Vol. 15, No. 1a, Is. 4 November 2013 DAFTAR ISI Pengaruh

advertisement
Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
DAFTAR ISI
Pengaruh Profitability, Cash Flow, Corporate Tax, Sales Growth, Market
To Book Value, Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio
Edison ................................................................................
1
The Effect Of Service Quality, Price Perception, And Brand Image On
Satisfaction Of The Postpaid Card Customer Of Indosat Mobile Operator
In West Jakarta
Hendra Kurniawan ..............................................................
13
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Auditor
Ivan Kanel .............................................................................
23
Pengaruh Kompensasi, Motivasi, Lingkungan Kerja, Dan Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Karyawan
Karel Tjahjadi ......................................................................
37
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada PerusahaanPerusahaanyang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Ita Trisnawati ....................................................................
49
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
ie ung ung ..................................................................
67
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Lilly Nilawati .......................................................................
87
The Effect Of Independent Commissioner, Institutional Ownership,
Managerial Ownership And Unexpected Earning To Bond Yield With
Bond Rating As Intervening Variable On Companies Rated By Pefindo
Mahmudin Muslim .................................................................... 101
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham
M. Eddy Rosyadi ..................................................................... 115
Pengaruh Brand Awareness, Brand Association, Perceived Quality, Dan
Brand Loyalty Terhadap Purchasing Decisions
Novrita Adriani F .................................................................... 129
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan
Unqualified Opinion With Modified Paragraph Going Concern
M. Arief Effendi ...................................................................... 143
Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
Kebijakan Editorial
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI
secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan
penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis
ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis
dan akuntansi.
JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah
dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA
dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku
untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan
profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi.
Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif
terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan
hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada
JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh
Editor.
Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan
(hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA :
Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440
Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480
E-mail : [email protected]
Pedoman Penulisan Artikel
Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika
penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang
digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan
dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN
Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab
(heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang
disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold)
dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai
berikut:
PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah)
Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri)
Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri)
B. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri
empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan e mail penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian,
motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan
pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai
landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda
Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang
menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang
berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian
selanjutnya, serta 7) Referensi.
C. ABSTRAK
Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan
yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia).
Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda
atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi
(apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca
sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti
dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks
artikel.
D. FORMAT
1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata.
2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x
11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga
setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented
style).
3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time
new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan
gambar.
4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks.
5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas
penulis.
6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor
urut halaman.
7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau
kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika
digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas
matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan
ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya
disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun.
9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis
gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol
%.
10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan
rata marjin kanan.
E. TABEL DAN GAMBAR
1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari
hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel.
2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas
kiri tabel.
3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di
bawah gambar.
4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di
akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan
teks untuk mencantumkan tabel dan gambar.
5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal
hanya pada judul kolom dan akhir tabel.
6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi
tabel, gambar dan sumber kutipan.
F. KUTIPAN DAN REFERENSI
1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup
yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor
halaman jika dipandang perlu.
Contoh:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan
nomor halaman (Jones 1987: 115)
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman
1986)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika
tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b)
f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994).
2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber
kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi
b. Susunan setiap referensi:
1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama
jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit:
nama penerbit.
3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel.
nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan,
halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul,
skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web
dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama
surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan
tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
Contoh:
Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of
Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol.53 (November).
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for
Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997).
Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara
Daftar
Belanja.
Detikcom,
(http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/,
24
Juni 2008).
Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York:
Irwin, Mc Graw Hill Companies.
Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation.
Lexington: University of Kentucky.
Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The
Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636.
. 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate
investment intentions, The Journal of the American Taxation
Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19.
Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian
Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi
Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial.
Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics
Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 1-12
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH PROFITABILITY, CASH FLOW, CORPORATE TAX, SALES
GROWTH, MARKET TO BOOK VALUE, DAN DEBT TO
EQUITY RATIO TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO
EDISON
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract : The purpose of this research is to test and analyze the influence of
profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to book value,
and debt to equity ratio toward dividend payout ratio. This study was also to
compare result of the previous research within the research. Sample of this
research is automotive that listed in Indonesia Stock Exchange for period 20042011. The sampling technique used in this research is purposive sampling, where 6 companies met the criteria and were analyzed using
descriptive statistics and panel data regressions with fixed effect model to
test the hypotheses. The result of this research shows that four variables
which has influence to dividend payout ratio . Those are cash flow, corporate
tax, market to book value, and debt to equity ratio, while Profitability and
sales growth do not influence the dividend payout ratio. Overall, the
independent variables influence capital structure simultaneously.
Keywords: Profitability, Cash Flow, Corporate Tax, Sales Growth, Market to
Book Value, Debt to Equity Ratio, and Dividend Payout Ratio.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
pengaruh profitability, cash flow, corporate tax, sales growth, market to
book value, dan debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio.
Penelitian ini juga bermaksud untuk membandingkan hasil penelitian yang
didapatkan dengan penelitian sebelumnya. Sampel penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2011.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dimana enam perusahaan memenuhi kriteria dan dianalisis dengan statistik deskriptif serta regresi data panel dengan model fixed effect untuk menguji hipotesis. Hasil
penelitian menunjukan bahwa empat variabel mempunyai pengaruh terhadap
dividend payout ratio, yaitu cash flow, corporate tax, market to book value,
dan debt to equity ratio, sedangkan profitability dan sales growth tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Secara simultan, seluruh variabel
independen memiliki pengaruh terhadap dividend payout ratio.
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Kata Kunci: Profitability, Cash Flow, Corporate Tax, Sales Growth, Market
to Book Value, Debt to Equity Ratio, dan Dividend Payout Ratio.
PENDAHULUAN
Pada umumnya investor yang
berinvestasi menginginkan return
yang didapat bisa maksimal. Ada
berbagai instrumen keuangan yang
diperjualbelikan. Salah satu yang
paling banyak diminati adalah saham. Investor yang membeli saham
perusahaan dapat menikmati return
atas hasil investasinya. Return tersebut bisa dalam bentuk capital
gain maupun dividen.
Penetapan kebijakan dividen
sangat didukung oleh para investor.
Dalam hal ini, pembagiaan dividen
akan lebih mensejahterakan investor yang mengharapkan return atas
investasinya. Akan tetapi dilain
pihak, perusahaan juga memiliki
harapan
untuk
meningkatkan
produktifitasnya agar dapat mempertahankan
keberlangsungan
usaha disamping harus mensejahterakan para investornya.
Terdapat beberapa faktor
yang menjadi bahan pertimbangan
untuk menentukan besarnya, kecilnya dividen yang
dibayarkan.
Faktor-faktor tersebut antara lain
profitability, cash flow, corporate
tax, sales growth, market to book
value, dan debt to equity ratio.
Adapun rumusan masalah penelitian
adalah apakah terdapat pengaruh
profitability, cash flow, corporate
tax, sales growth, market to book
value, dan debt equity ratio terhadap dividend payout ratio pada
perusahaan otomotif periode 20042011.
2
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
latar belakang masalah. Kedua,
kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis memuat. Dividend
payout ratio, profitability, cash
flow, corporate tax, sales growth,
market to book value, dan debt
equity
ratio
Ketiga,
metode
penelitian yang memuat metode
pemilihan sampel dan pengumpulan
data, definisi operasional dan pengukuran variabel. Keempat, hasil
penelitian yang menguraikan analisis dan pembahasan temuan
penelitian. Kelima, penutup yang
berisi kesimpulan, keterbatasan
dan rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Dividend Payout Ratio
Menurut Gitman and Zutter
(2012, 7-8) “Stockholder expect to
earn a return by receiving dividends – periodic distribution of
earnings – or by realizing gains
through increases in share price”.
Penelitian
mengenai
dividen,
didominasi oleh 2 teori dasar yaitu
dividend
irrelevance
theory
dikemukakan oleh Modigliani dan
Miller (MM) yang berargumen bahwa pembagian dividen tidak relevan. Dari buku Gitman and Zutter
(2012, 572) MM mengatakan bahwa
nilai perusahaan ditentukan sepenuhnya oleh kemampuan memperoleh pendapatan dan resiko dari
asset (investasi).
ISSN: 1410 -9875
Profitability
Secara keseluruhan, profitability menganalisis akan kemampuan perusahaan menghasilkan profit.
Tanpa profit, perusahaan tidak
dapat menarik dana dari pihak luar.
Pemilik, kreditur, dan manajer
akan berusaha untuk meningkatkan
laba perusahaan karena hal ini sangat penting untuk harga pasar.
Menurut
Gitman
(2012,
601)
menyatakan bahwa, “Profitability
is the relationship between revenues and costs generated by using
the firm’s assets both current and
fixed in productive activities.”
Ha1: Terdapat pengaruh profitbility
terhadap dividend payout ratio.
Cash Flow
Pengertian operating cash
flows Menurut Gitman (2012, 121),
“Operating cash flow is the cash
flow a firm generates from its
normal operations; producing and
selling its output of goods or service. Perusahaan dengan cash flow
yang rendah, menandakan akan kurangnya kemampuan untuk membayar dividen karena kurangnya
jumlah uang tunai yang dimiliki.
Ha2: Terdapat pengaruh Cash flow
terhadap dividend payout ratio.
Corporate Tax
Tax, merupakan retribusi
yang
dibayarkan
kepada
pemerintah.
Perusahaanperusahaan yang memiliki beban
tax yang sangat besar, seharusnya
bisa menggunakan lebih banyak hutang untuk mendapatkan tax shield
incentive. Akan tetapi dengan
menggunakan hutang untuk mengurangi pajak, maka perusahaan
memiliki kewajiban untuk mem-
Edison
bayar bunga hutang terlebih dahulu
dibandingkan membayar dividen.
Menurut Mackenzie et al (2011,
627) menyatakan bahwa, “Income
tax are an expense incurred in operating most business and such are
to be reflected in the entity’s operating result.”
Ha3: Terdapat pengaruh Corporate
tax terhadap dividend
payout
ratio.
Sales Growth
Perusahaan yang sedang masa pertumbuhan yang stabil, biasanya perusahaan tersebut akan
membutuhkan dana lebih banyak
untuk terus meningkatkan jumlah
penjualannya. Sehingga biasanya
uang kas yang dimiliki akan
digunakan untuk keperluan pendanaan bukan untuk membayar dividen. Menurut Harahap (2011, 310)
kenaikan penjualan menunjukkan
persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu.
Ha4: Terdapat pengaruh sales
growth terhadap dividend payout
ratio.
Market to Book Value
Menunjukkan
bagaimana
penilaian investor terhadap kinerja
saham. Jika Market to Book Value
tinggi, maka prospek perusahaan
dianggap akan baik dimasa depan.
Menurut Harahap (2011, 311) “Rasio ini menunjukkan perbandingan
harga saham di pasar dengan nilai
buku tersebut yang digambarkan di
neraca”.
Ha5: Terdapat pengaruh market to
book value
terhadap dividend
payout ratio.
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban yang
ditunjukkan oleh berapa
besar
modal yang dimiliki perusahaan
digunakan untuk membayar hutang.
Menurut Arifin (2007, 85) debt to
equity ratio untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan
November 2013
melunasi hutangnya dengan modal
yang mereka miliki.
Ha6: Terdapat pengaruh debt to
equity ratio
terhadap dividend
payout ratio
Model Penelitian
Berdasarkan pada pembahasan teori sebelumnya, maka model
penelitian yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
GambarG
Profitability
Cash Flow
Corporate Tax
Dividend Payout
Ratio
Sales Growth
Market to Book
Value
Debt to Equity
Ratio
Gambar 1 Model Penelitian
ahaan-perusahaan otomotif yang
METODE PENELITIAN
Pemilihan
Sampel
dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Pengumpulan Data
sejak tahun 2004 hingga
tahun
Sampel yang digunakan da2011. Pemilihan sampel dilakukan
lam penelitian ini adalah perusmenggunakan metode purposive
4
ISSN: 1410 -9875
Edison
sampling, yaitu teknik penentuan
sampel
dengan
pertimbangan
tertentu.
Tabel 1 Proses pemilihan sampel
Jumlah Data
No
Deskripsi
1
Jumlah perusahaan Otomotif dari tahun 20042011 dan tetap listing hingga sekarang
17
2
Jumlah perusahaan Otomotif yang membagikan dividen berturut-turut selama periode penelitian
8
3
Jumlah Data
64
4
Jumlah data berkurang karena proses Log
Natural Operating Cash Flow
Jumlah data yang digunakan sebagai sampel
48
5
Definisi Operasional dan pengukuran Variabel
Dividen Payout Ratio
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah dividend payout ratio. Dividend Payout Ratio
mengukur
perbandingan
antara
48
besarnya dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham dan laba
per lembar saham perusahaan pada
periode tertentu. Menurut Gitman
(2009, 611), Dividend Payout Ratio
dihitung dengan :
Dividend Payout Ratio = Dividend Per Share
Earning Per Share
Profitability
Profitability adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dengan menggunakan asset perusahaan. Dalam penelitian ini, Profit-
ability diukur dengan menggunakan
rasio Return on Total Asset. Return
on Total Asset dapat dihitung
dengan menggunakan rumus (Gitman 2012,81).
Return on Total Asset = Earning available for common stockholder
Total Asset
Cash Flow
Cash flow from operations
adalah aliran kas masuk dan aliran
kas keluar yang berasal dari
kegiatan operasional perusahaan.
Operating cash flow, diperoleh dari
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
arus kas kegiatan operasional perusahaan (Harahap) , Lalu di loga-
November 2013
ritma natural (Gill et al 2010).
Operating cash flow = Ln of net cash flow from operating activities
Corporate Tax
Income tax adalah retribusi
yang
dibayarkan
kepada
pemerintah. Baik dari individual
maupun badan usaha. Saat retribusi
tersebut dikenakan kepada perusCorporate tax =
ahaan, maka akan disebut dengan
corporate tax atau corporate income tax. Pada penelitian ini
menurut Gill (2010) Corporate tax
direpresentasikan dengan :
Tax Paid
_
Profit Before Tax
Sales Growth
Sales Growth diperoleh dari
selisih
sales
periode
tersebut
dengan
periode
sebelumnya
Kenaikan Pen ualan
St St
St
Market to Book Value
Market to book value ratio
(MBV) dapat diukur dengan cara
membandingkan
antara
Market
Market to Book Value Ratio =
(MBV)
dibandingkan dengan sales periode
sebelumnya. Sales Growth dapat
dihitung dengan menggunakan rumus (Harahap 2001, 309) :
Price per Share dengan Book Value
of Equity per Share pada suatu perusahaan (Brigham 2005, 456). Rumus :
Market Price per Share
BV of Equity per Share
3.3.2.6
Debt equity ratio
Debt equity ratio merupakan
perbandingan antara total hutang
dengan modal sendiri. Dimana
menggambarkan seberapa besar perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya. Rumus yang
digunakan (Harahap 2011, 303) :
DER = Total Liabilities : Shareholders equity
6
ISSN: 1410 -9875
Edison
Metode Analisa Data
Berdasarkam
model
penelitian, metode analisa data
dalam penelitian ini menggunakan
regresi panel data. Data akan dia
b
b
b
b
b
Keterangan:
Y
= Dividend Payout Ratio
a
= Konstanta
b1 - b6 = Koefisien regresi untuk
setiap
variabel
independen
X1
= Return on Asset
analisis dengan menggunakan program Eviews 7.
Model regresi berganda dalam
penelitian ini yaitu:
b
e
X2
X3
X4
X5
X6
e
=
=
=
=
=
=
Operating Cash flow
Corporate tax
Sales Growth
Market to Book Value
Debt to Equity Ratio
error
HASIL PENELITIAN
Variabel
Dividend Payout Ratio
Return On Asset
Operating Cash Flow
Corporate Tax
Sales Growth
Market To Book Value
Debt to Equity Ratio
Tabel 2 Statistik Deskriptif
N
Mean
Maksimum
Minimum
48
0.4412
1.574
0.1324
Deviasi
Standar
0.2636
48
48
48
48
48
0.0936
26.6986
0.4713
0.2069
1.9252
0.2043
30.0589
5.4806
0.6400
9.3110
0.0070
21.7869
0.1336
-0.2300
0.1289
0.0515
2.0699
0.7976
0.2075
1.7176
48
1.1506
5.9640
0.2289
1.0498
Sumber: Eviews
Uji t
Tabel 2 Uji t
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Nilai
probabilitas
dari
operating cash flow, corporate tax,
market to book value, dan debt to
equity ratio kurang dari nilai alpha
0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh operating
cash flow, corporate tax, market
to book value, dan debt to equity
Uji F
Tabel 3 Hasil
November 2013
ratio terhadap dividend payout ratio. Sementara nilai probabilitas
dari profitability dan sales growth
lebih dari alpha 0,05. Sehingga
dapat
disimpulkan
variabel
profitability dan sales growth tidak
berpengaruh
terhadap
dividend
payout ratio.
Regresi
Berdasarkan Tabel, model regresinya adalah :
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + e
DPR = -1,799421 – 0,339240 ROA + 0,082391 OCF + 0,016556 Tax – 0,015418
SG + 0,012166 MBV + 0,038746 DER + e
Tabel 4 Nilai Statistik F
F - Statistic
97,64575
Prob (F-statistic)
0,00000
Sumber : Eviews
Berdasarkan tabel, didapatsecara simultan terhadap dividend
kan hasil statistik F hitung sebesar
payout ratio pada perusahaan
97,64575, karena nilai dari F hitung
Otomotif yang terdaftar di Bursa
lebih besar dari F tabel di mana tiEfek Indonesia periode 2004 - 2011.
tik jatuh pada daerah penolakan
H0, maka Ha diterima. Hasil ini
PENUTUP
didukung oleh p-value F sebesar
Dari hasil penelitian, terlihat
0.00000 di mana p-value lebih kecil
bahwa variabel
operating
cash
dari 0.05 sehingga dapat disimpulflow, corporate tax, market to
kan bahwa profitability, operating
book value, dan debt to equity
cash flow, corporate tax, sales
ratio
berpengaruh
terhadap
growth, market to book value, dan
dividend payout ratio, sementara
debt to equity ratio berpengaruh
sisanya profitability, dan sales
8
ISSN: 1410 -9875
growth tidak berpengaruh terhadap
leverage. Keterbatasan penelitian
ini adalah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini hanya perusahaan-perusahaan
pada
sector
otomotif. Sehingga hasilnya kurang
bisa mengeneralisasikan seluruh perusahaan yang go public di Bursa
Efek Indonesia. Selain
itu,
penelitian ini terbatas pada variabel independen yaituprofitability,
operating cash low, corporate tax,
Edison
sales growth, market to book value, dan debt to equity ratio..
Rekomendasi
yang
dapat
diberikan untuk peneliti berikutnya
adalah
menambah
sampel
penelitian sehingga dengan begitu
jumlah data akan lebih banyak.
Menambah
variabel
independen
yang diduga memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (dividend
payout ratio) seperti Managerial
ownership dan ukuran perusahaan.
REFERENSI
Al, Kuwari. 2009. Determinants of the Dividend Policy in Emerging Stock Exchanges: The Case of GCC Countries. P. 38-63
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and William Thomas A. 2011. Statistics for Business and Economics, 11th edition. South Western Cengage
Learnings.
Anil, K and Kapoor,S (2008). Determinant of Dividend Payout Ratio-A Study of
Indian Information Technology Sector”. International Research Journal
of Finance Economics. P. 63-71
Arif, Ahmed, Afsheen abrar, Mehwish Aziz Khan, Ferheen Kayani, Syed
Zulfiqar Ali Shah, Shaheed Zulfiqar Ali Bhutto. 2011. Dividend Policy and
Earnings Management: An Empirical Study of Pakistani Listed Companies, no.2, 68-77
Arifin, Ali. 2007. Membaca Saham : Panduan Dasar Seni Berinvestasi & Teori
Permainan Saham, Kapan Sebaiknya Membeli, Kapan Sebaiknya Menjual.
Edisi Ketiga.Yogyakarta : ANDI CV
Brigham, Eugene F., and Michael C. Enhardt. 2005. Financial Management :
Theory and Practice, 11th edition, Thomson South-Western, Ohio, United
States of America.
Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Gill, Amarjit, Nahum Biger, and Rajendra Tiberwala. 2010. Determinants of
Dividend Payout Ratios : Evidence from United States. The Open Business Journal, no.3, 8-14
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Thirteenth Edition. United States: Pearson Education.
Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics, 5th edition. Singapore: Mc Graw Hill.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, dan
Ronald L. Tatham. 2010. Mutivariate Data Analysis, 7th edition. USA:
Pearson.
Harahap, Sofyan S. 2011. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Indrawati, Titik & Suhendro. 2006. Determinasi Capital Structure pada Perusahaan Manufaktur di BEJ Periode 2000-2004. Jurnal Akuntasi dan Keuangan Indonesia Vol.3 No. 1: 77-105.
Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, and David F.Scott. 2005.
Financial Management. New Jersey : Pearson Education, Inc.
Kieso, Donald.E. and friends 2010. Intermediate Accounting 13th Edition. USA.
JohnWiley and sons.
Mackenzie, Bruce, Danie Coe Tsee, Tapiwa Njikizana, Raymond Chamboko,
and Blaise Colyvas. 2011. Interpretation and Application Internasional
Financial Reporting Standards. Canada : John Wiley & Sons, Inc.
Moyers, Charles, James R. McGuigan, Ramesh P. Rao. 2004. Contemporary Financial Management Fundamentals. Canada : Cengage learning.
Newbold, Paul, William L. Carlson, and Betty Thorne. 2007. Statistics for
Business and Economics. 6th edition. Pearson Education, Inc.
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffrey Jaffe, and Bradford D.
Jordan. 2009. Modern Financial Management, 8th edition. USA: Mc
Graw Hill.
Sartono, Agus. 2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BFPE
Sekaran, Umam, and Bougie Roger. 2010. Research method for business, 5th
edition. John Wiley and Sons Inc.
Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan. Edisi 2.
Mitra Wacana Media.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA
10
Jakarta:Penerbit
ISSN: 1410 -9875
Edison
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan Dua. Edisi ketiga. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Edisi 3.
Yogyakarta: Ekonisia.
Widarjono, Agus. 2010. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Ekonisia
White, Gerald ICFA., Ashwinpaul C. Sndhi Phd, and Dov Fried, Phd.
2003. The Analysis and use of Financial Statements 3rd edition.
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
12
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 13-22
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE EFFECT OF SERVICE QUALITY, PRICE PERCEPTION, AND BRAND
IMAGE ON SATISFACTION OF THE POSTPAID CARD CUSTOMER OF
INDOSAT MOBILE OPERATOR
IN WEST JAKARTA
HENDRA KURNIAWAN
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract : The purpose of this study was to examine the factors that
influence satisfaction. Those factors are the service quality, price
perception, and brand image. The research sample was 150 Indosat Matrix
customers in West Jakarta selected by purposive sampling method. Data
analysis method used is a simple regression analysis and multiple regression
analysis with SPSS 21 program. The result on this research is service quality,
price perception, and brand image have positive influence to satisfaction
individually. And simultaneously, all the independent variables are have
influence to dependent variables satisfaction.
Keyword: Service Quality, Price Perception, Brand Image, Satisfaction.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan faktor-faktor
yang mempengaruhi satisfaction. Faktor-faktor tersebut
adalah
service
quality, price perception, dan brand image. Sampel penelitian ini berjumlah
150 konsumen Indosat Matrix di Jakarta Barat yang dipilih berdasarkan
metode purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah
regresi sederhana dan regresi berganda kemudian diolah dengan program SPSS
21. Hasil penelitian ini adalah service quality, price perception, dan brand
image memiliki pengaruh positif terhadap satisfaction secara individu. Secara
simultan, seluruh variabel independen memiliki pengaruh
terhadap
satisfaction.
Kata Kunci: Service Quality, Price Perception, Brand Image, Satisfaction.
barang mewah yang pemakaiannya
hanya dari kalangan tertentu.
Perkembangan telepon seluler ini
tidak terlepas dari peran para
pemain operator nasional. Beragam
fitur yang terdapat pada tiap-tiap
ponsel keluaran terbaru, tidak akan
PENDAHULUAN
Dewasa
ini,
masyarakat
Indonesia menunjukkan minat yang
luar
biasa
dalam
mengadopsi
teknologi telepon seluler. Telepon
seluler bukan lagi merupakan
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
banyak gunanya bila operator yang
bersangkutan tidak menyediakan
layanan yang mendukung.
Pelanggan telepon seluler di
Indonesia
hingga
tahun
2010
mencapai 211,2 juta pelanggan.
Selama periode tahun 2006 hingga
2010,
rata-rata
pertumbuhan
pengguna
telepon
seluler
di
Indonesia sebesar 57,76 persen per
tahun.
Pesatnya
pertumbuhan
pengguna
seluler
tersebut
mencerminkan tingginya kebutuhan
masyarakat
terhadap
perangkat
komunikasi seluler (Sumber: Badan
Pusat Statistik 2012).
Jumlah penetrasi seluler yang
mendekati
jumlah
populasi
masyarakat Indonesia menyebabkan
kejenuhan di dalam pasar selular
Indonesia.
Banyaknya
pemain
dalam
industri
selular,
menyebabkan konsumen memiliki
banyak pilihan produk yang masingmasing
menawarkan
kelebihan
tersendiri. Selain itu, konsumen di
masa sekarang ini juga
lebih
terdidik dan memiliki tuntutan yang
lebih tinggi. Sebagai akibatnya ,
perubahan pola perilaku konsumen
terjadi terus menerus dan semakin
cepat.
Untuk menghadapi persaingan
dan perubahan perilaku konsumen
itu, maka perusahaan harus bisa
menemukan strategi yang tepat
untuk dapat menciptakan kepuasan
pada para pelanggan mereka.
Kepuasan mencerminkan penilaian
seseorang tentang kinerja produk
yang dirasakan dalam hubungannya
dengan harapan. Kepuasan adalah
perasaan senang atau kecewa
seseorang yang dihasilkan dari
perbandingan kinerja yang diterima
dari suatu produk dengan harapan
mereka.
Penilaian
pelanggan
terhadap kinerja produk tergantung
14
November 2013
pada banyak faktor, terutama jenis
dari loyalitas hubungan pelanggan
dengan merek. Konsumen seringkali
membentuk persepsi yang
lebih
baik dari produk dengan merek
yang telah mereka rasa positif.
Oleh karena itu, sangat penting
bagi
perusahaan untuk
dapat
menciptakan citra merek yang baik
atau positif. Kepuasan itu sendiri
juga akan bergantung pada kualitas
produk dan pelayanan. Sebuah
perusahaan yang paling banyak
memuaskan
kebutuhan
pelanggannya disebut perusahaan
yang berkualitas, tetapi kita perlu
membedakan antara kesesuaian
mutu dan kualitas kinerja. Selain
itu perusahaan harus berhati-hati
dalam memperhatikan persepsi dari
konsumennya sebelum memutuskan
penetapan harga. Banyak pelanggan
yang menggunakan harga sebagai
sebuah indikator dari kualitas, akan
tetapi jika informasi
tentang
kualitas yang sebenarnya tersedia,
maka
harga
menjadi
kurang
berpengaruh
jika
dijadikan
indikator dari kualitas. Oleh karena
itu
perusahaan
harus
dapat
memberikan informasi yang jelas
mengenai kualitas dari produk dan
layanannya agar pelanggan tidak
menjadikan harga sebagai satusatunya indikator dari kualitas.
Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu apakah terdapat
pengaruh
secara
bersama-sama
service quality, price perception,
dan
brand
image
terhadap
satisfaction.
Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
peratama
pendahuluan
menjelaskan
latar
belakang
penelitian. Kedua, kerangka teoritis
dan pengembangan
hipotesis
memuat service quality, price
ISSN: 1410 -9875
perception,
brand
image dan
satisfaction.
Ketiga
metode
penelitian yang memuat metode
penelitian sampel dan pengumpulan
data, deinisi operasional, dan
pengukuran
variabel.
Keempat,
hasil penelitian yang menguraikan
analisis dan pembahasan temuan
penelitian. Kelima, penutup yang
berisi kesimpulan, keterbatasan,
dan
saran
untuk
penelitian
selanjutnya.
KERANGKA
TEORITIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Service Quality
Lovelock dan Wirtz (2011: 406)
mendefinisikan arti service quality
sebagai ”the result of
an
evaluation
process
in
which
customers
compare
their
perceptions of service delivery and
its outcome to what they expect”.
Johny K. Johansson (2009: 424)
mendefinisikan arti service quality
sebagai “Service quality usually a
matter of perceptions of the buyer
at the moment of interaction with
the service provider “.
Service quality dikemukakan
oleh Gronroos (2000) dalam Raza
dan
Rehman
(2012:
5086)
didefinisikan sebagai “The service
quality is the perception of service
consumer developed during the
interaction
with
the
service
provider”.
H1: Terdapat pengaruh service
quality terhadap satisfaction.
Price Perception
Peng dan Wang (2006) dalam
Raza dam Rehman (2012: 5086)
mendefinisikan
bahwa
“price
perception may vary
from
individual
to
individual.
Sometimes, higher price might
Hendra Kurniawan
effects negatively to the consumer
buying decision.”
Oliver (1997) dalam Raza dan
Rehman (2012: 5086) menyatakan
bahwa price perception adalah
“ascertains that consumer makes a
relationship between price and
quality of service.”
Price perception dikemukakan
oleh Kanuk et al. (2010: 194) yaitu
“how a consumer perceives price as
high as low as fair has a strong
influence
on
both
purchases
intentions
and
purchase
satisfaction”.
H2: Terdapat pengaruh price
perception terhadap satisfaction.
Brand Image
Keller
(2013:
72)
mendefinisikan
brand
image
sebagai“
consumers
perception
about a brand, as reflected by the
brand associations
held
in
consumer memory”.
Menurut Dobni et al
(1990)
dalam Raza dan Rehman (2012:
5086) yaitu “brand image is a
picture of brand in consumer’s
memory which is shown by his
response”.
Aaker (1991: 109) menyatakan
bahwa “a brand image is a set of
associations, usually organized in
some meaningful way.”
H3: Terdapat pengaruh brand
image terhadap satisfaction.
Satisfaction
Kotler dan Keller (2012: 150)
mendefinisikan satisfaction sebagai
“a person’s feelings of pleasure or
disappointment that result from
comparing a product’s perceived
performance (or outcome) to
expectations”.
Blackwell et al. (2006: 83) yang
menyatakan bahwa “Satisfaction
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
occurs
when
consumer’s
expectation
are
matched
by
perceived performance”.
Fornell (1992) dalam Raza dan
Rehman
(2012:
5086)
mendefinisikan satisfaction sebagai
“an overall experience of consumer
November 2013
with a certain product or service
and repeat purchase is also
considered in it”.
Berikut ini adalah kerangka
penelitian dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
SERVICE QUALITY
PRICE
PERCEPTION
SATISFACTION
BRAND IMAGE
Gambar 1
Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan
bentuk penelitian kausal
dan
penelitian
deskriptif.
Menurut
Sekaran dan Bougie (2010: 110),
penelitian kausal adalah sebuah
studi
yang
menggambarkan
penyebab dari satu atau lebih
masalah.
Penelitian
deskriptif
menurut Sekaran dan Bougie (2010:
105) dilakukan untuk memastikan
dan menggambarkan karakteristik
16
dari berbagai variabel yang penting
didalam suatu situasi.
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini
adalah pelanggan kartu pasca bayar
dari operator seluler Indosat di
wilayah Jakarta Barat.
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non probability sampling.
Menurut Sekaran dan Bougie (2010:
ISSN: 1410 -9875
268) menyatakan bahwa dalam non
probability sampling, elemen yang
akan terpilih tidak diketahui atau
tidak ditentukan kesempatan untuk
dapat terpilih sebagai subjek.
Teknik penentuan sampel
yang digunakan adalah purposive
sampling. Menurut Sekaran dan
Bougie (2010: 276) teknik purposive
sampling adalah sampling yang
terbatas pada masyarakat golongan
tertentu yang dapat memberikan
informasi yang diinginkan, atau
sesuai dengan beberapa kriteria
yang ditetapkan oleh peneliti.
Hendra Kurniawan
Kriteria
responden
yang
ditetapkan peneliti yaitu pelanggan
kartu pasca bayar dari operator
seluler Indosat di wilayah Jakarta
Barat yang telah menggunakan
layanan selama lebih dari 1 tahun.
Menurut Hair et al (2010:
102) , telah ditemukan bahwa
sampel
sebesar
50
dapat
memberikan hasil yang valid, tetapi
disarankan ukuran sampel minimal
untuk memastikan MLE (Maximum
Likelihood Estimation) yang stabil
adalah menggunakan 100 sampai
150 sampel.
Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
Tabel 1
Tabel Variabel Dan Pengukurannya
No Variabel
Indikator Pertanyaan
Skala
1
Service
Quality
1. Operator
Indosat
mampu Likert
(X1)
menindaklanjuti
permintaan
pelanggan secara tepat waktu.
2. Karyawan
lini
depan
dari
operator Indosat selalu bersedia
untuk membantu saya.
3. Operator Indosat selalu konsisten
dalam menyediakan layanan yang
berkualitas.
4. Operator Indosat menawarkan
layanan yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan pelanggan.
5. Operator Indosat menyediakan
informasi
mengenai
layanan
terbaru secara tepat waktu.
1. Operator Indosat memiliki cara Likert
2
Price Perception
yang tepat untuk memberitahu
(X2)
pelanggan tentang harga produk
dan layanannya.
2. Kebijakan penentuan harga untuk
produk dan layanan dari operator
Indosat menarik.
3. Operator Indosat menawarkan
tarif telepon yang wajar.
4. Operator Indosat menawarkan
berbagai layanan dengan harga
yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan saya
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
3
Brand Image (X3)
4
Satisfaction (Y)
November 2013
5. Saya akan tetap menggunakan
operator Indosat kecuali jika
harganya naik secara signifikan
untuk layanan yang sama.
1. Saya menyadari bahwa reputasi Likert
dari operator Indosat baik.
2. Saya merasa bahwa operator
Indosat memiliki tanggung jawab
sosial yang baik.
3. Operator Indosat menyampaikan
citra merek yang baik kepada
pelanggannya.
1. Saya puas dengan keseluruhan Likert
kualitas layanan dari operator
Indosat.
2. Saya puas dengan kemampuan
profesional dari operator Indosat.
3. Saya
puas
dengan
kinerja
karyawan lini depan
dari
operator Indosat.
4. Saya
merasa
nyaman
berhubungan dengan operator
Indosat.
HASIL PENELITIAN
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Usia
21-25
26-30
31-35
>36
Pekerjaan
Karyawan Swasta
PNS
Wirausaha
Ibu Rumah Tangga
Lainnya
Tabel 3
18
N
Persentase
72
78
48%
52%
25
62
47
16
16%
41.3%
31.3%
10.7%
81
12
16
17
24
54%
8%
10.7%
11.3%
16%
ISSN: 1410 -9875
Hendra Kurniawan
Hasil Uji Hipotesis 1
Model
R
R2
B
T
Sig
(Constant)
TTL_SQ
0.645
0.417
6.361
0.466
7.753
10.279
0.000
0.000
Berdasarkan tabel 3 hubungan
variabel service quality terhadap
satisfaction
memiliki
hubungan
yang kuat dan positif 0.645 dengan
variabel satisfaction yang dapat
dijelaskan oleh variabel service
quality sebesar 41.7%. Berdasarkan
tabel tersebut nilai sig < 0.05 yang
berarti terdapat pengaruh service
quality terhadap satisfaction.
Model regresi dari variabel service
quality adalah Y = 6.361 + 0.466 +
e.
Tabel 4
Hasil Uji Hipotesis 2
Model
R
R2
B
T
Sig
(Constant)
TTL_PP
0.654
0.427
3.949
0.580
3.838
10.509
0.000
0.000
Berdasarkan tabel 4 hubungan
variabel price perception terhadap
satisfaction
memiliki
hubungan
yang kuat dan positif 0.654 dengan
variabel satisfaction yang dapat
dijelaskan oleh variabel price
perception
sebesar
42.7%.
Berdasarkan tabel tersebut nilai sig
< 0.05 yang berarti terdapat
pengaruh
price
perception
terhadap satisfaction.
Model regresi dari variabel price
perception adalah Y = 3.949 + 0.580
+ e.
Tabel 5
Hasil Uji Hipotesis 3
Model
R
R2
B
T
Sig
(Constant)
TTL_BI
0.529
0.280
6.514
0.701
5.999
7.583
0.000
0.000
Berdasarkan tabel 5 hubungan
variabel brand image terhadap
satisfaction
memiliki
hubungan
yang sedang dan positif 0.529
dengan variabel satisfaction yang
dapat dijelaskan oleh
variabel
brand
image
sebesar
28%.
Berdasarkan tabel tersebut nilai sig
< 0.05 yang berarti terdapat
pengaruh brand image terhadap
satisfaction.
Model regresi dari variabel brand
image adalah Y = 6.514 + 0.701+ e.
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Tabel 6
Hasil Uji Hipotesis 4
Model
R
Adjusted R2
B
F
Sig
(Constant)
TTL_SQ
TTL_PP
TTL_BI
0.748
0.550
1.406
0.228
0.382
0.184
61.692
0.000
Berdasarkan tabel 6 hubungan
variabel service quality, price
perception
dan
brand
image
terhadap
satisfaction
memiliki
hubungan yang kuat dan
positif
0.748 dengan variabel satisfaction
yang dapat dijelaskan oleh variabel
service quality, price perception
dan brand image sebesar 55%.
Berdasarkan tabel tersebut nilai sig
< 0.05 yang berarti terdapat
pengaruh service quality, price
perception
dan
brand
image
terhadap satisfaction.
Model regresi dari variabel brand
image adalah Y = 1.406 + 0.228
+0.382 + 0.184+ e
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian
di
atas
menunjukan
terdapat
pengaruh service quality, price
perception
dan
brand
image
terhadap
satisfaction.
Hasil
penelian diatas juga menunjukkan
terdapat pengaruh service quality,
price perception dan brand image
secara
bersama-sama
terhadap
satisfaction.
Keterbatasan
dalam
penelitian
ini
antara
lain:
keterbatasan waktu, biaya dan
tenaga
maka
responden
yang
digunakan dalam penelitian
ini
hanya 150 orang, dimana 150 orang
tersebut dianggap telah mewakili
suatu
populasi.
Variabel
independen yang digunakan dalam
penelitian ini hanya 3 yaitu service
quality, price perception dan brand
image, serta variabel dependennya
yaitu satisfaction. Penelitian ini
hanya
dilakukan
terhadap
responden
yang
menggunakan
layanan pasca bayar Indosat selama
lebih dari 1 tahun, tidak berlaku
bagi
responden
yang
baru
berlangganan layanan pasca bayar
dari Indosat.
Adapun rekomendasi atau
saran yang dapat penulis berikan
pada penelitian selanjutnya yaitu
sebaiknya
menambah
jumlah
sampel dan daerah penyebaran
kuesioner
serta
melakukan
penambahan jumlah indikator yang
berkaitan
dengan
variabel
dependen, yaitu Satisfaction.
REFERENSI
Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity: capitalizing on the value of a
brand name. USA: David A. Aaker.
Anderson, david R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011.
Statistics for Business and Economics.11th Edition. South- Western:
CENGANGE LEARNING.
BadanPusatStatistik. Statistik Telekomunikasi Indonesia 2011. November 2012.
Blackwell et al. 2006. Consumer Behavior.10th Edition. USA: Thomson.
20
ISSN: 1410 -9875
Hendra Kurniawan
Clow, Kenneth, and Donald Baack. 2010. Integrated Advertising, Promotion,
and Marketing Communications. 4th Edition. By: Pearson Prentice Hall.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson.
2010. Multivariate Data Analysis: Global Perspective. 7th Edition. New
Jersey: Pearson Education.
Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management.4th Edition. England:
Pearson Education Limited.
Kotler, Philip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. 14eth
Edition. England: Pearson Education Limited.
Berry, Leonard L. and A. Parasuraman. 1991. Marketing Services. USA:
Macmillan, Inc.
Lovelock, Christopher, and JochenWirtz. 2011. Service Marketing. 7th Edition.
By: Pearson.
Raza Ali, and Zia Rehman. 2012. Impact of relationship marketing tactics on
relationship quality and customer loyalty. African Journal of Business
Management, Vol. 6(14), April, pp. 5085-5092
Schiffman, Leon G., and Leslie Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behavior.
10thEdition. New Jersey: prentice Hall.
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods For Business. 5th
Edition. United Kingdom: John Wiley & Sons, Ltd.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
22
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 23-36
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA AUDITOR
IVAN KANEL
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: This study examined the effect of audit structure, role ambiguity, role
conflict, good governance understanding, independency, and organizational
commitment on performance of auditors. Sample of this study is auditors from audit
firms in Jakarta. The instrument of this study is questionnaire which distributed
directly to the auditors. Data analysis used multiple regression analysis. The result
of research showed audit structure, role ambiguity, role conflict and organizational
commitment significantly affect performance of auditors, but good governance
understanding and independency didn’t significantly affect performance of auditors.
Keywords: Audit Structure, Role Ambiguity, Role Conflict, Good Governance
Understanding, Independency, Organizational Commitment, Auditor’s
Performance.
