EFEKTIVITAS KETELADANAN GURU DALAM MENINKGKATKAN KESADARAN SHALAT LIMA WAKTU SISWA KELAS VIII DI MTS MUHAMMADIYAH SRUMBUNG MAGELANG JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam Disusun oleh: Novita Eka Wulandari NIM: 11410169 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015 i ii iii iv v MOTTO )صلِّ ْي (رواه البحارى َ ُاراَ ْيتُ ُم ْونِ ْي ا َ صلُّ ْوا َك َم َ “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”. (H.R. Bukhari)1 1 Abdurrahman Ar-Nahlawi, Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam: dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat (Bandung: CV. Diponegoro, 1989), Hal. 373. vi HALAMAN PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya sederhana ini kepada : Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta vii KATA PENGANTAR ,ْل َا ِهَّلِلاَا َا ِهَّلِل ُهّللا ُد َا َا ْل َا ُد َا ُد َا ًد َا ُد ْل ُد ِهَّلِل ْلْلَا ْلنبِهَّلِل َا ِهَّلِلء َا ْلا ُد رْل َا لِهَّلِل ْل َا ُد ٍ َا َاعلَاي َااِهَّلِل ِهَّلِل َا َاصْل َا بِهَّلِل ِهَّلِل َا ْل َا ُد َا, َا ْلا َا ْل ُد ِهَّلِل ِهَّلِل َا ِّب ْلا َا اَا ِهَّلِل ْل َا ف َا اص َاَلةُد َا اس َاَل ُدم َاعلَاي َا ْل َار ِهَّلِل . َا بَا ْل, َاجْل َا ِهَّلِل ْل Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang Efektivitas Keteladanan Guru dalam Meningkatkan Kesadaran Shalat Lima Waktu Siswa Kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung Magelang Jawa Tengah. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Tasman Hamami, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Dr. Suwadi, M. Ag, M.Pd., dan Bapak Drs. Radino, M. Ag., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Drs. H. Sarjono, M.Si. selaku Pembimbing skripsi. 4. Bapak Sukiman, S.Ag, M.Pd. selaku Penasehat Akademik. viii 5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 6. Bapak Endro Purwanto, S.Pd. selaku Kepala MTs Muhammadiyah Srumbung. 7. Bapak Sulistiyono, S.Pd.I. selaku guru Agama, serta seluruh Bapak dan Ibu Guru MTs Muhammadiyah Srumbung. 8. Orang Tuaku tercinta, Bapak Tarmono dan Ibuk Harni yang selalu memberikan semangat, motivasi dan doa yang tiada henti-hentinya. 9. Mas Ibnu Arif yang selalu memberikan semangat. 10. Teman-teman terbaikku, Aen, Yesi, Zizah, Zahra, Tika dan semua keluarga besar E. Community yang selalu menghadirkan keceriaan. 11. Keluarga baruku kelompok 22 PPL-KKN Integratif 2014, Fila, Weny, Tika, Rini, Fadhan, Pinda. Ainna, Owi, Mbak Min, Immah, Reza, dan Mas Rijal. 12. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penulisan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Yogyakarta, 23 Maret 2015 Penulis Novita Eka Wulandari NIM.11410169 ix ABSTRAK NOVITA EKA WULANDARI. Efektivitas Keteladanan Guru dalam Meningkatkan Kesadaran Shalat Lima Waktu Siswa Kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung Magelang Jawa Tengah. Skripsi. Yogyakarta: jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2015. Latar belakang penelitian ini adalah shalat adalah dasar dari pendidikan islam. Selain itu, masyarakat mengidentikkan keshalehan seseorang dari shalatnya. Ada berbagai metode yang dilakukan untuk mendidik anak untuk melaksanakan shalat. Salah satu yang efektif dan merupakan metode yang dipakai Rasulullah SAW yaitu keteladanan. Selain Rasulullah, teladan bagi anak adalah orang tua dan guru. Pembiasaan shalat dengan keteladanan Guru diterapkan di MTs Muhammadiyah Srumbung. Karena guru adalah sosok ideal yang tingkah lakukanya akan ditiru oleh siswa. Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah kesadaran shalat siswanya, efektivitas keteladanan guru dalam mengingkatkan kesadaran shalat, dan faktor pendukung maupun penghambatnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang efektivitas keteladanan guru dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung dan kendala yang dihadapi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar MTs Muhammadiyah Srumbung. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan atau observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna dengan mengadakan triangulasi dengan menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Kesadaran shalat siswa kelas VIII setelah diberi keteladanan adalah masih kurang. Dibuktikan dengan: ketika di sekolah siswa yang tertinggal shalat berjamaah tetap melaksanakan shalat. Akan tetapi shalatnya masih belum benar dan masih bercanda. Ketika dirumah, banyak yang shalatnya harus diingatkan orang tua. Tetapi, dibandingkan dengan sebelum diberi keteladanan hampir seluruh siswa kelas VIII mengalami peningkatan kesadaran shalatnya walaupun secara umum masih kurang. (2) Keteladanan guru adalah salah satu faktor yang efektif dalam peningkatan kesadaran shalat lima waktu siswa kelas VIII. Dikatanan efektif karena hampir seluruh siswa kelas VIII mengalami peningkatan kesadaran shalatnya walau tidak terlalu besar dibandingkan dengan kesadaran shalat sebelum diberi keteladanan dan masih tergolong kurang. (3) Faktor pendorong pembiasaan shalat diantaranya adalah harapan guru untuk menjadikan siswa lebih baik, ketika di rumah shalatnya tidak diawasi, pentingnya ibadah shalat, untuk menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia yang mampu melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim. Adapun faktor penghambat pembiasaan shalat lima waktu adalah lemahnya kontrol dan figur orang tua, keterpaksaan, bercanda ketika shalat, mencari-cari alasan untuk tidak shalat, menghabiskan waktu bermain Playstation (PS), handphone, menononton televisi, bermain dengan teman, malas, dan ketiduran. x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...................................... ii HALAMAN PERNYATAAN BERJILBAN .................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ viii HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. x HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................. xi HALAMAN TRANSLITERASI ..................................................................... xiv HALAMAN DAFTAR TABEL ...................................................................... xvi HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xvii BAB I : PENDAHULUAN ................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 6 D. Kajian Pustaka ................................................................ 7 E. Landasan Teori................................................................ 9 F. Metode Penelitian ........................................................... 23 G. Sistematika Pembahasan ................................................. 30 xi BAB II BAB III : GAMBARAN UMUM MTS MUHAMMADIYAH SRUMBUNG ......................................................................... 32 A. Letak dan Keadaan Geografis ......................................... 32 B. Sejarah dan Proses Perkembangannya ............................ 33 C. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikannya ............................. 35 D. Struktur Organisasinya.................................................... 39 E. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa,............................ 40 F. Keadaan Sarana dan Prasarana ....................................... 45 : EFEKTIVITAS KETELADANAN GURU DALAM MENINGKATKAN KESADARAN SHALAT LIMA WAKTU SISWA KELAS VIII DI MTS MUHAMMADIYAH SRUMBUNG ..................................... 48 A. Kesadaran Shalat Lima Waktu Siswa Kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung Setelah diberi Keteladana ............................................................ 48 B. Efektivitas Keteladanan Guru dalam Meningkatkan Kesadaran Shalat Lima Waktu Siswa Kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung ................................ 65 C. Faktor Pendorong dan Penghambat Pembiasaan Shalat Lima Waktu Kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung ........................................................................ 90 xii BAB IV : PENUTUP A. Simpulan .......................................................................... 100 B. Saran-saran ....................................................................... 101 C. Kata Penutup .................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 103 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 105 xiii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan danKebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ba‟ B Be ت ta‟ T Te ث sa‟ S Es (dengan titik di atas) ج jim J Je ح ha‟ H Ha (dengan titik di bawah) خ kha‟ Kh Ka dan Ha د dal D De ذ zal Z Zet (dengan titik diatas) ra‟ T Er ز zai Z Zet س sin S Es ش syin Sy Es dan Ye ص sad S Es (dengan titik di bawah) ض dad D De (dengan titik di bawah) xiv ط ta‟ T Te (dengan titik di bawah) ظ za‟ Z Zet (dengan titik di bawah) ع „ain - Koma terbalik di atas غ gain G Ge ف fa‟ F Ef ق qaf Q Qi ك kaf K Ka lam L El mim M Em nun N En wawu W We ه ha‟ H Ha ء hamzah . Apostrof ي ya‟ Y Ye م Untuk bacaan panjang ditambah: = َاā = ِهَّلِليi = َاū xv DAFTAR TABEL Table I : Struktur organisasi MTs Muhammadiyah Srumbung ............... 40 Tabel II : Keadaan siswa Tahun 2011/2012 ............................................. 