjualan susu sterilisasi Fresh Time adalah
kios penjualan berbagai jenis susu produksi KPSBU Jawa Barat yang
berada di depan kantor administrasi KPSBU Jawa Barat di Pasar Baru
Lembang.
Koperasi
Konsumen
Gambar 2. Saluran 1 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa
Barat
-
Saluran 2
Saluran 2 terdiri dari koperasi yang menjual produknya kepada penjual
yang memiliki toko pribadi atau kios di pasar yang selanjutnya
menawarkan kepada konsumen yang berbelanja di tempatnya.
Koperasi
Penjual
(Pemilik Toko
Pribadi atau
Kios di Pasar)
Konsumen
Gambar 3. Saluran 2 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa
Barat
Ke depannya KPSBU Jawa Barat berencana untuk merekrut agen-agen
dari wilayah pemasaran untuk memasarkan produknya sehingga konsumen
dapat dengan mudah mendapatkan produk ini di mana saja. Selain itu, KPSBU
Jawa Barat juga berencana untuk memasuki pasar supermarket dan
minimarket dalam beberapa waktu ke depan. Untuk merealisasikan rencana
tersebut, koperasi harus meningkatkan kualitas produk sehingga dapat
diterima oleh standar pasar supermarket atau minimarket.
53
Dalam pemasarannya KPSBU Jawa Barat menggunakan mobil boks
untuk mengangkut produk ke wilhayah pemasaran yang berada di luar
Lembang dan menggunakan sepeda motor untuk wilayah Lembang dan
sekitarnya. Persediaan susu sterilisasi disimpan dalam gudang tersendiri yang
terdapat di wilayah kantor administrasi KPSBU Jawa Barat.
6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar
Berdasarkan analisis aspek pasar yang meliputi potensi pasar dan strategi
pemasaran, dapat disimpulkan bahwa ketiga skenario produksi susu sterilisasi
Fresh Time layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar
untuk produk ini yang dikarenakan masih adanya gap antara permintaan atau
konsumsi dengan penawaran, terdapatnya potensi pasar bagi produk susu
sterilisasi dan keunikan yang dimiliki produk. Selain itu strategi pemasaran yang
direncanakan oleh koperasi juga layak untuk dijalankan untuk mendukung
penjualan produk kepada konsumen serta untuk memperkenalkan susu sterilisasi
Fresh Time sebagai susu sterilisasi yang mengandung 100 persen susu murni.
6.2.
Aspek Teknis
Setelah mengetahui kelayakan usaha dari aspek pasar, tahapan selanjutnya
dalam analisis kelayakan usaha susu sterilisasi Fresh Time adalah menganalisis
dari aspek teknis.
6.2.1 Lokasi Usaha
Pada skenario I, yaitu KPSBU melakukan sistem subkontrak produksi
(subcontracting production) dengan PT. Industri Susu Alam Murni (PT ISAM)
milik GKSI untuk memproduksi susu sterilisasi, lokasi usaha berada di Pabrik PT
ISAM yang beralamat di Jalan Rumah Sakit 114 Ujung Berung Bandung. Saham
dari PT ISAM dimiliki oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa
Barat. PT ISAM menjalin kerja sama dengan beberapa instansi untuk mengolah
susu segar menjadi produk pesanan instansi terkait. Seperti saat ini, PT ISAM
setiap harinya memproduksi susu dengan merek dagang Milkuat dengan rasa
stroberi, jeruk dan mangga bekerja sama dengan PT. Danone Dairy Indonesia.
Alasan KPSBU Jawa Barat melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM
adalah karena KPSBU Jawa Barat memiliki bagian dalam saham GKSI pada PT
54
ISAM, sehingga KPSBU Jawa Barat dapat memanfaatkan fasilitas PT ISAM
dengan melakukan subkontrak produksi.
Pada skenario II dan III, KPSBU memproduksi susu sterilisasi dengan
mendirikan pabrik sendiri, melakukan pembelian mesin-mesin dan peralatan serta
menambah jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam produksi susu
sterilisasi. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pendirian pabrik adalah
ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply
tenaga kerja dan fasilitas transportasi. Untuk kasus pendirian pabrik pengolahan
susu,
sebaiknya
pengambil
keputusan
lebih
mempertimbangkan
aspek
ketersediaan bahan baku karena bahan baku dari pabrik pengolahan susu adalah
susu segar yang bersifat mudah rusak disebabkan oleh bakteri-bakteri yang dapat
dengan mudah berkembang biak pada media susu segar. Selain itu, hal lain yang
juga harus dipertimbangkan adalah ketersediaan tenaga listrik dan air yang sangat
berperan penting dalam proses produksi pabrik pengolahan susu. Letak pasar yang
dituju menjadi kurang penting karena produk susu sterilisasi mampu bertahan
cukup lama yaitu sekitar sembilan bulan dan dapat disimpan pada suhu ruangan.
Dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan bahan baku, listrik dan air,
maka sebaiknya lokasi pendirian pabrik yang dipilih adalah lokasi yang
berdekatan dengan bahan baku susu segar yaitu di sekitar Kecamatan Lembang
atau Kabupaten Subang. Di kedua wilayah ini terdapat lahan-lahan kosong
masyarakat sekitar yang dapat dibeli dan dibangun pabrik pengolahan susu oleh
KPSBU Jawa Barat. Namun, pendirian pabrik juga tetap harus memperhatikan
hukum dan peraturan yang berlaku di daerah setempat, keadaan tanah yang akan
didirikan pabrik, sikap dari masyarakat setempat serta dampaknya pada
lingkungan sekitar.
6.2.2 Bahan Baku
Pada ketiga skenario bahan baku dan bahan pendukung yang digunakan
dalam pembuatan susu sterilisasi Fresh Time adalah relatif sama. Bahan baku
yang digunakan adalah susu segar dari sapi perah yang dihasilkan oleh peternakpeternak anggota KPSBU Jawa Barat. Sedangkan bahan pendukung yang
digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi Fresh Time adalah gula, bubuk
cokelat dan perisa stroberi serta penyeimbang makanan (stabilizer). Gula
55
berfungsi untuk menambah rasa manis pada susu. Bubuk cokelat dan perisa
stroberi berfungsi untuk menambah rasa pada susu agar lebih menarik bagi
konsumen untuk mengkonsumsi dan menambah cita rasa susu. Pemberian
penyeimbang makanan (stabilizer) bertujuan sebagai penstabil makanan dan
mencegah pemisahan cairan susu. Adapun komposisi bahan baku dan bahan
pendukung dalam 180 ml susu sterilisasi Fresh Time adalah 93 persen susu segar,
6,3 persen gula pasir, 0,65 persen perisa makanan, 0,05 persen karagenan dan
sedikit air.
Pada skenario I dan II, bahan baku susu segar yang diolah menjadi susu
sterilisasi Fresh Time adalah sebanyak 2 ton sehari dengan frekuensi produksi dua
kali dalam seminggu. Persentase dari jumlah susu segar yang diolah menjadi susu
sterilisasi Fresh Time jika dibandingkan dengan jumlah susu segar yang tidak
dapat dipasok ke FFI adalah sebesar 12,5 persen. Pada skenario III, bahan baku
susu segar yang diolah pada pabrik pengolahan susu adalah sebanyak 16 ton
perhari yang berarti seluruh susu segar yang tidak dapat dipasok ke FFI dapat
diolah koperasi menjadi produk olahan susu.
6.2.3 Luas Produksi
Pada skenario I dan II, luas produksi mengacu pada kapasitas produksi
dari mesin pengolahan susu PT ISAM. Mesin yang digunakan dalam pembuatan
susu sterilisasi Fresh Time adalah mesin steril botol (autoclave), sehingga
kapasitas produksi dari PT ISAM dalam menghasilkan susu sterilisasi Fresh Time
adalah 4.000 botol perjam atau sekitar 930 liter perjam. Adapun frekuensi
produksi susu sterilisasi Fresh Time adalah dua kali seminggu yaitu sesuai dengan
kesepakatan antara PT ISAM dengan KPSBU Jawa Barat.
Pada skenario III, luas produksi mengacu pada kapasitas mesin
pasteurisasi yaitu 5.000 liter perjam dan mesin steril botol (autoclave) yaitu 4.000
botol perjam dengan melakukan produksi setiap harinya selama 16 jam perhari.
6.2.4 Mesin dan Peralatan yang Digunakan
Pada skenario I mesin dan peralatan yang dugunakan adalah mesin dan
peralatan yang dimiliki oleh PT ISAM yang disewa oleh koperasi dalam bentuk
56
subkontrak ptoduksi. Sedangkan pada skenario II dan III, mesin dan peralatan
yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi adalah sebagai berikut :
1. Timbangan
Alat ini berfungsi untuk menimbang dan sebagai penampungan susu
sementara yang dibawa oleh truk tangki susu sebelum proses pengolahan susu
selanjutnya. Timbangan susu dilengkapi dengan saringan yang berguna untuk
menyaring kotoran yang terbawa oleh susu.