Abstrak: Penelitian ini menguji pengaruh struktur audit, ketidakjelasan
peran, konflik peran, pemahaman tata kelola yang baik, kemandirian, dan
komitmen organisasi terhadap kinerja auditor. Sampel dari penelitian ini
adalah auditor dari kantor akuntan publik di Jakarta. Instrumen penelitian
ini adalah kuesioner yang dibagikan langsung kepada auditor. Analisis data
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil
penelitian
menunjukkan
struktur audit, ketidakjelasan peran, konflik peran dan komitmen organisasi
secara signifikan mempengaruhi kinerja auditor, tetapi pemahaman tata
pemerintahan yang baik dan independensi tidak berpengaruh
secara
signifikan terhadap kinerja auditor.
Kata Kunci: Struktur Audit, Ketidakjelasan Peran, Konflik Peran, Pemahaman
Tata Kelola yang Baik,
Kinerja Auditor
Kemandirian,
Komitmen
Organisasi,
independensi kinerja
akuntan
publik. Pada dasarnya, kinerja
auditor
yang baik
merupakan
perwujudan kerja yang dilakukan
demi tercapainya suatu hasil yang
mampu
membantu
perusahaan
dalam mencapai visi dan misinya.
Kinerja auditor merupakan tolak
PENDAHULUAN
Dengan banyaknya berbagai
kasus dimana seorang auditor
melakukan kecurangan-kecurangan,
misalnya pada kasus Enron telah
mengakibatkan pihak masyarakat
meragukan
kredibilitas
dan
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
ukur
yang
digunakan
untuk
menentukan tingkat efisiensi dan
efektivitas hasil kerja auditor
selama
melakukan
keseluruhan
proses
pekerjaannya.
Kinerja
auditor yang baik tidak dapat
dicapai oleh individu itu sendiri,
melainkan oleh seluruh pihak-pihak
yang ikut terlibat dalam
proses
audit tersebut.
Penelitian
ini
merupakan
replikasi dan pengembangan dari
penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhan (2011) yang meneliti
tentang pengaruh struktur audit,
konflik peran,
ketidakjelasan
peran,
dan
good
governance
terhadap kinerja auditor. Terdapat
beberapa
perbedaan
dalam
penelitian ini dengan penelitian
terdahulu, yaitu pada hal waktu
penggunaan
sampel
penelitian
dimana
penelitian
terdahulu
meneliti para auditor yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik yang
berada di DKI Jakarta pada tahun
2011. Sedangkan dalam penelitian
ini waktu penggunakan sampel
penelitian para
auditor
yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik
yang berada di DKI Jakarta pada
tahun 2012.
Selain itu dalam penelitian ini
terdapat perbedaan juga dalam
penggunaan
variabel
independennya.
Adanya
penambahan independen dalam
penelitian
terdahulu
berupa
independensi
dan
komitmen
organisasi (Trisnaningsih 2007).
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kinerja auditor
Kinerja pada
dasarnya
adalah apa yang dilakukan atau
tidak dilakukan karyawan sehingga
mempengaruhi seberapa banyak
24
November 2013
mereka
memberikan
kontribusi
kepada instansi atau organisasi
termasuk kualitas pelayanan yang
disajikan (Sutrisno 2009). Menurut
Ramadhan (2011), pada dasarnya,
kinerja dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu kinerja individu dan kinerja
organisasi.
Kinerja
individu
merupakan hasil yang didapat oleh
karyawan berdasarkan peraturan
yang telah ditentukan. Kinerja
organisasi merupakan hasil kerja
yang didapat oleh suatu kelompok
dalam organisasi setelah kelompok
tersebut
melaksanakan
seluruh
tugasnya.
Cara
pengukuran
kinerja
pada
umunya
adalah
melalui
kuantitas, kualitas dan ketepatan
waktu. Auditor merupakan profesi
di
bidang
akuntan
yang
membutuhkan
individu-individu
berkualitas dan profesional dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Struktur Audit
Menurut Ranson et al. (1980)
dalam Bamber et al.
(1989),
struktur
merupakan
pengaturan
sejumlah orang, tugas, otoritas
untuk mencapai kontrol yang lebih
baik dalam kinerja organisasi.
Menurut Ramadhan (2011) struktur
audit merupakan suatu pendekatan
sistematis yang digunakan sebagai
alat bantu dalam melakukan proses
audit. Menurut Fanani et al. (2008)
struktur audit berisikan tentang
langkah-langkah penentuan audit,
rangkaian
prosedur,
keputusan,
dokumentasi
temuan
audit
berdasarkan kebijakan audit yang
komprehensif
dan
terintegrasi
untuk
membantu
auditor
melakukan audit.
Pendekatan
audit
yang
terstruktur
menekankan
pada
intergitas
dan
komprehensif
ISSN: 1410 -9875
kebijakan,
prosedur
dan
alat
keputusan
untuk
mentransformasikan penilaian dan
bukti ke dalam suatu opini audit
(Asih 2006). Semakin komplek suatu
struktur audit, maka semakin baik
pula hasil opini yang dikeluarkan
dan semakin bagus pula kinerja
auditor tersebut. Hipotesis yang
digunakan adalah:
Ha1: Struktur audit berpengaruh
terhadap kinerja auditor.
Ketidakjelasan Peran
Ketidakjelasan
peran
merupakan adalah tidak adanya
informasi yang memadai yang
diperlukan
seseorang
untuk
menjalankan perannya dengan cara
yang memuaskan (Agustina 2009).
Ketidakjelasan peran juga dapat
didefinisikan sebagai tidak adanya
prediktabilitas hasil dan tidak
adanya kejelasan perilaku yang
harus
dilakukan
sehingga
menyebabkan seseorang
tidak
paham akan deskripsi tugasnya
(Fanani et al. 2008).
Karena dengan timbulnya
ketidakjelasan peran dalam suatu
KAP, dapat membuat
kinerja
auditor menjadi kurang optimal
dalam
menangani
kliennya,
sehingga dapat menurunkan kinerja
seorang auditor.
Ha2:
Ketidakjelasan
peran
berpengaruh
terhadap
kinerja
auditor.
Konflik Peran
Puspa dan Riyanto
(1999)
dalam
Assegaf
(2005)
mengemukakan
konflik
peran
merupakan suatu gejala psikologis
yang dialami oleh
anggota
organisasi yang dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman dalam bekerja
dan secara profesional
dapat
Ivan Kanel
menurunkan motivasi kerja. Konflik
peran adalah suatu konflik dalam
diri pribadi seseorang yang timbul
akibat
dari
mekanisme
pengendalian birokratis organisasi
yang tidak sesuai dengan norma,
aturan, etika dan kemandirian
profesional (Amilin 2009). Menurut
Ramadhan (2011), konflik peran
merupakan suatu kondisi konflik
yang timbul karena mekanisme
pengendalian
peraturan
dalam
organisasi tidak sesuai dengan
norma,
aturan,
etika,
dan
kemandirian profesional.
Konflik peran yang mungkin
muncul bagi seorang auditor adalah
ketika sebagai seorang auditor
independen yang mengemban tugas
dan bekerja di KAP, dihadapkan
dengan
permintaan
yang
disampaikan klien
atas
hasil
temuan yang tidak sesuai dengan
harapan klien. Hal ini akan menjadi
permasalahan yang serius dalam
kinerja auditor, akan ada tekanan
yang kuat bagi seorang auditor jika
menghadapi kasus ini. Hipotesis
yang digunakan adalah:
Ha3: Konflik peran berpengaruh
terhadap kinerja auditor.
Pemahaman Good Governance
Menurut Ramadhan (2011),
good governance adalah tata kelola
perusahaan yang baik berlandaskan
pada
etika
profesional.
Good
governance
merupakan
cara
pengelolaan
perusahaan
secara
sedemikian rupa sehingga dapat
mendorong
kinerja
perusahaan,
memberikan nilai ekonomis bagi
para pemegang saham
maupun
manajemen perusahaan. Penerapan
di dalam KAP
bertujuan
agar
auditor dapat memiliki arahan yang
jelas
dalam
melaksanakan
tugasnya. Auditor yang paham akan
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
tugas dan kewajibannya akan
mampu menghasilkan produk jasa
yang lebih aktual dan terpercaya
sehingga mampu
mewujudkan
kinerja yang lebih baik dan
optimal.
Adapun prinsip dasar konsep
good governance pada organisasi
KAP meliputi: 1) Fairness 2)
Transparency 3) Accountability 4)
Responsibility (Trisnaningsih 2007).
Hipotesis yang digunakan adalah:
Ha4: Pemahaman good governance
berpengaruh
terhadap
kinerja
auditor.
Independensi Auditor
Independensi
adalah
sikap
mental auditor yang bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak tergantung pada
orang lain dan tidak mudah
dipengaruhi dalam melaksanakan
pekerjaannya
(Dali
2011).
Independensi
auditor
dibagi
menjadi 2, yaitu: (1) independensi
sikap mental, yang menyangkut
tentang sikap independen
dari
dalam diri auditor itu sendiri dalam
mempertimbangkan bukti dan fakta
yang diterima auditor
secara
objektif
untuk
menyatakan
opininya;
(2)
independensi
penampilan,
yang
menyangkut
tentang
pandangan
dari
sisi
masyarakat dan pihak umum bahwa
auditor bersikap independen.
Seorang
auditor
yang
mempertahakan integritas, akan
bertindak jujur dan tegas dalam
mempertimbangkan fakta, terlepas
dari kepentingan pribadi. Auditor
26
November 2013
yang
mempertahankan
independensinya,
tidak
akan
terpengaruh dan dipengaruhi oleh
berbagai kekuatan yang
berasal
dari luar diri auditor dalam
mempertimbangkan
fakta
yang
dijumpainya dalam pemeriksaan
(Yuskar 2011, 4). Hipotesis yang
digunakan adalah:
Ha5:
Independensi
auditor
berpengaruh
terhadap
kinerja
auditor.
Komitmen Organisasi
Menurut Mathis dan Jackson
(2004) dalam Marganingsih (2010),
komitmen organisasi adalah tingkat
sampai dimana pegawai yakin dan
menerima tujuan organisasi, serta
berkeinginan untuk tinggal bersama
organisasi tersebut. Menurut Yuskar
(2011, 05), komitmen organisasi
merupakan kondisi dimana pegawai
sangat tertarik terhadap tujuan,
nilai-nilai
dan
sasaran
organisasinya. Komitmen organisasi
adalah perpaduan antara sikap dan
perilaku
seseorang
dalam
memenuhi kewajibannya.
Komitmen yang tepat akan
memberikan motivasi yang tinggi
dan memberikan dampak yang
positif terhadap kinerja auditor.
Hipotesis yang digunakan adalah:
Ha6:
Komitmen
organisasi
berpengaruh
terhadap
kinerja
auditor.
Untuk
mempermudah
memahami penelitian ini, Peneliti
membuat model penelitian sebagai
berikut:
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
Struktur Audit
Ketidak elasan
Peran
Konflik Peran
Pemahaman Good
Governance
Kiner a Auditor
Independensi
Auditor
Komitmen
Organisasi
METODA PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah para auditor yang bekerja
pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang berada di DKI Jakarta. Metode
pemilihan sampel yang digunakan
adalah
penggabungan
metode
purposive
sampling.
Metode
purposive sampling digunakan agar
responden yang memenuhi kriteria
dapat dijadikan sampel penelitian.
Sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah auditor yang
memiliki latar belakang pendidikan
minimal S1 jurusan akuntansi,
mempunyai pengalaman kerja di
KAP minimal 2 tahun dan bekerja di
KAP di DKI Jakarta (Ramadhan
2011).
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukuran
Variabel kinerja auditor dalam
penelitian ini diukur menggunakan
instrumen
yang
dikembangkan
Kalbers dan Forgarty (1995) yang
direplikasikan oleh Fanani et al.
(2008) dengan jumlah sebanyak
tujuh butir pertanyaan . Dengan
angka penilaian, yaitu: nilai 1 =
sangat tidak setuju, 2 = tidak
setuju, 3 = agak setuju, 4 = setuju,
5 = sangat setuju
Variabel struktur audit dalam
penelitian ini diukur menggunakan
instrumen
yang
dikembangkan
Bowrin (1998) yang direplikasikan
oleh Fanani et al. (2008) dengan
jumlah
sebanyak
lima
butir
pertanyaan.
Dalam
kuesioner
nantinya skala pengukuran yang
digunakan untuk variabel struktur
audit akan terbagi menjadi 2 yaitu:
yang pertama, nilai 1 = sangat tidak
rinci, 2 = tidak rinci, 3 = cukup, 4 =
rinci, 5 = sangat rinci. Lalu yang
kedua, nilai 1 = tidak pernah, 2 =
pernah, 3 = kadang-kadang, 4 =
sering, 5 = sangat sering.
Variabel
ketidakjelasan
peran dalam penelitian inidiukur
dengan
menggunakan
dengan
instrumen dengan dikembangkan
oleh Rizzo et al. 1970 dalam Fanani
et al. 2008 yang terdiri dari 6
pertanyaan
dengan
teknik
pengukuran skala likert. Adapun
ukuran untuk menilai jawaban
responden yaitu: (1) sangat tidak
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
setuju, (2) tidak setuju, (3) agak
setuju, (4) setuju, (5) sangat
setuju.
Variabel konflik peran dalam
penelitian
ini
diukur
dengan
menggunakan
instrumen
yang
dikembangkan oleh Rizzo et al.
(1970) yang telah
direplikasikan
oleh Fanani et al. (2008) dengan
jumlah
sebanyak
tujuh
butir
pertanyaan
.
Dengan
angka
penilaian, yaitu: nilai 1 = sangat
tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 =
agak setuju, 4 = setuju, 5 = sangat
setuju.
Variabel pemahaman good
governance dalam penelitian ini
diukur
dengan
menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh
Indonesian Institute of Corporate
Governance
yang
telah
direplikasikan oleh Trisnaningsih
(2007) dengan jumlah sebanyak
delapan butir pertanyaan. Dengan
angka penilaian, yaitu: nilai 1 =
sangat tidak setuju, 2 = tidak
setuju, 3 = agak setuju, 4 = setuju,
5 = sangat setuju.
Variabel independensi auditor
dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan
instrumen
yang
dikembangkan Mautz dan Sharaf
(1961) dalam Trisnaningsih (2007)
yaitu: Independensi penyusunan
program, Independensi investigatif,
dan
Independensi
pelaporan.
Variabel independensi auditor ini
diukur
dengan
menggunakan
instrumen yang terdiri dari 11
pertanyaan dengan menggunakan
teknik pengukuran 5 (lima) point
skala likert, antara lain 1 = sangat
tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 =
agak setuju, 4 = setuju, 5 = sangat
setuju.
Variabel komitmen organisasi
diukur
dengan
menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh
28
November 2013
Meyer dan Allen (1984), telah
direplikasi
oleh
Trisnaningsih
(2003). Instrumen terdiri dari 7
item komitmen organisasi affectif
dan 5 item komitmen continuance
dengan 5 poin skala likert. Adapun
ukuran untuk menilai jawaban
responden yaitu: (1) sangat tidak
setuju, (2) tidak setuju, (3) agak
setuju, (4) setuju, (5) sangat
setuju.
Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan teknik
kuesioner yang dibagikan secara
langsung kepada para auditor yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di DKI Jakarta. Dalam
penelitian ini KAP yang terpilih
menjadi sampel akan dihubungi dan
sebagian kuesioner dikirim sendiri
oleh peneliti
secara
langsung
kepada masing-masing KAP untuk
diminta membantu penelitian ini
dengan mengisi kuesioner yang
telah disiapkan.
Metode Analisis Data
Peneliti
menggunakan
metode
kuantitatif
dalam
menganalisa
data
yang
telah
dikumpulkan
dan
untuk
mempermudah dalam menganalisa
data yang diukur dalam penelitian.
Alat analisis yang digunakan untuk
menguji
hipotesis
menggunakan
regresi
berganda
(multiple
regression).
Model
persamaan
linear berganda yang digunakan:
Y = α + β1SA + β2KeP + β3KoP + β4GG
+ β5I + β6KO + e
Dimana:
Y
: kinerja auditor
α
: konstanta
β1 ‐ β6 : koefisien regresi
SA
: struktur audit
KeP : ketidakjelasan peran
KoP : konflik peran
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
GG
:
pemahaman
governance
I
: independensi
good
KO
: komitmen organisasi
e
: error (variabel lain yang
tidak dijelaskan dalam model)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Statistik Deskriptif Responden
SA
KeP
KoP
GG
N Valid
109
109
109
109
Missing
0
0
0
0
Mean
20,42 11,61 17,70 33,99
Std.
2,12
3,05
5,45 4,02
Deviation
Minimum
13
6
7
24
Maximum
25
20
30
40
I
KO
109
109
0
0
43,88 42,40
6,65
6,99
23
55
22
60
KA
109
0
25,20
5,32
14
35
Uji Kualitas Data
Uji Validitas
Hasil uji validitas sebagai berikut:
Struktur Audit
1
2
3
4
5
Ketidakjelasan
Peran
1
2
3
4
5
6
Konflik Peran
1
2
3
4
5
6
7
Sig (2-tailed)
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sig (2-tailed)
Keterangan
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sig (2-tailed)
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Pemahaman
Good Governance
1
2
3
4
5
6
7
8
Independensi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Komitmen
Organisasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kinerja
Auditor
1
2
3
30
November 2013
Sig (2-tailed)
Keterangan
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sig (2-tailed)
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sig (2-tailed)
Keterangan
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sig (2-tailed)
Keterangan
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
Kinerja
Auditor
4
5
6
7
Sig (2-tailed)
Keterangan
0,000
0,000
0,000
0,000
Valid
Valid
Valid
Valid
Berdasarkan tabel, hasil uji
validitas untuk setiap variabel
menunjukan nilai Sig dibawah 0,05
yang memiliki arti bahwa setiap
butir pertanyaan dari masing-
Variabel
Struktur Audit
Ketidakjelasan Peran
Konflik Peran
Pemahaman good
governance
Independensi
Komitmen Organisasi
Kinerja Auditor
Berdasarkan tabel, Hasil uji
reliabilitas
menunjukan
bahwa
semua variabel memiliki nilai
Cronbach Alpha yang lebih besar
dari 0,6 sehingga semua variabel
N
Kolmogorov-Smirnov
Z
Asymp.
Sig.
(2tailed)
Berdasarkan tabel, hasil uji
normalitas
menunjukan
nilai
Asymp. Sig.
(2-tailed)
sebesar
0,424 lebih besar dari 0,05 yang
berarti
bahwa
data
dalam
penelitian ini berdistribusi normal.
masing pertanyaan adalah valid dan
dapat digunakan dalam penelitian
Uji Reliabilitas
Hasil
uji
reliabilitas
berikut:
Cronbach Alpha
0,6045
0,8541
0,8770
Keterangan
Reliable
Reliable
Reliable
0,8525
Reliable
0,9049
0,8759
0,9420
Reliable
Reliable
Reliable
dinyatakan reliable dan
digunakan dalam penelitian.
Uji Normalitas
Hasil
uji
normalitas
berikut:
sebagai
dapat
sebagai
Unstandardized
Residual
109
0,878
0,424
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas sebagai
berikut:
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
0,822
1,216
0,563
1,776
0,893
1,120
Variabel
Struktur Audit
Ketidakjelasan Peran
Konflik Peran
Pemahaman
Governance
Independensi
Komitmen Organisasi
Good
Berdasarkan tabel, hasil uji
multikolinearitas
menunjukan
bahwa
untuk
setiap
variabel
independen
memiliki
nilai
tolerance yang lebih besar dari 0,1
dan nilai VIF yang lebih kecil dari
Variabel
Struktur Audit
Ketidakjelasan Peran
Konflik Peran
Pemahaman
Governance
Independensi
Komitmen Organisasi
Berdasarkan tabel, hasil uji
heteroskedastisitas
menunjukan
bahwa nilai sig untuk
setiap
variabel independen lebih
besar
dari
0,05.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa dalam model
Variabel
Res_2
Berdasarkan tabel, hasil uji
autokorelasi menunjukan
bahwa
nilai sig pada Res_2 lebih kecil dari
0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam model regresi ini
terdapat autokorelasi.
32
November 2013
0,530
0,636
0,691
1,886
1,573
1,447
10. Dapat disimpulkan bahwa dalam
model regresi ini tidak terjadi
Multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas sebagai
berikut:
Sig
0,200
0,637
0,079
Good
0,221
0,056
0,051
regresi
ini
tidak
terdapat
heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi
sebagai
berikut:
Sig
0,001
Uji Hipotesis
2
Uji R dan Uji Adjusted R
Hasil pengujian koefisien korelasi
dan koefisien determinasi sebagi
berikut:
ISSN: 1410 -9875
R
0,655
R Square
0,429
Ivan Kanel
Adjusted R
Square
0,396
Berdasarkan
tabel,
menunjukan nilai R sebesar 0,655
yang artinya hubungan
antar
variabel independen dan variabel
dependen adalah kuat karena
memiliki nilai korelasi lebih besar
dari 0,5. Sedangkan nilai Adjusted
2
R
atau koefisien
determinasi
sebesar 0,396. Ini menunjukan
bahwa
variasi
dari
variabel
Model
Regression
yang
0,000
0,05.
dalam
Berdasarkan tabel, nilai sig
didapatkan adalah sebesar
lebih kecil dari nilai alpha
Dapat disimpulkan bahwa
model regresi ini fit serta
Variabel
Struktur Audit
Ketidakjelasan Peran
Konflik Peran
Pemahaman
Governance
Independensi
Komitmen Organisasi
Berdasarkan tabel, untuk
variabel
struktur
audit,
ketidakjelasan peran, konflik peran
dan komitmen organisasi memiliki
nilai sig di bawah 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesi Ha
dapat diterima dan berarti struktur
audit, ketidakjelasan peran, konflik
peran dan komitmen organisasi
mempengaruhi
kinerja
auditor.
Untuk variabel pemahaman good
governance dan independensi nilai
Std. Error of the
Estimate
4,139
dependen yang dapat
dijelaskan
oleh variabel independen adalah
sebesar 39,6%. Sedangkan sisanya
sebesar 60,4% dijelaskan oleh
faktor-faktor
yang
tidak
bisa
dijelaskan dalam model regresi ini.
Uji F
Hasil Uji F sebagai berikut:
F
12,790
Sig
0,000
layak untuk
penelitian.
digunakan
dalam
Uji t
Hasil uji t sebagai berikut:
B
0,524
-0,444
0,377
Sig
0,013
0,012
0,000
0,095
-0,001
0,196
0,486
0,987
0,005
Good
sig di atas 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesi Ha
ditolak dan berarti pemahaman
good governance dan independensi
tidak
mempengaruhi
kinerja
auditor.
PENUTUP
Penelitian ini menunjukan
bahwa, variabel struktur audit,
ketidakjelasan peran, konflik peran
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
dan
komitmen
organisasi
berpengaruh
terhadap
kinerja
auditor. Tetapi untuk variabel
pemahaman good governance dan
independensi
auditor
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
auditor.Keterbatasan
dalam
penelitian
ini
adalah
dalam
penelitian
ini
masih
terdapat
permasalahan autokorelasi, objek
penelitian hanya meliputi auditor
yang bekerja di KAP di DKI Jakarta,
dalam
penelitian
ini
variabel
November 2013
independen yang digunakan lebih
berfokus pada faktor eksternal
auditor dan hanya menggunakan
metode. Rekomendasi yang dapat
peneliti
berikan
adalah
jika
mengalami
permasalahan
autokorelasi, dapat menambahkan
variabel lain, memperluas objek
penelitian, menggunakan faktor
internal auditor pada variabel
independen
dan
menerapkan
metode wawancara.
REFERENSI
Agustina, Lidya. 2009. Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, dan
Kelebihan Peran terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor, Jurnal
Akuntansi, Mei, Vol. 1, No. 1, hal 40-69.
Amilin, dan Apriani. 2009. Analisis Pengaruh Orientasi Profesional terhadap
Kinerja Auditor Konflik Peran Sebagai Variabel Intervening, Jurnal
Ilmiah, Juli, Vol. 3, No. 2, hal 420-427.
Asih, Rike Dewi. 2006. Pengaruh Interaksi Locus Of Control Auditor dan
Struktur Audit terhadap Kinerja Auditor: Studi pada KAP di Kota
Surabaya dan Malang, Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi,
September, Vol. 3, No. 2, hal. 121-145.
Assegaf, Yasmin Umar. 2005. Pengaruh Konflik Peran dan Stres Kerja Terhadap
Komitmen Organisasi (Studi pada Akuntan Publik dan Akuntan
Pemerintah di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2005),
Jurnal
Akuntansi dan Bisnis, Agustus, Vol. 5, No. 2, hal 91-106.
Bamber, Michael. dan dkk. 1989. Audit Structure and Its Relation to Role
Conflict and Role Ambiguity: An Empirical Investigation, The
Accounting Review, April Vol. LXIV, No. 2, hal. 285-299.
Dali, Nasrullah. 2011. Analisis Kinerja Auditor Internal Pemerintah Daerah
(Studi pada Inspektorat Daerah Kabupaten Konawe Selatan), Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Juni, Vol. 1, No. 1, hal 1-9.
Fanani, Zaenal., Rheny Afriana Hanif, dan Bambang Subroto. 2008. Pengaruh
Struktur Audit, Konflik Peran, dan Ketidakjelasan Peran terhadap
Kinerja Auditor, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember,
Vol. 5, No. 2, hal. 139-155.
Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19, XII. Semarang. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.
Hair, dan dkk. 2010. Multivariate Data Analysis – A Global Perspective. 7th
Edition, New Jersey: Pearson Education, Inc.
34
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFEYogyakarta.
Khikmah, Siti Noor. 2009. Komitmen Organisasi, Locus of Control, dan
Kompleksitas Tugas Terhadap Kinerja Audit Internal, Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vol. 7, No. 2, hal 111-125.
Lawalata, Josina., Darwis Said dan Mediaty. 2009. Pengaruh Independensi
Auditor, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, dan Budaya
Organisasi
terhadap
Kinerja
Auditor.
Makassar.
http://118.97.33.150/jurnal/files/8f673f6840d5d71f10d0e328c11de7bd
.pdf
Marganingsih, Arywarti. dan Dwi Martani. 2010. Anteseden Komitmen
Organisasi dan Motivasi: Konsekuensinya Terhadap Kinerja Auditor
Intern Pemerintah, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni, Vol.
7, No. 1, hal. 79-107.
Ramadhan, Syahril. 2011. Analisa Pengaruh Struktur Audit, Konflik Peran,
Ketidakjelasan Peran dan Pemahaman Good Governance terhadap
Kinerja Auditor pada KAP di Jakarta, Aktiva, Oktober, Vol. 4, No. 7,
hal. 1-26.
Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Edisi III,
Jakarta: Penerbit Gramedia.
Sapariyah, Rina Ani. 2011. Pengaruh Good Governance dan Independensi
Auditor Terhadap Kinerja Auditor dan Komitmen Organisasi. Jurnal
Ekonomi Bisnis dan Perbankan, Mei, Vol. 19, No.16.
Sekaran, Uma. dan Bougie. 2010. Research Methods for Business, Fifth
Edition. Wiley.
Sutrisno, H. Edy. 2010. Pengaruh Budaya Organisasi, Stres Kerja, dan
Komitmen Terhadap Kinerja Karyawan CV. Bintang Karya Putra di
Surabaya, Ekuitas, Desember, Vol. 14, No. 4, hal. 460-477.
Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi
sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Auditor,
Simposium Nasional Akuntansi X, 26-28 Juli, hal. 1-56.
Yuskar dan Devisia. 2011. Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen
Organisasi, Pemahaman Good Governance, Integritas Auditor, Budaya
Organisasi, dan Etos Kerja terhadap Kinerja Auditor: Studi Empiris pada
Kantor Akuntan Publik Big Four yang Berafiliasi di Indonesia Tahun
2011, Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011, Juli, hal. 1-21.
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
36
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 37-48
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI, LINGKUNGAN KERJA,
DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN
KAREL TJAHJADI
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract : The important resource for logistic industry is human
resource, because HR here is to be a milestone to providing good service to
customers.before company get employee performance, company must think
about their employee performance because employee performance is a major
problem that many company have to face it. The purpose of this study is to
investigate the influence of compensation to employee performance,
motivation to employee performance, work environment to employee
performance and leadership to employee performance. The object in the
research is PT. Bina Sinar Amity.One of many big company logistic in Jakarta.
The sample selected using purposive sampling method. The data for this
research are from 100 samples from employees of PT. Bina Sinar Amity
division HR & GA.The statistical methods used to test the hypothesis are
simple regression and multiple regression. Variablesin the
studywere
measured usinga Likertscale.Dataanalysiswasperformed usingSPSS21.
The
result showed that the compensation are partially influenced employee
performance, motivation partially influenced employee performance, work
environment partially influenced employee performance, and leadership
partially influenced employee performance along with compensation,
motivation, work environment, and leadership are simultaneously influenced
employee performance.
Keywords: compensation, motivation, work environment, leadership, and
employeeperformance
Abstrak : Sumber dayapenting bagi industrilogistikadalahsumber daya
manusia, karenaSDMmerupakantonggakuntukmemberikan pelayanan yang
baikkepada pelanggan. Sebelum perusahaanmendapatkankinerja karyawan,
perusahaanharus
memikirkankinerja
karyawanmereka
karenakinerja
karyawanadalah masalahutama yangbanyakperusahaanharus menghadapinya.
Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahuipengaruhkompensasiterhadap
kinerja
karyawan,
motivasiterhadap
kinerja
karyawan,
lingkungan
kerjaterhadap kinerja karyawandan kepemimpinanterhadap kinerja karyawan.
Objek dalam penelitian ini adalah PT. BinaSinarAmity. Salah satu dari
banyakperusahaan
terbesarlogistikdiJakarta.
Sampelyang
dipilihdengan
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
menggunakan
metodepurposivesampling.Data
untukpenelitianiniberasal
dari100sampel darikaryawan PT. BinaSinarAmitydivisiHR&GA. Metodestatistik
yang digunakanuntuk menguji hipotesisadalahregresi sederhanadanregresi
berganda. Variabel dalam penelitian diukur dengan menggunakan skala likert.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21. Hasil
menunjukkan bahwakompensasisecara parsialmempengaruhi kinerjakaryawan,
motivasisecara
parsial mempengaruhi
kinerja
karyawan,
lingkungan
kerjasecara parsialmempengaruhikinerja karyawan, dan kepemimpinansecara
parsialmempengaruhikinerja karyawanbersama dengankompensasi, motivasi,
lingkungan kerja, dan kepemimpinansecara simultanmempengaruhikinerja
karyawan.
Kata Kunci : kompensasi, motivasi, lingkungan kerja, kepemimpinan, kinerja
karyawan
PENDAHULUAN
Pertumbuhan
industri
nasional perlu dukungan sistem
logistik yang efisien dan efektif.
Sistem logistik menurut Ghiani et
al. (2004, 1) merupakan suatu
fasilitas yang terhubung
dengan
jasa pelayanan transportasi yang
membahas
suatu
proses
manufaktur,
perakitan,
pergudangan, pendistribusian, titik
pengalihan
angkutan,
terminal
transportasi,
penjualan
eceran,
pusat penyortiran barang dan
dokumen, pusat penghancuran dan
pembuangan
dari
keseluruhan
kegiatan industri. Pada dasarnya
Logistik menurut Ghiani et al.
(2004, 1) merupakan penyedia
sistem produk, lokasi, dan waktu
yang
tepat,
dengan
mengoptimalkan pengukuran biaya
operasional yang diberikan dan
memenuhi kualifikasi yang sesuai
dengan kemampuan dari konsumen
dan sesuai dengan
kualitas
pelayanan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan
ekonomi
Indonesia mendorong pertumbuhan
industri lebih dari 10,8% menjadi
Rp1,8 triliun pada tahun 2012 dari
38
hanya Rp1,35 triliun di tahun 2011.
Kondisi
ini
mendorong
meningkatnya
pasar
logistik
Indonesia yang menarik perusahaan
penyedia jasa logistik, sehingga
perusahaan-perusahaan
logistik
dapat bersaing untuk mendapatkan
peluang yang menarik di pasar
logistik
yang
ada.
Namun,
fenomena yang mucul dalam pasar
logistik di Indonesia pada tahun
terakhirsangat
tingginya
biaya
logistik
di
Indonesia
hingga
mencapai
26%,
sebagai
perbandingan di negara Amerika
Serikat dan Jepang hanya 9,9% dan
10,6%. Ada banyak hal yang perlu
dibenahi sebelum Indonesia dapat
mengklasifikasikan dirinya kedalam
logistik
kelas
dunia,
melalui
Indonesia
Supply
Chain
and
Logistics
(ISCL)
2013,
akan
memungkinkan
perusahaanperusahaan logistik di Indonesia
mendapatkan
kesempatan
mengetahui acuan dan networking
dengan para pemimpin di bidang
logistik
untuk
tidak
hanya
meningkatkan infrastruktur saja,
tetapi juga meningkatkan kinerja
logistik negara dengan dukungan
berbagai sumber daya yang ada
serta
memaksimalkan
kinerja
ISSN: 1410 -9875
karyawan seperti yang diungkapkan
Iskandar Zulkarnain, Ketua Asosiasi
Logistik Indonesia (ALI) (di dalam
web site Asosiasi Logistik Indonesia,
2013).
Permasalahan
kinerja
karyawan
penting
menjadi
perhatian
seluruh
perusahaan
logistik di
Indonesia
untuk
mencapai kinerja yang unggul dan
untuk mencapai daya saing di
industri logistik secara global yang
secara tidak langsung menjadikan
kinerja karyawan dalam industri
logistik dapat menjadi tolak ukur
untuk meningkatkan pertumbuhan
industri nasional.
Keberhasilan
perusahaan
sangat ditentukan oleh manajemen
sumber daya manusia yang ada
didalamnya, hal ini menjadikan
sumber daya manusia merupakan
aset penting dalam proses bisnis di
lingkungan perusahaan. “Human
resource management is the process of acquiring, training, appraising, and compensating employees,
and of attending to their labor relations, health and safety, and
fairness concerns”
(Dessler2013,
30).
Peneliti
tertarik
menggunakan PT. Bina Sinar Amity
sebagai objek karena berdiri sejak
17
Juli
1992
dan
mulai
beroperasipada
tahun
1993yang
masih berada dalam payung besar
Sinar
Mas
serta
telahmemperolehsertifikat
ISO
9001:2008sejalandenganperkemban
gan
dan
kemajuanStandarInternasional, serta
merupakan salah satu industri yang
turut
berperan
dalam
mengembangkan industri logistik di
Indonesia dengan total karyawan
1082 orang yang terdiri dari 782
karyawan
tetap,
100
orang
karyawan
outsourcing, 200
Karel Tjahjadi
karyawan
harian
lepas,yang
bergerak dalam bidang jasa total
logistik meliputi: eksport, import,
pergudangan, transportasi, depot
container,
bongkar
muat
pelabuhan, dan instalasi karantina
tumbuhan, yang mampu bertahan
menghadapi lingkungan bisnis di
Indonesia.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk mengetahui pengaruh antara
kompensasi, motivasi, lingkungan
kerja, dan kepemimpinan terhadap
kinerja
karyawan. Selain itu,
penelitian ini diharapkan menjadi
informasi tambahan bagi akademik,
penulis, manajemen perusahaan,
dan juga penelitian selanjutnya
mengenai
pentingnya
industri
logistik.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Kinerja Karyawan
Menurut Bernadin dan Russel
dalam
Gomes
(2000,
135)
“Performance is defined as the
record of outcomes produced an
specified job function or activity
during time period”. Hal ini
membawa
konsekuensi
bahwa
setiap
pimpinan
berkewajiban
memberikan
perhatian
yang
sungguh-sungguh untuk membina,
menggerakkan, dan mengarahkan
semua
potensi
karyawan
dilingkungannya
agar
terwujud
volume dan beban kerja yang
terarah pada tujuan (Miftah 2001,
47).
Kompensasi
Pemberian kompensasi akan
berpengaruh
terhadap
kinerja
karyawan. Milkovich and Newman
(2008,
9)
mengemukakan
“Compensation refers to all forms
of financial returns and tangible
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
service and benefit employees
receive as part of an employment
relationship”. Menurut Dessler
(2013,
379)
“Employee
compensation is all forms of pay
and reward going to employees and
arising
from
their
employment”.Pemberian kompensasi
dapat
berdampak
negative
apabila
dalam
pelaksanaannya tidak adil dan tidak
layak
yang
pada
akhirnya
menimbulkan ketidakpuasan pada
kinerja
karyawan
dalam
menjalankan
tugas
atau
pekerjaannya (Hasibuan 2009, 3).
Motivasi
Menurut Kreitner dan Kinicki
(2007,
236)
“Motivation
is
psycholigical process that arouse
and direct goal-directed behavior”,
di perjelas kembali oleh Sopiah
(2008, 170) motivasi
adalah
keadaan dimana
usaha
dan
kemauan keras seseorang diarahkan
pimpinan
dalam
menyelesaikan
pekerjaan untuk mencapai hasil
atau tujuan
tertentu,sehingga
tujuan atau target yang ditetapkan
oleh perusahaan akan tercapai dan
tercapainya tujuan ini menandakan
kinerja karyawan yang tinggi pada
karyawan.
Sebaliknya
tidak
tercapainya tujuan atau target
perusahaan
menandakan
bahwa
kinerja karyawan yang rendah pada
karyawannya (Pramono 2009, 2).
Lingkungan Kerja
Setiap
manusia
dalam
perusahaan
perlu
diperlakukan
secara manusiawi sehingga dapat
bekerja secara efektif, efisien dan
produktif. Menurut Thomas (2005,
341) Lingkungan kerja adalah ”The
working environment
is
both
indoors and outdoors presenting
40
November 2013
conditions
that
may
include
exposure to adverse weather and
hazardous
pollutants”.Lingkungan
kerja yang baik seperti yang
dikemukakan oleh Pelham (2000,1)
“Environment the apperance of
building,
landscaping,
vehicle,
interior furnising, equipment, staff
members, signs, printed materials,
and other visible cues all provida
tangible evidence of a firms service
quality”. Pada dasarnya lingkungan
kerja yang baik apabila karyawan
dapat melaksanakan kegiatan kerja
secara optimal, sehat, aman dan
nyaman. Lingkungan kerja yang
buruk atau tidak sesuai dengan
pekerjaan
akan
menimbulkan
perasaan ketidak nyamanan pada
karyawan. Rasa tidak nyaman inilah
wujud dari pengaruh psikologis
lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan (Pramono 2009, 5).
Kepemimpinan
Peran pemimpin amatlah
penting bagi
suatu
perusahaan
untuk dapat mempengaruhi dan
mengispirasi karyawannya. Menurut
Yulk (2009, 8) “The process of
influencing others to understand
and agree about what needs to be
done and how to do it, and the
process of facilitating individual
and
collective
efforts
to
accomplish
shared
objectives”.
Menurut
Robbin
(2006,
6)
kepemimpinan
merupakan
kemampuan memotivasi karyawan,
mengatur aktivitas individu lain,
memilih saluran komunikasi yang
paling efektif, atau menyelesaikan
konflik
di
antara
anggotanya.Tantangan
bagi
pemimpin
harus
memberikan
kepemimpinan yang baik, yang
mempunyai sikap terbuka, adil,
tegas, dan memahami karyawandi
ISSN: 1410 -9875
Karel Tjahjadi
dalam
memimpin
sebuah
perusahaan
agar
dapat
meningkatkan kinerja karyawannya
dengan
baik,
sebaliknya
kepemimpinan
yang
buruk
menimbulkan tekanan batin atau
stres
pada
kinerja
karyawan(Kurniawan 2009, 2).
Model Penelitian
Kompensasi
oti asi
Kiner a Karya an
ingkungan Ker a
Kepemimpinan
Gambar 1
Model Penelitian
Pengembangan Hipotesis
1. Kompensasi (X1) berpengaruh
terhadap kinerja karyawan (Y).
2. Motivasi
(X2)
berpengaruh
terhadap kinerja karyawan (Y).
3. Lingkungan
Kerja
(X3)
berpengaruh terhadap kinerja
karyawan (Y).
4. Kepemimpinan
(X4)
berpengaruh terhadap kinerja
karyawan (Y).
METODA PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah menggunakan
metode penelitian deskriptif dan
kausalitas.
Penelitian
Deskriptif
merupakan “Is to describe the
characteristic of persons, event, or
situations. It may involve the
collection of quantitative data such
as satisfaction ratings,production
figures,
sales
figure,
or
demographic data”(Sekaran dan
Bougie 2013, 97). Penelitian Kausal
merupakan “Causal studies are the
heart of the scientific approach to
research. Such studies test whether
or not one variable cause another
it change” (Sekaran dan
Bougie
2013, 98).