41 Tabel III : Keadaan siswa Tahun 2012/2013 ............................................. 41 Tabel IV : Keadaan siswa Tahun 2013/2014 ............................................. 41 Table V : Keadaan siswa Tahun 2014/2015 ............................................. 42 Tabel VI : Keadaan Guru dan Karyawan ................................................... 42 Tabel VII : Guru-guru MTs Muhammadiyah Srumbung ............................ 43 Tabel VIII : Tenaga kependidikan MTs Muhammadiyah Srumbung ........... 45 Tabel IX : Sarana dan Prasarana ............................................................... 46 Tabel X : Jadwal Shalat Hari Senin .......................................................... 70 Tabel XI : Jadwal Shalat Hari Selasa, Rabu, Sabtu.................................... 70 Tabel XII : Jadwal Shalat Hari Jum‟at ........................................................ 71 Tabel XIII : Jadwal Shalat Ketika UCO ....................................................... 72 Tabel XIV : Jadwal Shalat Ketika UCO Siang ............................................. 72 Tabel XV : Perubahan Kesadaran Shalat Siswa kelas VIII ......................... 82 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Pedoman Pengumpulan Data Lampiran II : Catatan Lapangan Lampiran III : Daftar Nara Sumber Lampiran IV : Berita Acara Seminar Proposal Lampiran V : Bukti Seminar Proposal Lampiran VI : Surat Penunjukan Pembimbing Lampiran VII : Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran VIII : Surat Keterangan Telah Melakukan Pra Penelitian di MTs Muhammadiyah Srumbung Lampiran IX : Surat Ijin Penelitian dari BAKESBANGLINMAS Lampiran X : Surat Ijin Penelitian dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah Lampiran XI : Surat Ijin Penelitian dari KESBANGPOL Lampiran XII : Surat Ijin Penelitian dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Lampiran XIII : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di MTs Muhammadiyah Srumbung Lampiran XIV : Dokumentasi Pelaksanaan Shalat Lampiran XV : Sertifikat SOSPEM Lampiran XVI : Sertifikat PPL I Lampiran XVII : Sertifikat PPP-KKN xvii Lampiran XVIII : Sertifikat Ujian Sertifikasi TIK Lampiran XIX : Sertifikat TOEC Lampiran XX : Sertifikat IKLA Lampiran XXI : Daftar Riwayat Hidup Penulis xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah komponen utama dalam pendidikan. Jika gurunya memiliki kualitas yang baik, maka pendidikan akan menjadi baik pula. Karena di tangan guru yang baik keterbatasan apapun yang mempengaruhi proses pendidikan dapat diatasi atau diminimalkan. Sebagai komponen yang utama, keberhasilan dalam pendidikan sebagian besar ditentukan oleh mutu profesionalisme seorang guru. Guru yang professional bukanlah guru yang hanya dapat mengajar dengan baik tetapi juga guru yang dapat mendidik. Untuk ini selain hanya menguasai ilmu yang diajarkan dan cara mengajarkannya dengan baik sekaligus memiliki akhlak yang mulia. Dengan demikian seorang guru tidak hanya menjadi sumber informasi, ia juga dapat menjadi motivator, inspirator, dinamisator, fasilitator, evaluator dan contoh hidup bagi peserta didik dan masyarakatnya.2 Guru dikatakan pendidik profesional, karena guru telah menerima dan memikul beban dari orangtua untuk mendidik anak-anaknya. Dalam hal ini, orangtua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anakanaknya, sedangkan guru adalah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah. 2 Moh Roqib, & Nurfuadi, Kepribadian Guru: Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru Yang Sehat di Masa Depan (Yogyakarta: Grafindo Letera Media, 2009) Hal. 3-4. 1 Diantara faktor penyerahan tugas dan kewajiban orang tua dalam mendidik anak kepada guru di sekolah adalah karena keterbatasan waktu yang tersedia bagi orang tua, keterbatasan penguasaan ilmu dan teknologi yang dimiliki, efisiensi biaya yang dibutuhkan dalam proses pendidikan anak, dan efektivitas program kependidikan anak (karena pada umumnya anak lebih konsentrasi dan serius apabila diajar oleh guru dari pada orang tuanya sendiri meskipun orang tuanya mungkin lebih mempuni dalam penguasaan ilmu).3 Dalam dunia pendidikan, guru memiliki berbagai peranan diantaranya adalah sebagai pendidik (peran yang paling utama), sebagai model atau teladan, sebagai pengajar dan pembimbing, sebagai pelajar, dan lain-lain.4 Sebagai seorang yang memiliki peran sebagai model atau teladan, guru harus bisa menjaga diri dengan tetap mengedepankan profesionalismenya dengan penuh amanah, arif, dan bijaksana sehingga siswa lebih mudah meneladani guru yang berkepribadian baik.5 Keteladanan sendiri dalam pendidikan adalah metode paling ampuh dan efektif dalam membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Karena guru adalah sosok contoh ideal dalam pandangan anak didiknya, yang tingkah lakunya akan ditiru. Meskipun memiliki potensi untuk mendapatkan sifatsifat baik dan dasar-dasar pendidikan yang mulia, ia akan jauh dari kenyataan 3 Ibid., Hal. 10. Yustista N, Hypnoteaching: Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Peserta Didik (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012), Hal. 36-37. 5 Moh Roqib, & Nurfuadi, Kepribadian Guru …, Hal. 13. 4 2 positif atau perbuatan baik tersebut bila ia melihat langsung pendidikan yang tidak bermoral. Memang yang mudah bagi guru adalah mengajarkan berbagai teori pendidikan kepada siswanya, sedangkan yang sulit bagi siswa adalah mempraktekkan teori tersebut jika orang yang mendidiknya tidak pernah melakukannya atau antara ucapan dan perbuatannya bertentangan.6 Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, disamping mendidik dan mengajar, guru juga harus melatih,7 sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan akan dapat tercapai. Dalam kaitannya dengan pendidikan agama (Islam), keteladanan dikatakan sebagai metode yang paling efektif. Konsep keteladanan yang dapat dijadikan sebagai cermin dan model dalam pembentukan kepribadian seorang muslim sendiri adalah ketauladanan yang di contohkan oleh Rasulullah. Rasulullah mampu mengekspresikan kebenaran, kebajikan, kelurusan, dan ketinggian pada akhlaknya.8 Dasar Pendidikan keagamaan secara umum adalah pendidikan shalat. Arah dan tujuan dari pendidikan agama ini tidak lain adalah al-akhlaq alkarimah dalam hal keduniaan, dan taqarrub (kedekatan) dalam kaitan hubungan dengan Allah. Dengan pendidikan shalat beserta penghayatannya, seseorang diharapkan mampu dan dapat menerjemahkan dua dimensi 6 Abdulloh Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam: Kaidah-Kaidah Dasar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), Hal. 1-2. 7 Ngainun Naim, Mejadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Hal. 10. 8 Ahmad Umar Hasyim, Menjadi Muslim Kaffah: Berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW (Yogjakarta: Mitra Pustaka, 2004), Hal. 29. 3 kehidupan secara total, yaitu dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan yang akan menjadikannya khalifah di muka bumi.9 Selain itu, orang tua juga menaruh perhatian lebih terhadap shalat karena masyarakat awam mengidentikkan keshalehan seseorang dengan shalatnya. Ketika melihat seseorang yang rajin melaksanakan shalat lima waktu, masyarakat akan menilai bahwa dia adalah anak yang taat beragama. Permasalahannya adalah bagaimana mendidik shalat yang benar-benar mampu membuat anak untuk secara sadar tanpa ada pengaruh-pengaruh dari pihak lain untuk melaksanakan shalat lima waktu. Karena sangat sulit untuk membiasakan anak untuk tetap shalat dalam keadaan apapun. Dalam lingkup pendidikan di sekolah berbasis sekolah Islam pun, tetap dijumpai permasalahan mengenai pembiasaan shalat. Orang tua pasti lebih menuntut kepada sekolah berbasis Islam dibandingkan dengan sekolah umum mengenai bagaimana menjadikan anak lebih baik dalam bidang agama khususnya mengenai shalat. Meskipun orang tua tetap menginginkan anaknya menjadi lebih baik di sekolah manapun, tetapi ada yang lebih diharapkan ketika disekolahkan di sekolah berbasis Islam. Mengingat disekolah umum materi agama pun hanya secara umum, meski pendidikan atau pembentukan budi pekerti tetap dilaksanakan di luar materi PAI. Dari uraian diatas penulis ingin melakukan sebuah penelitian mengenai dampak apa yang timbul ketika diterapkannya keteladanan guru dalam peningkatan kesadaran shalat lima waktu siswa. Memberikan kontribusi 9 Muhammad Sholikhin, The Power of Sabar (Solo: Tiga Serangkai, 2009), Hal. 198. 4 terhadap kesadaran shalat atau tidak, sehingga akan diketahui apakah keteladanan guru yang diterapkan efektif atau tidak dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu. Untuk lokasi penelitian ini dilakukan di MTs Muhammadiyah Srumbung. Alasannya adalah karena di sekolah ini menetapkan Shalat Dhuha dan Shalat Dzuhur berjamaah sebagai kegiatan wajib. Untuk Shalat Dhuha dilakukan pada istirahat pertama yaitu pada jam 09.40 dan Shalat Dzuhur pada istirahat kedua sekitah jam 12.00. Dan untuk Shalat Dhuha ada kultum yang dilakukan oleh siswa secara bergantian tiap harinya10. Ketika tiba waktu untuk melaksanakan shalat, semua siswa dan guru bergegas menuju mushola. Tidak hanya guru yang bertugas sebagai imam atau guru agama saja tetapi seluruh guru ikut melaksanakan shalat. Dan tidak ada satupun siswa yang tidak melaksanakan shalat kecuali yang sedang berhalangan.11 Berdasarkan dengan uraian diatas penulis ingin melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Efektivitas Keteladanan Guru Dalam Meningkatkan Kesadaran Shalat Lima Waktu Siswa Kelas VIII Di Mts Muhammadiyah Srumbung Magelang”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kesadaran shalat siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung setelah diberikan keteladanan guru? 10 Wawancara dengan Sulistiyono, selaku guru Fiqih MTs Muhammadiyah Srumbung Magelang, 23 Oktober 2014. 