2. Plate cooler
Plate cooler atau mesin pendingin adalah mesin yang berfungsi untuk
mendinginkan susu hingga mencapai suhu 4° C. Prinsip yang digunakan alat
ini adalah melakukan pertukaran panas antara air pendingin dengan susu yang
masuk. Alat ini terdiri dari lempengan-lempengan yang tersusun rapat
membentuk sebuah kerangka, dilengkapi dengan pembatas antara aliran air
dingin dengan susu sehingga keduanya tidak bercampur..
3. Buffer tank
Buffer tank atau tangki penyimpanan sementara digunakan untuk menyimpan
susu sementara yang sudah didinginkan. Tangki ini memiliki kapasitas 5.000
liter, dilengkapi dengan pipa hisap berkapasitas 3.000 liter perjam dan
termometer untuk mengetahui suhu dalam tangki. Prinsip kerja alat ini adalah
pengisolasian kondisi ruangan terhadap udara luar sehingga suhu susu tetap 4°
C.
4. Balance tank
Alat ini berfungsi untuk mengatur keseimbangan aliran susu yang masuk ke
Plate Heat Exchanger dengan cara mengatur jumlah dan tekanan susu. Alat
ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam dan dilengkapi dengan pelampung
utnuk mengatur aliran susu. Prinsip kerjanya adalah berdasarkan perbedaan
tinggi rendahnya pelampung yang mengatur laju aliran susu.
5. Plate heat exchanger
Alat ini berfungsi untuk memanaskan dan mendinginkan susu. Prinsip kerja
alat ini adalah pertukaran panas secara tidak langsung. Plate Heat Exchanger
merupakan alat yang biasa digunakan dalam perlakuan panas pada industri
persusuan. Alat ini terdiri dari lempengan-lempengan stainless steel yang
57
terapit satu sama lain menjadi satu kerangka. Alat ini memiliki kapasitas 3.000
liter perjam dan pengoperasiannya dilakukan secara kontinu.
6. Homogenizer
Alat ini berfungsi untuk memperkecil butiran lemak susu, sehingga diperoleh
suatu emulsi susu yang stabil. Alat ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam,
dioperasikan secara kontinu. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pemampatan
susu dalam ruangan oleh piston.
7. Batch pasteurizer
Alat ini berfungsi untuk pencampuran sekaligus pemanasan pada pembuatan
susu cokelat, stroberi dan yoghurt. Dilengkapi dengan corong venture,
agigator, pompa sirkulasi dan oli pemanas. Proses pemanasan dilakukan
dengan uap panas.
8. Deodorizer
Alat ini berfungsi untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan pada susu.
Alat ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam, dilengkapi dengan pompa
penghisap dan dioperasikan secara kontinu. Prinsip kerjanya adalah
menguapkan bau yang terdapat pada susu.
9. Separator
Alat ini berfungsi untuk memisahkan antara skim, krim dan kotoran susu. Alat
ini memiliki kapasitas 3.000 liter perjam, terdiri dari 86 buah piring pemisah
dengan kecepatan perputaran 7.200 rpm dan dilengkapi dengan motor 3,5 kw
dengan putaran 50 rpm. Prinsip kerja alat ini berdasarkan perbedaan berat
jenis dengan gaya sentrifugal.
10. Boiler
Berfungsi untuk menghasilkan uap panas, yang diperlukan untuk pemanasan
susu pada proses pasteurisasi dan untuk pencucian alat. Jenis boiler yang ada
adalah boiler pipa api, dimana pemanasan dihasilkan dari semburan api yang
berada di dalam pipa, sedangkan bagian luar pipa diselimuti air yang
jumlahnya cukup banyak. Boiler ini bekerja pada suhu 170° - 230° C. Air
yang digunakan untuk menghasilkan uap panas dimasukkan ke dalam boiler
dengan menggunakan pompa. Air yang digunakan harus memenuhi syarat
kesadahan dengan pH 11,5 - 12. Sebelumnya air dicuci terlebih dahulu dengan
58
pasir laut dan karton, kemudian dilewatkan pada mesin Ca (softener) yang
berguna untuk melunakkan air sehingga kesadahan air sama dengan nol dan
ditambahkan scale inhibitor serta corosif inhibitor berupa injeksi bahan kimia
yang berguna untuk mencegah korosif dan kerak pada boiler, yang dapat
menghambat penetrasi panas dan mempercepat kerusakan boiler. Uap panas
yang dihasilkan perjam adalah 2.000 liter.