Obyek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini
adalah karyawan tetap yang berada
di lingkungan PT. Bina Sinar Amity
yang berjumlah 132 orang, dan
sampel yang ditarik berjumlah 100
orang, tujuan penentuan sampel
untuk
memperoleh
keterangan
mengenai objek penelitian dengan
cara mengamati hanya
sebagian
dari populasi. Metode pengambilan
sampel yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
nonprobability sampling dan purposive
sampling.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
dalam
suatu
penelitian
menggunakan sumber data primer
dan data sekunder. Data primer
yaitu sumber data yang langsung
memberikan
data
kepada
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
pengumpul data. Data diperoleh
dengan metode survei dengan
menyebarkan kuesioner. Kuesioner
dibagikan setelah mendapat izin
dari Assisten Manager HRD PT. Bina
Sinar Amity Jakarta.Data sekunder
yaitu sumber yang tidak langsung
memberikan
data
kepada
pengumpul data. Adapun yang
termasuk dalam data sekunder
adalah gambaran umum PT. Bina
Sinar Amity yang meliputi sejarah
dan perkembangan serta struktur
organisasi PT. Bina Sinar Amity.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukuran
1. Kinerja
merupakan
prestasi
kerja, yaitu
perbandingan
antara hasil kerja
dengan
standar
yang
ditetapkan
Karyawan
dapat
menjadi
keunggulan bersaing dan juga
dapat
menjadi
penghambat
ketika karyawan tidak efektif
dalam bekerja (Dessler 2000,
41). Indikatornya adalah sebagai
berikut :
a. Lama waktu yang digunakan
untuk
menyelesaikan
pekerjaan
b. Standar
kualitas
dari
perusahaan
c. Kesesuaian
hasil
kerja
dengan target perusahaan
d. Mendapatkan pengakuan dan
penghargaan
dari
pimpinanKeinginan
memperbaiki
produktivitas
kerja
2.Kompensasi merupakan sesuatu
yang diterima karyawan sebagai
pengganti
kontribusi
jasa
mereka pada perusahaan, guna
dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari (Rivai2004, 357).
Indikatornya adalah
sebagai
berikut :
42
November 2013
a. Persepsi terhadap besarnya
nilai kompensasi
b. Kecukupan
kompensasi
dalam pemenuhan kebutuhan
c. Persepsi
terhadap
waktu
pembayaran kompensasi
d. Kesesuaian
kompensasi
dengan
UMRKesesuaian
kompensasi
dengan
kemampuan kerja
3. Motivasiadalah keadaan dimana
usaha dan kemauan keras
seseorang diarahkan pimpinan
dalam menyelesaikan pekerjaan
untuk mencapai hasil atau
tujuan tertentu (Sopiah 2008,
170).
Indikatornya
adalah
sebagai berikut :
a. Adanya penghargaan dari
perusahaan
b. Rasa memiliki terhadap aset
perusahaan
c. Perhatian dari pimpinan
d. Kesempatan
untuk
berinisiatifKesempatan untuk
menyelesaikan
masalah
pekerjaan
4. Lingkungan kerja adalah Suatu
kondisi lingkungan kerjabaik
didalam
maupundiluar
ruanganyangmeliputi
pemaparan
terhadapcuaca
burukdan
polusiberbahaya
(Thomas
2005,
341).
Indikatornya adalah sebagai
berikut :
a. Fasilitas kerja yang nyaman
dan memadai
b. Tingkat kebisingan dan polusi
c. Hubungan antar karyawan
d. Komunikasi
antar
karyawanKesempatan untuk
berdiskusi dengan pimpinan.
5. Kepemimpinan
merupakan
kemampuan
memotivasi
karyawan, mengatur aktivitas
individu lain, memilih saluran
komunikasi yang paling efektif,
ISSN: 1410 -9875
Karel Tjahjadi
atau menyelesaikan konflik di
antara anggotanya
(Robbin
2006, 6). Indikatornya adalah
sebagai berikut :
a. Keterbukaan pimpinan
b. Penyampaian
instruksi
pekerjaan
c. Pemahaman
pimpinan
terhadap
konflik
dalam
pekerjaan
d. Sikap
ketergasan
pimpinanSikap
keadilan
pimpinan.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Sampel (Obyek
Penelitian)
Obyek
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh
karyawan
tetap
divisi HR&GA PT. Bina Sinar Amity.
Karakteristik
responden
berdasarkan usia antara 20-46th,
pendidikan antara sma-s1, dan
pendapatan antara Rp 2.000.000 –
lebih dari Rp 4.000.000.Kriteria
terdapat 100 orang yang menjadi
sampel dalam penelitian ini.
Uji Validitas
Pengujian
validitas
pada
variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y) diatas karena angka r
hitung > r tabel, maka semua
instrumen
(item
pertanyaan/indikator)
dinyatakan
valid,
sehingga
layak
untuk
digunakan
sebagai
instrumen
penelitian.
Uji Reliabilitas
Pada pengujian reliabilitas,
baik variabel kompensasi, motivasi
kerja,
lingkungan
kerja
dankepemimpinan
serta
kinerja
karyawan
dikatakan
reliabel/handal/ajeg
dan
layak
digunakan
untuk
pengujian
hipotesis selanjutnya.
Analisis Regresi Linier Berganda
Persamaan
regresi
linier
berganda
digunakan
untuk
mengetahui
seberapa
besar
pengaruh variabel bebas yaitu :
kompensasi,
motivasi
kerja,
lingkungan kerja dan kepemimpinan
terhadap variabel
terikat yaitu
kinerja karyawan (Y).
Kinerja Karyawan = 0.211 + 0.248X1 + 0.212X2 + 0.330X3 + 0.261X4 + e
Tabel 1 Regresi
Coefficientsa
Mode l
1
(Constant)
Kompensasi
Motivasi
Lingkungan kerja
Kepemimpinan
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
.211
.305
.248
.091
.212
.090
.330
.105
.261
.102
Standardized
Coefficients
Beta
.232
.196
.297
.244
t
.691
2.718
2.349
3.133
2.559
Sig.
.491
.008
.021
.002
.012
a. Dependent Variable: Kinerja karyawan
1. Nilai konstanta sebesar 0.211
menunjukkan jika kompensasi
(X1), motivasi (X2), lingkungan
kerja (X3), dan kepemimpinan
(X4) sama dengan nol, maka
variabel
kinerja
karyawan
sebesar 0.211 satuan.
2. Variabel kompensasi memiliki
nilai koefisien positif sebesar
0.248 menunjukkan
bahwa
setiap kenaikan satu satuan
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
variabel
kompensasi
akan
menaikkan kinerja karyawan
sebesar 0.248 satuan.
3. Variabel motivasi memiliki nilai
koefisien positif sebesar 0.212
menunjukkan bahwa
setiap
kenaikan satu satuan variabel
motivasi
akan
menaikkan
kinerja karyawan sebesar 0.212
satuan.
4. Variabel
lingkungan
kerja
memiliki nilai koefisien positif
sebesar
0.330
menunjukkan
bahwa setiap kenaikan satu
satuan variabel
lingkungan
kerja akan menaikkan kinerja
karyawan sebesar 0.330 satuan.
5. Variabel
kepemimpinan
memiliki nilai koefisien positif
sebesar
0.261
menunjukkan
bahwa setiap kenaikan satu
satuan variabel kepemimpinan
akan
menaikkan
kinerja
karyawan sebesar 0.261 satuan.
Pengujian Hipotesis dengan Uji t
1. Uji Pengaruh antara Kompensasi
terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan pengujian statistik
dengan SPSS didapatkan angka t
hitung antara Kompensasi(X1)
terhadap Kinerja Karyawan (Y)
sebesar 6.817 > t tabel sebesar
1.984. Nilai t hitung berada di
dalam daerah penolakan H0,
dapat diketahui bahwa nilai sig
untuk uji t adalah sebesar 0.000
artinya nilai tersebut < 0.05 oleh
karena itu dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak
dan Ha
diterima,
berarti
terdapat
pengaruh secara signifikan dan
positif antara Kompensasi (X1)
terhadap Kinerja Karyawan (Y).
2. Uji Pengaruh antara Motivasi
terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan pengujian statistik
dengan SPSS didapatkan angka t
44
November 2013
hitung
antara
Motivasi(X2)
terhadap Kinerja Karyawan (Y)
sebesar6.254
>
t
tabel
sebesar1.984. Nilai t hitung
berada di dalam
daerah
penolakan H0, dapat diketahui
bahwa nilai sig untuk uji t adalah
sebesar
0.000
artinya
nilai
tersebut < 0.05 oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima, berarti
terdapat
pengaruh
secara
signifikan dan positif antara
Motivasi (X2) terhadap Kinerja
Karyawan (Y).
3. Uji Pengaruh antara Lingkungan
Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan pengujian statistik
dengan SPSS didapatkan angka t
hitung antara Lingkungan Kerja
(X3) terhadap Kinerja Karyawan
(Y) sebesar8.184 > t tabel
sebesar 1.984. Nilai t hitung
berada di dalam
daerah
penolakan H0, dapat diketahui
bahwa nilai sig untuk uji t adalah
sebesar
0.000
artinya
nilai
tersebut < 0.05 oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan Ha diterima, berarti
terdapat
pengaruh
secara
signifikan dan positif antara
Lingkungan Kerja (X3) terhadap
Kinerja Karyawan (Y).
4. Uji
Pengaruh
antara
Kepemimpinan terhadap Kinerja
Karyawan
Berdasarkan pengujian statistik
dengan SPSS didapatkan angka t
hitung antara Kepemimpinan(X4)
terhadap Kinerja Karyawan (Y)
sebesar7.808 > t tabel sebesar
1.984. Nilai t hitung berada di
dalam daerah penolakan H0 ,
dapat diketahui bahwa nilai sig
untuk uji t adalah sebesar 0.000
artinya nilai tersebut < 0.05 oleh
karena itu dapat disimpulkan
ISSN: 1410 -9875
Karel Tjahjadi
bahwa H0
ditolak dan Ha
diterima,
berarti
terdapat
pengaruh secara signifikan dan
positif antara
Kepemimpinan
(X4) terhadap Kinerja Karyawan
(Y).
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi pada
intinya Semakin tinggi koefisien
determinasi maka semakin tinggi
variabel bebas dalam menjelaskan
variasi perubahan pada variabel
tergantungannya.
Tabel 2 Korelasi
Model Summary
Adjusted
Std. Error of
Model
R
R Square
R Square
the Estimate
1
.759a
.576
.558
.47843
a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan, Motivasi,
Kompensasi, Lingkungan kerja
Nilai R square (adjusted
koefisien determinasi) = 0.576,
yang artinya besarnya pengaruh
variabel
hubungan
kompensasi,
motivasi, lingkungan kerja dan
kepemimpinan terhadap variabel
kinerja karyawan adalah sebesar
57.6% dan sisanya sebesar 42.4%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang tidak terdapat
dalam
penelitian ini.
PENUTUP
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan
kesimpulan
yang
diperoleh yaitu terdapat pengaruh
pengaruh kompensasi (X1), motivasi
(X2), lingkungan kerja (X3), dan
kepemimpinan
(X5)
terhadap
kinerja karyawan PT. Bina Sinar
Amity Jakarta.
Peneliti di dalam melakukan
penelitian ini menemukan banyak
keterbatasan.
Mengingat
keterbatasan waktu, biaya, dan
tenaga
maka
penelitian
ini
menggunakan sampel yang dipilih,
hanya dilakukan di PT. Bina Sinar
Amity
Jakarta,
danvariabel
independen dalam penelitian ini
yaitu
kompensasi,
motivasi,
lingkungan
kerja,
dan
kepemimpinan
untuk
mempengaruhi variabel dependen
yaitu kinerja karyawan.
Terdapat beberapa hal yang
mungkin saja dapat digunakan
sebagai dasar acuan bagi peneliti
yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya,
yaitu
Penelitian
selanjutnya
sebaiknya
menggunakan sampel yang lebih
banyak agar hasil penelitian ini
dapat di generalisasikan, penelitian
selanjutnya sebaiknya menambah
jumlah perusahaan, dan menambah
variabel dependen dalam penelitian
yang sama.
REFERENSI
Daft, Richard L. 2011. The Leadership Experience. Ohio: Thomson –
SouthWestern.
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Dessler, Gary. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Indeks.
Dessler, Gary. 2011. Human Resources Management. Job Appraisal. Twelth
Edition. The MC Graw-Hill Companies, Inc.
Dhermawan, A.A.N.B., Sudibya, I.G.A., Utama, I.W.M.
2012.
Pengaruh
Motivasi, Lingkungan Kerja, Kompetensi, dan Kompensasi terhadap
Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Pegawai di Lingkungan Kantor
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali. Jurnal Penelitian.
George, J.M. & Jones, G.R. 2008. Understanding and Managing Organizational
Behavior (Fifth Edition). Upper Saddle River: New Jersey, Pearson
Prentice Hall.
Ghiani, G., Laporte, G., and Musmanno, R. 2004. Introduction to Logistics
Systems Planning and Control. England: John Wiley.
Gomes, Faustino Cardoso. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Andi Offset.
Gujarati, Damodar N. 2009. Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill.
Hair, Joseph. F, William. C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson, and
Ronald L. Tatham. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global
Prespentive, seven edition. New Jersey: Pearson Education.
Hasibuan, Siti Rafika. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Insentif
terhadap Komitmen Organisasi, Organizational Citizenship Behaviors
dan Kepuasan Kerja Karyawan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatra
Utara.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
edisi kedua. Yogyakarta: BPFE UGM.
Hariandja, Marihot T.E. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Grasindo.
Kreitner, Robert, and Angelo Kinicki. 2007. Organizational Behaviour. Mcgraw
Hill Irwin.
Kurniawan, Fresh Am. 2009. Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan
Kerja dengan Kinerja Karyawan Kantor Pusat PT. Rajawali Nusantara
Indonesia.
Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. 2008. Organizational Behavior 8th ed.
Boston: McGraw-Hill.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Milkovich, George T, and Jerry M Newman. 2008. Compensation. Mcgraw Hill.
Muhammad, Fadel & Toruan, Rayendra. L. 2008. Reinventing Local
Government: Jakarta: Elex Media Computindo.
Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Erlangga.
Pelham, Alfred. M. 2000. Organizational Strategy: Structure And Process. New
York: MC Graw-Hill.
Pramono, Agus. 2009. Pengaruh Kompensasi, Motivasi, Lingkungan Kerja, dan
Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan PT. Adi Pratama Semarang.
Jurnal Penelitian.
Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT.
RajaGrafindoPersada.
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi kesepuluh. Jakarta: PT.
Indeks Kelompok Gramedia
46
ISSN: 1410 -9875
Karel Tjahjadi
Robert L. Mathis. 2006. Human Resource Management Edisi ke-10. Jakarta:
Salemba Empat.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
PT. Mandar Maju.
Sekaran, Uma and Bougie Roger. 2013. Research Methods for Business. New
Jersey: Jhon Wiley and Sons.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Edisi 1. Yogyakarta: Andi.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suwati, Yuli. 2009. Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Tunas Hijau Samarinda. Jurnal Penelitian.
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ke-3 cetakan
pertama. Yogyakarta: STIE YKPN.
Sweeney, Paul D. And Dean B. McFarlin. 2002. Organizational Behaviour
Solutions for Management. McGraw Hill.
Terry, George R. 2006. Prinsip-Prinsip Manajemen. Terjemahan J. Smith.
D.F.M. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Thoha, Miftah. 2001.Prilaku Organisasi Konsep dasar dan aplikasi, cetakan ke6. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Thomas, E. Gallo. 2005. Strategic Information Management Planning.
Englewood Cliffs. N. J. Ptentice Hall.
Winardi. 2000. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Yukl, G. 2009. Leadership in Organizations, Sixth Edition. Delhi: Dorling
Kindersley.
http://www.ali.web.id/
http://www.pt-bsa.co.id/
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
48
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 49-66
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA
PERUSAHAAN-PERUSAHAANYANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
ITA TRISNAWATI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to find the influence of managerial
ownership, institutional ownership, debt policy, profitability, firm size,
solvability, growth potential and collateral assets on dividend policy. This
research is developed based on the previous research carried out by Dewi
(2008). Data population of this research were all companies listed in Indonesia
Stock Exchange. The data were taken from manufacturing companies listed in
Indonesia Stock Exchange for three years (2008-2010). The sample selection
was based on purposive sampling. Only 31 companies met the criteria and taken
as sample. The research used regression for examining the hypothesis. The
result of this research indicate that managerial ownership, firm size, growth
potential and collateral assets do not have any influence on dividend policy
while institutional ownership, debt policy, profitability and solvability have
influence on dividend policy.
Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy,
Profitability, Firm Size, Solvability, Growth Potential, Collateral
Assets and Dividend Policy
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang,
profitabilitas, ukuran perusahaan, solvabilitas, potensi pertumbuhan dan aset
jaminan terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini dikembangkan berdasarkan
pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2008). Populasi
penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data diambil dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tiga tahun (2008-2010). Pemilihan sampel berdasarkan
purposive sampling. Hanya 31 perusahaan memenuhi kriteria dan diambil
sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan regresi untuk menguji hipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, ukuran
perusahaan, potensi pertumbuhan dan aset jaminan tidak memiliki pengaruh
pada kebijakan dividen sementara kepemilikan institusional, kebijakan
hutang, profitabilitas dan solvabilitas berpengaruh terhadap
kebijakan
dividen.
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan
Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Potensi
Pertumbuhan, Aset Jaminan, Kebijakan Dividen
PENDAHULUAN
Di era globalisasi saat ini,
keadaan ekonomi dunia yang terus
meningkat mengakibatkan tingginya
minat para investor dalam negeri
maupun
investor
asing
untuk
melakukan
investasi
seperti
properti, mata uang asing, deposito,
emas, saham, obligasi, dan lain-lain.
Salah satu bentuk investasi yang
banyak diminati adalah saham.
Dividen menjadi salah satu daya
tarik utama bagi para investor
dalam menginvestasikan modalnya
melalui saham. Besar kecilnya
dividen
yang
diberikan
suatu
perusahaan
akan
menunjukkan
kinerja
perusahaan
tersebut
dipandang dari sisi eksternal.
Kebijakan dividen merupakan
pertimbangan yang penting yang
harus
dilakukan
oleh
pihak
manajemen. Pihak manajemen akan
mempertimbangkan
apakah
sebaiknya laba yang diperoleh
dibagikan kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen, atau ditahan
yang kemudian digunakan untuk
membiayai investasi di masa yang
akan datang. Menentukan kebijakan
dividen berkaitan dengan perbedaan
kepentingan
antara
pihak
manajemen dengan pihak pemegang
saham, atau dikenal dengan konflik
keagenan. Oleh karena begitu
banyak faktor-faktor pertimbangan
dalam
menentukan
kebijakan
dividen, pihak manajemen harus
berhati-hati dan bijaksana karena
setiap keputusan memiliki risiko
masing-masing, baik kepada pihak
50
internal maupun dipandang dari
pihak eksternal.
Penelitian
ini
merupakan
pengembangan
dari
penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Dewi (2008). Adapun perbedaan
penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah: (1) Penelitian
sebelumnya
menggunakan
lima
variable
independen
yaitu
kepemilikan
managerial,
kepemilikan institusional, kebijakan
hutang,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan.
Sedangkan
pada
penelitian ini penulis menambah
tiga variabel lain yaitu growth
potential,
solvabilitas,
dan
collateral
asset.
(2)
Periode
pengambilan data dalam penelitian
sebelumnya menggunakan tahun
2002
sampai
dengan
2005,
sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan tahun 2008 sampai
dengan 2010 agar hasil penelitian
lebih
mencerminkan
keadaan
terkini.
Tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mendapatkan bukti
empiris
mengenai
pengaruh
kepemilikan
managerial,
kepemilikan institusional, kebijakan
hutang,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan,
growth
potential,
solvabilitas, dan collateral asset
terhadap kebijakan dividen.
Secara garis besar penulisan
dalam penelitian ini dibagi menjadi
5 bab yang saling berkaitan. Bagian
pertama
yaitu
pendahuluan
membahas tentang latar belakang
penelitian, perumusan masalah,
tujuan penelitian, dan sistematika
pembahasan. Bagian kedua yaitu
ISSN: 1410 -9875
rerangka teoritis dan pengembangan
hipotesis membahas pokok landasan
teori
yang
berkaitan
dengan
penelitian, model penelitian, dan
pengembangan hipotesis meliputi
kebijakan
dividen,
kepemilikan
managerial,
kepemilikan
institusional,
kebijakan
hutang,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
solvabilitas, growth potential, dan
collateral asset. Bagian ini juga
akan
membahas
perumusan
hipotesis yang dikembangkan dari
penelitian
sebelumnya.
Bagian
ketiga yaitu metoda penelitian
membahas
mengenai
bentuk
penelitian,
objek
penelitian,
definisi operasional masing-masing
variabel dan pengukurannya, teknik
pengumpulan data, dan metode
analisis data yang akan digunakan
dalam
penelitian
ini.
Bagian
keempat analisa dan pembahasan
membahas
mengenai
statistik
deskriptif, hasil uji kualitas data dan
pengujian hipotesa penelitian. Dan
bagian penutup memuat rangkuman
hasil analisis dan pembahasan pada
bab sebelumnya untuk menjawab
masalah penelitian, mengemukakan
keterbatasan
penelitian,
serta
rekomendasi yang berisi masukan
bagi penelitian selanjutnya.
RERANGKA
TEORITIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Tarjo dan Hartono (2003)
dalam Dewi (2008) menyatakan
teori keagenan menjelaskan bahwa
kepentingan
manajemen
dan
kepentingan pemilik saham sering
kali bertentangan sehingga dapat
terjadi konflik diantaranya. Hal
tersebut sering terjadi karena
manajer
cenderung
berusaha
mengutamakan
kepentingan
pribadi,
sedangkan
pemegang
Ita Trisnawati
saham tidak menyukai kepentingan
pribadi manajer karena hal tersebut
akan
menambah
biaya
bagi
perusahaan dan akan menurunkan
keuntungan yang akan diterima oleh
pemegang saham. Akibat dari
perbedaan itulah maka terjadi
konflik yang biasa disebut agency
conflict (Dewi, 2008). Masalah
keagenan terkait dengan penelitian
ini adalah masalah keagenan antara
manajer dan pemegang saham.
Pemegang
saham
(principal)
bertujuan untuk memaksimumkan
kekayaan dengan melihat nilai
sekarang dari arus kas yang
dihasilkan
oleh
investasi
perusahaan, sedangkan manajer
seringkali memiliki tujuan yang
berbeda yakni pada peningkatan
pertumbuhan
dan
ukuran
perusahaan (Fadah dan Rian,2007).
Suhartono
(2004)
mengatakan bahwa salah satu cara
untuk menurunkan agency cost
adalah mempergunakan
lebih
banyak debt financing. Cara lain
untuk menurunkan agency cost bagi
perusahaan adalah dengan cara
membayar proporsi yang lebih besar
dari penghasilannya sebagai dividen
bagi para pemegang saham. Begitu
juga bila pemegang saham juga
sekaligus
pemegang
kendali
perusahaan (manajemen), selama
manajer
mengharapkan
efek
kesejahteraan yang lebih pada
keputusannya, maka semakin besar
kepemilikan oleh manajemen akan
semakin menurunkan agency cost.
Bird in the Hand Theory
Teori ini dikemukakan oleh
Myron Gordon (1959) dan John
Lintner (1956) yang berpendapat
bahwa ekuitas atau nilai perusahaan
akan
turun
apabila
rasio
pembayaran
dividen
dinaikkan,
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
karena para investor kurang yakin
terhadap penerimaan keuntungan
modal (capital gain) yang dihasilkan
dari laba yang ditahan dibandingkan
seandainya para investor menerima
dividen. Mengutip pendapat Gordon
dan Lintner dari Suhartono (2004:
44) bahwa sesungguhnya investor
jauh lebih menghargai pendapatan
yang
diharapkan
dari
dividen
daripada
pendapatan
yang
diharapkan dari keuntungan modal.
Merton Miller dan Franco
Modigliani (MM) (1961) dalam hal ini
tidak setuju bahwa ekuitas atau
nilai perusahaan tidak tergantung
pada kebijakan dividen, yang
menyiratkan bahwa investor tidak
peduli antara dividen dengan
keuntungan
modal.
Mereka
menamakan
pendapat
GordonLintner sebagai kekeliruan bird-inthe-hand
theory,
yakni:
mendasarkan pada pemikiran bahwa
investor memandang satu burung di
tangan lebih berharga dibandingkan
seribu burung di udara. Dengan
demikian,
perusahaan
yang
mempunyai dividend payout ratio
yang tinggi akan mempunyai nilai
perusahaan yang tinggi pula.
Dividen
Menurut Kimmel et al. (2010:
608) dividen merupakan distribusi
kas ataupun saham oleh perusahaan
kepada
pemegang
sahamnya
berdasarkan proporsi kepemilikan
atau pro rata. Dividen dapat
dinyatakan dengan dua cara: (1)
sebagai persentase dari nilai par
saham, atau (2) sebagai nilai mata
uang per lembar saham. Pada
umumnya
dividen
dinyatakan
sebagai nilai mata uang per saham.
52
November 2013
Kepemilikan Managerial
Nuringsih (2005) menyatakan
pendapat Chen dan Steiner (1999)
bahwa
manajer
mendapat
kesempatan untuk terlibat pada
kepemilikan saham dengan tujuan
untuk
menyetarakan
dengan
pemegang saham. Melalui kebijakan
ini
manajer
diharapkan
menghasilkan kinerja yang baik
serta mengarahkan dividen pada
tingkatan yang rendah. Dengan
penetapan dividen yang rendah
perusahaan memiliki laba ditahan
yang tinggi sehingga memiliki
sumber dana internal relatif tinggi.
Kepemilikan Institusional
Menurut
Listyani
(2003)
dalam Dewi (2008) kepemilikan
institusional adalah proporsi saham
yang dimiliki oleh pihak institusi
pada akhir tahun yang diukur dalam
persentase. Scott (2000) dalam Dewi
(2007) menyatakan tingkat saham
institusional
yang tinggi
akan
menghasilkan
upaya-upaya
pengawasan yang lebih intensif
sehingga dapat membatasi perilaku
opportunistic
manajer,
yaitu
manajer melaporkan laba secara
oportunis untuk memaksimumkan
kepentingannya sendiri. Menurut
Ismiyanti
dan
Hanafi
(2003),
Crutchley et al. (1999) menyatakan
bahwa
dari
sudut
pandang
perusahaan,
kepemilikan
institusional mampu mengurangi
konflik keagenan dan karenanya
manajer
akan
mengurangi
kepemilikannya, kebijakan hutang,
dan dividen. Namun dari sudut
pandang
pemilik
(investor)
institusional mungkin akan lebih
tertarik untuk berinvestasi saham
pada perusahaan dengan mekanisme
kontrol yang tinggi dan dividen yang
tinggi. Hal ini dapat dipahami
ISSN: 1410 -9875
karena sebagai pemilik apalagi
dengan kepemilikan yang relatif
tinggi berharap investasinya di suatu
perusahaan
aman,
mempunyai
return yang tinggi baik dalam
bentuk dividen maupun capital gain.
Kebijakan Hutang
Keputusan
pendanaan
bertujuan untuk memperoleh dana
dengan biaya yang paling murah.
Sumber pendanaan tersebut dapat
berasal dari bank maupun pasar
modal. Pasar modal memungkinkan
perusahaan menerbitkan obligasi
maupun saham (Hadianto dan
Herlina, 2010). Ketika perusahan
melakukan peminjaman uang lewat
bank maupun penerbitan obligasi
lewat masyarakat, maka perusahaan
harus
berkomitmen
untuk
membayarkan bunga beserta pokok
pinjamannya secara
periodik.
Namun pada kenyataannya, bila
penggunaan hutang terlalu besar
dapat berdampak pada financial
distress
dan
kebangkrutan
(Nuringsih, 2005). Risiko yang tinggi
ini mendorong perusahaan untuk
menjaga
aliran
kasnya
untuk
membayar hutang beserta pokok
pinjamannya sehingga perusahaan
menurunkan pembayaran dividen
pada pemegang saham. Perusahaan
yang tidak membayar dividen
diprediksi memiliki rasio hutang
yang
tinggi
karena
harus
berkonsentrasi dalam membayar
bunga dan pokok pinjamannya
sedangkan
perusahaan
yang
membayar
dividen
diperkirakan
memiliki rasio hutang yang rendah.
Profitabilitas
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan keuntungan sekaligus
juga sebagai indikator utama yang
Ita Trisnawati
menunjukkan kapasitas perusahaan
dalam
membayarkan
dividen
(Hadianto dan Herlina, 2010).
Menurut Lintner (1956) dalam
Marpaung dan Hadianto (2009), laba
tahun berjalan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi
pembayaran dividen saat ini selain
dividen
tahun
sebelumnya.
Perusahaan penghasil profit mampu
membayar
dividen
sekaligus
menyimpan dana internal berupa
laba ditahan untuk membiayai
investasinya.
Semakin tinggi laba maka
semakin tinggi aliran kas dalam
perusahaan sehingga perusahaan
dapat membayar dividen lebih
tinggi.
Hal
ini
dikarenakan
perusahaan
mengalokasikan
sebagian besar keuntungan sebagai
sumber dana internal. Pada Return
on Asset (ROA) tinggi dibayarkan
dividen rendah karena keuntungan
digunakan untuk meningkatkan laba
ditahan.
Ukuran Perusahaan
Pada
tahun
1994
Vogt
mengidentifikasikan bahwa ukuran
atau
besarnya
perusahaan
memainkan
peranan
dalam
menjelaskan
rasio
pembayaran
dividen dalam perusahaan (Dewi,
2008). Hal tersebut juga dinyatakan
oleh Jeong (2008) dalam Ahmed dan
Javid (2009). Perusahaan yang besar
cenderung untuk lebih mature dan
mempunyai akses yang lebih mudah
dalam pasar modal sehingga akan
mengurangi ketergantungan mereka
pada pendanaan internal dan akan
memberikan pembayaran dividen
yang tinggi (Dewi, 2008).
Menurut Dewi (2008), Chang
dan Ree (1990) menyatakan tujuan
pembayaran dividen yang tinggi
adalah untuk menjaga reputasi
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
perusahaan
di
mata
investor
potensial
maupun
aktual.
Sebaliknya
perusahaan
yang
memiliki
aset
rendah
akan
membagikan dividen yang rendah.
Logika
ini
dikarenakan
profit
dialokasikan pada laba ditahan yang
digunakan untuk menambah aset.
Berdasarkan alasan ini perusahaan
cenderung membayar dividen yang
rendah.
Solvabilitas
Solvabilitas atau kemampuan
membayar
hutang
didefinisikan
dengan kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh hutangnya
baik hutang jangka pendek maupun
hutang jangka panjang (Setiati,
2006). Robert Ang (1997) dalam
Shitawati (2006) menyatakan bahwa
apabila dana yang disediakan oleh
pemilik perusahaan lebih kecil
daripada dana yang disediakan para
kreditor berarti perusahaan sangat
bergantung pada para kreditor,
sehingga
kreditor
mempunyai
peranan yang lebih besar untuk
mengendalikan
perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai rasio
solvabilitas
rendah
berarti
perusahaan tersebut mempunyai
risiko kerugian lebih kecil ketika
keadaan ekonomi merosot dan juga
mempunyai
kesempatan
memperoleh laba yang
rendah
ketika ekonomi melonjak dengan
baik, begitu pula sebaliknya. Jika
perusahaan
telah
memiliki
kewajiban hutang, maka akan
membatasi
perusahaan
untuk
mempertahankan atau mengubah
dividennya.
Oleh
karena
itu
kebijakan dividen harus benar-benar
memperhatikan posisi hutang dan
aktivanya (Setiati, 2006).
54
November 2013
Growth Potential
Jeong (2008) dalam Ahmed
dan Javid (2009) menyatakan bahwa
faktor pertumbuhan memainkan
peran yang sangat penting dalam
kelancaran
pembagian
dividen.
Semakin cepat tingkat pertumbuhan
suatu perusahaan, maka semakin
besar
kebutuhan
dana
yang
diperlukan
untuk
membiayai
pertumbuhan perusahaan tersebut
(Marpaung dan Hadianto, 2009).
Semakin besar kebutuhan dana
untuk
waktu
mendatang,
perusahaan lebih senang untuk
menahan
labanya
daripada
membayarkannya sebagai dividen
kepada pemegang saham. Pihak
manajemen akan cenderung lebih
memilih investasi baru daripada
membayar dividen yang tinggi jika
kondisi perusahaan sangat baik.
Dana
yang
seharusnya
dapat
dibayarkan sebagai dividen tunai
kepada pemegang saham akan
digunakan
untuk
pembelian
investasi yang menguntungkan.
Collateral Asset
Collateral asset adalah aset
perusahaan yang dapat digunakan
sebagai
jaminan
peminjaman.
Menurut Wahidawati (2001) dalam
Fauz dan Rosidi (2007), kreditor
seringkali meminta jaminan berupa
aktiva ketika memberi pinjaman
kepada
perusahaan
yang
membutuhkan
pendanaan.
Collateral asset diukur dengan
membagi
antara
aktiva tetap
terhadap total aktiva.
Tingginya collateral asset
yang dimiliki perusahaan akan
mengurangi konflik kepentingan
antara pemegang saham dengan
kreditor sehingga perusahaan dapat
membayar dividen dalam jumlah
besar, sebaliknya semakin rendah
ISSN: 1410 -9875
collateral
asset
yang
dimiliki
perusahaan
akan
meningkatkan
konflik
kepentingan
antara
pemegang saham dengan kreditor
sehingga kreditor akan menghalangi
perusahaan untuk
membayar
dividen dalam jumlah besar kepada
pemegang saham karena takut
piutang mereka tidak dibayar.
Berdasarkan uraian di atas,
maka rumusan hipotesis dalam
penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
Ha₁ : Kepemilikan
managerial
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
Ha� : Kepemilikan institusional
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
Ha�
:
Kebijakan
hutang
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
Ha� : Profitabilitas berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Ha�
:
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
Ha� : Solvabilitas berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Ha�
:
Growth
potential
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
Ha� :
Collateral
asset
berpengaruh
terhadap
kebijakan dividen.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
seluruh perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai
populasi penelitian. Sampel yang
dipilih
dari
populasi
adalah
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2010. Unit yang dianalisis
Ita Trisnawati
dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling untuk
memilih sampel penelitian. Metode
purposive sampling adalah metode
pengumpulan sampel berdasarkan
tujuan penelitian yang disesuaikan
dengan
syarat-syarat
tertentu.
Adapun kriteria yang ditetapkan
dalam memilih sampel, antara lain:
(1) Perusahaan manufaktur yang
secara konsisten terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008
sampai dengan 2010. (2) Perusahaan
memiliki laporan keuangan dalam
mata uang Rupiah. (3) Perusahaan
memiliki laporan keuangan yang
berakhir
31
Desember
setiap
tahunnya. (4) Perusahaan memiliki
laba setelah pajak secara konsisten
dari tahun 2008 sampai
dengan
tahun
2010.
(5)
Perusahaan
membayarkan
dividen
secara
konsisten setiap tahun selama
periode pengamatan dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2010.
Sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
secara konsisten dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2010 yang
berjumlah
133
perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan data,
terdapat 4 perusahaan yang tidak
menyajikan laporan keuangannya
dalam mata uang Rupiah, 47
perusahaan yang tidak memiliki laba
secara konsisten dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2010, dan 51
perusahaan yang tidak membagikan
dividen secara konsisten dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2010
sehingga sampel perusahaan yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah
31
perusahaan
yang
berjumlah 93 data.
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
Kebijakan Dividen
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah
kebijakan
dividen yang menggunakan skala
rasio dan proksi dividend payout
ratio. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen kepada
pemegang saham. Pengukuran atas
dividend
payout
ratio
ini
menggunakan dengan skala rasio.
Dividend payout ratio
(DPR)
dihitung dengan cara membagi
dividen per lembar saham dengan
earnings
per
lembar
saham
(Kusmini, 2003).
�������� ������ ����� �
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan
manajerial
adalah pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut
dalam
pengambilan
keputusan
perusahaan (Hatta, 2002). Variabel
kepemilikan
manajerial
menggunakan variabel
dummy
untuk menunjukkan ada tidaknya
kepemilikan manajerial. . D = 1
untuk perusahaan yang terdapat
kepemilikan manajerial dan D = 0
����������� ������������� �
�������� ��� �����
������� ��� �����
untuk
perusahaan
yang tidak
memiliki kepemilikan manajerial.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan
institusional
menunjukkan persentase saham
yang dimiliki oleh pemilik institusi
dan kepemilikan oleh blockholder,
yaitu kepemilikan individu atau atas
nama perorangan di atas 5%, tetapi
tidak termasuk ke dalam golongan
kepemilikan insider (Ismiyanti dan
Hanafi, 2003).
������ ����� ��������� � ������ ����� �����������
������ �����
Kebijakan Hutang
Smith dan Skousen (1992)
dalam Dewi (2008) menyatakan
hutang
(liabilities)
telah
didefinisikan
oleh
Financial
Accounting Standards Board (FASB)
di
Amerika
Serikat
sebagai
pengorbanan manfaat ekonomi yang
kemungkinan besar akan terjadi di
masa mendatang akibat adanya
keharusan badan usaha tertentu
pada saat ini untuk mentransfer
aktiva dan memberikan pelayanan
kepada badan usaha lain di masa
mendatang sebagai akibat dari
transaksi dan peristiwa masa lalu.
Kebijakan
hutang
menggunakan
skala rasio yang diproksi dengan DER
(debt equity ratio). Rasio ini
merupakan perbandingan antara
total
kewajiban
dengan
total
ekuitas pemegang saham (Hadianto
dan Herlina, 2010).
���� ������ ����� �
56
November 2013
����� ����
����� ������
ISSN: 1410 -9875
Ita Trisnawati
Profitabilitas
Profitabilitas
didefinisikan
sebagai kemampuan perusahaan
dalam
menghasilkan
laba
berdasarkan penjualan, total aktiva,
dan total ekuitas (Hanafi, 2004).
Mengikuti Dewi (2008), Suharli
��� �
Ukuran Perusahaan
Ukuran
Perusahaan
didefinisikan
sebagai
tingkat
penjualan, jumlah tenaga yang
terlibat dan total asset atau
menggambarkan besar
kecilnya
suatu perusahaan (Dewi, 2008).
Proksi ukuran perusahaan dapat
menggunakan natural log total asset
(Chrutchley dan Hansen, 1989) atau
natural log market capitalization
(Chen dan Steiner, 1999). Penelitian
(2007), Marpaung dan Hadianto
(2009),
maka
profitabilitas
menggunakan skala rasio yang
diproksi dengan return on asset
(ROA).
ROA
merupakan
perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan total aktiva.
��� ������
����� ������
ini menggunakan proksi log natural
dari total aset (Ln TA) tiap tahun.
Solvabilitas
Daya pinjam (solvabilitas)
didefinisikan dengan kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh
pinjaman. Daya pinjam perusahaan
dapat diukur dengan rasio Debt to
Asset yaitu dengan membandingkan
total hutang perusahaan dengan
total aset perusahaan.
����� ����
����� �����
2002). Pengukuran growth potential
menggunakan skala rasio. Indikator
untuk faktor ini adalah tingkat
pertumbuhan campuran yang diatur
tiap tahun dalam total assets.
���� �� ����� �
Growth Potential
Growth potential adalah potensi
pertumbuhan
perusahaan
yang
diukur dengan rasio selisih total
assets pada tahun t dengan total
assets pada tahun t-1 (Sudarsi,
������ ��������� �
����� ������ � � ����� ������ ���
Collateral Assets
Collateral assets adalah aset
perusahaan yang dapat digunakan
sebagai
jaminan
peminjaman.
Kreditor
seringkali
meminta
jaminan berupa aktiva ketika
memberi
pinjaman
kepada
����� ������ ���
perusahaan
yang
membutuhkan
pendanaan (Fauz dan Rosidi, 2007).
Collateral
assets
diukur
menggunakan skala rasio dengan
membagi
antara
aktiva tetap
terhadap total aktiva.
���������� ������ �
����� ������
����� ������
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Deskriptif Objek Penelitian
Sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan
manufaktur
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
secara konsisten dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2010 yang
berjumlah
133
perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan data,
terdapat 4 perusahaan yang tidak
menyajikan laporan keuangannya
dalam mata uang Rupiah, 47
perusahaan yang tidak memiliki laba
secara konsisten dari tahun 2008
November 2013
sampai dengan tahun 2010, dan 51
perusahaan yang tidak membagikan
dividen secara konsisten dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2010
sehingga sampel perusahaan yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah
31
perusahaan
yang
berjumlah 93 data. Dikarenakan
data berdistribusi normal maka
tidak dilakukan uji outlier.
Statistik Deskriptif
Hasil pengolahan statistik deskriptif
dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
DPR
KEPMNJR
KEPINS
DER
ROA
SIZE
DAR
GP
CA
Valid N (listwise)
N
93
93
93
93
93
93
93
93
93
93
Minimum
.031908
0
32.33
.026056
.007657
11.29898
9
.094303
-.323544
.002047
Uji Normalitas Data
Hasil pengujian normalitas
dengan menggunakan
uji
N
Normal
Parameters(a,b)
data
One
Mean
.42995652
.48
72.8885
.63919814
.13229961
Std. Deviation
.272336092
.502
18.94759
.552086154
.076371003
30.361885
23.12843445
5.534271232
.948193
.703425
.681725
.38566761
.12215404
.29771084
.206904677
.141200197
.145619170
Sample Kolgomorov Smirnov dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolgomorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
93
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most
Extreme Absolute
Differences
58
Maximum
1.421666
1
98.18
2.753286
.406695
.22465808
.129
ISSN: 1410 -9875
Ita Trisnawati
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Berdasarkan tabel diatas,
hasil pengujian normalitas dengan
menggunakan Kolgomorov-Smirnov
Test diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,089 yang lebih besar dari
0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa
uji
normalitas
dengan
Kolgomorov-Smirnov
Test
berdistribusi
normal.