11 Observasi di MTs Muhammadiyah Srumbung Magelang, 23 oktober 2014 5 2. Bagaimana efektivitas keteladanan guru dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung? 3. Faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pembiasaan shalat lima waktu siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Srumbung? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui kesadaran shalat siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung setelah diberikan keteladanan guru b. Mengetahui efektivitas keteladanan guru dalam peningkatan kesadaran shalat lima waktu siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Srumbung c. Mengetahui Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pembiasaan shalat lima waktu siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Srumbung 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Akademis 1) Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi semua pihak mengenai efektivitas keteladanan guru dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu. 2) Untuk memperdalam dan menambah wawasan bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya. 6 b. Kegunaan Praktis 1) Untuk menambah wawasan tentang peranan keteladanan guru dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu. 2) Sebagai pengetahuan dan masukan bagi guru, mahasiswa, dan semua pihak dalam dunia pendidikan mengenai efektivitas keteladanan guru dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu. D. Kajian Pustaka Penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama persis. Namun ada beberapa yang memiliki sedikit kesamaan, diantaranya adalah: Skripsi Salsiyah yang berjudul “Keteladanan Guru Dalam Pembinaan Akhlak Dan Kepribadian Siswa (Studi Tentang Peran Guru PAI di SD Keputren VIII Kraton Yogyakarta)”. Skripsi ini meneliti tentang kondisi akhlak dan kepribadian siswa SD Keputren, peran keteladanan guru PAI dalam pembinaan akhlak, dan faktor yang menjadi pendukung dan penghambat.12 Skripsi Siti Umi Latifah yang berjudul “Pola-pola metode keteladanan untuk penanaman akhlak Peserta didik di SD N Pengkol Godean”. Hasil penelitiannya ini yaitu pola keteladanan untuk membentuk akhlak yang 12 Salsiyah, “Keteladanan Guru Dalam Pebinaan Akhlak Dan Kepribadian Siswa (Studi Tentang Peran Guru PAI Di SD Keputren VIII Kraton Yogyakarta)”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2010. 7 digunakan meliputi pola pembiasaan, pola pemantauan, dan pengawasan, pola heteronomus moralitu, pola norma-norma interpersonal.13 Skripsi Sri Sumarni yang berjudul “Peningkatan Kesadaran Sholat Lima Waktu Melalui Metode Pembiasaan Pada Siswa Kelas IV dan V Di SD Negeri Nglahar Kabupaten Sleman”. Meneliti tentang bagaimana meningkatkan kesadaran shalat dengan pembiasaan.14 Skripsi Dede Wulansari yang berjudul “ Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Motivasi Peserta Didik untuk Melaksanakan Shalat di SMA Islam Prambanan Sleman Yogyakarta”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru PAI adalah dengan membiasakan peserta didik untuk melaksanakan shalat, memberikan keteladanan menegakkan disiplin, memberikan motivasi, memberikan hadiah, dan menghukum yang bersifat mendidik serta menciptakan suasana yang kondusif, ternyata menunjukkan hasil 70% dengan kriteria cukup.15 Skripsi Syahrul Imam yang berjudul “Upaya Guru Fiqih dalam Meningkatkan Pelaksanaan Ibadah Sholat Siswa Kelas VIII di MTsN Ngemplak Sleman Yogyakarta”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa upaya yang dilakukan guru fiqih dalam meningkatkan pelaksanaan sholat adalah dengan menggunakan metode pembiasaan, metode keteladanan, dan metode 13 Siti Umi Latifah, “Pola-Pola Metode Keteladanan Untuk Penanaman Akhlak Peserta Didik di SD N Pengkol Godean”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2010. 14 Sri Sumarni, “Peningkatan Sholat Lima Waktu Melalui Metode Pembiasaan Pada Siswa Kelas IV dan V di SD Negeri Nglahar Kabupaten Sleman”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2011. 15 Dede Wulandari, “Upaya Guru PAI Dalam Meningkatkan Motivasi Peserta Didik Untuk Melaksanakan Shalat DI SMA 1 Prambanan Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2011. 8 motivasi serta menambahkan sarana dalam meningkatkan pelaksanaan ibadah sholat. Secara kognitif dikategorikan cukup baik, secara afektif dikatakan kurang atau belum berhasil dan secara psikomotor dikatakan cukup baik.16 Penelitian yang dilakukan oleh Salsiyah dan Umi Latifah menghubungkan keteladanan guru dengan penanaman akhlak, sedangkan pada penelitian ini dihubungkan dengan kesadaran shalat. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Sumarni memfokuskan peningkatan kesadaran shalat dengan pembiasaan sedangkan penelitian ini memfokuskan pada keteladanan. Penelitian yang dilakukan oleh Dede Wulandari dan Syahrul Imam adalah mengemukakan bagaimana upaya guru meningkatkan kesadaran shalat, dimana dilakukan dalam berbagai cara. Sedangkan dalam penelitian ini cara meningkatkannya adalah memfokuskan pada keteladanan guru dan menguji apakah keteladanan yang sudah ada tersebut efektif atau tidak. Penulis berkesimpulan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. E. Landasan Teori 1. Kesadaran Shalat a. Pengertian Kesadaran berasal dari kata dasar sadar, yang berarti insaf, merasa, tahu dan mengerti, siuman,17 ingat kepada keadaan yang 16 Syahrul Imam, “Upaya Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Ibadah Sholat Siswa Kelas VIII DI MTsN Ngemplak Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. 17 Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Press, 1991), Hal. 1301 9 sebenarnya, keadaan ingat (tahu akan dirinya), ingat kembali.18 Sedangkan kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti, hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang.19 Kesadaran adalah kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca indranya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian).20 Sedangkan shalat secara bahasa berarti doa. Sedangkan secara istilah shalat adalah sekumpulan ucapan yang diawali takbir dan diakhiri dengan salam. Disebut shalat karena menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya.21 Menurut Imam al-Qasthalaani sebagaimana dikutip oleh Sayyid Shaleh Al-Ja‟fari, shalat disebut shalat karena: 1) Shalat dapat menyampaikan manusia ke surga 2) Shalat berasal dari kata shillah (koneksi). Artinya orang yang shalat berarti sedang berinteraksi dengan Allah Swt 3) Shalat mempunyai arti at-tashliyyah. Artinya didalam shalat seorang muslim itu harus mengevaluasi diri, akal, dan hatinya 4) Shalat adalah kasih sayang Allah Swt kepada hambanya 18 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesi (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), Hal. 553. 19 Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer…, Hal. 1301 20 Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan (Jakarta:EGC, 2004), Hal. 77. 21 Abdul Aziz Muhammad Azam, Abul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah ( Jakarta: Amzah, 2010), Hal. 145. 10 5) Shalat membawa orang yang meninggalkannya pada neraka22 Kata shalat memiliki akar hubungan makna dengan kata “shilah” yang bermakna hubungan (contohnya, shilah al-rahim bermakan silaturahmi). Dalam kaitannya dengan kata shilah ini, shalat bermakna medium hubungan manusia dengan Allah Swt23. Kesadaran shalat berarti keadaan tahu dan paham, bahwa shalat itu wajib dilaksanakan sebagai seorang muslim yang taat kepada Allah SWT., sehingga timbul dorongan dari dirinya sendiri untuk melaksanakannya tanpa paksaan. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Shalat Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kesadaran beragama seseorang adalah sebagai berikut: 1) Faktor Pembawaan (Internal) Manusia memiliki fitrah untuk mempercayai suatu zat yang mempunyai kekuatan (memberikan kebaikan atau mencelakakan. Dalam perkembangannnya ada yang berjalan alamiah (pada masyarakat primitif muncul kepercayaan terhadap roh-roh ghaib yang bisa mendatangkan kebaikan dan malapetaka sehingga perlu diberikan sesaji) dan ada juga yang mendapat bimbingan dari para Rasul Allah sehingga fitrahnya berkembang sesuai kehendak Allah. 22 Sayyid Shaleh Al-Ja‟fari, The Miracle of Shalat (Jakarta: Gema Insani, 2007), Hal. 79-81. Haidar Bagir, Buat Apa Shalat: Kecuali Jika Anda Hendak Mendapatkan Kebahagian dan Ketenangan Hidup (Bandung: Mizania, 2007), Hal. 23. 