11. Mesin steril botol (autoclave) yang dapat menghasilkan produk steril kemasan
botol dengan kapasitas masak 4.000 botol perjam dengan volume botol yang
bervariasi dari 100 ml hingga 1.000 ml.
6.2.5 Proses Produksi
Pada skenario I, koperasi tidak melakukan proses produksi susu sterilisasi
Fresh Time karena pengolahan susu dilakukan oleh PT ISAM. Aktivitas yang
dilakukan oleh koperasi pada skenario ini adalah sebatas pengiriman susu segar
kepada PT ISAM, pengambilan susu yang telah diolah menjadi susu sterilisasi
Fresh Time, penyimpanan dalam gudang persediaan dan pemasaran susu
sterilisasi Fresh Time.
Sedangkan pada skenario II dan III, koperasi mengolah sendiri susu segar
menjadi susu sterilisasi Fresh Time. Adapun proses produksi susu sterilisasi Fresh
Time dimulai dengan mengolah susu segar menjadi susu pasteurisasi terlebih
dahulu
sebelum mengolahnya kembali dalam proses sterilisasi menggunakan
mesin steril botol (autoclave). Proses pembuatan susu pasteurisasi adalah sebagai
berikut :
1. Pemanasan pendahuluan
Dari tangki penampungan susu dingin, susu dipompakan ke lempengan Plate
Heat Exchanger (PHE). Pengaliran susu ke lempengan PHE diatur oleh tangki
keseimbangan (balance tank). Sistem penukar panas yang bekerja pada
lempengan PHE adalah sistem regenerasi. Susu dingin yang dialirkan dari
tangki keseimbangan dengan bantuan pompa akan dialirkan ke ruang
regenerasi untuk mengalami proses pemanasan pendahuluan. Setelah
mengalami proses pemanasan pendahuluan, suhu susu meningkat dari 4°
menjadi 60° C.
59
2. Separasi
Selanjutnya susu yang telah bersuhu 60° C tersebut dialirkan pada cream
separator yang bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang masih
terbawa pada susu dan juga untuk memisahkan krim dengan susu. Pemisahan
ini berdasarkan atas perbedaan berat jenis dengan kecepatan sentrifugasi
sebesar 1.500 rpm. Cream separator mampu memisahkan krim dari susu
dengan kadar lemak 60 – 70 persen dan dihasilkan skim dengan kadar lemak
0,1 – 0,2 persen.
3. Homogenisasi
Ukuran partikel-partikel lemak yang terdapat pada susu murni yang dihasilkan
sapi perah memiliki ukuran yang berbeda. Alat homogenizer berguna untuk
mengatasi ketidakseragaman partikel lemak susu dengan proses homogenisasi.
Proses homogenisasi yang dilakukan adalah dengan memberikan tekanan
sebesar 2.000 – 2.500 psi, kemudian melalui lubang pengeluaran yang
berukuran sangat kecil, butiran-butiran lemak susu yang berdiameter 5 – 20 π
(micron) tereduksi menjadi butiran-butiran lemak susu berdiameter 2 – 3 π.
4. Pasteurisasi
Susu yang telah mengalami proses homogenisasi lalu dialirkan ke dalam
mesin proses pasteurisasi pada rangkaian lempengan PHE. Susu mengalami
proses pemanasan oleh air panas bersuhu 84° C. Susu akan mengalami proses
pasteurisasi selama 15 detik pada suhu 76° C. Proses ini dikenal dengan nama
sistem High Temperature Short Time atau HTST. Kemudian susu dialirkan
melalui holding section yang memiliki fungsi menurunkan suhu susu menjadi
75° C.
Setelah susu diolah menjadi susu pasteurisasi bersuhu 75° C, susu lalu
dialirkan ke dalam tangki pencampur untuk mencampur susu dengan bahan baku
pendukung lainnya seperti gula pasir, perisa makanan dan penyeimbang makanan.
Sebelum dimasukkan ke dalam tangki pencampur, bahan baku pendukung
tersebut terlebih dahulu dilarutkan di dalam corong pencampur yang dilengkapi
dengan agigator (pengaduk) dan filter. Alat ini berfungsi untuk mencampur serta
melarutkan bahan baku pendukung yang berbentuk padatan, disaring kemudian
dialirkan ke tangki pencampur melalui pipa penghubung.