Sampel
Model
1
penelitian
sebanyak
93
data
berdistribusi normal sehingga tidak
perlu melakukan uji outlier.
Uji Multikolinieritas
Hasil uji multikolinieritas dalam
penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficients (a)
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
KEPMNJR
.718
1.392
KEPINS
.782
1.278
DER
.633
1.580
ROA
.642
1.557
SIZE
.759
1.317
DAR
.474
2.110
GP
.879
1.137
CA
.785
1.274
Berdasarkan tabel diatas,
seluruh
variabel
independen
memiliki nilai tolerance diatas 0,1
dan nilai VIF (Variance Inflation
Factor) dibawah 10 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas
antar
variabel
independennya
sehingga
data
Model
.129
-.080
1.248
.089
tersebut baik untuk
dalam model regresi.
digunakan
Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas
dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficients (a)
Standardiz
ed
Unstandardized
Coefficient
s
Coefficients
t
Std.
B
Error
Beta
Sig.
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
1
(Constant)
KEPMNJR
KEPINS
DER
ROA
SIZE
DAR
GP
CA
-.122
.002
.001
.076
.625
.005
-.020
.017
-.158
.131
.033
.001
.032
.229
.003
.098
.106
.109
Berdasarkan
tabel
diatas
hasil pengujian heteroskedastisitas
dengan uji glejser, diperoleh nilai
signifikansi
dari
masing-masing
variabel. Nilai signifikansi variabel
kepemilikan
manajerial,
kepemilikan institusional, ukuran
perusahaan, solvabilitas, growth
potential, dan collateral assets
lebih
besar
dari
0,05
yang
menunjukkan
tidak
terjadi
heteroskedastisitas
dan
data
.007
.153
.288
.328
.209
-.028
.017
-.158
November 2013
-.926
.065
1.401
2.375
2.727
1.886
-.200
.162
-1.452
.357
.948
.165
.020
.008
.063
.842
.871
.150
tersebut baik untuk
digunakan
dalam model regresi. Sedangkan
nilai signifikansi variabel kebijakan
hutang dan profitabilitas lebih kecil
dari 0,05 yang menunjukkan terjadi
heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Hasil
uji
autokorelasi
penelitian ini adalah
berikut:
dalam
sebagai
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary (b)
Model
1
Durbin-Watson
2.212
Berdasarkan Tabel 4.6, hasil
pengujian autokorelasi memperoleh
nilai Durbin Watson (DW) sebesar
2,212. Sedangkan dari tabel DW
dengan tingkat signifikansi 5% dan
jumlah data (N) sebanyak 93 data,
serta jumlah variabel independen
(k) adalah 8 diperoleh nilai dl
sebesar 1,4812 dan nilai du sebesar
1,8526. Nilai (4-du) adalah (4 –
1,8526) = 2,1474 dan nilai (4-dl)
adalah (4 – 1,4812) = 2,5188. Karena
nilai DW berada diantara (4-du) dan
(4-dl), berarti terjadi autokorelasi.
Uji Koefisien Korelasi (R)
Hasil uji koefisien korelasi pada
penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Korelasi (R)
Model
1
60
R
.565(a)
ISSN: 1410 -9875
Ita Trisnawati
Berdasarkan Tabel 4.7, hasil
uji koefisien korelasi atau R sebesar
0,565 lebih besar dari 0,5 artinya
hubungan
antara
variabel
independen
dengan
variabel
dependen adalah kuat dan positif.
Uji
Koefisien
Determinasi
(Adjutsted R Square)
Hasil
uji
koefisien
determinasi (Adjusted R Square)
dari variabel independen terhadap
variabel dependen dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjutsted R Square)
Adjusted
R
Square
Model
1
.255
Berdasarkan Tabel 4.8, nilai
Adjusted R Square sebesar 0,255
artinya besarnya persentase variasi
variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variasi variabel
independen sebesar 25,5% dan
sisanya sebesar 74,5% dijelaskan
Model
1
Regression
Residual
Total
oleh variasi variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Uji Signifikansi Simultan (Uji
Statistik F)
Hasil uji statistik F dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik F
Anova (b)
Sum of
Mean
Squares df
Square
2.180
8
.273
4.643
84
.055
6.823
92
F
4.930
Sig.
.000(a)
Berdasarkan Tabel 4.9, nilai
Uji
Signifikansi
Parameter
signifikansi (0,000) lebih kecil dari
Individual (Uji Statistik t)
alpha (α=0,05), sehingga dapat
Hasil uji statistik t dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
disimpulkan bahwa model fit,
artinya
model
regresi
layak
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik t
Coefficients(a)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
t
Sig.
Model
1
(Constant)
KEPMNJR
B
.268
-.016
Std. Error
.230
.058
Beta
-.029
1.166
-.270
.247
.788
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Model
KEPINS
DER
ROA
SIZE
DAR
GP
CA
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
.003
.133
.898
-.009
-.402
.087
.292
Beta
.213
.270
.252
-.175
-.305
.045
.156
2.091
2.389
2.242
-1.697
-2.335
.472
1.537
.040
.019
.028
.093
.022
.638
.128
Std. Error
.001
.056
.400
.005
.172
.185
.190
Berdasarkan
Tabel
4.10
variabel kepemilikan manajerial
(KEPMNJR)
memiliki
nilai
signifikansi 0.788 lebih besar dari
alpha
(α=0,05),
maka
dapat
disimpulkan bahwa Ha� gagal
diterima
atau
kepemilikan
manajerial
(KEPMNJR)
tidak
berpengaruh
terhadap dividend
payout ratio (DPR).
Variabel
kepemilikan
institusional (KEPINS) memiliki nilai
signifikansi 0,040 lebih kecil dari
alpha
(α=0,05),
maka
dapat
disimpulkan bahwa Ha� diterima
atau
kepemilikan
institusional
(KEPINS) berpengaruh secara positif
terhadap dividend payout ratio
(DPR). Sehingga apabila kepemilikan
institusional
suatu
perusashaan
meningkat, maka dividen yang
dibayarkan juga akan mengalami
peningkatan.
Variabel kebijakan hutang
(DER) memiliki nilai signifikansi
0,019 lebih kecil dari alpha
(α=0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa Ha� diterima atau kebijakan
hutang (DER) berpengaruh secara
positif terhadap dividend payout
ratio (DPR). Sehingga apabila
perusahaan mampu membayarkan
hutangnya dengan lancar, maka
dividen yang dibayarkan akan
mengalami peningkatan.
62
November 2013
Variabel profitabilitas (ROA)
memiliki nilai signifikansi 0,028
lebih kecil dari alpha
(α=0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa Ha�
diterima atau profitabilitas (ROA)
berpengaruh secara positif terhadap
dividend
payout
ratio
(DPR).
Sehingga
semakin
meningkat
profitabilitas suatu perusahaan,
maka semakin meningkat pula
tingkat pembayaran dividen.
Variabel ukuran perusahaan
(SIZE) memiliki nilai signifikansi
0,093 lebih besar dari alpha
(α=0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa Ha� gagal diterima atau
ukuran perusahaan (SIZE) tidak
berpengaruh
terhadap
dividend
payout ratio (DPR).
Variabel solvabilitas (DAR)
memiliki nilai signifikansi 0,022
lebih kecil dari alpha
(α=0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa Ha�
diterima atau solvabilitas (DAR)
berpengaruh
secara
negatif
terhadap dividend payout ratio
(DPR). Sehingga semakin tinggi nilai
solvabilitas
suatu
perusahaan,
semakin rendah tingkat pembayaran
dividennya.
Variabel growth potential
(GP) memiliki nilai signifikansi 0,638
lebih besar dari alpha (α=0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa Ha�
gagal
diterima
atau
growth
potential (GP) tidak berpengaruh
ISSN: 1410 -9875
terhadap dividend payout ratio
(DPR).
Variabel collateral
assets
(CA) memiliki nilai signifikansi 0,128
lebih besar dari alpha (α=0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa Ha�
gagal diterima atau collateral assets
(CA) tidak berpengaruh terhadap
dividend payout ratio (DPR).
Model
persamaan
regresi
berganda
pada
penelitian
ini
diperoleh dari hasil pengolahan data
statistik pada Tabel 4.10 sebagai
berikut:
DPR = 0.268 – 0.016 KEPMNJ + 0.003
KEPINS + 0.133 DER + 0.898
ROA – 0.009 SIZE – 0.402 DAR
+ 0.087 GP + 0.292 CA + e
Ita Trisnawati
4.
5.
6.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji statistik t,
diperoleh
kesimpulan
sebagai
berikut:
1. Kepemilikan
manajerial
(KEPMNJR) tidak berpengaruh
terhadap dividend payout ratio.
Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Ramadhan
(2011), akan
tetapi tidak
konsisten dengan penelitian
Dewi (2008).
2. Kepemilikan
institusional
(KEPINS) berpengaruh terhadap
dividend payout ratio. Hasil
penelitian ini konsisten dengan
penelitian Dewi (2008), akan
tetapi tidak konsisten dengan
penelitian Ramadhan (2011).
3. Kebijakan
hutang
(DER)
berpengaruh terhadap dividend
payout ratio. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian
Ismiyanti
dan
Mahadwartha
(2005), akan tetapi tidak
konsisten dengan penelitian
Ramadhan (2011).
7.
8.
Profitabilitas
(ROA)
berpengaruh terhadap dividend
payout ratio. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian
Dewi (2008), akan tetapi tidak
konsisten dengan penelitian
Ismiyanti dan Hanafi (2003).
Ukuran perusahaan (SIZE) tidak
berpengaruh terhadap dividend
payout ratio. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian
Nuringsih (2005), akan tetapi
tidak
konsisten
dengan
penelitian Dewi (2008).
Solvabilitas (DAR) berpengaruh
terhadap dividend payout ratio.
Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Kadir (2009),
akan tetapi tidak konsisten
dengan
penelitian
Arilaha
(2007).
Growth potential (GP) tidak
berpengaruh terhadap dividend
payout ratio. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian
Sudarsi (2002), akan tetapi
tidak
konsisten
dengan
penelitian Wahyudi dan Baidori
(2008).
Collateral assets (CA) tidak
berpengaruh terhadap dividend
payout ratio. Hasil penelitian
ini tidak konsisten dengan
penelitian Wahyudi dan Baidori
(2008) serta Fauz dan Rosidi
(2007).
Keterbatasan Penelitian
Penelitian
ini
memiliki
beberapa
kekurangan
dan
keterbatasan penelitian sebagai
berikut: (1) Data yang digunakan
dalam
penelitian
mengandung
heteroskedastisitas pada variabel
kebijakan
hutang
(DER)
dan
profitabilitas (ROA). (2) Data yang
digunakan
dalam
penelitian
terdapat autokorelasi. (3) Penelitian
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
hanya terbatas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. (4)
Sampel
penelitian hanya mengambil periode
3 tahun penelitian. (5) Penelitian
hanya menggunakan 8 variabel
independen
yang
diduga
memberikan pengaruh terhadap
variabel dependen yaitu dividend
payout ratio.
Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang
disarankan
untuk
penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut:
(1) Penelitian selanjutnya sebaiknya
menambah jumlah sampel agar
tidak terjadi heteroskedastisitas.
(2) Penelitian selanjutnya sebaiknya
November 2013
menambah variabel agar tidak
terjadi autokorelasi. (3) Penelitian
selanjutnya sebaiknya memperluas
populasi penelitian dan tidak hanya
terbatas
pada
perusahaan
manufaktur saja agar semakin
banyak sampel yang diteliti sehingga
lebih
mencerminkan
keadaan
sebenarnya.
(4)
Penelitian
selanjutnya sebaiknya memperluas
periode penelitian agar memperoleh
hasil penelitian yang lebih baik. (5)
Penelitian selanjutnya sebaiknya
menambah
variabel-variabel
independen lain yang sekiranya
mempengaruhi
dividend
payout
ratio
seperti
risiko
pasar,
investment opportunity dan lainlain.
DAFTAR REFERENSI
Ahmed, Hafeez, dan Attiya Javid. 2009. Dynamics and Determinants of Dividend
Policy in Pakistan (Evidence from Karachi Stock Exchange Non-Financial
Listed Firms. International Research Journal of Finance and Economics:
148-171.
Anil, K., dan Kapoor, S. 2008. Determinant of Dividend Payout Ratio – A Study
of Indian Information Technology Sector, International Research
Journal of Finance and Economics: 63-71.
Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran
Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, April 2009: 5764.
Dewi, S. C. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran
Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, 47-58.
Fadah I., dan Rian D. 2007. Analisis Faktor-faktor Penentu Kebijakan Dividen
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEJ). Jurnal Bisnis
dan Manajemen, Vol. 1, No.1, April 2007: 14-29.
Fauz, A., dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajeral,
Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang, dan Collateral Asset
terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol. 8,
No. 2, Juni 2007: 259-267.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J. 2008. Principles of Managerial Finance. Twelfth Edition.
Pearson Education: Prentice Hall.
Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Ecometrics. Fifth
Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
64
ISSN: 1410 -9875
Ita Trisnawati
Hadianto, B., dan Herlina. 2010. Prediksi Arus Kas Bebas, Kebijakan Utang dan
Profitabilitas terhadap Kemungkinan Dibayarkannya Dividen (Studi
Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks Kompas 100 di Bursa Efek
Indonesia). Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 3, No. 1, 53-73.
Hanafi, M.M. 2004. Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005, Cetakan Pertama.
Yogyakarta: BPFE-UGM.
Handayani, Dwi R., dan Bambang Hadinugroho. 2009. Analisis Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Dividen (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di BEI Tahun 2001-2005). Fokus Manajerial, Vol. 7, No.
1, 2009: 64-71.
Ismiyanti dan Hanafi. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,
Risiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen: Analisis Persamaan
Simultan. Simposum Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16-17 Oktober
2003: 260-277.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield. 2011. Intermediate
Accounting, Vol. 2. IFRS Edition. John Willey and Sons Inc.
Kimmel, Paul D., Weygandt, Jerry J., Kieso, Donald D. 2010. Acoounting
Principles. Ninth Edition. John Willey dan Sons Inc.
Marpaung, E. I., dan Hadianto. 2009. Pengaruh Solvabilitas dan Kesempatan
Investasi terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik pada Emiten
Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Vol.
1, No. 1, Mei 2009: 70-84.
Nuringsih, K. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang,
ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen : Studi 19951996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 2, 103-123.
Ramadhan, Syahril. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden
Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. AKTIVA,
Volume 4 Nomor 6 Februari 2011: 80-100.
Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Parametrik. Cetakan Ketiga. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Setiati, Fita. 2006. Analisis Pengaruh Sejumlah Faktor Terhadap Perubahan
Dividen di Perusahaan Go Publik. SOSIAL, Jurnal Ilmu-ilmu Sosial ISSN
1858-2265, Vol. 2, No. 1, Februari 2006: 36-40.
Shitawati, F. Artin. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Capital Adequacy Ratio (Studi Empiris: Bank Umum di Indonesia Periode
2001-2004). Semarang: Universitas Diponegoro.
Sudarsi, Sri. 2002. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout
Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 9, No. 1, Maret 2002: 76-88.
Suharli, M. 2006. Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan
Harga Saham terhadap Jumlah Dividen Tunai (Studi pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003). Jurnal Maksi
Vol. 6, No. 2, Agustus 2006: 243-256.
Suhartono. 2004. Pengaruh Insider Ownership, Net Organizational Capital, dan
Risiko Pasar terhadap Kebijakan Deviden. Kajian Bisnis Vol. 12, No. 1, 1
Januari 2006: 53-64.
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Sumaldiman, dan Aziz, Ahmad. 2006. Pengaruh Insider Ownership dan Risiko
Pasar terhadap Kebijakan Dividen. Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen,
Vol. 1, No. 1, Januari 2006: 53-64.
Sumani. 2012. Analisis Pengaruh Return on Equity, Current Ratio, Debt to Asset
Ratio, dan Earning Per Share terhadap Dividend Payout Ratio Pada
Perusahaan Non Jasa Keuangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 101, Nomor 11, Maret 2012: 60-70.
Tarigan, Immi Fiska, dan Toto Sugiharto. 2010. Influence of ROI, Cash Ratio,
Current Ratio, Debt To Total Asset and Earnings Pershare on Dividend
Policy (House / Dividend Payout Ratio). Universitas Gunadarma.
Wahyudi, Eko, dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateral
Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen
pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia
Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 6, Nomor 3,
Desember 2008:474-483.
Weygandt, Jerry J., Paul D. Kimmel and Donald E. Kieso. 2010. Financial
Acoounting. IFRS Edition. John Willey and Sons Inc.
66
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 67-86
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
LIE YUNG YUNG
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: This research seeks to examine the association between corporate
governance and earnings management. The aim of this research is to find the
empirical evidence of corporate governance to earnings management. The independent variables i.e. Board of Directors, Proportion of Independent Commissioner, Audit Committee, Institutional Ownership, Auditing Firm’s Size, Auditor’s Independency, and Profitability.This research uses purposive sampling
method with 65 data of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 until 2012. The tools analysis used in this research is multiple
linear regression. The result of this study shows that Board of Directors, Proportion of Independent Commissioner, Audit Committee, Institutional Ownership, Auditing Firm’s Size, Auditor’s Independency, and Profitability did not
have significant influence toward earnings management.
Keywords: Earnings Management, Corporate Governance, Indonesia Stock Exchange, Empirical Evidence.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tata kelola
perusahaan dan manajemen laba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menemukan bukti empiris tata kelola perusahaan dengan manajemen laba.
Variabel independen yaitu Direksi, Proporsi Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Ukuran KAP, Independensi Auditor, dan Profitabilitas. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan 65
data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2009 sampai 2012. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Direksi, Proporsi Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, Ukuran
KAP, Independensi Auditor, dan Profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba.
Kata Kunci: Manajemen Laba, Tata Kelola Perusahaan, Bursa Efek Indonesia,
Bukti Empiris
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini telah
banyak
terjadi
penyimpangan
laporan keuangan yang merugikan
banyak pihak-pihak yang berkepentingan, padahal laporan keuangan
adalah alat yang digunakan manajemen untuk menyampaikan kinerja
perusahaan
kepada
pihak-pihak
yang berkepentingan. Pihak-pihak
yang berkepentingan adalah karyawan, investor, kreditur, pemegang
saham, dan pemerintah. Kondisi
keuangan perusahaan dan kinerja
manajemen dapat dilihat dari informasi yang terkandung di dalam
laporan keuangan tersebut yang
dapat digunakan oleh kreditur maupun investor dalam proses pengambilan keputusan. Informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan
harus memiliki kriteria sehingga
dapat digunakan dalam proses
pengambilan keputusan.
Dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) telah
ditetapkan suatu kriteria yang harus
dimiliki informasi akuntansi, kriteria
utama adalah relevan dan reliable.
Bagi pihak investor, laporan keuangan berguna dalam pengambilan
keputusan yang nantinya dapat memaksimalkan jumlah investasinya.
Bagi pihak kreditur, laporan keuangan digunakan untuk membantu
mereka dalam memutuskan pinjaman dan bunga yang
harus
dibayar.
Sedangkan
bagi
pemerintah,
laporan
keuangan
digunakan untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan
pajak, dan untuk menyusun statistik
pendapatan
nasional
(Ghozali,
2011).
Laporan keuangan dapat juga
digunakan untuk mengawasi kinerja
68
November 2013
manajer dan mencegah adanya manipulasi akuntansi untuk itu diperlukan pengungkapan yang lebih banyak tentang kondisi keuangan dan
sumber daya yang dimiliki perusahaan pada pihak luar yang dapat dituangkan dalam laporan keuangan.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK)
no.1
tentang
pengungkapan kebijakan akuntansi
menyebutkan bahwa laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (disajikan dalam berbagai
cara, misalnya: sebagai laporan arus
kas dan catatan atas laporan keuangan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Dalam perusahaan publik tentunya harus menyampaikan informasi keuangan (dalam hal ini laba
perusahaan) kepada masyarakat
melalui pasar modal. Laporan keuangan tidak hanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, perubahan posisi
laporan keuangan, tetapi juga
pengungkapan
yang
tidak
diwajibkan mencakup profil perusahaan, informasi tentang komisaris
dan direksi perusahaan, strategi dan
kinerja perusahaan, prospek bisnis,
informasi pegawai, tanggung jawab
sosial, produk, informasi tata kelola
perusahaan yang baik dan lain-lain.
Dalam suatu kondisi, banyak
juga perusahaan yang melakukan
penyimpangan atas laporan keuangannya, dengan cara melakukan
praktik manajemen laba (perataan
laba) yang membuat laporan keuangannya menjadi lebih baik, dan
terdapat
kandungan
rekayasa
laporan keuangan di dalamnya, agar
membuat para investor tertarik untuk melakukan penanaman dana di
perusahaan tersebut, seperti yang
ISSN: 1410 -9875
akan kita lihat pada contoh kasus PT
Kimia Farma.
PT Kimia Farma adalah salah
satu produsen obat-obatan milik
pemerintah di Indonesia. Pada audit
tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan
adanya laba bersih sebesar Rp 132
milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM). Akan tetapi, Kementerian
BUMN dan Bapepam menilai bahwa
laba bersih tersebut terlalu besar
dan mengandung unsur rekayasa.
Setelah dilakukan audit ulang, pada
3 Oktober 2002 laporan keuangan
Kimia Farma 2001 disajikan kembali
(restated), karena telah ditemukan
kesalahan yang cukup mendasar.
Pada laporan keuangan yang baru,
keuntungan yang disajikan hanya
sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih
rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau
24,7%
dari
laba
awal
yang
dilaporkan. Kesalahan itu timbul
pada unit Industri Bahan Baku yaitu
kesalahan
berupa
overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral
berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada
unit
Pedagang
Besar
Farmasi
berupa overstated persediaan sebesar Rp
8,1
miliar
danoverstated penjualan sebesar Rp 10,7
miliar.
Kesalahan penyajian yang
berkaitan dengan persediaan timbul
karena nilai yang ada dalam daftar
harga persediaan digelembungkan.
PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah
daftar harga persediaan (master
prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari
ini telah digelembungkan nilainya
dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia
Lie Yung Yung
Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan
penyajian
berkaitan dengan penjualan adalah
dengan dilakukannya pencatatan
ganda atas penjualan. Pencatatan
ganda tersebut dilakukan pada unitunit yang tidak disampling oleh
akuntan, sehingga tidak berhasil
dideteksi. Berdasarkan penyelidikan
Bapepam, disebutkan bahwa KAP
yang mengaudit laporan keuangan
PT Kimia Farma telah mengikuti
standar audit yang berlaku, namun
gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga
tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan
pemberitaan di harian Kontan yang
menyatakan bahwa Kementerian
BUMN memutuskan penghentian
proses
divestasi
saham
milik
Pemerintah di PT KAEF setelah
melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam
No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 –
Khusus huruf m – Perubahan
Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
poin 3) Kesalahan Mendasar.
Kesalahan mendasar mungkin
timbul dari kesalahan perhitungan
matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan
interpretasi
fakta
dan
kecurangan atau kelalaian. Dampak
perubahan kebijakan akuntansi atau
koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif
dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode
yang telah disajikan sebelumnya dan
melaporkan dampaknya terhadap
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo
laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan
baru.
Motivasi dalam melakukan
penelitian ini adalah untuk melihat
apa
saja
yang mempengaruhi
faktor-faktor dalam melakukan manajemen laba. Di Saudi Arabia,
penelitian mengenai faktor-faktor
internal
perusahaan
yang
mempengaruhi terjadinya manajemen laba dilakukan oleh Al-Abbas
(2009) yang mencoba meneliti
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi manajemen laba
dengan menggunakan 5 variabel independen seperti ukuran dewan
komisaris, proporsi dewan komisaris
independen, jumlah komite audit,
kepemilikan institusional, dan ukuran KAP. Peneliti akan menambahkan 2 variabel independen yaitu
independensi auditor dan profitabilitas, karena peneliti ingin memperluas cakupan sampel penelitian dalam perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Alasan penambahan 2 variabel independen dalam penelitian
ini, karena 2 variabel tersebut
mengacu pada penelitian Guna dan
Herawaty (2010) dan diduga bahwa
independensi auditor dan profitabilitas mempengaruhi
manajemen
laba,
karena secara langsung
berhubungan dengan laporan keuangan dari perusahaan manufaktur
yang diaudit.
RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
70
November 2013
Menurut Indriastuti (2012),
teori agensi mengasumsikan bahwa
CEO (agen) memiliki lebih banyak
informasi daripada prinsipal. Hal ini
dikarenakan prinsipal tidak dapat
mengamati kegiatan yang dilakukan
agen secara terus-menerus dan
berkala. Prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai
kinerja agen, maka prinsipal tidak
pernah
dapat
merasa
pasti
bagaimana usaha agen memberikan
kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Situasi inilah yang disebut
asimetri informasi. Konflik inilah
yang kemudian dapat memicu biaya
agensi. Pemikiran bahwa pihak manajemen dapat melakukan tindakan
yang hanya memberikan keuntungan
bagi dirinya sendiri didasarkan pada
suatu asumsi yang menyatakan setiap orang mempunyai perilaku yang
mementingkan diri sendiri atau selfinterested behavior (Rachmawati
dan Triatmoko 2007).
Watts & Zimmerman (1986)
dalam Herawaty (2008) menyatakan
bahwa laporan keuangan yang
dibuat
dengan
angka-angka
akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak
yang
berkepentingan.
Dengan
laporan keuangan yang dilaporkan
oleh agen sebagai pertanggung jawaban kinerjanya, principal dapat
menilai, mengukur dan mengawasi
sampai sejauh mana agen tersebut
bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar
pemberian kompensasi
kepada
agen.
Dalam agensi teori juga
menganalisa dampak dari konflik antara manajer dengan pemegang
klaim perusahaan dan konflik antara
pemegang klaim terhadap isu yang
ISSN: 1410 -9875
berhubungan untuk mengoptimalkan tingkatan investasi dan pengurangan risiko dari perusahaan.
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan
setiap tindakan manajemen yang
dapat mempengaruhi angka laba
yang dilaporkan. Setiawati (2002)
dalam Guna dan Herawaty (2010)
menyatakan manajemen laba sebagai campur tangan manajemen
dalam proses pelaporan keuangan
eksternal
dengan
tujuan
menguntungkan dirinya sendiri (manajer).
Dalam penelitian ini, manajemen
laba
diukur
dengan
menggunakan proksi Discretionary
Accrual (DA) yang diukur dengan
menggunakan model Jones (1991)
dalam Guna dan Herawaty (2010).
Davidson (1987) dalam Schipper
(1989) dalam Meutia (2004) yang
dikutip dari Guna dan Herawaty
(2010) menyatakan
manajemen
laba sebagai proses dilakukannya
langkah-langkah yang disengaja dalam
batasan
prinsip-prinsip
akuntansi untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan.
Healy dan Wahlenn (1999) dalam
Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi
untuk mengubah laporan keuangan
sehingga menyesatkan pemegang
saham dalam menilai prestasi
ekonomi yang dicapai oleh perusahaan.
Manajemen laba merupakan
fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual
Lie Yung Yung
dalam penyusunan laporan keuangan. Manajemen laba timbul sebagai dampak dari penggunaan
akuntansi sebagai salah satu alat
komunikasi antara pihak-pihak yang
berkepentingan dan kelemahan inheren yang ada pada akuntansi yang
menyebabkan adanya judgement,
yang dikutip oleh Setiawati (2002)
dalam Guna dan Herawaty (2010).
Discretionary accrual adalah
komponen akrual yang memungkinkan manajer untuk melakukan intervensi dalam proses penyusunan
laporan keuangan sehingga tidak
mencerminkan nilai atau kondisi perusahaan yang sesungguhnya. De Angelo (1986) dalam Meutia (2004)
yang dikutip dalam Guna dan
Herawaty (2010) menyatakan konsep model akrual memiliki dua komponen, yaitu komponen non-discretionary dan discretionary. Komponen discretionary accruals merupakan bagian dari akrual yang
memungkinkan manajer melakukan
intervensinya dalam memanipulasi
laba perusahaan. Hal ini disebabkan
karena manajer memiliki kemampuan untuk mengontrolnya dalam
jangka pendek. Komponen discretionary accruals diantaranya terdiri
dari penilaian utang, pengakuan
biaya garansi (future warranty expense) dan aset modal (capitalization assets). Sedangkan komponen
non-discretionary accruals ditentukan oleh faktor-faktor lain yang
tidak dapat diawasi oleh manajer.
Informasi laba menjadi bagian dari laporan keuangan yang dianggap paling penting, karena informasi tersebut secara umum dipandang sebagai representasi kinerja
manajemen pada periode tertentu.
Handayani dan Agustono (2009)
menjabarkan pentingnya informasi
laba
bagi
pihak-pihak
yang
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
berkepentingan, pertama karena
laba dijadikan dasar perusahaan dalam mentukan kebijakan dividen.
Kedua, laba merupakan dasar dalam
memperhitungkan kewajiban perpajakan perusahaan. Ketiga, laba
dipandang sebagai petunjuk dalam
menentukan arah investasi dan
pembuat
keputusan
ekonomi.
Keempat, laba diyakini sebagai sarana prediksi yang membantu dalam
memprediksi laba dan kejadian
ekonomi di masa mendatang, dan
kelima, laba dijadikan pedoman dalam mengukur kinerja manajemen.
Menurut
Hendrikson
dan
Breda (1992) dalam Kustono (2009),
perataan laba lebih bersifat menutupi informasi yang sebenarnya
harus diungkapkan. Variabilitas aktivitas perusahaan berusaha untuk
disembunyikan dan diperhalus, sehingga informasi yang disajikannya
pun tidak mengungkapkan yang
sebenarnya terjadi. Manajemen perusahaan
bisa
memanfaatkan
akuntansi akrual untuk alasan tertentu yang bersifat oportunistik,
dengan demikian tindakan manajemen laba (earnings management)
lebih ditujukan pada usaha untuk
memeroleh bonus dan kompensasi
lainnya, memengaruhi keputusan
pasar modal, menghindari pelanggaran
perjanjian
hutang
dan
menghindari biaya politik. Motivasi
yang
mendorong
manajemen
melakukan manajemen laba melalui
penerapan akuntansi berbasis akrual
menurut Healy dan Wahlen (2000)
(dalam Widyastuti, 2007) dapat
dilihat dari tiga perspektif motivasi
pasar modal, motivasi kontrak dan
motivasi regulasi.
Beneish (2001) dalam Baharuddin dan Heru (2008) berpendapat bahwa terdapat tiga pendekatan yang digunakan oleh para
72
November 2013
peneliti dalam menilai keberadaan
manajemen laba. Pendekatan pertama mempelajari aggregate accruals dan menggunakan model regresi
untuk menghitung expected dan unexpected
accruals.
Pendekatan
kedua memfokuskan pada specific
accruals, seperti provisi untuk bad
debt atau pada accruals dalam sector yang spesifik, seperti cadangan
claim loss dalam industry asuransi.
Pendekatan ketiga meneliti diskontinuitas dalam distribusi laba.
Penelitian-penelitian yang ada dan
yang mengacu pada teori akuntansi
positif telah berusaha untuk menjelaskan hubungan antara variabelvariabel khusus perusahaan atau
faktor-faktor ekonomi tertentu dan
pemilihan akan suatu metode
akuntansi. Penelitian-penelitian dimaksud menggunakan pendekatan
pengukuran dengan dua metode,
yaitu (1) pilihan metode akuntansi
dan (2) metode akrual. Mereka yang
menggunakan pendekatan pilihan
metode akuntansi biasanya mengujinya dengan analisis multivariat.
Sumbangan yang diperoleh
dari penelitian-penelitian dimaksud
sangat
beragam
dan
meliputi
penemuan atau penjelasan akan
bentuk-bentuk sistematik dalam
pilihan
metode
akuntansi,
pengakuan akan pentingnya biayabiaya kontrak untuk akuntansi, dan
ketentuan akan landasan untuk
pemahaman
pilihan-pilihan
akuntansi (Gumanti 2000).
Ukuran Dewan Komisaris dengan
Manajemen Laba
Zimmermann (2003) dalam
Ujiyantho dan Pramuka (2007)
merupakan yang pertama menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris
merupakan
bagian
dari
mekanisme corporate governance.
ISSN: 1410 -9875
Hal ini diperkuat oleh pendapat Allen dan Gale (2000) dalam Ujiyantho
dan Pramuka (2007) yang menegaskan bahwa dewan komisaris merupakan mekanisme governance yang
penting. Mereka juga meyakinkan
bahwa dewan komisaris yang ukurannya besar kurang efektif daripada dewan yang ukurannya kecil.
Penelitian yang dilakukan
Beaslley (1996) dalam Ujiyantho dan
Pramuka (2007) juga menyimpulkan
bahwa
dewan komisaris yang
berukuran kecil akan lebih efektif
dalam
melakukan
tindakan
pengawasan dibandingkan dewan
komisaris berukuran besar. Ukuran
dewan komisaris yang besar dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya karena sulit dalam
komunikasi, koordinasi serta pembuatan keputusan.
Ha1: Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba
Proporsi Dewan Komisaris Independen dengan Manajemen Laba
Surat Edaran No. 9/12/DPNP
tentang GCG di bank, mengharuskan
tiap bank memiliki 50% anggota
komisaris independen dari jumlah
total anggota dewan komisaris.
Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa komisaris independen
dapat bertindak sebagai penengah
dalam perselisihan yang terjadi antara para manajer internal dan
mengawasi kebijakan manajemen
serta memberikan nasihat kepada
manajemen. Komisaris Independen
merupakan posisi terbaik untuk
melaksanakan fungsi
monitoring
agar tercipta perusahaan yang good
corporate governance.
Peasnell et al. (1998) dalam
Indriastuti
(2012)
menemukan
Lie Yung Yung
bahwa keberadaan komisaris independen membatasi pihak manajemen untuk melakukan manajemen
laba. Temuan ini didukung oleh
Wedari (2004) dan Nasution dan Setiawan (2007) dalam Indriastuti
(2012) yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen
berhubungan
negatif
signifikan
dengan manajemen laba.
Ha2: Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba
Komite Audit dengan Manajemen
Laba
Komite audit menurut Kep.
29/PM/2004 merupakan
komite
yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan tugas pengawasan
pengelolaan perusahaan. Komite audit yang dibentuk oleh suatu perusahaan berfungsi untuk memberikan
pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan
pengendalian intern. Selain itu,
keberadaan komite audit juga berfungsi untuk membantu dewan
komisaris dalam mengawasi pihak
manajemen
dalam
menyusun
laporan keuangan (Mayangsari 2004)
dalam Guna dan Herawaty (2010).
Tujuan
dari
keberadaan
komite audit di perusahaan seperti
yang diungkapkan dalam Susiana
dan Herawaty (2007) adalah memberikan kepastian bahwa laporan
keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan telah sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta disajikan secara
wajar dan tidak menyesatkan, memberikan kepastian bahwa pengendalian internal perusahaan telah
memadai,
dan
melakukan
pengawasan dan menindaklanjuti
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
kemungkinan penyimpangan material dalam bidang keuangan dan implikasi hukumnya, serta memberikan rekomendasi dalam pemilihan auditor eksternal yang akan
melakukan audit di perusahaan.
Ha3: Komite audit berpengaruh
terhadap manajemen laba
Kepemilikan Institusional dengan
Manajemen Laba
Boediono (2005) dalam Indriastuti (2012) menyatakan bahwa
kepemilikan institusional memiliki
kemampuan untuk mengendalikan
pihak manajemen melalui proses
monitoring secara efektif sehingga
dapat mengurangi manajemen laba.
Persentase saham tertentu yang dimiliki
oleh
institusi
dapat
mempengaruhi proses penyusunan
laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Midiastuty dan Machfoedz
(2003) dalam Indriastuti (2012)
menemukan bahwa kepemilikan institusional berhubungan negatif dan
signifikan
terhadap
manajemen
laba. Cornett et al. (2006) dalam Indriastuti
(2012)
menyimpulkan
bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer
untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan, sehingga akan mengurangi
perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri.
Veronica dan Utama (2005)
dalam Indriastuti (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional yang tinggi dapat meminimalisir earnings management tergantung pada tingkat kecanggihan
investor tersebut. Hasil ini didukung
oleh Ujiyantho dan Pramuka (2007)
74
November 2013
menyatakan bahwa kepemilikan saham oleh institusional dianggap sebagai sophisticated investor dengan
jumlah kepemilikan yang cukup signifikan dapat memonitor manajemen yang berdampak mengurangi
motivasi manajer untuk melakukan
earnings management.
Kepemilikan
institusional
memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham
tertentu yang dimiliki oleh institusi
dapat
mempengaruhi
proses
penyusunan laporan keuangan yang
tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan
pihak manajemen (Ujiyantho dan
Pramuka 2007).
Ha4: Kepemilikan
institusional
berpengaruh terhadap manajemen laba
Ukuran KAP dengan Manajemen
Laba
Banyaknya penelitian sebelumnya telah menguji hubungan antara ukuran KAP dan manajemen
laba. Bauwhede (2003) dalam Al-Abbas (2009) menemukan bahwa ukuran
KAP
secara
negatif
mempengaruhi manajemen laba dan
ukuran KAP yang lebih besar, lebih
kompeten dan independen daripada
ukuran KAP yang kecil.
Ukuran KAP diasumsikan akan
berpengaruh terhadap hasil audit
yang dilakukan oleh auditornya.
Ukuran KAP Big Four dianggap lebih
berkualitas karena auditornya sering
dibekali oleh serangkaian pelatihan
dan prosedur serta memiliki program audit yang lebih akurat dan
efektif dibandingkan KAP non Big
Four, maka dari uraian diatas dapat
disimpulkan KAP non Big Four
ISSN: 1410 -9875
cenderung dapat melakukan manajemen laba (Guna dan Herawaty
2010).
Ha5: Ukuran KAP berpengaruh terhadap manajemen laba
Independensi Auditor dengan Manajemen Laba
Independensi auditor akan
berdampak terhadap pendeteksian
manajemen laba. Auditor yang independen merupakan salah satu faktor
yang dapat mengurangi terjadinya
manajemen laba. Independensi auditor dinilai dari lamanya penugasan
auditor tersebut di perusahaan yang
sama.
Semakin
lama
auditor
melaksanakan audit pada suatu perusahaan, maka auditor dianggap
tidak independen dan cenderung
memiliki
kemungkinan
untuk
melakukan praktik manajemen laba
(Guna dan Arleen 2010).
Ha6: Independensi auditor berpengaruh terhadap manajemen laba
Profitabilitas dengan Manajemen
Laba
Profitabilitas
diketahui
dengan memperbandingkan antara
laba yang diperoleh dalam suatu
periode dengan jumlah aktiva atau
jumlah modal pada perusahaan tersebut.
Profitabilitas
sering
digunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan
antara modal yang dicapai dengan
laba operasi. Oleh karena itu keuntungan yang besar bukan ukuran
bahwa perusahaan-perusahaan tersebut rendabel. Profitabilitas juga
digunakan untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola
sumber-sumber yang dimilikinya,
dari uraian tersebut dapat disimpulkan, profitabilitas yang semakin besar dapat memiliki kecenderungan
Lie Yung Yung
melakukan praktik manajemen laba,
meskipun belum tentu dilakukan
(Atarwaman 2011).
Ha7:
Profitabilitas
berpengaruh
terhadap manajemen laba
METODA PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan
penelitian kausalitas yang menguji
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini
adalah ukuran dewan komisaris,
proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan
institusional, independensi auditor
dan profitabilitas. Variabel dependennya adalah manajemen laba.
Obyek Penelitian
Obyek
penelitian
yang
digunakan adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan
sampel menggunakan metode purposive sampling, yang dipilih berdasarkan kriteria perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan
tidak mengalami delisting selama
periode penelitian, menggunakan
mata uang Rupiah dalam laporan
keuangannya. Adapun kriteria yang
digunakan berkaitan dengan manajemen laba adalah:
1.
2.
3.
Perusahaan manufaktur yang
sahamnya
aktif
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 hingga
2012.
Laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang disajikan dalam mata uang Rupiah.
Perusahaan manufaktur yang
memperoleh laba berturut-
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
4.
turut
selama
periode
penelitian.
Laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang telah diaudit
oleh
auditor independen
dengan
menggunakan tahun
buku yang berakhir tanggal 31
Desember.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Manajemen Laba
Variabel dependen diwakili
oleh
manajemen
laba
yang
menggunakan rumus discretionary
accruals yang digunakan sebagai
proksi manajemen laba dalam
penelitian ini merupakan modifikasi
cross
sectional,
yang
dapat
mendeteksi manajemen laba secara
konsisten.