23 11 2) Faktor Lingkungan (Eksternal) a) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak-anak. Orangtua memiliki peranan yang sangat penting dalam menumbuhkembangkan fitrah beragama anak. b) Lingkungan Sekolah Pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar. Dalam upaya mengembangkan kesadaran beragama, sekolah terutama guru agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman, pembiasaan pengamalan ibadah atau akhlak mulia. Agar dapat melaksanakan tugas tersebut maka guru agama dituntut untuk memiliki karakteristik: (1) Kepribadian mantap sehingga bisa menjadi teladan (2) Menguasai ilmu tentang agama (shalat) (3) Memahami ilmu lain yang menunjang kemampuannya Faktor lain yang menunjang perkembangan fitrah beragama: (1) Kepedulian kepada sekolah, guru-guru dan staf sekolah terhadap pelaksanaan pendidikan agama (shalat) di sekolah melalui pemberian contoh (2) Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai 12 c) Lingkungan Masyarakat Yang dimaksud lingkungan masyarakat disini adalah situasi atau kondisi sosial atau budaya sosial yang berpengaruh terhadap perkembangan kesadaran beragama manusia.24 c. Upaya Peningkatan Kesadaran Shalat Secara umum, untuk mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif serta hasil yang sesuai dengan harapan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru antara lain: 1) Keteladanan atau percontohan Keteladanan merupakan upaya untuk memberikan contoh yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pemberian teladan harus dilakukan oleh seluruh pegawai yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan. Guru erupakan orang yang paling utama dan orang pertama yang berhubungan dengan siswa. Baik buruknya perilaku guru akan mempengaruhi perilaku siswanya. 2) Pendisiplinan Pendisiplinan sebagai salah satu upaya pendidikan pada dasarnya merupakan upaya menciptakan keadaan yang dapat mempengaruhi atau mengarahkan siswa untuk senantiasa menaati peraturan yang ditetapkan oleh sekolah. 24 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Hal. 136-141) 13 3) Pembiasaan Pembiasaan merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka membiasakan siswa untuk berperilaku sesuai dengan tujuan pembelajaran atau tujuan sekolah. 25 Dalam pendidikan islam pembiasaan merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama islam.26 Kebiasaan memainkan peran penting dalam perilaku remaja secara khusus. Itu karena pengalaman-pengalaman remaja bertambah dan perilakunya berbeda dari fase kanak-kanak. Juga karena ruang lingkup interaksi remaja dengan lingkungan sosialnya bertambah luas. Dengan begitu muncul kumpulan dari perlaku sosial dan mental semenjak permulaan fase ini. Remaja pun menemukan kecenderungan kepada tipe-tipe tertentu. Kalau perilaku ini berulang-ulang, dia menjadi kebiasaan yang diterapkannya sepanjang hidupnya, atau dalam waktu panjang.27 Syarat-syarat dalam menerapkan pembiasaan adalah: a) Memulainya sebelum terlambat, yaitu sedini mungkin. b) Dilaksanakan secara terus-menerus, teratur dan terprogram. 25 Ngainun Naim, Mejadi Guru Inspiratif…, Hal. 62-63. Binti Maunah, Metode Pengajaran Agama Islam: Metode Penyusun dan Desain Pembelajarannya (Yogyakarta: Sukses Offset, 2009), Hal. 107. 27 Muhammad Sayyid Muhammad Az-Za‟balawi, Pendidikan Remaja Antara Islam Dan Ilmu Jiwa, penerjemah: Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk. (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), Hal. 347-348. 26 14 c) Diawasi secara ketat, konsisten dan tegas.28 4) Pengondisian lingkungan Pengkondisian lingkungan pada dasarnya adalah upaya merekayasa keadaan lingkungan sekolah sedemikian rupa sehingga menjadi keadaan yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.29 d. Perkembangan Kesadaran Beragama pada Remaja Pada masa remaja awal (13-16 tahun) terjadi perubahan jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi. Kepercayaan agama yang tumbuh pada masa sebelumnya mungkin mengalami kegoncangan. Kepercayaan kepada Tuhan terkadang sangat kuat dan terkadang berkurang yang terlihat pada ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptis (was-was) sehingga muncul kemalasan untuk melakukan ritual keagamaan (seperti ibadah shalat). Kegoncangan ini muncul disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berkaitan dengan kematangan organ seks yang mendorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut namun di sisi lain ia tahu bahwa hal tersebut dilarang agama, sehingga timbul konflik pada dirinya. Faktor internal lainnya adalah bersifat psikologis yaitu keinginan untuk bebas. 28 29 Binti Maunah, Metode Pengajaran Agama Islam…, Hal. 98. Ngainun Naim, Mejadi Guru Inspiratif…, Hal. 63. 15 Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan budaya masyarakat yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Selain itu mungkin remaja melihat orang di sekitarnya memiliki gaya hidup yang kurang mempedulikan agama. Bila tidak mendapatkan bimbingan keagamaan dalam keluarga maupun di sekolah akan memicu perbuatan yang menentang.30 2. Keteladanan Guru a. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif. Efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), membawa hasil atau berhasil guna (tentang usaha atau tindakan),31 memanfaatkan waktu dengan cara sebaik-baiknya.32 Efektivitas bisa diartikan sama dengan keefektivan, yaitu hal berkesan atau berpengaruh, jika dikaitkan dengan usaha atau tindakan berarti keberhasilan.33 Dapat diartikan pula sebagai suatu keadanaan atau sifat efektif. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang ditetapkan.34 Efektivitas juga diartikan sebagai suatu keadaan yang 30 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan..., Hal. 204-205. Heppy El Rias, Kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Hal. 162. 32 J.S. Badudu & Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), Hal. 371. 33 Peter Salim, & Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Press, 1991), Hal. 376. 34 I Gusti Agung Rai, Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik Studi Kasus (Jakarta: Salemba Empat, 2008), Hal. 24 31 16 menunjukkan tingkatan keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.35 Dapat diartikan pula sebagai azas yang memungkinkan tercapainya tujuan secara optimal. Prinsip efektivitas akan tercapai manakala seorang guru mampu menyusun, merencanakan, dan melaksanakan pembelajaran secara cermat dan mengatasi berbagai persoalan dengan baik.36 Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah usaha atau tindakan yang memberikan hasil atau pengaruh sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Keteladanan guru dikatakan efektif dalam meningkatkan kesadaran shalat apabila terjadi peningkatan kesadaran shalat pada mayoritas siswa kelas VIII. Kriteria kesadaran shalat yang dimaksud adalah dapat melaksanakan shalat lima waktu dan atas kesadaran sendiri. b. Keteladanan Guru 1) Pengertian Secara etimologis keteladanan berasal dari kata teladan, yaitu: perbuatan atau barang dan yang lainnya yang patut untuk dicontoh. Sedangkan dalam bahasa arab berasal dari kata “uswah” dan “qudwah”. Kata uswah termasuk dari huruf-huruf: hamzah, as-sin, dan al-waw. Secara etimologis setiap kata bahasa arab yang 35 36 Komarudin, Ensiklopedia Manejemen (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) Hal. 269. Ngainun Naim, Mejadi Guru Inspiratif …, Hal. 11. 17 terbentuk dari ketiga huruf tersebut memiliki persamaan arti yaitu “pengobatan dan perbaikan.37 Keteladanan (uswah) adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberi contoh-contoh (teladan) yang baik berupa perilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak. Dalam AlQur‟an teladan sama dengan uswah yang kemudian dilekatkan dengan kata hasanah, sehingga menjadi padanan kata uswatun hasanah yang berarti teladan yang baik. Dalam Al-Qur‟an kata uswatuh hasanah dilekatkan kepada Rasulullah SAW juga sering dilekatkan kepada Nabi Ibrahim a.s.38 Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur‟an Surat al-Ahzab ayat 21 yaitu: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.39 Uswatun hasanah adalah memberikan teladan yang baik, baik di dalam kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan 37 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Hal. 117 38 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), hal. 95. 39 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun 2002 (Jakarta: CV Darus Sunnah, 2007), Hal. 421. 18 begitu peserta didik dengan tanpa paksaan akan meniru dan mencontohnya seperti shalat berjamaah, kerja keras, dan lain-lain.40 Sedangkan Istilah guru berasal dari India, yang bermakna orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara. Dalam tradisi agama Hindu, guru dikenal sebagai “maharesi guru”, yaitu para pengajar yang bertugas untuk mendidik dan mengajar para calon biksu.41 “Dalam bahasa arab kata guru dikenal dengan beberapa istilah seperti al-mu’min, al-muaddib, al-mudarris, almursyid, dan al-ustadz; orang yang bertugas memberkan ilmu dalam majlis taklim (lokasi proses pembelajaran ilmu). Sama dengan pengertian dalam agama hindu, al-mu’min atau al ustadz, juga mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia”. Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestik jasmaniyah, seperti guru tari, guru olah raga, guru senam, dan guru musik dan kecerdasan sosial-emosional seperti kepemimpinan, manajemen. Sementara guru dalam bahasa jawa adalah merujuk pada seorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua anak didinya. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua 40 41 Abdul mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2010), Hal. 197 Yustista N, Hypnoteaching: Seni Ajar…, Hal. 15. 19 anak didiknya. Seorang guru harus ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri tauladan (panutan) bagi semua muridnya.42 Dalam Undang-Undang tentang guru dan dosen disebutkan bahwa guru adalah “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.43 Pendidik atau guru dalam pendangan Islam adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri, mampu mandiri dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah, khalifah dan sebagai makhluk sosial dan individu.44 Dapat dikatakan bahwa guru yang efektif adalah bila dia mampu mendayagunakan waktu dan tenaga yang sedikit, tetapi dapat mencapai hasil yang banyak. Guru yang pandai menggunakan strategi mengajar dan mampu menerapkan metodemetode mengajar secara berdaya guna akan disebut guru yang efektif.45 Sehingga dapat dikatakan bahwa keteladanan guru adalah perilaku yang ditunjukkan oleh pendidik yang dapat dicontoh oleh siswanya (teladan baik). 42 Moh Roqib, Nurfuadi, Kepribadian Guru…, Hal. 20-22. UU nomer 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, Hal. 3. 44 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam…, Hal. 87. 45 Ngainun Naim, Mejadi Guru Inspiratif…, Hal. 39. 43 20 2) Bentuk Keteladanan a) Pengaruh keteladanan yang tidak disengaja Guru tampil sebagai figur yang dapat memberikan contoh-contoh yang baik. Keberhasilan lebih banyak tergantung pada kualitas kesungguhan realisasi karakteristik guru yang diteladani, seperti kualitas kepemimpinannya, kualitas kemuliaannya, kualitas keikhlasannya, dan sebagainya. Setiap orang yang diharapkan menjadi teladan hendaknya memelihara tingkah lakunya serta tanggungjawab kepada Allah Swt. b) Pengaruh keteladanan yang disengaja Guru dengan sengaja memberikan contoh yang baik kepada siswanya supaya mereka dapat menirunya. Contohnya adalah guru sebagai iman ketika melaksanakan shalat berjamaah disekolah, membaikkah shalatnya dalam mengajarkan shalat yang sempurna kepada makmumnya atau siswa.46 3) Metode Keteladanan dalam Pendidikan Metode keteladanan memiliki peranan yang besar dalam upaya untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Karena secara psikologis anak didik banyak meniru dan mencontoh perilaku sosok idolanya diantaranya adalah pendidik atau guru. Oleh karena 46 Syaihidin, Menelusuri Pendidikan dalam Al-Qur’an (Bandung: Alfabeta, 2009), Hal. 157-159. 21 itu keteladanan banyak kaitannya dengan perilaku dan perilaku yang baik adalah tolak ukur keberhasilan pendidikan.47 Dr. Abdullah Nashih Ulma sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Yani mengemukakan bahwa: “salah satu metode pendidikan terhadap anak yang harus dilakukan adalah mendidik dengan keteladanan yang baik. Bahkan oleh beliau hal itu ditetapkan dalam urutan pertama. Itu artinya, kalau orang tua ingin punya anak yang saleh, yang harus saleh duluan itu adalah orang tua”.48 Allah berfirman: Q.S. Al-Baqarah (2): 44 Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?49 Q.S. Al-Shaff (61): 2-3 Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?(2). Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apaapa yang tidak kamu kerjakan.50 Dari firman Allah di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa seorang guru hendaknya tidak hanya mampu memberikan teori kepada siswa, tetapi lebih dari itu ia harus mampu menjadi panutan 47 Binti Maunah, Metode Pengajaran Agama Islam…, Hal. 107. Ahmad Yani, 53 Materi Khotbah Ber-angka (Jakarta: Gema Insani, 2008), Hal. 246. 49 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, Hal. 8. 50 Ibid., Hal. 552. 48 22 bagi siswanya, sehingga siswa dapat mengikutinya tanpa merasakan adanya unsur paksaan. Oleh karena itu keteladanan merupakan faktor dominan dan sangat menentukan bagi keberhasilan pendidikan.51 F. Metode Penelitian Jenis Penelitian 1. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang langsung di lapangan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.52 Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang, perilaku yang diamati, dan fenomena-fenomena yang muncul.53 2. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan psikologi agama. Psikologis agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dengan perkembangan usianya.54 Menurut Zakiyah Daradjat sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata, perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi dikarenakan pengaruh 51 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan…, Hal. 122. Burhan Bungin, Penelitian kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), Hal. 68. 53 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Hal. 13. 54 Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Hal. 15 52 23 keyakinan yang dianutnya. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh jiwanya, di mana gejala-gejala kejiwaan yang berkaitan dengan agama itu dapat dicontohkan dalam beberapa perilaku, seperti: sikap beriman dan bertakwa kepada Allah, jujur dan selalu berbuat baik.55 3. Teknik Penentuan Subjek Metode atau teknik penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.56 Jadi nara sumber yang diambil yaitu orang-orang yang memiliki kriteria sebagai berikut: a) Mempunyai waktu untuk dimintai informasi b) Mengetahui kondisi sekolah dengan baik (Kepala Sekolah) c) Memiliki pengetahuan yang baik tentang shalat dan terlibat langsung dalam kegiatan pembiasaan shalat (Guru Agama atau Fiqih) d) Orang yang menjadi subjek pendidikan shalat (Siswa Kelas VIII) Banyaknya nara sumber yang ditentukan berdasarkan pertimbangan informasi. Ketika telah sampai pada taraf Redundancy (datanya telah jenuh dan sudah tidak memberikan informasi baru), maka jumlah nara sumber sudah cukup.57 Adapun subjek penelitian (nara sumber) yang diambil yaitu: 55 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hal.50. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), Hal. 300. 57 Ibid., Hal. 302. 56 24 a. Siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Srumbung Pembiasaan shalat lima waktu tidak bisa secara instan, membutuhkan waktu dan proses yang bertahap. Dibandingkan dengan Siswa kelas VII yang belum genap setahun mendapatkan pendidikan tentang shalat dengan keteladanan guru, siswa kelas VIII jauh lebih cocok dijadikan sebagai subjek penelitian karena telah mendapatkan pendidikan pembiasaan shalat cukup lama. Jika melihat dari lamanya mereka mendapatkan pendidikan tentang pembiasaan shalat dengan keteladanan guru, siswa kelas IX memang lebih tepat. Namun, waktu dan kondisinya yang tidak memungkinkan (ditakutkan mengganggu fokus mereka dalam mempersiapkan UN) serta kebanyakan sekolah tidak mengijinkan penelitian yang subjeknya adalah kelas VI atau IX atau XII. Oleh karena itu peneliti menentukan bahwa subjek penelitian atau nara sumber yang dipakai adalah siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah Srumbung. Jumlah siswa kelas VIII yang menjadi nara sumber adalah 24 siswa. b. Kepala Sekolah Orang yang paling tahu dan penentu kebijakan sekolah adalah pemimpinnya atau Kepala Sekolah. Karenanya, untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai kebijakan-kebijakan serta situai dan kondisi di MTs Muhammadiyah Srumbung perlu Kepala Sekolah sebagai sumber informasi. Informasi dari Kepala Sekolah atau yang 25 lebih dikenal sebagai Kepala Madrasah sangat membantu peneliti dalam pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya. c. Guru mata pelajaran fiqih Penelitian ini sangat berhubungan dengan masalah Fiqih. Untuk itu, peneliti mengambil guru mata pelajaran Fiqih sebagai nara sumber atau sumber informasi yang akan diwawancarai mengenai pemahaman agama siswa kelas VIII, kesadaran shalat siswa kelas VIII, makna keteladanana guru dan keteladanan, factor pembiasaan pendorong dan dengan penghambat pembiasaan shalat siswa kelas VIII. d. Orang tua/wali siswa kelas VIII Penelitian ini adalah penelitian tentang pembiasaan shalat lima waktu, sehingga melibatkan orang tua sebagai nara sumber. Dengan bertanya secara langsung pada orang tua, akan semakin memperkuat jawaban dari wawancara yang telah dilakukan kepada siswa kelas VIII. Pada akhirnya nanti akan didapat kesimpulan yang benar berdasarkan dari keterangan guru, siswa dan orang tua siswa. Banyaknya orang tua/wali siswa kelas VIII yang menjadi nara sumber adalah 24. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data-data yang mendukung penelitian yang dilakukan dan dapat menjawab rumusan-rumusan masalah yang ada, 26 maka penulis menggunakan beberapa metode. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Observasi Menurut Nasution sebagaimana dikutip oleh Sugiyono menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.58 Observai-observasi yang dilakukan meliputi observasi awal sebelum melakukan penelitian (pra penelitian), observasi tentang kondisi kelas VIII ketika waktu pelaksanaan shalat, kondisi guru-guru ketika waktu shalat tiba, serta pelaksanaan shalat berjamaah di MTs Muhammadiyan Srumbung. b. Wawancara/interview Wawancara adalah perteman dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna suatu topik tertentu.59 Wawancara yang dilakukan adalah untuk mendapatkan data atau jawaban tentang tingkat kesadaran shalat lima waktu siswa kelas VIII, efektivitas keteladanan guru dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu dan faktor-faktor yang mendorong serta menghambat pembiasaah shalat di MTs Muhammadiyah Srumbung. Untuk subjek 58 59 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan…, Hal. 310. Ibid., Hal. 317. 27 yang akan diwawancarai adalah Kepala sekolah, Guru mata pelajaran Fiqih, Siswa kelas VIII sendiri, dan Orang tua siswa. c. Dokumentasi Metode dokumentaasi adalah mencari data mengenai hal-hal yaitu berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dll60. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung data-data. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan adalah untuk mendapatkan data-data tentang gambaran umum kondisi sekolah, dan hal-hal yang terkait dengan keteladanan guru dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu siswa kelas VIII (baik foto-foto pelaksanaannya maupun dokumen-dokumen yang terkait). 5. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain61. Adapun langkah-langkah yang diambil dalam analisis data ialah sebagai berikut: 60 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan praktis (Jakarta: Rineka Pustaka, 1991), Hal. 91. 61 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan…,., Hal. 335. 28 a. Reduksi Data Selama peneliti di lapangan, peneliti akan memperoleh data yang cukup banyak dan semakin lama akan semakin rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data-data yang diperoleh tersebut melalui reduksi data. Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang tidak perlu. b. Penyajian Data Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan data tersebut. Dalam hal ini, penyajian dilakukan dengan bentuk teks yang bersifat naratif. Ini akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Langkah terakhir adalah melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini trianggulasi yang dipakai adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber menguji keabsahan data dengan mengecek melalui berbagai sumber.62 62 Ibid., Hal. 373. 29 Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data yang diperoleh mengenai Efektivitas Keteladanan Guru dalam Meningkatkan Kesadaran Shalat Lima Waktu maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakuan ke kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua. Dari keempat sumber data tersebut kemudian dideskripsikan, dikategorikan, dibandingkan dan mengecek ulang kesamaan dan perbedaan dari beberapa sumber tersebut dengan metode yang sama. G. Sistematika Pembahasan Untuk memberi kejelasan pada pepembahasan skripsi ini, maka peneliti akan menguraikan sistematika pembahasan, sebagai berikut: Bagian : Pada bagian ini terdiri dari halaman judul, surat pernyataan formalitas keaslian, persetujuan pembimbing, pengesahan, halaman motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. BAB I : Pada Bab ini berisi gambaran umum penulisa skripsi atau disebut dengan bagian pendahuluan, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian (jenis penelitian, pendekatan penelitian, teknik penentuan subyek, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data) dan sistematika pembahasan. 30 BAB II : Berisi tentang gambaran umum sekolah, yaitu sejarah sekolah, letak geografis, visi dan misi, struktur organisasi, guru dan karyawan, siswa, sarana dan prasarana. BAB III : Bab III berisi tentang analisis mengenai efektivitas keteladanan guru di MTs Muhammadiyah Srumbung. Pada bagian ini peneliti memfokuskan untuk menemukan jawaban tentang tingkat kesadaran shalat siswa kelas VIII, efektivitas keteladanan guru dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu siswa kelas VIII dan faktor pendukung serta faktor penghambat dalam pembiasaan shalat di MTs Muhammadiyah Srumbung. BAB IV : Penutup, pada bagian ini terdiri dari kesimpulan, saransaran, dan penutup. Bagian akhir dari skripsi ini juga dicantumkan daftar pustaka dan berbagai lampiran dari penelitian. 31 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian tentang efektifitas keteladanan guru dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung, maka penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kesadaran shalat siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung setelah diberi keteladanan adalah masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan: ketika di sekolah siswa yang tertinggal untuk melaksanakan shalat berjamaah tetap melaksanakan shalat sendiri setelah shalat jamaah berakhir. Akan tetapi shalatnya masih belum benar (terlihat dari gerakannya yang sangat cepat). Selain itu banyak yang shalatnya masih bercanda. Kemudian ketika dirumah, masih banyak yang shalatnya harus diingatkan oleh orang tua. Akan tetapi, dibandingkan dengan sebelum diberi keteladanan hampir seluruh siswa kelas VIII mengalami peningkatan kesadaran shalatnya walaupun secara umum masih kurang. 2. Keteladanan yang ditunjukkan oleh guru MTs Muhammadiyah Srumbung adalah salah satu faktor yang efektif dalam meningkatkan kesadaran shalat lima waktu siswa kelas VIII. Dikatanan efektif karena hampir seluruh siswa kelas VIII mengalami peningkatan kesadaran 99 shalatnya walau tidak terlalu besar dibandingkan dengan kesadaran shalat sebelum diberi keteladanan dan masih tergolong kurang. 3. Faktor pendorong pembiasaan shalat siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung diantaranya adalah harapan dari guru untuk menjadikan siswa lebih baik dalam hal shalatnya, sebagian siswa ketika di rumah shalatnya tidak diawasi oleh orang tuanya, pentingnya ibadah shalat, basis sekolah islam mendorong untuk dapat menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia yang mampu melaksanakan kewajiban- kewajibannya sebagai umat muslim, ada guru dan orang tua yang mengingatkan, pemahaman mereka tentang kewajiban shalat, ingin selalu dekat dengan Allah, untuk mendapatkan pahala, dan shalat sunnah juga perlu untuk diajaran kepada siswa (shalat dhuha). Adapun faktor penghambat pembiasaan shalat lima wakut siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung adalah lemahnya kontrol dan figur orang tua, takut aturan sekolah, bercanda ketika shalat, mencari-cari alasan untuk tidak shalat, lupa ketika sibuk, menghabiskan waktu bermain Playstation (PS), asyik menonton televisi, bermain handphone (browsing atau sosial media), bermain dengan teman, malas, tidak ada air untuk wudhu ketika di sekolah, ketiduran, dan bangun kesiangan. B. Saran-Saran 1. Bagi Guru a. Perlu ada kerja sama antara guru dengan orang tua untuk pembiasaan shalat. 100 b. Perlu diadakan pertemuan rutin dengan orang tua/ wali siswa untuk mengevaluasi pembiasaan shalat yang telah dilakukan. c. Guru harus bisa lebih dekat dengan siswa, agar siswa lebih mudah disuruh untuk melaksanakan shalat. 2. Bagi Orang tua/Wali Siswa a. Orang tua harus berperan aktif untuk selalu mengontrol shalat putraputrinya. b. Orang tua juga harus bisa menjadi teladan, seperti melaksanakan shalat berjamaah ketika di rumah. 3. Bagi Siswa a. Merubah pemahaman tentang shalat sebagai kewajiban menjadi shalat sebagai kebutuhan. b. Banyaklah membaca buku tentang manfaat shalat. c. Menghentikan segala aktifitas ketika waktu shalat tiba. C. Kata Penutup Rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ada halangan yang berarti. Namun demikian penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, para Guru Pendididikan Agama Islam pada khususnya. 101 DAFTAR PUSTAKA Al-Ja‟fari, Sayyid Shaleh, The Miracle of Shalat, Jakarta: Gema Insani, 2007. Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Pustaka, 1991. Ar-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam: dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung: CV. Diponegoro, 1989. Azam, Abdul Aziz Muhammad & Abul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah, Jakarta: Amzah, 2010. Az-Za‟balawi, Muhammad Sayyid Muhammad, Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa, penerjemah: Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk., Jakarta: Gema Insani Press, 2007. Bagir, Haidar, Buat Apa Shalat: Kecuali Jika Anda Hendak Mendapatkan Kebahagiaan dan Ketenangan Hidup, Bandung: Mizania, 2007. Badudu, J.S. & Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994. Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010. Hasyim, Ahmad Umar, Menjadi Muslim Kaffar: Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004. Imam, Syahrul, “Upaya Guru Fiqih dalam Meningkatkan Pelaksanaan Ibadah Sholat Siswa Kelas VIII di MTsN Ngemplak Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Komarudin, Ensiklopedia Manejemen, Jakarta: Bumi Aksara, 1994. Latifah, Siti Umi, “Pola-Pola Metode Keteladanan Untuk Penanaman Akhlak Peserta Didik di SD N Pengkol Godean”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010. Maunah, Binti, Metode Pengajaran Agama Islam: Metode Penyusun dan Desain Pembelajarannya, Yogyakarta: Sukses Offset, 2009. 102 Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya, 2004. Remaja Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010. N, Yustista, Hypnoteaching: Seni Ajar Mengeksplorasi Otak Peserta Didik, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012. Naim, Ngainun, Mejadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001. ____________ Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2011. Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, Hal. 266. Rai, I Gusti Agung, Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik Studi Kasus, Jakarta: Salemba Empat, 2008. Rias, Heppy El, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Roqib, Moh, & Nurfuadi, Kepribadian Guru: Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru Yang Sehat di Masa Depan, Yogyakarta: Grafindo Letera Media, 2009. Peter Salim & Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991. Salsiyah, “Keteladanan Guru Dalam Pembinaan Akhlak dan Kepribadian Siswa (Studi Tentang Peran Guru PAI di SD Keputren VIII Kraton Yogyakarta)”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010. Sholikhin, Muhammad, The Power of Sabar, Solo: Tiga Serangkai, 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010. Sumarni, Sri, “Peningkatan Kesadaran Sholat Lima Waktu Melalui Metode Pembiasaan Pada Siswa Kelas IV dan V di SD Negeri Nglahar Kabupaten Sleman”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2011. Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta: EGC, 2004. Syaihidin, Menelusuri Pendidikan dalam Al-Qur’an, Bandung: Alfabeta, 2009. Ulwan, Abdulloh Nashih, Pendidikan Anak Menurut Islam : Kaidah-Kaidah Dasar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992. 103 UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Wulandari, Dede, “Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Motivasi Peserta Didik Untuk Melaksanakan Shalat di SMA 1 Prambanan Sleman Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2011. Yani, Ahmad, 53 Materi Khotbah Ber-angka, Jakarta: Gema Insani, 2008. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi Tahun 2002, Jakarta: CV Darus Sunnah, 2007. Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. 104 Pedoman Observasi i. Observasi 105 Pedoman Wawancara Kepala MTs Muhammadiyah Srumbung Magelang 1. Bagaimanakah pemahaman agama siswa MTs Muhammdiyah srumbung? 2. Bagaimanakah kesadaran shalat siswa MTs Muhammadiyah Srumbung? 3. Sejak kapan pelaksanaan shalat di MTs Muhammadiyah srumbung ini ditetapkan? 4. Apakah tujuan diterapkannya shalat dhuha dan dzhuhur sebagai kegiatan wajib? 5. Apakah tujuan yang diharapkan sudah tercapai? 6. Apakah semua guru ikut melaksanakan shalat bersama dengan siswa? 7. Apakah ada peraturan yang mengharuskan semua guru ikut melaksanakan shalat? 8. Apakah ada reward atau penghargaan bagi guru yang tertib dalam melaksanakan shalat? 9. Apakah ada hukuman apabila ada guru yang ketika tiba waktu shalat tidak melaksanakan shalat tanpa alasan yang tepat? 10. Bagaimana tanggapan orang tua tentang peraturan ini? 11. Faktor apa sajakah yang menghambat dan mendorong pembiasaan shalat di MTs muhammadiyah srumbung? 106 Pedoman wawancara Guru Mata Pelajaran Fiqih MTs Muhammadiyah Srumbung A. Tingkat kesadaran Shalat 1. Apakah sejak pertama kali masuk atau terdaftar sebagai siswa di MTs Muhammadiyah Srumbung siswa kelas VIII rata-rata sudah memiliki bekal pengetahuan agama yang baik? 2. Bagaimanakah pemahaman mereka tentang ibadah shalat? 3. Apakah semua siswa kelas VIII melaksanakan shalat ketika di sekolah? 4. Seperti apakah kondisis siswa kelas VIII ketika tiba waktu shalat? 5. Apa sajakah kesulitan-kesulitan yang dihadapi para guru dalam membiasakah shalat siswa kelas VIII? 6. Berapa persen siswa kelas VIII yang sudah melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari? B. Efektivitas Keteladanan Guru 1. Menurut pendapat Bapak, apakah makna keteladanan dalam pendidikan islam? 2. Siapakah sosok yang seharusnya menjadi teladan dalam pendidikan islam (terutama pembiasaan shalat? 3. Seberapa pentingkah keteladanan guru dalam pendidikan islam, terutama dalam pembiasaan shalat? 4. Sejak kapan pelaksanaan pembiasaan shalat di MTs Muhammadiyah Srumbung diterapkan? 5. Apakah yang melatarbelakangi pembiasaan shalat di MTs Muhammadiyah Srumbung? 6. Apakah yang menjadi tujuan dari pelaksanaan shalat secara berjamaah di MTs Muhammadiyah Srumbung? 7. Apakah ketika dalam pembelajaran di kelas penyampaian materi disertai dengan keteladanan? 107 8. Seperti apakah wujud keteladanan yang ditunjukkan oleh guru saat pembelajaran di kelas? 9. Kalau untuk shalat, wujud keteladanan yang ditunjukkan guru di dalam kelas seperti apa? 10. Apakah ada peraturan yang mengharuskan semua guru ikut melaksanakan shalat berjamaah di sekolah? 11. apakah semua guru telah melaksanakah shalat berjamaah di sekolah bersama dengan siswa? 12. Apakah ada reward bagi guru yang rajin dalam melaksanakan shalat? 13. Apa sajakah yang menjadi alasan bagi guru untuk melaksanakan shalat berjamaah di sekolah bersama dengan siswa? 14. Apakah keteladanan yang ditunjukkan oleh guru sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran shalat siswa? 15. Apakah ketika para guru memberikan teladan untuk melaksanakan shalat, ada peningkatan terhadap kesadaran shalat siswa kelas VIII? 16. Apakah keteladanan dari guru merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan kesadaran shalat siswa? C. Faktor Pendorong dan Penghambat 1. Faktor apa sajakah yang mendorong pembiasaan shalat 5 waktu siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung? 2. Faktor apa sajakah yang menghambat pembiasaan shalat 5 Waktu Siswa kelas VIII di MTs Muhammadiyah Srumbung? 108 Pedoman Wawancara Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah Srumbung A. Tingkat Kesadaran Shalat 1. Dimana anda mendapatkan pendidikan tentang shalat pertama kali (misal: TPA, Keluarga, Sekolah Dasar, MTs)? 2. Menurut anda apakah makna shalat itu? 3. Apakah anda wajib melaksanakan shalat? 4. Berapa kali anda shalat dalam sehari? Sebutkan! 5. Jika anda melaksanakan shalat 5 waktu dalam sehari, apa yang menjadi alasan anda untuk melaksanakannya? 6. Jika anda belum melaksanakan shalat 5 waktu dalam sehari, jelaskan alasannya! 7. Menurut anda apakah yang menyebabkan seseorang tidak perlu melaksanakan shalat? 8. Ketika anda dalam situasi yang menguras waktu anda, apakah anda tetap melaksanakan shalat tepat waktu? 9. Selain mendapat pahala dari Allah SWT, apakah manfaat shalat menurut anda? 10. Apakah anda melaksanakan shalat dengan terpaksa karena tuntutan maupun paksaan dari orang lain atau melaksanakannya atas kesadaran anda sendiri? B. Efektivitas Keteladanan Guru 1. Apakah di sekolah ini ada kegiatan shalat berjamaah? Shalat apa saja? 2. Apakah ketika waktu shalat tiba, semua guru juga melaksanakan shalat? 3. Jika anda tidak melaksanakan shalat di sekolah, apakah Bapak/Ibu Guru mengingatkan anda untuk segera shalat? 109 4. Bersemangatkah anda Ketika melihat guru juga melaksanakan shalat bersama anda?Sebutkan alasannya! 5. Apakah keteladanan yang ditunjukkan oleh guru-guru dalam melaksanakan shalat berpengaruh pada diri anda? Jelaskan! 6. Apakah ada reward atau hadiah ketika anda rajin melaksanakan shalat ketika di sekolah? 7. Apakah ada hukuman ketika anda tidak melaksanakan shalat ketika di sekolah? 8. Bagaimanakah tanggapan anda ketika anda diharuskan shalat berjamaah setiap hari ketika di sekolah dengan hukuman bila tidak melaksanakannya, absentsi, tetapi para guru tidak pernah ikut mengerjakan shalat seperti anda? 9. Apakah dampak atau perubahan yang anda alami ketika di sekolah ini setiap hari anda diajarkan shalat oleh Bapak dan Ibu guru? 10. Faktor apa saja yang mendorong dan menghambat anda untuk melaksanakan shalat lima waktu? 110 PEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA/WALI SISWA KELAS VIII 1. Bagaimanakah shalat putra/putri anda ketika dirumah? (Rajin atau jarang) 2. Sebutkan shalat apa saja yang selalu dikerjaakan putra/putri anda ketika dirumah! 3. Bagaimanakah shalat putra/putri anda setelah masuk MTs Muhammadiyah Srumbung? 4. Apakah Bapak/Ibu selalu mengingatkan putra/putri anda untuk melaksanakan shalat? 5. Apakah Putra/putri anda sulit untuk disuruh melaksanakan shalat? 