60
Setelah dilakukan penyampuran susu dengan bahan baku pendukung, susu
yang bersuhu 65° C kemudian didinginkan hingga mencapai susu 2° C. Setelah
dingin, susu lalu dimasukkan ke dalam botol-botol bervolume 180 ml dengan
mesin pengemas lalu bagian atasnya ditutup oleh lapisan aluminium foil berwarna
biru.
Botol-botol yang telah diisi dengan susu lalu diletakkan pada wadah botol
yang masing-masing memiliki kapasitas 1.400 botol. Kemudian, dilakukan proses
sterilisasi dengan cara wadah-wadah botol yang sudah terisi penuh dengan botolbotol susu dimasukkan ke dalam mesin steril botol (autoclave) dengan suhu 125°
C selama 10 menit. Proses ini merupakan proses terakhir dari pembuatan susu
sterilisasi yang bertujuan untuk mensterilkan susu beserta botol kemasannya.
Setelah dilakukan proses sterilisasi kemudian susu sterilisasi didiamkan beberapa
saat hingga cukup dingin untuk dilanjutkan pada proses pelabelan.
Susu yang telah selesai dilabeli kemudian disimpan di gudang
penyimpanan selama tujuh hari untuk pelaksanaan proses karantina. Setelah
dikarantina selama tujuh hari, diambil beberapa sampel dari susu sterilisasi untuk
dilakukan percobaan dalam melihat kandungan bakteri dalam susu. Hasilnya akan
terlihat dalam waktu tiga hari. Jika kandungan bakteri dalam susu telah mencapai
angka nol, maka susu tersebut lolos kualifikasi dan dapat dijual dengan jangka
waktu kadaluarsa selama sembilan bulan.
6.2.6 Layout Usaha
Layout usaha yang diusulkan kepada pabrik pengolahan susu KPSBU
Jawa Barat disusun berdasarkan aliran produksi atau sesuai dengan proses
produksi susu sterilisasi Fresh Time. Adapun bagian pabrik yang merupakan
tempat pengolahan susu dibagi menjadi lima ruangan utama, yaitu :
1. Ruang A, yaitu ruangan berisi timbangan susu, untuk menampung susu dari
tangki susu sebelum diolah lebih lanjut.
2. Ruang B, yaitu ruang produksi di mana susu diolah menjadi susu pasteurisasi
dan sterilisasi.
3. Ruang C, yaitu ruang pengemasan susu ke dalam botol sebelum susu
mendapatkan proses sterilisasi.
61
4. Ruang D, yaitu ruang pengemasan, dimana susu sterilisasi yang telah diolah
dikemas ke dalam kardus-kardus.
5. Ruang E, yaitu gudang persediaan yang berguna untuk menyimpan persediaan
susu sterilisasi untuk diuji ke laboratorium susu sebelum akhirnya dipasarkan.
D
B
10 C
9
12
11
C
8
7
E
A
5
6
6
1
4
3
2
Gambar 4. Layout Usaha Pabrik Pengolahan Susu
Adapun keterangan untuk gambar adalah sebagai berikut :
1. Timbangan
2. Buffer Tank
3. Balance Tank
4. Plate Heat Exchanger
5. Cream Separator
6. Homogenizer
7. Corong Pencampur
8. Tangki Pencampur
9. Tangki Penampung
10. Mesin Pengemas
11. Wadah Botol
12. Autoclave
6.2.7 Hasil Analisis Aspek Teknis
Berdasarkan hasil analisis aspek teknis yang meliputi lokasi usaha, bahan
baku, kapasitas produksi, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan
62
serta layout dari usaha susu sterilisasi Fresh Time, dapat disimpulkan bahwa
produksi susu sterilisasi layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan lokasi usaha
yang terjangkau dan memenuhi kebutuhan akan bahan baku, listrik dan air pada
ketiga skenario. Dari bahan baku, tidak ada kendala dalam penyediaan bahan baku
untuk proses pengolahan susu. Luas produksi yang ada pada ketiga skenario
diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar yang ada, khususnya di wilayah
pemasaran Jawa Barat. Dari segi teknologi, teknologi serta mesin dan peralatan
yang digunakan telah dapat mendukung proses produksi dari susu sterilisasi,
begitupun dengan layout usaha yang dapat memperlancar proses produksi pada
pabrik pengolahan susu.
6.3.