Menurut Guna dan Herawaty (2010)
rumus yang digunakan untuk menentukan nilai total accruals untuk sampel perusahaan yang terpilih dengan
pendekatan cash flow adalah sebagai berikut:
TAit = NIt - OCFt
Keterangan:
TAit: Total Accruals pada periode t
NIt:
Laba bersih operasi (net operating income) periode t
OCFt: Aliran kas dari aktivitas
operasi (operating cash flow)
pada periode t
Setelah diperoleh nilai total
accruals, dilakukan regresi untuk
memperoleh angka koefisien α1, α2,
dan α3 dengan variable dependen
total accruals dan variabel independen adalah total aset tahun
sebelumnya (t-1) dirumuskan sebagai berikut:
TAit/Ait-1 = α1(1/Ait-1) + α2(∆REVit/ Ait1) + α3(PPEit/ Ait-1) + έit
76
November 2013
Dengan
menggunakan
koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals:
NDAit = α1(1/Ait-1) + α2(∆REVit/ Ait-1) +
α3(PPEit/ Ait-1)
Langkah selanjutnya adalah
mencari nilai dari discretionary accruals dengan mengurangi nilai TAit
dengan nilai NDAit.
DAit= TAit/Ait-1 - NDAit
Keterangan:
DAit
: Discretionary
accruals
perusahaan i pada tahun t
TAit/Ait-1 : Total Accruals perusahaan i pada tahun t
NDAit : Nondiscretionary
accruals perusahaan i pada tahun t
Ait-1 : Total aset untuk sampel
perusahaan i pada akhir
periode t-1
∆REVit : Perubahan pendapatan
perusahaan i dari tahun t1 le tahun t
PPEit : Aset tetap (gross property plant and equipment)
έit
: Sampel error perusahaan
i pada periode t
Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran
dewan
komisaris
merupakan jumlah anggota dewan
komisaris perusahaan (Bainer et al,
2003 dalam Ujiyantho dan Pramuka
2007). Dewan komisaris bertanggung
jawab dan berwenang mengawasi
tindakan manajemen, dan memberikan nasehat kepada manajemen
jika dipandang perlu oleh dewan
komisaris (Ujiyantho dan Pramuka
2007). Ukuran dewan komisaris
ISSN: 1410 -9875
Lie Yung Yung
diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan.
pemegang saham pengendali, serta
bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya
yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Ujiyantho dan
Pramuka 2007)
Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah
anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
Anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan
PRO �
Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
Komite Audit
Komite Audit menurut Kep.
29/PM/2004
merupakan
komite
yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan tugas pengawasan
pengelolaan perusahaan. Komite audit dalam penelitian ini diukur
menggunakan indikator jumlah anggota komite audit, menurut dalam
Guna dan Herawaty (2010).
INST �
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan
institusional
merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan
seperti perusahaan asuransi, bank,
dana pensiun, dan investment banking (Siregar dan Utama 2005 dalam
Guna
dan
Herawaty
2010).
Kepemilikan institusional diukur
dengan skala rasio melalui jumlah
saham yang dimiliki investor institusional dibandingkan dengan total
saham perusahaan.
Jumlah saham yang dimiliki investor institusi
Total modal saham perusahaan yang beredar
Ukuran KAP
Ukuran KAP (Kantor Akuntan
Publik) berarti bentuk kepemilikan
dari kantor akuntan yang mana saat
ini secara global dikelompokkan sebagai KAP Big Four dan KAP Non Big
Four. Ukuran Kantor Akuntan Publik
menggunakan variable dummy dimana nilai 1 untuk KAP Big Four dan
nilai 0 untuk KAP Non Big Four,
dengan menggunakan skala nominal.
Independensi Auditor
Independensi Auditor melalui
proksi lama penugasan audit diukur
menggunakan skala nominal dengan
variabel dummy. Angka 1 digunakan
untuk mewakili perusahaan yang
menggunakan auditor yang sama dalam 3 tahun, yang berarti tidak
memiliki sikap independen. Angka 0
digunakan untuk perusahaan yang
mengganti auditornya dalam waktu
kurang dari 3 tahun, yang berarti
memiliki sikap independen.
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba.
Profitabilitas
dalam penelitian ini diukur dengan
skala rasio Return on Assets (ROA)
yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak terhadap total aset
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
(Guna dan Herawaty, 2010) yang
dirumuskan sebagaiberikut:
November 2013
ROA �
���� ������ ������� �����
����� ����
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil Statistik Deskriptif
N
Minimum
DAC
260
0.0004
UkKom
260
2
ProDKI
260
0.2000
KomAud
260
2
INST
260
0.0371
UkKAP
260
0
InAud
260
0
P
260
0.0005
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS
Tabel diatas menunjukkan bahwa
total observasi adalah 260 data, dan
hasilnya sebagai berikut:
1. Variabel discretionary accruals
memiliki nilai terendah (minimum) 0.0004 dan nilai tertinggi
(maximum) sebesar 0.4568.
Nilai rata-rata(mean) sebesar
0.070100 dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.0747446.
2. Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai terendah
(minimum) 2 dan nilai tertinggi
(maximum) sebesar 12. Nilai
rata-rata(mean) sebesar 4.40
dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 2.000.
3. Variabel proporsi dewan komisaris independen memiliki nilai
terendah (minimum) 0.2000
dan nilai tertinggi (maximum)
sebesar 0.8000. Nilai ratarata(mean) sebesar 0.395433
dengan standar deviasi (standard
deviation)
sebesar
0.1119456.
4. Variabel komite audit memiliki
nilai terendah (minimum) 2
78
Maximum
0.4568
12
0.8000
5
1.0000
1
1
15.4777
versi 19
5.
6.
7.
8.
Mean
0.070100
4.40
0.395433
3.16
0.699945
0.43
0.57
0.169626
Std. Deviation
0.0747446
2.000
0.1119456
0.524
0.1958311
0.496
0.496
0.9577824
dan nilai tertinggi (maximum)
sebesar
5.
Nilai
ratarata(mean)
sebesar
3.16
dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.524.
Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai terendah (minimum) 0.371 dan nilai
tertinggi (maximum) sebesar
1.0000. Nilai rata-rata(mean)
sebesar
0.699945
dengan
standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.1958311.
Variabel ukuran KAP memiliki
nilai terendah (minimum) 0
dan nilai tertinggi (maximum)
sebesar
1.
Nilai
ratarata(mean)
sebesar
0.43
dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.496.
Variabel independensi auditor
memiliki nilai terendah (minimum) 0 dan nilai tertinggi
(maximum) sebesar1. Nilai
rata-rata(mean) sebesar 0.57
dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.496.
Variabel profitabilitas memiliki
nilai
terendah
(minimum)
ISSN: 1410 -9875
0.0005 dan nilai tertinggi (maximum) sebesar 15.4777. Nilai
rata-rata
(mean)
sebesar
Lie Yung Yung
0.169626 dengan standar deviasi (standard deviation) sebesar 0.9577824.
Uji Normalitas Data
Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Hasil Uji Normalitas Data
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
Residual
260
0.0000000
0.07391924
0.159
0.159
-0.134
2.574
0.000
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19
Hasil dari uji normalitas menunjukan bahwa asymp. Sig berada di bawah
0.05 yang berarti data tidak berdistribusi normal.
Uji Outlier
Hasil uji outlier dapat dilihat dari tabel berikut:
Hasil Uji Outlier
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Unstandardized
Residual
189
0.0000000
0.59634098
0.112
0.112
-0.077
1.538
0.018
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19
Hasil dari uji outlier memdaripada 0.05, maka untuk peniliki hasil data yang juga tidak bergujian berikutnya tetap memakai
distribusi normal. Data dapat
data awal yaitu 260 perusahaan.
dilihat dari nilai asymp. Sig. bernilai 0.018, yang masih lebih kecil
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Uji Multikolinearitas
Hasil dari uji multikolinearitas ditunjukkan dalam tabel 4.5 di bawah ini:
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance
VIF
Kesimpulan
UkKom
0.705
1.419
Tidak
terjadi
multikolinearitas
ProDKI
0.944
1.059
Tidak
terjadi
multikolinearitas
KomAud
0.885
1.130
Tidak
terjadi
multikolinearitas
INST
0.916
1.092
Tidak
terjadi
multikolinearitas
UkKAP
0.704
1.421
Tidak
terjadi
multikolinearitas
InAud
0.960
1.041
Tidak
terjadi
multikolinearitas
P
0.944
1.059
Tidak
terjadi
multikolinearitas
Sumber : Pengolalaan data dari SPSS versi 19
Uji Autokorelasi
Dalam penelitian ini untuk
pengujian
autokorelasi
menggunakan bruesch-godfrey atau
langrange multiplier dikarenakan
jumlah data dalam penelitian ini
lebih dari 100 data. Hasil uji
bruesch-godfrey atau langrange
multiplier ditunjukkan dalam tabel
di bawah ini:
Hasil Uji Bruesch-Godfrey
Model
Sig
Res_2
0.013
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19
Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa koefisien parameter
untuk residual lag 2 atau res_2
memiliki nilai signifikan kurang dari
0.05 dan hal ini menunjukkan bahwa
terjadi autokorelasi dalam model
regresi.
80
Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini untuk
pengujian
heteroskedastisitas
menggunakan uji glejser. Hasil uji
glejser ditunjukkan dalam tabel di
bawah ini:
ISSN: 1410 -9875
Lie Yung Yung
Hasil Uji Glejser
Sig
UkKom
0.078
Tidak
ProDKI
0.070
Tidak
KomAud
0.129
Tidak
INST
0.064
Tidak
UkKap
0.076
Tidak
InAud
0.403
Tidak
P
0.476
Tidak
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19
Hasil dari uji glejser menunjukan
bahwa nilai sig pada seluruh variabel menunjukkan angka lebih dari
0.05 yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas pada seluruh variabel.
Keterangan
terjadi
terjadi
terjadi
terjadi
terjadi
terjadi
terjadi
heteroskedastisitas
heteroskedastisitas
heteroskedastisitas
heteroskedastisitas
heteroskedastisitas
heteroskedastisitas
heteroskedastisitas
Uji Analisa Korelasi (R)
Hasil dari uji analisa korelasi
yang telah dilakukan peneliti, ditunjukkan oleh tabel di bawah ini:
Hasil Uji Analisis Korelasi (Uji R)
Adjusted
Model
R
R.Square
R Square
Std. Error of the Estimate
a
1
0.252
0.063
0.037
0.05086
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19
Nilai dari koefisien korelasi
(R) bernilai 0.252. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
lemah (rendah) antara variabel independen yaitu ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen,
komite
audit,
kepemilikan institusional, ukuran
KAP, independensi auditor, dan
profitabilitas dengan variabel dependen yaitu manajemen laba.
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
Hasil dari uji koefisien determinasi (adjusted r-square) yang telah dilakukan peneliti, ditunjukkan
oleh tabel di bawah ini:
Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)
Std .Error of the
Model
R Square
Adjusted
REstimate
Square
1
0.063
0.037
0.05086
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19
Hasil uji koefisien determinasi
menunjukkan nilai adjusted rsquare bernilai 0.037 Dari hasil ter-
sebut, peneliti mengambil kesimpulan bahwa besarnya variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
penelitian ini adalah sebesar 3.7%,
sedangkan variasi sebesar 96.3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
tidak
terdapat
dalam
model
penelitian ini.
Model
Sum of
Squares
Uji F (ANOVA)
Hasil uji F antara variabel
ukuran dewan komisaris, proporsi
dewan komisaris
independen,
komite audit, kepemilikan institusional, ukuran KAP, independensi
auditor, dan profitabilitas terhadap
manajemen laba ditunjukkan dalam
tabel di bawah ini:
Hasil Uji F (ANOVA)
Mean
df
square
1
Regression
0.032
7
0.005
Residual
1.415
252
0.006
Total
1.447
259
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19
Uji F menghasilkan nilai sebesar
dengan tingkat signifikansi sebesar
0.581. Nilai tersebut berada diatas
0.05 sehingga menunjukkan bahwa
November 2013
F
Sig
0.581a
0.808
model regresi yang digunakan dalam
penelitian
ini
menggambarkan
model tidak fit.
Hasil Uji t
Unstandardized
Co- Standardized
efficients
Coefficients
Model
1 (constant)
UkKom
ProDKI
KomAud
INST
UkKAP
InAud
P
B
0.087
Std. Error
0.038
Beta
0.000
0.003
-0.013
-0.172
-0.032
0.043
-0.048
-0.753
-0.009
0.009
-0.063
-0.958
0.026
0.025
0.069
1.066
0.015
0.011
0.098
1.318
0.003
0.010
0.019
0.297
-0.002
0.005
-0.021
-0.332
Sumber : Pengelolaan data dari SPSS versi 19
82
T
2.294
Sig.
0.02
3
0.86
4
0.45
2
0.33
9
0.28
8
0.18
9
0.76
7
0.74
0
ISSN: 1410 -9875
Dari hasil uji t di atas, maka persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut:
DAC = 0.087 – 0.000UkKom
–
0.032ProDKI – 0.009KomAud +
0.026INST + 0.015UkKAP +
0.003InAud ‐ 0.002P + ε
Nilai konstanta
sebesar
0.074, menunjukkan apabila nilai
dari variabel ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan
institusional, ukuran KAP, independensi auditor, dan profitabilitas
adalah konstan maka manajemen
laba akan meningkat sebesar 0.087.
Nilai signifikan ukuran dewan
komisaris sebesar 0.864 lebih besar
dari 0.05, maka hipotesis alternatif
pertama ditolak, yang berarti bahwa
ukuran dewan komisaris tidak
mempengaruhi manajemen laba.
Nilai signifikan proporsi dewan komisaris independen sebesar
0.452 lebih besar dari 0.05, maka
hipotesis alternatif pertama ditolak,
yang berarti bahwa proporsi dewan
komisaris
independen
tidak
mempengaruhi manajemen laba.
Nilai signifikan komite audit
sebesar 0.339 lebih besar dari 0.05,
maka hipotesis alternatif pertama
ditolak, yang berarti bahwa komite
audit tidak mempengaruhi manajemen laba.
Nilai signifikan kepemilikan
institusional sebesar 0.288 lebih besar dari 0.05, maka hipotesis alternatif pertama ditolak, yang berarti
bahwa kepemilikan institusional
tidak mempengaruhi manajemen
laba.
Nilai signifikan ukuran KAP
sebesar 0.189 lebih besar dari 0.05,
maka hipotesis alternatif pertama
ditolak, yang berarti bahwa ukuran
KAP tidak mempengaruhi manajemen laba.
Lie Yung Yung
Nilai signifikan independensi
auditor sebesar 0.767 lebih besar
dari 0.05, maka hipotesis alternatif
pertama ditolak, yang berarti bahwa
independensi
auditor
tidak
mempengaruhi manajemen laba.
Nilai signifikan profitabilitas
sebesar 0.740 lebih besar dari 0.05,
maka hipotesis alternatif pertama
ditolak, yang berarti bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi manajemen laba.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk
mencari bukti empiris apakah ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, komite
audit, kepemilikan institusional,
ukuran KAP, independensi auditor,
dan profitabilitas mempengaruhi
manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian
Ujiyantho
dan
Pramuka (2007).
2. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil
pengujian ini tidak konsisten
dengan penelitian Indriastuti
(2012) dan Ujiyantho dan
Pramuka (2007).
3. Komite
audit
tidak
berpengaruh terhadap manajemen
laba. Hasil pengujian ini tidak
konsisten dengan penelitian
Guna dan Herawaty (2010),
tetapi hasil penelitian ini sama
dengan penelitian Susiana dan
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
4.
5.
6.
7.
Herawaty (2007) yang menyatakan bahwa komite audit
tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil pengujian
ini tidak
konsisten
dengan
penelitian Indriastuty (2012)
dan Susiana dan Herawaty
(2007).
Ukuran KAP tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Hasil pengujian ini tidak konsisten dengan penelitian Al-Abbas
(2009).
Independensi auditor tidak berpengaruh
terhadap
manajemen
laba.
Hasil
pengujian ini tidak konsisten
dengan
penelitian Guna dan
Herawaty (2010).
Profitabilitas
tidak
berpengaruh terhadap manajemen
laba. Hasil pengujian ini tidak
konsisten dengan penelitian Atarwaman (2011).
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan antara lain:
1. Penelitian
ini
hanya
menggunakan perusahaan manufaktur
sebagai
objek
penelitiannya sehingga objek
penelitian belum mencakup
keseluruhan jenis perusahaan
yang ada.
84
2.
3.
4.
5.
November 2013
Penelitian
ini
hanya
menggunakan rentang waktu
yang
relatif singkat yaitu
selama 4 tahun, dari tahun
2009 sampai tahun 2012.
Data yang dihasilkan dari pengujian
didapatkan
data
yang tidak normal.
Terjadi autokorelasi dalam
penelitian ini.
Dalam uji F (anova) data yang
ditunjukkan masih tidak fit
(bernilai di atas 0.05
Rekomendasi
Rekomendasi
yang
dapat
digunakan
untuk
penelitianpenelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Memperluas objek penelitian
sampai mencakup seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI.
2. Memperpanjang
tahun
penelitian sehingga observasi
menjadi lebih lama, misalnya 7
tahun, untuk melihat kecenderungan kondisi perusahaan-perusahaan yang terjadi
dalam jangka panjang.
3. Menambahkan variabel-variabel lain yang mungkin dapat
berpengaruh terhadap manajemen
laba,
seperti
kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, dan leverage.
ISSN: 1410 -9875
Lie Yung Yung
DAFTAR REFERENSI
Al-Abbas, Mohammed A. 2009. “Corporate Governance and Earnings Management: An Empirical study of the Saudi Market”. The Journal of American
Academy of Business, Cambridge, Vol. 15 No. 1, September 2009.
Atarwaman, Rita J.D. 2011. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Praktik Perataan Laba yang
Dilakukan Oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jurnal Ilmu Ekonomi Advantage, Volume 2, nomor 2, 19 Februari 2011.
Baharuddin, Ishar, dan Heru Satyanugraha. 2008. Praktik Earnings Management
Perusahaan Publik Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 10, No. 2,
Agustus 2008, Hlm 69-80.
Belkaoui. 2000. “Accounting Theory”. Third Edition, University of Illions, USA.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS (cetakan keempat)
Gumanti, Tatang A. 2000. Earnings Management : Suatu Telaah Pustaka. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol.2, No.2, November 2000 : 104-115
Guna, Welvin I, dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor
Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12
No. 1, April 2010, hlm. 53-68.
Handayani, RR. Sri, dan Agustono Dwi Rachyadi. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11
No. 1, April 2009, hlm. 33-56.
Herawaty, A, dan Susiana. 2007. Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar 26-28 Juli
2007.
Herawaty, V. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating
Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, November 2008:
97-108.
Indahningrum, Rizka P, dan Ratih Handayani. 2009. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan,
Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 11, No.3, Desember 2009.
Indonesian Capital Market Directory. Jakarta. Tahun 2009 sampai 2012
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen Edisi Pertama.
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Indriastuti, Maya. 2012. Analisis Kualitas Auditor dan Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi, Vol. 4
No. 2, Agustus 2012.
Kuldeep, Shastri, J. Fread Weston, Thomas E. Copeland. 2009. Financial Theory
and corporate policy. 4th ed.
Kustono, Alwan S. 2009. Pengaruh Ukuran, Devidend Payout, Risiko Spesifik,dan
Pertumbuhan Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Studi Empiris Bursa Efek Jakarta 2002–2006. Jurnal
Ekonomi Bisnis No.3, Nopember 2009.
Nurkholis, Indriani. 2002. Manfaat dan Fungsi Komite Audit Dalam Mewujudkan
Tata Pengelolaan Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance):
Persepsi Manajemen Perusahaan Go Public. TEMA, volume III, nomor 1,
Maret 2002.
Pramuka, Bambang Agus, dan Muh.Arief Ujiyantho. 2007. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi, Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.
Sularto, Lana, dan Ardi Murdoko Sudarmadji. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil), Vol. 2 Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007.
Widyastuti, Tri. 2007. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Manajemen Laba dan Dampaknya pada Return Saham. Akuntabilitas, September 2007, Hal 38-44, Vol.7, No.1
http://kamusbisnis.com/arti/komite-audit/
http://www.idx.co.id/
86
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 87-100
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
LILLY NILAWATI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis opini audit,
ukuran kantor akuntan, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan,
debt to total asset, dan rasio hutang terhadap ekuitas pada keterlambatan
laporan audit di Bursa Efek Indonesia. Sampel dari penelitian ini adalah 59
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2009-2011.
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling.
Hipotesis diuji dengan menggunakan model regresi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa opini audit, ukuran kantor akuntan, profitabilitas,
ukuran perusahaan, dan rasio hutang terhadap ekuitas berpengaruh signifikan
terhadap keterlambatan laporan audit. Di sisi lain, usia perusahaan dan debt
to total asset tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterlambatan laporan audit.
Kata Kunci: Keterlambatan Laporan Audit, opini audit, ukuran kantor
akuntan, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan,
debt to total asset, dan rasio hutang terhadap ekuitas.
Abstract: The purpose of this research is to analyze the audit opinion,
accountant firm size, profitability, firm size, company’s age, debt to total
asset, and debt to equity ratio on audit report lag in Indonesia Stock
Exchange. The samples of this research are 59 listed manufacturing
companies in the Indonesia Stock Exchange from 2009-2011. Data collected by
using purposive sampling method. The hypothesis were tested by using
multiple regression models. The result of this research show that audit
opinion, accountant firm size, profitability, firm size, and debt to equity
ratio have significant influence to audit report lag. On the other hand,
company’s age and debt to total asset have no significant influence to audit
report lag.
Keywords: Audit report lag, audit opinion, accountant firm size, profitability,
firm size, company’s age, debt to total asset, and debt to
equity ratio.
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
PENDAHULUAN
Pada
era
globalisasi,
persaingan dunia usaha semakin
besar
sehingga
mendorong
perekonomian
nasional
dan
internasional menuju perdagangan
bebas dan memperbesar persaingan
antar perusahaan. Untuk tetap
bertahan
dalam
menghadapi
tantangan yang ada maka pihak
dari manajemen perusahaan harus
berusaha untuk mendapatkan lebih
banyak dana untuk
mendanai
kegiatan operasionalnya yang tidak
hanya bisa didapatkan dengan
mengandalkan
sumber
dana
internal dan pinjaman yang berasal
dari bank saja.
Menurut
Iskandar
dan
Trisnawati (2010), hampir semua
perusahaan publik yang terdaftar di
BEI pada tahun 2003 sampai 2009
telah
menyampaikan
laporan
keuangan mereka secara tepat
waktu. Sedangkan Prabandari dan
Rustiana (2007) mengatakan bahwa
rata-rata audit report lag di
Indonesia dari tahun 2002 sampai
2004 adalah 71,62 hari.
Isu audit report lag akan
berdampak
pada
opini
yang
diberikan oleh auditor. Semakin
perusahaan
menunda
pempublikasian laporan keuangan
kepada publik, maka opini yang
didapatkan juga semakin buruk.
Auditor memiliki tanggung jawab
untuk memastikan apakah suatu
perusahaan
tersebut
mampu
bertahan dalam suatu periode
tertentu.
Pentingnya ketepatan waktu
(timeliness) dalam penyampaian
laporan keuangan diakui oleh
beberapa pihak karena hal ini
bukan hanya berpengaruh pada
nilai dan kualitas laporan keuangan
88
November 2013
namun juga membawa reaksi yang
negatif dari pasar. Dilema ini
menyebabkan kemungkinan adanya
reputasi auditor yang bisa
saja
jatuh
karena
terlalu
lama
mengeluarkan laporan keuangan
yang telah diauditnya (Lianto dan
Kusuma 2010).
Dalam pemeriksaan laporan
keuangan
biasanya
terdapat
perbedaan waktu antara tanggal
laporan keuangan dengan tanggal
laporan
keuangan
auditor
independen. Perbedaan waktu ini
disebut audit report lag.
Jika
perbedaan waktu antara tanggal
laporan keuangan dengan tanggal
laporan keuangan auditor semakin
panjang, maka akan memberikan
dampak
negatif.
Waktu
penyelesaian audit yang lama bisa
mempengaruhi ketepatan waktu
dalam mempublikasikan laporan
audit. Keterlambatan waktu dalam
mempublikasikan
laporan
audit
akan berdampak pada tingkat
ketidakpastian
keputusan
yang
didasarkan pada informasi yang
dipubliksikan.
Keterlambatan ini juga akan
mempengaruhi
para
investor.
Mereka
akan
mempertanyakan
mengapa
terdapat
perbedaan
waktu antara tanggal laporan
keuangan dengan tanggal laporan
auditor independen. Hal ini dapat
membuktikan bahwa perusahaan
yang bersangkutan tidak kompeten.
Motivasi dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah
auditor
tepat
waktu
dalam
menyampaikan laporan keuangan
dan laporan auditor independen
kepada perusahaan dan publik.
Peneliti juga ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh audit
report lag yang terjadi pada
perusahaan-perusahaan publik yang
ISSN: 1410 -9875
terdaftar di BEI. Selain itu juga
untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja
yang
menyebabkan
keterlambatan tersebut terjadi.
Penelitian
ini merupakan
pengembangan dari penelitian yang
dilakukan
oleh
Iskandar
dan
Trisnawati (2010) serta Lianto dan
Kusuma (2010). Dalam penelitian
ini, peneliti
akan
meneliti
mengenai audit report lag sebagai
variabel
dependen
yang
berpengaruh dengan memasukkan
opini audit dan ukuran kantor
akuntan
sebagai
variabel
independen
(Iskandar
dan
Trisnawati 2010).
Peneliti
menambahkan
variabel independen dari penelitian
yang dilakukan oleh Lianto dan
Kusuma (2010) yaitu profitabilitas,
ukuran perusahaan, dan umur
perusahaan. Hal ini disebabkan
peneliti ingin mengetahui apakah
profitabilitas
suatu
perusahaan
akan mempengaruhi audit report
lag. Selain itu peneliti juga
menambahkan variabel independen
debt to total asset dari penelitian
yang dilakukan oleh Prabandari dan
Rustiana
(2007).
Hal
ini
dikarenakan variabel debt to total
asset mengindikasikan kesehatan
perusahaan.
Selain itu, peneliti juga
menambahkan variabel independen
debt to equity ratio dari penelitian
yang dilakukan oleh Juanita dan
Satwiko (2012). Peneliti tertarik
untuk meneliti variabel ini karena
debt to equity ratio berhubungan
dengan pengaruh pada kekuatan
perusahaan. Semakin tinggi hutang
maka akan semakin tinggi pula
modal.
Hal
ini
juga
akan
menyebabkan tingginya kegagalan
dalam membayar hutang (Juanita
dan Satwiko 2012).
Lilly Nilawati
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Dalam
teori
keagenan
(agency theory), hubungan agensi
muncul ketika satu orang atau lebih
(principal) memperkerjakan orang
lain (agent) untuk memberikan
suatu
jasa
dan
kemudian
mendelegasikan
wewenang
pengambilan keputusan
kepada
agent tersebut. Karena agent
berada pada posisi yang memiliki
informasi yang lebih
banyak
tentang perusahaan dibandingkan
dengan principal, hubungan antara
principal
dan
agent
dapat
mengarah
pada
kondisi
ketidakseimbangan
informasi
(Yushita 2010).
Teori keagenan adalah suatu
kontrak dimana terdapat satu atau
lebih principal (pemilik) yang
menyewa orang lain (agent) untuk
melakukan aktivitas perusahaan
dan jasa untuk kepentingan pemilik
serta mendelegasikan wewenang
pengambilan
keputusan
kepada
para agen (Yeniati dan Destriana
2010).
Auditing
Konrath dalam Agoes (2012)
mendefinisikan auditing sebagai
suatu proses sistematis untuk
secara objektif mendapatkan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi
tentang
kegiatan-kegiatan
dan
kejadian-kejadian ekonomi untuk
meyakinkan
tingkat
keterkaitan
antara asersi tersebut dan kriteria
yang
telah
ditetapkan
dan
mengkomunikasikan
hasilnya
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan.
Sedangkan
menurut Agoes (2012), auditing
adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan
secara
kritis
dan
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
sistematis
oleh
pihak
yang
independen
terhadap
laporan
keuangan yang telah disusun oleh
manajemen
beserta
catatancatatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya. Hal ini bertujuan
untuk dapat memberikan pendapat
mengenai
kewajaran
laporan
keuangan tersebut.
Audit Report Lag
Menurut Lianto dan Kusuma
(2010), audit report lag adalah
ketepatan waktu perusahaan dalam
mempublikasikan laporan keuangan
kepada
masyarakat
umum
tergantung dari ketepatan waktu
auditor
dalam
menyelesaikan
pekerjaan auditnya.
Pentingnya
ketepatan
waktu
pelaporan
keuangan diakui
oleh
berbagai
pihak yang berkepentingan karena
hal tersebut berpengaruh besar
terhadap nilai kualitas laporan
keuangan dan juga membawa reaksi
yang negatif dari pasar.
Menurut
Iskandar
dan
Trinawati (2010), perbedaan waktu
antara tanggal laporan keuangan
dengan tanggal laporan auditor
independen mengindikasi tentang
lamanya waktu penyelesaian audit
yang
dilakukan
oleh
auditor.
Perbedaan waktu ini sering disebut
audit report lag. Semakin panjang
suatu audit report lag, maka akan
memberikan dampak negatif.
Opini Audit
Standar
Profesi
Akuntan
Publik
(SPAP)
mengharuskan
pembuatan laporan setiap kali
Kantor
Akuntan
Publik
(KAP)
melakukan pemeriksaan terhadap
laporan
keuangan
perusahaan.
Laporan audit adalah langkah
terakhir dari keseluruhan proses
audit
(Arens
1991).
Bagian
90
November 2013
terpenting
yang
merupakan
informasi utama dari laporan audit
adalah opini audit.
Ukuran Kantor Akuntan
Petronila (2007) mengatakan
bahwa kalangan
bisnis
dan
pengguna jasa akuntan publik
mengelompokkan KAP menjadi dua
yaitu: Big Four terdiri dari Hans,
Tuanakotta & Mustofa berafiliasi
internasional dengan Ernst & Young
LLP, Siddharta Siddharta & Widjaja
berafiliasi internasional
dengan
KPMG LLP, dan Hariyanto Sahari &
Co berafiliasi internasional dengan
Price–waterhouse Coopers LLP; dan
non Big Four terdiri atas beberapa
KAP
nasional
dengan
afiliasi
internasional
misalnya
Grant
Thornton yang memiliki pendapatan
lebih rendah dibanding Big Four
dan KAP regional dan lokal yang
memiliki satu
atau
beberapa
kantor.
Profitabilitas
Profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan
dalam
menghasilkan laba
dari kegiatan
operasinya.
Profitabilitas
sering
digunakan
sebagai
alat untuk mengukur
kinerjaperusahaan,
dan
diukur
dengan menggunakan profitability
ratio seperti Return on Asset
(ROA). Dengan demikian ratio ini
menghubungkan keuntungan yang
diperoleh dari
operasi normal
perusahaan dengan jumlah investasi
atau aktiva yang digunakan untuk
operasi normal perusahaan (net
operating
assets)
untuk
menghasilkan keuntungan tersebut
(Petronila 2007).
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan biasanya
memiliki
pengendalian
internal
yang
baik
sehingga
dapat
mengurangi
tingkat
kesalahan
dalam penyajian laporan keuangan
perusahaan. Hal ini memudahkan
auditor
dalam
melakukan
pengauditan
laporan
keuangan
(Juanita dan Satwiko 2012). Selain
itu
perusahaan
juga
memiliki
sumber
daya
keuangan
untuk
membayar audit fee yang
lebih
besar guna mendapatkan pelayanan
audit yang lebih cepat (Prabandari
dan Rustiana 2007).
perusahaan dalam tingkat resiko
yang
tinggi
(Prabandari
dan
Rustiana 2007).
Umur Perusahaan
Umur
perusahaan
adalah
lamanya perusahaan tersebut telah
beroperasi. Tetapi kenyataannya
umur perusahaan tidak pasti berapa
lama. Asumsi ini berpengaruh
terhadap prinsip penilaian atas pospos laporan keuangan misalnya
aset. Asumsi ini tidak akan berlaku
jika suatu entitas usaha didirikan
dengan batasan umur yang telah
ditetapkan.
Lianto dan Kusuma (2010)
mengatakan
bahwa
umur
perusahaan merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap
audit report lag. Semakin
lama
umur perusahaan akan semakin
cepat jangka waktu pelaporan
laporan keuangannya.
Hipotesis
Ha1 : Terdapat pengaruh opini audit
terhadap audit report lag.
Ha2 : Terdapat pengaruh ukuran
kantor akuntan terhadap audit
report lag.
Ha3 : Terdapat pengaruh
profitabilitas terhadap audit
report lag.
Ha4 : Terdapat pengaruh ukuran
perusahaan terhadap audit
report lag.
Ha5 : Terdapat pengaruh umur
perusahaan terhadap audit
report lag.
Ha6 : Terdapat pengaruh debt to
total asset terhadap audit
report lag.
Ha7 : Terdapat pengaruh debt to
equity ratio terhadap audit
report lag.
Debt to Total Asset
Debt to assets ratio yang
tinggi memberikan sinyal bahwa
perusahaan sedang dalam kesulitan
keuangan.
Biasanya
perusahaan
akan mengurangi resiko dengan
memundurkan
publikasi laporan
keuangannya dan mengulur waktu
dalam pekerjaan auditnya. Ini
memberikan sinyal ke pasar bahwa
Debt to Equity Ratio
Rasio
financial
leverage
digunakan untuk mengukur tingkat
aktiva perusahaan
yang telah
dibiayai oleh penggunaan hutang.
Tingginya debt to equity ratio
mencerminkan
tingginya
risiko
keuangan perusahaan.
Semakin
tinggi debt to eqity ratio berarti
proporsi hutang semakin
tinggi
dalam modal (Juanita dan Satwiko
2012).
METODA PENELITIAN
Obyek Penelitian
Berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan,
penelitian
ini
menggunakan metode purposive
sampling. Objek penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah
seluruh
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Efek Indonesia selama periode
2009-2011. Kriteria seleksi sampel
November 2013
adalah:
Tabel 1
Hasil Seleksi Sampel
Kriteria Seleksi Sampel
Perusahaan manufaktur yang terdapat di
Bursa Efek Indonesia selama periode 20092011.
Perusahaan manufaktur yang tidak
menyajikan laporan keuangan dalam nilai
mata uang Rupiah.
Perusahaan manufaktur yang laporan
keuangannya tidak berakhir pada tanggal 31
Desember.
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki
laporan auditor independen selama periode
2009-2011.
Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki
earning after tax positif selama periode
2009-2011.
Total data yang digunakan dalam penelitian.
Jumlah
Perusahaan
Jumlah
Data
120
360
(8)
(24)
(2)
(6)
(28)
(84)
(23)
(69)
59
177
Sumber: Hasil Pengumpulan Data Penelitian.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah audit report
lag yaitu perbedaan waktu antara
tanggal laporan keuangan dengan
tanggal
laporan
auditor
independen.
Variabel
ini
merupakan penutupan tahun buku
hingga tanggal ditandatanganinya
laporan audit atau tanggal opini
(Iskandar dan Trisnawati 2010).
Variabel Independen
Dalam penelitian ini terdapat
enam variabel independen yang
akan diuji. Variabel tersebut adalah
opini audit, ukuran kantor akuntan,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, debt to total
asset, dan debt to equity ratio.
92
Pengukuran yang digunakan untuk
masing-masing independen adalah
sebagai berikut:
Opini Audit
Opini audit adalah pendapat
yang
diberikan
auditor
atas
kewajaran laporan keuangan suatu
perusahaan. Pengukuran opini audit
dalam penelitian ini dilakukan
dengan memberikan skor. Nilai 0
untuk
perusahaan
yang
mendapatkan
opini
selain
unqualified.
Nilai
1
untuk
perusahaan
yang
mendapatkan
opini unqualified (Iskandar dan
Trisnawati 2007).
Ukuran Kantor Akuntan
Ukuran
kantor
akuntan
adalah jenis KAP yang mengaudit
laporan keuangan suatu perusahaan
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
(Iskandar dan Trisnawati 2007).
Pengukuran ukuran kantor akuntan
dalam penelitian ini dilakukan
dengan memberikan kode (dummy
variabel). Nilai 0 untuk KAP non-big
four. Nilai 1 untuk KAP big four.
Profitabilitas
Profitabilitas
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
memanfaatkan aset yang ada untuk
menghasilkan pendapatan. Variabel
ini dihitung dengan menggunakan
ROA (Lianto dan Kusuma 2010).
Perhitungan profitabilitas dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Laba bersih setelah pajak
Total Aktiva
Ukuran Perusahaan
Ukuran suatu perusahaan
diukur berdasarkan jumlah total
aktiva yang dimiliki perusahaan
(Lianto
dan
Kusuma
2010).
Perusahaan
finansial
biasanya
mengumumkan laporan keuangan
lebih
cepat
karena
memiliki
inventory yang sedikit. Ukuran
perusahaan
dirumuskan
sebagai
berikut:
Size = Log (Total Aset)
Umur Perusahaan
Variabel
ini
dihitung
menggunakan hari dari pertama kali
perusahaan terdaftar di Bursa Efek
Total Hutang
E T
Total Aktiva
Indonesia sampai
dengan tahun
pengamatan (Lianto dan Kusuma
2010).
Semakin
lama umur
perusahaan maka jangka waktu
pelaporan auditnya akan semakin
cepat dan demikian sebaliknya.
Debt to Total Asset
Variabel ini diberikan simbol
DEBT. DEBT yang tinggi atas suatu
perusahaan
akan
menyebabkan
kegagalan
pada
perusahaan
tersebut.
DEBT
diukur
dari
perbandingan hutang dengan asset
pada
akhir
tahun
akuntansi.
(Prabandari dan Rustiana 2007).
Pengukuran rasio ini dirumuskan
sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio
Variabel ini diberi simbol
dengan DER. DER mempengaruhi
kekuatan perusahaan. Debt to
equity ratio diukur menggunakan
Total Kewajib an
E
Total Modal
rumus rasio hutang terhadap modal
(Juanita
dan
atwiko
2012).
Pengukuran rasio ini dirumuskan
sebagai berikut:
Metoda Analisis Data
Model
persamaan
regresi
berganda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +
b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
Y
a
b
X1
X2
X3
X4
Audit Report Lag
Nilai konstanta
Koefisien regresi X1, X2, X3, X4,
X5, X6, X7
Opini Audit
Ukuran Kantor Akuntan
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
X5
X6
Umur Perusahaan
Debt to Total Asset
X7
e
November 2013
Debt to Equity Ratio
Tingkat kesalahan atau error
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Uji Statistik Deskriptif
Tabel 2
Hasil Pengujian Statistik Deskriptif
Variabel
ARL
OPINI
UKA
PROFITABILITAS
UKP
UP
DEBT
DER
N
177
177
177
177
177
177
177
177
Minimum
31
0
0
,0001
10,8311
365
,0004
,0010
Maximum
267
1
1
,4500
14,6247
10950
,8940
8,4405
Mean
74,40
,41
,51
,1137
12,1270
6091,58
,4036
,9599
Std. Deviation
21,451
,494
,501
,1002
,7353
2192,748
,1878
1,0090
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Uji Normalitas Data Residual
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas Data Residual
N
Normal Parameters(a,b)
Unstandardized Residual
177
.0000000
Mean
Std. Deviation
Most Extreme
Differences
20.34766178
Absolute
.182
Positive
Negative
.182
-.105
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
2.422
1.019
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Berdasarkan hasil pengujian
diatas, dapat dilihat bahwa nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar
dari 0,05. Dari hasil pengujian ini
maka dapat disimpulkan bahwa
data berdistribusi normal.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinearitas
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Model
1
Collinearity Statistics
Tolerance
,858
,645
VIF
1,165
1,550
,787
1,271
UP
,654
,850
1,528
1,176
DEBT
,376
2,661
DER
,392
2,553
OPINI
UKA
Profitabilitas
UKP
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
94
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
Dapat disimpulkan bahawa
tersebut sehingga model regresi ini
tidak
terjadi
multikolinearitas
baik digunakan dalam penelitian.
dalam
variabel
independen
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
23.055
25.245
-1.784
2.754
Model
(Constant)
OPINI
DTA
DTE
t
Sig.
Beta
.913
-.648
.362
.518
1.297
.196
4.154
3.203
-.053
.125
-21.970
14.158
-.132
-1.552
.123
UKA
PROFITABILI
TAS
UKP
UP
Standardized
Coefficients
-1.261
2.113
-.056
-.597
.551
0.8744
15.885
.001
10.947
.011
.179
.135
1.451
.893
.149
-2.251
1.996
-.136
-1.127
.261
a Dependent Variable: ARES_1
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Tabel 6
Hasil Uji Autokorelasi
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
OPINI
UKA
Profitabil
i tas
UKP
UP
DEBT
DER
RES 2
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
t
-.073
.048
Sig.
.942
.962
.225
.822
-.002
.998
-2.259
.164
31.111
3.399
.870
3.862
.004
.022
-.004
1.780
.000
.337
2.608
.012
.129
.897
.000
.001
-.032
-.381
.704
-.565
-.058
13.673
2.463
-.005
-.003
-.041
-.023
.967
.981
.095
.079
.096
1.200
.232
a Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Uji
autokorelasi
ini
menggunakan uji Bruesch-Godfrey.