111 Dokumentasi 1. Dokumen terkait gambaran umum MTs Muhammadiyah Srumbung 2. Dokumentasi tentang keadaan siswa dan keadaan ekonomi orang tua siswa 3. Dokumen terkait jadwal pelaksanaan shalat 4. Dokumen yang terkait dengan keteladanan guru dalam meningkatkan kesadaran shalat siswa kelas VIII 112 Catatan lapangan 1 Metode Pengumpulan Data: Observasi dan Wawancara Hari/Tanggal : Kamis, 23 Oktober 2014 Jam : 09.00 WIB Lokasi : MTs Muhammadiyah Srumbung Magelang Sumber Data : Bapak Endro Purwanto, S.Pd., Bapak Sulistiyono, S.Pd.I. Deskripsi Data: Bapak Muhammadiyah Endro Purwanto Srumbung. S.Pd. Yang adalah pertama Kepala dilakukan Madrasah penulis MTs sebelum melaksanakan penelitian adalah menemui Bapak Kepala untuk meminta izin untuk melaksanakan penelitian. Setelah mendapatkan izin, kemudian penulis menemui Bapak Sulistiyono, S.Pd.I. selaku guru Fiqih untuk melakukan wawancara awal. Dari hasil wawancara dengan Bapak Sulis diketahui tentang Bagaimana kegiatan Shalat berjamaah di MTs Muhammadiyah dilaksanakan. Selain wawancara, penulis juga melakukan observasi langsung menegnai bagaimana keadaan guru ketika tiba waktu shalat. Interpretasi: Dari hasil wawancara diketahui bahwa di MTs Muhammadiyah ada kegiatan rutin yaitu shalat Dhuha dan Dhuhur berjamaah. Setelah shalat dhuha ada doa bersama dan dilanjutkan dengan kultum yang disampaikan oleh siswa secara bergantian setiap harinya. Dari hasil observasi diketahui bahwa semua guru melaksanakan shalat ketika tiba waktu shalat, bersama dengan siswa. 113 Catatan lapangan 2 Metode Pengumpulan Data: Dokumentasi Hari/Tanggal : Jum‟at, 19 Desember 2014 Jam : 08.05 Lokasi : MTs Muhamadiyah Srumbung Sumber Data : Bapak Endro Purwanto, S.Pd. Deskripsi Data: Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mengurus surat dinas dari kampus yang ditujukan untuk BAKESBANGPOL DIY, kemudian surat yang diperoleh dari BAKESBANGPOL DIY diantarkan ke BAPEDA Semarang, kemudian ke KESBANGPOL Kabupaten Magelang kemudian melanjutkan ke Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Magelang. Izin yang telah didapat kemudian diserahkan kepada Bapak Endro Purwanto selaku kepala MTs Muhammadiyah Srumbung. Kemudian penulis menjelaskan proses penelitian yang akan dilaksanakan dan meminta data tentang profil MTs Muhammadiyah Srumbung untuk penyusunnan Bab II. Interpretasi: Data yang diperoleh tentang gambaran umum MTs Muhammadiyah Srumbung adalah tentang sejarah berdirinya, visi, misi dan tujuan, keadaaan siswa, guru dan karyawan, serta sarana prasarana di MTs Muhammadiyah Srumbung. 114 Catatan lapangan 3 Metode Pengumpulan Data: Dokumentasi Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Desember 2014 Jam : 08.00 Lokasi : MTs Muhammadiyah Srumbung Sumber Data : Bapak Endro Purwanto, S.Pd. Deskripsi Data: Data yang penulis dapat mengenai profil MTs Muhammadiyah Srumbung tidak didapat data mengenai struktur organisasinya. Kemudian penulis menemui Bapak Endro Purwwanto untuk menanyakannya. Dikarenanakan hari libur pegawai TU tidak datang, sehingga tidak didapat soft filenya. Untuk itu, penulis mengambil gambar struktur organisasi yang terpasang di ruang Kepala Sekolah dengan izin Bapak Endro Purwanto. Interpretasi: Struktur Organisasi di MTs Muhammadiyah adalah Kepala Madrasah, WAKA Sarana Prasarana, WAKA Kesiswaan, WAKA Kurikulum, Bendahara, Sekretaris, Ketua TU, Kepala Lab. IPA dan Komputer, serta Kepala Perpustakaan. 115 Catatan lapangan 4 Metode Pengumpulan Data: Dokumentasi Hari/Tanggal : Sabtu, 03 Januari 2015 Jam : 09.30 Lokasi : MTs Muhammadiyah Srumbung Sumber Data : Dokumentasi Jadwal Pelajaran Deskripsi Data: Untuk melengkapi data tentang gambaran umum MTs Muhammadiyah Srumbung, penulis melakukan dokumentasi jadwal pelajaran di MTs Muhammadiyah Srumbung. Jadwal pelajaran yang didapat juga berisi nama-nama guru dan tugas mengajarnya. Interpretasi: Dari data yang diperoleh diketahui bahwa ada perbedaan jadwal shalat di hari Senin (ada upacara di pagi hari), hari biasa, dan Hari Jum‟at. 116 Catatan lapangan 5 Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari/Tanggal : Rabu, 28 Januari 2015 Jam : 07.30 Lokasi : MTs Muhammadiyah Srumbung Sumber Data : Bapak Endro Purwanto, S.Pd., Siswa Kelas VIII Deskripsi Data: Penulis menemui Bapak Endro selaku Kepala Sekolah, kumudian meminta izin untuk wawancara dengan beliau dan wawancara dengan siswa kelas VIII. Setelah mendapatkan izin penulis melakukan wawancara dengan siswa kelas VIII yang sudah diperbolehkan untuk masuk pada jam Aqidah Akhlak. Dari hasil wawancara dengan siswa penulis mendapatkan data yang cukup mengenai kesadaran shalatnya, efektivitas keteladanan guru, dan hal-hal yang mendorong mereka untuk melaksanakan shalat dan hal-hal yang membuat mereka malas melaksanakan shalat. Kemudian dari wawancara dengan Bapak Endro Purwanto didapat informasi mengenai keadaan siswa MTs Muhammadiyah Srumbung secara umum, bagaimana keagamaannya, pelaksanaan shalat di MTs Muhammadiyah Srumbung dan faktor pendorong dan penghambat pembiasaan shalat di MTs Muhammadiyah Srumbung. Interpretasi: Siswa kelas VIII memiliki kesadaran shalat yang cukup bagus, lebih dari setengahnya sudah melaksanakan shalat lima waktu. keteladanan guru juga 117 mempengaruhi kesadaran shalat mereka. Untuk guru tidak ada peraturan yang mengharuskan melaksanakan shalat bersama dengan siswa, tetapi mereka tetap melaksanakan shalat atas kesadaran dan untuk upaya pembiasaan. 118 Catatan lapangan 6 Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari/Tanggal : Rabu, 28 Januari 2015 Jam : 14.00 Lokasi : Dermo II, Sudimoro, Kemukus Sumber Data : Orang tua/Wali Siswa Kelas VIII Deskripsi Data: Setelah mendapatkan keterangan dari siswa tentang data orang tua, penulis kemudian menemui orang tua siswa kelas VIII dan melakukan wawancara tentang bagaimana shalat putra-putrinya ketika di rumah. Pada hari pertama ini penulis mendatangi tujuh rumah, yang berlokasi di Dusun Dermo II, Sudimoro dan Kemukus. Yang jaraknya tidak begitu jauh. Interpretasi: Diperoleh data bahwa empat siswa rajin melaksanakan shalat dan tiga jarang melakanakan shalat. Dan beberapa shalatnya masih harus diingatkan oleh orang tua. 119 Catatan lapangan 7 Metode Pengumpulan Data: Wawancara dan Observasi Hari/Tanggal : Rabu, 29 Januari 2015 Jam : 09.00 Lokasi : MTs Muhammadiyah Srumbung Sumber Data : Bapak Sulistiyono, S.Pd.I Deskripsi Data: Setelah melakukan wawancara dengan kepala Madrasah, penulis kemudian melakukan wawancara dengan salah satu guru agama yaitu guru fiqih, sekaligus pencetus pelaksanaan pembiasaan shalat di MTs Muhammadiyah Srumbung. Wawancara yang dilakukan mengenai kesadaran shalat siswa kelas VIII, bagaimana keteladanan guru dilaksanakan, efektivitas keteladanan guru, serta faktor pendorong dan penghambat pembiasaan shalat. Selain itu juga penulis melakukan observasi bagaimana pelaksanaan shalat. Interpretasi: Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa kesadaran shalat siswa kelas VIII sedang. Keteladanan guru merupakan metode yang efektif dalam pendidikan islam. 120 Catatan lapangan 8 Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari/Tanggal : Rabu, 29 Januari 2015 Jam : 10.00 Lokasi : Dusun kronggahan, Kedung sari, dan Babadan Sumber Data : Orang tua siswa Deskripsi Data: Untuk wawancara orang tua tahap kedua, penulis mendatangi tujuh rumah orang tua siswa di Dusun Kronggahan, Kedung sari dan Babadan yang jaraknya tidak begitu jauh. Pertanyaan yang diajukan adalah sama dengan pertanyaan yang diberikan pada wawancara pertama, yaitu tentang bagaimana shalat siswa kelas VIII ketika di Rumah. Interpretasi: Data yang diperoleh adalah empat orang belum melaksanakan shalat lima waktu, dan tiga orang sudah melaksanakan shalat lima waktu 121 Catatan lapangan 9 Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari/Tanggal : Kamis, 30 Januari 2015 Jam : 09.00 Lokasi : Dusun Karanglo, Mandungan, Bringin Kulon, Trasan, Bringin wetan, Tompangan, Ngresap. Sumber Data : Orang tua/Wali Siswa Kelas VIII Deskripsi Data: Pada wawancara terakhir ini, penulis mendatangi sepuluh rumah orang tua atau wali siswa kelas VIII. Wawancara yang dilakukan adalah mengenai bagaimana shalat siswa kelas VIII ketika di rumah. Interpretasi: Data yang diperoleh adalah tiga siswa sudah melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari, dan tujuh orang masih belum. Kebanyakan siswa masih harus diingatkan untuk melaksanakan shalat lima waktu. 122 Catatan lapangan 10 Metode Pengumpulan Data: Wawancara Hari/Tanggal : Senin, 02 Januari 2015 Jam : 15.00 WIB Lokasi : MTs Muhammadiyah Srumbung Sumber Data : Bapak Sulistiyono, S.Pd.I Deskripsi Data: Penulis melakukan wawancara yang kedua kalinya kepada Bapak Sulis untuk memperolah informasi tentang keteladanan guru yang dilakukan di dalam kelas. Interpretasi: Dalam pembelajaran di dalam kelas, banyak wujud keteladanan yang ditunjukkan oleh para guru. diantaranya adalah tentang adab berdoa, memberi salam ketika masuk ruang dan sebagainya. 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 CURICULUM VITAE Nama Lengkap : Novita Eka Wulandari Tempat/ : Magelang, 09 November 1993 Tanggal Lahir Alamat : Dermo II, Rt. 055 Rw. 023, Bringin, Srumbung 56483, Magelang, Jawa Tengah. Status : Belum Menikah Pekerjaan : Mahasiswa Pendidikan Formal : 1. Bustanul Atfal Aisyiyah Dermo, tahun 1998/ 1999 2. Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Bringin, tahun 2004/ 2005 3. Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Srumbung, tahun 2007/ 2008 4. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Tempel Sleman, tahun 2010/ 2011 Nama Ayah : Tarmono Nama Ibu : Harni No. Telp/ HP : 085742323121 154