Aspek Manajemen
Produksi susu sterilisasi Fresh Time yang merupakan salah satu usaha dari
KPSBU Jawa Barat masih dikelola secara sederhana. Dalam mengelola usaha
barunya ini, KPSBU Jawa Barat belum melakukan penambahan sumber daya
manusia untuk mempermudah pengelolaan usaha susu sterilisasi Fresh Time.
Sampai saat ini sumber daya manusia yang digunakan adalah karyawan yang
bekerja pada bagian pengolahan susu yang terdapat pada struktur organisasi
KPSBU Jawa Barat (dapat dilihat pada Lampiran 4). Selain harus bertanggung
jawab pada pengelolaan usaha susu sterilisasi Fresh Time, karyawan pada bagian
pengolahan susu juga memiliki tanggung jawab lain seperti melakukan produksi
yoghurt Fresh Time, melakukan pemasaran produksi susu olahan KPSBU Jawa
Barat dan lain-lain. Walaupun terdapat banyaknya tanggung jawab yang harus
dilaksanakan oleh karyawan pada bagian susu, namun usaha susu sterilisasi Fresh
Time ini masih dapat dilaksanakan dengan baik oleh koperasi.
Pada skenario II dan III, terdapat dua aktivitas yang menuntut adanya
manajemen kerja yang lebih kompleks yaitu aktivitas pembangunan proyek pabrik
pengolahan susu dan aktivitas operasional pengolahan susu. Untuk pembangunan
proyek pabrik pengolahan susu dibutuhkan para tenaga ahli untuk melakukan
pembuatan layout pabrik, penentuan mesin-mesin yang akan digunakan,
pembangunan pabrik serta instalasi dan uji coba mesin-mesin pengolahan susu.
Pada aktivitas kedua yaitu aktivitas operasional pengolahan susu yang
akan berjalan secara kontinu, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan
63
yaitu wewenang dan tanggung jawab, spesifikasi pekerjaan, rekruitmen tenaga
kerja dan sistem pengupahan.
6.3.1 Wewenang dan tanggung jawab
Wewenang dan tanggung jawab manajemen dalam proses produksi susu
sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat yang disarankan adalah sebagai berikut
:
1. Kepala pabrik, bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan seluruh
kegiatan pabrik secara keseluruhan. Kepala pabrik membawahi beberapa
manajer yang menangani bidang-bidang yang lebih spesifik sesuai dengan
kebutuhan pabrik.
2. Manajer produksi, bertanggung jawab atas seluruh kegiatan produksi
pengolahan susu dimulai dari susu diterima oleh pabrik, pelaksanaan quality
control dan perawatan mesin-mesin produksi. Manajer produksi membawahi
beberapa kepala bagian yang mendukung bidang-bidang di dalam produksi
pengolahan susu, yaitu :
a. Kepala bagian produksi, bertanggung jawab atas ketersediaan bahan baku
produksi, penerimaan bahan baku produksi, pengolahan susu hingga susu
siap
dikonsumsi,
pengemasan,
hingga
pengepakan
susu
untuk
mempermudah proses pemasaran. Kepala bagian produksi membawahi
beberapa karyawan yang membantunya dalam menjalankan tanggung
jawab.
b. Kepala bagian quality control, bertanggung jawab atas kualitas susu yang
dihasilkan oleh pabrik pengolahan susu. Kepala bagian quality control
membawahi beberapa karyawan yang bertugas dalam menjaga kualitas
susu yang dihasilkan.
c. Kepala bagian mekanik, bertanggung jawab atas penggunaan mesin
selama produksi, perawatan dan pemeliharaan mesin-mesin yang
digunakan dalam kegiatan produksi. Kepala bagian mekanik juga
membawahi beberapa karyawan yang bertugas sebagai operator serta
merawat dan memelihara mesin-mesin produksi.
3. Manajer administrasi dan keuangan, bertanggung jawab dalam kegiatankegiatan yang mendukung kegiatan produksi pabrik dalam hal pelayanan
64
administrasi, keuangan dan sumber daya manusia. Manajer administrasi dan
keuangan membawahi beberapa kepala bagian yang mendukung, dimana
masing-masing kepala bagian juga membawahi beberapa karyawan untuk
membantu pekerjaannya :
a. Kepala bagian administrasi, bertanggung jawab atas segala kegiatan
administrasi yang berlangsung di pabrik maupun di luar pabrik yang
berhubungan dengan kelancaran proses produksi.
b. Kepala bagian keuangan, bertanggung jawab atas laporan dari aliran uang
yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berlangsung pada pabrik
hingga proses pemasaran produk akhir.
c. Kepala bagian personalia, bertanggung jawab atas perekrutan tenaga kerja
yang dibutuhkan oleh pabrik, pelatihan tenaga kerja, dan masalah
pengupahan serta tunjangan bagi karyawan.