Dari tabel 4.6
diatas,
nilai
signifikan dari res_2 lebih besar
dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terjadi autokolerasi
dalam model regresi.
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Uji Hipotesis
Analisis Koefisien Korelasi
Tabel 7
Hasil Uji Analisis Koefisien Korelasi
Model Summary(b)
Model
1
R
,317(a)
R Square
,100
Adjusted R
Square
,063
Std. Error of
the Estimate
20,765
a Predictors: (Constant), DER, Profitabilitas, UKA, OPINI, UP, UKP, DEBT
b Dependent Variable: ARL
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Tabel 4.7 menunjukkan nilai
R adalah 0,317. Hasil uji koefisien
korelasi ini di bawah 0,5 sehingga
hubungan
variabel
dependen
dengan variabel
Analisis
Koefisien
Determinasi
(Adjusted R2)
Berdasarkan tabel 4.7 diatas,
nilai adjusted R2 adalah sebesar
0,063. Hal ini berarti kemampuan
variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen
sangat terbatas yaitu sebesar 6,3%
dan sisanya 93,7% dijelaskan oleh
faktor-faktor
lain
yang
tidak
dijelaskan di dalam
model
penelitian
ini.
Uji F
Tabel 8
Hasil Uji F
ANOVA(b)
Model
1
Regression
Residual
Sum of
Squares
8113,708
72868,812
Total
80982,520
Df
7
169
Mean Square
1159,101
431,176
F
2,688
Sig.
,012(a)
176
a Predictors: (Constant), DER, Profitabilitas, UKA, OPINI, UP, UKP, DEBT
b Dependent Variable: ARL
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Dari tabel 4.9 diperoleh nilai
sig. 0,012. Nilai signifikansi ini lebih
kecil dari 0,05 maka dapat
dikatakan model ini sudah tepat
(fit) yang berarti model ini dapat
menjelaskan
pengaruh
antara
variabel independen (opini audit,
96
ukuran
kantor
akuntan,
profitabilitas, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, debt to total
asset, dan debt to equity ratio)
terhadap variabel dependen (audit
report lag).
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
Uji t
Tabel 9
Hasil Uji t
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 11.5
Variabel
OPINI
UKA
PROFITABILITAS
UKP
UP
DEBT
DER
B
-6,148
-5,233
2,093
-,420
,002
27,724
-1,993
PENUTUP
Opini
audit
tidak
berpengaruh terhadap audit report
lag. Hasil penelitian ini didukung
oleh Iskandar
dan
Trisnawati
(2010), Kartika (2009 dan 2011),
Sari (2011), dan Petronila (2010).
Tetapi hasil penelitian ini bertolak
belakang dengan penelitian yang
dilakukan
oleh
Venny
dan
Ubaidillah (2008), Che-Ahmad dan
Abidin (2012), dan Wiwik (2006).
Ukuran kantor akuntan tidak
berpengaruh terhadap audit report
lag. Hasil penelitian ini didukung
oleh Prabandari dan Rustiana
(2007),
Petronila
(2010),
dan
Subekti (2005). Sedangkan Iskandar
dan Trisnawati (2010), Rachmawati
(2008), dan Sari (2011) mengatakan
bahwa ukuran kantor akuntan
berpengaruh terhadap audit report
lag.
Profitabilitas
tidak
berpengaruh terhadap audit report
lag. Hasil penelitian ini didukung
oleh Kartika (2009 dan 2011),
Venny dan Ubaidillah (2008), dan
Rachmawati
(2008).
Tetapi
penelitian ini bertolak belakang
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Lianto dan Kusuma (2010),
Sig.
,074
,180
,246
,873
,045
,043
,422
Kesimpulan
Ha1 Tidak Dapat Diterima
Ha2 Tidak Dapat Diterima
Ha3 Tidak Dapat Diterima
Ha4 Tidak Dapat Diterima
Ha5 Dapat Diterima
Ha6 Dapat Diterima
Ha7 Tidak Dapat Diterima
Indriyani dan Supriyati (2012), dan
Petronila (2010).
Ukuran perusahaan
tidak
berpengaruh terhadap audit report
lag. Hasil penelitian ini didukung
oleh Juanita dan Satwiko (2012),
Prabandari dan Rustiana (2007),
dan Santoso (2012). Hasil penelitian
ini tidak didukung oleh Lianto dan
Kusuma (2010), Aryati dan Theresia
(2005), Indriyani dan Supriyati
(2012), dan Utami (2006).
Umur
perusahaan
berpengaruh terhadap audit report
lag. Hasil penelitian ini didukung
oleh Lianto dan Kusuma (2010),
Petronila (2007), dan
OwushuAnsah dalam Petronila (2007).
Sedangkan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Courtis
dalam
Petronila (2007) mengatakan bahwa
umur
perusahaan
tidak
berpengaruh terhadap audit report
lag.
Debt
to
total
asset
berpengaruh terhadap audit report
lag. Hasil penelitian ini didukung
oleh Ho dan Geum (2008) dan CheAhmad
dan
Abidin
(2008).
Penelitian yang dilakukan oleh
Prabandari dan Rustiana (2010),
Trisnawati dan Charistine (2008)
mengatakan hal yang sebaliknya.
Yaacob dan Che-Ahmad (2012) juga
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
mengatakan bahwa debt to total
asset tidak terdapat pengaruh
terhadap audit report lag.
Debt to equity ratio tidak
berpengaruh terhadap audit report
lag. Hasil penelitian ini didukung
oleh Che-Ahmad dan Abidin (2008),
Juanita dan Satwiko (2012), Santoso
(2012), dan Anissa (2004). Hasil ini
bertolak
belakang
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ho
dan Geum (2008), Ahmad dan
Kamarudin (2001), dan Utami
(2006). Keterbatasan penelitian sebagai berikut:
. Periode yang digunakan dalam
penelitian ini terbatas
hanya
tiga tahun yaitu tahun 2009,
2010, dan 2011 .
. Data yang digunakan di dalam
penelitian ini terbatas yaitu
hanya perusahaan manufaktur
saja.
. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terbatas hanya 7
variabel saja yaitu opini audit,
November 2013
ukuran
kantor
akuntan,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan, umur perusahaan,
debt to total asset, dan debt to
equity ratio.
Adapun
rekomendasi
penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya
menambah periode penelitian
untuk memperoleh hasil yang
lebih maksimal dan optimal.
2. Penelitian selanjutnya dapat
menggunakan
seluruh
perusahaan
publik
yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia agar mendapatkan
data yang lebih akurat.
3. Penelitian
selanjutnya
hendaknya
dapat
menguji
faktor-faktor
lain
yang
mempunyai pengaruh terhadap
audit report lag. Misalnya kontijensi, pos-pos luar biasa, reputasi auditor, dan internal auditor.
REFERENSI
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing oleh Kantor Akuntan Publik. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Ahmad, Hamzah, M. Nisarul Alim, dan Imam Subekti. 2005. Pengujian Empiris
Audit Report Lag Menggunakan Client Cycle Time dan Firm Cycle
Time. Simposium Nasional Akuntansi VIII, hlm. 941-954.
Anissa, Nur. 2004. Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan: Kajian
atas Kinerja Manajemen, Kualitas Auditor, dan Opini Audit. Balance,
Vol. 1, No. 2, hlm. 42-53.
Arens, Alvin A., James K. Loebbecke. 1991. Auditing Suatu Pendekatan
Terpadu. Jakarta: Salemba Empat.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2012. Auditing and
Assurance Services. Pearson.
Aryati, Titik dan Maria Theresia. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit
Delay dan Timeliness. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi,
Vol. 5, No. 3, hlm. 271-287.
Che-Ahmad, Ayoib dan Shamharir Abidin. 2008. Audit Delay of Listed
Companies: A Case of Malaysia. International Business Research, Vol.
1, No. 4, hlm. 32-39.
98
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Safri. 1991. Auditing Kontemporer. Cetakan pertama.
Erlangga.
Ho, Young Lee dan Geum-Joo Jahng. 2008. Determinants of Audit Report Lag:
Evidence from Korea – An Examination of Auditor-Related Factors. The
Journal of Applied Business Research, Vol. 24, No. 2, hlm. 27-44.
Indriyani, Rosmawati Endang dan Supriyati. 2012. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Audit Report Lag Perusahaan Manufaktur di Indonesia
dan Malaysia. The Indonesian Accounting Review, Vol. 2, No. 2, hlm.
185-202.
Iskandar, Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati. 2010. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Audit Report Lag pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 3, hlm.
175-186
Juanita, Greta dan Rutji Satwiko. 2012. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan
Publik, Kepemilikan, Laba Rugi, Profitabilitas dan Solvabilitas
terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No.
1, hlm. 31-40.
Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di
Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan-perusahaan LQ 45 yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 16,
No. 1, hlm. 1-17.
Kartika, Andi. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada
perusahaan Manufaktur yang Terdapat di BEI. Dinamika Keuangan dan
Perbankan, Vol. 3, No. 2, hlm. 152-171.
Lianto, Novice dan Budi Hartono Kusuma. 2010. Faktor-faktor yang
Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
Vol. 12, No. 2, hlm. 97-106.
Mohamad, Marzina, Wan Mohammad Taufik Wan Abdullah, dan Mohamad
Sakarnor Deris. 2012. Audit Delay in Local Authorities: An Exploratory
Study in Kedah, Perak, and Klantan. IPEDR, Vol. 38, hlm. 175-179.
Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing. Edisi ke-5. Jakarta: Salemba
Empat.
Petronila, Thio Anastasia. 2007. Analisis Skala Perusahaan, Opini Audit, dan
Umur perusahaan atas Audit Delay. Akuntabilitas, Vol. 6, No. 2, hlm.
129-141.
Prabandari, Jeane Deart Meity dan Rustiana. 2007. Beberapa Faktor yang
Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi Empiris pada
Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ). Kinerja, Vol. 11, No.
1, hlm. 27-39.
Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 10, No. 1, hlm. 1-10.
Santoso, Felisiane Kurnia. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Audit Delay pada Perusahaan di Sektor Keuangan. Berkala Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No. 2, hlm. 89-95.
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Shultoni, Moch. 2012. Determinant of Audit Delay and Associated With
Investor Reaction Supervisor. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis,
Vol. 1, No. 1, hlm. 55-71.
Sunarto. 2009. Teori Keagenan dan Manajemen Laba. Kajian Akuntansi, Vol.
1, No. 1, hlm. 13-28.
Trisnawati, Estralita dan Charistine. 2008. Pengaruh Opini Audit, Rasio
Profitabilitas, Solvabilitas, dan Ukuran KAP Terhadap Audit Delay.
Jurnal Akuntansi, Vol. 8, hlm. 107-126.
Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa
Efek Jakarta. BULETIN Penelitian, No. 09, hlm. 19-31.
Venny, M. G. C. N. dan Ubaidillah. 2008. Audit Delay Pada Perusahaan
Manufaktur Studi Kasus: Bapepam Tahun 2005. Akuntablitas: Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, hlm. 126-140.
Wahyudi, Hendro dan Aida Ainul Mardiyah. 2006. Pengaruh Profesionalisme
Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan
Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi 9, hlm. 1-26.
Yacoob, Najihah Martha dan Ayoib Che-Ahmad. 2012. Adoption of FRS 138 and
Audit Delay in Malaysia. International Journal of Economics and
Finance, Vol. 4, No. 1, hlm. 167-176.
Yeniatie dan Nicken Destriana. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Hutang pada Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1, hlm.
1-28.
Yushita, Amanita Novi. 2010. Earnings Management dalam Hubungan
Keagenan, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII, No. 1,
hlm. 53-62.
100
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 101-114
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
THE EFFECT OF INDEPENDENT COMMISSIONER, INSTITUTIONAL OWNERSHIP,
MANAGERIAL OWNERSHIP AND UNEXPECTED EARNING TO BOND YIELD WITH
BOND RATING AS
INTERVENING VARIABLE ON COMPANIES
RATED BY PEFINDO
MAHMUDIN MUSLIM
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract : The purpose of this research is analyze empirically the effect of
independent commissioner, institutional ownership, managerial ownership
and unexpected earning toward bond yield directly and indirectly by using
bond rating as intervening variable. Sample of this research are drawn in
purposive sampling method. The sample is all bonds that rated by PEFINDO
and listed in Indonesia Stock Exchange from 2007-2011. The research method
is using path analysis that will process with SPSS statistics program. Direct
and indirect analysis will be examined in this research. The result of this
research indicates that institutional ownership and unexpected earning have
effect to bond yield but found no empirical evidence about the effect of
bond rating to bond yield and also find no intervening effect from all
variables to bond yield through bond rating.
Keywords: Bond yield, independent commissioner, institutional ownership,
managerial ownership, unexpected earning, bond rating,
intervening variable, path analysis
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis
pengaruh independent commissioner, institutional ownership, managerial
ownership and unexpected earning toward bond yield secara langsung dan
tidak langsung dengan menggunakan bond rating as intervening variable.
Penelitian ini menggunakan Path Analysis. Sampel penelitian ini adalah
perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20042011. Temuan pada penelitian ini mengindikasikan bahwa institutional
ownership dan unexpected earning mempunyai pengaruh terhadap bond yield,
akan tetapi tidak terdapat pengaruh bond rating to bond yield dan juga tidak
terdapat intervening effect dari semua variabel terhadap to bond yield
melalui bond rating.
Kata kunci : independent commissioner, institutional ownership, managerial
ownership and unexpected earning toward bond yield
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
INTRODUCTION
After the nice survival from
the hit of 2008 Europe and United
States of America crisis, the capital
market of Indonesia are continuing
grow in such impresive moves. The
primary and secondary market of
debt instrument in Indonesia have
been experiencing a significant
growth. The indicator of the growth
can be seen in terms of the raising
of volume and frequency of market
transaction, the increasing number
of bond issuance, and a significant
increasing
demand
of
debt
instruments from local and foreign
investors (Indonesia Bond Market
Directory,2011).
There were several matters
happen in bond market eventhough
the economic condition is in good
atmosphere. In 2009 afterwards the
phenomenon
of bond
default
(default risk) occurred at a
company that is quite popular to
public such
as
PT.Mobile-8
Telecom, Bakrie Telecom and
Berlian Laju Tanker. In accordance
of the default, Bakrie Telecom and
Berlian
Laju
tanker
suffer
downgrade
credit
rating
and
suspension from Indonesia Capital
Market.
Bond is a long term debt
instrument used by business and
government to raise large sums of
money, generally
from
diverse
group of lenders (Gitman and
Zutter 2012, 35). When investor
decides to invest in debt, they must
be considering the return they will
get so that they have to choose
which
one
from
varied
characteristics bond traded. The
return received by investor for
investing in bond called the bond
yield.
Normally
an
inverse
102
November 2013
relationship exists between the
quality of a bond and the rate of
return: high-quality (high-rated)
bonds provide lower returns (yield)
than lower quality (lower-rated)
bonds. This reflected the lender’s
risk-return trade-off.
One way to get bond
information, recommendation and
for comparison is come from the
bond rating announcement. Bond
rating essentially determined by
the probability that the firm will
not be able to meet its debt
obligation
and
issued
by
independent rating institution. In
this research is using ranked from
Pefindo that was
established
through the iniative of BAPEPAM
(the capital market supervisory
board). Pefindo is the market
leading in credit rating agency in
Indonesia.
Rating methodology used by
Pefindo in general consist of three
main risk assessment, industry risk,
financial risk and business risk. In
this research is focus mainly in
business (management aspect) risk,
which is seen from the corporate
governance
implemented
and
financial risk factors. Three major
elements of corporate governance
is the board structure, ownership
structure,
and
financial
transparency and disclosure.
So
that in this research is aiming to
analyze empirically the effect of
independent
commissioner,
institutional ownership, managerial
ownership and unexpected earning
toward bond yield directly and
indirectly by using bond rating as
intervening variable.
The benefit for company in
accordance to this research is to
provide information from
bond
rating
for
company
whether
ISSN: 1410 -9875
independent
commissioner,
institutional ownership, managerial
ownership, and unexpected earning
are really affect their credit rating
and yields, because the lower the
risk the lower the cost they have to
pay. For investor can be wise and
know one of the ingredients of
investment grade bonds is come
from good corporate governance
that make the company have good
fundamental. Good fundamental is
the basic foundation in building a
success company and also honest
disclosure of earning information.
This research was prepared
by the following sequence, first is
introduction
about
research
background,
research
problem,
research objectives and benefits,
and systematical review. Second is
theoretical
framework
and
hypothesis development, including
previous research and research
model. Third is research method
about sampling method and data
collecting
technique,
variables
operational
definition
and
measurement. Fourth is analysis
and discussion about the research
result. Fifth is closing that contains
conclusion, research limitation, and
recommendation for the next
researcher.
THEORITICAL FRAMEWORK AND
HYPOTHESIS DEVELOPMENT
Agency Theory
Agency problem tend
to
occur in business organization
because
ownership
and
management control are often
separate (Keown et al. 2005, 564)
and
also
trigger
asymetri
information between them. Firm is
a legal fiction as of contract for
agreement
between
managers
(agents), shareholders (principal),
Mahmudin Muslim
bondholders, suppliers, customers,
employee and society as a whole.
Shareholders give agents authority
over firm to run the business daily
as their duty is to maximize
shareholder wealth. However as a
human, agent also concerned with
their personal wealth and job
security. According to Gitman and
Zutter (2012, 21) “the reason why
agency problem arise is when
managers place personal
goals
ahead
of
the
goals
of
shareholders”.
In conclusion agency problem
represents
the
risk
that
management acting in its selfinterest that take actions that
deviate
from
the
goals
of
shareholder to maximize the firm’s
value. The implication of the
presence
of
independent
commissioner,
institutional
ownership
and
managerial
ownership are expected to give
agents more trust from the
principals that agent will not cheat
for their own interest.
Bond Yield
The yield or rate of return is
used to assess
a
bond’s
performance over a given period of
time, typically 1 year. Two most
widely used are (1) current yield
and (2) yield to maturity (YTM).
Current yield indicates the cash
return from the bond in one year,
but it does ignore any change in
bond value, it doesn’t measure
total return, so that in this
research the yield to maturity is
used.
Yield to maturity indicates
the rate of return earned in debt
securities with assumptions the
bond held until maturity and the all
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
the cash flow at the computed YTM
rate is all reinvested
Bond Ratings
Bond
rating
is
very
considerable in investing decision.
In this research bond rating is
conducting as intervening variables.
Damodaran (2001, 122) stated that
“the rating on a bond is measuring
the relative default risk score”.
The lower the bond rating the
higher the risk so that the higher
the yield.
Independent Commissioner
Independent commissioner is
unaffiliated commissioner
to
monitor the board of director,
provide independent oversight of
management performance and keep
management
accountable
to
stakeholders for its actions. If
independent commissioner is doing
exactly what they suppose to do
then it will align the firm’s
performance with the owners’
objective.
Increasing
firm
creditworthiness leading to higher
credit ratings. It means
the
business risk will become lower.
When the business risk is decresing
the cost of capital also get
decrease.
Hence
independent
commissioner
has
independent
effect to bond yield but also can
indirectly effects bond
yield
through rating, because of the risk
and return trade off depicted from
the rating.
Institutional Ownership
Institutional
ownership/investor is the
percentage
of the company’s
common stock held by institutions
(Bhojraj and Sengupta 2003). They
have
financial
interest
and
104
November 2013
independence to view corporate
management
and
policies
objectively. They expertise and
bargaining power to vote
or
drawing their ownership seen as
controlling power that increasing
pressure on top management to
improve corporate performance,
even to take corrective action and
avoid
hazard
action
by
management. As the business risk
decreasing, the rating will increase
and the yield will become lower.
Managerial Ownership
Managerial ownership is the
board (commissioner and director)
with equity ownership (Wheelen
and Hunger 2012, 105). According
to agency theory it is preferable
when top management own more
than token amounts of stock in the
corporation,
because
it
will
minimize agency cost and will align
the interest between the owner
and agent, that eventually improve
the performance to attain firm’s
goal, so that managerial ownership
will positively effect bond rating
and negatively to yield.
Unexpected Earning
According
to
Mungniyati
(2009) conclusion about unexpected
earning is stated that “unexpected
earning is the difference between
real earning with
expected
earning, as the expected earning
assumed the same with the
previous earning”. The smaller the
dispersion of unexpected earning
can give confidence in earnings
information published, and it can
increase company value. It means
the financial risk become lower. As
a result has positive relationship to
bond ratings and negatively to bond
yields.
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
The model of this research can be
Independent
depicted as follows:
ommissioner
ond
Institutional O nership
ield
anagerial O nership
Une pected Earnings
ond
ating
Figure 1 Research Model
Hypothesis Development
Ha1 : There is effect of independent
commissioner to bond yield
Ha2 : There is effect of institutional
ownership to bond yield
Ha3 : There is effect of managerial
ownership to bond yield
Ha4 : There is effect of unexpected
earning to bond yield
Ha5 : There is effect of bond rating
to bond yield
Ha6 : There is effect of independent
commissioner to bond yield
through bond rating
Ha7 : There is effect of institutional
ownership to bond yield
through bond rating
Ha8 : There is effect of managerial
ownership to bond yield
through bond rating
Ha9 : There is effect of unexpected
earning to bond yield through
bond rating
Ha10:
There is
effect
of
independent
commissioner,
institutional
ownership,
managerial
ownership,
unexpected earning, and bond
rating
to
bond
yield
simultaneously
RESEARCH METHODS
Research Objects
The
population
of
this
research is all bonds which are
rated by Pefindo and issued by
companies which are listed in
Indonesia Stock Exchange (IDX)
between 2007 until 2011. The
sample for the population is chosen
using purposive sampling, which is
sample selected based on certain
criteria and consideration. The
criteria and consideration are set
as:
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Table 1 Sampling Procedures
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Number of
Bonds
Sampling Criteria
Number of rated bonds by PEFINDO in 2007 –
2011
Number of bonds that are not listed in IDX
Number of bonds which are issued after january
1,2007 and mature before December 31,2011
Number of syariah bonds
Number of bonds that influence by any bond
policies
Number of sample for 5 years selected
6.
Sources : ICMD 2007-2011, www.pefindo.co.id
Operational Variable Definitions
and Measurement
Bond Yield
YTM is used to calculate
return that will investor receive if
��� ������������� �
499
51
362
43
28
15
they hold the bond until maturity
date (Mungniyati, 2009).
To
simplify the YTM calculation, YTM
approximation is used. The formula
based on Megginson (1995,170)
� � ��
�
� 100%
� � ��
2
��
Explanation:
C
: Coupon
n
: Rest period
M
: Par value
Bo
: Curent value
Institutional ownership
Institutional
ownership/investors
is
the
percentage
of the company’s
������������� ��������� �
������ �� ������ ����� �� �������������
����� ����������� ������
Independent commissioner
According to Bhojraj and
Sengupta
(2003),
independent
commissioner is measured the
����������� ����������� �
106
common stock held by institutions
(Bhojraj and Sengupta 2003). This
variable measurement scale is ratio
scale.
percentage number of independent
commissioner to total board of
commissioner.
������ �� ����������� �����������
����� �� ����� �����������
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Managerial ownership
Managerial Ownership is a
condition when commissioner and
director in a company owned the
company’s shares (Setyapurnama
and Norpratiwi, 2007). Managerial
ownership is a dummy variable.
Company which has managerial
ownership is given score 1 and for
company which has not managerial
ownership is given score 0. The
���� �
reason why dummy used is because
the total of managerial ownership
is generally less than 1% so that the
variation does not too large.
Unexpected Earning
Unexpected earning is the
difference between real earning
with expected earning, as the
expected earning
assumed
the
same with the previous earning.
� �� � �����
|����� |
Explanation:
UEit : Company’s unexpected earnings i in t period
Eit
: Company’s earning per share i in t period
Eit-1 : Company’s earning per share i in t-1 period
Bond Rating
Bond
ratings
can
be
categorized according to their
ratings. Bond ratings show the
company’s credit quality, the high
the rating the better the quality.
According to Pefindo, investment
grade is ranged between AAA until
BBB. Because all sample selected is
investment grade and range from
AA+ until BBB+, so in accordance to
numeric the qualitative nature of
bond rating is by transforming the
ordinal scale to become interval
scale by using method of successive
interval (Sarjono
and
Julianita
2011, 12).
Table 2
Table of Transforming Bond Rating Interval Scale
Rating
AA+
AA
AAA+
A
ABBB+
BBB
BBB-
Ordinal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Analysis Data Method
Analysis method used in this
research is quantitative method in
which is the method that uses
Interval
1
1.15
1.536
1.8417
1.9133
2.1125
2.2881
4.6309
32.59
numbers to illustrate the problem.
Data collected will be progress use
SPSS (Statistical Package for The
Social Sciences) program version
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Y1
: Bond Yield
11.5 while alpha is 5% as statistical
X1
: Independent commissioner
data processing program.
X
: Institutional ownership
2
The regression models are as
X
: Managerial ownership
3
follow:
X4
: Unexpected Earning
(1) Y = b1X1 + e
X5
: Bond Rating
(2) Y = b2X2 + e
b1 - b5 : Coefficient regression for
(3) Y = b3X3 + e
each variable
(4) Y = b4X4 + e
e
: Error
(5) Y = b5X5 + e
(6) Y = b1X1 + b5X5 + e
RESULTS AND ANALYSIS
(7) Y = b2X2 + b5X5 + e
Descriptive Statistics
(8) Y = b3X3 + b5X5 + e
The result from descriptive
(9) Y = b4X4 + b5X5 + e
statistic that has been done is
(10) Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +
summarized as following table:
b5X5 + e
Explanation:
Table 2 Descriptive Statistics
Standard
Variable
N
Mean
Maximum
Minimum
Deviation
INDC
75
0.2500
0.5714
INST
75
0.2100
0.9900
MANOW
75
0
1
UNEX
75
-83.8571
101.50000
RATING
75
1
32.59
YIELD
75
0.0012
0.2512
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
0.404262
0.736133
0.64
0.454580
2.536712
0.090839
0.0810237
0.1578564
0.483
15.3322736
5.0759622
0.0472790
Residual Normality Test
Table 3
Result of Residual Normality Test
Unstandardized Residual
Asym. Sig. (2-tailed)
Conclusion
0.400
Normaly
distributed
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
The sig value is 0.400, greater than alpha (0.05), so the regression
model is normaly distributed.
Assumption Classic Test
Multicollinearity Test
Table 4
Result of Multicolinearity Test
Collinearity Statistics
Variable
Conclusion
Tolerance
VIF
INDC
0.950
1.052
No Multicolinearity
INST
0.746
1.340
No Multicolinearity
MANOW
0.956
1.046
No Multicolinearity
UNEX
0.905
1.105
No Multicolinearity
RATING
0.841
1.190
No Multicolinearity
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
108
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Table 4.4 shows that all
independents variables have
tolerance value more than 0.1 and
variance inflation factor (VIF) less
than 10. It means that there is no
correlation between independents
variables and multicollinearity does
not happen, therefore data in this
research is good to be used.
Heteroscedasticity Test
The result of white test is shown in table 4.6 As follow:
Table 5
Result of Heteroscedasticity White Test
R
Square
0.220
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
Based on the result in table 4.5
above, known that R-square value
is 0.220. The value of chi square
calculated is:
Chi square calculated = n X R
Square = 75 x 0.220 = 16.5
Explanation:
n = number of data observed
The value of chi square table with
df is 20 and α 5% is 31.40 and it is
greater than the chi square
calculated
(16.5)
so
heteroscedasticity does not exist.
Autocorrelation Test.
The result of Durbin-Watson
test is depicted in table and figure
below:
Table 6
Result of Autocorrelation Test
Model
1
Durbin-Watson
1.920
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
The result of autocorrelation
test shown that Durbin
Watson
value is 1.920. From Durbin-Watson
table with alpha 0.05, total sample
75 (n), and total independent
variables 5 (k=5), so dL= 1.49 dan
dU= 1.77. The Durbin-Watson value
of 1.885 is located in no evidence
of autocorrelation.
t-test
Variable
INDC
INST
MANOW
UNEX
Table 7 t-test
Coefficient
Std. Error
-0.086
0.068
-0.071
0.034
0.008
0.011
-0.001
0.000
t-Statistic
-1.275
-2.095
0.658
-2.420
Prob.
0.206
0.040
0.513
0.018
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Variable
B_Rating
Coefficient
Std. Error
0.001
0.001
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
Probability
value
from
institutional
ownership
and
unexpected earning are about
0.040 and 0.018, which are less
than alpha 0.05 so it can be
concluded that there are effect of
institutional
ownership
and
unexpected earning to bond yield.
Meanwhile the probability value of
November 2013
t-Statistic
Prob.
1.335
0.186
independent
commissioner,
managerial ownership and bond
rating are greater than alpha 0.05.
So it can be concluded that there
are no effect of independent
commissioner,
managerial
ownership and bond rating to bond
yield.
Path Analysis
Table 8 Path Analysis Results
Variable
Direct Effect Indirect Effect
│-0.141│
-0.006808
INDC
│-0.210│
-0.0282
INST
MANOW
│0.071│
0.005928
UNEX
│-0.277│
0.004536
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
The
indirect
effect
of
all
independent variables, which are
independent
commissioner,
institutional ownership, managerial
ownership and unexpected earning
to bond yield are resulted from
multiplying the direct effect of
each independent variable to bond
rating and the direct effect of bond
rating to bond yield.
Because the indirect effect
of all independent variable toward
bond yield through bond rating are
less than the direct then it can be
concluded that there are no effect
of all independent variable to bond
yield through bond rating.
F-test
Variable
Table 9 F-test
Coefficient
Std. Error
C
0,140
0,038
INDC
-0,086
0,067
INST
-0,029
0,039
MANOW
0,007
0,011
UNEX
-0,001
0,000
RATING
0,001
0,001
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
t-Statistic
Prob.
3.697
-1,279
-0.748
0,636
-2.159
0.946
0,000
0,205
0,457
0,527
0,034
0,347
The multiple regression model as follow:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
BYIELD = 0.137 – 0.086 INDC – 0.029 INST + 0.007 MANOW – 0.001 UNEX
+ 0.001 RATING + e
In hypothesis testing of
commissioner,
institutional
variables
independent
ownership, managerial ownership,
110
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
unexpected earning and bond
resulted as follow:
rating to bond yield using F test, is
Table 10
Result Analysis of F Test
F-statistik
Sig
2.196
0.065
Sources: SPSS 11.5 output data processing result
F-statistic has value 2.196
which less than F-table 2.35,
located in the area where H010 is
not rejected. This also supported
by probability value result which is
0.065 which greater than alpha
0.05. In conclusion there are no
effects
of
independent
commissioner,
institutional
ownership, managerial ownership,
unexpected earning and
bond
rating to bond yield simultaneously.
CLOSING
From the research result that
only institutional ownership and
unexpected earning that
have
effect to bond yield separately, and
the rest variables which are
independent
commissioner,
managerial ownership and bond
rating have no effect to bond yield
separately. The result of path
analysis also does not support that
bond rating give intervene effect to
bond yield.
The research limitations are
this research only used 4 (four)
independent variables that were
considered can influence
bond
rating
from
good
corporate
governance perspective, data only
consist of 11 companies which are
15 bonds issued, this research only
took 5-years period from 2007 until
2011
that
all
sample
are
categorized in investment grade
level, hence the data perhaps
might not
reflect
fully
the
condition of bond market in the
long term.
Recommendations that can
be used for the next research which
is related with bond yield are use
some independent variables, such
as financial ratio calculation that
may influence bond rating,
use
more data so the research result
can generalize better and longer
research period can be used as
consideration to get an accuracy of
the result, depend on the optimum
situation.
REFERENCES:
Ajinkya, Bipin, Bhojraj, Sanjeev and Partha Sengupta. 2003. The Association
between Outside Directors, Institutional Investors and The Properties
Of Management Earnings Forecasts. Journal of Accounting Research, vol
43, No.3
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A. Williams. 2011.
Statistics for Business and Economics 11th Edition. South–Western:
Cengage Learning.
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Ashbaugh, skaife hollis, collins daniel and lafond ryan. 2006. The Effects Of
Corporate Governance on Firms’ Credit Rating. The journal
of
accounting and economics vol 42, page 203-243
Bhojraj, Sanjeev and Partha Sengupta. 2003. Effect of Corporate Governance
on Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and
Outside Dorectors. The journal of Business, Vol 76, No. 3:455-457
Damodaran, Aswath. 2001.
Corporate Finance Theory and Practice 2nd
Edition. Wiley and Sons, Inc.
Domash, harry. 2010. Fire Your Stock Analyst: Analyzing Stocks On Your Own.
Pearson education,inc
Gitman, Lawrence. J, and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. 13th Edition. England: Pearson Education Limited
Ghozali,Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N, and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics 5th
Edition. New York: McGraw – Hill Companies, Inc.
Hair, Joseph F, and William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A
Global Perspective 7th Edition. New Jersey: Pearson Education
Keown, Arthur J, John D. Martin, J. William Petty, and David F Scott. 2005.
Financial Management 10th Edition. United States of America: Pearson
Prentice Hall.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2010.
Intermediate Accounting: IFRS Edition. Volume 1. John Wiley and Sons.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia.
Lasdini Purwanti et all. Kajian tentang Pedoman Good Corporate Governance
di Negara-Negara Anggota ACMF
Mafudi and Kencono, Negina Putri. The impact of Corporate Governance on
Public Company Bond Rating and Yield: a Case of Indonesia. AUDCE vol 8
no.6. pp 89-99
Mungniyati. 2009. The Effect of Corporate Governance and Earning
Information on Bond Ratings and Yields. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol
11, No:2:129-141
Newbold, Paul, William L. Carlson, and Betty Thorne. 2010. Statistic for
Business and Economics 7th Edition. New Jersey: Pearson Education
Pu Liu and Anjan V. Thakor. Interest Yields, Credit Ratings, and Economic
Characteristics of State Bonds. Journal of Money, Credit and Banking
vol 16. Pp 344-351
Reily, Frank K, and Keith C. Brown. 2006. Investment Analysis and Portfolio
Management 8th Edition. USA: Thomson South – Western
Sarjono, Haryadi and Julianita Winda. 2011. SPSS vs LISREL Sebuah Pengantar
Aplikasi untuk Riset. Jakarta. Salemba Empat
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business 5th
Edition. United Kingdom: John Wiley& Sons, Ltd.
Siegel, Joel G., and Jae K. Shim. 2000. Dictionary of Accounting Terms 3rd
Edition. New York: Barons Educational.
Sugiyono.2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta
112
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Ziebart,D and S.Reitzer,1992. Bond Rating, Bond Yield, and Financial
Information, Contemporary Accounting Research 9 (Fall). Pp 252-282
References from Web site:
www.pefindo.com
www.idx.com
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
114
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 115-128
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM
M. EDDY ROSYADI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to investigate the ability of dividend
yield (DY), earnings yield (EY), book to market ratio (B/M), current ratio (CR),
debt to equity ratio (DER), price earnings ratio (PER) and operating cash flow
(OCF) to predict stock return. Data for this research comprises of the financial
ratios calculated from the financial statement of manufacture companies that
listed in Indonesia Stock exchange (IDX) over three years period 2010-2012 and
collected using purposive sampling method. The analysis and decision making
about the hypothesis were using multiple regression analysis. The result of this
research indicate that variable dividend yield, earnings yield, and operating
cash flow have influence to the stock return. While, variable book to market
ratio, current ratio, debt to equity ratio and price earnings ratio have no influence on stock return.
Keywords: Stock return, financial ratios, Dividend Yield, Earnings Yield, Operating Cash Flow
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
pengembalian dividen (DY), pengembalian laba (EY), rasio harga buku terhadap
harga pasar (B / M), rasio lancar (CR), rasio hutang terhadap modal (DER), rasio
harga pasar terhadap laba (PER) dan arus kas operasi (OCF) untuk memprediksi
return saham. Data untuk penelitian ini terdiri dari rasio keuangan dihitung
dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Indonesia (BEI) selama periode 2010-2012 tiga tahun dan dikumpulkan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Analisis dan pengambilan keputusan
tentang hipotesis yang menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa variabel pengembalian dividen (DY), pengembalian
laba (EY), dan arus kas operasi (OCF) berpengaruh terhadap return saham.
Sementara, rasio harga buku terhadap harga pasar (B / M), rasio lancar (CR),
rasio hutang terhadap modal (DER), rasio harga pasar terhadap laba (PER)
tidak berpengaruh terhadap return saham.
Kata Kunci: Pengembalian Saham, Rasio Keuangan, Pengembalian Dividen,
Pengembalian Laba, Arus Kas Operasi
115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
PENDAHULUAN
Tujuan utama perusahaan
adalah mengoptimalkan laba dan
memaksimalkan kesejahteraan dari
pemegang saham. Pengukuran terhadap kinerja perusahaan sangat diperlukan untuk mengetahui apakah
perusahaan sudah mencapai hasil
yang sesuai dengan yang diinginkan
atau belum. Laba bersih perusahaan
umumnya dapat dilihat di laporan
laba-rugi perusahaan dimana disediakan angka pendapatan, laba kotor, dan laba atau rugi bersih yang
menjadi dasar untuk mengukur
kinerja perusahaan (Daryanti dan Ellias, 2011).
Tujuan yang diinginkan oleh
investor pada saat berinvestasi di
pasar modal umumnya adalah
mendapatkan
return
(pengembalian) dari investasinya dengan
aman dan terjamin. Dimana return
yang didapatkan maksimal dengan
risiko yang minimal (Trisnawati,
2009).
Analisa rasio merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
menganalisa laporan keuangan. Analisa rasio mengekspresikan hubungan antara item-item yang telah
dipilih dari data yang ada di laporan
keuangan (Weygandt et al. 2012,
667). Terdapat perbedaan pendapat
dalam
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
peneliti-peneliti
terdahulu sehingga menimbulkan
hasil yang tidak konsisten. Hal inilah
yang mendorong penulis tertarik
untuk melakukan pengembangan
penelitian yang berjudul “Faktorfaktor yang Mempengaruhi Return
Saham”.
Adapun
tujuan
dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dividend yield, earnings yield, book to market ratio,
current ratio, price earnings ratio,
116
November 2013
debt to equity ratio dan arus kas
operasi terhadap return saham.
KERANGKA
TEORITIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Sinyal
Gitman dan Zutter (2012,534)
menjelaskan sinyal adalah suatu tindakan pendanaan perusahaan yang
dilakukan oleh manajemen dimana
dipercaya dapat merefleksikan nilai
saham perusahaan. Jika perusahaan
menggunakan kebijakan hutang untuk pendanaannya, maka perusahaan tersebut memberikan sinyal
positif kepada pembaca laporan
bahwa harga saham perusahaan
akan meningkat; sedangkan jika perusahaan sering menerbitkan saham
baru untuk pendanaannya maka perusahaan tersebut di anggap memberikan sinyal negatif kepada pembaca laporan keuangan bahwa perusahaan tersebut akan mengalami
penurunan nilai harga saham.
Teori Agensi
Jensen dan Meckling dalam buku
Godfrey
et
al.
2010,362-363)
mendeskripsikan sebuah hubungan
keagenan
(agency
relationship)
yang timbul dimana terdapat kontrak antara pihak pertama (prinsipal) mengajak pihak yang lain
( agen) untuk melakukan beberapa
layanan untuk kepentingan prinsipal. Dalam kontrak tersebut, prinsipal mendelegasikan beberapa otoritas untuk mengambil keputusan
kepada agen. Pada situasi tersebut
kedua pihak merupakan utility maximizer dan tidak ada alasan untuk
bisa percaya bahwa agen akan selalu
bertindak untuk kepentingan terbaik pemilik (prinsipal).
Return Saham
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
Gitman dan Zutter (2012, 311)
mendefinisikan total rate of return
sebagai total laba atau rugi yang diperoleh dari suatu investasi selama
periode tertentu yang dihitung
dengan membagi distribusi aset
secara tunai selama periode tersebut, ditambah dengan perubahan
nilainya dengan perubahan nilai aset
diawal periode. Tingkat keuntungan
(return) merupakan rasio antara
pendapatan investasi selama beberapa periode dengan jumlah dana
yang diinvestasikan. Pada umumnya
para investor akan memastikan
bahwa perusahaan mampu memberikan return dengan melakukan
penilaian kinerja perusahaan (Rosa
dan Mulyani 2013).
peran yang penting dalam pasar
yang ada (Khan, 2012).
Ha2 Terdapat pengaruh earnings
yield terhadap return saham
Dividend Yield
Menurut
Ismanthono
(2010),
dividend yield adalah rasio nilai
dividen terhadap harga
saham
dalam persen, dengan asumsi tidak
terjadi kenaikan harga saham,
dividend yield
mencerminkan
tingkat keuntungan investasi di
suatu saham. Rasio ini digunakan
untuk mengukur keuntungan yang
didapat investor dari modal yang
telah ditanamkan di perusahaan.
Ha1
Terdapat pengaruh dividend
yield terhadap return saham
Current Ratio
Current
ratio
analysis
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam jangka
waktu pendek (short-term) membayar kewajibannya dan untuk memenuhi kebutuhan kas yang tidak
terduga. Kreditur jangka pendek
seperti bank dan pemasok biasanya
lebih tertarik dengan likuiditas perusahaan (Weygandt et al. 2012,
668).