4. Manajer pemasaran, bertanggung jawab atas perencanaan program pemasaran
dari produk akhir yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan susu, melaksanakan
pemasaran produk akhir dan memberikan pelayanan konsumen. Manajer
pemasaran membawahi beberapa kepala bagian yang dibantu oleh sejumlah
karyawan :
a. Kepala bagian pemasaran produk, bertanggung jawab pada seluruh
kegiatan pemasaran produk akhir dari pabrik pengolahan susu.
b. Kepala
bagian
pelayanan
konsumen,
bertanggung
jawab
untuk
memberikan pelayanan kepada konsumen dalam pemberian informasi
maupun penerimaan keluhan atau masalah pada produk yang dialami
konsumen.
6.3.2 Spesifikasi Pekerjaan
Spesifikasi pekerjaan menunjukkan siapa yang melakukan pekerjaan
tersebut dan faktor-faktor tenaga manusia yang disyaratkan dalam melakukan
pekerjaan tersebut.
Persyaratan-persyaratan tersebut
meliputi pendidikan,
pelatihan, pengalaman dan persyaratan fisik dan mental. Secara umum setiap
pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki keahlian untuk
mendukung pelaksanaan tanggung jawabnya masing-masing. Spesifikasi untuk
masing-masing pekerjaan dapat dijabarkan lebih lanjut pada Lampiran 7.
65
6.3.3 Rekruitmen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan dapat berasal dari masyarakat yang tinggal
di sekitar daerah pembangunan pabrik maupun melakukan rekruitmen di media
cetak maupun elektronik.
6.3.4 Sistem Pengupahan
Gaji dibagikan setiap satu bulan sekali maksimal tanggal 5 setiap
bulannya. Metode pembayaran yang disarankan adalah melalui rekening masingmasing pekerja untuk menjamin keamanan dan ketepatan jumlah pembayaran.
Namun jika hal ini masih sulit dilakukan, pembagian gaji dapat dilakukan oleh
bagian personalia dari manajemen pabrik. Adapun usulan rencana rincian gaji dari
tenaga kerja yang digunakan pada pabrik ini dapat dilihat pada Lampiran 8.
Sedangkan bagi karyawan yang bekerja langsung pada proses produksi susu
sterilisasi Fresh Time akan mendapatkan upah yang dihitung berdasarkan jumlah
jam kerja selama satu bulan. Jam kerja tersebut sangat bergantung pada kuantitas
susu yang diolah oleh pabrik.
6.3.5 Hasil Analisis Aspek Manajemen
Pada skenario I, walaupun layak untuk dilaksanakan, aspek manajemen
yang dijalankan memerlukan perbaikan karena sumber daya yang digunakan
masih sama atau berjabatan ganda sebagai bagian dari divisi pengolahan susu
KPSBU Jawa Barat sehingga belum dapat melakukan tugasnya dengan optimal
dan butuh perbaikan pada aspek ini. Sedangkan pada skenario II dan III, pekerjaan
yang dibutuhkan telah dideskripsikan dengan baik dari aspek wewenang dan
tanggung jawab serta sistem pengupahan sehingga layak untuk dilaksakan.
6.4.
Aspek Hukum
Analisis aspek hukum ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha jika
dipandang dari segi legalitasnya di mata hukum yang berlaku. Suatu usaha
dikatakan layak untuk dijalankan apabila usaha yang akan didirikan atau dibangun
harus memenuhi hukum dan tata aturan yang terdapat di wilayah tersebut.
Analisis aspek hukum meliputi bentuk badan usaha, ijin usaha dan ijin lokasi
pendirian proyek.
66
6.4.1 Bentuk Badan Usaha
Bentuk badan usaha dari lokasi penelitian ini adalah koperasi yang
merupakan badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang bersifat murni, pribadi dan tidak
dapat dialihkan (Umar 2007). Sedangkan menurut UU No. 25 tahun 1992,
koperasi didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandakan kegiatannya berdasarkan prinsipprinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
asas kekeluargaan.