Ha4
Terdapat pengaruh current
ratio terhadap return saham
Earnings Yield
Literatur empiris meletakkan fondasi kekuatan prediksi dari earning
yield pada return
saham dan
menemukan bahwa terdapat asosiasi antara earnings yield dan return saham terdapat hubugan yang
sehat karena earnings yield berperan sebagai salah satu faktor
resiko dalam hubungannya dengan
return saham. Selain itu, earnings
yield juga dapat mendemonstrasikan bahwa efisiensi pasar memiliki
Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio menurut
Ismanthono (2012, 82) adalah: (1)
total hutang dibagi dengan ekuitas
pemegang saham total. Ini menunjukkan sampai seberapa jauh ekuitas dapat meredam klaim kreditur
jika terjadi likuiditas; (2) total hutang jangka panjang dibagi ekuitas
pemegang saham. Ini adalah ukuran
leverage, atau penggunaan uang
pinjaman untuk meningkatkan pendapatan atas ekuitas pemilik; (3)
Book to Market Ratio
Definisi book to market ratio
menurut investopedia adalah rasio
yang digunakan untuk mencari nilai
suatu perusahaan dengan membandingkan nilai buku perusahaan
dengan nilai pasar perusahaan tersebut. Nilai buku perusahaan dinilai
dari biaya historis atau nilai
akuntansinya. Sedangkan nilai pasar
dideterminasi dalam pasar saham
melalui kapitalisasi pasarnya.
Ha3 Terdapat pengaruh book to
market ratio terhadap return saham
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
utang jangka panjang dan saham
preferen dibagi ekuitas saham biasa.
Ini
menghubungkan
sekuritas
dengan beban ke sekuritas tanpa
bea tetap.
Ha5 Terdapat pengaruh debt to
equity ratio terhadap return saham
Price Earnings Ratio
Price Earnings Ratio menurut
Arifin dan Fakhuruddin (1999) adalah rasio antara harga saham
dibandingkan dengan keuntungan
perusahaan yang dapat didistribusikan untuk setiap saham yang dimiliki (EPS). Sedangkan, menurut
Farkhan dan Ika (2013) price earnings ratio menunjukkan seberapa
banyak investor bersedia membayar
per saham. Dimana, price earnings
ratio menghubungkan antara harga
pasar per saham dengan earning per
share saham bersangkutan.
Ha6 Terdapat pengaruh price to
earnings ratio terhadap return saham
Arus Kas Operasi
Arus kas dari operasi menurut
Arifin dan Fakhuruddin (1999,60)
adalah kas yang diterima dan
digunakan perusahaan selama periode waktu tertentu; biasanya diperoleh dengan menyesuaikan laba
setelah pajak untuk beban nonkas
dan penerimaan nonkas. Arus kas
operasi ini dapat dilihat dari operating cash flow pada cash flow statement perusahaan dimana merupakan hasil yang diperoleh dari
kegiatan operasional perusahaan
sehari-hari termasuk: piutang dagang, persediaan barang, utang dagang, biaya yang masih harus
dibayar, pajak penghasilan, biaya
bayar dimuka, laba bersih setelah
pajak, dan penyusutan tahun bersangkutan.Informasi arus kas entitas
berguna sebagai dasar untuk menilai
kemampuan
entitas
dalam
menghasilkan kas dan setara kas
serta menilai kebutuhan kas entitas
untuk menggunakan arus kas tersebut (Rosa dan Mulyani, 2013).
Ha7 Terdapat pengaruh arus kas
operasi terhadap return saham
METODE PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kausalitas. Obyek penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010 sampai
dengan 2012. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah
metode non random sampling yaitu
purposive
sampling.Sampel
penelitian diambil dengan kriteria
sebagai berikut.
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
118
November 2013
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
Kriteria Sampel
Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara konsisten di Bursa Efek Indonesia selama periode 20102012
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan
laporan keuangan dengan mata uang rupiah
Perusahaan yang tidak mendapatkan laba positif
Perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir per 31 Desember
Perusahaan yang tidak membagikan dividen tunai
secara konsisten
Perusahaan yang melakukan pemecahan saham s
Perusahaan yang dijadikan sampel
Jumlah data
Jumlah
Total
perusahaan
124
372
(25)
(75)
(27)
(0)
(81)
(0)
(34)
(102)
(6)
32
(18)
96
96
Sumber: data yang dikumpulkan
Bentuk Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Dependent Variable (Return Saham)
Gitman dan Zutter (2012,
311) mendefinisikan total rate of
return sebagai total laba atau rugi
yang diperoleh dari suatu investasi
Stock return =
DPS +
Keterangan :
DPS
: Dividend per share
Capital Gain : Pt – (Pt-1)
Pt
: Harga saham pada tahun t
DPS =
selama periode tertentu yang dihitung dengan membagi distribusi aset
secara tunai selama periode tersebut, ditambah dengan perubahan
nilainya dengan perubahan nilai aset
diawal periode. Dalam penelitian
Khan (2012) rumus yang dipakai untuk mengukur total stock return
adalah:
Capital Gain
Market Price
Pt-1
: Harga saham pada tahun t-1
Dimana DPS menurut Khan (2012)
adalah:
Dividen
Jumlah Saham
yang Beredar
Earnings Yield
Earnings dihasilkan melalui
proses akuntansi dan disajikan dalam laporan laba rugi. Earnings yield
merupakan perbandingan antara
earnings per share dengan price of
Earnings Yield =
share. Skala yang digunakan untuk
mengukur variabel ini adalah skala
rasio. Rumus untuk mengukur earnings yield menurut Khan (2012) adalah:
Earnings per share
Price of share
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Book to Market Ratio
Jika sebuah perusahaan
menawarkan return yang tinggi
tetapi nilai bukunya lebih tinggi
dibandingkan nilai pasarnya, maka
perusahaan tersebut lebih beresiko
Book To Market Ratio =
Current Ratio
Current ratio merupakan
rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban jangka pendeknya yang
telah jatuh tempo, yang dimana current ratio menggabungkan antara
Current Ratio =
Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat leverage dalam
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka panjang, yang dimana rasio
dan return yang akan datang akan
lebih rendah dari sekarang. Skala
yang digunakan untuk mengukur
variabel ini adalah skala rasio.
Dengan demikian, rumus untuk mengukur book to market value menurut
Khan (2012) adalah sebagai berikut:
Book value per share
Market value per share
aktiva lancar dengan kewajiban
lancar untuk memperlihatkan keamanan klaim kreditur, apabila terjadi kesalahan (Farkhan dan Ika,
2013). Dalam penelitian ini rumus
untuk mengukur current ratio adalah:
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
debt to equity ratio menghubungkan antara total hutang dengan
total ekuitas (Farkhan dan Ika,
2013). Dalam penelitian ini rumus
yang dipakai untuk mengukur debt
to equity ratio adalah:
Debt to Equity Ratio =
Price Earnings Ratio
Price earning ratio merupakan rasio yang menunjukkan
seberapa banyak investor bersedia
membayar per saham. Dimana price
earnings ratio menghubungkan antara harga pasar per lembar saham
Price Earning Ratio =
Arus Kas Operasi
Arus kas operasi adalah arus
kas yang berasal dari aktivitas
penghasil utama perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan
120
November 2013
Total Debt
Total Equity
dengan earnings per share-nya dari
saham yang bersangkutan (Farkhan
dan Ika, 2013). Dalam penelitian ini
rumus yang digunakan untuk mengukur price earnings ratio adalah:
Harga Pasar per Lembar
EPS
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan pada akhir tahun. Komponen
arus kas yang digunakan adalah arus
kas operasi dengan metode langsung
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
dari laporan arus kas (Rosa dan Mulyani, 2013). Rumus yang digunakan
Operating Cash Flow
=
untuk mengukur arus kas operasi dalam penelitian ini adalah:
Arus Kas Operasi
Total Aset
Statistik Deskriptif
Tabel 2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
SR
96
1.4656 24075.0613
DY
96
0.0040
2.5943
EY
96
0.0155
63.7736
B/M
96
0.0004
0.9434
CR
96
0.5805
11.7428
DER
96
0.1082
3.1867
PER
96
0.3105
48.6534
OCF
96
-0.2593
0.6627
Sumber: Pengolahan data SPSS 19.
Variabel return saham memiliki nilai minimum sebesar 1.4656
dan
nilai
maksimum
sebesar
24075.0613 dengan nilai rata-rata
sebesar 1747.485601 dan standar
deviasi sebesar 4356.3371661. Variabel dividend yield (DY) memiliki
nilai minimum dan maksimum masing-masing sebesar 0.0040 dan
2.5943 dengan nilai rata-rata dan
standar deviasi sebesar 0.087592
dan 0.3128504.
Variabel earnings yield (EY)
memiliki nilai minimum dan maksimum masing-masing sebesar 0.0155
dan 63.7736 dengan nilai rata-rata
sebesar 1.053697 dan standar deviasi sebesar 6.5095095. Variabel
book to market ratio (B/M) memiliki
nilai minimum dan maksimum masing-masing sebesar 0.0004 dan
0.9434 dengan nilai rata-rata dan
standar deviasi masing-masing sebesar 0.127592 dan 0.1896197.
Mean
1747.485601
0.087592
1.053697
0.127592
3.009788
0.728887
15.172551
0.160280
Std. Deviation
4356.3371661
0.3128504
6.5095095
0.1896197
2.0589923
0.6120058
8.5686262
0.1384475
Variabel current ratio memiliki
nilai minimum sebesar 0.5805 dan
nilai maksimum sebesar 11.7428
dengan nilai rata-rata sebesar
3.009788 dan standar deviasi sebesar 3.009788. Variabel debt to equity ratio (DER) memiliki nilai minimum sebesar dan nilai 0.1082
maksimum sebesar 3.1867 dengan
nilai rata-rata sebesar 0.728887 dan
standar deviasi sebesar 0.6120058.
Variabel price earnings ratio
(PER) memiliki nilai minimum dan
maksimum masing-masing sebesar
0.3105 dan 48.6534 dengan nilai
rata-rata dan standar deviasi masing-masing sebesar 15.172551 dan
8.5686262. Variabel operating cash
flow (OCF) memiliki nilai minimum
sebesar -0.2593 dan nilai maksimum
sebesar 0.6627 dengan nilai ratarata dan standar deviasi masingmasing
sebesar
0.160280
dan
0.1384475.
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Uji T
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel independen secara individual
November 2013
dalam menjelaskan variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat
pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 3
Hasil Uji t
Variabel
B
T
Sig
Keterangan
(constant)
-3144.107 2.341
0.022
DY
6661.157
2.949
0.004 Ha1 diterima
EY
-219.543
2.090
0.039 Ha2 diterima
B/M
300.884
0.109
0.913 Ha3 tidak diterima
CR
219.458
1.081
0.283 Ha4 tidak diterima
DER
1095.542
1.395
0.167 Ha5 tidak diterima
PER
13.280
0.264
0.793 Ha6 tidak diterima
OCF
17722.354 5.730
.000 Ha7 diterima
Sumber: pengolahan data SPSS 19
Berdasarkan tabel 4.11 maka dapat dirumuskan model penelitian sebagai
berikut:
SR= -3144.107 + 6661.157DY - 219.543EY + 300.884B/M + 219.458CR +
1095.542DER + 13.280PER + 17722.354OCF + e
Dari tabel 4.10 diatas menunjukan hasil uji t untuk setiap variabel sebagai berikut:
Dividend yield (DY) menunjukkan nilai signifikansi sebesar
1.4 yang lebih kecil dari 0.05 sehingga Ha1 diterima. Hal ini berarti
variabel dividend yield (DY) berpengaruh terhadap return saham
dan memiliki arah yang positif. Hal
ini menunjukkan bahwa pembagian
dividen dan seberapa besar nilai dividen yang dibagi oleh perusahaan
dapat menarik minat investor dalam
berinvestasi sehingga dengan banyaknya permintaan saham di pasar
maka akan berpengaruh terhadap
harga saham, yang menyebabkan return saham yang berubah karena
peningkatan yang sesuai.
Earnings yield (EY) menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0,039 yang lebih kecil dari 0.05 sehingga Ha2 diterima. Hal ini berarti
122
variabel earnings yield berpengaruh
terhadap return saham dan memiliki
arah yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa harga pasar yang lebih
tinggi lebih menarik minat investor
dibandingkan laba per saham yang
lebih
tinggi.
Investor
lebih
mengharapkan laba dari peningkatan harga saham dibandingkan
laba perusahaan per lembar saham
sehingga jika nilai earnings yield
naik maka akan menurunkan return
saham.
Book to market ratio (B/M ratio) menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0.913 yang lebih besar dari
1.5 sehingga Ha3 tidak diterima.
Hal ini berarti book to market ratio
tidak berpengaruh terhadap return
saham. Hal ini dapat disebabkan
oleh perubahan book to market ratio itu sendiri bergantung
pada
harga pasar saham sehingga book to
ISSN: 1410 -9875
market ratio tidak berpengaruh terhadap return saham.
Current Ratio (CR) menunjukkan nilai signifikansi sebesar
0.283 yang lebih besar dari 0.05 sehingga Ha4 tidak diterima. Hal ini
berarti current ratio tidak berpengaruh terhadap return saham.
Hal ini dapat disebabkan investor
lebih memperhatikan masa depan
perusahaan dibandingkan keadaan
perusahaan saat ini.
Debt to equity ratio (DER)
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.167 yang lebih besar dari 0.05
sehingga Ha.5 tidak diterima. Hal ini
berarti bahwa debt to equity ratio
tidak berpengaruh terhadap return
saham. Hal ini menunjukkan bahwa
investor kini tidak merasa bahwa hutang yang banyak justru lebih baik
dibandingkan modal perusahaan.
Hal ini bertentangan dengan teori
bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang struktur dananya
lebih banyak bersumber dari hutang
dibandingkan modal. Hal ini dapat
disebabkan oleh kekhawatiran investor akan investasi terhadap perusahaan yang hutangnya banyak.
Price earnings ratio (PER)
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.793 yang lebih besar dari 0.05
sehingga Ha6 tidak diterima. Hal ini
berarti variabel price to earnings ratio (PER) tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini dapat
disebabkan oleh PER perusahaan
tidak diikuti dengan perubahan return saham.
Operating cash flow (OCF)
menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05
sehingga Ha7 dapat diterima. Hal ini
berarti variabel operating cash flow
berpengaruh terhadap return saham. Hal ini dapat menunjukka
M. Eddy Rosyadi
bahwa investor masih memperhatikan kelangsungan perusahaan
dari kas perusahaan itu sendiri.
Meningkatnya rasio kas terhadap total asset maka meningkat juga return yang akan diterima pemegang
saham.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian,
pengujian
terhadap
ketujuh
hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dividend
yield
memiliki
pengaruh terhadap return saham. Hasil ini konsisten dengan
penelitian Khan et al. (2012),
Margaretha
dan
Darmayanti
(2008). Hasil ini berbeda dengan
hasil penelitian Wagiri (2013)
dengan hasil penelitian yang
menyatakan bahwa variabel dividend yield tidak memiliki
pengaruh terhadap return saham.
2. Earnings
yield
memiliki
pengaruh terhadap return saham. Hasil ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya yaitu
Khan(2012), Wagiri (2013) serta
Pradhono
dan
Christiawan(2004). Tetapi, hasil ini berbeda dengan hasil penelitian
Trisnawati (2009) yang menyatakan bahwa variabel earnings
yield tidak berpengaruh terhadap return saham.
3. Book to market ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil ini tidak konsisten
dengan penelitian sebelumnya
yaitu Khan (2012), Wagiri
(2013), dan Yuyeta (2010) dimana book to market ratio ber-
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
pengaruh negatif terhadap return saham. Namun, hasil ini
konsisten dengan penelitian
sebelumnya
yaitu
Ismanto
(2011) dimana book to market
ratio tidak berpengaruh terhadap return saham.
4. Current ratio tidak berpengaruh
terhadap return saham. Hasil ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian sebelumnya yaitu
Budialim (2013) dan Rafik dan
Asyik (2013) yaitu current ratio
berpengaruh terhadap return
saham. Namun, penelitian ini
konsisten
dengan
hasil
penelitian Malintan (2013) dan
Farkhan dan Ika (2013) yaitu
current
ratio
tidak
mempengaruhi return saham
pada perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI.
5. Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil ini tidak konsisten
dengan penelitian sebelumnya
yaitu Budialim (2013), serta Suherman dan Siburian yaitu debt
to equity ratio berpengaruh
positif terhadap return saham.
Hasil ini juga berbeda dengan
penelitian Rafik dan Asyik (2013)
yaitu debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap return saham. Tetapi, penelitian
ini konsisten dengan penelitian
sebelumnya Malintan (2013) dan
Farkhan dan Ika yaitu debt to
equity ratio tidak berpengaruh
terhadap return saham pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI.
6. Price to earnings ratio tidak
berpengaruh terhadap return
saham. Hasil ini tidak konsisten
dengan penelitian sebelumnya
yaitu Margetha dan Darmayanti
124
November 2013
(2008) serta Farkhan dan Ika
(2013) dimana price eanings ratio berpengaruh terhadap return saham.
7. Arus kas operasi berpengaruh
terhadap return saham. Hal ini
konsisten dengan penelitian
Pangemanan
dan
Budiarso
(2011) serta Pradhono dan Christiawan (2004). Namun hal ini
tidak
konsisten
dengan
penelitian Trisnawati (2009)
serta Rosa dan Mulyani (2013)
yaitu arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap return saham.
Dalam penelitian ini terdapat
beberapa keterbatasan yang perlu
diperhatikan dalam penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Periode
penelitian
yang
digunakan hanya 3 tahun.
2. Variabel yang digunakan hanya 7
variabel.
3. Terdapat 4
variabel
yang
terkena masalah heteroskedastisitas, yaitu dividend yield,
earning yield, debt to equity
ratio, dan arus kas operasi.
Rekomendasi
yang
dapat
diberikan bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Memperpanjang
periode
penelitian agar hasil penelitian
lebih akurat.
2. Menambahkan variabel-variabel
lain dalam penelitian, seperti
rasio profitabilitas, return on
asset, market value added, leverage, dan economic value
added.
3. Memperbanyak sampel data
penelitian dalam rangka mengatasi terjadinya heteroskedastisitas.
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
REFERENSI
Arifin, Johar dan Muhammad Fakhruddin. 1999. Kamus Istilah Pasar Modal,
Akuntansi, Keuangan, dan Perbankan. Jakarta. Elex Media Komputindo.
Budialim, Giovanni. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Periode
2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Surabaya Vol.2, No. 1 (2013).
Daryanti, Sri dan Hardy Agustinus Ellias. Analisis Pengaruh Economic Value
Added dan Market Value Added terhadap Retun Saham pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi/VolumeXV,No 2 Mei
2011:170-189.
Farkhan dan Ika. Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Return Saham Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Value Added, Vol. 9, No.1,
September 2012-Pebruari 2013.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gitman, Lawrence J., and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance 13th edition. Prentice Hall
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Targa, Jane Hamilton, Scott Holmes. 2010.
Accounting Theory 7th edition. John Wiley&Sons.
Ismanthono, Henricus W. 2010. Kamus Istilah Ekonomi dan Bisnis. Jakarta.
Kompas.
Ismanto, Hadi. Analisis Ukuran Perusahaan, Book to Market Value, dan Beta
terhadap Return Saham di BEI . Jurnal Ekonomi & Pendidikan , Volume 8
Nomor 2, November 2011.
Khan, Muhammad Bilal. Financial Ratio and Stock Return Predictability (Evidence from Pakistan). Research Journal of Finance and Accounting. Vol 3,
No. 10, 2012.
Kurniasih, Ninik dan Susan Andriana. Pengaruh Dividend Yield dan Price Earnings Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Level Investment Opportunity Set (IOS) yang Berbeda. Jurnal Eksos, Jan. 2011, Vol. 7, No. 1, hlm.
38-45. ISSN 1693-9093
Gunawan, I Putu Ari dan I Ketut Jati. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap return
Saham pada Saham Unggulan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. EJurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol 2, No 1. Januari 2013
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Malintan, Rio. Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price
Earnings Ratio (PER), dan Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2005-2010. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol.1 No. 1 Semester Ganjil
2012/2013
Margaretha, Farah dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio,
Dividend Yield, dan Market to Book Ratio terhadap Stock Return di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 10. No. 3 Desember 2008:
149-160.
Pangemanan, Sifrid dan Novi Budiarso. Pengaruh Interaksi laba dan Arus Kas
Operasi terhadap Return Saham pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing Goodwill Fakultas Ekonomi UNSRAT.
Volume 2, Nomor 2, Desember 2011, Halaman 32-51 (ISSN: 2088-8899)
Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham yang
diterima oleh pemegang saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 6. No
2, 2004. (ISSN 1411-0288).
Rafik, Pradhana Dani dan Nur Fadjrih Asyik. Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Reaksi Pasar, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Volume 1 Nomor 1, Januari
2013:93-107.
Rosa, Marvina dan Erly Mulyani. Pengaruh Profitabilitas, OCF, dan EVA terhadap
Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. WRA, Vol 1,
No 2, Oktober 2013 Hal. 219-242.
Rusliati, Ellen dan Esti Nur Farida. Pemecahan Saham terhadap Likuiditas dan
Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12, No.3, Desember
2010:161-174
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2013. Research Methods for Business A SkillBuilding Approach 6th Edition. Wiley.
Suherman dan Anwar Siburian. Pengaruh Earnings per Share, Debt to Equity
Ratio, Return on Equity, dan Price to Book Value terhadap Return Saham.
Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) Vol. 4, No. 1, 2013.
Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Solvabilitas terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Mei 2011, Hal: 17-37. ISSN: 1979-4878.
Trisnawati, Ita. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual
Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added terhadap
126
ISSN: 1410 -9875
M. Eddy Rosyadi
Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 11, No 1, April 2009,
Hlm:65-78.
Wagiri, William Agung. Pengaruh Dividend Yield, B/M (Book to Market) dan
Earnings Yield terhadap Harga saham Perusahaan pada Sektor Aneka Industri Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya
Vol 2, No 1 (2013).
Weygant, Jerry J., Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel. 2010. Financial Accounting:
IFRS Edition. Wiley.
Yuyetta, Etna Nur Afri.2010. Pengaruh Perubahan Book to Market Value, Nilai
Tukar, dan Ukuran Perusahaan terhadap Perubahan Return saham. Jurnal
Akuntansi dan Auditing Volume. 7/No.1/November2010:80-93.
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
128
November 2013
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 129-142
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH BRAND AWARENESS,
BRAND ASSOCIATION, PERCEIVED QUALITY, DAN BRAND LOYALTY
TERHADAP PURCHASING DECISIONS
NOVRITA ADRIANI F
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract:The purpose of this research to explore the effect of brand equity
(brand awareness, brand association, perceived quality, and brand loyalty) on
purchasing decisions. A survey was conducted in order to collect relevant
empirical data. Samples used in this study amounted to 100 people who buy
the product pizza hut in Jakarta City. The data was analyzed using simple
and multiple regression analysis. Hyphotesis testing showed that brand
awareness, brand association, perceived quality and brand loyalty have
positive effect on purchasing decisions either partially or simultaneously.
Based on this research it can be concluded brand awareness, brand
association, perceived quality, brand loyalty and the effect on purchasing
decisions.
Keywords: Brand Equity (Brand Awareness, Brand Association, Perceived
Quality, and Brand Loyalty), Purchasing Decisions..
Abstrak:Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ekuitas merek
(brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty)
terhadap purchasing decisions. Survei dilakukan untuk mengumpulkan data
empiris yang relevan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah
100 orang yang membeli produk Pizza Hut di Jakarta. Data dianalisis
menggunakan analisis regresi sederhana dan berganda. Pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa brand awareness, brand association, perceived quality
dan brand loyalty berpengaruh positif terhadap purchasing decisions baik
secara parsial maupun simultan. Penelitian ini meneliti tentang brand
awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty dan
pengaruhnya terhadap purchasing decisions.
Kata Kunci: Brand Equity (Brand Awareness, Brand Association, Perceived
Quality, dan Brand Loyalty), Purchasing Decisions
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Menurut
PDRB
(Produk
Domestik
Regional
Bruto)
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta
dari Badan Pusat Statistik dari sisi
lapangan usaha 2011-2012 dan
Triwulan
I
tahun
2012-2013
didominasi oleh sektor keuanganreal estat-jasa perusahaan, sektor
perdagangan-hotel-restoran,
dan
sektor industri pengolahan. Pada
tahun 2011 ketiganya memberi
kontribusi sebesar 64,09 persen dan
pada
tahun
2012
kontribusi
ketiganya sedikit menurun menjadi
63,97 persen. Pada triwulan I/2013
nilainya relatif stabil pada kisaran
64 persen. Secara umum, peranan
ketiganya berkisar antara 28 persen
untuk sektor keuangan-real estatjasa perusahaan, 21 persen untuk
sektor perdagangan-hotel-restoran,
dan sekitar 15 persen untuk sektor
industri pengolahan.
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia usaha
dan persaingan yang semakin ketat,
mendorong
setiap
perusahaan
untuk
meningkatkan
kualitas
produk dan juga pelayanan yang
dihasilkan. Persaingan di bidang
makanan
khususnya
restoran,
menyebabkan
pengusaha
harus
mempunyai strategi yang
paling
baik
dan
tepat
untuk
mempertimbangkan kondisi yang
ada dalam
perusahaan.
Setiap
orang yang mempunyai aktivitas
tinggi berdampak pada minimnya
menyediakan makanan, oleh karena
itu orang lebih menyukai untuk
makan di restoran yang dapat
menyajikan
makanan
maupun
minuman dengan cepat, maka
munculah restoran-restoran
siap
saji.
Tabel 1
Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2012 dan Triwulan I
Tahun 2012-2013 (Persentase)
Lapangan Usaha
Triwulan I
Pertanian
2011
0,09
2012
0,09
2012
0,09
2013
0,09
Pertambangan dan Penggalian
0,50
0,47
0,45
0,46
Industri Pengolahan
15,64
15,62
15,39
15,38
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,98
0,93
0,90
0,91
Konstruksi
11,40
11,44
11,53
11,25
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
20,81
20,66
20,62
20,63
10,29
10,35
10,40
10,41
Keuangan, Real Estat dan Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
27,65
27,69
27,77
28,06
12,64
12,76
12,86
12,81
PDRB DKI Jakarta
100,0
100,0
100,0
100,0
Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta
130
Tahun
ISSN: 1410 -9875
Menurut PDRB triwulan I
2013 lapangan usaha
keuangan,
real estat dan jasa perusahaan
mengalami kenaikan dari tahun
2011 sampai dengan 2013 dengan
data terakhir di triwulan 1 pada
tahun 2013 sebesar 28.06, diikuti
oleh perdagangan, hotel
dan
restoran jika dibandingkan dengan
lapangan usaha lain menduduki
pringkat ke dua serta dapat dilihat
pada tahun 2011 sebesar 20.81
mengalami
penurunan
terus
menerus sampai dengan tahun 2013
sebesar 20,63. Bisnis restoran ini
sangat menjanjikan jika dikelola
dengan manajemen yang baik
karena dapat dilihat dari data BPS
restoran menduduki peringkat ke
dua.
Jakarta adalah salah satu
kota
yang
terus
mengalami
peningkatan dari segi jumlah,
proporsi,
dan
kepadatan
penduduknya.
Terdapat
peningkatan jumlah dan proporsi
penduduk DKI Jakarta pada tahun
1990 sebesar 8.259.600
jiwa
menjadi 9.057.993 jiwa pada tahun
Novrita Adriani F
2007.
Peningkatan
jumlah,
proporsi,
dan
pertumbuhan
penduduk di DKI Jakarta tersebut
akan mengakibatkan peningkatan
jumlah konsumsi (terutama untuk
makanan) penduduk DKI Jakarta.
Makanan dan minuman menempati
urutan pertama untuk konsumsi
makanan bagi
penduduk
DKI
Jakarta pada tahun 2010 yaitu
sebesar
92.634
konsumsi
dan
meningkat di tahun 2011 menjadi
120.751
konsumsi.
Dengan
meningkatnya
jumlah
konsumsi
makanan, dimanfaatkan oleh pihak
tertentu untuk mendirikan usaha
penyedia makanan, salah satunya
dalam bentuk restoran. Di Jakarta
saja, menurut data dari website
budaya wisata
Indonesia
di
sebutkan pada tahun 2012 terdapat
2977 restoran yang tersebar di
berbagai tempat di Jakarta baik di
pusat perbelanjaan/mall, hotel,
maupun gedung perkantoran.
Berikut adalah data tabel
untuk
perkembangan
usaha
restoran dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2012 :
Tabel 2
Data Perkembangan Usaha
Restoran/Rumah Makan Berskala Menengah
2008-2012
Usaha/Perusahaan
Tahun
Jumlah gerai
Jumlah
Pertumbuhan(%)
2008
1.615
27
2009
2.235
38.39
27
2010
2.704
20.89
27
2011
2.916
7.8
27
2012
2.977
2.09
28
Sumber:Statistik Restoran/Rumah Makan (BPS)
Besarnya pertumbuhan ratarata restoran juga diikuti dengan
banyaknya restoran di DKI Jakarta
yang memiliki berbagai ragam
masakan dari masakan tradisional
sampai masakan internasional.
131
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Tabel 3
Informasi makanan siap saji pada Tahun 2010-2012
Penjualan di Indonesia
Nama Restoran
Jumlah gerai
(Rp)
Mc Donald’s
8.7 triliun
200
KFC
9.6 triliun
426
Dunkin Donuts
6.2 triliun
200
Pizza Hut
7.3 triliun
207
Hoka-Hoka Bento
6.3 triliun
120
Sumber: GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh
Indonesia)
Didalam tabel makanan siap
ketat dapat dilihat dari jumlah
saji tersebut Pizza Hut merupakan
gerai yang ada, hal tersebut tidak
satu-satunya yang menjual Pizza
menentukan
apakah
banyaknya
sebagai core produk yang dijual.
gerai menjadi penentu keberhasilan
Dalam urutan posisi penjualan
penjualan. Dapat dilihat Pizza Hut
makanan siap saji yang ada di
dengan banyaknya gerai sebanyak
indonesia KFC menduduki pringkat
207 dari rentang tahun 2010 – 2012
pertama dalam penjualan, dan
ternyata
menduduki
peringkat
diikutin oleh Mc Donald’s
pada
ketiga, dengan Mc Donald’s berada
posisi ke dua lalu Pizza Hut pada
di posisi ke dua dengan jumlah
posisi ke tiga. Persaingan yang
gerai yang hanya 200.
Tabel 4
Top Brand Index Restoran Pizza 2013 fase 2
Merek
TBI
Pizza Hut
89.2 %
Papa Ron’s
3.8 %
Dominos Pizza
2.0 %
Izzi Pizza
1.4 %
Sumber:http://www.topbrand-award.com/top-brand-survey/surveyresult/top_brand_index_2013_fase_2
Berbeda dari penjualan dari
makanan siap saji dimana Pizza Hut
menduduki
pringkat
ke
tiga,
ternyata dalam Top Brand Index
Restoran
Pizza,
Pizza
Hut
menduduki
pringkat
pertama
dengan jumlah persentase 89.2%.
Dapat dilihat bahwa ternyata
Pizza Hut dari segi perbandingan
dengan restoran siap saji lainnya
menduduki peringkat ke 3 setelah
Mc Donald’s dan KFC. Hal ini
menunjukan
bahwa
terdapat
permasalahan di dalam Pizza Hut
132
yang menempati top brand index
untuk posisi Pizza namun berada di
posisi ke 3 dalam makanan siap saji
dari segi minat beli konsumen.
Pizza Hut merupakan salah
satu restoran ternama
yang
menjual pizza sebagai produk
utamanya. Restoran ini sudah
berkembang semenjak tahun 1984
dan sudah mempunyai 207 gerai di
Indonesia pada tahun 2012. Di kota
DKI Jakarta sendiri terdapat 60
gerai Pizza Hut yang tersebar di
area DKI Jakarta.
ISSN: 1410 -9875
Novrita Adriani F
Data dari tabel tersebut
memperlihatkan
bahwa
jumlah
gerai yang ada tidak menjamin
banyaknya gerai menjadi faktor
suksesnya
suatu
penjualan.
Semakin kuatnya ekuitas merek
suatu produk, semakin kuat pula
daya tariknya dimata konsumen
untuk
mengkonsumsi
produk
tersebut yang selanjutnya dapat
menggiring
konsumen
untuk
melakukan
pembelian
serta
mengantarkan perusahaan untuk
meraup keuntungan dari waktu ke
waktu (Durianto 2001, 3). Ekutias
merek menciptakan nilai, baik pada
perusahaan
maupun
pada
konsumen, ekuitas
merek
juga
dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup sebuah merek (Aaker 1996,
7). Aset dan liabilitas dapat
dikelompokkan
dalam
lima
kategori, yaitu : brand awareness,
brand association,
perceived
quality, brand loyalty, dan aset –
aset hak milik yang lain, mewakili
aset seperti paten, dan saluran
distribusi. Keempat variable ekuitas
merek diluar aset – aset merek yang
lain dikenal sebagai variable utama
dari ekuitas merek (Aaker 1996, 8).
Banyaknya penjualan yang
didapat
suatu
perusahaan
dikarenakan adanya pembelian dari
Tabel 5
Beberapa Menu
Menu meriah Pizza
Menu meriah Royal
Platter
Menu meriah Nasi
konsumen,
persentase besarnya
suatu brand index juga dikarenakan
adanya
pembelian.
Pembelian
tersebut muncul karena adanya
suatu keputusan pembelian. Suatu
keputusan pembelian konsumen itu
sendiri
merupakan
proses
pembelian yang spesifik terdiri dari
urutan
kejadian
seperti
:
pengenalan masalah kebutuhan,
pencarian
informasi,
evaluasi
alternatif, keputusan pembelian
dan perilaku setelah pembelian
sehingga jelas bahwa pemasar perlu
fokus
pada
seluruh
proses
pengambilan keputusan (Susanto
2004, 16).
Pizza Hut sendiri memiliki
menu yang beragam dan bervariasi
dari menu Pizza yang berisi daging
sapi, ayam, keju, dll. Hal tersebut
guna untuk mencukupi kebutuhan
konsumennya. Bukan hanya itu
saja, Pizza Hut juga menyediakan
menu nasi yang sesuai dengan
karakter orang indonesia. Dari segi
harga tentunya Pizza Hut juga
menyediakan menu promosi untuk
menjangkau semua konsumennya.
Berikut beberapa contoh menu dari
Pizza Hut dari menu utama sampai
dengan
menu
minuman
yang
beragam.
Pizza Hut
Brazilian Pizza
1. Pan Pizza
2. Cheesy Pizza
3. Stuffed Crust Sosis
4. Crown Crust
5. Stuffed Crust Keju
1. BBQ Beef
1. Asian BBQ Chicken Rice
2. Nasi Buncis Kari Ayam
3. Nasi Zaitun Ayam Panggang
133
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Menu meriah Pasta
Menu meriah Hidangan
Pembuka
Menu meriah Minuman
Menu meriah hidangan
penutup
Sumber : Pizza Hut Jayakarta
4.
1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
1.
2.
Nasi Chilli Ebi Jagung Udang Tempura
Ebi Pronto Spaghetti
Chicken Cheese Fusilli
Surimi
Nyonya Curry Puff
Puff Pastry Chicken Cream Soup
Raspberry Lychee
Black Forest Shake
Peach Berry
Mango Silk Pudding
Coconut hot Bread Pudding
Keputusan pembelian pelanggan
dapat diukur lewat ekuitas merek
suatu perusahaan tersebut. Brand
awarenees
dimana
konsumen
sanggup untuk mengenali atau
mengingat merek, asosiasi merek
dimana segala kesan yang muncul
dan
terkait
dengan
ingatan
konsumen yang kaitannya dengan
kebiasaan, gaya hidup, manfaat,
atribut, produk, dll. Perceived
quality yakni persepsi konsumen
terhadap keseluruhan kualitas atau
jasa layanan yang diharapkan
konsumen,
brand
loyalty
merupakan
ukuran
kedekatan
pelanggan pada sebuah merek.
Dengan ekuitas merek tersebutlah
suatu keputusan pembelian akan
terjadi yang menyebabkan adanya
suatu pembelian produk/jasa.
Penelitian
ini
merupakan
replikasi dari penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Agusli dan
Kunto (2013). dengan mengambil
dan
mengganti
variable
dependennya menjadi Purchasing
Decisions (Keputusan Pembelian)
lewat jurnal pendukung yang ditulis
oleh Marisa dan Marhayanie. Hasil
dari penelitian tersebut dengan
variabel independen yang sama
namun variable dependennya dari
minat
beli
diubah
menjadi
134
November 2013
Purchasing Decisions (keputusan
pembelian) lewat jurnal pendukung
yaitu Brand Awareness, Brand
Association,
Perceived
Quality,
Brand
Loyalty
masing-masing
variabel
tersebut
mempunyai
pengaruh pada variabel independen
yaitu Purchasing Decision sebagai
variabel
dependennya.
Melihat
masalah dan fenomena yang ada
diatas, Penulis merasa tertarik
mengukur faktor Brand Awareness,
Brand
Association,
Perceived
Quality,
Brand
Loyalty
dan
Purchasing Decisons pada objek
Pizza Hut di Jakarta karena Penulis
ingin melihat bagaimana elemen –
elemen ekuitas merek berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian
konsumen dengan produk Pizza Hut
di Jakarta.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Brand Equity
Menurut Aaker (1996, 7)
mendefinisikan
Brand
Equity
sebagai “brand is a set of brand
assets and liabilities linked to a
brand, its name and symbol, that
add to or subtract from the value
provided by a product or service to
ISSN: 1410 -9875
a firm and or that firm’s
customers”.
Model brand equity Aaker
(1996, 8) terdiri
dari
lima
komponen : brand
awareness,
brand association,
perceived
quality, brand loyalty and other
proprietary brand assets: patents,
trademarks,
channel
relationships,etc.
Aaker
menunjukan
bahwa
strategi
penetapan merek yang baik harus
berkonsentrasi pada upaya untuk
mencapai
brand
awareness,
perceived
quality
dan
brand
association untuk memenangkan
brand loyalty bagi suatu merek
produk.
Menurut Kotler dan Keller
(2012, 265) “brand equity is added
value to endowed on product and
service. It maybe reflected in the
way cunsomer think, feel, and act
with the respect to the brand, as
well as in the price, market share,
and
profitability
the
brand
commands to the firm”.
Brand Awareness
Menurut Aaker (1996, 10)
mendefinisikan Brand Awareness
sebagai “Awareness refers to the
strength of a brand’s presence in
the consumer’s mind.”
Menurut Rangkuti (2004, 39)
mendefinisikan Brand Awareness
sebagai “Kemampuan seseorang
pelanggan untuk mengingat suatu
merek tertentu secara spontan
atau setelah dirangsang dengan
kata-kata kunci”.
Menurut Kotler (2012, 504)
Brand Awareness adalah “Fostering
the consumer’s ability to recognize
or recall the brand within the
category, in sufficient detail to
make a purchase.” Pendapat ini
menunjukan
bahwa
brand
Novrita Adriani F
awareness merupakan awal untuk
melakukan pembelian sebelumnya
para
konsumen
harus
dapat
mengakui atau mengingat merek
tersebut secara detail.
Brand Association
Menurut Kotler&Keller (2012,
186)
mendefinisikan
brand
awareness
sebagai
“brand
association consist of all brandrelated
thoughts,
feelings,
perceptions, images, experiences,
beliefs,attitudes,and so on that
become linked to tke brand node.”
Menurut Lamans (2005, 67)
menyatakan bahwa “anything that
connects the costumer to the
brand.”
Selanjutnya
menurut
Rangkuti (2004, 39) “segala sesuatu
yang berkaitan dengan ingatan
mengenai merek dimana assosiasi
ini merupakan atribut yang ada
didalam
merek
tersebut
dan
memiliki
suatu
tingkatan
kekuatan.”
Brand association menurut
Aaker (1996,
25) menyatakan
bahwa “Managing Brand Equity
emphasised that brand equity is
supported in great part by the
associations that consumers make
with a brand. These associations
might include product attributes, a
celebrity
spokesperson,
or
a
particular symbol.”
Perceived Quality
Secara umum definisi atau
pengertian dari Perceived Quality
Menurut
Keller
(2013,
187)
menyatakan “Perceived Quality is
customer’s perception of the
overall quality or superiority of a
product or service composed to
alternatives and with respect to its
intended purpose.”
135
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Definisi tersebut diperkuat
oleh Kotler dan Keller (2012, 153)
yang menyatakan bahwa “ quality
is
totally
of
features
and
charecteristic of procut or service
that bear on it’s ability to satisfied
started or implied needs”.
Selanjutnya menurut Aaker
(1996, 24) menyatakan bahwa
“perceived quality adalah persepsi
pelanggan terhadap keseluruhan
kualitas atau keunggulan suatu
produk atau jasa layanan berkaitan
dengan maksud diharapkan.”
Menurut
Schiffman&Kanuk
(2010, 195) menyatakan bahwa
“consumers perceived quality of a
product or service is based on a
variety of informational cues that
they associate with the product
same of these cuese are intrinsic to
the product or service, other are
extrinsic.”
Brand Loyalty
Definisi
brand
loyalty
menurut Schiffman dan
Kanuk
(2010, 92) adalah “brand loyalty
are frequency award programs
where marketers offer rewards and
special benefits to buyers who
purchase
their
offerings
consistently.”
Menurut Lovelock dan Wirtz
(2011, 338) menyatakan “Loyalty is
customer’s willingness to continue
patronizing a firm over the
longterm,
preferably
on
an
exclusive basis, and recomending
136
November 2013
the firm’s products to friends and
associates.”
Menurut Kotler and Keller
(2012, 149) menyatakan bahwa
“ Loyalty is a deeply held
commitment
to
rebuy
or
repatronize a preferred product or
service consistently in the future,
thereby causing repetitive samebrand or
same
brand-set
purchasing,
despite
situational
influences and marketing efforts
having the potential to cause
switching behavior”.
METODA PENELITIAN
Variable dan Pengukurannya
Skala yang digunakan dalam
penelitian adalah skala Likert
(Likert Scale). Menurut Sekaran dan
Bougie (2010, 152) menyatakan
bahwa
skala
likert
adalah
“Designed to examine how strongly
subjects agree or disagree with
statement.”
Menurut Sugiyono (2009, 133)
jawaban setiap item instrument
yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, yang
dapat berupa kata-kata antara lain:
Angka 1 = Sangat Tidak Setuju
Angka 2 = Tidak Setuju
Angka 3 = Cukup Setuju
Angka 4 = Setuju
Angka 5 = Sangat Setuju
Berikut adalah tabel yang
menunjukkan
pengukuran
dan
indikator dari variabel yang akan
diteliti:
ISSN: 1410 -9875
Variabel
Brand Awareness
Brand
Association
Perceived
Quality
Novrita Adriani F
Tabel 6
Tabel Variabel dan Pengukuran
Indikator
1. Pizza Hut adalah restoran
keluarga pertama yang
terpikir
2. Pizza Hut diketahui
sebagai salah satu restoran
keluarga di jakarta
3. Pizza Hut mudah diingat
diantara restoran pizza di
jakarta lainnya
1. Pizza Hut selalu ramai
dengan tamu yang makan
untuk
tujuan
makan
keluarga
2. Citra
sebagai
restoran
keluarga
sangat
lekat
dengan Pizza Hut
3. Bangunan Pizza Hut sesuai
dengan peruntukan makan
keluarga
4. Suasana yang dibangun
Pizza Hut sesuai dengan
Konsep
tempat
makan
keluarga
5. Interior
Pizza
Hut
memberikan kesan yang
kuat sebagai
tempat
makan keluarga
1. Pizza Hut memiliki layanan
yang sangat sesusai dengan
perkembangan kebutuhan
restoran keluarga saat ini
2. Pizza Hut selalu mampu
memenuhi
kebutuhan
makan keluarga
3. Harga yang ditawarkan
oleh Pizza Hut sesuai
dengan
kualitas
yang
diberikan
4. Pelayanan yang diberikan
oleh Pizza Hut melebihi
harapan konsumen
5. Staf Pizza Hut tanggap
terhadap kebutuhan tamu
6. Fasilitas yang disediakan
Pizza Hut cukup untuk
Skala Pengukuran
Likert
Likert
Likert
137
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Variabel
Brand Loyalty
Purchasing
Decisions
Indikator
mengakomodasi
sebagai
tempat makan keluarga
7. Staf dari Pizza Hut ramah
8. Ruangan di Pizza Hut
bersih
November 2013
Skala Pengukuran
1. Konsumen
menceritakan Likert
hal positif tentang Pizza
Hut
2. Konsumen
merekomendasikan
Pizza
Hut kepada temannya
3. Konsumen tetap memilih
Pizza Hut sebagai
salah
satu restoran keluarga di
jakarta
4. Konsumen
selalu
menggunakan Pizza Hut
untuk
tempat
makan
keluarga
1. Konsumen
memutuskan Likert
membeli produk Pizza Hut
karena produk yang dijual
sesuai
dengan
kebutuhannya
2. Konsumen
mendapatkan
informasi mengenai Pizza
Hut dari media
iklan,
keluarga,
teman,
atau
orang lain
3. Konsumen
membutuhkan
waktu yang relatif singkat
untuk
memutuskan
membeli di Pizza Hut
dibanding restoran Pizza
lainnya
4. Konsumen merasa puas
memilih Pizza Hut sebagai
tempat makan keluarga
Sumber : JURNAL MANAJEMEN PEMASARAN PETRA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-8
Pemilihan Sampel
Obyek penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini
adalah Pelanggan Pizza Hut di Kota
Jakarta.
Kriteria
respondennya
138
adalah
pria/wanita,
memiliki
pekerjaan, sudah pernah datang ke
Pizza Hut, dan yang membeli
produk di restoran
Pizza
Hut
dengan batas umur 20-50 tahun
ISSN: 1410 -9875
karena responden dengan umur
tersebut
dianggap
dapat
memberikan
pendapat
dan
penilaian
secara
bijak
atas
pernyataan yang diberikan dalam
bentuk kuesioner penelitian.
Pemilihan obyek penelitian
terhadap pelanggan Pizza Hut di
Kota Jakarta dengan jumlah ratarata konsumen dalam 1 bulan
menurut data yang didapat dari
Pizza Hut pusat sebanyak 137.999
konsumen.Dari 5 wilayah yang
terdapat di kota Jakarta penulis
menyebar 150 kuesioner dengan
penyebaran 30 kuesioner untuk
masing-masing
wilayah
dalam
penyebaran perwilayah di kota
Jakarta penulis mengambil 20
responden,
sehingga
penulis
menetapkan 100 responden dalam
penelitian ini karena 100 sample
sudah dapat mewakili populasi
(Hair et al. 2012, 102). Untuk itu,
penulis mengambil gerai Pizza Hut
dengan penjualan terbesar dilihat
dari purchasing decisions pelanggan
masing-masing wilayah di kota
Novrita Adriani F
Jakarta.
Hal
tersebut
dapat
mewakili untuk dijadikan sebagai
responden dalam penelitian ini.
Adapun berdasarkan data dari Pizza
Hut pusat berkaitan penjualan
terbesar tahun 2013dari masingmasing wilayah di Jakarta yaitu
gerai Pizza Hut wilayah Jakarta
Pusat di mall Plaza Indonesia,
wilayahJakarta Selatan di mall
Pondok Indah, wilayah
Jakarta
Timur di mall Cijantung, wilayah
Jakarta Barat di mall Taman
Anggrek, wilayah Jakarta Utara di
Hanamasa Sports Mall, Kelapa
Gading.
Metoda Analisis Data
Uji
hipotesis
dilakukan
dengan analisis regresi berganda.
Regresi
berganda
adalah
alat
analisis yang digunakan untuk
mengukur seberapa jauh pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel dependen. Model regresi
dirumuskan
dengan
persamaan
berikut:
Y =
a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4
dimana:
Y = besarnya nilai variabel dependen Purchasing Decisions
A = nilai konstanta
b
=
Koefisien Regresi
X1 = Brand Awareness
X2
=
Brand Association
X3 = Perceived Quality
X4
=
Brand Loyalty
E = error term
HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif
Responden
yang
berjenis
kelamin pria adalah sebanyak 61
orang (61%) dan responden yang
berjenis kelamin wanita adalah
sebanyak 39 orang (39%).
Responden
yang
berusia
antara 20-29 tahun adalah 43 orang
(43%), responden yang berusia
antara 30-39 tahun adalah 30 orang
(30%), responden yang berusia
antara 40-49 tahun adalah 19 orang
(19%), responden yang berusia
antara >50 tahun adalah 8 orang
(8%).
Responden
yang
bekerja
sebagai mahasiswa/i sebanyak 44
orang (44%),
responden
yang
bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
sebanyak 9 orang (9%), responden
yang bekerja sebagai wirausaha
139
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
sebanyak
30
orang
(30%),
responden
yang
berasal
dari
PNS/Pegawai Swasta sebanyak 7
orang (7%) dan responden yang
berasal dari Lainnya sebanyak 10
orang (10%).
Responden yang memiliki
pengeluaran sebanyak Rp.500.0001.500.000
dalam
satu
bulan
November 2013
sebanyak
34
orang
(34%),
responden
yang
memiliki
pengeluaran sebanyak Rp.1.500.0003.000.000
dalam
satu
bulan
sebanyak 55 orang (55%), dan
responden
yang
memiliki
pengeluaran sebanyak >3.000.000
sebanyak 11 orang (11%).
Pengujian Simultan (uji F)
Tabel 7
Hasil Uji F Hipotesis 5
Regression
F hitung
47.681
0,000
sig
Sumber: Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 19.0
Berdasarkan
pada
kurva
penerimaan atau penolakan H5 di
atas, dapat di ketahui bahwa F
hitung
terletak
pada
daerah
penolakan Ho5. Dengan melihat F
hitung > Ftabel, yaitu 47.681 > 2.46
maka dapat dikatakan bahwa Ho5
ditolak dan Ha5 diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh Brand Awareness, Brand
Association, Perceived Quality, dan
Brand loyalty terhadap Purchasing
Decisions pelanggan Pizza Hut di
Jakarta.
Pengujian Parsial (uji t)
total
total
total
total
Tabel 8
Nilai Koefisien Regresi
t hitung
awareness
5.398
0,000
association
12.193
0,000
PQ
2.372
0.020
loyalty
3.446
0.000
Sumber: Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 19.0
Seluruh variable memiliki nilai
t hitung > t tabel maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan
pembahasan
yang
telah
dikemukakan,
ada
beberapa
kesimpulan
yang
diperoleh
antaralain :
1. Ha1 diterima, artinya terdapat
pengaruh Brand Awareness(X1)
140
sig
terhadap
Purchasing
Decisions(Y) pelanggan Pizza
Hut di Jakarta.
2. Ha2 diterima, artinya terdapat
pengaruh Brand Association(X2)
terhadap
Purchasing
Decisions(Y) pelanggan Pizza
Hut di Jakarta.
3. Ha3 diterima, artinya terdapat
pengaruh Perceived Quality(X3)
terhadap
Purchasing
Decisions(Y) pelanggan Pizza
Hut di Jakarta.
ISSN: 1410 -9875
4. Ha4 diterima, artinya terdapat
pengaruh
Brand
Loyalty(X4)
terhadap
Purchasing
Decisions(Y) pelanggan Pizza
Hut di Jakarta.
5. Ha5 diterima, artinya terdapat
pengaruh Brand Awareness(X1)
Brand
Association(X2),
Perceived Quality(X3), Brand
Loyalty
(X4)
terhadap
Purchasing
Decisions(Y)
pelanggan Pizza Hut di Jakarta.
Beberapa saran yang dapat
diberikan oleh peneliti untuk dapat
Novrita Adriani F
digunakan pada kegiatan penelitian
selanjutnya antara lain :
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya
menggunakan sampel yang lebih
banyak lagi agar sampel yang
diambil
mewakili
populasi
dengan lebih baik.
2. Melakukan
penelitian
lebih
lanjut
menggunakan
faktorfaktor lain yang mempengaruhi
Purchasing Decisions.
REFERENSI
Aaker, David. 1996. Managing Brand Equity. New York : Free Press
Armstrong, Gary and Kotler, Philip. 2004. “Principles of Marketing”, 7th
edition. Pearson Prentice Hall
Clow, Kenneth E. And Donald Baack. 2012. Integrated Advertising, Promotion,
and Marketing Communications 5th Edition. England : Pearson
Education
Durianto, Darmadi, Sugiarto, Lie Joko Budiman 2001. Strategi Memimpin
Pasar. PT: Gramedia Pustaka Utama
Gujarati, Damodar N and Dawn C. Porter. 2009. Basic Econometrics. 5th
Edition. New York: McGraw-Hill Education
Hair, Joseph.F, Rolph E, Anderson, Ronald. L, Babin, Barry. J, William. 2010.
Multivariate Data Analysis : A Global Perspective. 7th Edition, New
Jersey: Pearson Prentice Hall
Kotler, Phillip, and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management. 14th
Edition, USA : Pearson Educational International
Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management. London : Pearson
Lamons, Bob. 2005. “The Cas for B2B Branding”
Lovelock, Christopher, and Jochen Wirtz. 2011. Services Marketing.7th Edition.
New Jersey: Pearson Prentice Hall
Rangkuti, Freddy. 2004. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Sekaran, Uma, and Roger Bougie. 2010. Research Metods For Business. 5th
Edition. India: Wiley
Schiffman, Leon G, and Leslie Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behavior. New
Jersey : Pearson Prentice Hall
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung
141
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Susanto. Wijanarko, Himawan. 2004. Power Branding : Membangun Merek
Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Quantum Bisnis dan Manajemen.
Jakarta
Shahrokh, Zohreh D, Jamshid S. Sedghiani, Vali G. 2012. “ Analyzing the
influence of Customer attitude toward brand extension on attitude
toward parent brand. Interdisciplinary Journal of
contemporary
research in Business. Vol.3 (9), PP 1133-1148
Yoo et al. 2009. Business-to business brand management. Emerald Group
Publishing, 2009
142
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 15, No. 1a, Is. 4, November 2013, Hlm. 143-156
ISSN: 1410 - 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN
PENERIMAAN UNQUALIFIED OPINION WITH MODIFIED PARAGRAPH
GOING CONCERN
M. ARIEF EFFENDI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to investigate empirically the relationship between audit quality, company’s financial condition, prior audit opinion,
company’s growth, company’s size, and debt default that influence the company’s acceptance of unqualified opinion with modified paragraph going concern. Data to be used is secondary data and were taken from Indonesia Stock
Exchange official website. The research used 42 non-financial companies as
sample by using purposive sampling method. This study used logistic regression
to test the hypothesis. Data for this study comprises from the financial statement of non-financial companies in Indonesia over four year period of 20082011. The research finding can be summarized as follows. The result showed
that the prior audit opinion has significant influence over unqualified opinion
with modified paragraph going concern. On the other hand, audit quality, company’s financial condition, company’s growth, company’s size, and debt default don’t have influence on unqualified opinion with modified paragraph going concern.
Keywords: Audit Quality, Company’s Financial Condition, Prior Audit Opinion,
Company’s Growth, Company’s Size, Debt Default and Unqualified
Opinion With Modified Paragraph Going Concern.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris
hubungan antara kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit
sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan kegagalan
utang yang mempengaruhi penerimaan opini wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf yang dimodifikasi terkait dengan keberlangsungan usaha bagi perusahaan. Data yang digunakan adalah data sekunder dan diambil dari situs resmi
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan 42 perusahaan non-keuangan
sebagai sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian
ini menggunakan regresi logistik untuk menguji hipotesis. Data untuk
penelitian ini terdiri dari laporan keuangan perusahaan non-keuangan di Indonesia selama periode empat tahun, 2008-2011. Temuan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini audit sebelum memiliki pengaruh signifikan atas opini wajar tanpa pengecualian dengan
143
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
paragraf dimodifikasi terkait dengan keberlangsungan usaha. Di sisi lain, kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan kegagalan utang tidak memiliki pengaruh pada pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf dimodifikasi going concern.
Kata kunci: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Kegagalan
Utang dan Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf yang
Dimodifikasi terkait dengan Keberlangsungan Usaha.
PENDAHULUAN
Banyaknya
pihak
yang
menggunakan
laporan keuangan
sebagai bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan sehingga
adanya pengungkapan mengenai
masalah kelangsungan hidup akan
sangat berguna bagi pihak-pihak
berkepentingan.
Jika
masalah
mengenai kelangsungan hidup tidak
diungkapkan,
pengguna
laporan
keuangan akan sangat dirugikan jika
auditee mengalami gulung tikar
yang sama sekali tidak dapat
diprediksi karena tidak adanya
pengungkapan mengenai masalah
kelangsungan hidup perusahaan.
Selain itu, auditor juga akan
mengalami kerusakan reputasi dan
juga dapat dituntut oleh pengguna
laporan keuangan karena tidak
adanya pengungkapan mengenai
kelangsungan hidup perusahaan.
Motivasi
melakukan
penelitian
ini
adalah
untuk
membantu perusahaan, investor
maupun
setiap
pihak
yang
menggunakan laporan
keuangan
agar
dapat
mengidentifikasi
penyebab perusahaan menerima
opini unqualified opinion with
modified paragraph going concern.
Penelitian ini merupakan replikasi
penelitian Santosa dan Wedari
(2007). Alasan peneliti melakukan
replikasi penelitian adalah karena
144
opini audit unqualified opinion with
modified paragraph going concern
merupakan masalah yang penting
untuk
dipertimbangkan
oleh
investor dalam melakukan investasi
di pasar modal.
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan bukti
empiris mengenai kualitas audit,
kondisi keuangan perusahaan, opini
audit
tahun
sebelumnya,
pertumbuhan perusahaan, ukuran
perusahaan, dan debt default
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Investor
Sebagai salah satu masukan bagi
investor
untuk
bahan
pertimbangan
dalam
menetapkan
keputusan
investasi.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan
peneliti dalam bidang auditing
agar lebih memahami faktorfaktor
yang
mempengaruhi
kecenderungan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified
paragraph
going
concern.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
ISSN: 1410 -9875
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan
pembaca
dan
peneliti
selanjutnya, juga dapat menjadi
bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Yuliana (2009) menggambarkan teori agensi sebagai teori
yang berbicara mengenai perbedaan
kepentingan prinsipal dan agen yang
berpengaruh terhadap penyediaan
informasi, kinerja, dan insentif.
Karena itu, dibutuhkan pihak ketiga
yang independen sebagai mediator
yang berfungsi untuk menjembatani
kepentingan antara prinsipal dan
agen.
Kualitas
Audit
dengan
Kecenderungan
Penerimaan
Unqualified Opinion with Modified
Paragraph Going Concern
Auditor yang memiliki kualitas audit yang lebih baik cenderung
akan mengeluarkan opini going concern apabila klien mempunyai masalah mengenai kelangsungan hidupnya (Santosa dan Wedari 2007). Auditor skala besar dapat menyediakan
kualitas audit yang lebih baik daripada auditor skala kecil, termasuk
dalam pengungkapan masalah going
concern (Santosa dan Wedari 2007).
Selain itu, auditor skala besar akan
memiliki kualitas yang lebih tinggi
karena memiliki karakteristik yang
dapat dikaitkan dengan kualitas
seperti
pelatihan,
pengakuan
internasional, serta adanya peer
review (Craswell et al. (1995) dalam
Fanny dan Saputra (2005)). Hasil
penelitian Wijaya et al. (2009) dan
Rahayu (2007) menunjukkan bahwa
M. Arief Effendi
kualitas audit berpengaruh terhadap
kecenderungan
penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern Sedangkan
hasil penelitian Amilin dan Indrawan
(2008), Susanto (2009), Santosa dan
Wedari (2007), Setyarno et al.
(2006)
dan
Herusetya
(2008)
menunjukkan hal yang sebaliknya.
Ha1 : Kualitas audit berpengaruh
terhadap
kecenderungan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified
paragraph going concern.
Kondisi
Keuangan
Perusahaan
dengan
Kecenderungan
Penerimaan Unqualified Opinion
with Modified Paragraph Going
Concern
Tingkat kesehatan perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan suatu perusahaan. Salah satu
media yang dapat kita pakai untuk
menilai kondisi keuangan perusahaan adalah laporan keuangan perusahaan. Menurut Susanto (2009),
auditor hanya akan memberikan
opini audit going concern jika
perusahaan mengalami kesulitan
melanjutkan
kelangsungan
usahanya.
Penelitian
Susanto
(2009), Rudyawan dan Badera (2009)
dan
Setyarno
et
al.
(2006)
menunjukkan
bahwa
kondisi
keuangan perusahaan berpengaruh
terhadap
kecenderungan
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph going
concern
sedangan
penelitian
Santosa
dan
Wedari
(2007)
menunjukkan hal yang sebaliknya.
Ha2 : Kondisi keuangan perusahaan
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified paragraph going
concern.
145
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Opini Audit Tahun Sebelumnya
dengan
Kecenderungan
Penerimaan Unqualified Opinion
with Modified Paragraph Going
Concern
Opini going concern tahun sebelumnya akan menjadi pertimbangan
penting bagi auditor untuk menentukan opini going concern di tahun
selanjutnya. Jika auditor memberikan opini audit going concern
pada tahun sebelumnya, maka
kemungkinan besar auditor akan
memberikan opini going concern
pada tahun selanjutnya. Penelitian
setyarno et al. (2006), Santosa dan
Wedari
(2007),
Januarti
dan
Fitrianasari (2008), Susanto (2009)
dan Dewayanto (2011) menunjukkan
bahwa opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern.
Ha3 : Opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified paragraph going
concern.
Pertumbuhan Perusahaan dengan
Kecenderungan
Penerimaan
Unqualified Opinion with Modified
Paragraph Going Concern
Pertumbuhan
perusahaan
mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Rudyawan dan
Badera
2009).
Pertumbuhan
penjualan akan memberi peluang
bagi auditee untuk meningkatkan
laba
dan
mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Penelitian
Santosa
dan
Wedari
(2007),
Kumalawati (2012), Rudyawan dan
Badera (2009) menunjukkan bahwa
146
November 2013
pertumbuhan
perusahaan
tidak
berpengaruh terhadap penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern.
Ha4 : Pertumbuhan perusahaan
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified paragraph going
concern.
Ukuran
Perusahaan
dengan
Kecenderungan
Penerimaan
Unqualified Opinion with Modified
Paragraph Going Concern
Mutcher (1985) dalam Santosa dan Wedari (2007) menyatakan
bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern
pada perusahaan kecil karena
auditor
mempercayai
bahwa
perusahaan
besar
mampu
menyelesaikan
kesulitan-kesulitan
keuangan
yang
dihadapinya
daripada
perusahaan
kecil.
Penelitian Santosa dan
Wedari
(2007) menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap
kecenderungan
penerimaan
unqualified opinion with modified
paragraph going concern sedangkan
penelitian Januarti dan Fitrianasari
(2008) dan Dewayanto (2011)
menunjukkan hal yang sebaliknya.
Ha5
:
Ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
kecenderungan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified paragraph going
concern
Debt
Default
dengan
Kecenderungan
penerimaan
Unqualified Opinion with Modified
Paragraph Going Concern
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
Debt default didefinisikan sebagai
kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan
atau bunganya pada waktu jatuh
tempo (Chen dan Church 1992 dalam
Praptorini dan Januarti 2007). Kegagalan dalam memenuhi kewajiban
hutang dan atau bunga merupakan
indikator going concern yang banyak
digunakan auditor dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan (Susanto 2009). Penelitian Praptitorini
dan Januarti (2007) menunjukkan
bahwa debt default berpengaruh
terhadap
kecenderungan
penerimaan unqualified opinion
with modified paragraph going
concern
sedangkan
penelitian
Susanto (2009) menunjukkan hal
yang sebaliknya.
Ha6 : Debt default berpengaruh
terhadap
kecenderungan
penerimaan
unqualified
opinion
with
modified
paragraph going concern.
Model Penelitian
Kualitas Audit
Kondisi Keuangan Perusahaan
Unqualified Opinion
Opini Audit Tahun Sebelumnya
with Modified
Paragraph Going
Pertumbuhan Perusahaan
Concern
Ukuran Perusahaan
Debt Default
Gambar 2.1 Model Penelitian
METODA PENELITIAN
Pemilihan
Sampel
dan
Pengumpulan Data
Bentuk penelitian ini adalah
penelitian kausalitas. Penelitian
kausalitas adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengidentifikasi
hubungan sebab
akibat antar
variabel (Zikmund et al. 2010, 57).
Obyek dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan dan laporan
auditor
independen
seluruh
perusahaan
non-keuangan
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2008 sampai tahun 2011.
Pengambilan
sampel
diperoleh dengan metode purposive
sampling, yang bertujuan untuk
mendapatkan sampel sesuai dengan
kriteria yang ditentukan. Kriteriakriteria pemilihan sampel dalam
penelitian ini adalah (1) perusahaan
non-keuangan
yang
konsisten
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada
tahun
2008-2011;
(2)
Perusahaan
non-keuangan
yang
laporan keuangannya menggunakan
satuan mata uang rupiah selama
147
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
periode penelitian; (3) Perusahaan
non-keuangan
yang
mengalami
kerugian minimal dua periode
laporan keuangan selama periode
penelitian; (4) Perusahaan nonkeuangan yang datanya tersedia
selama periode penelitian.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Penerimaan Unqualified Opinion
with
Explanatory
Paragraph
Going Concern
Pengukuran
terhadap
Unqualified
Opinion
with
explanatory paragraph
going
concern
dilakukan
dengan
menggunakan skala nominal dan
diukur dengan variabel dummy,
yaitu
perusahaan
non-keuangan
yang menerima Unqualified Opinion
with explanatory paragraph going
concern atas laporan keuangannya
diberi
nilai
“1”,
sedangkan
perusahaan yang menerima opini
selain Unqualified Opinion with
explanatory paragraph
going
concern akan diberi nilai “0”.
Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan
kualitas atas jasa yang diberikan
oleh
auditor
kepada
kliennya
(Susanto 2009). Kualitas audit
diproksikan dengan skala auditor
(Santosa dan Wedari 2007). Auditor
skala besar adalah KAP big four,
sedangkan Auditor skala kecil adalah
KAP non-big four. Pengukuran
kualitas audit menggunakan skala
nominal dan diukur dengan variabel
dummy, yaitu skor “1” untuk KAP
skala besar (big four) dan skor “0”
untuk KAP skala kecil (non-big four).
Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan perusahaan
menggambarkan tingkat kesehatan
148
November 2013
perusahaan
yang
sesungguhnya
(Ramadhany 2004 dalam Setyarno et
al. 2006). Variabel kondisi keuangan
perusahaan diukur dengan skala
rasio
dan
dihitung
dengan
menggunakan salah satu model
prediksi
kebangkrutan,
yaitu
Revised Altman Model (1993).
Revised Altman Model adalah
sebagai berikut:
Z
= 0,717 Z1 + 0,847 Z2 + 3,107
Z3 + 0,420 Z4 + 0,998 Z5
Dimana:
Z1
= Working Capital / Total
Assets
Z2
= Retained earnings / Total
Assets
Z3
= Earnings before interest and
taxes / Total assets
Z4
= Book value of equity / Book
value of debt
Z5
= Sales / Total Assets
Opini Audit Tahun Sebelumnya
Variabel ini
didefinisikan
sebagai opini audit yang diterima
pada
tahun
sebelumnya.
Pengukuran variabel opini audit
tahun
sebelumya
menggunakan
skala
nominal,
dan
juga
menggunakan
variabel
dummy,
yaitu unqualified opinion with
modified paragraph going concern
akan diberi skor “1”, sedangkan
opini selain unqualified opinion
with explanatory paragraph going
concern akan mendapat skor “0”.
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan
perusahaan
merupakan
tingkat
perubahan
penjualan setiap tahunnya. Skala
pengukuran yang digunakan dalam
variabel pertumbuhan perusahaan
adalah skala rasio. Perhitungan
variabel pertumbuhan perusahaan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
Pertumbuhan perusahaan = Penjualan bersiht – Penjualan bersiht-1
Penjualan bersiht-1
Keterangan:
Penjualan bersiht = Penjualan bersih tahun berjalan.
Penjualan bersiht-1 = Penjualan bersih tahun sebelumnya.
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah
variabel yang mengukur seberapa
besar atau kecilnya perusahaan
sampel (Santosa dan Wedari 2007).
Pengukuran
variabel
ini
menggunakan skala rasio, dengan
menggunakan natural logaritma dari
total aktiva.
Debt Default
Debt default didefinisikan
sebagai
kegagalan
debitor
(perusahaan)
untuk
membayar
hutang pokok dan atau bunganya
pada waktu jatuh tempo (Chen dan
Church 1992 dalam Praptitorini dan
Januarti 2007). Variabel debt
default diukur dengan menggunakan
skala nominal. Variabel debt default
diukur
dengan
menggunakan
variabel dummy (1 = status variabel
debt default, 0 = tidak debt default)
(Praptitorini dan Januarti 2007).
HASIL PENELITIAN
Hasil Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas
menggunakan
One
Sample
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
bahwa variabel kualitas audit,
kondisi keuangan perusahaan, opini
audit
tahun
sebelumnya,
pertumbuhan perusahaan, ukuran
perusahaan
dan
debt
default
memiliki asymp.Sig < 0,05 sehingga
data tidak terdistribusi dengan
normal (lihat tabel 1). Menurut
Ghozali (2011) logistic regression
tidak memerlukan asumsi normalitas
data
pada
variabel
bebasnya
sehingga
data
tidak
terdistribusi normal.
harus
Hasil Uji Hipotesis
Hasil Uji Model Fit
Uji model fit digunakan untuk
menilai
apakah
model
yang
dihipotesakan menggambarkan data
input. Menguji overall model fit
menggunakan nilai -2 log likelihood.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa nilai -2 log likelihood
mengalami penurunan (lihat tabel
2). Penurunan nilai -2 log likelihood
menunjukkan model regresi yang
baik atau menunjukkan
bahwa
model yang dihipotesiskan fit
dengan data.
Hasil Uji Nagelkerke’s R Square
Uji Nagelkerke’s R square
digunakan untuk melihat seberapa
besar variabel dependen dapat
dijelaskan
oleh
variabel
independen. Tabel 3 menunjukkan
bahwa variabel dependen yang
dapat dijelaskan oleh variabel
independen adalah sebesar 55,5%.
Sedangkan sisanya sebesar 44,5%
dapat dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak terdapat dalam model.
Hasil Uji Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test
Uji Hosmer and Lemeshow’s
goodness of fit digunakan untuk
menguji apakah model fit dengan
data observasi penelitian. Model
dapat dikatakan fit dengan data
observasi apabila nilai Sig. Hosmer
and Lemeshow test > 0,05. Hasil
149
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
pengujian Hosmer dan Lemeshow
goodness of fit test menunjukkan
nilai sig >0,05 (lihat tabel 4) sehingga model dapat dikatakan fit
dengan data observasi.
November 2013
tidak menerima opini unqualified
opinion with modified paragraph
going
concern
adalah
105
perusahaan, tetapi yang tepat
diprediksi oleh model adalah 96
perusahaan (91,4%), sisanya yaitu
sebanyak 9 perusahaan (8,6%) tidak
tepat diprediksi yang merupakan
kesalahan
tipe
II.
Secara
keseluruhan
ketepatan
prediksi
berdasarkan model sebesar 144
perusahaan (96+48) atau 85,7%.
Hasil Uji Ketepatan Prediksi
Berdasarkan tabel 5, dapat
disimpulkan
bahwa
ada
63
perusahaan
yang
menerima
unqualified opinion with modified
paragraph going concern, tetapi
yang tepat diprediksi berdasarkan
model
adalah
sebanyak
48
Hasil Pengujian Hipotesis
perusahaan atau sebesar 76,2%, dan
Berdasarkan variables in the
sisanya 15 perusahaan (23,8%) tidak
equation pada tabel 6, diperoleh
tepat diprediksi yang merupakan
persamaan regresi logistik, yaitu:
kesalahan tipe I. Perusahaan yang
GC
Ln
= 0,748 - 0,709 K_AU - 0,005 Z_SCR + 3,580 PRIOP
1-GC
+ 0,000 GRWTH- 0,093 SZ – 0,182 D_DEF+ ε
Variabel kualitas
audit
(K_AU) menunjukkan signifikansi
0,313 > 0,05 yang berarti Ha1 gagal
diterima.
Variabel kondisi keuangan
perusahaan (Z_SCR) menunjukkan
tingkat signifikansi 0,786 > 0,05 yang
berarti Ha2 gagal diterima.
Variabel opini audit tahun
sebelumnya (PRIOP) menunjukkan
tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 yang
berarti Ha3 diterima.
Variabel
pertumbuhan
perusahaan (GRWTH) menunjukkan
tingkat signifikansi 0,833 > 0,05 yang
berarti Ha4 gagal diterima.
Variabel ukuran perusahaan
(SZ)
menunjukkan
tingkat
signifikansi 0,396 > 0,05 yang berarti
Ha5 gagal diterima.
Variabel
debt
default
(D_DEF)
menunjukkan
tingkat
signifikansi 0,803 > 0,05 yang berarti
Ha6 gagal diterima.
PENUTUP
Kualitas
audit
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap penerimaan unqualified
opinion with modified paragraph
going concern. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Amilin
dan Indrawan (2008), penelitian
Susanto (2009), penelitian Santosa
dan Wedari (2007), penelitian
Setyarno et al. (2006), dan
penelitian yang dilakukan oleh
Herusetya (2008), tetapi tidak
konsisten dengan penelitian Wijaya
et al. (2009) dan penelitian Rahayu
(2007).
Kondisi keuangan perusahaan
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap penerimaan unqualified
opinion with modified paragraph
going concern. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Santosa
dan Wedari (2007) tetapi tidak
konsisten dengan penelitian yang
150
ISSN: 1410 -9875
dilakukan oleh Susanto (2009),
penelitan Rudyawan dan Badera
(2009), penelitian Dewayanto (2011)
juga penelitian Setyarno et al.
(2006).
Opini audit tahun sebelumnya
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap penerimaan unqualified
opinion with modified paragraph
going concern. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Setyarno et al.
(2006), penelitian Santosa dan
Wedari (2007), penelitian Januarti
dan Fitrianasari (2008), penelitian
Dewayanto (2011), juga penelitian
Susanto (2009).
Pertumbuhan
perusahaan
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap penerimaan unqualified
opinion with modified paragraph
going concern. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Santosa dan
Wedari
(2007),
penelitian
Kumalawati (2012), juga penelitian
Rudyawan dan Badera (2009).
Ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap penerimaan unqualified
opinion with modified paragraph
M. Arief Effendi
going concern. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Januarti dan
Fitrianasari (2008) dan penelitian
Dewayanto (2011) tetapi tidak
konsisten dengan penelitian yang
telah dikakukan oleh Santosa dan
Wedari (2007).
Debt
default
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap penerimaan unqualified
opinion with modified paragraph
going concern. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Susanto (2009)
tetapi tidak konsisten dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh
Praptitorini dan Januarti (2007).
Penelitian
ini
tidak
memasukkan perusahaan keuangan
ke dalam sampel penelitian, hanya
menggunakan 6 variabel independen, dan periode pengamatan
hanya 4 tahun. Penelitian selanjutnya
dapat
mengikutsertakan
perusahaan keuangan dalam sampel
penelitian, menambahkan variabelvariabel lain yang belum dimasukkan
dalam penelitian ini seperti opinion
shopping, dan memperpanjang periode penelitian.
REFERENSI
Amilin dan Ady Indrawan. 2008. Analisis Penilaian Going Concern Perusahaan
dan Opini Audit Oleh KAP Big Four Dengan KAP Non Big Four (Studi pada
Emiten di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi, September, Vol. XVIII,
No. 2, hlm. 72-83.
Deloitte
Touche
Tohmatsu
Limited.
2013.
“About
Us”.
http://www.deloitte.com
/view/en_ID/id/about-us/index.htm. Diakses Tanggal 24 April 2013.
Dewayanto, Totok. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fokus Ekonomi, 1 Juni, Vol. 6, No. 1, hlm.
81-104.
Djufri. 2011. Memahami Opini Audit Going Concern Dalam Rangka Investasi Di
Pasar Modal. Aktiva, Oktober, Vol. 4, No. 7, hlm. 83-97.
151
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
November 2013
Fanny, Margaretta dan Sylvia Saputra. 2005. Opini Audit Going Concern: Kajian
Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, pertumbuhan Perusahaan, dan
Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta).
Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September, hlm. 966-978.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haron, Hasnah et al. 2009. Factors Influencing Auditors’ Going Concern Opinion.
Asian Academy of Management Journal, January, Vol. 14, No. 1, hlm. 119.
Herusetya, Antonius. 2008. Kaitan Firm Size Kantor Akuntan Publik (KAP)
Terhadap Mutu Laporan Audit Going Concern: Studi di Indonesia. Integrity
– Jurnal Akuntansi dan Keuangan, April, Vol. 2, No. 1, hlm. 363-366.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Standar Profesional Akuntan
Publik Per 31 Maret. Jakarta: Salemba Empat.
. 2013. “Jakarta”. http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2013
/Jakarta.pdf. Diakses tanggal 24 April 2013.
Januarti, Indira dan Ella Fitrianasari. 2008. Analisis Rasio Keuangan dan Rasio
Non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit
Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEJ Tahun 2000-2005). Jurnal Maksi, Januari, Vol. 8, No.
1, hlm. 43-58.
KPMG.
2013.
“About”.
http://www.kpmg.com/id/en/about/Pages/default.aspx. Diakses tanggal 24 April 2013.
Kumalawati, ely. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Going Concern:
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis, Vol. 1, No. 1, hlm. 1-30.
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas
Audit, Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini
Going Concern. Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, 26-28
Juli, hlm. 1-25.
PricewaterhouseCoopers
International
Limited.
2013.
“About
Us”.
http://www.pwc.com/id/en/about-us/index.jhtml. Diakses tanggal 24
April 2013.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service
Solution) untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Yogyakarta: MediaKom.
Rahayu, Puji. 2007. Assessing Going Concern Opinion: A Study Based on
Financial and Non-Financial Informations (Empirical Evidence of
Indonesian Banking Firms Listed on JSX and SSX). Simposium Nasional
Akuntansi X, Unhas Makassar, 26-28 Juli, hlm. 1-32.
Rudyawan, Arry Pratama dan I Dewa Nyoman Badera. 2009. Opini Audit Going
Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan
Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor. AUDI - Jurnal Akuntansi dan
Bisnis, Juli, Vol. 4, No. 2, hlm. 129-138.
Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. 2007. Analisis Faktor Faktor
yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going
152
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
Concern. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Desember, Vol. 11, No.
2, hlm. 141-158.
Santosa, Purbayu Budi dan Muliawan Hamdani. 2007. Statistika Deskriptif
dalam Bidang Ekonomi dan Niaga. Semarang: Penerbit Erlangga.
Setyarno, Eko Budi, Indira Januarti dan Faisal. 2006. Pengaruh Kualitas Audit,
Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. Simposium
Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus, hlm. 1-25.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Susanto, Yulius Kurnia. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan
Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Desember, Vol. 11, No. 3, hlm. 155-173.
Wijaya, Okie Indra, Yasmin Umar Assegaf dan Rahmawati. 2009. Pengaruh
Kualitas Audit dan Proxy Going Concern Terhadap Opini Audit Going
Concern Pada Perusahaan Non regulasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Desember, Vol. 20, No. 3, hlm. 141156.
Yuliana, Christina. 2009. Kajian Pustaka Terhadap Teori Agensi dan Akuntansi
Manajemen. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, April, Vol. 20, No. 1, hlm.
61-68.
Zikmund, William G., Barry J. Babin, Jon C. Carr and Mitch Griffin. 2010.
Business Research Method. South-Western: Cengage Learning.
Nama Variabel
Kualitas audit
Tabel 1
Uji Kolmogorov-Smirnov
Asymp.Sig
Keterangan
0,000
Data terdistribusi tidak normal
153
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Kondisi keuangan perus0,000
ahaan
Opini audit tahun sebe0,000
lumnya
Pertumbuhan perusahaan
0,000
Ukuran perusahaan
0,007
Debt default
0,000
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0
November 2013
Data terdistribusi tidak normal
Data terdistribusi tidak normal
Data terdistribusi tidak normal
Data terdistribusi tidak normal
Data terdistribusi tidak normal
Tabel 2
Overall Model Fit
-2 Log likelihood
Block 0: Beginning Block
222,285
Block 1: Method = Enter
134,526
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0
Tabel 3
Nilai Nagelkerke’s R square
Step
1
-2 Log
likelihood
134,526(a)
Cox & Snell
R Square
,407
Nagelkerke R
Square
,555
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0
Tabel 4
Hosmer and Lemeshow Test
Step
1
Chi-square
5,247
df
8
Sig.
,731
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0
Tabel 5
Classification Table
Observed
154
Predicted
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
Unqualified Opinion With
Modified Paragraph Going
Concern
Unqualifie
Opini Selain
d Opinion
Unqualified
With
Opinion With
Modified
Paragraph
Modified
Going
Paragraph
GC
Concern
Step 1
Unqualified
Opinion With
Modified
Paragraph Going
Concern
Opini Selain
Unqualified Opinion
With Modified
Paragraph GC
Unqualified Opinion
With Modified
Paragraph Going
Concern
Percentage
Correct
96
9
91,4
15
48
76,2
Overall Percentage
85,7
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0
Tabel 6
Variables in the Equation
Step 1(a)
K_AU
Z_SCR
PRIOP
GRWTH
SZ
D_DEF
Constant
B
-,709
-,005
S.E.
,702
,017
Wald
1,020
,074
3,580
,000
-,093
,472
,000
,110
-,182
,748
,727
2,884
df
1
1
Sig.
,313
,786
Exp(B)
,492
,995
57,414
,044
,722
1
1
1
,000
,833
,396
35,872
1,000
,911
,063
,067
1
1
,803
,795
,834
2,113
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 13.0
155
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 15, No. 1a, Is. 4
Halaman ini sengaja dikosongkan
156
November 2013
Download