6.4.2 Ijin Usaha
Sebelum memulai usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time, pihak
KPSBU Jawa Barat harus terlebih dahulu mengurus ijin usaha kepada
pemerintahan setempat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta
sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk mendapatkan ijin
usaha dari pihak-pihak tersebut, KPSBU Jawa Barat harus melengkapi data ijin
usaha terlebih dahulu yaitu :
1. Akte pendirian koperasi dari notaris.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) koperasi.
3. Surat tanda daftar perusahaan.
4. Surat ijin tempat usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat.
5. Surat rekomendasi dari kadin setempat.
6. Surat tanda rekanan dari pemerintah daerah setempat.
7. SIUP setempat.
8. Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Penerangan.
Sejauh ini produk susu sterilisasi Fresh Time sudah memiliki ijin usaha,
sertifikasi dari BPOM dan sertifikat halal dari MUI. Sehingga hal ini dapat
meyakinkan konsumen bahwa produk susu sterilisasi Fresh Time halal dan baik
untuk dikonsumsi.
67
6.4.3 Ijin Lokasi Pendirian Pabrik
Dalam melakukan usaha pada skenario II dan III dibutuhkan ijin lebih
lanjut yaitu ijin lokasi pendirian pabrik pengolahan susu. Untuk mendapatkan ijin
tersebut, KPSBU Jawa Barat harus melengkapi persyaratan pembuatan ijin yaitu :
1. Sertifikat (akte) tanah di mana pabrik akan didirikan.
2. Bukti pembayaran PBB terbaru.
3. Rekomendasi dari Rukun Tetangga dan Rukun Warga setempat.
4. Rekomendasi dari kecamatan.
5. KTP dari pemrakasa proyek pendirian pabrik.
6.4.4 Hasil Analisis Aspek Hukum
Melihat dari sudah dimiliki ijin usaha, sertifikat dati BPOM dan MUI
untuk produksi susu sterilisasi Fresh Time, maka dapat disimpulkan bahwa usaha
ini layak untuk dijalankan karena KPSBU Jawa Barat sudah dapat memenuhi
kelengkapan data yang disyaratkan oleh pemerintah. Sedangkan untuk ijin lokasi
pendirian, kelengkapan data yang disyaratkan dapat terpenuhi jika KPSBU Jawa
Barat sudah mulai merealisasikan pendirian pabrik pengolahan susu.
6.5.
Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pada skenario I, adanya usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time tidak
terlalu mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di sekitar KPSBU
Jawa Barat. Dari aspek sosial, adanya usaha ini belum menyebabkan perubahan
seperti wilayah yang bertambah ramai, adanya jalur komunikasi, transportasi
maupun penerangan listrik dan lain sebagainya. Dari aspek ekonomi, adanya
usaha ini belum mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat karena
pengelolaan usaha ini masih dipegang oleh sumber daya koperasi yang sudah ada.
Sedangkan dari segi pendapatan anggota koperasi, usaha ini belum dapat
memberikan tambahan pendapatan karena usaha ini masih dalam tahap permulaan
yang membutuhkan banyak biaya dibandingkan keuntungan yang dihasilkan. Dari
aspek lingkungan, adanya usaha ini tidak membawa dampak yang terlalu negatif
terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan antara lain adalah botol-botol susu
kosong, sedotan, plastik dan kardus susu yang kesemuanya dikumpulkan pada
68
tempat pembuangan sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar
koperasi.
Pada skenario II dan III, dari aspek sosial adanya pabrik pengolahan susu
dapat memberi pengaruh kepada sosial kemasyarakatan seperti bertambah
ramainya lokasi pendirian pabrik, adanya jalur transportasi baru yang dibuka oleh
koperasi guna mempermudah jalannya kegiatan operasional pengolahan dan
pemasaran susu yang juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, serta
adanya jalur komunikasi dan penerangan yang juga dapat bermanfaat bagi
masyarakat sekitar. Dari aspek ekonomi, pendirian pabrik pengolahan susu dapat
menyerap cukup banyak tenaga kerja sehingga dapat
menambah pendapatan
masyarakat. Sedangkan dari aspek lingkungan, pabrik pengolahan susu berusaha
untuk tidak terlalu memberikan dampak negatif kepada lingkungan. Limbah yang
dihasilkan antara lain susu yang terbuang, air, zat kimia untuk membersihkan
mesin dan peralatan serta peralatan pengemasan yang tidak terpakai. Pabrik
pengolahan susu harus melakukan standar pengolahan limbah sehingga tidak
terlalu berdampak negatif bagi lingkungan.
69
Download